faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoerna.pdf

12
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya  produktifitas kerja dan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih didalam kandungan, bayi, anak– anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). Status gizi baik merupakan perwujudan dan terpenuhinya kons umsi pangan sesuai dengan anjuran kecukupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Akhir-akhir ini masalah gizi makro mulai bergeser pada masalah gizi mikro, yaitu karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 disebutkan bahwa masalah gizi mikro terjadi disebabkan karena distribusi sayuran terhadap konsumsi zat gizi, khususnya vitamin dan mineral ternyata sangat rendah (WKNPG, 1998). Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah dijumpai pada semua kelompok umur  baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia zat besi i ni banyak diderita oleh wanita ha mil, laki –laki dewasa, peke rja  penghasilan rendah, balita dan anak sekolah. Pada remaja putri, anemia gizi besi dapat mengurangi kemampuan belajar, sehinggga dapat menurunkan prestasi di sekolah. Dalam kondisi anemia, tubuh mudah terkena infeksi. Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia (Depkes ,1995). Kasus anemia di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi atau Fe dalam tubuh. Hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap ( heme iron). Sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupa kan masalah gizi utama yang banya k menimpa kelompok rawan ya itu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah. Di tingkat nasional, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas 45,1%, rema ja putri usia 10-14 tahun 57,1% dan pada wani ta usia s ubur (WUS) usia 17-45 tahun sebesar 39,5%. Sedangkan di Jawa Timur ber dasarkan kajian data anemia tahun 2002, di temukan 16% wanita 1

Upload: mohamad-taufik

Post on 31-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

6yfgtuhjobsdxfcgvbnmkjnhbdhrewgrsfbsjdgeurkcnsdilruqwtds[gdskgeyerhrhghirtrgnfdhtdjhdniryhjdrhjdfhfhfgrjyirhjfhfhtyotiyfojgdfiytrdyhdfjkfd

TRANSCRIPT

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 1/12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA

WANITA DI PT HM SAMPOERNA

Oleh : Supriyono *)

PENDAHULUAN

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

 produktifitas kerja dan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian.

Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih didalam kandungan, bayi, anak– 

anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001).

Status gizi baik merupakan perwujudan dan terpenuhinya konsumsi pangan sesuai dengan

anjuran kecukupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan

mineral). Akhir-akhir ini masalah gizi makro mulai bergeser pada masalah gizi mikro, yaitu karena

kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi VI 1998 disebutkan bahwa masalah gizi mikro terjadi disebabkan karena distribusi sayuran terhadap

konsumsi zat gizi, khususnya vitamin dan mineral ternyata sangat rendah (WKNPG, 1998).

Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah dijumpai pada semua kelompok umur 

 baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi terjadi karena

kekurangan zat besi. Anemia zat besi ini banyak diderita oleh wanita hamil, laki –laki dewasa, pekerja

 penghasilan rendah, balita dan anak sekolah. Pada remaja putri, anemia gizi besi dapat mengurangikemampuan belajar, sehinggga dapat menurunkan prestasi di sekolah. Dalam kondisi anemia, tubuh

mudah terkena infeksi. Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas sumber daya

manusia (Depkes ,1995).

Kasus anemia di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi atau Fe

dalam tubuh. Hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang mengkonsumsi sumber 

makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron). Sedangkan bahan

makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap, sehingga

dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Anemia gizi karena

kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama yang banyak menimpa kelompok rawan yaituibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah.

Di tingkat nasional, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Berdasarkan survei kesehatan rumah

tangga (SKRT) tahun 2005, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas

45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun 57,1% dan pada wanita usia subur (WUS) usia 17-45 tahun sebesar 

39,5%. Sedangkan di Jawa Timur berdasarkan kajian data anemia tahun 2002, ditemukan 16% wanita

1

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 2/12

usia subur menderita anemia, sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin ditemukan masing-

masing 80,2% dan 91,5% menderita anemia (Dinkes Prop. Jatim, 2002)

Masih tingginya prevalensi anemia gizi besi terutama pada remaja putri dan setelah sekian lama

 program penanggulangan anemia gizi ini dijalankan, namun kasus anemia masih cukup tinggi dan tidak 

kunjung menurun, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi anemia gizi besi pada tenaga kerja wanita di PT HM Sampoerna Lamongan.

