fakultas tarbiyah institut agama islam negeri...
TRANSCRIPT
PENERAPAN PENDEKATAN DISCOVERY INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK INFAQ DAN SHADAQOH
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI NURUL FALAH BANYUTOWO DUKUHSETI PATI TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh: ZULIHAH
NIM . 093111319
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK
Judul : PENERAPAN PENDEKATAN DISCOVERY INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK INFAQ DAN SHADAQOH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI NURUL FALAH BANYUTOWO DUKUHSETI PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Penulis : ZULIHAH NIM : 093111319
Skripsi ini dilatar belakangi adanya proses pembelajaran fiqih yang terjadi di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati proses pembelajaran masih bersifat teacher centered, siswa pasif dalam kegiatan pembelajran karena diberi sedikit ruang untuk aktif dalampembelajaran yang dilakukan, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan mendikte sehingga menjadikan anak hanya terfokus mendengarkan dan mencatat, tanpa banyak menggali pengetahuan. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati? 2) Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh setelah menerapkan pendekatan discovery Inquiry?.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui 3
siklus dengan setiap siklus tahapannya adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi di kelas dan dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan maupun data tentang gambaran, dengan penelitian tindakan ini akan diketahui peningkatan atau penurunan setelah tindakan kelas dilakukan per siklus 1) Penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati dilakukan dengan berbagai siklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, perencanaan dilakukan peneliti yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (terlampir), menyusun LKS (terlampir), merancang pembentukan kelompok, menyusun kuis (terlampir), dan menyusun RPP, peneliti menyiapkan lembar observasi (terlampir), pendokumentasian, lembar refleksi dan evaluasi, sedng pada tahap tindakan ini merupakan proses pembelajaran yang dilakukan yang dimulai dari persiapan dengan do’a dan absensi sementar itu setting kelas dengan setting biasa, huruf U dan lingkaran, selain itu juga menggunakan beberapa media untuk memperjelas materi yang disampaikan seperti pemuutaran film dan cerita, kemudian pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan guru menerangkan meteri tanya jawab, pembagian kelompok, kerja tim, diskusi kelas, dan pemberian aprisiasi dan pada tahap penutup guru mengajak ber’do’a bersama, tahap observasi paeneliti meneliti
kegitan siswa dan hasil nilai siswa tiap siklus, dari hasil observasi tersebut di refleksi untuk pedoman pembelajaran siklus berikutnya. 2) Peningkatan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh setelah menerapkan pendekatan discovery Inquiry dapat di lihat dari tingkat ketuntasan belajar siswa persiklus yaitu pada pra siklus 9,5% menjadi 33,3% pada siklus I, naik menjadi 66,7% pada siklus II dan terakhir pada siklus III sudah mencapai 85,7%. Demikian juga dengan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI materi pokok nfaq dan shadaqoh juga meningkat persiklus yaitu di siklus I keaktifan siswa mencapai 23,8% naik menjadi 66,7% pada siklus II dan pada siklus III sudah mencapai 80,9% ini menunjukkan apa dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati berhasil.
Semarang, Mei 2011
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry Pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mi Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Zulihah NIM : 093111319 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
Dr. Muslih, M.A NIP. 150 276 926 000 000 000
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Zulihah
NIM : 093111319
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011 Yang menyatakan, Zulihah NIM 093111319
MOTTO
��� وإ�� ا�'&%�ء آ� ر�"!� ١٧�أ��� ����ون إ�� ا��� آ��١٨ �)*+ 01/� ١٩�وإ�� ا�-(�ل آ� وإ�� ا3�رض آ�� )٢٠-١٧: أ�7�8�6( ٢٠
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan.(QS.Al-Ghosiyah ayat 17-20). *1
1 *Soenarjo, dkk, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI, 2006),., hlm. 720
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati, karya ini, dipersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu yang selalu memberi do’a restu
2. Anakku tercinta
3. Sahabat-sahabat seperjuangan.
4. Bapak dan Ibu guru di MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah
melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
2. Dr. Muslih, M.A, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
3. Abdul Musafak, S.Pd.I. Selaku kepala MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti
Pati yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada mereka semua, peneliti mengucapkan terima kasih disertai doa
semoga budi baik mereka diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan
berlipat ganda dari Allah SWT.
Kemudian peneliti mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam
menyusun skripsi ini. Maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif,
evaluative dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga
dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, April 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 3
BAB II PENDEKATAN DISCOVERY INQUIRY TERHADAP
HASIL BELAJAR FIQIH
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 5
1. Pembelajaran Fiqih ........................................................... 5
a. Pengertian Pembelajaran ............................................ 5
b. Unsur-unsur Pembelajaran .......................................... 7
c. Teori-teori Pembelajaran ............................................. 8
d. Pembelajaran Fiqih...................................................... 14
2. Pendekatan Discovery Inquiry ......................................... 16
a. Pengertian Pendekatan Discovery Inquiry .................. 16
b. Dasar Dan Tujuan Pendekatan Discovery Inquiry ...... 21
c. Langkah-Langkah Pendekatan Discovery Inquiry ...... 25
d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Discovery
Inquiry ......................................................................... 28
3. Hasil Belajar Fiqih ............................................................ 30
a. Pengertian Hasil Belajar Fiqih .................................... 30
b. Unsur-unsur Hasil Belajar ........................................... 31
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih ......... 34
4. Pendekatan Discovery Inquiry Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fiqih ............................................................ 35
5. Tinjauan Materi ................................................................. 38
B. Kerangka Berfikir ................................................................... 40
C. Hipotesis Tindakan.................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 42
C. Pelaksana dan Kolaborator ...................................................... 42
D. Rancangan Penelitian .............................................................. 43
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 47
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 49
G. Indikator Pencapaian ............................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Awal Pra Siklus ............................................................. 50
B. Hasil Penelitian Siklus I .......................................................... 53
C. Siklus II ................................................................................... 59
D. Hasi Peneltiian Siklus III ........................................................ 66
E. Pembahasan ............................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................ 77
C. Kata Penutup ........................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Pendidikan, khususnya proses belajar mengajar fungsi
pendidikan yang paling penting adalah bagaimana menuntun peserta didik
untuk mau belajar dan dapat belajar. Dalam mengajar tentunya guru lebih
banyak ditekankan pada strategi kreasi intelektual dan strategi kognitif dari
pada informasi verbal. Dengan cara mengajar yang demikian, strategi belajar
tersebut diharapkan dapat menghasilkan interaksi dan keterlibatan yang
maksimal bagi siswa dalam belajar.2
Selama ini proses pembelajaran fiqih yang terjadi di kelas IV MI Nurul
Falah Banyutowo Dukuhseti Pati proses pembelajaran masih bersifat teacher
centered, siswa pasif dalam kegiatan pembelajran karena diberi sedikit ruang
untuk aktif dalampembelajaran yang dilakukan, guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah dan mendikte sehingga menjadikan anak
hanya terfokus mendengarkan dan mencatat, tanpa banyak menggali
pengetahuan. Dalam konteks ini, prestasi pembelajaran fiqih di kelas IV MI
Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati masih jauh dari ideal, karena di lihat
dari prestasi belajar nilai ketuntasan belajar fiqih dengan KKM 70 disemester
pertama hanya berkisar 45% dari seluruh jumlah siswa kelas IV MI Nurul
Falah Banyutowo Dukuhseti Pati yang tuntas, seharusnya KKM yang
diperoleh oleh siswa adalah 70% - 80% dari jumlah seluruh siswa.
Pembelajaran konstruktivistik ini tentunya sangat mendukung dalam
menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, bangga dengan apa yang
dimiliki dan tentunya menekankan kearah peserta didik dapat menjadi dirinya
sendiri dan bangga dengan segala kemampuan yang dimilikinya.3
2 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
1996), hlm. 54. 3 Nurhadi, dan Gerrad Senduk, Agus, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: IKIP Malang, 2003), hlm. 33
Pendekatan yang berpusat pada siswa disebut juga Pendekatan
discovery inquiry. Discovery (Penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya
dengan inquiry (penyelidikan) dan problem solving (pemecahan masalah),
beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedang
ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari penemuan, dan
ahli-ahli lain menulis tentang cara penyelidikan sendiri (heuristik modes) yang
meliputi penyelidikan dan penemuan.4
Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan discovery inquiry
merupakan pembaharuan pendidikan yang mana siswa didorong untuk belajar
secara aktif dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran dengan Pendekatan discovery inquiry
memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka agar
melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar
memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan berfikir kritis
karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Selama
proses discovery inquiry berlangsung, seorang guru tidak boleh banyak
bertanya atau berbicara, karena akan mengurangi proses belajar discovery
inquiry. Dengan Pendekatan ini siswa dituntut untuk bertanggung jawab pada
pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa
akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa dan hal-hal yang baik
yang ada dalam diri siswa serta kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa
dalam proses belajar, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar
siswa-siswanya.5
Dalam hal ini mencari dan menemukan prinsip-prinsip pembelajaran
maupun tugas yang diberikan peserta didik sebagai bahan discovery inquiry
baik di kelas maupun diluar kelas. Ini berarti bahwa tekanan dalam
pendekatan discovery inquiry adalah sebagai usaha menemukan dan meneliti
4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 191-193. 5 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pernyataan dan Jawaban, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm.
124.
pola-pola, hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan, pengertian, kesimpulan-
kesimpulan, masalah-masalah, pemecahan-pemecahan dan implikasi-implikasi
yang ditonjolkan oleh salah satu bidang studi.6
Dari latar belakang diatas peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang
penerapan pendekatan discovery inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2010/2011
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan
penulis angkat adalah
1. Bagaimanakah penerapan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul
Falah Banyutowo Dukuhseti Pati?
2. Sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah
Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq
dan shadaqoh setelah menerapkan pendekatan discovery Inquiry?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai adalah:
a. Untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI
Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati.
b. Untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan hasil belajar siswa kelas
IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih
materi pokok infaq dan shadaqoh setelah menerapkan pendekatan
discovery Inquiry.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis
6 J. Drost, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia,
1999), hlm. 42.
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori
pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih.
b. Secara praktis
a. Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah
dalam mengembangkan siswanya terutama dalam hal proses
pembelajaran agama Islam, khususnya peningkatan keaktifan dan
prestasi belajar.
b. Bagi siswa
Diharapkan para siswa dapat terjadi peningkatan hasil
belajar pada pembelajaran fiqih
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru
khususnya proses pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran
fiqih
BAB II
PENDEKATAN DISCOVERY INQUIRY
TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar”. Banyak
pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa belajar adalah
modifikasi tingkah laku organisme sebagai hasil dari pengalaman
lingkungan.
Sedangkan menurut WS. Winkell, belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-nilai sikap.
Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbeda.7
Clifford T. Morgan memberikan definisi belajar, “learning is
relatively permanent change in behavior which occurs as result of
experience or practice”.8 (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan).
Sesuai dengan beberapa definisi belajar di atas, maka pengertian
efektivitas pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah
yang lebih baik. Dalam hal ini perubahan tingkah laku tersebut
meliputi perubahan tingkah laku intelektual, religious dan sosial.
Dalam buku Educational Psychology dinyatakan bahwa
learning is an active process that needs to be stimulated and guided
7 W.S. Winkell, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 36. 8 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, The Ms. Grow Will Book Company,
(New York: 1961), hlm. 187.
toward desirable outcomes.9 (Pembelajaran adalah proses aktif yang
membutuhkan rangsangan dan tuntunan untuk menghasilkan hasil
yang diharapkan). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi
antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik.
Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid
dalam kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah:
أن ا�@"�? ه8D E��� �� ذهA ا�%@"�? ��0أ <�� (�ة 6���1 ١٠.��/Fث ��8D �H��ا F�FGا
Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru
Konsep pembelajaran mengandung beberapa implikasi, yaitu:
(1) Perlu diupayakan agar dapat terjadi proses belajar yang interaktif
antara peserta didik dan sumber belajar yang direncanakan; (2)
Ditinjau dari sudut peserta didik, proses itu mengandung makna bahwa
terjadi proses internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan
sumber belajar yang dapat berupa pesan-pesan ajaran dan nilai-nilai
serta norma-norma ajaran Islam, guru sebagai fasilitator, bahan ajar
cetak atau non cetak yang digunakan, media dan alat yang dipakai
belajar, cara dan teknik belajar yang dikembangkan, beserta latar atau
lingkungannya (spiritual, budaya, sosial, dan alam) yang menghasilkan
perubahan perilaku pada diri peserta didik yang semakin dewasa dan
memiliki tingkat kematangan dalam beragama; dan (3) Ditinjau dari
sudut pemberi rangsangan perancang pembelajaran pendidikan agama,
proses itu mengandung arti pemilihan, penetapan dan pengembangan
9 Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, (New York: American Book
Company, 1958), hlm. 225. 10 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi,
Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 179
metode pembelajaran yang memberikan kemungkinan paling baik bagi
terjadinya proses belajar pendidikan agama.11
b. Unsur-Unsur Pembelajaran
1) Bahan Belajar
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi
pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai,
sikap dan metode pemerolehan.
2) Suasana Belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat
belajar sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar.
Disamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah
juga sangat berpengaruh pada kegiatan belajar. Karena guru
memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang
menarik bagi siswa.
3) Media dan Sumber Belajar
Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan
dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang,
tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah,
radio, sanggar seni, sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan
didekat sekolah. Disamping itu, buku pelajaran, buku bacaan, dan
laboratorium sekolah juga telah tersedia semakin baik dan
berkembang maju.
Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat
membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan
sumber belajar diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan
untuk meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, sehingga mutu
hasil belajar semakin meningkat.12
11 Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002). hlm. 183.
12 W.S. Winkell, Psikologi Pengajaran, hlm. 50
4) Guru sebagai Subyek Pembelajar
Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai subyek
pembelajar, guru berhubungan/ berinteraksi secara langsung
dengan siswa. Sebagaimana mestinya setiap individu mempunyai
karakteristik, motivasi belajar siswa yang berbeda-beda. Atas hal
tersebut, maka guru dapat menggolongkan motivasi belajar siswa
dengan melakukan penguatan-penguatan pada motivasi
instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi
intrinsik siswa.
c. Teori-teori pembelajaran
Menurut Morris L. Biggae dan Maurice P. Hunt ada tiga
keluarga atau rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental,
behaviorisme dan cognitive gestalt Field.
1) Rumpun teori disiplin mental
Secara herediter atau dari kelahirannya rumpun teori
disiplin mental, mengungkapkan bahwa anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Salah satu upaya untuk mengembangkan
potensi-potensi tersebut adalah dengan belajar. Teori-teori yang
termasuk rumpun disiplin mental yaitu: disiplin mental theistic,
disiplin mental humanistic dan apersepsi.
a) Teori disiplin mental theistik, Berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini individu
atau anak mempunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengambil, mengingat dan memecahkan masalah. Belajar adalah merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Setelah terlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk menghadapi atau memecahkan berbagai masalah.
b) Teori disiplin mental humanistik, Bersumber pada psikologi humanistic klasik dari Plato
dan Aristoteles. Teori ini hampir sama dengan teori disiplin mental theistic, tetapi ada sedikit perbedaannya dengan teori di atas, bedanya kalau teori disiplin mental theistic menekankan bagian-bagian latihan. Bagian atau aspek-aspek tertentu sedangkan teori disiplin mental humanistic lebih menekankan keseluruhan, keutuhan, pendidikannya menekankan pada pendidikan umum (general education), dengan tujuan jika
seseorang telah menguasai hal-hal yang bersifat umum maka akan mudah ditransfer atau diaplikasikan kepada hal-hal lain yang bersifat khusus.
c) Teori naturalisme atau natural enfoldment atau self actualization.
