fakultas hukum universitas sebelas maret … · tak peduli masalah apa pun yang anda hadapi, jika...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM
PERKARA PENGGELAPAN
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14
PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat
Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
RR Happy Salahita MS
E1107210
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM
PERKARA PENGGELAPAN
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14
PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997)
Oleh :
RR Happy Salahita MS
E1107210
Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing
Bambang Santoso,S.H.,M.Hum. NIP. 196202091989031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RR Happy Salahita MS
NIM : E1107210
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM
PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER
1997) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam
penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Maret 2011
Yang membuat pernyataan,
RR Happy Salahita MS
NIM : E1107210
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Untuk memahami hati dan pikiran seseorang,
Jangan melihat apa yang telah di raih.
Lihatlah apa yang dia lakukan untuk menggapai cita – citanya. ( Kahlil
Gibran )
Tak peduli masalah apa pun yang Anda hadapi,
Jika Anda berada pada tempat yang tepat,
Waktu yang tepat, dengan pesan yang tepat
Anda akan mampu mengubah persepsi orang lain. ( Lynne Franks )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini hendak penulis persembahkan :
· Allah SWT Yang Maha Segalanya, yang selalu memberikan yang terbaik
dalam setiap langkah hidupku
· Kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan terbaik
· Kedua orangtuaku dan keluarga besar, atas segala restu dan kasih
sayangnya yang tak pernah berhenti
· Eyang Ku ”Wiratmokodiningrat” dan ”Soetomo Prawironegoro”, atas
segala bimbingan disetiap langkahku
· Calon ku ”Bintang Priyombodo S.H”
· Saudara-saudara ku yang selalu menghiasi kebahagiaan dalam hidupku
· Kepada sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang terbaik, Nana, Stella,
Muty, Alynda, Melati, terima kasih untuk saat-saat terindah yang kita lalui
bersama
· Kepada seluruh keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
· Almamaterku, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
RR Happy Salahita MS, E.1107210. ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997). Fakultas Hukum UNS.
Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan. Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi. Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat dilakukan satu kali saja.
Berdasarkan dengan Pasal 263 ayat (3) tersebut, alat bukti baru (Novum) mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu apabila novum tersebut dapat diterima oleh Mahkamah Agung, maka dapat menghasilkan putusan diantaranya, sebagai berikut : putusan bebas, Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum dan putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum doktrinal adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menyediakan suatu penampilan yang sistematis. Data penelitian ini meliputi bahan hukum yang terdiri dari primer, dan sekunder. Bahan hukum primer merupakan data utama dalam penelitian ini sedangkan bahan hukum sekunder dan tersier digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan bahan hukum adalah dengan menggunakan dokumentasi dan studi pustaka.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Novum sebagai dasar dikabulkannya permohonan peninjauan kembali terpidana dalam perkara penggelapan adalah Salinan putusan PN. Jakarta Barat No. 252/PdtG/1S96/PNJkt.Bar dalam perkara antara David alias Ayung sebagai penggugat lawan PT. Multi Indah Usaha Rukun Sejati dan kawan kawan sebagai tergugat. Dari perkara ini jelas terdapat hubungan hukum keperdataan bahwa pemohon peninjauan kombali tidak pernah mempunyai hutang sebesar Rp sebesar Rp. 8,6 Milyar apalagi melakukan penggelapan uang sebesar itu. Novum tersebut sangat kuat sehingga alasan pengajuan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus pengajuan peninjauan kembali dalam perkara penggelapan ini adalah gugatan David alias Ayung dalam perkara tersebut dikabulkan dengan demikian permohonan peninjauan kembali dalam perkara No. 14 PK/Pid/1997 tidak pernah melakukan tindak pidana penggelapan sebagaimana didakwakan Penuntut Umum putusan perkara tersebut merupakan bukti baru bila dihubungkan dengan pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP yang hasilnya merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum. Kata kunci : Peninjauan kembali, Novum, Penggelapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum dengan judul : ANALISIS
YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM
PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER
1997).
Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh
dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput
dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi
analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu
memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang tulus kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS
yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara. Yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memberikan ilmu-ilmu
tentang hukum acara pidana.
3. Bapak Bambang Santoso,S.H.,M.Hum, selaku Pembimbing penulisan skripsi
yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
dukungan, nasihat, motivasi serta telah sabar dan tidak lelah dalam membantu
menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
4. Bapak Muhammad Rustamaji S.H. M.H. dan Bapak Kristiyadi, S.H, M.Hum.
selaku dosen Hukum acara pidana yang telah memberikan dasar-dasar hukum
acara pidana
5. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku ketua program non reguler Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
6. Bapak dan Ibu staf karyawan yang telah membantu dan berperan dalam
kelancaran kegiatan proses belajar mengajar dan segala kegiatan mahasiswa di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Ayahanda, dan Ibunda tercinta, Eyang Putri, “Wiratmokodiningrat” dan
Soetomo Prawironegoro”yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayangnya
dan tidak pernah lelah berdoa, mendorong dan memberikan motivasi kepada
penulis selama masa kuliah dan menyelesaikan penulisan hukum ini. Terima
kasih untuk kasih sayang, doa serta segenap pengertian, fasilitas, dukungan
dan kepercayaan atas segala jalan yang saya pilih dan keputusan yang saya
buat, hanya dengan Ridho kalian saya dapat berada di sini hingga saat ini.
8. Teman-teman kuliah angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta, teman-teman senasib seperjuangan Nance, Stella, Muty,
Alynda, Melati, Andjani, Eko, Eka dan Chusnul dalam mengerjakan penulisan
hukum dengan segala informasi dan kesetiannya mendukung dan membantu.
9. Cintaku BINTANG PRIYOMBODO S.H, yang selalu mendampingi,
mendukung dan memberiku motivasi dalam mengerjakan karya tulis ini.
10. Almamaterku, seluruh para penghuni Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang beragam, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan
dan pengalaman yang indah dan membuatku sangat bersyukur bisa mengenal
kalian semua dan kuliah di fakultas hukum.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga amal budi baik yang disumbangkan kepada penulis dalam
penyusunan penulisan hukum ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah
SWT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu
dengan lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini.
Akhir kata semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
ilmu pengetahuan hukum.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
RR Happy Salahita MS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN............................ .................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
ABSTRAK.. .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian ......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 11
A. Kerangka Teori ............................................................................ 11
1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penggelapan ....................... 11
2. Tinjauan Tentang Upaya Hukum ............................................ 13
3. Tinjauan tentang Peninjauan Kembali (PK) ..................... ..... 17
4. Tinjauan Tentang Novum ........................................................ 23
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 25
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... .................................. 27
A Novum Sebagai Dasar Dikabulkannya Permohonan Peninjauan
Kembali Terpidana dalam Perkara Penggelapan ........................ 27
1. Posisi Kasus ………………………………………….. ......... 27
2. Identitas Terdakwa ................................................................ 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Dakwaan ................................................................................ 27
4. Tuntutan Hukum .................................................................... 30
5. Putusan Pengadilan Negeri Bandung ..................................... 31
6. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung .................................... 32
7. Putusan Kasasi ........................................................................ 33
8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh Terpidana ......... 35
9. Pembahasan ............................................................................ 36
B Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan
Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara
Penggelapan.................................................................................... 38
1. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung ................................ 38
2. Amar Putusan Mahkamah Agung ........................................... 39
3. Pembahasan ............................................................................ 39
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 43
A. Simpulan ....................................................................................... 43
B. Saran-Saran .................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila, Negara Republik Indonesia
adalah negara yang berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (asas legalitas).
Negara hukum menurut Undang-undang dasar 1945 adalah berdasar
pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah merupakan
subjek hukum, dalam arti rechstaat (badan hukum republik). Karena negara
tersebut dipandang subjek hukum, maka jika seseorang atau badan hukum
melanggar suatu peraturan bisa dikenakan sanksi pidana karena perbuatan
melanggar hukum.
Pengertian umum hak asasi itu sendiri adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak
lahir, ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya. Bagi
bangsa Indonesia hak asasi manusia atau yang disebut hak dan kewajiban
Warga Negara telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
bersumber pada Pancasila.
Keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia
dalam tindak pidana dibuktikan dengan adanya proses penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, pembuktian, kemudian putusan
pengadilan yang dilakukan oleh hakim sebagai pejabat peradilan Negara yang
diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili. Semua proses
tersebut dilakukan dengan menjunjung tinggi keadilan demi tetap tegaknya
hukum dan terpenuhinya semua hak-hak manusia itu sendiri sesuai dengan
undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Putusan Pengadilan yang tidak memuaskan terdakwa atau penuntut
umum dapat diajukan upaya hukum. Upaya hukum adalah hak terdakwa atau
penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan pada tingkat
pertama yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana
untuk mengajukan permohonan Peninjauan kembali dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam Undang-Undang. Pasal 263 ayat (1) KUHAP
menyatakan bahwa “terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan
peninjauan. kembali kepada Mahkamah Agung.”
Tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia dalam tindak pidana dibuktikan dengan adanya proses
peyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, pembuktian,
kemudian putusan pengadilan yang dilakukan oleh hakim sebagai pejabat
peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk
mengadili. Semua proses tersebut dilakukan dengan menjunjung tinggi
keadilan demi tetap tegaknya hukum.
