fakultas syari’ah dan hukum -...

80
HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA JENAYAH DALAM RANG UNDANG-UNDANG KESALAHAN KESELAMATAN (LANGKAH- LANGKAH KHAS) NO. 747 TAHUN 2012 DI MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Siti Balqis Binti Halim NIM : 1110045200030 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: dangkhanh

Post on 17-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA JENAYAH DALAM RANG

UNDANG-UNDANG KESALAHAN KESELAMATAN (LANGKAH-

LANGKAH KHAS) NO. 747 TAHUN 2012 DI MALAYSIA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Siti Balqis Binti Halim

NIM : 1110045200030

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,
Page 3: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,
Page 4: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

i

ABSTRAK

Siti Balqis Binti Halim. Nim 1110045200030. Hukuman Bagi Pelaku

Tindak Pidana Jenayah Dalam Rang Undang-Undang Kesalahan Keselamatan

(Langkah-Langkah Khas) No. 747 Tahun 2012 Di Malaysia Dalam Perspektif

Hukum Islam. Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H /

2017M.Ix + 67 halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hukuman yang dikenakan

kepada pelaku tindak pidana rang undang-undang kesalahan keselamatan (langkah-

langkah khas) di Malaysia dalam perspektif hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana penulis

menggunakan data primer dan sekunder sebagai objek penelitian yaitu Akta

Kesalahan Keselamtan (Langkah-Langkah Khas) 2012 di Malaysia sebagai bahan

pokok dari penelitian ini. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara

menggunakan teknis studi dokumentasi dengan mengadakan kajian, menelaah serta

menelusuri literature yang berkenaan dengan perlaksanaan akta kesalahan

keselamatan (langkah-langkah khas) 2012 berupa akta, buku, artikel, dan sebagainya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Akta kesalahan

keselamatan (langkah-langkah khas) 2012 adalah selaras dengan peruntukan 149

Perlembagaan Persekutuan. Akta ini bertujuan membanteras aktiviti pengganas,

pengintipan dan ancaman terhadap keselamatan Negara dan masyarakat Malaysia.

Dalam perspektif hukum Islam, hukuman bagi pelaku tindak pidana yang diatur

dalam akta kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas), adalah hukuman takzir

yakni dibenarkan dalam Islam. Hukuman yang tertakluk kepada budi bicara

pemerintah, badan perundangan atau hakim kerana hukuman bagi kesalahan ini tidak

disebut di dalam al-Quran atau Sunnah. Skop kesalahan takzir adalah luas kerana

semua bentuk kesalahan yang tidak tertakluk kepada hukuman qisas dan hukuman

hudud adalah tertakluk kepada hukuman takzir.

Kata kunci : Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) 2012,

Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960, Perlembagaan

Persekutuan, Hukum Pidana Islam.

Pembimbing : Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A

Daftar Pustaka : Tahun 1960 s.d Tahun 2017

Page 5: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Uinversitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juli 2017

Siti Balqis binti Halim

Page 6: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan Rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan

para pengikutnya.

Dalam penyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak, baik secara personal maupun secara kelembagaan.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

pada semua pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dalam

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, maka sebagai ungkapan rasa

hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Dra. Maskufa, MA, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) dan

kepada Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara

(Siyasah) yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam

menyiapkan skripsi ini.

3. Ibu, Dr. H. Isnawati Rais, MA, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu, memberi inspirasi, saran, kritikan, serta arahan kepada penulis dalam

menyusun skripsi ini.

Page 7: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

iv

4. Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Pembimbing

Akademik yang juga senantiasa mengingatkan penulis semasa mengikuti

perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Afwan Faizin, M.Ag, Dosen yang telah membantu dan memberikan

nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

Perpustakaan Negeri Malaysia, yang telah memberikan fasilitas kepada

penulis dalam pencarian literatur yang diperlukan.

8. Untuk pemberi semangat Ayahanda Tn. Haji Abd Halim bin Ismail dan

Ibunda Hajah Rodziah binti Saidon, terima kasih atas kasih sayang, motivasi

dan dukungan yang kalian berikan baik moril maupun materil, sehingga

penulis mampu mengenyam pendidikan yang layak untuk masa depan.

Semoga Allah SWT. selalu melindungi dan memberikan kasih sayang kepada

kalian, sebagaimana kalian mencurahkan semua itu kepada penulis.

9. Tidak dilupakan saudara-saudaraku, kakanda Khairul Anwar bin Halim serta

isteri Rohaida binti Ahmad, Siti Sarah binti Halim serta suami Azmi bin

Khalid, dan Siti Hajar binti Halim serta suami Mohammad Zulfa bin Abdul

Malek, dan adinda-adindaku, Siti Khadijah binti Halim, Khairul Fikri bin

Page 8: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

v

Halim dan Siti Aisyah binti Halim, ucapan jutaan terima kasih yang telah

banyak membantu dan mendoakanku. Tidak lupa juga buat kesayangan

Anjang, Muhammad Syabil Al-Awraq, Muhammad Raeyqal Aqeef dan Auni

Khaulah. Semoga kalian menjadi anak yang soleh solehah dan insan yang

berguna di dunia dan akhirat.

10. Dalam ingatan, pihak IPA (Institut Pengajian Al-Azhar), Ustaz Muhammad

Zain, Ustaz Muhaiyat, Sir Haji Wan, Ustaz Zailani dan Ustazah Hassanah.

Pihak KUDQI (Kolej Universiti Darul Quran Islamiyyah) yang telah memberi

kesempatan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang sama-sama menimba ilmu di

Negeri Indonesia yakni, Halijah, Zuriah, Sumayyah, Jannah, Sahara, Fuad,

Hilmi dan Hafis. Serta teman-teman senior dan junior yang juga sama-sama

menimba ilmu di Negeri Indonesia ini bersama saya.

12. Teman-teman seperjuangan, SS dan SJS angkatan 2010, teman dari Indonesia,

antaranya Siti Nurlaela, teman-teman dari UIN Bandung, UIN Surabaya, UIN

Jogjakarta, UIN Malang dan yang mengenali penulis yang tidak mampu

penulis catatkan satu persatu disini.

13. Kepada adik-adik kesayangan, Benny dan Fitriati, terima kasih atas dorongan

dan mendengar keluh resah penulis. Tidak lupa juga buat Amirul, yang

senantiasa mendoakan diri ini, memberi semangat untuk terus berjuang

menyelesaikan skripsi ini.

14. Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia.

Page 9: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

vi

15. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun

tidak langsung yang tidak dapat penulis sebut satu persatu sepanjang

penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan dan niat baik tersebut diterima

sebagai amal soleh di sisi Allah SWT.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Akhirnya, ‘Sirru a’la barakatillah’ dan semoga skripsi ini dapat

memberikan masukan yang positif kepada pembaca sekalian.

Jakarta, 14 Juli 2017

Syawal 1438 H

Siti Balqis binti Halim

Page 10: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah............................................. 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian....................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka............................................................................. 8

E. Metodologi Penelitian...................................................................... 9

F. Sistematika penelitian...................................................................... 11

BAB II KONSEP HUKUM ISLAM TENTANG HUKUMAN TERHADAP

TINDAK PIDANA JENAYAH......................................................... 13

A. Tindak pidana menurut Hukum Islam............................................. 13

B. Macam-Macam Tindak Pidana dalam Hukum Islam...................... 15

C. Sanksi terhadap Pelaku Tindak Pidana dalam Hukum Islam.......... 23

BAB III GAMBARAN UMUM UNDANG-UNDANG KESALAHAN

KESELAMATAN LANGKAH-LANGKAH KHAS....................... 34

A. Kuasa Khas bagi Kesalahan Keselamatan....................................... 34

B. Faktor-Faktor Penting tentang Kesalahan Keselamatan................. 42

C. Macam-macam Jenayah yang diatur dalam Kesalahan

Keselamatan.................................................................................... 45

Page 11: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

viii

BAB IV HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA JENAYAH

UNDANG-UNDANG KESALAHAN KESELAMATAN

(LANGKAH-LANGKAH KHAS) NO. 747 TAHUN 2012 DI

MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM………… 49

A. Pelaksanaan Undang-Undang Kesalahan Keselamatan Langkah-

Langkah Khas Di Malaysia terhadap Tindak Pidana…………….. 49

B. Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Kesalahan Keselamatan

(Langkah-Langkah Khas) dalam Perspektif Hukum Islam………. 55

BAB V PENUTUP........................................................................................... 62

A. Kesimpulan...................................................................................... 62

B. Saran................................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 66

Page 12: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akta Keselamatan Dalam Negeri atau lebih dikenali sebagai ISA adalah satu

akta yang diwujudkan oleh parlimen Malaysia yang mula berkuatkuasa di Malaysia

Barat pada 1hb Ogos 1960 dan di Malaysia Timur pada 'Hari Malaysia' (16 september

1963). Akta yang dinamakan sebagai Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 (Akta

82) dan tersohor dengan singkatan ISA ini bertujuan mencegah tindakan oleh

sekumpulan orang yang substantial dari dalam dan luar Malaysia.1

i. Untuk menyebabkan keganasan berancang terhadap orang atau harta, atau

untuk menyebabkan sebilangan besar warganegara takut akan keganasan itu;

dan

ii. Untuk mendapatkan perubahan, dengan apa-apa cara lain daripada cara yang

sah. Kerajaan Malaysia yang sah ditubuhkan menurut undang-undang.2

Sejak Kerajaan memperkenalkan Akta Keselamatan Dalam Negeri atau lebih

dikenali dengan ISA pada tahun 1960, banyak kontroversi timbul tentang akta ini.

1 Akta Keselamatan dalam Negeri, Diakses pada 16 november 2016, dari

http://mymassa.blogspot.com/2009/.

2 International Law Book Services, Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 (Akta 82),

(Selangor Darul Ehsan 2009), h. 7.

Page 13: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

2

Tidak berperikemanusiaan, zalim, melanggar hak asasi manusia, bercanggah dengan

Al-Quran dan Sunnah, dan pelbagai reaksi diutarakan oleh sebahagian masyarakat.3

Kerajaan membuat keputusan untuk memansuhkan ISA kerana prihatin

terhadap aspirasi rakyat dan sentiasa menyedari dan memahami kehendak rakyat,

bertepatan dengan hasratnya mempertahankan hak asasi seorang individu.4 Suhakam

mengalu-alukan pemansuhan Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 atas alasan ia

positif kearah memperbaiki keadaan hak asasi manusia Negara, namun mahu Rang

Undang-Undang Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) 2012 yang

menggantikannya dikaji semula. Antara langkah yang diadakan dalam rang undang-

undang baru yang bertujuan menggantikan Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960

ialah tiada seseorang boleh ditangkap atau ditahan atas kepercayaan atau aktiviti

politiknya.

Rang Undang-Undang Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas)

2012 atau SOSMA telah menggantikan ISA pada 31 Julai 2012. Satu aspek positif

yang dilihat adalah SOSMA mengurangkan tempoh penahanan tanpa pertuduhan pada

peringkat awal sekali daripada 60 hari kepada 28 hari dan mewajibkan sama ada

suspek disabitkan dengan pertuduhan di mahkamah atau dibebaskan selepas tempoh

tersebut. Akan tetapi, kandungan dalam akta tersebut juga mengurangkan

perlindungan hak asasi, termasuklah definisi kesalahan keselamatan yang terlalu luas,

3 Abu Umair, Akta Keselamatan dalam Negeri ISA Menurut Siyasah Syariyyah, h. 15.

4 Abu Umair, Akta Keselamatan dalam Negeri ISA Menurut Siyasah Syariyyah, h. 172.

Page 14: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

3

menyerahkan kuasa kepada pihak polis (bukan mahkamah) untuk memintas sebarang

komunikasi sewaktu siasatan dan memberi izin kepada pihak pendakwa sekiranya

tidak mahu mendedahkan sumber bukti dan identiti saksi, lalu mengelak daripada

pemeriksaan balas. Malah, sekiranya seseorang suspek dibebaskan sekalipun di

bawah SOSMA, akta tersebut membenarkan rayuan dibuat oleh pendakwa dengan

suspek ditahan tanpa peluang mendapat jaminan, mengakibatkan suspek tersebut

ditahan untuk tempoh masa yang tidak terbatas.5

Pada penggubalan SOSMA, tiga orang termasuk bekas tahanan Akta

Keselamatan Dalam Negeri 1960 (ISA) Yazid Sufaat, Halimah Hussein dan Mohd

Hilmi Hasim, merupakan tahanan pertama di bawah Akta Kesalahan Keselamatan

(Langkah-Langkah Khas) 2012 pada tahun 2013. Mereka ditahan atas dakwaan

mencetuskan keganasan.6 Apabila SOSMA telah digubal, senarai `kesalahan

keselamatan' adalah kesalahan di bawah Bab VI Kanun Keseksaan (kesalahan-

kesalahan terhadap Negeri) dan Bab VI A Kanun Keseksaan (kesalahan yang

berkaitan dengan keganasan). Pada tahun 2014, senarai itu diperluaskan kepada Bab

VI B Kanun Keseksaan (jenayah terancang) dan juga kesalahan di bawah Bahagian

III A Akta Antipemerdagangan Orang dan Antipenyeludupan Migran 2007. Dan

senarai kesalahan tersebut diperluaskan lagi pada bulan Jun lalu dengan

5 Akta Keselamatan dalam Negeri, Diakses pada 16 november 2016, dari

http://mymassa.blogspot.com/2009/.

6 Wikipedia Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) 2012. Diakses pada 23

Mei 2017. https://ms.wikipedia.org/wiki

Page 15: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

4

memasukkannya ke dalam peruntukan Akta Langkah-Langkah Khas Menentang

Keganasan di Luar Negara 2015.

