fakultas keguruan dan ilmu pendidikan …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai...

127
43 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII TUNAGRAHITA SEDANG SLB B-C YPASP GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN 2008 / 2009 Diajukan Oleh : Nama : TIMI Kelas / NIM : A / X5107683 Program : Pendidikan Khusus FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 BAB I PENDAHULUAN

Upload: dotuyen

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA

PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII

TUNAGRAHITA SEDANG SLB B-C YPASP

GONDANGREJO KARANGANYAR

TAHUN 2008 / 2009

Diajukan Oleh :

Nama : TIMI

Kelas / NIM : A / X5107683

Program : Pendidikan Khusus

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008 BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

A. Latar Belakang Masalah Kenyataan yang terjadi sampai sekarang, pendidikan kita masih

didominasi oleh metode ceramah. Kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam pendidikan sains (IPA) sebagian besar karena faktor didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru dan sistem pendidikan yang merupakan pola satu arah. Pengajaran seperti ini cenderung menjadi dogmatis, dominasi hafalan dan memasung kreatifitas atau kemerdekaan berpikir anak. Metode ceramah sering meniadakan ekplorasi yang konkrit dan masih banyak berpikir nonformal.

Wardi dalam Lufri (1999 : 48) berpendapat “kalau kita masih membiasakan mengajar dcngan pola satu arah, dogmatis, hafalan, kita akan menjadi bangsa yang pengikut yakni bangsa yang fasih menghafal teori-teori tapi tidak pernah menciptakan sendiri”. Dahrin dalam Lufri (2000 : 48) mengemukakan bahwa “sistem pendidikan yang kurang atau tidak merangsang peserta didik untuk mengaktualisasi potensi dirinya sudah seharusnya dihentikan, karena sistem ini akan bermuara pada kegagalan yang membawa malapetaka dan tidak tercapainya kompetensi dari pengamatannya”. Peserta didik pada umumnya tidak punya inisiatif dan kreatifitas mengembangkan potensinya dan daya imajinasinya untuk membebaskan diri dari serba ketergantungan serta anak mudah bosan.

Pembelajaran yang melibatkan anak aktif berpikir adalah sangat penting sehingga perlu dibudidayakan dan pembelajaran yang menyebabkan anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan. Selama ini kami menyoroti masih banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan dan anak mudah bosan. Di SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar terutama C1 kelas VIII prestasi belajar IPA-nya rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya variasi dalam penggunaan metode mengajar. Mereka mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas, mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi IPA dan pasif dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi keadaan demikian penulis mencoba menerapkan

variasi mengajar dengan metode problem solving, metode ini dapat

melibatkan semua siswa untuk aktif menggunakan kemampuan pikirannya

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

karena adanya tantangan untuk menemukan jawaban yang berbeda dengan

temannya. Metode ini dapat menggali dan melatih anak untuk berpikir kreatif.

Pemilihan metode ini disamping memperhatikan karakteristik materi juga

diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh banyak pakar diantaranya Smith

(1989 : 50) yang menyatakan bahwa pengajaran yang baik mempunyai dua

tujuan pokok : 1) Mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap

materi dan 2) Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis. Selnajutnya

dikatakan bahwa metode yang memerlukan kedua tujuan pokok tersebut

adalah problem solving. Disamping itu, Prawat (1997 : 50) mengatakan

bahwa manfaat latihan problem solving bagi siswa adalah untuk belajar lebih

jauh yaitu bagaimana memecahkan masalah spesifikasi yang ditemukan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalahan

yang muncul, yakni sebagai berikut :

1. Siswa mengalami kebosanan dalam pembelajaran IPA (sains) karena

faktor didaktik dan metode pengajaran yang berpusat pada guru.

2. Anak cenderung kesulitan memahami materi-materi IPA karena kurangnya

variasi dalam penggunaan metode mengajar.

3. Karena pemahaman materi IPA kurang, nilai yang dicapai siswa untuk

pelajaran IPA cenderung rendah.

4. Adanya kesulitan pemahaman materi IPA tersebut menyebabkan siswa

tidak menyukai pelajaran IPA sehingga siswa kurang bersemangat dalam

mengikuti pembelajaan di kelas.

Salah satu cara untuk memecahkan masalah-masalah adalah dengan

menggunakan variasi metode dalam pembelajaran salah satunya yaitu metode

problem solving. Upaya itu dapat ditempuh dengan mengadakan eksperimen-

eksperimen, latihan-latihan pemecahan masalah yang dapat memotivasi dan

memancing anak berpikir kritis.

Adapun strategi penerapannya adalah dengan mengadakan penelitian

tindakan kelas karena strategi penelitian itu merupakan cara yang tepat

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran untuk kondisi yang spesifik. Oleh

karena itu, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA pada anak tuna grahita sedang kelas VIII SMPLB

YPASP Gondangrejo Karanganyar tahun 2008/2009.”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas dapat diterapkan tujuan penelitian

sebagai berikut :

“Untuk mengetahui meningkatkan prestasi belajar IPA dengan

menggunakan metode Problem Solving pada pembelajaran IPA siswa

Tuna Grahita Sedang kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo

Karanganyar Tahun 2008 / 2009”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

b. Dapat memberikan masukkan kepada instansi terkait dalam mengambil

kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Siswa

1) Dapat memotivasi siswa untuk belajar supaya prestasi IPA dapat

meningkat.

2) Memberikan pengalaman belajar pada siswa

3) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar

4) Meningkatkan hasil belajar IPA baik aspek kognitif, afektif

maupun motorik

b. Bagi Guru

1) Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran

2) Memberi manfaat dalam menemukan solusi untuk meningkatkan

prestasi belajar IPA pada siswa kelas VIII C1 SMPLB

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

3) Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran IPA

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

disekolah.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Konsep Anak Tuna Grahita

Menurut Japan League For the Mentally Retardet (1992 : p.22)

yang dimaksud dengan anak tuna grahita ialah anak yang memiliki fungsi

intelegensi baku, kekurangan dalam perilaku adaptif dan terjadi pada masa

perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun sedangkan

menurut Y.B. Suparlan anak tuna grahita adalah suatu keadaan gangguan

maupun hambatan di dalam perkembangan mental sedemikian rupa

sehingga seseorang yang menderitanya tidak dapat mengambil manfaat

sebagaimana mestinya dari pendidikan dan pengalaman biasa (1983 : h.6).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan

dalam perkembangan intelegensi, emosi dan sosial bila dibanding dengan

anak normal yang sebaya dalam belajar maupun dalam menghadapi

permasalahan sehingga diperlukan pendidikan khusus,

Anak tuna grahita memiliki karakteristik yang dapat membedakan

dengan anak lain yang normal, serta ada sebab-sebab yang membuat anak

menjadi atau mengalami ketunagrahitaan. Untuk memudahkan dalam

penanganan masalah anak tuna grahita dibutuhkan klasifikasi yang jelas.

Karakteristik anak tuna grahita adalah ciri-ciri yang dimiliki anak

yang membedakan dengan anak normal, ciri-ciri tersebut antara lain :

lambat dalam calistung (baca, tulis, berhitung, kesulitan dalam sosial

psikologi, daya konsentrasi dan pengamatan kurang, sukar mengenalikan

perasaan, mengolid dan yang tunagrahita berat hidupnya taraf vegetatif,

sering menyakiti dirinya sendiri. Sebab-sebab tuna grahita bisa ditinjau

dari berbagai faktor yaitu genetika, sebab pada masa prenatal, perinatal,

postnatal dan sosiokultural. Sedangkan klasifikasi anak tuna grahita,

menurut Dr. Muljono Abdurahman dan Drs. Suyadi diklasifikasikan

berdasarkan medis, biologis, sosio-psikologis dan klasifikasi untuk

keperluan pendidikan.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Menurut Syaiful Dahli Djamarah (1994 : 19) prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individu maupun kelompok.

Menurut Buchori (1997:85) berpendapat bahwa “prestasi adalah

hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf,

serta tindakan hasil belajar yang dicapai. Adapun hasil belajar yang

berupa angka, huruf selain sebagai bukti hasil yang dicapai juga dapat

untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat. “Senada dengan

pengertian tersebut diatas Sutartiah Tirtonegoro (1988:43) berpendapat

bahwa “prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dapat mencerminkan hasil yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf maupun kalimat yang sudah dicapai oleh setiap siswa

dalam periode tertentu.”

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan prestasi adalah hasil atau bukti keberhasilan yang

dicapai siswa dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individu maupun kelompok melalui usaha belajar dalam

bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

b. Pengertian Belajar

Menurut Oemar Hamalik (1989:60), belajar (learning) adalah

merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil daripada

pengalaman dan latihan. Hal diatas sependapat dengan Skinner (dalam

Muhibbin Syah, 1995 : 89) bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi

atau penyesuaian tingkah yang berlangsung secara progresif. Skinner

percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang

optimal apabila diberi penguatan.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara

progesif sebagai hasil dari pengalaman dan latihan

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

c. Pengertian Prestasi Belajar

Proses belajar terjadi di dalam individu yang sedang belajar dan

akan menghasilkan perubahan. Seberapa besar perubahan ini dapat

diketahui dari prestasi belajar.

Menurut W.J.S. Poerwodarminto (1991:787) kata prestasi

belajar mempunyai pengertian “Penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru”.

Sedangkan Peter dan Yenny Salim (1991:90) menyatakan

bahwa : “Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari yang telah

dilakukan. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan,

keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes.”

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Sumadi Suryabrata (1993:249) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain :

1) Faktor yang berasal dari luar individual

Faktor ini digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a) Faktor-faktor non sosial, seperti : (1) keadaan udara, (2) suhu

udara, (3) cuaca, (4) waktu, (5) tempat dan alat-alat belajar

(seperti alat tulis menulis, buku-buku peraga).

b) Faktor-faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses

belajar, seperti perhatian, keadaan lingkungan kelas.

2) Faktor yang berasal dari dalam individu yaitu :

a) Faktor Fisiologi

b) Faktor Psikologi

Menurut Slameto (1995 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor intern meliputi :

a) Faktor jasmani : faktor kesehatan, cacat tubuh

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

b) Faktor psikologi diantaranya : intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c) Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani.

2) Faktor-faktor esktern meliputi 3 faktor :

a) Faktor keluarga

b) Faktor sekolah

c) Faktor masyarakat

Jadi terdapat beberapa faktor yang berasal dari dakan diri siswa

maupun dari luar diri siswa yang saling berkaitan baik secara langsung

maupun tidak langsung

3. Tinjauan Tentang Metode Problem Solving

a. Pengertian

Menurut Rooijakers, Ad (1991:26) metode pemecahan masalah

adalah menghadapkan peserta didik menyadari masalah, menelaah

masalah dari bermacam-macam segi, merumuskan masalah lalu

mencari pemecahan masalah dengan berbagai cara. Dari pendapat di

atas berarti bahwa peserta didik dihadapkan pada permasalahan-

permasalahan kemudian merumuskan permasalahan dan mencari

pemecahannya.

A. Tabrani Rusyan, dkk (189:12) mengemukakan “pemacahan

masalah (problem solving) adalah belajar memcahkan persoalan

berdasarkan beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa yang lalu

dengan beberapa kemungkinan”. Fakta-fakta masa lali, gejala, prinsip

dapat digunakan sebagai dasar dalam meemcahkan masalah tersebut.

Sebagai contohnya adalah konsep materi pelajaran sebelumnya dapat

membantu dalam usaha pemecahan masalah.

Atas dasar penyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah adalah kemampuan menggunakan berbagai fakta,

prinsip, gejala atau peristiwa yang dialami siswa untuk menyelesaikan

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

persoalan dalam pembelajaran untuk memperoleh kemampuan dan

kecakapan kognirif.

b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving

Menurut John Dewey dalam A Tabrani Rusyan, dkk (1989:174)

belajar memcahkan masalah

a) Individu menyadari masalah kalau ia dihadapkan pada situasi

keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.

b) Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk

memungkinkan mencari jalan pemecahannya, menandai aspek

mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau

dalil atau kaidah yang diketahui sebagai pegangan.

c) Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk

bagaimana pengalaman orang lain dalam menghadapi pemcahan

masalah serupa, kemudian mengindentifikasi berbagai alternatif

kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai

jawaban sementara yang memerlukan pembuktian.

d) Setiap alternatif pemecahan ditimbang, selanjutnya dilakukan

pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang

mungkin.

e) Alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktekkan atau dilaksanakan

dari hasil pelaksanaan itu akan diperoleh informasi untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang dirumuskan.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikembangkan oleh John

Dewey terdapat aspek penting yang mencakup dalam langkah-langkah

pemecahan masalah, yaitu :

a. Pemecahan masalah terutama yang bersifat kompleks memerlukan

kemampuan penalaran, baik dalam mengindentifikasi masalah itu

sendiri maupun dalam melihat hubungan sebab akibat dari adanya

masalah tersebut.

b. Pemecahan masalah harus bersifat obyektif dalam menguji

hipotesis atau dalam menarik kesimpulan pemecahan masalah

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

haruslah didasarkan kepada fakta empiris, atau setidaknya dengan

logika.

c. Bersifat ilmiah, suatu kegiatan ilmiah menggunakan prosedur yang

sistematik dan berdasarkan pada fakta.

d. Menggunakan keseluruhan kemampuan yang bersifat potensial dan

besifat akademik.

Menurut Polya dalam Vossen, H (1986 : 102) proses

pemecahan masalah dibagi dalam empat fase yaitu :

a. Fase memahami masalah

b. Fase pemikiran rencana

c. Fase pelaksanaan rencana

d. Fase peninjauan kembali

Proses pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik apabila

masalah tersebut dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga akan

melahirkan pengenalan masalah, pemahaman masalah hingga dapat

memecahkan masalah.

Selain fase-fase pemecahan masalah, dalam proses pemecahan

masalah terdapat komponen-komponen pemecahan masalah.

Komponen-komponen pemecahan menurut Gredler M. E. B. (1994 :

74) antara lain :

a. Mereformasi masalah.

b. Mengenali sub-sub masalah yang relevan.

c. Mengumpulkan data yang relevan atau mulai mengambil langkah

secara sistematis untuk memecahkan sub masalah.

d. Menilai hasil, mengarahkan kembali jika perlu.

4. Pembelajaran IPA

a. Menurut Alwin W. Howard, pembelajaran adalah aktivitas untuk

mencoba, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan

mengembangkan keterampilan, sikap, sita-sita, penghargaan dan

pengetahuan (Roestiyah, NK, 1989 : 15).

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

b. Pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan

ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni

tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru

dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada hubungan sosial

tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana

belajar mengajar yang tersedia (J. J. Hasibuan dan Moedjiono,

2000 : 3).

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat proses

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang

berlaku dalam waktu relatif lama.

Hal yang penting dalam mengajar adalah bagaimana siswa dapat

mempelajari bahan sesuai tujuan. Usaha yang dilakukan guru hanya

merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa belajar.

Peranan guru bukan sebagai penyampai informasi, melainkan sebagai

pengaruh dan pemberi fasilitas dalam proses belajar (A. Tabrani Rusyan,

dkk, 1989 :27).

Ilmu Pengetahuan Alam artinya ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang teradi di alam ini. Pembelajaran IPA adalah berbagai cara

memberikan pengajaran yang berkembang dengan kejadian kebendaan

dengan hasil observasi atau pengamatan, eskperimen dan induksi.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk

bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang

dirumuskan. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu materi dasar yang

harus dikuasai siswa karena merupakan suatu bekal untuk mempelajari materi

selanjutnya sehingga perlu adanya metode pembelajaran yang tepat untuk

membantu siswa dalam memahami materi tersebut.

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Metode problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang

menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau

diselesaikan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam memecahkan

masalah dilakukan dalam beberapa tahap yaitu menganalisa soal, mencari

informasi tentang teori yang mendukung, menganalisa data dan menarik

kesimpulan. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil

dengan tahap-tahap pemecahan yang tepat, sehingga jawaban yang diperoleh

siswa berasal dari pemikiran yang terstruktur dan ilmiah. Siswa akan lebih

memahami tahapan-tahapan yang dilaluinya dan dapat menerapkannya dalam

soal bentuk lain.

Dalam pembelajaran IPA di SLB B-C YPASP Gondangrejo

Karanganyar selama ini masih digunakan metode ceramah. Hal ini mungkin

menyebabkan pembelajaran terkesan monoton dan siswa cenderung pasif dan

bosan, sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar IPA dan keaktifan

siswa. Dengan optimalisasi pemilihan dan penggunaan metode yang tepat

serta menarik perhatian yaitu diterapkannya metode pembelajaran Problem

Solving dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa dan

dapat memperkuat ingatan siswa serta keaktifan siswa. Kerangka penelitian

ini digambarkan oleh siswa skema sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Pemikiran

Skema tersebut apat dijelaskan bahwa apabila pengajaran IPA di

laksanakan dengan metode problem solving maka prestasi belajar IPA akan

meningkat.

Siswa Pembelajaran

Prombel Solving

Prestasi

Belajar IPA

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

C. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesisnya

sebagai berikut :

Bahwa penerapan metode problem solving pada pembelajaran IPA

dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VIII

Tunagrahita Sedang SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar.

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di ALB B-C YPASP Gondangrejo

Karanganyar pada tahun pelajaran 2008/2009. Sekolah ini memiliki

jumlah siswa seluruhnya 56 siswa dengan staf pengajar terdiri dari 9 guru;

3 guru tetap yayasan, 2 guru bidang studi, 1 penjaga dan 1 kepala sekolah.

Penelitian ini dilaksanakan dengan dasar pertimbangan prestasi belajar IPS

di kelas VII C1 masih rendah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II (Genap) tahun pelajaran

2008/2009 yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2009.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII C1 SMPLB YPASP

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran

2008/2009. pada semester II (Genap) yang jumlah siswanya 2 (dua) anak.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-

tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai.

1. Tahap persiapan tindakan, meliputi :

a. Mempelajari kurikulum.

b. Mempersiapkan materi bahan pelajaran dan peralatan untuk

eksperimen.

c. Mempersiapkan instrukmen untuk diskusi dan poslist.

d. Menyiapkan atau membuat penilaian.

e. Membuat lembar observasi.

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

f. Mengadakan focus group discussion dengan guru-guru kelas VIII C1

dari SLB lain.

g. Menyusun kuesioner tentang presrasi siswa terhadap materi soal.

h. Menyusun tes.

2. Tahap Tindakan

Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam

bentuk siklus (direncanakan 3 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4

kegiatan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan

interprestasi dan (4) analisis dan refleksi.

a. Rancangan Siklus I

1) Tahap perencanan, mencakup kegiatan.

a) Guru merancang skenario pembelajaran IPA

b) Guru menyusun silabus dan rencana pembelajar (RP).

c) Guru menyediakan media pembelajaran untuk eksperimen atau

percobaan-percobaan.

d) Menyiapkan lembar observasi tentang hasil pengamatan dan

eksperimen.

e) Menyiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan

pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving pada pembelajaran IPA.

b) Guru membentuk diskusi kelas.

c) Guru menjelaskan maksud pembelajaran.

d) Guru mengajak siswa melakukan pengamatan tentang materi

pembelajaran.

e) Masing-masing siswa melakukan pengamatan dan

mendiskusikan materi sesuai dengan tugasnya.

f) Guru membimbing siswa dalam pengamatan dan diskusi.

g) Guru mengadakan postest I

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

3) Tahap Observasi

a) Guru memonitoring / membantu siswa jika mengalami

kesulitan.

b) Guru mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c) Observasi diarahkan pada point yang telah ditetapan dalam

indikator dan melakukan observasi dengan memakai format

observasi.

d) Guru mencatat hasil pengamatan dan postest I.

4) Tahap analisis dan refleksi

a) Melakukan evaluasi tindakan I dan menganalisa hasil pekerjaan

siswa, hasil observasi dan posttest I.

b) Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan apakah

sudah memenuhi/ mencapai indicator yang telah ditetapkan.

