faring it is

13

Click here to load reader

Upload: nuzul-love-nisa

Post on 05-Jul-2015

335 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faring It Is

Faringitis

Setiap tahunnya ±40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.

Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan

atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama

seseorang absen bekerja atau sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan

±200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral

faringitis.

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang

menderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya

tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

Definisi

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.

Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

Epidemiologi

Angka Kejadian

Amerika Serikat

Anak-anak pernah mengalami lebih dari 5 infeksi respiratori atas (IRA) per tahun dan

rata-rata satu infeksi streptokokus setiap 4 tahun. Kejadian pada orang dewasa adalah

sekitar satu setengah rate dari rate anak-anak. Agen infeksius yang signifikan adalah

bakteri yang paling banyak menyebabkan faringitis baik orang dewasa dan anak-anak

adalah infeksi GAS (Streptococcus pyogenes), dan virus yang paling umum adalah

rhinovirus dan adenovirus. GAS paling banyak ditemukan di akhir musim gugur sampai

awal musim semi.

Internasional

Page 2: Faring It Is

Insiden faringitis lebih tinggi di tingkatan dunia (internasional). Antibiotic resistance may

be more prevalent in some countries because of overprescription of antibiotics. Resistensi

antibiotik mungkin lebih menonjol di beberapa negara karena pemberian antibiotic yang

berlebihan.

Mortalitas & Morbiditas

Di negara berkembang, dalam satu juta penduduk diperkirakan 20 orang yang terkena

dampak akut demam rematik dan penyakit jantung rematik, membuat terkemuka ini

menyebabkan kematian jantung pada dekade pertama dari kehidupan. Ini insiden

penyakit jantung rematik secara dramatis lebih rendah di sebagian besar negara maju,

tetapi wabah lokal telah terjadi di dunia Barat. Meskipun demikian, kasus-kasus baru

penyakit jantung rematik di Amerika Serikat adalah sangat jarang.

Gejala sisa lain faringitis streptokokus termasuk glomerulonefritis akut, abses

peritonsillar, dan sindrom syok toksik .

Kematian dari faringitis jarang terjadi tetapi mungkin hasil dari salah satu komplikasinya,

terutama obstruksi jalan napas.

Usia

Faringitis terjadi dengan angka kejadian yang jauh lebih besar pada populasi anak.

Sekitar 15-30% kasus faringitis pada anak usia sekolah pada bulan-bulan musim dingin

disebabkan oleh GAS. Hanya 10% dari kasus dewasa faringitis disebabkan oleh GAS.

Kejadian puncak faringitis bakteri dan virus terjadi pada anak usia sekolah usia 4-

7 tahun.

Faringitis, terutama GAS infeksi, jarang terjadi pada anak-anak muda dari 3

tahun.

Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan haemolyticus

Arcanobacterium adalah bakteri penyebab lain faringitis, tetapi patogen ini jarang

terjadi. Antibiotik seharusnya tidak secara rutin digunakan untuk mengobati

faringitis.

Page 3: Faring It Is

Faktor resiko

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh

yang disebabkan virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang

berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di

lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.

Etiologi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi. Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%)

bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak

teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza

virus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,

cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan

terjadinya faringitis.

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15%

penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis

yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.

Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,

Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema

pallidum, Mycobacterium tuberculosis.

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi

makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

Insidens

Setiap tahunnya ±40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.

Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan

atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama

seseorang absen bekerja atau sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan

±200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral

faringitis. Viral faringitis menyerang semua ras, etnis dan jenis kelamin. Viral faringitis

Page 4: Faring It Is

menyerang anak-anak dan orang dewasa dan lebih sering pada anak-anak. Puncak insidensi

bacterial dan viral faringitis adalah pada anak-anak usia 4-7tahun. Faringitis yang disebabkan

infeksi grup a streptococcus jarang dijumpai pada anak berusia <3 tahun.

Patogenesis

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung

menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan

epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat

hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi

menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan

hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna

kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel

limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi

meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat

menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan

extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena

fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema

pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain

itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat

terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

Klasifikasi Faringitis

Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan

faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan

tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak

menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi

kulit berupa maculopapular rash.

Page 5: Faring It Is

Gambar 2.4. Viral Pharyngitis

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis

terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama

retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan

nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,

terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

b. Faringitis Bakterial

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang

tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan

tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri

pada penekanan.

Page 6: Faring It Is

Gambar 2.4. Streptococcal Pharyngitis

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan

menggunakan Centor criteria, yaitu : - demam

- Anterior Cervical lymphadenopathy

- Tonsillar exudates

- absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis

akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40%

terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi

streptococcus group A.

c. Faringitis Fungal

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di

orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.

Faringitis Kronik

Page 7: Faring It Is

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis

kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis,

iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.

Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut

karena hidungnya tersumbat.

a. Faringitis Kronik Hiperplastik

Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak.

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.

Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada

pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular.

b. Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis

atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan

rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering

dan tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh

lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas,

anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis,

tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah

teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai

peningkatan laju endap darah dan leukosit.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan

dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan

Page 8: Faring It Is

leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan

hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose

antara lain yaitu :

- pemeriksaan darah lengkap

- GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus

group A

- Throat culture

Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan radiologi terbatas. 9

Penatalaksanaan

Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur

dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)

diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali

pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-

6 kali pemberian/hari.

Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A

diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau

amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg

selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid

karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid

yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3

mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik,

antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau

antiseptik.

Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik

faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter).

Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk

antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis

Page 9: Faring It Is

kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya

ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.

Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis

biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

Komplikasi

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis,

pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain

berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi secara

perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.