fakultas psikologi universitas kristen satya...

32
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X SMK KRISTEN SALATIGA OLEH: Paskalia Novianti Chandra Ayudya Sari 802009080 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: hoangbao

Post on 12-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI

PADA SISWA KELAS X SMK KRISTEN SALATIGA

OLEH:

Paskalia Novianti Chandra Ayudya Sari

802009080

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan
Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan
Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

i

Abstrak

Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perilaku

asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Tekhnologi dan Industri Kristen

Salatiga.Populasi penelitian ini adalah siswa SMK kelas X KRISTEN Salatiga

berjumlah60 orang. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik

sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala perilaku asertif dan

skala penyesuaian diri. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi dengan

korelasi produk moment . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi

antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0,373 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,003 ( p< 0,005 ). Menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang

positif. Artinya jika seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian

diri orang tersebut juga semakin tinggi. Hubungan positif dan signifikan ini

menunjukkan bahwa daya keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan

penyesuaian diri. Pada pengkategorian korelasi, koefisien korelasi masuk dalam korelasi

kategori sedang.

Kata kunci: perilaku asertif, penyesuaian diri

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

ii

Abstract

The transition process in this adjustment can cause problems for students who

have a less assertive behavior either. For the purpose of this study was to determine the

relationship between assertive behavior with the adjustment in vocational students

Technology and Industry Christian Salatiga.

This study used survey method with a correlation design. This study population is

students of class XSMK,in SMK Kristen Salatiga numbered 60 people. Sample

collection techniques used are saturated sampling technique. The research instrument

used is assertive behavior scale and the scale of adjustment. The analytical method used

is the correlation with product moment correlation with significance level of 5%.

The results showed that the correlation coefficient between assertive behavior by

adjustment of 0.373 with a probability value of 0.002. This correlation value is

significant at the 5% error level. R positive value indicates that there is a positive

relationship or correlation. This means that if a person has a high assertive behavior

adjustment then the person is also higher. Positive and significant correlation indicates

that the relationship is good between assertive behavior with the adjustment. In the

categorization of correlation, the correlation coefficient is included in the category of

medium correlation.

Keyword: assertif behavior, self adjustment.

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

1

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa

depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut

memberikan respon lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah

berlangsung di masyarakat.Menurut Widyawati (2002).Masyarakat menghendaki

adanya perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses pendidikan, maupun

nilai-nilai yang harus dikembangkan bagi peserta didik, untuk mnghadapi tantangan

masa depan yang semakin kompleks.

Ahmadi (1991) menyebutkan bahwa masalah-masalah pendidikan secara rinci

yang kerap kali dihadapi oleh pesertadidik sebagian diantaranyamuncul pada awal

sekolah.Mereka kerap menghadapi kesulitanmenyesuaikan diri dengan pelajaran, para

guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan teman sebaya.Disamping hal itu

terdapat, faktor lain yang terkadang diabaikan yaitu masa transisi (peralihan), seperti

transisi dari SMP ke SMA (Hapsari, 2006:6). Transisi ini dianggap dapat menimbulkan

masalah bagi siswa karena transisi yang terjadi tidak hanya mengenai peralihan tingkat

pendidikan tetapi juga peralihan dari masa anak-anak ke remaja.

Peralihan dari SMP ke SMA pada dasarnya adalah suatu pengalaman yang

ternyata dapat menimbulkan masalah atau stress (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009).

Transisi dari SMP ke SMA yaitu suatu keadaan yang bergerak dari posisi teratas ketika

berada disekolah menengah pertama menjadi siswa yang paling tua dan paling berkuasa

disekolah, berubah ke posisi yang terendah, disekolah menengah atas menjadi siswa

yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah (Santrock, 2007). Fenomena ini

disebut juga dengantop dog phenomenon dimana hal tersebut dapat menimbulkan

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

2

masalah bagi banyak siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru

(Hawkins & Berndt, dalam Santrock 2002).Hal seperti ini dialami oleh siswa kelas X

SMA sehingga diperlukan penyesuaian diri.

(Hartono &Sunarto, 2002) menambahkan bahwa bagi siswa yang baru

memasuki sekolah lanjutan mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni

adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk aktif dalam kegiatan sosial,

kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.Mereka juga kerap kali mengalami

permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman-teman, dan mata

pelajarannya.Kegagalan remaja dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan

bahaya seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif

dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika jauh

dari lingkungan yang tidak dikenal, dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006). Akibatnya

adalah prestasi belajar siswa menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah

sebelumnya.

