fakultas tarbiyah institut agama islam...
TRANSCRIPT
viii
APLIKASI TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA POLRI
HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKHLAK.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : Edi Mufidun
3102223
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
ix
KATA PENGANTAR
بـسم اهللا الرمحن الرحيم
احلمد هللا رب العـاملني والصالة والـسالم على اشرف االنبياء :واملرسلني سيدناوموالنا حممد وعلى أله واصحابه امجعني امابعد
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat dan
salam semoga terlimahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
segenap pengikutnya yang setia.
Atas segala rahmat, hidayah serta inayahnya dari Allah SWT, serta
bimbingan dan batuan dari berbagai pihak, maka selesailah tugas penyusunan
skripsi yang sangat sederhana ini, skripsi ini berjudul “Implementasi Tri Brata dan
Catur Prasetya Polri dalam Persprektif Pendidikan Akhlak di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang ”, ini ditulis untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis dengan segala kerendahan
hati mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr.H. Abdul Jamil, MA. Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Prof.Dr.Ibnu Hajar, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
3. Drs. Fatah Syukur, M.Ag dan Amin Farih, M.Ag, selaku pembimbing yang
telah membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan tulus dan
ikhlas untuk memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini
4. Semua dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
5. Segenap Staf Administrasi dan Tata Usaha Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
6. KOMPOL Irzam dan segenap karyawan dan Taruna AKPOL , atas petunjuk,
arahan dan informasinya.
x
7. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan perhatian, mengasuh,
melindungi, membiayai studi dan mendidik sekaligus mendoakan penulis
setiap saat.
8. Kakakku dan adiku atas dorongan motivasi, dan arahan terhadap penulis
9. Teman-teman senasib seperjuangan di Korps Mahasiswa Bela Negara Satuan
906 “Sapu Jagad” IAIN Walisongo Semarang dan teman-teman Badan
Eksekutif Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang periode 2005
10. Teman-teman kost BPI Blok H 9 atas kekompakanya dan semangatnya
11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu baik yang langsung
maupun yang tidak langsung yang selalu memberikan dorongan semangat dan
doa kepada penulis selama ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semua pihak semoga apa yang penulis
sajikan ini dapat bermanfaat dan diterima oleh semua pihak, meskipun penulis
menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan-kekurangan, kelemahan-
kelemahan dan jauh dari sempurna dalam skripsi ini.
Oleh karenanya penulis mohon pada para pembaca yang budiman untuk
memberikan saran yang bersifat membangun.
Semarang, Februari 2008
Penulis
xi
MOTTO
مواليو اهللا وجرن كان ية لمنسة حوول اهللا أسسفي ر كان لكم لقد )21: األحزاب(خر وذكر اهللا كثريا الآ
Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.*
(Al-Ahzab: 21)
* Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 670
xii
PERSEMAHAN
Buah karya sederhana ini kupersenbahkan untuk:
Ayahanda Suwarto dan ibunda Suwarni tercinta yang selalu memberikan kasih
sayang dan tak henti-hentinya melantunkan untaian Doa untuk ananda. Doamu adalah
kunci kesuksesanku, terima kasih atas doa restunya, kesabaran segala nasehat serta
pengorbanannya sehingga ananda senantiasa bersemangat dan di beri kemudahan serta
kelancaran dalam menyelesaikan study.
Kakak-ku (Subadrun-Sulastri, Muhtarom-Sukmawati, Sodriyanto-Anik Lestari,
Mumtako) terimakasih atas doa, motivasi dan bantuannya
Keponakkan-ku (Muhammad Samsul Bahri, Intan, Adam Nur Azis, Azahro, Sifa
Ramadhani )
Adik-ku (Tuhyanto, Ahmad Syaefanto, Ahmad Sangidun, Umi Sangadah, Abdul
Basith) terimakasih atas doa, inspirasi dan dukungannya
Teman-teman senasib dan seperjuangan di Korps Mahasiswa Bela Negara (KMBN)
Resimen Mahadipa Satuan 906 ”SAPU JAGAD” dan “di Badan Eksekutif Mahasiswa
2005” IAIN Walisongo Semarang
Bangsa dan Negara Republik Indonesia tercinta
xiii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Januari 2008 Deklarator,
E d i M u f i d u n NIM. 3102223
xiv
ABSTRAK
Edi Mufidun (3102223), judul: Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Hubungannya dengan Pendidikan Akhlak. Skripsi Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, IAIN Walisongo Semarang 2008.
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri merupakan suatu kode etik Polri yang
berisi tentang pendalaman hidup dan pedoman karya Polri. Kode etik tersebut
mengikat seluruh anggota Polri secara istitusi dari tingkat Mabes Polri, Polda,
Polwil, Polres dan Polsek, serta sebagai individu mulai dari yang berpangkat
Brigadir Polisi Dua sampai berpangkat Jendral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Aplikasi Tri Brata dan
Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang; (2)
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri Hubungannya dengan pendidikan
akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Kemudian data yang
terkumpul di analisis dengan menggunakan metode analisis kualitatifdengan pola
pikir induktif.
Dalam penelitian ini menghasilkan dua hal, yaitu implementasi Tri Brata
dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
melalui perkuliahan, ceramah-ceramah, pembiasaan, tanya jawab, diskusi,cerita,
ketauladan, pembentukan sikap dan perilaku, serta doktrin-doktrin pendidikan,
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang sama juga dengan proses pembentukan akhlak.
xv
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Persetujuan Pembimbing......................................................................................ii
Pengesahan.......................................................................................................... iii
Deklarasi ............................................................................................................. iv
Abstrak .................................................................................................................v
Motto ................................................................................................................... vi
Persembahan .......................................................................................................vii
Kata Pengantar ................................................................................................... viii
Daftar Isi ..............................................................................................................x
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
Latar Belakang ...................................................................................1
Penegasan Istilah................................................................................6
Rumusan Masalah ..............................................................................8
Tujuan Penelitian ...............................................................................8
Kajian Pustaka....................................................................................9
Alasan Pemilihan Judul.....................................................................10
Metodologi Penelitian Skripsi...........................................................10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK...........15
Pengertian Pendidikan Akhlak..........................................................15
Dasar Pendidikan Akhlak..................................................................17
Tujuan Pendidikan Akhlak................................................................19
Metode Pendidikan Akhlak...............................................................22
Proses Pembentukan Akhlak.............................................................26
Materi Pendidikan Akhlak ................................................................27
BAB III : APLIKASI TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA
POLRI DI AKPOL SEMARANG ....................................................36
Gambaran Umum AKPOL................................................................36
xvi
Latar Belakang Berdirinya AKPOL............................................36
Letak Geografis AKPOL.............................................................42
Struktur Organisasi Taruna AKPOL ..........................................42
Keadaan Pendidik, Karyawan dan Taruna ..................................43
Tanda Kepangkatan POLRI ........................................................45
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di AKPOL .............46
Materi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di AKPOL ...............46
Sumber pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri .........64
Metode Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri .........65
Media Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri ............67
Alokasi Waktu Pembelajaran Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri ..............................................................................68
Evaluasi Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Kegiatan-kegiatan AKPOL Yang Bersifat Pendidikan
Akhlak di AKPOL......................................................................69
BAB IV : ANALISIS APLIKASI TRI BRATA DAN CATUR
PRASETYA POLRI HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN
AKHLAK..........................................................................................71
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri......................................71
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri Hubungannya
dengan Perspektif Pendidikan Akhlak ..............................................74
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................77
Saran-saran........................................................................................77
Kata Penutup .....................................................................................78
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Daftar Riwayat Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memperhatikan perkembangan masyarakat yang berjalan sangat cepat
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga
berpengaruh terhadap ideologi, politik, ekonomi, budaya dan situasi keamanan
di lingkungan masyarakat, serta proses reformasi yang telah dan sedang
berlangsung untuk menuju masyarakat yang demokratis membawa berbagai
perubahan dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan ber-Negara. Maka
POLRI yang saat ini sedang melaksanakan proses reformasi untuk menjadi
kepoloisian sipil, harus dapat menyesuaiakan diri dengan perkembangan
kehidupan masyarakat dengan cara merubah paradigma yang menitikberatkan
pada pendekatan yang proaktif dan mendapat dukungan publik dengan
mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial
yang saat ini disebut dengan istilah Perpolisian Masyarakat (POLMAS).1
Kode etik profesi kepolisian Republik Indonesia yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
Pol : Kepl 32/VIII/2003 tanggal 1 Juli 2003, merupakan panduan yang harus
diacu dan implementasikan, dalam berbagai tindakan kepolisian.
Profesionalisme merupakan tuntutan masyarakat yang menjadi
tatangan berat bagi Polri sebagai institusi publik untuk mengakomodasi
berbagai tantangan dan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan keamanan
dan ketertiban, maka merupakan hal yang mendasar yang diprioritaskan bagi
pemimpin Polri untuk menegakan kualitas pelayanan, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh masyarakat.2
1 Nono Supriyono, Sambutan Kapolda JATENG Dalam Rangka Upacara Pelantikan
Komandan Beserta Staf KMBN 906 “Sapu Jagad” IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Polda JATENG, 2006), hlm 1-2
2 Werda Lebang, Kode Etik Kepolisian Republik Indonesia, (Semarang: POLDA JATENG, 2004), hlm. 1
1
2
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 02 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa “POLRI”
mempunyai tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakan hukum, memberikan perlindungan, pengayom dan pelanyan
kepada masyarakat, namun demikian keberadaan masyarakat memiliki
peranan yang sangat besar dalam ikut serta menentukan dan mengelola
lingkungan yang aman dan tertib bagi ketentraman dan keselamatan
kehidupan bersama yang merupakan suatu kebutuhan pokok manusia untuk
dapat melakukan aktifitasnya baik di dalam menentukan kewajiban beribadah,
bermasyarakat, maupun ber-Negara.3
Hal ini akan dapat terwujud dengan kerjasama antara petugas
kepolisian dengan masyarakat dan peran masyarakat untuk mendukung tugas
aparat kepolisian sangatlah besar artinya, seperti yang tertuang pada pasal 3
ayat (1) Undang-Undang No. 2 tahun 2002.4
“Pengembangan fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh : kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil
dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa”5
Memperhatikan perkembagan situasi Negara saat ini,terhadap
kepolisian Negara Republik Indonesia Sutanto telah menentukan
kebijaksanaan dan strategi guna mengantisipasi keadaan dengan
mengedepankan langkah, prefentif yang diikuti dengan penegakan hukum.
Sebagai ujung tombak dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat Polri harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan
kerkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih efektif
dan efisien dalam mewujudkan Kamtibmas Polri melakukan percepatan
pencapian sasaran tahun 2005 yaitu :6
1. Program pengembangan SDM kepolisian
3 Nono Supriyono, Op Cit, hlm. 5 4 Ibid, hlm. 6 5 Chaerul Rasyid, Paparan Pengembangan Situasi Aktual di Jajaran POLDA JATENG,
(Semarang, 2005), hlm.1 6 Chaerul Rasyid, Situasi Aktual di Jajaran POLDA JATENG, Op.Cit., hlm.3
3
2. Program pengembangan sarana dan prasarana keplosian
3. Program pengembangan strategi keamanan
4. Pemberdayaan potensi kemanan
5. Program pemilihan keamanan dan ketertiban
6. Program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.7
Tri Brata dan Catur Prasetya adalah merupakan kode etik Polri. Kode
etik tersebut mengikat seluruh anggota Polri secara institusi, dari tingkat
Mabes Polri, Polda, Polwil, Polres dan Polsek serta sebagai individu mulai
yang berpangkat Bharada sampai yang berpangkat Jendral. Mereka harus
berpegang teguh pada kode etik tersebut. Dengan kata lain bahawa Tri Brata
dan Catur Prasetya merupakan dasar menuju jati diri Polri. Disinilah letak
urgensi Tri Brata sebagai pedoman hidup dan Catur Prasetya sebagai pedoman
karya Polri sehari-hari.8
Begitu urgensinya Tri Brata dan Catur Prasetya Polri sebagai kode etik
Polri ini sehingga segala gerak dan tingkah laku sebagai anggota maupun
institusi Polri harus didasari dengan aturan bagaimana seharusnya ia
beraktifitas sehari-hari. Sebab kode etik Polri adalah pedoman moral yang
berisikan kaidah tentang bathiniyah dan lahiriyah yang terbaik dan terhormat
bagi anggota Polri sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sepertihalnya Tri Brata dan Catur Prasetya.9
Sebagaimana pendapat Benny S. Butur, yang melihat esensi dari kode
etik Polri dengan jelas melalui pengamanannya terhadap Polri dari kacamata
masyarakat menyatakan bahwa: “sebagai masyarakat yang bersifat skeptis
bahkan meremehkan Polri, adalah karena penilaian mereka terhadap:
Kurangnya” pelayanan jajaran kepolisian.10 Polri harus mengenal dan
menghayati kode etik itu, sebagai Abdi Negara, pelayan dan pengayom
7 Chaerul Rasyid, Situasi Aktual di Jajaran POLDA JATENG, Op.Cit., hlm.3 8 Kunarto, Tri Brata dan Catur Prasetya Manunggal Sejarah: Persepektif dan
Prospeknya, (Jakarta, 1997), hlm. 322 9 Secapa POLRI, Vademikum Tingkat I Polri, (Sukabumi: Secapa Polri, 1999), hlm. 557 10 Kunarto, Memerangi Kritik Terhadap Polri, Buku I, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1997),
hlm. 71
4
masyarakat, sehingga Polri harus kembali motto perjuangan dan kode etik
Polri “Tri Brata dan Catur Prasetya”11
Sejalan dengan bergulirnya arus reformasi yang disuarakan oleh
mahasiswa Indonesia, membawa hikmah tersendiri bagi Polri. Sebagaimana
Anton Tabah dalam bukunya “membangun Polri yang kuat ”, pada tanggal 1
april 1999 yang lalu adalah langkah awal dari rangkaian agenda reformasi, di
tubuh ABRI yaitu keluarnya Polri dari organisasi DEPIIANKAM/ ABRI.12
Hal ini diukuti dengan langkah bijak dari wakil rakyat dengan surat ketetapan
MPR RI Nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Kepolisian Negara
RI.Dengan tegas memutuskan pada pasal 1 yang berbunyi TNI dan Polri
secara kelembagaan tepisah sesuai dengan peran dan fungsinya masing-
masing. Pasal 2 (1) berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah
alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan”13
Sehingga keamanan yang menjadi tugas Polri mempunyai tugas
menata masyarakat sipil dengan doktrin “To Protect and To Service”.14
Sejalan dengan ini Moch. Suwondo mengatakan.
Untuk dapat melindungi dan mengayomi masyarakat yang hendak
memasuki era globalisasi dan arus reformasi, selain meningkatkan
profesionalisme, dengan kode etik yang dimilkinya, setiap anggota Polri harus
dibekali dengan iman dan taqwa, nilai-nilai moral yang baik serta akhlak yang
mulia, selaras dengan pendapat Anton Tabah, dalam teori profesi apapun yang
bisa memicu kinerja dalam menggeluti profesinya adalah integritas moral
yang cukup.
Sementara akhlak dalam pandangan Islam mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan pokok, dimana akhlak merupakan norma dan nilai
yang harus dijadikan pedoman bagi setiap manusia, baik terhadap Tuhan,
manusia maupun terhadap makhluk lain.
11 Ibid, hlm. 71 12 Anton Tabah, Membangun Polri Yang Kuat, Mitra Harhasuma, (Jakarta: 2002), hlm.50 13 Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Sidang Tahunan MPR-
RI, (Direktorat Sosial Politik Jawa Tengah, 2000), hlm. 77 14 Anton Tabah, Op Cit., hlm. 51.
5
Pendidikan akhlak merupakan salah satu upaya alternatif untuk suatu
berbaikan moral masyarakat. Tujuanya agar terwujudnya suatu masyarakat
yang berakhlakul karimah, sehingga terwujud pula masyarakat bangsa yang
aman, damai dan sejahtera. Hal ini merupakan hal yang perlu dilakukan
menurut ajaran Islam, akhlak yang mulia akan membawa kejayaan suatu
bangsa. Namun sebalikya, jika akhlak suatu bangsa itu rusak, maka bangsa itu
akan hancur. Jadi kejayaan atau kehancuran suatu bangsa akan sangat
tergantung pada baik buruknya akhlak bangsa tersebut. Seperti halnya seorang
penyair Arab, Syauqy Bcy, dalam syairnya :
وإن هموا ذهبت أخال قهم ذهبوا# أل مم اال خالق مابقيت وإنماا
Artinya : Suatu bangsa dikenal akhlaknya (budi pekertinya). Jika budi
pekertinya telah runtuh, maka runtuh pula bangsa itu.15
Dalam ajaran Islam hubungan manusia dan aktivitasnya sehari-haripun
diatur kemudian dituangkan dalam ajaran yang disebut pendidikan akhlak.
Dalam pendidikan akhlak diatur bagaimana hubungan antara manusia
terhadap khaliq, terhadap sesama manusia, terhadap lingkungan serta diri
sendiri.
Secara literal, butir-butir yang terdapat dalam Tri Brata dan Catur
Prasetya tidak ada hubungan dengan pendidikan akhlak, namun bila dikaji
dengan pendidikan akhlak. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji Tri Brata
dan Catur Prasetya sebagai pedoman hidup dan pedoman karya Polri kaitanya
dengan pendidikan akhklak.
