desain furniture bergaya vintage dengan jati bekas (1)(2)

15
[Type the document subtitle] NEW MEDIA 2011 GREEN MATERIAL Disain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas By : Mita Puspita Yuwono Kiky Puspa Sari Wandy Andika Ditha Alyandra Benzaki

Upload: wandyandika

Post on 30-Jun-2015

518 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

[Type the document subtitle]

NEW MEDIA

2011

GREEN MATERIALDisain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati

Bekas

By :

Mita Puspita Yuwono

Kiky Puspa Sari

Wandy Andika

Ditha Alyandra Benzaki

Page 2: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Disain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas

Mita Puspita Yuwono,

Wandy Andhika,

Ditha Alyandra Benzaki,

Kiky Puspa Sari

Desain Interior, Akademi Seni Rupa dan Desain, New Media

Abstrak

Siapa yang tidak mengenal kayu jati? Hampir semua produk-produk Interior khususnya furniture berbahan dasar kayu jati. Kayu jati memiliki kualitas dan bermutu tinggi, mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai para penggemarnya untuk membuat furniture dengan berbagai kreasi dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah serta output yang dihasilkannya pun akan sangat baik dan bernilai jual tinggi. Lalu bagaimana dengan kayu jati bekas yang tidak digunakan? Apakah masih dapat bernilai tinggi dalam penjualannya?

Kebanyakan orang hanya melihat dari penampilan luarnya saja sehingga furniture yang bermaterial dasar kayu jati bekas, berpenampilan sangat kusam dan usang akan terabaikan dan tidak lagi dipandang sebgagai barang mewah. Alhasil banyak furniture tua yang sudah tidak terurus dan terbuang. Adapun juga kayu jati bekas yang terabaikan walau masih berupa gelondongan kayu. Tapi, apakah ada yang berpikir bahwa jati bekas dapat diolah kembali menjadi sebuah desain furniture yang bergaya vintage? Seiring bertambahnya waktu, semakin banyak pula inovasi yang diciptakan. Sehingga untuk menjawab problematika diatas para pengrajin banyak memulai usaha mereka dengan cara mendaur ulang kembali jati bekas yang sudah tak terpakai itu dan menjadikannya furniture dengan desain bergaya Vintage.

Kata Kunci

Disain Furniture; Bergaya Vintage; Jati Bekas

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini pencarian dan penggunaan kayu jati sudah sangat langka, sehingga harga kayu jati sangatlah melambung tinggi. Penebangan liar pun kerap terjadi demi memenuhi tuntutan ekonomi. Penggunaan kayu jati pun sudah dianggap tidak ramah lingkungan kembali. Karena hutan-hutan jati yang tersebar di Indonesia sudah hamper gundul dan tanahnya pun menjadi gersang . Sehingga konsep eco-friendly yang ingin dicapai tidak menganjurkan kayu jati sebagai bahan dasar utama pembuatan furniture guna menjaga keseimbangan alam dan keramahan lingkungan.

Pengunaan kayu jati sudah dilakukan mulai dari abad 17. Pada abad tersebut jati sudah digunakan sebagai bahan baku kapal laut. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.

2

Page 3: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.

Pada dasarnya kayu jati merupakan bahan dasar pembuatan mebel yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Namun, jika usia kayu jati sudah cukup lama dan penampilannya pun sudah terlihat usang dan kusam, maka furniture tersebut akan terabaikan oleh pemiliknya. Adapula sisa-sisa kayu jati yang dibuang begitu saja dan tidak dimanfaatkan kembali. Tanpa disadari sisa kayu bekas tersebut dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang yang mempunyai nilai jual yang tinggi dan tetap dapat meningkatkan eco-friendly terhadap lingkungan yang sedang marak dewasa ini,

Bertolak dari titik permasalahan tersebut para pengrajin khususnya di Indonesia mulai berkutat dengan pikirannya untuk merancang dan memikirkan bagaimana cara mendesain sebuah furniture dengan desain lama atau yang biasa kita sebut gaya vintage dengan kayu jati bekas.

Melakukan daur ulang terhadap kayu jati bekas merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keramahan terhadap lingkungan sebab para pengrajin furniture tidak menebang pohon jati, melainkan para pengrajin menggunakan kayu yang sudah ada walaupun bekas dan menyulapnya menjadi barang yang bernilai tinggi untuk sebuah furniture interior.

