faktor - faktor yang berhubungan dengan...
TRANSCRIPT
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI KELURAHAN GEREM
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Skripsi
Oleh :
Ana Mahillatul Jannah
(109101000009)
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H / 2016
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan . untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canturnkan sesum
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya .. asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berla:ku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2016
Ana Mahillatul J annah
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Juni 2016
Ana Mahillatul Jannah, NIM. 109101000009
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI
KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL
KOTA CILEGON TAHUN 2015 xviii + 120 halaman, 24 tabel, 3 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK
Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang
pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional dan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 adalah perbaikan
status gizi masyarakat. Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (Depkes)
melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan
ASI eksklusif sebesar 80% sebagai salah satu indikator kegiatan
pembangunan gizi kesehatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran cakupan ASI
Eksklusif serta faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan, sebanyak 56 sampel secara
Proportional Random Sampling.
Analisis data penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat
dengan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian didapatkan proporsi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem sebesar 48,2 %. Faktor yang
berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem adalah
paritas ibu (P=0,024), tingkat pendidikan ibu (P=0,004), pengetahuan ibu
(P=0,000), tempat persalinan (P=0,003), penolong persalinan (P=0,024),
dukungan petugas kesehatan (P=0,001), dan dukungan keluarga. (P=0,000).
Faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu (P=0,263) dan pekerjaan
ibu (P=1,000).
Saran untuk puskesmas Grogol adalah melakukan monitoring dan
evaluasi terkait adanya kegiatan pemberian PMT ASI agar pemberiannya
tepat sasaran serta memberikan edukasi dan informasi lengkap tentang ASI
eksklusif kepada ibu dan juga keluarganya (suami dan orang tua). Saran
untuk ibu adalah lebih aktif melakukan konsultasi pemeriksaan kehamilan
guna memperoleh informasi dan pengetahuan terkait ASI eksklusif. Saran
untuk peneliti selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor lainnya yang
belum diteliti dalam penelitian ini dengan desain studi yang berbeda dan
jumlah sampel yang lebih banyak.
Kata Kunci : ASI eksklusif, faktor yang berhubungan, perilaku ibu
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION NUTRITION
Undergraduated, June 2016
Ana Mahillatul Jannah, NIM. 109101000009
FACTORS - FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE
BREASTFEEDING IN INFANTS 6-12 MONTHS IN GEREM
VILLAGE THE WORK AREA OF GROGOL HEALTH CENTER
CILEGON CITY AT 2015 xviii + 120 pages, 24 tables, 3 image, 4 attachment
ABSTRACT
One of the priorities of national development as stated in the
document of the National Medium Term Development Plan and the
Strategic Plan 2010-2014 Ministry of Health is the improvement of the
public nutrition status. In Indonesia, the Ministry of Health through the
Public Nutrition Improvement Program has targeted the coverage of
exclusive breastfeeding by 80% as one indicator of the development
activities of public health nutrition.
This study aims to determine picture coverage exclusive
breastfeeding and the factors associated with exclusive breastfeeding in
Gerem Village the work area of Grogol health center Cilegon City in 2015.
This study uses a quantitative method with cross-sectional design. The
sample of this study are all mothers who have infant aged 6-12 months, as
many as 56 samples were Proportional Random Sampling. Analysis of the
data of the research is the analysis of univariate statistical tests with
bivariat and Chi-square.
This study shows that the proportion of breastfeeding in Gerem
Village is 48,2%. The factors associated with exclusive breastfeeding in
Gerem Village are mother’s parity (P=0,024), mother’s education
(P=0,004), mother’s knowledge (P=0,000), place of birth (P=0,003), birth
attendance (P=0,024), health worker’s support (P=0,001), and family’s
support. (P=0,000). The factors unassociated with the exclusive
breastfeeding is mother’s age (P=0,263) and mother’s working status
(P=1,000).
Suggestions for Grogol health centers are monitoring and evaluation
related to their activities for giving PMT ASI in order to gift right on target
as well as provide education and complete information about exclusive
breastfeeding to mother and her family (husband and parents). Suggestions
for the mother is more active to consultation of pregnancy in order to obtain
information and knowledge related to exclusive breastfeeding.. Suggestions
for further research is to analyze the other factors that have not been
examined in this study with a different study design and more of samples.
Keyword : Exclusive breastfeeding, factors Associated, mothers’s behavior
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN
DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL
KOTA CILEGON TAHUN 2015
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Jakarta, Juli 2016
Pembimbing I
~· Ratri Ciptaningtvas, SKM, MHS
NIP. 19840404 200912 2 007
Pembimbing II
--~ Dr. M. Farid Hamzens, M.Si
NIP. 19630621199403 1 001
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
Jakarta, 20 Juni 2016
Penguji II
(Fajar Ariyanti{Jvi.Kes, Ph.D)
NIP: 19761209 200604 2 003
Penguji III
~ (Laily Hanifah, M.Kes)
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ana Mahillatul Jannah
Tempat/Tgl Lahir : Serang, 11 Januari 1991
Alamat : Jl. Sunan Drajat Link. Kubang Welut Widuri Rt.04 Rw.04
Kel. Kubangsari Kec. Ciwandan Kota Cilegon Banten
42445
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Materital : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Telp/Hp : 081310945898
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1997 – 2003 : SDN Kubangsari I Ciwandan
2003 – 2006 : MTs Al-Khairiyah Kubangsari Ciwandan
2006 – 2009 : SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon
2009 – sekarang : S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Kota Cilegon Tahun 2015”.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang
dihadapi. Namun, dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan. Sehingga penulis sangat berterima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini,
diantaranya :
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri SKM. MKes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.d. selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku dosen pembimbing akademik penulis.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, fikiran, keikhlasan, dan kesabaran dalam
membimbing peneliti.
5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, fikiran, keikhlasan, dan kesabaran dalam
membimbing peneliti.
viii
6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, dan
Ibu Laily Hanifah, M.Kes. selaku penguji sidang skripsi, terima kasih atas
bimbingan, arahan serta kesediaan waktunya untuk membimbing peneliti
selama penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku kuliah.
8. Kepala Puskesmas Grogol yang telah mengizinkan peneliti untuk
melaksanakan penelitian di salah satu wilayah kerjanya yaitu Kelurahan
Gerem. Ibu Rini selaku Kabid Gizi Puskesmas Grogol yang telah bersedia
direpotkan dan membantu peneliti dengan segala kebaikan hatinya dalam
mengadakan data-data sekunder yang dibutuhkan peneliti.