Dari latar belakang permasalahan di atas maka penulis akan melakukan
dan mengkaji secara mendalam dalam skripsi dengan judul : “APLIKASI TRI
BRATA DAN CATUR PRASETYA POLRI HUBUNGANNYA DENGAN
PENDIDIKAN AKHLAK DI AKADEMI KEPOLISIAN REPUBLIK
INDONESIA SEMARANG ”
15 Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV
Diponegoro, 1993), hlm. 30
6
B. Penegasan Istilah
Untuk menghidari salah pengertian dan pemahaman dalam skripsi ini,
maka penulis memandang perlu memperjelas pengertian dan pemahaman pada
istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah yang digunakan
pada skripsi ini terdiri dari :
Implementasi : Dalam kamus umum bahasa Indonesia implementasi
diartikan sebagai pelaksanaan.16 Dalam skripsi ini
implementasi diartikan sebagai pelaksanaan penanaman
nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Perspektif : Pandangan.17
Tri Brata :Tiga atas, kewajiban kepolisian Negara RI yang
dilambangkan dengan bintang dan yang disebut sebagai
pedoman hidup.18 Seperti yang terdapat dalam kamus
istilah kepolisian, Tri Brata berasal dari kata-kata Tri dan
Brata; Tri berarti tiga, brata atau warta berarti jalan atau
kaul; tri brata merupakan tiga jalan atau kaul bagi anggota
polisi teladan yang keluar dari pribadi kepolisisan sendiri,
karena tidak dapat menyatakan lain dari itu.19
Catur Prasetya : Seperti diungkapkan Presiden Soekarno, catur berarti
tempat dan prasetya berti janji.20 Yang dimaksudkan
penulis adalah empat janji, tersebut adalah : Satya Haprabu
berarti setia kepada negara dan pimpinannya, hanyaken
musuh berati mengenyahkan musuh-musuh Negara dan
masyarakat, gineung pratidina berarti mengagungkan
Negara, tan satrisna berati tidak terikat tersna pada
16 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm 377 17 Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm 520 18 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet ketiga, (Bandung: Balai Pustaka,
1990), hlm 520 19 SA, Soehardi, Kamus Populer Kepolisian, (Semarang: PP Polri Jateng, 2006), hlm. 283 20 Kunarto, Etika Kepolisian, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1997), hlm 158
7
sesuatu.21 Catur Prasetya disebut merupakan pedoman
karya Polri
POLRI : Kepolisian Negara Republik Indonesia atau disingkat
Polri.22 Adalah berasal dari kata polisi yang mendapat
awalan ke- dan akhiran-an. Polisi adalah badan pemerintah
yang bertugas memelihara kemanan dan ketertiban umum
(menangkap orang-orang yang melanggar undang-undang
dan sebagainya) polisi Negara adalah polisi yang dibawah
pemerintah dan pengawasan pemerintah. Kepolisian
adalah yang bertalian dengan polisi.23
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat
negara yang berperan dalam memelihara kemanan dan
ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayom dan pelayanan
kepada mayarakat dalam rangka terpeliharanya kemanan
dalam negeri. Jadi Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah polisi nasional yang merupakan salah satu kesatuan
dalam melaksanakan peran dalam memelihara kemanan
dan kertiban masyarakat menegakan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayom dan pelayanan
kepada mayarakat dalam rangka terpeliharanya kemanan
dalam negeri.24
Pendidikan : Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didiknya melalui
kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi perannya dimasa
yang akan datang.25
21 Djoko Soetono, Sejarah Akademi Kepolisian, (Jakarta: 1999), hlm. IV 22 Kunarto, HAM dan Polri, (Jakarta, Cipta Manunggal, 1997), hlm 1 23 Hasan Alwi, Op Cit, hlm. 693 24 UU RI Nomor 02 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia DPR
Republik Indonesia, (Jakarta, 2002) hlm. 4 25 UU RI Nomor 02 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Solo, Intan
Pariwara, 1989) hlm. 6
8
Akhlak : Sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa perlu
pikiran dan pertimbangan.26
AKPOL : Lembaga pendidikan Polri yang berada di bawah Mabes
Polri yang kelulusannya sebagai perwira remaja yang
berfungsi sebagai perencana di tingkat Polsek, Polres,
Polwil maupun Polda.
Jadi yang penulis maksudkan dengan pendidikan akhlak adalah usaha
sadar yang dilaksanakan oleh manusia dalam rangka menanamkan pikiran,
pengetahuan dan pengalamannya untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang sesuai dengan ajaran Islam.
Adapun yang penulis maksud dengan judul di atas adalah proses
penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dalam perspektif
pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang.
C. Rumusan Masalah
Beberapa hal dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Bagiamana aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang ?
2. Bagaimana aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya hubungannya dengan
pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam rangka penulisan
skripsi ini adalah untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai Tri Brata
dan Catur Prasetya Polri hubungannya dengan pendidikan akhlak di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang.
26 Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Lebanon: Dar Al Kutub, Al Ilmiyah, tth), hlm. 52
9
E. Kajian Pustaka
Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang
membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku,
kitab dan dalam bentuk tulisan yang lainya, maka penulis akan memaparkan
buku atau skripsi yang sudah ada sebagai bandingan dalam mengupas
permasalahan tersebut sehingga diharapakan akan muncul penemuan baru.
Kajian mengenai implementasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
dalam perspektif pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang sendiri belum banyak ditemukan. Dalam buku ataupun
artikel-arikel masih belum banyak ditemukan karya-karya ilmiah yang secara
spesifik membahas tentang relevasi dan aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri dengan pendidikan akhlak
Untuk lebih memperjelas gambaran tentang penelitian ini, berikut ini
merupakan ilustrasi dari beberapa literatur yang ada hubunganya dengan tema
penelitian yang dikaji dalam sekripsi ini yaitu : Dai Bachtiar dalam keputusan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang kode etik profesi
Kepolisian Negara Repubplik Indonesia : yang didalamnya menjelaskan
tentang etika pengabdian, etika kelembagaan, etika kenegaraan dan penegakan
kode etik profesi.27
Kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan
suatu aturan yang bersumber pada Tri Brata dan Catur Prasetya. Anton Tabah
dalam bukunya membangun Polri yang kuat, yang mengkaji tentang
bagaimana peran setra Polri yang profesional dalam masyarakat.
Beberapa peneliti yang sudah meneliti tentang pendidikan akhlak
antara lain : Ali Masrur (4196107) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang dalam sekripsinya “Relevasi dan Aplikasi Saptamarga TNI Dengan
Pendidikan Akhlak” peneltian teresebut menitik beratkan pada hubungan
Sapta Marga TNI dengan pendidikan akhlak terhadap Tuhan, manusia,
lingkungan dan diri sendiri.
27 Dai Bachtiar, Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Jakarta:
POLRI, 2003), hlm. 6.
10
Dari beberapa penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian yang
peneliti lakukan sekarang ini, merupakan penelitian yang belum pernah diteliti
oleh peneliti lainya yang berkaitan dengan judul, tema maupun isinya.
Implementasi proses penanaman nilai-nilai ini penekanannya pada aspek
implementasi porses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
dalam persepektif pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang.
F. Alasan Pemilihan Judul
1. Pendidikan akhlak adalah salah satu jenis pendidikan yang tidak kalah
penting dengan pendidikan lainnya, karena akhlak seseorang akan selalu
memaknai kehidupan seseorang.
2. Pendidikan akhlak atau etika sangat penting bagi Kepolisian Negara
Republik Indonesia untuk menunjang tugas yang lebih profesional.
3. Polri adalah organisasi yang besar yang di dalamnya sangat perlu adanya
standar akhlak atau kode etik yang tertuang dalam Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri sebagai pedoman hidup dan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari dalam Polri, baik sebagai anggota Polri maupun
sebagai warga masyarakat.
4. Tri Brata dan Catur Prasetya Polri merupakan kode etik bagi setiap
anggota Polri, oleh karena itu penulis ingin menggali dan mengkaitkannya
dengan pendidikan akhlak.
G. Metodologi Penelitian Skripsi
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Pedekatan Penelitian
Skripsi yang kami susun disini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan rancangan studi kasus.28 Penelitian ini memiliki karakteristik
28.Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001) cet II, hlm 7
11
natural dan merupakan kerja lapangan yang bersifat deskriptif.29 Penelitian
kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasa dan
peristilahannya.30
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.31
Menurut Denzin (1978) ada empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yaitu triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan
metode, triangulasi dengan teori dan triangulasi dengan melibatkan
peneliti.
Sedangkan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan triangulasi sumber, yang berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.32
Dalam penelitian ini, informasi yang di bandingkan adalah
informasi yang diperoleh dari dosen, karyawan dan informasi yang
diperoleh dari Taruna
3. Metodologi pengumpulan data
Metode pengumpulan data digunaakan untuk memperoleh data
yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literature maupun
data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literature penulis
menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya
dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan.
29 Julia Brannen, Memadu Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004) cet.IV, hlm. 69 30 Lexy I. Moeloeng, Metodologi Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), cet. XIV, hlm 178 31 Ibid, hlm. 178 32 Ibid, hlm. 178
12
Adapun untuk data empirik, penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu:
a. Observasi, yaitu metode yang digunakan melalui pengamatan yang
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan keseluruhan alat indera.33Data yang di himpun dengan
teknik ini adalah situasi umum AKPOL yang meliputi proses
pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri, sarana dan prasarana
sekolah. Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai non partisipan
observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap hari berada di sekolah
tersebut, hanya pada waktu penelitian.
b. Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui
komunikasi langsung antara pewawancara (interviewer) dengan
responden (subjek yang diwawancarai atau interviewer). Teknik ini
dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe terstruktur, yaitu
bentuk wawancara yang alternatif jawabannya sudah disiapkan, dan
tipe tidak terdtruktur, yaitu bentuk wawancara yang jawabannya di
serahkan sepenuhnya kepada interviewee.34 Dalam wawancara ini
peneliti menggunakan pedoman wawancara semi structured, karena
bentuk wawancara ini tidak membuat peneliti kaku, melainkan lebih
bebas dan luwes dalam melakukan wawancara. Metode interview ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang
berkaitan dengan kondisi AKPOL, latar belakang dan metode
pembelajaran Tribrata dan catur prasetya Polri yang di tujukan kepada
pihak yang berhubungan dengan data tersebut, seperti gubernur Akpol,
dosen, dan karyawan Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang.
33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1998), cet. II, hlm 149 34 Syansul Yusuf, Psikologi Belajar Agama, (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy, 2003),
hlm. 87
13
c. Dokumentasi, Metode dokumentasi “yaitu cara mencari data tentang
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan
sebagainya”.35
Metode di atas, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan peneliti
dalam memperoleh data-data yang berhubungan dengan implementasi
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri.
4. Metode analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara
sistematis. Dalam hal ini digunakan metode analisa kualitatif dengan
menggunakan pola berfikir induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan tersebut
dipelajari dan di analisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan
generalisasi yang bersifat umum.36
35 Ibid, hlm. 236 36 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), jilid. 1, hlm 42
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK
A. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan biasanya dikonotasikan sebagai usaha membantu
perkembangan peserta didik secara umum. Pemahaman seperti itu sering
dijumpai, misalnya pada definisi yang dikemukakan oleh H.B. Hamdani Ali
Mengatakan bahwa:
“Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya kepada generasi muda untuk memungkinkan melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya”1 Dalam “Ensiklpoedi Pendidikan”, Poerbakawatja juga menjalaskan
bahwa:
“Pendidikan itu dalah usaha sadar secara disengaja dari orang dewasa
untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kedewasaan yang
selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala
perbuatan”2
Federic J.Mc. Donal, dalam bukunya Educational Psychology,
mengungkapkan bahwa educational in the sense used here, is a process
orang-orang yang an activity which Islam directed at producting desirable
change in the behaviour of human beings. Pendidikan dalam pengertian yang
digunakan di sini adalah sebuah proses atau aktivitas yang menunjukan pada
proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku manusia.3
Selain di atas Musthofa al-Ghulayani mendefinisakan pendidikan
sebagai berikut :
التربيةهىغرس االخالق الفاضلة ىف نفوس الناشئني وسقيها مبإ اإلرشاد والنصيحة
1 H.B. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta Kota Kembang : 1987 ), hlm. 8 2 Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 257 3 Federic J.Mc. Donal, Educational Psychology, (San Fransisco, Wadsworth Publishing
Company Inc., 1959), hlm. 4
15
16
فضيلة واخلريوحب العمل لنفع حىت تصبح ملكة من ملكة النفس مث تكون مثراا ال 4الوطن
“…Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam masing-masing anak dengan berbagai petunjuk dan nasehat sehingga tertanam watak yang baik, kemudian berakhlak utama, kebaikan serta cinta beramal untuk kepentingan tanah air”
Sedangkan Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Zahruddin AR
menyatakan bahwa akhlak adalah:
فعاد اهىي عرف بعضهم اخللق بأنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة أذا اعتادب شيأ 5 املسماة باخللق
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak” Dari beberapa pendapat mengenai pendidikan di atas, dapat
disimpulkan bahwasanya pendidikan adalah usaha suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang individu atau pihak lain menuju ke arah peningkatan
potensi dirinya (baik jasmani maupun rohani) secara optimal untuk mencapai
kebahagiaan manusia yang sehat dan sejahtera, di dunia maupun di akhirat.
Adapun tetang pengertian akhlak sebagaimana dijelaskan Al-Ghazali:
فاخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدراألفعال بسهولة ويسر من غري 6.حاجة إىل فكر وروية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)
4 Syeikh Musthofa al-Ghulayani, Idhatun Nasyi’in, (Surabaya: Mahkota, 1949 ), hlm. 189 5 Zahruddin AR.Pengantar Studi Akklak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 4 6 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Beirut, Libanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
tth ), hlm. 58
17
Menurut pendekatan etimologi:
“Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari “Khuluqun”
(لقخ) yang menurut lughat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan “Khalqun”( قخل ) yang berarti pencipta, dan
“makhluk (خملوق)”yang berarti: yang diciptakan”7
Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul “Etika (ilmu akhlak)
merumuskan pengertian akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan. Artinya,
bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan
akhlak”8
Dengan rujukan pada pengertian akhlak yang dipaparkan di atas, maka
menurut hemat penulis, akhlak dapat diartikan sebagai tindakan, perbuatan,
keinginan, bahakan perasaan yang terkandung dalam batin manusia yang
merupakan kehendak yang dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa adanya suatu
pakasaan ataupun pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.
Dari uraian pengertian pendidikan dan pengertian akhlak di atas, maka
dapat penulis ambil kesimpulan, bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan
tengtang tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilaksanakan oleh manusia
yang lebih dewasa dalam pemikiran yang merupakan kehendak yang
dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa adanya suatu paksaan ataupun pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu.
B. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pemikiran akhlak sebenarnya tidak lain dari dasar ajaran Islam,
yaitu:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan landasan sekaligus sumber ajaran Islam
secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menjelaskan mana yang baik
dan mana yang buruk.
7 Zahruddin AR.Op.Cit., hlm. 1 8 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bintang, 1991), hlm. 62
18
“Al-Qur’an adalah kekuatan rohaniah yang paling hebat sebagaimana yang dinyatakan-Nya sendiri. Sebab hanyalah dengan Qur’an manusia dapat maju ke arah kesempurnaan. Kuat atau lemahnya, maju atau mundurnya umat Islam tergantung pada sikapnya terhadap Qur’an. Qur’an tidak hanya berfungsi untuk dibaca dengan lagu-lagu merdu, bukan berfungsi hanya mushabaqah Qur’an, tetapi ia harus di fungsikan ke dalam masyarakat, ia harus disosialisasikan…”9 Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan
Rasululloh SAW sebagai tauladan Bagi seluruh umat manusia, maka
selaku umat Islam sebagai penganut Raulullah SAW sebagai mana firman
Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
الآخر مواليو و اللهجرن كان ية لمنسة حوول الله أسسفي ر كان لكم لقد )21: األحزاب (وذكر الله كثريا
“Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.10
2. Sunnah
Sebagai pedoman kedua sesudah al-Qur’an adalah Hadits
Rasulullah SAW (Sunah Rasul) yang meliputi perkataan dan tingkah laku
beliau. Hadits Nabi juga dipandang sebagai lampiran penjelasan dari al-
Qur’an, terutama dalam masalah-masalah yang dalam al-Qur’an tersurat
pokok-pokoknya saja.
“Sunah adalah sumber asasi dan sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Kedudukanya sebagai sumber sesudah al-Qur’an adalah disebabkan karena kedudukanya sebagai juru tafsir, dan pedoman pelaksanaan yang otentik terhadap Qur’an. Ia menafsirkan dan menjelaskan ketentuan yang masih dalam garis besar atau membatasi keumumannya, atau menyusuli apa yang disebut oleh Al-Qur’an”11
9 Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm. 100 10 Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 670 11 Nasruddin Razak, Op.Cit., hlm. 101
19
موا وهفانت هنع اكمها نمو ذوهول فخسالر اكم7: احلشر(ا آت(
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Q.S. Al-Hasyr : 7)
3. Ijma’
Dalam Islam selain Al-Qur’an dan hadits, dikenal pula ijma’,
sebagaimana sumber hukum yang dipakai untuk menetapkan hukum suatu
perkara bila di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits tidak ditemukan
hukumnya.
Menurut Dahlan Idhamy ijma; adalah “pemufakatan seluruh
mujtahid dari kalangan kaum muslimin sesudah Rasul wafat pada suatu
waktu dan masa atas suatu peristiwa hukum syara”12
Mengenai ijma’ Allah SWT. Berfirman:
مهر منلي األمإلى أوول وسإلى الر وهدر لوو مهمن هنبطونتسي الذين هلملع )83: النساء(
Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya mengetahuinya dari mereka. (Q.S. An-Nisa’: 83)
Jelaslah, firman Allah dan sunnah Rasul-Nya adalah ajaran yang
paling mulia dari segala ajaran hasil ciptaan manusia. Dari keduanya,
diketahui kriteria mana perbuatan baik dan mana yang jahat, mana yang
halal dan mana yang haram. Namun demikian, bila di dalam Al-Qur’an
maupun hadits tidak ditemukan hukum suatu perkara, maka ijma’ bisa
dijadikan sebagai pegangan untuk menentukan hukumnya.
C. Tujuan Pendidikan Akhlak
Berbicara tentang orientasi atau tujuan pendidikan akhlak, maka tidak
jauh berbeda dengan pembicaraan tujuan pendidikan Islam pada umumnya.
Karena pada substansinya tujuan pendidikan secara sempurna akan sama
dengan tujuan pendididkan akhlak.