Berbagai upaya hukum tersebut diadakan untuk menjamin hak asasi
manusia sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Karena
hakim adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan dan juga
kekhilafan. Jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
pemisahan dan pembagian kekuasaan dalam Negara, serta pemerintahan
berdasarkan hukum tersebut harus dijamin dalam suatu konstitusi. Selain itu,
konstitusi tersebut harus pula menjamin kemerdekaan warga Negara untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, menjamin kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, dan sebagainya, dengan kata lain harus menjamin
kehidupan berdemokrasi. Untuk itu semua harus ada lembaga yang bertugas
menegakkan konstitusi, demokrasi dan hukum, yaitu :lembaga kekuasaan
kehakiman. Menurut Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945, kekuasaan kehakiman di
Indonesia dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain Badan
Kehakiman menurut Undang-Undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Upaya hukum dapat dilakukan terdakwa maupun penuntut umum
terhadap putusan hakim pada tingkat Pengadilan Negeri dengan mengajukan
banding, kecuali terhadap putusan bebas. Apabila terdakwa maupun penuntut
umum tidak menerima putusan Pengadilan Tinggi, maka dapat mengajukan
kasasi. Upaya hukum banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa, yang
diatur dalam KUHAP Bab XVII. Upaya hukum yang dapat ditempuh
terpidana terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap adalah peninjauan kembali. Upaya hukum Peninjauan kembali
merupakan upaya hukum luar biasa, karena sebenarnya lembaga ini
bertentangan dengan asas kepastian hukum. Prinsip asas kepastian hukum
menentukan bahwa putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap
(gezag van gewijsde) tidak bisa diubah lagi. Asas kepastian hukum itu disebut
neb is in idem, artinya tidak boleh terjadi dua kali putusan terhadap satu kasus
yang sama antara 2 pihak yang sama.
Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya hukum
luar biasa karena UU memberi kesempatan untuk mengajukan Peninjauan
Kembali dengan segala persyaratan yang ketat untuk itu. Ketatnya persyaratan
untuk itu adalah untuk menerapkan asas keadilan terhadap pemberlakuan asas
kepastian hukum, karena itu Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan
keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari
kekhilafan hakim secara manusiawi.
Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk
menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun
demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat
dilakukan satu kali saja.
Herziening atau Peninjauan Kembali (PK) adalah suatu putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap atas suatu
perkara pidana, berhubungan dengan ditemukannya fakta-fakta yang dulu
tidak diketahui oleh Hakim, yang akan menyebabkan dibebaskannya terdakwa
dari tuduhan. Ketentuan ini memberikan hak kepada terpidana atau ahli
warisnya untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan pengadilan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan digunakannya kata
terpidana atau ahli warisnya menandakan bahwa dalam putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan tetap yang dimintakan peninjuan kembali,
seseorang sudah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman pidana atau ada
pemidanaan.
Upaya hukum yang dilakukan untuk menjamin hak asasi manusia
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Upaya hukum
ini dapat dilakukan terdakwa maupun penuntut umum terhadap putusan hakim
pada tingkat Pengadilan Negeri dengan mengajukan banding, kecuali terhadap
putusan bebas. Bilamana terdakwa maupun penuntut umum tidak menerima
putusan Pengadilan Tinggi, dapat mengajukan kasasi.
Upaya hukum banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa,
yang diatur dalam KUHAP Bab XVII. Upaya hukum yang dapat ditempuh
terpidana terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap adalah peninjauan kembali. Upaya hukum Peninjauan kembali
merupakan upaya hukum luar biasa, karena sebenarnya lembaga ini
bertentangan dengan asas kepastian hukum. Prinsip asas kepastian hukum
menentukan bahwa putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap
(gezag van gewijsde) tidak bisa diubah lagi. Asas kepastian hukum itu disebut
neb is in idem, artinya tidak boleh terjadi dalam dua kali putusan dengan satu
kasus yang sama antara 2 pihak yang sama pula.
Maksud dan tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah
untuk menemukan kepastian hukum dan keadilan yang sebenar-benarnya.
Pasal 263 ayat (2) memuat daftar dasar yang dapat diajukan untuk melakukan
peninjauan kembali oleh terpidana atau ahli warisnya.
1. Apabila terdapat keadaan baru (Novum) yang menimbulkan dugaan kuat,
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari
segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan
yang lain;
3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata.
Menurut KUHAP, jaksa berhak dapat mengajukan PK tetapi hanya
terbatas pada putusan-putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dalam
pertimbangan hukumnya dinyatakan perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi
tidak diikuti dengan suatu pemidanaan. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi
terhadap praktek hukum yang ada dan melakukan perbaikan-perbaikan dimana
perlu di kalangan hakim, jaksa, dan advokat untuk mengatasi kekeliruan-
kekeliruan yang dilakukan dalam proses hukum semenjak munculnya kasus PK
oleh jaksa.
Dari ayat 2 ini jelas bahwa alasan-alasan untuk mengajukan
permintaan PK itu terbatas. Ia hanya diperuntukkan bagi kepentingan terpidana
dan bertujuan untuk melindungi hak terpidana dari kesalahan menerapkan
hukum atau salah menghukum orang. Ini terlihat pada butir pertama, "hasilnya
akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu
diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan" sama sekali tidak disebutkan
untuk memberatkan hukuman.
Berdasarkan dengan Pasal 263 ayat (3) tersebut, alat bukti baru (Novum)
mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu apabila novum tersebut dapat
diterima oleh Mahkamah Agung, maka dapat menghasilkan putusan
diantaranya, sebagai berikut : putusan bebas, Putusan lepas dari segala tuntutan
hukum, putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum dan putusan
dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.
Berdasarkan uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai peranan Novum dalam pemeriksaan peninjauan kembali (PK)
oleh Mahkamah Agung berkaitan dengan terpidana David alias ayung yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dapat menghasilkan putusan Bebas dan hal-hal apakah yang harus diperhatikan
dalam penggunaan Novum untuk kepentingan Peninjauan Kembali (PK), karena
ada berbagai kriteria untuk dapat dikatakan Novum sehingga dapat diajukan
dalam Pemeriksaan Peninjauan Kembali (PK). Penulis akan mengkaji masalah
tersebut dalam bentuk penulisan hukum ini dengan judul : ANALISIS
YURIDIS NOVUM SEBAGAI DASAR DIKABULKANNYA
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM
PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14
NOPEMBER 1997)
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
penulis menetapkan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk novum sebagai dasar dikabulkannya permohonan
peninjauan kembali terpidana dalam perkara penggelapan?
2. Bagaimanakah Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa
dan Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara Penggelapan
C. Tujuan Penelitian
Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui peranan novum dalam pemeriksaan peninjauan
kembali (PK) oleh Mahkamah Agung berkaitan dengan perkara
penggelapan dengan terpidana David alias ayung.
b. Untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi oleh terpidana
dalam pengajuan novum sebagai alasan untuk permohonan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung berkaitan dengan perkara
penggelapan dengan terpidana David alias ayung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
bidang ilmu hukum Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman arti
pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek, khususnya Hukum
Acara.
c. Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk sedikit memberi sumbangan pengetahuan dan pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum
pada khususnya.
b. Sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penulisan karya ilmiah
di bidang hukum.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diteliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan
serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang
timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di
dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk
memberikan preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter
Mahmud Marzuki, 2006:41).
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang
dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif atau
penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif memiliki
definisi yang sama dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian
berdasarkan bahan-bahan hukum yang fokusnya pada membaca dan
mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim,
2006:44).
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Penelitian preskriptif
adalah penelitian yang dimaksud untuk menemukan suatu kebenaran dan
menarik suatu kesimpulan dari isu-isu hukum yang ada untuk menemukan
aturan-aturan yang relevan. (Peter Mahmud Marzuki, 2006:22). Dalam
penulisan ini lebih lanjut akan dikaji tentang mengenai peranan novum
dalam pemeriksaan peninjauan kembali dan persyaratan apa saja yang
harus diperhatikan dalam penggunaan Novum untuk kepentingan
peninjauan kembali.
3. Jenis Bahan Hukum
Jenis bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan hukum sekunder yaitu sejumlah bahan hukum atau fakta atau
keterangan yang digunakan oleh seseorang yang secara tidak langsung dan
diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan, terdiri dari literatur,
dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan yang berlaku, laporan,
desertasi, teori-teori dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dan
relevan dengan masalah yang diteliti. (Peter Mahmud Marzuki, 2006:141).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum
sekunder adalah:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka yang
mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang penulis
gunakan adalah
1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
2) Putusan Mahkamah Agung No.14 pk/pid/1997, tanggal 14
Nopember 1997.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
hukum primer : yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti, hasil penelitian yang relevan dan buku-
buku penunjang lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyelesaikan penelitian ini, teknik pengumpulan data
dengan cara kepustakaan, peneliti membaca, mengkaji, mempelajari isi
dari bahan pustaka berupa putusan Mahkamah Agung, mengumpulkan
data sekunder dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, karangan
ilmiah, dokumen resmi, serta pengumpulan data melalui media internet.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang penting dalam suatu
kesimpulan dalam penelitian.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Lexy J. Moleong, 2007:6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
I. Sistematika Penulisan Hukum
Maka dalam penulisan skripsi tersusun secara teratur dan berurutan,
penulis akan membuat sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai tentang teori landasan
pemikiran dan pembahasan yaitu dengan teknik analisis data beserta
sub bab bagian penelitian
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang peranan novum didalam
pemeriksaan upaya hukum luar biasa yaitu upaya hukum peninjauan
Kembali (PK) dengan terpidana David atau Ayung dimana novum
dapat menghasilkan putusan Mahkamah Agung yang berprinsip
keadilan serta persyaratan apa saja yang dimiliki berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran terkait dengan
pembahasan permasalahan yang telah diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penggelapan
a. Pengertian Tindak Pidana
Pembentuk Undang-Undang di Indonesia menggunakan
istilah straafbaarfeit untuk menyebutkan nama tindak pidana. Dalam
bahasa Belanda straafbaarfeit terdapat dua unsur pembentuk kata
yaitu straafbaar dan feit. Perkataan feit dalan bahasa Belanda
diartikan “sebagian dari kenyataan”, sedang straafbaar berarti
“dapat dihukum”. Sehingga jika diartikan secara harafiah
straafbaarfeit berarti “sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum”.