9. Kader-kader Posyandu Kelurahan Gerem yang banyak membantu peneliti
selama proses penelitian. Khususnya Bu Suemah selaku ketua kelompok
kader Kelurahan Gerem yang telah banyak direpotkan oleh peneliti selama
penulisan
10. Special thanks to keluarga tercinta, Ayahanda Hujaji Saliman dan Ibunda
Hurmayati, A’Ozi, A’Akhsan, Teh Husnul, Heru dan De Ais yang
senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga,
menyumbangkan fikiran secara moral, emosional dan financial, serta
senantiasa memberikan doa dan motivasi untuk Ana segera menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih Bapak, Ibu, Aa, Teteh, dan Adek. Ana sayang
kalian.
11. Sahabat-sahabat terbaik Vjeh, Nia, Denis, Heni, Fil dan Ubay yang sudah
terlebih dahulu menyelesaikan studinya, terimakasih selalu memberikan
ix
semangat dan motivasinya untuk penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
Serta Sebay, sahabat yang berjuang bersama sampai akhirnya kita sama-
sama sidang di waktu yang bersamaan. Tetap semangat Sebaaaayyyy.
12. For the man who loves me, makasih untuk setiap support, motivasi,
perhatian dan pengertiannya untuk penulis selama ini. Thank you for being
the best for me Hon.
13. Mba Lulu dan Chimeh, terimakasih telah berbaik hati menampung penulis di
kosannya dan tempat sharing selama penulisan skripsi ini.
14. Rekan-rekan Gizi 2009, terimakasih untuk semua suport dan motivasi
kalian yang tidak pernah henti meskipun jarak kita saling berjauhan.
Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga
bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari sempurna, meskipun demikian semoga masih dapat memberikan
sumbangan betapapun kecilnya kepada dunia ilmu pengetahuan,
masyarakat dan penulis lain.
Jakarta, Juli 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian .........................................................................................9
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................9
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................10
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................10
1.5.2 Bagi Puskesmas .............................................................................10
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ..................................11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif .............................................................12
xi
2.2 Jenis - jenis ASI .........................................................................................13
2.2.1 Kolostrum ......................................................................................13
2.2.2 ASI Peralihan .................................................................................14
2.2.3 Asi Matur .......................................................................................14
2.3 Komposisi ASI ...........................................................................................14
2.4 Manfaat ASI ...............................................................................................17
2.4.1 Manfaat Bagi Bayi .........................................................................17
2.4.2 Manfaat Bagi Ibu ...........................................................................18
2.5 Teori Prilaku ...............................................................................................19
2.6 Faktor Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif ............................21
2.6.1 Umur ..............................................................................................22
2.6.2 Paritas .............................................................................................23
2.6.3 Pendidikan......................................................................................24
2.6.4 Pekerjaan ........................................................................................26
2.6.5 Pengetahuan ...................................................................................26
2.6.6 Kondisi Kesehatan .........................................................................27
2.6.7 Tempat Bersalin .............................................................................30
2.6.8 Penolong Persalinan .......................................................................31
2.6.9 Dukungan Petugas Kesehatan ........................................................32
2.6.10 Dukungan Keluarga .......................................................................33
2.7 Kerangka Teori ...........................................................................................34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................37
3.2 Definisi Operasional ...................................................................................42
3.3 Hipotesis .....................................................................................................47
xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................48
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................48
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................49
4.3.1 Populasi Penelitian .........................................................................49
4.3.2 Sampel Penelitian...........................................................................49
4.3.3 Teknik Sampling ............................................................................52
4.3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................54
4.4 Instrumen Penelitian ...................................................................................57
4.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...............................................................57
4.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................58
4.7 Pengolahan Data .........................................................................................59
4.8 Teknik dan Analisis Data ...........................................................................61
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................................63
5.2 Analisis Univariat ........................................................................................66
5.2.1 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif .............................................67
5.2.2 Gambaran Umur Ibu ......................................................................68
5.2.3 Gambaran Paritas Ibu .....................................................................69
5.2.4 Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu ................................................70
5.2.5 Gambaran Pekerjaan Ibu ................................................................71
5.2.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ..............................................72
5.2.7 Gambaran Tempat Persalinan ........................................................73
5.2.8 Gambaran Penolong Persalinan .....................................................73
5.2.9 Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan ......................................74
xiii
5.2.10 Gambaran Dukungan Keluarga......................................................75
5.3 Analisis Bivariat .........................................................................................76
5.3.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ................76
5.3.2 Hubungan Paritas ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ...............77
5.3.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif ..........78
5.3.4 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif .............79
5.3.5 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Peberian ASI Eksklusif ........80
5.3.6 Hubungan Tempat Persalinan dengan Peberian ASI Eksklusif .....81
5.3.7 Hubungna Penolong Persalinan dengan Peberian ASI Eksklusif ..82
5.3.8 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Peberian ASI
Eksklusif ........................................................................................83
5.3.9 Huungan Dukungan Keluarga dengan Peberian ASI Eksklusif ....85
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ..............................................................................87
6.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .......88
6.3 Analisis Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif90
6.3.1 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi
Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................................90
6.3.2 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi
Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................................93
xiv
6.3.3 Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .........................................................96
6.3.4 Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .........................................................98
6.3.5 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 .....................................................100
6.4 Analisis Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif103
6.4.1 Analisis Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja
Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ................................103
6.4.2 Analisis Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI
Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................106
6.5 Analisis Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusi ..109
6.5.1 Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian
ASI Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................109
6.5.2 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI
Eksklusif pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015 ...................112
xv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ...................................................................................................116
7.2 Saran .........................................................................................................118
7.2.1 Bagi Puskesmas ...........................................................................118
7.2.2 Bagi ibu dan keluarga ..................................................................119
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional .................................................................................................42
4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu .....................51
5.1 Jadwal Kegiatan Posyandu Kelurahan Gerem ..........................................................64
5.2 SKDN Kelurahan Gerem tahun 2015 .......................................................................65
5.3 Distribusi responden menurut pola pemberian ASI eksklusif ..................................67
5.4 Distribusi Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif.............................68
5.5 Distribusi responden menurut umur ibu ...................................................................68
5.6 Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu ..............................................................69
5.7 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..........................................70
5.8 Distribusi Responden Menurut Kategori Pendidikan Ibu .........................................71
5.9 Distribusi responden menurut pekerjaan ibu ............................................................71
5.10 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu ........................................72
5.11 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan ..................................................72
5.12 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan ...............................................74
5.13 Distribusi responden menurut dukungan petugas kesehatan ....................................74
5.14 Distribusi responden menurut dukungan keluarga ...................................................75
5.15 Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ................................76
5.16 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ...............................77
5.17 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ......................78
5.18 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif .........................79
5.19 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ....................80
5.20 Hubungan Antara Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif .................81
5.21 Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif ..............82
5.22 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI
xvii
Eksklusif ..................................................................................................................84
5.23 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ..............85
xviii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori ......................................................................................................36
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................41
4.1 Skema Penelitian ....................................................................................................56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan.