Pada masa transisi, siswa perlu memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang

baik sehingga tetap dapat mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh

sekolah. Pentingnya penyesuaian diri pada siswa dikemukakan oleh

Safura&Supriyantini (2006), yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

penyesuaian diri memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di

sekolah.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk

dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu

kesehatan mental remaja

Permasalahan dalam penyesuaian diri di sekolah seringkali timbul ketika remaja

atau siswa mulai memasuki ke jenjang yang baru, baik sekolah lanjutan pertama

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

3

maupun lanjutan atas.Terlebih lagi, siswa harus menghadapi perubahan-perubahan yang

terjadi dalam dirinya pada tahap perkembangan remaja.Perubahan yang dialami oleh

remaja pada tahap perkembangan antara lain yaitu perubahan biologis seperti perubahan

fisik, perubahan kognitif seperti perubahan cara berpikir yang menjadi lebih idealistis

dan logis, serta perubahan sosial seperti hubungannya dengan teman sebaya dan mulai

membantah orang tua (Santrock, 2007).

Mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif bukanlah hal yang

mudah, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan berperilaku asertif yaitu

dengan tindakan mengekspresikan perasaan dan keyakinan secara terbuka, langsung,

jujur, dan dengan cara yang sesuai. (Setiono dan Pramadi, 2005).Individu yang

memiliki perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk

mengekspresikan emosi, mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan

interpersonal yang saling menguntungkan (Yong, 2010).Individu yang berperilaku

asertifakan mampu menegaskan dirinya sendiri, ketegasan inilah yang mendorong

individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Hamound et al..(2011), memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku

asertifyaitu kemampuan untuk mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia,

yang memungkinkan individu untuk bertindak menurut kepentingan individu

sendiri.Memiliki kecenderungan sikap dapat bekerja sama, dapat berkembang untuk

mencapai tujuan yang lebih, serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan harga diri.

Penelitian yang dilakukan oleh (Bazleh, Tarkhan&Sheikh, mahmoudi, 2012)

menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat

terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian

Mardani,(2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

4

individu maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian

Megawati (2010) yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif

signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil

penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk.,

2009) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik

adalah orang yang dapat memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab

atas tindakannya, dan keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.

Kajian dan penelitian yang dipaparkan mendukung kesimpulan bahwa terdapat

hubungan antara perilaku asertif dan penyesuaian diri pada individu.Namun persoalan

penyesuaian diri pada siswa di sekolah masih sering muncul hingga saat ini.Seperti

yang terjadi di SMK Tekhnologi dan Industri Kristen (STM Kristen), Salatiga.Penulis

mencoba memetakanfenomena yang terjadi di SMK Kristen dengan mewawancarai

salah seorang staf pengajar di sekolah tersebut.Hasil wawancara dengan narasumber

menunjukkan bahwa siswa SMK Kristen sering menunjukkan tingginya perilaku

menyontek dan membolos.Oleh karena itu, penulis bermaksud penelitian untuk

mengetahui hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri individu dengan

judul “Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa SMK

Tekhnologi dan Industri Kristen Salatiga”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini adalah adakah

hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada siswa

SMKKristen Salatiga?

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

5

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Asertif

Alberti& Emmons (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa asertif

merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan yang paling

diinginkantanpa rasa cemas, mengekspresikan kejujuran dan melakukan hak-

haknya tanpamelanggar hak orang lain.

Pengertian dikemukakan oleh Rini (2001), yaitu bahwa asertif adalah suatu

kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan

dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta

perasaan orang lain

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertif behavior yang

mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakan dengan sopan untuk

meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki,

meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan

norma, tenang, dewasa, dan masuk akal

Selanjutnya, Beddel & Lennox (1997) memberikan pengertian mengenai

perilaku asertif, yaitu: asertifitas akan mendukung tingkah laku interpersonal yang

secara simultan akan berusaha untuk memenuhi keinginan individu semaksimal

mungkin dengan secara bersamaan juga mempertimbangkan keinginan orang lain

karena hal itu tidak hanya memberikan penghargaan pada diri sendiri tetapi juga

kepada orang lain.