Beberapa pakar hukum pidana memberikan pengertian yang
berbeda-beda mengenai straafbaarfeit. Menurut P.A.F. Lamintang
pembentuk Undang-Undang kita telah menggunakan perkataan
”starfbaar feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai
”tindak pidana” di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Perkataan ”feit” itu sendiri dalam Bahasa Belanda berarti ”sebagian
dari suatu kenyataan” sedangkan ”starfbaar ” berati ”dapat
dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan ”starfbaar feit” dapat
diterjemahkan sebagai ”sebagian dari suatu kenyataan yang dapat
dihukum” yang sudah barang tentu tidak tepat karena kita ketahui
bahwa yang dapat di hukum adalah manusia sebagai pribadi dan
bukan kenyataan, perbuatan, ataupun tindakan (P.A.F. Lamintang,
1997:181).
Moeljatno menggunakan istilah “perbuatan pidana”, yang
didefinisikan sebagai “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut” (Moeljatno,
2002:54).
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan
Tindak Pidana Penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II)
KUHP, terdiri dari 5 pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal
372 KUHP, merupakan tindak pidana penggelapan dalam bentuk
pokok yang rumusannya berbunyi:
"Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum sesuatu benda yang seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan oranglain yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah."
Tindak Pidana Penggelapan ini mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut :
1) unsur subjektif : dengan sengaja;
2) unsur objektif :
a) barangsiapa;
b) menguasai secara melawan hukum;
c) suatu benda;
d) sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain;
e) berada padanya bukan karena kejahatan.
Bentuk pokok pembentuk undang-undang telah mencantumkan
unsur kesengajaan atau opzettelijk sebagai salah satu unsur dalam
tindak pidana penggelapan. Unsur dengan sengaja merupakan satu-
satunya unsur subjektif didalam tindak pidana penggelapan, yakni
unsur yang melekat pada subjek tindak pidana ataupun yang melekat
pada pribadi pelakunya. Dan dengan sendirinya unsur opzettelijk harus
didakwakan didalam surat dakwaan, dan karena unsur tersebut
didakwaan terhadap seorang terdakwa, dengan sendirinya juga harus
dibuktikan di sidang pengadilan yang memeriksa perkara terdakwa.
Pengertian yuridis mengenai penggelapan dimuat dalam pasal
372 sebagaimana yang telah dirumuskan sebelumnya diatas, disebut
atau diberi kualifikasi penggelapan. Rumusan di atas tidak memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
arti sebagai membuat sesuatu menjadi gelap atau tidak terang, seperti
arti kata yang sebenarnya. Perkataan verduistering yang ke dalam
bahasa kita diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan itu, bagi
masyarakat Belanda diberikan arti secara luas (figurlijk), bukan
diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai yang membuat
sesuatu menjadi tidak terang atau gelap. Berikut contoh singkat terkait
kasus ini :
Seseorang dititipkan sebuah telepon selular (handphone) oleh
temannya, karena suatu kejadian teman yang diamanatkan tersebut
memerlukan uang, maka handphone tersebut dijualnya. Teman yang
menjual handphone ini menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan
temannya itu namun tidak berarti handphone tersebut dibuatnya
menjadi gelap atau tidak terang. Lebih mendekati pengertian bahwa
teman yang melakukan tindakan tersebut menyalahgunakan haknya
sebagai yang menguasai benda, hak mana tidak boleh melampaui dari
haknya sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai atau
memegang handphone itu.
Dari rumusan penggelapan sebagaimana contoh di atas, jika
dirinci terdiri dari unsur-unsur objektif meliputi perbuatan memiliki
(zicht toe.igenen), sesuatu benda (eenig goed), yang sebagian atau
seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan, dan unsur-unsur subjektif meliputi penggelapan
dengan sengaja (opzettelijk), dan penggelapan melawan hukum
(wederrechtelijk).
2. Tinjauan Tentang Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding
atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan Peninjauan
Kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
(Pasal 1 butir 12 KUHP). KUHAP membedakan upaya hukum biasa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
luar biasa. Upaya hukum biasa diatur dalam Bab XVII sedangkan upaya
hukum luar biasa Bab XVIII.
Terhadap putusan Pengadilan, Terpidana berhak dapat melakukan
upaya hukum berupa menerima atau menolak putusan tersebut. Menurut
Pasal 1 butir (12) KUHAP, Upaya hukum adalah hak terdakwa atau
penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa
perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali (PK) dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
a. Upaya Hukum Biasa
1) Banding
Banding adalah alat hukum (rechtsmiddel) yang merupakan
hak Terdakwa, atau juga Penuntut Umum, untuk memohon supaya
putusan Pengadilan Negeri diperiksa kembali oleh Pengadilan
Tinggi. Tujuan dari hak ini adalah untuk memperbaiki
kemungkinan adanya kekhilafan pada putusan pertama. Hak
memohon banding ini senantiasa diperingatkan oleh Hakim kepada
Terdakwa setelah putusan diucapkan. Pengadilan Tinggi dapat
membenarkan, mengubah atau membatalkan putusan Pengadilan
Negeri.
Menurut ketentuan Pasal 67 KUHAP, Terdakwa atau
Penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan
Pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas
dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang
tepatnya penerapan hukum dan putusan Pengadilan dalam acara
cepat.
Putusan pengadilan negeri dapat dimintakan kasasi dalam
hal lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang
tepatnya penerapan hukum.
Sebenarnya tujuan banding itu ada dua :
1) Menguji putusan pengadilan tingkat pertama tentang
ketepatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Untuk pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu.
Oleh sebab itu banding sering juga disebut revisi.
Pemeriksaan banding sebenarnya merupakan penilaian baru
(judicium novum). Jadi, dapat diajukan saksi-saksi baru, ahli-ahli
dan surat-surat baru. Menurut pendapat penulis, KUHAP tidak
melarang hal demikian, karena oleh Pasal 238 ayat (4) KUHAP
ditegaskan :
“Jika dipandang perlu pengadilan tinggi mendengar sendiri
keterangan terdakwa atau saksi atau penuntut umum dengan
menjelaskan secara singkat dalam surat panggilan kepada mereka
tentang apa yang ingin diketahuinya”
Begitu pula Pasal 240 ayat (1) KUHAP yang berbunyi :
“Jika pengadilan Tinggi berpendapat bahwa pemeriksaan tingkat
pertama ternyata ada kelainan dalam penerapan hukum acara atau
kekeliruan atau ada yang kurang lengkap, maka pengadilan tinggi
dengan suatu keputusan dapat memerintahkan pengadilan negeri
untuk memperbaiki hal itu atau pengadilan tinggi melakukan
sendiri “
2) Kasasi
Kasasi adalah suatu alat hukum yang merupakan wewenang
dari Mahkamah Agung untuk memeriksa kembali putusan-putusan
dari Pengadilan-pengadilan terdahulu, dan ini merupakan peradilan
terakhir.
Menurut ketentuan Pasal 244 KUHAP, Terhadap putusan
perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, Terdakwa atau
Penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas.
Menurut ketentuan Pasal 253 (1) KUHAP, Pemeriksaan
dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas
permintaan para pihak guna menentukan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinya;
b) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut
ketentuan undang-undang;
c) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas
wewenangnya.
Sejalan dengan Pasal 253(1) KUHAP, Pasal 30(1) UU No.
5/2004 tentang Perubahan atas UU No. 14/1985 tentang
Mahkamah Agung menyebutkan bahwa: Mahkamah Agung dalam
tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-
pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:
a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan.
a. Upaya Hukum Luar Biasa
Upaya hukum luar biasa merupakan pengecualian dari upaya
hukum biasa. Upaya ini diajukan terhadap putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dimana upaya hukum
hukum biasa tidak dimungkinkan lagi untuk dilakukan. Upaya hukum
luar biasa terdiri dari Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan
Peninjauan Kembali (PK).
Kasasi demi kepentingan hukum hanya dapat diajukan oleh
Jaksa Agung. Kasasi demi kepentingan hukum secara formal
didasarkan pada Pasal 259 KUHAP, yang menentukan sebagai
berikut:
a) Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain
daripada Mahkamah Agung, dapat diajukan satu kali permohonan
kasasi oleh Jaksa Agung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b) Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan.
Permohonan kasasi demi kepentingan hukum hanya dapat
diajukan satu kali saja oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung RI.