12 Dahlan Idhamy, Seluk Beluk Hukum Islam, (Semarang,: CV, Faizan, 1996)
20
Tujuan tertinggi pendidikan Islam menurut Ahmadi yaitu menjadikan
hamba Allah yang paling bertaqwa, karena manusia diciptakan tidak hanya
untuk beribadah kepada Allah, mengantarkan subjek didik menjadi
Khalifatullah Fil Ard (wakil Tuhan di bumi) yang mampu membudayakan
alam sekitar dan mewujudkan rahmatan lil ‘alamin,sebagai konsekuensi telah
menerima Islam sebagai falsafah hidup serta kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.13
Sedangkan tujuan umumnya adalah teraktualisasinya potensi atau
sumber daya insani secara optimal atau bisa dikatakan sebagai terealisasinya
kepribadian (self realitation) muslim utuh.14
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali yaitu mencapai insan
sempurna yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan insan
sempurna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.15
Hamzah Yakub menjelaskan tujuan dari setiap aktifitas pendidikan
secara implisit, sebagai berikut :
Jika seorang muslim mencari rezeki bukanlah sekedar untuk mengisi perut bagi diri dan keluarganya. Pada hakikatnya dia mempunyai tujuan yang lebih tinggi atau tujuan filosofis. Dia mencari rizki untuk mendapatkan makanan guna membina kesehatan ruhani dan jasmani, sedangkan tujuan membina kesehatan itu ialah supaya kuat beribadah dan beramal ibadah itulah dia dapat mencapai tujuan akhir, yakni ridlo Allah SWT. Jika dia belajar, bukan hanya sekedar untuk memiliki ilmu, ilmu itu akan menjadi “jembatan emas” dalam membina taqwa dan taqarrub kepada Allah SWT, supaya menjadi insan yang meliputi ridlo illahi.16 Seperti disebutkan firman Allah dalam Al-Qur’an, yang berbunyi:
فادخلي في عبادي . ارجعي إلى ربك راضية مرضية . يا أيتها النفس المطمئنة )30 - 27: لفجرا(وادخلي جنتي .
13 Ahmadi, Islam Sebagi Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,
1992), Cet I, hlm. 63-64 14 Ibid., hlm 66 15 Fathiyah Hasan, Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali, Alih Bahasa Fathur R. May., dkk
(Bandung: PT Al-Ma’arif, Cet I, ), hlm. 24 16 Hamzah Ya’qub, Op.Cit., hlm. 53-54
21
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S. Al-Fajr: 27-30)
Dari tujuan-tujuan pendidikan Islam tersebut dapat digambarkan suatu
proses pembentukan manusia yang utuh yang dimulai dengan
mengoptimalisaikan potensi yang dimilikinya, sehingga ia bisa beriteraksi
dengan baik dan bahagia. Kemudian juga dengan mengoptimalkan potensi
rohaniyahnya sehingga ia dapat beribadah dengan baik kepada Tuhannya.
Figur yang akan dituju yaitu terbentuknya manusia yang utuh “insan kamil”
yang dapat menghamba pada Tuhan-Nya dengan ikhlas sehingga mendapat
ridha-Nya.
Sedangkan tujuan pendidikan akhlak menurut M. Ali Hasan adalah
agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat),
berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam.17
Barmawie Umary juga menjelaskan tentang tujuan pendidikan akhlak
sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh irsyad yaitu dapat membedakan antara amal yang baik
dan buruk
2. Untuk mendapatkan taufik sehingga perbuatannya sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW dan akal sehat
3. Untuk mendapatkan hidayah, artinya gemar melakukan perbuatan baik
dan terpuji dan menghidari perbuatan buruk.18
Kalau dicermati pendapat Barmawy Umary itu merupakan tujuan yang
prosestif, tetapi sebenarnya yang dikehendaki adalah figur setelah
terperolehnya tiga unsur tersebut (irsyad, taufiq, dan hidayah) yaitu insan
yang diridhai oleh Allah SWT dan orang yang diridhai adalah insan kamil
(manusia yang sempurna)
Selanjutnya insan kamil adalah merupakan tujuan pendidikan akhlak,
juga merupakan tujuan pendidikan Islam, namun yang bersifat personal.
17 M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 14 18 Bamawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet ke-12, hlm. 14
22
Jangkauan yang lebih luas adalah akses atau efek dari perbuatan-perbuatan
insan kamil tersebut yang berupa perilaku terpuji dan baik dalam perspektif
Islam. Efek itu meliputi kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan di
kehidupan dunia ini. Di samping itu, dimensi ukhrawi yang baik, seperti yang
telah dijanjikan oleh Allah SWT serta keridlaan-Nya.
D. Metode Pendidikan Akhlak
Metode pendidikan akhlak adalah cara yang harus ditempuh dalam
menyampaikan materi akhlak.19
Menurut Humaidi Tatapangarsa, metode pendidikan akhlak itu bisa
dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak langsung.20 Dengan cara
langsung yaitu “Pendidikan akhlak itu dicantumkan sebagai mata pelajaran.
Jadi mempunyai waktu-waktu tertentu di antara sekian banyak mata pelajaran
yang harus diberikan pembina guru, da’i dan sebagainya.”21
Sedangkan cara tidak langusung adalah dengan memberikan:
1. Kisah-kisah yang mengandung nilai moral
2. Kebiasaan/latihan/latihan peribadaatan.22
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak kisah-kisah yang
memiliki kedudukan sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak zaman
dahulu tiap bangsa mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai
moral yang dapat dipakai dalam mendidik para anak cucu generasi mudanya.
Demikian pula dalam Islam, banyak kisah tentang keteledanan ataupun akhlak
para Nabi dan Rasul, terutama akhlak Nabi Muhammad SAW.
Di samping kisah-kisah atau cerita-cerita, pendidikan akhlak juga bisa
diberikan dengan cara pembiasaan. Sejak kecil anak dilatih dan dibiasakan
bertingkah laku yang baik, serta diajari sopan santun dan sebagainya.
19 Widodo Supriyono, Pendidikan Akhlak di Lingkungan Keluarga, dalam Jurnal
Pendidikan Islam (Media), Vol. 9 No. 2, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Waliosongo), hlm. 154
20 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 61-63
21 Amin Syukur, Pengartar Studi Akhlak, (Semarang: Duta Grafika, 1987), hlm. 78 22 Humaidi Tatapangarsa., Op.Cit, hlm. 63
23
Metode pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazalali sebagimana
dikupas oleh M. Abdul Qasem adalah:
1. Dengan pelatihan
Cara ini ialah dengan melakukan latihan-latihan perbuatan yang
bersumberkan akhlak yang baik. Agar seseorang mempunyai perangai
yang pemurah.
2. Dengan peniruan
Secara alamiah manusia memiliki sifat peniru. Watak atau tabiat seseorang bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, baik dalam hal kebaikan atau keburukannya. Demikian juga jika seseorang bergaul dengan orang-orang yang saleh dalam jangka waktu yang lama, maka tanpa disadari di dalam dirinya akan tumbuh kebaikan yang dimilikinya oleh orang yang saleh tersebut. Juga banyak belajar dari mereka.23 Sedangkan menurut Muhammad Quthb, metode pendidikan
akhlak terdiri dari : 2524
a) Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan merupakan metode yang efektif dalam
mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan
sosial. Dalam hidupnya, manusia membutuhkan figur teladan yang
dapat dicontohnya, karena pada dasarnya kebutuhan manusia akan
figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah
menjadi karakter manusia. Pendidikan dituntut untuk bisa tampil
sebagai teladan bagi anak didiknya.
Rasulullah merupakan teladan terbesar bagi umat manusia.25
Bahkan kunci keberhasilan dakwah rasulullah adalah karena beliau
langusung tampil sebagai suritauladan dan melaksanakan apa yang
telah diajarkannya kepada umatnya. Beliau juga melaksanakan apa
23 M. Abdul Queseem, Etika Al-Ghazali, Terj. Mahyuddin, (Bandung: Pustaka, 1988),
hlm. 92-94 25 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salim Harun, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1993), hlm. 32924 25 Ibid
24
yang diajarkan oleh Al-Qur’an. Seperti yang telah dijelaskan dalan
surat Al-Ahzab ayat 21;
)21: األحزب(ي رسول الله أسوة حسنة لقد كان لكم ف
Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..(Al-Ahzab: 21)26 Adalah hal yang mudah bagi pendidik untuk menerapkan
prinsip dan metode pendidikan seperti yang ia inginkan. Tetapi
merupakan hal yang sulit bagi anak untuk bisa menerima apa yang
diajarkan kepadanya, tetapi tidak dilakukan oleh pendidikanya.
b) Pendidikan dengan Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh
kata-kata yang didengar. Nasehat akan mambawa pengaruh ke dalam
jiwa seseorang dan akan menjadi sesuatu yang sangat besar dalam
pendidikan rohani.27
Nasihat merupakan metode yang efektif dalam usaha
pembentukan keimanan, menanamkan niali-nilai moral, spiritual dan
sosial, karena nasihat dapat membukakan mata hati anak akan hakikat
sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya
dengan akhlak yang mulia.
Metode inilah yang digunakan oleh Luqmanul Hakim untuk
mendidik anaknya. Bahkan Al-Qur’an secara keseluruhan adalah berisi
nasihat bagi uamt Islam. Sebagai contoh, diantaranya ketika Luqmanul
Hakim mengajarkan larangan menyekutukan Allah kepada anaknya.
ه وهو يعظه يا بني لا تشرك بالله إن الشرك لظلم وإذ قال لقمان لابن ظيم13: لقمان(ع(
Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
26 A. Soenarjo, Op.Cit., hlm. 644 27 Muhammad Qutb, Op.Cit, hlm. 334
25
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman: 13)28
c) Pendidikan dengan Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang merupakan reaksi dari
pendidik terhdap perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik.
Hukuman dapat digunakan sebagai metode pendidikan dalam keluarga
sepanjang tidak membahayakan bagi anak. Hukuman dijatuhkan atas
perbuatan buruk atau jahat yang dilakukan oleh anak. Menurut teori
perbaikan, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Maksud
hukuman itu adalah agar anak jangan mengulangi kesalahan yang
sama. Memperbaiki si anak, baik lahiriah maupun batiniah. Hukuman
diterapkan kalau metode alih sudah tidak membawa hasil, seperti kalu
anak melalaikan shalat, padahal ia sudah sepuluh tahun, ia tidak mau
mendengarkan nasihat orang tuanya, barulah ia dipukul.
d) Pendidikan dengan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan yang penting. Penanaman
nilai-nilai moral dan agama akan lebih berhasil kalau anak diberi
pengalaman langsung melalui pembiasaan, terutama bagi anak-anak
yang masih kecil, karena anak-anak belum mengetahui apa yang
dikatakan baik dan buruk. Oleh karena itu sebagai permulaan dan
pangkal pendidikan, hendaknya sejak dilahirkan anak harus dibiasakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yagn bernilai religius. Anak dibiasakan
mendengar dan mengucapkan kalimat thayyibah, melaksanakan shalat
lima waktu, membaca Al-Qur’an dan kebiasaan-kebiasaan positif
lainya. Karena kalau kebiasaan sudah terbentuk, ia akan memudahkan
kebiasaan yang dibiasakan itu serta menghemat waktu dan perhatian.29
28 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 654 29 Ahmad Amin., Op.Cit., hlm. 24-24
26
Pembiasaan terhadap hal-hal yang positif, penting artinya bagi
pembentukan watak anak, karena pembiasaan itu akan terus
berpengaruh sampai hari tua.
E. Proses Pembentukan Kepribadian
Adapun proses pembentukan kepribadian atau akhlak ini terdiri atas 3
taraf yaitu: 30
1. Pembiasaan
2. Pembentukan pengertian sikap, minat
3. Pembentukan kerohanian luhur
1. Pembiasaan
Hal ini ditunjuakan untuk membentuk ketrampilan jasmaniyah dan
lahiriyah yaitu kecakapan mengucap dan berbuat pada taraf ini diberikan
“latihan” dengan contoh dari pendidik. Sebagai contoh kebiasaan yang di
latihkan ialah rukun Islam yang lima: Shahadat, shalat, puasa, zakat, haji
ditambahkan dengan berbagai sikap (berbahasa atau sikap) yang harus
dilakukan anak terhadap orang tua, orang dewasa maupun temannya.
Suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan sukar untuk
ditinggalkan. Dalam hati terasa sebagai suatu kewajiban yang mana
apabila ditinggalkan mengakibatkan rasa resah dihati.
2. Pembentukan pengertian sikap dan minat
Pada taraf ini pada diri anak ditanamkan pengertian, agar anak
tidak asal berbuat dalam mengerjakan perintah agama. Sebagai contoh
dengan menghubungkan rukun iman dengan amaliyahnya rukun Islam,
yaitu bahwa pengamalan rukun Islam merupakan pelaksanaan rukun iman.
Di sini anak diajak untuk menemukan antara aspek psikis dengan fisik,
utuk itu aspek psikis yaitu cipta, rasa, dan karsa digunakan.
30 Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung: Al-Ma’arif,
1980), hlm. 75-81
27
Jika pengertian sudah meresap pada diri anak, maka akan terlihat
perubahan sikap riil dirinya. Aktifitas dalam menjalankan perintah agama
akan bertambah besar sehingga apabila sikap sudah menunjukan
perubahan ke arah lebih baik, maka perkembangan yang disaksikan ialah
timbulnya minat yang kuat. Bertambah pengertiannya, bertambah tegas
sikapnya, bertambah pula minatnya.
3. Pembentukan kerohanian luhur
Pada taraf ketiga ialah membentuk budi luhur. Di tingkat ini anak
sudah mencapai kedewasaan. Pend taraf ini dan sebagainya.
Adult Education yaitu pemahaman diri sendiri. Tanggung jawab
sepenuhnya ada di atas bahu diri sendiri. Berlakulah hukum “barang siapa
berbuat kebajikan, maka kebajikanlah yang ia dapat dan barang siapa
berbuat kejelekan, maka kejelekanlah yang ia peroleh” sebagaimana
firman Allah SWT Q.S. al-Zalzalah 7-8
هررا يية خل مثقال ذرمعن يل مثقال. فممعن يمة وذر ش هرا ير 31 )8-7: الزالزلة (
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat nya pula. (Q.S. al-Zalzalah 7-8) 32
Jadi sebagai seorang yang beragama, prilakunya biasanya
didasarkan pada tradisi yang berlaku pada masyarakatnya. Kehendak
bersusila ini mendapatkan bukti yang lebih tegas, sebab sorotan
masyarakat, terhadap diri seseorang lebih dititik beratkan pada moral
kontrol.
F. Materi Pendidikan Akhlak
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia diantara makhluk
yang lain. Dalam diri manusia terdapat dua unsur yang saling berlawanan, 31
32 Soenarjo, dkk., Op.Cit., hlm. 1087
28
yaitu hawa nafsu yang cenderung mendorong manusia untuk menuju kepada
kemaksiatan dan akal nurani yang membimbing manusia untuk menuju jalan
yang benar yang diridhai Allah. Dalam kesehariannya manusia telah diberikan
kebebasan oleh Allah untuk memilih mana yang akan dilakukan dengan segala
tanggung jawabnya.
Sebenarnya, disadari atau tidak oleh manusia, bahwa dalam segala
aktivitasnya hidup manusia selalu terkait dengan empat komponen hubungan,
yaitu hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia.,
manusia dengan lingkungannya dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Oleh karenanya itu empat komponen tersebut menajadi materi pendidikan
akhlak dalam Islam.
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak manusia dalam hubungannya terhadap Allah dapat direalisasikan
sebagai berikut:
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah
Semua amal berdasarkan akhlak kepada-Nya akan mendapat
pahala. Apabila tidak disertai dengan rasa ikhlas kepada Allah, maka
tidak akan mendapatkan pahala, meskipun nilainya baik. “Dari bentuk
cinta manusia kepada Tuhannya ialah ibadah dengan bentuknya yang
bermacam-macam, dan ibadah itu sendirinya dilakukan dengan
kecintaan, keihkhlasan dan ketaaan kepada Allah”33
b. Takwa kepada Allah
Takwa adalah puncak ibadah yang dicari setiap muslim. Tuhan
selalu mendorong manusia untuk mencapai tingkatan taqwa dan
berusaha mempertahankan setelah mendapatkannya. Takwa akan
menanamkan akhlak pada manusia yang efeknya bukan saja pada
dirinya sendiri, namun juga terhadap masyarakat sekitarnya.
Firman Allah dalam surat Al-Anafal ayat 25:
33 Ahmad Amin., Op.Cit., hlm.23
29
ديدش وا أن اللهلماعة وآصخ وا منكمظلم الذين نصيبة ال تنقوا فتاتو )25:األنفال ( العقاب
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.(Q.S Al-Anfal: 25)
Dalam hadits rasul juga menjelaskan:
اهللا حيثما كنت واتبع اتق : قال النىب صلى اهللا عليه وسلم عن اىب ذر )رواه الترميذى(السيئة احلسنة متحها وخالق الناس خبلق حسن
Dari Abi Dzar Nabi bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan melakukan kebaikan dan berakhlak dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi)34
Manusia yang berhasil mencapai takwa kemudian berusaha
mempertahankannya dipadang sebagai manusia yang sukses
ibadahnya. Ia laksana pohon yang baik yang diterima serta dipelihara.
Ia telah berubah kemudian memberikan kenikmatan kepada manusia.35
c. Bersyukur atas nikamat Allah
Bersyukur artinya merasa senang karena memperoleh
kenikmatan Allah SWT, kemudian menambah semangat dalam
beribadah kepada Allah, hatinya bertambah iman dan makin banyak
berzikir kepada Allah.
Orang yang salah dalam menggunakan kenikmatan, yaitu untuk
mengikuti hawa nafsu dianggap kufur yakni mengingkari kenimatan
yang telah diberikan Allah kepadanya. Orang seperti ini akan diberi
sisksa oleh Allah dengan adzab yang pedih. Sebagaimana firman
Allah:
34 Imam Jalaluddin Abdurrahman Al-Suyuthi, Jami’ al Shaghar, Juz I, Dar Ihya
Arabiyah, Indonesia, tth., hlm. 8 35 Nasruddin Razak, Op.Cit., hlm. 235-236
30
وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم ألزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي ديد7: إبراهيم(لش(
Dan, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah kepadamu, dan jika kamu mengingkari, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim: 7)36
d. Bertawakal kepada Allah
Maksud tawakal yang sebenarnya menurut ajaran Islam adalah
menyerahkan diri kepada Allah sesudah bekerja dan berusaha keras.
Sebagai contoh adalah orang meletakkan sepeda di depan rumah.
Sesudah sepeda itu dikunci rapat, maka ia sudah dinamakan tawakal.
