fakultas psikologi universitas kristen satya...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI
PADA SISWA KELAS X SMK KRISTEN SALATIGA
OLEH:
Paskalia Novianti Chandra Ayudya Sari
802009080
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perilaku
asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Tekhnologi dan Industri Kristen
Salatiga.Populasi penelitian ini adalah siswa SMK kelas X KRISTEN Salatiga
berjumlah60 orang. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik
sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala perilaku asertif dan
skala penyesuaian diri. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi dengan
korelasi produk moment . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi
antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0,373 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,003 ( p< 0,005 ). Menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang
positif. Artinya jika seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian
diri orang tersebut juga semakin tinggi. Hubungan positif dan signifikan ini
menunjukkan bahwa daya keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan
penyesuaian diri. Pada pengkategorian korelasi, koefisien korelasi masuk dalam korelasi
kategori sedang.
Kata kunci: perilaku asertif, penyesuaian diri
ii
Abstract
The transition process in this adjustment can cause problems for students who
have a less assertive behavior either. For the purpose of this study was to determine the
relationship between assertive behavior with the adjustment in vocational students
Technology and Industry Christian Salatiga.
This study used survey method with a correlation design. This study population is
students of class XSMK,in SMK Kristen Salatiga numbered 60 people. Sample
collection techniques used are saturated sampling technique. The research instrument
used is assertive behavior scale and the scale of adjustment. The analytical method used
is the correlation with product moment correlation with significance level of 5%.
The results showed that the correlation coefficient between assertive behavior by
adjustment of 0.373 with a probability value of 0.002. This correlation value is
significant at the 5% error level. R positive value indicates that there is a positive
relationship or correlation. This means that if a person has a high assertive behavior
adjustment then the person is also higher. Positive and significant correlation indicates
that the relationship is good between assertive behavior with the adjustment. In the
categorization of correlation, the correlation coefficient is included in the category of
medium correlation.
Keyword: assertif behavior, self adjustment.
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa
depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut
memberikan respon lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah
berlangsung di masyarakat.Menurut Widyawati (2002).Masyarakat menghendaki
adanya perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses pendidikan, maupun
nilai-nilai yang harus dikembangkan bagi peserta didik, untuk mnghadapi tantangan
masa depan yang semakin kompleks.
Ahmadi (1991) menyebutkan bahwa masalah-masalah pendidikan secara rinci
yang kerap kali dihadapi oleh pesertadidik sebagian diantaranyamuncul pada awal
sekolah.Mereka kerap menghadapi kesulitanmenyesuaikan diri dengan pelajaran, para
guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan teman sebaya.Disamping hal itu
terdapat, faktor lain yang terkadang diabaikan yaitu masa transisi (peralihan), seperti
transisi dari SMP ke SMA (Hapsari, 2006:6). Transisi ini dianggap dapat menimbulkan
masalah bagi siswa karena transisi yang terjadi tidak hanya mengenai peralihan tingkat
pendidikan tetapi juga peralihan dari masa anak-anak ke remaja.
Peralihan dari SMP ke SMA pada dasarnya adalah suatu pengalaman yang
ternyata dapat menimbulkan masalah atau stress (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009).
Transisi dari SMP ke SMA yaitu suatu keadaan yang bergerak dari posisi teratas ketika
berada disekolah menengah pertama menjadi siswa yang paling tua dan paling berkuasa
disekolah, berubah ke posisi yang terendah, disekolah menengah atas menjadi siswa
yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah (Santrock, 2007). Fenomena ini
disebut juga dengantop dog phenomenon dimana hal tersebut dapat menimbulkan
2
masalah bagi banyak siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru
(Hawkins & Berndt, dalam Santrock 2002).Hal seperti ini dialami oleh siswa kelas X
SMA sehingga diperlukan penyesuaian diri.
(Hartono &Sunarto, 2002) menambahkan bahwa bagi siswa yang baru
memasuki sekolah lanjutan mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni
adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk aktif dalam kegiatan sosial,
kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.Mereka juga kerap kali mengalami
permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman-teman, dan mata
pelajarannya.Kegagalan remaja dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan
bahaya seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif
dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika jauh
dari lingkungan yang tidak dikenal, dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006). Akibatnya
adalah prestasi belajar siswa menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah
sebelumnya.