Hukuman yang dijatuhkan tidak boleh lebih berat dari hukuman semula
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
3. Tinjauan tentang Peninjauan Kembali (PK)
a. Pengertian Peninjauan Kembali
Konsep peninjauan kembali berasal dari istilah perancis
‘request civile’ dalam perkara perdata dan perkara pidana diistilahkan
‘herziening’ dalam bahasa Belanda. Menurut Soediryo, seperti dikutip
Rusli Muhammad, peninjauan kembali adalah suatu upaya hukum
yang dipakai untuk memperoleh penarikan kembali atau perubahan
terhadap putusan hakim yang pada umumnya tidak dapat diganggu
gugat lagi (Rusli Muhammad, 2007:285). Blacks Law Dictionary
memberikan definisi PK atau judicial review sebagai a court’s review
of a lower court’s or an administrative body’s factual or legal findings
(Bryan A. Gamer, et.al, 2004:864).
Kata peninjauan kembali diterjemahkan dari kata “Herziening”,
Mr. M. H. Tirtaamijaya menjelaskan herziening adalah sebagai jalan
untuk memperbaiki suatu putusan yang telah menjadi tetap-jadinya
tidak dapat diubah lagi dengan maksud memperbaiki suatu kealpaan
hakim yang merugikan si terhukum…, kalau perbaikan itu hendak
dilakukan maka ia harus memenuhi syarat, yakni ada sesuatu keadaan
yang pada pemeriksaan hakim, yang tidak diketahui oleh hakim itu…,
jika ia mengetahui keadaan itu, akan memberikan putusan lain.
Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening merupakan
salah satu dari upaya hukum luar biasa dalam hukum pidana Indonesia.
Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening dilakukan terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Peninjauan kembali sebagai upaya hukum luar biasa diatur dalam Bab
XVIII bagian kedua Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP yang
merupakan penjabaran lebih jauh dari Pasal 23 Undang-Undang No. 14
Tahun 1970 Jo Undang-UndangNo. 35 Tahun 1999 Jo. Undang-undang
No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Upaya hukum peninjauan kembali disebut sebagai upaya hukum
luar biasa adalah karena upaya hukum yang terakhir yang dapat
ditempuh terhadap pemeriksaan suatu perkara. Upaya Hukum
merupakan cara yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkara yang
diajukan ke pengadilan dengan harapan akan tercapainya tujuan hukum
yaitu memperoleh keadilan mendapatkan manfaat atas penegakkan
hukum yang diharapkan serta menjamin adanya kepastian hukum
terhadap penegakan hukum tersebut.
Sedangkan peninjauan kembali adalah salah satu dari upaya
hukum yang dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, peninjauan kembali dilakukan
apabila diketemukan adanya novum atau keadaan atau peristiwa baru
yang sebelumnya tidak pernah diketemukan, dimana penemuan novum
tersebut diduga dapat mempengaruhi perubahan putusan yang
dijatuhkan. Sedangkan menurut Bachtiar Sitanggang, herziening atau
peninjauan kembali adalah suatu putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atas suatu perkara pidana, berhubung
dengan ditemukannya fakta-fakta yang dulu tidak diketahui oleh hakim
yang akan menyebabkan dibebaskannya terpidana dari
tuduhan.35Berdasarkan ketentuan Pasal 264 ayat (3) dan Pasal 268 ayat
(1) dan ayat (3) KUHAP maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap memiliki ruang lingkup tertentu, adapun ruang
lingkup tersebut antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli
warisnya.
2) Peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang
memberikan pidana kepada terpidana.
3) Terhadap putusan bebas atau vrijspraak dan putusan pelepasan dari
segala tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging tidak
dapat diajukan peninjauan kembali.
4) Permohonan pengajuan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan
suatu jangka waktu.
Dua definisi di atas tersebut rasanya cukup mewakili dari sekian
banyaknya definisi yang ada karena rujukan aturan prosedur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia tidak
memberikan definisi yang pasti tentang Peninjauan Kembali. Dasar
Hukum Peninjauan Kembali menurut KUHAP dalam Pasal 263 ayat (1)
menyebutkan bahwa “terhadap putusan pengadilan yang sudah
berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan
permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.” Pasal ini
dapat ditarik dua makna yaitu pertama, tidak dapat diakukan upaya
peninjauan kembali terhadap putusan bebas dari segala tuntutan hukum.
Kedua, PK merupakan upaya hukum yang ditujukan untuk melindungi
kepentingan terhukum sehingga hanya terpidana atau ahli warisnya yang
berhak mengajukan.
Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening merupakan
salah satu upaya hukum yang banyak menuai kontroversi oleh karenanya
patutlah bila upaya hukum peninjauan kembali disebut sebagai upaya
hukum luar biasa. Mencuatnya persoalan mengenai upaya hukum
peninjauan kembali dimulai sejak terjadinya kasus Sengkon dan Karta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang terjadi di Jawa Barat pada tahun 1977, kisah Sengkon dan Karta
tentu masih melegenda hingga saat ini.
Pada tahun 1974 telah terjadi perampokan dan pembunuhan
terhadap pasangan suami-isteri Sulaiman-Siti Haya di Desa Bojongan,
Bekasi. Beberapa saat setelah kejadian tersebut, Polisi menangkap
Sengkon dan Karta dan menetapkan keduanya sebagai tersangka.
Sengkon dan Karta menolak menandatangani berita acara pemeriksaan.
Tapi lantaran tak tahan menerima siksaan polisi, keduanya lalu
menyerah. Hakim Djurnetty Soetrisno lebih mempercayai cerita polisi
ketimbang bantahan kedua terdakwa. Maka pada Oktober 1977, Sengkon
divonis 12 tahun penjara, dan Karta 7 tahun. Putusan itu dikuatkan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Dalam dinginnya tembok penjara mereka bertemu seorang
penghuni penjara bernama Gunel, keponakan Sengkon, yang lebih dulu
dibui lantaran kasus pencurian. Sewaktu Sengkon sedang sekarat di LP
Cipinang, seorang narapidana bernama Gunel merasa iba. Dengan jujur
dan merasa berdosa ia minta maaf kepada Sengkon yang harus
mendekam di penjara karena perbuatan yang tidak dilakukannya. Gunel
kemudian mengaku bahwa ia bersama teman-temannya telah membunuh
Sulaiman dan Siti Haya, bukan Sengkon dan Karta. Pengakuan Gunel,
yang masuk LP Cipinang karena kasus lain itu, akhirnya diketahui media
massa. Waktu itu para petinggi hukum dan para pelaksana di lapangan
sigap. DPR juga ikut campur tangan. Media massa berpartisipasi aktif.
Dan akhirnya Kejaksaan Agung lalu mengajukan Penangguhan
Pelaksanaan Menjalani Hukuman bagi Sengkon dan Karta. Akhirnya,
pada Oktober 1980, Gunel dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. Meski
begitu, hal tersebut tak lantas membuat Sengkon dan Karta bisa bebas.
Sebab sebelumnya mereka tak mengajukan banding, sehingga vonis
dinyatakan telah berkekuatan hukum tetap.16 Untung ada Albert
Hasibuan, pengacara dan anggota dewan yang gigih memperjuangkan
nasib mereka. Akhirnya, pada Januari 1981, Ketua Mahkamah Agung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(MA) Oemar Seno Adji memerintahkan agar keduanya dibebaskan lewat
jalur peninjauan kembali.
Berada di luar penjara tidak membuat nasib mereka membaik.
Karta harus menemui kenyataan pahit keluarganya kocar-kacir entah ke
mana. Dan rumah dan tanah mereka yang seluas 6.000 meter persegi di
Desa Cakung Payangan, Bekasi, telah amblas untuk membiayai perkara
mereka. Sementara Sengkon harus dirawat di rumah sakit karena
tuberkulosisnya makin parah, sedangkan tanahnya yang selama ini ia
andalkan untuk menghidupi keluarga juga sudah ludes dijual. Tanah itu
dijual istrinya untuk menghidupi anak-anaknya dan membiayai dirinya
saat diproses di polisi dan pengadilan. Walau hanya menanggung beban
seorang istri dan tiga anak, Sengkon tidak mungkin meneruskan
pekerjaannya sebagai petani,
b. Dasar Peninjauan Kembali
Ada tiga dasar yang dapat dijadikan alasan pengajuan yaitu, :
(1) Apabila terdapat suatu keadaan baru yang diduga kuat bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung
hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
atau terhadap perkara tersebut diterapkan ketentuan pidana yang
lebih ringan.
(2) apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar atau alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah
bertentangan satu dengan yang lain.
(3) apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Ketiga dasar dari Pasal 263
ayat 2 KUHAP ini memberikan limitasi pengajuan PK yang tidak
hanya secara bebas diajukan dikarenakan karakternya sebagai upaya
hukum yang “luar biasa”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Asas-Asas Peninjauan Kembali
Asas-asas yang melekat dalam upaya hukum Peninjauan Kembali
ada beberapa macam, asas-asas tersebut masih perlu peningkatan dan
dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam proses dan pelaksanaan
Peninjauan Kembali (M.Yahya Harahap, 2002:639).
1) Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula.
