faktor-faktor yang mempengaruhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35866/2/razi...

141
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Periode 2011-2015) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Razi Nur Arif NIM : 1113081000132 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: dinhhanh

Post on 02-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS

RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(Periode 2011-2015)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Razi Nur Arif

NIM : 1113081000132

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2016 M

ii

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama : Razi Nur Arif

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Desember 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Delatinos Cluster La Vintage Blok P5/5

BSD, Serpong, Tangerang Selatan

No. Telepon : 085697652682

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

2000 – 2006 : SDN Batan Indah

2006 – 2009 : SMPN 11 Tangerang Selatan

2009 – 2012 : SMAN 2 Tangerang Selatan

2012 – 2014 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan

Syariah, CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas

Indonesia

2013 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi

Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendidikan Non Formal

2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah

2016 - Pelatihan Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah

Produk Unit Link

- Pelatihan Ekspor Impor

vii

ABSTRACT

The objective of this research was to analyze the effect of earnings

persistence, leverage, growth opportunities, CSR disclosure, and systematic risk

to the Earnings Response Coefficient (ERC) in companies listed on the Indonesia

Stock Exchange and analyze which variables are the most dominant influence

ERC.

The data used in this research are annual data from 2011 to 2015. The

sampling technique used in this research is purposive sampling. The objects of

this research are the companies in financial sector. There are 49 companies

selected which are still active and in a period of over five years of research to be

analyzed as a sample. The total sample are 245 financial statements and annual

reports. This study uses panel data regression analysis using Eviews 8.0 software

and Microsoft Excel 2016. The dependent variable in this study is the ERC, while

the independent variables are the earnings persistence, leverage, growth

opportunities, CSR disclosure, and systematic risk.

The results showed that there are significant simultaneously on the

variables of earnings persistence, leverage, growth opportunities, CSR disclosure,

and systematic risk to the ERC. Partially, the earnings persistence, leverage

proxied by DER, and CSR disclosure proxied by the ERC are significantly

influence the index, while the growth opportunities proxied by MBV and

systematic risk proxied by beta has no influence on the ERC.

Keywords: Earnings Response Coefficient, Earnings Persistence, Leverage,

Growth Opportunities, CSR Disclosure, Systematic Risk.

viii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persistensi

laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan resiko sistematik

terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) pada perusahaan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia dan menganalisis variabel manakah yang paling dominan

mempengaruhi ERC.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari 2011

sampai 2015. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan

sektor keuangan dan terpilih sebanyak 49 perusahaan yang masih aktif dan selalu

ada selama lima tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Total sampel

penelitian adalah 245 laporan keuangan dan laporan tahunan. Penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi data panel dengan menggunakan software

Eviews 8.0 dan Microsoft Excel 2016. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah ERC sedangkan variabel independen adalah persistensi laba, leverage,

kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan

variabel persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan

risiko sistematik terhadap ERC. Secara parsial, variabel persistensi laba, leverage

yang diproksikan oleh DER, dan CSR disclosure yang diproksikan oleh CSR

index berpengaruh signifikan terhadap ERC, sedangkan kesempatan pertumbuhan

yang diproksikan oleh MBV dan risiko sistematik yang diproksikan oleh beta

tidak memiliki pengaruh terhadap ERC.

Kata Kunci: Earnings Response Coefficient, Persistensi Laba, Leverage,

Kesempatan Pertumbuhan, CSR Diclosure, Risiko Sistematik.

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat

dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang

telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak

beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga

tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa

mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan

pahala dari sisi Allah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas

kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi ini. Penulis

juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini

banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun

materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Dadi Suryadi dan Ibu Elly Sutiah yang selalu

memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih

sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian

adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan

skripsi ini.

2. My Brother, Ridha Nur Amin, Reza Nur Arsyi, dan Rian Nur Aulia yang

selalu memberikan motivasi dan doa yang tulus selama ini. Semoga kita

menjadi anak yang selalu bisa menjadi kebanggan mama dan papa.

3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr.

Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid

x

selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku

Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I, yang

senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya

yang begitu besar pada penulis.

5. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

6. Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

7. Bapak Rahmatullah, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu

yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.

9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas

kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam

mengurus kebutuhan administrasi, keuangan dan lainnya khususnya Pak

Alfred, Pak Bonyx, Pak Ajib, dan Pak Gozali.

10. Teman-teman seperjuangan Meruni Sani Putri, Petok Family, Syndicate of

Class A, Script with Our Beloved Father, MIPS A 2013, MIPS B 2013 dan

MIPS Resign. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan,

dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan

motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu

persatu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga penulis kepada kalian

semua.

11. Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI 2012, CCIT FST, CCIT Resign,

dan TIPS 8, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah

SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.

12. Keluarga besar KKN Pitagoras 2015 yang telah memberikan pengalaman

dan pelajaran yang begitu berharga selama masa KKN, yang menjadikan

xi

pribadi penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga kekeluargaan

kita tetap terjaga.

13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian

telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih

banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian

ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik

manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis

sendiri sebagai proses pengembangan diri.

Jakarta, 05 Desember 2016

Penulis

Razi Nur Arif

xii

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi

ABSTRACT....................................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1

B. Permasalahan .......................................................................................... 12

1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 12

2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 13

3. Perumusan Masalah ............................................................................. 14

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 17

A. Landasan Teori ........................................................................................ 17

1. Laporan Keuangan ............................................................................... 17

2. Hubungan Laba dan Return.................................................................. 20

3. Earnings Response Coefficient (ERC) .................................................. 22

4. Persistensi Laba ................................................................................... 26

5. Leverage .............................................................................................. 28

xiii

6. Kesempatan Pertumbuhan .................................................................... 32

7. CSR Disclosure ................................................................................... 33

8. Risiko Sistematik / Beta ....................................................................... 36

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 38

C. Keterkaitan antar Variabel ....................................................................... 53

D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 56

E. Hipotesis ................................................................................................. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 60

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 60

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .................................................. 61

1. Populasi ............................................................................................... 61

2. Sampel ................................................................................................. 61

C. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 62

D. Metode Analisis Data .............................................................................. 63

1. Analisis Data Panel .............................................................................. 64

2. Tahapan Analisis Data ......................................................................... 67

3. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 68

4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 70

5. Uji Analisis Model Regresi Data Panel ................................................ 73

E. Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 74

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 81

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 81

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ..................................................... 81

2. Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI).......................................... 82

3. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 84

xiv

B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................ 85

1. Pemilihan Model Data Panel ................................................................ 86

2. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 90

3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 93

4. Analisis Regresi Data Panel ................................................................. 99

C. Interpretasi ............................................................................................ 100

1. Persistensi laba terhadap ERC ............................................................ 101

2. Leverage terhadap ERC ..................................................................... 102

3. Kesempatan pertumbuhan terhadap ERC ........................................... 103

4. CSR disclosure terhadap ERC ........................................................... 104

5. Risiko sistematik terhadap ERC ......................................................... 105

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 107

A. Kesimpulan ........................................................................................... 107

B. Implikasi ............................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109

LAMPIRAN ................................................................................................... 115

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Kapitalisasi

Pasar .................................................................................................................... 3

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu yan Relevan...................................................... 39

Tabel 4. 1 Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2015 .......... 82

Tabel 4. 2 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian ................................................ 84

Tabel 4. 3 Common Effect Model ....................................................................... 86

Tabel 4. 4 Fixed Effect Model ............................................................................ 87

Tabel 4. 5 Random Effect Model ........................................................................ 88

Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow .................................................................................. 89

Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 91

Tabel 4. 8 Hasil Uji Heterosdastisitas ................................................................. 92

Tabel 4. 9 Hasil Uji F Common Effect ................................................................ 94

Tabel 4. 10 Hasil Uji t Common Effect ............................................................... 95

Tabel 4. 11 Hasil Uji Adjusted R Square ............................................................ 98

Tabel 4. 12 Analisis Regresi Data Panel dengan Model Commen Effect ............. 99

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 58

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian ............................................................................. 115

Lampiran 2: Common Effect Model .................................................................. 121

Lampiran 3: Fixed Effect Model ....................................................................... 121

Lampiran 4: Random Effect Model ................................................................... 122

Lampiran 5: Uji Chow ..................................................................................... 123

Lampiran 6: Uji Multikolinearitas .................................................................... 123

Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 124

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring berkembangnya perekonomian di Indonesia, banyak perusahaan

yang melakukan ekspansi usaha dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan

hidupnya. Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga dituntut untuk

mempunyai strategi bisnis dalam mengembangkan kegiatan usahanya. Salah

satu strategi yang perlu untuk dikembangkan adalah pengelolaan dana atau

modal. Selain modal sendiri, perusahaan biasanya juga akan menggunakan

dana dari pihak luar. Pada usaha kecil dan menengah, dana dari pihak luar

biasanya menggunakan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya,

sedangkan untuk perusahaan besar, dana pihak luar juga diperoleh dengan

menerbitkan surat berharga seperti saham, obligasi, dan instrumen lainnya

yang diperdagangkan di pasar modal untuk publik.

Menurut Tandelilin, Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai

pasar yang memperjual-belikan produk berupa dana yang bersifat abstrak.

Sedangkan dalam bentuk kongkritnya, produk yang diperjual-belikan di pasar

modal berupa lembar surat-surat berharga di bursa efek. Bursa efek dalam arti

sebenarnya adalah suatu sistem yang terorganisir dengan mekanisme resmi

untuk mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas (saham) secara

langsung atau melalu wakil-wakilnya (Tandelilin, 2001:25).

2

Investasi di pasar modal pada saat ini telah menjadi suatu alternatif

investasi yang semakin digemari oleh banyak perusahaan karena pasar modal

memiliki instrumen investasi yang beragam, yang masing-masing memiliki

keunggulan tersendiri. Investasi yang ada pada pasar modal memang

memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko yang ada pada

produk investasi perbankan. Sesuai dengan konsep high risk high return,

maka semakin tinggi risiko (risk) semakin tinggi pula pengembaliannya

(return) yang akan di dapatkan. Hal ini yang membuat investasi yang ada

pada pasar modal mampu memberikan tingkat pengembalian yang tidak

terbatas sehingga dianggap memliki suatu keunggulan.

Perkembangan pasar modal di Indonesia telah mengalami kemajuan

pesat. Perkembangan dalam pasar modal mengindikasikan bertambah

aktifnya peran masyarakat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan melihat

pertambahan jumlah emiten yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Meningkatnya jumlah emiten menyebabkan jumlah angka pada volume

transaksi dan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut

meningkat. Pada tahun 2015 tercatat volume transaksi sebesar 1,419.48

milyar saham dan nilai perdagangan saham sebesar Rp 1,389.57 trilyun. Hal

tersebut mendandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi terus

digemari oleh kalangan investor.

Melihat perkembangan saham yang terus mengalami peningkatan, maka

hal tersebut berdampak pada persaingan yang dihadapi semakin tinggi dan

ketat bagi perusahaan dalam sektor keuangan. Perusahaan harus

3

mengembangkan strategi secara berkelanjutan agar mampu membuat

kebijakan dan keputusan yang tepat pada setiap kegiatan perusahaan.

Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik saham

(shareholder) melalui keputusan atau kebijkan investasi, keputusan

pendanaan, dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di

pasar modal, demikian jika dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan.

Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan

nilai perusahaan (Almilia dan Silvy: 2006).

Selain itu, peningkatan tersebut memberikan pengaruh terhadap

perkembangan IHSG dan nilai kapitalisasi pasar.

Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Kapitalisasi Pasar

Periode Keterangan

IHSG Kapitalisasi Pasar (Rp milyar)

2010 3,703.512 3,247,096.78

2011 3,821.992 3,537,294.21

2012 4,316.667 4,126,994.93

2013 4,274.177 4,219,020.24

2014 5,266.947 5,165,736.12

2015 4,522,.654 4,796,803,82

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Pasar Modal Desember 2015 (data diolah)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Indeks Harga Saham

Gabungan pada periode 2010 sampai 2015 mengalami kenaikan yang

signifikan terutama pada 2014 ditutup pada level 5,226.947 poin yaitu sebesar

22.29% setelah sebelumnya pada periode 2013 mengalami penurunan yang

4

ditutup pada level 4,274.177 poin atau sebesar 0.98%. Pada periode lainnya

yaitu 2010, 2011, dan 2012 IHSG cenderung mengalami peningkatan dan

mengalami penurunan pada periode 2015.

Melihat perkembangan harga saham gabungan yang terus meningkat,

maka hal tersebut akan mempengaruhi nilai return pasar yang diwakili

dengan IHSG, dimana return pasar tersebut kemudian dapat digunakan untuk

melihat nilai abnormal return. Abnormal return diproksikan dengan

gabungan return saham atau actual return (diwakili dengan harga penutupan

saham) dan return pasar. Abnormal return merupakan salah satu indikator

yang dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Abnormal

return kemudian digunakan dalam perhitungan Earnigs Response Coefficient

(ERC).

Untuk keperluan investasi di pasar modal, investor membutuhkan

informasi mengenai perusahaan. Salah satu sumber informasi perusahaan

yang dapat dengan mudah diperoleh oleh investor adalah laporan keuangan.

Dengan adanya penerbitan laporan keuangan, dapat diperoleh berbagai

macam informasi tentang kinerja perusahaan maupun aktivitas perusahaan.

Laporan keuangan berguna bagi investor karena laporan keuangan dapat

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang merupakan landasan untuk

membandingkan saham perusahaan dengan indeks saham rata-rata yang

penting dalam mengambil keputusan kapan membeli atau menjual saham,

sehingga laporan keuangan dapat membantu investor dalam mengambil

5

keputusan yang berkaitan dengan investasi mereka. Oleh karena itu, laporan

keuangan harus dapat menyediakan informasi yang relevan dan andal untuk

dapat digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan.

Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang terdapat dalam laporan

keuangan dan sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah

laba yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana laba tersebut diukur dengan

dasar akrual (PSAK: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan, IAI 1994). Informasi laba merupakan referensi bagi investor untuk

menanamkan investasinya pada sebuah perusahaan, karena laba baik positif

maupun negatif yang diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan akan

mempengaruhi return saham. Laba akuntansi berhubungan sangat erat dengan

penilaian perusahaan yang dipresentasikan dengan harga saham.

Penelitian Ball dan Brown (1968) menemukan adanya hubungan yang

signifikan antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan harga

saham, yaitu pada saat diumumkan laba mengalami kenaikan, maka terjadi

kecenderungan perubahan positif pada harga saham, dan sebaliknya jika

diumumkan laba mengalami penurunan terjadi perubahan negatif pada harga

saham.

Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan bereaksi

pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut

ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Jika

pengumuman mengandung informasi, maka akan tercermin dengan adanya

abnormal return yang diperoleh oleh investor. Efisiensi pasar dapat dilihat

6

dari bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi untuk mencapai suatu

keseimbangan baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk

mencapai keseimbagan baru yang sepenuhnya mencerminkan semua

informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien.

(Mulyani, dkk, 2007).

Untuk mengukur reaksi investor atau respon harga saham terhadap

informasi laba akuntansi adalah dengan Earnings Response Coefficient (ERC)

atau Koefisien Respon Laba. Menurut Cho dan Jung (1991) Earnings

Response Coefficient (ERC) didefinisikan sebagai efek setiap dolar

unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan

koefisien dalam regresi abnormal return saham dan unexpected earnings.

Koefisien ini mengukur respon harga saham atau nilai pasar ekuitas terhadap

informasi yang terkandung dalam laba akuntansi. Rendahnya ERC

menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat

suatu keputusan ekonomi. Setiap even yang terjadi di pasar modal akan

menyebabkan timbulnya reaksi dari pelaku pasar, salah satunya adalah

dengan adanya pengumuman laba, maka pasar akan bereaksi yang dapat

dilihat dari pergerakan saham (Silalahi, 2014).

Menurut Mulyani, dkk (2007) Earnings Response Coefficient (ERC)

adalah sebuah koefisien yang bertujuan untuk mengukur kekuatan informasi

laporan guna mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang diharapkan

investor dalam merespon laba yang dilaporkan perusahaan. Pengumuman

laba di pasar modal menyebabkan pasar akan bereaksi yang dapat dilihat dari

7

pergerakan saham. Akan tetapi, ternyata setiap kenaikan laba tidak selalu

diikuti dengan perubahan harga saham positif yaitu terjadi kenaikan pada

harga saham, bahkan sebaliknya pada saat penurunan laba maka harga saham

tidak selalu ikut mengalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

dalam pengambilan keputusan ekonomi para investor memang membutuhkan

informasi tentang kondisi keuangan perusahaan, tetapi tidak hanya informasi

laba saja melainkan banyak informasi-informasi lainnya yang dibutuhkan.

Menurut Susanto (2012), rekasi pasar dipicu oleh berbagai hal, salah

satunya adalah pengumuman yang berhubungan dengan laba. Teori-teori serta

bukti menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam hubungan antara laba dan

return saham. Pemegang saham akan memberi respon yang lebih besar

kepada perusahaan yang mempunyai laba yang naik, dengan harapan laba

yang meningkat akan meningkatkan return saham.

Dalam beberapa hal bisa terjadi hal sebaliknya, seperti pada PT. Merck

Tbk yang meskipun mengalami penurunan laba sebesar 19%, namun harga

sahamnya meningkat 20,62%. Hal yang sebaliknya terjadi pada PT. Bentoel

Internasional Investama Tbk yang mengalami penurunan harga saham sebesar

8,3%, meskipun laba bersih perusahaan naik 108% menjadi Rp. 235 miliar di

semester I tahun 2011. Dari fenomena tersebut diketahui bahwa harga pasar

bukan saja dilihat dari sisi labanya namun dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang berhubungan dengan laba. Dengan kata lain, respon investor terhadap

pergerakan laba perusahaan tidak selalu searah (Hapsari dan Simorangkir,

2013).

8

Kekuatan laba dalam mempengaruhi return saham akan mempunyai

variasi yang berbeda pada setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan menurut

beberapa penelitian, angka ERC dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya

menyangkut faktor informasi finansial seperti persistensi laba, profitabilitas,

dan leverage namun faktor informasi non-finansial seperti risiko sistematik,

pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan pengungkapan informasi tambahan

seperti tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat mempengaruhi angka

ERC.

Dalam penelitian ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC)

sebagai alat untuk mengukur kekuatan informasi yang dikeluarkan oleh tiap-

tiap perusahaan. Menurut Ummah (2012), ERC mencerminkan tingkat

kepercayaan partisipan pasar terhadap kualitas laba dan karenanya mewakili

perspektif ukuran kualitas laba berdasarkan kinerja pasar. Kuatnya reaksi

pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya nilai ERC,

menunjukkan bahwa pasar menilai laba yang dilaporkan memiliki kualitas

yang baik. Demikian sebaliknya, lemahnya reaksi pasar terhadap informasi

laba yang tercermin dari rendahnya nilai ERC, menunjukkan bahwa pasar

menilai laba yang dilaporkan memiliki kualitas yang kurang baik.

Penelitian tentang Earnings Response Coefficient (ERC) bermula dari

Ball dan Brown (1968). Menurut studi tersebut, peningkatan (penurunan)

dalam laba akan mengarah pada peningkatan (penurunan) pula dalam harga

saham. Riset di bidang ini kemudia berkembang ke arah pengukuran ERC,

yang diestimasi dari koefisien slope regresi antara abnormal stock returns dan

9

unexpected earnings. ERC didefinisikan sebagai dollar unexpected earnings

terhadap abnormal return saham. Dengan kata lain, ERC menukur perubahan

abnormal return sebagai respon terhadap komponen yang tidak diperkirakan

(unexpected) pada laba yang diumumkan perusahaan.

Beberapa peneliti di Indonesia telah melakukan studi empiris mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi ERC, akan tetapi ditemukan beberapa hasil

yang berbeda. Mulyani, dkk (2007) menemukan persistensi laba, struktur

modal, risiko sistematik, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan

memiliki pengaruh terhadap ERC. Sedangkan, kualitas auditor tidak

berpengaruh terhadap ERC.

Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko, leverage, kualitas

tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC,

sedangkan peluang pertumbuhan dan persistensi laba tidak berpengaruh

terhadap ERC. Menurut, Delvira dan Nelvirita (2013) risiko sistematik

berpengaruh signifikan negatif terhadap ERC. Leverage tidak berpengaruh

terhadap ERC. Persistensi laba berpengaruh signifikan positif terhadap ERC.

Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan dengan Earnings

Response Coeffecient (ERC) dilakukan oleh Willjayanti (2012) dengan

menganalisis struktur modal dan kualitas audit terhadap Earnings Response

Coefficient (ERC). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa leverage

dan KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Hal ini disebabkan

adanya kecenderungan investor yang lebih mengacu pada informasi rasional

yang berkaitan dengan aspek fundamental dari perusahaan sebagai ukuran

10

kinerja perusahaan. Selain itu, peningkatan regulasi audit membuat tidak ada

perbedaan dalam penilaian standar kualitas audit yang dilakukan KAP big

four dan KAP non big four.

Kartadjumena (2010) meneliti tentang voluntary disclosure of financial

information dan CSR index terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)

yang menunjukkan bahwa voluntary disclosure of financial information dan

CSR index secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ERC namun secara parsial masing-masing variabel independen memiliki

pengaruh yang berbeda-beda terhadap ERC dimana voluntary disclosure of

financial information memiliki arah positif tidak signifikan, sedangkan

sebaliknya CSR disclosure memiliki pengaruh negatif signifikan.

Ummah (2012) meneliti tentang pengaruh penyusutan terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC), membuktikan bahwa rasio peyusutan memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap ERC. Struktur modal ditemukan

berpengaruh tidak signifikan terhadap ERC. Pertumbuhan perusahaan

ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap ERC. Ukuran perusahaan

ditemukan berpengaruh tidak signifikan terhadap ERC. Intensitas modal

ditemukan hasil yang berbeda, intensitas modal ditemukan berpengaruh tidak

signifikan pada regresi 1 sedangkan pada regresi 2 intensitas modal

ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.

Peneliti lainnya juga dilakukan oleh Pradipta dan Purwaningsih (2011),

yang meneliti pengaruh luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan terhadap ERC, dengan ukuran perusahaan dan

11

leverage sebagai variabel kontrol. Restuti dan Nathaniel (2012), meneliti

pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC. Buana (2014), meneliti tentang

pengaruh risiko sistematik, persistensi laba dan kesempatan bertumbuh

terhadap ERC. Silalahi (2014), meneliti tentang pengaruh CSR disclosure,

beta dan Price to Book Value (PBV) terhadap ERC. Anggraini (2015),

meneliti tentang pengaruh pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR),

profitabilitas, dan leverage terhadap ERC.

Alasan mengapa peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC) adalah karena adanya perkembangan

penelitian yang mengamati beberapa pengaruh variabel terhadap ERC

menghasilkan temuan berbeda. Maka penelitian tentang ERC menarik untuk

dilakukan kembali. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC) maka dapat diketahui kekuatan

pengaruh informasi laba terhadap nilai saham dari suatu perusahaan.

Sehingga, investor akan lebih akurat dalam menganalisis informasi laba untuk

kepentingan investasinya.

Kelebihan pada penelitian ini yang sekaligus menjadi perbedaan

peneilitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini penulis

menggunakan beberapa variabel finansial dan non finansial yang

kemungkinan dapat mempengaruhi ERC berupa persistensi laba, leverage,

kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik. Selain itu,

studi kasus pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor keuangan

yang masih sangat jarang dilakukan penelitiannya tentang ERC.

12

Lama waktu yang diteliti relatif lebih lama yaitu selama kurun waktu 5

tahun terhitung dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Tahun 2011 dijadikan

tahun dasar penelitian karena pada tahun tersebut adanya fenomena krisis di

kawasan Uni Eropa yang disebabkan utang negara Yunani dan kemudian

merebak ke negara Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia. Keadaan tersebut

kemungkinan akan memberikan goncangan terhadap pasar modal di

Indonesia. Alasan lain penelitian pada tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah

untuk menghindari adanya keusangan data karena data yang didapatkan

merupakan data tebaru sehingga hasil penelitian yang didapat lebih up to date

dan lebih akurat.

Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini

karena cukup penting untuk mengetahui serta mengukur kekuatan informasi

laba dan return saham. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

referensi bagi perusahaan dan para investor lainnya. Berdasarkan uraian

diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2011-

2015)”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

13

1. Earnings Response Coefficient (ERC) merupakan alat untuk

mengukur kekuatan informasi dalam merespon laba yang

mempengaruhi nilai saham perusahaan yang dilaporkan oleh suatu

perusahaan.

2. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR

disclosure, dan risiko sistematik sebagai faktor-faktor yang

mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).

3. Dibutuhkan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC) secara simultan dan parsial.

4. Dibutuhkan identifikasi mengenai sejauh mana faktor-faktor tersebut

mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).

2. Pembatasan Masalah

Mengingat masalah yang tercakup dalam penelitian ini sangat luas,

maka penulis membatasinya sebagai berikut :

1. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR

disclosure, dan risiko sistematik adalah variabel yang digunakan

dalam mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings

Response Coefficient (ERC).

2. Hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings

Response Coefficient (ERC) pada perusahaan sektor keuangan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 hingga 2015.

14

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah diatas, maka dapat ditentukan rumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh persistensi laba secara parsial terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC)?

2. Bagaimana pengaruh leverage secara parsial terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC)?

3. Bagaimana pengaruh kesempatan pertumbuhan secara parsial

terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)?

4. Bagaimana pengaruh CSR disclosure secara parsial terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC)?

5. Bagaimana pengaruh risiko sistematik secara parsial terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC)?

6. Bagaimana pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan

pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik secara simultan

terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)?

7. Variabel independen (persistensi laba, leverage, kesempatan

pertumbuhan, CSR disclosure, risiko sistematik) manakah yang

paling dominan mempengaruhi Earnings Response Coefficient

(ERC)?

15

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh persistensi laba secara parsial terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC).

2. Menganalisis pengaruh leverage secara parsial terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC).

3. Menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan secara parsial terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC).

4. Menganalisis pengaruh CSR disclosure secara parsial terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC).

5. Menganalisis pengaruh risiko sistematik secara parsial terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC).

6. Menganalisis pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan

pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik secara simultan

terhadap Earnings Response Coefficient (ERC).

7. Menganalisis variabel independen (pengaruh persistensi laba, leverage,

kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik)

manakah yang paling dominan mempengaruhi Earnings Response

Coefficient (ERC).

16

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak

yang membutuhkan yaitu :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar dan memperdalam ilmu

pengetahuan mengenai pasar modal khususnya dalam menganalisa

pengaruh informasi keuangan perusahaan.

2. Bagi Perusahaan (Emiten)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti empiris bahan evaluasi

terhadap langkah dan kinerja perusahaan. Selain itu dapat dilakukan

untuk mengkaji dampak kebijakan perusahaan dimasa mendatang dan

informasi untuk menghasilkan laba yang berkualitas agar investor tertarik

untuk melakukan investasi pada perusahaan.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor di pasar

modal mengenai laba dan return saham perusahaan sehingga dapat

digunakan sebagai pertimbangan masukan yang optimal dalam

melakukan investasi di pasar modal.

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

menambah literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC), juga sebagai bahan acuan bagi

peneliti selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi.

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1

(revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan

adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan output dari seluruh

transaksi yang terjadi selama periode tertentu yang berisikan seluruh

informasi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Laporan

keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh

perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan

keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan

pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang

(Rodoni dan Ali, 2014:13).

Dalam PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan yaitu:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

18

bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

b. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun

demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi

yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan

dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan

informasi non keuangan.

c. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship),

atau pertanggung jawaban manajemen atas sumberdaya yang

dipercayakan kepadanya. Pengguna ingin menilai apa yang telah

dilakukan atau pertanggung jawaban manajemen berbuat demikian

agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini

mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau

menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk

mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Menurut Weston dan Brigham (1990:279) dalam Rodoni dan Ali

(2014:13) informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan

digunakan oleh investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan

dividen dimasa mendatang dan tentang risiko atas nilai perkiraan

tersebut. Dari sudut investor, meramalkan masa mendatang merupakan

hal terpenting dari analisis laporan keuangan. Sedangkan dari sudut

manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk mengantisipasi

19

keadaan di masa mendatang dan yang lebih penting sebagai titik tolak

bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian

di masa mendatang.

Mengingat manfaat laporan keuangan yang begitu luas, maka timbul

suatu keharusan bagi manajemen untuk menyajikan laporan keuangan

yang dapat digunakan oleh pemakainya sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan ekonomi dengan tepat. Ada empat karakteristik

pokok yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) agar

informasi laporan keuangan berguna bagi pemakainya, yaitu dapat

dipahami, relevan, keandalan (reliable), dan dapat diperbandingkan

(comparable).

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari

informasi. Suatu informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi pemakai dengan

membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan datang. Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika

bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat

diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang jujur (faithful

reperesentation) dari yang seharusnya disajikan. Informasi dalam laporan

keuangan dikatakan dapat diperbandingkan (comparable) jika pemakai

20

dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk

mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.

Disamping itu pemakai dapat memperbandingkan laporan keuangan antar

perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan secara relatif (Ummah, 2012:10-11).

2. Hubungan Laba dan Return

Laba dalam laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam

menilai kinerja perusahaan, baik dalam mengukur nilai perusahaan

(dalam hal ini harga saham) maupun untuk menilai ekuitas perusahaan.

Pasar yang mengetahui dan meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh

perusahaa memiliki kandungan informasi, maka akan tercermin pada

harga saham perusahaan.

Menurut Jones (2007), harga saham atau return saham terdiri dari

dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan

komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang

diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita membeli saham,

yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan

capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan

kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (misalnya saham), yang

bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain,

capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.

21

Pankoff dan Virgil (1970) dalam Hendriksen (1999) menyimpulkan

bahwa terdapat pendapat yang hampir sama diantara para analis, yang

menyatakan bahwa laba per lembar saham (earnings per share) dan

penjualan merupakan informasi yang paling penting dari semua

informasi keuangan yang biasanya tersedia. Observasi langsung dan tidak

langsung menhasilkan bahwa laba per lembar saham proyeksi dan laba

per lembar saham yang dilaporkan mempunyai dampak langsung

terhadap harga pasar saham biasa.

Penggunaan laba untuk menilai perusahaan dapat diperhatikan dari

hubungan laba dan return. Apabila laba dan return memiliki hubungan,

maka laba dikatakan memiliki kandungan informasi. Kandungan

informasi laba telah lama menjadi perhatian peneliti.

Hubungan antara laba dengan return telah didukung oleh penelitian

yang dilakukan Ball dan Brown (1968), yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara laba dan harga saham atau return saham.

Laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dari perubahan

harga sekuritas. Naik turunnya laba akan berpengaruh terhadap naik

turunnya return saham secara searah.

Secara teoritis, volume saham akan berubah segera setelah

perusahaan melaporkan labanya. Bila investor yang merasakan good

news lebih banyak dari investor yang merasakan bad news, maka akan

22

ada kenaikan harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan.

Sebaliknya, bila bad news lebih banyak dari good news, akan ada

penurunan harga saham tersebut yang akan terakumulasi pada

Cumulative Abnormal Return (CAR) masing-masing saham perusahaan

(Ambarwati, 2008 dalam Buana, 2014).

3. Earnings Response Coefficient (ERC)

Earnings Response Coefficient (ERC) adalah ukuran besaran

abnormal return suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba

abnormal (unexpected earnings) yang dilaporkan oleh perusahaan yang

mengeluarkan saham tersebut (Scott, 2003). Cheng dan Nasir (2010)

menyatakan bahwa ERC merupakan estimasi perubahan harga saham

perusahaan akibat dari informasi laba perusahaan yang diumumkan ke

pasar. Collins (1984) dan Cornell dan Landsman (1989) menyatakan

bahwa ERC merupakan salah satu ukuran atau proksi yang digunakan

untuk mengukur kualitas laba.

Studi tentang pengukuran ERC diawali dari penelitian yang

dilakukan oleh Ball dan Brown (1968) yang menunjukkan bahwa laba

akuntansi membawa informasi yang relevan dalam nilai suatu sekuritas.

ERC diukur dengan slope koefisien dalam regresi abnormal stock returns

dan unexpected earnings yang dilaporkan oleh perusahaan yang

mengeluarkan sekuritas tersebut (Scott, 2009).

23

Earnings Response Coefficient (ERC) berguna dalam analisis

fundamental oleh investor, dalam model penelitian untuk menentukan

reaksi pasar atas informasi laba perusahaan. ERC merupakan koefisien

yang diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi.

Proksi harga saham yang digunakan adalah Cummulative Abnormal

Return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah Unexpected

Earnings (UE). Regresi model tersebut akan menghasilkan ERC untuk

masing-masing sampel yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya

(Ardila, 2012).

Earnings Response Coefficient (ERC) mengukur tingkat abnormal

return sekuritas dalam merespon komponen yang tidak terekspektasi dari

pengumuman laba perusahaan, dengan kata lain terdapat variasi

hubungan antara laba perusahaan dengan return saham. Kartajumena

(2010), menyatakan kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan

tercermin dari tingginya koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya

reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin nilai ERC yang

rendah.

Jika investor mempunyai persepsi bahwa informasi keuangan itu

memiliki kredibilitas tinggi, maka ia akan bereaksi terhadap laporan

keuangan tersebut secara kuat (Tiolemba, 2008). Reaksi yang diberikan

investor tergantung dari kandungan informasi dalam laba masing-masing

perusahaan, sehingga mengakibatkan ERC berbeda antara satu

perusahaan dengan perusahaan lainnya. Adapun beberapa faktor yang

24

menyebabkan perbedaan ERC tersebut adalah risiko sistematik yang

diukur dengan menggunakan beta, leverage yang merupakan proksi dari

struktur modal, persistensi laba dimana kemampuan menghasilkan laba

yang permanen akan menyebabkan ERC berbeda setiap perusahaan,

kesempatan bertumbuh (growth opportunities), the similiarity of investor

expectations, dan the informativeness of price yang diproksi dengan

ukuran perusahaan (firm size) (Scott, 2009).

Boediono (2005) menyatakan kualitas laba dapat diindikasikan

sebagai kemampuan informasi laba dalam memberikan respon kepada

pasar. Reaksi partisipan pasar terhadap laba yang dilaporkan akan

tergantung pada penilaian investor terhadap kualitas angka laba yang

dilaporkan. Reaksi ini akan tercermin dari besarnya ERC yang

merupakan koefisien yang menunjukkan bagaimana reaksi pasar terhadap

laba yang dilaporkan. Jika laba yang dilaporkan dipersepsikan oleh

partisipan pasar sebagai berkualitas kurang (tidak) baik, maka partisipan

pasar akan menyimpulkan bahwa laba yang dilaporkan bukan laba yang

sebenarnya, dan menghasilkan ERC yang rendah. Sebaliknya, jika

kualitas laba yang dilaporkan dipercaya oleh pasar sebagai lebih baik,

maka partisipan pasar akan menyimpulkan bahwa laba yang dilaporkan

telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan

ERC yang lebih tinggi.

Laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga

saham. Perubahan harga saham bergerak sesuai kepercayaan investor,

25

sejalan dengan Eficiency Market Theory yang menyatakan bahwa pasar

akan bereaksi cepat terhadap informasi yang baru, sehingga sesaat

sebelum dan sesudah laporan keuangan dikeluarkan, informasi

mengernai angka laba yang dipublikasikan akan mempengaruhi tingkah

laku investor. Ketika laba perusahaan dibawah ekspektasi investor,

transaksi pasar saham cenderung menyebabkan turunnya harga saham

perusahaan, dan ketika laba perusahaan diatas ekspektasi investor,

transaksi pasar saham cenderung meningkatkan harga saham perusahaan.

Harga saham perusahaan mengalami perubahan karena adanya laba

kejutan yang mana merupakan selisih dari laba aktual perusahaan dengan

laba yang diharapkan investor. Reaksi investor dapat diukur dengan

abnormal return. Bila pasar efisien, maka abnormal return akan muncul

disekitar tanggal pengumuman informasi laba. Peningkatan laba

abnormal (unexpected earnings) diikuti oleh return abnormal negatif

(Ball dan Brown, 1968). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

yang signifikasi antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan

harga saham. Seberapa jauh respon pasar terhadap informasi laba dikenal

dengan penelitian ERC (Ardila, 2012).

Penelitian oleh Sri (2008) dan Ball dan Brown (1968) dalam Delvira

dan Nelvirita (2013), menemukan adanya hubungan yang signifikan

antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan harga saham.

Pada tahun saat diumumkan laba terjadi kecenderungan perubahan positif

pada harga saham, dan sebaliknya pada tahun saat diumumkan kerugian

26

terjadi perubahan negatif pada harga saham. Hal ini terjadi karena dalam

menanamkan dananya investor melihat prospek perusahaan baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin sering perusahaan

mengalami kerugian makan semakin sering terjadi penurunan harga

saham tersebut yang menyebabkan terjadinya kerugian pada investor.

4. Persistensi Laba

Laba yang menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan

bagi pengguna laporan keuangan adalah laba akuntansi. Sehingga laba

akuntansi yang diharapkan tidak hanya tinggi namun juga harus

persisten. Menurut Sunarto (2008) persistensi laba merupakan laba yang

mempunyai kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang

(future earnings) yang dihasilkan perusahaan secara berulang dan

berkelanjutan (sustainable).

Menurut Wijayanti (2006), laba yang persisten adalah laba yang

memiliki sedikit atau tidak mengalami gangguan (noise) dan dapat

mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya. Hal ini

juga dikuatkan oleh pendapat Hyan (1995) yang menyatakan gangguan

dalam laba akuntansi disebabkan oleh transitory event atau penerapan

konsep akrual dalam akuntansi.

Menurut Soemarso (2005), laba adalah selisih lebih pendapatan atas

beban sehubung dengan kegiatan usaha. Atas dasar persistensi, laba yang

berkualitas adalah laba yang bersifat permanen dan tidak bersifat

27

transitory. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi

laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba ditentukan

oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili

sifat transitory dan permanen laba (Sloan dalam Nicky, 2009).

Menurut Pennman (1982) dalam Margaretta (2006) persistensi laba

adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan

(expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun

berjalan (current earnings). Laba dikatakan persisten, apabila laba saat

ini dapat digunakan sebagai pengukur laba periode mendatang.

Lipe (1990) menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba

akuntansi periode sekarang dengan periode sebelumnya sebagai proksi

persistensi laba. Laba dianggap semakin persisten, jika koefisien

variasinya semakin kecil. Dapat disimpulkan bahwa persistensi laba

merupakan kemampuan laba sekarang yang diharapkan mampu

menjelaskan laba pada masa yang akan datang. Persistensi dapat dilihat

berdasarkan keseluruhan laporan keuangan ataupun diukur berdasarkan

komponen laporan keuangan.

Laba yang berfluktuasi (tidak persisten) akan mengurangi daya

prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang

datang. Penurunan daya prediksi laba dapat mengakibatkan informasi

laba tahun berjalan menjadi kurang bermanfaat dalam memprediksi laba

masa depan (Suaryana dalam Festy, 2011). Bila terdapat persistensi yang

besar pada laba perusahaan maka ekspektasi laba dimasa yang akan

28

datang akan lebih pasti dibanding bila perusahaan yang memiliki

persistensi rendah (Sri, 2008). Semakin tinggi kualitas laba, investor akan

lebih mampu memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang

berdasarkan kinerja saat ini. Karena itu ERC diharapkan akan semakin

tinggi untuk perusahaan yang menghasilkan laba berkualitas tinggi

(Scott, 2009).