Pada masa transisi, siswa perlu memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang
baik sehingga tetap dapat mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh
sekolah. Pentingnya penyesuaian diri pada siswa dikemukakan oleh
Safura&Supriyantini (2006), yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
penyesuaian diri memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
sekolah.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk
dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu
kesehatan mental remaja
Permasalahan dalam penyesuaian diri di sekolah seringkali timbul ketika remaja
atau siswa mulai memasuki ke jenjang yang baru, baik sekolah lanjutan pertama
3
maupun lanjutan atas.Terlebih lagi, siswa harus menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi dalam dirinya pada tahap perkembangan remaja.Perubahan yang dialami oleh
remaja pada tahap perkembangan antara lain yaitu perubahan biologis seperti perubahan
fisik, perubahan kognitif seperti perubahan cara berpikir yang menjadi lebih idealistis
dan logis, serta perubahan sosial seperti hubungannya dengan teman sebaya dan mulai
membantah orang tua (Santrock, 2007).
Mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif bukanlah hal yang
mudah, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan berperilaku asertif yaitu
dengan tindakan mengekspresikan perasaan dan keyakinan secara terbuka, langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai. (Setiono dan Pramadi, 2005).Individu yang
memiliki perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk
mengekspresikan emosi, mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan
interpersonal yang saling menguntungkan (Yong, 2010).Individu yang berperilaku
asertifakan mampu menegaskan dirinya sendiri, ketegasan inilah yang mendorong
individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Hamound et al..(2011), memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku
asertifyaitu kemampuan untuk mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia,
yang memungkinkan individu untuk bertindak menurut kepentingan individu
sendiri.Memiliki kecenderungan sikap dapat bekerja sama, dapat berkembang untuk
mencapai tujuan yang lebih, serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan harga diri.
Penelitian yang dilakukan oleh (Bazleh, Tarkhan&Sheikh, mahmoudi, 2012)
menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat
terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian
Mardani,(2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada
4
individu maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian
Megawati (2010) yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif
signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil
penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk.,
2009) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
adalah orang yang dapat memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab
atas tindakannya, dan keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.
Kajian dan penelitian yang dipaparkan mendukung kesimpulan bahwa terdapat
hubungan antara perilaku asertif dan penyesuaian diri pada individu.Namun persoalan
penyesuaian diri pada siswa di sekolah masih sering muncul hingga saat ini.Seperti
yang terjadi di SMK Tekhnologi dan Industri Kristen (STM Kristen), Salatiga.Penulis
mencoba memetakanfenomena yang terjadi di SMK Kristen dengan mewawancarai
salah seorang staf pengajar di sekolah tersebut.Hasil wawancara dengan narasumber
menunjukkan bahwa siswa SMK Kristen sering menunjukkan tingginya perilaku
menyontek dan membolos.Oleh karena itu, penulis bermaksud penelitian untuk
mengetahui hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri individu dengan
judul “Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa SMK
Tekhnologi dan Industri Kristen Salatiga”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini adalah adakah
hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada siswa
SMKKristen Salatiga?
5
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Asertif
Alberti& Emmons (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa asertif
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan yang paling
diinginkantanpa rasa cemas, mengekspresikan kejujuran dan melakukan hak-
haknya tanpamelanggar hak orang lain.
Pengertian dikemukakan oleh Rini (2001), yaitu bahwa asertif adalah suatu
kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan
dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertif behavior yang
mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakan dengan sopan untuk
meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki,
meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan
norma, tenang, dewasa, dan masuk akal
Selanjutnya, Beddel & Lennox (1997) memberikan pengertian mengenai
perilaku asertif, yaitu: asertifitas akan mendukung tingkah laku interpersonal yang
secara simultan akan berusaha untuk memenuhi keinginan individu semaksimal
mungkin dengan secara bersamaan juga mempertimbangkan keinginan orang lain
karena hal itu tidak hanya memberikan penghargaan pada diri sendiri tetapi juga
kepada orang lain.
6
Dan uraian pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwaperilaku asertif adalah sikap atau perilaku pribadi yang menyangkut ekspresi
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, serta perasaan-perasaan secara tepat,
jujur, relatif terbuka, dan langsung mengarah ke tujuan.