Terbukti dengan masih tingginya angka kejadian malnutrisi di Indonesia
dan angka kematian ibu, kematian bayi dan balita. Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi balita kurang gizi
(underweight) sebesar 19,6 %, prevalensi balita pendek dan sangat pendek
(stunting) sebesar 37,2 %, serta prevalensi balita kurus dan sangat kurus
(wasting) sebesar 12,1%. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh bahwa angka kematian
ibu adalah 359/100.000 KH, angka kematian balita sebesar 40/1000 KH,
dan angka kematian bayi sebesar 19/1000 KH Hal ini mendasari masalah
gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian MDGs
(Millenium Development Goals) yang kini juga menjadi target pencapaian
SDGs 2015-2030 untuk mengurangi segala bentuk malnutrisi dan
kematian Ibu, bayi dan balita.
Riset terbaru World Health Organization (WHO) pada tahun 2005
menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah
akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20 persen), selebihnya
(58 persen) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan
asupan air susu ibu (ASI) (Siswono, 2006).
2
Berdasarkan laporan profil kesehatan Puskesmas Grogol, angka
kematian bayi dan balita sebesar 1/1000 KH dan kejadian tersebut terjadi
hanya di Kelurahan Gerem, sedangkan angka kasus penderita balita
pneumonia di Kelurahan Gerem adalah sebanyak 410 balita dan Kelurahan
Gerem berada di tingkat ke-2 tertinggi dengan prosentase sebesar 34%.
Selain itu terdapat 9 balita dengan kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Grogol, namun dari 9 balita gizi buruk yang ada jumlah
tertinggi terdapat di kelurahan Gerem yaitu terdapat 8 balita gizi buruk.
Sebagaimana di ketahui, menurut UNICEF penyebab langsung
kejadian gizi buruk adalah pola asuh pemberian makan yang dilakukan
keluarga terutama ibu. Pola asuh makan diantaranya meliputi aspek
pemberian makanan, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan umur
penyapihan (Fivi, 2006). Shrimpton (2001) juga mengungkapkan bahwa
penyebab utama terjadinya gizi buruk dan hambatan pertumbuhan anak
adalah akibat dari rendahnya pemberian ASI eksklusif dan maraknya
praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini.Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Minsarnawati dan Safitri (2012) yang mengatakan bahwa pemberian
makanan prelakteal merupakan penghambat perilaku pemberian ASI
eksklusif pada Ibu di wilayah kerja Puskesmas Cibeber Kota Cilegon.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
mengamanatkan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan
3
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan. Upaya
pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional.
Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang
pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2010-
2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat.di Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) melalui Program Perbaikan
Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80%
sebagai salah satu indikator kegiatan pembangunan gizi kesehatan
masyarakat.
Dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 WHO menganjurkan agar bayi
diberi ASI eksklusif selama enam bulan, karena berdasarkan hasil
konvensi Expert Panel Meeting menyimpulkan bahwa periode enam bulan
merupakan usia bayi yang optimal. Kesimpulan tersebut diadopsi sebagai
resolusi World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2001 (Gibney,
2009).
Bayi yang mendapat ASI tidak eksklusif memiliki resiko 3 sampai
4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA)
(Depkes RI, 2005). Selain itu juga beresiko kematian karena diare 3,94
kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Begitu
pula penelitian di Amerika Latin menyatakan bahwa 13,9% dari semua
penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan ASI eksklusif untuk 3
bulan pertama kaehidupan (Betran AP, Onis M, Lauer JA, Villar J, 2001).
4
Hal ini disebabkan karena ASI mengandung zat-zat gizi bernilai tinggi
yang struktur dan kualitasnya sangat cocok dan mudah diserap oleh
bayi,adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon, dan lain-lain yang
melindungi bayi terhadap berbagai infeksi (Roesli, 2000).
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan telah terbukti baik untuk
kesehatan.Pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi tumbuh kembang
yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi.Selain dapat
meningkatkan perkembangan kognitif, pemberian ASI Eksklusif juga
memberikan manfaat bagi ibu yaitu akan menurunkan resiko perdarahan
pasca melahirkan, resiko terkena kanker payudara, dan menunda
kehamilan (sebagai alat kontrasepsi alami/MAL) (KNPP RI, 2008).
Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu
dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar
(Siregar, 2004).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 cakupan ASI
Eksklusif secara nasional adalah 48,6 %. Dan berdasarkan Riskesdas
tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif yaitu sebesar 38 %. Capaian tersebut
masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan pemerintah.
Berdasarkan temuan peneliti saat melakukan magang di Dinas
Kesehatan Kota Cilegon tahun 2012, Puskesmas Grogol merupakan salah
satu Puskesmas yang memiliki pos pemulihan gizi aktif yang berpusat di
Kelurahan Gerem.Namun dalam temuannya dari 32 balita gizi buruk, 12
diantaranya merupakan sasaran kelurahan Gerem. selain itu temuan
cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem masih jauh dari
5
target pencapaian Dinas Kesehatan Kota Cilegon yaitu sebesar 9,1 % dan
merupakan prosentase terendah di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol tahun
2012.
Berdasarkan laporan hasil kegiatan program gizi Puskesmas
Grogol Kota Cilegon, terdapat peningkatan prosentase cakupan ASI
ekslusif pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013 presentase cakupan
ASI Eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 55,1 % dan 59,5 % pada tahun
2014. Angka tersebut masih terbilang rendah dan jauh dari target
pencapaian puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Adapun target
pencapaian program ASI Eksklusif di puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kota Cilegon adalah sebesar 80%. Angka tersebut sesuai dengan standar
pelayanan minimum bayi yang menerima ASI Eksklusif berdasarkan
SK/Menkes No. 1457/2003.
Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI eksklusif,
namun data-data tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat
pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh ibu kepada bayinya.
Padahal program peningkatan pemberian ASI eksklusif merupakan
prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan
bayi.
Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk mengetahui
mengapa tingkat pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem masih
rendah sedangkan wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah
percontohan yang memiliki Pos Gizi aktif di Kota Cilegon. Dimana salah
satu tujuan dari kegiatannya adalah mencegah kekurangan gizi pada anak-
6
anak yang akan lahir dalam masyarakat tersebut, dengan mengubah
norma-norma masyarakat mengenai perilaku pola asuh ibu dimana
perilaku pemberian ASI eksklusif juga termasuk didalamnya.
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem
wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon menjadi perhatian peneliti.
Mengingat besarnya manfaat pemberian ASI eksklusif dan juga kerugian
yang ditimbulkan dari kegagalannya, maka perlu dilakukan penelitian
tentang “Faktor - Faktor yang Berhubungan DenganPerilaku Pemberian
ASI EksklusifPada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015”, sehingga diharapkan
nantinya dapat menyusun perencanaan guna meningkatkan pencapaian
pemberian ASI Eksklusif berdasarkan target pencapaian standar pelayanan
minimal (SPM) kabupaten/Kota di masa yang akan datang sertamenjamin
pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan SDM di wilayah
kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon umumnya dan kelurahan Gerem
khususnya.