Teori ini bertitik tolak dari psikologi naturalisme romantik dengan tokoh utamanya Jean Jacques Rousseau. Sama dengan kedua teori sebelumnya, bahwa anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan kelebihan dari teori ini adalah mereka berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi atau kemampuan tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri.
d) Teori Apersepsi Teori ini disebut juga herbaltisme, bersumber pada
psikologi strukturalisme dengan tokohnya Herbart. Aliran ini berpendapat bahwa belajar adalah membentuk massa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu massa apersepsi, massa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya semakin tinggi perkembangan anak semakin tinggi pula masa apersepsinya.13
2) Rumpun kedua Behaviorisme /S-R Stimulus-Respon
Muhibbin Syah mengatakan dibukunya ditulis: Menurut
aliran Behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan atau
pembawaan apa-apa dari orang tuannya dan belajar adalah kegiatan
refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory)
serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau
warisan atau pembawaan14
Teori ini berawal dari asumsi bahwa anak atau individu
tidak memiliki potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan
anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan.
Teori ini tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental.
Perkembangan anak menyangkut hal-hal yang nyata yang dapat
13 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 53. 14 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 103
dilihat dan diamati. Yang termasuk teori behaviorisme yaitu: teori
S-R Bond, Conditioning dan Reinforcement.
a) Teori S-R Bond (Stimulus-Response) Psikologi koneksionisme atau teori asosiasi, teori ini
adalah teori pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut mereka, kehidupan ini tunduk pada hukum stimulus-Respon/aksi reaksi. Menurut hukum kesiapan, hubungan antar stimulus dan respon terbentuk apabila ada kesiapan pada sistem syaraf individu. Selanjutnya, hukum latihan/pergulangan hubungan antara stimulus dan respons akan terbentuk apabila sering dilatih/diulang-ulang. Menurut hukum akibat (law of effect) hubungan stimulus dan respon akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan.
b) Teori conditioning/ stimulus-response with conditioning; tokoh teori ini adalah Watson, terkenal dengan percobaan conditioning pada anjing. Belajar stimulus dan respon perlu dibantu dengan kondisi tertentu
c) Teori reinforcement; tokohnya C. L. Hull. teori ini berkembang dari teori psikologi reinforcement, merupakan perkembangan dari teori S-R Bond dan Conditioning kalau pada teori conditioning, kondisi diberikan pada stimulus, maka pada reinforcement kondisi diberikan pada respon, contoh reinforcement positif, seperti pemberian pujian, hadiah bonus, piala dan sebagainnya. Contoh reinforcement negatif: peringatan, teguran, ancaman, sanksi, hukuman, pemotongan gaji. 15
Kelemahan teori Behaviorisme sebagai berikut:
a) Dipandang dapat diamati secara langsung, padahal kenyataannya belajar merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar kecuali ada gejala tertentu.
b) Dipandang bersifat otomatis mekanis (seperti mesin dan robot). Padahal setiap siswa memiliki self regulation (kemampuan mengatur diri sendiri) dan self control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehingga bisa menolak respon jika tidak dikehendakinya.
c) Proses belajar manusia dianalogikan seperti perilaku hewan, padahal kenyataannya karakter manusia baik dari fisik maupun psikis sangatlah berbeda dengan hewan.16
15 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.17-27 16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 90-91.
3) Rumpun yang ketiga Cognitive Gestalt Field
Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya ditulis:
Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan
kemampuan mentalnya sendiri, faktor bawaan ini memungkinkan
siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus,
sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.17
Teori ini bersumber dari psikologi Gestalt Field menurut
mereka belajar adalah proses mengembangkan insight/pemahaman
baru. Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru
yang ada dalam lingkungan.
a) Teori belajar Goal Insight berkembang dari psikologi configurationalism. Menurut mereka individu selalu berinteraksi dengan lingkungan. Perbuatan individu selalu bertujuan diarahkan pembentukan hubungan dengan lingkungan. Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi, yang telah diuji yang berisi kecakapan menggunakan suatu objek, fakta dan proses.
b) Teori belajar cognitive field bersumber pada psikologi lapangan (field psikologi) tokohnya Kurt Lewin. Individu selalu berada dalam suatu lapangan psikologi/ life space. Dalam lapangan ini selalu ada tujuan yang ingin dicapai ada motif yang mendorong pencapaian tujuan. Setiap orang berusaha mencapai tingkat perkembangan dan pemahaman yang terbaik di dalam lapangan psikologinya. Tingkah laku seseorang pada suatu saat merupakan fungsi dari semua faktor yang ada yang saling bergantung pada yang lain. Bagi penganut cognitive Field, belajar merupakan suatu proses interaksi.18
Dalam pembelajaran menurut teori Gestalt yang terpenting
adalah penyesuaian, pertama yaitu mendapatkan respon atau
tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari tetapi mengerti atau memperoleh
“insight” (pengertian). Belajar dengan insight (pengertian) adalah
sebagai berikut :
17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm. 103 18 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, hlm. 53
1) Insight tergantung dari kemampuan dasar. 2) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari). 3) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati. 4) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit. 5) Belajar dengan insight dapat di ulangi. 6) Insight sekali di dapat, dapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.19
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt
1) Belajar itu berdasarkan keseluruhan Keseluruhan lebih dari jumlah-jumlah bagian. Pendidik
modern berpendapat bahwa mata pelajaran yang lepas kurang manfaatnya sebab tidak berdasarkan atas keseluruhan ini.
2) Anak yang belajar merupakan keseluruhan Anak tidak hanya mempunyai intelektual saja, ia
seorang pribadi, suatu keseluruhan yang menghadapi situasi-situasi bukan hanya secara intelektual, melainkan juga secara emosional, sosial dan jasmaniah.
Oleh karena itu, dalam pengajaran modern, orang bukan hanya mengajarkan berbagai mata pelajaran akan tetapi mengutamakan tujuan pendidik si anak, membentuk seluruh pribadinya secara utuh.
3) Belajar berkat “insight” Teori organisme memandang “insight”, pemahaman
atau titikan sebagai syarat mutlak dalam hal belajar. 4) Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar memberi hasil yang sebaik-baiknya bila didasarkan pada pengalaman. Pengalaman adalah suatu inter-aksi, yakni aksi dan reaksi. Antara individu dan lingkungan.
5) Belajar adalah sebuah proses perkembangan
Manusia adalah suatu organisme yang tumbuh dan berkembang menurut cara-cara tertentu.
Kesediaan anak untuk mempelajarinya sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan atau taraf pertumbuhan batiniah, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, yakni ada pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh anak itu.
6) Belajar ialah proses kontinu
19 Margaret F. Bell Gredler. Belajar dan Membelajarkan. (Jakarta: CV, Rajawali, 1996).
hlm 86-88
Kontinuitet, akan terganggu pula apabila pelajaran di sekolah berlainan atau bertentangan dengan norma-norma yang diajarkannya di rumah.
7) Belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat keinginan dan tujuan anak.
Hal ini tercapai apabila pelajaran itu langsung berhubungan
dengan apa yang diperlukan murid-murid dalam kehidupannya
sehari-hari apabila mereka tahu dan menerima tujuannya.
Dikatakan bahwa itu dilarang oleh motivasi yang intrinsik, sebab ia
ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam pelajaran itu sendiri.
Jean Piaget sebagaimana dikutip oleh E. Mulyana,
mengungkapkan teori tentang perkembangan intelektual dari lahir
sampai dewasa dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan
kognitif dengan tahap-tahap:
1) Tahap-tahap yang berbeda itu membentuk suatu sikuensial, yaitu tatanan operasi mental yang makin mantap dan terpadu.
2) Tahap-tahap itu merupakan suatu urutan yang hirarkis, membentuk suatu tatanan operasi mental yang makin mantap dan terpadu.
3) Walaupun rangkaian tahap-tahap itu konstan, tahapan pencapaian bervariasi berkenaan dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu yang menggabungkan pengaruh pembawaan dengan lingkungan.
4) Walaupun faktor-faktor meningkatkan atau menurunkan perkembangan kognitif, faktor-faktor tersebut tidak mengubah sekuensinya. Ada tiga hal pokok hal yang terlibat jika anak mengintegrasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola yang ada, akomodasi (mengubah struktur mental yang telah ada berhubungan dengan lingkungan yang berubah), dan equlibrasi (mencapai keseimbangan antara hal-hal yang telah dipahami lebih dahulu dengan masukan baru). Individu merespon data sensoris baru baik dengan cara mengklasifikasikannya kedalam skemata atau konsep-konsep yang ada maupun dengan mengembangkan konsep yang baru.20
20 E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik Dan Implementasi,
(Jakarta: Rosda Karya, 2004), hlm. 135
d. Pembelajaran Fiqih
Fiqih berarti ilmu yang membahas tentang hukum atau
perundang-undangan Islam berdasarkan atas Al-Qur'an hadits, ijma’
dan qias. Fiqih berhubungan dengan hukum perbuatan setiap mukallaf,
yaitu hukum wajib, haram, mubah, makruh, sah, batal, berdosa,
berpahala, dan sebagainya. Keputusan yang dihasilkan dari pemikiran
dan pemahaman hukum agama harus selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, tempat, dan tidak boleh berhenti atau
membeku.21
Dalam istilah syara’ fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-
hukum syara; yang praktis, yang diambil dari dalil-dalil secara
terperinci.22
Secara umum fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari
bermacam-macam syari’at atau hukum Islam dan berbagai macam
aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang
berbentuk masyarakat sosial. Untuk fiqih dalam arti khusus adalah
ilmu yang membahas masalah-masalah hukum Islam dan peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.23
Pembelajran fiqih dalam kurikulum madrasah ibtidaiyah
adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya ( Way of life) melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan.
Kenyataanya seolah – olah fiqih dianggap kurang memberikan
kontribusi kearah itu. Setelah ditelusuri fiqih menghadapi beberapa
kendala antara lain : waktu yang disediakan kurang seimbang dengan
21 Abdul Mujieb, dkk., Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 77. 22 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 1. 23 Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqih, (Jakarta: Rajawali, 1993), hlm. 7.
muatan materi yang begitu paadatdan memang penting yakni menutut
pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian
yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.24
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah
satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara
pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-
hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan
pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan
minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata
pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
ataupun lingkungannya.25
Sedang Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.26
24 Departemen Agama RI Kurikulum 2006, Pedoman Umum Pengembangan Silabus
Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2006), hlm. 48 25 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 63
26 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar Fiqih Kelas IV
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Mengetahui ketentuan zakat
1.1 Menjelaskan macam-macam zakat
1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah
1.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
2. Mengenal ketentuan infak dan sedekah
2.1 Menjelaskan ketentuan infak dan sedekah
2.2 Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah
2. Pendekatan Discovery Inquiry
a. Pengertian Pendekatan Discovery Inquiry
Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak di
pengaruhi oleh pendekatan yang digunakan oleh guru. Ada
beberapa pendapat yang mengenahi pendekatan mengajar. Ricard
Anderson mengajukan dua pendekatan yakni pendekatan yang
berorientasi kepda guru atau di sebut techer oriented dan
pendekatan yang berorientasi pada siswa atau disebut student
centered. Pendekatan pertama disebut pola tipe otokratis dan
pendekatan kedua disebut tipe demokratis.
Salah satu pendektan adalah pendekatan inquary. Inquiry
adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa
dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan.27
Inquiry menekankan pada proses menemukan sendiri
jawaban dengan observasi, bertanya, mengajukan dugaan,
pengumpulan data dan menyimpulkan, yang semuanya
memerlukan metodologi keilmuan. Dengan strategi tersebut
27 Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1997), hlm. 168
diharapkan siswa menemukan fakta-fakta kebenaran dari hasil
pengamatan, dugaan, hingga penyimpulan.28
Sund, seperti yang dikutip oleh Trianto, menyatakan bahwa
discovery merupakan bagian dari inkuiry, atau inkuiry merupakan
perluasan proses discovery merupakan perluasan discovery yang
Digunakan lebih mendalam, inkuiri yang dalam bahasa inggris
inkuiri, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan, inkuiri
sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari
dan memahami informasi. 29
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa
sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai
stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai
pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan
demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau
dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan
bimbingan guru.
Pendekatan discovery Inquiry merupakan pendekatan
mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam
pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek
yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan Inquiry adalah
pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru
adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk
dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah
28 Nurhadi, Kurikulum 2004; Pertanyaan dan Jawaban, (Jakarta: Grassindo, 2004), hlm.28
29 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 135
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan
masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru
masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi
terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi. 30
Tekanan utama pembelajaran dengan strategi inquiry
adalah:
1) Pengembangan kemampuan berpikir individual lewat penelitian
2) Peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan teknik penelitian
3) Latihan keterampilan intelektual khusus, yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu
4) Letihan menemukan sesuatu, seperti “belajar bagaimana belajar” sesuatu. 31
Menurut bahasa discovery artinya penemuan, sedangkan
inquiry menurut bahasa adalah penyelidikan. Sund berpendapat
bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Inquiry
adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses mental yang
lebih tinggi tingkatannya.
Dr. J. Richard Scuhman dan asistennya mencoba "self
learning" siswa, sehingga proses pengajaran berpindah dari situasi
"teacher dominated learning" (vertical) ke situasi "student
dominated learning" (horisontal) dengan menggunakan discovery
yang melibatkan murid dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya.32
30 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), Cet. III, hlm. 51. 31 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1999),
hlm. 173 32 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), cet. I, hlm. 193-194.
Menurut W. Gulo discovery inquiry adalah suatu rangkaian
kegiatan belajar yang mengakibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis dan anlitis sehingga mereka dengan percaya
diri dapat menemukannya.33
The Inquiry is an approach where the learner generates
his/her own form of information. It is characterized by the
following features: learner-centered, leader-facilitated, learner-
active and learning process emphasis.34 (Inquiry adalah suatu
pendekatan dimana dalam proses pembelajaran peserta didik
dituntut untuk mencari/menemukan data-data dari suatu informasi
yang dikemukakan oleh guru, sehingga tingkah laku tersebut dapat
diketahui dari ciri-ciri seperti: berpusat pada siswa, guru sebagai
fasilitator, pembelajaran yang aktif dan adanya tekanan dalam
proses pembelajaran). Sedangkan discovery tends to develop
interest and skill in cooperating with other people to perform a
task. It appears that this method also develops individual ability
and confidence in solving problems.35 Discovery lebih menekankan
pada usaha pengembangan dan keahlian dalam bekerja sama
dengan orang lain untuk melaksanakan tugas dari guru. Dimana
pendekatan ini juga mengembangkan kemampuan individual dan
kepercayaan diri pada peserta didik dalam memecahkan
permasalahan).