Pengukuran persistensi laba memfokuskan pada koefisien slope

regresi laba sekarang terhadap laba sebelumnya setelah dibagi dengan

jumlah saham beredar. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya

menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai

koefisiennya mendekati nol persistensi labanya rendah. Jika nilai

koefisiennya bernilai negatif, maka nilai koefisien yang lebih tinggi

menunjukkan kurang persisten dan koefisien yang lebih rendah

menunjukkan lebih persisten.

5. Leverage

Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan

yang memiliki biaya tetap dengan maksud untuk meningkatkan

keuntungan potensial pemegang saham. Sedangkan menurut Suad

(2000), leverage adalah kekuatan pengungkit, yaitu dari kata dasar lever

yang berarti pengungkit.

Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan

tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset

29

dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan

pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas

(risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan

keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan

leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham (Agus, 2001).

Leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban

tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan.

Dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa

tingkat ketidakpastian dari return yang akan diperoleh akan semakin

tinggi pula. Tingkat leverage ini bisa saja berbeda-beda antara satu

perusahaan dengan perusahaan lainnya, atau dari satu periode ke periode

lainnya di dalam satu perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage akan

semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat

return atau penghasilan yang diharapkan. Risiko disini dimaksudkan

dengan ketidakpastian dalam hubungannya dengan kemampuan

perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetapnya (Lukman, 2009).

Brigham (2008) mengatakan bahwa penggunaan utang pada tingkat

tertentu akan dapat mengurangkan biaya modal perusahaan karena biaya

atas hutang merupakan pengurang pajak perusahaan, dan meningkatkan

harga saham. Sehingga dapat dikatakan penggunaan hutang pada tingkat

tertentu dan dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan

nilai perusahaan. Tetapi jika digunakan secara berlebihan menyebabkan

30

perusahaan memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi akibat dari

ketidakmampuan dalam mambayar hutangnya. Leverage juga dapat

digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban

finansialnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek (Agnes, 2005).

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa

besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan

aktivanya. Rasio leverage digunakan sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara

keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio yang ada.

Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang: (Jumingan,

2006: 112)

a) Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain.

b) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap.

c) Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.

Peningkatan laba (sebelum beban bunga) pada perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi akan menambah kekuatan dan keamanan

bagi kreditor, sehingga peningkatan laba lebih merupakan berita baik

bagi kreditor daripada pemegang saham. Dengan demikian, ERC untuk

perusahaan yang mempunya leverage yang besar akan lebih rendah

daripada perusahaan yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali

31

leverage (Scott, 2009). Hal ini telah dibuktikan secara empiris oleh

Dhaliwal dan Reynolds (1994).

Berbagai rasio financial dapat dipergunakan untuk mengukur risiko

dalam hubungannya dengan perusahaan yang menggunakan leverage

dalam struktur modalnya adalah sebagai berikut : (Kasmir, 2010: 112)

1) Rasio utang (Debt Ratio)

2) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)

3) Rasio utang jangka panjang (Long Term Debt to Equity Ratio)

4) Rasio laba terhadap beban bunga (Time Interest Earned)

5) Rasio penutupan beban tetap (Fixed Charge Coverage)

Untuk mengukur leverage atau struktur modal perusahaan, salah

satunya dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang

menggambarkan perbandingan total kewajiban dengan total ekuitas.

Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh

utang (termasuk utang lancar) dengan seluruh dana yang berasal dari

pemilik/modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana

yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.

Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang.

Jika DER > 1 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sarat dengan

hutang dimana porsi hutang pada struktur modalnya melebihi porsi

ekuitas atau sebaliknya, jika DER < 1 menunjukkan bahwa porsi hutang

pada stuktur modalnya lebih sedikit dibandingkan porsi ekuitas.

32

6. Kesempatan Pertumbuhan

Growth opportunities adalah peluang untuk investasi diproyek

dengan NPV positif. Nilai dari sebuah perusahaan dapat dikonsepkan

sebagai penjumlahan dari perusahaan yang membayar seluruh (100%)

pendapatan sebagai dividen dan NPV dari growth opportunities (Rodoni

dan Ali, 2014:55).

Kesempatan bertumbuh menjelaskan prospek pertumbuhan

perusahaan di masa depan. Penilaian pasar (investor/pemegang saham)

terhadap kemungkinan bertumbuh suatu perusahaan nampak dari harga

saham yang terbentuk sebagai suatu nilai ekspektasi terhadap manfaat

masa depan yang akan diperolehnya. Pemegang saham akan memberi

respon yang lebih besar kepada perusahaan dengan kemungkinan

bertumbuh yang tinggi. Hal ini terjadi karena perusahaan yang

mempunyai kemungkinan bertumbuh yang tinggi akan memberikan

manfaat yang tinggi di masa depan bagi investor (Palupi, 2006).

Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan

harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik

bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan

akan meningkatkan ERC perusahaan.

Berita baik (buruk) dalam laba saat ini dapat mengindikasikan

prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, yang

mengakibatkan ERC akan menjadi lebih besar. Laba yang diukur

33

berdasarkan nilai historis tidak dapat mengungkapkan kemampuan

pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, namun hal itu akan

berbeda jika laba saat ini mengungkapkan profitabilitas yang tinggi untuk

beberapa proyek investasi perusahaan, maka dapat mengindikasi pasar

bahwa perusahaan akan mendapatkan pertumbuhan yang pesat di masa

yang akan datang. Pertumbuhan itu di dapat dari tingkat profitabilitas

yang terus terjadi yang akan menaikkan jumlah asset perusahaan.

Suksesnya sebuah perusahaan dengan investasinya saat ini, juga

membuat pasar mengindikasikan bahwa perusahaan juga akan berhasil di

masa yang akan datang. Dengan demikian, perusahaan tersebut dikatakan

perusahaan yang sedang tumbuh/berkembang, sehingga akan menarik

banyak modal dari investor sebagai sumber tambahan pertumbuhannya.

Sehingga, semakin besar laba perusahaan di saat ini mengungkapkan

adanya pertumbuhan maka akan semakin besar ERC perusahaan tersebut

(Scott, 2009).

7. CSR Disclosure

Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan laporan keuangan

semata (single bottom line) tetapi juga memperhatikan tiga aspek penting

yang meliputi aspek keuangan, lingkungan, dan sosial (triple bottom

line). Banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi

pertanggungjawaban sosial atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)

dalam laporan tahunan perusahaan yang masih bersifat sukarela sebagai

34

salah satu strategi bisnisnya dan untuk menaati peraturan yang telah

ditetapkan. Konsep dari CSR datang karena adanya globalisasi dan

liberalisasi (Kiran & Sharma, 2011 dalam Restuti dan Nathaniel, 2012).

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komiten perusahaan

atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi

yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial

perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian

terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.

Tanggung jawab sosial dalam pandangan Freedman, hanya ada pada

individu dan bukan melekat pada perusahaan. tanggung jawab

perusahaan adalah menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi

pemegang saham. Bahkan, Fredmaan menyebut CSR sebagai ancaman

bagi kapitalisme pasa bebas. Namun, hal ini bertolak belakang dengan

hasil kajian yang telah dilakukan oleh ekonom terbuka Michael Porter

(The Competitive Advantage of Coporate Philantropy) yang

menunjukkan adanya korelas positif antara profit dan CSR, atau tujuan

finasial, dan tujuan sosial perusahaan (Untung, 2008:1 dan 28).

Corporate Social Responsibility adalah pengungkapan tanggung

jawab sosial sebagai dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan

lingkungan diukur dari perbandingan jumlah item yang diungkapkan

perusahaan dengan total item pengungkapan (Anggraini, 2015). Adanya

pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan,

perlahan mengharapkan nilai tambah dan legitimasi dari masyarakat

35

terhadap operasional perusahaan maupun produk yang dihasilkannya

(Sayekti dan Wondabio, 2007).

UU No. 40 Tahun 2007 ayat 66 (2c) tentang Perseroan Terbatas

yang mewajibkan perusahaan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung

jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Artinya,

pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan bersifat wajib bagi

seluruh perusahaan. Namun demikian, item-item pengungkapan

tanggung jawab perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat

sukarela. Saat ini belum ada standar yang mengatur mengenai metode

pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Di

dalam laporan tahunan biasanya perusahaan mengungkapkan tanggung

jawab sosial dan lingkungan perusahaan di dalam pernyataan dewan

komisaris.

Salah satu konsep pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

yang berkembang di Indonesia adalah Global Reporting Initiative (GRI).

Konsep GRI dipilih karena tidak hanya melaporkan sesuatu yang diukur

dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang

ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam melakukan penilaian luas

pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, item-

item yang akan diberikan skor mengacu kepada indikator kinerja atau

item yang disebutkan dalam GRI Guidelines, diantaranya adalah

indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan hidup, indikator

36

kinerja praktik ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, dan indikator

kinerja hak asasi manusia (Pradipta dan Purwaningsih, 2011).

Pengukuran ini dilakukan dengan mencocokan item pada checklist

dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item i diungkapkan

maka diberikan nilai 1, jika item i tidak diungkapkan maka diberikan

nilai 0 pada checklist. Setelah mengidentifikasi item yang diungkapkan

oleh perusahaan di dalam laporan tahunan, serta mencocokannya pada

checklist, hasil pengungkapan item yang diperoleh dari setiap perusahaan

dihitung indeksnya dengan proksi CSRI (CSR Index).

8. Risiko Sistematik / Beta

Dalam konteks investasi, risiko dibagi menjadi dua, yaitu Pertama,

risiko sistematik (systematics risk) adalah risiko yang tidak bisa

dihilangkan ataupun dikurangi dengan melakukan diverifikasi investasi.

Kedua, risiko tidak sistematik (unsystematics risk) adalah risiko yang

dapat dikurangi dengan melakukan diverifikasi investasi.

Risiko sistematik adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian

besar aset dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Contoh dari

risiko sistematik termasuk ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi

secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. (Rodoni dan Ali,

2014:83)

Menurut Husnan (2005), risiko sistematik (systematic risk)

merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan.

37

Sedangkan menurut Tandelilin (2010), risiko sistematik atau dikenal juga

dengan risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang berkaitan

dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan

pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.

Menurut Halim (2005), risiko sistematik merupakan risiko yang

tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi

risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat

mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat

bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, resesi ekonomi, dan

sebagainya. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham.

Risiko sistematik merupakan besarnya penyimpangan antara expected

return dan actual return. Banyak investor dan kreditor menilai risiko

secara subjektif, sedangkan pengukuran risiko secara statistik muncul

dari teori koefisien beta.

Menurut Scott (2009), beta merupakan ukuran tingkat risiko suatu

sekuritas yang lazim digunakan. Semakin berisiko return perusahaan

yang diperkirakan di masa yang akan datang, maka semakin rendah nilai

perusahaan di mata investor karena investor melihat laba masa sekarang

sebagai indikator kekuatan laba dan return masa yang akan datang.

Menurut Jogiyanto (2008:357), beta merupakan suatu pengukur

volatilitas (volatility) return sekuritas terhadap return pasar. Beta

sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return

pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return

38

suatu sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian

beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu

sekuritas terhadap risiko pasar. Beta juga bisa menjadi salah satu alat

ukur sebelum menentukan investasi yang akan dilakukan.

Semakin tinggi beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas

tersebut terhadap perubahan pasar. Perusahaan dengan risiko beta rendah,

ketika laba perusahaan tersebut diumumkan maka investor akan bereaksi

positif terhadap saham perusahaan tersebut. Namun jika risiko beta

saham perusahaan tersebut tinggi, ini akan meningkatkan risiko

portofolio tinggi. Akibatnya permintaan akan saham perusahaan tidak

akan sebanyak bila betanya rendah.

Hal ini mengindikasikan risiko sistematik yang tinggi akan

menurunkan tingkat ERC. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu

perusahaan, maka semakin rendah reaksi investor terhadap kejutan laba

(unexpected earnings) dan akan diikuti oleh ERC yang rendah pula

(Buana, 2014).

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai landasan dan

pembanding dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings

Response Coefficient (ERC). Beberapa penelitian terdahulu yang telah

dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

39

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu yan Relevan

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1.

Sri

Mulyani,

Nur

Fadjrih

Asyik, dan

Andayani

(2007)

Faktor-

Faktor yang

Mempenga-

ruhi

Earnings

Response

Coefficient

pada

Perusahaan

yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Jakarta

Variabel:

- ERC (Y)

- Persistensi

laba (X1)

- Struktur

modal (X2)

- Risiko

sistematik

atau Beta

(X3)

- Kesempata

n

bertumbuh

(X4)

- Ukuran

perusahaan

(X5)

- Kualitas

auditor (X6)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

semua faktor yang

diajukan (persistensi

laba, struktur modal,

risiko sistematik atau

beta, kesempatan

bertumbuh, dan

ukuran perusahaan)

memiliki pengaruh

terhadap ERC. Hasil

penelitian ini

menyatakan bahwa

kualitas auditor tidak

berpengaruh terhadap

ERC. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil

penelitian yang

dilakukan oleh Sandra

dan Wijaya (2004)

yang menunjukkan

bahwa kualitas auditor

tidak mempengaruhi

reaksi pasar pada saat

pengumuman laporan

keuangan.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

CSR index.

Studi kasus

yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

persistensi

laba, struktur

modal, risiko

sistematik atau

beta, dan

kesempatan

pertumbuhan.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

2.

Christine

Dwikarya

Susilawati

(2008)

Faktor-

Faktor

Penentu

Earning

Response

Coefficient

Variabel:

- ERC (Y)

- Ukuran

perusahaan

(X1)

- Rasio

pengungkit

an (X2)

- Umur

perusahaan

(X3)

- Konsentrasi

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

variabel terkait

struktur yaitu ukuran

perusahaan (aset

total), konsentrasi

modal, dan variabel

terkait pasar yaitu tipe

industri yang

mempunyai pengaruh

ERC secara statistis.

Artinya, investor

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

variabel

independen

yang

digunakan

yaitu

persistensi

laba,

leverage,

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

40

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

kepemilika

n (X4)

- Metode

sediaan

(X5)

- Profitabilita

s (X6)

- Likuiditas

(X7)

- Tipe

industri

(X8)

- Tipe audit

(X9)

- Status

pendaftaran

(X10)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

hanya memanfaatkan

informasi karakteristik

perusahaan untuk aset

total, konsentrasi

kepemilikan dan tipe

industri tetapi belum

memanfaatkan ketujuh

variabel karakteristik

perusahaan lainnya

dalam bereaksi

terhadap informasi

laba akuntansi.

Sedangkan variabel

kinerja tidak

mempengaruhi ERC

secara statistis.

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

3.

Eriana

Kartadjum

ena (2010)

Pengaruh

Voluntary

Disclossure

Of

Financial

Information

dan CSR

Disclossure

Terhadap

Earning

Response

Coefficient

(Survey

pada

Perusahaan

Variabel:

- ERC (Y)

- Disclosure

index (X1)

- CSR index

(X2)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

diketahui bahwa

voluntary disclosure

of financial

information yang

diproksi dengan

menggunakan

disclosure index

Botosan (1997), dan

CSR index secara

simultan tidak

memiliki pengaruh

yang signifikan

terhadap ERC namun

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

risiko

sistematik /

beta. Studi

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC

dan CSR

disclosure. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

41

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Manufaktur

di BEI 2008

– 2009).

secara parsial masing-

masing variabel

independen memiliki

pengaruh yang

berbeda-beda terhadap

ERC dimana

voluntary disclosure

of financial

information memiliki

arah positif tidak

signifikan, sedangkan

sebaliknya CSR

disclosure memiliki

pengaruh negatif

signifikan.

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

4.

Mehdi

Moradi,

Mahdi

Salehi,

dan

Zakiheh

Erfanian

(2011)

A Study of

The Effect

of Financial

Leverage on

Earnings

Response

Coefficient

through out

Income

Approach:

Iranian

Evidence

Variabel:

- Abnormal

return (Y)

- Unexpected

earning

(X1)

- Financial

leverage

(dummy

variable)

(X2)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

terdapat hubungan

yang signifikan antara

laba akuntansi dan

abnormal return yang

menunjukkan

perubahan perilaku

dan keyakinan para

investor sebagai

akibat dari perubahan

laba. Para investor

dari Bursa Efek

Teheran

memperhitungkan

struktur modal

perusahaan dan utang

ketika bereaksi

terhadap perubahan

laba tak terduga.

Diharapkan pada

perusahaan dengan

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Variabel

dependen

yang

digunakan

adalah

persistensi

laba,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

dan risiko

sistematik /

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel

leverage. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

42

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

financial leverage

yang tinggi,

peningkatan hasil

pendapatan

perusahaan pada

solvabilitas. Hasil

penelitian ini juga

menunjukkan bahwa

ERC yang rendah

terdapat pada

perusahaan dengan

financial leverage

yang tinggi, dan

sebaliknya pada

perusahaan dengan

financial leverage

yang rendah maka

ERC nya pun akan

tinggi.

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

5.

Dyah

Hayu

Pradipta

dan Anna

Purwa

ningsih

(2011)

Pengaruh

Luas

Pengungkap

an

Tanggung

Jawab

Sosial dan

Lingkungan

Perusahaan

Terhadap

Earning

Response

Coefficient

(ERC),

dengan

Ukuran

Perusahaan

dan

Variabel:

- ERC (Y)

- CSR index

(X1)

- Ukuran

perusahaan

(variabel

kontrol)

(X2)

- Leverage

(variabel

kontrol)

(X3)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menemukan bahwa

luas pengungkapan

tanggung jawab sosial

dan lingkungan

perusahaan

berpengaruh negatif

terhadap ERC.

Artinya, semakin

besar luas

pengungkapan

tanggung jawab sosial

dan lingkungan

perusahaan maka ERC

perusahaan akan

semakin kecil. Hal ini

mengindikasikan

bahwa investor dapat

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

kesempatan

pertumbuhan,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

CSR

disclosure, dan

leverage. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

43

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Leverage

Sebagai

Variabel

Kontrol

mempertimbangkan

informasi tanggung

jawab sosial dan

lingkungan

perusahaan sebagai

bahan pertimbangan

dalam keputusan

berinvestasi selain

informasi laba.

Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa

variabel ukuran

perusahaan (size) dan

leverage, sebagai

variabel kontrol,

berpengaruh negatif

terhadap ERC.

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

6.

Dita

Willjayan-

ti (2012)

Pengaruh

Struktur

Modal dan

Kualitas

Audit

Terhadap

Earning

Response

Coefficient

Variabel:

- ERC (Y)

- Financial

Leverage

(X1)

- Ukuran

KAP (X2)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

LEV dan KAP tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

ERC. Hal ini

disebabkan adanya

kecenderungan

investor yang lebih

mengacu pada

informasi rasional

yang berkaitan dengan

aspek fundamental

dari perusahaan

sebagai ukuran kinerja

perusahaan. Selain itu,

peningkatan regulasi

audit membuat tidak

ada perbedaan dalam

penilaian standar

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC

dan leverage.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

44

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

kualitas audit yang

dilakukan KAP big

four dan KAP non big

four.

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011-

2015

7.

Hans

Hananto

Andreas

(2012)

Spesialisasi

Industri

Auditor

Sebagai

Prediktor

Earnings

Response

Coefficient

Perusahaan

Publik yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Variabel:

- ERC (Y)

- Spesialisasi

industri

auditor (X1)

- Persistensi

laba

(variabel

kontrol)

(X2)

- Pertumbuha

n

perusahaan

(variabel

kontrol)

(X3)

- Struktur

modal

(variabel

kontrol)

(X4)

- Ukuran

perusahaan

(variabel

kontrol)

(X5)

- Konservatis

me

akuntansi

(variabel

kontrol)

(X6)

Hasil penelitian ini

menemukan bahwa

spesialisasi industri

auditor berpengaruh

positif pada ERC.

Investor merespon

positif dengan adanya

auditor spesialisasi

industri. ERC untuk

auditor spesialisasi

industri lebih tinggi

dari pada ERC untuk

auditor non

spesialisasi industri.

Hal ini berarti dapat

dikatakan bahwa

kualitas earnings yang

dilaporkan

dipengaruhi oleh

spesialisasi industri

auditor. Investor

mengerti bahwa

penggunaan auditor

spesialis industri dapat

meningkatkan kualitas

earnings.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011-

2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

persistensi

laba,

pertumbuhan

perusahaan,

dan struktur

modal. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

45

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

8.