1.2 Rumusan Masalah
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu
faktor penting untuk meningkatkan kesehatan bayi khususnya dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan kognitifnya.Apabila bayi tidak diberi ASI
secara Eksklusif, maka akantimbul beberapa dampak negatif ada bayi
seperti rentan terhadap penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya yang
dapt berujung pada kematian.
7
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Grogol,Kota
Cilegon dari sekian banyak masalah program gizi yang belum
tertanggulangi, pencapaian ASI Eksklusif masih menjadi prioritas masalah
di puskesmas tersebut. Berdasarkan laporan hasil kegiatan program gizi
Puskesmas Grogo Kota Cilegonl tahun 2013 presentase cakupan ASI
Eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar 55,1 % dan 59,5 % pada tahun 2014.
Angka tersebut masih terbilang rendah dan jauh dari target pencapaian
puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Adapun target pencapaian
program ASI Eksklusif di puskesmas dan Dinas kesehatan Kota Cilegon
adalah sebesar 80%.
Sampai saat ini, banyak informasi dan berita mengenai rendahnya
persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi usia sampai 6 bulan dan
pengaruhnya terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Sehingga, rendahnya
pemberian ASI eksklusif masih perlu pengkajian dan pembelajaran,
terutama dari faktor penyebab. Masalah inilah yang mendasari peneliti
untuk melakukan penelitian terkait dengan “Faktor – Faktor Yang
Berhubungann Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia
6-12 Bulan Di Kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota
cilegon Tahun 2015”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran cakupan ASI Eksklusif di kelurahan gerem
wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015?
8
2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) di kelurahan
gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015?
3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin (Tempat persalinan dan
penolong persalinan) di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas
grogol kota cilegon tahun 2015?
4. Bagaimana gambaran faktor Penguat (dukungan keluarga, dan
dukungan petugas kesehatan) di kelurahan gerem wilayah kerja
puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015?
5. Adakah hubungan faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu)
denganpemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan
gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015 ?
6. Adakah hubungan faktor pemungkin (Tempat persalinan dan penolong
persalinan) denganpemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan
di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun
2015?
7. Adakah hubungan faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan
petugas kesehatan) dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-
12 bulan di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota
cilegon tahun 2015?
9
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
1. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja
Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gerem
wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
2. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12
bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon tahun 2015
3. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin (Tempat persalinan dan
penolong persalinan) yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah
kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
4. Diketahuinya faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas
kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon tahun 2015
5. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi (umur ibu, paritas
ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu) yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12
10
bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon tahun 2015
6. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin (Tempat persalinan
dan penolong persalinan) yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah
kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
7. Diketahuinya hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga,
dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah
kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambah pengalaman
juga meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih
optimal daam memecahkan masalah kesehatan khususnya didalam
pemberian ASI Eksklusif
2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama
perkuliahan
1.5.2 Bagi Puskesmas
1. Dengan mendapatkan informasi mengenai faktor yang berperan
terhadap rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Gerem
wilayah kerja Puskesmas Grogol, sehingga dapat dilakukan perbaikan
dan intervensi dalam rangka peningkatan cakupan ASI Eksklusif
11
2. Dapat menjadi bahan masukan untuk lebih memotivasi ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya faktor yang
berperan terhadap rendahnya cakupan ASI Eksklusif
2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi
referensi tambahan bagi penelitian serupa
3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan dibidang
gizi
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran cakupan ASI
Eksklusif serta faktor yang berhubungan terhadap perilaku pemberian ASI
eksklusif yang dilakukan diKelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret –
november tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan desain cross sectional karena pengambilan variabel independen
dan variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan.
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data
primer dan sekunder.Data primer didapatkan melalui wawancara langsung
pada responden dengan instrumen berupa kuesioner.Data sekunder didapat
dari Profil Puskesmas Grogol.Adapun sampel pada penelitian ini adalah
ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu, dan berguna sebagai makanan bayi
(Kristiyansari, 2009).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
tambahan makanan atau minuman lain seperti air putih, susu formula,
jeruk, madu, air the, pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali
vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6
bulan (Depkes RI, 2009).
Pada tahun 2004, sesuai dengan anjuran World Health
Organization (WHO), pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6
bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tahun 2004 tentang
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia, ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif
bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6
(enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua)
tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2000).
13
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak
secara optimal. Selain sebagai nutrient yang ideal dengan komposisi yang
tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung
nutrient-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal
(Roesli, 2009)
2.2 Jenis-jenis ASI
Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu : Kolostrum, ASI peralihan dan ASI matur.
2.2.1 Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah
susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan
yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning
dibandingkan dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat :
a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga
saluran pencernaan siap untuk menerma makanan.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin
sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh
bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
dengan 6 bulan.
14
2.2.2 ASI Peralihan
ASI peralihan merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari
keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi
mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang
lebih rendah dari pada kolostrum.
2.2.3 ASI Matur
ASI matur merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari
kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai
usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih seperti susu krim dan
mengandung lebih banyak kalori dari pada susu kolostrum ataupun
transisi.
2.3 Komposisi ASI
a) Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tanpa air akan
terjadi dehidrasi. Kandungan air di dalam ASI sangat besar yaitu 88 %
dimana kegunaannya untuk melarutkan zat – zat yang terdapat dalam
ASI dan juga bisa meredakan rangsangan haus.
b) Protein
ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu
mamalia lainnya, baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI
mengandung asam amino seimbang yang cocok untuk bayi. Dalam 100
ml ASI terdapat 0,9 gr protein, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan
protein pada mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat menyebabkan
15
kerusakan pada ginjal bayi (WHO, 2009).ASI mengandung protein
khusus yang dirancang untuk tumbuh kembang bayi manusia.
ASI mengandung protein whey dan casein. Whey adalah protein
yang halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan kasein adalah
protein yang bentuknya kasar, menggumpal dan susah dicerna.
Perbandingan antara whey dan casein dalam ASI adalah 60:40
Sedangkan pada susu sapi 20:80. ASI mengandung alfa lactalbumin
sedangkan susu sapi mengandung beta lactoglobulin yang sering
menyebabkan alergi (WHO, 2010).
Selain alfa lactalbumin , protein unik yang dimiliki ASI dan
tidak terdapat dalam susu formula adalah taurin, lactoferin dan
lysosom. Taurin diperlukan untuk perkembangan otak, susunan saraf,
dan pertumbuhan retina. Selain Taurin, protein unik yang ada dalam
ASI adalah lactoferin. Lactoferin membiarkan bakteri usus baik yang
menghasilkan vitamin untuk tumbuh dan menghancurkan bakteri yag
jahat. Lisosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat
menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000).
c) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktosa.Dimana 100 ml
ASI mengandung 7 gr laktosa atau 20-30% lebih banyak daripada susu
sapi. Laktosa mudah dicerna dan merupakan sumber energi.Di dalam
usus laktosa diubah menjadi asam laktat yang berfungsi untuk
membantu penyerapan kalsium yang penting untuk pertumbuhan
tulang. Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk pertumbuhan otak,
16
makin tinggi kadar laktosa pada susu mamalia, maka makin besar juga
ukuran otaknya. ASI mengandung kadar laktosa yang paling tinggi
dibandingkan susu mamalia lain (Riordan, 2004).
