faktor-faktor yang menentukan keputusan pemberian … · 2018. 8. 14. · koordinator wilayah uin...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMBERIAN
KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PEER TO PEER LENDING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Gita Andini
NIM. 1113081000049
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMBERIAN
KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PEER TO PEER LENDING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Gita Andini
NIM: 1113081000049
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Indoyama Nasaruddin., MAB
NIP : 19741127 2001 12 1 002
.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
.
Hari ini, Senin, 10 April 2017 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Gita Andini
2. NIM : 1113081000049
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Menentukan Keputusan Pemberian
Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada
Lembaga Keuangan Mikro Peer to Peer Lending
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2017
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 25 Juli 2017 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Gita Andini
2. NIM : 1113081000049
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Menentukan Keputusan Pemberian
Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada
Lembaga Keuangan Mikro Peer to Peer Lending
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syartat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fak
ultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juli 2017
1. Titi Dewi Warninda, M.Si
NIP. 19731221 200501 2002
2. Dr. Indoyama Nasaruddin, MAB
NIP. 19741127 2001 12 1 002
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, MAB
NIP. 19741127 2001 12 1 002
4. Dr. Taridi Kasbhi Ridho, MBA
NIP.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gita Andini
NIM : 1113081000049
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi & Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa
izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 09 Juni 2017
Yang Menyatakan
Gita Andini
NIM. 1113081000049
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Gita Andini
2. Tempat, tanggal lahir : Bogor, 27 April 1995
3. Alamat : Kp. Cipeucang RT 004/002 Cileungsi,
Bogor 16820
4. Telepon : +6281287724006
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Cipeucang 01 : Tahun 2001-2007
2. MTS Al-Baqiyatussholihat : Tahun 2007-2010
3. MAN 2 Kota Bogor : Tahun 2010-2013
4. S1 Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2017
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pelatihan pengelolaan jurnal mahasiswa oleh kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
2. Pelatihan analisis teknikal dan fundamental oleh Kresna Security pada
tahun 2015.
3. Pelatihan Volunteer dalam Volunteer Camp oleh Masyarakat Relawan
Indonesia-Aksi Cepat Tanggap tahun 2016.
4. Pelatihan Bisnis oleh Malaysian Global Innovation Centre dan Studec
tahun 2017.
IV. PENGHARGAAN
1. Mahasiswa Berprestasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014
2. Juara 1 Lomba Debat Ekonomi di Fakultas Ekonomi & Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
vii
3. Juara 1 Lomba Bisnis Plan di Fakultas Ekonomi & Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
4. Delegasi Indonesia pada acara BIMP EAGA ( Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Philiphine East Asia Growth Area ) di Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Singapore Pada Tahun 2014.
5. Delegasi Indonesia pada acara The 3rd World Conference on Disaster Risk
Reduction yang dilaksanakan oleh United Nation di Sendai, Jepang Pada
Tahun 2015.
6. Ma’had Award sebagai mahasiswa berprestasi & menginspirasi pada
tahun 2015.
7. Finalist pada Socialpreneur Business Challenge di Fakultas Ekonomi &
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Finalist Lomba Karya Tulis Ilmiah pada acara National Economic Event
Universitas Jendral Soedirman Pada Tahun 2016.
9. Pemakalah Pada Acara International Student Congress on Intellectual
Capital & Entrepreneurship di Istanbul, Turki Pada Tahun 2016.
10. Delegasi KKN Kebangsaan UIN Syarif Hidayatulla Jakarta di Kepulauan
Riau Pada Tahun 2017
11. Finalist & Mentee pada acara Global Idea Preneur Week yang diadakan
oleh MaGIC & Studec di Malaysia pada tahun 2017.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Periode
2014 – 2015.
2. Wakil Ketua Laboratorium Pasar Modal Fakultas Ekonomi & Bisnis
Periode 2014 – 2015.
3. Ketua Pengawas Galeri Investai Syariah Fakultas Ekonomi & Bisnis 2016
– 2017.
4. Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT) sebagai
Koordinator Wilayah UIN (KoorWil) Jakarta periode 2016-sekarang.
viii
5. Pengurus Jurnal Mahasiswa Multidisiplin Ilmu “Kulminasi” UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2016.
6. Event Analyst di Youthful.social periode 2016
7. Presiden Himpunan Mahasiswa Alumni Yaspia (HIMAPI) regional
Jakarta periode 2016.
8. AIESEC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Ahmad Sidik (alm)
2. Ibu : Hj. Laelah
3. Alamat : Kp. Cipeucang Rt 004/002
Kecamatan Cileungsi, Bogor 16820
ix
DETERMINANTS OF CREDIT DECISION ON FINANCING PEER TO PEER
LENDING
ABSTRACT
The Purpose of this research is to examine empirically the impact of commercial
Peer to Peer (P2P) lending on the finance of small business ventures. Since, this is
the first study that looks at the funding of small business ventures by commercial
P2P Lending website; we have collected and created a new data set taken from
Koinworks.com, one of the dominating P2P Lending in Indonesia.Using the
purposive sampling method, the number of sample obtained 171 small businesses.
This research using probit regression to analyze the factors that driving small
business loan approval in P2P Lending. General insights from our empirical study
shows that P2P Lending depicts a new small business venture loan market, where
previously underserved early stage entrepreneurs and those looking for small
amounts are able to access unsecured credit through the relaxation of collateral.
Keywords : Peer to Peer Lending, Small Business, New Loan Market,
Binary Probit, Collateral
x
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMBERIAN
KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PEER TO PEER LENDING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari lembaga keuangan mikro
Peer to Peer Lending (P2P) terhadap pendanaan UMKM. Ini merupakan studi
empiris pertama yang dilakukan dengan menggunakan pembiayaan bisnis yang
diajukan melalui website Peer to Peer Lending. Data dalam penelitian ini diperoleh
melalui website Koinworks.com, salah satu perusahaan penyedia layanan Peer to
Peer Lending yang dominan di Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive
sampling, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 171 UMKM.
Penelitian ini menggunakan regresi binary probit untuk menganalisa faktor-faktor
penentu pemberian kredit. Secara umum, hasil dari penelitian ini menjelaskan
bahwa P2P Lending merupakan model pembiayaan baru yang dapat diakses oleh
UMKM baik yang bankable ataupun tidak dan tidak membutuhkan collateral.
Kata Kunci : Peer to Peer Lending, UMKM, Binary Probit, Collateral
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang
Menentukan Keputusan Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) pada Lembaga Keuangan Mikro Peer to Peer Lending dengan baik.
Kepenulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan, dan dorongan
tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut
di atas penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas kasih dan anugerah-Nya kepada penulis.
2. Kepada kedua orang tua, Hj. Laelah dan alm H. Ahmad Sidik penulis
ucapkan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan selama
menuntut ilmu. Sebagai kekuatan terbesar bagi penulis juga yang
memotivasi penulis untuk terus berprestasi dan menjadi kebanggaan orang
tua. Terima kasih pula kepada Ibu Hj. Endang selaku ibu angkat penulis
yang selalu mensupport penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan
Sarjana ( S1) juga kepada Lia Kurniawati selaku kakak sekaligus sahabat
bagi penulis yang selalu mengajarkan penulis untuk selalu berkarya.
3. Dr. Arif Mufraini, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Titi Dewi Warninda SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi & Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ela Patriana., Ir., MM selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi & Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Lili Supriyadi MM, selaku dosen penasihat akademik penulis yang telah
banyak memberikan banyak arahan selama perkuliahan.
7. Dr. Indoyama Nasaruddin SE., MAB selaku dosen pembimbing dalam
kepenulisan tugas akhir ini. Terima kasih atas bimbingan, motivasi, saran,
xii
serta ilmu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan semoga
karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Lebih dari itu,
penulis juga sangat menghaturkan terima kasih kepada beliau, karena
penulis banyak belajar bagaimana dapat memberikan manfaat untuk yang
lain, tidak hanya bekerja untuk diri sendiri tetapi bagaimana pekerjaan yang
ditekuni dapat memberikan manfaat dan membantu perekonomian
masyarakat. Penulis sangat termotivasi sekali untuk mengikuti jejak beliau
sebagai konsultan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
8. Ameliyya Hidayat., S.Pd, Nailil Huda., MED, ustadz Utob Tobroni., Lc.,
Mcl, selaku kaka pembimbing bidang beasiswa, ustadz dan ustadzah,
pembina asrama Ma’had Al Jami’ah Putra dan Putri UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi, pengetahuan baik
agama maupun umum, dorongan kuat selama menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyak memberikan pengalaman serta
arahan lainnya demi kebaikan penulis.
9. Koinworks.com yang bersedia memberikan arahan dan masukan serta
informasi terkait model pembiayaan Peer to Peer Lending untuk memenuhi
kebutuhan data dan informasi dalam kepenulisan karya ilmiah ini.
10. Kawan-kawan Bidikmisi 2013 yang telah menginspirasi dan memberi
dukungan dari awal hingga akhir menjalani perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan di Ma’had Al Jami’ah.
11. Kawan-kawan HMJ Manajemen 2015, AIESEC UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Lab. Pasar Modal Fakultas Ekonomi & Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tim Jurnal Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) chapter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Himpunan Mahasiswa Yaspia (HIMAPI) yang telah
memberikan banyak pengalaman dalam bidang organisasi, manajemen dan
kepemimpinan serta pengetahuan lainnya.
12. Kawan-kawan KKN Kebangsaan Desa Telok Sasah Kepulauan Riau,
delegasi KKN Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016. Terima
kasih atas pengalaman dan warna baru yang diberikan semoga bisa tetap
xiii
menjaga tali silaturahmi kita dan sukses selalu untuk teman-teman dari
sabang hingga merauke.
13. Teman-teman manajemen 2013, teman-teman penulis selama empat tahun
menuntut ilmu di kampus, fakultas, dan kelas. Teman yang selalu
memberikan dukungan, teman belajar, teman curhat. Sumber kekuatan bagi
penulis disetiap belajar. Semoga kita semua diberi kemudahan dan
kelancaran dalam menggapai cita-cita. Semoga Allah selalu memberikan
pilihan-pilihan yang terbaik bagi kita semua.
14. Kawan-kawan seperjuangan Irma, Muti, Ica, Kumi, Luluk, Desy, Tia, Tika,
Shaumi, Cindy, Lian, Debby dan Irfan, terima kasih atas semangat yang
selalu diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat
dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Jakarta, 09 Juni 2017
Gita Andini
NIM. 1113081000049
xiv
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv
LEMBAR PENRNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 14
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
A. Landasan Teori ............................................................................................. 16
1. Kredit ......................................................................................................... 16
a. Pengertian Kredit ..................................................................................... 16
b. Unsur-Unsur Kredit ................................................................................. 18
c. Tujuan Kredit .......................................................................................... 20
d. Jenis-Jenis Kredit .................................................................................... 22
e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ............................................................ 24
f. Kualitas Kredit ......................................................................................... 26
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)............................................ 29
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ........................................ 29
b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah ............................ 31
c. Permasalahan yang Dihadapi UMKM .................................................... 33
d. Kredit dan usaha bisnis kecil ................................................................... 36
xv
3. Default ....................................................................................................... 43
4. Crowdfunding ............................................................................................ 48
a. Pengertian Platform Crowdfunding......................................................... 48
b. Kategori Platform Crowdfunding ........................................................... 50
c. Situs Model Pinjaman .............................................................................. 51
1) Peer to Peer Lending .............................................................................. 51
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 55
C. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ...................... 57
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 61
D. Hipotesis ....................................................................................................... 62
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 64
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 64
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 64
C. Sumber Data ................................................................................................. 66
D. Teknik Analisis Data .................................................................................... 66
1. Analisis Statistik Deskriptif ....................................................................... 67
2. Regresi Probit ............................................................................................ 68
3. Uji Signifikansi .......................................................................................... 71
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 76
1. Perkembangan Peer to Peer Lending di Indonesia .................................... 76
2. Deskripsi Pembiayaan Peer to Peer (P2P) Lending Koinworks ................ 78
B. Analisis Data ................................................................................................. 82
1. Analisis Statistik Deskriptif ....................................................................... 83
2. Analisis Regresi Probit .............................................................................. 86
a. Uji Koefisien Determinasi ( R2 McFadden ) ........................................... 87
b. Uji Likelihood Ratio ( Uji LR) ............................................................... 88
c. Uji Statistik Z .......................................................................................... 89
d. Persamaan Analisis Regresi Probit ......................................................... 92
C. Interpretasi Hasil ........................................................................................... 95
BAB V SIMPULAN & SARAN ....................................................................... 100
A. Kesimpulan ................................................................................................. 100
xvi
B. Implikasi ..................................................................................................... 101
C. Saran ........................................................................................................... 103
D. Keterbatasan ............................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 108
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 30
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 55
Tabel 3.1 Tabulasi Sample 65
Tabel 3.2 Operasional Variabel 74
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 83
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 83
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 84
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 85
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 85
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Keputusan Kredit 86
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden) 87
Tabel 4.8 Uji Likehood Ratio (Uji LR) 88
Tabel 4.9 Uji Z 89
Tabel 4.10 Hasil Estimasi Model Probit 92
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Pengguna Internet di Indonesia 7
Gambar 2.1 Proses Kerja Peer to Peer Lending 52
Gambar 4.1 Kegiatan FinTech di Indonesia 76
Gambar 4.2 Jenis Pinjaman Koinworks 79
Gambar 4.3 Klasifikasi Skor Kredit 80
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian 108
Lampiran 2 Hasil Pengelompokan Variabel Penelitian 113
Lampiran 3 Contoh Informasi usaha UMKM yang Mengajukan Pinjaman
di Koinworks 118
Lampiran 4 Hasil Estimasi Model Probit 121
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang
sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di negara
maju, mereka mengembangkan usaha-usaha mikro kecil dan menengah untuk
menopang perekonomian negaranya. Di Indonesia pun, peranan UMKM dapat
memberikan sumbangsih yang tinggi terhadap perekonomian nasional. Selain
itu, UMKM dapat menciptakan lapangan kerja baru serta menyerap tenaga
kerja yang sekaligus dapat membantu program pemerintah dalam mengatasi
pengangguran di Indonesia. UMKM dinilai dapat menjadi pilar perekonomian
yang tangguh dan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun
1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru meningkat secara terus
menerus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai
tahun 2012. Pada tahun itu, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak
56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau
4.968 unit adalah usaha besar. Data tersebut membuktikan bahwa UMKM
merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri jasa keuangan karena
sekitar 60 - 70% pelaku UMKM belum memiliki akses pembiayaan perbankan
(bi.go.id, 2015).
2
Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah permasalahan yang dihadapi oleh UMKM saat ini berkaitan
dengan kualitas SDM yang rendah, peran sistem pendukung yang kurang
optimal, dan kebijakan dan peraturan yang kurang efektif. Permasalahan SDM
UMKM pada umumnya disebabkan oleh rendahnya pendidikan, keterampilan
dan pengalaman, serta akses ke informasi. Sebagian besar UMKM juga belum
memiliki kapasitas kewirausahaan yang memadai. Hal ini tampak dari pola
bisnis UMKM yang masih banyak difokuskan pada produksi bukan permintaan
pasar.
Sementara itu, kurang optimalnya peran sistem pendukung telah
meningkatkan kompleksitas dalam akses UMKM terhadap sumber daya
(bahan baku dan pembiayaan), teknologi dan pasar. Sistem pendukung usaha
tersebut dapat mencakup lembaga penyedia/pemasok bahan baku, lembaga
pembiayaan, lembaga litbang, mediator pemasaran, lembaga layanan
bisnis/LPB, dan lain-lain. Peran sistem pendukung UMKM juga tidak terlepas
dari ketersediaan infrastruktur serta insentif. Kapasitas UMKM untuk dapat
berperan secara maksimal di pasar juga dipengaruhi oleh iklim usaha yang
menjamin kesetaraan dan kepastian usaha, dan perlindungan usaha, serta
ketersediaan insentif untuk pengembangan usaha. Harmonisasi berbagai
peraturan antara pusat-daerah, antar sektor dan antar-wilayah juga masih
dibutuhkan untuk mendukung pengembangan UMKM. Sementara itu
tantangan yang perlu ditangani dalam pengembangan UMKM ke depan
umumnya berkaitan dengan perbaikan kondisi UMKM, diantaranya:
3
1. Peningkatan formalisasi usaha dengan tata kelola usaha yang lebih baik.
2. Peningkatan produktivitas yang didukung tenaga kerja terampil dan
penerapan teknologi.
3. Peningkatan kapasitas untuk membangun kemitraan dan bergabung dalam
jaringan produksi dan pemasaran global.
4. Pemanfaatan peluang yang semakin terbuka dari penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dan perjanjian kerjasama ekonomi bilateral dan
kawasan lainnya.
5. Perbaikan kebijakan dan peraturan yang responsif terhadap perbaikan
kinerja dan daya saing UMKM.
Produktivitas pada UMKM yang masih rendah menyebabkan sulitnya
bagi UMKM untuk mengakses pembiayaan perbankan ataupun lembaga
keuangan lainnya untuk sumber permodalan mereka. Karena sebagian besar
UMKM dianggap tidak bankble sehingga perbankan cenderung lebih besar
perhatiannya terhadap kredit korporasi. Padahal UMKM merupakan pasar
potensial bagi perusahaan jasa keuangan dan kontribusinya terhadap PDB
mencapai 60% serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Modal merupakan salah satu kunci penting dalam melakukan kegiatan
bisnis, tanpa adanya modal yang cukup, maka bisnis tidak dapat berjalan
dengan baik. Bahkan terkadang kecukupan modal merupakan syarat mutlak
bagi sebuah bisnis – baik bisnis besar maupun kecil – agar dapat memperoleh
hasil seperti yang diinginkan. Demikian halnya dengan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), untuk dapat membangun, menjalankan dan
4
mengembangkan usahanya, UMKM memerlukan modal tertentu. Masalah
permodalan memang merupakan masalah klasik bagi UMKM, tetapi masalah
ini sering sekali muncul bahkan menjadi salah satu penyebab kegagalan usaha
yang dilakukan. Arinto (2009) menjelaskan ada beberapa faktor yang
menyebabkan masalah ini, diantaranya seperti : UMKM dipandang kurang
kredibel oleh perbankan, beberapa dari UMKM sebenarnya layak diberikan
kredit namun tidak terakses oleh bank, terjadinya informasi yang asimetris
terkait jasa perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang dapat membantu
UMKM, dan keterbatasan jangkauan jasa perbankan.
Berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan pembiayaan bagi UMKM
telah banyak digulirkan antara lain program kredit usaha rakyat (KUR) yang
merupakan manifestasi dari MOU berbagai instansi dan juga program BI yaitu
kewajiban bagi bank untuk menggulirkan kredit usaha kecil sebesar 20% dari
total kredit pada tahun 2018. Namun, UMKM yang mendapat bantuan
pembiayaan misalnya KUR saja baru menyentuh 9.417.349 UMKM atau
16,66% dari total pelaku UMKM (www.komite-kur.com). Program inipun
tidak mudah dilaksanakan baik oleh UMKM maupun oleh lembaga
pembiayaan. UMKM merasa kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh lembaga pembiayaan terutama dalam hal pembukuan dan
agunan. Demikian juga lembaga pembiayaan menemukan kesulitan UMKM
yang feasible dan bankable untuk dibiayai untuk menghindari adanya kredit
bermasalah. Akhirnya, UMKM yang tidak menggunakan fasilitas kredit
tersebut menggunakan modal sendiri dalam struktur pemodalannya. Oleh
5
karena itu diperlukan pengembangan model pembiayaan baru yang dapat
memudahkan askes UMKM terhadap pembiayaan tersebut.
Sangat disayangkan jika potensi UMKM sangat besar sekali namun sistem
pendukungnya masih kurang terutama dalam akses pembiayaannya. Di
beberapa negara model pembiayaan untuk UMKM sangat mudah dan beragam,
hal ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi perkembangan UMKM di
negaranya. Salah satu model pembiayaan yang dipakai untuk mendukung UMKM
adalah model pembiayaan financial technology (FinTech). FinTech merupakan
fenomena perpaduan antara teknologi dengan fitur keuangan yang mengubah
model bisnis dan melemahnya barrier to entries bagi konsumen dalam
mengakses layanan keuangan. Tahun 1998 adalah saat dimana bank mulai
mengenalkan online banking untuk para nasabahnya. FinTech pun menjadi
semakin mudah digunakan masyarakat luas, juga makin dikenal. Pembayaran
yang praktis dan jauh berbeda dengan metode pembayaran konvensional
membuat perkembangan FinTech semakin gencar. Layanan finansial yang
lebih efisien dengan menggunakan teknologi dan software dapat dengan
mudah diraih dengan FinTech.