MI Mitha

Dwi

Restuti

dan

Cecilia

Nathaniel

(2012)

Pengaruh

Pengungkap

an

Corporate

Social

Responsibili

ty Terhadap

Earning

Response

Coefficient

Variabel:

- Cummulati

ve

abnormal

return (Y)

- Unexpected

Earnings

(X1)

- Corporate

social

disclosure

index (X2)

- Beta

(variabel

kontrol)

(X3)

- Price to

book value

(variabel

kontrol)

(X4)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

ditemukan bahwa

pengungkapan

Corporate Social

Responsibility tidak

berpengaruh terhadap

Earning Response

Coefficient (ERC).

Hal ini dapat

dikatakan bahwa

investor belum

memperhatikan

informasi-informasi

sosial yang

diungkapkan dalam

laporan tahunan

perusahaan sebagai

informasi yang dapat

mempengaruhi

investor dalam

melakukan keputusan

investasi. Investor

masih mengganggap

informasi laba lebih

bermanfaat dalam

menilai perusahaan

dan dianggap lebih

mampu memberikan

informasi untuk

mendapatkan return

saham yang

diharapkan oleh

investor dibandingkan

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Selain itu

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan.

Studi kasus

yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel CSR

disclosure dan

beta. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

46

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

dengan informasi

sosial yang

diungkapkan oleh

perusahaan.

9.

Ely

Imroatuss

olihah

(2013)

Pengaruh

Risiko,

Leverage,

Peluang

Pertumbu-

han,

Persistensi

Laba dan

Kualitas

Tanggung

Jawab

Sosial

Perusahaan

Terhadap

Earning

Response

Coefficient

(ERC) pada

Perusahaan

High

Profile

Variabel:

- Cummula-

tive

abnormal

return (Y)

- Risiko

(beta) (X1)

- Leverage

(X2)

- Peluang

pertumbu-

han (X3)

- Persistensi

laba (X4)

- Kualitas

tanggung

jawab

sosial

perusahaan

(X5)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa

risiko, leverage,

peluang pertumbuhan,

persistensi laba dan

kualitas corporate

social resposibility

berpengaruh secara

simultan terhadap

ERC. Sedangkan hasil

pengujian secara

parsial menunjukkan

bahwa risiko,

leverage, kualitas

tanggung jawab sosial

perusahaan

berpengaruh negatif

terhadap ERC,

sedangkan peluang

pertumbuhan,

persistensi laba tidak

berpengaruh terhadap

ERC.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Selain itu

terdapat

variabel

independen

CSR index.

Studi kasus

yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel risiko

sistematik,

leverage,

peluang

pertumbuhan,

dan persistensi

laba. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

10.

Hanung

Desy

Hapsari

dan

Panubut

Simorangk

ir (2013)

Faktor-

Faktor yang

Mempengar

uhi Earning

Response

Coefficient

(ERC) pada

Variabel:

- ERC (Y)

- Struktur

modal (X1)

- Ukuran

perusahaan

(X2)

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

secara simultan

menyatakan bahwa

struktur modal, ukuran

perusahaan maupun

kualitas auditor

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC

dan struktur

modal. Uji

47

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Perusahaan

Kompas

100 yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode

2009 – 2010

- Kualitas

auditor (X3)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

berpengaruh negatif

terhadap ERC,

sedangkan secara

parsial hanya struktur

modal yang

memunyai pengaruh

terhadap ERC.

Dengan demikian

besaran struktur

modal, ukuran

perusahaan dan

kualitas auditor yang

dimiliki oleh sebuah

emiten dapat dijadikan

pertimbangan untuk

mengetahui

keterkaitan antara

pengumuman laba dan

reaksi investor

terhadap harga pasar

saham perusahaan.

persistensi

laba,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

11.

Maisil

Delvira

dan

Nelvirita

(2013)

Pengaruh

Risiko

Sistematik,

Leverage

dan

Persistensi

Laba

Terhadap

Earnings

Response

Coefficient

(ERC)

(Studi pada

Perusahaan

Manufaktur

yang Go

Variabel:

- ERC (Y)

- Risiko

sistematis

(X1)

- Leverage

(X2)

- Persistensi

laba (X3)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa

risiko sistematik

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap ERC pada

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di PT Bursa

Efek Indonesia.

Leverage tidak

berpengaruh terhadap

ERC pada perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di PT Bursa

Efek Indonesia.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

kesempatan

pertumbuhan

dan CSR

index,. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

risiko

sistematik,

leverage, dan

persistensi

laba. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

48

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Public di

BEI Tahun

2008-2010)

Persistensi laba

berpengaruh

signifikan positif

terhadap ERC pada

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di PT Bursa

Efek Indonesia.

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

12.

Cheng Fan

Fah dan

Lee Hui

Sin (2014)

Relationshi

p between

Earning

Response

Coefficient

of

Insurance

Firm and

Ex Growth

Opportuniti

es, Earned

Premium

Incomes,

and

Comission

in Malaysia

Variabel:

- Abnormal

return (Y)

- Earning per

share (X1)

- Earned

premium

income (X2)

- Net

investment

income (X3)

- Net claims

incurred

(X4)

- Commissi-

on paid

(X5)

- Total assets

(X6)

- Total

liabilities

(X7)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

unexpected earning

mempengaruhi harga

saham secara positif

dan signifikan.

Dengan hasil yang

diperoleh, dapat

disimpulkan bahwa

hipotesis pertama

diterima. Perubahan

pada harga saham

dapat dijelaskan oleh

tanda dan besarnya

perubahan pendapatan

tahunan tidak terduga

yang dilaporkan oleh

perusahaan asuransi.

Earned premium

income, net inestment

income, net claims

incurred, total assets,

dan total liabilities

menunjukkan secara

tidak signifikan

hubungan dengan

kesempatan

pertumbuhan pada

industri asuransi di

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Variabel

independen

pada

penelitian ini

yaitu

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

uji statistik

analisis regresi.

49

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Malaysia. di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

13.

Eka

Larasanta

Buana

(2014)

Pengaruh

Risiko

Sistematik,

Persistensi

Laba dan

Kesempatan

Bertumbuh

Terhadap

Earnings

Response

Coefficient

(ERC)

(Studi

Empiris

pada

Perusahaan

Manufaktur

yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

2009-2012)

Variabel:

- ERC (Y)

- Risiko

sistematik

(X1)

- Persistensi

laba (X2)

- Kesempa-

tan

bertumbuh

(X3)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

secara simultan risiko

sistematik, persistensi

laba dan kesempatan

bertumbuh tidak

berpengaruh terhadap

ERC. Adapun

pengaruh secara

parsial risiko

sistematik tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

ERC, persistensi laba

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

ERC, dan kesempatan

bertumbuh tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

ERC.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

leverage dan

CSR index.

Studi kasus

yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

risiko

sistematik,

persistensi

laba, dan

kesempatan

pertumbuhan.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

14.

Sem

Paulus

Silalahi

(2014)

Pengaruh

Corporate

Social

Responsibili

ty (CSR)

Disclosure,

Beta dan

Price to

Book Value

(PBV)

Terhadap

Variabel:

- ERC (Y)

- CSR index

(X1)

- Beta (X2)

- Price to

Book Value

(X3)

Uji Statistik:

- Analisis

Hasil penelitian ini

menemukan bahwa

variabel Corporate

Social Responsibility

(CSR) disclosure dan

variabel beta tidak

berpengaruh terhadap

ERC, sedangkan

variabel Price to Book

Value (PBV) memiliki

pengaruh yang

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC,

CSR index, dan

beta. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

50

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Earnings

Response

Coefficient

(ERC)

(Studi

Empiris

pada

Perusahaan

Manufaktur

yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia)

Regresi

Berganda

signifikan terhadap

ERC.

pertumbuhan,

dan CSR

index. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

15.

Dian

Masita

Dewi

(2015)

The Role of

CSRD on

Company’s

Financial

Performanc

e and

Earnings

Response

Coefficient

(ERC)

Variabel:

- ERC (Y1)

- ROA (Y2)

- ROE (Y3)

- CSR index

(X1)

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

dan

General

Linear

Multivaria-

te Model

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

CSRD mempengaruhi

ROE. Sebaliknya,

CSRD tidak

mempengaruhi ROA

dan ERC. Umumnya,

investor cenderung

menggunakan

informasi jangka

pendek sehingga

mereka mengabaikan

CSRD yang dianggap

sebagai sumber

informasi jangka

menengah dan

panjang.

Perbedaan

pada

penelitian ini

terdapat

variabel

independen

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

dan risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

adalah

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011 -

2015

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC

dan CSR index.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

51

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

16.

Mohamed

Naceur

Mahjoubi

dan

Ezzeddine

Abaoub

(2015)

Earnings

Response

Coefficient

as a

Measure of

Market

Expecta-

tions:

Evidence

from Tunis

Stock

Exchange

Variabel:

- Abnormal

return

- Return

- Earning

suprise

- Earning per

share

Uji Statistik:

- Earnings

forecasting

methods

and

regression

Hasil penelitan

memperkirakan versi

modifikasi dari Easton

dan Harris (1991)

model yang

menggabungkan laba

kejutan dan tingkat

return sebagai

prediktor,

mengkonfirmasi

prediksi teoritis pada

positif hubungan laba-

return. Namun,

penghasilan hanya

tidak secara statistik

signifikan. Hasil ini

menunjukkan

dominasi laba kejutan.

Amplitudo koefisien

menunjukkan peran

anak perusahaan dari

tingkat pendapatan

dibandingkan dengan

mengejutkan di

regresi laba. Temuan

ini menunjukkan sifat

yang relatif permanen

dari laba perusahaan

Tunisia.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Variabel

independen

pada

penelitian ini

yaitu

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011-

2015.

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menganalisa

ERC. Uji

statistik yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

17.

Yosefa

Sayekti

(2015)

Strategic

Corporate

Social

Responsibili

ty (CSR),

Variabel:

- Cummulati

ve

abnormal

return (Y)

Hasil penelitian ini

menunjukkan

pengaruh strategis dan

non strategis CSR

terhadap ERC.

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel beta.

52

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

Company

Financial

Performanc

e, and

Earning

Response

Coefficient:

Empirical

Evidence on

Indonesian

Listed

Companies.

- Unexpected

earnings

- ROA

- Price to

book value

ratio

- Tingkat

CSR

strategis

- Tingkat

CSR non

strategis

- Total aset

- Beta

Uji Statistik:

- Analisis

Regresi

Berganda

Hasilnya, CSR

strategis dan non

strategis secara positif

dan negatif

mempengaruhi

masing-masing kinerja

keuangan. Tingkat

pengungkapan CSR

strategis di laporan

tahunan

mempengaruhi ERC,

sedangkan CSR non

strategis tidak

mempengaruhi ERC.

Kontribusi utama pada

penelitian ini adalah

pengembangan tanda

matriks untuk

membedakan antara

CSR strategis dan

CSR non strategis.

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Variabel

independen

pada

penelitian ini

yaitu

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index.

Studi kasus

yang

digunakan

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011

hingga 2015

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

18.

Mohsen

Hosseini,

Kamal

Nadafi

Chalestori,

Saeid

Rezahi Hi,

dan Ehsan

Ebrahimi

(2016)

A Study on

the

Relation-

ship

between

Earnings

Manage-

ment

Incentives

and

Earnings

Response

Coefficient

Variabel:

- ERC

- Net profit

- Operating

profit

- Cash on

hand

obtained

from

operating

activities

- Total

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

menurut hasil

hipotesis pertama dan

ketiga, terdapat

hubungan antara

manajemen insentif

laba dan ERC.

Sedangkan pada

hipotesis kedua

menunjukkan

hubungan negatif

Perbedaan

pada

penelitian ini

adalah pada

variabel

dependen

berupa ERC

dengan

meregresikan

CAR dan UE.

Variabel

independen

Persamaan

pada penelitian

ini adalah

menggunakan

variabel ERC.

Uji statistik

yang

digunakan

adalah analisis

regresi.

53

No Peneliti Judul Variabel dan

Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

accruals

- Financial

incentive

- Debt limit

Uji Statistik:

- Multivaria-

te linear

regression

antara manajemen

insentif laba dan ERC

di sebagian tes sub

hipotesis

pada

penelitian ini

yaitu

persistensi

laba,

leverage,

kesempatan

pertumbuhan,

CSR index,

risiko

sistematik /

beta. Studi

kasus yang

digunakan

perusahaan

yang terdaftar

di BEI sektor

keuangan

tahun 2011-

2015.

Sumber : Penelitian Terdahulu (data diolah)

C. Keterkaitan antar Variabel

1. Persistensi laba berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient

(ERC)

Pengujian empiris yang telah dilakukan oleh Mulyani, dkk (2007),

Kormendi dan Lipe (1987), Delvira dan Nelvirita (2013) menemukan

hasil yang konsisten bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC). Investor akan lebih responsif

terhadap laba bagi perusahaan yang memiliki tingkat persistensi tinggi.

54

Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan

menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu

ke waktu dan bukan hanya karena suatu peristiwa tertentu. Scott (2009)

mengatakan bahwa semakin permanen perubahan laba dari waktu ke

waktu, maka semakin tinggi ERC. Apabila perusahaan diyakini dapat

mempertahankan laba yang dihasilkan di masa depan, maka informasi

laba yang disajikan tersebut akan cenderung lebih kuat mempengaruhi

pasar. Dengan kata lain, persistensi laba memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap ERC.

2. Leverage berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)

Peningkatan Earnings Response Coefficient (ERC) akan terjadi jika

leverage sebuah perusahaan lebih kecil. Penelitian yang dilakukan oleh

Moradi, Salehi, dan Erfanian (2010) menemukan ERC pada perusahaan

dengan tingkat leverage rendah akan lebih besar dibandingkan dengan

ERC pada perusahaan dengan tingkat leverage tinggi. Perusahaan yang

memiliki leverage keuangan tinggi, informasi peningkatan laba

perusahaan merupakan good news bagi kreditur, sehingga laba akan

mengalir lebih banyak kepada kreditur dibandingkan pemegang saham.

Pengujian sebelumnya dengan menggunakan DER dilakukan oleh

Dhaliwal dan Reynolds (1994), Mulyani, dkk (2007), Moradi, Salehi, dan

Erfanian (2010), Pradipta dan Purwaningsih (2011), Hapsari dan

Simorangkir (2013), ditemukan bahwa leverage berkorelasi secara

negatif signifikan dengan ERC.

55

3. Kesempatan pertumbuhan berpengaruh terhadap Earnings Response

Coefficient (ERC)

Penelitian oleh Collins dan Kothari (1989) menunjukkan bahwa

perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh yang lebih besar akan

memiliki Earnings Response Coefficient (ERC) tinggi. Kondisi ini

menunjukkan bahwa semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan

maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau

menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang.

Kesempatan pertumbuhan berhubungan dengan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Keyakinan akan pertumbuhan laba di masa

depan akan meningkatkan nilai dari informasi laba yang disajikan.

Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Novianti (2012),

Susanto (2012), dan Amelia (2013) menyimpulkan bahwa kesempatan

bertumbuh berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.

4. CSR disclosure berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient

(ERC)

Sayekti dan Wondabio (2007), Kertadjumena (2010), Restuti dan

Nathaniel (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh CSR

terhadap ERC yang memberikan hasil bahwa pengungkapan CSR

memiliki pengaruh negatif terhadap ERC. Apabila ketidakpastian

prospek perusahaan di masa mendatang tinggi maka ERC juga tinggi.

Informasi pengungkapan CSR diharapkan perusahaan dalam laporan

tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian prospek perusahaan di

56

masa mendatang. Peneltian lain mengenai CSR disclosure dilakukan oleh

Daud dan Syarifuddin (2008) dalam Anggraini (2015) yang

menunjukkan hasil berbeda dimana CSR disclosure berpengaruh positif

signifikan terhadap ERC yang berarti bahwa dengan adanya peningkatan

pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan akan

meningkatkan reaksi investor terhadap laba.

5. Risiko sistematik berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient

(ERC)

Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka semakin rendah Earnings

Response Coefficient (ERC). Dengan kata lain, semakin tinggi risiko

suatu perusahaan, maka semakin rendah reaksi investor terhadap kejutan

laba (unexpected earnings) dan akan diikuti oleh ERC yang rendah pula.

Dengan demikian hubungan antara risiko dengan ERC akan bersifat

negatif dan signifikan. Perusahaan dengan risiko beta rendah, ketika laba

perusahaan tersebut diumumkan maka investor akan bereaksi positif

terhadap saham perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh

Tiolemba (2008) dan Delvira (2013) juga menemukan bahwa risiko

perusahaan atau risiko sistematik berpengaruh negatif signifikan terhadap

ERC.

D. Kerangka Pemikiran

Informasi laba merupakan hal yang penting bagi para pemakainya. Hal

ini karena informasi laba dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu

57

perusahaan, apakah perusahaan tersebut melaporkan labanya lebih tinggi atau

lebih rendah dari tahun sebelumnya serta menilai prospek perusahaan di masa

mendatang. Kualitas laba yang rendah akan membuat para pengguna

informasi tersebut seperti investor dan kreditor salah dalam pengambilan

keputusan.

Dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan

menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) yang merupakan bentuk

pengukuran kandungan informasi dalam laba. Hal ini karena laba yang

dipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan

reaksi pasar terhadap informasi laba. Reaksi yang diberikan tergantung dari

kualitas laba yang dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain, laba yang

dihasilkan memiliki kekuatan respon (power of respon).

Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari

tingginya ERC menunjukkan laba yang berkualitas. Demikian sebaliknya,

lemahnya reaksi pasar tehadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya

ERC menunjukkan laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas.

Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ERC salah satunya adalah

persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan

risiko sistematik.

Berdasarkan judul penelitian diatas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) maka dibuat kerangka

pemikirian penelitian sebagai berikut :

58

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang

Untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi Earnings Response

Coeffecient (ERC) karena cukup

penting untuk mengetahui dan

mengukur kekuatan informasi laba dan

return saham.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variabel

independen terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC).

2. Variabel independen manakah yang

paling dominan mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC).

Determined of

Earnings Response

Coefficient (ERC)

Variabel Dependen

Earnings Response

Coefficient (ERC) (Y)

Variabel Independen

Persistensi Laba (X1)

Leverage (X2)

Kesempatan Pertumbuhan (X3)

CSR Disclosure (X4)

Risiko Sistematik / Beta (X5)

Analisis Regresi Data Panel

Uji Chow

Uji Hausman

Fixed Effect

Fixed Effect

Hasil Pengujian Model

Common Effect

Random Effect

Uji Dasar Asumsi Klasik

1. Multikolineritas

2. Heteroskedastisitas

Uji Hipotesis

1. Uji F

2. Uji t

3. Koefisien Determinan (R2)

Interpretasi dan Kesimpulan

59

E. Hipotesis

Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara

logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk

pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan

jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan

untuk studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan

hubungan, diarapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah

yang dihadapi (Sekaran, 2014:153).

Berdasarkan asumsi-asumsi diatas, untuk menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC), maka dapat ditarik

rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ha1 : terdapat pengaruh positif persistensi laba terhadap ERC.

2. Ha2 : terdapat pengaruh positif leverage terhadap ERC.

3. Ha3 : terdapat pengaruh positif kesempatan pertumbuhan terhadap ERC.

4. Ha4 : terdapat pengaruh positif CSR disclosure terhadap ERC.

5. Ha5 : terdapat pengaruh positif risiko sistematik/beta terhadap ERC.

6. Ha6 : terdapat pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan

pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik/beta secara simultan

terhadap ERC.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings

Response Coefficient (ERC) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode 5 tahun dihitung dari 2011 hingga 2015.