Dalam hal ini pendekatan discovery inquiry merupakan
kebalikan dari pendekatan expository, dimana pendekatan
33 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia,
2002), hlm. 84. 34 Raymond Uwameiye and Ogunbameru Mercy Titilayo,”A Comparative Analysis of
Two Methods of Teaching Financial Accounting at Senior Secondary School”,http:// Nov05_article03.htm. di akses pada tanggal 24 November 2010
35 J, Dancis & Davidson, N. "The Texas Method and the Small Group Discovery Method", http:// The Legacy of R_ L_ Moore - The Texas Method and the Small Group Discovery Method -- Dancis and Davidson.htm. di akses pada tanggal 24 November 2010.
expository adalah pendekatan yang digunakan guru untuk
menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap
dan sistematis yang penyampaiannya secara verbal.36 Pendekatan
ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh
guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang
sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan guru.
Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa
menggunakan komunikasi satu arah dan komunikasi sebagai aksi.
Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab
terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-
kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam
memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan
alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan lain-lain, disamping
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Pendekatan mengajar mana yang akan dipilih guru diserahkan
sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan kondisi dan
suasana belajar mengajar. Namun pendekatan manapun yang
dipilih hendaknya diperhatikan bahwa inti dari proses belajar
adalah adanya kegiatan siswa belajar, artinya harus berpusat pada
siswa, bukan kepada guru/pengajar.37
Bila dilukiskan penerapan pendekatan tersebut dalam
strategi adalah sebagai berikut:
36 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 245. 37 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 153.
Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
mengajar digunakan guru pada tahapan instruksional atau tahapan
kedua dari tiga tahapan mengajar.38
Jadi discovery inquiry disini adalah pendekatan yang
menekankan pada pembentukan dan pengembangan kemampuan
murid untuk berinteraksi sosial, mengembangkan sikap dan
perilaku demokratis dengan musyawarah, gotong royong dan
saling memberi manfaat. Sehingga pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
b. Dasar Dan Tujuan Pendekatan Discovery Inquiry
Pendekatan sistem instruksional discovery inquiry pada
mulanya lebih banyak digunakan oleh para guru Amerika penganut
aliran pemikiran John Dewey. Selanjutnya, Jerome Bruner dan
Piaget dan para pengikutnya turut pula mengembangkan sistem
tersebut (Hilgard, Bower, dan Dewey) adalah seorang filosof
modern A.S. yang amat piawai dalam bidang ilmu pendidikan dan
psikologi. Nama asli sistem instruksional inquiry discovery adalah
inquiring discovering learning, yang kurang lebih berarti belajar
penyelidikan dan penemuan.39 Pendekatan ini bertolak dari
pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar,
38 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 157. 39 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm. 154.
Prainstruksional
Instruksional
Evaluasi/tindak
lanjut
Pendekatan-
pendekatan
mengajar
Tahapan
mengajar
(strategi)
1
2
3
mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.40 Proses
pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar, dimana siswa
dituntut aktif dengan mencari dan menemukan suatu konsep.
Firman Allah SWT dalam QS.Al-Ghaasyiyah ayat 17-20:
وإ�� ا�'&%�ء ١٧�إ�� ا��� آ� ��� أ��� ����ون١٨�آ� ر�"� �)*+ وإ�� ١٩�وإ�� ا�-(�ل آ�
�/01 )٢٠-١٧: أ�7�8�6( ٢٠�ا3�رض آ�
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan.(QS.Al-Ghosiyah ayat 17-20).41
Dalam ayat tersebut maksudnya adalah mendorong peserta
didik untuk dapat mencari dan menemukan serta menyelidiki apa-
apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT, kemudian
mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam
proses belajar mengajar atau pengamatan dari keyakinan dan sikap
yang mereka hayati dan pahami sehingga benar-benar telah
ditransformasikan kedalam diri peserta didik tersebut.
Asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) Ketrampilan bersifat kritis dan berpikir deduktif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok.
2) Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
40 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 154. 41 Soenarjo, dkk, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI, 2006), hlm. 720.
3) Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inquiry dan discovery menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif.42
Guru yang memandang mengajar itu sebagai usaha untuk
merangsang anak untuk belajar dan berfikir sendiri, menentukan
sendiri jawaban atas soal-soal atau masalah yang dihadapinya, akan
lebih cenderung menggunakan penemuan atau pemecahan masalah.
Karena dianggap bahwa pendekatan ini memberi hasil belajar yang
lebih mendalam, lebih mantap dan tidak mudah dilupakan.43
Strategi belajar mengajar inquiry disamping mengantarkan siswa
kepada tujuan intruksional tingkat tinggi, dapat juga memberi
tujuan iringan (nutrunant effect) sebagai berikut:
1) Ketrampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan)
2) Pengembangan daya kreatif 3) Belajar secara mandiri 4) Memahami hal-hal yang mendua 5) Sikap terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara
tentatif.44
Sebagaimana yang terkandung dalam hadist Nabi
Muhammad SAW:
K�> Lا �Mا�/�ث ر A� 6)�> A> : N�O 6وج ا��QD K+أQ�Q> A� أة ����� , إه�ب�Tا K@D3� : 6)�> �"Mار N+ا�H� وجQD N@6 , وا���> �H� ا<�?: ���ل �T N�@"Mار U+ا ,
وX ا(�N�D ��آW ا�� رE1ل ا��V L ا�> L�K و�1? �� K�3'� 6��F%� , ?�1و K��> Lا ��V Lل اE1ل ر��� : آ�
42 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), hlm. 64. 43 S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)., hlm. 44. 44 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 101.
Y��Z �G6 و+\/6 زو)�> �H� ؟ ���ر )^ F^و) Yروا ٤٥)ا�(�aري
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mulaikah r. a: Uqbah bin Harist r. a berkata bahwa ia menikah dengan anak perempuan Abi Lahb bin Aziz tak lama kemudian seorang perempuan menemuinya dan berkata,”akulah yang menyusui Uqbah dan perempuan yang dinikahinya. Uqbah berkata kepadanya,“aku tidak tahu kamu telah menyusuiku dan kamu tidak mengatakannya kepadaku” kemudian dia pergi menemui Rasulullah SAW, tentang itu, Rasulullah SAW menjawab, “Bagaimana dapat kamu (tetap memperistrinya), padahal telah dikatakan kepadamu (bahwa ia saudar sesusu)?”kemudian“ Uqbah menceraikan istrinya, dan kemudian istrinya menikah dengan orang lain. (HR, Bukhori)
Dari hadist diatas menjelaskan bahwa peserta didik dalam
mencari jawaban atas suatu persoalan sebagai suatu tujuan
efektivitas pembelajaran dalam memecahkan permasalahan.
Sehingga peserta didik akan mampu mengembangkan dorongan
keingintahuannya dan keberanian berpartisipasi dalam proses
belajar.
Selain itu pendekatan discovery inquiry juga dapat
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi
dua arah, tergantung pada besarnya kelas, yaitu:
1) Sistem satu arah (ceramah reflektif)
Dalam pendekatan ini usaha merangsang siswa
melakukan proses discovery inquiry di depan kelas. Guru
mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan
masalah. Dalam prosedur ini guru tidak
menentukan/menunjukkan aturan-aturan yang harus digunakan
oleh siswa, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru
mengundang siswa untuk mencari aturan-aturan yang harus
dilakukannya. Selain itu penggunaan pendekatan discovery
45 Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhori, Shohih Bukhori, (Indo: Maktabah
Dahlan, tth), juz 1, hlm. 51.
inquiry dalam kelompok kecil tergantung pada kemampuan dan
pengalaman guru sendiri serta waktu dan kemampuan
mengantisipasi kesulitan siswa.
2) Sistem dua arah
Dalam sistem ini, melibatkan siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery
sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar.
Gaya pengajaran demikian menurut Gagne disebut guided
discovery, sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20-30
orang siswa, hanya beberapa orang saja yang benar-benar
melakukan discovery, sedangkan yang lainnya berpartisipasi
dalam proses discovery inquiry.46
Sehingga dengan menggunakan salah satu dari 2
macam pelaksanaan discovery inquiry peserta didik akan
mampu mengembangkan dorongan ingin tahunya, keinginan
dan keberanian berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
c. Langkah-Langkah Pendekatan Discovery Inquiry
Beberapa langkah pada pendekatan discovery inquiry
sebagai berikut :
1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan
sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis,
kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan
atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk
memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa
gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua
46 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), hlm. 187-188.
gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan
dengan permasalahan yang diberikan.
3) Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses
pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel,
matriks, atau grafik.
4) Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisis dara yang telah diperoleh.
Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran
“benar” atau “salah”, setelah memperoleh kesimpulan, dari data
percobaan, siswa dapat menguji hipotesis itu salah atau ditolak,
siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang
telah dilakukannya.
5) Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah
membuat kesimpulan sementara berdasarkan dara yang
diperoleh siswa.47
47 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, hlm. 137-
138
Gambar
Langkah-langkah Pendekatan Discovery Inquiry48
Keterangan :
Jalur
Pendekatan Discovery Inquiry
Langkah-langkah yang digunakan oleh guru dalam
pendekatan ini adalah diskusi dan pemberian tugas. Diskusi
dilakukan antara lain untuk pemecahan masalah dengan cara
48 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 158.
Guru memilih tingkah laku / tujuan
Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan pendapatnya
Siswa menetapkan hipotesis / praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)
Secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga baik secara individu ataupun secara
kelompok.
Siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga
Guru membantu siswa/mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi yang diperoleh
Siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik
kesimpulan
Siswa menarik kesimpulan
Inquiry
1
2
3
3a
4b
4a
5
1 – 2 – 3 – 4a – 5
1 – 2 – 3 – 3.1 – 4b – 5
berkelompok dan dengan bimbingan guru. Dengan demikian
pendekatan komunikasi yang digunakan dalam berinteraksi dengan
murid bukan komunikasi satu arah, tetapi menggunakan
komunikasi banyak arah. Ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan pendekatan inquiry/discovery, yaitu :
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa; 2) Menetapkan jawaban sementara (hipotesis); 3) Siswa mencari informasi data, fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis; 4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; 5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.49
Dalam penggunaan pendekatan ini guru mempersiapkan
peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri,
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, serta menghubungkan
penemuan satu dengan penemuan lainnya, membandingkannya
dengan penemuan siswa lainnya.50
Dengan cara mengajar demikian, diharapkan dapat
menghasilkan interaksi dan keterlibatan yang maksimal bagi
peserta didik dalam belajar. Sehingga tujuan pelaksanaan discovery
inquiry adalah mengarah kepada peningkatan kemampuan baik
dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor.
d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Discovery Inquiry
1) Kelebihan pendekatan discovery inquiry antara lain:
a) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif siswa, jadi peserta didik dapat belajar bagaimana belajar itu.
b) Pengetahuan dalam pendekatan ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer.
49 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm., 155. 50 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),
hlm. 108.
c) Membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d) Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemapuannya sendiri.
e) Pendekatan ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehinga ia lebih terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu penemuan khusus.
f) Pendekatan ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses penemuan-penemuan.
g) Pendekatan ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.51
i) Lebih banyak sumber belajar yang tersedia. j) Setiap unit pelajaran dari tiap bidang studi dapat dipelajari
setiap waktu pada tempat-tempat yang sesuai dengan kondisi dan gaya belajar siswa.
k) Kecepatan belajar ditentukan oleh siswa itu sendiri. l) Bimbingan dan penyuluhan yang diberikan oleh tutor lebih
bermanfaat dan lebih relevan dibandingkan bimbingan yang diberikan dalam belajar yang bersifat tradisional.52
2) Kelemahan pendekatan discovery inquiry antara lain:
a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
b) Pendekatan ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar karena sebagian besar waktu dapat hilang dengan membantu seorang siswa menemukan teori-teori.
c) Harapan yang ditumpahkan mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan akan mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
e) Pendekatan ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses dibawah pembinaanya.53
51 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, hlm. 200-201. 52 Sudjarwo S, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1984), hlm.
29. 53 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, hlm. 202.
Dengan adanya kelebihan dan kelemahan maka guru
dapat dengan mudah mengidentifikasi dan menerapkan
pendekatan, strategi, metode maupun tekhnik mengajar yang
sesuai dengan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas,
sehingga guru akan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
3. Hasil Belajar Fiqih
a. Pengertian Hasil Belajar Fiqih
Hasil belajar atau prestasi belajar dari kata prestasi dan
belajar. Prestasi merupakan hasil usaha yang diwujudkan dengan
aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
M. Bukhori mengemukakan prestasi adalah “hasil yang
telah dicapai atau ditunjukkan oleh murid sebagai hasil belajarnya,
baik itu berupa angka, huruf, atau tindakan mencerminkan hasil
belajar yang dicapai oleh masing-masing anak dalam periode
tertentu.54
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa
prestasi atau hasil adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak dalam periode tertentu.
Sedangkan belajar adalah proses transfer yang ditandai
oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan kemampuan
seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman (yang terjadi melalui aktifitas mental yang bersifat
aktif, konstruktif, komulatif dan berorientasi pada tujuan (Shuell,
1986).55
54 M. Bukhori, Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jammars, 1983),
hlm. 178. 55 M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, PBM-PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), Cet. I, hlm. 94.
Menurut Clifford T. Morgan. “ Learning is any relatively
permanent change in behaviour that is result of past experience
“ .56 Yang artinya belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman lalu.
b. Unsur-unsur Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, dalam bukunya yang berjudul
Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar, mengemukakan beberapa
unsur hasil belajar, antara lain:57
1) Hasil Belajar Kognitif
a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai
terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom. Cakupan
dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan
yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang
mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti
batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan
lain-lain.
Ada beberapa cara untuk dapat menguasai atau
menghafal, misalnya dibaca berulang-ulang, menggunakan
teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal dengan
“jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe
hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe
hasil belajar lainnya.
Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan
menguasai keterampilan bermain piano, maka yang
bersangkutan harus menguasai dan hafal dulu tangga-
tangga nada.
56 Clifford T. Morgan, Intruduction to Psychology, (New York: The MC. Hill Book
Company, 1961). hlm. 63. 57 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), Cet. III, hlm. 51.
b) Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu
tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna
atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu maka diperlukan
adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan
makna yang ada dalam konsep tersebut.
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum;
pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan
memahami makna yang terkandung di dalamnya. Missal,
memahami kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia, mengartikan lambang Negara, dan lain-lain.
Kedua pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik,
menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan
yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman
ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat di balik yang
tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau
memperluas wawasan.
c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan
mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam
situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan
dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu
dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Jadi dalam
aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus. Dalil
hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu
masalah (situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi
bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan
mental.
d) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai
suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur
atau bagian- bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai
tingkatan / hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar
yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil
belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman,
aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah
menengah apalagi di Perguruan Tinggi.
e) Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis
tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas
menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah
kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas.
f) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan
keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang
dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil
belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan tergantung
semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada
pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat
tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.58
2) Hasil Belajar Afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.
Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai
bidang kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/
58 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 53.
perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan
hubungan sosial.59
3) Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu
(seseorang).
Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c) Kemampuan perceptual termasuk di dalamnya
membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretative.60
Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya
tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan
ada dalam kebersamaan.