Seandainya indicator sudah mencapai seperti yang diharapkan

maka siklus ini dapat dihentikan dan dilanjurkan untuk siklus

dua dan tiga dan seterusnya. Tapi jika belum mencapai

indicator seperti yang diinginkan maka siklus harus diulangi

lagi.

c) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario pembelajaran.

d) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi.

b. Rancangan siklus 2

1) Perencanaan

- Dilakukan perenanaan pembelajaran 2

- Penyempurnaan tindakan yaitu atas dasar hasil siklus I

dilakukan penyempurnaan tindakan (menunggu dari hasil

refleksi)

2) Pelaksanaan

- Pelaksanaan program tindakan 2 dan penekanannya

memperbaiki kekurangan pada siklus I

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

3) Pengamatan

- Pengamatan program tindakan 2

- Pengumpulan data tindakan 2

4) Refleksi

- Evaluasi tindakan 2 (berdasarkan indikator pencapaian)

c. Rancangan siklus 3

- Menunggu hasil refleksi 2

3. Tahap Pasca Tindakan

a. Membuat rekapitulasi hasil kemajuan yang dicapai siswa dalam

pembelajaran IPA pada 3 siklus tindakan yakni merekap jumlah nilai

postest yang dapat dikerjakan dengan benar oleh semua siswa.

b. Mengadakan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah IPA.

c. Memberikan kuesioner kepada siswa mengenai materi soal yang telah

dikerjakan.

d. Loka karya dengan guru lain untuk menyosialisasikan penelitian ini.

e. Menyusun laporan hasil penelitian.

f. Mengadakan revisi laporan dan seminar.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Informasi tesebut akan digali dari berbagai

sumber data dan jenis data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini

meliputi :

1. Siswa Kelas VIII C1 SLB B-C YPASP Wonorejo, Gondangrejo,

Karanganyar.

2. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

3. Informasi (Guru, Kepala Sekolah, dan Keluarga)

4. Arsip Nilai.

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

E. Teknik Pengumpulan data

Seusai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,

maka tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara jenis ini bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam

formal dan dapat dilakukan berulang-ulang pada informasi yang sama.

Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan memperoleh informasi

yang rinci dan mendalam.

Teknik wawancara ini akan dilaksanakan pada semua informan

2. Observasi langsung

Observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran

berlangsung adalah observasi partisipasi agar hasilnya seobjektif mungkin.

Observasi ini untuk mengamati siswa yang belajar ilmu pengetahuan alam

(IPA) dengan menggunakan dan diterapkannya metode problem solving

dalam pembelajaran.

3. Tes

Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar anak dalam

pembelajaran IPA. Tes itu sendiri adalah suatu pertanyaan yang harus

dijawab oleh teste guna mengukur kemampuan, ketrampilan, intelegensi

atau bobot yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

F. Evaluasi Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas yang akan

dikumpulkan dalam penelitian, teknik pengembangan validitas data yang biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Adapun

trianggulasi yang digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber data yaitu

mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Teknik

trianggulasi sumber data diharapkan dapat memberikan inspirasi yang lebih

tepat sesuai keadaan siswa.

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

G. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

diskriptif kualitatif, yang dilakukan berdasarkan hasil observasi dan refleksi

dari tiap-tiap siklus.

H. Indikator Kinerja

Yang menjadi tolak ukur keberhasilan alam penelitian ini adalah

tercapainya indikator :

a. Adanya peningkatan pemahaman materi

b. Adanya peningkatan jumlah materi soal yang dapat dikerjakan

c. Peningkatan prestasi belajar IPA

d. Meningkatkan keaktifan siswa dan motivasi belajar siswa

Kaitan logis antara tercapainya indikator dengan keberhasilan penelitian

adalah semakin tinggi ketercapaian indikator berarti semakin tinggi tingkat

prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

I. Jadwal Penelitian

Urutan kegiatan penelitian ini dari awal hingga akhir adalah sebagai

berikut :

No Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan tindakan

a. Menjajaki tingkat kemampuan IPA Siswa

b. Mengidentifikasi materi yang sulit di pahami

c. Memberi materi soal yang sudah dipahami

d. Mengadakan focus group dicoussion dengan

guru SLB lain.

e. Menyusun tes

f. Menyusun Instrumen

V

V

V

V

V

V

2 Pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I

b. Siklus II

c. Siklus III

V

V

V

V

V

V

V

3 Pasca Tindakan

a. Merekap hasil tindakan

b. Mengadakan tes

c. Menyebar kuesioner

d. Mengadakan loka karya

e. Menyusun laporan

f. Revisi dan seminar

V

V

V

V

V

V

V

V

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

A. Kajian Teori

1. Konsep Anak Tuna Grahita

a. Pengertian Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental retardasi).

Arti harfiah dari perkataan tuna adalah merugi sedangkan grahita artinya pikiran. Seperti namanya, tuna grahita ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan dalam berpikir dan bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tuna grahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya berada di bawah rata-rata. Tuna grahita bukan suatu penyakit tetapi suatu kondisi yang melibatkan berbagai variabel

Menurut Japan lauge for the mentally teraded (dalam PLB Umum, M. Abdurachman, 1994 : 22) yang dimaksud dengan “retardasi mental ialah (1) fungsi intelektualnya lamban yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2) kekurangan alam perilaku adaptif dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Sedangkan menurut YB. Suparlan (1983 : 6) berpendapat bahwa, “anak tuna grahita adalah suatu keadaan ganguan maupun hambatan di dalam perkembangan mental sedemikian rupa sehingga seseorang yang menderitanya tidak dapat mengambil manfaat sebagaimana mestinya dari pendidikan dan pengalaman biasa”.

Menurut Sugiuni (1996 :83) berpendapat bahwa “Anak tuna grahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial, karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni di sesuaikan dengan kemampuan anak”.

Direktorat Pembina Sekolah Luar Biasa menyebutkan bahwa “Tuna

grahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan

keterbelakangan perkembangan mental-intelektual dibawah rata-rata, sehingga

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka

memerlukan layanan pendidikan khusus”.

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna

grahita adalah anak yang secara signifikan mengalami hambatan dan

keterbelakangan mental intelegensi, emosi dan sosial dalam belajar maupun

dalam menghadapi permasalahan sehingga mereka memerlukan layanan

pendidikan khusus.

b. Karakteristik Anak Tuna Grahita

Menurut Munzayanah (2008) karakteristik anak tuna grahita secara

umum meliputi antara lain :

1) Karaktaristik Fisik

- Kemampuan motorik kurang baik

- Kurang memiliki gambaran tubuh (body I mage)

- Kurang dinamis dan wibawa

2) Karakteristik Kecerdasan

- Kurang mampu mengingat kembali informasi (daya ingat lemah)

- Kurang / tidak mampu berfikir kreatif

- Kurang memiliki daya nalar

- Kurang mampu mengadakan asosiasi

- Perhatiannya labil

3) Karakteristik Sosial

- Adanya ketergantungan

- Sulit menyesuaikan diri

- Adanya rasa rendah diri

- Kurang mampu bergaul

4) Karakteristik Emosi

- Emosi tidak terkendali

- Kurang mempunyai rasa kasih sayang

- Kurang merasa bangga

- Pemalu

5) Kemampuan bahasa dan komunikasi

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

- Perbendaharaan bahasa terbatas

- Bicaranya tidak / kurang jelas (sedang dan berat)

- Kadang-kadang berkelainan bicara (gagap, cedal)

Sedangkan menurut Sugini (1996 : 86) ada beberapa karakteristik anak

tuna grahita yang dapat kita kenali antara lain sebagai berikut :

1) Keterbatasan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-

ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi

kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak,

kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kasalahan-kesalahan,

mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan untuk merencanakan masa

depan. Anak tuna grahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut.

Kapasitas belajar yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan

membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa

pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2) Keterbatasan Sosial

Anak tuna grahita memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri

dalam masyarakat sehingga mereka memerlukan bantuan. Cenderung

berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan

terhadap orang tua sangat besar, tidak memikul tanggung jawab sosial

dengan bijaksana, sehingga mereka selalu dibimbing dan diawasi. Mereka

juga mudah dipengaruhi, cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan

akibatnya.

3) Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental lainnya

Anak tuna grahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau

tugas dalam jangka waktu lama, memerlukan waktu lebih lama untuk

melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenali. Mereka memiliki

keterbatasan dalam penguasaan bahasa, membutuhkan kata-kata konkrit

dan sering didengarnya.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

anak tuna grahita antara lain : memiliki kecerdasan atau intelegensi

rendah, emosi tidak stabil, daya pengamatan, ingatan dan konsentrasi

kurang, lambat dalam calistung (baca, tulis, berhitung), kesulitan dalam

sosial psikologi, mudah dipengaruhi serta kurang kesanggupan unutk

berdiri sendiri.

Sedangkan karakteristik anak tuna grahita sedang atau mampu latih

(imbisil) antara lain : wajahnya mirip orang mongolia, anggota badannya

pendek juga jari-jarinya, mulut sering terbuka dan terlihat lidahnya yang

kasar dan agak panjang, otaknya lemah, dan kulit kering sering berkeringat

dingin serta rambut kasar.

c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita

Menurut Muljono Abdurrahmn dan Sudjadi S.(1994 : 24). Klasifikasi

anak tuna grahita diklasifikasikan berdasarkan (1) media biologi, (2) sosial-

psikologis, (3) klasifikasi untuk keperluan pendidikan.

1) Klasifikasi Medis-Biologis

Menurut pandangan medis tuna grahita dipandang sebagai suatu

akibat dari berbagai medis atau kondisi biologis yang tidak sempurna, sifat

dari suatu klasifikasi medis didasarkan pada faktor penyebabnya atau

faktor etiologis. Klasifiksi retardasi mental sebagai berikut :

a) Retardasi mental taraf perbatalan (IQ 68-85)

b) Retardasi mental ringan(IQ 52-67)

c) Retardasi mental sedang (IQ 36-51)

d) Retardasi mental berat (IQ 20-35)

e) Retardasi mental sangat berat (IQ kurang dari 20)

f) Retardasi mental tidak tergolongkan

2) Klasifiksi Sosial-Psikologis

Klasifikasi sosial psikologis menggunakan dua kriteria yaitu kriteria

psikometrik dan kriteria perilaku adaptif. Untuk dapat diklasifiksikan

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

sebagai retardasi mental seorang individu harus memperlihatkan adanya

penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang

terukur.

Ada empat taraf retardasi mental menurut intelegensi yaitu :

a) Retardasi mental ringan (mild mental retardational) IQ : 55-65

b) Retardasi mental sedang (moderate mental retardasi) IQ : 40-54

c) Retardasi mental berat (savere mental retardasi) IQ : 25-39

d) Retardasi mental sangat berat (profound mental retardasi) IQ : 24 ke

bawah.

Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri empat

macam yaitu : (1) ringan, (2) sedang, (3) berat dan (4) sangat berat.

Mengelompokan anak tuna grahita berdasarkan perilaku adaptif

tidak semudah berdasarkan taraf intelegensi. Skala kematangan sosial

vineland merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk mengukur

sosial quitient. Taraf retardasi mental berdasarkan perilku adaptif di

estimasikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ahli klinis dan

kurang memiliki gradasi yang baik seperti halnya yang diukur oleh tes

intelegensi yang menghasilkan IQ.

3) Klasifikasi Untuk Keperluan Pembelajaran

Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah

umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual

mereka. Ada empat kelompok untuk keperluan pembelajaran yaitu :

a) Taraf perbatasan atau lamban belajar (the borderline or the

slowlearner) IQ : 70-85

b) Tuna grahita mampu didik (educable mentally retarded) IQ : 50-70

atau 70

c) Tuna grahita mampu latih (trainable mentally retarded) IQ : 30 atau 35

sampai 50 atau 55

d) Tuna grahita mampu rawat (independent or profoundly mentally

retarded) IQ : di bawah 25 atau 30

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Anak tuna grahita mampu didik karena perkembangan mentalnya yang

tergolongan subnormal akan mengalami. Kesulitan dalam mengikuti program

reguler di sekolah dasar. Meskipun demikian anak tuna grahita mampu didik

dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai mata ajaran akademik di

sekolah dasar, mampu dididik untuk melakukan penyesuaian sosial yang

dalam jangka panjang dapat berdiri dalam masyarakat dan mampu bekerja

untuk menopang sebagian atau seluruh kehidupan orang dewasa.

Pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak, anak tuna grahita mampu

didik sering tidak diketahui bahwa ia terbelakang. Anak tuna grahita mampu

didik sering baru dapat diketahui pada saat usia prasekolah, terutama pada

saat guru taman kanak-kanak melakukan observasi perilaku anak-anak. Anak

tuna grahita mampu didik umumnya baru diketahui setelah adanya tuntutan

penguasaan kemampuan belajar menjadi lebih ditekankan. Dalam banyak

kasus, sering tidak ditemukan kondisi patologis sebelumnya.

Anak tuna grahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak dapat dididik untuk mencapai prestasi akademi minimum, yaitu kelas satu SD, kemandirian poko penyesuaian sosial dalam masyarakat dan penyesuaian kerja secara total dalam taraf kehidupan orang dewasa. Meskipun demikian anak tuna grahita mampu latih masih mempunyai potensi untuk belajar : (1) Keterampilan untuk menolong diri sendiri (self-help skills)

(2) Penyeseuaian sosial dalam kehidupan keluarga dan bertetangga, dan

(3) Dapat melakukan pekerjaan sederhana di tempat kerja terlindung

(sheltered worshop)

Anak-anak tuna grahita mampu latih umumnya sudah dapat

diketahui sejak masa bayi atau masa kanak-kanak awal. Anak tuna grahita

mampu latih umumnya dapat ditandai oleh adanya gejala klinis atau

tanda-tanda fisik, atau karena adanya keterlambatan secara nyata dalam

berbicara dan berjalan.

Anak tuna grahita mampu rawat adalah anak yang karena retardasi

mental sangat berat maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri

maupun sosialisasi. Anak semacam ini memerlukan pemeliharaan secara

penuh dan pengawasan sepanjang hidupnya.

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Menurut Sugini S.Pd (1996) menyebutkan bahwa “pengelompokkan

pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensi yang terdiri dari

terbelakang ringan, sedang dan berat.

a) Tuna Grahita Ringan

Tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil, memiliki IQ

68-52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Wescher (WISC)

memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belar membaca, menulis dan

berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik anak

terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh

penghasilan untuk dirinya sendiri.

b) Tuna Grahita Sedang

Tuna grahita sedang disebut juga imbisil. Kelompok ini memiliki

IQ 51-36 berdasarkan skal Binet sedangkn menurut skala Weschler

(WISC) memiliki IQ 54-40. Anak terbelakang sedang bisa mencapai

perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik

mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti

menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan.

c) Tuna Grahita Berat

Kelompok anak tuna grahita berat sering disebut idiot. Kelompok

ini dapat dibedakan lagi antara anak tuna grahita berat dan sangat berat.

Tuna grahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala binet

dan antara 39-25 menurut skala Weschler (WISC). Tuna grahita sangat

berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet IQ

dibawah 24 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau

MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tuna

grahita dapat dibedakan menurut medis-biologi, sosial-psikologi,

intelegensi dan menurut kepentingan pendidikan klasifikasi tersebut

diperlukan untuk memudahkan dalam pemberian pelayanan pendidikan

bagi mereka.

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

d. Penyebab Tuna Grahita

Pengertian tentang penyebab retardasi mental atau tuna grahita dapat

digunakan sebagai landasan dalam melakukan usaha –usaha preventif.

Menurut Mulyono Abdurahman dan Sudjadi S (1994 : 27), “Tuna

grahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu genetika, sebab-sebab

pada masa prenatal, masa perinatal, masa postnatal dam sebab-sebab sosio-

kultural”.

1) Faktor Genetik

Pada beberapa tahun sebelumnya kondisi-kondisi yang berkaitan

dengan tuna grahita belum diketahui orang. Penemuan dibidang biokimia

dan genetik telah memberikan penjelasan tentang penyebab tuna grahita.

Teknik khusus telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya

studi jaringan kultur dan identifikasi beberapa kromosom. Berikut ini

dikemukakan penyebab tuna grahita berupa kerusakan biokimiawi dan

abnormalitas kromosomal.

a) Kerusakan / Kelainan Biokimiawi

Pada saat ini ada lebih kurang 90 penyakit yang dapat

menyebabkan kelainan metabolisme sejak kelahiran dan hal-hal

tersebut dapat diturunkan secara genetik. Dalam arti suatu penurunan

sifat. Para ahli biokimia telah mengidentifikasi sejumlah subtansi

kimia yang dapat berpengaruh terhadap kondisi genetik absnormal

misalnya materi kimia berupa karbohidrat, lemak dan asam amino.

Phenylketonuria diketahui sebagai penyakit yang diturunkan

yang dapat menyebabkan etardasi mental. Hal ini disebabkan oleh

metabolisme asam amino abnormal yang diturunkan. Galactosemia

adalah contoh lain dari kelainan metabolisme karbohidrat. Keadaan ini

diturunkan melalui pewaris resesif.

Kedua kondisi tersebut merupakan kelainan metabolisme sejak

lahir yang dapat dideteksi lebih dini. Pengendalian terhadap kelainan

genetik pada saat ini sedang digalakan oleh para ahli genetik

terkemuka. Meskipun prosentase anak retardasi mental yang

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

disebabkan oleh abnormalitas biokimia sejak lahir kecil, merupakan

hal yang sangat penting untuk melanjutkan studi preventif bagi anak

retardasi mental.

b) Abnormalitas kromosomal

Perkembangan-perkembangan dari studi kultur jaringan dan

identifikasi kromosom-kromosom abnormal telah memberikan jalan

bagi penemuan-penemuan dibidang genetik bagi anak retardasi mental.

Abnormalitas kromosom paling umum ditemukan adalah sindroma

down atau sindroma mongol (mongolism)

2) Penyebab Tuna Grahita Pada Masa Prenatal

Terdapat beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan embrio dan yang menyebabkan kesalahan perkembangan

sistem sataf serta menyebabkan retardasi mental diantaranya keadaan

nutrisi ibu, psikologis dan lingkungan fisik serta kasus spesifik seperti

infeksi rubella (cacar) dan faktor Rhesus (Rh).

Virus rubella yang mengenai ibu selama tiga bulan pertama

kehamilan mungkin menyebabkan kerusakan kongenital dan kemungkinan

terjadinya retardasi mental. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit

tersebut misalnya gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati, mikrosefali

dan retardasi mental.

Pada manusia memiliki 86% Rh-positif dan 14% memiliki Rh-

negatif. Darah Rh-positif dan darah Rh-negatif merupakan pasangan yang

saling menolak (incompatible). Pada penderita retardasi mental

menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang tidak

kompatible. Indikator tersebut dapat dilihat ketika janin (fetus) memiliki

Rh yang tidak kmpatible dengan darah ibunya. Anak tersebut dapat

menjadi retardasi mental kecuali kalau dilakukan perbaikan (tindakan

medik) pada usia yang sangat dini.

3) Penyebab Perinatal

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan

terjadinya retardasi mental yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran,

sesak napas (asphyzia) dan prematuritas.

Kerusakan otak pada anak-anak sering berhubungan dengan

kejadian-kejadian pada saat kelahiran (perinatal) yaitu proses kelahiran

yang berhubungan dengan lamanya kelahiran dan kesulitan kelahiran,

penggunaan alat bantu kedokteran, lahir sungsang dan penyebab-penyebab

lain dari kerusakan otak tanpa spesifikasi jenis kerusakan.

Penyebab lain dari kerusakan otak adalah sesak napas (asphyxia)

yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam otak selama proses

kelahiran. Otak tidak dapat berfungsi tanpa suplai oksigen yang cukup.

Jika suplai oksigen ke otak terhenti beberapa menit, kerusakan sel-sel otak

sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

4) Penyebab Postnatal

Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita

pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi

mental. Penyakit-penyakit akibat infeksi yang dapat menyebabkan

retardasi mental adalah encephalitis dan meningitis.

Encephalitis menunjukkan pada suatu peradangan sistem saraf

pusat yang disebabkan oleh virus tertentu. Encephalitis meliputi

bermacam-macam kerusakan atau infeksi pada usia dini yang

menimbulkan panas tinggi dan mungkin menimbulkan kerusakan sel-sel

otak. Salah satu resiko lain yang sering ditemukan dalam keluarga miskin

yang dapat membahayakan anak-anak adalah jika terkena encephalitis

timah (lead encephalitis) atau keracunan timah hitam. Timah hitam

menghasilkan racun yang menimbulkan terjadinya retardasi mental berat.

Miningitis adalah suatu kondisi yang berasal dari infeksi bakteri

yang menyebabkan peradagngan pada selaput otak (minenges) dan

menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Penyakit ini telah dikenal

bukan hanya menjadi penyebab potensial dari ketuliaan dan kebutaan

tetapi juga retardasi.

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

5) Sebab-sebab sosio-kultural

Lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan

intelektual, manusia dapat mengaktualisasikan sifat-sifat kemanusiaannya

hanya jika ia berada dalam lingkungan manusia. Hal ini menunjukkan

bahwa sosiokultural mampunyai pengaruh terhadap perkembangan

intelektual manusia.