Artinya andaikata setelah dikunci masih juga hilang dicuri orang,
maka ia sudah disebut tawakal sebab sudah berusaha agar tidak hilang.
e. Sabar
Sabar artinya keteguhan hati dalam menghadapai kesulitan dan
tidak bangga dalam memperoleh kelapangan atau kecukupan.37 Dalam
kehidupan sehari-hari, sabar dapat dibagi dua, yakni sabar ketika
seseorang sedang ditimpa musibah dan sabar ketika dalam
mengerjakan sesuatu.38
Kebahagiaan, keberuntungan dan keselamatan, hanya dapat
dicapai dengan usaha tekun terus menerus dengan penuh kesabaran,
keteguhan hati. Sebab sabar adalah asas untuk melakukan segala
sesuatu.
Sabar bukan berarti menyerah tanpa syarat, tetapi sabar adalah terus menerus berusaha dengan hati yang tetap, sampai cita-cita dapat berhasil dan di kala menerima cobaan Allah SWT haruslah ridha dan hati yang ikhlas.39
36 Soenarjo, dkk., Op.Cit., hlm. 92 37 Fahruddin., Ensiklopedi Al-Qur’an, Buku II, PT Rineka Cipta, 1992, hlm. 348 38 Hamzah Ya’qub, Op.Cit., hlm. 399 39 Barmawy Umary, Op.Cit., hlm. 52
31
f. Malu
Islam telah mengingatkan kepada umatnya agar memperhatikan
rasa malu karena malu ini dapat meningkatkan akhlak menjadi tinggi.40
Keistimewaan Islam, ialah menjadikan rasa malu merupakan sebagai
perwujudan dari iman.
Dengan sikap malu seorang mukmin tidak akan berani
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama karena merasa apa yang
dilakukannya selalu diawasi oleh Allah. Seorang mukmin yang betul
bahwa segala tingkah lakunya dilihat oleh Allah SWT, baik yang
terbuka maupun yang tersembunyi. Rasa malu kepada Allah mencegah
seseorng berbuat maksiat.41
g. Khusnudzon
Khusnudzan adalah sikap manusia yang berbaik sangka kepada
Allah. “Manusia yang baik haruslah memilih prasangka yang baik
kepada Allah, yakni percaya bahwa Allah akan memberi rahmat,
mengampuni dosa pada hamba-Nya dan tidak memberikan
kesengsaraan dan penderitaan.42
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia antara lain meliputi akhlak pada
manusia yang mengandung unsur kemanusiaan yang harmonis sifatnya.
Akhlak kepada sesama manusia dapat dirinci lagi menjadi akhlak dalam
lingkungan dan keluarga. Akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap
teman/sahabat dan akhlak terhadap orang lain.
a) Akhlak dalam lingkungan keluarga
Salah satu nikmat dalam lingkungan keluarga adalah anak yang
shalih. Untuk membina anak yang shalih diperlukan asuhan yang baik
dan tepat dari orang tua (ibu dan bapak). Untuk membina anak menjadi
shalih, pihak orang tua mempunyai sejumlah tugas dan tanggung
jawab moral yang perlu dipenuhi, yakni
40 Hamzah Ya’qub, Op.Cit., hlm. 144 41 Hamzah Ya’qub, Op.Cit., hlm. 144 42 Ibid., hlm. 143
32
1) Menjaga dan mendo’akan anak tentang keselamatan
2) Mengakikahkannya
3) Menyusukannya dan memberi makan
4) Mengkhitankan
5) Mendidik anak
6) Mengawinkan
Orang tua haruslah menanamkan pendidikan kepada anaknya,
agar nantinya anak tersebut mempunyai akhlak karimah (mulia)
sehingga terhindar dari siksa neraka. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:
ن ليكمأهو كموا قوا أنفسنآم ا الذينها أي6: التحرمي(ارا ي( Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.(Q.S. Al-Tahrim: 6).43
b) Akhlak terhadap tetangga
Dari tinjauan agamis, tetangga dapat di klasifikasikan menjadi
tiga bagian, yaitu tetangga yang muslim dan masih famili, tetangga
yang muslim dan ada juga tetangga yang tidak muslim dan juga
famili.44
Memelihara suasana kehidupan yang baik dengan tetangga
sangatlah penting, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang dalam kehidupannya selalu dan akan membutuhkan
pertolongan dan bantuan orang lain. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2:
اوعتانوودالعلى اإلثم ووا عناوعال تى وقوالتو لى الربوا ع2: املائدة ( ن( Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Q.S. Al-Maidah: 2)45
43 Soenarjo, dkk., Op.Cit., hlm. 103 44 M. Amin Syukur, Op.Cit., hlm. 103 45 Soenarjo. dkk., Op.Cit., hlm. 157
33
Oleh karena itu, tetangga yang satu dan tetangga yang lain
hendaklah saling membiasakan membantu dan berakhlak yang baik.
c) Akhlak terhadap sesama teman
Akhlak terhadap teman atau sahabat bisa diwujudkan dalam
bentuk:
1) Pemberian pertolongan kepada sahabat yang sedang dalam
kesusahan
2) Menyembunyikan kekurangan mereka.
3) Mengingatkan mereka bila berbuat kesalahan
4) Memaafkan kesalahan mereka
5) Mendoakan untuk kebaikan mereka dan perilaku-perilaku positif
lainya.
d) Akhlak terhadap orang lain
“Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan kasih
sayang. Kecenderungan untuk saling mengenal diantara sesama
manusia dalam hidup dan kehidupan merupakan ajaran Islam yang
sangat ditekankan.”46 Oleh karenanya muslim yang satu harus
langsung membantu muslim yang lain. Di antara wujud bantu
membantu atau kerja sama tersebut ialah menjenguk orang sakit,
membantu anak yatim, menolong orang miskin, memberi salam bila
bertemu di jalan dan sebagainya.
3. Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah alam sekitar. “Manusia
sebagai khalifah, pengganti dan pengelola alam, sementara di sisi lain
mereka diturunkan ke muka bumi ini adalah agar membawa rahmat dan
cinta kasih kepada alam seisinya, termasuk lingkungan dan manusia secara
keseluruhan”.47
Hubungan manusia dengan alam sekitar akan selaras apabila
tercipta suatu hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.
46 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seseorang Muslim, Terj. Moh. Rifa’I, (Semarang: Wicaksana, 1986), hlm. 383
47 M. Amin Syukur, Op.Cit., hlm. 145
34
Manusia tidak diperkenankan berlaku semena-mena terhadap makhluk
lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, baik dengan jalan
membangun, memakmurkan maupun mensejahterakan isi bumi adalah
tugas suci setiap muslim dari Allah SWT.48 Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT. Dalam surat Hud ayat 61:
)61: هود ( هو أنشأكم من األرض واستعمركم فيها
Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya.49
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa memakmurkan bumi
Allah dan alam sekitarnya adalah termasuk akhlak yang baik yang
dilakukan terhadap lingkungan, sekalipun lingkunga itu terwujud alam
flora dan fauna (alam tumbuh-tumbuhan dan binatang)
Sebaliknya merusak terhadap lingkungan alam sekitar adalah
perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini seperti disebutkan dalam
firman Allah surat Al-A’raf ayat 85:
مننيؤم مإن كنت لكم ريخ ا ذالكمالحهإص دعض بوا في األرفسدال تو )85: األعراف(
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman"50
4. Akhlak terhadap diri sendiri
Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya
antara lain: memelihara kesucian diri, memelihara kerapian diri, berlaku
tenang, menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin pribadi dalam
berbagai hal dan sebagainya.
48Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 51 49Soenarjo, dkk., Op.Cit., hlm. 336 50 Ibid., hlm. 235
35
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam akhlak Islam tergambar
sosok pribadi yang taqwa, yaitu manusia yang sanggup beraktivitas,
berkata dan berfikir sesuai dengan ajaran Islam. Secara sederhana dapat
digambarkan, orang yang mampu berkata, bertindak dan berfikir yang
sesuai dengan kehendak Allah, tidak merugikan orang lain, tidak merusak
keberadaan alam sekitar, dan tidak pula merugikan diri sendiri. Semua itu
dilakukan bukan lantaran mengharap sesuatu yang bersifat keduniaan
belaka, melainkan juga mencari ridla dari Allah SWT. Itulah akhalak
Islam yang tinggi. Kesopanan dan kebaikan haruslah ditegakkan,
sekalipun terhadap binatang dan tumbuh-tumbuhan.
36
BAB III
IMPLEMENTASI TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA POLRI DI
AKADEMI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA SEMARANG
A. Gambaran Umum Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Objek penelitian dalam skripsi ini adalah Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang. Untuk mengetahui gambaran secara ringkas
tentang situasi Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang, maka pada
bab ini disajikan data tentang gembaran umum Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang. Adapun gambaran umum situasi Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang yang dapat disajikan adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang Berdirinya Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang
Sejak tahun 1925 Sukabumi merupakan sebuah kota Tempat
Pendidikan Dasar an Lanjutan bagi Anggota Kepolisian, terlebih bila
Sukabumi mereupakan almamater bagi anggota Kepolisian. Pada saat
Indonesia diproklamirkan dalam suaha mempertahankan keamanan dan
ketertiban, pada tanggal 18 Agustus 1941.1 Jepang memerintahkan agar
Peta dan Heiho dibubarkan tetapi Kepolisian dipertahankan. Baik pada
jaman Belanda maupun Jepang, bangsa Indonesia suda ada yang menjadi
instruktur. Periode awal revolusi kelompok instruktur inilah yang mula-
mula bergerak dalam dunia pendidikan pendidikan Kepolisian republik
Indonesia diantaranya adalah Pak Soekato, Pak Barkah, Pak
Brotomurdokusuo dan lain-lain. Hal itu pula yang menyebabkan sistem
pendidikan Kepolisian republik Indonesia sama dengan sistem pendidikan
jaman Belanda meskipun jelas pula perbedaannya yang mendalam
terutama dalam jiwanya. Pak Sukanto, Pak Sumarto dan tokoh-tokoh
pimpinan Kepolisian ternyata sadar bahwa kedudukan Kepolisian di alam
1 Djoko Sutono, Sejarah Akademi Kepolisian, Jakarta: 1999, hlm.
36
37
merdeka terutama dalam kejiwaan dengan kedudukan Kepolisian pada
jaman penjajah.2
Pada jaman penjajah,, Kepolisian adalah musuh rakyat yang berhak
maju sedangkan dijaman kemeredekaan, Kepolisian adalah bagian rakyat
itu sendiri yang akan melindungi dari segala macam kejahatan dan
kekacauan, mempelopori kemerdekaa.
Meskipun kebulatan tekad dan keyakinan dari piminan Kepolisian
yang sejak Februari 1946 berkedudukan di Purwokerto demi penyelamatan
dan konsolidasi, gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian itu tidak dapat ditunda lagi. Mereka sadar betapa berat dan
sulitnya dalam pendidikan dan mengamankan Perguruan Tinggi itu
akhirnya pasti berhasil, asalkan ada keberanian moril dan kerjasama antara
pihak-pihak yang bersangkutan terjalin dengan baik. Kebutuhan yang
terasa sangat medesak untuk segera dipenuhi adalah tenaga-tenaga
pimpinan Kepolisian yang cakap dan bermoral tinggi.
Karena status polisi sesuai dengan tradisi kolonial jaman Belanda
berada di wilayah Kementrian Dalam Negeri, maka dasar pendirian
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian itu adalah Keputusan Mentri Dalam
Negeri bulan Juli 1946, sebulan sebelum Kepolisian negara dipisahkan
dari Kementrian Dalam Negeri yaitu 1 Juli 1946 sesuai Surat Keputusan
Presiden No. 11 SD tahun 1946 dan langsung dipimpin oleh Perdana
Mentri. Dengan demikian bersama-sama pembukaan kursus inspektur,
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian yang semula di sebut Akademi
Kepolisian tepat pada tanggal 17Juni 1946 dibuka dengan resmi
a. Perkembangan Akademi Polisi Menjadi Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian
Pada bulan Juli 1950 Akademi Polisi dialihkan ke Jakarta pada
awalnya menempati gedung Sekolah Dasar di jalan Manggarai.
Kurang lebih dua bulan menggunakan gedung tersebut kemudian
berpindah ke jalan Tambak II, menempati bekas penampungan orang-
2 Dokumentasi Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
38
orang Belanda yang terkenal dengan sebutan gedung ADEK
(Algemene Delisch Emigraten Kantoor)
Pada tanggal 4 Juli 1950 diadakan rapat gabungan antara
Jawatan Kepolisian Negara, Dewan Kurator dan Dewan Guru Besar
yang menghasilkan keputusan pergantian nama Akademi Polisi
menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian disingkat PTIK. Realisasi
pergantian nama dimulai tanggal 1 September 1950 dengan surat
Keputusan Perdana Mentri No. 47 JPh II II/53 sebagai tonggak sejarah
berdirinya PTIK. Pada tanggal 17 Juni 1952 awal lahirnya sarjana Ilmu
Kepolisian sebanyak 16 orang yang diberi nama Angakatan Parikesit.3
Tanggal 3 Mei 1954 sangat penting dalam sejaran PTIK yaitu
dengan lahirnya Tri Brata, di mana pembawa gagasan ini adalah
tokoh-tokoh PTIK sejak kehadirannya yaitu Prof. Joko Soetono.
Semula Tri Brata hanya dianggap kaul dari calon-calon Perwira
Kepolisian yang akan terjun dan mengabdi pada masyarakat, nusa dan
bangsa. Untuk pertama kalinya Tri Brata diucapkan oleh salah satu
wakil dari angkatan II yang akan meninggalkan almamater yaitu
Komisaris Polisi Drs. Soeparno Soeryatmaja.
Tahun 1960 Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) dengan ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960, menetapkan
bahwa kedudukan hukum (Cilivil Effect) lulusan PTIK disamakan
dengan kedudukan hukum lulusan fakultas-fakultas Negeri yang
mengikuti program pendidikan 5 (5) tahun. Keputusan ini kemudian
diperkuat dengan surat Mentri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan
(PTIP) kepada Ketua Dewan Guru Besar PTIK No. 4463/9/PTIP
tanggal 8 Agustus 1961. Pada tahun 1962 para lulusan Bagian
Bakaloreat perguruan tinggi ilmu kepolisian (PTIK) untuk pertama kali
diberi hak untuk menggunakan gelar sarjana muda ilmu kepolisian
(SMIK)
3 Dokumen Sejarah Singkat Akademi Kepolisian dan Daftar Nama-Nama Batalioin, hlm.
5
39
Sebagai realisasi dari usaha integrasi ABRI maka dengan
keputusan presiden RI No. 155 tahun 1955 tanggal 6 juli 1965 mulai
direalisir proses pengintegrasian Akademi-akademi Angkatan perang
dengan bagian yang setaraf dengan Bakaloreat PTIK pada saat itu
yaitu Akademi Ilmu Kepolisian. Lahirnya Akademi Angkatan
Kepolisian berdasarkan surat Keputusan Menteri Panglima Angkatan
Kepolisian No. 468/5B/IV/65 tanggal 25 Mei 1965. pada tanggal 1
Oktober 1965 Sekolah Angkatan Kepolisian berubah nama menjadi
Akademi Angkatan Kepolisian yang diresmikan oleh menteri
Panglima Angkatan Kepolisian, Inspektur Jendral Polisi Soetjipto
Joedodihardjo.
b. Perkembangan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Menjadi Akademi
Angkatan Kepolisian
Agar dapat menyesuaikan siri dengan akademi Angkatan yang
telah ada maka Kepolisian yang mempunyai macam-macan corak
pendidikan disamping PTIK mulai juni 1965 engadakan tindakan
perubahan dalam peralihan sesuai dengan surat keputusan Men/Pangak
No. Po.468/5b/IV/65M tanggal 25 Mei 1965. SAK sebagai pusat
Pendidikan Kepolisian di sukabumi beralih menjadi Akademi
Angkatan Kepolisian (AAK). Komandan SAK yang lama, AKBP. Drs.
R. Moh. Soebeki diganti oleh Brigjen Pol. R. Soemantri Sakimi
sebagai Gubernur Akademi Angkatan Kepolisian. Pada tanggal 1
Oktober 1965 dilaksanakan peresmian penggantian nama SAK
menjadi AAK oleh Menteri Panglima Angkatan Kepolisian. Irjen Pol.
Soetjiptp Joedodihardjo. Pada saat pelantikan 41 mahasiswa yang
merupakan sisa dari hasil seleksi PTIK angkatan XI yang mulanya
dimasukkan menjadi mahasiswa PTIK angkatan XII pada saat
pelantikan diserahkan pataka AAK yang disebut Atmaniwedana
dengan motto dalam pita emas.
Akademi Angkatan Kepolisian dalam masa peralihan ini
berlangsung sampai dengan 16 Desember 1966, untuk selanjutnya
40
terhitung mulai tanggal tersebut nama AAK berubah menjadi
AKABRI Bagian Kepolisian. Berdasarkan surat keputusan Men
Hankam/Pangab/No.Skep/B/959/XII/1971 tanggal 16 Desember 1971
tentang Pataka AKABRI Bagian, maka diserahkan Pataka AKABRI
Bagian Kepolisian kepada Gubernur yang pada saat itu dijabat oleh
Brigjen.Pol.Dr.Soemarko.
c. AKABRI Bagian Kepolisian Menjadi AKPOL
Pelaksanaan peresmian peralihan diadakan pada tanggal 28
Januari 1985 atas dasar Surat Keputusan Kapolri No. Pol.
Skep/361/1985 tanggal 24 Januari 1985 dan sekaligus dilakukan
penyerahan kembali Pataka AKABRI Bagian Kepolisian kepada
Kapolri yang selanjutnya oleh Kapolri Pataka tersebut diserahkan
kepada Gubernur AKPOL. Dikarenakan adanya penggantian nama
AKABRI Bagian Kepolisian menjadi Akademi Kepolisian dan
pengalihan dari Danjen AKABRI ke Kapolri, maka patakanya juga
mengalami perubahan baik gambar maupun namanya. Maka dengan
keputusan Kapolri No.Pol. Skep/37/1/1985 tanggal 24 Januari 1985
dikukuhkan Pataka Akpol dengan nama “Pola Habhijana” yang artinya
“Perbuatan yang luhur-agung sebagai pengikat jiwa Kesatuan
”AKPOL Mandiri
Integrasi Polri ke dalam ABRI sebanarnya telah mulai
diletakkan pada tanggal 1 Agustus 1947, yaitu dengan
dimiliterisasikannya Kepolisian bardasarkan penetapan Dewan
Pertahanan No. 112/1947, namun hanya berjalan beberapa tahun. Pada
tahun 1960 MPRS mengeluarkan ketetapan No. 11/MPRS/1960 yang
antara lain berisikan: Angkatan Perang dan Polisi Negara sebagai
kekuatan pertahanan/ keamanan. Kepolisian Negara adalah alat
revolusi untuk pengamanan dalam negeri. Dari segi ketatanegaraan,
status hukum kepegawean terletak diantara sipil dan militer.