Asas tersebut diatur dalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP yang
menegaskan bahwa pidana yang dijatuhkan dalam putusan
peninjauan kembali tidak boleh melebihi pidana yang telah
dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung tidak boleh
menjatuhkan putusan yang melebihi putusan pidana semula, yang
diperkenankan adalah menerapkan ketentuan pidana yang lebih
ringan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 266 ayat (2) huruf
b angka 4 KUHAP.
Asas pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan
semula ini sejalan dengan tujuan yang terkandung dalam lembaga
upaya Peninjauan Kembali yaitu membuka kesempatan kepada
terpidana untuk membela kepentingannya agar terlepas dari
ketidakbenaran penegakan hukum (M.Yahya Harahap, 2002:639 ).
2) Permintaan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan pelaksanaan
putusan.
Asas tersebut tidak mutlak menangguhkan maupun
menghentikan pelaksanaan eksekusi. Peninjauan Kembali tidak
merupakan alasan yang menghambat apalagi menghapus
pelaksanaan pelaksanaan putusan sehingga proses permohonan
Peninjauan Kembali dapat berjalan namun pelaksanaan putusan juga
tetap berjalan.
Dalam hal-hal yang eksepsional dapat dilakukan penangguhan
penghentian pelaksanaan putusan sehingga ketentuan Pasal 268 ayat
(1) KUHAP dapat sedikit diperlunak menjadi permintaan Peninjauan
Kembali tidak secara mutlak menangguhkan maupun menghentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pelaksanaan putusan. Anjuran Pasal 268 ayat (1) KUHAP tersebut
banyak yang menyalahgunakan sehingga sikap yang seperti itu dapat
menimbulkan bahaya dan keguncangan dalam pelaksanaan
penegakan hukum, yang dikehendaki dalam Pasal tersebut ialah
sikap dan kebijaksanaan yang matang dan beralasan serta
mengkaitkan dengan jenis pidana maupun sifat dan kualitas yang
menjadi landasan permintaan Peninjauan Kembali ( M.Yahya
Harahap, 2002 : 640 ).
3) Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali.
Pasal 283 ayat (3) KUHAP membenarkan atau
memperkenankan Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya satu
kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In Idem yang
dikemukakan dalam Pasal 76 KUHP, sedang dalam perkara perdata
diatur dalam Pasal 1918 BW. Asas ini juga berlaku terhadap
permintaan Kasasi dan Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Dalam
Peninjauan Kembali, asas ini lebih menyentuh rasa keadilan karena
asas ini merupakan suatu tantangan antara kepastian hukum dengan
rasa keadilan dan dengan berani mengorbankan keadilan dan
kebenaran demi tegaknya kepastian hukum ( M.Yahya Harahap,
2002 : 640 ).
4. Tinjauan Tentang Novum
a. Pengertian Novum
Novum adalah keadaan baru yang menimbulkan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,
hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau
terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringan.(Pasal 263 ayat 2).
Pengajar hukum acara pidana dari Fakultas Hukum UI, T.
Nasrullah, berpendapat bahwa apapun yang terkait dengan keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
baru itu bisa diajukan sebagai novum. Karena itu, menurut Nasrullah,
perubahan hukum atau undang-undang dapat dijadikan novum.
Putusan MK dapat dijadikan sebagai novum untuk mengajukan
PK. Pasalnya, putusan MK tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu
keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2 KUHAP.
b. Jenis-Jenis Novum
Mengenai jenis-jenis novum ada 3 macam, yaitu Putusan
Mahkamah Konstitusi (MK), Saksi fakta, Putusan bebas terdakwa
lainnya dalam kasus yang sama.
1) Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Putusan Mahkamah Konstitusi dapat dijadikan sebagai
novum karena putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut dapat
dikategorikan sebagai suatu keadaan baru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 263 ayat 2 KUHAP.
2) Saksi fakta
Suatu keadaan baru, yang berupa keterangan saksi yang
belum pernah diajukan dalam persidangan baik di tingkat pertama,
banding dan kasasi.
3) Putusan bebas terdakwa lainnya dalam kasus yang sama
Hal ini berdasarkan pada teori Von Buri yaitu Teori
Conditio Sine Quanon, yang menyatakan bahwa semua syarat,
semua factor yang turut serta atau bersama-sama menyebabkan
suatu akibat dan yang tidak dihilangkan dari rangkaian factor-
faktor yang bersangkutan, adalah cause (sebab), akibat itu. Tiap
faktor yang dapat dihilangkan dari rangkaian factor-faktor yang
adanya tidak perlu untuk terjadinya akibat, tidak diberi nilai.
Sebaliknya tiap-tiap faktor yang umpamanya tidak dapat
dihilangkan dari rangkaian factor-faktor tersebut yaitu yang adanya
perlu untuk terwujudnya akibat, harus diberi nilai yang sama.
Semua faktor-faktor tersebut adalah sama dan sederajat kalau saja
factor tersebut dihilangkan maka akibatnya mungkin tidak ada atau
lain dari apa yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Menurut Van Hamel, salah seorang penganut teori Van
Buri, bahwa secara ilmiah teori Van Buri adalah satu-satunya teori
yang secara logis dapat dipertahankan.
B. Kerangka Pemikiran
Dari uraian pada tinjauan teori dapat digambarkan dalam kerangka
pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
KERANGKA PEMIKIRAN
TINDAK PIDANA
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI (TINGKAT PERTAMA)
UPAYA HUKUM YANG
DITEMPUH
UPAYA HUKUM BIASA
UPAYA HUKUM
LUAR BIASA
BANDING
KASASI
PENINJAUAN KEMBALI
SALAH SATU ALASAN
PENINJAUAN KEMBALI
TERDAPAT NOVUM
PERANAN NOVUM
SYARAT PENGAJUAN
NOVUM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
PENJELASAN
Di dalam peraturan perundang-undangan segala perbuatan tindak pidana
wajib di adili dan atas perbuatan tersebut seseorang dapat dipidana aturan pidana
dalam perundang-undangan. Apabila seseorang melakukan suatu tindakan pidana
akan mendapat dakwaan. Dari dakwaan-dakwaan tersebut akan diperoleh putusan
dari proses persidangan di pengadilan. Proses persidangan tersebut dimulai dari
tingkat Pengadilan Negeri di wilayah daerah yang bersangkutan. Pada putusan
Pengadilan Negeri, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan upaya
hukum. Baik pada upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum terakhir yang dapat dilakukan oleh terpidana adalah upaya
hukum Peninjauan Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung. Upaya hukum
Peninjauan kembali hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan Peninjauan Kembali (PK)
tidak dapat diajukan lagi Peninjauan Kembali (PK).
Salah satu persyaratan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) adalah dengan
adanya ditemukan keadaan baru (Novum) yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya
akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan
ketentuan pidana yang lebih ringan.
Sangat pentingnya novum dalam pengajuan Peninjauan Kembali (PK)
yaitu dapat menghasilkan putusan diatas, maka peneliti akan menganalisis
mengenai bagaimana peranan novum dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali
(PK) sehingga dapat menghasilkan putusan sebagaimana tersebut diatas, dan
persyaratan apakah yang harus diperhatikan dalam penggunaan Novum untuk
kepentingan Peninjauan Kembali (PK) supaya penggunaan novum tersebut dapat
maksimal. Dalam hal ini peneliti menganalisis putusan Peninjauan Kembali atas
perkara tindak pidana, terpidana David atau Ayung No. 14 PK/PID./1997, tanggal
14 Nopember 1997.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Novum Sebagai Dasar Dikabulkannya Permohonan Peninjauan Kembali
Terpidana dalam Perkara Penggelapan
1. Kasus Posisi
David alias Ayung secara bersama-sama dengan Stem Liong An ataupun
masing-masing mereka bertindak sendiri-sendiri. secara terus-menerus
dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, pada waktu antara
bulan Januari 1994 sampai bulan Januari 1995. bertempat di Toko Laut
Timur Jl. Fahrudin No. 36 Bk/k C.26 Pasar tanah Abang Bukit Jakarta
yang setidak-tidaknya berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP Pengadilan
Negeri Bandung berwenang untuk mengadili perkaranya, dengan sengaja
memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain atau sesuatu barang yang bukan milik
terdakwa, dan barang-barang itu ada padanya bukan karena kejahatan
2. Identitas Terpidana
Nama : David alias Ayung
3. Dakwaan
Primair :
Bahwa terdakwa secara bersama-sama dengan Stem Liong An ataupun
masing-masing mereka bertindak sendiri-sendiri. secara terus-menerus
dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, pada waktu dan
tempat yang sudah tidak dapat diketahui secara pasti antara bulan Januari
1994 sampai bulan Januari 1995. bertempat di Toko Laut Timur Jl.