Karbohidrat dalam ASI juga dapat mencegah infeksi lewat
peningkatan pertumbuhan bakteri baik usus, lactobacillus bifidus dan
menghambat bakteri berbahaya dengan cara fermentasi laktosa
menjadi asam laktat sehingga menyebabkan suasana lambung menjadi
asam dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya.
d) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak.Lemak ASI
merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat secara
proporsional. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5% - 4,5%. Walaupun
kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena
trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecahkan menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Lemak utama ASI
adalah lemak ikatan panjang yang mengandung omega-3, omega-6,
DHA, ARA. Lemak berikatan panjang tersebut penting untuk
pertumbuhan syaraf dan pertumbuhan otak .
Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol yang berguna
untuk meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan
otak yang cepat, diperlukan kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol
dalam ASI juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk
metabolisme kolesterol yang berfungsi untuk membentuk enzim
17
metabolisme kolesterol sehingga dapat mencegah serangan jantung dan
arteriosclerosis pada usia muda ( Roesli, 2000).
e) Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi, walaupun
ibunya mengalami defisiensi vitamin. Vitamin K yang berfungsi
sebagai katalisator pada proses pembentukan darah terdapat dalam ASI
dengan jumlah cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat
vitamin D dan E terutama dalam kolostrum.
Mineral berupa zat besi (Fe) dan Zinc terdapat di ASI dalam
jumlah sedikit, tetapi dengan bioavailibilitas dan penyerapan tinggi.
2.4 Manfaat ASI
2.4.1 Manfaat Bagi Bayi
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi yaitu (Roesli, 2005) :
1. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal
untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai
usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung
berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
ASI juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan
infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi.
3. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung
asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai.
18
4. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga
dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan
emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang
baik.
2.4.2 Manfaat Bagi Ibu
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan
ASI Eksklusif, yaitu (Roesli, 2005) :
1. Mengurangi perdarahan pasca persalinan
Apabila bayi disusukan segera setelah dilahirkan, maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan
berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi
karena menyusui mengurangi perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan
cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum
haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12
bulan.
4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang
meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
19
5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan
energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang
tertimbun selama hamil.
6. Mengurangi kemungkinan penderita kanker, seperti kanker
payudara dan indung telur. Pada ibu yang menyusui, angka
kejadian kanker payudara berkurang 25%, sedangkan risiko
kanker indung telur berkurang sampai 20-25%.
7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat
pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan
persiapan pembuatan susu formula.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat
diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.
9. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana
sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat
ntuk menyusui.
10. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang
mendalam karena telah berhasil memberikan ASI Eksklusif.
2.5 Teori Perilaku
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan
masyarakat. Oleh sebab itu untuk mencapai target pemberian ASI
eksklusif maka intervensi terhadap perilaku menjadi sangat strategis
(Notoatmodjo, 2003).
20
Teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu teori
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation) yang dikembangkan oleh Green
(1980). Teori PRECEDE menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan ada 3 faktor yaitu predisposing, enabling, dan
reinforcing. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap perilaku.
a. Predisposing factors atau faktor predisposisi merupakan faktor-
faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran
ataupun motivasi. Faktor predisposisi diantaranya pengetahuan,
sikap, kepercayaan, dan nilai. Umur, status ekonomi, jenis kelamin,
dan besarnya keluarga yang merupakan variabel demografi juga
merupakan faktor predisposisi, namun variabel tersebut diluar
pengaruh langsung terhadap program pendidikan kesehatan.
b. Enabling factors atau faktor pendukung merupakan kemampuan
dari sumber daya yang penting membentuk perilaku. Faktor-faktor
ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas bagi
kesehatan masyarakat. Faktor ini termasuk di dalamnya adalah skill
personal dan sumber-sumber seperti halnya sumber dari komunitas.
Beberapa sumber-sumberyang termasuk dalam faktor pendukung
ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah
21
sakit, poliklinik, posyandu, polndes, dan lain-lain. Akses terhadap
sumber tersebut juga merupakan bagian dari faktor pendukung.
c. Reinforcing factors atau faktor pendorong merupakan faktor yang
memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan. Dukungan
yang diberikan dapat berupa dukungan positif atau negatif
tergantung pada perilaku setiap orang, beberapa orang bisa lebih
mempengaruhi yang lainnya. Faktor ini termasuk di dalamnya
adalah sosial.
2.6 Faktor Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif
Selain teori perilaku diatas, ada beberapa hal yang mempengaruhi
rendahnya perilaku tidak memberikan ASI eksklusif.Berbagai studi
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang kurang baik ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri ibu sendiri ataupun dari
lingkungan (Gerung, 1989 dalam Nasir, 2002). Karakteristik ibu ( umur,
paritas, pendidikan, status pekerjaan dan sosial ekonomi), faktor psikologis
ibu dalam hal ini adalah pengetahuan, tempat persalinan, promosi susu
formula, kurangnya dukungan keluarga, dan kurangnya dukungan petugas
kesehatan berupa penyuluhan dan pelayanan sejak masa antenatal dan
pascanatal adalah hal-hal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
(Ebrahim, 1986; Helsing dan King dalam Febriana, 2000).
Sedangkan Akre (1994) berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya
pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh kondisi kesehatan (faktor fisik
ibu dan faktor bayi).
22
2.6.1 Umur
Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan
emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki
emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia
ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu yang terlalu
muda ketika hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan
psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi
kehamilan dan pengasuhan anak (Hurlock 1995).
Umur mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil
keputusan dalam pemberian ASI eksklusif, semakin bertambah
umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah
(Notoatmodjo, 2003).
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35
tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat
baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif,
sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggapmasih belum
matang secara fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi
kehamilan, persalinan serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35
tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik
ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bias terjadi resiko
bawaan pada bayinya dan juga dapat mengakibatkan kesulitan pada
kehamilan, persalian dan nifas.
23
Berbeda halnya dengan hasil penelitian Fikawati dan Syafiq
(2009) yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif
6 bulan lebih tua daripada informan yang tidak ASI eksklusif
dengan perbedaan rata-rata umur 4 tahun. Rata-rata informan ASI
eksklusif berusia 30 tahun dan rata-rata informan ASI tidak
eksklusif berusia 26 tahun.