Aspek-aspek asertivitas
Aspek-aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons
(2002), yaitu;
a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia.
Mampu menempatkankedua belah pihak secara setara, memulihkan
keseimbangan kekuatan dengancara memberikan kekuatan pribadi terhadap
yang lemah serta menjadikannya mungkin bagi setiap orang untuk menang dan
tidak ada seorang pun yangmerugi.
b. Bertindak menurut kepentingan sendiri.
Mengacu kepada kesanggupan untukmembuat keputusan sendiri tentang karier,
hubungan, gaya hidup, dan jadwal, untuk berinisiatif mengawali pembicaraan
dan mengorganisir kegiatan, untukberinisiatif mengawali pembicaraan dan
mengorganisir kegiatan, untukmempercayai penilaian sendiri, untuk
menetapkan tujuan dan berusaha meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari
orang lain, untuk berpartisi dalam pergaulan.
c. Membela diri sendiri.
Mencakup perilaku seperti berkata tidak, menentukan batas-batas bagi waktu
dan energi, menanggapi kritik atau hinaan atauamarah, mengekspresikan atau
membela sebuah pendapat.
7
d. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman.
Berarti kesanggupanuntuk kurang setuju, menunjukkan amarah,
memperlihatkan kasih sayang ataupersahabatan, mengakui rasa takut atau
cemas, mengekspresikan persetujuanatau dukungan, bersikap spontan tanpa
adanya rasa cemas yang menyakitkan.
e. Menerapkan hak-hak pribadi.
Berhubungan dengan kesanggupan sebagaiwarga negara, sebagai konsumen,
sebagai anggota dari sebuah organisasi atausekolah atau kelompok kerja,
sebagai partisipan dalam peristiwa umum untukmengekspresikan opini, untuk
bekerja bagi perubahan, untuk menanggapipelanggaran dari hak seseorang atau
hak orang lain.
f. Tidak menyangkal hak-hak orang lain.
Berarti mencapai ekspresi pribaditanpa kritik tidak adil terhadap orang lain,
tanpa perilaku yang menyakitkanterhadap orang lain, tanpa menjuluki, tanpa
intimidasi, tanpa manipulasi, tanpa mengendalikan orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Asertif
Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi
perkembangan perilaku asertif yaitu:
a. Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan
dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.
b. Harga Diri
8
Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang
tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan
pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
c. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas perilaku
itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang
d. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir
sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.
Penyesuaian diri
Menurut Calhoun dan Accocella (1995) menyebutkan bahwa penyesuaian diri
adalah interaksi individu yang terus menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain,
dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.Penyesuaian diri lebih bersifat
suatu proses sepanjang hayat (lifelong process) dan manusia terus menerus berupaya
menemukan serta mengatasi tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat (Sunarto dan
Hartono, 2006).
Menurut Haber dan runyon (1984), bahwa penyesuaian diri merupakan proses
yang terus berlangsung dalam kehidupan individu dalam menghadapi lingkungan yang
senantiasa berubah tanpa membuat kecewa diri sendiri maupun orang lain, merasa
bersalah, takut, dan khawatir.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
diri merupakan proses mental dan tingkah laku, yaitu individu berusaha dapat mengatasi
9
kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, konflik-konflik dan frustasi yang dialami,
sehingga terwujud keselarasan antara tuntutan dalam diri dengan harapan lingkungan
sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terbagi menjadi dua yaitu;
Menurut Fatimah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
antara lain:
a. Faktor psikologis, yaitu faktor pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-
kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan konflik yang dialami dapat
mempengaruhi penyesuaian diri individu.
b. Faktor perkembangan dan kematangan, mempengaruhi setiap aspek
kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, kegamaan, dan
intelektual
c. Faktor lingkungan, kondisi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
kebudayaan, dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri
seseorang.
d. Faktor budaya dan agama, lingkungan budaya tempat tinggal dan tempat
berinteraksi serta ajaran agama merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan
dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi hidup dan akan
menentukan pola penyesuaian dirinya.
Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984), yaitu:
a. Persepsi terhadap realitas
10
Individu tersebut mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian
menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang
realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi
dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.
b. Kemauan mengatasi stres dan kecemasan
Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu
mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu
menerima kegagalan yang dialami.
c. Gambaran diri yang positif
Penilaian diri yang kita lakukan harus bersifat positif dan negatif.Kita tidak
boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak
diinginkan, kita harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif
tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik.Individu
seharusnya mengakui kelemahan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui
dan memahami dirinya dengan cara yang realistik, dia akan mampu
mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh.
d. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik
Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap
berada di bawah kontrol.Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan
seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan.Kontrol yang
berlebihan dapat menyebabkan dampak yang negatif, sedangkan kurangnya
kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan
e. Hubungan interpersonal yang baik.
11
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.Sejak kita berada dalam
kandungan, kita selalu tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidup seperti kebutuhan fisik, sosial dan emosi. Individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang
saling menguntungkan satu sama lain.
Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri
Perilaku asertif dapat menjadi solusi terbaik bagi siswa untuk dapat
mempertahankan dirinya dalam dunia baru dalam bentuk yang rileks, lebih
menyenangkan, dan lebih sehat bagi perkembangan psikologis siswa, karena dengan
perilaku tersebut, siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan
teman-teman barunya (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009). Individu yang memiliki
perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk mengekspresikan emosi,
mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan interpersonal yang saling
menguntungkan (Yong, 2010).Pernyataan tersebut didukung oleh Hamound, (2011)
yang memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertif cenderung dapat bekerja
sama, dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih serta dapat meningkatkan
keyakinan diri dan harga diri. Perilaku asertif yang dimiliki oleh individu dapat
membantu individu tersebut untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk dapat
mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu
kesehatan mental remaja. Kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri akan
memunculkan perilaku seperti tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran,
sikap agresif, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang ketika berada di lingkungan
yang tidak dikenal dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006).
12
Penelitian yang dilakukan oleh Bazleh, Tarkhan&Sheikhmahmoudi (2012)
menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat
terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mardani
(2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka
semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian Megawati (2010)
yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku
asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil penelitian tersebut didukung
oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, 2009) yang menyatakan bahwa
individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat memilih
dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan keadaan
tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Kristen Salatiga.
13
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya (Sugiyono,2006). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk
menganalisis Hubungan antara Perilaku Asertif dengan penyesuaian Diri siswa SMK
Kristen Salatiga.
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X SMK Kristen Salatiga yang berjumlah 55 siswa.
Sampel adalah sebagian dari populasi, sampel merupakan sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sampling jenuh yang merupakan teknik menentukan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu peneliti
menggunakan seluruh populasi dengan jumlah 55 siswa.
Alat Ukur Penelitian
Metode pengumpulan data berupa angket dan skala pengukuran
psikologi.Pengertian angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
14
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk di jawab (Sugiono, 2008).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat ukur berupa skala perilaku
asertif yang juga telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan
oleh Alberti dan Emmons (2002). Dan skala penyesuaian diri yang telah disusun oleh
peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkap oleh Haber dan Runyon (1984) .
Jumlah item yang diuji dalam skala perilaku asertif adalah 30 item dan yang sudah diuji
coba menjadi 24 item. Penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari
Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan
valid apabila ≥0, 30. Item yang valid berjumlah 24 item yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara
0,323-0,548. Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 800 dengan
minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.
Tabel3.2. Sebaran Item skala perilaku Asertif
NO ASPEK (Favorable) (Unfavorable) Jumlah
1. Mempromosian Hubungan
Kesetaraan dalam
Hubungan Manusia.
1*, 3, 5 2, 4 4
2. Bertindak Menurut
Kepentingan Sendiri.
6, 8, 10* 7, 9 4
3. Membela Diri Sendiri. 11*, 13 12, 14, 15 4
4. Mengekspresikan
Perasaan dengan Jujur dan
Nyaman.
16, 18* 17, 19, 20 4
5. Menerapkan Hak-Hak
Pribadi.
21, 23 22*, 24, 25 4
6. Tidak Menyangkal Hak
Orang lain.
26, 28, 29 27*, 30 4
JUMLAH 24
Tanda (*) menunjukkan item yang gugur
15
Sedangkan untuk mengukur item skala penyesuaian diri sebanyak 30 item dan yang
sudah di uji coba menjadi 26 item yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara 0, 323-0,
548.Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 887 dengan minimal
indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.