Fahrudin No. 36 Bk/k C.26 Pasar tanah Abang Bukit Jakarta yang
setidak-tidaknya berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP Pengadilan
Negeri Bandung berwenang untuk mengadili perkaranya, dengan sengaja
rnemiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang (lain atau sesuatu barang yang bukan milik
terdakwa, dan barang-barang itu ada padanya bukan karena kejahatan
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang dilakukan dengan cara-cara Terdakwa selaku pengelola Toko PD
Laut Timur sekitar tahun 1991 berdagang kain di Pasar Tanah Abang
berhubungan dengan PT. Multi Indah melalui Siem Liong dengan cara
memesan barang dan setelah barang diterima, terdakwa mentransfer
uangnya ke rekening PT. Multi Indah AC No. 1001.5 atau ke rekening
Kurnia Herijanto AC No. 123.3 selaku Direktur Utama PT. Multi Indah,
selanjutnya terdakwa menerima faktur asli dan Siem Liong sebagai bukti
pelunasan barang. Sejak bulan Januari 1994 terdakwa memotong harga
yang tercantum dalam faktur pengiriman barang 30 - 40% yang
dibicarakan kepada Siem Liong An tanpa mengkonfirmasikannya
kepada PT. Multi Indah, sejak itu pula barang yang diterima oleh
terdakwa ditentukan sendiri harganya dan dipotong harganya 30-40%
dari harga yang tercantum dalam faktur. Faktur asli pemesanan barang
menunjukkan masih ada barang yang belum dibayar sebesar ±
8.761.867.935,75 yang dengan cara perhitungan terdakwa bersama Siem
Liong An tanpa seijin dari PT. Multi Indah. terdakwa hanya membayar
sebesar Rp.4,732.270.673 akibatnya PT.Multi Indah rugi sebesar 4
milyar atau setidak-tidaknya sejumlah kerugian yang lebih dan Rp.
250.- Perbuatan tersebut diancam dalam Pasal 372 Jo Pasal 55 ayat (1)
ke 1 Jo Pasal 64 KUHP;
Subsidair :
Bahwa terdakwa secara terus menerus yang dipandang sebagai perbuatan
yang diteruskan, pada waktu dan tempat sebagaimana disebutkan dalam
dakwaan primair membantu melakukan kejahatan yang dilakukan oleh
Sjem Uong An. yaitu dengan sengaja membantu atau dengan sengaja
memberi kesempatan daya-upaya atau keterangan pada Siem Uong An
untuk memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain dan barang itu ada padanya karena
bukan kejahatan yang dilakukan oleh Siem Liong An berhubung dengan
pekerjaan atau jabatannya atau karena ia mendapat upah uang, yang
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sekitar tahun 1991,terdakwa selaku pengelola PD. Toko Laut Timur
yang berdagang kain di Pasar Tanah Abang Jakarta berhubungan dalam
hat pembelian kain dari PT. Multi Indah Bandung melalui Siem Uong
Anyang bekerja sales pada PT. Multi Indah Bandung dengan cara
pembelian, memesan barang terlebih dahulu bila barang telah diterima
maka pada saat pembayaran terdakwa melakukan transfer uang melalui
rekening PT. Multi Indah atau rekening Kurnia Merijanto setaku
Direktur Utama PT. Multi Indah pada Bank Danamon Cabang Bandung
AC No. 1001.5 dan AC No. 123.3 pada saat terdakwa menerima faktur
asli dari Stem Uong An sebagai bukti pembayaran telah lunas, tetapi
sejak bulan Januari 1994 harga yang tercantum dalam faktur dipotong
sekitar 30-40%, disamping mentransfer uang ke rekening PT. Multi
Indah dan Rekening Kurnia Herijanto juga ditransfer rekening atas nama
AWS (isteri dairi Siem Uong An pada Bank Lippo Cabang Otista
Bandung AC No, 30756 atas permintaan Siem Uong An dan keseluruhan
transfer ke rekening AWS dilakukan terdakwa sampai bulan Desember
1994 mencapai ± Rp.539.128.400,- tanpa seijin PT. Multi Indah,
Akibatnya PT. Muiti tndah mengalami kerugian yang setidak- tidaknya
jumlahnya lebih dari Rp. 250,-. Perbuatan terdakwa diancam hukuman
Pasal 374 jo Pasal 56 jo Pasal 64 ayat (1)KUHP.
Lebih Subsidair :
Bahwa terdakwa secara terus monerus yang dipandang sebagai suatu
perbuatan yang diteruskan. pada waktu-waktu dan tempat sebagaimana
disebutkan dalam dakwaan primair, membeli atau karena hendak
mendapat untung menjual sesuatu barang yang diketahuinya atau yang
patut disangkanya diperoleh karena kejahatan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Pada Tahun 1991, terdakwa selaku pengelota toko PD. Laut Timur
berdagang kain di pasar Tanah Abang Jakarta berhubungan dalam hal
pembelian kain dengan PT. Multi Indah Bandung melalui salesnya Siem
Liong An dengan memesan barang melalui Siem Liong An, atas pesanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tersebut barang diterima dan pembayarannya dilakukan dengan cara
mentransfer uang pembayaran ke rekening PT. Multi Indah atau
rekening Kurnia Herijanto selaku Direktur Utama PT. Mu(ti Indah pada
Bank Danamon Cabang Bandung AC No. 1001.5 dan AC No. 123.3.
atas transfer terdakwa akan menerima faktur asli dari PT. Multi Indah
melalui Siem Liong An sebagai bukti pemesanan. Sejak bulan Januari
1994 terdakwa dalam melakukan pembayaran atas barang yang dibeli
melakukan pemotongan harga sekitar 30-40% dari yang tercantum dalam
faktur, karena Siem Liong An tidak mengomentarinya, terdakwa terus
melakukan pemotongan harga. seharusnya terdakwa patut mengetahui
pemotongan harga tersebut tidak wajar. terdakwa tidak pernah
mengkonfirmasikan kepada PT. Multi Indah bahkan pesanan-pesanan
barang semakin besar nominalnya, karena harga yang dibayar tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam faktur, terdakwa mendapat
keuntungan yang besar. sejak tahun 1991 berhubungan dengan PT. Multi
Indah seharusnya mengetahui atau patut menduga bahwa potongan
tersebut tidak wajar seharusnya terdakwa menduga bahwa Siem Liong
An mempunyai maksud jahat terhadap PT Multi Indah apalagi Siem
Liong An minta kepada terdakwa untuk menstransfer sebagian uang
pembayaran ke rekening AWS pada Lippo Bank Cabang Otista Bandung
yang sebelum adanya pemotongan itu tidak pernah ada transfer terdakwa
sebagai pembayaran kepada PT. Multi Indah selain kepada 2 (dua)
rekening yang disebut di atas. Perbuatan torsebut diancam hukuman
dalam Pasal 480 ke 1 Jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.
4. Tuntutan
a. Menyatakan terdakwa David alias Ayung yang identitasnya
sebagaimana disebutkan pada awal surat tuntutan ini, telah terbukti
secara sah menurut hukum dan keyakinan bersalah metakukan tindak
pidana "Penggelapan" secara bersama-sama atau sendiri-sendiri secara
berlanjut, yang diatur dan diancam hukuman dalam Pasal 372 jo Pasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP yang didakwakan dalam
dakwaan primair:
b. Menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa David alias Ayung
hukuman penjara selama 4 tahun, dengan ketentuan lamanya hukuman
dikurangi dengan penahanan yang dijalaninya ;
c. Memerintahkan agar Terdakwa ditahan di Rumah tahanan Negara;
d. Menyatakan agar barang bukti yang diajukan dalam perkara ini karena
masih bersifat dokumen yang perlu, dikembalikan pada PT. Multi
Indah melalui saksi Kurnia Herijanto;
e. Menghukum pula terdakwa David alias Ayung untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);
5. Putusan Pengadilan Negeri Bandung
a. Pertimbangan Hakim
- Unsur sengaja dalam pasal 372 KUHP yang dilakukan terdakwa
terbukti dari fakta hukum bahwa terdakwa membeli kain milik PT.
Multi Indah dengan cara mencicil, dan hubungan antara terdakwa
dengan AAN dalam menentukan harga negosiasi tanpa
mengkonfirmasikan pada PT. Multi Indah dihubungkan dengan
keterangan terdakwa yang menyatakan barang hampir semuanya
BS, jumlah barang yang diakui diterima terdakwa untuk September
1994 sampai Januari 1995 dan terdakwa menyatakan rata-rata BS
dipotong Rp. 50 sampai dengan Rp.100 per yard, oleh karena itu
alasan-alasan hukum penasehat hukum yang menyatakan bahwa
perkara ini bukan perkara pidana melainkan perkara perdata
ditolak, unsur memiliki dengan melawan hak perbuatan terdakwa
terbukti menurut hukum, unsur sesuatu barang yang seluruhnya
atau sebagian milik orang lain unsur ini terbukti menurut hukum
dan alasan-alasan hukum terdakwa via penasehat hukum tidak
dapat diterima menurut hukum karena berapa besar nilai konkrit
kewajiban prestasi terdakwa yang menjadi hak PT. Multi Indah
merupakan wewenang yuridis Hakim perdata untuk menilainya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
unsur barang itu ada padanya bukan karena kejahatan telah terbukti
menurut hukum, unsur digunakan untuk kepentingan sendiri atau
disini tujuan lain dengan yang semestinya terbukti menurut hukum
karena sejak adanya negosiasi terdakwa Aan dengan merekayasa
harga yang berbeda dengan harga faktur sehingga terdapat
perbedaan yang mencolok maka sejak penagihan PT. Multi Indah
pada terdakwa dengan menyatakan sebaliknya justru PT. Multi
Indah yang berhutang, bukan terdakwa.