Inovasi model FinTech pembiayaan juga sudah berkembang di beberapa
negara. Model pembiayaan tersebut diantaranya adalah crowdfunding,
crowdlending dan Peer to Peer Lending. Model pembiayaan ini dapat
membantu UMKM untuk mengakses pembiayaan yang lebih mudah
dibandingkan dengan sistem perkreditan lainnya. Perusahaan pertama di
dunia yang menawarkan model Peer to Peer Lending adalah Zopa di Inggris
6
pada tahun 2005. Prosper kemudian mengikuti dengan peluncuran servis
mereka di tahun 2006 di Amerika, diikuti oleh LendingClub dan lainnya. Di
Barat, para pengguna tertarik dengan konsep Peer to Peer Lending karena
dampak krisis finansial 2008. Pada saat itu bank menutup penyaluran kredit
baru dan memberikan suku bunga yang mendekati 0% kepada para deposan
uang. Karena itu, peminjam harus mencari sumber pendanaan alternatif dan
pemilik dana aktif mencari investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Di Cina model pembiayan Peer to Peer Leding sudah dipraktekkan secara
offline selama beberapa abad. Setelah e-commerce menanjak, banyak Platform
peer lending muncul dan berkembang secara cepat. Dalam waktu dekat, market
peer lending Cina diprediksi bisa menjadi lebih besar dari total market seluruh
negara lainnya. Selain itu, contoh perusahaan FinTech pembiayaan yang
berkembang dan mampu memberikan dampak bagi UMKM adalah KIVA.
KIVA merupakan perusahaan non profit yang didirikan di Fransisco sejak
tahun 2005. Pinjaman yang diajukan melalui KIVA sudah tersebar di 82
negara, total pinjaman yang diberikan melalui lembaga ini sudah mencapai
$945,3 Milyar dari mulai tahun 2005 hingga saat ini dengan total peminjam
2,2 Milyar usaha. Sehingga dibeberapa negara KIVA merupakan salah satu
alternatif pembiayaan usaha mereka.
Di Indonesia, model pembiayaan Peer to Peer Lending sudah mulai
digunakan sejak akhir tahun 2015 dan sudah di sahkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada Desember 2016. Selain itu, Indonesia merupakan salah
satu negara pengguna internet terbesar kedua di dunia, dengan persebaran
7
terbanyak di pulau jawa, yaitu sebesar 65,06%. Banyaknya masyarakat yang
menggunakan internet dapat menjadi peluang untuk perkembangan
pembiayaan berbasis internet. Selain itu, model pembiayaan berbasis internet
ini dapat memudahkan para pelaku UMKM dalam menemukan investor untuk
mendanai usaha mereka, dan pembiayaan berbasis internet ini cenderung lebih
memiliki persyaratan yang mudah untuk dipenuhi oleh para pelaku UMKM.
Gambar 1.1
Data Pengguna Internet di Indonesia
Sumber : Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)
Model pembiayaan FinTech masih terdengar asing di Indonesia, belum
banyak UMKM dan investor yang mengetahui model pembiayan ini.
Kebanyakan UMKM menggunakan akses pembiayaan terbatas melalui
perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Padahal model pembiayaan ini akan
lebih membuka peluang untuk pengembangan UMKM karena akan
memberikan banyak peluang investor dari kalangan manapun untuk mendanai
usaha mereka. Selain itu, model pembiayaan ini dapat menjadi alternatif
pembiayaan selain sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikatakan kemampuan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bertahan menghadapi
8
krisis global pada tahun 1997 merupakan tonggak awal dari kelahiran industri
kecil yang mampu memberikan sumbangsih yang besar bagi perekonomian
nasional. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pengembangannya
merupakan suatu tantangan yang harus dilalui untuk dapat meningkatkan
kualitas sehingga nantinya UMKM diharapkan dapat berdiri tangguh dan
mampu bersaing secara global. Model pembiayaan berbasis FinTech UMKM
dibeberapa negara dapat mengembangkan usahanya dengan kemudahan
peminjaman yang diberikan, begitu juga di Indonesia, beberapa perusahaan
yang bergerak dalam FinTech pembiayaan telah berhasil membantu
pembiayaan UMKM dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
lingkungan sekitarnya.
Meskipun potensi pinjaman P2P menjadi metode yang layak untuk
pendanaan usaha bisnis kecil, namun masih sangat sedikit penerbitan tinjauan
peer yang berjalan sampai saat ini pada pinjaman P2P dan keuangan usaha
kecil - terlepas dari arus dana kecil yang fokus hanya pada penghargaan
berdasarkan penggalangan dana publik (Agrawal dkk, 2011; Mollick, 2013;
2010; Schwienbacher dan Larralde, 2012). Berdasarkan penelitian
sebelumnya, pinjaman yang berkaitan dengan penilaian kualitas dari tahap
awal usaha kewirausahaan berdasarkan tanda dari kualitas bahwa modal usaha
biasanya melalui proses seleksi. Misalnya, Agrawal dkk, (2011), berdasarkan
data dari Kickstarter.com, yang menggunakan industri musisi dalam mencari
penggalangan dana publik untuk memahami apakah penggalangan dana publik
menerima kendala geografis pada penggalangan dana yang khas dari
9
perusahaan modal ventura. Mollick (2010) menggunakan data dari
Kickstarter.com untuk memeriksa proyek-proyek yang didanai banyak orang
yang sesuai dengan karakteristik usaha yang didukung oleh modal ventura
yang lebih tradisional untuk menentukan apa peran geografi dan gender dalam
bidang keuangan usaha baru dalam penggalangan dana publik. Penelitian lain
meneliti aspek komunikasi yang efisien dan jaringan sebagai penentu
keberhasilan dana tahap awal usaha (Schwienbacher dan Larralde, 2012).
Akhirnya, kajian Mollick (2013), juga didasarkan pada data dari
Kickstater.com, menawarkan salah satu analisis generik pertama bagaimana
penghargaan berdasarkan penggalangan dana publik bekerja; berbagi teori
mengenai cara dimana karakteristik (calon) pemilik usaha kecil dan cara
mereka menyajikan usaha mereka dapat mempengaruhi hasil pembiayaan
kewirausahaan.
Melihat secara khusus pada penelitian pinjaman P2P, sejauh ini hampir
semua literatur yang ada biasanya berkaitan dengan pemahaman dinamika
pinjaman P2P untuk pinjaman umum; menyelidiki faktor penentu hasil dana
atas dasar: kepercayaan yang dirasakan (Duarte dkk, 2010; Klafft, 2008), rasa
berbasis diskriminasi (Paus dan Sydnor, 2011; Ravina, 2008), menyatakan
identitas peminjam dalam cerita yang mereka katakan (Herzenstein dkk, 2011;
Sonenshein dkk, 2011), dan suku bunga (Iyer dkk, 2010.). Aspek lain dalam
penelitian mengenai P2P adalah meneliti aspek jaringan sosial pinjaman P2P,
seperti bagaimana jaringan sosial mempengaruhi kinerja pinjaman (Freedman
dan Jin, 2008), bagaimana jaringan sosial berhubungan dengan risiko
10
kegagalan pinjaman (Everett, 2010), dan bagaimana kekuatan dan pemastian
dari jaringan relasional mempengaruhi hasil dana dan kegagalan pinjaman
(Lin, Viswanathan dan Prabhala, 2011).
Ravini, (2010) adalah orang pertama yang menganalisis data pinjaman
P2P. Penelitian ini didasarkan untuk menentukan peran kecantikan dan
penampilan fisik pada perpanjangan kredit dan biaya kredit. Mereka
menggunakan data dari Prosper; meliputi pinjaman umum selama satu bulan
dari Maret-April 2007. Untuk menganalisis data, regresi liner Probit digunakan
untuk memperkirakan alokasi kredit dan OLS digunakan untuk
memperkirakan faktor pendorong tingkat suku bunga. Studi ini mencakup
variabel untuk membandingkan keberhasilan pendanaan dari pengusaha dalam
konteks ini didasarkan pada status pekerjaan yang dilaporkan oleh masing-
masing peminjam. Mereka melaporkan bahwa peminjam yang bekerja penuh
waktu lebih mungkin untuk didanai jika dibandingkan dengan yang tidak
bekerja sepenuhnya pada usaha mereka. Mereka menemukan hasil positif tapi
tidak signifikan untuk estimasi tingkat suku bunga.
Pope dan Sydnor, (2011) dalam sebuah paper yang diterbitkan,
menganalisis gambar untuk menentukan peran diskriminasi dalam
mempengaruhi akses ke kredit, biaya perilaku kredit dan kegagalan pinjaman.
Penelitian ini didasarkan pada sub sampel data dari Prosper; meliputi pinjaman
umum selama periode satu tahun dari tahun 2006 ke 2007. Untuk menganalisis
data, mereka menggunakan regresi liner Probit untuk memperkirakan alokasi
kredit; regresi OLS untuk memperkirakan faktor pendorong tingkat suku bunga
11
dan model hazard Cox untuk memperkirakan kegagalan. Dalam analisis
mereka, Pope dan Sydnor (2011) memasukkan variabel kontrol untuk
membandingkan risiko kredit umum dalam kaitannya dengan kredit usaha.
Mereka melaporkan bahwa pinjaman usaha kecil cenderung akan didanai,
lebih mungkin untuk membayar tingkat bunga yang lebih tinggi dan lebih
mungkin untuk memiliki risiko gagal. Namun, hasil ini tidak dapat
digeneralisasi untuk seluruh pelaku pinjaman pada Prosper, karena mereka
hanya didasarkan pada sub-sampel dari permintaan pinjaman yang mencakup
gambar. Pencantuman gambar adalah opsional; maka ada hasil yang mungkin
menyimpang dari penelitian tersebut.
Kemudian, Weib dkk (2010) menganalisis dampak dari informasi non-
diverifikasi vs informasi diverifikasi dalam menentukan ekstensi kredit dan
biaya kredit. Mereka berpendapat bahwa verifikasi karakteristik peminjam
tertentu secara signifikan mempengaruhi keberhasilan dana dan suku bunga
yang dibayar untuk pinjaman. Penelitian ini didasarkan pada data dari Prosper;
meliputi pinjaman umum selama periode tiga bulan; dari Juli hingga Oktober
2009. Untuk menganalisis data, mereka menggunakan logika regresi
multinomial (alokasi kredit) dan regresi standar OLS untuk suku bunga
estimasi. Dalam kedua estimasi, variabel bisnis tidak signifikan.
Duarte dkk, (2010) menganalisis peran kepercayaan dalam keputusan
keuangan; yang fokus pada penilaian sejauh mana orang-orang menilai
kepercayaan orang lain ketika membuat keputusan keuangan. Mereka
membangun ukuran kepercayaan didasarkan pada gambar termasuk dalam
12
permintaan pinjaman. Penelitian ini juga berdasarkan data dari Prosper;
meliputi pinjaman umum lebih dari tahun 2006 sampai 2009. Mereka
menggunakan regresi liner Probit untuk memperkirakan alokasi kredit dan
model hazard Cox untuk memperkirakan kegagalan. Mereka menemukan
bahwa pemilik bisnis yang dirasakan kurang layak dipercaya cenderung
memiliki permintaan pinjaman mereka untuk didanai, namun mereka
menemukan bahwa pinjaman mereka tidak lebih mungkin untuk gagal
daripada mereka yang dianggap kurang dapat dipercaya. Lebih khususnya,
mereka menemukan bahwa peminjam yang meliputi tempat usaha dalam
permintaan pinjaman mereka tampaknya dianggap lebih layak dipercaya dan
mereka mungkin akan didanai.
Barasinska (2010) model peran gender dalam mempengaruhi akses kredit.
Penelitian ini didasarkan pada data dari SMAVA, sebuah perusahaan pinjaman
P2P Jerman; meliputi pinjaman umum selama periode satu tahun dari 2006
sampai 2007. Mereka menggunakan model probabilitas liner untuk
memperkirakan alokasi kredit. Penelitian ini melaporkan bahwa pinjaman
usaha kecil relatif terhadap pinjaman umum lebih mungkin untuk didanai.
Berdsarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait
alokasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, penelitian ini juga bertujuan
untuk menganalisa faktor apa saja yang menentukan keberhasilan pengajuan
kredit melalui platform Peer to Peer Lending di Indonesia khususnya pada
website koinworks.com. Dipilihnya koinworks.com karena di Indonesia salah
satu platform Peer to Peer Lending yang berkembang dengan pesat adalah
13
Koinworks, Koinworks merupakan lembaga Peer to Peer Lending untuk
memberikan kemudahan fasilitas pinjaman dana bagi para pelaku UKM di
Indonesia. Sudah ratusan UMKM yang menggunakan layanan Peer to Peer
Lending melalui Koinworks dan ini menjadi suatu kemudahan bagi UMKM
dalam mengakses pembiayaannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah credit rating memengaruhi keputusan penerimaan pembiayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sistem pembiayaan
Peer to Peer Lending ?
2. Apakah income range memengaruhi keputusan penerimaan pembiayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sistem pembiayaan
Peer to Peer Lending ?
3. Apakah loan purpose memengaruhi keputusan penerimaan pembiayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sistem pembiayaan
Peer to Peer Lending ?
4. Apakah loan term memengaruhi keputusan penerimaan pembiayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sistem pembiayaan Peer to
Peer Lending ?
5. Apakah requested amount memengaruhi keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam sistem
pembiayaan Peer to Peer Lending ?
14
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisa apakah variabel credit rating memiliki pengaruh dalam
keputusan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) pada
website Peer to Peer Lending atau tidak.
2. Untuk menganalisa apakah variabel income range memiliki pengaruh dalam
keputusan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) pada
website Peer to Peer Lending atau tidak.
3. Untuk menganalisa apakah variabel loan purpose memiliki pengaruh dalam
keputusan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) pada
website Peer to Peer Lending atau tidak.
4. Untuk menganalisa apakah variabel loan term memiliki pengaruh dalam
keputusan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) pada
website Peer to Peer Lending atau tidak.
5. Untuk menganalisa apakah variabel requested amount memiliki pengaruh
dalam keputusan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM)
pada website Peer to Peer Lending atau tidak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun maanfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah
Bahan informasi dan rujukan bagi pemerintah terkait model pembiayaan
Peer to Peer Lending sebagai alternatif untuk pembiayaan Usaha Mikro,
15
kecil, dan Menengah (UMKM) dan sebagai pertimbangan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya untuk pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM).
2. Bagi Pelaku Usaha
Dapat menjadi bahan rujukan untuk mengevaluasi pembiayaan bagi Usaha
Mikro kecil dan Menengah (UMKM) dan dapat menjadi rujukan untuk
perkembangan usaha selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan terkait perkembangan pembiayaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah dan permasalahan keuangan yang
dihadapi oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi
bahan ujukan baru terkait pembiayaan bagi UMKM yang berbasis FinTech.
4. Bagi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Dapat menjadi informasi tambahan dan memberikan alternatif lain untuk
pembiayaan usahanya dengan syarat yang lebih mudah. Selain itu, pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah juga dapat memanfaatkan model
pembiayaan berbasis teknologi ini untuk bertemu dengan investor-investor
baru untuk usahanya dan dapat mengembangkan usahanya berbasis internet.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Landasan teori ini akan menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis
serta dapat dijadikan bahan acuan untuk menganalisis hasil penelitian. Dalam
landasan teori akan dipaparkan teori serta argumentasi yang disusun sebagai
tuntunan dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam rangkaian
penelitian serta perumusan hipotesis.
1. Kredit
a. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa latin “credo” yang memiliki arti saya
menaruh. Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu
pihak (kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau penghutang) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah
disepakati kedua belah pihak (Rivai dan Veithzal, 2007).
Kredit merupakan bentuk dari uang tetapi memiliki tipe yang
berbeda dari uang pada umunya, bentuknya tidak harus nyata, meskipun
begitu kredit sering dijamin oleh sesuatu, yaitu uang di bank, emas, atau
beberapa barang nyata lainnya (MacDonald dan L.Gastmann, 2001).
Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
dijelaskan bahwa kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
17
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti
percaya. Maksud dari percaya adalah pemberi kredit percaya pada
penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan
dikembalikan sesuai dengan persetujuan. Sedangkan bagi penerima
kredit maka dia memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjamannya
tersebut sesuai dengan waktu atau jatuh tempo yang disepakati. (Kasmir,
2008).
Selain kredit ada yang disebut dengan pembiayaan. Pada
dasarnya kredit dan pembiayaan memiliki maksud yang sama, yang
membedakan hanyalah tatacara pengelolaan dan imbalan yang
diberikan. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Kredit diberikan oleh perbankan berdasarkan prinsip
konvensional, sedangkan pembiayaan diberikan oleh bank syariah
berdasarkan prinsip bagi hasil. Keuntungan yang didapat juga
berbeda. Keuntungan kredit diperoleh dari bunga sedangkan
18
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berupa imbalan atau bagi
hasil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kredit
merupakan salah satu bentuk pinjaman uang maupun lainnya yang
diberikan kreditor pada debitor dengan suatu jaminan yang harus
dibayar atau dikembalikan berdasarkan waktu yang telah disepakati
secara bersama.
b. Unsur-Unsur Kredit
Sebelum kredit disalurkan pada nasabah tentu ada beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk dianalisis. Analisis ini diantaranya terkait
latar belakang perusahaan atau nasabah, prospek usaha, jaminan yang
mampu diberikan, dan hal-hal lain. Analisis ini dilakukan untuk menilai
apakah nasabah layak atau tidak untuk mendapatkan kredit. Ada
beberapa unsur yang perlu dipertimbangkan ketika akan
menyalurkan kredit oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya.
Unsur-unsur tersebut diantaranya:
1) Kepercayaan
Keyakinan yang diberikan oleh pemberi kredit kepada debitor akan
kemampuan debitor untuk mengembalikan kredit yang diberikan
(uang barang atau jasa) sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati. Hal ini dilakukan oleh bank untuk memastikan
kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjamannya dengan
19
menyelidiki latar belakang nasabah secara internal maupun
eksternal.
2) Kesepakatan
Kesepakatan atau perjanjian ini dilakukan antara dua pihak dalam
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
3) Waktu atau masa yang sudah disepakati dua belah pihak untuk
mengembalikan kredit. Waktu yang biasa disepakati biasanya jangka
pendek (kurang dari setahun) dan jangka panjang (satu tahun
atau lebih).
4) Risiko
Risiko adalah keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Hal ini berkaitan dengan kesepakatan pengembalian (jangka waktu
pengembalian kredit). Resiko yang dihadapi yaitu berupa kredit
macet (pengembalian kredit yang tidak tepat waktu). Resiko ini
bisa terjadi baik sengaja atau tidak sengaja oleh nasabah. Kredit
macet ini akan merugikan bank yang menyalurkan kredit macet.
5) Balas Jasa
Keuntungan yang diperoleh bank atas jasanya menyalurkan kredit.
Bank konvensional akan mendapatkan keuntungan berupa bunga,
sedangkan bank syariah akan mendapatkan bagi hasil yang telah
disepakati.
20
c. Tujuan Kredit
Kredit memiliki fungsi dan tujuan. Tujuan dan fungsi kredit
tidak hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Masyarakat,
pemerintah dan banyak pihak lainnya dapat memanfaatkan kredit
untuk menjalankan usahanya. Adapun tujuan dari pemberian kredit
adalah :
1) Mencari Keuntungan
Keuntungan yang diterima yang akan diperoleh oleh bank yaitu
berupa bunga. Bunga merupakan bentuk balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan
ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup bank.
2) Membantu Usaha Nasabah
Dana yang diperoleh dari kredit ini dapat digunakan untuk
mengembangkan dan memperluas usaha debitur.
3) Membantu Pemerintah
Keuntungan yang diperoleh pemerintah melalui penyaluran kredit
berupa penerimaan pajak, selain itu dapat membuka kesempatan
kerja melalui perluasan usaha yang membutuhkan tenaga kerja
baru. Kredit juga membantu pemerintah dalam meningkatkan
jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Devisa negara
juga dapat meningkat apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor.
21
Kredit memiliki banyak manfaat untuk berbagai kalangan.
Kredit merupakan salah satu solusi bagi pihak yang kekurangan dana
dalam menjalankan usaha maupun berniat menjalankan usaha atau
kegiatan namun tidak memiliki dana yang mendukung usaha maupun
kegiatannya. Meskipun memiliki manfaat sebagai salah satu
tambahan modal dan usaha, kredit ini dapat dinilai merugikan bagi
pihak yang tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya. Karena kredit ini
merupakan salah satu bentuk pinjaman atau hutang yang berikan kepada
pihak yang kekurangan dana.