Tabel 3.4.Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri
No ASPEK (Favorable) (Unfavorable) JUMLAH
1 Persepsi Terhadap Realitas 1, 3, 5 2, 4, 6 6
2 Kemauan Mengatasi Stress dan
Kecemasan 7, 9, 11 8, 10, 12 6
3 Gambaran Diri yang Positif 13, 15, 17* 14*, 16, 18 4
4 Kemampuan Mengekspresikan
Emosi dengan Baik 19, 21, 23* 20, 22, 24 5
5 Hubungan Interpersonal yang
Baik 25, 27*, 29 26, 18, 30 5
JUMLAH 26
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jumlah skala psikologi yang
disebar sebanyak 55 buah. Pada tanggal 4 Desember 2014 peneliti datang ke sekolah
untuk meminta ijin melakukan penelitian kepada kepala sekolah SMK Kristen Salatiga.
Kemudian pada tanggal 12 Desember penelitian dilaksanakan dengan cara peneliti
datang kesekolah dan dibantu dengan guru BK untuk menyebar angket kepada kelas X.
Setelah pengisian skala selesai, skala langsung diberikan kepada peneliti dan peneliti
langsung mengecek skala yang telah diisi oleh responden . Dari skala psikologi yang
disebar , semuanya kembali dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian.
16
Analisis Data
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product
Moment Pearson, dengan ketentuan ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung yang merupakan hubungan linier, bentuk distribusi variabel
perilaku asertif dan penyesuaian diri mendekati distribusi normal. Sebelum data
dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas, dan uji
linieritas.Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS version 17.0.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Perilaku Asertif
Tabel 1.1Kategorisasi Pengukuran
Skala Perilaku Asertif
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 78 < x ≤ 96 Sangat Tinggi
63,86
6 10, 0%
2 66 < x ≤ 78 Tinggi 15 15, 0%
3 54 < x ≤ 66 Sedang 34 56, 7%
4 42 < x ≤ 54 Rendah 11 18, 3%
5 24 < x ≤ 42 Sangat Rendah 0 0, 0%
Jumlah 60 100, 0%
SD = 10, 05 Min = 45 Max = 86
Keterangan: x= perilaku asertif
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perhitungan deskriptif variabel
perilaku asertif dari 24 item pertanyaan tampak skor yang paling rendah adalah 45
dan skor paling tinggi adalah 86, nilai rata-rata adalah 63, 86 dengan standar
deviasi 10, 05. Dan berdasarkan tabel 1,1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa
17
yang memiliki kategori sangat tinggi ( 10,0%) , tinggi ( 15,0%) , sedang (56,7%),
rendah (18,3%) , sangat rendah (0,0%). Maka secara umum dapat dikatakan
bahwa perilaku asertif siswa SMK Kristen Salatiga berada pada kategori sedang.
Penyesuaian Diri
Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran
Skala Penyesuaian Diri
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 84,5 < x ≤ 104 Sangat Tinggi 65,56
5 8,3%
2 71,5 < x ≤ 84,5 Tinggi 5 8,3%
3 58,5 < x ≤ 71,5 Sedang 38 63,3%
4 45,5 < x ≤ 58,5 Rendah 11 18,3%
5 26 < x ≤ 45,5 Sangat Rendah 1 1,7%
Jumlah 60 100,0%
SD = 11, 63 Min = 45 Max = 95
Keterangan: x= penyesuaian diri.
Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel 4.3 tampak skor empirik
yang diperoleh pada skala penyesuaian diri dari 26 item pertanyaan tampak skor
paling rendah adalah 45 dan skor paling tinggi adalah 95, rata-ratanya adalah 65,
56 dengan standar deviasi 11,63. Dan berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki kategori sangat tinggi ( 8,3%), tinggi
(8,3%), sedang (63,3%), rendah (18,3%), sangat rendah (1,7%). Maka secara
umum dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri siswa SMK Kristen Salatiga
berada pada kategori sedang
Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pra
syarat.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi suatu data. Uji
normalitas di dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada
program SPSS 16.0.