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, mengemukakan
beberapa hal yang mempengaruhi prestasi hasil belajar, yaitu :
1) Faktor Internal (dari dalam) meliputi : a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b) Faktor Psikologis yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas : (1) Faktor Intelektif
(a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
59 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), cet. VI. hlm. 30. 60 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 31
(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
(2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti : sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
(3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor Eksternal (dari luar), meliputi :
(1) Faktor sosial, terdiri atas : (a) Lingkungan keluarga (b) Lingkungan sekolah (c) Lingkungan masyarakat (d) Lingkungan kelompok
(2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
(3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
(4) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan. 61
Faktor-faktor tersebut berinteraksi secara langsung ataupun
tidak langsung dalam mencapai hasil belajar fiqih.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal (datang dari dalam) seperti faktor jasmani atau fisik dan
rohani (psikologis) dan faktor eksternal (datang dari luar) seperti
faktor lingkungan dan sosial.
4. Pendekatan Discovery Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Fiqih
Keberadaan dunia pendidikan memegang peranan penting untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa, sebab dari sinilah berbagai ilmu dikaji
dan dikembangkan untuk dijadikan dasar pemikiran dan pengambilan
suatu kebijakan di lingkungan negara tersebut.
Dalam setiap proses pembelajaran sangat membutuhkan adanya
ketrampilan profesional dari seorang guru karena seorang guru dituntut
untuk dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang baik di dalam
kelas dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
61 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
cet1, hlm. 138-139.
Pada dasarnya kondisi belajar yang menyenangkan akan
menumbuhkan kreatifitas siswa. Salah satu kriteria profesional seorang
guru yaitu guru harus mampu memecahkan dan melaksanakan tehnik-
tehnik mengajar yang baik.62 Bila guru dalam penampilan mengajarnya
tidak menarik maka kegagalan pertama adalah tidak dapat menanamkan
benih pengajarannya pada siswa.
Siswa enggan memperhatikan dan tidak dapat menerima pelajaran
sehingga bosan menghadapi pelajaran yang disampaikan. Untuk dapat
melaksanakan tehnik mengajar yang baik maka seorang guru harus
menguasai ketrampilan menggunakan variasi dalam pembelajaran, baik
variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar dan variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa untuk kepentingan siswanya sehingga
memungkinkan perkembangannya secara optimal sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan siswa tidak akan cepat bosan.
Menurut E. Mulyasa, mengadakan variasi merupakan ketrampilan
yang penting dan harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran.
Ketrampilan menggunakan variasi bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan
dan kebosanan pada siswa agar siswa selalu antusias, tekun dan penuh
partisipasi serta untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.63Proses
belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah,
pola, struktur dan isi kurikulum. Akan tetapi sebagian besar ditentukan
oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga belajar siswa berada pada tingkat optimal. Seorang guru
harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar, ia harus mampu
memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
belajar, bagaimana poses belajar berlangsung dan ciri-ciri pemahaman,
62 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), hlm. 38. 63 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 78
perasaan, minat nilai, dan ketrampilan. Dengan demikian ia akan mampu
menentukan gaya memimpin kelas yang akan dipakai. Hal ini akan
mempengaruhi corak interaksi guru dan siswa dalam kegiatan proses
belajar mengajar.
Pekerjaan mendidik atau mengajar adalah pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan tertentu. Kemampuan ini dapat dilihat pada
kemampuannya di dalam melakukan perannya sebagai pendidik atau
pengajar, pembimbing dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajaran yang
menarik dan baik sangat diharapkan guna mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. salah satu cara agar pembelajaran menarik adalah dengan
menggunakan variasi agar siswa tidak bosan dan siswa memperhatikan apa
yang disampaikan oleh guru sehingga mereka paham dan mengerti,
dengan demikian tujuan pendidikan dapat ditanamkan pada peserta didik.
Selain itu mengajar juga sebagai usaha untuk menciptakan sistem
lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dalam arti ini
adalah usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal. Yang
menjadi pusat perhatian dalam PBM ialah siswa. Pendekatan
menghasilkan strategi yang disebut student center strategis. Strategi belajar
mengajar yang berpusat pada peserta didik.64
Begitu juga pada pembelajaran fiqih yang berisi tentng hukum
Islam baik ibadah maupun muamalat, tentunya pembelajartan perlu
diarahkan kepada pengetahuan dan pemahaman siswa langsung dalam
proses pembelajran itu, inquary menjadi slah stu alternatif dalam
pembelajaran Karena metode inquiry merupakan metode mengajar yang
melibatkan siswa secara langsung yang menuju pada penemuan sendiri.
Dalam hal ini guru hanya mengarahkan atau menuntun siswa agar dapat
menentukan sendiri, guru dan siswa bekerja kooperatif.
Pendekatan discovery inquiry sebagai salah satu pilihan pendekatan
pembelajaran karena pendekatan pembelajaran ini mengarah siswa pada
kegiatan yang dapat mengembangkan sikap ilmiah dimana siswa
64 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 4-6
dibimbing untuk mencari dan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri
tentang suatu konsep sain sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta
melainkan hasil dari mereka sendiri. Dengan menentukan sendiri siswa
dapat menguasai suatu konsep dengan betul-betul dan bersifat tahan
lama/tidak mudah dilupakan.
Berikut langkah-langkah penerapan pendekatan discovery inquiry
pada pembelajaran fiqih :
a) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh.
b) Guru menerangkan materi pokok infaq dan shadaqoh. c) Guru memberikan masalah kepada siswa d) Guru menyuruh siswa untuk mengeksplorasi materi dalam kerja
kelompok. e) Guru memberikan tugas tentang materi pokok yang sedang dipelajari.
Pendekatan discovery inquiry pada pembelajaran fiqih menjadikan
siswa aktif dalam proses pembelajaran karena terjadi proses pencarian
dalam mendalami materi, kegiatan pembelajaran yang dilandasi dengan
proses pencarian secara mendalam tentunya akan menjadikan siswa lebih
paham terhadap materi yang didapatkan dan pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajarnya.
5. Tinjauan Materi
Ruang lingkup materi mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.65
Dalam penelitian ini materi yang di bahasa adalah Materi Pokok
Infaq Dan Shodaqoh.
65 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 64
Kata infak menurut bahasa berarti membelanjakan. Infak masih
bersifat umum, termasuk di dalamnya adalah sedekah, wakaf, Hibah, dan
lainnya. Infak adalah mengeluarkan, memberikan atau membelanjakan
sebagian dari harta yang dimiliki untuk kepentingan sosial dan keagamaan
dalam waktu yang tidak terbatas. 66 Allah berfirman dalam surah at-Talaq
ayat 7.
F ATو K@"1 AT 6"1 ذو ef��� Y�Dg �&%T ef���� Kرز K��> ر ا��&f+ K'� إ�&� �Dg �Tه� 1�-" ا��&F"� K <'� �'�ا i�\� �� K&ا��
� ٧:ا�k0ق Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Q.S. at-Talaq: 7)
Meskipun jumlah dan waktu berinfak tidak ditentukan, tetapi pelaksanaan infak ada yang bersifat wajib. Misalnya, seorang bapak memberi nafkah kepada keluarganya seperti makanan, tempat tinggal, dan biaya hidup sehari-hari.
Antara sedekah dan infak tidak jauh berbeda manfaatnya, yaitu:
a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena infak merupakan bukti ketakwaan kita kepada Allah SWT.
b. Melatih kepedulian sosial bagi pemberi infak c. Ikut meringankan beban orang lain yang kesusahan d. Dapat membangun sarana ibadah, pendidikan, kesehatan dan sosial. e. Dapat menambahkan sumber dana untuk dakwah Islam. f. Dapat memperkuat ukhuwah Islam.67
Memberikan suatu jasa atau bersikap baik kepada orang lain
termasuk sedekah. Mendamaikan dua orang yang saling bermusuhan
dengan adil juga merupakan sedekah.
Berdasarkan penjelasan di atas sedekah bersifat umum. Artinya,
sedekah tidak hanya diberikan dalam bentuk harta atau uang, tetapi segala
sesuatu yang memberikan manfaat kepada orang lain termasuk sedekah.
Jadi pengertian sedekah adalah memberikan sesuatu yang berguna kepada
66Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, (Solo: PT.
Tiga serangkai, 2009), hlm. 34 67 Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, hlm.35-36
orang lain atau lembaga masyarakat untuk dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dengan tulus dan ikhlas semata-mata hanya mengharap
ridha dari Allah.68
Hukum sedekah adalah sunnah dan Manfaatnya sangat besar, baik
untuk diri sendiri maupun untuk meningkatkan kesejahteraan umat.
Manfaat sedekah antara lain dapat:
a. Menghindarkan murka Allah SWT. Dan menolak bencana akibat perbuatan dosa.
b. Memanjangkan usia c. Memperkuat tali persaudaraan. d. Memperkecil jurang pemisah antara yang kaya dan miskin. e. Memperlancar pembangunan fasilitas pengembangan umat seperti
sekolah, pesantren, rumah sakit, dan sarana ibadah.
Allah SWT yang memberi pahala yang berlipat kepada orang-
orang yang suka bersedekah.69
B. Kerangka Berfikir
Salah satu program meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran
adalah mengembangkan metode mengajar yang baik (bukan berarti yang lain
tidak baik) adalah menekankan pada ketrampilan siswa dalam proses belajar
yang aktif melalui kegiatan yang berorientasi pada proses “inquiry”. Dasar
filsafat pengajaran inquiry ini ialah siswa akan dimotivasi lebih baik apabila ia
terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan-
kegiatan inquiry.
Sehubungan dengan hal di atas, maka metode inquiry rasanya cocok
dipergunakan sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar.
Karena metode inquiry merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa
secara langsung yang menuju pada penemuan sendiri. Dalam hal ini guru
hanya mengarahkan atau menuntun siswa agar dapat menentukan sendiri, guru
dan siswa bekerja kooperatif.
Metode inquiry sebagai salah satu pilihan model pembelajaran karena
model pembelajaran ini mengarah siswa pada kegiatan yang dapat
68Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, hlm. 37 69 Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, hlm.38
mengembangkan sikap ilmiah dimana siswa dibimbing untuk mencari dan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sain sehingga
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta melainkan hasil dari mereka sendiri. Dengan
menentukan sendiri siswa dapat menguasai suatu konsep dengan betul-betul
dan bersifat tahan lama/tidak mudah dilupakan.
penggunaan metode inquiri pada pembelajaran fiqih dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan
hasil belajar siswa
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang landasan teori diatas, maka dalam
penelitian ini dirumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan pendekatan
discovery Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul
Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Tahun Ajaran 2010/2011 pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan.70
Menurut Suharsimi Arikunto Penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukakan oleh peserta didik.71
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
2. Waktu Penelitian 15 Nopember – 15 Desember 2010
C. Pelaksana dan Kolabolator
a. Pelaksana
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang melaksanakan tindakan
adalah peneliti dan peserta didik di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati Tahun Ajaran 2010/2011.
b. Kolabolator
Kolaborator adalah suatu kerja sama dengan pihak-pihak terkait
seperti atasan, sejawat, atau kolega. Kolaborator ini di harapkan dapat di
70 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 8-9 71 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)
cet.5, hlm. 3- 4
jadikan sumber data, karena pada hakekatnya kedudukan peneliti pada
penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari
suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi
juga terlibat langsung dalam proses situasi dan kondisi.72 Kerjasama ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi yang baik sehingga
dapat tercapai tujuan dari penelitian ini. Yang menjadi kolaborator disini
adalah guru kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati yaitu
Yasin Hamdi, S.Pd.I.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan
refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap
siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci
digambarkan sebagai berikut:
a. Siklus I
2) Perencanaan:
a) Merencanakan proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI
Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati.
b) Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan membuat
RPP.
c) Menyusun LOS (Lembar Observasi siswa)
d) Menyusun kuis (tes)
3) Tindakan
Tindakan dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada
skenario dan LOS.
72 Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Penelitian Tindakan Kelas, (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hlm. 13
a) Peneliti memberikan informasi awal tentang jalannya proses
pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih
materi pokok infaq dan shadaqoh.
b) Peneliti menerangkan materi pokok infaq dan shadaqoh.
c) Peneliti memberikan masalah kepada siswa
d) Peneliti menyuruh siswa untuk mengeksplorasi materi dalam kerja
kelompok.
e) Peneliti memberikan tugas tentang materi pokok yang sedang
dipelajari
4) Pengamatan dengan melakukan format observasi
a) Kolabolator mengamati aktifitas kelompok peserta didik.
b) Mengamati langkah-langkah materi pokok infaq dan shadaqoh.
5) Refleksi
a) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOS.
b) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
c) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang
skenario model pembelajaran, LOS, dan lain-lain.
d) Menilai pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan II.
Peneliti mengamati proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh. Langkah-langkah
siklus II adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada siklus
sebelumnya.
b) Mencarikan Alternatif pemecahan.
c) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan).
2) Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan
rencana tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya lebih
meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam proses
pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih
materi pokok infaq dan shadaqoh yang telah direncanakan.
3) Observasi
Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan
model pembelajaran, mendiskusikan tentang tindakan II yang telah
dilakukan mencatat kelemahan baik ketidaksesuaian antara skenario
dengan respon dari peserta didik yang mungkin tidak diharapkan.
4) Refleksi
a) Tes evaluasi proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh.
b) Menganalisis Hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan hal apa saja yang
perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan.
c. Siklus III
Setelah melakukan evaluasi tindakan II, maka dilakukan tindakan
III. Peneliti mengamati proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry
pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh yang
berlangsung didalam kelas. Langkah-langkah siklus III adalah sebagai
berikut:
1) Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada siklus
sebelumnya.
b) Mencarikan Alternatif pemecahan.
c) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan) yang tertuang dalam
RPP.
2) Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan
rencana tindakan III dengan melaksanakan tindakan upaya lebih
meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam kegiatan proses
pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih
materi pokok infaq dan shadaqoh yang telah direncanakan.
3) Observasi (pengamatan)
Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan
model pembelajaran, mendiskusikan tentang tindakan III yang telah
dilakukan mencatat kelemahan baik ketidaksesuaian antara skenario
dengan respon dari peserta didik yang mungkin tidak diharapkan.
4) Refleksi
a) Tes evaluasi kegiatan proses pelaksanaan pendekatan discovery
Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok inf aq dan shadaqoh.
b) Menganalisis Hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan hal apa saja yang
perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan.
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart73
Dts.
73 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, hlm. 16
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS II Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan
?
E. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususnya pada proses
pelaksanaan tindakan kelas, sedang untuk mendapatkan data peneliti
menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang dibutuhkan.
Metode yang dipakai oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Pengamatan (observasi)
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subyek dengan
menggunakan seluruh alat inderanya.74
Metode pengamatan (observasi), cara pengumpulan datanya terjun
langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti, populasi (sampel).75
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang proses
pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-
barang tertulis.76
Sumber dokumentasi pada dasarnnya merupakan segala bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun
yang tidak resmi.
Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data
sepeti RPP, LOS, nilai hasil belajar.
c. Instrumen Penelitian
Sedangkan instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat
keberhasilan peserta didik adalah:
74 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, (Surabaya: Sie Surabaya,
1996), cet. 4, hlm. 40 75 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 158 76 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hlm. 48
a. Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi
oleh observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru dan
aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya:
A. Siswa aktif mendengarkan dengan seksama penjelasan guru B. Siswa aktif bertanya kepada guru dan teman C. Siswa aktif dalam kerja kelompok D. Siswa aktif mengerjakan tugas yang diberikan guru
Tabel 1
Contoh Tabel Lembar Observasi
No Nama
Aspek
Pengamatan
Jumlah
Aktifitas
A B C D
JUMLAH
b. Instrumen evaluasi
Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang
telah sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang bentuk evaluasi
yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik adalah soal
pilihan ganda sebanyak 10 soal, dimana setiap item yang benar nilai 1,
dan salah 0.
Tabel 2 Contoh Tabel
Model Penilaian Ulangan
No Nama Hasil Ulangan Tertulis
F. Teknik Analisis Data
Kemudian Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui
pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah
dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan
pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
keberhasilan proses pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry pada
pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh. Adapun tehnik
pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan
berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase
dengan rumus sebagai berikut:
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Jumlah Siswa
G. Indikator Pencapaian
Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan
ini apabila:
a. Meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh
setelah melakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan discovery
inquiry yang ditandai rata-rata nilai hasil kuis lebih dari 7,0. Dan rata siswa
yang mendapatkan nilai tersebut adalah 80 %
b. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa di kelas IV MI Nurul Falah
Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq
dan shadaqoh setelah melakukan tindakan dengan menggunakan discovery
pada kategori baik dan baik sekali yang mencapai 80 %.
BAB IV
DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Awal (Pra Siklus)
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada pra siklus dilakukan pada
tanggal 15 November 2010, dengan menggunakan metode konvensional, pra
siklus ini dilakukan beberapa tahapan diantaranya:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti membuat :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)
b. Menyusun kuis (terlampir)
c. LOS (terlampir).
2. Tindakan
Proses pembelajaran ini dilakukan dimulai dengan mengucapkan
salam dan menyuruh siswa untuk membaca do’a bersama-sama agar proses
pembelajaran berjalan hikmat, selanjutnya peneliti menyampaikan materi
pelajaran tentang ketentuan infak dan sedekah dengan sekilas lalu
mempersilahkan siswa untuk bertanya, selanjutnya peneliti memberikan
soal untuk dijawab siswa, setelah itu siswa disuruh mengumpulkan kedepan
dan peneliti mengajak siswa untuk membaca hamdalah dan do’a bersama.
Sedangkan pada nilai hasil test pada pra siklus diperoleh dari tes
harian dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui dalam
gambaran sebagai berikut :
Tabel 3 Kategori Nilai Belajar Penerapan Pembelajaran Fiqih Materi
Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Pra Siklus
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Jefri Prasetyo 3 30 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 3 30 √ 3 Alek Khoirul Anwar 4 40 √ 4 Arina Dina Islami 7 70 √ 5 Arya Fikar Pratama 4 40 √ 6 Asdion Tegar Galungga 3 30 √ 7 Faizatul Munawaroh 6 60 √ 8 Fani Irawan 4 40 √ 9 Mariatul Kiptia 7 70 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 5 50 √ 11 Mohammad Islahudin 4 40 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 6 60 √ 13 Muh, Andi Usman 3 30 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 5 50 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 4 40 √ 16 Muhammad Ulil Albab 6 60 √ 17 Nur Churin In Laily 5 50 √ 18 Nur Huda 4 40 √ 19 Rahmatikal Husna 6 60 √ 20 Riza Afilia 4 40 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 6 60 √
Tabel 4 Kategori Nilai Hasil Belajar (Hasil Test) Penerapan Pembelajaran
Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Pra Siklus
Nilai Siswa Prosentase Kategori Keterangan 90-100 0 0% Sangat Baik Tuntas 70-80 2 9,5% Baik Tuntas 50-60 8 38,1% Cukup Tidak Tuntas
Di bawah 40
11 52,4% Kurang Tidak Tuntas
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari hasil diatas terlihat bahwa pada pra siklus ini pembelajaran
fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah
Banyutowo Dukuhseti Pati tingkat keberhasilan siswa ialah: Predikat sangat
baik 0 siswa atau 0 %, Kategori baik 2 siswa atau 9,5%, Kategori cukup 8
siswa atau 38,1%, Kategori Kurang 11 siswa atau 52,4%
Data diatas menunjukkan dalam pra siklus ini banyak siswa yang
tidak memahami infak dan sedekah yang mereka lakukan, jika dilihat dari
tingkat ketuntasannya ada 2 siswa atau 9,5% yang tuntas ini artinya perlu
adanya tindakan penelitian kelas.
B. Hasil Penelitian Siklus I
Sesuai hasil pra siklus maka perlu dilakukan tindakan pada siklus I
yang dilakukan pada tanggal 22 November 2010, siklus I ini dilakukan
beberapa tahapan diantaranya:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti membuat
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir),
b. Menyusun kuis (terlampir),
c. Menyiapkan lembar observasi (terlampir).
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 0
10
20
30
40
50
60
Jumlah Siswa Prosentase
2. Tindakan
Pada tahap tindakan ini peneliti memulai proses pembelajaran ini
dengan mengucapkan salam dan mengajak semua siswa untuk berdo’a
bersama, mengabsensi siswa, menghubungkan pelajaran yang lalu dengan
yang sekarang.
Selanjutnya Tahap peneliti menerangkan sekilas tentang materi
ketentuan infak dan sedekah sekilas dan dilanjutkan dengan tanya jawab,
pada waktu ada satu siswa yang bertanya yaitu Ahmad Riyan Prasetyo, bu
bagaimana cara kita bersedekah dengan teman, guru menjawab ya dengan
memberikan sebagian uang saku kita jika melihat teman yang tidak
mendapatkan saku.
Setelah itu membagi mereka dalam lima kelompok dan tiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa sehingga ada 4 kelompok. Setiap kelompok
di beri permasalahan untuk mencari tahu ketentuan infak dan sedekah
sesuai pengalaman dan pengetahuannya bisa di cari melalui buku pelajaran
maupun di perpustakaan dan itu dilakukan dalam diskusi kelompok
Setelah 20 menit kemudian guru mempersilahkan setiap kelompok
untuk mempertanggungjawabkan jawaban dari hasil pencariannya dalam
diskusi kelas.
Setelah semua kelompok giliran maju presentasi kemudian guru
mengklarifikasi dan memberikan kuis kepada setiap siswa untuk di jawab.
Pada tahap terakhir guru mengajak siswa untuk mengucapkan
hamdalah dan do’a bersama-sama.
Sedangkan pada nilai hasil test pada siklus I diperoleh dari tes harian
dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui dalam
gambaran sebagai berikut :
Tabel 5 Kategori Nilai Hasil Belajar Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas
IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus I
No Nama Jumlah betul
Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 Ahmad Jefri Prasetyo 4 40 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 3 30 √ 3 Alek Khoirul Anwar 4 40 √ 4 Arina Dina Islami 9 90 √ 5 Arya Fikar Pratama 4 40 √ 6 Asdion Tegar Galungga 4 40 √ 7 Faizatul Munawaroh 6 60 √ 8 Fani Irawan 5 50 √ 9 Mariatul Kiptia 8 80 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 7 70 √ 11 Mohammad Islahudin 4 40 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 3 30 √ 13 Muh, Andi Usman 3 30 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 7 70 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 5 50 √ 16 Muhammad Ulil Albab 9 90 √ 17 Nur Churin In Laily 6 60 √ 18 Nur Huda 5 50 √ 19 Rahmatikal Husna 7 70 √ 20 Riza Afilia 7 70 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 5 50 √
Tabel 6
Kategori Nilai Hasil Belajar (Hasil Test) Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan
Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus I
Nilai Siswa Prosentase Kategori Keterangan 90-100 2 9,5% Sangat Baik Tuntas 70-80 5 23,8% Baik Tuntas 50-60 6 28,6% Cukup Tidak Tuntas
Di bawah 40
8 38,1% Kurang Tidak Tuntas
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari hasil diatas terlihat bahwa pada Siklus I ini penerapan
pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq
dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati.
tingkat keberhasilan siswa ialah :
Predikat sangat baik 2 siswa atau 9,5% naik dari pra siklus yaitu 0
siswa atau 0%, Kategori baik 5 siswa atau 23,8% naik dari pra siklus yaitu 2
siswa atau 9,5%, Kategori cukup 6 siswa atau 28,6% naik dari pra siklus 8
siswa atau 38,1%, Kategori Kurang 8 siswa atau 38,1% turun dari pra siklus
yaitu 11 siswa atau 52,4%.
Data diatas menunjukkan dalam siklus I ini banyak siswa yang
tidak memahami materi infaq dan shadaqoh yang mereka lakukan, jika
dilihat dari tingkat ketuntasannya 7 siswa atau 33,3% naik dari pra siklus
yang masih 2 siswa atau 9,5% yang tuntas. Ini juga artinya indikator belum
terpenuhi.
3. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolabolator,
berikut hasil dari keaktifan siswa.
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah Siswa Prosentase
Tabel 7 Kategori Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan Discovery
Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
Siklus I
No Nama Aspek
Pengamatan Jumlah Aktifitas
A B C D 1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 0 1 1 3 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 0 0 1 0 1 4 Arina Dina Islami 1 0 1 1 3 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 0 1 6 Asdion Tegar Galungga 1 0 1 0 2 7 Faizatul Munawaroh 0 1 1 0 2 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 0 0 1 0 1 10 Mohammad Fery Ariyanto 0 0 0 1 1 11 Mohammad Islahudin 1 0 1 0 2 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 0 1 1 0 2 14 Muhammad Bagus Nur Alif 0 1 0 0 1 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 0 1 3 16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 0 2 17 Nur Churin In Laily 1 0 0 1 2 18 Nur Huda 0 1 0 0 1 19 Rahmatikal Husna 0 1 0 1 2 20 Riza Afilia 1 1 0 1 3 21 Selen Erfan Arismunandar 0 0 1 0 1
Tabel 8
Kategori Hasil Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq
dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus I
J. Aktifitas J. siswa Kategori Prosentase Keterangan
4 1 Sangat Baik 4,8% Tuntas 3 4 Baik 19% Tuntas 2 7 Cukup 33,3% Tidak Tuntas
1 9 Kurang 42,9% Tidak Tuntas Jumlah 21 100%
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada siklus I keaktifan dalam
penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati yaitu pada taraf kategori sangat baik ada 1 siswa atau
4,8%, Baik 4 siswa atau 19%, Cukup 7 siswa atau 33,3%, Kurang 9
siswa 42,9%.
Ini menunjukkan kecenderungan siswa masih biasa saja dalam
proses pembelajaran atau kurang aktif
4. Refleksi
Dari hasil belajar dan keaktifan belajar di atas maka yang perlu
dilakukan oleh guru Fiqih dengan menggunakan pendekatan discovery
Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas
IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati. Selanjutnya peneliti
melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I,
dimana terdapat kekurangan-kekurangan diantaranya:
a. Peserta didik kurang konsen dalam pembelajaran
b. Peserta didik kung termotivasi dalam pembelajaran
c. Guru kurang mampu menyetting kelas dengan baik
d. Guru kurang mampu menvariasi metode pembelajaran
Selanjutnya guru dan kolaborator mencari solusi terhadap
permasalahan yang ditemukan di kelas dengan melakukan tindakan
diantaranya:
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 05
10152025303540
45
Jumlah Siswa Prosentase
a. Peserta didik ditekankan untuk lebih berkonsentrasi dalam proses
pembelajaran yang sedang dilakukan.
b. Guru memotivasi peserta didik untuk belajar materi infaq dan sedekah
lebih baik lagi.
c. Guru menyarankan kepada peserta didik untuk bertanya kepada orang tua
atau tokoh masyarakat sekitar seperti guru ngaji.
d. Guru harus menjadikan kelas menjadi kondusif untuk proses
pembelajaran dengan menyetting huruf U.
e. Guru memberikan tambahan jam khusus kepada peserta didik yang masih
belum memahami materi infaq dan sedekah dengan pelan-pelan dan
tambahan ini dilakukan setelah pulang sekolah.
f. Guru menggunakan metode cerita orang yang dermawan seperti sahabat
Abu Bakar, As
g. Guru mencatat dengan seksama kegiatan yang terjadi di dalam kelas
selama kegiatan metode inquiry berlangsung.
Dari refleksi diatas didapatkan beberapa solusi terhadap
permasalahan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai rumusan untuk
diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindak perbaikan terhadap upaya
perbaikan siswa pada siklus I.
C. Siklus II
Tindakan pada pelaksanaan siklus II ini dilakukan pada tanggal 29
November 2010, siklus II ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti membuat :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)
b. Merancang pembentukan kelompok
c. Menyusun kuis (terlampir)
d. Menggunakan media gambar
e. Menyiapkan lembar observasi (terlampir)
2. Tindakan
Pada tahap tindakan ini peneliti memulai proses pembelajaran ini
dengan mengucapkan salam dan mengajak semua siswa untuk berdo’a
bersama, mengabsensi siswa, menghubungkan pelajaran yang lalu dengan
yang sekarang.
Selanjutnya Tahap peneliti menerangkan sekilas tentang materi
Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah sekilas dan dilanjutkan dengan
tanya jawab, pada waktu ada beberapa siswa yang bertanya yaitu Riza
Afilia, bu di tempat saya setiap warga setiap bulan diminta uang oleh
pengurus masjid untuk menyantuni anak yatim apakah itu termasuk praktek
sedekah guru menjawab ya, Muhammad Nur Fathoni, bu apakah orang
yang bekerja seperti di gunung merapi termasuk sedekah guru menjawab ya
karena perilaku itu meringankan beban orang lain dan termasuk orang yang
dicintai Allah.
Selanjutnya guru menceritakan kedermawanan sahabat Abu Bakar
As dalam memperjuangkan agama Islam dengan memberikan harta yang
dimilikinya, sikap dermawan yang dilakukan oleh sahabat Abu Bakar
dilakukan semata mata karena Allah SWT.
Setelah itu membagi mereka dalam lima kelompok dan tiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa sehingga ada 4 kelompok. Setiap kelompok
di beri permasalahan untuk membuat satu cerita tentang kegiatan sedekah
dan infak di daerahnya masing-masing.
Setelah 20 menit kemudian guru mempersilahkan setiap kelompok
untuk mempertanggungjawabkan jawaban dari hasil pencariannya dalam
diskusi kelas.
Setelah semua kelompok giliran maju presentasi kemudian guru
mengklarifikasi dan memberikan kuis kepada setiap siswa untuk di jawab.
Pada tahap terakhir guru mengajak siswa untuk mengucapkan
hamdalah dan do’a bersama-sama.