Menurut Ismail (2010) fungsi dari adanya kredit
dalam melayani kebutuhan dan meningkatkan usaha masyarakat yaitu;
a) Meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
b) Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle
found (pihak yang kelebihan dana). Tentu ini akan sangat efektif
karena dana tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak yang
membutuhkan dana.
c) Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru, sebagai
contoh kredit Koran yang diberikan bank kepada usahawan.
d) Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang
ekspansif akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang
beredar, dan peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong
kenaikan harga.
22
e) Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi
yang ada. Kredit produktif yaitu kredit modal kerja atau
investasi. Kredit tersebut memiliki dampak pada kenaikan
makroekonomi.
d. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2008) secara umum jenis-jenis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi diantaranya sebagai berikut :
1) Dilihat dari segi kegunaan
(a) Kredit Investasi merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau untuk
keperluan rehabilitasi.
(b) Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2) Dilihat dari segi tujuan kredit
(a) Kredit Produktif merupakan kredit yang digunakan
untuk meningkatkan usaha, produksi dan investasi.
(b) Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan
untuk kebutuhan konsumsi pribadi.
(c) Kredit Perdagangan merupakan kredit yang digunakan
untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan
dan pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
23
3) Dilihat dari segi jangka waktu
(a) Kredit Jangka Pendek adalah kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
(b) Kredit Jangka Menengah adalah kredit dengan jangka waktu
berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya
untuk investasi.
(c) Kredit Jangka Panjang adalah kredit yang masa pengembaliannya
panjang berkisar antara tiga sampai lima tahun.
4) Dilihat dari segi jaminan
(a) Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan
suatu jaminan, jaminan dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud atau jaminan orang.
(b) Kredit tanpa jaminan adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
si calon debitor selama ini.
5) Dilihat dari segi jumlahnya adalah jenis Kredit ini terdiri dari kredit
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kredit Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), kredit korporasi (Ismail, 2010). Kredit UMKM
merupakan merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha
dengan skala usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan
bank kepada pengusaha tempe, dan peracangan. Kredit UKM
24
merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan
antara Rp 50.000.000,00 dan tidak melebihi Rp 350.000.000,00,
UKM sudah memiliki modal yang cukup, serta administrasi yang lebih
baik dibanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat memenuhi
permohonan kreditnya. Kredit UKM antara lain kredit untuk
koperasi, pengusaha kecil (perdagangan, toko, dan grosir). Kredit
Korporasi adalah kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah
besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi). Pada
umumnya, bank lebih mudah melakukan analisis terhadap debitur
korporasi karena data keuangannya lebih lengkap, administrasinya
baik, dan struktur permodalannya kuat.
Dapat disimpulkan bahwa kredit ini memiliki jenis-jenis atau
digolongkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Pengelompokan jenis kredit ini akan mempermudahkan bagi nasabah
yang membutuhkan bantuan kredit. Dari setiap jenis kredit ini
didasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan nasabah sehingga
nasabah dapat dengan mudah menyesuaikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman kredit dari bank ataupun dari
pihak lain.
e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum kredit disalurkan bank kepada nasabah, bank perlu
melakukan beberapa analisis. Analisis ini digunakan untuk memperkuat
keyakinan bank pada nasabah bahwa nasabah mampu memenuhi
25
tanggung jawabnya sebagai debitur. Penilaian berdasarkan aspek dan
kriteria yang tetap. Ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan sudah
menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya bank menggunakan
analisis 5C untuk menilai nasabah yang menguntungkan bagi bank.
Berikut adalah penjelasan mengenai 5C kredit, yaitu:
1) Character
Gambaran mengenai watak dan kepribadian dari debitur. Hal
ini dianalisis oleh bank untuk mengetahui bahwa calon debitur
mampu memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai
jatuh tempo yang ditentukan.
2) Capacity
Kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu kredit. Hal ini bisa dilihat dari kemampuannya dalam
menjalankan bisnis yang dimiliki nasabah selama ini. Kemampuan
nasabah dalam bidang bisnis biasanya dihubungkan dengan
pendidikan dan pemahaman nasabah tentang ketentuan-ketentuan
pemerintah.
3) Capital
Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur maka
hal tersebut akan membuat bank yakin tentang keseriusan nasabah
dalam mengajukan kredit. Analisis terhadap penggunaan modal
dinilai efektif atau tidak dilihat dari laporan keuangan (neraca dan
laporan laba rugi) yang dimiliki nasabah. Dari laporan keuangan
26
tersebut bank akan mengukur kemampuan likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan profitabilitas perusahaan.
4) Collateral
Jaminan yang diberikan calon debitur kepada bank atas kredit
yang diajukan. Jaminan ini merupakan sumber pembayaran kedua
nasabah jika dia tidak mampu memenuhi kewajiban membayar
pinjaman.
5) Condition of Economy
Bank perlu melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi dan politik
saat ini. Hal ini akan dikaitkan dengan keberlangsungan usaha calon
debitur nantinya. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai
dipilih dari bisnis yang memiliki prospek bagus dan memiliki
kemungkinan kecil kredit bermasalah.
Dapat disimpulkan bahwa setiap prinsip ini diterapkan pada seluruh
nasabah untuk menganalisis kemampuan dari setiap nasabah dalam
mengembalikan pinjamannya. Bank akan berusaha untuk menghindari
adanya resiko kredit macet akibat dari adanya ketidakmampuan
nasabah dalam melunasi hutang sebagai salah satu faktor.
f. Kualitas Kredit
Kredit merupakan salah satu faktor penentu hidup atau matinya
usaha suatu bank. Pemberian kredit dikatakan berkualitas jika kredit
tersebut mampu memperkecil kemungkinan kredit tersebut
bermasalah. Agar kredit tersebut berkualitas maka bank perlu
27
melakukan pemisahan fungsi dalam organisasi kredit tersebut. Hal
ini dilakukan agar masing-masing fungsi dapat bekerja dengan
baik dan menjecegah terjadinya kredit yang bermasalah.
Menurut Sutojo (2008) dalam kasus kredit bermasalah, debitur
tidak menepati janji membayar bunga dan atau kredit induk yang
telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau
sama sekali tidak ada pembayaran. Dalam dunia perbankan
internasional, kredit dapat dikategorikan ke dalam kredit bermasalah
jika:
1) Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau kredit lebih
dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya.
2) Tidak dilunasi sama sekali.
3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali
kredit dan bunga yang tercantum dalam pinjaman kredit.
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit
diperlukan sebuah ukuran. Oleh karena itu Bank Indonesia
menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
1) Kredit Lancar (pas)
Kredit dapat dikatakan lancar jika pembayaran pokok angsuran atau
bunga tepat waktu, memiliki mutasi rekening yang aktif, dan bagian
dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
28
2) Dalam Perhatian Khusus
Kredit yang mendapat perhatian khusus apabila terdapat
tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum
melampaui 90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, jarang terjadi
pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, mutasi rekening
reklatif aktif, dan didukung dengan pinjaman baru.
3) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari,
sering terjadi cerukan, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan lebih dari 90 hari, frekuensi mutasi rekening relatif
rendah, terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi
debitur, dan dokumen pinjaman lemah.
4) Diragukan
Yang dimaksud dengan kredit diragukan apabila terdapat tunggakan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 180 hari, terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi
wanprestasi lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga, dokumen
hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan
jaminan.
5) Macet (loss)
Kredit macet dapat terjadi jika terdapat tunggakan pembayaran
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari,
29
kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, dari segi
hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai yang wajar.
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, menjelaskan
tentang pengertian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yaitu sebagai berikut:
1) Usaha Mikro: usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil: usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memiliki kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
3) Usaha Menengah: usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang ukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
30
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah
No Uraian Kriteria
Asset Omzet
1 Usaha Mikro Max 50Jt Max 300Jt
2 Usaha Kecil 50Jt – 500Jt 300Jt – 2.5 M
3 Usaha Menengah 500Jt – 10 M 2.5 M – 50 M
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (data diolah)
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK
016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan /usaha yang
mempunyai penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya
Rp600.000.000 atau asset (aktiva) setinggi-tingginya Rp600.000.000
(diluar tanah dan bangunan yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT,
dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh
dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga,
peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa lainnya.
31
Dari berbagai pendapat diatas, pengertian UMKM dilihat dari
berbagai aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah
tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi penjualan/omset pelaku
UMKM.
Keberadaan Usaha Mikro merupakan salah satu solusi
permasalahan negara berkembang yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan lapangan
pekerjaan. Usaha Mikro merupakan salah satu bentuk usaha yang
memiliki peran besar dengan kemampuannya menciptakan lapangan
pekerjaan yang luas, mampu memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan menjaga stabilitas perekonomian negara. Sebagai usaha
yang fleksibel dan tahan terhadap kondisi apapun. Hal ini mampu
dibuktikan pada saat krisis yang melanda pasar Indonesia sekitar tahun
1997. UMKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang
ada di Indonesia.
b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tujuan dari adanya Usaha Mikro kecil dan Menengah ini telah di
jelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, yaitu
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi
yang berkeadilan.
32
Peran usaha mikro sangat penting dan memiliki pengaruh
besar untuk membangun dan meningkatkan perekonomian sebuah
negara. Meskipun masuk kedalam kategori usaha kecil namun daya
serap terhadap tenaga kerja sangat besar. Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah mampu melahirkan solusi terhadap permasalahan
ketenagakerjaan. Usaha kecil ini dibangun dengan modal atau investasi
yang lebih kecil dibanding jenis usaha besar lainnya. Usaha kecil ini
termasuk kedalam jenis usaha yang fleksibel dan mudah beradaptasi
dengan perubahan pasar. Hal ini yang menyebabkan usaha mikro
terbilang kuat dan tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan dari luar
berupa perubahan-perubahan kondisi pasar atau iklim usaha yang tidak
menentu. Jenis usaha ini memiliki potensi besar, oleh karena itu
perlu adanya tindakan untuk mengembangkan dan memberdayakan
UMKM.
Menurut Setyobudi (2007) eksistensi peran UMKM dalam
membangun perekonomian nasional ditunjukkan melalui data-data
empiris di lapangan yaitu:
1) UMKM menduduki posisi teratas sebagai industri dengan
jumlah besar yang terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Pada
tahun 2005 tercatat jumlah UMKM adalah 44,69 unit atau 99,9%
dari jumlah total unit usaha.
2) Memiliki potensi yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Setiap
unit investasi pada sektor UMKM mampu menciptakan
33
kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM mampu menyerap
77,68 juta tenaga kerja atau 99,77% dari total angkatan kerja yang
bekerja.
3) UMKM berkontribusi besar dalam pembentukan PDB yang
cukup signifikan yaitu sebesar 54,22% dari total PDB.
c. Permasalahan yang Dihadapi UMKM
Meskipun tergolong ke dalam jenis usaha yang tahan terhadap
ketidak pastian kondisi ekonomi seperti krisis, UMKM sebagai
industri kecil juga memiliki banyak permasalahan. Permasalahan
yang berasal dari internal perusahaan ataupun dari luar perusahaan.
Industri kecil ini dibangun dengan cara yang sederhana atau
tradisional. Pemilik pun tidak harus memiliki syarat khusus untuk
mengelola usaha. Pengelolaan dilakukan secara sederhana.
Permasalahan UMKM bisa dilihat dari berbagai aspek dalam
kegiatan perusahaan. Aspek tersebut diantaranya pemasaran,
produksi, SDM, manajerial, keuangan, ketenagakerjaan, dan masih
banyak aspek lainnya. Berikut adalah penjabaran dari permasalahan
UMKM yang sering dihadapi pelaku UMKM digolongkan
kedalam dua hal, yaitu permasalahan berdasarkan faktor eksternal
dan faktor internal.
1) Faktor Internal
34
(a) Kekurangan Modal dan Keterbatasan Akses Modal
Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perusahaan. Bagi UMKM modal merupakan masalah utama
yang harus dihadapi. Kebanyakan dari pelaku usaha ini
menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya.
Modal yang biasa mereka gunakan jumlahnya sangat terbatas.
Selain itu mereka memiliki keterbatasan untuk mengakses
pembiayaan dari bank maupun dari lembaga keuangan lain.
Persyaratan menjadi hambatan terbesar bagi UMKM untuk
mendapat bantuan modal dari lembaga keuangan.
(b) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagian besar usaha kecil dikelola dengan cara yang
sederhana, jenis usaha mereka termasuk kedalam jenis usaha
turun-temurun. Untuk menjalankan usahanya tidak perlu syarat
khusus dan tidak harus dari golongan ahli dalam suatu bidang.
Ini merupakan salah satu keterbatasan yang dimiliki oleh
UMKM dari segi SDM. Hal ini yang menjadikan UMKM sulit
untuk mengadopsi hal-hal baru untuk kemajuan usaha mereka
seperti teknologi dan bidang lain.
(c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasian Pasar
Umumnya usaha kecil dikelola secara sederhana, jaringan
usahanya sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar juga
rendah dengan kualitas produk kurang kompetitif. Hal ini yang
35
membedakan antara usaha kecil dengan usaha besar yang
memiliki kemudahan akses pasar melalui relasi maupun
memanfaatkan teknologi.
(d) Mentalitas Pengusaha UMKM
Semangat wirausaha atau enterepreneurship UMKM dinilai
sangat kurang. Semangat wirausaha yang dimaksud berupa
terus melakukan inovasi, berani mengambil resiko, dan ulet.
2) Faktor Eksternal
(a) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Keterbatasan dalam mengakses pasar melalui relasi dan
teknologi menyebabkan UMKM memiliki kesulitan dalam
mendapatkan sarana dan prasarana yang lebih baik untuk
mengembangkan usahanya.
(b) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Indikator ekonomi makro berupa kontribusinya terhadap
penciptaan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga
kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta
keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui
pembentukan modal tetap bruto (investasi) dijadikan tolak ukur
keberhasilan usaha UMKM. Perkembangan dan pertumbuhan
UMKM selalu dipantau untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan. Selain itu kendala dari UMKM
yaitu sulitnya dalam memperoleh izin usaha dari pemerintah.
36
Hal ini dikarenakan banyaknya persyaratan yang sulit untuk
dipenuhi oleh pelaku UMKM.
Jadi, dapat disimpulkan meskipun UMKM mampu bertahan
dibanding usaha besar lain pada saat iklim usaha tak menentu seperti
krisis ternyata UMKM juga memiliki permasalahan yang cukup
kompleks dalam internal usahanya. Permasalahan UMKM tersebut
tidak hanya berasal dari faktor internal saja tetapi juga berasal dari
faktor eksternal. Permasalahan terkait modal, kualitas SDM, dan
kebijakan pemerintah merupakan masalah utama yang harus
diselesaikan melalui kegiatan pemberdayaan untuk
mengembangkan kualitas dan potensi UMKM.
d. Kredit dan usaha bisnis kecil
Dalam hal ini kita membahas mekanisme yang biasanya
digunakan oleh pemberi pinjaman untuk mengurangi informasi
asimetri ketika membuat keputusan pemberian kredit. Sebuah literatur
ada yang menetapkan bahwa kekayaan pribadi yang dimiliki oleh
pemilik usaha dapat mempengaruhi bagaimana suatu bisnis didanai
(Stiglitz dan Weiss, 1981; Wette, 1983; Bester, 1985; Besanko dan
Thakor, 1987; Avery et al, 1998). Informasi tentang kekayaan pribadi
(biasanya ditunjukkan oleh agunan) dapat meningkatkan keputusan
underwriting dan mengurangi tingkat kejelasan untuk pemberi
pinjaman. Misalnya, dengan pemilihan yang berpotensi merugikan, di
37
mana peminjam memiliki informasi lebih unggul dari pemberi
pinjaman, peminjam kredit dapat menggunakan agunan sebagai sinyal
kualitas mereka (Bester, 1985). Demikian juga, jika usaha peminjam
menimbulkan risiko moral hazard, maka jaminan dapat mengurangi
insentif untuk mengambil risiko yang tidak disadari peminjam bahwa
kekayaan pribadi mereka yang dipertaruhkan.
Model teoritis yang berfokus pada fungsi signaling agunan dari
kontribusi awal oleh Bester (1985) dengan modifikasi oleh Besanko
dan Thakor (1987). Mengingat variabilitas risiko dari individu, studi
ini menunjukkan bahwa peminjam dengan probabilitas default rendah
(yaitu peminjam berisiko rendah) akan bersedia untuk menerima
agunan, yang akan menarik bagi peminjam berisiko tinggi sebagai
jaminan mahal. Argumen yang sama berlaku dalam kasus moral
hazard di mana persyaratan agunan berfungsi sebagai mekanisme
insentif karena agunan yang lebih tinggi memaksa peminjam untuk
memilih proyek kurang berisiko.
Beberapa studi teoritis mempertimbangkan efek agunan dalam
isolasi (Stiglitz dan Weiss, 1981; Wette, 1983); sementara kontribusi
oleh Bester (1985, 1987) dan Chan dan Kanatas (1985) menunjukkan
bahwa dengan memasukan persyaratan agunan bersama-sama dengan
variasi suku bunga, agunan akan berhubungan negatif dengan risiko
peminjam. Oleh karena itu, semua hal lain tetap sama, peminjam
dengan probabilitas default tinggi lebih memilih kontrak dengan suku
38
bunga yang lebih tinggi dan jaminan lebih rendah dari peminjam
dengan risiko gagal bayar yang rendah. Alasannya adalah bahwa
peminjam berisiko tinggi mampu membayar suku bunga yang lebih
tinggi. Selain itu, mereka juga lebih mungkin untuk kehilangan
jaminan mereka jika proyek mereka gagal.
Studi oleh Bester (1985, 1987) didasarkan pada asumsi bahwa
jaminan sudah tersedia untuk peminjam. Besanko dan Thakor (1987)
tidak sepenuhnya menggunakan asumsi ini dan menunjukkan bahwa
pengalokasian kredit muncul kembali ketika peminjam menghadapi
kendala pada ketersediaan agunan. Namun, model mereka
menegaskan bahwa jaminan tetap memegang kekuatan untuk
pengurangan pengalokasian kredit, bahkan kemungkinan hal tersebut
tidak dapat menghapuskan semua pengalokasian bersama-sama.
Dalam sebuah penelitian, Besanko dan Thakor (1987b)
memperbolehkan loan size untuk digunakan sebagai penguat dalam
hubungannya dengan agunan dan kredit suku bunga dan menunjukkan
bahwa loan size meningkatkan kemungkinan kesuksesan bagi
peminjam.
Bukti empiris berdasarkan teori-teori di atas meneliti hubungan
antara risiko peminjam (didefinisikan secara luas) dan jaminan itu
digabungkan. Studi yang dilakukan oleh Berger dan Udell (1990;
1995); Leeth dan Scott (1989); dan Boot et al, (1991) menemukan
bahwa peminjam yang berisiko kemungkinan akan diminta untuk
39
menyediakan agunan. Berger dan Udell (1995), menggunakan
premium suku bunga sebagai ukuran risiko peminjam, kesimpulannya
agunan dihubungkan dengan premi risiko yang lebih tinggi antara
pinjaman usaha kecil. Hasil ini tampaknya bertentangan dengan
prediksi teori yang dikemukakan oleh Bester (1985) dan lain-lain
sebagaimana dikemukakan di atas bahwa kualitas peminjam yang
tinggi menjanjikan jaminan dan memilih untuk membayar suku bunga
rendah. Namun, Berger et al (2011) mengemukakan bahwa mungkin
terjadi perbedaan agunan lebih sering mencerminkan perbedaan
kualitas yang diamati, bukan perbedaan yang tidak teramati antara
jenis peminjam. Studi oleh Machauer dan Weber (1998) melaporkan
bahwa agunan adalah kebebasan dari tipe-tipe peminjam; sementara
penelitian terbaru oleh Jiminez et al (2006) menunjukkan agunan
memiliki hubungan yang negatif dengan penelitian terdahul bahwa
kegagalan dalam pinjaman ditawarkan oleh usaha yang baru berdiri.
Apapun alasan di balik hasil yang beragam dan kurangnya
kepraktisan beberapa model yang menggambarkan hubungan antara
jaminan dan risiko kredit, ada bukti empiris yang cukup untuk
menunjukkan pentingnya jaminan di pasar kredit dengan informasi
asimetris. Evans dan Jovanovic (1989) menunjukkan bahwa jika tidak
ada akan dana menghambat individu untuk memulai bisnis; sama
seperti studi yang dilakukan oleh Holtz-Eakin et al, (1994);
Blanchflower dan Oswald, (1998); dan Burke et al, (2000)
40
menunjukkan bahwa self-employment mengalami peningkatan yang
mendadak dalam kekayaan pribadi.