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

6

Dan uraian pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwaperilaku asertif adalah sikap atau perilaku pribadi yang menyangkut ekspresi

keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, serta perasaan-perasaan secara tepat,

jujur, relatif terbuka, dan langsung mengarah ke tujuan.

Aspek-aspek asertivitas

Aspek-aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons

(2002), yaitu;

a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia.

Mampu menempatkankedua belah pihak secara setara, memulihkan

keseimbangan kekuatan dengancara memberikan kekuatan pribadi terhadap

yang lemah serta menjadikannya mungkin bagi setiap orang untuk menang dan

tidak ada seorang pun yangmerugi.

b. Bertindak menurut kepentingan sendiri.

Mengacu kepada kesanggupan untukmembuat keputusan sendiri tentang karier,

hubungan, gaya hidup, dan jadwal, untuk berinisiatif mengawali pembicaraan

dan mengorganisir kegiatan, untukberinisiatif mengawali pembicaraan dan

mengorganisir kegiatan, untukmempercayai penilaian sendiri, untuk

menetapkan tujuan dan berusaha meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari

orang lain, untuk berpartisi dalam pergaulan.

c. Membela diri sendiri.

Mencakup perilaku seperti berkata tidak, menentukan batas-batas bagi waktu

dan energi, menanggapi kritik atau hinaan atauamarah, mengekspresikan atau

membela sebuah pendapat.

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

7

d. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman.

Berarti kesanggupanuntuk kurang setuju, menunjukkan amarah,

memperlihatkan kasih sayang ataupersahabatan, mengakui rasa takut atau

cemas, mengekspresikan persetujuanatau dukungan, bersikap spontan tanpa

adanya rasa cemas yang menyakitkan.

e. Menerapkan hak-hak pribadi.

Berhubungan dengan kesanggupan sebagaiwarga negara, sebagai konsumen,

sebagai anggota dari sebuah organisasi atausekolah atau kelompok kerja,

sebagai partisipan dalam peristiwa umum untukmengekspresikan opini, untuk

bekerja bagi perubahan, untuk menanggapipelanggaran dari hak seseorang atau

hak orang lain.

f. Tidak menyangkal hak-hak orang lain.

Berarti mencapai ekspresi pribaditanpa kritik tidak adil terhadap orang lain,

tanpa perilaku yang menyakitkanterhadap orang lain, tanpa menjuluki, tanpa

intimidasi, tanpa manipulasi, tanpa mengendalikan orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Asertif

Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi

perkembangan perilaku asertif yaitu:

a. Jenis Kelamin

Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan

dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.

b. Harga Diri

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

8

Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan

penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang

tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan

pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

c. Kebudayaan

Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas perilaku

itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang

d. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir

sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.

Penyesuaian diri

Menurut Calhoun dan Accocella (1995) menyebutkan bahwa penyesuaian diri

adalah interaksi individu yang terus menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain,

dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.Penyesuaian diri lebih bersifat

suatu proses sepanjang hayat (lifelong process) dan manusia terus menerus berupaya

menemukan serta mengatasi tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat (Sunarto dan

Hartono, 2006).

Menurut Haber dan runyon (1984), bahwa penyesuaian diri merupakan proses

yang terus berlangsung dalam kehidupan individu dalam menghadapi lingkungan yang

senantiasa berubah tanpa membuat kecewa diri sendiri maupun orang lain, merasa

bersalah, takut, dan khawatir.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

diri merupakan proses mental dan tingkah laku, yaitu individu berusaha dapat mengatasi

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

9

kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, konflik-konflik dan frustasi yang dialami,

sehingga terwujud keselarasan antara tuntutan dalam diri dengan harapan lingkungan

sekitar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terbagi menjadi dua yaitu;

Menurut Fatimah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

antara lain:

a. Faktor psikologis, yaitu faktor pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-

kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan konflik yang dialami dapat

mempengaruhi penyesuaian diri individu.

b. Faktor perkembangan dan kematangan, mempengaruhi setiap aspek

kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, kegamaan, dan

intelektual

c. Faktor lingkungan, kondisi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,

kebudayaan, dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri

seseorang.

d. Faktor budaya dan agama, lingkungan budaya tempat tinggal dan tempat

berinteraksi serta ajaran agama merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan

dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi hidup dan akan

menentukan pola penyesuaian dirinya.

Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984), yaitu:

a. Persepsi terhadap realitas

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

10

Individu tersebut mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian

menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang

realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi

dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.

b. Kemauan mengatasi stres dan kecemasan

Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu

mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu

menerima kegagalan yang dialami.

c. Gambaran diri yang positif

Penilaian diri yang kita lakukan harus bersifat positif dan negatif.Kita tidak

boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak

diinginkan, kita harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif

tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik.Individu

seharusnya mengakui kelemahan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui

dan memahami dirinya dengan cara yang realistik, dia akan mampu

mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh.

d. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik

Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap

berada di bawah kontrol.Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan

seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan.Kontrol yang

berlebihan dapat menyebabkan dampak yang negatif, sedangkan kurangnya

kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan

e. Hubungan interpersonal yang baik.

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

11

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.Sejak kita berada dalam

kandungan, kita selalu tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan

hidup seperti kebutuhan fisik, sosial dan emosi. Individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang

saling menguntungkan satu sama lain.

Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri

Perilaku asertif dapat menjadi solusi terbaik bagi siswa untuk dapat

mempertahankan dirinya dalam dunia baru dalam bentuk yang rileks, lebih

menyenangkan, dan lebih sehat bagi perkembangan psikologis siswa, karena dengan

perilaku tersebut, siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan

teman-teman barunya (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009). Individu yang memiliki

perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk mengekspresikan emosi,

mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan interpersonal yang saling

menguntungkan (Yong, 2010).Pernyataan tersebut didukung oleh Hamound, (2011)

yang memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertif cenderung dapat bekerja

sama, dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih serta dapat meningkatkan

keyakinan diri dan harga diri. Perilaku asertif yang dimiliki oleh individu dapat

membantu individu tersebut untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

baru.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk dapat

mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu

kesehatan mental remaja. Kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri akan

memunculkan perilaku seperti tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran,

sikap agresif, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang ketika berada di lingkungan

yang tidak dikenal dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006).

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

12

Penelitian yang dilakukan oleh Bazleh, Tarkhan&Sheikhmahmoudi (2012)

menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat

terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mardani

(2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka

semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian Megawati (2010)

yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku

asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil penelitian tersebut didukung

oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, 2009) yang menyatakan bahwa

individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat memilih

dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan keadaan

tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku

asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Kristen Salatiga.

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

13

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-

hubungannya (Sugiyono,2006). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk

menganalisis Hubungan antara Perilaku Asertif dengan penyesuaian Diri siswa SMK

Kristen Salatiga.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian

ini adalah siswa kelas X SMK Kristen Salatiga yang berjumlah 55 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi, sampel merupakan sebagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah sampling jenuh yang merupakan teknik menentukan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu peneliti

menggunakan seluruh populasi dengan jumlah 55 siswa.

Alat Ukur Penelitian

Metode pengumpulan data berupa angket dan skala pengukuran

psikologi.Pengertian angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

14

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk di jawab (Sugiono, 2008).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat ukur berupa skala perilaku

asertif yang juga telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan

oleh Alberti dan Emmons (2002). Dan skala penyesuaian diri yang telah disusun oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkap oleh Haber dan Runyon (1984) .

Jumlah item yang diuji dalam skala perilaku asertif adalah 30 item dan yang sudah diuji

coba menjadi 24 item. Penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari

Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan

valid apabila ≥0, 30. Item yang valid berjumlah 24 item yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara

0,323-0,548. Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 800 dengan

minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.

Tabel3.2. Sebaran Item skala perilaku Asertif

NO ASPEK (Favorable) (Unfavorable) Jumlah

1. Mempromosian Hubungan

Kesetaraan dalam

Hubungan Manusia.

1*, 3, 5 2, 4 4

2. Bertindak Menurut

Kepentingan Sendiri.

6, 8, 10* 7, 9 4

3. Membela Diri Sendiri. 11*, 13 12, 14, 15 4

4. Mengekspresikan

Perasaan dengan Jujur dan

Nyaman.

16, 18* 17, 19, 20 4

5. Menerapkan Hak-Hak

Pribadi.

21, 23 22*, 24, 25 4

6. Tidak Menyangkal Hak

Orang lain.