Pendaur ulangan materi ini dapat memberikan kesan yang cukup baik terhadap peminat furniture kayu jati. Karena bentuk kayu jati yang bergaya vintage dan dapat memberikan kesan unik, classic dan elegan terhadap penampilan rumah.

Gambar 1. Kayu Jati Bekas yang tidak digunakan.

Sumber : itrademarket.com

Gambar 2. Permasalahan yang terjadi saat ini.

Sumber : www.sabdlangit.blogspot.com

1.2. Pembahasan

1.2.1. Sekilas Mengenai Kayu jati

3

Page 4: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

a. Pengertian, Sifat Ekologis serta Sejarah Penyebaran Kayu Jati

- Pengertian kayu jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.

Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku  dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.

Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

- Sifat Ekologis Kayu Jati

Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.

Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon.

Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba.

Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran —yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati.

Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air.

Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasiisozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ).

4

Page 5: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand, Pasifik dan Taiwa

- Sejarah Penyebaran Kayu Jati

Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau.

Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos.

Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.

Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).

Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah.

Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera.

Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.

Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan jati jawa.

Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan 1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.

5

Page 6: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Gambar 3. Hutan Kayu Jati di Indonesia.

Sumber : www.wonogirikab.go.id

b. Fungsi Kayu Jati

Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap.

Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel.

Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.

Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-kepingparket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.

Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.

6

Page 7: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Gambar 4. Penggunaan Kayu Jati untuk Pembuatan Kapal VOC pada abad 17.

Sumber : www. primaironline.com.com

Gambar 5. Pengaplikasian kayu jati sebagai bantalan rel kereta api

Sumber : www.flickr.com

Gambar 6. Rumah Joglo material utama kayu jati.

www.epwisata.wordpress.com

7

Page 8: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Gambar 7. Konstruksi jembatan menggunakan kayu jati

Sumber : www.superstock.com

c. Jenis – Jenis Kayu Jati

Berdasarkan material bahan dasar furniture, kayu jati mempunyai tekstur yang berbeda-beda. Dan pertama kali kayu jati digunakan di pulau Jawa. Maka dari itu menurut Mahfudz dkk., t.t., di Jawa orang mengenal jenis – jenis kayu jati berdsarkan teksturnya sebagai berikut :

1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jawa.: lengo, minyak; malam, lilin). Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.

2. Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jawa.: sungu, tanduk).

3. Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak.

4. Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah.

5. Jati kembang.

6. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet.

d. Kelebihan dan Kekurangan Kayu Jati

1. Kelebihan Kayu Jati

Kayu Jati termasuk jenis kayu keras yang bernilai tinggi dan sangat di minati di dunia. Kayu jati Jawa terkenal sejak beberapa abad yang lalu karena kualitasnya. Kekuatan kayu, warna kecoklatan yang indah, serat-serat kayu yang berteksur dan ketahanannya terhadap segala jenis cuaca tidak tertandingi oleh jenis kayu lainnya. Selain tidak mudah patah karena berbenturan dengan benda metal, kayu jati tidak banyak membutuhkan perawatan.

Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh kayu jati adalah Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap.

Karena ciri – cirinya tersebut, kayu jati banyak digunakan sebagai bahan baku : pintu, rangka jendela, interior dan eksterior furniture, lantai atau flooring, ukiran. Bahkan dibeberapa Negara, kayu jati digunakan untuk decking kapal atau yachts.

2. Kekurangan Kayu Jati

Kekurangan kayu jati adalah persediaan nya yang tidak terlalu banyak (langka), selain karena sering ditebang secara liar oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab juga selain itu Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses

8

Page 9: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.

Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

e. Pengaplikasian Daur Ulang Jati Bekas Terhadap Furniture

Di Era sekarang ini, kayu jati sudah mulai susah didapatkan, harganya pun lumayan menguras kantong dan cukup melambung tinggi sejak kelangkaannya terjadi. Hal itu disebabkan karena banyaknya konsumen yang menggunakan kayu jati baru untuk menjadikan furniture dirumah mereka. Akibatnya, populasi pohon jati semakin berkurang karena pertumbuhannya yang lumayan lama dan banyak penebangan liar terjadi. Akibat permasalah tersebut, usaha daur ulang kayu jati bekas menjadi furniture dengan desain vintage mendapat sorotan yang sangat baik.