Mekanisme lain yang tersedia untuk mengurangi masalah
informasi ketika memperluas kredit kepada perusahaan kecil adalah
melalui pinjaman hubungan (Boot dan Thakor, 1994; Petersen dan
Rajan, 1994; Berger dan Udell, 1995; Cole, 1998; Harhoff dan
Korting, 1998). Menurut literatur ini, pemberi pinjaman memperoleh
informasi dari waktu ke waktu melalui kontak dengan perusahaan, dan
/ atau pemilik dan menggunakan informasi ini dalam keputusan
mereka untuk memperpanjang kredit. Premis ini didasarkan pada
kenyataan bahwa peminjam akan mampu membangun reputasi dari
waktu ke waktu di mana pemberi pinjaman dapat mengamati perilaku
pembayaran mereka. Oleh karena itu, perusahaan dengan hubungan
yang kuat dengan calon pemberi pinjaman mereka lebih mungkin
untuk menerima kredit.
Secara tradisional, studi ini mengukur kekuatan hubungan
dalam hal jangka panjang, misalnya, jumlah waktu bank telah
memberikan pinjaman atau layanan lainnya kepada perusahaan
(Petersen dan Rajan, 1994, 1995; Scott dan Dunkelberg, 1999). Secara
umum studi ini menjelaskan bahwa ikatan yang kuat dengan pemberi
pinjaman menyebabkan ketersediaan yang lebih besar dari kredit untuk
perusahaan kecil (Petersen dan Rajan, 1995; Berger dan Udell, 1995;
Harhoff dan Korting, 1998). Studi oleh Cole (1998) dan Machauer dan
41
Webber (2000) menekankan pada hal tersebut, namun itu bukan hanya
kekuatan hubungan yang penting, tetapi adanya hubungan antara
pemberi pinjaman dan usaha kecil yang penting dalam keputusan
alokasi kredit.
Literatur perbankan telah menunjukkan bahwa karakteristik yang
diamati dari usaha kecil, pemilik usaha juga ditemukan permasalahan
dalam mengurangi masalah informasi. Hal ini terutama berlaku untuk
bisnis start-up baru atau usaha kecil pada tahap awal pengembangan
perusahaan ketika pemilik biasanya merupakan pemilik utama (dan
mungkin satu-satunya) pengambil keputusan - menunjukkan pola
pemilik jasa keuangan yang meniru orang-orang dari perusahaan
(Cassar 2004 ). Peminjam kredit, pendidikan, usia, dan pengalaman
bisnis adalah beberapa atribut yang paling umum dipelajari untuk
mengevaluasi dampak dari karakteristik pemilik pada akses keuangan
(Berger et al, 2005; Berger dan Frame, 2007; Cressy, 1996; Burke et
al, 2000). Konsensus umum dalam literatur ini adalah bahwa
peminjam berpendidikan, dengan peringkat kredit yang tinggi dan
pengalaman industri, yang jauh lebih tua (dan karena itu memiliki track
record panjang), kemungkinan akan mendapatkan kredit secara
berkesinambungan. Demikian juga, Cole (1998), berdasarkan data AS
dan Coleman (2010), berdasarkan data perbankan Inggris, melaporkan
bahwa umur perusahaan dan ukuran perusahaan (diukur dengan cara
yang berbeda) juga mempengaruhi alokasi kredit tersebut bahwa
42
perusahaan yang lebih tua dan perusahaan kecil lebih besar lebih
mungkin relatif diperpanjang kreditnya dibandingkan perusahaan-
perusahaan baru dan kecil.
Ulasan literatur pada pinjaman di bawah informasi asimetris
memprediksi bahwa pemilik usaha kaya (dengan akses ke jaminan);
dengan sejarah kredit yang baik (yang ditunjukkan oleh peringkat
kredit yang tinggi), yang memiliki hubungan yang ada sebelumnya
dengan calon pemberi pinjaman; yang juga memiliki pengalaman kerja
lebih besar, dan berpendidikan; umumnya memiliki kualitas kredit
yang lebih baik dan karenanya cenderung mengakses dana usaha kecil
dari kreditur. Selain itu, ada juga bukti yang menunjukkan bahwa umur
perusahaan dan ukuran mempengaruhi akses kredit sehingga
perusahaan kecil yang lebih tua dan lebih besar akan memiliki lebih
banyak akses kredit.
Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa pinjaman
kepada usaha bisnis kecil tidak hanya tentang memperpanjang
pendanaan, tetapi juga tentang cost of creditnya yaitu suku bunga yang
dibayar (Petersen dan Rajan, 1994; Cressy dan Toivanen, 2001; Burke
dan Hanley, 2003; 2006) . Oleh karena itu tetap relevan untuk
memperoleh pemahaman tentang apa yang mendorong cost of credit
untuk perusahaan kecil.
43
3. Default
Dalam literatur utama, intermediasi keuangan pada pinjaman usaha
kecil difokuskan pada faktor-faktor penentu dan akses biaya kredit. Sudah
ada sedikit penelitian yang meneliti perilaku pembayaran perusahaan kecil
yang benar-benar menerima pinjaman. Ini sebelumnya dikaitkan dengan
keterbatasan data (Glennon dan Nigro, 2005; 2008). Sampai saat ini, dua
penelitian dalam suatu literatur telah berfokus pada aktivitas standar
pemodelan untuk usaha bisnis kecil. Satu untai memiliki dasar dalam
analisis rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan dan data industri
(lihat misalnya studi oleh Altman dan Sabato, 2007; Fidrmuc dan Hainz,
2010; Behr, Glutter dan Plattner, 2004 dan Dyrberg-Rommer, 2005).
Motivasi utama dari studi ini adalah untuk menunjukkan secara signifikan
pentingnya (untuk bank) pemodelan risiko kredit untuk perusahaan kecil
secara terpisah dari perusahaan besar. Secara umum studi ini membangun
prediksi model default berdasarkan rasio keuangan yang berasal dari
perusahaan-perusahaan besar untuk menentukan apakah model ini dapat
membantu memprediksi default dalam usaha bisnis kecil atau tidak. Secara
umum, studi ini menemukan bahwa model yang dirancang untuk
perusahaan besar berkinerja buruk dalam memprediksi standar usaha kecil.
Mereka juga menunjukkan bahwa sejumlah kecil rasio keuangan yang
disesuaikan dengan perusahaan kecil yaitu: hutang, likuiditas, profitabilitas
dan efek-sektor tertentu merupakan penentu penting dari default. Oleh
44
karena itu, studi ini menyimpulkan bahwa bank harus mengembangkan
model risiko kredit khusus yang ditujukan kepada usaha bisnis kecil.
Keterbatasan utama telah diidentifikasi dalam mengadopsi metode
analisis rasio keuangan ketika memodelkan untuk usaha kecil. Sebagian
besar usaha bisnis kecil dalam studi ini sebenarnya perusahaan kecil yang
'lebih besar' (dengan penjualan sebesar 500 juta). Dalam kasus di mana data
laporan keuangan tidak ada - usaha tahap awal biasanya seperti bisnis start-
up dan perusahaan muda - teknik analisis rasio keuangan tidak dapat
diterapkan; maka timbul masalah risiko pemodelan standar khusus untuk
usaha kecil ini.
Model literatur kedua menggambarkan usaha kecil berdasarkan
informasi kredit dari pemilik usaha utama (lihat misalnya Berger et al,
2005; Agarwal et al, 2007; DeYoung et al, 2007; Berger et al, 2009). Alur
literatur ini menegaskan bahwa sejarah kredit pribadi atau hutang dari
pemilik usaha kecil sangat prediktif dalam pengembalian hutang dari bisnis
mereka. Hal ini terutama berlaku untuk usaha pada tahap awal
pengembangan perusahaan, ketika pemilik usaha biasanya besar (dan
mungkin satu-satunya) pengambil keputusan (Cassar, 2004).
Agarwal et al (2007) mempelajari dampak dari credit scores peminjam
vs credit scores usaha dalam memprediksi risk default usaha kecil. Mereka
menemukan dukungan untuk pemodelan risiko usaha kecil berdasarkan
informasi kredit dari pemilik bisnis; mereka menunjukkan bahwa skor
kredit pribadi pemilik usaha 'menurunkan kredit macet vs nilai kredit
45
usaha. Berger et al (2005) meneliti efek dari kredit pada ketersediaan, harga
dan standar risiko kredit usaha kecil. Mereka membandingkan pinjaman
usaha kecil yang diberikan sebelum dan sesudah menggunakan rating credit
dalam mengelola risiko kredit. Mereka menemukan bahwa penggunaan
dari rating kredit berkaitan dengan jumlah yang diperluas, harga rata-rata
yang lebih tinggi, dan risiko gagal bayar yang lebih besar untuk pinjaman
usaha kecil. Salah satu penjelasan Berger et al (2005) yang mengemukakan
pengamatan mereka bahwa penggunaan peringkat kredit sebagai dasar
untuk memprediksi risiko gagal bayar memperluas kredit untuk beberapa
'peminjam marginal' yang relatif beresiko yang tidak akan menerima kredit.
Penelitian oleh Berger dan Frame (2007) membandingkan bank yang telah
mengadopsi penggunaan kredit untuk mengelola risiko default mereka dan
yang belum. Mereka menemukan bahwa bank-bank yang menggunakan
peringkat kredit cenderung tidak memiliki lebih banyak masalah kinerja
pinjaman dari bank lain, meskipun peningkatan yang diamati dalam
pinjaman kepada peminjam mungkin lebih marginal.
Hal ini masuk akal bahwa pemberi pinjaman bisa dialami (maka
efisien) dalam menilai risiko default, sehingga peringkat kredit belum tentu
pendorong utama default; pemberi pinjaman dapat memilih untuk
mengimbangi risiko default dengan secara simultan mengadopsi instrumen
lain, seperti meminta agunan yang dapat disita dalam hal default (Berger
dan Udell, 1995) atau dengan pengisian suku bunga yang lebih tinggi
(Stiglitz dan Weiss, 1981). Penelitian oleh Bester (1985), Chan dan Kanatas
46
(1985), Besanko dan Thakor (1987) dan Chan dan Thakor (1987)
menegaskan bahwa agunan membantu menyelaraskan kepentingan kedua
pemberi pinjaman dan peminjam, menghindari situasi di mana peminjam
membuat sedikit usaha untuk memastikan keberhsilan proyek yang
menggunakan pembiayaan yang telah diberikan. Oleh karena itu penelitian
ini memprediksi hubungan negatif antara pemberian jaminan dan loan
defaul. Hal ini juga memungkinkan bahwa bagaimanapun oleh adanya
agunan, kreditur mungkin berlaku kurang teliti ketika menilai pinjaman
yang menawarkan agunan; sehingga mengarah ke peningkatan risiko
default.
Penelitian lain memprediksi bahwa penggunaan informasi secara
kualitatif, seperti umur perusahaan dan informasi yang dikumpulkan
melalui kontak dari waktu ke waktu (berdasarkan pada hubungan),
mengurangi adverse selection dan isu-isu moral hazard; maka terbukti
menjadi penting dalam persetujuan suatu pengambilan keputusan kredit
dan biaya proses pinjaman (Cole, 1998; Petersen dan Rajan, 1994; Berger
dan Udell, 1995). Kemudian diikuti oleh pertanyaan apakah umur
perusahaan dan variabel hubungan membantu memprediksi risiko default
atau tidak.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa umur perusahaan
memiliki pengaruh yang kuat pada kredit macet. Misalnya, Bates dan Nucci
(1999), Evans (1987) dan Dunne, Roberts dan Samuelson (1989) telah
menemukan bahwa di AS, kemungkinan perusahaan akan gagal selama
47
periode waktu tertentu seiring dengan menurunnya umur perusahaan. Studi
oleh Bagus dan Graves (1993) dan Honjo (2000) menyatakan bahwa
perusahaan baru gagal di tingkat yang lebih tinggi daripada perusahaan
yang telah berdiri lama (semua hal lain tetap sama); yang mengarah ke
dugaan bahwa perusahaan baru secara statistik lebih mungkin putus dari
perusahaan yang sudah lama. Cowling dan Mitchell (2003) juga
menemukan bahwa bisnis start-up memiliki tingkat standar yang lebih
tinggi. Mereka melaporkan bahwa dari waktu ke waktu start-up tidak lebih
mungkin untuk default dari perusahaan yang ada. Glennon dan Nigro
(2005) juga melaporkan bahwa peminjam yang kurang dari 3 tahun di
origination pinjaman lebih cenderung ke default atas pinjaman mereka dari
usaha kecil yang lebih matang. Perusahaan besar terbukti lebih cenderung
mengalami default (Cowling dan Mitchell, 2003; Glennon dan Nigro 2005,
2008). Masih diragukan apakah hubungan memang menyebabkan
pinjaman lebih baik dalam hal default. Matteo et al (2012) melaporkan
bahwa pelanggan baru kurang menegetahui informasi yang tersedia –
menghindari mekanisme yang merugikan dan pengurangan potensi kriteria
seleksi - menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari kredit macet untuk
pinjaman bank. Bukti ini menekankan peran informasi dan pengetahuan
peminjam dalam hal strategi dan model intermediasi yang secara konsisten
mencoba untuk mendapatkan dan mempertahankan kualitas tinggi dari
portofolio pinjaman. Jimenez dan Saurina (2004) menguji faktor
pendorong default untuk 3 juta pinjaman bank selama periode 1988-2000.
48
Analisis mereka menunjukkan bahwa jumlah probabilitas hubungan
perbankan yang meningkat akan menurun default.
Akhirnya, Studi yang dilakukan oleh Cowling dan Mitchell (2003);
Glennon dan Nigro (2005, 2008) mengamati efek yang signifikan terhadap
risiko standar di sektor industri. Glennon dan Nigro (2005; 2008) mencatat
bahwa perusahaan kecil di sektor manufaktur dan ritel memiliki tingkat
standar lebih tinggi secara signifikan dan perusahaan-perusahaan di sektor
pengangkutan dan komunikasi secara signifikan memiliki tingkat lebih
rendah dari semua sektor lainnya. Demikian pula, Cowling dan Mitchell
(2003), berdasarkan data UK, juga menemukan bahwa pinjaman kepada
perusahaan-perusahaan di sektor ritel lebih cenderung ke default (semua
hal lain tetap sama). Mereka lebih lanjut melaporkan bahwa perusahaan di
sektor jasa cenderung ke default terhadap perusahaan-perusahaan di
industri lain - hasil yang mencerminkan tingkat standar yang lebih tinggi
untuk perusahaan ritel dan tingkat kegagalan yang lebih rendah untuk
perusahaan jasa.
4. Crowdfunding
a. Pengertian Platform Crowdfunding
Crowdfunding merupakan kegiatan mengumpulkan dana investasi
yang pada umumnya dilakukan melalui jejaring sosial seperti Twitter,
Facebook, Linkedln dan blog khusus lainnya (Belleflame, Lamberrt
49
dan Schweinbacher 2011). Wheat dkk. (2013) mendefinisikan
crowdfunding sebagai berikut:
“Crowdfunding is a new internet-based method of
fundraising in which individuals solicit contributions for
projects on specialized crowdfunding websites. The focus in
crowdfunding is gathering many small donations (the
‘crowd’ in crowdfunding) rather than requesting a single
large sum from a funding agency. Crowdfunding drives run
over a limited time frame, anywhere from a single day to
several weeks, and attempt to meet a funding goal before the
end of the campaign.”
Crowdfunding adalah sebuah metode baru penggalangan dana
melalui internet di mana individu meminta bantuan untuk proyeknya
melalui website khusus crowdfunding. Fokus dari crowdfunding adalah
menggalang banyak sumbangan kecil dari pada berupa sumbangan besar
dari sebuah lembaga donor. Crowdfunding berjalan dalam waktu
terbatas dari beberapa hari sampai beberapa minggu, dan berusaha
untuk memenuhi target pendanaan sebelum batas akhir waktu.
Proses kerja dari crowdfunding yaitu pemilik proyek atau produk
akan mengirimkan produksinya kepada donator, kemudian donator
apabila tertarik akan memberikan donasinya. Lebih lanjut David McGrail
(2013) mendeskripsikan crowdfunding kedalam tiga langkah proses,
yaitu: (1) Setiap kreator proyek membuat tujuan dan batas waktu dari
50
pendanaan. (2) Jika khalayak tertarik mereka dapat mendonasikan
uang untuk membantu mewujudkan proyek tersebut. (3) Apabila
proyek telah mendapatkan dana yang cukup sesuai yang sudah ditentukan
maka uang donasi dapat ditarik oleh pembuat proyek dari donator. Jika
pendanaan proyek tersebut gagal maka uang donator tidak akan ditarik.
b. Kategori Platform Crowdfunding
Crowdfunding dapat dibedakan dalam beberapa kategori model.
Bradford (2012) membedakan crowdfunding menjadi lima kategori,
yaitu: (1) model donasi, (2) model penghargaan (reward), (3) model pra-
pembelian, (4) model pinjaman dan (5) model ekuitas. Situs
crowdfunding dapat menerapkan satu model atau menerapkan lebih dari
satu model. Berikut berbagai macam model situs crowdfunding menurut
Bradford (2012):
1) Situs Model Donasi
Kontributor dalam situs donasi tidak mengharapkan imbalan atas
kontribusinya. Biasanya model donasi ini diterapkan pada institusi
amal atau non- profit.
2) Situs Model Penghargaan (Reward) dan Pra-pembelian
Situs yang menggunakan model reward dan pra-pembelian memiliki
kesamaan dan cenderung muncul di situs yang sama. Model reward
menawarkan pada kontributor imbalan atas kontribusinya, tapi tidak
tertarik terhadap hasil atau keuntungan dari produksi. Model pra-
51
pembelian hampir mirip dengan model reward yaitu kontributor
tidak mendapat bagian keuntungan dari produksi akan tetapi mereka
mendapatkan produk yang dibuat.
3) Situs Model Pinjaman
Situs yang menggunakan model pinjaman kontributor hanya
menyediakan pendanaan untuk sementara dan mengharapkan
pengembalian atas dana yang dipinjamkan. Dalam beberapa kasus
kontributor menerima bunga atas dana yang dipinjamkannya.
4) Situs Ekuitas
Situs Model ekuitas memberikan bunga kepada kontributor atas
pengembalian usaha yang mereka bantu.
c. Situs Model Pinjaman
1) Peer to Peer Lending
Peer-to-peer lending atau P2P Lending adalah kegiatan
pinjam meminjam antar perseorangan. Praktisi ini sudah lama berjalan
dalam bentuk yang berbeda, seringkali dalam bentuk perjanjian
informal. Dengan berkembangnya teknologi dan e-commerce,
kegiatan peminjaman turut berkembang dalam bentuk online dalam
bentuk platform serupa dengan e-commerce. Dengan itu, seorang
peminjam bisa mendapatkan pendanaan dari banyak individu. Dalam
peer lending, kegiatan dilakukan secara online melalui platform website
dari berbagai perusahaan peer lending. Terdapat berbagai macam jenis
52
platform, produk, dan teknologi untuk menganalisa kredit. Peminjam
dan pendana tidak bertemu secara fisik dan seringkali tidak saling
mengenal. Peer lending tidak sama dan tidak bisa dikategorikan dalam
bentuk-bentuk institusi finansial tradisional: himpunan deposito,
investasi, ataupun asuransi. Karena itu, peer lending dikategorikan
sebagai produk finansial alternatif.
Proses aplikasi pinjaman peer lending lazimnya mengikuti
proses berikut. Peminjam masuk ke website, registrasi dan mengisi
form aplikasi. Platform kemudian memverifikasi dan menganalisa
kualifikasi pinjaman tersebut. Pinjaman yang berhasil lolos di posting
di website di mana pendana bisa memberikan komitmen dana untuk
pinjaman itu. Ada beberapa cara yang di adopsi berbagai platform peer
lending untuk mencocokkan peminjam dengan pendana. Beberapa
platform bahkan tidak melakukan analisa kredit dan memakai reputasi
online sebagai kriteria utamanya. Ada juga yang memakai jasa pihak
ketiga untuk melakukan cek dan analisa terhadap peminjam.