Dan diantara beberapa kesalahan yang ditahan dibawah akta ini seperti:

1. Memiliki buku-buku mempromosi fahaman militan seperti IS7

2. Menghina Islam

3. Memimpin Bersih 2.0 (Demokrasi)

4. Pelajar terlibat kongsi gelap

Sehingga kini, seramai 989 orang ditahan di bawah SOSMA bagi tempoh 31

Julai 2012 hingga 22 Febuari 2017. Sebanyak 363 telah dibebaskan dan 139 dalam

proses perbicaraan manakala 502 orang telah dijatuh hukum.8

Internal Security Act atau Akta Keselamatan Dalam Negeri, dan Security

Offences Special Measure Act atau Undang-undang Kesalahan Keselamatan

(Langkah-langkah Khas), bisa dikategorikan sebagai hukum takzir. Hukuman yang

tertakluk kepada budi bicara pemerintah, badan perundangan atau hakim kerana

hukuman bagi kesalahan ini tidak disebut di dalam al-Quran atau Sunnah. Skop

7 Kumpulan militan radikal yang menggunakan nama Islam untuk berjihad, dan kini telah

menguasai sebahagian besar kawasan di timur Syria, di utara serta barat Iraq. Kumpulan ini

menggunakan taktik ganas termasuk pembunuhan beramai-ramai musuh yang ditangkap, penculikan,

dan memenggal kepala petugas media dari negara luar sehingga menyebabkan campur tangan tentera

Amerika Syarikat (AS) yang menyerang kubu kumpulan itu di Iraq.

8 Tahanan sosma dilanjutkan lima tahun lagi. Diakses 22 Mei 2017. http://www.ismaweb.net/

Page 16: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

5

kesalahan takzir adalah luas kerana semua bentuk kesalahan yang tidak tertakluk

kepada hukuman qisas dan hukuman hudud adalah tertakluk kepada hukuman takzir.9

Takzir dalam hukum Islam terbahagi kepada dua iaitu:

1. Kesalahan yang termasuk dalam kategori kesalahan hudud tetapi hukuman

hudud tidak dapat dilaksanakan kerana ia tidak memenuhi syarat

pelaksanaannya. Syeikul Islam Ibnu Taimiyyah sebagaimana dikutip dalam

bahasan Fathi Yusof, takzir adalah: Maksiat-maksiat yang tidak dikenakan

hukuman had yang tertentu dan tidak pula dikenakan kifarat adalah termasuk

dalam takzir seperti orang yang mencium lelaki atau wanita ajnabi, bercumbu-

cumbuan, atau mencuri barang yang tidak diletakkan di tempat yang wajar,

atau barang yang dicuri tidak cukup nisab.

2. Kesalahan yang selain dari kategori kesalahan hudud dan qisas. Ia meliputi

semua bentuk kesalahan samada kesalahan itu disebut dalam al-Quran dan

Hadith atau tidak. Ia juga mencakupi kesalahan terhadap hak Allah, terhadap

hak manusia atau hak kedua-duanya.10

Hukum Islam berisi keadilan, kepedulian, kasih sayang dan kesetaraan. Tidak

hanya kesamaan di depan hukum, tetapi hukum Islam memberikan hak yang setara

kepada setiap orang berdasarkan norma hidup yang berlaku di masyarakat. Dari

kutipan Rifqy Yatunnisa dalam pernyataan Ibn Qayyim al-Jawziyyah, yaitu “Asas

9 Fathi Yusof, Muhammad, Undang-undang Jenayah Islam. (Kuala Lumpur. 2015), h. 8.

10 Fathi Yusof, Muhammad, Undang-undang Jenayah Islam, h. 9.

Page 17: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

6

dan pijakan syari’at Islam adalah hikmah dan kemaslahatan, kebaikan, kehidupan

duniawi dan ukhrawi umat manusia; semuanya bercitrakan keadilan, kemaslahatan

dan hikmah kehidupan masyarakat; dan (syari’at Islam) sebaliknya yang menentang

segala kerusakan, kedzoliman dan kesia-siaan.”11

Sepertimana diketahui Islam sangat

menitikberatkan mengenai lima Hak dasar manusia (الضرورية الخمس) yaitu agama,

nyawa, akal, martabat dan harta.12

Hukuman, ancaman, sanksi memang bukan merupakan sesuatu yang maslahat

(baik), bahkan sebaliknya hukuman itu akan berakibat buruk, menyakitkan,

menyengsarakan, membelenggu kebebasan bagi pembuat kejahatan. Namun, bila

dibandingkan dengan kepentingan orang banyak, kehadiran peraturan beserta sanksi

hukumannya sangat diperlukan.13

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas dan untuk meneliti tentang

pelaksanaan SOSMA di Malaysia, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis skripsi

yang berjudul “Hukuman Bagi Pelaku Tindak Pidana Jenayah Dalam Undang-

Undang Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas No 747 Tahun 2012) Di

Malaysia Dalam Perspektif Hukum Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

11

Rifqy Yatunnisa, Praktek Itsbat Nikah Pernikahan Sirri, 2010, h. 1.

12 Rifqy Yatunnisa, Praktek Itsbat Nikah Pernikahan Sirri, 2010, h. 2.

13 Rahmat Hakum, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung; Pustaka Setia, 2000), h.

17.

Page 18: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

7

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian skripsi yang akan dilakukan ini, maka penulis membatasi

masalah hanya pada hukuman bagi pelaku tindak pidana jenayah undang-undang

kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) no 747 tahun 2012 di Malaysia dalam

perspektif hukum Islam. Mengacu kepada pembatasan masalah di atas, maka

permasalahan yang akan menjadi objek penelitan, penulis merumuskannya sebagai

berikut:

2. Perumusan Masalah

Supaya tidak menjadi pembahasan yang panjang penulis merumuskan

permaslahan sebagai berikut:

1. Apa sajakah jenayah yang bisa dikenakan sanksi Kesalahan Keselamatan

Langkah-Langkah Khas?

2. Bagaimana Hukuman Kesalahan Keselamatan No 747 tahun 2012 di Malaysia

dalam Perspektif Hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian disesuaikan pada perumusan masalah di atas yang

meliputi :

1. Untuk mengetahui jenayah apa saja yang bisa dikenakan sanksi dibawah

undang-undang kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas).

2. Untuk mengetahui hukuman kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas)

no 747 tahun 2012 di Malaysia dalam perspektif hukum Islam.

Page 19: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

8

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan dalam

kajian ilmiah, antara lain :

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dalam

memberikan pemahaman untuk mengenal pasti jenayah yang dilakukan oleh

pelaku tindak pidana dibawah undang-undang kesalahan keselamatan (langkah-

langkah khas).

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan

pemikiran dan sekaligus untuk mencari tahu apa saja hukuman yang bisa

dikenakan dibawah undang-undang kesalahan keselamatan (langkah-langkah

khas) No 747 tahun 2012 di Malaysia dalam perspektif hukum Islam.

D. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu

Sepanjang penyusunan skripsi ini penulis tidak menemukan tulisan-tulisan

berupa buku atau skripsi yang mengkaji tentang undang-undang kesalahan

keselamatan (langkah-langkah khas) No. 747 tahun 2012 di Malaysia secara spesifik

atau secara umum. Adapun yang digunakan adalah dokumen-dokumen tertulis yang

berkait rapat dalam bahasan ini dengan pokok permasalahan yang akan dibahas,

adalah seperti berikut:

Karya Mohd Farid skripsi “Internal Security Act dalam Perspektif Hukum

Islam”, karya ini adalah karya mahasiswa Jurusan Ketatanegaraa Islam Fakultas

Syariah dan Hukum, 2011. Dalam kajian penelitian ini penulis lebih focus kepada

Page 20: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

9

Akta Keselamatan Dalam Negeri dalam Perspektif Hukum Islam, Ia memperjelaskan

bagaimana akta keselamatan dalam negeri ini dilaksanakan jika dilihat dari aspek

hukum islam.

Sedangkan kajian yang lainnya berkaitan dengan judul buku, seperti “Derita

Penjara Tanpa Bicara : Kisah Kekejaman Akta Zalim”, Karya Saari Sungib. Dalam

buku ini penulis menjelaskan mengenai bukti-bukti yang konkrit tentang kezaliman

ISA daripada pelbagai aspek dan perspektif, dan dengan menghuraikan segala

pengalaman yang dilaluinya sendiri dan juga yang dialami oleh ramai orang tahanan

lain di bawah ISA di negara ini.

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, yang tidak berkaitan sosma tetapi

boleh dikaitkan dalam bahasan skripsi penulis yang lebih menfokuskan mengenai

Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Jenayah Rang Undang-Undang Kesalahan

Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) No 747 Tahun 2012 Di Malaysia dalam

Perspektif Hukum Islam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ada beberapa hal yang terkait dengan metode yang digunakan dalam

penelitian skripsi ini, yakni :

a. Jenis Penelitian

Page 21: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

10

Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) yaitu

mengumpulkan bahan-bahan sekunder sebagai bahan pokok dari penelitian, dan

bahan-bahan lainnya yang mendukung terhadap penulisan skripsi ini, yang kemudian

dibahas, dianalisa dan dituangkan dalam bentuk ilmiah.

Kemudian di dalam pembahasannya, penulis menggunakan metode deskriptif

analisa, dimana penulis akan berusaha mengumpulkan data dari pelbagai sumber

yang ada, baik berupa buku-buku maupun artikel, kemudian menguraikan dan

menjelaskan permasalahan yang dibahas merujuk kepada data sekunder yang

terkumpul, selanjutnya menginterprestasikan hasil-hasil penelitian tersebut.

b. Sumber Data

Jenis sumber data yang dijadikan sebagai bahan pengambilan data penelitian

ini, yakni jenis data dari sumber primer, sekunder dan tertier. Sumber data primer

berupa undang-undang kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) 2012 di

Malaysia, Kanun Keseksaan Malaysia (Akta 574) 2002 yang berkaitan langsung

dengan bahasan skripsi ini. Sumber data sekunder merupakan pendukung dari sumber

primer yang berasal dari data kepustakaan, seperti buku-buku terutama yang

membahas tentang perspektif hukum Islam misalnya kitab-kitab fikih dan data-data

tertulis yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. Dan digunakan juga sumber

data tertier berupa kamus, jurnal dan artikel.

2. Teknik Pengumpulan Data

Page 22: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

11

Untuk menjelaskan penelitian normatif dilakukan dengan cara studi

dokumentari atau bahan tertulis, yakni dengan menelusuri bahan pustaka terkait

dengan hukuman, tindak pidana, baik itu dari perundang-undangan Malaysia maupun

dari referensi-referensi Islam yang terkait dengan objek masalah yang dikaji dalam

skripsi ini.

3. Teknik Analisa Data

Teknik analisa dara dalam penelitian ini adalah analisa isi kualitatif. Analisa

ini kualitatif yaitu menghuraikan data melalui kategorasi-kategorasi serta pencarian

sebab akibat dengan menggunakan teknik analisa induktif (usaha penemu jawaban

dengan mengalisa berbagai data untuk diambil sebuah kesimpulan).

4. Teknik penulisan Skripsi

Sementara untuk teknis penulisan ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang disusun oleh fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari sub-sub bab

dengan perincian sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

Page 23: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

12

pustaka/penelitian terdahulu, metodologi penelitian dan teknik penulisan, dan

sistematika penulisan.

Bab II konsep hukum Islam tentang hukuman terhadap tindak pidana, yang

terdiri dari beberapa sub bab, yaitu tindak pidana menurut hukum Islam, macam-

macam tindak pidana dalam hukum Islam, sanksi terhadap pelaku tindak pidana

dalam hukum Islam.”

Pada Bab III pembahasan mengenai gambaran umum undang-undang

kesalahan keselamatan langkah-langkah khas, yang terdiri dari beberapa sub bab,

yaitu kuasa khas bagi kesalahan keselamatan, faktor-faktor penting tentang kesalahan

keselamatan, macam-macam jenayah yang diatur dalam kesalahan keselamatan.

Adapun pada Bab IV akan membahaskan masalah utama yang difokuskan,

hukuman bagi pelaku tindak pidana jenayah undang-undang kesalahan keselamatan

(langkah-langkah khas) no 747 tahun 2012 di Malaysia dalam perspektif hukum

Islam yang terdiri dari dua sub bab, yaitu pelaksanaan undang-undang kesalahan

keselamatan langkah-langkah khas di Malaysia terhadap tindak pidana, hukuman bagi

pelaku tindak pidana kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) dalam

pandangan perspektif hukum Islam.

Bab V adalah penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.

Page 24: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

13

BAB II

KONSEP HUKUM ISLAM TENTANG HUKUMAN TERHADAP TINDAK

PIDANA JENAYAH

A. Tindak pidana menurut hukum Islam

Tindak pidana dalam hukum Islam dikenal dengan 2 istilah, jinayah dan jarimah.1

1. Jinayah secara etimologi adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk

dan apa yang diusahakan. Adapun secara terminologi, setiap perbuatan yang

diharamkan atau dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya, yang membahayakan

agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta, serta diancam oleh Allah SWT dengan

hukuman had atau takzir.2

2. Jarimah secara etimologi adalah berarti berbuat dosa atau kesalahan, berbuat

kejahatan dan delik.3 Jarimah secara terminologi adalah syariah Islam yaitu

larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah SWT., dengan hukuman had

atau takzir.4

Pengertian jarimah terpulang pada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh

syara’ dan pelakunya dapat diancam dengan hukuman. Larangan-larangan tersebut

1 Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika. 2009), h. 11.

2 Abd. Al-Qadir Audah, al-Fiqh al-Jina’I al-Islami. h.67.

3 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Progresif, T.Th).

cet. I, h. 201.

4 Abd. Al-Qadir Audah, al-Fiqh al-Jina’I al-Islami (Qahirah: Dar al-Turats, T.Th), jilid I,

h.67.

Page 25: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

14

adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan

perbuatan yang diperintah.5

Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum untuk jarimah itu ada

tiga macam:6

1. Unsur Formal (Rukun Syar’i), yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang

perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman.

2. Unsur Material (Rukun Maddi), yaitu adanya tingkah laku yang membentuk

jarimah, baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat

(negatif).

3. Unsur Moral (Rukun Adaby), yaitu bahwa pelaku adalah orang mukallaf

yakni orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang

dilakukannya.