2.6.2 Paritas
Menurut Soetjiningsih (1997), kenaikan jumlah paritas
menyebabkan ada sedikit perubahan produksi ASI yaitu pada anak
pertama: jumlah ASI ± 580 ml/24 jam, anak kedua: jumlah ASI ±
654 ml/24 jam, anak ketiga: jumlah ASI ± 602 ml/24 jam,
kemudian anak kelima: jumlah ASI ± 506 ml/24 jam. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
jumlah paritas, maka produksi ASI semakin menurun.
Gatti (2008) dalam penelitiannya mengenai persepsi ibu
tentang kekurangan/ketidakcukupan suplai ASI menyebutkan
bahwa paritas dan pengalaman menyusui berpengaruh secara
signifikan terhadap kesuksesan menyusui, dimana wanita yang baru
pertama kali menyusui biasanya selalu berfikir akan resiko dan
masalah menyusui atau penghentian menyusui di awal
dibandingkan dengan wanita yang sudah pernah menyusui
sebelumnya.
Suradi (2007) dalam Handayani (2009), bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI meliputi karakteristik
24
ibu yaitu pengalaman ibu menyusui. Perbedaan jumlah anak akan
berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui.
Seorang ibu yang telah sukses menyusui pada lahir sebelumnya
akan lebih mudah serta yakin akan dapat menyusui pada lahir
berikutnya. Seorang ibu muda dengan anak pertama akan merasa
sulit untuk dapat menyusui (Solihah, 2010 dalam Anggraeni,
2012).
Hasil penelitian Arasta (2010) menunjukkan sebagian besar
ibu yang gagal memberikan ASI selama dua bulan yaitu ibu yang
melahirkan anak ≥3 (multipara). Paritas diperkirakan ada
kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan
ibu nifas/menyusui dalam memberikan ASI ekslusif.
Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa
informan ASI eksklusif mempunyai paritas rata-rata lebih tinggi
(3 anak) daripada informan ASI tidak eksklusif (2 anak). Perbedaan
jumlah anak akan mempengaruhi terhadap pengalaman ibu dalam
hal menyusui.
2.6.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa
juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin
tinggi pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI
Eksklusif.Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif
terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada
25
media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif (Abdullah dkk, 2004).
Namun penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2004)
di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menunjukkan bahwa
persentase kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang
berpendidikan dasar hamper sama banyaknya dengan ibu yang
berpendidikan lanjutan. Pola ini menggambarkan tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan kegagalan pemberian ASI
Eksklusif.
Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat
membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama
dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya pemberian ASI
secara eksklusif pada bayi. Namun karena sebagian besar ibu
dengan pendidikan tinggi bekerja di luar rumah, bayi akan
ditinggalkan di rumah di bawah asuhan nenek, mertua atau orang
lain yang kemungkinan masih mewarisi nilainilai lama dalam
pemberian makan pada bayi.
Dengan demikian, tingkat pendidikan yang cukup tinggi
pada wanita di pedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka
akan meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang salah dalam
memberi makan pada bayi, selama lingkungan sosial di tempat
tinggal tidak mendukung ke arah tersebut (Suyatno, 2000).
26
2.6.4 Pekerjaan
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu
tidak menyusui adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita selalu
bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah
untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti
pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga
berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan (King,
1991).
Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan
tema Tempat Kerja Sayang Bayi (Mother Friendly Workplace),
menunjukkan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda
ibu menyusui dan bekerja. Salah satu kebijakan dan strategi
Departemen Kesehatan RI tentang Peningkatan Pemberian ASI
(PP-ASI) pekerja wanita adalah mengupayakan fasilitas yang
mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja
dengan menyediakan sarana ruang memerah ASI, menyediakan
perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI, menyediakan
materi penyuluhan ASI, dan memberikan penyuluhan (Depkes RI,
2004).
2.6.5 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar
27
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor
yang penting dalam kesuksesan proses menyusui. Thaib et al
dalam Abdullah et al (2004) menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah anak dalam
keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian
ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2004) di
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menunjukkan bahwa
persentase kegagalan pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi terjadi
pada para ibu dengan pengetahuan tentang ASI yang kurang
daripada para ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI yang
lebih baik.
2.6.6 Kondisi Kesehatan
Akre (1994) berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya
pemberian ASI secara eksklusif dipengaruhi oleh faktor fisik ibu
dan faktor bayi.Yang termasuk faktor fisik ibu menurutnya adalah
penyakit pada ibu, ibu yang menderita sakit atau kelelahan
sehingga tidak memberikan ASI kepada bayinya dapat
menyebabkan gagalnya ASI eksklusif. Sedangkan faktor bayi
adalah berbagai kondisi bayi yang membuatnya sulit menyusu
kepada ibunya antara lain adanya kelainan metabolisme sejak lahir,
bibir sumbing dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (WHO, 1998).
28
Hampir semua ibu dapat menyusui bayinya sejak awal
kelahiran bayi hingga 6 bulan dan meneruskan menyusui hingga
usia 2 tahun (WHO, 2009). Namun, sejumlah kecil kondisi
kesehatan ibu dan bayi dapat membenarkan alasan ibu tidak
menyusui secara permanen atau sementara.
Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012
tentang ASI, Setiap ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada
bayi yang dilahirkannya terkecuali jika Ibu tersebut mengalami
indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Indikasi
medis yang tidak memungkinkan pemberian ASI eksklusif antara
lain :
a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus,
yaitu Bayi dengan kriteria:
1. Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula
khusus bebas galaktosa
2. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple
syrup urine disease), diperlukan formula khusus bebas
leusin, isoleusin, dan valin
3. Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus
bebas fenilalanin, dan dimungkinkan beberapa kali
menyusui, di bawah pengawasan.
b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama
jangka waktu terbatas, yaitu:
29
1. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu
lima ratus) gram (berat lahir sangat rendah);
2. Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia
kehamilan yang sangat prematur; dan/atau
3. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan
gangguan adaptasi metabolisme atau peningkatan
kebutuhan glukosa seperti pada Bayi prematur, kecil untuk
umur kehamilan atau yang mengalami stress
iskemik/intrapartum hipoksia yang signifikan, Bayi yang
sakit dan Bayi yang memiliki ibu pengidap diabetes, jika
gula darahnya gagal merespon pemberian ASI baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI
Eksklusif karena harus mendapat pengobatan sesuai dengan
standar. Kondisi ibu tersebut antara lain:
a) ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui secara
permanen karena terinfeksi Human Immunodeficiency Virus.
b) ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan menyusui
sementara waktu karena:
1. penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat
Bayi, misalnya sepsis (infeksi demam tinggi hingga tidak
sadarkan diri);
2. infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di payudara;
kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut
30
Bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah
diterapi hingga tuntas
Ibu yang menderita penyakit jantung sebaiknya tidak
menyusui bayinya yang apabila menyusui dapat terjadi gagal
jantung. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi
bagi bayi yang menderita galaktosemia yaitu keadaan kongenital
dimana dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase
sehingga galaktosa tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan akan
berpengaruh pada perkembangan bayi (Kosim, Yunanto, Dewi,
Sarosa, Usman, 2010).