- Dari rangkaian pertimbangan hukum di atas dalam kaitannya satu
sama lain dakwaan primair terbukti secara sah menurut hukum dan
keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan penggelapan
b. Amar Putusan
1) Menyatakan Terdakwa DAVID alias AYUNG terbukti bersalah
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana "Penggelepan
yang dilakukan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri secara
berlanjut";
2) Menjatuhkan pidana oleh karenanya dengan pidana penjara selama:
2 (dua) tahun dan 8 (enam) bulan ;
3) Menyertakan bahwa hukuman yang dijatuhkan akan dikurangi
segenapnya dari pada tahanan yang pernah dijalaninya;
4) Menyatakan barang bukti berupa :
a. 110 lembar faktur asli pengiriman barang PT. Multi Indah
kepada PD. Laut Timur;
b. Dikembalikan pada PT. Multi Indah cq. KURNIA
HERIJANTO;
5) Menghukum terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,- (seribu rupiah);
6. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung
a. Pertimbangan Hakim
Mengenai pertimbangan hukum pengadilan tingkat pertama tentang
buktinya dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Pengadilan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memandang tepat dan benar sehingga diambil alih Pengadilan Tinggi
sebagai pertimbangannya sendiri;
Pengadilan Timggi berpendapat lamanya pidana yang dijatuhkan kepada
terdakwa masih terlalu ringan dibandingkan dengan tindak pidana yang
dilakukannya, karena tindak pidana ini menyangkut uang dalam jumlah
yang besar sehingga diperbaiki sekedar mengenai lamanya pidana yang
harus dijatuhkan terhadap terdakwa.
b. Amar Putusan
1) Menerima permohonan banding Jaksa Penuntut Umum dan
Terdakwa;
2) Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor:
Ot/Pid.B/1996/PN.Bdg. tanggal 22,April 1996 sekedar mengenai
lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa David alias
Ayung menjadi pidana penjara selama 3 (tiga) tahun ;
3) Menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan akan dikurangkan
segenapnya daripada tahanan yang pernah dijalaninya:
4) Menguatkan putusan yang selebihnya ;
5) Memerintahkan terdakwa tetap ditahan ;
6) Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara dalann kedua
tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.2.500."
(dua ribu lima ratus rupiah);
7. Putusan Kasasi
a. Alasan Pengajuan Kasasi
1) Bahwa putusan PT bertentangan dengan pasal 197 (1) huruf f
KUHAP karena hanya memuat pertimbangan mengenai keadaan
yang memberatkan pemohon kasasi, sedangkan keadaan yang
meringankan tidak dipertimbangkan ;
2) Bahwa dalam pemeriksaan keaslian barang bukti faktur-faktur oleh
pemohon kasasi atas ijin Pengaditan Negeri tanggal 7 Mei 1996
ternyata dari 110 lembar faktur yang dikatakan asli, ternyata tidak
ada satu lembar pun ditandatangani pemohon kasasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pegawainya, yang ada hanya tanda tangan pada bagian sipembuat
faktur tanpa menyebutkan nama jelas dan juga tanpa cap stempel
PT. Multi Indah ;
3) Judex facti kurang tepat mempercayai keterangan saksi-saksi :
Kurnia Herijanto dan Sutardi Lingga Purnama yang mengklaim
faktur itu sebagai asli dan bukti pelunasan Utang, apalagi
keterangan saksi-saksi Ini jelas bertolak belakang dengan
keterangan saksi Thio Lukman Sarwono dan Handoko Sunarjo
yang menerangkan di bawah sumpah bahwa harga yang sah dan
berlaku dalam hubungan dagang antara mereka sebagai pembeli
dan PT. Multi Indah sebagai penjual adalah harga negoisasi bukan
harga faktur;
4) Bahwa yang terjadi adalah hubungan dagang antara suatu
perseroan terbatas PT. Multi Indah Rukun Sejati sebagai pemilik
barang melalui Aan dengan pemohon kasasi sebagai pembeli, yang
terungkap dalam persidangan adalah barang itu milik PT. Multi
Indah di mana Kurnia Herijanto sebagai Direkturnya. Perseroan
Terbatas pendiriannya dengan akta autentik dan mendapat
persetujuan Menteri Kehakiman untuk dapat ikut serta dalam lalu
Lintas hukum, yang terungkap di persidangan adalah nama PT.
Multi Indah, I bukan PT. Multi Indah Rukun Sejati, seharusnya
dipastikan di depan persidangan dengan akta pendirian dan Surat
keputusan Menteri Kehakiman tentang pengesahan sebagai badan
hukum yang manakah diantara kedua PT itu pemilik kain : tekstil
yang dibeli terdakwa untuk mendapat kepastian siapa diantara
kedua PT itu pemilik barang tersebut dan untuk mengetahui apakah
Kurnia Herijanto adalah Direktur PT. Multi Indah atau Multi Indah
Rukun Sejati;
b. Pertimbangan Mahkamah Agung
Keberatan pemohon kasasi tidak dapat dibenarkan karena merupakan
pengulangan fakta dan yang telah diterangkan dalam dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
persidangan tingkat PM dan PT berupa penilaian hasil pembuktian
yang bersifat penghargaan tentang suatu pernyataan yang tidak dapat
dipertimbangkan dalam tingkat kasasi
c. Amar Mahkamah Agung
1) Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : David alias
Ayung
2) Menghukum pemohon kasasi tersebut untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima
ratus rupiah),
8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh Terpidana
a. Terbuktinya suatu tindak pidana yang dijatuhkan judex facti tidak
didukung oleh dasar yang tepat dan bertentangan satu sama lainnya
Pengadilan Tinggi yang memperberat lamanya pidana tanpa
mempertimbangkan nnengapa dasar apa putusan tersebut diperberat.
Pertimbangan yang menyatakan lamanya pidana penambahan
penjatuhan pidana dengan dengan dihubungkan kepada masalah
jumlah uang, hal ini tidak tepat karena yang menjadi ukuran berat
ringannya suatu pemidanaan tidak semata-mata didasarkan pada
jumlah kerugian tetapi pada perbuatan yang dilakukan ;
b. Putusan tersebut terdapat kekhilafan atau kekeliruan yang nyata :
Putusan PT dan PN telah mengabaikan dan menyampingkan hal-hal
yang terungkap dalam persidangan yang daspat dilihat dari : Hubungan
hukum yang terjadi antara terdakwa dengan AAN selaku Wakil dari
PT. Multi Indah Usaha Rukun Sejati; dari potongan harga yang
disetujui sehingga apa yang dilaksanakan adalah benar dan sah, faktur
yang diajukan adalah tidak berlaku bagi pemohon peninjauan kembali
karena tidak jelas asal usulnya, kapan dan siapa pembuatnya Aan tidak
melaporkan kepada PT Multi Indah Usaha Rukun Sejati merupakan
tanggung jawahnya sendiri dan tidak ada kewajiban bagi pemohon
peninjauan kembali untuk melakukan konfirmasi kepada PT. Multi
Indah Usaha Rukun Sejati atas hubungannya dengan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
perkara ini sebenarnya merupakan perkara perdata. Pemohon
peninjauan kembali tidak mempunyai hutang, malah terjadi uang yang
dibayarkan ;
c. Adanya bukti baru yang pada waktu persidangan berlangsung belum
sempat diajukan (Novum), yaitu : Salinan putusan PN. Jakarta Barat
No. 252/PdtG/1S96/PNJkt.Bar, tanggal 6 Januari 1997 dalam perkara
antara David alias Ayung sebagai penggugat lawan PT. Multi Indah
Usaha Rukun Sejati dan kawan kawan sebagai tergugat.
Dari perkara ini jelas terdapat hubungan hukum keperdataan bahwa
pemohon peninjauan kombali tidak pernah mempunyai hutang sebesar
Rp. 8,6 Milyar apalagi melakukan penggelapan uang sebesar itu ;
9. Pembahasan
Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya
hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan untuk mengajukan
Peninjauan Kembali dengan segala persyaratan yang ketat untuk itu.
Ketatnya persyaratan untuk itu adalah untuk menerapkan asas keadilan
terhadap pemberlakuan asas kepastian hukum, karena itu Peninjauan
Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah
karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi.
Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk
menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun
demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya
dapat dilakukan satu kali saja.
Peninjauan Kembali adalah upaya hukum luar biasa untuk
memperbaiki putusan yang berkekuatan hukum tetap. Tujuannya agar
pengadilan benar-benar menjalankan keadilan, agar sendi-sendi hukum
yang asasi di masyarakat terlindungi (Usman Hamid,
http://www.hukumonline.com). Peninjauan kembali dapat diajukan atas
dasar alasan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP
yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(1) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan
lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum
tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan
pidana yang lebih ringan.
(2) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah
bertentangan satu sama lain.
(3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Atas dasar alasan yang sama sebagaimana dalam Pasal 263 ayat
(2) KUHAP tersebut maka terhadap suatu putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan
Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu suatu perbuatan yang
didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu
pemidanaan.
Pengajuan Peninjauan Kembali terhadap putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan oleh terdakwa atau
ahli warisnya sesuai dengan Pasal 263 ayat (1) KUHAP.
Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan
Peninjauan Kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan
seperti dalam Pasal 266 KUHAP, sebagai berikut :
(1) Apabila Mahkamah Agung tidak membenarkan alasan bahwa
permintaan Peninjauan Kembali dengan menetapkan bahwa
putusan yang dimintakan Peninjauan Kembali itu tetap berlaku
disertai dasar pertimbangannya.