Pada umumnya kayu jati bekas tersebut diolah kembali menjadi mebel, meja, tempat tidur, segala perllatan furniture rumah tangga. Biasanya kayu jati bekas tersebut banyak di dapat di Pulau Jawa, hal ini disebabkan karena disana masih banyak terdapat rumah – rumah kuno seperi rumah joglo, dan sang pemiliknya ingin menjual rumah tersebut. Untuk pembelian kayu jati bekas pun tidak terlalu ribet seperti membeli kayu jati baru, dan tidak perlu melalui Dinas Perhutanan untuk membelinya karena sudah bekas.

Dari beberapa artikel yang kami kutip, banyak hasil karya pengerajin kayu jati bekas tersebut dilirik oleh konsumen dari luar negeri. Hal ini disebabkan karena tampilan warnya nya yang sudah kusam membuat menjadi natural dan alami. bahkan ada sebuah hasil karya pengrajin yang masih membiarkan lubang bekas dimakan oleh rayap pada karyanya. Hal ini menyebabkan tampilan lebih natural.

Pengaplikaksian kayu jati bekas pada interior dapat diterapkan pada rumah yang bertema kan clasic, agar lebih menyatu dengan furniturenya. Rumah pun akan terlihat seperti dibuat sudah ratusan tahun yang lalu.

Gambar 8. Kursi taman hasil daur ulang kayu jati bekas

Sumber : www.anindtha.blogspot.com

9

Page 10: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Gambar 9. Laci dan rak

Sumber : www.indonetwork.web.id

Gambar 10. Sebagai penopag lampu dan dipan spring bed.

Sumber : www.istockphoto.com

10

Page 11: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Gambar 11. Aksesoris Interior.

Sumber : www.photobucket.com

1.2.2. Daur Ulang Material Kayu Jati Bekas sebagai Bahan Dasar Furniture yang bersifat Eco-Friendly

Dewasa ini isu tentang adanya Global Warming semakin marak terdengar, semua produsen menggerakan langkah Green untuk semua aspek bangunan maupun dari segi interior dan exteriornya. Tidak terkecuali produsen furniture rumah tangga, baik baru ataupun bekas. Soal keekonomisan harga, harga sebuah daur ulang jati bekas lebih melambung tinggi dibandng dengan jati yang baru. Mengapa? Karena daur ulang jati bekas tidak lah muda, para pengrajin menjual ide desain mereka terhadap para penikmat kayu jati. Selain itu, melakukan pendaur ulangan kayu jati bekas sangat efektif unutk meningkatkan sistem eco-friendly terhadap lingkungan sekitar.

Material kayu jati bekas memiliki kekhasan dalam penciptaannya, warna yang unik walau tidak mengkilap dan mulus seperti baru, akan tetapi justru warna kusam ini dapat menimbulkan kesan classic pada ruangan. Selain itu, dengan adanya pendaur ulangan kayu jati bekas, penggunaan penggunaan bahan-bahan kimia seperti vernish, cat, yang dapat membuat polusi dapat ditekan sehingga dapat mengurangi polusi yang ada.

a. Kelebihan dan Kekurangan penggunaan Kayu Jati Bekas sebagai FurnitureKelebihan kayu jati bekas adalah kekeringannya yang natural. Hal tersebut

menghasilkan kayu yang lebih kering dibanding kayu hasil pengolahan dengan menggunakan oven. Lain dengan kayu hasil olahan oven yang kekeringannya dapat berubah dimakan waktu, kekeringan yang natural dari furnitur yang dibuat oleh pengrajin tak akan berubah sampai kapanpun. Selain memiliki kekuatan yang cukup kuat, kayu jati ini memiliki kekhasan warna yang tidak bisa disamakan dengan kayu lainnya yaitu warna coklat kusam yang berkesan antik dan natural mempunyai daya tarik tersendiri terhadap penggemar kayu jati.

Selain itu, dengan penggunaan jati bekas ini dalam hal pengangkutannya pun tidak sesusah pengangkutan jati muda yang baru ditebang. Karena jati bekas ini dalam hal pengangkutannya tidak memerlukan ijin dari departemen kehutanan. Sehingga sangat efesien sekali dalam hal ekonomi dan waktu. Sehingga kita tidak perlu lagi mengurus surat untuk kayu tersebut.