26, 28, 29 27*, 30 4

JUMLAH 24

Tanda (*) menunjukkan item yang gugur

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

15

Sedangkan untuk mengukur item skala penyesuaian diri sebanyak 30 item dan yang

sudah di uji coba menjadi 26 item yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara 0, 323-0,

548.Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 887 dengan minimal

indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.

Tabel 3.4.Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri

No ASPEK (Favorable) (Unfavorable) JUMLAH

1 Persepsi Terhadap Realitas 1, 3, 5 2, 4, 6 6

2 Kemauan Mengatasi Stress dan

Kecemasan 7, 9, 11 8, 10, 12 6

3 Gambaran Diri yang Positif 13, 15, 17* 14*, 16, 18 4

4 Kemampuan Mengekspresikan

Emosi dengan Baik 19, 21, 23* 20, 22, 24 5

5 Hubungan Interpersonal yang

Baik 25, 27*, 29 26, 18, 30 5

JUMLAH 26

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jumlah skala psikologi yang

disebar sebanyak 55 buah. Pada tanggal 4 Desember 2014 peneliti datang ke sekolah

untuk meminta ijin melakukan penelitian kepada kepala sekolah SMK Kristen Salatiga.

Kemudian pada tanggal 12 Desember penelitian dilaksanakan dengan cara peneliti

datang kesekolah dan dibantu dengan guru BK untuk menyebar angket kepada kelas X.

Setelah pengisian skala selesai, skala langsung diberikan kepada peneliti dan peneliti

langsung mengecek skala yang telah diisi oleh responden . Dari skala psikologi yang

disebar , semuanya kembali dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian.

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

16

Analisis Data

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product

Moment Pearson, dengan ketentuan ada hubungan antara variabel bebas dan

variabel tergantung yang merupakan hubungan linier, bentuk distribusi variabel

perilaku asertif dan penyesuaian diri mendekati distribusi normal. Sebelum data

dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas, dan uji

linieritas.Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS version 17.0.

HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

Perilaku Asertif

Tabel 1.1Kategorisasi Pengukuran

Skala Perilaku Asertif

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 78 < x ≤ 96 Sangat Tinggi

63,86

6 10, 0%

2 66 < x ≤ 78 Tinggi 15 15, 0%

3 54 < x ≤ 66 Sedang 34 56, 7%

4 42 < x ≤ 54 Rendah 11 18, 3%

5 24 < x ≤ 42 Sangat Rendah 0 0, 0%

Jumlah 60 100, 0%

SD = 10, 05 Min = 45 Max = 86

Keterangan: x= perilaku asertif

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perhitungan deskriptif variabel

perilaku asertif dari 24 item pertanyaan tampak skor yang paling rendah adalah 45

dan skor paling tinggi adalah 86, nilai rata-rata adalah 63, 86 dengan standar

deviasi 10, 05. Dan berdasarkan tabel 1,1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

17

yang memiliki kategori sangat tinggi ( 10,0%) , tinggi ( 15,0%) , sedang (56,7%),

rendah (18,3%) , sangat rendah (0,0%). Maka secara umum dapat dikatakan

bahwa perilaku asertif siswa SMK Kristen Salatiga berada pada kategori sedang.

Penyesuaian Diri

Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran

Skala Penyesuaian Diri

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 84,5 < x ≤ 104 Sangat Tinggi 65,56

5 8,3%

2 71,5 < x ≤ 84,5 Tinggi 5 8,3%

3 58,5 < x ≤ 71,5 Sedang 38 63,3%

4 45,5 < x ≤ 58,5 Rendah 11 18,3%

5 26 < x ≤ 45,5 Sangat Rendah 1 1,7%

Jumlah 60 100,0%

SD = 11, 63 Min = 45 Max = 95

Keterangan: x= penyesuaian diri.

Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel 4.3 tampak skor empirik

yang diperoleh pada skala penyesuaian diri dari 26 item pertanyaan tampak skor

paling rendah adalah 45 dan skor paling tinggi adalah 95, rata-ratanya adalah 65,

56 dengan standar deviasi 11,63. Dan berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki kategori sangat tinggi ( 8,3%), tinggi

(8,3%), sedang (63,3%), rendah (18,3%), sangat rendah (1,7%). Maka secara

umum dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri siswa SMK Kristen Salatiga

berada pada kategori sedang

Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pra

syarat.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi suatu data. Uji

normalitas di dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada

program SPSS 16.0.