Sedangkan menurut A. Salim Choiri (2008 : 5) menyebutkan

bahwa ada berbagai faktor yang menyumbang terjadinya anak

berkebutuhan khusus termasuk tuna grahita. Faktor tersebut meliputi :

1) Heriditer

Faktor penyebab yang berdasarkan keturunan atau sering dikenal

dengan genetik adalah kelainan kromosome. Pada kelompok faktor

penyebab heriditer masih ada kelainan bawaan non genetik, seperti

kelahiran pre-mature dan BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu berat

bayi lahir kurang dari 2.500 gram, merupakan resiko terjadinya anak

berkelainan. Demikian juga usia ibu sewaktu hamil di atas 35 tahun

memiliki resiko yang cukup tinggi untuk melahirkan anak berkelainan.

2) Penyakit / Infeksi

Merupakan suatu penyebab dikarenakan adanya berbagai

serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan baik langsung

terjadinya kelainan seperti infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella,

Cytomegalavirus, Herpes, Miningitis, dan sebagainya.)

3) Keracunan

Masih banyak jenis keracunan yang merupakan penyebab yang

cukup banyak ditemukan karena seperti pola hidup masyarakat,

keracunan dapat secara langsung pada anak maupun melalui ibu hamil.

Munculnya FAS (Fetal Alchohol syndrome) adalah keracunan janin

yang disebabkan ibu mengkonsumsi alkohol yang berlebihan,

kebiasaan ibu mengkonsumsi obat bebas tanpa pengawas dokter

merupakan potensi keracunan pada janin. Jenis makanan yang

dikonsumsi bayi banyak mengandung zat-zat berbahaya merupakan

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

salah satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai saana kehidupan

terutama pencemaran udara dan air.

4) Trauma

Kejadian yang tak terduga dan menimpa langsung pada anak,

seperti proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan

yang mengandung resiko tinggi atau kejadian saat kelahiran saluran

pernapasan anak tersumbat sehingga menimbulkan kekurangan

oksigen pada otak (asfeksia) terjadinya kecelakaan yang menimpa

pada organ tubuh anak terutama bagian kepala, bencana alam seperti

gempa bumi sering menyebabkan kejadian kelainan.

5) Kekurangan gizi / Malnutrisi

Masa tumbuh kembang anak dapat berpengaruh terhadap tingkat

kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan.

Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolisme

maupun penyakit parasit pada anak seperti cacingan. Hal ini mengingat

Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak memunculkan atau

tempat tumbuh kembangnya penyakit parasit dan juga kurangnya

asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada masa

tumbuh kembang.

Menurut J. David Smith (2006:110) menyatakan bahwa “yang

termasuk penyebab terbelakang mental adalah penyebab genetika.

Faktor-faktor selama masa kehamilan, trauma kelahiran, penyakit dan

cidera selama masa kanak-kanak dan remaja serta korban lingkungan”.

a) Penyebab genetik / Kromosom

Terdapat sejumlah bentuk-bentuk terbelakang mental yang

disebabkan oleh faktor-faktor genetik diantaranya phenylketpnuria

(PKU), penyakit tay-sachs. Down syndrome atau mongoloid.

b) Penyebab pada pra kelahiran

Penyebab pada masa pra kelahiran kadang-kadang terjadi setelah

pembuahan sebelum kelahiran. Akibat yang paling normal adalah

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Rubella (cacar air/campak german) pada janin, penyakit syphilis

yang tidak terawat dan infeksi penyakit kelainan, racun dari

alkohol dan obat-obatan.

c) Penyebab pada saat kelahiran

Penyebab utama pada saat kelahiran yang menyebabkan

terbelakang mental adalah prematur. Masalah-masalah selama

proses kelahiran bayi salah satunya adalah kelahiran sungsang.

d) Lingkungan

Sebagian besar anak penyandang terbelakang mental akibat korban

lingkungan yang merugikan dan menggagu perkembangan

mentalnya atau mereka anak-anak yang masuk sekolah dengan

pengalaman-pengalaman lingkungan yang membawanya pada

ketidak beruntungan dalam memenuhi harapan-harapan yang

mereka hadapi. Lingkungan tidak dapat memenuhi kebutuhannya

dalam pertumbuhan dan perawatannya.

e) Penyebab selama masa perkembangan anak dan remaja

Terbelakang mental dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau

remaja. Penyebabnya adalah menderita penyakit radang selaput

otak (miningitis atau radang otak (encephalitis) tidak ditangani

secara dini dan sungguh-sungguh, kecelakaan yang menyebabkan

cidera/ kerusakan pada otak, gizi yang jelek atau keracunan.

Keracunan timah adalah ancaman utama pada anak-anak yang

bersumber dari lingkungan sekitar seperti cat yang sudah lama dan

pipa air.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terbelakang

mental atau tuna grahita disebabkan dari berbagai faktor dan sebab yaitu

faktor genetik / herediter, Peristiwa sebelum kelahiran saat kelahiran dan

sesudah kelahiran serta faktor kesehatan dan sosiokultural lingkungan.

2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

d. Pengertian Prestasi

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 19) “Prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun

kelompok”.

Menurut M. Buchori (1997 : 85) berpendapat bahwa “Prestasi adalah

hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf, serta

tindakan hasil belajar yang dicapai”. Adapun hasil belajar yang berupa angka,

huruf selain sebagai bukti hasil yang dicapai juga dapat untuk memotivasi agar

prestasinya lebih meningkat. Senada dengan pengertian tersebut diatas

Sutartiah Tirtonegoro (1988:43) berpendapat bahwa “prestasi adalah penilaian

hasil usaha kegiatan belajar yang dapat mencerminkan hasil yang dinyatakan

dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang sudah dicapai oleh

setiap siswa dalam periode tertentu.”

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan prestasi adalah hasil atau bukti keberhasilan yang dicapai siswa dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun

kelompok melalui usaha belajar dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun

kalimat.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang

dicapai siswa dari usaha belajar.

e. Pengertian Belajar

Belajar dapat dipandang sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan dari hasil pengalaman, dimana guru terutama melihat siswa dalam bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi belajar mengajar. Dari situ terlihat sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang telah dimilikinya. Seseorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu antara lain tentang : (1) penguasaan pengetahuan baru (kognitif), (2) penguasaan keterampilan baru (psikomotor), (3) pengembangan sikap dan minat baru (affektif).

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik dilihat dari jenis maupun sifatnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam diri seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Oemar Hamalik (1992 : 60), “belajar (learning) adalah merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil daripada pengalaman dan latihan”. Hal diatas sependapat dengan Skinner (dalam Muhibbin Syah,

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

1995 : 89) bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah yang berlangsung secara progresif”. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progesif sebagai hasil

dari pengalaman dan latihan

Menurut Suhaenah Suparno (2001 : 2) “belajar adalah merupakan suatu

aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen sebagai

akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut tidak

disebabkan faktor kelelahan (fatique), kematangan, ataupun karena

mengkonsumsi obat tertentu”.

Sejalan dengan perumusan diatas menurut Hilgard dan Bower (dalam

Ngalim Purwanto, 1997 : 84), mengemukakan bahwa “Belajar adalah

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang yang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang

dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan

atas dasar kecenderungan responden pembawaan, kematangan atau keadaan

sesaat dari seseorang (kelelahan, kecelakaan, pengaruh obat)”.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan belajar adalah suatu usaha kegiatan yang menghasilkan perubahan

tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang berulang-ulang. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses kegiatan atau

usaha dengan melalui latihan dan pengalaman yang berulang-ulang dalam

proses belajar agar mendapatkan perubahan tingkah laku yang bersifat lebih

baik dan tesimpan dalam jangak waktu yang lama.

Sedangkan menurut Slameto (1995:2) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukn seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2005 : 37) bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.

Jadi jelaslah bahwa seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar apabila terjadi adanya perubahan tingkah laku yang baru pada orang

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

tersebut, yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa 1) Ragam-ragam Belajar

Dalam prose belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan

yang memiliki corak yang bebeda antara satu dengan lainnya, baik dalam

aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan

tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul

dalam dunia pendidikan sejalan dengan kehidupan manusia yang juga

bermacam-macam.

Menurut Udin S. Wina Putra (2004) “Jenis-jenis belajar terdiri dari

belajar abstrak, belajar ketrampilan, belajar sosial, belajar pemecahan

masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, belajar

pengetahuan.”

a) Ragam Abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir

abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan

pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari

hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping

penguasaan atas prinsip-prinsip, konsep dan generalisasi. Termasuk

dalam jenis ini misalnya belajar metamatika, kimia, kosmografi,

astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.

b) Ragam Ketrampilan

Belajar ketrampilan adalah belajar adalah menggunakan gerakan-

geakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan

otot-otot/ neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan

menguasai ketrampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar ini latihan-

latihan insentif dan terutama amat diperlukan.

c) Ragam Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-

masalah dan tehnik-tehnik untuk memecahkan masalah tersebut.

Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan daam

meemcahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah-masalah lain

yang bersifat kemasyarakatan.

Selain itu belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu

pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang

lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara

berimbang dan proposional.

d) Ragam Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,

logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh

kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah

secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam

menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi serta insight

(tilikan akal) amat diperlukan.

e) Ragam Rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan

berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat).

Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan

menggunakan prinsip-prinsip dari konsep-konsep. Jenis belajar ini

sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan

belajar rasional siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional

problem solving, yaitu kemampuan pemecahan masalah dengan

menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan

sistematis.

f) Ragam Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukkan kebiasaan-kebiasaan

baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar

kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman

khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuan agar siswa

memperoleh sikap-sikap dan kebiasan perbuatan baru yang lebih tepat

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu

(kontektual).

g) Ragam Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti

penting atau nilai suatu obyek. Tujuannya adalah agar siswa

memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective

skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat

terhadap nilai obyek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik

dan sebagainya.

h) Ragam Pengetahuan

Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan

penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu. Studi ini

juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk

menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan

eksperimen.

Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh dan

menambah informasi serta pemahaman terhadap pengetahuan tertentu

yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam

mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium

dan penelitian lapangan.

Menurut Syaiful Bakri Djamarah (2002 : 125) jenis-jenis belajar

dibedakan antara lain belajar arti kata-kata belajar kognitif, belajar

menghafal, belajar teoritis, belajar kaidah, belajar konsep/pengetahuan,

belajar ketrampilan motorik dan belajar estetika. Untuk jelasnya ikuti

uraian berikut :

a) Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap

arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya

kata sudah dikenal tetapi belum tahu artinya. Setiap pelajar pasti

belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini sukar

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

menggunakannya, kalaupun dapat menggunakannya terdapat kesalahan

penggunaan. Mengerti kata-kata merupakan dasar terpenting dalam

memahami suatu isi bacaan.

b) Belajar Kognitif

Belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Obyek-

obyek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui

tanggapan, gagasan atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat

mental. Obyek-obyek yang ditanggapi ada yang bersifat materiil dan

non materiil.

Bila tanggapan berupa obyek-obyek materiil dan tidak materiil

telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif.

Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki

seseorang semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang lain.

c) Belajar Menghafal

Menghafalkan adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi

verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat)

kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa

menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan

menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan

dapat diingat kembali ke alam sadar.

Dalam menghafal ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan

yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian dan ingatan.

d) Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan

fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga

dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti

terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.

e) Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Orang yang memiliki

konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep

dibedakan atas konsep kondrat dan konsep yang harus didefinisikan.

Belajar konsep adalah berpikir dalam konsep dan belajar

pengertian taraf ini adalah taraf komprehensif, taraf kedua dalam taraf

berpikir taraf. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan yaitu belajar

reseptif/menerima.

f) Belajar Kaidah

Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan

satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu

keteraturan. Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-

ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari

kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-

hari.

g) Belajar Berpikir

Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan

antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir dilakukan terjadi

suatu proses dalam proses itu tekanannya terletak pada penyusunan

kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).

Dalam belajar berpikir ini orang dihadapkan pada suatu masalah

yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan

reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui

operasi mental. Khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta

metode-metode bekerja tertentu.

h) Belajar Ketrampilan Mototik (Motor Skill)

Ciri khas dari ketrampilan motorik adalah otomatisme yaitu

rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan

lancar dan supel tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang

harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

Ketrampilan motorik merupakan suatu rangkaian gerak-gerik

jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara

gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

i) Belajar Estetis

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan

menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang

kesenian. Belajar ini mencakup fakta seperti nama Mozart sebagai

pengubah musik klasik; konsep-konsep seperti ritme, tema dan

komposisi. Relasi-relasi seperti hubungan antara bentuk dan isi;

struktur-struktur seperti sistamtik warna dan aliran-aliran dalam seni

lukis; metode-metode seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya

seni.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-

jenis belajar meliputi belajar arti kata-kata, belajar abstrak, belajar

ketrampilan, belajar pemecahan masalah, belajar sosial, belajar estetis,

belajar kognitif, belajar teoritis dan belajar kebiasaan.

2) Tipe-tipe Belajar

Setiap siswa mempunyai tipe belajar yang berbeda-beda satu sama

yang lainnya. Menurut Sriyono dkk (1992) membagi tipe belajar siswa

kedalam tujuh tipe masing-masing antara lain :

a) Tipe Incremental

Siswa tipe ini hanya mampu belajar selangkah demi selangkah

(blockbuilders).

b) Tipe Intuitive

Siswa tipe ini mampu belajar secara tidak berurutan, ia mampu

menerima dan mensintesakan pelajaran dengan tepat, jenis ini termasuk

jenis brightlearner (siswa cerdas)

c) Tipe Sensory Specialist

Tipe ini hanya mampu mempelajari sesuatu dengan menggunakan

indera tertentu saja.

d) Tipe Sensory Generals

Tipe ini mampu belajar dengan berbagai media, tipe ini sangat sensitif.

e) Tipe Emosional

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Siswa tipe ini baru bisa belajar bila melalui orang perorang. Siswa

semacam ini baik ditempatkan dalam kelompok sebab yang

bersangkutan suka berdiskusi.

f) Tipe Emosional Netral Learning

Siswa tipe ini hanya dapat belajar dari kenyataan saja.

g) Tipe elektatik

Siswa tipe ini dapat belajar dalam berbagai situasi.

Ahli psikologi lain menyusun pula tipe belajar dan cara menerima

informasi seorang siswa dalam tipe.

a) Tipe Mendengarkan

Siswa ini dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan

mendengarkan.

b) Tipe Penglihatan

Tipe ini dapat menerima dengan baik bila melihat langsung.

c) Tipe Merasakan

Siswa tipe ini dapat menyerap informasi dengan baik bila ia merasakan

secara langsung.

d) Tipe Motorik

Tipe ini dapat menerima dengan baik bila ia melakukan sendiri secara

langsung.

Menurut Ahmat Sarjita (2006 : 3) menyebutkan bahwa : Gaya

belajar merupakan cara dimana setiap pembelajaran mulai berkonsentrasi,

memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit.

Gaya belajar sebenarnya merupakan sekedar pendekatan ataupun

cara belajar yang berbeda. Ada beberapa gaya belajar dan meskipun tidak

ada kesepakatan atau satu kelompok gaya belajar, gaya belajar berikut ini

biasa ditemukan :

a) Belajar Tipe Visual Belajar dengan Melihat

Belajar tipe ini perlu melihat bahasa tubuh dan ekspresi wajah

guru agar dapat benar-benar memahami isi pelajaran. Siswa biasanya

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

senang duduk dibangku barisan depan agar terhindar dari sesuatu yang

mengganggu penglihatan mereka. Cara terbaik untuk belajar adalah

dengan melihat tampilan seperti diagram, buku, teks yang bergambar,

transparasi OHP, Video,. Flipcharts dan materi yang dibagikan (hand –

outs)

b) Belajar Tipe Auditory

Siswa tipe ini dapat belajar dengan baik melalui lisan, diskusi,

membicarakan sesuatu dan mendengarkan apa yang dikatakan orang

lain. Pembelajaran tipe ini menafsirkan makna dari ucapan melalui

nada suara, tinggi nada, kecepatan bicara dan perbedaan-perbedaan

kecil lainnya. Informasi tertulis tidak begitu bermakna kecuali sudah

diperdengarkan. Mereka merasakan kemudahan dalam belajar apabila

mereka mendengarkan sesuatu, apabila menggunakan buku-buku yang

telah direkam.

c) Belajar Tipe Tactile / Kinesthetis

Kebanyakan siswa yang memiliki risiko dalam belajar adalah

dari tipe tactile / kinesthetis yaitu pembelajaran yang memiliki

ketramilan visual dan auditory yang rendah. Salah satu perlakuan awal

yang dapat melayani gaya belajar tersendiri bagi siswa adalah dengan

mengubah desain ruang kelas seperti tata letak kursi dalam kelompok,

berpasangan, bentuk huruf U dan sebagainya.

Siswa dengan tipe tactil dapat belajar dengan baik pada hal-hal

yang berhubungan dengan kerja otot (motorik) dalam bentuk

ketrampilan-ketrampilan. Siswa membutuhkan ketrampilan visual

auditory yang baik.

Sedangkan menurut S. Nasution (2005 : 94) “menggolongkan

tiga gaya belajar yang ada kaitannya dengan proses belajar mengajar

yakni gaya belajar menurut tipe field dependen ce-field independence,

impulsif-reflektif, presentif/reseptif. Sistematis/ intuitif”.

(a) Tipe field dependen – field independen

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Field depedent artinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan

banyak tergantung pada pendidikan sewaktu kecil, dididik untuk

selalu memperhatikan orang lain, bicara lambat, mempunyai

hubungan sosial yang luas, tidak senang pelajaran matematika, lebih

banyak terdapat pada wanita, memerlukan petunjuk yang lebih

banyak untuk memahami sesuatu, lebih peka akan kritik dan perlu

mendapat dorongan.

Field independen artinya siswa tipe ini kurang dipengaruhi

oleh lingkungan dan pendidikan masa lampau, dididik untuk berdiri

sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya, berbicara cepat

tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain, tidak peduli akan

norma-norma orang lain, kurang mementingkan hubungan sosial,

banyak terdapat pada pria, cenderung suka pelajaran matematika dan

IPA, tidak memerlukan petunjuk yang rinci dan dapat menerima

kritik demi perbaikan.

(b) Tipe Impulsif – Reflektif

Orang yang impulsif mengambil keputusan dengan cepat tanpa

memikirkannya secara mendalam. Sebaiknya orang yang reflektif

mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan

dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi

seorang anak reflektif atau impulsif bergantung pada kecenderungan

untuk merefleksi atau memikirkan alternatif-alternatif pemecahan

suatu masalah yang bertentangan dengan kecenderungan untuk

mengambil keputusan yang impulsif dalam menghadapi masalah-

masalah yang sangat tidak pasti jawabannya.

(c) Tipe Preseptif / Reseptif; Sistematis / Intuitif

Preseptif artinya aturan. Orang yang preseptif dalam

mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam

hal-hal yang diterimanya, ia menyaring informasi yang masuk dan

memperhatikan hubungan-hubungan diantaranya, membulatkan

informasi yang saling bertalian.

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Orang yang reseptif lebih memperhatikan detail atau perincian

informasi dan tidak berusaha untuk membulatkan atau

mempertalikan informsi yang satu dengan yang lain. Orang yang

reseptif mengumpulkan banyak informasi akan tetapi tidak melihat

atau membentuknya menjadi kebulatan yang bermakna.

Sistematis – Intuitif

Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah

dan bekerja sistematis denang data atau informasi untuk

memecahkan suatu persoalan.

Orang yang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu

tanpa menggunakan informasi secara sistematis. Mereka lebih

cenderung untuk memecahkan suatu soal dengan jalan “trial and

error” dan mudah melompat-lompat dari cara penyelesaian yang satu

kepada yang lain.

Dari berbagai pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa

tipe-tipe belajar setiap anak menunjukkan perbedaan, tidak semua

memiliki tipe dan cara yang sama dalam belajar serta menangkap

informasi/stimulus, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal.

Tipe-tipe belajar anak antara lain meliputi, tipe incremental,

sensory spesialist-generals, emosional, emosional netral learning,

elektatik, intuitif, sedangkan tipe belajar dan cara menerima

informasi meliputi tipe visual, auditory, factil, merasakan, tipe field

independent, tipe impulsif-reflektif dan tipe presentif reseptip-

sistematis.