Permasalahan yang timbul adalah : Adakah hubungan antara umur, status pernikahan,

 pendidikan, status gizi berdasarkan LILA dan IMT dengan anemia gizi besi pada pekerja wanita ?

Hipotesis : Ada hubungan antara umur, status pernikahan, pendidikan, status gizi berdasarkan

LILA dan IMT dengan anemia gizi besi

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui status anemia pada tenaga kerja

wanita. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengidentifikasi karakteristik responden (umur, status

 pernikahan, pendidikan), mengukur status gizi berdasarkan LILA dan IMT, mengukur kadar haemoglobin

(Hb) responden dan menganalisis hubungan antara karakteristik responden (umur, status pernikahan,

 pendidikan), status gizi (LILA dan IMT) dengan anemia.

2

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 3/12

METODOLOGI PENELITIAN

Rancang bangun penelitian

Desain penelitian ini bersifat studi observasional dengan menggunakan metode observasi,

wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Adapun berdasarkan waktunya jenis

 penelitian ini bersifat cross sectional yaitu semua data variabel yang diteliti dikumpulkan pada waktu

yang sama.

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja wanita di PT Sampoerna Lamongan,

sedangkan sebagai sampel adalah pekerja wanita yang terpilih, dengan kriteria eklusi tidak dalam keadaan

hamil dan tidak sedang sakit, dan kriteria inklusi berbadan sehat, bersedia ikut dalam penelitian, usia > 17

tahun dan < 45 tahun. Besar sampel sebanyak 362 orang (sampel diambil antara 10-20% populasi), yang

diambil secara random (Nursalam, 2002) 

Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, pengukuran antropometri

dan pemeriksaan laboratorium.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner, untuk mengetahui data tentang

karakteristik responden yang meliputi umur, status pernikahan dan tingkat pendidikan.

Pengukuran antropometri dilakukan untuk mendapatkan data tentang status gizi. Pengukuran

status gizi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu lingkar lengan atas (LILA) dan status

IMT. Status IMT dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan

diukur dengan timbangan seca, sedangkan untuk tinggi badan dengan microtoise.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap sampel darah, untuk mengetahui kadar 

haemoglobin dengan menggunakan alat spektrophotometer 

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Sampoerna unit produksi Lamongan, pada bulan Desember 2010. 

Pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan diproses dengan tahapan, pengeditan, pengkodean, pemasukan

data ke komputer, pembuatan tabulasi. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi Square.

3

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 4/12

HASIL PENELITIAN

PT Sampoerna unit produksi Lamongan dalam melakukan produksinya bermitra kerja dengan

koperasi unit desa (KUD) Tani Mulyo Lamongan, terletak disebelah barat jantung kota Lamongan + 6km, berada di jalan raya Sukoanyar Desa Karanglangit Kecamatan Lamongan, dengan produksi

utamanya adalah rokok jenis sigaret. Perusahaan ini mempekerjakan karyawan lebih dari 1.500 orang,

dengan jadual kerja mulai hari Senin s.d. Sabtu jam 07.00 – 17.00 Wib.

1.  Karakteristik Responden

1.1. Usia Responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar (70%) dalam

kategori usia produktif yaitu 21 – 35 tahun. Rata-rata (mean) usia responden adalah 25 tahun, dengan

standar deviasi (SD) adalah 5 tahun. Usia responden termuda 17 tahun dan tertua 45 tahun. Untuk lebih

 jelasnya distribusi usia responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia

Usia (tahun) n %

< 20 70 19,30

21 – 25 134 37

26 – 30 108 29,80

31 – 35 37 10,20

>= 36 13 3,60

Total 362 100

1.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden sebagian besar (79%) berpendidikan menengah atau tamat

sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Responden yang

 berpendidikan rendah atau tamat sekolah dasar (SD) sebesar 17,10% dan yang berpendidikan tinggi

sebesar 3,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan n %

Rendah (SD) 62 17,10

Menengah (SLTP + SLTA) 286 79

Tinggi (Diploma + Sarjana) 14 3,90

Total 362 100

1.3. Status Pernikahan RespondenSebagian besar (71%) responden sudah menikah, dengan distribusi status pernikahan adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.3 Distribusi responden berdasarkan status pernikahan