Akan tetapi, semakin lama umur kayu jati tersebut maka semakin keras pula tekstur kayu tersebut. Sehingga pengerjaan untuk mendaur ulangnya pun agak susah. Karena tekstur kayu jati tua tersebut yang menjadi keras sehingga dapat menumpulkan perkakas-perkakas pengraji. Sehingga membutuhkan sedikit biaya untuk mengganti perkakasnya tersebut.

11

Page 12: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

1.2.3. Keunikan Bentuk Furniture Vintage berbahan dasar Daur Ulang Kayu Jati Bekas

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang menggunakan sistem ‘hijau’ dalam penerapan pembuatan furniture interior rumah. Banyaknya hambatan yang ditemui seperti lemari jati tua yang berlubang karena termakan oleh rayap tidak menjadi hambatan untuk para pengrajin berinovasi dengan bentuk-bentuk desain yang baru.

Keunikan bentuk furniture yang dihasilkan oleh rupa kayu bekas yang dibuang, cukup menarik minat penikmat kayu jati. Bentuk yang asimetris membuat mata ingin tetap melihat rupa dari furniture tersebut. Dari bentuk asimetris ini dapat memberikan kesan dinamis pada furniture interior ruang.

Gambar 12. Tempat duduk taman.

Sumber : www.patiofurniture.net

Gambar 13. Tempat duduk berukir.

Sumber : www.exbali.com

1.3. Kesimpulan

Furniture yang berbahan dasar kayu jati memang sedang marak digemari oleh penikmat furniture khusunya penghobby kayu jati. Bukan karena keawetan dan kekutanannya saja, namun tekstur kayu jati yang memiliki pola yang halus, dan memiliki warna khas yang

12

Page 13: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

natural ini cukup menarik perhatian mata penikmat kayu jati. Akan tetapi, penggunan kayu jati dalam jumlah yang banyak sangatlah tidak dianjurkan kembali oleh departemen kehutanan mengingat masalah yang terjadi saat ini yaitu gundul dan gersangnya hutan jati yang dimiliki oleh Indonesia.

Untuk menanggulangi isu yang sedang marak-maraknya bergaung di setiap stasiun telivisi yaitu tentang Global Warming serta kiat-kiat menciptakan suasana ‘Green’ untuk bangunan ataupun material furniture membuat para pengrajin kayu jati memutar otak untuk tetap membuat inovasi dan desain baru yang berasal dari daur ulang. Contohnya saja daur ulang kayu jati bekas menjadi furniture yang bergaya Vintage.

Usaha ini mendapat sorotan yang sangat baik dari penikmat kayu jati. Selain bentuknya yang unik, furniture hasil pendaur ulangan kayu jati ini memiliki nilai eco-friendly yang tinggi. Karena si pengrajin tidak menebang kayu jati itu dari asalnya. Namun mengolah kembali kayu jati yang sudah ada walaupun kayu tersebut sudah termakan usia dalam hal penampilannya. Selain itu, dalam pengolahannya si Pengrajin tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti varnish, cat atau bahan lainnya, melainkan hanya dengan membersihkannya saja kemudian diolah kayu tersebut menjadi bentuk yang diininkan.

13

Page 14: Desain Furniture Bergaya Vintage dengan Jati Bekas (1)(2)

Daftar Pustaka

http://www.ecobusinesslinks.com/recycled_green_furniture_manufacturers.htmhttp://furniture.about.com/od/buyingfurniture/tp/greening.htmhttp://www.thenewecologist.com/2010/03/green-furniture-for-your-eco-friendly-home/http://www.copperwiki.org/index.php?title=Green_Furniture#Evaporation_of_Volatile_Chemicalshttp://www.inmod.com/green-furniture.htmlhttp://www.trendir.com/green/green_furniture/http://www.supergreenme.com/go-green-environment-eco:Green-Furniturehttp://www.pacificgreen.net/index.htmlhttp://www.articlesbase.com/management-articles/tips-for-choosing-green-furniture-and-material-1109394.htmlhttp://www.artbabble.org/series/green-furniturehttp://architectureidea.com/sustainable-design/green-furniture-by-katie-thompson/

14