3) Ciri-ciri Belajar

Jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada

beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

Menurut Syaiful Bahri Djamara (2002 : 117) ciri belajar antara lain :

a) Perubahan yang terjadi secara sadar

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu

sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan dalam dirinya.

b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna

bagi kehidupan ataupun menyebabkan belajar berikutnya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan

makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif

bahwa perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena

usaha individu sendiri.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah

belajar akan bersifat menetap.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau tearah

Perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada tujuan yang akan

dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang

benar-benar disadari.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan,

pengetahuan dan sebagainya.

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2003 :117) bahwa, “perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik, diantaranya ciri-ciri perubaan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah perubahan itu intensional. Perubahan itu positif atau aktif, perubahan itu efektif dan fungsional”.

(a) Perubahan intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat

pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan

disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Siswa menyadari

akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia

merasakan adanya perubahan dalam dirinya.

(b) Perubahan positif-aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif

dan aktif. Positif artinya baik, bemanfaat serta sesuai dengan

harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan

sendirinya seperti proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu

sendiri.

(c) Perubahan efektif-fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif

yakni berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa

pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan

dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif

menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut

dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan yang efektif dan

fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya

perubahan-perubahan positif lainnya.

Adapun menurut H.J. Gino, dkk (1995 :15) menyebutkan bahwa, “ciri yang khas pada aktifitas manusia, sehingga aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) baik aktual maupun potensial, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha”

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar

adalah perubahan intensional, perubahan positif-aktif, perubahan

efektif-fungsional, perubahan tidak bersifat sementara, perubahan

bertujuan atau terarah dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah

laku.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Proses belajar terjadi di dalam individu yang sedang belajar dan akan

menghasilkan perubahan. Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari

prestasi belajar.

Menurut W.J.S. Poerwodarminto (1991:787) kata prestasi belajar

mempunyai pengertian “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Sedangkan Peter dan Yenny Salim (1991:90) menyatakan bahwa :

“Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata

pelajaran yang dibuktikan melalui tes.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang dicapai dari perbuatan belajar berupa penguasan pengetahuan-

pengetahuan keterampilan yang ditunjukkan dengan nilai tes. Dalam

Kurikulum Berbasis kompetensi, prestasi belajar meliputi tiga aspek, yaitu :

1) Aspek Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada

percobaan yang dilakukan. Untuk aspek pengetahuan, evaluasi dapat

dilakukan melalui tes lisan maupun tertulis. Aspek kognitif dapat berupa

pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan

proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi : fakta, konsep, prinsip, generalisasi,

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses

ilmiah meliputi : pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi

(Mulyati Arifin, 1995 : 24).

2) Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat

penerimaan dan penolakan terhadap suatu objek. Disini digunakan

penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir

rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik.

3) Aspek Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individual. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:

1) gerakan refleks

2) gerakan dasar

3) kemampuan perseptual

4) kemampuan fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondiskursip.

(Depdiknas, 2003:1)

Untuk mencapai tujuan, setiap kegiatan seseorang selalu diikuti dengan

pengukuran dan penilaian. Demikian halnya di dalam proses pembelajaran.

Syatartiah Tirtonegoro (2001:43) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah

hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”.

Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, guru dapat mengetahui

kedudukan siswa di dalam kelas, apakah siswa termasuk kelompok yang

pandai, sedang atau kurang. Untuk mengetahuai kategori siswa mengenai

kelakuan, kepandaian dan kemajuan, pada masa akhir semester, prestasi

belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol

sekolah (guru) mengeluarkan buku raport. Buku raport tersebut merupakan

buku laporan kepada orang tua/ wali murid.

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Lebih jelasnya lagi Sutartiah Tirtonegoro (2001:430) mengemukakan

bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode

tertentu”.

Menurut Buchori M (1997 : 85) menyatakan bahwa “prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka atau

huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar,

merupakan hasil yang telah dicapai setelah melakukan suatu kegiatan belajar

dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,

simbol maupun kalimat. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi

belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa berbakat adanya usaha dan

latihan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, maka perlu

memperhatikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Dibawah

ini beberapa faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar yang

dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Slameto (1995 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar antara lain “Faktor intern dan faktor ekstern”.

1) Faktor Intern meliputi :

a) Faktor jasmani : faktor kesehatan, cacat tubuh,

b) Faktor psikologis diantaranya : intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, kesiapan

c) Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

2) Faktor-faktor Ekstern meliputi tiga faktor :

a) Faktor keluarga

b) Faktor Sekolah

c) Faktor Masyarakat

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Jadi terdapat beberapa faktor yang berasal dari dalam diri siswa

maupun dari luar siswa, yang saling berkaitan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Menurut Sumadi Suryabrata (1993 : 249) menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain “Faktor yang berasal

dari luar individu dan faktor yang berasal dari dalam individu”.

1) Faktor yang berasal dari luar individu

Faktor ini digolongkan menjasi dua golongan yaitu :

(b) Faktor-faktor non sosial seperti : (1) keadaan udara, (2) suhu udara,

(3) cuaca, (4) waktu, (5) tempat dan alat-alat belajar (seperti alat

tulis menulis, buku-buku peraga).

(c) Faktor-faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses

belajar, seperti perhatian, keadaan lingkungan kelas

2) Faktor yang berasal dari dalam individu

Faktor tersebut digolongkan menjasi dua golongan yaitu :

(a) Faktor Fisiologis antara lain (1) keadaan jasmani pada umumnya

seperti lelah, lesu, ngantuk, sakit gigi, batuk, (2) keadaan fungsi

jasmani terutama fungsi panca indera

(b) Faktor psikologis yaitu (1) sifat ingin tahu, (2) kreativitas, (3)

simpati dari orang lain, (4) memperbaiki kegagalan, (5) rasa aman,

(6) adanya ganjaran atau hukuman

Menurut Muhibin Syah (1995 : 32) menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah “faktor internal, faktor

eksternal dan faktor pendekatan belajar”.

1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) meliputi

dua aspek yakni :

a) Aspek Fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus

(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

b) Aspek Psikologis yaitu faktor-faktor rohani siswa yang

meliputi :

(1) Kecerdasan (intelegensi) siswa adalah kemampuan

psikofisik untuk merealisasi rangsangan atau menyesuaikan

diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

(2) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi affektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek secara positif

maupun negatif.

(3) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(4) Minat Siswa

Minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(5) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang

mendorong untuk berbuat sesuatu.

2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa)

Faktor tersebut terdiri atas dua macam yaitu :

a) Lingkungan Sosial meliputi :

(1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf

adminitrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar siswa.

(2) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga

juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal

siswa.

(3) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga

siswa itu sendiri yang banyak mempengaruhi kegiatan

belajar.

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

b) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungn non sosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa.

Alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa.

c) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga

siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar meliputi beberapa tingkatan, pendepatan tinggi,

pendekatan sedang, dan pendekatan rendah.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat penulis simpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor

internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu), faktor

eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu) dan faktor

pendekatan belajar.

Seseorang yang mengalami proses belajar, agar belajar siswa

dapat berhasil dengan tujuan yang diharapkan, perlu kiranya

memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

3. Tinjauan Tentang Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)

a. Pengertian

Untuk mengetahui definisi dari pemecahan masalah terlebih dahulu

harus diketahui apa sebenarnya masalah itu. Masalah menruut John Dewey

dalam Mulyati Arifin (1995:99) adalah “sesuatu yang diragukan atau

sesuatu yang belum pasti”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1997:14)

“Timbulnya masalah karena ada gejala yang melatarbelakanginya.” Jadi

masalah adalah sesuatu yang belum pasti yang timbul karena gejala yang

melatar belakanginya”.

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

“Dalam pelajaran IPA penyampaikan atau penerusan fakta-fakta

makin terdesak ke belakang. Dan alih-alih penyampaikan fakta, kini titik

beratnya terletak pada usaha didaktik, agar pelajaran memahami IPA dan

diajak berpikir ilmiah. Tujuan ini sering diusakan dengan proses belajar

mengajar yang bertitik pusat pada maslah dan pemecahannya”. (Vosen, H,

1986:100). Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara logis, sistematis,

teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan

kecakapan kognirif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan

tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan generalisasi sangat diperlukan. Dalam hal ini guru

khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika, dan IPA sangat

disarankan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi

pada cara pemecahan masalah (Muhibbin syah, 1995:122).

Menurut Rooijakers, Ad (1991:26) “metode pemecahan masalah

adalah menghadapkan peserta didik menyadari masalah, menelaah

masalah dari bermacam-macam segi, merumuskan masalah lalu mencari

pemecahan masalah dengan berbagai cara”. Dari pendapat di atas berarti

bahwa peserta didik dihadapkan pada permasalahan-permasalahan

kemudian merumuskan permasalahan dan mencari pemecahannya.

A. Tabrani Rusyan, dkk (1989 : 12) mengemukakan “pemecahan

masalah (problem solving) adalah belajar memcahkan persoalan

berdasarkan beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa yang lalu dengan

beberapa kemungkinan”. Fakta-fakta masa lali, gejala, prinsip dapat

digunakan sebagai dasar dalam meemcahkan masalah tersebut. Sebagai

contohnya adalah konsep materi pelajaran sebelumnya dapat membantu

dalam usaha pemecahan masalah.

Atas dasar penyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah adalah kemampuan menggunakan berbagai fakta,

prinsip, gejala atau peristiwa yang dialami siswa untuk menyelesaikan

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

persoalan dalam pembelajaran untuk memperoleh kemampuan dan

kecakapan kognirif.

Metode Promblem Solving (pemacahan masalah) bukan hanya

sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir.

Maka dalam pembelajaran IPA dan Matematika disarankan untuk

menggunakan metode ini. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan. Menurut Syaiful bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:104-

105) “Metode Problem Solcing mempunyai kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut :

a) Kelebihan

1) Metode ini dapat membuat dunia pendidikan di sekolah lebih

relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi secara terampil, apabila

menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat

bermakna bagi kehidupan manusia.

3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajaranya,

siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti

permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari

pemecahannya.

b) Kekurangan

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai

dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan

kemampuan dan ketrampilan guru.

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

memerlukan waktu yang banyak dan terpaksa mengambil waktu

pelajaran lain.

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

berpikir memecahkan persoalan sendiri atau kelompok yang

kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan

kesulitan tersendiri bagi siswa.

Metode problem solving merupakan salah satu bentuk penelitian yang

memusatkan perhatian pada upaya mencari dan menemukan jawaban

atas suatu pertanyaan atau kasus. Dengan menerapkan metode ini anak

akan dapat mengembangkan kemampuan atau kualitas pribadi seperti

rasa ingin tahu (curiousity), berpikir deduktif (dari teori ke fakta),

berpikir induktif (dari fakta ke teori), berpikir kritis (menguji

kecermatan dan kemurnian data atau informasi), berpikir komprehensif

(melihat suatu persoalan secara utuh dan menyeluruh) dan berpikir

hipotesis (menduga atau memperkirakan sesuatu atas dasar informasi

yang ada dan asumsi atau kepercayaan dasar)

b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving

Menurut John Dewey dalam A Tabrani Rusyan, dkk (1989:174)

belajar memcahkan masalah

f) Individu menyadari masalah kalau ia dihadapkan pada situasi keraguan

dan kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.

g) Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk

memungkinkan mencari jalan pemecahannya, menandai aspek mana

yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau dalil atau

kaidah yang diketahui sebagai pegangan.

h) Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk

bagaimana pengalaman orang lain dalam menghadapi pemcahan

masalah serupa, kemudian mengindentifikasi berbagai alternatif

kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai jawaban

sementara yang memerlukan pembuktian.

i) Setiap alternatif pemecahan ditimbang, selanjutnya dilakukan

pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang mungkin.

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

j) Alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktekkan atau dilaksanakan

dari hasil pelaksanaan itu akan diperoleh informasi untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang dirumuskan.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikembangkan oleh John

Dewey terdapat aspek penting yang mencakup dalam langkah-langkah

pemecahan masalah, yaitu :

b) Pemecahan masalah terutama yang bersifat kompleks memerlukan

kemampuan penalaran, baik dalam mengindentifikasi masalah itu

sendiri maupun dalam melihat hubungan sebab akibat dari adanya

masalah tersebut.

c) Pemecahan masalah harus bersifat obyektif dalam menguji hipotesis

atau dalam menarik kesimpulan pemecahan masalah haruslah

didasarkan kepada fakta empiris, atau setidaknya dengan logika.

d) Bersifat ilmiah, suatu kegiatan ilmiah menggunakan prosedur yang

sistematik dan berdasarkan pada fakta.

e) Menggunakan keseluruhan kemampuan yang bersifat potensial dan

besifat akademik.

Menurut Polya dalam Vossen, H (1986 : 102) proses pemecahan

masalah dibagi dalam empat fase yaitu : “fase memahami masalah, fase

pemikiran rencana, fase pelaksanaan rencana, fase peninjauan kembali”.

Proses pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik apabila

masalah tersebut dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga akan

melahirkan pengenalan masalah, pemahaman masalah hingga dapat

memecahkan masalah.

Selain fase-fase pemecahan masalah, dalam proses pemecahan

masalah terdapat komponen-komponen pemecahan masalah. Komponen-

komponen pemecahan menurut Gredler M. E. B. (1994 : 74) antara lain :

a) Mereformasi masalah.

b) Mengenali sub-sub masalah yang relevan.

c) Mengumpulkan data yang relevan atau mulai mengambil langkah

secara sistematis untuk memecahkan sub masalah.

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

d) Menilai hasil, mengarahkan kembali jika perlu.

Proses pemecahan masalah merupakan kegiatan yang melibatkan

pembentukkan aturan tingkat tinggi, seseorang perlu memiliki prasyarat-

prasyarat tertentu antara lain :

a) Aturan-aturan

b) Konsep-konsep terdefinisi

c) Konsep-konsep konkrit

d) Deskripsi-deskripsi

Oleh karena IPA yang terdiri dari konsep-konsep, maka siswa

diharapkan tidak hanya memiliki konsep-konsep yang hanya sepengetahuan siswa saja. Melalui perbendaharaan konsep, siswa diharapkan menggunakan konsep-konsep yang dimilikinya untuk mengorganisasikan dan menghadapinya. Semkain banyak konsep yang dimiliki, semakin banyak alternatifn yang dapat dipilih untuk pemecahan masalah.

Melters dalam Mulyati Arifin (1995:101-102) mengemukakan tahap-

taap pemecahan masalah di sekolah oleh pelajar, dalam hal ini yang

dimaksudkan adalah pemecahan soal, adalah sebagai berikut :

a) Tahap analisis masalah

b) Tahap perencanaan pemecahan masalah

(1) memecahkan rumus standar

(2) meneliti hubungan antar konsep

(3) membuat transformasi

c) Tahap melakukan perhitungan

d) Tahap pengecekan

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

(2002:103-104) langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai

berikut :

a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus

tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk pemecahan

masalah.

c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah, didasarkan pada data

yang diperoleh.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara

e) Menarik kesimpulan

4. Pembelajaran IPA

a) Pengertian Pembelajaran

“Pengajaran mempunyai arti sama dengan cara (perbuatan)

mengajar atau mengajarkan” (H. J. Gino, dkk, 1995 : 30). Bila mengajar

diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar dan ada

yang diajar atau yang belajar. Dengan demikian pengajaran diartikan

sebagai perbuatan belajar oleh siswa dan mengajar oleh guru.

Ada beberapa definisi pembelajaran dari pada ahli antara lain :

a) “Menurut Alwin W. Howard, pembelajaran adalah aktivitas untuk

mencoba, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan

mengembangkan keterampilan, sikap, sita-sita, penghargaan dan

pengetahuan” (Roestiyah, NK, 1989 : 15).

b) Pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan

ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni

tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru

dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada hubungan sosial

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana

belajar mengajar yang tersedia (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 2000:3).

c) “Pembelajaran merupakan kegiatan mengatur dan mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar sehingga dapat mendorong dan

menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. (Nana Sudjana,

1996:7)

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat proses

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang

berlaku dalam waktu relatif lama.

Hal yang penting dalam mengajar adalah bagaimana siswa dapat

mempelajari bahan sesuai tujuan. Usaha yang dilakukan guru hanya

merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa belajar.

Peranan guru bukan sebagai penyampai informasi, melainkan sebagai

pengaruh dan pemberi fasilitas dalam proses belajar (A. Tabrani Rusyan,

dkk, 1989 : 27).

Proses pembelajaran akan berhasil baik dipengaruhi beberapa faktor :

a) Faktor Guru/Prefesional guru

1) Kepandaian guru menguasai situasi siswa di dalam kelas.

2) Kepribadian guru

3) Penguasaan materi ajar oleh guru

4) Kemampuan penerapan strategi pembelajaran oleh guru

b) Faktor di luar guru

1) Tersedianya saana prasarana

2) Input siswa

3) Sikap dan perilaku siswa terhadap pelajaran

4) Perhatian orang tua murid terhadap kegiatan belajar anaknya

5) Peran serta masyarakat terhadap pendidikan.

b. Strategi Pembelajaran

1) Pengertian Strategi Pembelajaran

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1985), menyebutkan : “Strategi

pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru murid di dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar dan merupakan sarana atau alat

untuk mencapai tujuan-tujuan belajar”.

Sedangkan menurut Parwoto (2007 : 95), Strategi pembelajarn

dapat diartikan sebagai berikut : (1) sistem pendekatan belajar

mengajar utama yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran,

sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam merencanakan dan

mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar, (2) prosedur, metode

tehnik pembelajaran yang dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Menurut Deshler and Schumaker (1986), “Strategi

pembelajaran adalah tehnik-tehnik prinsip-prinsip atau aturan-aturan

yang memungkinkan siswa untuk belajar, memecahkan masalah dan

menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri” (Parwoto, 2007 : 83).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

belajar mengajar adalah sistem, prosedur, metode, tehnik, prinsip-

prinsip pembelajaran sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan

belajar dan dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

2) Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran diantara guru

berbeda-beda. Yang lebih penting adalah pertimbangan pembelajaran

yang lebih memfokuskan kepada bagaimana mengoptimalkan

partisipasi dan keatifan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Parwoto (2007 : 96) menyebutkan jenis trategi belajar

terdiri dari strategi belajar kolaboratif/ kooperatif, strategi belajar

mandiri dan tutotial. Berikut uraiannya :

a) Strategi Belajar Kolaboratif

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Strategi belajar kolaboratif merupakan strategi

pembelajaran yang menerapkan paradigma dalam teori-teori

belajar. Ada tiga teori yang mendukung pembelajaran kolaboratif

yaitu teori kognitif, teori konstruktivisme sosial dan teori motivasi.

Teori kognitif berkaitan terjadinya pertukaran konsep antara

anggota dalam kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga

transformasi ilmu pengetahuan akan terjadi pada setiap anggota

dalam kelompok.

Pada teori konstruktivisme soaial terlihat adanya interaksi

sosial antar angota yang akan membantu perkembangan individu

dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua

anggota dalam kelompok. Teori motivasi teraplikasi dalam struktur

pembelajaran kolabortif karena pembelajaran tersebut akan

memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar

menambah keberanian semua anggota untuk memberi pendapat

dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota

dalam kelompok.

Definisi belajar kolaboratif adalah suatu strategi

pembelajaran dimana para siswa dengan variasi yang bertingkat

bekerja bersama dalam kelompok kecil (satu tim) kearah satu

tujuan. Para siswa Saling membantu antara satu dengan yang lain

saling bergantung untuk kesuksesan.

Karakteristik belajar kolaboratif adalah (1) Siswa belajar

dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan

(interdependen) dalam proses belajar; penyelesaian tugas

kelompok mengharuskan semua anggota kelompok bekerja

bersama; (2) Interaksi intensif secara tatap muka atau dimediasikan

antara anggota kelompok; (3) Masing-masing siswa bertanggung

jawab terhadap tugas yang telah disepakati; (4) Siswa harus belajar

dan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal, (5) Peran

guru sebagai mediator, (6) Adanya sharing pengetahuan dan

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

interaksi antara guru dan siswa, atau siswa dan siswa, (7)

Pengelompokan siswa secara heterogen.

b) Strategi Belajar Kooperatif

Karakteristik belajar kooperatif sebagai berikut :

(1) Untuk membantu perkembangan saling ketergantungn positif

diantara anggota kelompok, tujuan terarah pada kebutuhan

siswa yaitu keberhasilan bersama dari semua anggota

kelompok dan keberhasilan individu.

(2) Untuk mencapai tanggung jawab individu, setiap siswa harus

menguasai materi yang dinilai, setiap siswa harus diberikan

umpan balik atas kemajuannya, dan kelompok diberikan

umpan balik bagaimana setiap anggota maju seperti anggota

yang lain, tahu untuk membantu dan memberikan dorongan.