Gambar 2.1
Proses Kerja Peer to Peer Lending
Sumber : http://www.hacktrix.com/social-lending-websites-to-get-
peer-2-peer-p2p-loans
53
Terdapat tiga macam transaksi yang dipakai di platform peer
lending:
a) Marketplace
Di model marketplace, peminjam dan pendana bebas memilih suku
bunga. Pinjaman dibuka untuk proses lelang selama beberapa hari
dan peminjam menentukan suku bunga indikatif. Pendana bebas
untuk memasukkan tawaran dengan suku bunga dan jumlah tertentu.
Pada akhir lelang, sistem akan mengambil total jumlah yang
diinginkan oleh peminjam dengan prioritas bagi tawaran-tawaran
yang terbaik. Sisa tawaran lainnya dikembalikan ke pendana. Suku
bunga yang dibayarkan oleh peminjam adalah rata-rata dari total
tawaran yang diterima. Model ini biasanya juga memberikan
peminjam hak untuk menutup lelang lebih awal apabila sudah
terkumpul dana yang cukup. Syaratnya adalah ia menyanggupi rata-
rata suku bunga dari tawaran yang sudah masuk, yang seringkali
lebih tinggi dari bunga indikatif di awal.
b) Bunga Tetap
Pada model ini Platform menentukan suku bunga untuk setiap
pinjaman berdasarkan tingkat risiko. Pendana bebas untuk membeli
nominal pecahan dari pinjaman tersebut sampai terkumpul dana
yang diminta.Model ini mengasumsi bahwa Platform memiliki
kemampuan yang lebih baik dari pendana untuk menganalisa risiko
kredit peminjam. Karena bunga sudah ditentukan, pinjaman bisa
54
selesai proses pengumpulan dana lebih cepat dari model
Marketplace.
c) Pengelola Dana
Dalam model ini para pendana memberikan Platform kuasa untuk
mengelola dana miliknya, yang dikelola sebagai satu kesatuan.
Platform kemudian menentukan pinjaman yang layak mendapatkan
pendanaan dan suku bunga-nya. Di Indonesia model ini hanya bisa
dilaksanakan oleh Platform yang memiliki ijin Perusahaan Manajer
Investasi dari OJK. Keuntungan dari model ini adalah pendanaan
bisa diselesaikan lebih cepat dan para pendana tidak perlu repot
mengatur alokasi dana mereka.
Perusahaan pertama di dunia yang menawarkan peer lending
adalah Zopa di Inggris pada tahun 2005. Prosper kemudian mengikuti
dengan peluncuran servis mereka di tahun 2006 di Amerika, diikuti oleh
LendingClub dan lainnya. Di Barat, para pengguna tertarik dengan
konsep peer lending karena dampak krisis finansial 2008. Pada saat itu
bank menutup penyaluran kredit baru dan memberikan suku bunga
yang mendekati 0% kepada para deposan uang. Karena itu, peminjam
harus mencari sumber pendanaan alternatif dan pemilik dana aktif
mencari investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.Di Cina peer
lending sudah dipraktekkan secara offline selama beberapa abad.
Setelah e-commerce menanjak, banyak Platform peer lending muncul
dan berkembang secara cepat. Dalam waktu dekat, market peer lending
55
Cina diprediksi bisa menjadi lebih besar dari total market seluruh negara
lainnya.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil
1. Reabetswe
Kgoroeadira, 2014
The Impact
Of
Commercial
Peer-To-
Peer
Lending
Websites
On The
Finance Of
Small
Business
Ventures
Menganalis
is faktor
penentu
pemberian
kredit
UMKM
pada
website
P2P
Lending
Menggunak
an variabel-
variabel
pada owner
attributes,
firm
attributes,
dan
information
attributes
Teknik
analisa data
menggunak
an statistik
deskriprif
dan uji t
Menganal
isa
penyebab
default dan
menganalis
is faktor
yang
memengaru
hi
keputusan
pemberian
bunga.
Menggun
akan
variabel
delinquenci
es,
judgment,
dan
industri.
Menggun
akan
analisa
probit &
tobit
Model pembiayaan
Peer to Peer
Lending menjadi
alternatif baru bagi
UMKM untuk
pembiayaan
usahanya yang
tidak memerlukan
collateral. Dalam
penelitian ini juga
ditemukan
perusahaan dengan
interest rate tinggi
lebih berisiko.
Umur perusahaan
juga dapat
mengurangi
informasi asimetris
2. Enrichetta Ravina.2012
Love & Loans The Effect of Beauty and Personal Characteristics in
Menganalisa keputusan pemberian pembiayaan untuk UMKM melalui website
Menggunakan variabel kecantikan, usia, dan karakterist
Financial information, status pekerjaan dan histori kredit sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
56
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil
Credit
Markets
Peer to Peer
Lending.
ik personal
Menggunak
an regresi
probit
terpenuhinya
pembiayaan pada
website Peer to
Peer Lending
ship, credit grade, dan employment status, income
Statistik desktiptif
3. Nataliya
Barasinska, 2011
Does
Gender
Affect
Investors’
Appetite
For Risk ?
Evidence
From Peer-
to-Peer
Lending
Menggunak
an variabel
jumlah
pembiayaan
yang
diminta,
interest
rate, dan
credit rating
Menganalis
a pengaruh
gender
terhadap
risiko
Perbedaan gender
antara laki-laki dan
perempuan tidak
mempengaruhi
keputusan
pemberian
pinjaman dalam
konteks Peer to
Peer Lending
4. Jefferson Duarte, Dkk,2010
Trust and Credit
Menggunak
an teknik
analisis
dengan
deskriptif
statistik
Menggunak
an variabel
credit
rating
Menggunak
an variabel
umur,
gender,
weight, foto
collateral
(rumah,
mobul, dll),
number of
bids
Hasil dari
penelitian ini
menyebutkan
bahwa kepercayaan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap keputusan
investasi
5. Gregor N.F. Weib, Katharina Pelger, Andreas Hrch, 2010
Mitigatin
g Adverse
Selection
P2P
Lending
Empirical
Evidence
From
Prosper.c
om( Logit
Regressio
n,OLS
Menggunakan variabel sukses, interest rate, rating, jumlah biaya yang diajukan, dan status pekerjaan
Menggunakan regresi logit
Menggunak
an variabel
Loss, DTI,
Delinquent
Menggunak
an regresi
OLS
Untuk mencegah
kerugian dalam
pinjaman Peer to
Peer Lending dapat
dilakukan dengan
group membership
yaitu keterlibatan
perusahaan dalam
suatu asosiasi atau
grup.
57
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil
Regression
)
6. Devin G. Pope, Justin R. Sydnor, 2009
What’s in a Picture ? Evidence of Discrimination from Prosper.com ( OLS Regression & Logit Regression )
Menggunakan variabel credit grade, jumlah pembiayaan yang diajukan, loan term, dan pendapatan
Menggunak
an regresi
OLS
Menggunak
an variabel
DTI
Diskriminasi ras
dalam keputusan
pembiayan
sekalipun terdapat
lenders potensial,
itu natural muncul
dari naluri
masyarakat. Namun
data menyebutkab
bahwa pinjaman
pada Peer to Peer
Lending lebih tidak
diskriminatif
Sumber : Berbagai jurnal – data diolah
C. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Credit Rating terhadap Keputusan Pemberian Kredit Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Penelitian yang dilakukan Reabetswe (2014), Weib et al (2008),
Pope et al (2011), Herzenstein et al (2011) jika penelitian tersebut
menggunakan signifikan 0.05 Credit Rating tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pemberian kredit oleh lenders. Hal ini
dikarenakan kurang dominannya variabel credit rating sehingga variabel
tersebut belum cukup berperan sebagai penyeimbang pengambil keputusan
dalam pemberian pembiayaan untuk UMKM. Namun tidak sesuai dengan
penelitian Kumar (2007), Lin et al (2011), Baransika (2011).
58
2. Pengaruh Income Range terhadap Keputusan Pemberian Kredit Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Hasil penelitian Kumar (2007), Lin et al (2011), Baransika (2011)
menjelaskan bahwa income range tidak berpengarus signifikan terhadap
keputusan pemberian kredit. Hal ini dikarenakan kurang dominannya
income range sebagai variabel independen sehingga variabel tersebut belum
cukup berperan sebagai penyeimbang pengambil keputusan dalam
pemberian pembiayaan untuk UMKM.
Namun, penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pope et al (2011), Ravini (2008), Ashta et al (2009),
Weib et al (2010), Herzenstein et al (2011). Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa range pendapatan akan mempengaruhi kemampuan
peminjam (borrowers) dalam membayar cicilan kreditnya.
3. Pengaruh Loan Purpose terhadap Keputusan Pemberian Kredit Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah
Hasil penelitian ini sesuai dengan Reabetswe (2014) tidak
menemukan pengaruh yang signifikan dari variabel loan purpose. Namun
bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Baransika (2011).
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa tujuan pinjaman yang jelas akan
mempengaruhi keputusan lenders dalam memberikan pinjamannya.
59
4. Pengaruh Loan Term terhadap Keputusan Pemberian Kredit Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM)
Baransika (2011) lebih fokus meneliti pada pengaruh gender
terhadap keputusan pemberian keputusan kredit. Namun dalam penelitian
tersebut juga dibahas mengenai jangka waktu atau durasi pinjaman dalam
menentukan keputusan pemberian kredit. Dan hasil dari penelitian tersebut
membuktikan bahwa durasi kredit memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian kredit pada Peer to Peer Lending di Jerman.
Dan dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa gender memberikan
pengaruh yang berbeda dalam penentuan jangka waktu.
5. Pengaruh Requested Amount terhadap Keputusan Pemberian Kredit Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2007), Freedman et al
(2008), Herzenstein et al (2011), dan Weib et al (2010) menjelaskan bahwa
jumlah biaya yang diajukan oleh peminjam (borrowers) memiliki pengaruh
terhadap keputusan pemberian pinjaman. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan bahwa pinjaman yang dilakukan pada website Peer to Peer
Lending adalah pinjaman yang berskala kecil sehingga ini cocok untuk
menciptakan lembaga pembiayaan yang inklusif bagi UMKM. Dalam
konteks Peer to Peer Lending juga pemberi dana (lenders) adalah
sekumpulan dari banyak orang tidak hanya satu pihak saja yang
memberikan bantuan pinjaman, sehingga jumlah pinjaman yang diajukan
60
oleh pelaku usahapun akan mempengaruhi keputusan mereka dalam
memberikan pinjaman. Berdasarkan penelitian Reabetswe (2014) juga
dijelaskan bahwa pinjaman pada website Peer to Peer Lending skalanya
kecil namun frekuensi pemberian pinjamannya cukup tinggi.
61
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan penerimaan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) pada website Peer to Peer Lending. Lebih lengkap dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Koinworks.com
Variabel
Independen
Keputusan Kredit
Uji R2 McFadden Uji Likelihood
Ratio Uji Z
UMKM
Interpretasi Hasil
Regresi Probit
Ya (1) Tidak (0)
62
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian terdahulu yang
relevan, maka hipotesis yang akan diajukan kebenarannya secara empiris
adalah :
Ho1 : Credit Rating tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ha1 : Credit Rating memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ho2 : Income Range tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan
penerimaan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dalam pembiayaan Peer to Peer Lending
Ha2 : Income Range memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ho3 : Loan Purpose tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ha3 : Loan Purpose memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
63
Ho4 : Loan Term tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ha4 : Loan Term memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
Ho5 : Requested Amount tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan
penerimaan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dalam pembiayaan Peer to Peer Lending
Ha5 : Requested Amount memiliki pengaruh terhadap keputusan penerimaan
pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
pembiayaan Peer to Peer Lending
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan data cross section dengan
tujuan untuk menganalisa faktor-faktor penentu alokasi pemberian kredit untuk
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada website Peer to Peer
Lending dengan mengukur faktor-faktor yang menentukan keputusan
pemberian kredit pada UMKM dalam pembiayaan Peer to Peer Lending. Alat
ukur sekaligus variabel dalam penelitian ini diukur dengan indikator credit
rating, income range, loan purpose, loan term, dan requsted amount.
Objek dalam penelitan ini adalah perusahaan-perusahaan yang masuk
ke dalam kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Perusahaan-
perusahaan yang dipilih adalah mereka yang menggunakan fasilitas kredit untuk
bisnis pada website Koinworks.com. Dipilihnya Koinworks.com sebagai objek
penelitian dikarenakan Koinworks merupakan perusahaan Peer to Peer Lending
pertama di Indonesia dan situs Peer to Peer Lending yang paling dominan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sanusi (2011) Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang
menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan. Kumpulan elemen tersebut menunjukkan jumlah, sedangkan ciri-
ciri tertentu menunjukkan karakteristik dari kumpulan itu. Populasi dalam
65
penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
mengajukan pinjaman melalui platform Peer to Peer Lending.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan dengan tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Adapun
pememilihan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang mengajukan pinjaman melalui platform Peer to
Peer Lending per April 2017 untuk keperluan bisnisnya.
2. Mengajukan pinjaman melalui website koinworks.com selambat-lambatnya
pada April 2017.
3. Perusahaan memiliki data ringkasan mengenai informasi usaha dan data
pengajuan kredit yang diperoleh dari www.koinworks.com
Berikut adalah rincian dari kriteria sampel perusahaan pada penelitian ini :
Tabel 3.1. Tabulasi Sampel
Semua pinjaman ( pinjamanbisnis, pendidikan, dan kesehatan )
pada koinworks.com hingga April 2017
248
UMKM yang mengajukan pinjaman bisnis pada koinworks.com
hingga April 2017
(31)
UMKM yang termasuk pada sektor perdagangan (35)
UMKM yang memiliki data lengkap terkait variabel yang diteliti (11)
Jumlah sampel penelitian 171
Sumber : Koinworks.com (data diolah peneliti)
66
C. Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari observasi, beserta analisis secara langsung terhadap
informasi ketentuan alokasi kredit dari perusahaan Koinworks.com. Data
sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data
sekunder diperoleh dari website Koinworks.com, Kementrian Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Bank Indonesia yang didownload
melalui internet.
Observasi ( observation), merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya.
Observasi bisa dilakukan dengan mengamati subyek, obyek, maupun kejadian-
kejadian yang terjadi pada responden tanpa mengajukan pertanyaan. Observasi
bisa dilakukan terhadap perilaku maupun nonperilaku dari responden. Salah
satu obsearvasi nonperilaku yaitu observasi terhadap catatan, teknik ini
digunakan dengan maksud untuk mengamati secara cermat megamati catatan-
catatan yang dibuat oleh instansi pemerintah maupun swasta, seperti catatan
dari Kementrian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, Bank Indonesia,
dan Otoritas Jasa Keuangan.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknik analisa apa yang
akan digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,
termasuk pengujiannya (Sanusi, 2011). Teknik analisa data merupakan cara
67
atau metode pengumpulan data atau pengukuran variabel yang di dalamnya
terdapat banyak muatan analisis yang penting dan harus dikuasai oleh peneliti.
Sedangkan data yang dianalisis oleh peneliti berupa data kualitatif dan
kuantitatif.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan regresi probit. Analisis deskriptif dilakukan untuk
menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan dan model yang menjelaskan
faktor-faktor yang menentukan pemberian kredit dalam penelitian ini
menggunakan analisa dengan regresi probit.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
tentang responden yang menjadi obyek penelitian dan memberikan gambaran
mengenai tanggapan responden atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan data dari variabel yang
diteliti. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis ini adalah dengan
menggunakan frekuensi dan rata-rata. Untuk menganalisis kecenderungan
dapat pula menggunakan analisis trend.
a. Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan oleh peneliti biasanya masih berupa data mentah
dan tidak beraturan sehingga sulit untuk dideskripsikan. Sehingga data-data
tersebut perlu dikelompokkan dengan cara disusun secara berkelas. Daftar
yang memuat data berkelompok dimaksud dengan distribusi frekuensi.
68
Sedangkan distribusi frekuensi merupakan susunan data menurut kelas
interval tertentu atau kategori tertentu didalam sebuah daftar.
b. Rata-Rata Hitung
Rata-rata hitung merupakan nilai yang menunjukkan pusat diantara nilai-
nilai yang ada dalam pengamatan. Rata-rata disebut pula titik penyeimbang
dari sekumpulan data antara nilai yang ada di sebelah kirinya dengan nilai
di sebelah kanannya. Berikut rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung rata-rata dari sebuah data:
Untuk data yang tidak tersusun:
Untuk data yang tersusun:
Keterangan :
Fi = frekuensi pada interval kelas ke-1
Xi = titik tengah dari interval kelas ke-1
∑ 𝑓𝑖 = n
2. Regresi Probit
Pasar pinjaman P2P memiliki dua jenis pelaku, yaitu peminjam
(perusahaan) yang diindeks dengan j dan pemberi pinjaman diindeks dengan
69
i. Peminjam menentukan jumlah pinjaman yang diinginkan Lj, dan suku
bunga Ij mereka bersedia membayar. jumlah pinjaman yang diinginkan
pemohon j didanai jika ada setidaknya N pemberi pinjaman bersedia untuk
menyediakan dana sehingga ∑𝑀𝑖=1 Li = Lj . Kesediaan pemberi pinjaman
untuk memberikan pinjaman kepada peminjam j tergantung pada
probabilitas peminjam dari kegagalan pj. Pemberi pinjaman tidak
mengamati pj; namun mereka dapat menyimpulkan pj dari pengamatan
karakteristik potensi peminjam di vektor xi. Demikian juga, kecenderungan
peminjam untuk membayar kembali pinjaman dapat disimpulkan dari ciri-
ciri yang dapat mereka amati. Sebagai titik awal, dalam model kredit
ekstensi/kegagalan, biarkan Yi menjadi indikator yang menunjukkan pilihan
mana yang telah berlangsung [misalnya jika pinjaman tersebut disetujui =
1, yang lain 0; dan apakah pinjaman gagal = 1 yang lain 0]. Model probit
dapat dinyatakan sebagai berikut:
yi* = β xi + ui
yi = {1
0
yi* adalah utilitas yang tidak teramati dari pembuat keputusan. Ini adalah
fungsi dari sistematis β x komponen, di mana xi adalah vektor dari variabel
bebas, β adalah vektor dari estimasi parameter yang dapat berubah pada
pilihan (memperpanjang/menolak; gagal/membayar), ui adalah istilah
If yi* ≤ 0
If yi * > 0
70
gangguan acak yang tidak teramati. Karena kami hanya mengamati
komponen sistematis utilitas, kami tidak dapat memprediksi dengan pasti
pilihan masing-masing pembuat keputusan. Kami hanya bisa mencoba
untuk menilai probabilitas bahwa pengambil keputusan akan memilih setiap
alternatif.
Parameter dari model probit diperkirakan dengan metode
kemungkinan maksimum. Sejak yi* sama dengan β xi + ui, probabilitas
bahwa yi> 0 sama dengan probabilitas bahwa β xi> 0, atau, sama,
probabilitas bahwa (ui> - β xi). Oleh karena itu, kami dapat menulis
probabilitas bahwa yi sama dengan satu sebagai probabilitas bahwa (ui> - β
xi) sehingga:
Pr (yi= = Pr (yi
* >0| xi )
= Pr (β xi + ui> 0| xi )
= Pr (ui > - β xi )
= 1-N (𝛽 𝑥𝑖
ϥ ) [integrate]
= ϕ ( βxi )
ϕ adalah fungsi distribusi kumulatif normal baku (kami menggunakan ϕ = 1
sebelumnya; tersirat oleh standar distribusi normal). Fungsi kemungkinan
untuk model ini adalah: L = Π [ϕ ( -β xi ) Π [ 1 – ϕ ( - β xi ) ].
Untuk model persamaan regresi probit dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
71
Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y1 = kemungkinan kredit diterima atau ditolak
X1 = Credit rating
X2 = Income range
X3 = Loan purpose
X4 = Loan term
X5 = Requested amount
3. Uji Signifikansi
a. Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Imam Ghozali, 2011: 97).
Hitungan R2 yang umum sangat terbatas untuk model respos
dikotomi. Sehubungan dengan nilai X dan Y yang diberikan, Y harus
bernilai 0 atau 1. Oleh karena itu, semua nilai Y harus berada pada garis
X atau garis X = 1. Jadi, secara umum tidak akan ada LPM yang sesuai
72
dengan pola menyebar, baik berupa LPM yang tidak dibatasi maupun
dipotong atau dibatasi. Hasilnya adalah perhitungan yang umum untuk
R2 akan cenderung bernilai jauh lebih rendah dari 1 untuk model
tersebut. Dalam praktiknya, nilai R2 berkisar antara 0,2 hingga 0,6
sudah termasuk tinggi, sedangkan nilai di atas 0,8 hanya akan terjadi
apabila sebaran nilai aktual sangat dekat berada di sekitar titik A dan B.