Kedudukan polri sebagai unsur ABRI kemudian ditegaskan dalam
UU.No.2/1968 tentang prajurit ABRI. Terakhir penegasan integrasi
41
Polri ke dalam ABRI secara eksplisit dinyatakan dalam UU No.
28/1997 sebagai realisasi dari UU No. 20 tahun 1982 tantang
Hankamneg dan debagai pengganti dari pada UU No.13/1961
Gerakan reformasi yang dilancarkan oleh masyarakat
khususnya pata tahun 1998, merupakan gerakan monumental yang
memadai upaya penyelamatan bangsa dan negara Indonesia dari
berbagai penyimpangan antara lain praktek demokrasi semua,
pelanggaran HAM, dan penyimpangan hukum hingga lengsernya
presiden Soeharto sebagai presiden RI pada tanggal 21 1998. Dengan
terus bergulirna arus reformasi yang menuntut terwujudnya tatanan
yang demokratis, maka sidang istimewa MPR tahun 1998 telah
menelurkan ketetapan yang salah satunya adalah No. 10/MPR/1998
tentang pokok-pokok reformasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan
Negara, yang mengintruksikan kepada Presiden selaku Mandataris
yang antara lain untuk melaksanakan agenda reformasi di bidang
hukum dalam bentuk pemisahan tugas. Fungsi dan wewenang aparatur
penegak hukum dalam agar dapat dicapai proporsionalitas dan
integritas yang utuh. Atas dasar ketetapan MPR tersebut dikeluarkan
isntruksi Presiden No.2 tanggal 8 Maret 1999 sebagai langkah
kebijaksanaan dalam rangka pemisahan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dari ABRI yang ditindak lanjuti dengan Keputusan Men
Hankam/ Pangab No. Kep/05/P/III/1999 tanggal 31 Maret 1999
tentang pelimpahan wewenang penyelenggaraan pembinaan
Kepolisian Negara RI dari Pangab kepada Menhankam yang
realisasinya dilaksanakan pada tanggal 1 April 1999.
Oleh ketua AKPOL secara teknis administrasi berasal dibawah
kendali AKABRI, maka sebagai tindak lanjut atas Keputusan Pangab
No.05/P/III/1999 tersebut dikeluarkan Skep Kapolri No.
Skep/389/IV/1999 tanggal 9 April 1999 tentang “AKPOL MANDIRI”
maka semenjak tanggal 10 April 1999 AKPOL dinyatakan terpisah
dari Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut dan Akademi
42
Angkatan Udara serta secara teknis administrasi juga lepas dari Mako
Akademi TNI.
2. Letak Georafis
Secara geografis Akademi Kepoloisian Republik Indonesia terletak
di semarang. AKPOL RI Semarang menyelenggarakan aktifitasnya dalam
proses pendidikan diatas tanah seluas 113,4129 Ha, yang berlokasi di
daerah semarang selatan dan mempunyai perbatasan:
Sebelah Barat: Jalan Sultan Agung
Sebelah Utara: Jalan Papandayan
Sebalah Timur: Jalan Tol Jatingaleh-Krapyak
Sebelah Selatan: Gor Jatidiri Semarang(Desa Karang Rejo)
Dengan letak geografis yang strategis ini, AKPOL RI Semarang
mempunyai prospek yang bagus untuk pendidikan. dalam
perkembangannya AKPOL mengalami kemajuan yang cukup baik bgi
taruna-tarunanya atau instansi Polrinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
persyaratan masuk AKPOL minimal SMA menjadi S.1 dan S.2 mulai
tahun 2007
3. Struktur Organisasi
43
4. Keadaan Pendidik, Karyawan dan Taruna
a. Keadaan Pendidik
Untuk mengetahui keadaan tenaga pendidik utama AKPOL
Semarang April 2007 dapat dilihat sebagai berikut:
No Nama Pangkat Agama Dikmil Akhir Dikum Akhir
1 Drs.T.Ashkin Husin IRJEN POL Islam SESPATI S1 2 Drs.Erwin T.P.L.P KOMBES POL Kristen SESKO GAB S1 3 Drs. Wisnu Amat Sastro KOMBES POL 4 Ab. Majid Tawil, SMIK KOMBES POL Islam SESPIM S1 5 Agus Sutikno, SE, MM. KOMBES POL Islam SELAPA S2 6 Dra,Sri Chumaisia, M.Si KOMBES POL Islam SELAPA S1 7 Drs. Agus Prayitno KOMBES POL Islam SESPIM S1 8 Drs. Bambang S.SH,MM KOMBES POL Islam SESPIM S2 9 Drs.Bambang S,SH KOMBES POL Islam SESPIM S2-KIK 10 Drs.Chrisyono, TS, MM KOMBES POL Islam SESPIM S2 11 Drs. Dadang Rusli KOMBES POL Islam SESPIM S1 12 Drs. Dedi Suryadi KOMBES POL Islam SESPIM S1 13 Drs.Dewa Bagus MS,SH KOMBES POL Hindu SESPIM S2 14 Drs. Eko Daniyanto KOMBES POL Islam PTIK S1 15 Drs. Endaryoko, SH KOMBES POL Islam SESPIM S1 16 Drs.Endro.W,SH,M.Hum KOMBES POL Islam SESPIM S2 17 Drs. Heru Stiawan KOMBES POL Islam SESPIM S1 18 Drs.I Gede Putu G.M.Hum KOMBES POL Hindu SELAPA S2 19 Drs. Imron Korry KOMBES POL Islam SESPIM S1 20 Drs. Johny Mangasi Samosir KOMBES POL Kristen SESPIM S1 21 Drs. Khasril KOMBES POL Islam SESPIM S1 22 Drs.Masruchan Halimtar KOMBES POL Islam SEPA PT 23 Drs.Muh. Zakhlin Letter,SH KOMBES POL Islam SESPIM S1 24 Drs.Nender Yani FW. KOMBES POL Kristen SESPIM S1 25 Drs.Ngudi Prayitno KOMBES POL Islam SESPIM S1 26 Drs.P.Hari.P,SH,MSC KOMBES POL Katholik SESPIM S2 27 Drs.Paniel Luthr Harefe KOMBES POL Kristen SESPIM S1 28 Drs. Rahmat Budi U, MM KOMBES POL Islam PTIK S2 29 Drs.Ramser Erixon, S,MSI KOMBES POL Kristen SELAPA S2 30 Drs. Solichan Goesmono KOMBES POL Kristen SESPIM S1 31 Drs. Suharto KOMBES POL Islam SESPIM S1 32 Drs. Sumaryoto KOMBES POL Islam SESPIM S1 33 Drs. Tri Waluyo KOMBES POL Islam SESPIM S1 34 Drs. Jaenudin KOMBES POL Islam PTIK S1 35 Drs. Bambang P, H, MM KOMBES POL Islam SESPIM S2 36 Drs. Bambang S,SH, M,Hum KOMBES POL Islam SESPIM PT 37 Drs. Gatot Subroto KOMBES POL Islam SESPIM S1 38 Drs. Hadi Sutoyo KOMBES POL Islam SESPIM S1 39 Drs. Heru Purwanto KOMBES POL Islam SESPIM S1 40 Soedarsono, Smik KOMBES POL Islam PTIK S1 41 Totok Kasmiarto, SH KOMBES POL Islam SESPIM PT
Selapa (Sekolah Lanjutan Perwira)
Sespim (Sekolah Staf dan Pimpinan)
44
b. Keadaan Karyawan
Keadaan personil polri di AKPOL Semarang per pangkat dapat
dilihat tabel berikut:
No PANGKAT JUMLAH KETERANGAN 1 PERWIRA TINGGI
PERWIRA MENENGAH PERWIRA PERTAMA BINTARA
1
96
149
262
IRJEN POL : 1 BRIGJEN POL :0 KOMBES POL :40 AKBP :25 KOMPOL :31 AKP :53 IPTU :62 IPDA :34 AIPTU :8 AIPDA :7 BRIPKA :63 BRIGADIR :63 BRIPTU :68 BRIPDA :53
JUMLAH POLRI 508 Selain dari personil polri di AKPOL juga dibantu oleh karyawan
non polri yaitu dari PNS untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Rekapitulasi kekuatan PNS AKPOL 13-04-2007
Wanita Pria No GOL Jumlah GOL Jumlah GOL JumlahJumlah Per Gol
IV 3 IV/a 2 2 IV/b 1 1 III 90 IV/a 27 IV/a 23 50 IV/b 17 IV/b 17 34 IV/c 1 IV/c 4 5 IV/d 0 IV/d 1 1 II 173 II/a 16 II/a 66 82 II/b 2 II/b 17 19 II/c 14 II/c 20 34 II/d 15 II/d 23 38 I 20 I/a 0 I/a 0 0 I/b 0 I/b 1 1 I/c 0 I/c 3 3 I/d 3 I/d 12 15
Jumlah 286 Dokumen Akademi Kepolisian bagian Personil 2007
45
c. Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari AKPOL bahwa jumlah
siswa secara keseluruhan sebanyak 896 taruna. Yang terdiri dari
Taruna tingkat III sebanyak 300, tingkat II sebanyak 298, dan Taruna
tingkat I sebanyak 298. dari Taruna tingkat I yang berasal dari SMA
berjumlah 70 Taruna, S.1 174 Taruna, sedangkan yang Seseorang
berjumlah 54. dari seluruh Indonesia.
5. Tanda kepangktan polri
Sejak tanggal 1 Januari 2001, Kepolisian Republik Indonesia
dipisahkan dari TNI, beberapa perubahan telah dilaksanakan. Perubahan
tersebut berdasarkan pada surat keputusan Kapolri No.Pol:
Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober 2000 yang mencakup perubahan
structural, instrumental dan kultural.
Salah satu perubahan yang tampak yaitu perubaha kepangkatan/
sebutan kepangkatan bagi anggota Polri.
Banyak halayak yang belum mengetahui perubahan ini, sehingga
tidak jarang masyarakat masih menggunakan sebutan kepangkatan lama.
Berikut ini adalah perubahan kepangakatan di tubuh Polri:
Polri (sekarang) Polri (Dulu) Perwira
Perwira Tinggi Jenderal Polisi Jenderal Polisi
Komisaris Jenderal Polisi Letnan Jenderal Polisi Inspektur Jenderal Polisi Mayor Jenderal Polisi Brigadir Jenderal Polisi Brigadir Jenderal Polisi
Perwira Menengah Komisaris Besar Polisi Kolonel
Ajun Komisaris Besar Polisi Letnan Kolonel Komisaris Polisi Mayor
Perwira Pertama Ajun Komisaris Polisi Kapten Inspektur Polisi Satu Letnan Satu Inspektur Polisi Dua Letnan Dua
Bintara Tinggi Ajun Inspektur Polisi Satu Pembantu Letnan Satu Ajun Inspektur Polisi Dua Pembantu Letnan Dua
46
Bintara Brigadir Polisi Kepala Sersan Mayor
Brigadir Polisi Sersan Kepala Brigadir Polisi Satu Sersan Satu Brigadir Polisi Dua Sersan Dua
Tamtama Ajun Brigadir Polisi Kopral Kepala Ajun Brigadir Satu Kopral Satu Ajun Brigadir Dua Kopral Dua
Bhayangkara Kepala Prajurit Kepala Bhayangkara Satu Prajurit Satu Bhayangkara Dua Prajurit Dua
B. Implementasi Tri Brata dan Catur Prasetya Pori di Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang
Dalam implementasi proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang penulis
berusaha meneliti beberapa hal yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Hal-hal yang penting dalam proses belajar mengajar Tri Brata dan
Catur Prasetya Polri yang akan penulis tampilkan dalam skripsi ini antara lain:
1. Materi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
2. Sumber materi
3. Metode pendidikan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
4. Media pendidikan
5. Alokasi waktu
6. Evaluasi
Penulis rasa hal-hal yang diatas merupakan hal yang penting dan
mempengaruhi proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang. Untuk lebih
jelasnya, datanya sebagai berikut:
1. Materi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Materi pembelajaran ialah menyangkut apa yang harus diberika
kepada perserta didik dalalm suatu pembelajaran. Materi bukanlah
merupakan tujuan dari pembelajaran tersebut, tetapi sebagai alat untuk
47
mencapai tujuan atau dapat dikaitkan bahwa materi atau bahan berfungsi
memberi isi dan makna terhadap tujuan pembelajaran.4
Materi pemebalajaran di Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang sudah sesuai dengan materi yang disesuaikan dengan kurikulum
Mabes Polri. Berikut ini materi yang diajarkan dalam Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang.
TRIBRATA
a. Pengertian Tri Brata
Tri Brata berasal dari bahasa sansekerta yang berarti: tri = tiga, dan
brata= kaul (nadar).
Kaul atau nadar adalah pernyataan seseorang/ kelompok atas dasar
kemurnian/ keikhlasan hati sanubarinya. (jadi tidak dipakai oleh pihak
manapun juga). Jadi Tri Brata berarti tiga kaul (tiga nadar) yang telah
diikrarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk
selanjutnya diamankan dan diamalkan oleh setiap anggotanya secara
sungguh-sungguh.
b. Sejarah singkat Tri Brata
Tri Brata pada awalnya berlaku hanya untuk mahasiswa PTIK,
namun dalam perkembangan sejarah Polri selanjutnya pada tanggal 1
Juli 1955 Pada Upacara Hari Bhayangkara ke –IX di lapangan Banteng
Jakarta Tri Brata diikrarkan oleh kepala kepolosian Negara (KKN)
Jenderal Polisi R. SAID SOEKANTO TJOKRO DIATMODJO dan
resmi menjadi pedoman hidup Polri. Sebelumnya Tri Brata merupakan
kaul dari Doktoral PTIK yang pertama kali diucapkan oleh perwakilan
doctoral PTIK angkatan II, yaitu Komisaris Polisi Drs. Soeparno,
Soeriya, Atmadja (Mayjen Polisi Purn) pada tanggal 8 Mei 1954.
Konsep Tri Brata disusun oleh Prof. Joko Soetono, SH adalah
guru besar PTIK, dimaksud untuk kaul para dotoral PTIK, namun
diangkat menjadi pedoman hidup Polri. sebagai pedoman hidup Tri
Brata diisi azas yang abstrak yang perlu penjabarannya lebih konkrit
4 Dokumentasi Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
48
lagi guna pedoman pelaksanaan tugas Polri. Oleh karena itu dalam
rapat kepala Polisi komisariat seluruh Indonesia pata tanggal 5 s/d 7
Mei 1958 diterbitkan 15 buti pedoman penjabarannya.
Adapun isi Tri Brata adalah sebagai berikut:
Polisi ialah:
1) Rastra Sewakottama (abdi utama daripada nusa dan bangsa)
2) Nagara Janottama (warga negara tauladan daripada negara)
3) Jana Anusasana Dharma(wajib menjaga ketertiban pribadi daripada
rakyat)5
Sebagai pedoman diharapkan bahwa makna yang terkandung di
dalamnya dapat langsung dilaksanakan oleh segenap anggota Popri,
namun salah satu kendala yang dihadapi justru pada pemahaman
bahasa serta rumusan Tri Brata yang syarat dengan filsafat.
Kemampuan anggota Pori terutama pada tingkat bawah untuk
mencerna nilai-nilai yang sifatnya filsafat ternyata sulit dan oleh
karenanya diperlukan rumusan dalam bahasa Indonesia yang lebih
sederhana dan mudah dimengerti.
c. Pemaknaan Baru Tri Brata
1) Dasar
a) Undang-undang no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia (pasal 34)
b) Surat keputusan Kapolri No.Pol : Skep/17/VI/2002, tanggal 24
Juni 2002, tentang pengesahan Pemaknaan baru Tri Brata
c) Surat Perintah kapolri No.Pol.: sprin/829/IV/2002, tentang
Sosialisasi pemaknaan baru Tri Brata
2) Sebagaimana kita ketahui bahwa isltilah “Tribrata” pada Tri Brata
lama merupakan dua kata yang ditulis secara terpisah dan diambil
dari bahasa Sansekerta, Tri yang berarti tiga dan brata atau wrata
yang jalan atau kaul. Dalam rumusan Tribrata yang baru:
5 Kunarto, Tri Brata dan Catur Prasetya Sejarah-Perspektif dan Prospeknya, Jakarta:
Cipta Manunggal, 1997, hlm.XXXI
49
a) “Tribrata ” ditulis sebagai satu kata yang tidak terpisah
b) Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia, kata “Tribrata”
telah diadopsi kedalam bahasa Indonesia menjadi satu kata,
yang artinya Tiga Azas kewajiban Kepolisian negara R.I yang
dilambangkan dengan bintang.