Ketiga unsur tersebut harus terpenuhi ketika menentukan suatu perbuatan

untuk digolongkan kepada jarimah. Di samping unsur-unsur umum tersebut, dalam

setiap perbuatan jarimah juga terdapat unsur-unsur yang dipenuhi yang kemudian

dinamakan dengan unsur khusus jarimah, misalnya suatu perbuatan dikatakan

pencurian jika barang tersebut itu minimal bernilai 1/4 (seperempat) dinar, dilakukan

diam-diam dan benda tersebut disimpan dalam tempat yang pantas. Jika tidak

5 A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 49.

6 A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), h. 52-53.

Page 26: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

15

memenuhi ketentuan tersebut, seperti barang tak berada dalam tempat yang tidak

pantas. Nilainya kurang dari 1/4 (seperempat) dinar atau dilakukan secara terang-

terangan. Meskipun memenuhi unsur-unsur umum bukanlah dinamakan pencurian

yang dikenakan hukuman potong tangan seperti dalam ketentuan nash Al-Qur'an.

Pelakunya hanya terkena hukuman ta'zir yang ditetapkan oleh penguasa.

B. Macam-macam tindak pidana dalam hukum Islam

Macam-macam tindak pidana dalam hukum Islam bergantung pada sudut

pandang mana kita melihatnya atau aspek yang ditonjolkan, jarimah atau tindak

pidana dapat dibagi menjadi bermacam-macam bentuk dan jenis. Macam-macam

tindak pidana sesuai aspek yang dilihat terbagi atas:7

1. Dilihat dari Pelaksanaannya

2. Dilihat dari Niatnya

3. Dilihat dari Objeknya

4. Dilihat dari Motifnya

5. Dilihat dari Bentuk Hukumannya

1) Dilihat dari Pelaksanaannya

Tinjauan dari sisi pelaksanaan yang ditonjolkan dari perbuatan jarimah ini ada

2 aspek, jarimah ijabiyyah dan jarimah salabiyyah. Jarimah ijabiyyah yaitu seseorang

yang melakukan atau melaksanakan perbuatan yang sudah dilarang atau perbuatan

7 A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), h. 23-26.

Page 27: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

16

yang terlarang. Dalam hukum positif disebut dengan delict commisionis contoh

melakukan zina, pembunuhan dan lain-lain. Jarimah salabiyah pula, seseorang yang

tidak mengerjakan perbuatan yang diperintahkan oleh Islam. Dalam hukum positif

dinamai delict ommisionis. Contohnya meninggalkan sholat, zakat, puasa dan lain-

lain. Sebagian ulama dalam kaitannya dengan aspek ini, memunculkan bentuk

campuran ijabiyyah (aktif) dengan salabiyyah (pasif), seperti dicontohkan dalam

kasus seperti ini, seorang bermaksud membunuh tawanan, namun tidak dilakukan

dengan cara membunuhnya, melainkan dengan menahan yang bersangkutan di satu

tempat tanpa memberinya makan dan minum sampai si tawanan itu mati. Maka si

tawanan tadi didakwa telah membunuh dengan tidak berbuat sesuatu, yaitu tidak

memberi makan dan minum.

2) Dilihat dari Niatnya

Tinjauan dari sisi niatnya terbagi menjadi dua bagian yaitu perbuatan yang

disengaja (jaraim al-makhsudah) dan perbuatan yang tidak disengaja (jaraim ghair

makhsudah). Contoh perbuatan disengaja adalah seseorang yang masuk ke rumah

orang lain dengan maksud mencuri sesuatu yang ada di rumah tersebut. Sedangkan

contoh perbuatan yang tidak disengaja adalah seseorang yang bermaksud

mengejutkan orang lain tetapi yang dikejuti mempunyai penyakit jantung akhirnya

meninggal dunia.

3) Dilihat dari Objeknya

Page 28: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

17

Tinjauan dari sisi objek ini tertuju pada manusia atau sekelompok masyarakat.

Jika objeknya perseorangan maka disebut dengan jarimah perseorangan. Dan jika

objeknya masyarakat maka disebut dengan jarimah masyarakat. Kemudian para

ulama mengatakan bahwa jarimah perseorangan menjadi hak adami (hak

perseorangan ), sedangkan jarimah masyarakat menjadi hak jama’ah (hak Allah).

4) Dilihat dari Motifnya

Tinjauan dari sisi motif ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu jarimah politik dan

jarimah biasa. Arti dari jarimah politik adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang-

orang tertentu yang bertujuan politik untuk melawan pemerintah, contohnya

pemberontakan bersenjata, mengacaukan perekonomian dan lain-lain. Sedangkan

jarimah biasa adalah perbuatan yang tidak ada hubungan dengan politik, contohnya

perbuatan mencuri ayam, mencuri sepeda motor dan lain-lain.

5) Dilihat dari Bentuk Hukumannya

Tinjauan dari sisi bentuk hukumannya, para ulama membagi menjadi tiga

bagian yaitu jarimah hudud, jarimah qishash/diyat dan jarimah takzir. Pembagian ini

didasarkan terhadap bentuk hukuman yang dikenakan terhadap pelaku jarimah,

sedangkan hukuman itu sendiri didasarkan atas ada tidaknya dalam nash Al-Qur’an

atau As-Sunnah. Bentuk hukumannya seperti berikut:8

1) Jarimah Hudud

8 Djazuli, Fiqh Jinayah , h. 3.

Page 29: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

18

Secara etimologi, hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang berarti

Adapun secara terminologi, Al-Jurjani mengartikan .(larangan, pencegahan) المنع

sebagai sanksi yang telah ditentukan dan yang wajib dilaksanakan secara hak karena

Allah SWT.9

Jarimah hudud adalah suatu jarimah yang bentuknya telah ditentukan syara’

sehingga terbatas jumlahnya. Selain ditentukan bentuknya (jumlahnya), juga

ditentukan hukumannya secara jelas, baik melalui Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Lebih dari itu, jarimah ini termasuk dalam jarimah yang menjadi hak Allah. Jarimah-

jarimah yang menjadi hak Allah, pada prinsipnya adalah jarimah yang menyangkut

masyarakat banyak, yaitu untuk memelihara kepentingan, ketenteraman, dan

keamanan masyarakat. Oleh karena itu, hak Allah identic dengan hak jamaah atau

hak masyarakat, maka pada jarimah ini tidak dikenal pemaafan atas pembuat jarimah,

baik oleh perseorangan yang menjadi korban jarimah (mujnaa alaih) maupun oleh

negara.10

Jarimah hudud terbagi menjadi tujuh macam:

1. Jarimah zina: Rajam, melempari pezina dengan batu sampai ajal.

2. Jarimah qadzaf (menuduh zina) menuduh wanita baik-baik berbuat zina tanpa

ada bukti yang meyakinkan.

9 Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Jakarta: Dar Al-hikmah), h. 88.

10 A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 27.

Page 30: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

19

3. Jarimah Syurbul Khamr: diharamkan, termasuk narkotika, sabu, heroin, dan

lainnya. Hukumannya 40 kali dera sebagai had, dan 40 kali dera sebagai

hukum ta`zir sebagaimana yang dipraktekkan oleh Umar bin Khattab.

4. Jarimah pencurian: Sariqah ialah perbuatan mengambil harta orang lain secara

diam-diam dengan maksud untuk memiliki serta tidak adanya paksaan. Dalam

Al-Quran, Jarimah Sariqah adalah potong tangan.

5. Jarimah hirabah: sekelomok manusia yang membuat keonaran, pertumpahan

darah, merampas harta, dan kekacauan. Hukuman bagi haribah adalah

hukuman bertingkat.

6. Jarimah riddah: keluar dari agama islam.

7. Jarimah Al Bagyu: pemberontakan, yaitu keluarnya seseorang dari ketaatan

kepada Imam yang sah tanpa alasan.11

2) Jarimah Qishash/Diyat

Secara etimologi qishash berasal dari kata قصصا -يقص -قص yang berarti

mengikuti, menelusuri jejak atau langkah. Adapun arti qishash secara terminologi

yang dikemukakan oleh Al-Jurjani, yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi

hukum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut

(terhadap korban).12

11

Hakim, H. Rahmat, Hukum Pidana Islam,( Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 27.

12 Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Jakarta: Dar Al-hikmah), h. 176.

Page 31: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

20

Jarimah qishash/diyat menjadi hak perseorangan atau hak adami yang

membuka kesempatan pemaafan bagi si pembuat jarimah oleh orang yang menjadi

korban, wali, atau ahli warisnya. Jadi, dalam kasus jarimah qishash/diyat ini, korban

atau ahli warisnya dapat memaafkan perbuatan si pembuat jarimah, meniadakan

qishash, dan menggantikannya dengan diyat atau meniadakan diyat sama sekali.

Hak perseorangan yang dimaksud, hanya diberikan kepada korban, dalam hal

si korban masih hidup, dan kepasa wali atau ahli warisnya kalau korban meninggal

dunia. Oleh karena itu, seorang kepala Negara dalam kedudukannya sebagai

penguasa pun tidak berkuasa memberikan pengampunan bagi pembuat jarimah. Lain

halnya kalau si korban tidak mempunyai ahli waris, maka kepala negara bertindak

sebagai wali bagi orang tersebut, seperti disebutkan: “Penguasa adalah wali bagi

mereka yang tidak mempunya wali.”

Jarimah yang termasuk dalam kelompok jarimah qishash/diyat ada lima:

1. Pembunuhan sengaja (al-qathlul amd)

2. Pembunuhan semi sengaja (al-qathlul syibhul amd)

3. Pembunuhan karena kesalahan (al-qathlul khata’)

4. Penganiayaan sengaja (al-jurhul amd)

5. Penganiayaan tidak sengaja (al-jurhul khata’).13

Perbedaan antara qishas dengan diyat adalah qishas merupakan bentuk

hukuman bagi pelaku jarimah terhadap jiwa dan anggota badan yang dilakukan

13

Abdul Qadir al-Audah, al-Tasri’ al-Jina’i al-Islami Muqaran fi al-Qanun al-Wadh’I

muktabah Dar al-urubah. (Beirut: Surya, 1963). h. 79.

Page 32: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

21

dengan sengaja. Adapaun diyat objeknya sama dengan qishash tetapi dilakukan

dengan tanpa disengaja. Di samping itu diyat merupakan hukuman pengganti dari

hukuman qishash yang dimaafkan.

3) Jarimah Takzir

Jarimah takzir menurut arti kata adalah at-ta’dib artinya memberi pengajaran.

Dalam fiqh jinayah, takzir merupakan suatu bentuk jarimah, yang bentuk atau macam

jarimah serta hukuman (sanksi)nya ditentukan oleh penguasa.14

Takzir menurut bahasa adalah masdar (kata dasar) bagi azzara yang berarti

menolak dan mencegah kejahatan, juga berarti menguatkan, memuliakan, membantu.

Takzir juga berarti hukuman yang berupa memberi pelanggaran. Disebut dengan

takzir karena hukuman tersebut sebenarnya menghalangi si terhukum untuk tidak

kembali ke jarimah atau dengan kata lain membuatnya jera.15

Jarimah ini sangat berbeda dengan jarimah hudud dan qishash/diyat yang

macam jarimah dan bentuk hukumannya telah ditentukan syara’. Tidak ditentukan

macam dan hukuman pada jarimah takzir sebab jarimah ini berkaitan dengan

perkembangan masyarakat serta kemaslahatannya. Seperti kita faham, kemaslahatan

selalu berubah berkembang dari satu waktu ke lain waktu dan dari satu tempat ke

tempat lain. Oleh karena itu, sesuatu dapat dianggap kemaslahatan pada suatu masa,

14

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, h. 31.

15 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, h 163-165.

Page 33: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

22

bias jadi tidak lagi demikian pada waktu yang lain. Demikian pula halnya, sesuatu itu

dapat dianggap maslahat di suatu tempat, ada kemungkinannya tidak lagi demikian di

tempat lain.16

Jarimah takzir terbagi menjadi tiga bagian:

1. Jarimah hudud atau qisas atau diyat yang subhat atau tidak memenuhi syarat,

namun sudah merupakan maksiat. Misalnya percobaan pembunuhan, percobaan

pencurian, pencurian dikalangan keluarga dan pencurian listrik.

2. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh al-Quran dan Hadits, namun tidak

ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan

amana, dan menghina agama.

3. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Ulil Amri untuk kemaslahan umum. Dalam

hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan penentuan kemaslahatan umum.

Jarimah takzir terbagi dalam dua kategori, takzir syara’ dan takzir penguasa.

Dua bentuk jarimah takzir tersebut memiliki perbedaannya disamping ada

kesamaanya. Takzir syara’ ditentukan oleh syara’ dan bersifat abadi, artinya sejak

diturunkan oleh pembuat syari’at dan sampai kapanpun akan dianggap sebagai

jarimah. Ini karena jarimah takzir syara’ sejak awalnya memang telah dianggap

sebagai suatu perbuatan maksiat, yaitu perbuatan yang dilarang karena perbuatan itu

sendiri dan melakukannya dianggap maksiat. Adapun takzir penguasa ditentukan oleh

16

A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). h. 31.

Page 34: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

23

penguasa dan bersifat sementara bergantung pada keadaan dan dapat dianggap

jarimah kalau memang diperlukan. Demikian pula, dapat dianggap bukan jarimah

kalau memang menghendaki demikian. Hal ini karena pada dasarnya takzir penguasa

itu bukan suatu perbuatan yang dilarang mengerjakannya, namun keadaan

menyebabkan perbuatan itu dilarang.17

Adapun persamaan kedua jarimah tersebut adalah sanksi keduanya ditentukan

oleh penguasa. Contohnya, perbuatan riba atau menipu timbangan walaupun Al-

Qur’an menyebutnya sebagai suatu kejahatan, hukuman kedua jarimah tersebut tidak

disertakan (tidak dijelaskan). Oleh karena itu, ketentuan sanksi perbuatan tersebut

diserahkan kepada penguasa dan hakim akan memilihnya dari rangkaian hukuman

yang ada. Penerapan asas legalitas bagi jarimah takzir berbeda dengan penerapannya

pada jarimah hudud dan qishash/diyat. Jarimah hudud dan qishash/diyat, seperti

diketahui, bersifat ketat, artinya setiap jarimah hanya diberikan sanksi yang sesuai

dengan ketentuan syara’. Sebaliknya, jarimah takzir bersifat longgar.