Status pernikahan n %

Menikah 257 71

Belum menikah 105 29

Total 362 100

4

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 5/12

1.4. Status Gizi Responden

Dalam penelitian ini status gizi responden diukur berdasarkan lingkar lengan atas (LILA) dan

indeks massa tubuh (IMT).Status LILA

Lingkar lengan atas (LILA) digunakan untuk mengetahui gambaran status gizi terutama bagi

orang dewasa wanita. Untuk mengetahui status gizi responden dengan menggunakan pita Lila dalam

satuan sentimeter (cm). Dinyatakan KEK (kurang energi kronis) apabila hasil pengukurannya < 23,5 cm

dan tidak KEK (kurang energi kronis) apabila > 23,5 cm. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa

rata-rata (mean) LILA responden adalah 24,08 cm, dengan LILA terendah 17,50 cm dan tertinggi 35 cm

dengan standar deviasi (SD) sebesar 3,20 cm. Gambaran status gizi responden berdasarkan LILA adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.4 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan lingkar lengan atas (LILA)

Status LILA n %

KEK (<23,5 cm) 165 45,60

 Non KEK (>23,5 cm) 197 54,40

TOTAL 362 100

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa responden yang kurang energi kronis (KEK) atau LILA <

23,5 cm sebanyak 45,60%, sedangkan yang tidak KEK atau LILA nya > 23,5 cm sebanyak 54,40%.

Status IMT

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan gambaran postur tubuh seseorang. Dalam penelitian sebagai

indikator yang digunakan adalah dengan membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan.

Dinyatakan kurus bila IMT < 18,5, Normal bila IMT 18,5-25,0 dan gemuk bila IMT > 25,0. Rata-rata (mean) berat badan responden adalah 47,88 kg, dengan berat badan terendah adalah 30,70 kg dan

tertinggi 87,30 kg, dengan standar deviasi (SD) 8,86 kg. Rata-rata (mean) tinggi badan adalah 153 cm,

dengan tinggi badan terendah adalah 136,50 cm dan tertinggi 164,30 cm dan standar deviasi (SD) 4,80

cm. Status gizi responden berdasarkan indeks masa tubuh berturut-turut adalah sebagai berikut, 59,10%

mempunyai status gizi yang normal, 26,50% kurus dan 14,40% gemuk. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.5 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)

Status IMT n %

Kurus ( < 18,5 ) 96 26,50

 Normal ( 18,5 – 25,0 ) 214 59,10

Gemuk ( > 25,0 ) 52 14,40Total 362 100

1.5. Status Anemia Responden

Untuk mengetahui status anemia gizi responden dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb)

dengan menggunakan alat spektrophotometer, yang dinyatakan dalam satuan g/dl. Dinyatakan anemia

apabila kadar hb < 12 g/dl, dan tidak anemia bila kadar Hb > 12 g/dl.

5

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 6/12

Tabel 1.5 Status Anemia Responden berdasarkan kadar haemoglobin (Hb)

Status Anemia n %

Anemia 121 33,40Tidak Anemia 241 66,60

Total 362 100

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar haemoglobin dapat diketahui prevalensi anemia sebesar 

33,40% anemia.

2. Hubungan anemia gizi besi dengan beberapa variabel

2.1. Hubungan usia dengan anemia gizi besi

Tabel 2.1. Hubungan antara usia dengan anemia gizi besi

Usia (tahun) Kejadian Anemia TotalAnemia Tidak Anemia

n % n % n %

< 20 23 32,9 47 67,1 70 100

21 – 25 42 31,3 92 68,7 134 100

26 – 30 36 33,3 72 66,7 108 100

31 – 35 16 43,2 21 56,8 37 100

> 36 4 30,8 9 69,2 13 100

Total 121 33,4 241 66,6 362 100

Dari tabel diatas, menggambarkan prevalensi kejadian anemia pada pekerja wanita sebesar 

33,40%, dengan distribusi kejadian anemia yang hampir merata, kecuali pada kelompok umur 31-35 tahun

yang mencapai 43,2%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita masih cukuptinggi. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara usia dengan anemia pada pekerja wanita (p=0,751 > α =0,05).