Dalam hal ini, nilai prediksi Yi akan sangat dekat kepada 0 atau 1 (
Gujarati, 2012 : 179 ).
Karena alasan ini, John Aldrich dan Forrest Nelson berpendapat
bahwa penggunaan koefisien determinasi sebagai ringkasan statistik
untuk model dengan variabel dependen bersifat kualitatif harus
dihindari.
b. Uji Parsial (uji z)
Tujuan dari uji parsial adalah untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)
secara parsial. Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α =5%) atau
tingkat keyakinan sebesar 0,95. Hipotesis dirumuskan sebagai
berikut :
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
73
c. Uji Simultan (Uji likelihood ratio)
Uji statistik likelihood ratio (LR) untuk menguji apakah semua
variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen. Uji statistik likelihood ratio (LR) sebagaimana uji F pada
regresi metode OLS. Uji LR dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai chi-square hitung dan chi-square tabel, jika nilai chi-square hitung
> nilai chi-square tabel, maka menolak Ho yang berarti semua variabel
mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka
menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas seara bersama-sama
tidak mempengaruhi variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Menjelaskan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur variabel-
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Berikut adalah definisi
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Brigham dan Houston,
2012) :
1. Variabel Dependen
Penelitian ini menganalisa faktor-faktor apa saja yang memungkinkan
pembiayaan dalam Peer to Peer Lending dapat didanai dalam pasar ini.
Seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya (Reabetswe, 2014),
variabel dependen yang digunakan untuk mengukur alokasi kredit adalah
dengan keputusan diterima atau tidaknya pembiayaan tersebut. Variabel
dummy digunakan untuk mengukur keputusan alokasi kredit dalam
74
penelitian ini; 1 untuk pengajuan pinjaman yang diterima (approve) dan 0
untuk pembiyaan yang tidak diterima (rejected). Dalam website Koinworks
pembiayaan yang sukses harus mencapai 100% dari target yang diajukan.
Dalam penelitian ini, kami mengukur perusahaan yang berhasil
mendapatkan pendanaan hingga 100% berarti pembiayaan perusahaan
tersebut telah diterima.
2. Variabel Independen
Dalam Penelitian ini, indikator variabel yang digunakan dalam
variabel independen ini adalah credit grade, income range, loan term, loan
purpose, dan requested amount ( jumlah pinjaman yang diajukan). Semua
variabel tersebut sering digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya
dan dijadikan sebagai faktor yang memiliki peranan penting dalam
menolong lenders yang potensial untuk mendiversifikasi risiko peminjam.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
No Variabel Penjelasan
1 Keputusan Kredit Menggunakan Variabel Dummy dengan penjelasan sebagai
berikut; 1 = Untuk Pinjaman yang berhasil terdanai, 0 =
untuk pinjaman yang tidak terdanai.
2 Credit Rating Pengklasifikasian rating kredit UMKM yang
menggambarkan besaran bunga yang ditawarkan oleh usaha
tersebut. Variabel ini menggunakan variabel dummy
dengan indikator A = 1, B = 2, C = 3, D = 4, E = 5
3 Income Range Pendapatan hasil penjualan yang diperoleh oleh UMKM
perbulannya. Menggunakan variabel dummy dengan
75
rincian ; 1 = 1 Juta – 25 Juta, 2 = 26 Juta – 50 Juta, 3 = 51
Juta – 75 Juta, 3 = 76 Juta – 100 Juta, 4 = di atas 100 Juta
4 Loan Term Jangka waktu kredit yang diajukan oleh borrowers. 1 = 6
bulan, 2 = 12 bulan, 3 = 18 bulan, 4 = 24 bulan
5 Loan Purpose Tujuan pinjaman yang diajukan, 1 = inventory purchase, 2
= business expansion, 3 = capital purchase, 4 = cash flow, 5
= lainnya
6 Requested Amount Jumlah pinjaman yang diajukan oleh peminjam (borrowers)
; 1 = 1 Juta – 25 Juta, 2 = 26 Juta – 50 Juta, 3 = 51 Juta – 75
Juta, 3 = 76 Juta – 100 Juta, 4 = di atas 100 Juta
76
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Peer to Peer Lending di Indonesia
Sektor Financial Technology yang akrab disebut FinTech mengalami
banyak sekali perkembangan di Indonesia pada tahun 2016. Mulai dari
perkembangan secara kuantitas (bertambahnya jumlah perusahaan FinTech
baru) sampai peningkatan potensi, bisa dibilang FinTech menjadi terdepan
dibandingkan sektor bisnis yang lain. Walaupun ada kritik yang mengatakan
bahwa perkembangan FinTech di Indonesia terlambat dibandingkan di luar
negeri, namun kemunculan FinTech terus berkembang hal ini terbukti
dengan banyaknya pelaku usaha baru yang bergerak di bidang FinTech.
Gambar 4.1
Kegiatan FinTech di Indonesia
Sumber : Kegiatan FinTech di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan
77
Dengan berkembangnya FinTech di Indonesia, itu berarti
perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat. Hal ini disebabkan karena
dengan keberadaan FinTech, perekonomian Indonesia mengikuti dan
menjadi lebih sesuai dengan kemajuan teknologi terkini. Sektor FinTech
sendiri mencakup banyak sekali aspek keuangan. Mulai dari electronic
money, aggregator keuangan, crowdlending, crowdfunding, Peer to Peer
Lending, hingga virtual account. Salah satu FinTech yang berkembang pesat
hingga saat ini adalah Peer to Peet Lending (P2P) Lending yang dijadikan
sebagai alternatif pembiayaan inklusif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).
Peer to Peer Lending atau P2P Lending adalah mekanisme pinjaman
melalui platform marketplace digital seperti Koinworks yang memberikan
fasilitas bagi pemilik dana dengan peminjam dana agar keduanya punya
akses terhadap jasa keuangan yang lebih cepat, praktis, mudah, dan aman.
Platform P2P Lending adalah bentuk FinTech yang dalam beberapa tahun
terakhir berkembang cukup pesat di Asia, termasuk di Indonesia dengan
nilai investasi yang cukup tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. P2P
Lending pun dianggap sebagai solusi bagi program inklusi keuangan yang
belum bisa diacapai hanya dengan mengandalkan lembaga keuangan
tradisional bank dan nonbank.
Di Indonesia model pembiayaan Peer to Peer Lending mulai muncul
pada akhir tahun 2015 dan mulai berkembang sejak pertengahan 2016 serta
mulai disahkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir Desember
78
2016, sehingga masih dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan baru di
Indonesia. Lembaga-lembaga Peer to Peer Lending yang muncul di
Indonesia diantaranya adalah Koinworks, Modalku, Investree, Gandeng
Tangan, Amartha dan lain- lain.
FinTech diprediksi akan masih terus berkembang dan mengubah
perilaku serta sistem jasa keuangan di dunia. FinTech kini tidak lagi istilah
yang hanya dikenal sebagai istilah sulit dalam dunia ekonomi dan politik
karena keberadaannya sudah mulai banyak dirasakan oleh masyarakat
umum terutama bagi yang tertarik dengan investasi yang menguntungkan.
Peer to Peer Lending yang bisa subur di Indonesia merupakan salah satu
dampak dari berkembangnya FinTech di kalangan masyarakat. P2P
Lending dipandang sebagai investasi dengan resiko yang lebih minim,
sementara bagi para peminjam P2P Lending bisa dimanfaatkan untuk
mendapatkan dana dengan cara yang sangat mudah dengan sistem online.
2. Deskripsi Pembiayaan Peer to Peer (P2P) Lending Koinworks
KoinWorks.com (PT. Lunaria Annua Teknologi) adalah
penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi
informasi. Kegiatan pinjam-meminjam di KoinWorks.com diselenggaran
dengan metode Peer-to-Peer (P2P) Lending sebagaimana telah diatur dan
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan peraturan OJK
nomor 77/POJK.01/2016. KoinWorks yang berada dalam naungan PT
Lunaria Annua Teknologi sebagai penyelenggara layanan pinjam
79
meminjam uang berbasis teknologi informasi, Peer to Peer Lending (P2P
FinTech Lending), resmi terdaftar di dalam administrasi Direktorat
Kelembagaan dan Produk IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan
nomor registrasi S-1862/NB.111/2017.
Sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut, penyelenggara adalah
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang bertugas untuk menyediakan,
mengelola dan mengoperasikan situs KoinWorks.com (platform). Segala isi
dan materi yang ada pada situs KoinWorks.com ditujukan untuk
memberikan informasi dan bukan berupa penawaran maupun rekomendasi.
a. Jenis Pinjaman di Koinworks
Koinworks sebagai penyedia layanan Peer to Peer Lending tidak
hanya menyediakan layanan kredit untuk UMKM saja, Koinworks juga
menyediakan layanan pinjaman untuk kesehatan dan pendidikan.
Gambar 4.2
Jenis Pinjaman Koinworks
Sumber : www.koinworks.com, Jenis pinjaman
b. Syarat Pengajuan Pinjaman Usaha di Koinworks
Proses aplikasi dalam Koinworks bisa selesai dengan cepat dan
mudah, sebelum mengajukan pinjaman, hal-hal yang perlu disiapkan
oleh calon peminjam (borrowers) adalah sebagai berikut :
Usaha sudah berjalan minimal selama 2 tahun
80
Usaha yang dijalankan berdomisili di area Jabodetabek.
Rincian Usaha – Informasi dasar dan informasi keuangan selama
setahun terakhir.
Tujuan Pinjaman – Beritahukan alasan dan tujuan peminjaman.
Rincian Pemilik – Informasi mengenai data diri peminjam juga
informasi keuangan.
Apabila usaha berjalan melalui salah satu platform marketplace
mitra koinworks (seperti lazada, bukalapak, dll), calon peminjam
bisa melakukan aplikasi pengajuan pinjaman melalui platform
tersebut dan bisa mendapatkan bunga yang lebih rendah.
c. Tingkat Suku Bunga Pinjaman di Koinworks
Pinjaman di Koinworks diberikan nilai atau skor mulai dari A1
hingga E5, dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rincian mengenai
tingkatan skor pinjaman di Koinworks dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 4.3
Klasifikasi Skor kredit
Sumber : www.koinworks.com, klasifikasi skor kredit
81
Skor tersebut menjelaskan kemampuan peminjam untuk
membayar pinjamannya. Berikut beberapa aspek yang diperhatikan saat
melakukan penilaian kredit pinjaman oleh Koinworks :
Tujuan Pinjaman
Koinworks melakukan penilaian berdasarkan tujuan pinjaman dan
rencana penggunaan di balik pengajuan pinjaman pelaku usaha.
Pelanggan
Koinworks mengevaluasi siapa pelanggan dari si peminjam dan
bagaimana reaksi mereka terhadap produk dan perusahaan yang
dijalankan oleh peminjam.
Kapasitas Peminjam
Koinworks melakukan penilaian dengan sangat ketat dan seksama,
apakah peminjam mampu membayar pinjamannya berdasarkan
kumpulan data yang telah kami terima dan teliti secara menyeluruh
mencakup aspek keuangan dan data informasi usaha yang
dijalankannya.
Jaringan
Koinworks juga melakukan penilaian berdasarkan jaringan
Peminjam dalam komunitas kami. Apabila Peminjam memiliki
jaringan yang luas maka akan lebih banyak pula Investor yang
membantu memenuhi pinjaman.
82
B. Analisis Data
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang menentukan alokasi
kredit pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam konteks
pembiayaan Peer to Peer Lending (P2P) pada website Koinworks.com.
Tingginya pertumbuhan UMKM menyebabkan meningkatnya kebutuhan
sumber permodalan untuk perkembangan usahanya juga, namun lembaga
penyedia pembiayaan untuk UMKM masih banyak mengalami kendala dan
masih menggunakan sistem tradisional. Diketahui bahwa Peer to Peer Lending
merupakan salah satu lembaga alternatif pembiayaan untuk UMKM yang baru
berkembang di Indonesia dan ditargetkan akan menjadi lembaga pembiayaan
yang inklusif untuk pelaku UMKM. Peer to Peer Lending adalah sebuah layanan
online untuk pinjam dan meminjamkan uang, di mana pemilik bisnis
dihubungkan dengan calon pemberi pinjaman. Sistem online ini mengurangi
biaya dan inefisiensi sistem perbankan tradisional dan menawarkan nilai lebih
bagi para pendana dan peminjam.
Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software Microsoft Excel dan Eviews 8 Enterprise Edition. Langkah pertama
yang dilakukan adalah menentukan sampel yang akan diteliti dengan
menggunakan purposive sampling. Sampel yang diteliti adalah Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengajukan pembiayaan pada
koinworks.com. Jumlah UMKM yang menggunakan fasilitas kredit Peer to Peer
Lending (baik yang terdanai atau tidak) pada website koinworks.com sebanyak
171 dari 217 UMKM. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data
83
yang dibutuhkan terkait dengan proksi rating pinjaman, range pendapatan
(Income Range), tujuan pinjaman ( Loan Purpose), jangka waktu pinjaman
(Loan Term), dan jumlah yang dipinjam ( Requested Amount ) yang di dapat dari
website koinworks.com.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Berikut disajikan mengenai gambaran variabel yang diteliti yang
disajikan dalam tabel statistik deskriptif.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Keputusan Kredit
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Keputusan
Kredit
171 0.000000 1.000000 0.935673 0.246056
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel dependen
Keputusan Kredit memiliki rata-rata (mean) sebesar 0.93 dan standar deviasi
sebesar 0.25. Hal ini berarti rata-rata Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) dalam sampel penelitian yang pengajuan pembiayaan kreditnya
berhasil diterima dan didanai sebesar 0.93, sisanya 0.07 tidak terdanai. Nilai
terendah (minimum) sebesar 0.00 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 1.00,
hal ini dikarenakan variabel keputusan kredit termasuk ke dalam variabel biner.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Credit Rating
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Credit Rating 171 1.000000 5.000000 2.508772 0.896847
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
84
Pada variabel independen, credit rating mempunyai rata-rata 2.50. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata pembiayaan yang berhasil terdanai dalam
pinjaman Peer to Peer Lending pada UMKM yang diteliti sebesar 2.50. Nilai
standar deviasi variabel credit rating sebesar 0.89, sedangkan nilai minimum
dan maksimum sebesar 1.00 dan 5.00.
Perhitungan statistik di atas menjelaskan bahwa rata-rata pendanaan yang
berhasil didanai ada pada rata-rata rating kredit 2.50 atau diantara nilai B dan
C. Hal ini menunjukkan bahwa setiap lenders akan menginvestasikan uangnya
jika usaha tersebut berada di range kredit B – C.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Income Range
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Income Range 171 1.000000 5.000000 2.988304 1.652052
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
Pada Variabel income range memiliki nilai minimum dan maksimum
masing-masing sebesar 1.00 dan 5.00, sedangkan nilai standar deviasi dan rata-
rata masing-masing sebesar 1.65 dan 2.98. Dengan rata-rata sebesar 2.98. Nilai
minimum 1.0 menunjukkan pendapatan minimum yang berada di range 1 yaitu
1 Juta – 25 Juta dan nilai maksimum 5.0 adalah maksimum dari range
pendapatan yaitu di atas 100 Juta. Dalam analisis deskriptif tersebut nilai rata-
rata (mean) berada pada angka 2.98 yang berarti bahwa setiap pemberi
pinjaman (lenders) memberikan pinjaman pada usaha yang memiliki rata – rata
pendapatan pada range 2.98 atau jika dibulatkan menjadi 3.00 yaitu pada angka
51 Juta – 75 Juta.
85
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Loan Purpose
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Loan Purpose 171 1.000000 5.000000 1.602339 0.936071
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
Pada variabel loan purpose, memiliki nilai rata-rata 1.60, nilai standar
deviasi sebesar 0.93, serta nilai maksimum dan minimum sebesar 1.00 dan 5.00.
Nilai minimum 1.0 menunjukkan nilai pertama tujuan pinjaman usaha yaitu
untuk pembelian perlengkapan usaha (inventory) dan nilai 5.0 menunjukkan
nilai akhir tujuan pinjaman, yaitu untuk keperluan bisnis lainnya. Angka rata-
rata pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata usaha yang mengajukan
pinjaman pada website Peer to Peer Lending adalah untuk keperluan ekspansi
bisnis dan pembelanjaan modal yang berada diantara range 1 dan 2.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Loan Term
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Loan Term 171 1.000000 4.000000 2.538012 0.928322
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
Pada loan term mempunyai rata-rata 2.50. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata usaha yang mengajukan pinjaman pada website Peer to Peer Lending
untuk pinjaman dalam jangka waktu 12 bulan dan 18 bulan yang berada pada
range 2 dan 3. Nilai standar deviasi variabel loan term sebesar 0.92, sedangkan
nilai minimum dan maksimum sebesar 1.00 dan 4.00.
86
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Requested Amount
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Requsted
Amount
171 1.000000 5.000000 2.526316 1.642508
Sumber : Hasil Pengolahan Data Melalui Eviews 8.0
Pada Variabel requested amount memiliki nilai minimum dan maksimum
masing-masing sebesar 1.00 dan 5.00, nilai minimum ini menunjukkan batas
bawah jumlah biaya yang diajukan dan batas maksimum merupakan jumlah
maksimal dana yang diajukan. Sedangkan nilai standar deviasi dan rata-rata
masing-masing sebesar 1.64 dan 2.53. Dengan rata-rata sebesar 1.65%, hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pelaku usaha mengajukan pinjamannya pada
range 1 dan 2 yaitu sebesar 1 Juta – 25 Juta dan 26 Juta – 50 Juta.
2. Analisis Regresi Probit
Studi empiris ini menjelaskan hasil analisis dengan menggunakan
analisis regresi Probit yang di jelaskan pada tabel 4.10. Selain itu dalam
penelitian ini, peneliti menambahkan robustness check untuk mengontrol
multikoliniearitas.
Menurut Gujarati dan Porter (2012:173-175) serta Winarno (2011:6.3),
model regresi respon kualitatif sering juga disebut sebagai model
probabilitas. Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan asumsi
normalitas karena, sama seperti variabel dependen, galat/residual hanya
memiliki dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli
(1 jika kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak terjadi). Kelemahan ini
87
tidak begitu masalah karena akan menghasilkan estimator yang BLUE,
apabila datanya semakin banyak, distribusinya akan semakin mendekati
normal. Selain itu, Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik
mengabaikan heteroscedacity artinya variabel dependen tidak memerlukan
homoscedacity untuk masing-masing variabel independen.
a. Uji Koefisien Determinasi ( R2 McFadden )
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden)
McFadden R-squared 0.185171 Mean dependent var 0.935673
S.D. dependent var 0.246056 S.E. of regression 0.241467
Akaike info criterion 0.459195 Sum squared resid 9.620533
Schwarz criterion 0.569429 Log likelihood -33.26118
Hannan-Quinn criter. 0.503923 Deviance 66.52237
Restr. Deviance 81.63962 Restr. log likelihood -40.81981
LR statistic 15.11725 Avg. log likelihood -0.194510
Prob(LR statistic) 0.009873
Sumber : data diolah dengan menggunakan Eviews 8.0
Dalam regresi probit, tidak dapat menggunakan nilai
koefisien determinasi R2 konvensional untuk mengukur kebaikan
garis regresi. Sebagi penggantinya, digunakan koefisien determinasi
yang dikembangkan oleh McFadden atau disingkat R2McF. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa variabel bebas (credit rating, income
range, loan purpose, loan term, dan requsted amount) dalam model
mampu menerangkan pebahan probabilitas diterimanya pembiayaan
kredit pada website Peer to Peer Lending sebesar 1.85% dan
88
selebihnya 98.15% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Menurut Gujarati dan Porter (2012 : 199), penting untuk diketahui
bahwa dalam model bervariabel dependen yang biner, goodness of
fit adalah nomor dua, yang paling penting adalah nilai koefisien
variabel bersifat positif atau negatif, dan signifikansi nilai secara
statistik dan/atau praktik. John Aldrich dan Forrest Nelson juga
berpendapat bahwa penggunaan koefisien determinasi sebagai
ringkasan statistik untuk model dengan variabel dependen bersifat
kualitatif harus dihindari.
b. Uji Likelihood Ratio ( Uji LR)
Tabel 4.8
Uji Likehood Ratio (Uji LR)
McFadden R-squared 0.185171 Mean dependent var 0.935673
S.D. dependent var 0.246056 S.E. of regression 0.241467
Akaike info criterion 0.459195 Sum squared resid 9.620533
Schwarz criterion 0.569429 Log likelihood -33.26118
Hannan-Quinn criter. 0.503923 Deviance 66.52237
Restr. Deviance 81.63962 Restr. log likelihood -40.81981
LR statistic 15.11725 Avg. log likelihood -0.194510
Prob(LR statistic) 0.009873
Sumber : data diolah dengan menggunakan Eviews 8.0
Uji statistik likelihood ratio (LR) untuk menguji apakah
semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen. Uji statistik likelihood ratio (LR) sebagaimana uji F pada
regresi metode OLS. Uji LR dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai chi-square hitung dan chi-square tabel, jika nilai chi-square hitung
89
> nilai chi-square tabel, maka menolak Ho yang berarti semua variabel
mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka
menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-
sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai LR statistik atau chi-
square hitung adalah 15.11725, sedangkan nilai chi-square tabel df 5,
= 0.05 diperoleh sebesar 11.070. Nilai LR statistik atau chi-square
hitung ( 15.11725) > nilai chi-square tabel (11.070), maka
keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha yang berarti semua
variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen.
c. Uji Statistik Z
Tabel 4.9 Uji Z
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 0.260501 1.068247 0.243858 0.8073
CREDIT_RATING -0.235066 0.259517 -0.905783 0.3651
INCOME_RANGE -0.140325 0.114053 -1.230353 0.2186
LOAN_PURPOSE 0.548119 0.323826 1.692637 0.0905
LOAN_TERM 0.331021 0.112944 2.930836 0.0034
REQUESTED_AMOUNT 0.440724 0.171212 2.574138 0.0100
Sumber : data diolah dengan menggunakan Eviews 8.0
Uji Z dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individual mempengruhi variabel dependen. Uji Z dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas terhadap , jika
nilai probabilitas < , maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel
90
independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai
probabilitas > , maka Ho diterima yang berarti bahwa variabel
independen terhadap variabel dependen.