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

18

Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi

lebih besar 0,005 (p >0,05).Hasil uji normalitas di dalam penelitian ini

menunjukkan kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05.Variabel perilaku

asertif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,073 dimana 0,073 > taraf kesalahan

5% (0,05).Oleh karena itu distribusi data perilaku asertif berdistribusi

normal.Begitu pula data pada penyesuaian diri dimana memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,067 ( p>0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa data penyesuaian diri

mengikuti distribusi normal.

Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak. Dari hasil uji linearitas di ketahui bahwa nilai f

sebesar 1,128 dengan nilai sig sebesar 0.0372 (p>0.05) yang menunjukan bahwa

hubungan perilaku asertif dengan penyesuaian diri adalah linier.

Analisis Korelasi

Tabel 1.3

Hasil Uji Korelasi antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri

Perilaku_arsertif

Perilaku_penyesuaian_Diri

Perilaku_arsertif Pearson Correlation 1 .373**

Sig. (2-tailed) .003.

N 60 60

Perilaku_penyesuaian_Diri Pearson Correlation .373** 1

Sig. (2-tailed) .003

N 60 60

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

19

Uji hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan statistic uji parametric sebab

data penelitian diketahui berdistribusi normal dan berkorelasi linear.Statistic uji

yang digunakan adalah analisis korelasi menggunakan pearson correlation. Hasil

dari analisis korelasi ini menghasilkan koefisien korelasi antara perilaku asertif

dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi 0, 003 (p<0,05).

Ada hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri

siswa SMK Kristen Salatiga.

Hubungan yang ditimbulkan positif yang artinya semakin tinggi perilaku asertif

seseorang maka dapat berdampak semakin tinggi pula perilaku orang tersebut

dalam penyesuaian diri.Begitu pula sebaliknya, jika seseorang memiliki perilaku

asertif yang rendah maka penyesuaian diri orang tersebut terhadap

lingkungannya juga rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa koefisien korelasi antara perilaku

asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 003.

Nilai korelasi ini signifikan pada taraf kesalahan (p<0,05).Nilai koefisien korelasi positif

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif.Artinya jika

seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian diri orang tersebut

juga semakin tinggi.Hubungan positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa adanya

keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri.

Hasil penelitian ini didukung pula dari penelitian yang dilakukan oleh Mardani,

dkk., (2009).Penelitian yang dilakukan oleh Mardani, dkk., (2009) mengungkapkan

bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka semakin tinggi penyesuaian

dirinya.Selain itu Megawati (2010) juga melakukan penelitian yang sama dengan hasil

temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku asertif dengan

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

20

penyesuaian diri pada peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika seorang

siswa memiliki perilakuy asertif yang tinggi dan fenomena di lapangan yang

menunjukkan bahwa masih terdapat kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri dapat

diminimalkan atau dihilangkan dengan siswa berperilaku asertif. Dengan berperilaku

asertif siswa dapat bersikap jujur, terbuka, tanpa ada perasaan cemas dan siswa dapat

menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman sebaya ( Hardjono &

Karyanta, 2009 ).

Perhitungan kategorisasi diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

perilaku asertif pada kategori sedang yaitu rata-rata 63,86 atau sebesar 56,7%.Artinya

perilaku asertif responden tidak rendah dan tidak pula tinggi.Hal ini dapat dikarenakan

adanya faktor yang mempengaruhi perilaku asertif seseorang.Andu,(1994)

mengungkapkan bahwa perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi pengalaman masa

kanak-kanaknya.Adanya pola asuh orang tua dan lingkungan turut membentuk perilaku

asertif seseorang.Tingkat pendidikan juga turut berperan dalam pembentukan perilaku

asertif seseorang.Caplow (Yogaryiantono, 1991) mengatakan bahwa semakin orang

berpendidikan akan semakin mengenal dirinya secara lebih baik, termasuk kelebihan

dan kekurangannya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa percaya diri,

sedangkan sikap percaya diri ini dapat menumbuhkan perilaku asertif yang lebih baik.

Hasil kategorisasi pada variabel sikap penyesuaian diri memiliki kategori

terbanyak adalah sedang, rata-rata 65,56 atau sebesar 63,3% responden termasuk

kedalam sikap penyesuaian diri yang sedang.Calhoun dan Accocella (1995)

menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus menerus

dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan sekitar tempat

individu hidup.Dalam hal ini penyesuaian diri responden baik dengan dirinya sendiri

maupun orang lain dan lingkungan dapat dikatakan masih kurang baik. Penyesuaian diri

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

21

merupakan hal yang penting sebab manusia hidup berdampingan.Perlu adanya

penyesuaian diri yang baik agar diri kita dapat diterima orang lain maupun lingkungan.