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor keuangan. Jenis

penelitian pada penelitian ini adalah studi literatur, yaitu dengan menelusuri

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara mengupas (criticize),

membandingkan (compare), meringkas (summarize), dan mengumpulkan

(synthesize) suatu literatur sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan dan

melakukan pembaharuan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai

kondisi, perubahan, dan permasalahan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi ERC dan bagaimana pengaruh persistensi laba, leverage,

kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik/beta

terhadap ERC pada masing-masing perusahaan yang diteliti, yang nantinya

dapat berguna untuk penentuan strategi dalam menghadapai persaingan,

perkembangan, serta pengambilan keputusan dalam pertumbuhan dimasa

mendatang. Pada penelitian ini melakukan pengolahan data menggunakan

bantuan aplikasi Eviews versi 8 dan Microsoft Excel 2016.

61

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan subyek dari penelitian yang dilakukan. Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono :

2010). Populasi tidak hanya berupa orang tetapi juga bisa sebuah obyek

dan benda-benda alam lainnya. Dalam penelitian ini, populasi yang

digunakan adalah seluruh perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 91 perusahaan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Metode pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling

artinya pengambilan sampel secara sengaja dan dipilih berdasarkan

kriteria tertentu yang diperlukan, yang berarti pemilihan sampel secara

tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

Penggunaan metode ini bertujuan agar sampel yang diambil relevan

dengan tujuan penelitian. Sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah

perusahaan sektor keuangan yang tercatat di BEI selama kurun waktu 5

tahun yaitu dimulai 2011 – 2015. Sampel dalam penelitian ini diambil

berdasarkan ketentuan sebagai berikut berikut :

62

1. Perusahaan sektor keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia

selama periode pengamatan 2011-2015.

2. Secara konsisten tidak mengalami perubahan nama dan bentuk badan

usaha pada periode pengamatan 2011-2015.

3. Menyajikan laporan tahunan dan laporan keuangan pada periode

pengamatan 2011-2015 dan telah dipublikasikan di Bursa Efek

Indonesia.

Dengan kriteria pengambilan sampel diatas maka terpilih 49

perusahaan sektor keuangan telah ditetapkan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

kuantitatif, yakni dengan melakukan kajian terhadap data dan informasi yang

diperoleh serta memberikan penilaian terhadap permasalahan tersebut. Data

kuantitatif yaitu informasi yang dinyatakan berupa satuan angka (numerik),

bersifat diskrit (bulat/utuh) atau kontinu (pecahan/interval) (Wijaya,

2013:20).

Data yang digunakan adalah data panel yaitu gabungan data dari data

antar perusahaan (cross section) dengan data antar waktu (time series). Data

cross section yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang dapat

menggambarkan tentang perkembangan suatu kejadi/kegiatan tertentu. Data

antar waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu

63

yang dapat menggambarkan keadaan atau karakteristik objek pada saat

penelitian dilakukan (Muhidin dan Abdurrahman, 2011:16).

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi

dengan sumber data yang berasal dari data sekunder. Data sekunder dalam

penelitian ini berupa laporan tahunan, laporan keuangan masing-masing

perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2015, data

harga saham harian, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian yang

dapat diperoleh dari www.idx.co.id, www.yahoofinance.com, ataupun

internal masing-masing bank.

Selain itu pengumpulan data dilengkapi dengan cara penelitian pustaka

(library research). Peneliti mencari data-data sesuai dengan permasalahan

dengan membaca dan mempelajari dari berbagai sumber seperti jurnal, koran,

buku-buku, internet, dan berbagai perangkat tertulis lainnya yang

berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC yang dapat

digunakan untuk memperkuat dan mempertajam analisis penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah dan

memprediksi hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode ini

meliputi analisis regresi data panel dan metode uji asumsi klasik.

64

1. Analisis Data Panel

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi

dari data time series dan cross section. Estimasi yang dilakukan dengan

menyatukan kedua data tersebut yang disebut dengan data pooling atau

panel data dengan pengolahan data menggunakan Software Eviews 8.0

untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Software Microsoft Excel 2016 juga dipakai untuk mempermudah

pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain. Data

panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara runtun waktu

(time series) dengan seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data

panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri

dari beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011).

Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

a. Model Common Effect

Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah

motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time

series dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS

(Ordinary Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya.

Dengan pendekatan ini kita tidak bisa melihat perbedaan antar

individu dan perbedaan antar waktu karena intercept maupun slope

65

dari model sama. Terlihat bahwa baik intercept maupun slope tidak

berubah baik antara individu maupun antar waktu (Nachrowi dan

Usman, 2006). Persamaan untuk Pooling Least Square ditulis dengan

persamaan sebagai berikut:

Yit = β0 + βXit + εit

dengan :

Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

β = Koefisien slope atau koefisien arah

β0 = Intersep model regresi

εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

b. Model Fixed Effect

Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel

dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

perbedaan intercept. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya

perbedaan intercept antara perusahaan namun intercept-nya sama

antar waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga

mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar

perusahaan dan antar waktu. Pendekatan dengan variabel dummy ini

dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy

Variabel (LSDV) atau disebut juga Covariance Model. Persamaan

66

pada estimasi dengan menggunakan fixed effect model dapat ditulis

dalam bentuk sebagai berikut:

Yit = β0i + βXit + εit

dengan :

Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

β = Koefisien slope atau koefisien arah

β0i = Intersep model regresi pada unit observasi ke-i

εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

c. Model Random Effect

Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel dengan

asumsi koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu

dan antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di

dalam Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan

tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa

konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom)

yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa

diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang

dikenal dengan Random Effect. Model ini akan mengestimasi data

panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar

waktu dan antar individu.

67

Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect

adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena

dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk

Random Effect Model adalah:

Yit = β0i + βXi,t + ui + εit

dengan :

Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

β = Koefisien slope atau koefisien arah

β0i = Intercept model regresi

ui = komponen error pada unit observasi ke-i

εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t

2. Tahapan Analisis Data

Dalam penelitian, harus dilakukan pemilihan antara tiga model yang

ada yaitu metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square/PLS), metode

efek tetap (fixed effect model), dan metode efek random (random effect

model). Pemilihan model dapat dilakukan dengan uji chow dan uji

hausman.

a. Uji Chow

Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui apakah model yang digunakan adalah common effect atau

fixed effect (Nachrowi dan Usman, 2006).

68

b. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah menggunakan

model fixed effect atau model random effect yang paling tepat

(Nachrowi dan Usman, 2006).

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan benar-benar terbebas dari adanya gejala

heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.

Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika

telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)

yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinearitas,

dan tidak terdapat autokorelasi (Sudrajat, 1988:164).

Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga

dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas,

maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari

variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah.

Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias

dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena

itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

69

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel

independen. Jika antar variabel independen X’s terjadi

multikolinearitas sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak

dapat ditentukan dan nilai standar error menjadi tidak terhingga. Jika

multikolinearitas antar variabel X’s tidak sempurna tetapi tinggi, maka

koefisien regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standard

error tinggi yang berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi

dengan tepat (Ghozali, 2009).

Dalam penelitian ini uji multikolinearitas akan dilakukan dengan

tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF) jika nilai VIF

tidak lebih dari 10, maka model dapat dinyatakan tidak memiliki

gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011).

Jika terdapat korelasi antara variabel independen, maka dinamakan

terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Suatu

model regresi dikatakan bebas multikolinearitas jika mempunyai nilai

VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.

Sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel

independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas

multikolinieritas jika koefisien korelasi antar varibel harus lemah

70

(dibawa 0.05). Sebaliknya jika korelasi yang terjadi kuat, maka terjadi

problem multikolinieritas (Santoso, 2004 : 203 – 206)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah

dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual suatu pengamatan ke pengamatanyang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut

homoskedastitas dan jika berbeda disbut dengan heteroskedastisitas

(Imam Ghozali, 2011).

Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat

menggunakan grafik plot dimana jika grafik plot menunjukkan suatu

pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian

menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas. Tetapi sebaliknya, jika grafik plot tidak

membentuk pola yang jelas maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t sedangkan untuk menguji

model regresi digunakan uji-f.

71

a. Uji F (Uji Signifikan Simultan)

Uji F dikenal sebagai uji Anova, yang digunakan untuk melihat

pengaruh dari semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikatnya, atau bisa juga untuk menguji apakah model regresi

yang dibuat signifikan atau tidak. Uji F dapat dilakukan dengan

membandingkan F hitung dengan F table, jika F hitung > dari F tabel,

maka Ho ditolak, dan Ha diterima yang berarti nilai probabilitas lebih

kecil dari 0,05. Dan sebaliknya, jika F hitung < dari F tabel, maka Ho

diterima dan Ha ditolak yang berarti nilai probabilitas lebih besar dari

0,05.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara

varibel independen terhadap variabel dependen.

b. Uji t (Uji Signifikan Parsial)

Uji t adalah suatu jenis pengujian statistika yang dilakukan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan,

dengan nilai hasil perhitungan statistika. Pada dasarnya, uji t dapat

menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari suatu variabel bebas secara

individual dalam menerangkan variabel terikat. Derajat signifikansi

yang digunakan sebsar 0,05. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

72

maka Hipotesis alternatif diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa

suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel

dependen.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara varibel

independen terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi mengukur kemampuan variabel X (variabel

independen) mempengaruhi variabel Y (variabel dependen). Semakin

besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan

variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan variabel

dependen.

Koefisien determinasi adalah seberapa besarnya kemampuan dari

seluruh variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel

terikatnya. Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan

koefisien korelasi (R). Sebagai contoh, jika nilai R adalah sebesar 0,40

maka koefisien determinasi (R Square) adalah 0,70 x 0,70 = 0,49.

Berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians dari

variabel terikatnya sebesar 49% dan terdapat 51% varians variabel

terikat yang dijelaskan oleh faktor lain.

73

5. Uji Analisis Model Regresi Data Panel

Model persamaan regresi data panel pada penelitian ini terdiri dari

beberapa langkah yang digunakan untuk menganalisis kemampuan

masing-masing variabel terhadap earnings response coefficient. Analisis

regresi data panel digunakan jika parameter dari suatu hubungan

fungsional antara 1 variabel dependen dengan lebih dari 1 variabel

independen yang ingin diestimasikan. Analisis regresi data panel

digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi earnings response coefficient. Adapun bentuk

persamaanya adalah:

Dengan keterangan sebagai berikut :

Yit : Earnings Response Coefficient (ERC)

C : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi

X1it : Persistensi Laba

X2it : Leverage (DER)

X3it : Kesempatan Pertumbuhan

X4it : CSR Disclosure

X5it : Risiko Sistematik / Beta

eit : Error

74

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada operasional variabel penelitian akan dijelaskan tentang jenis variasi

dari variabel operasional yang digunakan dalam penelitian yang meliputi dari

nilai-nilai pada masing-masing varibel operasional. Penjelasan dari

operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh

variasi variabel independen. Variasi perubahan variabel dependen

ditentukan oleh variasi perubahan variabel independen (Suliyanto, 2011).

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earnings Response

Coefficient (ERC) yang diperoleh dari regresi antara Cummulative

Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dan Unexpected

Earning (UE) sebagai proksi laba saham yang digunakan untuk

mengindikasikan atau menjelaskan perbedaan reaksi pasar atau respon

harga saham terhadap informasi laba. Maka, untuk mencari nilai ERC

dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

CARit : abnormal return kumulatif perusahaan i selama periode

pengamatan ± 5 hari dari publikasi laporan keuangan.

UEit : unexpected earning

β0 : konstanta

β1 : koefisien yang menunjukkan ERC

75

eit : komponen error dalam model atas perusahaan i pada periode t

Cummulative abnormal return merupakan proksi harga saham atau

reaksi pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing

price untuk saham dengan periode selama pelaporan. Untuk peristiwa

pengumuman laba, CAR dihitung pada periode sektor tanggal

pengumuman laporan keuangan untuk melihat bagaimana reaksi pasar

terhadap informasi tersebut. CAR dihitung pada saat laba akuntansi

dipublikasikan di dalam laporan keuangan mengacu pada penelitian

Ardila (2012) dalam Anggraini (2015) dalam even window pendek

selama 11 hari (5 hari sebelum pengumuman laporan keuangan, 1 hari

pengumuman laporan keuangan, dan 5 hari setelah pengumuman laporan

keuangan). CAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

5 5 ∑

Keterangan :

CARit (-5,+5) : Cummulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu

jendela peristiwa (even window) pada hari t-5 sampai t+5

ARit : Abnormal Return saham perusahaan i pada hari t

Return saham dan return pasar perusahaan dihitung dengan

menggunakan waktu pengamatan selama 11 hari perdagangan saham,

yaitu dari t-5 sampai dengan t+5, tanggal untuk menentukan t0 adalah

76

tanggal pada saat publikasi laporan keuangan di BEI, karena harga saham

cenderung berfluktuasi pada beberapa hari sebelum dan sesudah

pengumuman laba.

Pengukuram abnormal return dalam penelitian ini menggunakan

market adjust model yang mengasumsikan bahwa pengukuran terbaik

adalah indeks pasar sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi

untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang estimasi

adalah sama dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Dalam

hal ini return indeks pasar menggunakan return dari Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dipakai guna

melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu informasi dapat

dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut

memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal. Jogiyanto

(2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara actual

return dan expected return. Abnormal Return akan positif jika return

yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang

dihitung. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang

didapatkan lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang

dihitung (Cheng dan Christiawan, 2011:26). Abnormal return dapat

dihitung sebagai berikut:

Keterangan :

77

ARi,t : Abnormal Return perusahaan i pada periode ke-t

Ri,t : Actual Return saham perusahaan i pada periode ke-t

Rm,t : Return pasar pada periode ke-t

Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus

mencari actual return (return sesungguhnya) perusahaan i pada hari t

adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Rit : Return saham perusahaan i pada hari t

Pit : Harga penutupan saham i pada hari t

Pit-1 : Harga penutupan saham i pada hari t – 1

Return pasar diwakili dengan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) dihitung secara harian sebagai berikut :

1)

1

Keterangan :

Rm,t : Return pasar harian

IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t

IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t - 1

78

Selanjutnya, Unexpected Earnings (UE) dihitung dengan

menggunakan perbandingan data periode berjalan dengan periode

sebelumnya. Unexpected Earnings dihitung menggunakan pengukuran

laba per lembar saham dengan model random walk (Moradi dkk, 2010

dalam Delvira dan Nelvirita, 2013) yakni diukur dengan rumus sebagai

berikut:

1

1

Keterangan :

UEit : Unexpected Earning perusahaan i pada periode t

EPSit : Laba per lembar saham perusahaan i pada periode t

Eit-1 : Laba per lembar saham perusahaan i pada periode sebelumnya

(t-1)

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain. Variabel independen

yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Persistensi Laba (X1)

Persistensi laba diukur berdasarkan slope regresi atas perbedaan laba

perusahaan saat ini dengan laba sebelumnya (Chandrarin, 2003).

Keterangan:

Xit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

79

Xit-1 : Laba bersih perusahaan i pada tahun t-1

β : Koefisien hasil regresi (persistensi laba)

b. Leverage (X2)

Leverage diukur berdasarkan debt to equity ratio (DER)

c. Kesempatan Pertumbuhan (X3)

Kesempatan pertumbuhan diukur dari market to book value ratio

masing-masing perusahaan pada periode akhir periode laporan

keuangan (Jaswadi, 2003 dalam Mulyani, 2007) berdasarkan jumlah

saham beredar, harga saham, dan total ekuitas

d. CSR Disclosure (X4)

CSR disclosure diukur berdasarkan CSR index. Komponen

pengungkapan tanggung jawab social mengacu pada Global Reporting

Initiative (GRI) dengan menggunakan checklist pada masing-masing

indikator yaitu indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja

lingkungan, indikator kinerja sosial (tenaga kerja, hak asasi manusia,

sosial, dan tanggung jawab produk).

Keterangan:

CSRIj : Coporate Social Responsibility Index perusahaan j

ƩXji : Jumlah item/indikator yang diungkapkan perusahaan j

80

nj : Total item/indikator pengungkapan perusahaan j

e. Risiko Sistematik / Beta (X5)

Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) dengan

menggunakan market model (Hartono, 2003 dalam Mulyani, 2007)

dengan menggunakan rumus CAPM. Risiko yang diukur berdasarkan

return saham dan return pasar.

Keterangan:

Rit : Return saham perusahaan i tahun t

Rmt : Return pasar pada tahun t

81

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan di Jakarta pada tanggal 14

Desember 1912. BEI didirikan jauh sebelum Indonesia merdeka oleh

pemerintahan Hindia Belanda yang diselenggarakan oleh Vereniging

Voor de Effectenhandel yang pada saat itu masih bernama Bursa Efek

Jakarta (BEJ). Pada tanggal 11 Januari 1925 dibuka Bursa Efek di

Surabaya kemudian disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang

pada tanggal 1 Agustus 1925.

BEJ pertama kali diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1977.

Pada tahun 2007, BEJ dengan Bursa Efek Surabaya (BES) merger

menjadi BEI (Rodoni, 2008:41). Langkah merger BEJ dengan BES

menjadi BEI adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal

guna bersaing dengan bursa luar negeri (Suhartono dan Fadillah,

2009:20).

BEI adalah bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi

dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan

ekonomi nasional. Peranan BEI adalah berupaya mengembangkan

82

pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal

Indonesia yang stabil.

Pasar modal sangat erat hubungannya dengan perkembangan

perekonomian suatu negara dan perekonomian sangat dipengaruhi oleh

stabilnya politik. Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam

Undang-Undang No.8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM).

Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan

sehari-hari pasar modal (Rodoni, 2005:119).

2. Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI)

Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang

perkembangan bursa kepada masyarakat, BEI menyebarkan data

pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Adapun

indikator pergerakan saham dan perkembangan perdagangan di BEI

dicerminkan dalam suatu indeks yaitu Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) untuk seluruh perusahaan terbuka dan tercatat.

Perkembangan indeks BEI dan volume perdagangan saham

digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 1 Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2015

Periode

Total Perdagangan

IHSG

Volume Nilai (Rp miliar)

2010 1,453,529.55 1,181,870.07 3,703.512

83

2011 1,308,477.94 1,229,352.34 3,821.992

2012 1,134,062.47 1,118,498.66 4,316.667

2013 1,391,968.66 1,526,957.13 4,274.177

2014 1,327,015.65 1,453,392.36 5,266.947

2015 1,432,238.32 1,390,168.46 4,522.654

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Pasar Modal Desember 2015 (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perdagangan

saham BEI terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhan

tersebut ditandai dengan volume, nilai perdagangan, dan IHSG yang

terus berkembang. Meskipun pada tahun 2012 volume dan nilai

perdagangan saham mengalami penurunan, namun hal tersebut tidak

mempengaruhi IHSG yang tetap mengalami peningkatan.

Walaupun terdapat sebuah indeks yaitu IHSG atau Jakarta

Composite Index yang menggambarkan semua saham tercatat sebagai

komponen kalkulasi indeks dan mencerminkan keseluruhan market trend

saat ini, BEI juga mempunyai beberapa jenis indeks harga saham lainnya,

yaitu:

a. Indeks LQ45, merupakan 45 saham likuid terpilih setelah melalui

beberapa tahapan seleksi.

b. Jakarta Islamic Index, merupakan 30 saham terpilih yang termasuk

dalam daftar efek syariah yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK.

c. Indeks Kompas100, merupakan 100 saham pilihan harian koran

Kompas.

84

d. Indeks main board dan development board, yaitu indeks yang

didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI (papan

utama dan papan pengembangan).

e. Indeks sektoral, merupakan semua saham yang masuk dalam

sektoral yang sama, sektoral tersebut yaitu pertanian,

pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri

barang konsumsi, properti dan real estate, transformasi dan

infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan investasi.