C. Sanksi terhadap pelaku tindak pidana dalam hukum Islam

Sanksi atau hukuman dalam Islam disebut ‘uqubah yang artinya mengiringi.

Adapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah

17

A. Djazuli, Fiqh Jinayah. h. 30-33.

Page 35: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

24

hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat, karena

adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan.18

Hukuman adalah sanksi hukum yang telah ditentukan untuk kemaslahatan

masyarakat karena melanggar perintah Syari’ (Allah SWT dan Rasul-Nya). Hukuman

ditetapkan untuk memperbaiki dan mengajari individu (islah), menjaga masyarakat

umum, dan memelihara system mereka. Allah-lah yang mensyariatkan hukum ini dan

memerintahkannya kepada manusia. Allah tidak dirugikan oleh kemaksiatan manusia

walaupun seluruh manusia di bumi bermaksiat kepada-Nya. Begitu juga, Ia tidak

diuntungkan oleh ketaatan manusia walaupun semua manusia mematuhi-Nya.19

Dalam hukum Islam tindak pidana terbagi menjadi tiga dari segi pelaksanaan

hukumannya, yaitu tindak pidana hudud, tindak pidana qishash/diyat, dan tindak

pidana takzir. Orang yang terbukti memperbuat salah satu tindak pidana tersebut, ia

mendapat hukumannya yang telah ditetapkan, sedangkan orang yang tidak terbukti

memperbuat tindak pidana yang dituduhkan kepadanya, ia dibebaskan dari tuntutan

hukumannya.20

1) Hudud

18

Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jinal al-Islami:I (Bairut: Dar al-Kutub, 1963), h. 609.

19 Muhammad Ahsin Sakho, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam. (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu,

2007), h. 19.

20 Muhammad Ahsin Sakho, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam. h. 20.

Page 36: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

25

Hukuman ini sangat jelas diperuntukkan bagi setiap tindak pidana karena

hanya ada satu macam hukuman untuk setiap tindak pidana, tidak ada pilihan

hukuman bagi tindak pidana ini dan tentu saja tidak mempunyai batas tertinggi

maupun terendah seperti layaknya hukuman yang lain. Dalam pelaksaan hukuman

terhadap pelaku yang telah nyata-nyata berbuat jarimah yang masuk dalam kelompok

hudud, tentu dengan segala macam pembuktian, hakim tinggal melaksanakannya apa

yang telah ditentukan syara’. Jadi, fungsi hakim terbatas pada penjatuhan hukuman

yang telah ditentukan, tidak berijtihad memilih hukuman.21

Karena beratnya sanksi yang akan diterima si terhukum kalau dia memang

bersalah melakukan tindak pidana ini, maka penetapan asas legalitas bagi pelaku

jarimah ini harus ekstrahati-hati, ketata dalam penerapannya serta tidak ada keraguan

sedikitpun bagi hakim dalam penerapannya. Mengapa harus demikian? Karena sanksi

jarimah hudud manyangkut hilangnya nyawa atau hilangnya anggota badan si

pembuat jarimah. Dengan demikian, kesalahan dalam menentukan jarimah akan

menimbulkan dampak yang buruk.22

2) Qishash dan Diyat

Yang dimaksudkan dalam tindak pidana ini adalah perbuatan-perbuatan yang

diancam hukuman qisas atau hukuman diyat. Baik qishash maupun diyat adalah

hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai batas

21

A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.26.

22 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam. h. 26.

Page 37: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

26

terendah atau tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan pengertian bahwa si

korban bisa memaafkan si pembuat, dan apabila dimaafkan, maka hukuman tersebut

menjadi hapus.23

Kekuasaan hakim seperti halnya tindak pidana hudud terbatas pada

penjatuhan hukuman apabila pembuatan yang dituduhkan itu dapat dibuktikan.

Penjatuhan hukuman qishash pun dapat dijatuhkan hakim selama korban atau ahli

warisnya tidak memaafkan perbuatan tindak pidana. Adapun jika hukuman qisas

dapat diamanatkan dan korban atau ahli warisnya maka hakim harus menjatuhkan

diyat. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa diyat tersebut dapat dihapuskan

karena berbagai pertimbangan dan hakim bisa menjatuhkan takzir yang tujuannya

disamping ta’dib (memberi pengajaran), juga sebagai hukuman pengganti bagi kedua

hukuman terdahulu yang dihapuskan korban atau ahli warisnya, sebagai pengganti

penghapusan semua hukuman, namun demikian, takzir adalah hak pengusa, hal itu

terserah pada pihak yang mempunyai hak dengan berbagai pertimbangan. Qishash

ditujukan agar pembuat tindak pidana dijatuhi hukuman yang setimpal atas perbuatan

yang dilakukan. Perbedaan qishash dan diyat merupakan bentuk hukuman bagi

pelaku tindak pidana terhadap jiwa atau anggota badan yang dilakukan dengan

sengaja. Adapun diyat merupakan hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku jarimah

23

Abdul Qadir al-Audah, al-Tasri’ al-Jina’i al-Islami. h. 79.

Page 38: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

27

dengan objek yang sama (nyawa dan anggota badan) tetapu dilakukan dengan tidak

sengaja.24

3) Takzir

Para fuqaha mengartikan takzir dengan hukuman yang tidak ditentukan oleh

al-Quran dan Hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah swt

dan hak hamba yang berfungsi sebagai pelajaran bagi terhukum dan pencegahannya

untuk tidak mengulangi kejahatan serupa. Hukuman takzir boleh dan harus diterapkan

sesuai dengan tuntutan kemaslahatan. Para ulama membagi jarimah takzir yakni yang

berkaitan dengan hak Allah swt dan hak hamba. Sehingga dapat dibedakan bahwa

untuk takzir yang diberlakukan teor tadakhul yakni sanksi dijumlahkan sesuai dengan

banyak kejahatan, Ulil Amri tidak dapat memaafkan, sedangkan takzir yang berkaitan

dengan hak Allah swt, tidak harus ada gugatan da nada kemungkinan Ulil Amri

memberi pemaafan bila hal itu membawa kemaslahatan sehingga semua orang wajib

mencegahnya.25

Macam-macam hukuman takzir:

1. Hukuman takzir yang mengenai badan

a) Hukuman mati

Untuk tindak pidana takzir pada hukuman mati ini ditetapkan para fuqaha

secara beragam. Hanafiyah membolehkan kepada ulil amri untuk menerapkan

24

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam. h. 29.

25 Djazuli, Fiqh Jinayah. h. 167.

Page 39: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

28

hukuman mati sebagai takzir dalam tindak pidana yang jenisnya diancam dengan

hukuman mati apabila tindak pidana tersebut secara berulang-ulang. Malikiyah juga

membolehkan hukuman mati sebagai takzir untuk tindak pidana takzir tertentu.

Sedangkan fuqaha Syafi’iyah membolehkan hukuman mati sebagai takzir dalam

kasus penyebaran aliran-aliran sesat yang menyimpang dari ajaran al-Quran dan as-

Sunnah.

b) Hukuman Jilid (Dera)

Adapun alat yang digunakan untuk hukuman jilid ini adalah cambuk yang

pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) atau tongkat. Pukulan

atau cambuk tidak boleh diarahkan ke muka, farji dan kepala. Hukuman jilid tidak

boleh sampai menimbulkan cacat dan membahayakan organ-organ tubuh yang

terhukum, apalagi sampai membahayakan jiwanya, karena tujuannya adalah memberi

pelajaran dan pendidikan kepadanya.26

2. Hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan

1) Hukuman penjara

Dalam bahasa Arab ada dua istilah untuk hukuman penjara al-Habsu dan as-

Sijau. Al-Habsu yang artinya menahan atau mencegah, al-habsu juga diartikan as-

sijau. Dengan demikian kedua kata tersebut mempunyai arti yang sama. Hukuman

penjara menurut para ulama dibagi menjadi dua, yaitu: penjara yang dibatasi

waktunya dan penjara yang tidak dibatasi waktunya.

26

Ahmad wardi Muslich, Hukum pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika. 2005). h. 258-260.

Page 40: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

29

Hukuman penjara yang dibatasi waktunya adalah penjara yang dibatasi

lamanya hukuman yang secara tegas harus dilaksanakan oleh si terhukum. Contohnya

hukuman penjara bagi pelaku penghinaan, pemakan riba, penjual khamar, saksi palsu,

oaring yang mengairi ladangnya dengan air tetangganya tanpa izin dan sebagainya.

Sementara itu untuk hukuman penjara yang tidak dibatasi waktunya tersebut

tidak mencapai kesepakatan diantara ulama. Penjara yang tidak dibatasi waktunya

bisa berupa penjara seumur hidup, bisa juga dibatasi sampai ia bertaubat. Hukuman

penjara seumur hidup adalah hukuman penjara untuk kejahatan-kejahatan yang sangat

berbahaya, misalnya pembunuhan yang terlepas dari sanksi qishash.

2) Hukuman Pengasingan

Meskipun ketentuan hukuman pengasingan diancamkan kepada pelaku

jarimah hudud, tetapi para ulama mereapkan hukuman pengasingan ini dalam jarimah

takzir juga. Hukuman pengasingan ini dijatuhkan pada pelaku jarimah yang

dikhawatirkan berpengaruh kepada orang lain sehingga pelakunya harus dibuang atau

diasingkan untuk menghindarkan pengaruh-pengaruh tersebut.

3. Hukuman takzir yang berkaitan dengan harta

Hukuman terhadap dapat berupa denda atau penyitaan harta si mujirim.

Hukuman berupa denda, umpamanya pencurian buah yang masih tergantung di

pohonnya dengan keharusan pengembalian dua kali lipat harga asalnya. Hukuman

denda juga dapat dijatuhkan bagi orang yang menyembunyikan, menghilangkan, atau

merusakkan barang milik orang lain dengan sengaja.

Page 41: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

30

Adapun bentuk lain adalah perampasan terhadap harta yang diduga

merupakan hasil perbuatan jahat atau mengabaikan hak orang lain yang ada di dalam

hartanya. Dalam hal ini, boleh menyita harta tersebut bila terbukti harta tersebut tidak

dimiliki dengan jalan yang sah. Selain itu, dapat menahan harta tersebut selama

dalam persengketaan, kemudian mengembalikannya kepada pemiliknya setelah

selesai persidangan.27

Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menentukan hukuman

secara global saja. Artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan sekumpulan

hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya. Tujuan

diberikannya hak penentuan jarimah takzir dan hukumannya kepada penguasa adalah

agar mereka dapat mengatur masyarakat dan memelihara kepentingan-

kepentingannya, serta bisa menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang

bersifat mendadak.28

Tujuan dari hukuman dalam syariat Islam merupakan realisasi dari tujuan

hukum Islam itu sendiri yakni hukuman yang bersifat umum maupun khusus,

ketentuan ini diberlakukan karena hukuman dalam Islam dianggap sebagai ikhtiyat

bahkan hakim dalam Islam harus menegakkan dua prinsip:

1. Hindari hukuman had dalam perkara yang mengandung hukum subhad.

27

A. Djazuli, Fiqh Jinayah. h. 202.

28 Ahmad wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. h. 20.

Page 42: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

31

2. Seorang imam atau hakim lebih baik salah memaafkan daripada salah

menjatuhkan hukuman.

Esensi dari pemberian hukuman bagi pelaku suatu jarimah menurut Islam

adalah pertamana, pencegahan serta balasan (ar-radu waz zahru) dan kedua, adalah

perbaikan dan pengajaran (al-islah wat-tahdzib). Dengan tujuan tersebut, pelaku

jarimah diharapkan tidak mengulangi perbuatan jeleknya. Di samping itu, juga

merupakan preventif bagi orang lain untuk tidak melakukan hal yang sama. Seperti

telah dijelaskan pada bagian lain bahwa perbuatan tindak pidana atau jarimah itu,

mengandung dua pengertian. Pengertian pertama, adalah si pelaku melakukan

pelanggaran terhadap suatu perbuatan yang dilarang, maka pencegahan pada bentuk

seperti ini adalah mencegahnya untuk melakukan perbuatan yang dilarang tersebut.

Pengertian kedua, si pelaku tidak mengerjakan perbuatan yang diperintahkan atau si

pelaku meninggalkan suatu kewajiban. Pemberian hukuman pada jenis ini ditujukan

agar si pelaku menghentikan ketidaacuhannya terhadap kewajiban. Dengan adanya

sanksi yang dijatuhkan, si pelaku tergerak untuk melaksanakan kewajiban tersebut.29

Dalam aplikasinya, hukuman dapat dijabar menjadi beberapa tujuan, sebagai

berikut:30

29

A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). h. 63.

30 A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). h. 64-65.

Page 43: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

32

1) Untuk memelihara masyarakat.dalam kaitan ini pentingnya hukuman bagi

pelaku jarimah sebagai upaya menyelamatkan masyarakat dari perbuatannya.

Pelaku sendiri sebenarnya bagian dari masyarakat.

2) Sebagai upaya pencegahan atau prevensi khusus bagi pelaku. Apabila

seseorang melakukan tindak pidana, dia akan menerima balasan yang sesuai

dengan perbuatannya. Dengan balasan tersebut, pemberi hukuman berharap

terjadinya dua hal. Pertama, pelaku diharapkan menjadi jera karena rasa sakit

dan penderitaan lainnya, sehingga ia tidak akan mengulangi perbuatan yang

sama di masa dating. Kedua, orang lain tidak meniru perbuatan si pelaku

sebab akibat yang sama juga akan dikenakan kepada peniru.