3) Adapun bunyi dari pemaknaan “Tribrata” yang baru adalah sebagai
berikut:
“TRIBRATA”
KAMI POLISI INDONESIA
SATU : BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA
DENGAN PENUH KETAQWAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
DUA : MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN
DAN KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN
HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA YANG BERDASARKAN ANCASILA
DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
TIGA : SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN
MELAYANI MASYARAKAT DENGAN
KEIKHLASAN UNTUK MEWUJUDKAN
KEAMANAN DAN KETERTIBAN6
4) Rumusan Tribrata baru seluruhnya telah menggunakan bahasa
Indonesia, demikian pula hakekat makna yang menggambarkan
dimensi hubungan Polri yang semula hanya tiga, kini diatabmbah
dimensi hubungan dengan Tuhan sehingga menjadi empat, yaitu :
a) Dimensi hubungan dengan Tuhan
b) Dimensi hubungan dengan Nusa dan Bangsa
c) Dimensi hubungan dengan Negara
d) Dimensi hubungan dengan masyarakat
d. Pemaknaan Tribrata
6 James D. Sotorus, Pemaknaan Baru Tribrata, Jakarta: Mabes Polri, 2002, hlm. 1
50
“KAMI POLISI INDONESIA”, Mengandung makna:
(1) Menunjuk kepada Polisi sebagai lembaga maupun sebagai
individu anggota Polri
(2) Merupakan pernyataan ikatan jiwa korps yang kuat antar
sesama anggota Polri
(3) Merupakan pernyataan netralitas Polri baik institusi maupun
pribadi, sepanjang hanyat
(4) Menegaskan sikap politik Polri, bahwa ketika Negara Kesatuan
Republik Indonesia “bubar” polisi tetap utuh di bawah Panji
Tribrata, membela Indonesia seperti dimaksud para pemuda
pada tahun 1928
(5) Menegaskan bahwa Polisi telah berperan sebagai pejuang
kemerdekaan bersama rakyat, dan pada awal berdirinya
Repulik Indonesia sebagai satu-satunya pasukan bersenjata
pada saat itu memproklamirkan diri sebagai Polisi Indonesia
b) BRATA pertama: “KAMI POLISI INDONESIA BERBHAKTI
KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH
KETAQWAAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA”,
mengandung makna:
(1) Pernyataan setiap individu Polri sebagai insan hamba Tuhan
(2) Pernyataan Nasionalisme, kebangsan, ke-Indonesiaan
sepanjang hanyat
(3) Mengadung nilai-nilai kerokhanan yaitu Satu Nusa, Satu
Bangsa, Satu Bahasa, sebagi perekat bangsa yang harus dibela
dan dipertahankan
(4) Nusa dan Bangsa adalah Indonesia yang dinyatakan Politis
pada tanggal 28 Oktober 1928
(5) Polisi bukan alat politik/ alat kekuasaan
c) BRATA kedua: “KAMI POLISI INDONESIA MENUNJUNG
TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN KALAM
51
MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA YANG BERSARKAN PANCASILA
d) DAN UNDANG-UNDANG DASAR 10945”, mengandung
makna:
(1) Pernyataan setiap individu Polri sebagai aparat negara yang
bertugas menegakkan hukum
(2) Negara adalah negara yang berdasarkkan hukum (rechtstaat)
bukan kekuasaan (machtstaat)
(3) Merupakan kesanggupan anggota Polri untuk menjunjung
tinggi kebenaran, keadilan dan hak azasi manusia yang
merupakan ciri-ciri masyarakat madani
(4) Kesanggupan Polri mempertanggung jawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada rakyat/ masyarakat sebagai wujud
akuntabilitas publik.
(5) Merupakan pernyataan sikap politik Polri yang secara tegas
menyatakan bahwa Republik Indonesia yang diberla Polri
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
pancasila dan UUD 1945
e) BRATA ketiga: “KAMI POLRI INDONESIA SENANTIASA
MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANII
MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN UNTUK
MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN ”,
mengadung makna:
(1) Pernyataan setiap anggota Polri untuk menlindungi dan
mengayomi masyarakat dengan ikhlas tanpa paksaan dari luar
dirinya
(2) Menggambarkan tugas Polri secara Universal yaitu melindungi
dan melayani masyarakat (to protect and to service).
(3) Masyarakat menjadi centrum/ pusat pengabdian Polri
(4) Polri menempatkan diri sejajar dengan masyarakat yang
dilayaninya.
52
f) Pengamalan Tribrata
(1) Kedudukan Tribrata
(a) Sejak 1 Juli 1955 kita telah mengenal Tribrata yang
dijadikan sebagai pedoman hidup bagi anggota Kepolisian
Negara R.I di mana digambarkan bahwa dalam rumusan
setiap BRATA mengadung niat, pengabdian, kaul, azas-
azas yang keluar dari pribadi anggota Polri itu sendiri
dalam mengemban tugasnya.
(b) Selanjutnya dalam perkembangan baru Tribrata sejak
tanggal 1 juli 2002 sebagaimana tertera dalam keputusan
Kapolri No.Polri.: kep/17/IV/2002, tanggal 24 Juni 2002,
rumusan Tribrata tidak lagi menggambarkan ataupun berisi
niat, kaul, azas-azas namun secara riil rumusan pemaknaan
baru Tribrata berisi pernyataan-pernyataan yang lebih
menggambarkan secara konkrit “nilai dasar” dari filosofi
tugas pengabdian setiap anggota Polri dalam menjawab
tuntutan dan harapan masyarakat mandani
(c) Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pemaknaan baru
Tribrata adalah nilai paham kebangsaan dan nilai
ketuhanan, nilai paham negara hukum, nilai paham social
welfare state, yang merupakan jati diri Polri dalam
mengemban tugas dan wewenangnya serta memelihara
kemampuan profesinya.
(2) Pelembagaan Tribrata
(a) Untuk melembagakan nilai-nilai dasar yang terkadung
dalam Tribrata, perlu diadakan upaya pelembagaan secara
sadar, konsepsional dan berlajut dengan tetap
memperhatikan aspek pembiaan mental anggota Polri yang
selama ini telah diselenggarakan diseluruh kesatuan
maupun Lembaga Pendidikan Polri
53
(b) Upaya pelembagaan Tribrata hanya mungkin dan mencapai
hasil yang diharapkan manakala diperoleh kesamaan
persepsi tentang pemahaman isi dan maksud serta pola-pola
yang adapat dilakukan dalam usaha penghayatan Tribrata
yang mewujudkan nilai-nilai dasar dan pedoman moral
Kepolisian Negara R.I
(c) Proses pelembagaan suatu nilai dasar dimulai dengan
mengisian kognisi individu yang bersangkutan agar
memperoleh ketepatan gambaran/ persepsi, kemudian
ditanamkan penghayatan niali melalui usaha yang berulang-
ulang sehingga akan timbul pemahaman dan kemauan
untuk pengamalannya
(d) Untuk melembagakan tri perlu ditempuh pola dasar
pelembagaannya yang dimulai dari penanaman tingkat
pengertian di lembaga pendidikan sampai dengan
pemeliharaan tingkat pemahaman di Kesatuan Polri secara
terus menerus dengan menggunakan metode sebagai bahan
ajaran, pengucapan teks Tribrata pada upacara bendera dan
upacara ulang tahun kepolisian, serta materi test dalam
kegiatan pembinaan karier.
(3) Implementasi nilai-nilai Tribrata
(1) Guna memudahkan implementasi nilai-nilai dasar dan
pedoman moral dalam Tribrata bagi setiap anggota Polri,
berikut ini diberikan contoh tata laku yang terkandung
penelitian pada masing-masing Brata:7
1.1 BRATA
BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA,
merupakan dorogan hati nurani yang berasal dari
kesadarannya sendiri untuk memberikan pengabdian
tertinggi dalam upaya melindungi seluruh tumpah
7 Mabes Polri, Materi Tri Brata dan Catur Prasetya, Semarang: AKPOL, 2007, hlm.11
54
darah Indonesia dari sabang samapai merauke
dengan kesiapan kerelaan mengorbankan jiwa dan
raga
KETAQWAAN TERHADAP TUHAN YANG
MAHA ESA, merupakan pernyataan kesadaran
sebagai insane hamba Tuhan yang wajib
melaksanakan syariat agama masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari dan dilingkungan tugasnya
1.2 BRATA II
MENJUJUNG TINGGI KEBENARAN DALAM
MENGAKKAN HUKUM, dengan tetap berbijak
pada fakta yang ada, serta proses penyelidikan yang
profesioanl berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang ada.
MENJUNJUNG TINGGI KEADILAN DALAM
MENEGAKKAN HUKUM, dengan tidak
membedakan perlukan bagi pencari keadilan
sehingga tercapai jaminan kepastian hukum
MENJUNJUNG TINGGI KEMANUSIAAN
DALAM MENEGAKKAN HUKUM, dengan tetap
memperhatikan hak azasi seseorang secara
langsung/ tidak langsung dalam proses menegakkan
hukum
BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945,
merupakan indentitas bangsa berdaulat dan
bernegara, dan bukan bangsa Indonesia yang
indentitas lain atau akan diubah dengan indetitas
lain yang bukan berdasarkan pancasila dan UUD
1945
1.3 BRATA III
55
Sebagai PELINDUNG, meberikan bantuan kepada
warga masyarakat yang merasa terancam dari
gangguan fisik atau psikis tanpa perbedaan
perlakuan.
Sebagai PENGAYOM, dalam setiap kiprahnya
mengutaakan tindakan yang bersifat persuasive
edukatif
Sebagai PELAYAN, melayani masyarakat, dengan
kemudahan, cepat, simpatik, ramah dan sopan serta
tanpa pembedaan biaya yang tidak semestinya
e. Kristalisasi Nilai-Nilai Tribrata dalam Kode Etik Profesi Polri
1) Nilai-nilai Tribrata
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tribrata merupakan
satu kesatuan yang utuh, yang tersusun secara hirarkhis dan saling
mengontrol/ mengawasi, agar setiap nilai tidak membias dari
makna yang sesungguhnya.8
Adapun nilai tersebut adalah sebagai berikut:
(a) BERBAKTI , mengadung makna:
Setia menghormati, mengabdikan diri, memberikan seluruh
atau segenap tenaga bahkan bila perlu mengorbankan jiwa
raganya dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota Polri
(b) BERTAQWA, mengadung makna:
Ketaatan, kepatuhan, menampilkan sikap soleh dan panang
berbuat jahat, menjauhi perbuatan tercela dalam melaksanakan
bhaktinya sebagai anggota Polri
(c) MENUNJUNG TINGGI KEBENARAN, mengadung makna:
Sesuatu yang bernar sesuai keadaan yang sesungguhnya,
menggambarkan kejujuran yang harus menyatu dalam perilaku
setiap aggota Polisi sehari-hari
(d) MENJUNJUNG TINGGI KEADILAN, mengadung arti:
8 Wawancara dengan Rizka Fadhila, Pada Tgl 13 Desember 2007
56
Tidak berat sebelah, tidak memihak, sesuai dengan
proporsinya, mendudukan sesuatu sesuai pada tempatnya. Sifat
ini harus tercermin dalam kepribadian setiap anggota Polri
(e) MENJUNJUNG TINGGI KEMANUSIAAN, mengadung arti:
Menghayati, menghargai dan melindungi hak-hak azasi
seseorang
(f) Pemaknaan peran sebagai pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat, bermakana:
(1) Selaku PELINDUNG :
Adalah anggota Polri yang memiliki kemampuan
memberikan perlindungan bagi warga masyarakat sehingga
terbebas dari rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya
serta merasa tenteram dan damai.
(2) Selaku PENGAYOM:
Adalah anggota Polri yang memiliki kemampuan
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan,
ajakan, pesan dan nasihat yang dirasakan bermanfaat bagi
warga masyarakat guna tercipta rasa aman dan tenteram
(3) Selaku PELAYAN :
Adalah anggota Polri yang dalam melakukan sesuatu
perbuatan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban
Nilai-nilai tersebut haruslah mengkristal ke dalam diri
setiap anggota Polri yang sekaligus menjadi cermin jatidirinya
sebagai pelindung, pengayom, pelayanan masyarakat, penegak
hukum dan pemelihara kamtibmas untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri
2) Hubungannya Dengan Kode Etik Profesi Polri
(a) Esensi Kode Etik Profesi Polri haruslah mencerminkan jatidiri
Polri dalam tiga dimensi hubungan, meliputi:
Hubungannya dengan nusa dan bangsa
Hubungannya dengan negara
57
Hubungannya dengan masyarakat, yang menjadi komitmen
moral dalam bentuk etika pengabdian, etika kelembagaan
dan etika kemandirian.
(b) Bahwa:
Etika pengabdian meruakan komitmen moral setiap anggota
Polri terhadap profesinya
Etika kelembagaan adalah sebuah wujud kepatuhan setiap
angota Polri kepada isntitusi/ lembaga sebagai wadah
pengamdiannya
Etika kemandirian adalah sikap moral anggota ppol dan
istitusinya untuk senantiasa berlaku netral, tidak
terpengaruh terhadap kepentingan politik dan golongan di
dalam melaksanakan tugasnya.
(c) Nilai-nilai dasar Tribrata harus menjiwai kode etik pofesi Polri
CATUR PRASETYA
a. Landasan Sejarah
1. Replika Gajah Mada yang memuat empat sifat, tindakan dan
pengabdian serta suriketauladanan Gajah Mada sebagai Insane
Bhayangkara di kerajaan Majapahit pada abad ke-14
2. Pengenalan Catur Prasetya dalam amanat Presiden RI Soekarno
pada dies Natalis PTIK tanggal 17 Juni 1956
3. Pada tahun 1960 diselenggarakan koferensi KPKOM (kepala
kepolisian komisriat) di Yogyakarta yang salah satu agendanya
adalah menetapkan Catur Prasetya sebagai pedoman karya
4. Pidato Presiden Republik Indonesia pada upacara pelantikan para
Doktoran di ilmu kepolisian angkatan 6 PTIK di Istana Negara
tanggal 5 April 1961 yang menegaskan kebenaran Tribrata dan
Catur Prasetya
58
5. Perintah harian Kepala Kepolisian Negara Mo.:2/ph/KKN/61
seluruh anggota kepolisian Negara untuk memenuhi harapan
Kepala Negara sebagaiman tercantum dalam Catur Prasetya.
6. Pidato Presiden Republik Indonesia pada upacara pemberian
Tongkat Komando Pimpinan Tertinggi Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Bintang Bhayangkara I di gedung
Departemen Kepolisian Negara, kebyoran baru Jakarta, pada
tanggal 17 Juli 1961 yang antara lain berisi penegasan agar
Kepolisian Negara bekerja atas dasar Tri Brata dan Catur Prasetya .
7. Bersama dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pertahanan dan
keamanan negara Republik Indonesia dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1997 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, kedudukan Polri merupakan bagian
integral dari ABRI
8. Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor :
VI/MPR/2000 tanggal 18 Agustus 2000 tentang pemisahan TNI
dan Polri serta Keputusan Majelis Permusyawaratan Nomor
VII/MPR/2000 tanggal 18 Agustus 2000 tentang peran TNI dan
Polri, melandasi lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang menegaskan kembali Tribrata, Catur Prasetya dan
kode etik sebagai landasan moral dan etika profesi kepolisian.9
b. Rumusan Baru Catur Prasetya
1. Rumusan baru Catur Prasetya10
CATUR PRASETYA
SEBAGAI INSAN BHAYANGKARA, KEHORMATAN SAYA
ADALAH BERKORBAN DEMI MASYARAKAT, BANGSA
DAN NEGARA, UNTUK:
9 Dokumentasi Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang 10 Mabers Polri, Materi Tri Brata dan Catur Prasetya, Semarang: AKPOL, 2007, hlm.33
59
1) MENIADAKAN SEGALA BENTUK GANGGUAN
KEAMANAN
2) MENJAGA KESELAMTAN JIWA RAGA, HARTA BENDA
DAN HAK MANUSIA
3) MENJAMIN KEPASTIAN BERDASARKAN HUKUM
4) MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI
2. Pengertian Istilah dalam Catur Prasetya
a. Insan
Berarti manusia sebagai makhluk tertinggi yang secara moral
memiliki kesempurnaan dan bersih dari cela
b. Bhayangkara
Berarti Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas
mengawal dan mengamankan masyarakat, bangsa dan negara
c. Insan Bhayangkara
Berarti setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(yang juga disebut sebagai Bhayangkara) yang secara ikhlas
mengawal dan mengamankan negara serta rela berkorban demi
mengabdi kepentingan masyarakat dan bangsa seumur hidup
d. Kehormatan
Berarti wujud sikap moral tinggi
e. Berkorban
Berarti secara rela dan ikhlas mendahulukan kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
f. Masyarakat
Berarti sekelompok orang yang hidup dalam norma dan aturan
yang disepakati
g. Bangsa
Berarti kelompok masyarakat yang tinggal di suatu wilayah
tertentu yang memiliki kedaulatan ke dalam dan keluar
h. Negara
60
Berarti oraganisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan yang sah secara konstitusional dan ditaati oleh
rakyat
i. Meniadakan
Berarti tindakan untuk berbuat sesuatu menjadi tidak ada
j. Ganggunan keamanan
Berarti suatu keadaan yang menimbulkan perasaan takut,
khawatir, resah, cemas, tidak nyaman, dan tidak damai serta
ketidakpastian berdasarkan hukum
k. Hakak Azasi Manusia
Berarti hak-hak dasar yang dimuliki setiap manusia sejak lahir
l. Kepastian Berdasarkan Hukum
Berarti terwujudnya penegakan hukum demi kesejahteraan hak
dan kewajiban setiap warga negara.
c. Kandungan makan
1. “MENIADAKAN SEGALA BENTUK GANGGUAN
KEAMANAN”
“Setiap Insan Bhayangkara” terpanggil untuk:
a) Menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia
b) Bersama-sama dengan masyarakat meningkatkan daya cegah
dan daya penanggulangan gangguan kamtibmas
c) Senantiasa berperan secara aktif dalam menanggulangi setiap
permasalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan
d) Membangun kemitraan dengan mengemban fungsi keamanan
lainya dalam rangka menjaga dan memelihara kewibawaan
Pemerintah Republik Indonesia
2. “MENJAGA KESELAMATAN JIWA RAGA, HARTA BENDA
DAN HAK AZASI MANUSIA”
Bermakna :
“Setiap Iinsan Bhayangkara” terpanggil untuk:
a) Melindungi masyarakat dari setiap gangguan dan ancaman
61
b) Menjamin kelancaran aktivitas masyarakat sehari-hari
c) Memberikan pengayoman, perlindungan dan pelayanan secara
optimal kepada masyarakat dan
d) Menghormati dan menjujung tinggi hak-hak masyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan
3. “MENJAMIN KEPASTIAN BERDASARKAN HUKUM”
Bermakna :
“Setiap Iinsan Bhayangkara” terpanggil untuk:
a) Menjunjung tinggi dan menjamin tegaknya supermasi hukum
b) Memberikan kedaulatan kepada masyarakat dalam mematuhi
dan mentaati hukum
c) Memahami dan menghormati norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dan menjunjung tinggi dalam kehidupan masyarakat
dan
d) Melaksanakan asas-asas pertanganggungjawaban publik
(keterbukaan, serta menghormati hak asasi manusia )
persamaan di hadapan hukum bagi setiap warga masyarakat
4. “MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI”
Bermakna :
“Setiap Insan Bhayangkara” terpanggil untuk:
a) Meniadakan segala bentuk kehawatiran, keresahan, ketakutan
dan ketidak nyamanan dalam kehidupan masyarakat
b) Berkerja sama dengan masyarakat dalam upaya menjaga
lingkungan masing-masing dari segala bentuk gangguan
c) Membangun kerja sama dengan mitra kamtibmas dalam rangka
menciptakan persaan tentram dan damai
d) Berperan sebagai pemelihara kedamaian dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Implementasi Catur Prasetya
62
Sebagai paradigma moral pemaknaan baru Catur Prasetya
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:
1. Pelembagaan
Dalam upaya menanamkan dan melembagakan nilai-nilai
profesional kepolisian yang terkandung di dalam Catur Prasetya
kepada setiap anggota Polri, maka proses pemahaman pada:
a) Lembaga pendidikan
1) Bahan ajar
Proses pembelajaran, penghayatan dan pengamalan
pemaknaan baru Catur Prasetya kepada para siswa di
tingkat pendidikan pembentukan Polri dimasukkan ke
dalam bahan ajar, sedangkan untuk tingkat pendidikan
pengembangan, kursus-klursus dan pendidikan kejuruan
dalam bentuk pendalaman pada saat orientasi pendidikan
2) Pengucapan
Proses pengenalan pemaknaan baru Catur Prasetya kepada
para siswa pendidikan pembentukan diucapkan setiap
kesempatan apel dan secara resmi diucapkan pada upacara
pelantikan/ penutupan pendidikan. sedangkan pada
pendidikan pengembangan, kusus-kursus dan pendidikan
kejuruan di lingkungan Polri diucapkan pada setiap
pelaksanaan apel pagi
b) Satuan kerja
Proses pemahaman, penghayatan dan pengamalan pemaknaan
baru Catur Prasetya kepada setiap anggota Polri di satuan kerja
baik pusat maupun kewilayahan diberikan melalui penataran,
diskusi, simulasi dan arahan baik dalam kesempatan jam
pimpinan maupun kesempatan-kesempatan lainnya.