18
Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi
lebih besar 0,005 (p >0,05).Hasil uji normalitas di dalam penelitian ini
menunjukkan kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05.Variabel perilaku
asertif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,073 dimana 0,073 > taraf kesalahan
5% (0,05).Oleh karena itu distribusi data perilaku asertif berdistribusi
normal.Begitu pula data pada penyesuaian diri dimana memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,067 ( p>0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa data penyesuaian diri
mengikuti distribusi normal.
Uji Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak. Dari hasil uji linearitas di ketahui bahwa nilai f
sebesar 1,128 dengan nilai sig sebesar 0.0372 (p>0.05) yang menunjukan bahwa
hubungan perilaku asertif dengan penyesuaian diri adalah linier.
Analisis Korelasi
Tabel 1.3
Hasil Uji Korelasi antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri
Perilaku_arsertif
Perilaku_penyesuaian_Diri
Perilaku_arsertif Pearson Correlation 1 .373**
Sig. (2-tailed) .003.
N 60 60
Perilaku_penyesuaian_Diri Pearson Correlation .373** 1
Sig. (2-tailed) .003
N 60 60
19
Uji hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan statistic uji parametric sebab
data penelitian diketahui berdistribusi normal dan berkorelasi linear.Statistic uji
yang digunakan adalah analisis korelasi menggunakan pearson correlation. Hasil
dari analisis korelasi ini menghasilkan koefisien korelasi antara perilaku asertif
dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi 0, 003 (p<0,05).
Ada hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri
siswa SMK Kristen Salatiga.
Hubungan yang ditimbulkan positif yang artinya semakin tinggi perilaku asertif
seseorang maka dapat berdampak semakin tinggi pula perilaku orang tersebut
dalam penyesuaian diri.Begitu pula sebaliknya, jika seseorang memiliki perilaku
asertif yang rendah maka penyesuaian diri orang tersebut terhadap
lingkungannya juga rendah.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa koefisien korelasi antara perilaku
asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 003.
Nilai korelasi ini signifikan pada taraf kesalahan (p<0,05).Nilai koefisien korelasi positif
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif.Artinya jika
seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian diri orang tersebut
juga semakin tinggi.Hubungan positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa adanya
keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri.
Hasil penelitian ini didukung pula dari penelitian yang dilakukan oleh Mardani,
dkk., (2009).Penelitian yang dilakukan oleh Mardani, dkk., (2009) mengungkapkan
bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka semakin tinggi penyesuaian
dirinya.Selain itu Megawati (2010) juga melakukan penelitian yang sama dengan hasil
temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku asertif dengan
20
penyesuaian diri pada peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
siswa memiliki perilakuy asertif yang tinggi dan fenomena di lapangan yang
menunjukkan bahwa masih terdapat kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri dapat
diminimalkan atau dihilangkan dengan siswa berperilaku asertif. Dengan berperilaku
asertif siswa dapat bersikap jujur, terbuka, tanpa ada perasaan cemas dan siswa dapat
menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman sebaya ( Hardjono &
Karyanta, 2009 ).
Perhitungan kategorisasi diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
perilaku asertif pada kategori sedang yaitu rata-rata 63,86 atau sebesar 56,7%.Artinya
perilaku asertif responden tidak rendah dan tidak pula tinggi.Hal ini dapat dikarenakan
adanya faktor yang mempengaruhi perilaku asertif seseorang.Andu,(1994)
mengungkapkan bahwa perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi pengalaman masa
kanak-kanaknya.Adanya pola asuh orang tua dan lingkungan turut membentuk perilaku
asertif seseorang.Tingkat pendidikan juga turut berperan dalam pembentukan perilaku
asertif seseorang.Caplow (Yogaryiantono, 1991) mengatakan bahwa semakin orang
berpendidikan akan semakin mengenal dirinya secara lebih baik, termasuk kelebihan
dan kekurangannya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa percaya diri,
sedangkan sikap percaya diri ini dapat menumbuhkan perilaku asertif yang lebih baik.
Hasil kategorisasi pada variabel sikap penyesuaian diri memiliki kategori
terbanyak adalah sedang, rata-rata 65,56 atau sebesar 63,3% responden termasuk
kedalam sikap penyesuaian diri yang sedang.Calhoun dan Accocella (1995)
menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus menerus
dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan sekitar tempat
individu hidup.Dalam hal ini penyesuaian diri responden baik dengan dirinya sendiri
maupun orang lain dan lingkungan dapat dikatakan masih kurang baik. Penyesuaian diri
21
merupakan hal yang penting sebab manusia hidup berdampingan.Perlu adanya
penyesuaian diri yang baik agar diri kita dapat diterima orang lain maupun lingkungan.