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif. Ada berbagai kondisi bayi yang
membuatnya sulit menyusu kepada ibunya antara lain bayi yang
lahir prematur, kelainan pada bibir bayi dan penyakit kuning pada
bayi yang baru lahir (Prasetyono, 2012). Bayi diare tiap kali
mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak
dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar
pada ASI (Pudjiadi, 2001).
2.6.7 Tempat Bersalin
Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian
pemberian ASI eksklusif.Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007)
dalam Lestari (2009) menunjukkan proporsi pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan menggunakan
fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
31
tidak menggunakan fasilitas kesehatan.Hal ini dapat disebabkan
oleh ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
mendapatkan info lebih baik tentang ASI eksklusif daripada yang
bersalin di fasilitas non kesehatan.
2.6.8 Penolong persalinan
Keberhasilan menyusui bayi tidak hanya dipengaruhi oleh
tempat ibu bersalin tetapi juga sangat bergantung terhadap petugas
kesehatan. Penolong persalinan penting untuk keberhasilan
pemberian ASI eksklusif karena penolong persalinan adalah orang
yang akan memantapkan menyusui pada periode awal pasca
persalinan. Tenaga kesehatan dengan pengetahuan cukup tentang
ASI akan memungkinkan ibu lebih berhasil dalam menyusui
(Depkes, 2007)
Hasil penelitian Amalia dan Yovsyah (2009) menunjukkan
adanya hubungan signifikan antara perilaku penolong persalinan
dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini diperkuat dengan
penelitian Linda Amelia (2006) menunjukkan hubungan yang
sigifikan antara penolong persalinan dengan tindakan pemberian
ASI segera pada bayi baru lahir. Dari penelitian ini terlihat bahwa
kemungkinan pembe rian ASI segera pada bayi baru lahir pada
perilaku penolong persalinan yang memberikan bayi pada ibu
untuk disusui lebih besar untuk memberikan ASI dibandingkan
dengan perilaku penolong persalinan yang hanya menganjurkan ibu
untuk memberikan ASI segera pada bayi baru lahir.
32
2.6.9 Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku
terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain yang merupakan
referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang
dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga
kesehatan hendaknya memberikan nasihat kepada seorang ibu
permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan kepercayaan
dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung
penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang
sempurna (Jellife, 1994)
Menurut Soetjiningsih (1997) pemberian ASI belum secara
optimal diberikan oleh ibu-ibu disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam
memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik
dan benar kepada ibu dan keluarga. Bebrapa penelitian
membuktikan bahwa sikap petugas kesehatan sangat
mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh ibunya.Pengaruh ini
dapat berupa sikap negatif secara pasif, yang dinyatakan dengan
tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan laktasi.
Sikap ini bisa pula secara aktif misalnya bila ada kesulitan laktasi,
malah petugas sendiri yang menganjurkan untuk memberikan susu
botl kepada bayi.
33
Berdasarkan penelitian Pinem (2010) menyebutkan faktor
petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI
Eksklusif.Sebanyak 60% responden mengatakan tidak pernah
mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ibu yang mendapat
dukungan dari tenaga kesehatan berpeluang 5,627 kali dalam
pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak
mendapat dukungan dari petugas kesehatan (Nupelita, 2007).
2.6.10 Dukungan Keluarga
Dorongan keluarga merupakan sesuatu yang cukup penting
untuk menentukkan kegagalan atau keberhasilan seorang ibu dalam
pemberian ASI eksklusif pada bayinya (Green, 1980).
Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya)
perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan
bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif,
misalnya untuk menggantikan sementara tugas rumah tangga ibu
seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah (Afifah,
2009).
Dorongan keluarga untuk melakukan ASI eksklusif
umumnya adalah suami dan orang tua.Suami dan orang tua adalah
orang terdekat yang dapat mempengaruhi seorang ibu untuk tetap
menyusui secara eksklusif atau malah memberikan makanan/
minuman tambahan kepada bayi.Bentuk dukungan suami berupa
nasihat untuk memberikan hanya ASI eksklusif saja kepada
34
bayinya, membantu ibu bila lelah, dan membantu melakukan
pekerjaan rumah. Sedangkan dukungan orang tua lebih terlihat
untuk mempengaruhi ibu memberikan makanan atau minuman
tambahan sebelum bayi mereka berusia 6 bulan (Fika dan Syafiq,
2009). Studi pada tahun 2010 menunjukkan 13 % ibu memutuskan
untuk memberikan ASI atau susu formula karena pengaruh dari ibu
dan saudara perempuannya (Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010).
Hasil penelitian kualitatif Fika dan Syafiq (2009)
menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya mendapatkan dukungan dari
suaminya.Sedangkan pada orang tua perannya kurang terlihat.
Namun, pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sangat
terlihat bagaimana peran orang tua untuk mempengaruhi
pemberian makanan tambahan. Sedangkan peran suami ada yang
mendapat dukungan, tapi sebagian lainnya menyerahkan keputusan
menyusui kepada ibu, artinya suami tidak memberikan dorongan
kepada ibu untuk menyusui.
2.7 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada model
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation) yang dikembangkan oleh Green
(1980), yang dimodifikasi dengan teori Unicef (1990) , Ebrahim (1986),
dan Akre (1994).
35
Praktek pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan faktor
predisposisi (umur ibu, paritas ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, sosial
ekonomi, kondisi kesehatan dan pengetahuan), faktor pemungkin (tempat
persalinan, penolong persalinan), dan faktor penguat (dukungan keluarga,
dukungan tenaga kesehatan dan promosi susu formula). Dari praktek
pemberian ASI tersebut maka didapat jumlah konsumsi ASI. Konsumsi
ASI dan faktor infeksi pada anak akan menentukkan derajat status gizi
anak. Adapun kerangka teorinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
36
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi teori L. Green (1980), Unicef (1990), Ebrahim (1986) dan
Akre (1994)
Faktor Predisposisi
Karakteristik Ibu
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial Ekonomi
Kondisi Kesehatan
(Faktor fisik ibu
dan bayi)
Pengetahuan
Infeksi
Faktor Pemungkin
Tempat Persalinan
Penolong persalinan
Status Gizi
Anak
PemberianASI
Eksklusif Faktor Penguat
Dukungan Keluarga
Dukungan Petugas
Kesehatan
Promosi susu formula
Konsumsi ASI
Eksklusif
37
37
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pemberian ASI Eksklusif melibatkan banyak faktor didalamnya.