3. Deskripsi Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan sektor keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

(BEI). Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive

sampling. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel sebanyak 49

perusahaan selama periode 2011-2015 yang digunakan penulis sebagai

objek penelitian. Selengkapnya mengenai rincian sampel penelitian

perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan

Perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI

selama periode pengamatan 91

Perusahaan yang tidak menyajikan dan tidak

mempublikasikan laporan keuangan, laporan

tahunan, dan data yang lengkap untuk penelitian

31

85

selama periode pengamatan

Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait

variabel yang digunakan dalam penilitian selama

periode pengamatan

61

Perusahaan yang secara konsisten tidak mengalami

perubahan nama dan bentuk badan usaha selama

periode pengamatan

53

Total sampel penelitian 49

Sumber : data sekunder (diolah)

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder dengan menggunakan metode regresi data panel, yaitu

menggabungkan antara cross section dan time series yang berbentuk

tahunan mulai dari periode 2010 sampai 2015. Dalam penelitian ini

penulis akan memaparkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Earnings Response Coefficient (ERC) yang mana persistensi laba,

leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR dan risiko sitematik sebagai

variabel independen (variabel bebas) sedangkan ERC sebagai variabel

dependen (variabel terikat).

B. Analisis dan Pembahasan

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel,

untuk menguji spesifikasi model dan kesesuaian teori-teori dengan

kenyataan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan batuan

perangkat lunak Microsoft Excel 2016 dan Eviews 8.0 untuk mempercepat

86

perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti,

dengan metode analisis secara ekonometrik. Adapun hasil dan analisis dari

uji yang sudah dilakukan, yakni:

1. Pemilihan Model Data Panel

Terdapat beberapa pendekatan/metode yang dapat digunakan dalam

mengestimasi model regresi data panel yakni pendekatan Common Effect

(CE) Model, Fixed Effect (FE) Model dan Random Effect (RE) Model.

Sebelum menerapkan metode yang digunakan, terlebih dahulu

dilakukan pemilihan terhadap pendekatan yang akan digunakan. Model

pertama adalah common effect model.

Tabel 4. 3 Common Effect Model

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:22

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000

LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005

KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205

CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255

BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136

C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85

S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305

Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879

Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758

F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

87

Selanjutnya hal yang sama dilakukan dengan Fixed Effect Model,

hasil regresinya adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 4 Fixed Effect Model

Dependent Variable: ERC_ Method: Panel Least Squares Date: 12/21/16 Time: 11:22 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 49 Total panel (balanced) observations: 245

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.003611 0.000418 -8.631227 0.0000

LEV_ -273.9100 442.3553 -0.619208 0.5365 KP_ -0.000253 0.000685 -0.370314 0.7116

CSR_ -7059.666 10190.48 -0.692771 0.4893 BETA_ -7877.520 5695.436 -1.383129 0.1682

C 46233.08 6149.686 7.517958 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.934220 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.915967 S.D. dependent var 26197.85 S.E. of regression 7594.372 Akaike info criterion 20.90003 Sum squared resid 1.10E+10 Schwarz criterion 21.67174 Log likelihood -2506.254 Hannan-Quinn criter. 21.21080 F-statistic 51.18122 Durbin-Watson stat 1.934016 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Selanjutnya hal yang sama akan dilakukan pada Random Effect

Model, hasil regresinya adalah sebagai berikut:

88

Tabel 4. 5 Random Effect Model

Dependent Variable: ERC_ Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 12/21/16 Time: 11:23 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 49 Total panel (balanced) observations: 245 Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004041 0.000322 -12.54399 0.0000

LEV_ 146.9088 367.3266 0.399941 0.6896 KP_ -0.000586 0.000643 -0.911412 0.3630

CSR_ -8359.699 8143.082 -1.026601 0.3056 BETA_ -7665.917 5681.551 -1.349265 0.1785

C 46392.77 4861.763 9.542376 0.0000 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 13559.57 0.7612

Idiosyncratic random 7594.372 0.2388 Weighted Statistics R-squared 0.430023 Mean dependent var 8207.948

Adjusted R-squared 0.418099 S.D. dependent var 10029.52 S.E. of regression 7650.764 Sum squared resid 1.40E+10 F-statistic 36.06308 Durbin-Watson stat 1.657456 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.645946 Mean dependent var 33782.08

Sum squared resid 5.93E+10 Durbin-Watson stat 0.764596 Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Setelah hasil dari model Common Effect, Fixed Effect, dan Random

Effect Model diperoleh maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji

untuk menentukan model estimasi mana yang lebih tepat. Maka

digunakanlah uji likelihood ratio atau uji chow.

89

a. Uji Chow

Menurut Widarjono (2009:238-239) uji chow ialah pengujian

untuk menentukan model fixed effect atau common effect yang lebih

tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Dalam uji chow,

dibuat hipotesis untuk selanjutnya diuji. Hipotesis dalam uji chow

adalah sebagai berikut:

H0 : menggunakan model common effect

Ha : menggunakan model fixed effect

Dasar penentuan model yang tepat adalah dengan melihat

perbandingan nilai probabilitas F. Jika nilai probability F ≥ 0.05

artinya H0 diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan

adalah model common effect. Sebaliknya, jika nilai probabilty F <

0.05 artinya H0 ditolak, yang berarti model yang paling tepat

digunakan adalah fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji hausman

untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model

random effect. Hasil pengujian uji chow dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.524316 (48,142) 0.9944

Cross-section Chi-square 31.980786 48 0.9635 Sumber : Eviews 8 (data diolah)

90

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai probabilitas

cross section F adalah 0.9944 atau > 0.05, yang berarti H0 diterima,

dan Ha ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan

yang digunakan pada penelitian ini adalah model common effect.

b. Uji Hausman

Uji hausman dilakukan untuk membandingkan model mana

yang terbaik anatara model fixed effect dan random effect. Dalam

melakukan uji hausman, dibuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : menggunakan model random effect

Ha : menggunakan model fixed effect

Berdasarkan hasil uji chow di atas, uji hausman tidak dilakukan

karena karena model yang terpilih adalah model common effect.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel

independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel

independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antara variabel

independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas

91

atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi masing-masing

variabel bebas.

Multikolinieritas bisa dideteksi dengan melihat kolerasi linier

antara variabel independen di dalam regresi. Sebagai aturan yang

kasar (rule of thumb), jika koefisien kolerasi cukup tinggi yaitu diatas

0,85 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika

koefisien kolerasi kurang dari 0,85 maka diduga model tidak

mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu diperhatikan

terutama pada data time series seringkali menunjukan kolerasi antar

variabel independen cukup tinggi. Kolerasi tinggi ini terjadi karena

data time series seringkali menunjukan unsur tren yaitu data bergerak

naik dan turun secara bersamaan (Widarjono, 2010:77).

Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r)

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolinearitas

PL_ LEV_ KP_ CSR_ BETA_ PL_ 1.000000 0.218385 0.244526 0.508514 0.011101

LEV_ 0.218385 1.000000 0.144457 0.649334 0.015831

KP_ 0.244526 0.144457 1.000000 0.135370 0.042759

CSR_ 0.508514 0.649334 0.135370 1.000000 0.014772

BETA_ 0.011101 0.015831 0.042759 0.014772 1.000000

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa tidak ada

variabel yang memiliki nilai korelasi diatas 0.85. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai tidak terdapat

92

masalah multikolinearitas dengan kata lain dalam penelitian ini tidak

terdapat korelasi diantara variabel bebasnya.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian variabel dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau memiliki nilai yang

sama, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda (tidak sama)

disebut heteroskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi

adalah yang homoskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari

probabilitas Obs*R-square. Apabila probabilitas Obs*R-square uji

white lebih kecil dari 0.05, maka terdapat masalah heteroskedastisitas.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

pada penelitian ini adalah uji white. Hasil uji heteroskedastisitas

adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Hasil Uji Heterosdastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.362128 Prob. F(20,3) 0.9311

Obs*R-squared 16.97051 Prob. Chi-Square(20) 0.6549

Scaled explained SS 10.40028 Prob. Chi-Square(20) 0.9603 Sumber: Eviews 8 (data diolah)

93

Berdasarkan output pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai

probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.6549 yang lebih besar dari nilai

α sebesar 0.05, karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α

= 5% maka H0 diterima dan menolak H1. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dalam model ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a. Uji F (simultan)

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji

pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat,

maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.

Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini

akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung

dengan Ftabel atau melihat dari nilai probabilitas (prob.) dari tabel.

Apabila nilai probabilitas < 0.05 maka menolak H0 dan dapat

disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan

mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai probabilitas >

0.05, maka menerima H0 dan dapat disimpulkan bahwa secara

bersama-sama tidak ada variabel independen yang mempengaruhi

94

variabel dependennya. Berikut hasil uji hipotesis secara simultan

menggunakan uji F:

Tabel 4. 9 Hasil Uji F Common Effect

R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85 S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305 Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879 Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758 F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan hasil output pada tabel di atas, hasil F-statistic

sebesar 96.74807 dengan tingkat signifikansi 0.000000 yang

menunjukkan tingkat signifikansi kurang dari 0.05, maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persistensi laba,

leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko

sistematik secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC) atau dengan kata lain model

penelitian ini layak untuk digunakan (goodness of fit) terpenuhi.

b. Uji t (parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual (parsial)

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05.

95

Apabila probabilitas < 0.05 maka hasilnya terdapat pengaruh dari

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat dengan indikator lain, yaitu apabila nilai thitung >

ttabel, maka menolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap

variabel dependennya. Apabila nilai thitung < ttabel, maka menerima H0

dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak

mempengaruhi variabel dependennya. Hasil pengujian hipotesis

dengan uji t adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Hasil Uji t Common Effect

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:22

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000

LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005

KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205

CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255

BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136

C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:

1.) Persistensi Laba

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa persistensi laba menunjukkan

hubungan negatif terhadap ERC. Persistensi laba memiliki nilai

96

thitung (t-statistik) sebesar 17.01329 > nilai ttabel sebesar 1.969694

dengan probabilitas 0.0000 yang berarti 0.0000 < α = 0.05.

Sehingga, dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang

berarti bahwa persistensi laba berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ERC.

2.) Leverage

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa leverage yang diukur dengan Debt

to Equity Ratio (DER) menunjukkan hubungan positif terhadap

ERC. Persistensi laba memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar

3.546008 > nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas

0.0005 yang berarti 0.0005 < α = 0.05. Sehingga, dapat

disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC.

3.) Kesempatan Pertumbuhan

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa kesempatan pertumbuhan

menunjukkan hubungan negatif terhadap ERC. Kesempatan

pertumbuhan memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar 1.558152 <

nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas 0.1205 yang

berarti 0.1205 > α = 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan H0

diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa kesempatan

pertumbuhan tidak berpengaruh negatif terhadap ERC.

97

4.) CSR Disclosure

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa CSR disclosure yang diukur

menggunakan CSR index menunjukkan hubungan negatif

terhadap ERC. CSR disclosure memiliki nilai thitung (t-statistik)

sebesar 2.247346 > nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan

probabilitas 0.0255 yang berarti 0.0255 < α = 0.05. Sehingga,

dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

CSR disclosure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

ERC.

5.) Risiko Sistematik

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa risiko sistematik yang diukur

menggunakan beta menunjukkan hubungan negatif terhadap

ERC. Risiko sistematik memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar

0.654166 < nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas

0.5136 yang berarti 0.5136 > α = 0.05. Sehingga, dapat

disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa risiko

sitematik tidak berpengaruh negatif terhadap ERC.

c. Uji Adjusted R Square

Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa

besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Nilai R2 berkisar antara 0-1. Jika nilai R

2 semakin mendekati 0, maka

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen

98

semakin kecil. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen

semakin besar.

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana

setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam

model akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square. Berikut adalah

hasil uji Adjusted R Square:

Tabel 4. 11 Hasil Uji Adjusted R Square

R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85

S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305

Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879

Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758

F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai adjusted R-

squared yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0.662396

yang menunjukkan kemampuan variabel independen (persistensi laba,

leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko

sistematik) dalam menjelaskan variabel dependen (Earnings Response

99

Coefficient (ERC)) adalah sebesar 66.2396%. Sisanya sebesar

33.7604% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

model penelitian ini.

4. Analisis Regresi Data Panel

Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, maka

selanjutnya hasil uji persamaan regresi data panel di analisis yang

bertujuan menguji pengaruh variabel persistensi laba, leverage,

kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC). Analisis regresi data panel dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 12 Analisis Regresi Data Panel dengan Model Commen Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000

LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005

KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205

CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255

BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136

C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, model estimasi yang terpilih adalah model

common effect. Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

ERCit β0 β1PLit β2LEVit β3KPit β4CSRit β5BETAit εit

ERCit = 48821.56 – 0.004521 PLit + 1259.287 LEVit – 0.001246 KPit –

17598.65 CSRit – 7430.455 BETAit + εit

100

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan:

a. Konstanta sebesar 48821.56, yang menyatakan jika variabel

persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure,

dan risiko sistematik bernilai 0 maka nilai variabel ERC miliki nilai

48821.56.

b. Koefisien regresi -0.004521 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1

point nilai persistensi laba, maka akan menurunkan nilai ERC sebesar

-0.004521 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel

lain dianggap tetap (konstan).

c. Koefisien regresi 1259.287 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1

point nilai leverage, maka akan menaikkan nilai ERC sebesar

1259.287 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel lain

dianggap tetap (konstan).

d. Koefisien regresi -17598.65 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1

point nilai CSR disclosure, maka akan menurunkan nilai ERC sebesar

-17598.65 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel

lain dianggap tetap (konstan).

C. Interpretasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka interpretasi

penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

101

1. Persistensi laba terhadap ERC

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh

signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan

bahwa persistensi laba memiliki hubungan negatif dengan ERC, artinya

apabila terdapat peningkatan terhadap nilai persistensi laba maka nilai ERC

akan mengalami penurunan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Wulandari (2016) yang menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh

negatif signifikan terhadap ERC. Hal tersebut dikarenakan investor

cenderung berorientasi pada jangka pendek untuk memperoleh capital gain,

sehingga semakin rendah persistensi laba maka menyebabkan semakin

tinggi ERC

Hal ini berbeda dengan kebanyakan teori yang menyatakan bahwa

persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC. Namun hasil penelitian

ini sejalan dengan Mulyani dkk (2007) dan Delvira dan Nelvirita (2013)

yang menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap

ERC. Artinya, persistensi laba mempengaruhi reaksi investor dalam

merespon pengumuman laba. Investor mempertimbangkan persistensi laba

suatu perusahaan untuk menentukan keputusan berinvestasi.

Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang

dilakukan oleh Hapsari (2010), Imroatussolihah (2013), dan Buana (2014)

yang menemukan persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC dengan

penjelasan bahwa investor tidak merespon terhadap perubahan laba

102

meskipun perusahaan telah menunjukkan persistensi laba yang positif untuk

masa datang. Dalam menentukan investasi, investor juga menilai informasi

lain yang mungkin berpengaruh terhadap investasinya (Imroatussolihah,

2013).

2. Leverage terhadap ERC

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan

terhadap ERC. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan bahwa

leverage memiliki hubungan positif dengan ERC, artinya apabila terdapat

peningkatan terhadap nilai leverage maka nilai ERC akan mengalami

peningkatan pula. Adanya pengaruh yang signifikan ini menunjukkan

bahwa leverage mempengaruhi reaksi pasar pada saat pengumuman laporan

keuangan.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Etty (2008) bahwa

leverage yang tinggi bukan berarti bahwa hanya debtholder yang akan

diuntungkan, namun pemegang saham juga akan memperoleh bagian dari

keuntungan perusahaan tersebut. Karena besar atau kecil laba yang

diperoleh perusahaan, debtholder akan menerima sebesar bunga yang relatif

tetap, sehingga besarnya laba yang diterima perusahaan akan direspon

positif oleh pemegang saham.

Agus (2001) dalam Delvira dan Nelviritas (2013) mengatakan bahwa

penggunaan hutang dapat memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.

Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga merupakan pengurang pajak,

103

sehingga laba yang diperoleh oleh investor akan menjadi lebih besar.

Perusahaan yang menggunakan leverage bertujuan agar keuntungan yang

diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya. Dengan kata

lain, semakin besar utang yang dimiliki maka semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan laba perusahan yang diperoleh, sehingga

hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan

diperoleh pemegang saham

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mulyani, dkk (2007), Hapsari dan Simorangkir (2013), dan Imroatussolihah

(2013) yang menemukan bahwa struktur modal bepengaruh terhadap ERC.

Hal tersebut menggambarkan bahwa investor akan bereaksi terhadap

perusahaan yang memiliki utang dengan jumlah yang relatif besar.

3. Kesempatan pertumbuhan terhadap ERC

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kesempatan pertumbuhan tidak

berpengaruh terhadap ERC yang berarti kesempatan bertumbuh belum

menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya ERC. Hasil ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena

motivasi investor dalam investasinya bukan untuk mendapatkan keuntungan

jangka panjang melainkan untuk mendapatkan capital gain (Palupi, 2006).

Faktor kesempatan bertumbuh biasanya diamati oleh investor yang

mempunyai perspektif jangka panjang untuk mendapatkan yield dari

investasi yang dilakukannya. Pengaruh kesempatan bertumbuh yang tidak

104

signifikan terhadap ERC dikarenakan kesempatan bertumbuh tidak menjadi

pusat perhatian investor dalam membuat keputusan investasi (Ahmadillah,

2013).

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan

Murni (2009), Imroatussholihah (2013), dan Buana (2014) yang

menemukan kesempatan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap ERC.

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Mulyani dkk

(2007) yang menyatakan kesempatan pertumbuhan berpengaruh terhadap

ERC yang berarti perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang

besar maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau

menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang.

4. CSR disclosure terhadap ERC

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa CSR disclosure berpengaruh

signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan

bahwa CSR disclosure memiliki hubungan negatif dengan ERC, artinya

bahwa semakin besar CSR disclosure maka akan semakin kecil nilai ERC.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sayekti (2007), Dihayati

dan Murni (2009), Kertadjumena (2010), dan Pradipta dan Purwaningsih

(2011). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi

tanggung jawab sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan

perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki

dampak yang positif terhadap perusahaan. Terutama dapat mengangkat citra

105

perusahaan yang secara tidak langsung akan ikut meningkatkan volume

penjualan. Selain itu investor juga menggunakan informasi tanggung jawab

sosial sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan berinvestasi selain

informasi laba. Apabila informasi CSR diungkapkan bersamaan dengan

informasi laba, investor akan bereaksi dimana reaksi investor terhadap

informasi CSR memperkecil relevansi laba.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dahlia dan Siregar (2008), Hidayati dan Murni (2009), Silalahi (2014), dan

Dewi (2015) yang menemukan bahwa informasi CSR tidak berpengaruh

terhadap ERC. Menurut Restuti dan Nathaniel (2012) investor masih kurang

percaya dengan informasi CSR yang diungkapkan perusahaan karena

investor lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan CSR

lebih berorientasi pada kinerja jangka panjang, sehingga informasi CSR

tidak direspon oleh investor dan tidak digunakan oleh investor dalam

pengambilan keputusan investasi.

5. Risiko sistematik terhadap ERC

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa risiko sistematik tidak

bepengaruh terhadap ERC. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Harahap (2004), Buana (2014), dan Silalahi (2014).

Menurut Halim (2005) dalam Buana (2014) yang mengungkapkan bahwa

risiko sistematik tidak menjadi gambaran dalam menentukan tinggi

rendahnya ERC. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat

106

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar

secara keseluruhan. Sehingga risiko sistematik tidak dapat dihindari oleh

semua perusahaan. Hal ini dianggap oleh investor sebagai hal yang wajar,

maka pengaruhnya terhadap ERC adalah tidak ada.

Penyebab tidak signifikannya hasil penelitian ini juga dikarenakan

rendahnya nilai variabel risiko sistematik. Rata-rata keseluruhan perusahaan

yang diteliti merupakan perusahaan yang memiliki risiko sistematik < 1

(berisiko rendah), yang berarti secara keseluruhan perusahaan memiliki

risiko yang rendah.

Rendahnya variabel risiko sistematik menyebabkan investor lebih

cenderung memperhatikan angka lainnya untuk pengambilan keputusan

dibandingkan dengan risiko sistematik perusahaan (Amelia, 2013). Oleh

karena itu risiko sistematik menjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap

ERC yang dilaporkan perusahaan.