3) Sebagai upaya pendidikan dan pengajaran (takdib dan tahdzib). Hukuman

bagi pelaku pada dasarnya juga sebagai upaya mendidiknya agar menjadi

orang baik dan anggota masyarakat yang baik pula. Dari segi ini, pemberian

hukuman tersebut adalah sebagai upaya mendidik pelaku jarimah mengetahui

akan kewajiban dan hak orang lain.

4) Hukuman sebagai balasan perbuatan. Pelaku jarimah akan mendapat balasan

atas perbuatan yang dilakukannya.

Kalau tujuan-tujuan penjatuhan di atas tidak dapat tercapat, upaya terakhir

dalam hukum positif adalah menyingkirkan penjahat. Artinya pelaku kejahatan

tertentu yang sudah sangat sulit diperbaiki, dia harsu disingkirkan dengan pidana

seumur hidup atau hukuman mati. Dalam hal ini hukum Islam juga berpendirian

sama, yaitu kalau cara takdib (pendidikan) tidak menjerakan si pelaku jarimah dan

Page 44: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

33

malah menjadi sangat membahayakan masyarakat, hukuman takzir bisa diberikan

dalam bentuk hukuman mati atau penjara tidak terbatas. Dari aplikasi tujuan-tujuan

hukum, tujuan akhirnya atau tujuan pokoknya adalah menyadarkan semua anggota

masyarakat untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jelek, mengetahui kewajiban

dirinya, dan menghargai hak orang lain sehingga apa yang diperbuatnya di kemudian

hari berdasarkan kesadaran tadi, tidak selalu dikaitkan dengan ancaman hukuman.

Dalam ungkapan lain, perbuatan baiknya semata-mata karena kesadaran hukumnya

yang meningkat, bukan karena takut hukum.31

31

A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 66.

Page 45: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

34

BAB III

GAMBARAN UMUM UNDANG-UNDANG KESALAHAN KESELAMATAN

LANGKAH-LANGKAH KHAS

A. Kuasa khas bagi kesalahan keselamatan

Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 sebenarnya dirangka oleh R.H.

Hickling pada awalnya. Kemudian ia dijadikan undang-undang pada tahun 1960.

Semasa akta itu mula digunakan, ia membenarkan kajian semula, akan tetapi sejak

itu, ISA telah dipinda sebanyak lebih daripada 20 kali dan peruntukan ini telah

dikeluarkan. Kuasa mutlak telah diberikan kepada Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri

membolehkan beliau menahan sesiapa pun tanpa merujuk kepada mahkamah.

Sebaliknya tahanan mempunyai hak representasi di hadapan Lembaga Penasihat yang

diwujudkan di bawah Perlembagaan Persekutuan.1

Di dalam akta ini, sesiapa pun boleh ditahan oleh polis selama 60 hari

berturut-turut tanpa perbicaraan untuk tindak-tanduk yang dijangka mengancam

keselamatan negara atau mana-mana bahagian daripadanya. Selepas 60 hari,

seseorang tahanan itu boleh ditahan lagi selama tempoh dua tahun jika diluluskan

oleh Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, dan sekaligus membolehkan penahanan terus

tanpa perbicaraan. Pada tahun 1989, kebolehan mahkamah untuk menyiasat kuasa

Menteri di bawah peruntukan ini telah dihapuskan dengan beberapa pindaan kepada

1 Akta Keselamatan Dalam Negeri. https://ms.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada 11 Juli 2017.

Page 46: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

35

Akta ini. Pada masa kini, mahkamah hanya boleh melihat semula perkara-perkara

teknikal sahaja berkenaan sebarang penahanan di bawah ISA.2

Sejak Ogos 1960, seramai 10,662 orang telah ditahan di bawah pelbagai

undang-undang pencegahan. Sejumlah 4,139 orang telah ditahan di bawah ISA.

Sebanyak 2,066 orang telah dikenakan sekatan terhadap kawasan bermastautin serta

aktiviti harian mereka. Sebanyak 12 orang pula telah dijatuhkan hukuman mati bagi

kesalahan di bawah ISA antara tahun 1984 hingga 1993. Dan sehingga Julai 2009,

seramai 13 orang masih berada dalam tahanan. Dr. Mahathir berkuasa dari 1981

hingga 2003. ISA yang diangkat bercanggah dengan rukun-rukun asas perundangan

antarabangsa yang antara lain menekankan hak seseorang individu untuk bebas,

kebebasan dari penahanan secara sembarangan, hak untuk dimaklumkan tujuan

penahanan, hak bagi seseorang individu dianggap tidak bersalah sehingga dibuktikan

sebaliknya, serta hak untuk mendapatkan perbicaraan yang adil dan terbuka di

mahkamah.3

Sejak 1960 itu juga apabila akta tersebut berkuatkuasa, ribuan orang termasuk

ahli kesatuan pekerja, pemimpin mahasiswa, aktivis pekerja, aktivis politik,

kumpulan keagamaan, ahli akademik, dan aktivis NGO telah ditahan di bawah ISA.

Ramai aktivis politik pada masa lalu telah ditahan lebih dari satu dekad lamanya.

2 Akta Keselamatan Dalam Negeri. https://ms.wikipedia.org/wiki/.

3 ISA lebih kejam dari SOSMA. http://klxpress.com.my/editorial/7100. Diakses pada 11 Juli

2017.

Page 47: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

36

Pemansuhan Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) 1960 yang di umumkan

Dato Sri Mohd. Najib Tun Razak pada 16 September 2011 jelas menunjukkan

bahawa keprihatinan kerajaan di bawah pimpinan beliau untuk menjadikan negara

Malaysia sebagai sebuah negara demokrasi terbaik dunia. Pemansuhan ISA 1960

yang diumumkan Perdana Menteri adalah sebagai salah satu daripada perjalanan

transformasi negara.

Usaha mengubahsuai undang-undang sedia ada adalah perlu agar seimbang

dengan perubahan zaman dan menjamin kepentingan keselamatan negara dan rakyat.

Kebanyakan perkara perlu dilakukan secara bersama oleh pelbagai pihak dalam

menggubal dua undang-undang baru bagi menggantikan Akta ISA ini supaya Akta

baru yang digubal itu akan lebih sesuai dan pragmatik sesuai dengan tuntutan semasa.

Dato Sri Mohd. Najib Tun Razak dalam perutusan sempena Hari Malaysia 2011

mengumumkan pemansuhan Akta ISA 1960 adalah merujuk kepada penamatan tiga

proklamasi darurat bagi membolehkan Malaysia mengamalkan sistem demokrasi

yang lebih dinamik.

Sementara itu, Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Jamil Khir

Baharom berkata tindakan berani Perdana Menteri memansuhkan akta itu

membuktikan bahawa ISA bukan digunakan sebagai senjata Barisan Nasional (BN)

seperti yang sering didakwa pembangkang. Kerajaan mengambil tindakan berani di

luar pemikiran pembangkang, di mana rakyat kini mendapat hak sepenuhnya untuk di

bicara.

Page 48: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

37

Manakala Timbalan Menteri Perdagangan Antarabangsa dan Industri, Datuk

Mukhriz Mahathir pula menyifatkan keputusan pemansuhan ISA itu merupakan

hadiah bermakna sempena Hari Malaysia dan ia merupakan kepercayaan dari Perdana

Menteri yang yakin negara ini tidak lagi diganggu dengan jenayah keganasan dan

sebagainya. Ketua Penerangan UMNO, Datuk Ahmad Maslan berkata pemansuhan

Akta ISA merupakan penamat kepada segala tomahan pembangkang yang mendakwa

akta itu digunakan kerajaan untuk menzalimi rakyat.

Oleh demikian, dapatlah dikatakan bahawa kita sebagai rakyat negara ini

perlu memandang positif pemansuhan akta tersebut kerana setiap tindakan yang

dilakukan oleh pihak kerajaan adalah bertujuan untuk kesejahteraan rakyat dan usaha

ini perlulah disambut baik dan bukanya dengan pandangan negatif terhadap setiap

tindakan yang dilakukan kerajaan. Setiap perubahan yang dilakukan memerlukan

sokongan daripada semua pihak untuk merealisasikan keberkesanan dan kejayaannya

demi untuk kebaikan rakyat dan negara tercinta ini.

Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-langkah Khas) 2012 diperkenalkan

selaras dengan perkara 149 Perlembagaan Persekutuan. Perkara 149 (1) memberi

kuasa kepada Parlimen untuk membuat undang-undang bagi menangani ancaman

yang dilakukan oleh sesuatu kumpulan seperti berikut:4

4 Undang-Undang Malaysia, Perlembagaan Persekutuan. (International Law Book Services),

(Selangor Darul Ehsan: Golden Books Centre SDN.BHN. 2009), h. 15.

Page 49: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

38

(a) Menyebabkan kekerasan yang dirancang terhadap orang atau harta, atau

sesuatu menyebabkan sebilangan besar warganegara takut akan kekerasan itu.

(b) Membangkitkan perasaan tidak suka terhadap Yang di Pertuan Agong atau

mana-mana kerajaan dalam Persekutuan.

(c) Mengembangkan perasaan jahat atau pemansuhan antara beberapa kaum atau

golongan penduduk.

(d) Mengubah dengan apa-apa cara lain daripada cara yang sah, apa-apa jua yang

tertubuh menurut undang-undang.

(e) Mendatangkan mudarat kepada penyelenggaraan atau perjalanan apa-apa

bekalan atau perkhidmatan kepada orang ramai atau mana-mana golongan orang

ramai dalam persekutuan.

(f) Mendatangkan mudarat kepada ketenteraman awam atau keselamatan

Persekutuan atau mana-mana bahagiannya.

SOSMA memberi kuasa mutlak kepada polis untuk mengumpul bahan bukti

serta memintas atau gangguan maklumat komunikasi tanpa waran mahkamah.

Penangkapan dan penahanan mana-mana orang yang berkenaan dengannya boleh

dilakukan oleh seorang polis tanpa waran, atas sebab untuk mempercayai terlibat

dalam kesalahan keselamatan. Orang tersebut boleh ditahan untuk tempoh selama 24

Page 50: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

39

jam bagi maksud penyiasatan namun, tempoh siasatan boleh dilanjutkan tidak lebih

dari tempoh 28 hari bagi membantu penyiasatan.5

Pihak polis mempunyai kuasa untuk membuat tangkapan dan tahanan tanpa

waran seperti yang disebut oleh seksyen 4(1) terhadap “mana-mana orang yang

berkenaan dengannya dia mempunyai sebab untuk mempercayai terlibat dengan

kesalahan keselamatan”. Frasa “mempunyai sebab untuk mempercayai”

menimbulkan kebimbangan kerana memberikan budi bicara yang luas kepada polis

untuk membuat tangkapan dan tahanan. Kebimbangan tersebut boleh diatasi jika

perbandingan dibuat antara seksyen 4(1) Akta 747 dengan seksyen 73(1) Akta

Keselamatan dalam Negeri 1960 (ISA). Seksyen 4(1) merupakan akta yang telah

dipinda daripada seksyen 73 ISA. Oleh itu, prinsip yang pernah dilahirkan oleh

seksyen 73(1) ISA mungkin mempengaruhi pentafsiran seksyen 4(1) Akta 747.

Berdasarkan kes Mohamad Ezam, kuasa budi bicara pihak polis untuk membuat

tahanan boleh diperiksa oleh mahkamah untuk menentukan sama ada keputusan

badan eksekutif dibuat berdasarkan pertimbangan keselamatan negara. Mahkamah

berhak menyiasat atas alasan bahawa pihak berkuasa yang menahan untuk

menentukan orang tahanan telah bertindak atau berniat bertindak atau mungkin

bertindak dalam cara yang memudaratkan keselamatan Malaysia (Mohamad Ezam

bin Mohd. Noor lwn Ketua Polis Negara & Other Appeals [2002] 480, 508). Oleh itu,

diharapkan mahkamah akan kekal menggunakan ujian objektif dan kuasa membuat

5 Undang-undang Malaysia, Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-langkah Khas) 2012,

(Kuala Lumpur: Percetakan Nasional Malaysia Berhad, 2012), h. 9.

Page 51: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

40

perintah tahanan boleh diperiksa oleh mahkamah. Dalam kes ini, mahkamah melihat

sejauh manakah benar soalan yang dikemukakan oleh polis semasa siasatan yang

bertujuan menyiasat perlakuan yang menggugat keselamatan negara.6

Semua pendakwaan di bawah SOSMA mestilah dibawa ke Mahkamah Tinggi.

Justeru, dalam kes ini pihak pendakwa telah meminta mahkamah Majistret Ampang

memindahkan kes terbabit ke Mahkamah Tinggi Shah Alam. Mereka yang didakwa

akan diberikan pengadilan sewajarnya di mahkamah. Malah, individu yang ditahan di

bawah SOSMA boleh mencabar penahanan mereka di mahkamah. Tahanan boleh

menfailkan writ habeas corpus7 ke atas sebab dan tujuan penahanan mereka.

Jelaslah, bahawa di bawah penguatkuasaan akta ini, kuasa untuk membuat

semakan kehakiman ke atas sebab penahanan dan perbicaraan mesti dibuat di

mahkamah, berbanding ISA yang kuasanya hanya ada pada menteri berkaitan. Malah,

SOSMA lebih adil berbanding undang-undang cegah keganasan yang diperkenalkan

Amerika Syarikat yang membenarkan penahanan tanpa bicara di Guantanamo Bay,

sehingga 10 tahun.

6 Jalil, Faridah dan Muhammad Munzil. Ulasan Perundangan. h. 393.

7 Habeas corpus (Bahasa Inggeris sebutan: /ˌheɪbɪəs ˈkɔrpəs/; Bahasa Latin: anda mesti

menghadirkan orang itu di mahkamah) adalah sebuah writ (tindakan undang-undang) yang

memerlukan seseorang yang di bawah penangkapan dibawa ke hadapan seorang hakim atau ke dalam

mahkamah. Ini memastikan seseorang banduan boleh dibebaskan daripada penahanan salah. Di dalam

ertikata lain, penahanan kekurangan sebab atau bukti. Penawaran ini boleh dibuat oleh banduan itu

atau orang lain yang datang memberikan bantuan. Hak undang-undang untuk memohon satu habeas

corpus juga disebut dengan nama yang sama. Hak ini berasal dari sistem undang-undang Inggeris, dan

sekarang ini boleh didapati di dalam banyak negara. Secara sejarahnya ia adalah alat undang-undang

yang penting bagi menjaga kebebasan individu terhadap tindakan against penguatkuasaan.