(2) Apabila Mahkamah Agung mambenarkan alasan pemohon,
Mahkamah Agung membatalkan putusan yang dinyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Peninjuauan Kembali itu dan menyatakan putusan yang dapat
berupa :
(a) Putusan bebas.
(b) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
(c) Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum.
(d) Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih
ringan.
Menurut Penulis alasan-alasan yang dikemukakan oleh pemohon
peninjauan kembali sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP, khususnya
yang mengatur tentang upaya hukum peninjauan kembali.
B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan
Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara Penggelapan
1. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung
a. Keberatan ad.1 dan 2 tidak dapat dibenarkan karena pertimbangan dan
putusannya telah tepat;
b. Keberatan ad. 3 dapat dibenarkan, karena ada keadaan baru yang
menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan iitu sudah diketahui
pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan
lepas dari segala tuntutan hukum;
Gugatan David alias Ayung dalam perkara perdata
No.252/Pdt.G/1996/PN.Jak.bar jo putusan No. 332/Pdt/1997/PT.DKI
dikabulkan dengan demikian permohonan peninjauan kembali dalam
perkara No. 14 PK/Pid/1997 tidak pernah melakukan tindak pidana
penggelapan sebagaimana didakwakan Penuntut Umum putusan
perkara tersebut merupakan bukti baru bila dihubungkan dengan pasal
263 ayat (2) huruf a KUHAP yang hasilnya merupakan putusan lepas
dari segala tuntan hukum ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Amar Putusan Mahkamah Agung
a. Menerima permohonan peninjauan kembali dari pemohon
peninjauankembaii: David alias Ayung tersebut;
b. Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 27 September 1986
Regno. 922 K/Pid/1996 jo putusan Pengadilan Tinggi di Bandung
tanggal 28 Mei 1996 No. 82/Pid/1966/PT.Bdg. jo putusan Pengadilan
Negeri di Bandung tanggal 22 April 1996 No. OI/PJd/B/1996/PN.Bdg;
Mengadili Lagi :
a. Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari David alias Ayung
tersebut;
b. Menyatakan perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa David alias
Ayung terbukti, akan tetapi perbuatan yang telah terbukti tersebut
bukan merupakan suatu tindak pidana;
c. Melepaskan terpidana David alias Ayung tersebut dari segala tuntutan
hukum ;
d. Memerintahkan terpidana segera dibebaskan dari tahanan;
e. Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan kedudukan dan harkat
serta martabatnya ;
f. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada
Negara;
3. Pembahasan
Pada dasarnya upaya hukum peninjauan kembali
(PK)/Herziening tidak jauh berbeda dengan upaya hukum pemeriksaan
kasasi dalam hal pengajuannya, yaitu sama-sama diajukan ke Mahkamah
agung selaku badan peradilan tertinggi di Indonesia yang memutusnya
melalui Pengadilan Negeri. Bedanya hanya terletak pada waktu pengajuan
permohonannya. Apabila permohonan pemeriksaan kasasi diajukan dalam
tenggang waktu empat belas hari setelah putusan diterima oleh para pihak,
maka dalam peninjauan kembali tidak dikenal adanya batasan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dalam pengajuan permohonannya. Peninjauan kembali merupakan upaya
hukum yang terakhir yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkara
pidana. Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening dilakukan
terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap terhadap semua putusan Pengadilan baik Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung. Upaya hukum peninjauan
kembali (PK)/Herziening tidak adapat diajukan terhadap putusan bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum (menurut Pasal 263 ayat (1)
KUHAP). Biasanya peninjauan kembali diajukan setelah adanya putusan
kasasi atas suatu perkara pidana. Ketentuan dalam Pasal 263 ayat (2)
KUHAP menyatakan pengajuan upaya hukum peninjauan kembali
(PK)/Herziening dilakukan secara tertulis dengan alasan-alasan sebagai
berikut :
a. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa
jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkaraitu diterapkan ketentuan pidana yang
lebih ringan;
b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan
satu dengan yang lain.
c. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Sesuai dengan hal tersebut diatas, syarat formil permohonan
peninjauan kembali adalah adanya surat permintaan pengajuan peninjauan
kembali yang memuat alasan yang menjadi dasar permohonan peninjauan
kembali. Alasan yang mendasari pengajuan peninjauan kembali telah
diuraikan diatas. Namun pada dasarnya alasan pokok yang dapat menjadi
dasar pengajuan permohonan peninjauan kembali adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Apabila terdapat keadaan baru atau novum. Keadaan baru yang dapat
menjadi landasan permintaan adalaha keadaan baru yang mempunyai
sifat dan kualitas yang menimbulkan dugaan kuat sebagai berikut :
1) Jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan
dikemukakan pada waktu siding berlangsung, dapat menjadi faktor
dan alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum, atau
2) Keadaan baru itu jika ditemukan dan diketahui pada waktu siding
berlangsung dapat menjadi alasan dan faktor untuk menjatuhkan
putusan yang menyatakan tuntutan penuntut umm tidak dapat
diterima, atau
3) Dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan
dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.
b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat saling pertentangan yakni
apabila :
1) Pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti,
2) Kemudian pernyaaan tentang terbuktinya hal atau keadaan itu
dijadikan sebagai dasar dan alasan putusan dalam suatu perkara,
3) Akan tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang
dinyatakan terbukti itu saling bertentangan antara putusan yang
satu dengan yang lainnya.
c. Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam putusan, hal ini tentu
menunjukkan bahwa hakim hanyalah manusia biasa ciptaan Allah
yang maha Besar, sehingga manalah mungkin hakim tidak pernah
berbuat kesalahan maupun kekeliruan terkait dalam pengambilan
putusan pada perkara-perkara yang ditanganinya.
Alasan diperbolehkannya pengajuan upaya hukum peninjauan
kembali (PK)/Herziening sebagaimana yang diatur dalm Pasal 263 ayat (2)
KUHAP tersebut sejalan dengan alasan pengajuan upaya hukum
peninjauan kembali (PK)/Herziening menurut PERMA No. 1 Tahun 1980,
berdasarkan Pasal 9 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 1980 alasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
diperbolehkannya mahkamah Agung melakukan peninjauan kembali
terhadap putusan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
adalah :
a. Apabila dalam putusan-putusan yang berlainan terdapat keadaan-
keadaan yang dinyatakan terbukti, akan tetapi satu sam lain
bertentangan.
b. Apabila terdapat suatu keadan, sehingga menimbulkan persangkaan
yang kuat, bahwa apabila keadan itu diketahui pada waktu siding
masih berlangsung, putusan yang akan dijatuhkan akan mengandung
pembebasan terpidana dari tuduhan, pelepasan dari tuntutan hukum
atas dasar bahwa perbuatan yang akan dijatuhkan itu tidak dapat
dipidana, pernyataan tidak diterimanya tuntutan jaksa untuk
menyerahkan perkara ke persidangan pengadilan atau penerapan
ketentuan-ketentuan pidana lain yang lebih ringan. Pasal 9 ayat (2)
PERMA No. 1 Tahun 1980 dijelaskan bahwa atas dasar alasan yang
sama Mahkamah agung dapat meninjau kembali suatu putusan pidana
yang menyatakan suatu perbuatan yang dituduhkan sebagai terbukti
akan tetapi tanpa ketentuan bahwa pernyataan terbukti itu diikuti oleh
suatu pemidanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan apa yang diuraikan dalam bab hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :
1. Novum sebagai dasar dikabulkannya permohonan peninjauan kembali
terpidana dalam perkara penggelapan adalah Salinan putusan PN. Jakarta
Barat No. 252/PdtG/1S96/PNJkt.Bar, tanggal 6 Januari 1997 dalam
perkara antara David alias Ayung sebagai penggugat lawan PT. Multi
Indah Usaha Rukun Sejati dan kawan kawan sebagai tergugat. Dari
perkara ini jelas terdapat hubungan hukum keperdataan bahwa pemohon
peninjauan kombali tidak pernah mempunyai hutang sebesar Rp sebesar
Rp. 8,6 Milyar apalagi melakukan penggelapan uang sebesar itu. Novum
tersebut sangat kuat sehingga alasan pengajuan peninjauan kembali
diterima oleh Mahkamah Agung.
2. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus
pengajuan peninjauan kembali dalam perkara penggelapan adalah
Gugatan David alias Ayung dalam perkara perdata
No.252/Pdt.G/1996/PN.Jak.barjo putusan No. 332/Pdt/1997/PT.DKI
dikabulkan dengan demikian permohonan peninjauan kembali dalam
perkara No. 14 PK/Pid/1997 tidak pernah melakukan tindak pidana
penggelapan sebagaimana didakwakan Penuntut Umum putusan perkara
tersebut merupakan bukti baru bila dihubungkan dengan pasal 263 ayat (2)
huruf a KUHAP yang hasilnya merupakan putusan lepas dari segala
tuntutan hukum.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Saran-Saran
1. Novum merupakan alasan penting dari Peninjauan Kembali suatu perkara
sehingga hakim harus jeli menentukan dalam putusan MA bagi terpidana.
2. Hendaknya MA tidak menentukan batasan tentang tenggang waktu dalam
menggajukan PK karena bertentangan dengan KUHAP Pasal 264 ayat 3
tidak ada batasan waktu kapan PK dapat diajukan, “Permintaan Peninjauan
Kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu”. Hal ini mengacu jika
bukti baru (novum) diketemukan melebihi jangka waktu 181 hari hal ini
akan merugikan terdakwa.
44