Sedangkan pada nilai hasil test pada siklus I diperoleh dari tes harian
dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui dalam
gambaran sebagai berikut :
Tabel 9 Kategori Nilai Hasil Belajar Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada
Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus II
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 Ahmad Jefri Prasetyo 7 70 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 4 40 √ 3 Alek Khoirul Anwar 6 60 √ 4 Arina Dina Islami 10 100 √ 5 Arya Fikar Pratama 6 60 √ 6 Asdion Tegar Galungga 5 50 √ 7 Faizatul Munawaroh 8 80 √ 8 Fani Irawan 8 80 √ 9 Mariatul Kiptia 10 100 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 8 80 √ 11 Mohammad Islahudin 6 60 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 4 40 √ 13 Muh, Andi Usman 4 40 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 8 80 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 7 70 √ 16 Muhammad Ulil Albab 9 90 √ 17 Nur Churin In Laily 8 80 √ 18 Nur Huda 7 70 √ 19 Rahmatikal Husna 9 90 √ 20 Riza Afilia 9 90 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 7 70 √
Tabel 10
Kategori Nilai Hasil Belajar (Hasil Test) Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di
Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus II Nilai Siswa Prosentase Kategori Keterangan
90-100 5 23,8% Sangat Baik Tuntas 70-80 9 42,9% Baik Tuntas 50-60 4 19% Cukup Tidak Tuntas
Di bawah 40 3 14,3% Kurang Tidak Tuntas (Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari hasil diatas terlihat bahwa pada Siklus II ini proses pendekatan
discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh
di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati tingkat keberhasilan
siswa ialah :
Predikat sangat baik 5 siswa atau 23,8% naik dari siklus I yaitu 2
siswa atau 9,5% , kategori baik 9 siswa atau 42,9% naik dari siklus I yaitu 5
siswa atau 23,8%, Kategori cukup 4 siswa atau 19% menurun dari siklus I
yaitu 6 siswa atau 28,6%, Kategori Kurang 3 siswa atau 14,3% berkurang
dari pada siklus I yaitu 8 siswa atau 38,1%.
Data diatas menunjukkan dalam siklus II ini banyak siswa yang
tidak memahami materi infaq dan sedekah yang mereka lakukan, jika dilihat
dari tingkat ketuntasannya 66,7% naik dari siklus I 33,3%. Ini juga artinya
perlu adanya tindakan penelitian kelas.
3. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolabolator,
berikut hasil dari keaktifan siswa.
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 05
10152025303540
45
Jumlah Siswa Prosentase
Tabel 11 Kategori Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan Discovery
Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
Siklus II
No Nama Aspek
Pengamatan Jumlah Aktifitas
A B C D 1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 1 1 1 4 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 0 0 1 0 1 4 Arina Dina Islami 1 1 1 1 4 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 0 1 6 Asdion Tegar Galungga 1 1 1 0 3 7 Faizatul Munawaroh 0 1 1 1 3 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 1 0 1 0 2 10 Mohammad Fery Ariyanto 1 0 1 0 2 11 Mohammad Islahudin 1 1 1 0 3 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 1 1 1 0 3 14 Muhammad Bagus Nur Alif 1 1 0 1 3 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 1 1 4 16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 1 3 17 Nur Churin In Laily 1 1 0 1 3 18 Nur Huda 1 1 0 1 3 19 Rahmatikal Husna 0 1 1 1 3 20 Riza Afilia 1 1 1 1 4 21 Selen Erfan Arismunandar 1 0 1 0 2
Tabel 12
Kategori Hasil Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq
dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus II
J. Aktifitas J. siswa Kategori Prosentase Keterangan 4 5 Sangat Baik 23,8% Tuntas 3 9 Baik 42,9% Tuntas 2 3 Cukup 14,3% Tidak Tuntas
1 4 Kurang 19% Tidak Tuntas Jumlah 21 100%
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada siklus II keaktifan dalam
penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati yaitu pada taraf kategori sangat baik ada 5 siswa atau
23,8% naik dari siklus I 1 siswa atau 4,8%, Baik 9 siswa atau 42,9%
naik dari siklus I yaitu 4 siswa atau 19%, Cukup 3 siswa atau 14,3%
berkurang dari pada siklus I 7 siswa atau 33,3%, Kurang 4 siswa 19%
menurun dari siklus I yang masih ada 9 siswa atau 42,9%.
Ini menunjukkan kecenderungan siswa masih biasa saja dalam
proses pembelajaran atau kurang aktif.
4. Refleksi
Dari hasil belajar dan keaktifan belajar di atas maka yang perlu
dilakukan oleh guru Fiqih dengan menggunakan pendekatan discovery
Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di kelas
IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati. Selanjutnya peneliti
melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I,
dimana terdapat kekurangan-kekurangan diantaranya:
a. Guru kurang mampu memotivasi
b. Guru kurang mampu memperkenalkan pendekatan discovery inquiry
c. Guru kurang mampu memanfaatkan media pembelajaran
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 05
10152025303540
45
Jumlah Siswa Prosentase
Selanjutnya mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan
di kelas dengan melakukan tindakan diantaranaya:
a. Siswa ditekankan untuk lebih fokus dalam proses pembelajaran.
b. Lebih memperkenalkan lagi pelaksanaan pendekatan discovery Inquiry
pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh.
c. Guru memotivasi siswa untuk belajar aktif dalam pembelajaran dengan
lebih mendekati siswa lagi dalam belajar kelompok.
d. Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik dengan menyeting kelas
dengan lingkaran
e. Guru menayangkan film tentang dermawan film Kun Fayakun
f. Guru Mencatat dengan seksama kegiatan yang terjadi di dalam kelas
selama kegiatan.
g. Mengisi Lembar Observasi Siswa
Dari refleksi diatas didapatkan beberapa solusi terhadap
permasalahan pelaksanaan metode jigsaw learning pada pembelajaran PAI
materi pokok infaq dan shadaqoh di Kelas V SD Negeri Srondol Wetan 01
Banyumanik Semarang, Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai rumusan
untuk diterapkan pada siklus III sebagai upaya tindak perbaikan terhadap
upaya perbaikan siswa pada siklus II.
D. Hasil Penelitian Siklus III
Tindakan pada pelaksanaan siklus III ini dilakukan pada tanggal 6
Desember 2010 berlandaskan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II
terdiri dari beberapa tahapan diantaranya :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti membuat :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)
b. menyusun kuis (terlampir)
c. menyiapkan lembar observasi (terlampir)
d. membuat kelompok
e. menyediakan alat audio visual
f. LOS (terlampir).
2. Tindakan
Pada tahap tindakan ini peneliti memulai proses pembelajaran ini
dengan mengucapkan salam dan mengajak semua siswa untuk berdo’a
bersama, mengabsensi siswa, menghubungkan pelajaran yang lalu dengan
yang sekarang.
Selanjutnya Tahap peneliti menerangkan sekilas tentang materi
mempraktikkan tata cara infak dan sedekah sekilas, Kemudian guru
mengajak siswa untuk menonton film kun fayakun. dan dilanjutkan dengan
tanya jawab, pada waktu ada beberapa siswa yang bertanya yaitu Nur
Churin In Laily, bu bagaimana tukang kaya orang miskin harus sedekah
guru menjawab sedekah itu tidak hanya bila dilakukan oleh orang kaya
orang miskinpun bisa, Mohammad Islahudin bertanya apakah orang yang
memberi sedekah pada tukang kaya mendapat pahala, guru menjawab ya
karena sedekahnya dilakukan dengan ikhlas, Asdion Tegar Galungga
apakah kita lebih baik menunggu sedekah biar punya uang, guru menjawab
tidak karena pada dasarnya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah.
Setelah itu membagi mereka dalam lima kelompok dan tiap
kelompok terdiri dari 5 orang dengan posisi bangku ditata perkelompok
dengan posisi bangku ditata perkelompok model formasi lingkaran.
Selanjutnya guru menyuruh kelompok untuk mengkaji makna dan hikmah
yang ada dalam film sehingga orang diwajibkan untuk saling tolong
menolong
Dalam tahapan ini guru aktif berkeliling untuk mencermati proses
kerja kelompok, sesekali guru memberikan motivasi untuk merangsang
kelompok aktif berdiskusi untuk menentukan pentingnya tolong menolong
dalam kehidupan sehari-hari yang ada pada film kun fayakun, bentuk
motivasi yang sering diberikan guru dalam pengamatan peneliti ”bagus”
dengan muka tersenyum. Selanjutnya guru juga menginformasikan kepada
setiap anggota kelompok untuk aktif dalam kerja kelompok karena itu
adalah bagian dari penilaian. Ketika terjadi proses kerja kelompok guru
menekankan pada anggota kelompok untuk mengembangkan sikap terbaik
dalam kerja tim, dan meninggalkan sikap egois diantara kelompok.
Setelah lima belas menit mereka melakukan kerja kelompok guru
mempersilahkan hasil dari kerja kelompok untuk dikumpulkan dan
didiskusikan bersama, dan setiap kelompok diwakili oleh salah satu dari
anggota kelompok yang dijadikan ketua tim. Setelah diskusi selesai guru
memberikan kuis kepada setiap anggota kelompok untuk menyelesaikannya
secara pribadi, kuis itu berupa pertanyaan yang dibuat oleh guru, dimana
sumber kuis dibuat guru berdasar LKS dan buku ajar, selain itu juga
diberikan kuis yang berupa kuis yang berdasar proses kelompok. Pada
tahapan terakhir yaitu penutup dimana guru menyuruh siswa untuk
mengumpulkan hasil kuis kedepan lalu pada saat itu juga guru aqidah
mengoreksi dan memberikan skor kepada siswa dan siswa yang mendapat
hasil terbaik namanya ditulis dalam papan tulis, sebagai penghargaan dan
guru menyuruh siswa lain memberikan aplus kepada siswa tadi.
Sedangkan pada nilai hasil test pada siklus III diperoleh dari tes
harian dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui
dalam gambaran sebagai berikut :
Tabel 13 Kategori Nilai Hasil Belajar penerapan pendekatan discovery Inquiry
pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus III
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 Ahmad Jefri Prasetyo 8 80 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 6 60 √ 3 Alek Khoirul Anwar 8 80 √ 4 Arina Dina Islami 10 100 √ 5 Arya Fikar Pratama 7 70 √ 6 Asdion Tegar Galungga 7 70 √ 7 Faizatul Munawaroh 10 100 √ 8 Fani Irawan 9 90 √ 9 Mariatul Kiptia 10 100 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 9 70 √ 11 Mohammad Islahudin 7 60 √
12 Mohammad Reza Fadlillah 6 60 √ 13 Muh, Andi Usman 7 70 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 9 90 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 9 90 √ 16 Muhammad Ulil Albab 10 100 √ 17 Nur Churin In Laily 9 90 √ 18 Nur Huda 8 80 √ 19 Rahmatikal Husna 10 90 √ 20 Riza Afilia 10 100 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 8 80 √
Tabel 14
Kategori Nilai Hasil Belajar (hasil test) penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di Kelas
IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus III Nilai Siswa Prosentase Kategori Keterangan
90-100 10 47, 6% Sangat Baik Tuntas 70-80 8 38,1% Baik Tuntas 50-60 3 14,3% Cukup Tidak Tuntas
Di bawah 40
0 0% Kurang Tidak Tuntas
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari hasil diatas terlihat bahwa pada Siklus III ini proses penerapan
pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 0
10
20
30
40
50
Jumlah Siswa Prosentase
dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati tingkat
keberhasilan siswa ialah
Predikat sangat baik 10 siswa atau 47,6% naik dari siklus II 5 siswa
atau 23,8%, Kategori baik 8 siswa atau 38,1% naik dari siklus II yaitu 9
siswa atau 42,9%, Kategori cukup 3 siswa atau 14,3% menurun dari siklus II
yang masih ada 4 siswa atau 19%, Kurang ada 0 siswa atau 0% menurun dari
siklus II yang menyisakan 4 siswa atau 19%.
Data diatas menunjukkan dalam siklus III ini banyak siswa yang
sudah memahami materi infaq dan sedekah yang mereka lakukan, jika dilihat
dari tingkat ketuntasannya sudah mencapai 85,7% dan hanya menyisakan
14,3%, ini berarti prestasi siswa sudah sesuai dengan indikator.
3. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolabolator,
berikut hasil dari keaktifan siswa.
Tabel 15 Kategori Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan
Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
Siklus III
No Nama Aspek
Pengamatan Jumlah Aktifitas
A B C D 1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 1 1 1 4 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 1 0 1 1 3 4 Arina Dina Islami 1 1 1 1 4 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 1 2 6 Asdion Tegar Galungga 1 1 1 1 4 7 Faizatul Munawaroh 1 1 1 1 4 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 1 0 1 1 3 10 Mohammad Fery Ariyanto 1 1 0 1 3 11 Mohammad Islahudin 1 1 1 1 4 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 1 1 1 0 3 14 Muhammad Bagus Nur Alif 1 1 0 1 3 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 1 1 4
16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 1 3 17 Nur Churin In Laily 1 1 1 1 4 18 Nur Huda 1 1 1 1 4 19 Rahmatikal Husna 1 1 1 1 4 20 Riza Afilia 1 1 1 1 4 21 Selen Erfan Arismunandar 1 0 1 0 2
Tabel 16 Kategori Hasil Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan
Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
Siklus III J. Aktifitas J. siswa Kategori Prosentase Keterangan
4 10 Sangat Baik 47,6% Tuntas 3 7 Baik 33,3% Tuntas 2 2 Cukup 9,5% Tidak Tuntas
1 2 Kurang 9,5% Tidak Tuntas Jumlah 21 100%
(Hasil selengkapnya dalam lampiran)
Dari Tabel diatas terlihat bahwa pada siklus III keaktifan dalam
penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati yaitu pada taraf kategori sangat baik ada 10 siswa atau
47,6% naik dari siklus II yaitu 5 siswa atau 23,8%, Baik 7 siswa atau
33,3% menurun dari siklus II yaitu 9 siswa atau 42,9%, Cukup 2 siswa
SangatBaik
Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Prosentase 0
10
20
30
40
50
Jumlah Siswa Prosentase
atau 9,5% menurun dari pada siklus II yang masih 3 siswa atau 14,3%,
kurang 2 siswa atau 9,5% menurun dari siklus II 4 siswa atau 19%.
Ini menunjukkan kecenderungan siswa sudah aktif dalam proses
pembelajaran.
4. Refleksi
Dari tindakan siklus III ini indikator ketuntasan belajar sudah
mencapai diatas 70 % begitu juga pada keaktifan baik terutama pada sangat
dan sangat baik sudah mencapai diatas 70%, ini menunjukkan penerapan
pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq
dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati sudah
dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa. Selanjutnya
peneliti mengangggap peningkatan sudah baik dan hanya menyisakan sedikit
siswa yang kurang aktif dan nilainya tidak tuntas maka penelitian ini peneliti
hentikan.
E. Pembahasan
Beberapa tindakan di atas dapat diketahui data proses penerapan
pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan
shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut di bawah ini:
Tabel 17 Perbandingan Nilai Hasil Belajar (hasil test) penerapan pendekatan
discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati
Pra Siklus, Siklus I, II dan III
Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
Siswa Prosentase Siswa Prosentase Siswa Prosentase Siswa Prosentase Sangat Baik
0 0% 2 9,5% 5 23,8% 10 47, 6%
Baik 2 9,5% 5 23,8% 9 42,9% 8 38,1%
Cukup 8 38,1% 6 28,6% 4 19% 3 14,3%
Kurang 11 52,4% 8 38,1% 3 14,3% 0 0%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar kognitif per siklus dimana pada pra siklus tingkat ketuntasannya 11
siswa atau 42,3% naik pada siklus I menjadi 15 siswa atau 57,7%, naik lagi
pada siklus II menjadi 18 siswa atau 69,2% diakhir siklus III sudah menjadi 22
siswa atau 84,7%.