2. Ketauladanan
1) Penguasaan
63
Setiap pimpinan/ atasan secara berjenjang dengan penuh
kesadaran terpanggil untuk lebih mengetahui perkembangan
sejarah Catur Prasetya, mampu menjelaskan makna dan
terampil melafalkan dengan baik Catur Prasetya
2) Pengamalan
Setiap pimpinan/ atasan di setiap tingkat penugasan dengan
penuh kesadaran terpanggil untuk mengamalkan Catur Prasetya
dalam kedinasan maupun di luar kedinasan dengan baik dan
benar sehingga diteladani oleh seluruh anggota
3. Penggunaan
a) Umum
Catur Prasetya diucapkan pada setiap hari kerja di masing-
masing satuan tingkat pusat sampai dengan kewilayah minimal
satu kali dalam seminggu pada saat pelaksanaan apel pagi
b) Khusus
Catur Prasetya diucapkan pada setiap upacara pemberangkatan
Satuan Tugas Kepolisian dalam rangka Operasi Penegakan
Hukum.
4. Penegakkan
Pemaknaan baru Catur Prasetya hendaknya dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar, baik pada waktu proses pelembagaan
maupun penggunaannya
Selanjutnya bilamana seseorang anggota Polri dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya tidak mematuhi Klausal sebagaimana yang
terkandung di dalam nilai-nilai Catur Prasetya, maka kepada yang
bersangkuta akan mendaptkan sangksi yang diselenggarakan
melalui sidang Komisi Etika Polri
5. Pelestarian
a) Sosialisai
Pemaknaan baru Catur Prasetya disosialsasikan secara meluas
kepada seluruh anggota Polri dan para purnawirawan Polri
64
untuk dipahami, dihayati dan diamalka dengan sebaik dan
benar dalam kedidupan sehari-hari
b) Prasasti
Pembuatan prasasti/ diaroma pemaknaan baru Catur prasetya
pada museum, tempat bersejarah dan kantor-kantor Polri, baik
tingkat pust maupun kewilayahan
c) Lomba
Pemaknaan baru Catur Prasetya dilombakan pada setiap peringatan
hari bahyangkara 1 Juli, meliputi:
(1) Pengucapan
(2) Pemahaman makna melalui kuis, cerdas-cermat, karya
(3) Karya tulis
2. Sumber Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Sumber pembelajaran merupakan hal yang penting untuk atau
dalam kegiatan pembelajaran. Sumber pembelajaran akan mempengaruhi
pengetahuan pengetahuan dan pemahaman taruna Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang. Stadarisasi buku yang ditetapkan oleh
markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Pori) dan
DIKTI untuk mata kuliah Tri Brata dan Catur Prasetya Polri sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang. Buku DIKTAT Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
yang digunakan di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
adalah buku DIKTAT Tri Brata dan Catur Prasetya Polri yang dikeluarkan
oleh Mabes Polri yang sesuai dengan kurikulumnya. Sebagai sumber
pendamping adalah buku-buku Tri Brata hasil dari rumusan-rumusan para
perwira tinggi Polri 11
Sumber–sumber yang digunakan merupakan sumber yang relevan
untuk proses belajar mengajar materi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri.
untuk buku pokok taruna yang berkaitan dengan materi Tri Brata dan
Catur Prasetya Polri dan materi tentang kepolisian di kasih buku DIKTAT
11 Wawancara dengan Bpk Yusron, Tanggal 06 Januari 2008
65
langsung dari Mabes Polri secara Cuma-Cuma, tetapi untuk buku
pendamping taruna dapat meminjam di perpustakaan.
3. Metode pendidikan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Metode pembelajaran adalah suatu cara untuk menyampaikan
pelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan, situasi dan
kondisi. Metode pengajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri yang
dilaksanakan oleh tenaga pendidik di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang adalah kondisional dan elastis. Maksudnya metode
yang digunakan sesuai materi yang disampaikan dan sesuai dengan situasi
dan kondisi.12
Dengan kata lain dalam menggunakan metode sebagai penujang
pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri, tenaga pendidik
menggunakan metode dengan pertimbangan ciri dan karakter materi serta
tujuan yang diterapkan, karena tidak semua metode yang ada sesuai
dengan karateristik materi pelajaran.
Penulis paparkan masing-masing metode yang dipergunakan di
Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang:
a. Metode pembiasaan
Dengan metode ini dosen Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
dapat memberikan pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari,
maka pembiasaan diarahkan pada penanaman nilai-nilai moral,
pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar siswa mampu
mengembangkan dirinya secara optimal.
Metode ini biasanya sering dilakukan ketika taruna di
lingkungan Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang yaitu,
yang menyangkut kegiatan taruna, baik ketika akan memulai pelajaran
sampai akhir pelajaran, contoh setiap awal pelajaran diawali dengan
doa dan diakhiri dengan doa pula.
Oleh karena itu metode pembiasaan merupakan salah satu
metode pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri yang sangat
12 Wawancara dengan Rais Mu’in Tanggal, 21 November 2007
66
urgen terutama bagi taruna Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang, mereka memiliki ingatan atau memori yang kuat kondisi
kepribadian yang belum matang sehingga mereka mudah terbawa
dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Dengan
kata lain perbuatan-perbuatan yang sering di ulang-ulang
melakukannya tentunya menjadi kebiasaan dan menjadi watak yang
melekat pada taruna.
b. Metode ceramah
Metode ini digunakan dengan cara perlahan-lahan serta dengan
suara yang lebih keras didukung dengan kesabaran dan keteladanan
dari dosen Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang. Dalam metode ini sering mengulang
kata-katanya agar materi yang diterima dengan baik dan benar sesuai
dengan maksud dan harapan dosen. Metode ini biasanya dilakukan
ketika taruna berada di dalam kelas. Peranan taruna dalam metode ini
adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat materi yang
disampaikan oleh dosen. Dengan metode ini taruna diharapkan dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan materi yang disampaikan
oleh dosen.13
c. Metode Tanya Jawab
Di antara yang cukup efektif dalam penyampaian materi
pelajaran adalah metode tanya jawab. Dalam metode ini dosen
berusaha untuk membangkitkan motivasi taruna untuk bertanya
terhadap materi yang berlum dipahami. Metode ini membatu dosen
dalam memperoleh gambaran yang jelas mengenai sejauh mana taruna
dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah disampaikan
dosen. Dengan demikian metode ini bertujuan agar taruna bisa
memiliki kemampuan berfikir dan dapat mengembangkan pengetahuan
yang berpangkal pada kecerdasan otak dan intelektualitas.14
13 Wawancara dengan Riki Ismoyo, Pada Tanggal, 13 Desember 2007 14 Ibid
67
d. Metode cerita
Metode ini digunakan untuk memberikan contoh kisah-kisah
atau peristiwa-peristiwa yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
pendidikan moral dan sosial, sehingga taruna dapat meneladani sifat-
sifat (kepribadian-kepribadian) yang dimiliki para tokoh dalam cerita
atau kisah, Contoh : kisah-kisah para Polisi yang bertugas sesuai
dengan nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri.
e. Metode Demonstrasi
Metode ini sangat tepat untuk digunakan pada taruna tingkat
dasar karena dalam metode ini lebih banyak memperagakkan sesuatu
kemudian taruna disuruh mencoba sendiri dengan bimbingan dosen.
Metode ini biasanya diterapkan dalam praktek-prakt ibadah dan
seperti: membaca al-Qur'an, melaksanakan shalat baik fardhu maupun
sunah, pembacaan yasin, tahlil. Dan latihan ceramah atau pidato dan
sebagainya.15
f. Metode Keteladanan
Salah satu metode yang dimiliki dosen adalah metode ini.
Metode ini digunakan dalam kegiatan sehari-hari oleh dosen, pegawai
atapun kaka asuh di Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang. Baik waktu proses belajar mengajar maupun di luar jam
pelajaran. Tujuan dari metode ini adalah agar taruna dapat melihat
secara langsung teladan yang bisa dicontoh.
4. Media pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuati yang dapat
digunakan untuk menyalurkan peran atau materi pelajaran, merengsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampauan taruna sehigga dapat
medorong proses belar mengajar,16
Untuk mencapai tujan pembelajaran yang baik, maka pemelajaran
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri juga perlu didukung adanya media yang
15 Wawancara dengan Bpk Irzam, pada Tanggal, 8 Januari 2008 16 Observasi pada Tanggal, 11 November 2007
68
mendudkung dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
Adapun media yang digunakan di Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang adalah ruangan belajar ber AC, meja dan kursi
belajar, LCD, pengeras suara, buku materi Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri (buku diktat) dan lembar kerja taruna, radio, tapi, gambar lingan
kelas dan lingkungan Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
5. Alokasi Waktu Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang diajarkan sesuai dengan alokasi
yang ditetapkan oleh Direktur Akademik yaitu dua jam pelajaran per-
minggu.17
Alokasi pebelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang , berlansung selama 2 x 45
menit. Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang berlangsung selama dua
semester dan pada masa dasar-dasar bhayangkara (saat martikulasi).
Pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dilaksanakan pada
hari selasa.
6. Evaluasi pembelajaran Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh
seseorang dosen/ pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan evaluasi
dosen akan mengetahui perkembangan proses dan hasil belajar,
17 Wawancara dengan Rizka Fadhila tanggal, 13 Desember 2007
69
intelegensi, bakat khsusu, minat, hubungan moral, sikap dan kepribadian
taruna.
Evaluasi pemebelajaran yang dilakukan di Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang mengacu pada penilaian yang sesuai dengan
standar direktut akademik, yaitu terori dan praktk. Penilaian teori adalah
bentuk penilaian melalui pemahaman, penguasaan materi taruna terhadap
meteri yang diajarkan. Penilaian dengan praktek adalah penilaian melalui
praktek terhada meteri yang membutuhkan praktek seperti: sikap,
kebiasaan, budi pekerti, dan sebagainya.
Pada umumnya pengambilan penilaian diambil dari tugas-tugas
perlaku keseharian praktek dan ulangan semesteran yang mencakup
penilaian terori dan praktek.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahiu sejauh mana mana taruna
peserta didik dalam menerima materi dalam proses Balajar mengajar maka
hasil evaluasi merupakan prestasi yang diperoleh . Evaluasi juga dapat
digunakan oleh dosen sebagai bahan untuk menentukan langkah-langkah
yang tepat dalam proses balajar mengajar dan untuk kenaikan tingkat dan
pengakat taruna. Dalam evaluasi teori tujuh taruna dipantau/ dijaga oleh
satu pengawas pada waktu ujian18
Kegiatan-kegiatan di Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang yang bersifat rutin sebagai bentuk aplikasi dari materi Tribrata
dan Catur Prasetya Polri guna mewujudkan akhlak teruna antara lain:
Shalat jum’at berjamaah keliling di masjid-masjid di sekitar Semarang
yang diikuti oleh taruna sebanyak dua pleton taruna (60 orang) dengan
dua bus Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
Tarawih keliling pada bulan ramadlan bekerja sama dengan badan
amalan Islam Jawa Tengah sebanyak dua pleton
Shalat maghrib berjamaah dan kultum di mushola masing-masing19
18 Wawancara Dengan Bapak Sarikin Pada Tanggal, 8 Januari 2008 19 Ibid
70
Pada hari minggu adalah hari khusus kegiatan ibadah dimulai dari
shalat subuh berjamaah, tadarus, yasinan, tahlil dan ceramah-ceramah
agama (pembinaan rochani dan mental) sampai pukul 09.30 WIB
dengan penceramah dari bintal Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang maupun mubaligh-mubaligh dari luar Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang untuk yang muslim di
laksanakan di masjid As-Syuhada Akademi Kepolisian Republik
Indonesia Semarang. Bagi yang non muslim juga untuk kegiatan
ibadah dari bangun pagi sampai pukul 09.30 WIB yang bertempat di
tempat ibadah masing-masing (Gereja, pura, wihara di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang).20
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri sangat erat hubungannya
dengan pendidikan akhlak karena Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
merupakan akhlaknya Polisi. Jadi kalau Polisi benar-benar
melaksanakan isi dari Tri Brata dan Catur Prasetya Polri. Maka akan
tercermin akhlak yang baik. Makna yang terkandung dalam Tri Brata
dan Catur Prasetya Polri yaitu bertanggung jawab pada Masyarakat
dan tanggung jawab pada Tuhannya, menjaga ketertiban dan tanggap
terhadap masalah sekitar. Individu yang merasa aman, berakhak jujur
damai dan tidak membuat hal-hal yang berbuat jelek. Contoh
implementasi yang sesuai dengan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
yaitu sikap pada waktu apel, tutur kata, sikap perilaku, dan
penampilan21
20 Wawancara dengan Bpk Edi Susanto, Tgl 13 Desember 2007 21 Wawancara dengan Rizka Fadhila tanggal, 13 Desember 2007
71
JADWAL TARUNA
No Waktu Jenis Kegiatan Ket 1 04.30 Bangun Pagi 2 04.30 – 06.30 Ibadah, Olah raga dan keperluann pribadi 3 06.30 – 07.00 Makan pagi 4 07.00 – 07.20 Apel pagi 5 07.20 – 07.30 Pergeseran taruna ke ruang kuliah 6 07.30 – 13.30 Kuliah 7 13.30 – 15.00 Isoma 8 15.00 – 17.00 Kuliah 9 17.00 – 19.00 Isoma 10 19.00 – 21.00 Belajar dengan pendamping 11 21.00 – 21.15 Apel malam 12 21.15 – 23.00 Waktu santai 13 23.00 – 04.30 Istirahat
Keterangan :
Pesiar : setiap haru rabu dan hari minggu setelah makan siang sampai pukul 21.00
WIB
72
71
BAB IV
ANALISIS APLIKASI
TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA POLRI
DALAM PERSEPEKTIF PENDIDIKAN AHLAK
Dalam bab ini penulis akan mengkaji, aplikasi Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang, serta
aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dalam perspektif pendidikan akhlak di
Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang .
A. Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
Proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di
Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang memerlukan kesabaran,
ketekunan, ketrampilan dan pengetahuan khusus untuk menanamkannya,
proses penanaman itu sendiri hakekatnya lebih menitik beratkan pada kegiatan
pemahaman, pengetahuan, ketrampilan maupun tingkah laku. Perubahan
tingkah laku tersebut akan terwujud apabila proses penanaman nilai-nilai Tri
Brata dan Catur Prasetya Polri ketika dalam proses pendidikan diupayakan
dengan sungguh-sungguh dari kedua belah fihak yaitu instruktur dengan
segala kemampuannya dan taruna dengan segala motivasi, minat dan perhatian
serta aktifitasnya yang diarahkan pada proses penanaman nilai-nilai Tri Brata
dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
itu sendiri
Dengan demikian proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang harus
dilaksanakan secara maksimal atas kerjasama kedua belah fihak yaitu
instruktur dan Taruna. Tetapi dalam pelaksanaanya banyak hambatan yang
dialami, sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan proses penanaman nilai-
nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri. Dalam proses penanaman nilai-nilai
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri memiliki hambatan baik dari taruna ataupun
dari instruktur. Hambatan yang datang dari taruna.
71
72
Diantaranya para taruna cenderung mengikuti proses penanaman Tri
Brata dan Catur Prasetya Polri pada awal mulanya bukan dari kesadaran akan
kebutuhan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri melainkan karena keterpaksaan,
mereka juga merasa tertekan oleh seniornya sehingga hasil yang dicapai
kurang maksimal, walaupun pada akhirnya para taruna akan menyadari akan
kebutuhan dan fungsi dari Tri Brata dan Catur Prasetya Polri sehingga mereka
tekun dan giat untuk mempelajari dan mengamalkan Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan hambatan yang datang
dari instruktur adalah karena perbedaan karakter dan fantik kedaerahan.
Proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
melalui ceramah atau kuliah, panyajian contoh-contoh, diskusi, tanya jawab,
cerita, kegiatan rutinitas (pembiasaan)dan ketauladanan.