(3) Keanggotaan heterogen dalam kecakapan dan karakteristik

personal, sedangkan kelompok belajar tradisional pasangan

keanggotaannya homogen.

(4) Semua anggota saling berbagai tanggung jawab dibawah

seorang pemimpin kelompok.

(5) Anggota saling berbagai tanggung jawab untuk belajar satu

salam lain, dan anggota diharapkan menyediakan satu sama

lain dengan membantu dan mendorong agar supaya

memastikan bahwa semua berpartisipasi melakukan tugas

diantara anggota.

(6) Fokus tujuan pada membawa setiap anggota belajar secara

maksimum dan memelihara hubungan kerja yang baik diantara

anggota.

(7) Siswa berpikir secara langsung keterampilan sosial yang

mereka perlukan agar supaya dapat bekerja secara kolaboratif.

(8) Guru mengamati kelompok, menganalisis masalah anggota

dalam bekerja sama, dan memberikan umpan balik bagaimana

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

kaitannya dengan yang lain sehigga dapat mengatur tugas-

tugas kelompok.

(9) Guru membuat prosedur terstruktur terhadap kelompok untuk

menentukan bagaimana keefektifan mereka bekerja bersama.

c) Strategi Belajar Mandiri

Belajar mandiri adalah sebagai individu yang otonom untuk

mencapai suatu kompetensi akademis. Dengan metode tersebut,

siswa akan mampu mengatasi tantangan baru tanpa ketergantungan

pada pemecahan masalah guru atau pada siswa.

Belajar mandiri menunjukkan bahwa siswa tidak tergantung

pada penyediaan (supervision) dan pengarahan guru yang terus

menerus, tetapi siswa juga memiliki kreativitas dan inisiatif sendiri,

serta mampu untuk bekerja sendiri dengan merujuk bimbingan

yang diperoleh.

Ciri utama dalam belajar mandiri adalah pengembangan

dan peningkatan ketrampilan dan kemampuan siswa untuk

melakukan proses belajar secara mandiri, tidak tergantung pada

faktor-faktor guru, kelas, teman, dll. Peran utama guru dalam

belajar mandiri adalah sebagai konsultan dan fasilitator bukan

sebagai otoritas dan satu-satunya sumber ilmu.

d) Tutoring

Istilah turoting secara umum biasanya bercirikan bahwa

satu orang ditugasi mengajar yang lain. Sebutan pupiltutee dan

teacher tutor adalah siswa.

Situasi turoting dalam bentuk peer atau cress-age telah

diatur untuk mengajar ketrerampilan yang paling dasar, beberapa

perilaku sosial dan beberapa keterampilan akademik. Ketika

menetapkan situasi tutoring, ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangan yaitu :

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

(1) Berhati-hati untuk tidak melanggar tindakan pribadi. Dalam

beberapa situasi tutoring, tutor boleh mengakses informasi

mengenai tutee yang dapat melanggar amandemen.

(2) Memperoleh ijin orang tua sebelum setting situasi tutoring

dengan anaknya, sama halnya dengan tpara tutor dan anak.

(3) Merencanakan penjadwalan yang cermat jika program tutoring

dilakukan. Meskipun hal ini penting untuk mendapatkan

keuntungan dari program, hal ini juga memerlukan

penjadwalan sesi waktu yang tidak membuat para tutor absen

dari kelasnya sendiri.

(4) Menggunakan materi yang sesuai dan mengeset waktu yang

dicadangkan untuk mengajar para tutor. Cooke (1983)

menyatakan bahwa keuntungan siswa meningkat ketika

program peer tutoring sangat terstruktur.

Sedangkan menurut Udin S. Winataputra (2004 : 242)

menyebutkan bahwa jenis strategi belajar mengajar dapat dibagi

kedalam berbagai kelompok atas dasar berbagai pertimbangan

antara lain :

a) Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan

Dalam pertimbangan proses pengolahan pesan terdapat dua

strategi belajar mengajar yaitu, strategi belajar mengajar

deduktif dan strategi belajar mengajar induktif.

(1) Strategi Belajar Mengajar Deduktif

Dalam strategi belajar mengajar deduktif pesan atau materi

pelajaran diolah mulai dari yang umum, generalisasi atau

rumusan konsep atau rumusan aturan, dilanjutkan kepada

yang khusus, yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau atribut-

atributnya (ciri-cirinya) dengan menggunakan berbagai

ilustrasi atau contoh. Strategi belajar mengajar Deduktif

antara lain dapat digunakan pada pelajaran mengenai konsep

“terdefinisi”. Strategi belajar mengajar deduktif digunakan

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

bila siswa belum memiliki pengalaman yang berkaitan

dengan konsep yng diajarkan atau waktu mengajar relatif

sedikit.

(2) Strategi Belajar Mengajar Induktif

Dalam strategi belajar mengajar induktif pesan materi

pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut,

menuju yang umum yaitu generalisasi atau rumusan konsep

atau aturan.

b) Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan

Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan terdapat

dua strategi nelajar mengajar, yaitu strategi belajar mengajar

ekspositorik dan strategi belajar mengajar heuristik.

(1) Atrategi Belajar Mengajar Ekspositorik

Jika yang mengolah pesan atau materi pelajaran itu

guru, maka strategi belajar mengajar yang digunakan ialah

ekspositorik. Dengan strategi belajar mengajar ekspositorik,

guru yang mencari materi pelajaran yang akan diajarkan dari

berbagai sumber, kemudian guru mengolahnya dan

dibuatnya rangkuman dan mungkin juga berupa bagan.

Di depan siswa guru menjelaskan konsep dan siswa tinggal

menerimanya kemudian mencatatnya. Jadi guru lebih aktif

dari siswa, sedangkan siswa tinggal “terima jadi” dari guru.

(2) Strategi Belajar Mengajar Heuristik

Dengan menggunakan strategi belajar mengajar heuristik

yang mencari dan mengolah pesan (materi pelajaran) ialah

siswa. Guru berperan sebagai pembimbing kegiatan belajar

siswa. Jadi di sini yang lebih aktif ialah siswa itu sendiri.

Dengan strategi belajar mengajar heuristik, guru tidak

berada di depan dan menarik-narik siswa untuk mengikutinya,

akan tetapi siwa disuruh berada di depan, guru mengarahkan,

memberi dorongan, membantu siswa bila mengalami kesulitan;

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

akan tetapi siswa yang harus menemukan sendiri pesan

tersebut.

Keuntungan penggunaan strategi belajar mengajar

heuristik bagi siswa ialah secara berangsur-angsur akan

terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain kreatif,

kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, mandiri. Strategi belajar

mengajar heuristik terbagi dua bagian, ialah diskoperi

(discovery) dan Inkuiri (Inquiry).

Dengan strategi belajar mengajar Diskoperi, siswa melakukan

kegiatan dengan berpedoman kepada langkah-langkah strategi

belajar mengajar yang telah ditetapkan oleh guru, sedangkan

dengan SBM inkuiri, siswa benar-benar dilepas tanpa disertai

dengan panduan yang telah disiapkan oleh guru.

c) Pertimbangan Pengaturan Guru

Atas dasar pertimbangan pengaturan guru dikenal dua jenis

strategi belajar mengajar, yaitu strategi belajar mengajar seorang guru

dan strategi belajar mengajar pengajaran beregu (team teaching)

Strategi belajar mengajar seorang guru sudah biasa kita lakukan, yaitu

seorang guru mengajar sejumlah siswa

Sedangkan dengan strategi belajar mengajar pengajaran beregu

dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa. Hal ini

bisa terjadi bila dua orang atau lebih guru mengajarkan satu mata

pelajaran, atau mengajarkan salah satu topik yang

pembahasannya menyangkut berbagai mata pelajaran.

Di dalam pengajaran beregu, persiapan dibuat bersama

oleh tim guru, dilaksanakan atas tanggung jawab bersama, dan

penilaian atas tanggung jawab bersama pula. Oleh karena itu

semua anggota tim guru harus merupakan kesatuan yang

kompak.

d) Pertimbangan Jumlah Siswa

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Didasarkan kepada jumlah siswa, dikenal ada tiga strategi

belajar mengajar yaitu strategi belajar mengajar klasikal,

kelompok kecil dan individual. Strategi belajar mengajar

Klasikal dan kelompok kecil sudah biasa kita lakukan di sekolah

dasar. Sedangkan strategi belajar mengajar Individual masih

jarang digunakan.

Dengan strategi belajar mengajar Individual, siswa belajar

secara perseorangan, sehingga memungkinkan sekali siswa

dapat maju sesuai dengan kecepatan masing-masing tidak harus

menunggu atau mengejar-ngejar siswa lain seperti halnya pada

strategi belajar mengajar Klasikal.

e) Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa

Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa

dikenal ada dua strategi belajar mengajar yaitu strategi belajar

mengajar heuristik tatap muka dan strategi belajar mengajar

melalui media. Strategi belajar mengajar tatap muka sudah bisa

kita laksanakan setiap hari, baik dengan menggunakan alat

peraga atau tidak

Penggunaan strategi belajar mengajar tatap muka yang

baik dengan sendirinya yang menggunakan alat peraga, karena

siswa akan lebih memahami yang diajarkan guru.

Pada penggunaan strategi belajar mengajar melalui media,

guru dengan siswa tidak secara lasngung bertatap muka, akan

tetapi melalui media. Siswa berdialog dengan media sebagai

“wakil guru”. Guru harus menyiapkan media yang dapat

merangsang siswa aktif belajar dan mengandung umpan balik

bagi kegiatan balajar atau pekerjaan siswa. Salah satu model

media yang dapat digunakan ialah paket pengajaran modul,

pengajaran melalui TV, pengajaran melalui kaset audio,

pengajaran melalui kasert video, pengajaran melalui komputer,

pengajaran melalui paket pengajaran berprograma.

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Dari berbagai pendapat dan uraian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa jenis strategi belajar meliputi : strategi

belajar kolaboratif, kooperatif, belajar mandiri, tutoring,

deduktif, ekspositorik, heuristik, klasikal, kelompok kecil,

individual dan strategi belajar mengajar melalui media.

c. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Alam menurut

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah “Ilmu

pengetahuan alam artinya ilmu tentang alam atau ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.” Ahli-ahli

menderinisikan Ilmu Pengetahuan Alam berbagai cara diantaranya

ada yang mendefinisikan ilmu pengetahuan alam yang

berhubungan dengan kejadian-kejadian kebendaan dengan hasil

observasi tau pengamatan,eskperimen dan induksi.

Sedangkan pengertian IPA menurut Sukarno dan kawan-

kawan (1983 : 9) adalah sebagai berikut : “IPA” berasal dari kata

asing Natural Science yang artinya “ilmu yang mempelajari sebab

dan akibat dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam ini”. Dari

pendapat ini dapat dijelaskan bahwa IPA merupakan ilmu yang

mempelajari tentang sebab akibat dari kejadian-kejadian benda di

alam.

Disamping itu menurut Garis-Garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) kelas V Sekolah Dasar, kurikulum Pendidikan

Dasar (1994 : 41) dijelaskan :

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam ini dengan

jalan mengadakan pengamatan langsung dari berbagai jenis dan

lingkungan buatan manusia, eskperimen, induksi serta melalui

serangkaian proses ilmiah.

2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Bidang pengajaran IPA bagi anak tuna grahita kecuali

memperkenalkan tentang pengetahuan alam bertujuan juga untuk :

b) Memberikan pengetahuan fakta-fakta gejala alam kepada anak

diudik

c) Membina kepribadian anak didik melalui pengajaran ilmu

pengetahuan alam

d) Membina dan mengembangkan sikap ilmiah kepada anak didik

antara lain :

(1) Kejujuran

(2) Teliti dan hati-hati

(3) Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan kalau belum

cukup petunjuk-petunjuk dan faktor yang mendukung

hipotesia itu.

(4) Menghargai pendapat orang lain

(5) Tidak mudah terpengaruh

(6) Tidak berprasangka

(7) Bekerja dan bercanda

e) Mempunyai jiwa ilmiah terutama dalam pemecahan masalah

dalam kehidupan sehari-hari

f) Mengembangkan ketrampilan terutama dalam pemecahan serta

mengadakan observasi yang teliti, mengumpulkan dan

mencatat, mencari fakta-fakta baru dan mengenal dengan

metode ilmiah.

g) Mengembangkan kemampuan untuk berfikir obyektif, kreatif

dan logis serta kritis.

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

h) Memberi bekal pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan

untuk meningkatkan taraf hidup.

3) Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam

Adapun manfaat dari pengajaan Ilmu Pengetahuan Alam

menurut Departeman P dan K (1975 : 3) adalah sebagai berikut

a) Mata pelajaan IPA berfaeda bagi kehidupan dan pekerjaan

anak di kemudian hari.

b) Mata Pelajaran IPA melatih berfikir kritis

c) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu

mempunyai potensi (kemampuan) dapat membantu anak

secara keseluruhan.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berfungsi untuk

memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,

mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi

dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

Di SD, IPA sebagai mata pelajaran mulai diajarkan di kelas I

dengan lebih bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan-

pengamatan mengenai pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam

serta lingkungan buatan.

Di SMPLB siswa diperkenalkan pada pengertian dasar

keilmuan, seperti hukum sebab akibat dan cara-cara pengamatan

yang objektif dengan menggunakan alat-alat yang dapat

memperluas jangkauan panca indra manusia. Selain itu di SLTP

diperkenalkan pula rekayasa sederhana unutk menumbuhkan dan

memupuk kreativitas produktif dalam mendayagunakan sumber

daya alam yang tersedia.

4) Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA menurut Depnas Dirjen

Menpan Dasar untuk SMPLB meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

a) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia hewan

tumbuhan dan interaksinya dentgan lingkungan serta

kesehatan.

b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat

dan gas

c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya

B. Kerangka Pemikiran

Salah satu materi pelajaran di SLB adalah materi Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA). IPA merupakan salah satu materi dasar yang harus dikuasai siswa karena

merupakan suatu bekal untuk mempelajari materi selanjutnya sehingga perlu

adanya metode pembelajaran yang te[at untuk membantu siswa dalam memahami

materi tersebut.

Metode problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang

menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesiakan

dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam memecahkan masalah

dilakukan dalam beberapa tahap yaitu menganalisa soal, mencari informasi

tentang teori yang mendukung, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Proses

belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat dibiasakan siswa menghadapi

dan memecahkan masalah secara terampil dengan tahap-tahap pemecahan yang

tepat, sehinagga jawaban yang diperoleh siswa berasal dari pemeikiran yang

terstruktur dan ilmiah. Siswa akan lebih memahami tahapan-tahapan yang

dilaluinya dan dapat menerapkan dalam soal bentuk lain.

Dalam pembelajaran IPA di SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar

selema ini masih menggunakan metode ceramah. Hal ini mungkin menyebabkan

pembelajaran terkesan monoton dan siswa cenderung pasif sehingga

mengakibatkan rendahnya prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dengan

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

diterapkannya metode problem solving dimungkinkan dapat meningkatkan

prestasi belajar dan keaktifan siswa. Kerangka pemikiran ini digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

“Bahwa penerapan metode problem solving pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA dan keaktifan siswa Tuna Grahita

Sedang kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar”

Siswa Pembelajaran Problem Solving

Prestasi belajar IPA dan Keaktifan siswa

Meningkat

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di ALB B-C YPASP Gondangrejo

Karanganyar pada tahun pelajaran 2008/2009. Sekolah ini memiliki jumlah siswa

seluruhnya 56 siswa dengan staf pengajar terdiri dari 9 guru; 3 guru tetap

yayasan, 2 guru bidang studi, 1 penjaga dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini

dilaksanakan dengan dasar pertimbangan prestasi belajar IPS di kelas VII C1

masih rendah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II (Genap) tahun pelajaran

2008/2009 yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2009. pelaksanaan

penelitian ini dilakukan secara bertahap dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Bulan Januari-Februari 2009 : tahap pesiapan meliputi pengajuan judul PTK,

permohonan pembimbing dan penyusunan proposal.

b. Mulan Maret-April 2009 : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang

dilaksanakan di lapangan pengambilan data dan perijinan penelitian.

c. Bulan Mei-Juli 2009. tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan

penyusunan laporan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa C1 kelas VIII SMPLB YPASP Wonorejo

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.

pada semester II (Genap) yang jumlah siswanya 2 (dua) anak.

No Nama Siswa

1 Titus Sumiyati

2 Sri Pamungkas

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

C. Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Informasi tesebut akan

digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang dapat dimanfaatkan

dalam penelitian ini meliputi :

5. Siswa Kelas VIII C1 SLB B-C YPASP Wonorejo, Gondangrejo,

Karanganyar.

6. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

7. Informasi (Guru, Kepala Sekolah, dan Keluarga)

8. Arsip Nilai.

D. Teknik Pengumpulan data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,

maka tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

2. Wawancara

Wawancara jenis ini bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak

dalam formal dan dapat dilakukan berulang-ulang pada informasi yang

sama. Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan memperoleh

informasi yang rinci dan mendalam.

3. Observasi langsung

Observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran

berlangsung adalah observasi partisipasi agar hasilnya seobjektif mungkin.

Observasi ini untuk mengamati siswa yang belajar ilmu pengetahuan alam

(IPA) dengan menggunakan dan diterapkannya metode problem solving

dalam pembelajaran.

4. Tes

Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar anak dalam

pembelajaran IPA, yang pelaksanaan berupa tes awal, tes siklus I, tes siklus

II.

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

5. Angket / Quisioner

Untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan metode

pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

E. Validasi Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas yang akan dikumpulkan

dalam penelitian, teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan

dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Adapun trianggulasi yang

digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber data yaitu mengumpulkan data

yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Teknik trianggulasi sumber data

diharapkan dapat memberikan inspirasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.

Gambar 2 : Skema Trianggulasi

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya

pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian dilapangan dioleh dan

dianalisis secara kualitatif (diskriptif kualitatif) dan kuantitatif (diskriptif

kuantitatif) yang dilakukan berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-

tiap siklus. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model tiga komponen

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data meliputi penyelesaian data melalui ringkasan atau uraian

singkat dan penggolongan data kedalam pola yang lebih luas. Penyajian data

dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan

informasi secara sistematik dari hasil reduksi dari dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.

Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat

Reduksi Data - Penggolongan Data - Penyelesaian Data

Penyajian Data - Dimulai dari perencanaan

dari tindakan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi

Penarikan

Kesimpulan

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematis

dan perlu diberi makan. Untuk mempermudah verifikasi dan analisis, data

yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada diidentifikasi secara

khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.

G. Indikator Kinerja

Yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah

tercapainya indikator :

a. Peningkatan prestasi belajar IPA

b. Peningkatan motivasi belajar siswa

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-

tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang

telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui

permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar IPA siswa C1

kelas VIII (SMPLB C1) YPASP Gondangrejo dilakukan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul

penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian adalah mengenai

penggunaan metode problem solving yang dilakukan oleh guru dengan

penanaman konsep melalui pengalaman langsung. Data dikumpulkan dengan

pengamatan pada saat penelitian melaksanakan tugas mengajar dengan

menggunakan metode problem solving dan tes.

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanakan

penelitian melalui tahapan atau siklus yang setiap siklus berisi empat langkah

yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap

refleksi.

Secara rinci kegiatan tahapan dalam prosedur ini dapat dijabarkan

sebagai berikut :

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

1. Tahap persiapan tindakan, meliputi :

a. Mempelajari kurikulum.

b. Mempersiapkan materi bahan pelajaran dan peralatan untuk

eksperimen.

c. Mempersiapkan instrukmen untuk diskusi dan poslist.

d. Menyiapkan atau membuat penilaian.

e. Membuat lembar observasi.

f. Mengadakan focus group discussion dengan guru-guru kelas VIII C1

dari SLB lain.

g. Menyusun kuesioner tentang presrasi siswa terhadap materi soal.

h. Menyusun tes.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan

dalam bentuk siklus (direncanakan 3 siklus), yang setiap siklusnya

tercakup 4 kegiatan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi

dan interprestasi dan (4) analisis dan refleksi. Yang menjadi tolak ukur

keberhasilan setiap siklus adalah tercapainya indikator.

(1) Adanya peningkatan pemahaman materi.

(2) Adanya peningkatan jumlah materi soal yang dapat dikerjakan.

(3) Adanya peningkatan nilai postest pada akhir siklus.