Tabel 18
Perbandingan Hasil Keaktifan Belajar pada Penerapan Pendekatan Discovery Inquiry pada Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Infaq dan
Shadaqoh di Kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti Pati Siklus I, II dan III
Kategori Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Siswa
Prosentase Jumlah Siswa
Prosentase Jumlah Siswa
Prosentase
Sangat Baik
1 4,8% 5 23,8% 10 47,6%
Baik 4 19% 9 42,9% 7 33,3%
Cukup 7 33,3% 3 14,3% 2 9,5%
Kurang 9 42,9% 4 19% 2 9,5%
Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%
0
10
20
30
40
50
60
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Dari tabel diatas dapat dijelaskan pada aktivitas belajar siswa juga
terjadi peningkatan di mana siklus I ada 11 siswa atau 42,3%, naik menjadi 17
siswa atau 65,4% pada siklus II dan di akhir siklus III sudah mencapai 21
siswa atau 80,8%. Dengan kata lain tindakan guru fiqih dalam proses
penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo Dukuhseti
Pati telah membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan membimbing
pada nilai ketuntasan belajar sehingga indikator yang telah ditetapkan yaitu
nilai siswa dengan KKM 70 sebanyak 80% terpenuhi, begitu juga keaktifan
pada kategori baik dan sangat baik telah mencapai 80% dari seluruh siswa.
05
101520253035404550
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
J. S
isw
a
Pro
sent
ase
Siklus I Siklus II Siklus III
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis penelitian tentang penerapan
pendekatan discovery inquiry pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan
shadaqoh untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah
Banyutowo Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2010/2011, maka pada bab akhir
skripsi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati dilakukan dengan berbagai siklus yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, perencanaan dilakukan
peneliti yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(terlampir), menyusun LKS (terlampir), merancang pembentukan
kelompok, menyusun kuis (terlampir), dan menyusun RPP, peneliti
menyiapkan lembar observasi (terlampir), pendokumentasian, lembar
refleksi dan evaluasi, sedng pada tahap tindakan ini merupakan proses
pembelajaran yang dilakukan yang dimulai dari persiapan dengan do’a dan
absensi sementar itu setting kelas dengan setting biasa, huruf U dan
lingkaran, selain itu juga menggunakan beberapa media untuk memperjelas
materi yang disampaikan seperti pemuutaran film dan cerita, kemudian
pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan guru menerangkan meteri
tanya jawab, pembagian kelompok, kerja tim, diskusi kelas, dan pemberian
aprisiasi dan pada tahap penutup guru mengajak ber’do’a bersama, tahap
observasi paeneliti meneliti kegitan siswa dan hsil nilai siswa tiap siklus,
dari hasil observasi tersebut di refleksi untuk pedoman pembelajaran siklus
berikutnya
2. Peningkatan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Falah
Banyutowo Dukuhseti Pati pada pembelajaran fiqih materi pokok infaq dan
shadaqoh setelah menerapkan pendekatan discovery Inquiry dapat di lihat
dari tingkat ketuntasan belajar siswa persiklus yaitu pada pra siklus 9,5%
menjadi 33,3% pada siklus I, naik menjadi 66,7% pada siklus II dan
terakhir pada siklus III sudah mencapai 85,7%. Demikian juga dengan
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI materi pokok
nfaq dan shadaqoh juga meningkat persiklus yaitu di siklus I keaktifan
siswa mencapai 23,8% naik menjadi 66,7% pada siklus II dan pada siklus
III sudah mencapai 80,9% ini menunjukkan apa dilakukan guru untuk
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan discovery Inquiry pada pembelajaran fiqih materi
pokok infaq dan shadaqoh di kelas IV MI Nurul Falah Banyutowo
Dukuhseti Pati berhasil.
B. Saran
Setelah melihat kondisi yang ada, serta berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan, tidak ada salahnya bila peneliti memberikan beberapa
saran sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya
pada pembelajaran fiqih sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah seharusnya memperhatikan peningkatan pendidikan
terutama pada pendidikan dasar, karena pada pendidikan ini menjadi dasar
atau pondasi anak dalam mengarungi hidupnya, selain itu kebijakan
pemerintah seharusnya berpihak pada kesejahteraan guru yang selama ini
masih dibawah standar, karena mustahil menuntut profesionalisme guru
bagi peningkatan pendidikan tapi kesejahteraan mereka masih dalam
angan-angan.
2. Pihak Sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam tiap kegiatan
pembelajaran yang berlangsung.
b. Sebaiknya memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi
sarana dan prasarana yang dibutuhkan
c. Perlunya kerja sama dengan pihak sekolah dengan orang tua siswa dan
masyarakat yang diharapkan dengan itu akan lebih memudahkan
proses pembelajaran dan akan membantu memaksimalkan guna
mencapai tujuan pembelajaran pendidikan yang diharapkan.
3. Bagi Guru fiqih
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham dan menyiapkan pembelajaran dengan sebaik-baik mungkin
agar materi dapat tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya proses pembelajaran dirancang oleh guru sedemikian rupa
sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif baik secara fisik ataupun
psikis dan mengalami kegiatan belajar mengajar secara langsung,
sehingga pengetahuan yang dicapai tidak hanya secara teori saja
dengan mendengarkan informasi.
c. Sebaiknya guru pai menambah wawasan dengan mengikuti beberapa
pelatihan dan seminar tentang strategi pembelajaran yang dapat
dikembangkan di kelasnya sehingga mampu mencapai hasil optimal.
4. Siswa
a. Hendaknya lebih rajin dalam belajar dan respon terhadap pembelajaran
yang dilakukan
b. Sebaiknya meningkatkan lagi kemampuan belajar dengan belajar
dengan teman lain sekolah yang lebih maju teknik pembelajarannya
C. Kata Penutup
Puji dan syukur sudah sewajarnya dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih perlu penyempurnaan baik isi maupun metodologinya. Untuk itu saran
dan kritik penyempurnaan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga kita bersama selalu dalam
lindungan Allah SWT dan selalu mendapat petunjuk agar dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
-----------, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002
Azis, Sholeh Abdul dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., Mesir: Darul Ma’arif, 1979
Bakri, Nazar, Fiqh dan Ushul Fiqih, Jakarta: Rajawali, 1993
Bukhori, M., Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Bandung: Jammars, 1983
Crow, Lester D. and Crow, Alice, Educational Psychology, New York: American Book Company, 1958
Departemen Agama RI Kurikulum 2006, Pedoman Umum Pengembangan Silabus Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2006
Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rinneka Cipta, 1999
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Drost, J., Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia, 1999
Gredler, Margaret F. Bell. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV, Rajawali, 1996
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2002
Hadi, Anis Tanwir, Pengantar Fikih untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, Solo: PT. Tiga serangkai, 2009
Hamalik, Oemar, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001
-----------, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
-----------, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem Jakarta: Bumi Aksara, 2002
http:// Nov05_article03.htm
http:// The Legacy of R_ L_ Moore - The Texas Method and the Small Group Discovery Method -- Dancis and Davidson.htm.
Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih, Semarang: Dina Utama, 1994
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Morgan, Clifford T., Introduction to Psychology, The Ms. Grow Will Book Company,New York: 1961
Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002
Muhammad, Abi Abdillah Bin Ismail Al-Bukhori, Shohih Bukhori, Indo: Maktabah Dahlan, tth
Mujieb, Abdul, dkk., Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik Dan Implementasi, Jakarta: Rosda Karya, 2004
Muslich, Masnur, Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Nurhadi, dan Gerrad Senduk, Agus, Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning dan Penerapannya dalam KBK, Malang: IKIP Malang, 2003
Nurhadi, Kurikulum 2004; Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta: Grassindo, 2004
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah
Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, Surabaya: Sie Surabaya, 1996
Soenarjo, dkk, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2006
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1997
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995
-----------, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999
Sudjarwo S, Teknologi Pendidikan, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1984
Sukamadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000
Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996
-----------, PBM-PAI di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Winkell, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 1986
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PRA SIKLUS
Nama Sekolah : MI Nurul Falah Banyutowo
Nama Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/ Semester : IV/ Ganjil
Materi Pokok : infak dan sedekah
Alokasi Waktu : 2X35
Standar Kompetensi : Mengenal ketentuan infak dan sedekah
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan infak dan sedekah
Indikator :
� Menjelaskan pengertian infak dan sedekah
� Menjelaskan macam-macam infak dan sedekah
� Menjelaskan orang wajib infak dan sedekah
� Menunjukkan orang berhak mendapatkan infak dan sedekah
A. Tujuan Pembelajaran
� Siswa mampu mengenal serta memahami ketentuan-ketentuan
ketentuan infak dan sedekah dengan baik
B. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
C. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
� Guru menjelaskan materi / kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa
� Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh
b. Kegiatan Inti
� Eksplorasi
- Siswa menulis ketentuan infak dan sedekah
- Guru menerangkan ketentuan infak dan sedekah
� Elaborasi
- Mengadakan tanya ajawab
- Guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh temannya
� Konfirmasi
- Guru menyimpulkan materi dan tanya jawab yang
dilakukan
c. Kegiatan Akhir
� Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran
� Guru mengajak siswa berdo’a bersama
7. Sumber Belajar : a. Buku Fiqih Kelas IV Penerbit Aneka Ilmu
b. Buku Tuntunan Sholat (Persholatan)
8. Penilaian : a. Teknik : tes Tertulis dan keaktifan
b. Bentuk instrumen : tes pilihan ganda
Pati, 15 November 2010
Mengetahui, Peneliti
Kepala MI Sullamul Huda
Abdul Musafak, S.Pd.I Zulihah, A.Ma
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Nama Sekolah : MI Nurul Falah Banyutowo
Nama Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/ Semester : IV/ Ganjil
Materi Pokok : infak dan sedekah
Alokasi Waktu : 2X35
Standar Kompetensi : Mengenal ketentuan infak dan sedekah
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan infak dan sedekah
Indikator :
� Menjelaskan pengertian infak dan sedekah
� Menjelaskan macam-macam infak dan sedekah
� Menjelaskan orang wajib infak dan sedekah
� Menunjukkan orang berhak mendapatkan infak dan sedekah
A. Tujuan Pembelajaran
� Siswa mampu mengenal serta memahami ketentuan-ketentuan
ketentuan infak dan sedekah dengan baik
B. Pendekatan
Discovery Inquiry
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Belajar kelompok
4. Resitasi
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
� Guru menjelaskan materi / kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa
� Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh
b. Kegiatan Inti
� Eksplorasi
- Siswa menulis ketentuan infak dan sedekah
- Guru menerangkan ketentuan infak dan sedekah
- Guru membentuk kelompok kerja
� Elaborasi
- Mengadakan tanya ajawab
- Guru membagi siswa dalam kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa
- Guru memberikan masalah kepada setiap kelompok untuk
mencari ketentuan infak dan sedekah
- Guru mempersilahkan siswa mencari di buku atau
perpustakaan
- Guru menyuruh kelompok presentasi
- Guru membimbing diskusi kelas
� Konfirmasi
- Guru menyimpulkan materi dan tanya jawab yang
dilakukan
- Memberikan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam
kegiatan
c. Kegiatan Akhir
� Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran
� Guru mengajak siswa berdo’a bersama
7. Sumber Belajar : a. Buku Fiqih Kelas IV Penerbit Aneka Ilmu
b. Buku Tuntunan Sholat (Persholatan)
8. Penilaian : a. Teknik : tes Tertulis dan keaktifan
b. Bentuk instrumen : tes pilihan ganda
Pati, 22 November 2010
Mengetahui, Peneliti
Kepala MI Sullamul Huda
Abdul Musafak, S.Pd.I Zulihah, A.Ma
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Nama Sekolah : MI Nurul Falah Banyutowo
Nama Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/ Semester : IV/ Ganjil
Materi Pokok : infak dan sedekah
Alokasi Waktu : 2X35
Standar Kompetensi : Mengenal ketentuan infak dan sedekah
Kompetensi Dasar : 1. Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah
Indikator :
� Menjelaskan tata cara infak dan sedekah
� Menjelaskan orang-orang yang berhak mendapatkan infak dan sedekah
� Menjelaskan kegiatan infak dan sedekah dalam kehidupan sehari
A. Tujuan Pembelajaran
� Siswa mampu mengenal serta mempraktekkan tata cara infak dan
sedekah
B. Pendekatan
Discovery Inquiry
C. Metode Pembelajaran
1. Pembelajaran kelompok
2. Diskusi
3. Cerita
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
� Guru menjelaskan materi / kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa
� Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh
b. Kegiatan Inti
� Eksplorasi
- Siswa membaca ketentuan infak dan sedekah
- Guru menerangkan ketentuan tata cara infak dan sedekah
- Guru membentuk kelompok kerja
� Elaborasi
- Guru bercerita mengenai shahabat Abu Bakar As
- Mengadakan tanya ajawab
- Guru membagi siswa dalam kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa
- Guru memberikan masalah kepada setiap kelompok untuk
membuat cerita praktik sedekah dan infaq di daerah
masing-masing
- Guru menyuruh kelompok mempertanggung jawabkan
hasil pencariannya
- Guru membimbing diskusi kelas
� Konfirmasi
- Guru menyimpulkan materi dan tanya jawab yang
dilakukan
- Memberikan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam
kegiatan
c. Kegiatan Akhir
� Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran
� Guru mengajak siswa berdo’a bersama
7. Sumber Belajar : a. Buku Fiqih Kelas IV Penerbit Aneka Ilmu
b. Buku Tuntunan Sholat (Persholatan)
8. Penilaian : a. Teknik : tes Tertulis dan keaktifan
b. Bentuk instrumen : tes pilihan ganda
Pati, 29 November 2010
Mengetahui, Peneliti
Kepala MI Sullamul Huda
Abdul Musafak, S.Pd.I Zulihah, A.Ma
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS III
Nama Sekolah : MI Nurul Falah Banyutowo
Nama Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/ Semester : IV/ Ganjil
Materi Pokok : infak dan sedekah
Alokasi Waktu : 2X35
Standar Kompetensi : Mengenal ketentuan infak dan sedekah
Kompetensi Dasar : 1. Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah
Indikator :
� Menjelaskan tata cara infak dan sedekah
� Menjelaskan orang-orang yang berhak mendapatkan infak dan sedekah
� Menjelaskan kegiatan infak dan sedekah dalam kehidupan sehari
A. Tujuan Pembelajaran
� Siswa mampu mengenal serta mempraktekkan tata cara infak dan
sedekah
B. Pendekatan
Discovery Inquiry
C. Metode Pembelajaran
1. Pembelajaran kelompok
2. Diskusi
3. Cerita
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
� Guru menjelaskan materi / kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa
� Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh
b. Kegiatan Inti
� Eksplorasi
- Siswa membaca ketentuan infak dan sedekah
- Guru menerangkan ketentuan tata cara infak dan sedekah
- Guru membentuk kelompok kerja
- Guru menayangkan film kun fayakun
� Elaborasi
- Mengadakan tanya ajawab
- Guru membagi siswa dalam kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa
- Guru memberikan masalah kepada setiap kelompok untuk
mencari makna sedekah dan infak dalam film kun fayakun
- Guru menyuruh kelompok mempertanggung jawabkan
hasil pencariannya
- Guru membimbing diskusi kelas
� Konfirmasi
- Guru menyimpulkan materi dan tanya jawab yang
dilakukan
- Memberikan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam
kegiatan
c. Kegiatan Akhir
� Guru merefleksikan kegiatan pembelajaran
� Guru mengajak siswa berdo’a bersama
7. Sumber Belajar : a. Buku Fiqih Kelas IV Penerbit Aneka Ilmu
b. Buku Tuntunan Sholat (Persholatan)
8. Penilaian : a. Teknik : tes Tertulis dan keaktifan
b. Bentuk instrumen : tes pilihan ganda
Pati, 6 Desember 2010
Mengetahui, Peneliti
Kepala MI Sullamul Huda
Abdul Musafak, S.Pd.I Zulihah, A.Ma
SOAL PRA SIKLUS
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!. 1. Mengucapkan kata-kata yang sopan dan memuliakan tamu termasuk …..