Menurut hemat penulis proses penanaman Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri itu cukup baik karena berbagai metode seperti ceramah, diskusi,
doktrinasi, pembiasaan, tanya jawab, cerita, kuliah dan lain-lain saling
melengkapi satu sama lain, apalagi didukung dengan media-media teknologi
canggih seperti LCD, internet, TV, radio yang tentunya akan memberikan
kemudahan bagi taruna untuk dapat meresapi dan mengamlkan Tri Brata dan
Catur Prasetya Polri dikehidupannya sehari-hari. Para pendidik juga tidak
pernah menyerah ataupun putus asa mereka memiliki semangat dan optimis
yang tinggi agar para peserta didiknya dapat berprilaku tidak bertentangan
dengan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri.
Para pendidik telah menyusun jadwal untuk taruna dalam rangka
memberikan materi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang yang dilaksanakan selama satu tahun dalam dua
semester di mana dalam satu semester selama 16 pertemuan, dan dalam satu
pertemuan selama 90 menit Tujuan dari rutinitas-rutinitas pelatihan ini tidak
lain adalah agar semua taruna maupun Polri bisa paham sekaligus
mempraktekan nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri.
73
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri bukan hanya berlaku untuk peserta
didik melainkan seorang guru atau instruktur juga jangan sekali-kali
menggembar-gemborkan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri kepada taruna
sedangkan dirinya sendiri tidak menjalankan sikap ini dalam jawa sering
diistilahkan (jarkoni) atau bisa mengajarkan tetapi tidak dapat mempraktekan ,
dalam hal ini seorang instruktur menjadi contoh dalam setiap tindakan
prilakunya karena instruktur ataupun guru dalam istilah lain adalah wajib
digugu dan ditiru, maksudnya sebagai seorang murid harus manut dan meniru
semua prilaku guru atau instruktur.
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dapat dianalisis bahwa
dengan diterapkannya Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dalam setiap
kesatuan baik dikalangan pendidikan kepolisian atau bagi polri sangat
bermanfaat sekali, baik bagi individu itu sendiri maupun untuk kehidupan
bermasyarakat dan negara. Manfaat bagi individu seorang Polri memiliki sifat
yang jujur, disiplin, tanggung jawab, wibawa yang tinggi, adil dan sebagainya,
sedangkan manfaat terhadap lingkungan masyarakat dengan menjadikan Tri
Brata dan Catur Prasetya Polri sebagai pedoman dalam kehidupan seorang
Polri maka akan memancarkan sifat-sifat jiwa tolong menolong yang besar,
selalu menjaga keamanan lingkungan, mendahulukan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi, memiliki jiwa sosial yang tinggi, tenggang rasa
dan sebagainya. Sedangkan manfaat yang bisa diberikan ketika seorang Polri
mengamalkan Tri Brata dan Catur Prasetya Polri untuk negara adalah seorang
Polri akan selalu memajukan negaranya dan akan selalu menjaga ketertiban
serta perdamaian dunia. Seorang Polri juga akan mengorbankan baik jiwa
ataupun raganya untuk mempertahankan negaranya jika ada musuh-musuh
dari negara lain atau yang dari dalam negara yang berusaha untuk membuat
keonaran, kerusakan atau merebut kemerdekaan NKRI
Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dalam setiap maknanya tidak ada
satupun yang bertentangan dengan azas NKRI karena Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri dari sumbernya diambil dari Pancasila dan UUD 45. Oleh
karena itu kita semua patut untuk mempelajari, memahami bahkan
74
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri menjadi penyemangat motivasi bahkan menjadi pedoman dalam
bertingkah laku sebagai setiap anggota Polri. Jika seorang Polri tidak
mengamalkan atau bertindak yang bertentangan dengan Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri maka akan mendapatkan hukuman yang sesuai dengan bentuk
dan tingkat kesalahannya.
B. Aplikasi Tri Brata Dan Catur Prasetya Polri Hubungannya dengan
Pendidikan Akhlak
Proses penanaman nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri perspektif
pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang jika
dilihat dari kegiatan rutinitas tidak bertentangan dengan pendidikan akhlak,
walupun dari keduanya yaitu Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dengan
pendidikan akhlak berbeda sumber ajarannya.
Proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di
Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang bertujuan untuk
mewujudkan anggota Polri yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa profesional, menegakan hukum, melindungi, mengayomi dan
melindungi masyarakat.
Proses penenaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya merupakan
suatu proses pembentukan anggota Polri yang utuh yang mulai dengan
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Sehingga ia bisa berinteraksi
dengan baik dan benar. Kemudian juga mengoptimalkan potensi rohaniahnya
sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik kepada pimpinannya.
Figur yang akan dituju yaitu terbentuknya insan Polri yang utuh yang dapat
mengabdi kepada pimpinannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Tri Brata dan Catur Prasetya Polri. Ini sama halnya dengan pendidikan
akhlak yaitu proses pembentukan manusia seutuhnya baik jasmani maupun
rohani sehingga ia dapat beribadah kepada Tuhan-Nya yang akhirnya akan
menjadi insan kamil (manusia yang sempurna) yang menghamba kepada
Tuhan-Nya dengan ikhlas sehingga mendapat keridhoanya.
75
Dalam proses penanaman nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya Polri
di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang setiap taruna diajarkan
tentang Tri Brata dan Catur Prasetya secara mendalam. Mereka dibiasakan
untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan Tri Brata dan Catur
Prasetya. Mereka juga dituntut untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
kode etik Polri yaitu Tri Brata dan Catur Prasetya Polri. Di dalam proses
pendidikan taruna juga dituntut untuk selalu taat dan tunduk kepada Tuhan-
Nya, karena semua manusia apapun pangkat dan jabatannya akan kembali
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Proses aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dengan proses
pendidikan akhlak itu memiliki kesamaan hal ini dapat dilihat dari prosedur
aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri yang meliputi kegiatan rutinitas
(pembiasaan), doktrin-doktrin pendidikan, pembentukan sikap dan prilaku
serta pembinaan rohani dan mental yang luhur dan cara-cara tersebut satu
sama lain saling melengkapi sedangkan dalam proses pembentukan
kepribadian/akhlak yaitu pendidikan melalui pembiasaan, pembentukan
pengertian, sikap dan minat serta pembentukan kerohanian yang luhur. Di
samping itu seorang instruktur dengan seorang ustad juga harus terlebih
dahulu mengamalkan materi-materi yang akan disampaikan kepada peserta
didik agar dapat mencapai hasil yang diinginkan
Selain itu juga nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Brata dan Catur
Prasetya Polri memiliki nilai dasar dan pedoman akhlak yang tinggi yang
meliputi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kemanusiaan, melindungi, dan mengayomi masyarakat,
melayani masyarakat dengan baik dan mudah, simpatik, bermoral, beretika,
ramah, sopan dan santun serta proporsional.
Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri dalam perspektif
pendidikan akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
meliputi Tribrata:
76
Berbakti : Taruna mempunyai karakter yang tinggi dan tidak mengenal
menyerah, kepatuhan melaksanakan tugas serta tidak putus asa dalam
melaksanakan tugas
Bertaqwa : Taruna yang beragama Islam taat melaksanakan shalat lima
waktu (berjamaah). Menghentikan kegiatan setiap saat jam shalat datang,
setiap minggu diadakan siramah rohani, ibadah puasa dibulan Ramadhan,
tadarus al-Qur'an dan tarawih keliling, setiap idul adha Taruna iuran untuk
menyumbang sapi
Kebenara : Taruna berjiwa kesatria, mengakui setiap kesalahan dan
berkata jujur. Pemberian penghargaan kepada Taruna yang berperilaku
baik
Keadilan : pemberian hukuman kepada Taruna sesuai dengan tingkat
kesalahan, Taruna senior tidak pilih kasih. Taruna tidak melindungi
apabila temannya melanggar (tidak menutup-nutupi)
Kemanusiaan : menghilangkan budaya kekerasan kepada Taruna, senior
melindungi dan menyayangi yunior, yunior menghormati seniornya, saling
menghargai dalam HAM. Senior memberi hukuman pada yunior secara
proporsional (manusiawi)
Pelindung : senior tidak sewenang-wenang kepada yuniornya dan
melindungi yuniornya
Pengayom : terjalin hubungan yang harmonis, saling asah, asih dan asuh
antara senior dan yunior. Senior memberikan briving, arahan, dan
masukan bagaimana bersikap dan berperilaki yang baik.
Pelayan : piket taruna melayani tamu dengan baik, sigap, cepat kepada
Taruna yang berkunjung ke AKPOL. Memberi informasi kepada tamu
yang berkunjung ke AKPOL. Taruna memberi penyuluhan ke sekolah-
sekolah, ikut membantu lalu lintas, menjadi tim sar.
Ikhlas : Taruna tidak keluh kesah dalam tugasnya (tidak mengharap
imbalan)
Tujuan dari proses aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di
Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang adalah agar para taruna
77
dan Polisi mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan peraturan-
peraturan atau norma-norma yang berlaku, sehingga mampu mewujudkan
proses pendidikan akhlak memiliki tujuan bukan hanya untuk mewujudkan
perdamaian dunia melainkan menyajikan kebahagiaan diakhirat kelak, karena
kebenaran dari meteri pendidikan akhlak adalah al-Qur'an yang kebenarannya
mutlak dan berlaku disepanjang zaman, sedangkan fikiran atau akal manusia
tidak dapat menjangkaunya, karena manusia memiliki keterbatasan-
keterbatasan. Hal ini sesuai dengan pepatah Islam yang berbunyi ilmu manusia
hanya setetes sedangkan ilmu Allah SWT itu ibarat lautan yang dijadikan tinta
untuk menulis ilmu-ilmu Allah itupun tidak cukup. Walaupun manusia
diciptakan dengan keterbatasan tetapi manusia juga wajib berusaha untuk
mencari ilmu-ilmu.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari temuan-temuan data dilapangan dan analisis data
yang penulis lakukan maka dapat di tarik kesimpulan, bahwa aplikasi Tri
Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian Republik Indonesia
Semarang perspektif pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi Kepolisian
Republik Indonesia Semarang melalui ceramah-ceramah, pembiasaan,
tanya jawab, cerita, pembentukan sikap serta ketauladanan, dokrin-doktrin
pendidikan.
2. Aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri hubungannya
denganpendidikan akhlak. Proses aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya
Polri dengan proses pendidikan akhlak itu memiliki kesamaan hal ini dapat
dilihat dari proses aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang yang meliputi: kegiatan rutinitas
(pembiasaan), doktrin-doktrin, pendidikan, pembentukan sikap dan
perilaku serta pembinaan rohani dan mental yang luhur, dan cara-cara
tersebut satu sama lain melengkapi dan di dalam proses pembentukan
akhlak juga menggunakan cara yang sama yaitu melalui pembiasaan,
pembentukan pengertian sikap dan minat serta pembentukan kerohanian
yang luhur.
B. Saran-saran
1. Setiap insan Polri hendaklah selalu melaksanakan ajaran-ajaran yang
terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya Polri yang diintegrasikan
dengan ajaran dalam agama seperti Islam dengan nabi Muhammad SAW,
sebagai figure tauladan. Beliau tidak hanya berbudi pekerti luhur pada
lahirnya tetapi sekaligus sebagai seorang yang ramah, sopan dan santun,
yaitu berbudi pekerti luhur pada jiwannya (sebagai insan kamil)
78
79
2. Polri sebagai unsur penegak hukum, pelindung, pengayom, pelayan dan
pengabdi masyarakat. Hendaklah selalu meningkatkan pemeliharaan dan
pengembangan profesionalismenya kepada seluruh personilnya supaya
mampu semangat, dedikasi dan loyalitas yang tinggi dalam
mengembangkan tugasnya
3. Setiap insan bhayangkara mulai dari pangkat terendah yaitu prajurit
sampai pangkat tertinggi yaitu jendral hendaklah bersungguh-sungguh
dalam mengemban tugas dan kewajibannya sebagai anggota Polri maupun
sebagai pribadi, dapat membedakan salah dan benar, baik dan buruk,
melayani masyarakat dengan baik dan sikap terpuji.
4. Kepada para pemerhati dan pakar bidang pendidikan hendaknya tidak
bersikap acuh dan pasif dalam memberikan sumbangan terhadap Polori.
Termasuk karya ilmiah yang masih jarang didapat sebaiknya ajaran-ajaran
yang terkandung dalam kepolisian dilakukan pula oleh masyarakat luas
dan umat Islam. Karena di dalam ajarannya yang terkandung dalam kode
etik Polri mempunyai kemuliaan tersendiri dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.
5. Polisi bendahknya berkerja dengan ikhlas karena merupakan panggilan
Tuhan dan berprinsip bekerja itu adalah ibadah
C. Kata Penutup
Segala syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik dan selamat.
Tulisan tentang aplikasi Tri Brata dan Catur Prasetya Polri di Akademi
Kepolisian Republik Indonesia Semarang hubungannya dengan pendidikan
akhlak di Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang ini sebenarnya
masih dapat ditingkatkan, dikembangkan atau disempurnakan lagi. Namun apa
yang dituangkan dalamskripsi ini adalah hasil maksimal dan keterbatasan
penulis.
80
Skripsi ini diharapkan menjadi pelengkap dari tulisan-tulisan yang
telah ada selama ini. Dan tidak menutup mata, karya ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang perlu disempurnakan oleh karena itu masih
diperlukan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Semoga skripsi ini
nantinya dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagai para pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan taufik dan
hidayah-Nya serta merihaloi cita-cita yang mulia kepada umat-Nya yang
selalu gigih dalam berusaha. Amin Yaa Rabbal ‘alamin…amin
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Al-Suyuthi, Imam Jalaluddin, Jami’ al Shaghar, Juz I, Dar Ihya Arabiyah, Indonesia, tth.
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992
Ali ,H.B. Hamdani, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta Kota Kembang : 1987
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
_______, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet ketiga, Bandung: Balai Pustaka, 1990
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, Jakarta: Bintang, 1991
AR. Zahruddin, Pengantar Studi Akklak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Bachtiar, Dai, Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta: POLRI, 2003.
Idhamy, Dahlan, Seluk Beluk Hukum Islam, Semarang,: CV, Faizan, 1996
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif Dalam Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002
Dokumentasi Akademi Kepolisian Republik Indonesia Semarang
Dokumen Sejarah Singkat Akademi Kepolisian dan Daftar Nama-Nama Batalioin
Donal, Federic J.Mc., Educational Psychology, San Fransisco, Wadsworth Publishing Company Inc., 1959
Ghazali, Al, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, Beirut, Libanon, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995
Hasan, Fathiyah, Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali, Alih Bahasa Fathur R. May., dkk Bandung: PT Al-Ma’arif, Cet I,
Hasan, M. Ali, Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Kunarto, Tri Brata dan Catur Prasetya Manunggal Sejarah: Persepektif dan Prospeknya, Jakarta, 1997
_______, Memerangi Kritik Terhadap Polri, Buku I, Jakarta: Cipta Manunggal, 1997
_______, Etika Kepolisian, Jakarta: Cipta Manunggal, 1997
_______, HAM dan Polri, Jakarta, Cipta Manunggal, 1997
Lebang, Werda, Kode Etik Kepolisian Republik Indonesia, Semarang: POLDA JATENG, 2004
Mabers Polri, Materi Tri Brata dan Catur Prasetya, Semarang: AKPOL, 2007
Marimba, Ahmad. D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , Bandung: Al-Ma’arif, 1980
Muhammad, Al Ghazali, Akhlak Seseorang Muslim, Terj. Moh. Rifa’I, Semarang: Wicaksana, 1986
Masy’ari , Anwar, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990
Moelyono, Anton M., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994
Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 1993
Mulyana, Deddy Metodologi Pendidikan Kualitataif, Bandung: Remaja Rosdakarja, 2001
Musthofa, Syeikh, al-Ghulayani, Idhatun Nasyi’in, Surabaya: Mahkota, 1949
Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1982
Prijono, Kamus Istilah Kepolisian, Jakarta: PPITK-PTIK, 1989
Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Sidang Tahunan MPR-RI, Direktorat Sosial Politik Jawa Tengah, 2000
Queseem, M. Abdul, Etika Al-Ghazali, Terj. Mahyuddin, Bandung: Pustaka, 1988
Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salim Harun, Bandung: Al-Ma’arif, 1993
Rasyid, Chaerul, Paparan Pengembangan Situasi Aktual di Jajaran POLDA JATENG, (Semarang, 2005
Razak, Nasruddin, Dienul Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1989
Secapa POLRI, Vademikum Tingkat I Polri, Sukabumi: Secapa Polri, 1999
Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989
Soetono, Djoko, Sejarah Akademi Kepolisian, Jakarta: 1999
Sotorus, James D., Pemaknaan Baru Tribrata, Jakarta: Mabes Polri, 2002
Supriyono, Widodo, Pendidikan Akhlak di Lingkungan Keluarga, dalam Jurnal Pendidikan Islam (Media), Vol. 9 No. 2, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Waliosongo
_______, Nono, Sambutan Kapolda JATENG Dalam Rangka Upacara Pelantikan Komandan Beserta Staf KMBN 906 “Sapu Jagad” IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Polda JATENG, 2006
Syukur, Amin, Pengartar Studi Akhlak, Semarang: Duta Grafika, 1987
Tabah, Anton, Membangun Polri Yang Kuat, Mitra Harhasuma, Jakarta: 2002
Tatapangarsa, Humaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990
Umary, Bamawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, 1995
UU RI Nomor 02 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Solo, Intan Pariwara, 1989
UU RI Nomor 02 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia DPR Republik Indonesia, Jakarta, 2002
Ya’kub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Bandung: CV Diponegoro, 1993
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Edi Mufidun
Tempat/tanggal Lahir : Banjarnegara, 09 Agustus 1982
Alamat Asal : Lengkong RT. 01 RW. 03 Rakit Banjarnegara 53463
Alamat semarang : Perum BPI Blok H 9 Ngaliyan Semarang
Phone : 024 762 1412 / HP. 081 931 904 670
Jenjang Pendidikan
1. MI Cokroaminoto Lengkong I Lulus tahun 1995
2. SLTP 2 Rakit Banjarnegara Lulus tahun 1998
3. SMU N 1 Wanadadi Banjarnegara Lulus tahun 2001
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Semarang, Januari 2008 Penulis,
E d i M u f i d u n NIM: 3102223