2.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi

Tabel 2.2 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi

TingkatPendidikan

Kejadian AnemiaTotal

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Rendah (SD) 27 43,5 35 56,5 62 100

Menengah (SLTP + SLTA) 91 31,8 195 68,2 286 100Tinggi (Diploma + Sarjana) 3 21,4 11 78,6 14 100

TOTAL 121 33,4 241 66,66 362 100

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa responden yang berpendidikan rendah yaitu Sekolah

Dasar atau yang sederajat sebanyak 43,5% anemia dan 56,5% tidak anemia, sedangkan responden yang

 berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) atau yang sederajat, 31,8% anemia dan 68,2 % tidak anemia.

6

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 7/12

Selanjutnya responden yang berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) ditemukan sebanyak 

21,4% anemia dan 78,6% tidak anemia.

Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil bahwa  tidak ada

 hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi (p=0,129 > α = 0,5).

2.3. Hubungan status pernikahan dengan anemia gizi besi

Tabel 2.3 Hubungan antara status pernikahan dengan anemia gizi besi

Status

 pernikahan

Kejadian anemiaTotal

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Menikah 86 33,5 171 66,5 257 100

Belum menikah 35 33,3 70 66,7 105 100

TOTAL 121 33,4 241 66,6 362 100

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa responden yang belum menikah sebanyak 33,3%anemia dan 66,7% tidak anemia, sedangkan responden yang sudah menikah ditemukan sebanyak 33,5%

anemia dan 66,5% tidak anemia.

Dari hasil uji statistik dengan chi square diketahui nilai p = 0,981 > α = 0,05, hal ini menunjukkan

 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan anemia gizi besi.

2.4. Hubungan status LILA dengan anemia gizi besi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 34,5% responden yang status gizinya

KEK mengalami anemia, sedangkan responden yang status gizinya tidak KEK terdapat 32,5% yang

mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Hubungan antara status LILA dengan anemia gizi besi

Status giziBerdasarkan

LILA

Kejadian AnemiaTotal

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

KEK 57 34,5 108 65,5 165 100

 Non KEK 64 32,5 133 67,5 197 100

TOTAL 121 33,4 238 66,6 362 100

Berdasarkan hasil uji statistik  menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

status LILA dengan anemia gizi besi (p=0,679 < α : 0,05).

2.5. Hubungan status IMT dengan anemia gizi besi

Tabel 2.5. Hubungan antara status IMT dengan anemia gizi besi

Status Gizi

Berdasarkan

IMT

Kejadian AnemiaTotal

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Kurus 29 30,2 67 69,8 96 100

 Normal 75 35 139 65 214 100

Gemuk 17 32,7 35 67,3 52 100

TOTAL 121 33,4 241 66,6 362 100

7

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 8/12

Tabel 2.5. tersebut menunjukkan bahwa pada pekerja wanita yang status gizinya kurus cenderung

mengalami anemia dibanding dengan pekerja wanita yang status gizinya baik atau gemuk berdasarkan

IMT (Indek Massa Tubuh), Namun berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara status IMT dengan anemia gizi besi (p=0,701 >α = 0,05).

8

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampoer… 9/12

PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden

Dari hasil penelitian nampak bahwa sebagian besar (70%) responden dalam kategori usia

 produktif yaitu berusia 21 – 35 tahun, sehingga dalam penelitian ini didominasi kelompok usia muda. Bila

dilihat dari kejadian anemia, maka responden yang mengalami anemia didominasi oleh responden pada

kelompok umur 31-35 tahun yaitu mencapai 43,2%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua,

kemungkinan untuk mengalami anemia lebih besar dibandingkan dengan responden yang berusia lebih

muda. Hal ini selaras dengan bertambahnya usia, seseorang maka akan mengalami penurunan kemampuan

yang dapat mempengaruhi kapasitas kerjanya (Depkes RI, 1995).