Page 52: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

41

Akta ini juga menyatakan secara khusus bahawa tiada siapa akan ditahan

kerana fahaman politik. Untuk memastikan penguatkuasaan akta tersebut

dilaksanakan seperti mana yang diperuntukkan maka satu jawatankuasa ditubuhkan

bagi memantau pelaksanaannya dan membuat kajian berterusan ke atas akta baru itu,

serta membuat pindaan sekiranya perlu. Justeru, timbul soal ia disalahgunakan oleh

kerajaan.

Rakyat perlu faham bahawa dalam trend keganasan global hari ini, negara

pada bila-bila masa boleh diancam oleh pengganas sama ada yang datang dari dalam

mahupun dari luar atau kedua-dua sekali berpadu tenaga untuk menghancurkan

negara. Justeru, satu bentuk undang-undang yang dapat mencegah dan membendung

kejahatan kemanusiaan seperti ini amat diperlukan.

Rakyat juga perlu faham bahawa setiap kebebasan itu perlu berasaskan

kepada konsep „hak berserta tanggungjawab‟. Malah, dalam Artikel 29 (2) Piagam

Sejagat mengenai hak asasi manusia ada menggariskan bahawa setiap orang

hendaklah dikenakan had yang ditentukan oleh undang-undang bagi tujuan

menegakkan dan mengiktiraf hak dan kebebasan orang lain. Ini bermakna hak

kolektif tidak harus diketepikan.

Undang-undang ini amat diperlukan bagi mencegah dan mengawal sebarang

aktiviti keganasan. Penguatkuasaan SOSMA itu bertujuan membendung aktiviti

Page 53: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

42

kegiatan seseorang atau kumpulan yang mahu mengguling atau melemahkan

demokrasi berparlimen dengan cara keganasan dan tidak berlandaskan Perlembagaan.

B. Faktor-faktor penting tentang kesalahan keselamatan

Semasa perbahasan, pihak pembangkang telah mengusulkan supaya empat

fasal dipinda termasuk mencadangkan untuk menggugurkan seksyen baru iaitu

Seksyen 18 (B) yang menyentuh mengenai komunikasi suami isteri. Usul itu

bagaimanapun gagal apabila tidak mendapat sokongan majoriti. Kerajaan telah

membentangkan tujuh RUU merangkumi dua akta baharu serta lima pindaan terhadap

undang-undang sedia ada. Ia adalah bertujuan bagi membendung aktiviti jenayah di

negara ini. Dua akta baharu yang dibentangkan itu ialah RUU Pencegahan Keganasan

2015 (POTA) dan RUU Langkah-Langkah Khas Menentang Keganasan di Luar

Negara 2015.8

Tujuan akta ini digubalkan adalahah untuk menangani kasus subversive,

keganasan terancang dan perbuatan jenayah yang memudaratkan keselamatan awam

dan penggubalannya adalah berdasarkan perkara 149 perlembagaan. Oleh sebab itu,

pada permulaan akta dinyatakan tujuan akta digubalkan bagi menangani kasus:9

1. Menyebabkan keganasan terancang terhadap orang atau harta, atau

menyebabkan sebilangan besar warganegara takut akan keganasan itu;

8 Berita Astro Awani. Diakses pada 29 Juni 2017. http://www.astroawani.com/berita.

9 Fakta yang perlu diketahui. Diakses pada 30 Mei 2017. http://www.astroawani.com.

Page 54: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

43

2. Membangkitkan perasaan tidak setia terhadap Yang di-Pertuan Agong;

3. Memudaratkan ketenteraman awam di dalam Persekutuan atau mana-mana

bahagiannya, atau yang memudaratkan keselamatan Persekutuan atau mana-

mana bahagiannya;

4. Mendapatkan perubahan, selain dengan cara yang sah, apa-apa jua yang

ditetapkan melalui undang-undang;

5. Dan Parlimen berpendapat bahawa adalah perlu tindakan itu dihentikan.

Di bawah akta ini, pesalah akan dibicarakan di Mahkamah Tinggi seperti

mana yang dinyatakan di dalam Seksyen 12 Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-

Langkah Khas) 2012 di mana semua kesalahan keselamatan akan dibicarakan di

Mahkamah Tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan kesalahan seperti membunuh dan

memiliki dadah berbahaya apabila kes tidak akan dibicarakan di mahkamah rendah

dan akan dibicarakan bermula di Mahkamah Tinggi.10

Adapun terdapat 10 faktor yang penting harus diketahui umum tentang Akta

kesalahan keselamatan (Langkah-Langkah khas) 2012 ini, yaitu:11

1. Seseorang pegawai polis boleh, tanpa waran, menangkap mana-mana pihak

yang berkenaan dengannya jika dipercayai terlibat dalam kesalahan

keselamatan

10

Akta Kesalahan Keselamatan. Diakses pada 30 Mei 2017. https://ms.wikipedia.org

11 Akta Kesalahan Keselamatan. Diakses pada 30 Mei 2017. https://ms.wikipedia.org

Page 55: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

44

2. Seseorang yang ditangkap hendaklah dimaklukan dengan seberapa segera

yang boleh, mengapa dia ditangkap.

3. Tiada seorang pun boleh ditangkap dan ditahan di bawah seksyen ini

semata-mata atas kepercayaan politiknya atau aktiviti politiknya.

4. Pihak yang ditangkap boleh ditahan selama 24 jam bagi tujuan

penyiasatan.

5. Polis boleh melanjutkan tempoh tahanan untuk tempoh yang tidak lebih

daripada 28 hari.

6. Peranti pengawasan elektronik boleh dipasangkan pada tertuduh yang

dilepaskan.

7. Jaminan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang dipertuduh atas

kesalahan keselamatan.

8. Semua kesalahan keselamatan hendaklah dibicarakan oleh Mahkamah

Tinggi.

9. Semasa perbicaraan, Mahkamah tidak boleh memerintahkan Pendakwa

Raya mengemukakan apa-apa maklumat yang dianggap sensitif dan

memudaratkan keselamatan kepentinggan Negara.

10. Seseorang tertuduh yang dipenjarakan di bawah seksyen ini, hendaklah

ditahan sehingga semua rayuan dibereskan.

Page 56: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

45

C. Macam-macam jenayah yang diatur dalam kesalahan keselamatan

Akta kesalahan keselamatan ini bersesuaian dengan prinsip bahwa rupa

bentuk kerajaan hanya boleh ditentukan rakyat itu sendiri. “Lindung jamin terbesar

dalam akta ini adalah kuasa dan kehendak rakyat. Kita harus maklum bahawa di

tangan rakyatlah kuasa setiap 5tahun untuk mengamanahkan parti atau gabungan

parti mana yang hendak diberi kuasa sebagai kerajaan. Itulah teras asas sistem

demokrasi berparlimen,” Perdana menteri berkata demikian ketika membentangkan

Rang undang-undang baru akta kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) 2012

untuk bacaan kali kedua di dewan rakyat disini hari ini.

Menurut najib, paling utama 3 prinsip itu perlu kekal dalam sebarang evolusi

kerangka perundangan baru itu iaitu untuk menangani perbuatan dan perlakuan

berikut yang :

i) Mendatangkan kebencian atau penghinaan atau bagi membangkitkan

perasaan tidak setia terhadap Yang di-Pertuan Agong atau mana-mana Raja.

ii) Mengembangkan perasaan niat jahat dan permusuhan antara kaum atau

golongan penduduk yang berlainan di Malaysia.

iii) Mempersoalkan apa-apa perkara, hak, taraf, kedudukan, keistimawaan,

kedaulatan, atau prerogative yang ditetapkan atau dilindungi oleh peruntukan

Page 57: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

46

Bahagian III Perlembagaan Persekutuan atau Perkara 151, 153 dan 181 perlembagaan

persekutuan.

Beberapa kasus dan kesalahan yang ditahan dibawah SOSMA:

1. Pertuduhan membabitkan diri dalam aktiviti keganasan di Syria

Yazid dan seorang lagi yang didakwa bersubahat dengannya, Halimah

Hussein (52) telah dihadapkan di Mahkamah Majistret Ampang. Yazid dituduh di

bawah Seksyen 130 G (a) Kanun Keseksaan, manakala Halimah dituduh di bawah

pertuduhan yang sama yang dibaca bersama Seksyen 109 kanun yang sama.

Kesalahan di bawah seksyen 130 G (a) kanun terbabit sudah digolongkan

sebagai kesalahan keselamatan di bawah SOSMA (Security Offences Special Measure

Act 2012). Oleh sebab mereka ditahan di bawah SOSMA maka pihak pendakwa telah

memohon kes itu dipindahkan ke Mahkamah Tinggi Shah Alam berdasarkan

peruntukan Seksyen 117 A (1) Kanun Tatacara Jenayah.

2. Tahanan SOSMA yang memiliki bahan penyelidikan untuk pengajian

Penangkapan Siti Noor Aishah yang didakwa mempunyai hubung kait dengan

pengganas khususnya IS sejak dua tahun lalu. Dalam tempoh dua tersebut beliau

telah dikenakan tahanan dalam rumah di rumahnya di Sura yang terletak di daerah

Dungun, Terengganu. Sewaktu penahanan tersebut Siti Aishah telah dikenakan

dibawah Seksyen 130 JB Kanun Keseksaan dan Sosma - atau Akta Kesalahan

Page 58: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

47

Keselamatan (Langkah-langkah Khas) 2012 kerana memiliki sejumlah buku yang

diharamkan. Berikut adalah senarai buku yang dimilikinya:

1. Visi Politik Gerakan Jihad

2. Generasi Kedua Al-Qaedah: Apa Dan Siapa Zarqawi, Apa Rencana Mereka

Ke Depan

3. Akankan Sejarah Terulang

4. Deklarasi Daulah Islam Iraq

5. Merentas Jalan Jihad Fisabillah

6. Misteri Pasukan Panji Hitam

7. Turki Negara Dua Wajah

8. Masterplan 2020: Strategi al-Qaeda Menjebak Amerika

9. Dari Usama Kepada Para Aktivis

10. Dari Rahim Ikhwanul Muslimin Ke Pangkuan al-Qaeda

11. Ketika Maslahat Dipertuhankan dan Menjadi Taghut Model Baru

12. Seri Materi Tauhid for the Greatest Happiness

Memang tidak dinafikan bahawa bahan bacaan sedemikian seakan mampu

menjerumus seseorang kepada keganasan. Lagipun kita sendiri tahu bahawa

kewujudan kumpulan pengganas di Timur Tengah seperti Al Qaeda dan IS. Manakala

kewujudan Boko Haram di benua Afrika ini adalah semuanya permainan Barat.

3. Pelajar terlibat kongsi gelap disakwa bawah Sosma

Page 59: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

48

Tangkapan terhadap kumpulan kongsi gelap, Gang 24. Dalam tangkapan itu,

3 pelajar sekolah menengah antara 13 suspek yang ditahan. Ia tidak jelas undang-

undang mana yang patut digunakan terhadap mereka. Paulsen berkata pihak berkuasa

dilihat mengambil langkah yang melampau jika mereka menggunakan Sosma atau

Poca terhadap pelajar sekolah itu. Kerajaan mengisytiharkan Gang 24 adalah

pertubuhan haram pada 2013.

Polis menahan 53 suspek dalam satu operasi terhadap aktiviti kongsi gelap. 37

pelajar adalah antara suspek yang ditahan dan dibebaskan daripada tahanan tanpa

syarat. Seorang lagi peguam, faizal abdul rahman berkata peruntukan sosma tidak

mengecualikan kanak-kanak daripada dibicarakan di bawah undang-undang. “mereka

boleh dibicarakan di mahkamah apabila mereka didakwa bersama-sama dengan orang

dewasa bagi jenayah keganasan dan menentang kerajaan.”

Page 60: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

49

BAB IV

HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA JENAYAH UNDANG-

UNDANG KESALAHAN KESELAMATAN (LANGKAH-LANGKAH KHAS)

NO. 747 TAHUN 2012 DI MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM

A. Pelaksanaan Undang-undang Kesalahan Keselamatan Langkah-langkah

Khas di Malaysia terhadap Tindak Pidana

Penangkapan seseorang individu atau kelompok oleh pihak yang berwajib

tidak berarti dikarenakan jenayah yang dilakukan. Ada juga penangkapan individu

atau kelompok karena langkah berwaspada demi menjaga maslahah umum dan

mengelakkan keburukan. Motif penangkapan bisa saja terjadi karena untuk hukuman

ataupun untuk waspada sahaja.

Selain itu maksud bagi “kesalahan keselamatan” undang-undang ini jelas

diperuntukan bagi langkah-langkah khas yang berhubungan mengekalkan

ketenteraman awam dan keselamatan dan bagi perkara-perkara yang berkaitan

dengannya.

Contoh-contoh kasus yang ditahan di bawah SOSMA:

1. Siti Aisyah seorang mahasiswi memiliki 12 judul buku yang meraikan perjuangan

Al-Qaeda dan fahaman militan

Page 61: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

50

Seorang mahasiswi memiliki beberapa judul buku, semua judul itu meraikan

perjuangan Al-Qaeda dan fahaman militan, bagaimanapun buku tersebut tidak pernah

disenarai hitam atau diharamkan oleh Kementerian Dalam Negeri (KDN). Pertama

kali beliau ditahan pada Mac 2016, di bawah Seksyen 130 JB Kanun Keseksaan dan

Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) 2012 kerana memiliki 12

buah buku yang didakwa berkaitan kumpulan militan. Tindakan pihak berkuasa

terhadap Siti Aisyah adalah demi keselamatan dan menghindari daripada berlaku apa-

apa yang tidak diingini.