Berikut ini adalah Uji Z dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen :
1) Variabel Credit Rating
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen credit rating sebesar 0.3651. Bila
dibandingkan dengan (0.05), sehingga dapat diambil keputusan
untuk menerima Ho dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel credit rating tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan kredit.
2) Variabel Income Range
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen income range sebesar 0.2186. Bila
dibandingkan dengan (0.05), sehingga dapat diambil keputusan
untuk menerima Ho dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel income range tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan kredit.
3) Variabel Loan Purpose
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen loan purpose sebesar 0.0905. Bila
dibandingkan dengan (0.10), sehingga dapat diambil keputusan
91
untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel loan purpose berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan kredit. Semakin spesifik dan jelas tujuan
pengajuan pinjaman akan memperbear kemungkinan lenders
memberikan pinjamannya kepada usaha tersebut.
4) Variabel Loan Term
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen loan term sebesar 0.0034. Bila dibandingkan
dengan (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak
Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
loan term berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
kredit. Jika jangka waktu (loan term) pinjaman semakin lama,
maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberi
pinjaman (lenders) untuk mengnvestasikan uangnya pada usaha
tersebut. Pinjaman yang diberikan melalui website Peer to Peer
Lending perputarannya cenderung lebih cepat dibandinngkan
dengan pinjaman tradisional lainnya.
5) Variabel Requested Amount
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen requested amount sebesar 0.0100. Bila
dibandingkan dengan (0.05), sehingga dapat diambil keputusan
untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel requested amount berpengaruh secara signifikan
92
terhadap keputusan kredit. Jika jumlah pinjaman yang diminta oleh
peminjam (borrowers) semakin besar, maka akan mempengaruhi
terhadap keputusan lenders dalam memberikan pinjaman.
d. Persamaan Analisis Regresi Probit
Tabel 4.10
Hasil Estimasi Model Logit
Dependent Variable: KEPUTUSAN_KREDIT
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 06/01/17 Time: 23:21
Sample: 1 171
Included observations: 171
Convergence achieved after 5 iterations
QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C 0.260501 1.068247 0.243858 0.8073
CREDIT_RATING -0.235066 0.259517 -0.905783 0.3651
INCOME_RANGE -0.140325 0.114053 -1.230353 0.2186
LOAN_PURPOSE 0.548119 0.323826 1.692637 0.0905
LOAN_TERM 0.331021 0.112944 2.930836 0.0034
REQUESTED_AMOUNT 0.440724 0.171212 2.574138 0.0100 McFadden R-squared 0.185171 Mean dependent var 0.935673
S.D. dependent var 0.246056 S.E. of regression 0.241467
Akaike info criterion 0.459195 Sum squared resid 9.620533
Schwarz criterion 0.569429 Log likelihood -33.26118
Hannan-Quinn criter. 0.503923 Deviance 66.52237
Restr. deviance 81.63962 Restr. log likelihood -40.81981
LR statistic 15.11725 Avg. log likelihood -0.194510
Prob(LR statistic) 0.009873 Obs with Dep=0 11 Total obs 171
Obs with Dep=1 160
Sumber : data diolah menggunakan Eviews 8.0
Berdasarkan hasil output pada tabel di atas, diperoleh persamaan
model probit sebagai berikut :
93
Pr (Approval|1) = 0.260501 - 0.235066CR - 0.140325IR +
0.548119LP + 0.331021LT + 0.440724RA
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa :
1) Berdasarkan regresi di atas diperoleh koefisien regresi untuk
konstanta sebesar positif 0.260501 yang artinya memiliki
pengaruh yang postif. Hal ini mengindikasikan bahwa jika
variabel independen sama dengan 0, maka kemungkinan
keputusan pemberian kredit akan naik sebesar 26%.
2) Koefisien regresi credit rating (CR) sebesar negatif -0.235066
dan tidak berpengaruh signifikan pada = 5%. Jika menghitung
antilog dari 0.23, didapatkan hasil sebesar 𝑒0.23 = 1.25. Apabila
variabel lainnya dianggap konstan, maka jika terjadi penurunan
credit rating 1.25% tidak akan mempengaruhi keputusan
pemberian kredit pada UMKM . Angka penurunan tersebut
menunjukkan jika nilai rating kredit yang ditawarkan UMKM
itu buruk, tidak akan mempengaruhi keputusan lenders dalam
memberikan pnjamannya kepada UMKM, karena dalam
pembiayaan Peer to Peer lending koinworks, credit rating
tersebut menunjukkan tingkat bunga yang ditawarkan oleh
UMKM.
3) Koefisien regresi income range (IR) sebesar negatif -0.140325
dan tidak berpengaruh signifikan pada = 5%. Jika menghitung
antilog dari 0.14, didapatkan hasil sebesar 𝑒0.14 = 1.15. Apabila
94
variabel lainnya dianggap konstan, maka apabila terjadi
penurunan income range sebesar 1.15% tidak berpengaruh
terhadap keputusan kredit.
4) Koefisien regresi loan purpose (LR) sebesar positif 0.548119
dan berpengaruh signifikan pada = 10%. Jika menghitung
antilog dari 0.55, didapatkan hasil sebesar 𝑒0.55 = 1.73. Apabila
variabel lainnya dianggap konstan, maka jika tujuan pinjaman
semakin spesifik dan jelas untuk keperluan bisnisnya( dalam
aspek perluasan bisnis, pembelian bahan baku, tambahan
modal,dan cash flow ) akan lebih mudah bagi lenders dalam
memutuskan untuk memberikan pinjaman terhadap usaha
tersebut.
5) Koefisien regresi loan term (LR) sebesar positif 0.331021 dan
berpengaruh signifikan pada = 5%. Jika menghitung antilog
dari 0.33, didapatkan hasil sebesar 𝑒0.33 = 1.39 . Hal ini
mengindikasikan, setiap kenaikan 1% jangka waktu pengajuan
kredit (loan term) akan mempengaruhi kecepatan tingkat
pengembalian pinjaman oleh UMKM, semakin cepat maka akan
meningkatkan pemberian pinjaman.
6) Koefisien regresi requested amount (RA) sebesar positif
0.440724 dan berpengaruh signifikan pada = 5%. Jika
menghitung antilog dari 0.44, didapatkan hasil sebesar 𝑒0.44 =
1.55. Hal ini mengindikasikan, setiap kenaikan 1% jumlah
95
pinjaman yang diminta (requested amount), maka kemungkinan
meningkatnya kecenderungan memberikan pembiyaan
dikarenakan requested amount (jumlah pinjaman yang
diajukan) adalah sebesar 1.55%.
C. Interpretasi Hasil
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
regresi Probit. Uji regresi Probit digunakan sebagai alat analisis faktor-faktor
apa saja yang menentukan suatu pembiayaan dalam Peer to Peer Lending akan
dibiayai. Alasan menggunakan uji ini adalah variabel-varabel yang digunakan
bersifat biner dan lebih daru dua variabel.
Pada tahap ini akan disajikan uraian mengenai hasil uji statistik yang
telah dilakukan dengan acuan penelitian terdahulu. Pada pembahasan tabel
4.10 didapatkan hasil persamaan model Probit sebagai berikut :
Pr (Approval|1) = 0.260501 - 0.235066CR - 0.140325IR +
0.548119LP + 0.331021LT + 0.440724RA
Masing-masing slope pada persamaan ini adalah koefisien slope parsial
dan menghitung perubahan pada nilai estimasi probit akibat satu unit
perubahan pada nilai variabel (dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan). Interpretasi ini akan lebih berarti jika dalam bentuk peluang saja,
yaitu yang diperoleh dengan menghitung antilog dari koefisien-koefisien slope
( Gujarati dan Porter, 2012:200).
96
1. Variabel Credit Rating
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel credit rating tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan kredit sehingga tidak mampu
membuktikan hipotesis penelitian yang dibangun di mana terdapat
pengaruh antara credit rating dengan keputusan pemberian kredit. Hal ini
dikarenakan kurang dominannya credit rating sehingga variabel tersebut
belum cukup berperan sebagai penyeimbang pengambil keputusan dalam
pemberian pembiayaan untuk UMKM. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Reabetswe (2014), Weib et al (2008), Pope et al (2011), Herzenstein et al
(2011) jika penelitian tersebut menggunakan signifikan 0.05. Namun tidak
sesuai dengan penelitian Kumar (2007), Lin et al (2011), Baransika
(2011).
2. Variabel Income Range
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel income range tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan kredit sehingga tidak mampu
membuktikan hipotesis penelitian yang dibangun di mana terdapat
pengaruh antara variabel income range dengan keputusan pemberian
kredit. Hal ini dikarenakan kurang dominannya variabel income range
sehingga variabel tersebut belum cukup berperan sebagai penyeimbang
pengambil keputusan dalam pemberian pembiayaan untuk UMKM. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Kumar (2007), Lin et al (2011), Baransika
(2011).
97
Namun, penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pope et al (2011), Ravini (2008), Ashta et al (2009),
Weib et al (2010), Herzenstein et al (2011). Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa range pendapatan akan mempengaruhi kemampuan
peminjam (borrowers) dalam membayar cicilan kreditnya.
3. Variabel Loan Purpose
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel loan purpose
berpengaruh signifikan terhadap keputusan kredit sehingga mampu
membuktikan hipotesis penelitian yang dibangun di mana terdapat
pengaruh antara variabel loan purpose dengan keputusan pemberian
kredit. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa semakin jelas dan spesifik
tujuan pengajuan pinjaman yang berhubungan dengan kegiatan usahanya,
akan meningkatkan keputsan lenders dalam memberikan pinjamannya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baransika (2011) yang
menjelaskan bahwa tujuan pinjaman yang jelas akan mempengaruhi
keputusan lenders dalam memberikan pinjamannya. Perbedaan ini juga
dikarenakan adanya perbedaan tingkat signifikansi yang digunakan antar
peneliti.
4. Variabel Loan Term
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel loan term berpengaruh
signifikan positif terhadap keputusan kredit dan dapat membuktikan
hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun, dimana
terdapat pengaruh loan term terhadap keputusan kredit. Nilai koefisien
98
dari variabel loan term memiliki arah positif sebesar 0.331021. Jika
menghitung antilog dari 0.33 didapatkan hasil sebesar 𝒆𝟎.𝟑𝟑 = 1.39. Nilai
ini menunjukan bahwa setiap peningkatan kecepatan waktu pinjaman
sebesar 1% akan menaikan keputusan kredit sebesar 1.39% dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
Baransika (2011) lebih fokus meneliti pada pengaruh gender
terhadap keputusan pemberian keputusan kredit. Namun dalam penelitian
tersebut juga dibahas mengenai jangka waktu atau durasi pinjaman dalam
menentukan keputsan pemberian kredit. Dan hasil dari penelitian tersebut
membuktikan bahwa durasi kredit memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian kredit pada Peer to Peer Lending di
Jerman. Dan dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa gender
memberikan pengaruh yang berbeda dalam penentuan jangka waktu.
Dalam penelitian ini yang dilakukan pada salah satu Peer to Peer
Lending di Indonesia, Jangka waktu memiliki pengaruh yang signifikan
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0034 pada = 5%. Berdasarkan
analisis tersebut, durasi waktu pinjaman lebih menjadi perhatian khusus
bagi pemberi pinjaman untuk menginvestasikan dananya agar
perputarannya lebih cepat.
5. Variabel Requested Amount
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel requested amount
berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan kredit dan dapat
membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun,
99
dimana terdapat pengaruh requested amount terhadap keputusan kredit.
Nilai koefisien dari variabel requested amount memiliki arah positif
sebesar 0.440724. Jika menghitung antilog dari 0.44 didapatkan hasil
sebesar 𝒆𝟎.𝟒𝟒 = 1.55. Nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1%
pada jumlah pinjaman yang diajukan (requested amount) akan menaikan
keputusan kredit sebesar 1.55% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Temuan ini mendukung penelitian Kumar (2007), Freedman et al
(2008), Herzenstein et al (2011), dan Weib et al (2010) bahwa jumlah
biaya yang diajukan oleh peminjam (borrowers) memiliki pengaruh
terhadap keputusan pemberian pinjaman. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan bahwa pinjaman yang dilakukan pada website Peer to Peer
Lending adalah pinjaman yang berskala kecil sehingga ini cocok untuk
menciptakan lembaga pembiayaan yang inklusif bagi UMKM. Dalam
konteks Peer to Peer Lending juga pemberi dana (lenders) adalah
sekumpulan dari banyak orang tidak hanya satu pihak saja yang
memberikan bantuan pinjaman, sehingga jumlah pinjaman yang diajukan
oleh pelaku usahapun akan mempengaruhi keputusan mereka dalam
memberikan pinjaman. Berdasarkan penelitian Reabetswe (2014) juga
dijelaskan bahwa pinjaman pada website Peer to Peer Lending skalanya
kecil namun frekuensi pemberian pinjamannya cukup tinggi.
100
BAB V
SIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi keputusan alokasi kredit pada sebuah model pembiayaan
baru yaitu Peer to Peer Lending untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) yang mengajukan pinjaman melalui koinworks.com.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi model Probit,
dilakukan pengujian terhadap variabel credit rating, income range, loan
purpose, loan term, dan requested amount, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Loan Purpose berpengaruh posistif signifikan terhadap keputusan
pemberian kredit pada alpha 10%. Hal ini membuktikan bahwa tujuan
yang jelas dan spesifik menjadi bahan pertimbangan bagi pemberi
pinjaman (lenders) dalam memberikan pinjaman kepada usaha tersebut.
2. Hasil hipotesis memberikan bukti bahwa loan term dapat digunakan untuk
menjelaskan keputusan kredit pada lembaga Peer to Peer Lending di
Indonesia. Loan term dapat menjadi acuan bagi pemberi pinjaman untuk
mempertimbangkan perputaran uang yang dipinjamkannya. Dari 5
variabel loan term dan requested amount berpengaruh positif signifikan
terhadap keputusan pemberian kredit pada alpha 5%. Namun pada
variabel credit rating, income range, dan loan purpose tidak terbukti
101
mempengruhi keputusan pemberian kredit, hal ini dapat disebabkan
karena kurang dominannya varabel tersebut sebagai penyeimbang
keputusan pendanaan.
3. Variabel requested amount memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pemberian kredit. Hal ini dikarenakan jumlah pinjaman pada
website Peer to Peer Lending menjadi pertimbangan bagi para lenders
untuk memberikan pinjamannya. Pinjaman dalam konteks Peer to Peer
Lending cenderung kecil namun dilakukan secara kontinyu.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, adapun saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan Peer to Peer Lending
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
perusahaan penyedia jasa Peer to Peer Lending dalam menampilkan
informasi yang dibutuhkan oleh pendana (lenders) sebagai keputusan
pemberian kredit bagi usaha yang mengajukan pinjaman.
2. Lenders (Pemberi Pinjaman)
Penelitian ini dapat menjadi salah satu atau menambah pengetahuan
bagi para lenders untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kemungkinan suksesnya pembiayaan yang diajukan
pada website Peer to Peer Lending sehingga, lenders dapat
mengambil salah satu dari penelitian ini sebagai rujukan. Sehingga
102
lenders dapat memutuskan usaha-usaha apa saja yang akan didanai
dan dijadikan investasinya
3. Akademisi
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan untuk
menganalisa alokasi kredit pada platform Peer to Peer Lending di
Indonesia, bagi para akademisi penelitian ini diharapkan penelitian ini
dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan mengenai faktor
yang mempengaruhi alokasi kredit pada website Peer to Peer Lending
serta diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti
selanjutnya dalam meneliti faktor penentu alokasi kredit pada website
Peer to Peer Lending.
4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Bagi pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber informasi baru mengenai faktor
penentu alokasi kredit pada website Peer to Peer Lending. Sehingga dapat
dijadikan rujukan ketika akan mengajukan pinjaman usaha melalui
website Peer to Peet Lending. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberi informasi bagi pelaku usaha mengenai alternatif pembiayaan
berbasis teknologi yang dapat diakses oleh pelaku UMKM.
103
C. Saran
Adapun saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah :
1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel yang
berpengaruh terhadap alokasi kredit pada pembiayaan Peer to Peer
Lending yang tidak terdapat dalam penelitian ini, dikarenakan dalam uji
R2 masih terdapat variabel lain yang tidak terdapat dalam model yang
mempengaruhi keputusan pemberian kredit.
2. Menabah rentan periode penelitian, sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik dan representatif.
3. Meneliti mengenai default dalam pinjaman Peer to Peer Lending untuk
menilai seberapa besar risiko dalam pembiayaan ini.
D. Keterbatasan
Setelah dilakukan analisis dan interpretasi penelitian ini memiliki
keterbatasan, diantaranya :
1. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada variabel-variabel yang
terdapat pada informasi usaha yang terdapat di koinworks.
2. Penelitian ini tidak melihat secara rinci faktor atau variabel lain yang
mempengaruhi keputusan alokasi kredit bagi UMKM, baik dari segi
faktor internal maupun eksternal.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada suatu periode saja dan pada satu
perusahaan penyedia jasa Peer to Peer Lending.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ashta, A. and Assadi, D. "Online or Offline: The Rise of Peer-to-Peer Lending in
Microfinance", Journal of Electronic Commerce in Organizations, vol. 8,
no. 3, pp. 26-37. 2010
ATC , Ulrizh, Bholat ,David. “ Peer-To-Peer Lending And Financial Innovation
In The United Kingdom”. Jurnal. . 2016
ATC, Ulrizh, Bholat ,David. ”Peer-To-Peer Lending And Financial Innovation In
The United Kingdom”. Jurnal. 2016
Barasinska, N. "Does Gender Affect Investors’ Appetite for Risk? Evidence from
Peer-to-Peer Lending" DIW Berlin Discussion Paper No. 1125 Available at
SSRN: http://ssrn.com/abstract=1858719. 2011
Berger, A; Cowan, A and Frame, S . "The surprising use of credit scoring in small
business lending by community banks and the attendant effects of credit
availability, risk and profitability". Journal of Financial Services
Research.vol. 39, pp. 1 – 17. 2011
Berger, S and Gleisner, F. "Emergence of financial intermediaries in electronic
markets: The case of online P2P Lending", Business Research, vol. 2, no.
1, pp. 39-65. 2009
Budisan dan Triand, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, edisi 2, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Dapp, Thomas. “FinTech – The Digital (R)evolution in The Financial Sector”.
Germany : Deutsche Bank. 2014
Duarte, J., Siegel, S and Young, L. "Trust and Credit", AFA 2010 Atlanta Meetings
: SSRN http://ssrn.com/abstract=1343275. . 2010
Fabrice, Jean. Lobre, Katia. “Crowdsourcing” : One Step Beyond. London : FSC.