Kaitan logis antara tercapainya idikator dengan keberhasilan penelitian

adalah semakin tinggi ketercapaian indikator berarti semakin tinggi tingkat

prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

a. Rancangan siklus

5) Tahap perencanan, mencakup kegiatan.

f) Guru merancang skenario pembelajaran IPA

g) Guru menyusun silabus dan rencana pembelajar (RP).

h) Guru menyediakan media pembelajaran untuk eksperimen atau

percobaan-percobaan.

i) Menyisipkan lembar observasi tentang hasil pengamatan dan

eksperimen.

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

j) Menyiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan

pembelajaran.

6) Tahap Pelaksanaan

h) Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran dengan

menggunakan metode problem solving pada pembelajaran IPA.

i) Guru membentuk diskusi kelas.

j) Guru menjelaskan maksud pembelajaran.

k) Guru mengajar siswa melakukan pengamatan tentang materi

pembelajaran.

l) Masing-masing siswa melakukan pengamatan dan

mendiskusikan materi sesuai dengan tugasnya.

m) Guru membimbing siswa dalam pengamatan dan diskusi.

n) Guru mengadakan postest.

7) Tahap Observasi

e) Guru memonitoring / membantu siswa jika mengalami

kesulitan.

f) Guru mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

g) Observasi diarahkan pada point yang telah ditetapan dalam

indikator.

h) Guru mencatat hasil pengamatan dan postest.

8) Tahap analisis dan refleksi

Dilakukan oleh guru dengan cara menganalisa hasil pekerjaan

siswa, hasil observasi dan postest.

Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan apakah sudah

memenuhi/ mencapai indicator yang telah ditetapkan. Seandainya

indicator sudah mencapai seperti yang diharapkan maka siklus ini

dapat dihentikan dan dilanjurkan untuk siklus dua dan tiga dan

seterusnya. Tapi jika belum mencapai indicator seperti yang

diinginkan maka siklus harus diulangi lagi.

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan apat digambarkan

sebagai berikut :

Siklus 1 Siklus 2

Sumber : Sarwiji Suwandi, 2008

3. Tahap Pasca Tindakan

a. Membuat rekapitulasi hasil kemajuan yang dicapai siswa dalam

pembelajaran IPA pada 2 siklus tindakan yakni merekap jumlah nilai

postest yang dapat dikerjakan dengan benar oleh semua siswa.

b. Mengadakan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah IPA.

c. Memberikan kuesioner kepada siswa mengenai materi soal yang telah

dikerjakan.

d. Menyusun laporan hasil penelitian.

e. Mengadakan revisi laporan dan seminar.

I. Jadwal Penelitian

Urutan kegiatan penelitian ini dari awal hingga akhir adalah sebagai

berikut :

No Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan tindakan

a. Menjajaki tingkat kemampuan IPA Siswa

b. Mengidentifikasi materi yang sulit di pahami

c. Memberi materi soal yang sudah dipahami

V

V

V

Rancangan 1

Tindakan 1

Observasi

Refleksi 1

Rancangan 2

Tindakan 2

Observasi

Refleksi 2 Siklus

Rekomendasi

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

d. Mengadakan focus group dicoussion dengan

guru SLB lain.

e. Menyusun tes

f. Menyusun Instrumen

V

V

V

2 Pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I

b. Siklus II

V

V

3 Pasca Tindakan

a. Merekap hasil tindakan

b. Mengadakan tes

c. Menyebar kuesioner

d. Menyusun laporan

e. Revisi dan seminar

V

V

V

V

V

V

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII C1 / II

Pertemuan Ke : 2

Alokasi Waktu : 90 menit / 1 x Pertemuan

I. Standar Kompetensi

Memahami cara tumbuhan membuat makanan.

II. Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau

sebagai sumber makanan.

III. Indikator

1. Menyebutkan tempat tumbuhan hijau menyimpan cadangan makanan.

2. Menyebutkan bagian tumbuhan yang digunakan oleh manusia dan hewan

untuk makanannya.

3 Menyebutkan pentingnya tumbuhan hijau bagi manusia dan hewan

sebagai sumber energi.

IV. Tujuan Pembelajaran

Melalui observasi dan deskusi siswa dapat :

1. Menunjukkan tempat tumbuhan hijau menyimpan cadangan makanan.

2. Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang digunakan oleh manusia hewan

untuk makanannya.

3. Menjelaskan pentingnya tumbuhan hijau bagi manusia dan hewan

sebagia sumber energi.

V. Materi Ajar

Tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.

Page 84: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

VI. Sumber Belajar, Media dan Metode pembelajaran

1. Sumber belajar : KTSP 2006, Silabus, buku relevan

2. Media : Gambar, Alat peraga

3. Metode Pelajaran : Ceramah, Diskusi, Problem Solving

VII. Strategi Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

1. Pengkondisi Kelas : Merapikan tempat duduk, menyiapkan (berdoa,

mengabsen)

2. Apresiasi : Tanya jawab tentang sayur dan buah

3. Informasi : Penjelasan materi yang akan diberikan.

2. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa memperhatikan

2. Membentuk kelompok siswa

3. Guru memberikan lembar tugas kegiatan

4. Siswa mengerjakan lembar tugas

5. Siswa membahas lembar kerja dibimbing guru

6. Guru memberikan penghargaan pada siswa/ kelompok terbaik

3. Kegiatan Akhir

1. Kesimpulan materi

2. Pemberian PR

3. Menutup Pelajaran

VIII. Penilaian

Jenis tagihan : Individu/ Kelompok

Teknik tes : tertulis, lesan

Bentuk instrumen : Jawaban singkat

Page 85: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Jawablah pertanyaan dibawah ini !

1. Sisa hasil forosintesis bagi tumbuhan disimpan sebagai makanan apa ?

2. Dimana mangga dan pepaya menyimpan makanan cadangannya ?

3. Dimana saja tumbuhan menyimpan makanan cadangannya ?

4. Bagian tumbuhan hampir semua dapat dimakan, apa saja ?

5. Sebutkan tanaman yang dapat dijadikan sebagai makanan pokok ?

Kunci Jawaban :

1. Makanan cadangan

2. di buah

3. di dalam umbi, buah, biji dan batang

4. Berupa sayur mayur, buah-buahan, biji-bijian dan umbi-umbian

5. Padi, singkong, jagung, sagu, umbi-umbian

Pedoman Penilaian = jumlahsoal

benar x 100

Surakarta, April 2009

Mengetahui Kep. Sek. Guru Kelas

SLB B-C YPASP

Sri Suyatmi T i m i NIP

Page 86: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

LEMBAR KEGIATAN ESKPERIMEN

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Smt : VII C1 / 2

Alokasi Waktu : Menit

A. Diskusikan dengan temanmu !

1. Tuliskan tempat menyimpan cadangan makanan tumbuhan yang ada

disekitarnya dalam tabel seperti berikut :

Nama Tumbuhan Tempat menyimpan cadangan makanan

1.

2.

3.

2. Apakah yang dimaksud dengan makanan pokok ?

Jawab :

3. Sebutkan macam-macam buah yang ada di sekitar tempat tinggalmu ?

Jawab :

4. Tuliskan bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan disekitarmu dalam tabel

berikut :

Nama Tumbuhan Bagian yang dimanfaatkan

1.

2.

3.

Page 87: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

Kunci Jawaban :

1. Kebijaksanaan guru

2. Makanan yang setiap hari dimakan

(Kebijaksanaan guru)

3. Mangga, pepaya, pisang, heruk, ace.

(Kebijaksanaan guru)

4. Kebijaksanaan guru

Page 88: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43 S I L A B U S

Nama Sekolah : SLB B-C YPASP

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII C1 / 2

Standar Kompetensi : Memahami Cara Tumbuhan Membuat Makanan

No Kompetensi Dasar Materi

Pokok Pengalaman Belajar Indikator

Penilaian Sumber Bahan /

Alat Ket Jenis

Tagihan Bentuk

Instrumen 1 3.1. Mengiden-

tifikasi cara

tumbuhan

hijau

membuat

makanan

- Mengindentifikasi zat-zat

diperlukan dalam proses

fotosintesis

- Menjelaskan proses

fotosintesis

- Menyebutkan hasil dari

proses fotosintesis

- Menjelaskan manfaat

fotosintesis bagi manusia

- Menyebutkan zat-

zat yang diperlukan

dalam proses

fotosintesis

- Menyebutkan proses

tumbuhan hijau

membuat makanan

sendiri.

- Menyebutkan hasil

dari proses

fotosintesis

- Menyebutkan

manfaat fotosintesis

bagi manusia

Subyektif

Obyektif

Uraian

terbatas

Pilihan

ganda

- KTSP 2006

- Buku relevan

- Gambar, benda

konkret

Page 89: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

43

No Kompetensi Dasar Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator

Penilaian Sumber Bahan / Alat Ket Jenis

Tagihan Bentuk

Instrumen 3.2. mendeskripsi-

kan secara

sederhana

bahwa

manusia dan

hewan

membutuhkan

tumbuhan

sebagai

sumber

makanan.

Tumbuhan

hijau sebagai

sumber

makanan

- Menunjukkan tempat

tumbuhan hijau

menyimpan cadangan

makanan

- Mengidentifikasi bagian

tumbuhan yang digunakan

oleh manusia dan hewan

untuk makanannya.

- Menjelaskan pentingnya

tumbuhan hijau bagi

manusia dan hewan

sebagai sumber energi

- Menyebutkan

tempat tumbuhan

hijau menyimpan

cadangan makanan

- Menyebutkan

bagian tumbuhan

yang digunakan

oleh manusia dan

hewan untuk

makanannya.

- Menyebutkan

pentingnya

tumbuhan hijau bagi

manusia dan hewan

sebagai sumber

energi.

Individu

Tertulis

Lisan

Uraian - KTSP 2006

- Buku relevan

- Gambar

Surakarta, April 2009

Mengetahui Kep. Sek. Guru Kelas SLB B-C YPASP

Sri Suyatmi T i m i NIP

Page 90: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII C1 / 2

Pertemuan Ke : 1

Alokasi Waktu : 90 menit / 1 x Pertemuan

I. Standar Kompetensi

Memahami cara tumbuhan membuat makanan.

II. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi cara tumbuh hijau membuat makanan.

III. Indikator

1. Menyebutkan zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis

2. Menyebutkan proses tumbuhan hijau membuat makan sendiri dengan

bantuan cahaya matahari dan cahaya lain

3. Menyebutkan hasil dari proses fotosintesis

4. Menyebutkan manfaat fotosintesis bagi manusia

IV. Tujuan Pembelajaran

Melalui observasi, eskperimen dan diskusi siswa dapat :

1. Menyebutkan zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis

2. Menjelaskan proses fotosintesis

3. Menyebutkan hasil dari proses fotosintesis

4. Menjelaskan manfaat fotosintesis bagi manusia

V. Materi Ajar

1. Zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis air, karbondioksida

(CO2). Klorofil (zat hijau daun) dan energi cahaya matahari.

2. Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau.

Page 91: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Dikelas III, kamu telah mempelajari bahwa makhluk hidup

tumbuh. Oleh karena itu, tumbuhan memerlukan makanan untuk tumbuh.

Dari manakah tumbuhan hijau memperoleh makanan? Tumbuhan tidak

begitu saja mengambil makanan dari sekitarnya seperti hewan. Tumbuhan

mampu membuat makanannya sendiri karena memiliki zat hijau daun yang

disebut klorofil. Makhluk hidup yang mampu membuat makanan sendiri

disebut produsen. Tumbuhan membuat makanannya melalui rangkaian

reaksi kimia yang disebut fotosintesis.

A. Pembuatan Makanan pada Tumbuhan Hijau

Untuk membuat makanan sendiri, tumbuhan hijau memerlukan air

dan karbon dioksida. Aiar diserap dari dalam tanah melalui rambut-

rambut akar, kemudian diangkat sampai ke daun. Jaringan mengakut

air sebagai bahan untuk forosintesis, disebut pembuluh kayu. Karbon

dioksida diserap oleh tumbuhan hijau melalui stomata dan lentisel.

Stomata (mulut daun) atau pori-pori daun adalah lubang-lubang kecil

pada permukaan daun, sedangkan lentisel adalah lubang-lubang kecil

pada permukaan batang.

Fotosintesis dapat terjadi di semua bagian tumbuhan yang

mengandung klorofil. Namun, sebagian besar proses pembuatan

makanan berlangsung di daun. Hal itu disebabkan daun memiliki

struktur yang beradaptasi dengan baik untuk membuat makanan.

Permukaan atas daun yang langsung menghadap ke cahaya matahari

banyak mengandung klorofil. Itulah sebabnya, permukaan atas daun

lebih hijau daripada permukaan bawahnya. Daun memiliki permukaan

yang luas untuk mengumpulkan lebih banyak cahaya dan klorofil yang

mampu menangkap energi matahari. Pembentukkan makanan dapat

terjadi jika ada cahaya. Oleh karena itu, fotosintesis secara alami

terjadi di siang hari. Dalam hal ini, cahaya matahari bersungsi sebagai

sumber energi atau negara. Energi itu oleh klorofil digunakan untuk

mengubah air dan karbon dioksida menjadi karbohidrat (gula) dan

Page 92: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

oksigen. Secara sederhana, proses pembuatan makanan pada tumbuhan

(fotosintesis) dapat digambarkan sebagai berikut.

Sinar matahari Karbon dioksida + air karbohidrat + oksgen klorofil

3. Hasil dari Proses Fotosintesis

Hasil fotosintesis terdiri atas karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat (zat

makanan) hasil fotosintesis diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan melalui

pembuluh tapis. Pembuluh tapis merupakan jaringan pengakut zat

makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Oleh

tumbuhan, karbohidrat tersebut sebagian digunakan untuk tumbuh dan

sebgian disimpan sebagai makanan cadangan. Oksigen hasil fotosintesis

dilepaskan tumbuhan ke udara sehingga udara menjadi bersih dan segar.

Karena menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, tumbuhan

berhijau daun dikatakan sebagai pembersih udara kotor.

4. Manfaat Fotosintesis di Alam

Manusia dan hewan merupakan konsumen karena tidak dapat

membuat makanan sendiri. Konsumen berarti pemakai makanan yang

dibuat oleh tumbuhan hijau. Makanan dibuat oleh tumbuhan dengan

bantuan energi matahari. Dengan kata lain, tumbuhan merupakan

penyimpan energi bagi dirinya dan makhluk hidup lainnya. Jadi manusia

dan hewan begantung pada tumbuhan untuk memperoleh energi.

Konsumen yang mendapat energi secara langsung dari tumbuhan hijau,

disebut konsumen pertama. Konsumen pertama adalah pemakan tumbuhan

atau herbivora. Konsumen yang mendapatkan energi dengan makanan

konsumen pertama adalah konsumen kedua. Konsumen kedua adalah

hewan pemakan herbivora atau disebut karnivora.

Contoh hewan herbovira adalah kambing, kuda dan sapi,

sedangkan contoh hewan karnivora adalah singa, harimau dan burung

hantu. Konsumen yang mendapatkan energi dari tumbuhan secara

langsung atau tidak langsung disebut omnivora. Omnivora adalah

Page 93: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

pemakan segala, yaitu pemakan tumbuhan dan daging. Manusia termasuk

omnivora. Jika tumbuhan mati, herbivora tidak dapat makan sehingga

mati. Kematian herbivora diikuti dengan kematian karnovira dan

omnivora. Jadi baik manusia maupun hewan semua bergantung pada

tumbuhan untuk memperoleh makanan.

Tumbuhan hijau sangat penting bagi kehidupan hewan dan

manusia. Selain sebagai sumber makanan, fotosintesis tumbuhan hijau

menghasilkan oksigen yang diperlukan untuk bernapas. Ingat, bernapas

adalah mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida

serta uap air ke udara. Tanpa tumbuhan hijau, oksigen habis. Akibatnya

tidak ada kehidupan di muka bumi. Dengan demikian dapat disimpulkan,

tumbuhan hijau sangat penting bagi kehidupan hewan dan manusia.

VI. Sumber Belajar, Media dan Metode Pembelajaran

1. Sumber Belajar : KTSP 2006, Silabus, Buku Relevan.

2. Media : Gambar-gambar, Benda asli/tiruan.

3. Metode Pembelajaran : Ceramah, tugas diskusi, eskperimen, problem

solving dan tanya jawab.

VII. Strategi Pembelajaran

A. Kegiatan Awal

1. Pengkondisi Kelas : Menyiapkan, merapikan tempa duduk dan

mengabsen

2. Apresiasi : Tanya jawab tentang tumbuhan hijau yang ada disekitar

3. Informasi : Penjelasan materi yang akan diajarkan

B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa memperhatikan

2. Guru menerapkan materi pelajaran dengan alat peraga dan siswa

mendengarkan sambil mencatat hal-hal yang penting

3. Guru mengajak anak melakukan kegiatan / beraksperimen

4. Siswa melakukan kegiatan eskperimen

Page 94: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

5. Guru membagikan lembar kerja

6. Siswa mengerjakan lembar kerja

7. Siswa membahas lembar kerja dibimbing guru

8. Guru memberikan penghargaan kepada siswa / kelompok terbaik

C. Kegiatan Akhir

1. Kesimpulan

Zat-zat yang diperlukan dalam proses fotosintesis, proses fotosintesis,

hasil dari proses fotosintesis dan manfaat fotosintesis.

2. Pemberian PR

1) Sebutkan contoh tumbuhan berklorofil ?

2) Apakah perbedaan tumbuhan klorofil dan yang tidak klorofil ?

3) Apakah tumbuhan dapat melakukan fotosintesis, jika tidak ada

sinar matahari ?

Kunci :

1) Kebijaksanaan guru

2) Klorofil memiliki zat hijau daun, tidak klorofil tidak mempunyai

zat hijau daun

3) Tidak

3. Guru Menutup Pelajaran

VIII. Penilaian

1. Jenis tagihan : Individu

2. Tehnik tes : tertulis, lesan

3. Bentuk instrumen : Jawaban singkat

Page 95: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Soal :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Mengapa hanya tumbuhan hijau yang dapat membuat makanan sendiri ?

2. Mengapa fotosintesis secara alami hanya terjadi pada siang hari ?

3. Jelaskan dengan singkat proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan ?

4. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya terjadi fotosintesis ?

5. Apakah yang terjadi jika di dunia ini tidak ada tumbuhan hijau ?

Kunci :

1. Hanya tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil

2. Karena pembentukkan makanan dapat terjadi jika ada cahaya (matahari)

sinar matahari 3. Karbohidrat + air karbohidrat + oksigen

klorofil (zat makanan)

(Kebijakansanaan guru)

4. Ada air, karbohidrat, klorofil, cahaya matahari

5. Tidak ada kehidupan

Pedoman Penilaian = jumlahsoal

benar x 100

Surakarta, April 2009

Mengetahui KS Guru Kelas

Sri Suyatmi T i m i NIP

Page 96: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

LEMBAR KEGIATAN ESKPERIMEN

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Smt : VII C1 / 2

Alokasi Waktu : Menit

1. Sediakan dua buah tanaman dalam pot dan kantong kertas yang tidak tembus

cahaya.

2. Tutuplah salah satu tanaman dalam pot dengan kantong kertas yang tidak

tembus cahaya, sedangkan tanaman dalam pot yang lain dibiarkan terbuka.

3. Setelah tujuah hari, bukalah kantong itu, kemudian bandingkan antara daun-

daun pada tanaman yang ditutup kantong kertas dan daun-daun tanaman yang

dibiarkan tetap terbuka.

4. Masukkan hasil pengamatan dari kegiatan dalam tabel berikut.

Keadaan Tanaman yang Ditutup Keadaan Tanaman yang Terbuka

Pertanyaan :

1. Bagaimana warna daun yang ditutupi kantong kertas ?

2. Apakah kesimpulanmu ?

Jawab :

Page 97: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Page 98: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

LEMBAR KERJA SISWA

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Smt : VII C1 / 2

Alokasi Waktu : Menit

A. Diskusikan dengan teman-temanmu !

1. Apakah yang akan terjadi pada tanaman jika terlalu banyak mendapat

cahaya matahari?

Jawab :

2. Dapatkan tanaman hidup dalam ruangan yang tidak terkena cahaya

matahari ?

Jawab :

3. a. Diskusikan gambar disamping

b. Siklus apa yang ditunjukkan pada gambar ?

c. Kita semua pasti pernah merasakan betapa

nikmatnya beristirahat dibawah pohon yang

rindang pada siang hari, mengapa hal tersebut

dapat terjadi ?

Jawab :

Page 99: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

KUNCI

1. Jika tanaman cukup mendapat cahaya, daun tampak lebih hijau dan

tanaman tumbuh subur. (kebijaksanaan guru)

2. Tanaman yang kurang mendapat cahaya, daun berwarna pucat kekuning-

kuningan dan tanaman tumbuh tidak normal.