Untuk tingkat pendidikan, sebagian besar (79%) responden berpendidikan menengah (SLTP dan

SLTA). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (Sekolah

Dasar) mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia dibandingkan pekerja yang berpendidikan

lebih tinggi yaitu menengah dan tinggi.

Pendidikan bukan merupakan faktor yang dominan terhadap kejadian anemia pada pekerja wanita, karena

meskipun mempunyai pendidikan yang tinggi akan tetapi bila perilaku yang mendukung terhadap

 pencegahan anemia masih rendah, misalnya tidak biasa mengkonsumsi sayuran hijau, tidak minum tablet

tambah darah secara rutin selama haid, maka akan tetap mengalami anemia, sebaliknya bagi pekerja

wanita yang mempunyai pendidikan rendah namun konsumsi makanan sumber zat besinya tinggi, maka

akan terhindar dari anemia. Pendidikan juga akan menentukan tingkat pengetahuan seseorang, paling

tidak kemampuan berpikir seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih luas. Pengetahuan atau kognitif 

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 1993).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

 pengetahuan. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebagai penyebab anemia, disamping pendidikan masih ada

faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat pengetahuan, perilaku, sosial budaya, pendapatan, pola

asuh dan lain-lain.

Untuk status pernikahan, responden yang sudah menikah mencapai 71%. Pekerja yang sudah

menikah mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja

yang belum menikah. Bagi pekerja wanita yang sudah menikah, maka secara tidak langsung mempunyai

fungsi dan peran ganda. Disamping berfungsi untuk pencari nafkah bagi keluarganya, juga berperan

sebagai seorang ibu rumah tangga yang secara kodrati akan mengalami kehamilan, melahirkan dan

memberikan ASI bagi bayinya. Sehingga keadaan ini perlu diperhatikan agar perannya sebagai wanita

sekaligus pencari nafkah dapat berjalan dengan baik. Keadaan inilah sebagai salah satu pemicu timbulnya

anemia bagi wanita yang bekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu perlu diperhatikan

asupan zat besi baik dari makanan maupun tambahan zat besi.

Kejadian anemia pada wanita pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perilaku untuk 

mengkonsumsi sayuran hijau dan minum tablet tambah darah selama masa haid. Pekerja wanita terutama

 pada usia produktif, diperlukan tambahan zat besi yang lebih besar dibandingkan dengan usia yang belum

9

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampo… 10/12

dan tidak produktif, karena pada usia produktif kegunaan zat besi, disamping sebagai kebugaran tubuh

 juga digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang pada masa haid.

2.  Status Gizi

Status gizi adalah keadaan seseorang yang merupakan gambaran sejauh mana orang tersebut telah

memperhatikan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsinya (Apriaji, 1983). Sedangkan Suharjo

mendefinisikan bahwa status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi penyerapan

dan penggunaan makanan oleh jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsinya (Suhardjo, 1985)

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran cadangan zat-zat gizi di dalam tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang kurang energi kronis (KEK) atau LILA

< 23,5 cm sebanyak 34,5%, sedangkan yang tidak kurang energi kronis (non KEK) atau LILA nya >

23,5 cm sebanyak 32,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja dengan status gizi (KEK) mempunyai

kecenderungan untuk mengalami anemia gizi besi dibandingkan yang tidak KEK. Hal ini dapat dijelaskan

 bahwa terbentuknya haemoglobin dalam darah dipengaruhi pula oleh ketersediaan zat-zat gizi lain seperti

 protein. Sehingga hal ini dimungkinkan pekerja yang mempunyai status Lila nya kurang baik 

kemungkinan untuk mengalami anemia cukup besar. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik 

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status LILA dengan kejadian anemia

(p=0,551 > α = 0,05).