a. Sedekah b. Wakaf c. Infak d. Amal jariah
2. Di bawah ini merupakan amal yang tidak putus pahalanya, kecuali….. a. Membangun tempat hiburan b. Amal jariah c. Doa anak yang saleh d. Ilmu yang bermanfaat
^F�Aان اQ-� Lى ا�%@* .3 Firman Allah SWT diatas menjelaskan bahwa Allah SWT memberi pahala bagi orang yang ….. a. Salat b. Puasa c. Sedekah d. Berzakat
4. Hukum sedekah adalah …. a. Sunah b. Wajib c. Fardu ‘ain d. Fardu kifayah
5. Sedekah sangat dianjurkan karena dapat menyucikan ….. a. Baju b. Harta c. Makanan d. Uang
6. AT ?\� ��G�ا �%Tآ'(@? و�T �)�n AT اE�f+ا اE�Tا A�oا� �Hا���....اXرض
Firman Allah SWT diatas menjelaskan tentang perintah Allah SWT yang berkaitan dengan ….. a. Infak b. Zakat c. Salat d. Haji
7. Kamu sekali-kali tidak sampai kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai adalah terjemahan dari surah ….. a. Ali Imran : 92 b. Al-Maidah : 94 c. Al-Baqarah : 93 d. Al-An’am : 95
8. Orang yang suka menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan sempit disebut sebagai orang ….. a. Dermawan b. Bertaqwa c. Kaya d. Miskin
9. Arti kata A�^F*@%ا� adalah …..
a. Orang yang benar b. Orang yang sedekah c. Orang yang jujur d. Orang yang bernama sadiq
10. Jika kita suka bersedekah, Malaikat akan mendoakan supaya Allah SWT memberi …. a. Ampunan b. Pahala c. Gantinya d. Uang
SOAL SIKLUS I Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!. 1. Dibawah ini yang artinya, “Ya Allah SWT berilah gantinya kepada orang-
orang yang suka bersedekah”, adalah …..
a. �f� ��f�T p>ا ?Hا�� b. k�� p>ا ?Hا�� c. �^رز p>ا ?Hا�� d. ا��آ( p>ا ?Hا��
2. Allah SWT akan memberi balasan kepada orang-orang yang ….. a. Berbelanja b. Bersedekah c. Berkorban d. Berutang
3. Berikut ini yang tidak termasuk manfaat dan kegunaan sedekah adalah …. a. Menghindarkan murka Allah SWT b. Dapat memanjangkan usia c. Mempererat tali persaudaraan d. Menghamburkan uang
4. Dapat memperkecil jurang pemisah antara yang kaya dan miskin termasuk …. a. Hikmah kurban b. Hikmah haji c. Hikmah puasa d. Manfaat bersedekah
5. Allah SWT akan membalas orang yang telah beramal baik, walaupun hanya seberat biji ….. a. Zarrah b. Sawo c. Rambatan d. Biji kurma
6. Berinfak merupakan amal jariah yang tidak akan terputus ….. a. Hartanya b. Pahalanya c. Nyawanya d. Rezekinya
7. Orang kaya berkewajiban peduli kepada orang miskin dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk …… a. Dihambur-hamburkan
b. Membangun rumah c. Berbelanja d. Bersedekah
8. Para Malaikat akan mendoakan kerusakan kepada orang-orang yang …. a. Bakhil b. Dermawan c. Gemar bersedekah d. Kaya
9. Allah SWT berjanji akan memberikan kelapangan sesudah …. a. Kelaparan b. Kesempitan c. Kegelapan d. Kemiskinan
10. Pernyataan berikut yang harus ada ketika bersedekah adalah ….. a. Jumlah uangnya b. Bentuk barangnya c. Nilai keikhlasannya d. Sesuai kebutuhannya
SOAL SIKLUS II Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!. 1. Hal-hal berikut bernilai sedekah apabila dikerjakan dengan ikhlas, kecuali …
a. Berkata baik dan sopan b. Tersenyum dengan sesama muslim c. Menyingkirkan gangguan dari jalan d. Membuang sampah sembarangan
2. Membersihkan sesuatu yang berguna kepada orang lain atau lembaga masyarakat untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan tulus ikhlas semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT adalah pengertian dari … a. Sedekah b. Zakat c. Muzara’ah d. Fardu kifayah
3. Hukum sedekah adalah ….. a. Mubah b. Sunah c. Fardu ain d. Fardu kifayah
....ان اQ-� Lى .4 Lanjutan ayat disamping adalah ….
a. A�^F*@%ا� b. �)�n c. ?@)'آ�T d. ?��>
5. Dapat mempererat tali persaudaraan merupakan manfaat dari ….. a. Puasa b. Salat c. Sedekah d. Haji
6. Allah SWT akan memberikan pahala yang berlipat kepada orang-orang yang suka …. a. Bersedekah b. Berbuat baik c. Salat berjamaah d. …….
7. Memberikan sebagian dari harta yang dimiliki untuk kepentingan sosial dan keagamaan dalam waktu yang tidak terbatas disebut …..
a. Zakat b. Hibah c. Infak d. Wadi’ah
8. Hukum infak adalah…. a. Sunah b. Wajib c. Fardu ain d. Fardu kifayah
9. Sedekah dan infak sangat dianjurkan karena dapat mensucikan ….. a. Uang b. Harta c. Jiwa d. Dosa
10. Perintah berinfak terdapat dalam surah …. a. Al-baqarah ayat 267 b. Al-baqarah ayat 183 c. At-Talaq ayat 7 d. Ali Imran ayat 95
SOAL SIKLUS III Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang tepat!. 1. Orang yang suka menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan sempit
disebut sebagai …. a. Hartawan b. Dermawan c. Bertaqwa d. Pemurah
2. Jika kita suka bersedekah, Malaikat akan mendoakan supaya Allah SWT memberi …. a. Ampunan b. Pahala c. Gantinya d. Ketenangan
3. Berikut ini adalah manfaat dan kegunaan sedekah, kecuali …. a. Menghindarkan murka dari Allah SWT b. Dapat memanjangkan usia c. Mempererat persaudaraan d. Menghamburkan uang
4. Dalam Islam memberikan sedekah hukumnya …. a. Makruh b. Mubah c. Sunah d. Wajib
5. Ganjaran yang didapat bagi orang yang suka menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah …. a. Pahala berpiat ganda b. Memperoleh pujian c. Hidupnya abadi d. Terkenal pemurah
6. Berikut ini yang tidak termasuk manfaat sedekah adalah …. a. Menghindarkan murka Allah b. Memperat persaudaraan c. Menghidupkan sifat dermawan d. Menyia-nyiakan harta
7. Menambah sumber dana untuk dakwah Islam termasuk …. a. Manfaat kurban b. Manfaat infak c. Manfaat kerja
d. Manfaat berjuang 8. Berdasarkan surat Al-Baqarah: 261, pahala orang yang bersedekah akan
dilipatgandakan oleh Allah menjadi ….. a. 7 kali b. 70 kali c. 7000 kali d. 700 kali
9. Mengucapkan kata-kata sopan terhadap sesama manusia termasuk …. a. Sedekah b. Infak c. Jariyah d. Wakaf
10. Malaikat ikut mendaoakan bagi orang-orang yang suka bersedekah, supaya Allah SWT memberi ….. a. Uangnya b. Ampunanya c. Gantinya d. Pahalanya
LAMPIRAN HASIL BELAJAR
PRA SIKLUS
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas 1 Ahmad Jefri Prasetyo 3 30 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 3 30 √ 3 Alek Khoirul Anwar 4 40 √ 4 Arina Dina Islami 7 70 √ 5 Arya Fikar Pratama 4 40 √ 6 Asdion Tegar Galungga 3 30 √ 7 Faizatul Munawaroh 6 60 √ 8 Fani Irawan 4 40 √ 9 Mariatul Kiptia 7 70 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 5 50 √ 11 Mohammad Islahudin 4 40 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 6 60 √ 13 Muh, Andi Usman 3 30 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 5 50 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 4 40 √ 16 Muhammad Ulil Albab 6 60 √ 17 Nur Churin In Laily 5 50 √ 18 Nur Huda 4 40 √ 19 Rahmatikal Husna 6 60 √ 20 Riza Afilia 4 40 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 6 60 √
SIKLUS I
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas 1 Ahmad Jefri Prasetyo 4 40 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 3 30 √ 3 Alek Khoirul Anwar 4 40 √ 4 Arina Dina Islami 9 90 √ 5 Arya Fikar Pratama 4 40 √ 6 Asdion Tegar Galungga 4 40 √ 7 Faizatul Munawaroh 6 60 √ 8 Fani Irawan 5 50 √ 9 Mariatul Kiptia 8 80 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 7 70 √ 11 Mohammad Islahudin 4 40 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 3 30 √ 13 Muh, Andi Usman 3 30 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 7 70 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 5 50 √ 16 Muhammad Ulil Albab 9 90 √ 17 Nur Churin In Laily 6 60 √ 18 Nur Huda 5 50 √ 19 Rahmatikal Husna 7 70 √ 20 Riza Afilia 7 70 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 5 50 √
SIKLUS II
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas 1 Ahmad Jefri Prasetyo 7 70 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 4 40 √ 3 Alek Khoirul Anwar 6 60 √ 4 Arina Dina Islami 10 100 √ 5 Arya Fikar Pratama 6 60 √ 6 Asdion Tegar Galungga 5 50 √ 7 Faizatul Munawaroh 8 80 √ 8 Fani Irawan 8 80 √ 9 Mariatul Kiptia 10 100 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 8 80 √ 11 Mohammad Islahudin 6 60 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 4 40 √ 13 Muh, Andi Usman 4 40 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 8 80 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 7 70 √ 16 Muhammad Ulil Albab 9 90 √ 17 Nur Churin In Laily 8 80 √ 18 Nur Huda 7 70 √ 19 Rahmatikal Husna 9 90 √ 20 Riza Afilia 9 90 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 7 70 √
SIKLUS III
No Nama Jumlah
betul Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas 1 Ahmad Jefri Prasetyo 8 80 √ 2 Ahmad Riyan Prasetyo 6 60 √ 3 Alek Khoirul Anwar 8 80 √ 4 Arina Dina Islami 10 100 √ 5 Arya Fikar Pratama 7 70 √ 6 Asdion Tegar Galungga 7 70 √ 7 Faizatul Munawaroh 10 100 √ 8 Fani Irawan 9 90 √ 9 Mariatul Kiptia 10 100 √ 10 Mohammad Fery Ariyanto 9 70 √ 11 Mohammad Islahudin 7 60 √ 12 Mohammad Reza Fadlillah 6 60 √ 13 Muh, Andi Usman 7 70 √ 14 Muhammad Bagus Nur Alif 9 90 √ 15 Muhammad Nur Fathoni 9 90 √ 16 Muhammad Ulil Albab 10 100 √ 17 Nur Churin In Laily 9 90 √ 18 Nur Huda 8 80 √ 19 Rahmatikal Husna 10 90 √ 20 Riza Afilia 10 100 √ 21 Selen Erfan Arismunandar 8 80 √
LAMPIRAN KEAKTIFAN BELAJAR
SIKLUS I
No Nama
Aspek Pengamatan
Jumlah
Aktifitas A B C D
1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 0 1 1 3 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 0 0 1 0 1 4 Arina Dina Islami 1 0 1 1 3 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 0 1 6 Asdion Tegar Galungga 1 0 1 0 2 7 Faizatul Munawaroh 0 1 1 0 2 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 0 0 1 0 1 10 Mohammad Fery Ariyanto 0 0 0 1 1 11 Mohammad Islahudin 1 0 1 0 2 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 0 1 1 0 2 14 Muhammad Bagus Nur Alif 0 1 0 0 1 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 0 1 3 16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 0 2 17 Nur Churin In Laily 1 0 0 1 2 18 Nur Huda 0 1 0 0 1 19 Rahmatikal Husna 0 1 0 1 2 20 Riza Afilia 1 1 0 1 3 21 Selen Erfan Arismunandar 0 0 1 0 1
SIKLUS II
No Nama
Aspek Pengamatan
Jumlah
Aktifitas A B C D
1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 1 1 1 4 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 0 0 1 0 1 4 Arina Dina Islami 1 1 1 1 4 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 0 1 6 Asdion Tegar Galungga 1 1 1 0 3 7 Faizatul Munawaroh 0 1 1 1 3 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 1 0 1 0 2 10 Mohammad Fery Ariyanto 1 0 1 0 2 11 Mohammad Islahudin 1 1 1 0 3 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 1 1 1 0 3 14 Muhammad Bagus Nur Alif 1 1 0 1 3 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 1 1 4 16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 1 3 17 Nur Churin In Laily 1 1 0 1 3 18 Nur Huda 1 1 0 1 3 19 Rahmatikal Husna 0 1 1 1 3 20 Riza Afilia 1 1 1 1 4 21 Selen Erfan Arismunandar 1 0 1 0 2
SIKLUS III
No Nama
Aspek Pengamatan
Jumlah
Aktifitas A B C D
1 Ahmad Jefri Prasetyo 1 1 1 1 4 2 Ahmad Riyan Prasetyo 1 1 1 1 4 3 Alek Khoirul Anwar 1 0 1 1 3 4 Arina Dina Islami 1 1 1 1 4 5 Arya Fikar Pratama 0 1 0 1 2 6 Asdion Tegar Galungga 1 1 1 1 4 7 Faizatul Munawaroh 1 1 1 1 4 8 Fani Irawan 1 0 0 0 1 9 Mariatul Kiptia 1 0 1 1 3 10 Mohammad Fery Ariyanto 1 1 0 1 3 11 Mohammad Islahudin 1 1 1 1 4 12 Mohammad Reza Fadlillah 0 1 0 0 1 13 Muh, Andi Usman 1 1 1 0 3 14 Muhammad Bagus Nur Alif 1 1 0 1 3 15 Muhammad Nur Fathoni 1 1 1 1 4 16 Muhammad Ulil Albab 1 1 0 1 3 17 Nur Churin In Laily 1 1 1 1 4 18 Nur Huda 1 1 1 1 4 19 Rahmatikal Husna 1 1 1 1 4 20 Riza Afilia 1 1 1 1 4 21 Selen Erfan Arismunandar 1 0 1 0 2