Hakim mengatakan, Siti Aisyah dinyatakan bersalah karena jaksa, Mohd

Mustaffa P Kunyalam berhasil membuktikan bahwa semua pernyataan pembelaannya

tidak wajar. Jaksa meminta pengadilan mengambil tindakan serius untuk memberi

palajaran kepada Siti Aisyah dan seluruh rakyat Malaysia. Bagaimanapun, Siti

Aisyah mengaku tidak bersalah telah memiliki buku-buku tersebut di Pengadilan

Tinggi Kuala Lumpur pada April 2016 dan mengklain buku itu adalah untuk

penelitiannya dalam bidang Magister Akidah dan Pemikiran Islam di Universitas

Malaya (UM) pada 2012 sampai 2013. Pada September 2016, Pengadilan Tinggi

melepas dan membebaskan Siti Aishah dari semua tuduhan dengan alasan tidak ada

bukti kuat atas kasusnya. Namun, dia ditahan kembali di bawah UU Pencegahan

Page 62: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

51

Kejahatan (Amandemen dan Pemerluasan) 2014 atau Poca selama 60 hari, pada hari

yang sama saat dia dibebaskan.1

Begitu dibebaskan, dia ditempatkan di bawah tahanan rumah dengan dipasang

perangkat pengawasan elektronik untuk memastikan dia tidak meninggalkan daerah

Surah di Dungun, Terengganu, tanpa persetujuan polisi. Siti Aishah kemudian

ditahan kembali di bawah Sosma dan dimasukkan ke Penjara Kajang sejak 29 Maret

2017. Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur pada Rabu (26/04/2017) menjatuhkan

hukuman penjara 5 tahun untuk Siti Noor Aishah Atam setelah dinyatakan bersalah

atas dakwaan memiliki 12 buku yang mempromosikan paham militan seperti ISIS.2

2. Tiga pelajar dituduh mempunyai hubungan dengan kumpulan kongsi gelap

Ketua Jabatan Siasatan Jenayah Selangor, Senior Asisten Komisioner Fadzil

Ahmat memaklumkan pihaknya berjaya menangkap tiga suspek terbaharu yang

disyaki mempunyai hubungan dengan kumpulan kongsi gelap Geng 24. Semua

mereka adalah pelajar, antara tingkatan empat dan lima. Pihak berkuasa melancarkan

ops khas untuk menangkap penggerak utama mereka. Peruntukan Sosma tidak

mengecualikan kanak-kanak daripada dibicarakan di bawah undang-undang. Mereka

boleh dibicarakan di mahkamah apabila mereka didakwa bersama-sama dengan orang

dewasa bagi jenayah keganasan dan menentang kerajaan. Mereka yang dikenakan

1 Akbar online. Arrahmahnews.com. Diakses pada 11 Juli 2017.

2 Akbar online. Arrahmahnews.com. Diakses pada 11 Juli 2017.

Page 63: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

52

tindakan di bawah SOSMA yang apabila didakwa, mahkamah tidak akan

memberi ikat jamin sehingga selesai perbicaraan kes.

3. Penahanan Pengerusi Bersih Maria Chin di bawah SOSMA kerana gugat

keselamatan Negara

Penahanan Maria Chin Abdullah di bawah Akta Kesalahan Keselamatan

(Langkah-Langkah Khas) 2012 dibuat selepas pihak polis menemui bahan bukti yang

serius ketika mengeledah pejabatnya. Ketua Polis Negara, Tan Sri Khalid Abu Bakar

berkata, penemuan tersebut menyebabkan polis mengambil keputusan menggunakan

akta tersebut untuk melakukan siasatan rapi. "Ketika pihak polis mengeledah

pejabatnya pada 18 November 2017, kita menemui dokumen yang membawa

petunjuk kepada kesalahan di bawah Seksyen 124C Kanun Keseksaan di bawah

prosedur SOSMA kerana cuba menggugat keselamatan demokrasi berparlimen di

Malaysia

"Penahanan dia tiada kena mengena dengan perhimpunan haram Bersih tetapi

dibuat di bawah SOSMA kerana boleh menggugat keselamatan negara," katanya

dalam sidang akhbar di Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Lumpur (KLIA).

Penahanan di bawah akta itu membolehkan pihak polis menahannya selama 28 hari

bagi menyiasat setiap bukti dalam bentuk dokumen dan alat komputer yang ditemui

di pejabatnya.

Page 64: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

53

Dalam pelaksanaan Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas)

No. 747 tahun 2012 di Malaysia, jenayah di bawah akta keselamatan ini berdasarkan

peruntukan 149 Perlembagaan Persekutuan. SOSMA memfokuskan kesalahan

keselamatan yang dinyatakan dalam seksyen 2, jadual pertama, yaitu kesalahan dalam

Kanun Keseksaan (Akta 574) Bab VI yang melibatkan kesalahan terhadap Negara

dan Bab VI (A) tentang kesalahan yang berkaitan dengan fahaman keganasan

(terorisme). Kesalahan yang disebutkan dalam Bab VI ada antaranya yang bersifat

subjektif. Misalnya, kesalahan yang menggugat demokrasi berparlimen, mencetuskan

keganasan dan pelanggaran undang-undang secara ganas, kegiatan yang

menimbulkan kegusaran awam, sabotaj dan pengintipan. Bab VI pula menyebutkan

12 jenis kesalahan (seksyen 130 C – 130 M) yang melibatkan pencegahan kegiatan

yang berkaitan dengan fahaman keganasan dan kegiatan sampingan yang menyokong

fahaman keganasan dan kumpulan fahaman keganasan, termasuk menjadi ahli

pengganas (seksyen 130 KA).

Penindasan kepada Perbuatan Keganasan dan Sokongan kepada Perbuatan

Keganasan

130C. Melakukan perbuatan keganasan

130D. Menyediakan peranti kepada kumpulan pengganas

130E. Merekrut orang supaya menjadi anggota kumpulan pengganas atau

mengambil bahagian dalam perbuatan keganasan

Page 65: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

54

130F. Menyediakan latihan dan tunjuk ajar kepada kumpulan pengganas dan

orang yang melakukan perbuatan keganasan

130FA. Menerima latihan dan tunjuk ajar daripada kumpulan pengganas dan

orang yang melakukan perbuatan keganasan

130FB. Kehadiran di sesuatu tempat yang digunakan bagi latihan keganasan

130G. Mengapikan, menggalakkan atau meminta harta bagi melakukan perbuatan

keganasan

130H. Menyediakan kemudahan bagi menyokong perbuatan keganasan

130I. Mengarahkan aktiviti kumpulan pengganas

130J. Mencari atau memberi sokongan kepada kumpulan pengganas atau

perbuatan keganasan

130JA. Membuat perjalanan ke, menerusi atau dari Malaysia untuk melakukan

perbuatan keganasan di sesuatu negara asing atau mana-mana bahagian sesuatu

negara asing

130JB. Mempunyai dalam milikan, jagaan atau kawalannya, mengadakan,

mempamerkan, mengagihkan atau menjual apa-apa barang yang dikaitkan dengan

mana-mana kumpulan pengganas atau perbuatan keganasan

130JC. Kesalahan membina, melengkapkan atau menghantar mana-mana

kenderaan, atau mengeluarkan atau menghantarserahkan apa-apa tempahan bagi

mana-mana kenderaan, dengan niat atau pengetahuan atau dengan mempunyai alasan

yang munasabah untuk mempercayai bahawa kenderaan itu akan digunakan dalam

Page 66: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

55

atau oleh suatu kumpulan pengganas untuk memajukan aktiviti sesuatu kumpulan

pengganas atau untuk melakukan sesuatu perbuatan keganasan

130JD. Melibatkan diri dalam apa-apa kelakuan sebagai persediaan bagi

melakukan sesuatu perbuatan keganasan atau untuk membantu seseorang yang lain

untuk melakukan sesuatu perbuatan keganasan

130K. Melindungi orang yang melakukan perbuatan keganasan

130KA. Anggota suatu kumpulan pengganas

130L. Konspirasi jenayah

130M. Sengaja meninggalkan daripada memberi maklumat berkenaan dengan

perbuatan keganasan

SOSMA tidak memandang siapa atau apa tindakan yang dilakukan sehingga ia

mengancam keselamatan awam atau menjurus ke jenayah yang menurut undang-

undang bisa disabitkan kesalahan. Bagi tujuan pencegahan,pelaku tindak pidana ini

perlu ditahan 48 jam atau lanjut 28 hari sehingga dibuktikan bersalah atau tidak. Dan

dibawa ke mahkamah apabila perlu, untuk pembuktian yang jelas bahawa pelaku

tindak pidana tersebut perlu dihukum atau tidak.

B. Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Kesalahan Keselamatan (langkah-

langkah khas) dalam Perspektif Hukum Islam

Hukum Pidana Islam mempunyai berbagai jenis sanksi yang dapat dikenakan

terhadap pelaku kejahatan sesuai dengan tingkat kejahatannya, diantaranya adalah

Page 67: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

56

takzir. Takzir sendiri secara bahasa berarti pencegahan, pertolongan, dan kemudian

kata ini sering digunakan untuk menunjukkan arti pendidikan dan pengajaran.

Menurut Prof. Dr. Wahbah Al-Zuhailiy, takzir secara syara‟ berarti hukuman yang

disyari‟atkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak ada had dan kafarat

didalamnya. Baik itu jinayah terhadap hak Allah, seperti makan di siang hari bulan

Ramadhan, ataupun jinayah terhadap hak hamba, seperti pencurian yang tidak

mencapai satu nishab, pencurian yang barangnya tidak diambil dari al-hirz, dan

tuduhan yang bukan tuduhan zina . Sedangkan menurut Dr. Musthafa al-Rafi‟i, ta‟zir

adalah hukuman yang ukurannya tidak dijelaskan oleh nash syara‟ dan untuk

menentukannya diberikan pada waliy al-amri dan qadli. Berdasarkan konsep pidana

takzir diatas, maka jelaslah bahwa dalam hal nash-nash syara‟ belum mengatur

tentang suatu kejahatan atau pidana, seorang imam/hakim, bila memang perlu, punya

kewenangan dan boleh untuk melakukan kriminalisasi dan penalisasi sendiri.

Menurut jumhur ulama (selain Malikiyyah), disini qadli punya kewenangan bebas

untuk menentukan jenis pidananya, tetapi tidak untuk kadar pidananya, karena ada

batas maksimum untuk pidana takzir. Apalagi menurut Al-Qarrafiy, pidana takzir

dapat saja berbeda-beda, sesuai dengan tempat dan waktu. Para fuqoha berpendapat

bahwa jenis pidana takzir tidak terbatas. Adapun jenis pidana takzir yang disebutkan

dalam kitab-kitab fiqih, maka hal itu hanyalah penyebutan beberapa contoh saja, dan

sama sekali bukan penyebutan secara keseluruhan.

Page 68: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

57

Bila kita mencermati beberapa pendapat ulama tersebut di atas, jelaslah

bahwa sebenarnya hukum Islam tidak pernah menutup kemungkinan diadakannya

pidana penjara, sepanjang itu memang diperlukan.

Meski pidana penjara dimungkinkan dalam hukum Islam, dalam

penerapannya tetap ada batasan dan aturan. Pidana ini termasuk pidana takzir,

sehingga untuk aturan penerapan dan pelaksananya harus mengikuti kaidah-kaidah

umum penjatuhan pidana takzir. Diantara asas-asas umum pidana takzir yang paling

penting adalah:

1. Berbeda dengan pidana hudud, qishash, dan diyat yang ukurannya sudah

ditentukan, pidana takzir adalah pidana yang tidak ada ketentuan kadarnya. Karena

itu, imam/hakim dalam penjatuhan pidana penjara haruslah menentukan kadar yang

pantas dan adil bagi semua pihak: masyarakat, pelaku, dan korban.

2. Dalam takzir harus diperhatikan kondisi pelaku dan jenis perbuatannya. Ini berbeda

dengan pidana hudud, qishash/diyat, dan kafarat yang hanya melihat jenis kejahatan

saja; sepanjang unsur delik telah terpenuhi, pidana harus dijatuhkan tanpa melihat

kondisi pelaku. Karena itu, dalam menjatuhkan hukuman pidana penjara (yang sudah

jelas merupakan bagian dari takzir), kondisi pelaku harus dipertimbangkan juga.

Kadar pidana penjara untuk orang yang bandel dan sehat harus berbeda dengan kadar

untuk mereka yang penurut dan lemah fisiknya.

3. Tujuan utama pidana takzir adalah untuk pembalasan, pelajaran, dan pencegahan.

Karena itulah, pidana penjara, mengingat termasuk pidana takzir yang diantara

tujuannya adalah untuk pembalasan, bagaimanapun juga, harus mengandung unsur

Page 69: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

58

nestapa bagi pelaku dan jangan terlalu „memanjakannya‟, tapi juga jangan terlalu

menyengsarakannya secara berlebihan. Inilah yang mungkin sering dilupakan dalam

konsep pidana penjara barat, dimana seringkali pidana penjaranya terlalu

mengedepankan unsur pendidikan an sich, sampai kemudian penjara dianggap

sebagai „lembaga pemasyarakatan‟ dan „sekolahan para napi‟ semata, yang

didalamnya sangat minim penderitaan. Pola penjara seperti di barat ini sangat

memperhatikan -- bahkan memanjakan -- posisi pelaku (offender), dan sangat

mengabaikan posisi korban (victim).

4. Harus diperhatikan efektifitas dari penjatuhan pidananya. Apabila pidana penjara

diperkirakan justru akan menjadi madlarat, seperti menjadi ajang berbagi ilmu

kejahatan antara para napi misalnya, maka pidana ini harus dihindari dan diganti

dengan jenis ta‟zir lainnya.

Undang-undang jenayah Islam tidak membenarkan pemerintah menahan

seseorang tanpa dibawa kemuka pengadilan dan didakwa menurut proses yang sah.