2013
Freedman, S and Jin, G. Z. "Do Social Networks Solve Information Problems for
Peer-to-Peer Lending? Evidence from Prosper.com" NET Institute
Working Paper No. 08-43. Available at SSRN:
http://ssrn.com/abstract=1304138. . 2008
Ghozali, Imam. Ratmono, Dwi. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika : Teori,
Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8”. Semarang : Undip. 2013
105
Gujarati, N Damodaran. Porter, C Dawn .”Dasar-Dasar Ekonometrika”. Edisi
Kedua. Jakarta Selatan : Salemba Empat. 2012
Herzenstein, M., Andrews, R. L., Dholakia, U. M and Lyandres, E. "The
Democratization of Personal Consumer Loans? Determinants of Success in
Online Peer-to-Peer Lending Communities," Discussion paper, University
of Delaware. 2008
Herzenstein, M., Dholakia, U. M., and Andrews, R. L. "Strategic herding behavior
in peer-to-peer loan auctions", Journal of Interactive Marketing, 25(1), 27-
36. 2011
Herzenstein, M., Sonenshein, S and Dholakia, U. M. "Tell Me a Good Story & I
May Lend You My Money: The Role of Narratives in Peer-to-Peer Lending
Decisions" : SSRN http://ssrn.com/abstract=1840668. . 2011
Howe, Jeff. “Crowdsourcing : Why The Power of The Crowd is Driving The Future
of Business”. New York : Crown Business. . 2008
Ismail. “Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi”. Jakarta: Prenada
Media Grup. 2010
Kasmir. “ Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.2008
Kumar, S. “Bank of one: Empirical analysis of Peer-to-peer marketplace",
Working Paper, AMCIS 2007 Proceedings, Paper 305. 2007
Lin, M., and Viswanathan, S. "Home Bias in Online Investments: An Empirical
Study of an OnlinCrowd Funding Market", working paper, available :
papers.ssrn.com. 2013
Muharam, A. “Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia”. Retrieved November 3, 2015, from Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia: www.depkop.go.id. 2015
Pope, D and Sydnor, J. "What “s in a picture? Evidence from Prosper.com", Journal
of Human Resources, vol. 46, no.1, pp. 53-92 Prenada Media Grup. 2011
Ravina, E. "Love & Loans: The Effect of Beauty & Personal Characteristics in
Credit Markets" Working Paper, Columbia GSB. 2008
Rivai, V., & Veithzal, A. P. “Credit Management Handbook: Teori, Konsep,
Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan
Nasabah”. Jakarta: Raja Grafindo.2007
106
Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, CSES PRESS ( Centre
for Social and Economics Studies), Jakarta, 2006
Ryadi, Slamet. Assifa, Ria Yunita. “Sokongan.com : Online Crowdfunding
Platform Sebagai Pilihan Pendanaan Bagi UMKM Sektor Pertnian,
Perikanan, dan Industri Kecil Terkait Berbasis Financial Technology”.
Karya Ilmiah. 2016
Sarwono, Jonatha. “Statistik Multivariat : Aplikasi untuk Riset Skripsi”.
Yogyakarta : ANDI OFFSET. 2013
Segal, Miriam. “ Peer-to-Peer Lending: A Financing Alternative for Small
Businesses”. Jurnal. 2015
Sulaiman, Wahid. “StatistikNon-Parametrik, Contoh Kasus dan Pemecahannya
dengan SPSS”. Yogyakarta: Andi. 2008
Sutojo, S. “Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus”. Jakarta: PT Damar
Mulia Pustaka. 2008
Sutrisno.”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi”. Yogyakarta:
Ekonesia. 2008
Umar, Hussein.” Metode Penelitian Untuk Sripsi dan Tesis Bisnis”. Jakarta: PT
Kendal. 2011
Weiß, N, Pelger, K and Horsch, A. "Mitigating Adverse Selection in P2P Lending
– Empirical Evidence from Prosper.com” : SSRN:
http://ssrn.com/abstract=1650774. 2010
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”.
Edisi kedua, Ekonosia, Yogyakarta, 2007.
Widarjono, Agus. “Analisis Multivariat Terapan, Edisi kedua”. Yogyakarta : UPP
STIM YKPN. 2015
www.koinworks.com
www.bi.go.id
www.depkop.go.id
www.komite-kur.com
www.gandengtangan.org
www.investree.com
www.modalku.com
108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Daftar Sampel Penelitian
Nama Usaha Industri
Privat 1 Perdagangan
Privat 2 Perdagangan
Privat 3 Perdagangan
Privat 4 Perdagangan
Privat 5 Perdagangan
GMT Harco Mangga Dua Perdagangan
Felice Boulangerie Perdagangan
Roy Shop Perdagangan
Nuraeni's Store Perdagangan
Resinda Fashion Perdagangan
OMG Game Toys Perdagangan
Bestway Online Perdagangan
Privat 6 Perdagangan
Butikwangi Store Perdagangan
Daymart Perdagangan
Kedirimart Perdagangan
Dections Perdagangan
Abadi Jaya Shop Perdagangan
Jaxine Sprei & Bedcover Perdagangan
Batik Pelangi Perdagangan
TUNTEX Perdagangan
MAGUS Perdagangan
Privat 7 Perdagangan
Kane-Kane Perdagangan
Virgo Shop Perdagangan
Sentra Kosmetik Perdagangan
Istana Accessories Perdagangan
Lbagstore Perdagangan
Privat 8 Perdagangan
Lukisan Canvas Custom Perdagangan
Giri Generation Perdagangan
SOCCERSTORE Perdagangan
Wallrosmart Cloth Perdagangan
Jnanacrafts Perdagangan
Gamotoys Perdagangan
109
Onbuff Perdagangan
Regina Footwear Perdagangan
Privat 9 Perdagangan
Wearlookalive Perdagangan
Club Roppang Perdagangan
Perfect Beauty Perdagangan
Node Kitchen Perdagangan
Clique Corner Computer Perdagangan
Plasa Mainan Perdagangan
Kopikina Perdagangan
Cantik Kerudung dan Word O Perdagangan
Jo & Nic Perdagangan
Privat 10 Perdagangan
Privat 11 Perdagangan
Lucky Store Perdagangan
Tanmar Perdagangan
Livaza.com Perdagangan
Lanjar Jaya Perdagangan
JCM Perdagangan
Lancar Jaya Perdagangan
Ozora Sprei Waterproof Perdagangan
MacBear ID Perdagangan
31Clan.ink Perdagangan
Harga-Gila Perdagangan
SR Shop Perdagangan
Kontraktor Interior dan MEP Perdagangan
Mapcomp Store Perdagangan
Kliknbuy Perdagangan
Privat 12 Perdagangan
Himmah Muslim Store Perdagangan
Mama Nara Shop Perdagangan
Alkasih Perdagangan
privat 13 Perdagangan
privat 14 Perdagangan
privat 15 Perdagangan
Privat 16 Perdagangan
Privat 17 Perdagangan
Privat 18 Perdagangan
Privat 19 Perdagangan
Privat 20 Perdagangan
Privat 21 Perdagangan
110
Vincci Perdagangan
Umbre Perdagangan
Alisha Shop Perdagangan
Privat 22 Perdagangan
Gadget Addict Store Perdagangan
Privat 23 Perdagangan
Privat 24 Perdagangan
Privat 25 Perdagangan
Anugerah Acc Perdagangan
Underpego Perdagangan
Anya-Living Perdagangan
Hasta Creative Perdagangan
Privat 26 Perdagangan
Smart Comp Perdagangan
Juragan Mainan Perdagangan
Fashion Watch Indo Perdagangan
Jayashree Batik Perdagangan
Privat Perdagangan
Serba Serbi Perdagangan
Warung Wisata Perdagangan
Perdagangan dan Jasa Kurir mitra JNE Perdagangan
Super Cemical ID Perdagangan
Ideeva Perdagangan
Privat 27 Perdagangan
Berkamera Perdagangan
Tomoinc Store Perdagangan
Gudang Grosir Perdagangan
Strawberry Pacth Perdagangan
Home Retail shop Perdagangan
Privat 28 Perdagangan
Bagor Store Perdagangan
Petshopku Perdagangan
Armor Military Perdagangan
IQ Mobile Perdagangan
Privat 29 Perdagangan
Cahaya Store Perdagangan
Senang Bahagia Perdagangan
Ninashop YN Perdagangan
Privat 30 Perdagangan
Advance Perdagangan
Tenda Murah Perdagangan
111
Thefool_id Perdagangan
Privat 31 Perdagangan
X Plus Pusat Grosir Perdagangan
Y'NKERS MERCH Perdagangan
Satuempatcom Perdagangan
X-One Perdagangan
Homiesstyle Perdagangan
IJS Part Perdagangan
Willyam Growing Perdagangan
Toserba Naura Perdagangan
Ondom Store Perdagangan
Espro Perdagangan
Razelta baby kids shop Perdagangan
Galaxy Cellular Perdagangan
Bakul Perdana Perdagangan
Aremafood Perdagangan
Libra Boys Bird Store Perdagangan
Peng Teh & Kopi Tarik Perdagangan
LICLAC Perdagangan
tengku Longdrain Perdagangan
Carbon Kevlar & Carbon water Perdagangan
Promo diskon Bandung Perdagangan
Pertanian Perdagangan
The COD Store Perdagangan
Sinar mbs Perdagangan
Finnix Store Perdagangan
Buys or Byes Perdagangan
Orithings Perdagangan
Krpet Perdagangan
Joval Olshop Perdagangan
RAN Collectibles Perdagangan
Kutastore Otaku Indo Perdagangan
Toto Suryo Perdagangan
Importir Sepatu China Perdagangan
Danratshop Perdagangan
99 Shop Perdagangan
Adidas Perdagangan
39skcell Perdagangan
Grosir Bandung Perdagangan
El-Diablos Perdagangan
Mapcomp Store Perdagangan
112
Ratu anti galau Perdagangan
Michgisstore Perdagangan
Celine Accessories Perdagangan
Afalah Perdagangan
smart ponsel Perdagangan
Qiz Boutique Perdagangan
Kimi Jewerly Perdagangan
Tumaso Fashion Store Perdagangan
Artisan Wath Perdagangan
Ebray Store Perdagangan
Privat 32 Perdagangan
Baku laris Perdagangan
Karya Sukses Mandiri Perdagangan
113
LAMPIRAN 2 : Hasil Pengelompokkan Variabel Penelitian
Nama Usaha KK HO KR IR RA LP LT
A 1 4 1 5 5 5 4
B 1 4 3 5 5 1 4
C 1 3 2 4 5 2 4
D 1 4 2 5 5 2 4
E 1 4 4 1 1 2 4
GMT Harco Mangga Dua 1 4 2 5 5 1 4
Felice Boulangerie 1 4 3 2 5 2 4
Roy Shop 1 4 2 5 5 2 3
Nuraeni's Store 1 4 4 1 2 1 4
Resinda Fashion 1 4 3 4 4 2 2
OMG Game Toys 1 4 3 2 3 2 2
Bestway Online 1 4 3 5 5 1 2
G 1 4 2 5 1 2 2
Butikwangi Store 1 4 1 5 4 1 4
Daymart 1 4 3 1 2 1 2
Kedirimart 1 4 1 2 5 3 4
Dections 1 4 2 4 2 2 4
Abadi Jaya Shop 1 4 2 2 5 2 4
Jaxine Sprei & Bedcover 1 4 1 5 5 1 4
Batik Pelangi 1 4 3 5 5 1 4
TUNTEX 1 2 1 5 5 2 2
MAGUS 1 2 4 1 1 1 2
I 1 4 2 1 2 3 1
Kane-Kane 1 4 2 2 1 1 2
Virgo Shop 1 4 1 5 5 1 2
Sentra Kosmetik 1 4 1 5 5 1 2
Istana Accessories 1 2 2 3 5 1 2
Lbagstore 1 4 1 5 5 1 2
J 1 4 4 3 4 2 3
Lukisan Canvas Custom 1 4 2 1 2 1 2
Giri Generation 1 4 4 1 2 2 2
SOCCERSTORE 1 4 1 5 4 1 2
Wallrosmart Cloth 1 4 2 5 1 1 4
Jnanacrafts 1 4 3 1 2 1 4
Gamotoys 1 4 2 5 4 1 3
Onbuff 1 4 3 5 2 2 2
114
Regina Footwear 1 4 1 5 5 3 4
Privat 1 4 1 5 3 1 2
Wearlookalive 1 4 3 1 1 1 4
Club Roppang 1 4 4 1 1 2 2
Perfect Beauty 1 3 2 5 5 1 2
Node Kitchen 1 4 2 2 1 2 1
Clique Corner Computer 1 4 2 5 4 1 4
Plasa Mainan 1 4 2 5 2 1 1
Kopikina 1 4 2 4 2 2 3
Cantik Kerudung dan Word O 1 4 2 5 5 1 4
Jo & Nic 1 4 1 5 5 1 3
Private 1 4 1 5 5 1 3
Privat 1 4 3 5 4 1 2
Lucky Store 1 4 1 5 5 1 4
Tanmar 1 4 4 1 1 2 2
Livaza.com 1 1 2 5 5 4 2
Lanjar Jaya 1 4 3 5 4 5 3
JCM 1 3 4 3 1 4 3
Lancar Jaya 1 4 1 5 5 2 3
Ozora Sprei Waterproof 1 4 1 5 5 1 4
MacBear ID 1 2 1 5 5 1 2
31Clan.ink 1 4 3 1 1 2 2
Harga-Gila 1 4 1 5 5 1 3
SR Shop 1 4 3 5 5 2 2
Kontraktor Interior dan MEP 1 2 1 5 5 2 2
Mapcomp Store 1 4 3 1 1 2 1
Kliknbuy 1 4 3 2 2 1 2
Privat 1 4 2 3 3 1 3
Himmah Muslim Store 1 4 2 2 1 1 2
Mama Nara Shop 1 4 3 1 1 1 2
Alkasih 1 4 2 5 1 1 1
Privat 1 4 2 1 1 1 2
Privat 1 4 3 1 1 2 2
Privat 1 4 3 5 2 1 4
Privat 1 4 3 1 1 1 2
Privat 1 4 2 5 3 1 2
Privat 1 4 2 3 1 3 2
Privat 1 3 3 3 2 1 3
Privat 1 4 2 3 2 3 3
Privat 1 4 2 3 5 2 4
Vincci 1 4 2 1 1 2 2
115
Umbre 1 4 2 1 1 2 2
Alisha Shop 1 4 1 5 5 1 2
Privat 1 4 3 1 1 3 1
Gadget Addict Store 1 4 1 5 4 1 2
Privat 1 4 2 5 2 3 2
Privat 1 4 3 1 1 2 2
Privat 1 4 2 2 1 1 2
Anugerah Acc 1 4 4 4 2 1 2
Underpego 1 4 2 2 2 1 4
Anya-Living 1 3 3 5 5 1 4
Hasta Creative 1 4 5 1 1 1 3
Privat 1 4 3 2 4 2 4
Smart Comp 1 4 2 5 5 1 4
Juragan Mainan 1 3 2 1 1 4 2
Fashion Watch Indo 1 4 3 4 2 1 3
Jayashree Batik 1 4 2 2 2 2 2
Privat 1 4 2 2 2 1 3
Serba Serbi 1 4 3 2 1 2 2
Warung Wisata 1 4 3 1 1 1 2
Perdagangan dan Jasa Kurir mitra JNE 1 4 3 5 1 2 2
Super Cemical ID 1 4 2 5 5 2 3
iDeeva 1 4 2 2 1 1 2
Privat 1 4 2 3 1 1 2
Berkamera 1 4 2 5 3 1 4
Tomoinc Store 1 4 3 5 1 1 2
Gudang Grosir 1 4 3 4 2 1 2
Strawberry Pacth 1 4 2 2 2 4 4
Home Retail shop 1 4 1 5 5 2 2
Privat 1 4 3 1 1 1 2
Bagor Store 1 4 3 2 2 1 2
Petshopku 1 4 2 5 5 3 4
Armor Military 1 4 2 3 2 1 2
IQ Mobile 1 4 2 1 5 1 2
Privat 1 4 3 3 4 4 2
Cahaya Store 1 4 3 2 1 2 2
Senang Bahagia 1 4 2 5 4 2 2
Ninashop YN 1 2 4 2 1 2 4
Privat 1 4 2 3 2 1 2
Advance 1 4 3 3 2 1 3
Tenda Murah 1 4 2 4 2 1 2
116
Thefool_id 1 4 4 1 1 1 1
Privat 1 4 3 3 4 2 4
X Plus Pusat Grosir 1 4 3 2 1 1 2
Y'NKERS MERCH 1 4 3 5 3 1 2
Satuempatcom 1 4 3 1 1 2 2
X-One 1 4 3 5 5 2 2
Homiesstyle 1 2 3 1 1 2 2
IJS Part 1 4 3 1 1 2 2
Willyam Growing 1 4 4 1 1 1 2
Toserba Naura 1 4 3 3 1 1 2
Ondom Store 1 4 3 1 1 1 2
Espro 1 4 3 2 2 1 1
Razelta baby kids shop 1 4 3 1 1 5 2
Galaxy Cellular 1 4 2 1 2 5 2
Bakul Perdana 1 4 3 1 1 1 1
Aremafood 1 4 2 3 2 1 4
Libra Boys Bird Store 1 4 2 2 1 1 2
Peng Teh & Kopi Tarik 1 4 3 1 1 1 1
LICLAC 1 4 2 2 1 2 2
tengku Longdrain 1 4 3 1 1 1 2
Carbon Kevlar & Carbon water 1 4 3 1 1 2 2
Promo diskon Bandung 1 4 3 2 1 2 3
Pertanian 1 4 3 1 1 2 4
The COD Store 1 4 3 1 1 1 2
Sinar mbs 1 4 4 3 2 1 2
Finnix Store 1 4 1 5 5 1 4
Buys or Byes 1 4 3 4 5 3 3
Orithings 1 4 3 1 1 1 4
Krpet 1 4 3 1 1 5 4
Joval Olshop 1 4 4 2 2 1 3
RAN Collectibles 1 4 3 2 1 1 2
Kutastore Otaku Indo 1 4 3 4 2 2 2
Toto Suryo 1 4 4 1 1 2 2
Importir Sepatu China 1 4 3 2 2 1 4
Danratshop 1 4 3 2 1 1 2
99 Shop 1 4 3 3 2 1 2
Adidas 1 4 4 1 1 1 2
39skcell 1 4 2 5 2 1 1
Grosir Bandung 1 4 3 2 2 1 4
El-Diablos 1 4 2 5 5 1 2
Mapcomp Store 1 4 2 5 2 1 4
117
Ratu anti galau 1 4 2 2 1 1 2
Michgisstore 1 4 3 2 1 1 2
Celine Accessories 0 4 3 3 2 1 2
Afalah 0 4 2 2 1 1 2
smart ponsel 0 4 2 1 1 1 2
Qiz Boutique 0 4 2 2 1 2 2
Kimi Jewerly 0 4 5 1 1 1 2
Tumaso Fashion Store 0 4 3 5 3 1 2
Artisan Wath 0 4 4 2 1 1 2
Ebray Store 0 4 2 2 1 1 2
Privat 0 4 3 4 2 1 2
Baku laris 0 4 4 2 1 2 2
Karya Sukses Mandiri 0 4 3 2 1 1 2
118
LAMPIRAN 3 : Contoh Informasi Peminjam (Borrowers) pada Website
Koinworks
119
120
121
LAMPIRAN 4 : Hasil Estimasi Model Probit
Dependent Variable: KEPUTUSAN_KREDIT
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 06/01/17 Time: 23:21
Sample: 1 171
Included observations: 171
Convergence achieved after 5 iterations
QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C 0.260501 1.068247 0.243858 0.8073
CREDIT_RATING -0.235066 0.259517 -0.905783 0.3651
INCOME_RANGE -0.140325 0.114053 -1.230353 0.2186
LOAN_PURPOSE 0.548119 0.323826 1.692637 0.0905
LOAN_TERM 0.331021 0.112944 2.930836 0.0034
REQUESTED_AMOUNT 0.440724 0.171212 2.574138 0.0100 McFadden R-squared 0.185171 Mean dependent var 0.935673
S.D. dependent var 0.246056 S.E. of regression 0.241467
Akaike info criterion 0.459195 Sum squared resid 9.620533
Schwarz criterion 0.569429 Log likelihood -33.26118
Hannan-Quinn criter. 0.503923 Deviance 66.52237
Restr. Deviance 81.63962 Restr. log likelihood -40.81981
LR statistic 15.11725 Avg. log likelihood -0.194510
Prob(LR statistic) 0.009873 Obs with Dep=0 11 Total obs 171
Obs with Dep=1 160