Jadi tanaman hidup dalam ruangan kurang / tidak baik (Kebijaksaan guru)

3. a. Kebijakan guru

b. Siklus oksigen secara sederhana

c. Karena tumbuhan mengeluarkan oksigen dari hasil fotosintesis

sehingga udara terasa segar, sejuk.

Page 100: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

SOAL : PRETEST Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf a,

b, dan c.

1. Makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri adalah … .

a. manusira

b. tumbuhan hijau

c. hewan

2. Secara alami fotosintesis terjadi pada waktu … hari.

a. pagi

b. siang

c. malam

3. Bagian sel tumbuhan yang mengandung zat hijau daun disebut … .

a. klorofil

b. kloroplas

c. kloroform

4. Berikut ini yang dapat disebut produsen adalah … .

a. tikus

b. rumput

c. ular

5. Zat utama fotosintesis tumbuhan hijau adalah … dan … .

a. air, karbondioksida

b. oksigen, karbohidrat

c. air, karbohidrat

6. Hasil fotosintesis tumbuhan hijau adalah … .

a. air dan karbohidrat

b. oksigen dan karbohidrat

c. air dan karbondioksida

Page 101: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

7. Tumbuhan hijau menghasilkan oksigen yang diperlukan untuk … .

a. fotosintesis

b. berolahraga

c. bernapas

8. Cahaya matahari bagi tumbuhan bermanfaat untuk membantu proses … .

a. pembuahan

b. fotosintesis

c. penyerbukan

9. Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau terjadi di … .

a. daun

b. batang

c. buah

10. Air diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui … .

a. pembuluh kayu

b. pori-pori kulit

c. rambut-rambut akar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam siklus yang masing-masing

terdiri dari 4 tahapan yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 dan 24 April 2009. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2009.

A. Diskripsi Kondisi Awal

1. Penelitian ini dilaksanakan di SLB B-C YPASP Kelurahan Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, tahun pelajaran 2008/2009. SLB B-C YPASP tepatnya terletak di desa Jetak Rt. 01/02 dengan staf pengajar : guru negri 10 orang, guru tetap yayasan 4 orang. Jumlah murid untuk SDLB B sebanyak 10 anak, SDLB C ada 25 anak, SDLB C1 ada 8 anak dan SMPLB B, C, C1 sebanyak 11 anak. Jumlah murid keseluruhan ada 54 anak.

Page 102: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

2. Kegiatan penelitian adalah di kelas VIII C1 dengan murid berjumlah dua siswa, berjenis kelamin perempuan berinisial A (Titis Sumiyati) dan B (Sri Pamungkas). Menurut pengamatan peneliti bahwa :

1. Subyek A Subyek A dalam bersekolah sangat rajin, namun dalam pembelajaran

di kelas sering keluar masuk kelas, yang ke toilet keluar meraut pensil, dsb. Dalam berpakaian cukup rapi tapi jarang mandi dan gosok gigi sering berbau tidak sedap. Kegiatan anak pulang sekolah adalah momong adik keponakannya yang masih kecil.

Dalam kegiatan pembelajaran si A mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, ada gangguan sedikit aja konsentrasi anak sudah buyar, sehingga berakibat prestasi belajar IPAnya rendah. Karena sifat yang hiperaktif maka si A mudah mengalami kebosanan dalam pembelajaran, lebih-lebih dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah.

2. Subjek B

Subjek penelitian berinisial B, dalam bersekolah juga rajin, ia berpakaian rapi dan bersih. Dalam kegiatan pembelajaran anak selalu pasif karena anaknya pendiam sehingga tidak banyak ide yang muncul. Pemahaman materi IPA anak mengalami kesulitan konsentrasi juga berkurang. Karena sering melamun, bermain-main dengan rambutnya sendiri, prestasi belajar nilai IPA sangat rendah dibawah KKM (5,7 atau ≤ 6).

3. Dari berbagai pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa di kelas ini ditemukan permasalahan yang muncul yaitu : siswa mengalami kebosanan dalam pelajaran IPA, cenderung kesulitan memahami materi-materi IPA, kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil nilai prestasi siswa. Hasil prestasi siswa masih rendah, sudah dicoba beberapa metode tapi hasilnya tidak jauh berbeda. Maka peneliti mencoba dengan menggunakan beberapa variasi metode dalam pengajaran salah satunya yaitu metode Problem Solving. Upaya ini dapat ditempuh dengan mengadakan eksperimen-eksperimen, latihan-latihan pemecahan masalah yang dapat memotivasi dan memancing anak berpikir kritis. 4. Berdasarkan hasil nilai prestasi belajar IPA siswa sangat rendah dibawah KKM. Data nilai prestasi belajar siswa tersebut adalah sbb :

TABEL 2 : Hasil Pengamatan Dan Nilai Hasil Tes (Prestasi Belajar) IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP Gondongrejo

(Sebelum Siklus)

No. Nama Siswa Konsentrasi Keaktifan

Prestasi T S R T S R

1. Titus Sumiyati 5 6 6 2. Sri Pamungkas 6 5 5

Jumlah 11 11 11 Rata-rata 5,5 5,5 5,5

Page 103: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Prosentase 55% 55% Daya Serap 55% Tuntas Belajar (6) 0%

Keterangan : Konsentrasi / keaktifan Prestasi : T : Tinggi (81-100%) N : Naik (≥ 6 ) S : Sedang (61-80% ) T : tetap (= nilai sebelumnya )

R : Rendah (≤ 60% ) Tr : Turun (≤ 6 ) Melihat hasil pembelajaran prasiklus terdapat siswa dalam konsentrasi dan

keaktifan dibawah standar indikator pencapaian (≥60 ) serta terdapat satu siswa mendapat nilai lima, satu mendapat nilai enam. Dalam pembelajaran yang peneliti laksanakan sebelum diadakan siklus ternyata tidak ada siswa yang tuntas (prestasi rendah ). Hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

1 9876 105432

54321

Konsentrasi PrestasiKeaktifan

GRAFIK 2. Data Nilai Pengamatan Dan Nilai Tes (Prestasi Belajar)

IPA CI Kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar

Deskripsi Hasil Siklus 1

a. Perencanaan

Kegiatan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2009 di ruang Guru. Pelaksaan tindakan siklus I akan dilaksanakan pada hari Selasa, 21 April dan kamis 24 April 2009 masing-masing dua jam pelajaran

Tahap perencanaan 1 meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Guru merancang skenario pembelajaran IPA, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Guru memberikan apersepsi

Page 104: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran materi IPA c) Guru mengajak siswa melakukan pengamatan d) Siswa melakukan pengamatan e) Siswa bertanya dengan guru tentang materi IPA

2) Guru menyusun silabus dan RPP.

3) Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar dan media untuk

kegiatan eksperimen.

4) Guru menyiapkan lembar pengamatan berupa lembar kegiatan dan lembar

tugas serta post test.

5) Guru menyusun instrument penelitian yang berupa test dan non test.

Instrument test dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam melakukan post

test. Sedangkan instrument non test di nilai berdasarkan pedoman

observasi yang dilakukan oleh penelitian dengan mengamati.

Keaktifan siswa selama melakukan kegiatan (percobaan) dan selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan 1 dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu pada hari Selasa, 14 April selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) dan hari Selasa, 21 April 2009 (2 x 45 menit). Dalam pelaksanaan tindakan 1 peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar dan mengobservasi keaktifan siswa. Sedangkan teman sejawat melakukan observasi terhadap peneliti selama melaksanakan proses pembelajaran.

Pada pertemuan pertama dalam siklus I ini, peneliti tidak mengadakan test tertulis tetapi hanya penilaian non test dengan cara observasi. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut :

1. Guru didampingi teman sejawat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. 2. Kepala sekolah sebagai supervisor memantau pelaksanaan pembalajaran di kelas VIII C1. 3. Dalam pelaksanaannya peneliti (guru) melakukan berbagai upaya untuk memotivasi agar siswa aktif, kreatif, senang mengikuti proses pembelajaran. 4. Memberikan kesempatan bertanya seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. 5. Langkah-langkah program pembelajaran IPA meliputi kegiatan awal. Kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Page 105: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Pelaksanaan tindakan 1 pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 21 April 2009 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas VIII C1 SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar. Dalam pelaksanaan tindakan peneliti mengaplikasi solusi yang telah disepakati dengan teman sejawat untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran IPA dengan penggunaan metode problem solving. Peneliti mengadakan observasi terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sedangkan teman sejawat melakukan melakukan observasi terhadap peneliti selama melaksanakan proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan tindakan 1 pertemuan kedua kegiatan belajar kedua

kegiatan belajar mengajar diawali dengan pendahuluan yaitu mengadakan presensi untuk menyapa siswa. Kemudian merefleksi serta menyegarkan kembali ingatan siswa seputar materi yang telah dibahas pada pertemuan lalu.

Guru mengajak siswa melakukan gerakan bereksperimen yaitu mengamati

keadaan tanaman yang ditutup dengan keadaan tanaman yang tidak ditutup. Guru memberikan lembar tugas dan siswa mengerjakan lembar tugas dibimbing guru. Setelah selesai mengerjakan, guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kemudian hasil pekerjaan dibahas bersama guru. Guru mengadakan refleksi pembelajaran kemudian menutup pelajaran hari ini.

c. Hasil Pengamatan Penelitian mengamati proses pembelajaran pada siswa kelas C1 kelas VIII

dengan penerapan metode problem solving pada pembelajaran IPA. Kompetisi dasar cara tumbuhan hijau membuat makanan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang keaktifan dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi belum semuanya aktif, masih

ada yang belum konsentrasi pada pelajaran, menengok kesana-kemari,

melamun dan berisik

2) Siswa yang aktif dan antusias dalam pelajaran IPA dengan penerapan

metode solving hanya sebagian saja, swedangkan yang lain kurang

memperhatikan penjelasan Guru. Hali ini disebabkan pengaruh lingkungan

kelas di sampingnya yang ramai, pengawasan dan penguasaan kelas oleh

guru masih kurang.

3) Berdasarkan hasil kerja siswa, didapat sebagian siswa mampu

mengerjakan tugas dengan cukup baik, mencapai nilai 70, sedangkan satu

anak masih perlu diperbaiki. Hal ini disebabkan karena siswa belum

Page 106: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

13 2

13 2

13 2

paham sepenuhnya terhadap materi IPA tentang cara tumbuhan membnuat

makanan sendiri.

TABEL 2 : Nilai Hasil Pengamatan Keaktifan Dan Nilai Tes (Prestasi

Belajar) IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP

Gondangrejo Karanganyar Pada Siklus I

Nilai Subyek Siswa

Jumlah Nilai Rerata

Konsentrasi Keaktifan Prestasi

Konsentrasi : Rerata = = 6,5

Prosesntase = 65% Keaktifan : Rerata = = 6,5

Prosesntase = 65% Prestasi : Rerata = = 6,5 Daya Serap = 65%

1 Titus Sumiyati

7 6 7

2 Sri Pamungkas

6 7 6

Jumlah 13 13 13

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 ini terdapat 1 siswa (50% memiliki nilai 7 berarti satu siswa tuntas dan satunsiswa belum tuntas. Konsensentrasi keaktifan sudah mencapai indikator pencapaian namun masih perlu peningkatan lagi, masih ada satu anak perlu diperbaiki.

Hal ini dapat dilihat pada grafik perolehan nilai hasil pembelajaran IPA berikut ini :

Page 107: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

1 9876 105432

54321

Konsentrasi PrestasiKeaktifan

GRAFIK 2. Nilai Pengamatan Keaktifan Dan Nilai Tes (Prestasi Belajar) IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP

Gondangrejo, Karanganyar (Siklus I)

Beberapa kelemahan yang dimiliki guru terlihat dalam kegiatan tindakan ini yaitu :

1) Pengawasan dan penguasaan kelas oleh guru kurang, sehingga masih ada anak tdak berkonsentrasi. 2) Guru tidak memberikan umpan balik kepada siswa tentang seberapa jauh tingkat pemahaman setelah materi tersebut disampaikan pada siswa.

Kelemahan yang bersumber dari siswa ditemukan kekurangan-kekurangan sebagai berikut :

a) Saat pembelajaran IPA dengan metode problem solving, siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran, masih ada anak tidak berkonsentrasi, berlari-lari, menengok kesana kemari. Pada umumnya mereka masih mengabaikan materi ini. b) Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, buktinya saat mengerjakan tugas (lembar tugas dan lembar eksperimen ) mereka masih banyak Tanya pada guru. Selain itu masih banyak kesalahan pada penyelesaian tugasnya. Dilihat dari segi hasil masih ada yang dibawah standar indikator pencapaian, sehingga masih diperlukan perbaikan

Kelemahan yang ditemukan dari segi media berupa : a) Pada saat pembelajaran media gambar yang digunakan kurang menarik, warna gambar kurang menunjukkan warna aslinya. Misalnya warna daun hijau, akar coklat kehitaman, sehingga konsep warna benda sulit dipahami anak.

Page 108: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

b) Media konkritnya kurang lengkap sehingga konsep pemahaman materi dengan benda, anak mengalami kebingungan untuk membedakan. c) Siswa kurang paham benar dengan gambar yang ada dalam media pembelajaran sehingga kesulitan memeahami alur konsep materi IPA yang diajarkan.

d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tindakan pada siklus 1, peneliti (guru)

melakukan analisis dan refleksi. 1) Sebaiknya penguasaan kelas oleh guru lebih ditingkatkan. Hal ini diharapkan supaya anak terkendali, terorganisir dan lebih berkonsentrasi pada pembelajaran. 2) Agar anak lebih antusias dengan pembelajaran menggunakan metode problem solving, sebaiknya guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapat ide dan kreatif berfikirnya dalam pemecahan masalah yang dihadapi. 3) Untuk memotivasi siswa agar dapat menyelesaikan lembar tugas dan lembar kegiatan eksperimen dengan baik, cepat dan tepat. Sebaiknya guru memberikan hadiah kepada siswa misalnya berupa pujian, seperti bagus sekali, baik sekali, tepat sekali atau bisa juga member nilai tambah kepada siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 4) Guru harus selalu memantau, mengawasi dan meningkatkan siswa yang tidak mau memperhatikan dan berkonsentrasi. 5) Perolehan nilai hasil konsentrasi keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siklus 1 mengalami perbaikan/penunjukkan disbanding sebelum pelaksanaan siklus 1 (prasiklus).

C. Deskripsi Hasil Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April 2009 di kantor Guru Peneliti dan teman sejawat sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutnya, pada siklus II akan dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Mei 2009. Kemudian peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan siklus II dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat berbeda dengan pelaksanaan siklus I hanya ada perbaikan-perbaikan.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan analisis hasil observasi

terhadap siswa C1 kelas VIII yang sudah dilaksanakan pada siklus I, menyampaikan kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran IPA dengan metode problem solving.

Sebagai upaya mengatasui kekurangan yang ada, hal-hal yang perlu

diperbaiki guru dalam mengajar materi IPA adalah :

Page 109: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

1) Guru mengubah cara mengajar ditekan pada individual dan disesuaikan

kondisi anak agar dapatn mengawasi peilaku, konsentrasi dan cara kerja

siswa.

2) Guru sebaiknya member kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan

pendapat dan idenya.

3) Penyampaian materi lebih diperjelas hingga anak memahami benar materi IPA yang diajarkan.

Untuk mengatasi kekurangan dari segi siswa, terutama keenganan siswa

untuk mengemukakan pendapat respon atau stimulasi guru serta mengemukakan komentar dan tanggapan. Maka perlu adanya stimulasi untuk membangkitkan respon siswa dengan pembrian hadiah pada siswa yang aktif dikelas. Hadiah yang direncanakan berupa nilai tambahan dan pujian seperti baik sekali, bagus sekali dan tepat sekali. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran IPA. Dengan demikian terjadi hubungan timbale balik antara guru dan siswa.

Sementara untuk mengatasi kelemahan dari segi media maka akan

digunakan media gambar yang sesuai dengan minat siswa. Dengan teratasinya masalah media diharapkan mampu menutupi kekurangan dari masalah yang lainnya.

Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Guru merancang scenario pembelajaran IPA a) Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada

pembelajaran yang lalu. Apersepsi berkisar pada materi IPa yang telah diajarkan dan dihubungkan dengan pelajaran yang akan diajarkan

b) Guru memberikan hadiah berupa pujian pada siswa dngan hasil penyelesaian tugas terbaik.

c) Guru menjelaskan maksud pembelajaran di siklus II ini. d) Guru mengajak siswa melakukan kegiatan pengamatan. e) Siswa melakukan pengamatan. f) Siswa bertanya tentang materi yang belum paham. 2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Guru menyiapkan media pembelajaran berupa gambar dan benda-benda kokrit.

Page 110: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

4) Guru menyiapkan lembar observasi berupa lembar kegiatan dan lembar tugas serta post test.

5) Guru menyusun instrument pendidikan berupa test

dan non test. Instrumen test di nilai dari hasil pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan lembar post test.

Instrumen non test sinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindak II dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2009

selama 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit ) diruang kelas VIII C1 B-C YPASP Gondongrejo, Karanganyar. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebgai berikut : 1) Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran pada pertemuan

terdahulu dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa mengenai materi IPa yaitu cara tumbuhan membuat makanan.

2) Guru menjelaskan garis besar pembelajaran hari ini yang menggunakan media gambar dan benda kokrit serta menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa kali ini.

3) Guru mengajak siswa keluar kelas untuk melakukan kegiatan pengamatan. 4) Guru menyuruh siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekitar. 5) Guru menyuruh siswa mencatat hasil pengamatan dilembar kegiatan. 6) Guru menugasi siswa mengerjakan hasil pekerjaan. 7) Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan. 8) Guru membahas hasil perkerjaan siswa. 9) Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini. 10) Guru menutup pelajaran hari ini.

c. Hasil Pengamatan Pelaksanaan tindkan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

yaitu pada hari Kamis, 24 April 2009 selama 2 x 45 menit. Kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mendeskrisikan apakah kekurangan-kekurangan tehnik pembelajaran pada siklus I sudah bisa teratasi atau belum.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dari segi siswa dapat dinyatakan bahwa :

1) Siswa sudah semua aktif selama pemberian apersepsi. 2) Siswa yang aktif antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan metode problem solving sudah semua baik, ada kemajuan disbanding dalam siklus I. 3) Berdasarkan hasil kerja siswa didapat semua siswa sudah mampu mengerjakan tugas dengan baik, mencapai nilai 8. Ini berarti sudah mencapai nilai indikator pencampaian (≥6). 4) Dari hasil pengamatan keaktifan dan prestasi belajar siswa diperoleh data sebagai berikut :

Page 111: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

14 2

16 2

16 2

TABEL 3 : Nilai Hasil Pengamatan Keaktifan Dan Nilai Tes (Prestasi Belajar) IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP

Gondangrejo Karanganyar Pada Siklus II

Nilai Subyek Siswa Jumlah Nilai

Rerata Konsentrasi Keaktifan Prestasi

Konsentrasi : Rerata = = 7 Prosesntase = 70% Keaktifan : Rerata = = 8 Prosesntase = 80% Prestasi : Rerata = = 8 Daya Serap = 80%

1 Titus Sumiyati 7 8 8

2 Sri Pamungkas 7 8 8

Jumlah 14 16 16

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini terdapat 2 siswa memiliki nilai tujuan sampai sepuluh berarti 2 siswa ( 100% ) Tuntas, dan dapat dihitung nilai rata-rata kelas 80%. Perolehan tuntas pada siklus I = 1 Siswa (50% ) dan pada siklus II = 2 siswa (100% ). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan atau kenaikan nilai tuntas. 5) Hasil perolehan nilai konsentrasi, keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siklus II mengalami peningkatan dan sudah mencapai indikator pencapaian.

Hal ini dapat dilihat pada perolehan hasil nilai konsentrasi, keaktifan dan prestasi IPA pada siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondongrejo pada grafik siklus II berikut :

1 9876 105432

54321

Konsentrasi PrestasiKeaktifan

GRAFIK 3. Nilai Pengamatan Dan Nilai Tes

(Prestasi Belajar) IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP

Gondangrejo Karanganyar (Siklus II) d. Analisis dan Refleksi

Page 112: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Proses pembelajaran IPA dengan penerapan metode problem solving pada siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo pada siklus II yang dilaksanakan hari Senin, 5 Mei 2009 berjalan dengan lancer, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sudah dapat diatasi. Siswa terlihat tertib dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta guru sudah terampil dalam memimpin jalannya proses belajar mengajar secara jelas dan terencana. Hal ini terbukti adanya peningkatan dari hasil nilai konsentrasi, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Hasil nilai tersebut telah memenuhi indikator pencampaian yang ditetapkan. Maka pembelajaran pada siklus III tidak ada.

Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar tersebut disimpulkan bahwa : 1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sudah semua siswa aktif

dalam pembelajaran.

2) Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode problem solving juga sudah semua siswa aktif dan

antusias.

3) Semua siswa sudah bisa mengerjakan lembar kegiatan lembar tugas dan

post test dengan baik mencapai nilai 8 ke atas.

Dengan demikian siklus selanjutnya dilaksanakan apabila masih

diperlukan dalam perbaikan.

D. Pembahasan Sebagaimana deskripsi nilai awal siklus dan hasil pengamatan sebagai

hasil tes persiklus, maka peneliti lakukan pembahasan sebagai berikut : data terlihat adanya kenaikan nilai prosentase dan keaktifan siswa, hasil prosentase konsentrasi dan keaktifan siswa, hasil prosentase sebelum siklus 55%, pada siklus I naik 65%, pada siklus II 80%. Demikian juga dengan hasil nilai prestasi belajar IPA siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo, Karanganyar pada awal sebelum siklus rata-rata 5,5 perolehan nilai pada siklus I dengan rata-rata 6,5 baik 65% dan diperoleh nilai pada siklus II dengan nilai rata-rata 8 naik (100%).

Berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan

tindakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini serta paparan hasil tulisan dapat dijabarkan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian tersebut meliputi peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA dengan penggunaan metode problem solving pada siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo.

Page 113: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus

dilaksanakan dalam empat tahap, yakni (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interprestasi dan (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum pelaksanaan siklus I, peneliti menemukan masalah bahwa anak mudah bosan dalam pembelajaran terutama pelajaran IPA dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA rendah. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk mencari solusi dalam upaya mengatasi masalah tersebut yakni dengan penggunaan metode problem solving sebagai strategi dalam pembelajaran IPA.

Dengan problem solving diharapkan siswa mempunyai kemampuan menggunakan berbagai fakta, prinsip, gejala atau peristiwa yang dialami siswa untuk menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan.

Siklus I Pada hasil penelitian pada siklus I masih terdapat kelemahan dan

kekurangan-kekurangan. Kelemahan dan kekurangan ada yang berasal dari guru, siswa dan media pembelajaran, sehingga mempengaruhi proses pembelajaran yang berakibat perolehan hasil kurang memuaskan.

Dalam pembelajaran IPA pada siklus I terdapat satu siswa tuntas dalam belajar memiliki nilai 65 dan satu siswa belum tuntas masih diperlukan perbaikan. Konsentrasi dan keaktifan serta prestasi belajar sudah mencapai indikator pencapaian. Keaktifan siswa mencapai 65 % diatas standar nilai indikator (≥ 60 %), namun demikian masih perlu peningkatan lagi.

Siklus II Guru telah memantau dan membimbing belajar siswa dengan

mengembangkan kegiatan beragam, penggunaan metofe yang tepat dan media pembelajaran yang sesuai, maka aktifitas dan antusias serta prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.

Pembelajaran yang dilaksanakan menunjukkan peningkatan perolehan

hasil/nilai terbukti dari dua siswa mendapat nilai tujuh dan delapan, berarti telah memenuhi target. Dalam penyampaian materi pembelajaran guru memperbaiki strategi pembelajaran dan menggunakan media yang lebih mendukung. Siswa dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran.

Keberhasilan metode problem solving dalam meningkatkan kualitas dan hasil keaktifan serta prestasi belajar dalam pembelajaran dapat dilihat dari indikator sebagai berikut :

1. Motivasi Pembelajaran IPA Meningkat

Page 114: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Tindakan-tindakan penerapan metode problem solving yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan motivasi pembelajaran IPA siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo. Hal ini sesuai dengan pendapat-pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Aswanzain (2002 : 104-105) bahwa metode problem solving memiliki kelebihan yaitu metode ini dapat memotivasi pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh. Karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

Karena siswa banyak dihadapkan pada persoalan pemecahan masalah maka membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini menimbulkan sikap positif terhadap segala hal yang mereka pelajari dari segi proses pembelajaran IPA dapat ditingkatkan. Peningkatan dari segi motivasi pembelajaran IPA dapat dilihat pada beberapa indikator dibawah ini :

a. Meningkatkan Keaktifan Siswa Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan.

Hal itu terlihat dari indikator siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari setiap siklus. Indikator tersebut meliputi keaktifan siswa dalam merespon apersepsi, mengikuti pembelajaran IPA dengan penggunaan metode problem solving.

Hasil pantauan peneliti menyebutkan bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 65% meningkat 10% dari pertemuan sebelum siklus yang hanya 55%. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 80% meningkat 15% dari siklus I, artinya keaktifan sudah mencapai indikator.

Dengan demikian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas siswa selama kegiatan apersepsi penyampaian materi dan pembelajaran IPA cukup berhasil. Hal ini membuktikan peranan penting dalam proses belajar mengajar, termasuk meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu metode pembelajaran merupakan cara menyampaikan pesan yang ingin disampaiakan dalam setiap pembelajaran di sekolah, seperti halnya pendapat (Udin A. Winataputra, 2004 : 42) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya cara/tehnik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan kemampuan memilih dan menggunakan metode mengajar.

Hal ini membuat guru dapat memilih metode yang tepat, sesuai dan menarik perhatian, dan dapat menimbulkan siswa kreatif dan inofatis. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.

b. Meningkatkan Perhatian dan konsentrasi Siswa Konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran sangat penting. Untuk

menumbuhkan hal tersebut guru perlu merangsang siswa dengan menerapkan cara-cara baru yang kreatif dan inovatif. Salah satu cara guru adalah penggunaan dan pemilihan metode pembelajaran yang relevan. Dalam penelitian ini, guru memanfaatkan dan memilih metode problem solving. Setelah adanya tindakan penggunaan metode tersebut, perhatian atau konsentrasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Hal ini membuktikan pendapat (Udin S. winnataputra, 2004 : 12.1 ) bahwa salah

Page 115: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

satu metode mengajar atau model pembelajaran problem solving merupakan metode yang memudsatkan perhatian pada upaya mencari dan menemukannjawaban atas suatu pertanyaan atau kasus.

Dengan siswa dihadapkan pada upaya mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan atau kasus membuat siswa selalu memperhatikan atau berkonsentrasi dalam pembelajaran agar mereka dapat mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan atau kasus tersebut. Meningkatnya perhatian siswa dalam pembelajaran juga telah membuktikan bahwa suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa telah tercipta. Perolehan nilai kosentrasi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada pra siklus 55%, pada siklus I 65% dan pada siklus II 70%. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi atau perhatian siswa mengalami peningkatan.

2. Hasil Pembelajaran IPA Siswa Meningkat

Hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses KBM sangat diperngaruhi oleh alternatif metode mengajar yang digunakan oleh guru.

Hasil pembelajaran yang berupa ketrampilan siswa dalam pemecahan masalah termasuk kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, luas dan tuntas dapat meningkat setelah adanya tindakan penggunaan metode problem solving pada pembelajaran IPA. Hal itu dikuatkan oleh pendapat Syidul Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 104-105) bahwa proses belajar mengajar atau pembalajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi secara terampil, apabila menghadpi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bekerja kelak. Suatu kemampuan yang bermakna bagi kehidupan manusia.

Kualitas hasil pembelajaran berupa ketrampilan siswa dalam pemecahan masalah dapat dilihat dari nilai keaktifan siswa dan nilai prestasi siswa. Nilai tersebut mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Peningkatan kualitas hasil belajar dapat dilihat dari beberapa indikator berikut :

a. Siswa mengalami kemajuan dalam memahami materi IPA Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dalam

pemahaman materi. Siswa juga merasa kesulitan mengerjakan materi soal. Hal ini disebabkan siswa belum paham benar dengan materi pembelajaran.

Setelah diadakan tindakan berupa penerapan penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran, pemahaman materi dan jumlah materi soal yang dikerjakan hasilnya mengalami peningkatan. Hal ini tidak lepas dari peran guru yang selalu mengingatkan siswa untuk memperhatikan dan berkonsentrasi dalam pembelajaran.

b. Guru berhasil meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPA

Minat siswa dalam pembelajaran IPA sebelum tindakan diadakan masih rendah. Hal ini dapat terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajarn

Page 116: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

IPA. Siswa menganggap sulit dan merasa tidak bisa. Setelah diadakan tindakan berupa penerapan penggunaan metode problem solving disertai kegiatan-kegiatan percobaan dan media pembelajaran yang mendukung siswa terlihat antusias dan semangat. Misalnya siswa dengan senang mengerjakan soal-soal dan kegiatan-kegiatan percobaan. Hal ini juga karena peran guru dalam menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran.

c. Nilai yang diperoleh siswa meningkat pada setiap siklus

Sebelum dilaksanakan tindakan pencapaian nilai keaktifan dan prestasi belajar masih dibawah nilai ketuntasan belajar (≥ 6). Pada siklus I satu siswa belum mencapai ketuntasan masih perlu diperbaiki, sedangkan siswa lain sudah mencapai tuntas.

Pada siklus II, prosentase keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu mencpai 80%. Nilai prestasi semua siswa sudah mencapai ketuntasan. Peningkatan nilai siswa dari siklus ke siklus sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam pembaljaran IPA. Daftar nilai siswa dapat dilihat pda lampiran.

Tabel 4. Indikator Keberhasilan Penelitian

Aspek Yang Diukur Target Yang Dicapai

Cara Mengukur Siklus I Siklus II

Kualitas proses pembelajaran 1. Keaktifan siswa selama

Apresiasi 2. Perhatian / Konsentrasi

Terhadap pembelajaran IPA

65%

65%

65%

70%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari rata-rata jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan pada saat pembelajaran

Kualitas hasil pembelajaran 1. Pemahaman materi 2. Jumlah soal yang dapat

dikerjakan 3. Prestasi

65%

80%

Dihitung dari jumlah rata-rata daya serap

E. Hasil Penelitian

Secara ringkas hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kenaikan perolehan nilai keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo nilai awal, nilai siklus I, nilai siklus II adalah : Dari sebelum siklus → pembelajaran siklus I naik 50% Dari perbaikan siklus I → pembelajaran siklus II naik 100%

Page 117: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving pada

pembelajaran IPA terbukti membuat siswa aktif, kreatif dan kritis serta menyenangkan sehingga berdampak pada kenaikan atau meningkatnya prestasi belajar siswa yang dalam penelitian ini mencapai 100%. Hal ini dilihat pada grafik 4 sebagai berikut :

1

5

4

3

2

1

1098765432 Konsentrasi PrestasiKeaktifan

GRAFIK 4 : Grafik Hasil Nilai Keaktifan Dan Prestasi

Belajar IPA C1 Kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo Siklus I Dan Siklus II

Adapun perolehan nilai rata-rata kelas hasil keaktifan dan prestasi

belajar IPA sebelum siklus, siklus I, siklus II dapat dilihat pada grafik 5 sebagai berikut :

1

5

4

3

2

1

1098765432Sebelum

SiklusSiklus IISiklus I

y

x

GRAFIK 5 : Grafik Hasil Nilai Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA C1

Kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo Sebelum Siklus, Siklus I Dan Siklus II

Page 118: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru telah berhasil melaksanakan pembelajaran IPA, dengan penggunaan metode problem solving mampu membantu siswa dalam memecahkan persoalan, melatih berfikir kritis dan kreatif serta mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah secara optimal. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas karena metode yang digunakan sebagai cara bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPA sehingga dapat meningkatkan jumlah materi soal yang dapat dikerjakan dan meningkatkan prestasi belajar IPA.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan tindakan yang menyatakan bahwa penggunaan metode problem solving pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa C1 kelas VIII SLB B-C YPASP Gondangrejo Karanganyar tahun 2008/2009 dapat terbukti kebenarannya.

Page 119: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan pada pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Penggunaan metode problem solving dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dilihat bahwa hasil prestasi dan keaktifan menunjukkan adanya peningkatan. 1. Motivasi pembelajarn IPA meningkat

Peningkatan motivasi pembelajarn tampak pada keaktifan dan konsentrasi siswa selama pembelajaran IPA dengan penerapan penggunaan metode problem solving berlangsung, antara lain : a) Jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi mengikuti

pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus ke siklus yaitu 55% pada pra siklus, 65% pada siklus I dan 80% pada siklus II.

b) Meningkatkan konsentrasi atau perhatian siswa Upaya mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan atau kasus, membuat siswa terjaga dan berkonsentrasi pada pembelajaran. Hasil prosentase perolehan nilai konsentrasi mengalami peningkatan dari pra siklus 55%, pda siklus I 65%, dan pada siklus II 70%.

2. Hasil pembelajaran IPA siswa meningkat Hasil pembelajaran berupa ketrampilan siswa dalam pemecahan masalah dapat dilihat dari nilai keaktifan dan nilai prestasi siswa. Nilai tersebut mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari indikator : o Pemahaman materi IPA meningkat

o Meningkatnya minat siswa dalam pembelajaran

3. Nilai prestasi siswa meningkat Nilai prestasi dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Semua siswa memperoleh nilai tuntas pada siklus I dan II (≥ 6). Hal ini membuktikan bahwa metode problem solving mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar IPA.

B. Implikasi Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa secara optimal dalam pembelajaran IPA tidak hanya tergantung dari kecerdasan yang dimiliki siswa, minat dan kemampuan siswa, tetapi tidak kalah pentingnya adalah pengajaran melalui metode pembelajaran problem solving. Hal ini tampak dari hasil evaluasi siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan.

Page 120: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Dari segi motivasi, metode problem solving dalam pembelajaran memperkuat teori yang telah ada yaitu pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 104 – 105) bahwa metode problem solving memiliki kelebihan yaitu metode ini dapat memotivasi pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. Peningkatan dari segi kemampuan dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode problem solving dapat mendorong motivasi belajar siswa. Selain itu metode problem solving dapat merangsang perhatian dan minat siswa, menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk menuangkan ide, berpikir kritis dan kreatif.

Dari segi hasil pembelajaran, hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Hal ini sesuai pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 104 – 105) bahwa proses belajar atau pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam kehidupan keluarga, masayarakat dan bekerja kelak.

Karena siswa banyak dihadapkan pada persoalan pemecahan masalah maka membuat siswa terampil dalam menyelesaikan masalah termasuk pemecahan masalah soal/evaluasi, sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.

C. Saran Berpijak pada kesimpulan hasil diatas, maka pneliti mengajukan saran

sebagai berikut : 1. Kepada Kepala Sekolah

a. Hendaknya mengintruksi kepada para guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan relevan.

b. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian dan mengikutkan pada forum-forum ilmiah.

c. Sebaiknya menyediakan sarana yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan secara optimal.

2. Kepada Rekan Guru a. Sebaiknya melakukan variasi metode dan pemilihan metode yang relevan

dalam penyampaian materi. b. Hendaknya guru berupaya untuk meningkatkan pembelajaran agar lebih

efektif. c. Sebaiknya mengikuti forum-forum ilmiah atau membaca buku yang

berkaitan dengan penerapan metode dalam pembelajaran. 3. Kepada Siswa

a. Siswa sebaiknya aktif berlatih dan belajar dalam pemecahan masalah baik dalam pembelajaran, keluarga, masyarakat dan kehidupan sehari-hari.

Page 121: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

b. Siswa sebaiknya lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memperoleh informasi penjelasan yang cukup berkaitan dengan metode problem solving.

4. Kepada Peneliti Lain

a. Metode problem solving dapat diterapkan di kelas lain dan di sekolah lain, terutama di kelas dengan permasalahan yang hampir sama.

b. Bagi peneliti yang ingin menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran IPA dapat bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran IPA.

c. Untuk para peneliti yang akan datang, peneliti ini bisa digunakan sebagai acuan.

Page 122: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

DAFTAR PUSTAKA Agus Rachmad. 2004. Konsep Dasar IPA II. Jakarta : Depdikbud RI Ahmat Sarjito. 2006. Alat Peraga SD. Semarang : Makalah Seminar Pendidikan Anton M. Moeliono. 1988. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Rieneke Cipta A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Rosdakarya A. Salim Choiri. 2008. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus dan Identifikasinya di Sekolah Umum. Surakarta : Makalah Workshop Pendampingan Inklusi Regional Jateng di SMA 8 Gredler, MED. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Terjemahan Mundandir. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Hasibuan J.J dan Moedjiono. 1985. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2000. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Remaja Rosdakarya H.J. Gino dkk., 1995. Belanja dan Pembelanjaan I. Surakarta : UNS Press. J. David Smith. 2006. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, Terjemahan Dennis, Ny. Enrica. Bandung : Nuansa J.G Rowlinson. 1986. Berpikir Kreatif dan Bainsorming. Jakarta : Erlangga Lutfi. 2005. Jurnal Pembelajaran. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Muljono Abdurrachman, Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta : Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi Proyek Pengadaan Tenaga Akademik Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan : Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. . 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Muchtar Buchori dkk. 1997. Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung : Jemars Mulyani Syamsuridan dan Johan Permana. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi

Page 123: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Bandung : Erlangga. Munzayanah. 2008. Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus dan Penguatan Pendidikan Inklusi di Indonesia. Surakarta : Panitia Workshop Nasional APPKh. Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Noehi Nasution. 2004. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : universitas Terbuka Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru , ad. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Seppenas Dirjend Pendidikan tinggi Dirjend Ketenagaan Peter dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rienneka Cipta Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta : Grasindo 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret 1975. Methodologi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Proyek Pengadaan Buku SPG Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah. Surakarta : Dikti Departemen Pendidikan Nasional Slameto. 1995. Proses Belajar Mengajar dalam SKS. Jakarta : Bumi Aksara. S. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Sriyono dkk. 1992. Tehnik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta : Rienneka Cipta

Page 124: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Sugiyatno. 2007. Petunjuk Ringkas Penulisan Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press Sugini. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Depenbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Dierjen Dikti Depdiknas. Sumadi Suryabrata. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana. Sutartinah Tirtonegoro. 1988. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bumi Aksara Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rienneka Cipta . 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rienneka Cipta Udin S. Winataputra. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka Vossen, H. 1986. Kompendium Didaktik Kimia. Bandung : Remaja Karya W. J. S Poerwadarminto. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMPLB – C1. Depenas Dirjend Manpen Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SLB

Page 125: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

DAFTAR PUSTAKA

A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin, 1989. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remadja Rosdakarya.

Anton M Moeliono, 1988, Psikologi Balajar, Yokyakarta, Rieneka Cipta. Drs. Sugiyanto, M.Si, 2007, Petunjuk Ringkas Penulisan Penelitian Tindakan

Kelas, Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. __________, 2007, Pedoman Penulisan Skripsi, Surakarta, Universitas Sebelas

Maret. Drs. Agus Rachmat, M.Pd., 2004, Konsep Dasar IPA II, Jakarta, Universitas

Terbuka. Drs. H.J. Gino dkk, 1995, Belajar dan Pembelajaran I, Surakarta : Depdikbud RI,

Universitas Sebelas Maret. Drs. H. Udin S. Winataputra, MA, 2004, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :

Universitas Terbuka. Drs. Muljono Abdurrachman, Drs. Sudjadi S, 1994, Pendidikan Luar Biasa

Umum, Jakarta : Departemen Pendidikan Ikebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Proyek Pengadaan Tenaga Akademik.

Gredler, M.E.B., 1994, Belajar dan Membelajarkan, Terjemahan Munandir,

Jakarta : PT. Raja Grafika Persada. J.G. Rawlinson, 1986, Berpikir Kreatif dan bainstorming, Jakarta : Erlangga. J.J. Hassibuan dan Moedjiono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Remaja

Rosdakarya. Muhidin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung :

Rosdakarya. Mulyani Syamsuri dan Johan Permana, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Ngalim Purwanto, 1997, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya. Oemar Hamalik, 1992, Psikologi Belajar dan Mengajar, bandung : Sinar Baru.

Page 126: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1

Oemar Hamalik, 2005, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara.

Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern

English Press. Roestiyah, NK., 1998, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo. ________, 1975, Methodologi Ilmu Pengetahuan Alam, jakarta : Proyek

Pengadaan Buku SPG. Slameto, 1987, Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Dikti

Departemen Pendidikan Nasional. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta

: Rieneka Cipta.

Page 127: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …... · banyak guru yang belum menerapkan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dirasakan pelajaran ini cenderung menjemukan

1