Islam menjunjung tinggi konsep bahawa „pada asalnya seseorang itu tidak bersalah‟

(al-aslu bara’ah al-zimmah). Tahanan tanpa bicara dianggap satu kezaliman dalam

Islam walau dengan apa alasan sekali pun. Jika seseorang itu dikatakan melakukan

jenayah, maka perkara jenayah itu perlu dibuktikan oleh pendakwa di hadapan hakim

di mahkamah. Beban bukti terletak pada pendakwa. Jika tiada bukti bahawa tertuduh

itu melakukan jenayah, maka tertuduh itu perlu dilepaskan dan dia bebas dari tuduhan

itu. Dalam undang-undang jenayah sivil, terdapat peruntukan yang membenarkan

Page 70: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

59

tahanan tanpa bicara yang disebut sebagai tahanan pencegahan atau preventive

detention. Contohnya Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas)

membenarkan seseorang yang disyaki menjejaskan keselamatan awam ditahan

selama 28 hari untuk siasatan. Seseorang yang pada pendapat Menteri Dalam Negeri

boleh menjejaskan keselamatan awam pula boleh ditahan selama dua tahun atau

lebih.

Undang-undang Islam memperuntukkan pelbagai bentuk hukuman yang

mempunyai kesan yang mendalam. Bagi hukuman hudud terdapat hukuman rejam

sampai mati, cambuk, hukuman mati, potong tangan, potong kaki, salib, dan buang

negeri. Bagi kesalahan qisas, terdapat hukuman qisas iaitu balasan yang sama dengan

jenayah iaitu nyawa dengan nyawa, mata dengan mata, telinga dengan telinga dan

seterusnya, serta hukuman diyat iaitu gantirugi dengan kadar yang berbeza. Hukuman

takzir pula amat luas dan boleh dikenakan mengikut maslahah, keperluan dan

kebijaksanaan pemerintah, badan perundangan serta hakim. Dalam undang-undang

kesalahan keselamatan, hukumannya yang utama hanyalah hukuman mati, penjara,

cambuk dan denda. Walau pun terdapat hukuman lain seperi jaminan perkelakuan

baik, gantirugi, dan arahan untuk remaja, hukuman yang utama adalah hukuman mati,

penjara, denda dan cambuk. Di antara keempat-empat hukuman ini pula hukuman

yang paling banyak adalah hukuman penjara. Boleh dikatakan hampir semua bentuk

kesalahan jenayah boleh dihukum dengan hukuman penjara.

Page 71: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

60

Sementara hukum takzir bagi kesalahan yang tidak terdapat dalam al-Quran

atau Sunnah adalah lebih luas kerana semua bentuk pelanggaran undang-undang yang

dikuatkuasakan untuk maslahah umum boleh dihukum secara takzir. Perkembangan

hidup manusia yang semakin kompleks menuntut agar pemerintah Islam sentiasa

peka dengan keperluan undang-undang untuk menjamin keharmonian dan

kebahagiaan rakyat.

Akta kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) tidak begitu

menjelaskan apakah hukuman yang akan dilaksanakan kepada pelaku tindak pidana,

sebelum ia di bawa ke mahkamah untuk dibicarakan kesalahannya. Dengan itu ia

boleh berubah-ubah, sama seperti hukum Islam. Hukum takzir ialah hukum bagi

jenayah atau kesalahan yang selain daripada jenayah hudud, qisas atau diyat. Contoh-

contoh hukum takzir ialah seperti hukuman dalam semua kesalahan yang terdapat

dalam undang-undang yang diamalkan di negara ini seperti Akta Dadah Berbahaya

1952, Akta Pengangkutan Jalan, Akta Buruh, Akta Mesin Cetak, Akta Kesalahan

Keselamatan (Langkah-Langkah Khas) 2012, Akta Perbankan, Kanun Acara Jenayah,

Kanun Kesiksaan dan semua akta atau kanun yang ada di dunia ini yang dibikin dan

digubal oleh manusia melalui dewan perwakilan rakyat.

Jelaslah bahawa, akta kesalahan keselamatan (langkah-langkah khas) ini

dalam perspektif hukum Islam dikategorikan sebagai hukum takzir, karena tidak ada

penjelasan berkaitan dengan hukuman yang akan dikenakan sehingga mahkamah atau

Page 72: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

61

pemerintah menjatuhkan hukuman bagi pelaku tindak pidana atau pelaku hanya

ditangkap atas dasar pencegahan semata-mata.

Page 73: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pelaksanaan Akta Kesalahan Keselamatan (Langkah-Langkah Khas)

No. 747 tahun 2012, bagi jenayah dan hukuman bagi pelaku tindak pidana jenayah

rang undang-undang kesalahan keselamatan dalam perspektif hukum Islam. Maka

penulis menyimpulkan dengan senantiasa berpijak pada rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Jenayah di bawah SOSMA ini berdasarkan peruntukan 149 Perlembagaan

Persekutuan, serta Kanun Keseksaan (Akta 574) Bab VI. Penindasan kepada

perbuatan keganasan dan sokongan kepada perbuatan keganasan berikut:

a. Melakukan perbuatan keganasan.

b. Menyediakan peranti kepada kumpulan pengganas.

c. Merekrut orang supaya menjadi anggota kumpulan pengganas atau

mengambil bahagian dalam perbuatan keganasan.

d. Menyediakan latihan dan tunjuk ajar kepada kumpulan pengganas dan orang

yang melakukan perbuatan keganasan.

e. Menerima latihan dan tunjuk ajar daripada kumpulan pengganas dan orang

yang melakukan perbuatan keganasan.

f. Kehadiran di sesuatu tempat yang digunakan bagi latihan keganasan.

Page 74: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

63

g. Mengapikan, menggalakkan atau meminta harta bagi melakukan perbuatan

keganasan.

h. Menyediakan kemudahan bagi menyokong perbuatan keganasan.

i. Mengarahkan aktiviti kumpulan pengganas.

j. Mencari atau memberi sokongan kepada kumpulan pengganas atau perbuatan

keganasan.

k. Membuat perjalanan ke, menerusi atau dari Malaysia untuk melakukan

perbuatan keganasan di sesuatu negara asing atau mana-mana bahagian

sesuatu negara asing.

l. Mempunyai dalam milikan, jagaan atau kawalannya, mengadakan,

mempamerkan, mengagihkan atau menjual apa-apa barang yang dikaitkan

dengan mana-mana kumpulan pengganas atau perbuatan keganasan.

m. Kesalahan membina, melengkapkan atau menghantar mana-mana kenderaan,

atau mengeluarkan atau menghantarserahkan apa-apa tempahan bagi mana-

mana kenderaan, dengan niat atau pengetahuan atau dengan mempunyai

alasan yang munasabah untuk mempercayai bahawa kenderaan itu akan

digunakan dalam atau oleh suatu kumpulan pengganas untuk memajukan

aktiviti sesuatu kumpulan pengganas atau untuk melakukan sesuatu perbuatan

keganasan.

n. Melibatkan diri dalam apa-apa kelakuan sebagai persediaan bagi melakukan

sesuatu perbuatan keganasan atau untuk membantu seseorang yang lain untuk

melakukan sesuatu perbuatan keganasan.

Page 75: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

64

o. Melindungi orang yang melakukan perbuatan keganasan.

p. Anggota suatu kumpulan pengganas.

q. Konspirasi jenayah.

r. Sengaja meninggalkan daripada memberi maklumat berkenaan dengan

perbuatan keganasan.

2. Hukuman bagi pelaku tindak pidana yang diatur dalam akta kesalahan

keselamatan (langkah-langkah khas) tahun 2012 adalah hukuman penjara,

hukuman mati, tetapi tidak dijelaskan terperinci karena setiap kesalahan yang

dituduh di bawah SOSMA bisa berubah-ubah hukumannya sesuai jenayah dan

kesalahan jenayah itu sendiri. Adapun didalam perspektif hukum Islam,

hukuman takzir boleh dikaitkan dengan SOSMA karena hukuman yang akan

dilaksanakan oleh mahkamah setelah tertuduh terbukti bersalah yaitu,

hukuman penjara, hukuman mati dan sebagainya. Hukuman bagi pencegahan

keganasan seperti ditahan selama siasatan juga dibenarkan dalam Islam.

Hukuman takzir adalah hukuman yang tertakluk kepada budi bicara

pemerintah, badan perundangan atau hakim kerana hukuman bagi kesalahan

ini tidak disebut di dalam al-Quran atau Sunnah. Skop kesalahan takzir adalah

luas kerana semua bentuk kesalahan yang tidak tertakluk kepada hukuman

qisas dan hukuman hudud adalah tertakluk kepada hukuman takzir.

Page 76: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

65

B. Saran

Kesangsian rakyat Malaysia terhadap pemakaian akta ini berbangkit daripada

dakwaan bahawa berlakunya penyalahgunaan untuk menahan individu karena

kepercayaan dan kegiatan politiknya. Sebagai rakyat Malaysia, penulis berharap

sosma memadai untuk pihak berkuasa menangani sebarang tindakan jenayah yang

mengancam keselamatan Negara dan bukan mempolitikkan undang-undang ini.

Rakyat Malaysia juga perlu memberi peluang untuk melihat sosma berfungsi dan

selama ini pelaksanaan sosma belum nampak kelemahannya.

Page 77: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

66

Daftar Pustaka

al-Qur’an al-Karim.

Abdullah, Musthafa. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.

Abu Zahrah. Ushul Fiqh. Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 1994.

Adami Chazawi. Pelajaran hukum Pidana. Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada,

2002.

Ahmadi, Fahmi Muhammad. Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Hukum.Lembaga

Penelitian. 2010.

Akta Kesalahan Jamin Keselamatan Negara. Diakses pada 29 November 2016.

http://pmr.penerangan.gov.my.

Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Al Faruq, Alsadulloh. Hukum Pidana Islam dalam Sistem Hukum Islam. Bogor:

Ghalia Indonesia. 2009.

Al Maliki, Abdurrahman. Sistem Sanksi dalam Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.

2002.

Al-Yamani, Mohd Rafizal Zulkifli. Fiqh Al-Jinayah, (Perbahasan Undang-Undang

Jenayah Islam). Al-Jawhar Training dan consultancy. 2012.

As-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Hukum-Hukum Fiqh Islam. Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra. 1997.

Audah, Abdul Qadir. Ensiklopedi Hukum Islam. Bogor : Penerbit PT. Kharisma Ilmu,

2007.

Aziz Hussin, Abdul. Panduan Umum Undang-Undang Jenayah Di Malaysia, Edisi 2.

(Dewan Bahasa & Pustaka) 2000.

Bayan, Al. Shahih Bukhari Muslim, Bandung: Jabal, 2010.

Berita Harian Online. Diakses pada 20 November 2016. www.bharian.com.my/

Page 78: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

67

Chazawi, Adami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2001.

Djazuli, Ahmad. Fiqh Jinayah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cetakan I.1999.

Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Farid, Zainal Abidin. Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 2007.

Gunadi, Ismu. Efendi, Jonaedi. Hukum Pidana (Cepat & Mudah Memahami).

Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. 2014.

Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia,

2000.

Hassan, Mustafa dan Saebani, Beni Ahmad. Fiqh Jinayah, (Hukum Pidana Islam).

Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1976.

Human Rights Watch, January 2013. Diakses pada 13 january 2014.

Irfan, Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013.

Ibnu Syarif, Mujar dan Khamami Zada. Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam. Erlangga, 2008.

Ibrahim, Ahmad. Sistem Undang-undang di Malaysia, (kuala Lumpur: Dewan

bahasa dan Pustaka) 2005.

Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII.

1968.

Laman Berita Rasmi Parti Keadilan Rakyat, Keadilan Daily.

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang. Perlembagaan Persekutuan (International

Law Book Services), Selangor Darul Ehsan: Golden Books Centre SDN.BHN,

2009.

Marsum. Jarimah Ta’zir: (Perbuatan Dosa dalam Hukum Pidana Islam).

Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. 1988.

Marsum, Fiqh Jinayat (Hukum Pidana Islam), Yogyakarta: BAG. Penerbitan FH UII,

1991.

Page 79: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

68

Mawardi, al. Al-Ahkam As-Sulthaniyah, Jakarta: Darul Falah, 2006.

Mubarak, Jaih. Kaidah-Kaidah Fiqh Jinayah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004.

Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

2004.

Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana. Jakarta: PT RajaGafindo Persada. 2010.

Rahman, Abdur. Tindak Pidana dalam Syariat Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

1992.

Radjab, Suryadi. Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia. Jakarta: PBHI, 2002.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, Jilid 10. Bandung: PT Al ma’arif, 1987.

Siang, Lim Kit, Hak Untuk Berbeza Pendapat. Subjek: Politics, Malaysia, History &

Biography. Gerak Budaya. 2012.

Sjadzali, H.Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran.

Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 2003.

Soekanto,Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-PRESS, 2007.

Sosma ganti Isa, Pengamal Undang-Undang. Diakses pada 20 November 2016.

http://www.sinarharian.com.my/nasional.

Sungib, Saari. Islam Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Kuala Lumpur: Percetakan

Zafar Sdn Bhn, 2011.

------- Derita Penjara Tanpa Bicara. Subjek: Politics,Social Studies2014.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2003.

Undang-Undang Kesalahan Keselamatan (Langkah-langkah Khas 2012), panduan

penjelasan Isu semasa.

Undang-Undang Malaysia. Akta 82: Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960.

------- Akta 747: Akta Kesalahan Keselamatan (langkah-Langkah Khas) 2012.

------- Akta 297: Akta Pencegahan Jenayah (Pindaan dan Pemerluasan ) 2013.

Page 80: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42209/1/SITI... · DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM . ... Tidak berperikemanusiaan,

69

------- Akta Pencegahan Jenayah (Pindaan dan Pemerluasan) Akta A1459 2014.

------- Rang Undang-Undang Pencegahan Keganasan 2015.

------- Kanun Keseksaan Malaysia (Akta 574). 2002.