107

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ERC. Penelitian ini dilakukan terhadap 49 perusahaan sektor

keuangan yang terdaftar di BEI selama 2011-2015. Berdasarkan analisa dan

pembahasan hasil penelitian dengan melakukan pengujian hipotesis

menggunakan analisis regresi data panel, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure,

dan risiko sistematik secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

terhadap ERC. Sedangkan secara parsial, persistensi laba dan CSR

disclosure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ERC. Leverage

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC. Kesempatan

pertumbuhan dan risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap ERC.

2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi ERC adalah persistensi

laba dan leverage. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat ini

investor sangat memperhatikan dan mempertimbangkan laba perusahaan

dalam menetukan keputusan investasi. Sehingga besarnya laba yang

diperoleh perusahaan akan direspon oleh para pemegang saham.

108

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba

mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya:

1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi investor

dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menjalankan strategi yang

tepat dalam menanamkan investasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal dan

dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat

menambahkan variabel yang lebih signifikan secara statistik dan

menambah periode waktu yang lebih lama. Sehingga data akan lebih

representatif dan lebih lengkap dari penelitian saat ini.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

dalam menetapkan kebijakan operasional dan investasi pada setiap

perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang kemudian dapat

digunakan sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini.

109

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Lolli. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal terhadap

Earnings Response Coefficient (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur

yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Andalas, Padang, 2014.

Ahmadillah, Haris. “Pengaruh Leverage, Risiko Sistematis dan Kualitas Auditor

terhadap Relevansi Nilai Laba Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Akuntansi, Vol 1, No 3: Seri B,

Universitas Negeri Padang, 2013.

Amelia, Novi. “Pengaruh Risiko Sistematis dan Kesempatan Bertumbuh

Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol 1, No 2: Seri A, Universitas

Negeri Padang, 2013.

Andreas, Hans Hananto. “Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor

Earnings Response Coefficient Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2012.

Ardila, Isna. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Responses

Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta

Islamic Index)”, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012.

Ball, Ray dan Philip Brown. “An Empirical Evaluation of Accounting Income

Numbers”, Journal of Accounting Research, Vol. 6, No. 2, Autumn, 1968.

Boediono, Gideon SB. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis

Jalur”, Jurnal dan Prosiding SNA, Vol. 8, UPN “Veteran” Yogyakarta,

2005.

Buana, Eka Larasanta. “Pengaruh Risiko Sistematik, Persistensi Laba dan

Kesempatan Bertumbuh Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2009-2012)”, Jurnal, 2014

Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. “Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return”, Jurnal,

Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2011.

110

Delvira, Maisil dan Nelvirita “Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan

Persistensi Laba Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) (Studi

pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Tahun 2008-2010)”,

Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Negeri Padang, 2013.

Dewi, Dian Masita. “The Role of CSRD on Company’s Financial Performance

and Earnings Response Coefficient (ERC)”, Jurnal, 2nd Global Conference

on Business and Social Science, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Lambung Mangkurat, Indonesia, 2015

Dhaliwal, D. S. dan Stanley S. Reynolds. “The Effect of The Default Risk of Debt

on The Earnings Response Coefficient”, The Accounting Review, Vol. 69,

No. 2, 1994.

Dwikarya, Christine Susilawati. “Faktor-Faktor Penentu ERC”, Jurnal Ilmiah

Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008.

Etty, Murwaningsari. “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earning Response

Coefficient”, Artikel Keuangan, 2008, diakses tanggal 24 November 2016,

melalui http://akuntansiku.com.

Fah, Cheng Fan dan Lee Hui Sin. “Relationship between Earnings Response

Coefficient of Insurance Firms an ExGrowth Opportunities, Earned

Premium Incomes and Commissions in Malaysia”, International Business

Research, Vol. 7, No. 6, Malaysia, 2014.

Ghozali, Imam. “Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17”,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

Halim, Abdul. “Analisis Investasi Edisi Kedua”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Hapsari, Hanung Desy dan Panubut Simorangkir. “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC) pada Perusahaan

Kompas 100 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010”,

Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, Program Studi Akuntansi,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Perbanas Institute, Jakarta, 2013.

Hendriksen, Eldon S. “Teori Akuntansi”, Edisi Keempat, Erlangga, 1999.

Hosseini, Mohsen, Kamal Nadafi Chalestori, Saeid Rezahi Hi, dan Ehsan

Ebrahimi. “A Study on the Relationship between Earnings Management

Incentives and Earnings Response Coefficient ”, 1st International

Conference on Applied Economics and Business, Iran, 2016.

111

Husnan, Suad. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPP AMP

YKPN, Yogyakarta, 2005.

Husnan, Suad. “Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

Panjang)”, Edisi 4, Cetakan 4, BPFE, Yogyakarta, 2000.

https://id.wikipedia.org

http://www.sahamok.com

Imroatuassolihah, Ely. “Pengaruh Risiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan,

Persistensi Laba dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Terhadap Earning Response Coefficient pada Perusahaan High Profile”,

Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 1, No. 1, Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, 2013.

Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 September

2007”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Jones, Charles P. “Investment: Analysis and Management”, Tenth Edition, John

Wiley and Sons, 2007

Jumingan, “Analisis Laporan Keuangan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.

Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Kencana, Jakarta, 2010.

Kartadjumena, Eriana. “Pengaruh Voluntary Disclossure of Financial

Information dan CSR Disclossure Terhadap Earning Response Coefficient

(Survey pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2008-2009)”, Jurnal

Mangement Research, Universitas Widyatama Bandung, 2010.

Kormendi, R. dan R. Lipe. “Earnings Innovations, Earnings Persistence and

Stock Return”, Journal of Bussiness. 60: 323-345, 1987.

Mahjoubi, Mohamed Naceur dan Ezzeddine Abaoub. “Earnings Response

Coefficient as a Measure of Market Expectations: Evidence from Tunis

Stock Exchange”, International Journal of Economics and Financial Issues,

Vol. 5, Issue. 2, Tunisia 2015.

Moradi, Mehdi, Mahdi Salehi, Zakiheh Erfanian. “A Study of the Effect of

Financial Leverage on Earnings Response Coefficient through out Income

Approach: Iranian Evidence”, International Review of Accounting,

Banking, and Finance, Vol. 2, No. 2, University of Mashhad dan Guilan

University, Iran, 2010.

112

Mulyani, Sri, Nur Fadjrih Asyik, Andayani. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Earning Response Coefficient pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 11, No. 1,

STIESIA Surabaya, 2007.

Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahman. “Analisis Korelasi, Regresi, dan

Jalur dalam Penelitian”, Pustaka Setia, Bandung, 2011.

Najmudin, “Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syari’ah Modern”, C.V Andi

Offset, Yogyakarta, 2011

Otoritas Jasa Keuangan. “Statistik Pasar Modal, Juni 2016”, diakses tanggal 8

Juli 2016, dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/data-dan-

statistik/statistik-pasar-modal/Documents/Juni%20-

%20minggu%204%202016.pdf

Palupi, Margaretta. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Koefisien

Respon Laba Bukti Empiris pada Bursa Efek Jakarta”. Jurnal EKUBANK,

Vol 3, 2006

Panahian, H. dan Aminossadatti, A. “Relationship between Capital Structure

Effect on Earnings Response Coefficient for Tehran Stock Exchange (TSE)”,

Internasional Bulletin of Business Administration (10), 2011.

Pradipta, Dyah Hayu dan Anna Purwaningsih. “Pengaruh Luas Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning

Response Coefficient (ERC) dengan Ukuran Perusahaan dan Leverage

Sebagai Variabel Kontrol”, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Atma Jaya, Yogyakarta, 2011.

Restuti, MI Mitha Dwi dan Cecilia Nathaniel. “Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient”,

Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 3, No. 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Universitas Pelita Harapan,

Karawaci, 2012.

Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertasi

Hasil Penelitian”, Center for Social Economic Studies (CSES), Press.

Jakarta, 2005.

Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana

Media, Jakarta, 2014.

113

Rodoni, Ahmad dan Othman Young. “Analisis Investasi dan Teori Portofolio”,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi. “Pengaruh Corporate Social Responsibility

Disclossure Terhadap Earning Response Coefficient: Suatu Study Empiris

pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium

Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007.

Sayekti, Yosefa. “Strategic Corporate Social Responsibility (CSR), Company

Financial Performance, and Earning Response Coefficient: Empirical

Evidence on Indonesian Listed Companies”, Jurnal, 2nd Global Conference

on Business and Social Science, Indonesia, 2015.

Scott, William R. “Financial Accounting Theory”, Second Edition, Prentice Hall

Canada Inc, 2000.

Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”, Edisi 4 Buku 1, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta, 2014.

Silalahi, Sem Paulus. “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)

Disclosure, Beta dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1,

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Pekan Baru,

2014.

Subramanyam, K. R. dan Wild, John J. “Analisis Laporan Keuangan” Edisi 10,

Salemba Empat, Jakarta, 2010

Suhartono dan Qudsi Fadillah. “Portofolio Investasi di Bursa Efek Pendekatan

Teori dan Praktek”, Edisi kesatu, YKPN, Yogyakarta, 2009.

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”, C.V Andi

Offset, Yogyakarta, 2011

Susanto, Yulius K. “Determinan Koefisien Respon Laba” Jurnal Akuntansi dan

Manajemen, Vol. 23, No. 3, 2012

Tandelilin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi” Edisi

Pertama, Kainus, Yogyakarta, 2010.

Tandelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, BPFE,

Yogyakarta, 2001.

114

Tiolemba, Noviyanti dan Erni Ekawati. “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar Di BEJ”, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2,

2008.

Ummah, Hidayatul. “Analisa Pengaruh Penyusutan Terhadap Earnings Response

Coefficient (ERC) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 2012.

Untung, Hendrik Budi. “Corporate Social Responsibility”, Jakarta, 2008.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Edisi Ketiga,

Ekonisia, Yogyakarta, 2009.

Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, Edisi Pertama, UPP

STIM YKPN, Yogyakarta, 2010.

Willjayanti, Dita. “Pengaruh Struktur Modal dan Kualitas Audit Terhadap

Earning Response Coefficient”, Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Pelita Harapan, Surabaya, 2012.

Wijaya, Tony. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis”, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2013.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,

Edisi Ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.

Wulandari, Meliana. “Pengaruh Risiko Sistematis, Leverage, Persistensi Laba,

dan Kesempatan Bertumbuh terhadap Earning Response Coefficient pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Undergraduate Thesis,

Widya Mandala Catholic University Surabaya, 2016.