Namun demikian pada hasil penelitian masih didapati perilaku penyesuaian diri

responden yang masuk ke dalam kategori rendah dan sangat rendah.Ada sebesar 1, 7%

responden yang menyatakan dirinya sangat rendah dalam penyesuaian diri.Hal ini perlu

menjadi perhatian baik keluarga maupun pihak sekolah.Ada faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang tersebut memiliki sikap penyesuaian diri yang tinggi maupun

rendah.faktor tersebut dapat berasal dari dalam individu itu sendiri dapat pula berasal

dari faktor luar. Faktor luar seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, agama

dan budaya.Jika seseorang terbiasa dengan lingkungan keluarga yang kurang perduli

maka penyesuaian diri individu tersebut akan semakin sulit.

Penyesuaian diri menjadi masalah tersendiri bagi siswa yang memiliki perilaku

asertif kurang baik.Masa transisi dari siswa SMP menjadi siswa SMK memerlukan

sikap penyesuaian diri yang baik.Tentu saja siswa yang telah terbiasa untuk mudah

bergaul, atau memiliki perilaku asertif yang cukup baik tidak akan mendapatkan kendala

ketika berpindah lingkungannya. Namun lain halnya dengan siswa yang memiliki

kendala terhadap perilaku asertif. Penyesuaian diri terhadap lingkungan akan sulit

tercapai dengan perilaku asertif yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk., 2009) yang menyatakan

bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat

memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan

keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif. Berdasarkan pernyataan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perilaku asertif yang baik agar

proses penyesuaian diri dapat berjalan dengan lancar. Terutama untuk siswa kelas X

dimana masa SMP harus segera ditinggalkan dan mendewasakan diri pada bangku

SMK.

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

22

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri siswa kelas X

SMK Kristen Salatiga adalah sebesar 0,373 dengan signifikansi 0,003 (p<0,05).

Artinya ada hubungan positif yang signifikans antara perilaku asertif dengan

penyesuaian diri siswa kelas X SMK Kristen Salatiga. Semakin tinggi perilaku

asertif semakin tinggi penyesuaian diri siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan

saran kebeberapa pihak yaitu:

1. Bagi Orangtua.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asertif dan penyesuaian diri

siswa masih dalam kategori yang sedang.Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua

kurang membiasakan diri anaknya untuk memiliki komunikasi interpersonal yang

baik dan kurang dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Seperti yang

diketahui bahwa pendidikan anak sejak dini berasal dari orang tua.Oleh karena itu

diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya

dalam menanamkan perilaku asertif yang lebih baik.Perilaku asertif yang lebih baik

ini diharapkan dapat berdampak positif dengan sikap penyesuaian diri anak.Lebih

dekat dengan anak, mendengarkan permasalahan yang sedang dihadapi anak, dan

mengarahkan anak untuk hidup lebih mandiri dapat menjadi salah satu solusi agar

perilaku asertif anak dapat meningkat menjadi lebih baik.

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

23

2. Bagi Guru.

Diharapkan guru sebagai orang tua siswa disekolah dapat menanamkan

perilaku asertifkepada murid-muridnya.Hal ini mengingat masih terdapat sebagian

besar siswa memiliki perilaku asertif yang sedang.Pemberian motivasi dan mendidik

siswa menjadi lebih mandiri sekiranya dapat meningkatkan perilaku asertif

siswa.Memberikan bimbingan konseling disela-sela jam pelajaran juga perlu

dilakukan agar siswa merasa lebih nyaman berada di lingkungan sekolah. Perilaku

asertif siswa yang meningkat ini diharapkan dapat membuat penyesuaian diri siswa

menjadi meningkat pula.Guru dapat membuat suasana lingkungan sekolah pada saat

proses belajar mengajar menjadi nyaman sehingga siswa dapat lebih mudah

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang

serupa dapat mengembangkan penelitian ini dengan mencari faktor-faktor apa saja

yang turut mempengaruhi hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri.