Namun demikian pada hasil penelitian masih didapati perilaku penyesuaian diri
responden yang masuk ke dalam kategori rendah dan sangat rendah.Ada sebesar 1, 7%
responden yang menyatakan dirinya sangat rendah dalam penyesuaian diri.Hal ini perlu
menjadi perhatian baik keluarga maupun pihak sekolah.Ada faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang tersebut memiliki sikap penyesuaian diri yang tinggi maupun
rendah.faktor tersebut dapat berasal dari dalam individu itu sendiri dapat pula berasal
dari faktor luar. Faktor luar seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, agama
dan budaya.Jika seseorang terbiasa dengan lingkungan keluarga yang kurang perduli
maka penyesuaian diri individu tersebut akan semakin sulit.
Penyesuaian diri menjadi masalah tersendiri bagi siswa yang memiliki perilaku
asertif kurang baik.Masa transisi dari siswa SMP menjadi siswa SMK memerlukan
sikap penyesuaian diri yang baik.Tentu saja siswa yang telah terbiasa untuk mudah
bergaul, atau memiliki perilaku asertif yang cukup baik tidak akan mendapatkan kendala
ketika berpindah lingkungannya. Namun lain halnya dengan siswa yang memiliki
kendala terhadap perilaku asertif. Penyesuaian diri terhadap lingkungan akan sulit
tercapai dengan perilaku asertif yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk., 2009) yang menyatakan
bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat
memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan
keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perilaku asertif yang baik agar
proses penyesuaian diri dapat berjalan dengan lancar. Terutama untuk siswa kelas X
dimana masa SMP harus segera ditinggalkan dan mendewasakan diri pada bangku
SMK.
22
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri siswa kelas X
SMK Kristen Salatiga adalah sebesar 0,373 dengan signifikansi 0,003 (p<0,05).
Artinya ada hubungan positif yang signifikans antara perilaku asertif dengan
penyesuaian diri siswa kelas X SMK Kristen Salatiga. Semakin tinggi perilaku
asertif semakin tinggi penyesuaian diri siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan
saran kebeberapa pihak yaitu:
1. Bagi Orangtua.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asertif dan penyesuaian diri
siswa masih dalam kategori yang sedang.Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua
kurang membiasakan diri anaknya untuk memiliki komunikasi interpersonal yang
baik dan kurang dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Seperti yang
diketahui bahwa pendidikan anak sejak dini berasal dari orang tua.Oleh karena itu
diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya
dalam menanamkan perilaku asertif yang lebih baik.Perilaku asertif yang lebih baik
ini diharapkan dapat berdampak positif dengan sikap penyesuaian diri anak.Lebih
dekat dengan anak, mendengarkan permasalahan yang sedang dihadapi anak, dan
mengarahkan anak untuk hidup lebih mandiri dapat menjadi salah satu solusi agar
perilaku asertif anak dapat meningkat menjadi lebih baik.
23
2. Bagi Guru.
Diharapkan guru sebagai orang tua siswa disekolah dapat menanamkan
perilaku asertifkepada murid-muridnya.Hal ini mengingat masih terdapat sebagian
besar siswa memiliki perilaku asertif yang sedang.Pemberian motivasi dan mendidik
siswa menjadi lebih mandiri sekiranya dapat meningkatkan perilaku asertif
siswa.Memberikan bimbingan konseling disela-sela jam pelajaran juga perlu
dilakukan agar siswa merasa lebih nyaman berada di lingkungan sekolah. Perilaku
asertif siswa yang meningkat ini diharapkan dapat membuat penyesuaian diri siswa
menjadi meningkat pula.Guru dapat membuat suasana lingkungan sekolah pada saat
proses belajar mengajar menjadi nyaman sehingga siswa dapat lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang
serupa dapat mengembangkan penelitian ini dengan mencari faktor-faktor apa saja
yang turut mempengaruhi hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat pula mengembangkan sampel penelitian tidak
hanya terbatas pada siswa saja.Mengingat sikap penyesuaian diri dan perilaku asertif
perlu dimiliki oleh semua orang baik tua maupun muda.Penggembangan alat uji juga
dapat dilakukan seperti untuk meneliti perbedaan perilaku asertif dan penyesuaian
diri pada remaja dengan orang tua
24
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, R. ,dan Emmons, M. 2002. Your Perfect Right: Hidup Lebih Bahagia dengan
mengungkapkan Hak. Jakarta:Elex Media Komputindo.