115

LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian

No. Perusahaan Tahun (ERC) Y (PL) X1 (DER) X2 (MBV) X3 (CSR) X4 (BETA) X5

1 ABDA 2011 32,220.148 30,874.287 1.734 1,181,393 0.283 0.062

2 ABDA 2012 28,526.925 78,414.850 1.891 1,828,079 0.348 0.182

3 ABDA 2013 21,777.243 113,309.527 1.639 3,232,128 0.370 0.036

4 ABDA 2014 17,574.610 150,137.910 1.199 3,181,249 0.391 0.247

5 ABDA 2015 -2,292.380 173,460.034 1.330 4,050,174 0.391 0.039

6 AGRO 2011 51,669.421 -4,248.177 9.014 1,216,577 0.609 0.062

7 AGRO 2012 51,663.054 16,901.679 9.863 1,416,513 0.630 0.182

8 AGRO 2013 51,570.086 17,092.623 5.123 1,040,285 0.717 0.036

9 AGRO 2014 51,791.680 38,897.305 6.063 840,419 0.783 0.247

10 AGRO 2015 51,768.756 49,637.343 5.185 815,134 0.783 0.039

11 AHAP 2011 49,175.859 -9,429.498 1.060 1,421,101 0.283 0.062

12 AHAP 2012 48,635.885 -3,794.404 2.053 1,149,106 0.304 0.182

13 AHAP 2013 47,363.633 -1,415.466 1.957 837,955 0.370 0.036

14 AHAP 2014 47,195.528 4,199.410 1.968 974,145 0.370 0.247

15 AHAP 2015 51,617.207 4,935.106 1.519 993,591 0.370 0.039

16 AKSI 2011 59,346.230 -17,605.271 0.401 916,715 0.304 0.062

17 AKSI 2012 52,988.793 -60,928.218 0.239 891,840 0.283 0.182

18 AKSI 2013 53,431.980 -20,876.030 0.131 1,600,768 0.391 0.036

19 AKSI 2014 52,475.563 -22,139.630 0.888 1,509,409 0.413 0.247

20 AKSI 2015 51,967.426 -16,518.014 0.029 1,392,693 0.413 0.039

21 AMAG 2011 45,634.186 46,673.218 0.653 663,687 0.522 0.062

22 AMAG 2012 46,329.531 87,225.231 0.763 863,616 0.500 0.182

23 AMAG 2013 46,111.758 145,267.714 0.715 666,362 0.522 0.036

24 AMAG 2014 47,320.333 151,587.961 0.597 748,497 0.565 0.247

25 AMAG 2015 46,920.447 137,205.385 0.742 1,259,899 0.587 0.039

26 APIC 2011 51,323.023 -8,998.190 0.034 1,308,764 0.217 0.062

27 APIC 2012 52,723.900 1,598.079 0.060 1,258,808 0.239 0.182

28 APIC 2013 52,322.740 -15,213.978 0.068 3,139,355 0.457 0.036

29 APIC 2014 51,562.445 -5,578.046 0.142 3,250,619 0.522 0.247

30 APIC 2015 51,743.286 17,513.823 0.210 3,581,857 0.587 0.039

31 ARTA 2011 45,916.909 -18,799.233 0.422 1,012,092 0.435 0.062

32 ARTA 2012 51,068.318 9,312.217 0.323 502,936 0.413 0.182

33 ARTA 2013 50,813.613 -8,156.913 0.235 312,767 0.370 0.036

34 ARTA 2014 50,940.965 -5,393.841 0.200 492,962 0.522 0.247

116

35 ARTA 2015 52,469.195 -7,348.209 0.199 564,984 0.522 0.039

36 ASBI 2011 46,228.923 -16,996.497 1.404 472,017 0.435 0.062

37 ASBI 2012 33,621.025 -9,759.719 2.100 718,988 0.457 0.182

38 ASBI 2013 38,333.068 9,526.748 2.101 659,807 0.500 0.036

39 ASBI 2014 45,719.513 2,228.194 2.195 1,202,467 0.500 0.247

40 ASBI 2015 32,220.148 -8,948.769 2.074 476,930 0.587 0.039

41 ASDM 2011 38,333.068 -4,108.900 1.258 654,504 0.413 0.062

42 ASDM 2012 33,875.730 4,489.196 4.684 810,723 0.457 0.182

43 ASDM 2013 31,073.975 12,056.194 4.558 640,773 0.457 0.036

44 ASDM 2014 27,762.810 16,884.831 5.019 981,556 0.826 0.247

45 ASDM 2015 23,432.825 22,381.772 4.932 890,379 0.783 0.039

46 ASJT 2011 47,629.800 -6,517.041 1.032 1,574,528 0.283 0.062

47 ASJT 2012 47,502.448 -6,308.126 1.176 1,587,667 0.283 0.182

48 ASJT 2013 50,431.555 -6,005.985 1.332 1,384,914 0.283 0.036

49 ASJT 2014 45,464.808 -13,652.730 1.042 572,085 0.304 0.247

50 ASJT 2015 49,030.678 -299.006 1.347 566,732 0.435 0.039

51 ASRM 2011 24,451.645 7,383.682 2.614 811,499 0.370 0.062

52 ASRM 2012 33,493.673 21,734.809 5.672 1,309,976 0.370 0.182

53 ASRM 2013 32,856.910 16,661.314 5.373 1,124,126 0.370 0.036

54 ASRM 2014 18,211.373 17,873.247 4.996 1,192,708 0.370 0.247

55 ASRM 2015 14,900.208 45,505.090 4.182 1,798,336 0.370 0.039

56 BACA 2011 52,070.582 6,017.871 6.712 1,174,051 0.500 0.062

57 BACA 2012 51,514.051 11,230.642 7.614 821,023 0.500 0.182

58 BACA 2013 51,032.659 33,590.185 6.877 614,901 0.500 0.036

59 BACA 2014 51,367.596 59,157.586 8.497 624,114 0.565 0.247

60 BACA 2015 51,044.121 64,833.116 10.543 1,233,891 0.565 0.039

61 BBCA 2011 -3,693.258 9,503,917.254 8.070 4,646,206 0.848 0.062

62 BBCA 2012 -8,277.948 12,130,548.534 7.516 4,279,880 0.891 0.182

63 BBCA 2013 -20,885.845 13,142,172.092 6.736 3,663,176 0.891 0.036

64 BBCA 2014 -32,347.570 15,992,605.465 6.065 4,111,377 0.891 0.247

65 BBCA 2015 -40,243.425 18,525,905.564 5.601 3,622,122 0.891 0.039

66 BBKP 2011 40,794.791 533,285.017 12.073 1,044,298 0.848 0.062

67 BBKP 2012 39,568.387 812,825.910 12.147 979,077 0.848 0.182

68 BBKP 2013 38,008.319 917,554.201 10.179 788,395 0.848 0.036

69 BBKP 2014 42,697.438 1,029,765.250 10.589 989,055 0.848 0.247

70 BBKP 2015 39,351.888 796,348.566 11.523 835,684 0.848 0.039

71 BBNI 2011 13,117.273 4,593,773.199 6.903 1,853,875 0.891 0.062

72 BBNI 2012 4,712.008 6,503,788.278 6.658 1,569,433 0.891 0.182

73 BBNI 2013 -9,042.063 7,896,718.018 7.109 1,529,367 0.891 0.036

74 BBNI 2014 -20,758.493 10,153,877.151 5.591 1,845,572 0.891 0.247

75 BBNI 2015 -9,169.415 12,143,556.313 5.262 1,174,507 0.891 0.039

117

76 BBRI 2011 -27,242.008 12,865,780.652 8.432 3,308,924 0.870 0.062

77 BBRI 2012 -46,347.430 16,926,834.927 7.498 2,616,084 0.870 0.182

78 BBRI 2013 -57,336.678 20,969,663.036 6.894 2,232,052 0.870 0.036

79 BBRI 2014 -72,294.229 23,965,181.276 7.205 2,911,083 0.870 0.247

80 BBRI 2015 -78,376.584 27,221,916.524 6.765 2,466,487 0.870 0.039

81 BDMN 2011 4,612.673 3,218,709.078 4.494 1,505,779 0.848 0.062

82 BDMN 2012 -454.683 3,853,951.686 4.422 1,865,838 0.848 0.182

83 BDMN 2013 -850.750 4,604,378.454 4.839 1,135,240 0.848 0.036

84 BDMN 2014 18,250.852 4,651,746.044 4.927 1,300,425 0.848 0.247

85 BDMN 2015 21,051.333 2,993,163.778 4.496 887,455 0.848 0.039

86 BEKS 2011 55,609.708 79,565.007 11.937 2,295,236 0.674 0.062

87 BEKS 2012 52,239.961 -815,396.750 10.744 1,953,132 0.652 0.182

88 BEKS 2013 51,711.448 32,636.588 11.503 1,245,822 0.652 0.036

89 BEKS 2014 54,262.318 88,130.530 13.217 1,339,009 0.674 0.247

90 BEKS 2015 56,772.436 -153,857.294 18.207 1,816,464 0.674 0.039

91 BFIN 2011 -18,338.795 386,682.706 1.242 1,831,576 0.717 0.062

92 BFIN 2012 11,843.748 457,786.882 1.296 1,076,007 0.717 0.182

93 BFIN 2013 10,442.870 530,671.330 1.441 1,123,311 0.739 0.036

94 BFIN 2014 3,820.540 551,278.681 1.676 1,076,382 0.761 0.247

95 BFIN 2015 -254.740 650,650.431 1.929 1,090,962 0.761 0.039

96 BKSW 2011 52,614.377 -18,640.862 3.026 2,804,903 0.478 0.062

97 BKSW 2012 53,905.731 -13,058.558 4.382 2,819,079 0.587 0.182

98 BKSW 2013 52,771.020 -351,402.340 6.302 1,813,275 0.587 0.036

99 BKSW 2014 50,783.048 -16,231.598 8.136 1,558,371 0.609 0.247

100 BKSW 2015 50,581.831 115,721.938 9.625 1,037,123 0.630 0.039

101 BMRI 2011 -14,560.246 10,333,990.134 7.204 2,488,652 0.891 0.062

102 BMRI 2012 -31,769.390 14,240,015.852 6.778 2,444,832 0.891 0.182

103 BMRI 2013 -46,504.074 18,000,189.558 6.721 2,042,277 0.891 0.036

104 BMRI 2014 -55,609.778 21,129,779.689 6.648 2,374,014 0.891 0.247

105 BMRI 2015 -58,136.451 23,179,450.086 6.161 1,788,197 0.891 0.039

106 BNBA 2011 50,501.599 10,300.633 5.223 667,629 0.565 0.062

107 BNBA 2012 49,701.825 32,365.897 5.667 722,172 0.565 0.182

108 BNBA 2013 49,752.766 44,149.388 6.168 636,148 0.565 0.036

109 BNBA 2014 49,993.462 43,118.290 7.562 600,078 0.565 0.247

110 BNBA 2015 49,712.013 38,209.906 4.323 352,154 0.587 0.039

111 BNGA 2011 36,706.776 2,842,083.270 8.080 1,652,411 0.783 0.062

112 BNGA 2012 31,399.997 3,548,359.292 7.715 1,208,212 0.783 0.182

113 BNGA 2013 31,150.387 4,753,441.695 7.455 884,233 0.783 0.036

114 BNGA 2014 40,980.726 4,805,434.623 7.196 730,289 0.783 0.247

115 BNGA 2015 50,683.713 2,612,598.908 7.328 516,182 0.783 0.039

116 BPFI 2011 49,886.486 9,148.230 1.245 1,309,865 0.326 0.062

118

117 BPFI 2012 49,124.918 6,150.409 1.808 955,008 0.370 0.182

118 BPFI 2013 48,230.904 13,848.822 2.621 1,903,269 0.348 0.036

119 BPFI 2014 47,725.314 21,772.998 1.453 1,592,766 0.391 0.247

120 BPFI 2015 48,974.642 25,460.463 0.966 1,634,623 0.391 0.039

121 BSIM 2011 51,114.164 94,346.319 11.864 1,873,755 0.739 0.062

122 BSIM 2012 49,798.613 106,526.300 7.300 1,250,810 0.739 0.182

123 BSIM 2013 50,575.463 242,097.663 5.335 1,131,190 0.761 0.036

124 BSIM 2014 51,348.493 228,337.340 5.727 1,490,395 0.696 0.247

125 BSIM 2015 51,176.567 154,017.442 6.594 1,503,955 0.696 0.039

126 BSWD 2011 45,846.865 19,413.154 5.004 1,488,052 0.413 0.062

127 BSWD 2012 44,828.045 33,616.018 5.798 3,586,545 0.457 0.182

128 BSWD 2013 40,880.118 41,355.990 6.917 1,227,975 0.500 0.036

129 BSWD 2014 37,314.248 71,533.004 8.275 1,686,183 0.500 0.247

130 BSWD 2015 58,327.410 101,490.994 4.460 3,325,093 0.500 0.039

131 BTPN 2011 21,395.185 919,912.921 7.305 3,393,816 0.652 0.062

132 BTPN 2012 9,424.050 1,552,548.582 6.664 3,924,900 0.804 0.182

133 BTPN 2013 6,367.590 2,202,794.895 6.031 2,509,330 0.674 0.036

134 BTPN 2014 12,480.510 2,373,650.463 5.037 1,893,651 0.783 0.247

135 BTPN 2015 15,791.675 2,079,293.439 4.600 996,600 0.783 0.039

136 BVIC 2011 48,362.077 99,956.703 8.737 689,885 0.761 0.062

137 BVIC 2012 48,866.393 190,487.746 8.769 520,736 0.761 0.182

138 BVIC 2013 47,795.358 210,895.167 10.656 498,921 0.761 0.036

139 BVIC 2014 50,907.853 274,990.575 10.475 482,352 0.761 0.247

140 BVIC 2015 51,172.747 98,718.937 9.477 351,400 0.761 0.039

141 CFIN 2011 40,480.231 205,436.415 1.201 746,685 0.435 0.062

142 CFIN 2012 41,627.677 290,289.682 0.981 624,025 0.457 0.182

143 CFIN 2013 39,933.888 353,671.858 1.197 546,116 0.478 0.036

144 CFIN 2014 39,616.781 410,053.129 1.039 537,106 0.587 0.247

145 CFIN 2015 43,698.428 426,490.038 0.847 304,464 0.609 0.039

146 DEFI 2011 49,485.326 -18,197.198 0.010 884,507 0.087 0.062

147 DEFI 2012 49,696.731 -17,996.145 0.013 1,519,989 0.087 0.182

148 DEFI 2013 49,240.809 -18,121.943 0.010 1,711,133 0.174 0.036

149 DEFI 2014 44,364.482 -17,850.129 0.010 1,665,747 0.239 0.247

150 DEFI 2015 52,745.550 -14,942.164 0.017 1,850,208 0.348 0.039

151 HADE 2011 52,087.138 -15,428.510 1.080 680,709 0.304 0.062

152 HADE 2012 52,493.392 -12,582.321 1.134 655,616 0.326 0.182

153 HADE 2013 52,401.698 -13,309.031 1.089 626,600 0.326 0.036

154 HADE 2014 52,722.626 -11,593.905 0.652 672,758 0.348 0.247

155 HADE 2015 52,736.635 -22,415.937 0.776 642,907 0.326 0.039

156 INPC 2011 51,359.955 73,975.110 15.620 706,009 0.761 0.062

157 INPC 2012 50,870.921 92,801.353 9.612 486,400 0.761 0.182

119

158 INPC 2013 50,653.148 129,775.417 7.113 451,456 0.783 0.036

159 INPC 2014 51,776.397 267,466.258 7.625 376,436 0.783 0.247

160 INPC 2015 52,157.181 104,206.892 8.082 299,834 0.783 0.039

161 LPGI 2011 17,192.553 40,715.766 0.358 384,735 0.370 0.062

162 LPGI 2012 16,683.143 27,187.945 0.448 298,595 0.370 0.182

163 LPGI 2013 -14,390.868 27,869.727 0.573 451,443 0.370 0.036

164 LPGI 2014 -55,780.430 6,880.006 0.652 543,398 0.370 0.247

165 LPGI 2015 -13,117.343 123,624.774 0.747 617,297 0.370 0.039

166 LPPS 2011 53,107.231 129,356.463 0.006 472,929 0.261 0.062

167 LPPS 2012 46,930.635 -24,129.940 0.004 567,925 0.304 0.182

168 LPPS 2013 44,546.596 115,155.846 0.005 534,598 0.348 0.036

169 LPPS 2014 42,649.044 169,578.255 0.005 480,917 0.348 0.247

170 LPPS 2015 52,694.609 212,892.217 0.008 197,268 0.370 0.039

171 MAYA 2011 45,795.924 66,432.553 6.785 2,631,109 0.587 0.062

172 MAYA 2012 42,005.914 172,373.900 8.300 5,638,440 0.587 0.182

173 MAYA 2013 38,741.869 275,724.025 8.955 3,925,559 0.609 0.036

174 MAYA 2014 36,904.172 412,824.063 11.683 2,269,746 0.609 0.247

175 MAYA 2015 32,119.539 469,219.935 9.313 1,811,543 0.609 0.039

176 MCOR 2011 51,628.669 11,776.518 10.572 1,253,922 0.848 0.062

177 MCOR 2012 49,887.760 20,673.385 7.595 998,752 0.848 0.182

178 MCOR 2013 50,546.172 85,669.599 6.647 717,713 0.848 0.036

179 MCOR 2014 51,711.448 67,951.119 7.007 983,181 0.848 0.247

180 MCOR 2015 51,468.204 39,287.055 6.137 1,373,505 0.848 0.039

181 MEGA 2011 12,862.568 1,049,059.580 11.696 2,590,696 0.761 0.062

182 MEGA 2012 4,712.008 1,185,586.786 9.414 1,930,730 0.761 0.182

183 MEGA 2013 43,299.815 1,527,106.978 9.865 2,309,875 0.761 0.036

184 MEGA 2014 41,898.938 569,430.716 8.580 1,982,021 0.761 0.247

185 MEGA 2015 33,621.025 653,061.942 4.924 1,960,399 0.761 0.039

186 MFIN 2011 35,531.313 129,004.902 4.220 1,609,306 0.652 0.062

187 MFIN 2012 31,838.090 182,466.975 3.573 894,789 0.652 0.182

188 MFIN 2013 28,017.515 224,857.666 2.524 812,274 0.652 0.036

189 MFIN 2014 23,814.883 270,826.873 2.430 926,706 0.652 0.247

190 MFIN 2015 29,163.688 318,634.758 1.882 723,006 0.652 0.039

191 MREI 2011 32,474.853 31,667.266 1.401 1,253,041 0.522 0.062

192 MREI 2012 21,140.480 49,641.836 1.422 2,062,963 0.522 0.182

193 MREI 2013 18,720.783 88,601.151 1.415 2,474,843 0.522 0.036

194 MREI 2014 14,772.855 97,091.420 1.465 3,244,309 0.522 0.247

195 MREI 2015 8,405.230 110,204.780 1.307 3,860,567 0.522 0.039

196 MTFN 2011 53,547.871 -15,121.876 3.718 9,850,137 0.543 0.062

197 MTFN 2012 54,886.345 -34,392.618 6.547 10,982,284 0.543 0.182

198 MTFN 2013 46,176.708 -62,254.718 1.662 2,164,916 0.543 0.036

120

199 MTFN 2014 60,864.272 215,919.241 1.130 4,592,657 0.565 0.247

200 MTFN 2015 53,850.970 -1,785,214.314 0.395 1,335,821 0.565 0.039

201 NISP 2011 39,239.817 450,238.978 8.079 1,142,457 0.630 0.062

202 NISP 2012 38,031.242 825,378.793 7.841 1,446,578 0.630 0.182

203 NISP 2013 36,436.789 100,827.999 6.226 1,035,094 0.630 0.036

204 NISP 2014 38,063.080 1,263,502.047 5.918 1,036,194 0.630 0.247

205 NISP 2015 36,190.998 1,476,304.642 6.341 882,396 0.630 0.039

206 PANS 2011 17,281.699 250,375.647 0.991 1,183,553 0.457 0.062

207 PANS 2012 12,011.853 208,126.479 0.745 2,418,654 0.457 0.182

208 PANS 2013 19,068.455 249,386.108 0.329 2,794,689 0.457 0.036

209 PANS 2014 -10,379.264 201,558.006 0.391 2,729,259 0.457 0.247

210 PANS 2015 41,655.694 392,240.300 0.395 2,809,411 0.478 0.039

211 PEGE 2011 49,234.442 465.894 0.680 1,085,555 0.457 0.062

212 PEGE 2012 49,365.615 2,595.481 0.113 995,451 0.457 0.182

213 PEGE 2013 48,912.240 1,771.052 0.140 1,113,529 0.457 0.036

214 PEGE 2014 48,912.240 4,609.378 0.278 746,571 0.478 0.247

215 PEGE 2015 48,447.403 4,603.762 0.363 700,924 0.478 0.039

216 PNBN 2011 43,173.736 1,607,443.858 6.852 1,170,268 0.674 0.062

217 PNBN 2012 41,709.182 2,286,056.588 7.431 850,970 0.674 0.182

218 PNBN 2013 40,903.041 2,539,023.692 7.220 788,281 0.674 0.036

219 PNBN 2014 40,396.178 2,736,864.140 6.430 1,195,541 0.674 0.247

220 PNBN 2015 45,412.593 2,880,804.466 4.944 634,511 0.674 0.039

221 PNIN 2011 31,421.647 1,006,721.679 0.438 209,842 0.413 0.062

222 PNIN 2012 27,947.471 1,186,845.894 0.363 227,112 0.413 0.182

223 PNIN 2013 27,862.145 1,399,911.318 0.276 196,101 0.457 0.036

224 PNIN 2014 23,612.392 1,473,331.532 0.340 190,957 0.500 0.247

225 PNIN 2015 33,250.429 1,820,156.598 0.301 124,926 0.500 0.039

226 PNLF 2011 47,978.746 817,076.098 0.461 447,999 0.522 0.062

227 PNLF 2012 47,787.717 1,019,129.670 0.416 456,127 0.522 0.182

228 PNLF 2013 47,543.200 1,228,418.895 0.267 431,214 0.587 0.036

229 PNLF 2014 47,256.657 1,325,065.762 0.332 651,634 0.609 0.247

230 PNLF 2015 49,250.997 1,563,449.238 0.270 378,767 0.609 0.039

231 SMMA 2011 18,720.783 1,415,238.505 2.083 1,826,734 0.522 0.062

232 SMMA 2012 31,076.522 2,197,859.554 2.002 1,755,042 0.543 0.182

233 SMMA 2013 28,017.515 1,740,951.903 1.790 1,201,949 0.565 0.036

234 SMMA 2014 32,220.148 1,240,455.106 1.860 1,211,362 0.565 0.247

235 SMMA 2015 55,398.303 1,338,720.505 2.090 1,747,186 0.587 0.039

236 TIFA 2011 48,089.543 11,703.510 3.922 1,048,008 0.413 0.062

237 TIFA 2012 47,740.597 24,137.334 3.532 1,081,223 0.413 0.182

238 TIFA 2013 49,126.192 28,667.199 2.957 1,243,674 0.457 0.036

239 TIFA 2014 48,569.661 15,468.476 2.766 835,090 0.500 0.247

121

240 TIFA 2015 50,485.043 20,767.734 3.617 517,078 0.500 0.039

241 TRIM 2011 52,629.659 -2,023.119 0.852 861,540 0.587 0.062

242 TRIM 2012 57,519.995 -13,228.161 1.042 1,836,096 0.587 0.182

243 TRIM 2013 52,774.841 -162,202.670 0.263 787,432 0.674 0.036

244 TRIM 2014 52,350.757 -15,837.354 0.660 893,460 0.674 0.247

245 TRIM 2015 52,236.140 10,393.858 1.177 611,041 0.674 0.039

Lampiran 2: Common Effect Model

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:22

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000

LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005

KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205

CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255

BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136

C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85

S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305

Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879

Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758

F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3: Fixed Effect Model

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:22

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.003611 0.000418 -8.631227 0.0000

LEV_ -273.9100 442.3553 -0.619208 0.5365

KP_ -0.000253 0.000685 -0.370314 0.7116

CSR_ -7059.666 10190.48 -0.692771 0.4893

122

BETA_ -7877.520 5695.436 -1.383129 0.1682

C 46233.08 6149.686 7.517958 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.934220 Mean dependent var 33782.08

Adjusted R-squared 0.915967 S.D. dependent var 26197.85

S.E. of regression 7594.372 Akaike info criterion 20.90003

Sum squared resid 1.10E+10 Schwarz criterion 21.67174

Log likelihood -2506.254 Hannan-Quinn criter. 21.21080

F-statistic 51.18122 Durbin-Watson stat 1.934016

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4: Random Effect Model

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 12/21/16 Time: 11:23

Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 245

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004041 0.000322 -12.54399 0.0000

LEV_ 146.9088 367.3266 0.399941 0.6896

KP_ -0.000586 0.000643 -0.911412 0.3630

CSR_ -8359.699 8143.082 -1.026601 0.3056

BETA_ -7665.917 5681.551 -1.349265 0.1785

C 46392.77 4861.763 9.542376 0.0000 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 13559.57 0.7612

Idiosyncratic random 7594.372 0.2388 Weighted Statistics R-squared 0.430023 Mean dependent var 8207.948

Adjusted R-squared 0.418099 S.D. dependent var 10029.52

S.E. of regression 7650.764 Sum squared resid 1.40E+10

F-statistic 36.06308 Durbin-Watson stat 1.657456

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.645946 Mean dependent var 33782.08

Sum squared resid 5.93E+10 Durbin-Watson stat 0.764596

123

Lampiran 5: Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.524316 (48,142) 0.9944

Cross-section Chi-square 31.980786 48 0.9635

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: ERC_

Method: Panel Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:27

Sample (adjusted): 2012 2015

Periods included: 4

Cross-sections included: 49

Total panel (balanced) observations: 196 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.002649 0.000768 -3.449996 0.0007

LEV_ 187.5151 542.9126 0.345387 0.7302

KP_ 0.001248 0.000767 1.626056 0.1056

CSR_ -2448.470 14951.65 -0.163759 0.8701

BETA_ -8156.900 3797.921 -2.147727 0.0330

C -9.671978 737.0803 -0.013122 0.9895 R-squared 0.094512 Mean dependent var -765.0117

Adjusted R-squared 0.070683 S.D. dependent var 9481.305

S.E. of regression 9140.081 Akaike info criterion 21.10886

Sum squared resid 1.59E+10 Schwarz criterion 21.20921

Log likelihood -2062.668 Hannan-Quinn criter. 21.14949

F-statistic 3.966309 Durbin-Watson stat 2.311357

Prob(F-statistic) 0.001913

Lampiran 6: Uji Multikolinearitas

PL_ LEV_ KP_ CSR_ BETA_ PL_ 1.000000 0.218385 0.244526 0.508514 0.011101

LEV_ 0.218385 1.000000 0.144457 0.649334 0.015831

KP_ 0.244526 0.144457 1.000000 0.135370 0.042759

CSR_ 0.508514 0.649334 0.135370 1.000000 0.014772

BETA_ 0.011101 0.015831 0.042759 0.014772 1.000000

124

Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.362128 Prob. F(20,3) 0.9311

Obs*R-squared 16.97051 Prob. Chi-Square(20) 0.6549

Scaled explained SS 10.40028 Prob. Chi-Square(20) 0.9603

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 12/21/16 Time: 11:28

Sample: 1 45

Included observations: 24 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 13.17480 47.00210 0.280302 0.7975

LOG(PL_)^2 -0.021049 0.074525 -0.282449 0.7960

LOG(PL_)*LOG(LEV_) -0.075778 0.086771 -0.873305 0.4468

LOG(PL_)*LOG(KP_) 0.020260 0.103058 0.196589 0.8567

LOG(PL_)*LOG(CSR_) 0.080346 0.241765 0.332332 0.7615

LOG(PL_)*LOG(BETA_) 0.008700 0.053944 0.161286 0.8821

LOG(PL_) 0.215725 2.133613 0.101108 0.9258

LOG(LEV_)^2 0.008248 0.093460 0.088252 0.9352

LOG(LEV_)*LOG(KP_) 0.059209 0.126804 0.466935 0.6724

LOG(LEV_)*LOG(CSR_) 0.116862 0.576162 0.202828 0.8522

LOG(LEV_)*LOG(BETA_) -0.002558 0.079487 -0.032181 0.9763

LOG(LEV_) -0.013260 2.432855 -0.005450 0.9960

LOG(KP_)^2 0.077736 0.285289 0.272483 0.8029

LOG(KP_)*LOG(CSR_) -0.083499 1.102839 -0.075713 0.9444

LOG(KP_)*LOG(BETA_) 0.060396 0.133494 0.452423 0.6817

LOG(KP_) -2.219600 7.071636 -0.313874 0.7742

LOG(CSR_)^2 0.444750 0.841998 0.528208 0.6339

LOG(CSR_)*LOG(BETA_) -0.030792 0.227782 -0.135180 0.9010

LOG(CSR_) 0.977934 15.25352 0.064112 0.9529

LOG(BETA_)^2 0.001874 0.223973 0.008367 0.9938

LOG(BETA_) -0.945932 1.711437 -0.552712 0.6190 R-squared 0.707104 Mean dependent var 0.058161

Adjusted R-squared -1.245533 S.D. dependent var 0.087701

S.E. of regression 0.131421 Akaike info criterion -1.550270

Sum squared resid 0.051814 Schwarz criterion -0.519473

Log likelihood 39.60324 Hannan-Quinn criter. -1.276799

F-statistic 0.362128 Durbin-Watson stat 2.364285

Prob(F-statistic) 0.931110