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat pula mengembangkan sampel penelitian tidak

hanya terbatas pada siswa saja.Mengingat sikap penyesuaian diri dan perilaku asertif

perlu dimiliki oleh semua orang baik tua maupun muda.Penggembangan alat uji juga

dapat dilakukan seperti untuk meneliti perbedaan perilaku asertif dan penyesuaian

diri pada remaja dengan orang tua

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

24

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, R. ,dan Emmons, M. 2002. Your Perfect Right: Hidup Lebih Bahagia dengan

mengungkapkan Hak. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Anggraini, Nur, Erina. (2010). Hubungan antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri

Mahasiswa Baru yang Merantau Di Kota Malang.Jurnal.Universitas Brawijaya

Malang.

Anindyajati, M. &Karima, M. C. (2004) Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja

Penyalahguna Narkoba (Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba di

Tempat-tempat Rehabilitasi Narkoba).Jurnal Psikologi Universitas Indonusa Esa

Unggul. Vol 2 no. 1

Azwar, S. (2011).Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bazleh, Nikita, Morteza T, Hasan S. (2012). Relationship Between Self-Assertivenes

Anger and Social Adjusment Women With Breast Cancer. Indian Journal of

Fundamental and Applied Life Science.vol.2(3).

Haber, A. ,&Runyon, R. P. 1984. Psychology of Adjusment.Illinois:The Dorsey Press.

Hurlock, E. B. (2006). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi

ke-5.Jakarta: Erlangga

Mardani, R. I, Nugraha A. K. (2009).Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan

Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas x Asrama SMA MTA Surakarta.Jurnal.

Prabandari, YayiSuryo. (2012). Menyusun Instrumen Serta Validitas dan

Reliabilitasnya. Yogyakarta.FK UGM.

Ritonga, rahman. (1997). Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian

.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Santrock, J. W. (2007). Remaja.Edisi ke-11.Jakarta: Erlangga

Sugiyono (2013).Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta

Widhiarso, Wahyu (2007). Skala Likert(Summated Ratings). Yogyakarta.Fakultas

Psikologi UGM.

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

25

Yong, F. S. (2010). A Study on The Assertiveness and Academic Procastination of

English and Communication Student at aPrivate University. American Journal

of Scientific Research, Vol 9, 62-72.

Zakiyah, N.,Hidayati, F. N. R &Setyawan, I. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian

Diri Dengan Prokastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3

PeteronganJombang .Jurnal Psikologi Undip. Vol 8, 2

Azwar, S. (2000). Asumsi-asumsi dalam Inferensi Statistika. Yogyakarta: Faculty of

Psychology.

Hamound, S.A, Dayem, S.A.E, dan Osman. The Effect of an Assertiveness Training

Program on Assertiveness Skills and Self –Esteem of Faculty Nursing Student.

Journal of American Science, Vol.7, 12.

Llyod, S.R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Budiyanto. Jakrta:

Binarupa Aksara.

Setiono, V., dan Pramadi, A. 2005. Pelatihan Asertivitas dan Peningkatan Perilaku

Asertif pada Siswa-siswi SMP. Anima: Indonesian Psychological Journal.

Vol.20, no.2, 149-168.

Sunarto, H., dan Hartono, B.A. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Zengel, M. 2009. The Effectiveness of an Assertiveness Training Programme on

Adolescent’s Assertiveness Level. Journal Elementary Education. Vol.8, No.2,

485-492

Beddel, J. R & Lenox, S. S. (1997). Handbook for communication and problem solving

skills training: A cognitive behavioral approach. New York: John Willy & Sons,

Inc

Tjalla, DR. Awaluddin. (2012). Perilaku Asertif pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi.

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).

Bandung : Pustaka Setia

Rathus, S.A. dan Nevid, J.S. 1983. Adjustment and Growth: The Challenges of Life (2

ed). New York: CBS College Publising.

Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

Calhoun, J.F.1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian.alih

bahasa Mari Juniati. Jakarta : erlangga

Widyawati,5.2002.Reformasi pendidikan dasar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Indonesia

Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada

Remaja. Jurnal Pscyche, Vol 5

Hartono, Ά.B., & Sunarto, H., (2002). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8821/2/T1_802009080_Full... · dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan

26

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.

Cetakan 8. Bandung: Alfabeta.

Safura, Laily dan Sri Supriyanti. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Anak di

Sekolah dengan Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi, Vol 2, no.1, 25-30