Anggraini, Nur, Erina. (2010). Hubungan antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri
Mahasiswa Baru yang Merantau Di Kota Malang.Jurnal.Universitas Brawijaya
Malang.
Anindyajati, M. &Karima, M. C. (2004) Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja
Penyalahguna Narkoba (Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba di
Tempat-tempat Rehabilitasi Narkoba).Jurnal Psikologi Universitas Indonusa Esa
Unggul. Vol 2 no. 1
Azwar, S. (2011).Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bazleh, Nikita, Morteza T, Hasan S. (2012). Relationship Between Self-Assertivenes
Anger and Social Adjusment Women With Breast Cancer. Indian Journal of
Fundamental and Applied Life Science.vol.2(3).
Haber, A. ,&Runyon, R. P. 1984. Psychology of Adjusment.Illinois:The Dorsey Press.
Hurlock, E. B. (2006). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi
ke-5.Jakarta: Erlangga
Mardani, R. I, Nugraha A. K. (2009).Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan
Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas x Asrama SMA MTA Surakarta.Jurnal.
Prabandari, YayiSuryo. (2012). Menyusun Instrumen Serta Validitas dan
Reliabilitasnya. Yogyakarta.FK UGM.
Ritonga, rahman. (1997). Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian
.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Santrock, J. W. (2007). Remaja.Edisi ke-11.Jakarta: Erlangga
Sugiyono (2013).Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta
Widhiarso, Wahyu (2007). Skala Likert(Summated Ratings). Yogyakarta.Fakultas
Psikologi UGM.
25
Yong, F. S. (2010). A Study on The Assertiveness and Academic Procastination of
English and Communication Student at aPrivate University. American Journal
of Scientific Research, Vol 9, 62-72.
Zakiyah, N.,Hidayati, F. N. R &Setyawan, I. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian
Diri Dengan Prokastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3
PeteronganJombang .Jurnal Psikologi Undip. Vol 8, 2
Azwar, S. (2000). Asumsi-asumsi dalam Inferensi Statistika. Yogyakarta: Faculty of
Psychology.
Hamound, S.A, Dayem, S.A.E, dan Osman. The Effect of an Assertiveness Training
Program on Assertiveness Skills and Self –Esteem of Faculty Nursing Student.
Journal of American Science, Vol.7, 12.
Llyod, S.R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Budiyanto. Jakrta:
Binarupa Aksara.
Setiono, V., dan Pramadi, A. 2005. Pelatihan Asertivitas dan Peningkatan Perilaku
Asertif pada Siswa-siswi SMP. Anima: Indonesian Psychological Journal.
Vol.20, no.2, 149-168.
Sunarto, H., dan Hartono, B.A. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Zengel, M. 2009. The Effectiveness of an Assertiveness Training Programme on
Adolescent’s Assertiveness Level. Journal Elementary Education. Vol.8, No.2,
485-492
Beddel, J. R & Lenox, S. S. (1997). Handbook for communication and problem solving
skills training: A cognitive behavioral approach. New York: John Willy & Sons,
Inc
Tjalla, DR. Awaluddin. (2012). Perilaku Asertif pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi.
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).
Bandung : Pustaka Setia
Rathus, S.A. dan Nevid, J.S. 1983. Adjustment and Growth: The Challenges of Life (2
ed). New York: CBS College Publising.
Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Calhoun, J.F.1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian.alih
bahasa Mari Juniati. Jakarta : erlangga
Widyawati,5.2002.Reformasi pendidikan dasar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada
Remaja. Jurnal Pscyche, Vol 5
Hartono, Ά.B., & Sunarto, H., (2002). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
26
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.
Cetakan 8. Bandung: Alfabeta.
Safura, Laily dan Sri Supriyanti. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Anak di
Sekolah dengan Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi, Vol 2, no.1, 25-30