Keadaan LILA merupakan gambaran cadangan makanan di dalam tubuh, bila seseorang mempunyai LILA

yang baik maka cadangan makanan di dalam tubuh juga baik. LILA bagi pekerja wanita harus

diperhatikan, mengingat fungsi dan peranannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang secara kodrati

akan mengalami kehamilan, melahirkan anak dan memberikan ASI bagi bayinya. Oleh karena itu seorangibu harus mempunyai cadangan makanan yang cukup dalam tubuh agar dapat menjalankan peranannya

 baik sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah / pekerja dengan baik.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah merupakan gambaran tentang postur tubuh seseorang. Indikator 

ini digunakan dengan membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan. Dari hasil perhitungan

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59,1%) mempunyai IMT normal (18,5-25). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus gizi baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi

 berdasarkan IMT dengan kejadian anemia pada pekerja wanita (p=0,701 > α : 0,05).

3.Status anemia

Dari hasil pemeriksaan darah reponden, menunjukkan bahwa kadar Hb responden sebagian besar 

(66,6%) dalam kategori normal (tidak anemia). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi responden

 berdasarkan kadar Hb dalam keadaan normal. Pembentukan haemoglobin (Hb) sangat dipengaruhi dan

sangat tergantung cukup tidaknya asupan zat gizi lain seperti protein, zat besi dan vitamin C. Menurut

Darwin Karyadi (1996), bahwa konsumsi zat gizi dari makanan diharapkan seimbang dalam kandungan

zat gizinya, sehingga proses metabolisme tubuh akan bekerja dengan optimal. Sebaliknya apabila salah

satu zat gizi tidak terpenuhi, maka metabolisme tubuh tidak dapat bekerja dengan optimal pula.

10

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampo… 11/12

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

:1) Berdasarkan lingkar lengan atas, diperoleh hasil bahwa pekerja wanita dengan kurang energi kronis(KEK) mengalami anemia gizi besi sebesar 34,5%.2) Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), diperoleh hasil pekerja wanita yang mengalami anemia gizi

 besi adalah status gizi kurus sebesar 30,2%, normal 35% dan gemuk 32,7%.

3) Ditemukan sebanyak 33,40% pekerja wanita mengalami anemia gizi besi.

4) Tidak ada hubungan antara karakteristik responden (usia, status pernikahan, pendidikan), status gizi

(LILA dan IMT) dengan anemia gizi besi.

SARAN

1)  Perlu pendekatan baru untuk menanggulangi masalah, terutama pekerja dengan memprioritaskan

faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan anemia gizi besi

2)  Perlu dikaukan penelitian lebih lanjut, faktor-faktor penting lainnya dengan menggunakan sampleyang lebih besar.

*) Widyaiswara Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI

11

7/16/2019 FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-ANEMIA-GIZI-BESI-PADA-TENAGA-KERJA-WANITA-DI-PT-HM-SAMPOERNA.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hm-sampo… 12/12

  12

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1995, Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbangrogram Penanggulangan Anemia Gizi padaWanita Usia Subur (WUS), Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, DepartemenKesehatan Republik Indonesia

Depkes RI, 2001, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) , Jakarta,

Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI, 2005, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD), untuk Wanita Usia Subur (WUS),

Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI, 2006, Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan , Jakarta

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2002, Jurnal Data dan Info 2001, Prevalensi Anemia Ibu Hamil di

 Jawa Timur dan Prevalensi WUS di 30 Kab/Kota Propinsi Jawa Timur), Surabaya

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2006,  Hasil Kajian Data Anemia WUS di Pondok Pesantren

Propinsi Jawa Timur , Surabaya

Kuntoro, Purnomo Windhu, dkk, 2007,  Modul SPSS , Bagian Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya

Muhilal, 1998, Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan, Jakarta, Widya Karya Nasional Pangandan Gizi VI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

 Notoatmojo, 1992,  Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Karnisius, Yogyakarta

 Nursalam, 2002, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika,

Jakarta

Suhardjo, 1985, Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak , Karnisius, Yogyakarta,

WHO, 2002, Physical Status, The Use And Interpretation of Antropometri Report of a WHO Expret 

Committe, WHO, Genewa