Berdasarkan kerangka teori yang disebutkan pada bab sebelumnya, tidak
semua faktor dapat diteliti dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan
dalam penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan adalah variabel terikat
(dependent) yaitu pemberian ASI eksklusif. Sedangkan variabel bebas
(independent) yaitu umur ibu, paritas ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, tempat bersalin, penolong persalinan, dukungan keluarga, dan
dukungan petugas kesehatan. Berikut adalah alasan variabel-variabel tersebut
diteliti:
1. Umur ibu diteliti karena umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal
yang juga berkaitan dengan kondisi kehamilan ibu, persalinan dan nifas
serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.
2. Paritas ibu diteliti karena diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian
informasi tentang pengetahuan ibu menyusui. Dan hal ini berhubungan
dengan pengalaman ibu menyusui, baik pengalaman sendiri maupun
38
pengalaman orang lain terhadap pengetahuannya yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku ibu menyusui.
3. Pendidikan ibu diteliti karena ada kaitannya dengan pengetahuan ibu
menyususi dalam memberikan ASI eksklusif, dimana seseorang yang
berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan sesorang yang berpendidikan rendah.
4. Pekerjaan ibu diteliti karena banyak asumsi yang menyebutkan bahwa
ibu di daerah pedesaan yang mayoritas tidak bekerja seharusnya dapat
memberikan ASI secara ekskusif. Namun kenyataannya di Kelurahan
Gerem, meskipun mayoritas ibunya tidak bekerja tetapi tingkat
pemberian ASI eksklusifnya masih rendah.
5. Pengetahuan ibu diteliti karena proes terbentuknya seseorang untuk
berperilaku adalah didasarkan pada pengetahuannya. Dalam hal ini
pengetahuan menjadi sumber informasi ibu menyusui dalam melakukan
perubahan perilaku kesehatan khususnya pemberian ASI eksklusif.
6. Tempat persalinan dan penolong persalinan diteliti karena ketersediaan
fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan dan perilaku petugas
kesehatan selaku penolong persalinan akan mendorong dan memperkuat
terbentuknya perilaku kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif.
7. Dukungan kelurga diteliti karena keluarga merupakan orang terdekat ibu
menyusui dalam kegiatan sehari-harinya, dimana kebiasaan-kebiasaan
anggota keluarga akan mempengaruhi perilaku ibu menyusui. Dukungan
39
keluarga sangat dibutuhkan khususnya untuk yang baru pertama kali
hamil
8. Dukungan petugas kesehatan diteliti karena petugas kesehatan
merupakan referensi dalam perilaku masyarakat yang mana peranannya
dalam kesehatan dapat mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui.
Pada penelitian ini ada faktor yang menurut teori berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif, namun tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini
yaitu sosial ekonomi, kondisi kesehatan, promosi susu formula, konsumsi
ASI, infeksi dan status gizi. Berikut adalah alasan variabel-variabel tersebut
tidak diteliti :
1. Sosial ekonomi tidak diteliti karena menurut wakil ketua Asosiasi
Menyusui Indonesia (AIMI), permasalahan utama pemberian ASI
eksklusif adalah perilaku dan bukan masalah ekonomi. Dan tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor perilaku ibu yang
berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif.
2. Faktor Kondisi kesehatan tidak diteliti karena dalam kriteria sampel
penelitian ini, peneliti membatasi responden penelitian merupakan ibu dan
bayi yang dalam keadaan sehat dan tidak memiliki kelainan serta tidak
BBLR.
3. Faktor promosi susu formula tidak diteliti karena berkaitan dengan
variabel dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dimana
40
dalam penelitian ini ada tidaknya promosi susu formula menjadi
komponen pertanyaan pada variabel dukungan petugas kesehatan dan
dukungan keluarga. Sehingga ada tidaknya promosi susu formula dalam
pemberian ASI eksklusif terwakili oleh 2 komponen pertanyaan pada
kedua variabel tersebut.
4. Konsumsi ASI dan Infeksi tidak diteliti karena dalam hal ini kedua faktor
tersebut hanya menentukan derajat status gizi anak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :
41
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Variabel bebas (independent) Variabel terikat (dependent)
Faktor Predisposisi
Karakteristik Ibu
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Faktor Penguat
Dukungan Keluarga
Dukungan Petugas Kesehatan
Faktor Pemungkin
Tempat Persalinan
Penolong perslinan
Pemberian
ASI Eksklusif
42
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Terikat (dependent)
1 Pemberian
Asi eksklusif
pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
tambahan makanan atau minuman lain seperti
air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh,
pisang bubur, susu, biscuit, bubur nasi tim
kecuali vitamin, mineral, obat, dan ASI yang
diperah yang diberikan selama 6 bulan
(Depkes RI, 2009).
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak ASI
eksklusif
1 = ASI eksklusif
Ordinal
Variabel Bebas (independent)
1 Umur ibu Lamanya hidup yang dicapai responden dari wawancara kuesioner 0 = < 20 tahun Ordinal
43
lahir sampai dilakukan penelitian atau > 35 tahun
1 = 20 tahun – 35
tahun (Arini,
2012)
2 Paritas ibu Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
yaitu kondisi yang menggambarkan kelahiran
sekelompok atau beberapa kelompok wanita
selama masa reproduksi. (BKKBN, 2011)
wawancara kuesioner 0 = Primipara
1 = Multipara
(Prawiraharjo,
2009)
Ordinal
3 Pendidikan
ibu
Tingkat pendidikan yang dilihat berdasarkan
lama tahun yang ditempuh untuk
menyelesaikan pendidikan formal terakhir
wawancara kuesioner 0 = Rendah
(≤9tahun)
1 = Tinggi (> 9
tahun)
(Depdiknas,
2002)
Ordinal
4 Pekerjaan
ibu
Kegiatan yang dilakukan ibu di luar atau di
dalam rumah untuk membantu penghasilan
wawancara kuesioner 0 = Bekerja (PNS,
swasta, buruh,
Ordinal
44
keluarga petani,
wiraswasta,
pedagang)
1 =Tidak bekerja,
IRT
(BPS, 2009)
5 Pengetahuan
ibu
Kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan di dalam kuesioner tentang
ASI eksklusif
wawancara kuesioner 0 = Kurang
(persentase
jawaban benar <
70%)
1 = Baik
(persentase
jawaban ≥ 70%)
(Hartuti, 2006)
6 Tempat Sarana/prasarana yang diperoleh ibu dalam Wawancar Kuesioner 0 = Bukan di Ordinal
45
bersalin proses melahirkan a fasilitas kesehatan
1 = Di fasilitas
kesehatan
(Asmijati, 2001)
7 Penolong
persalinan
Tenaga yang membantu ibu dalam
melahirkan bayinya
Wawancar
a
Kuesioner 0 = Non Nakes (
dukun beranak,
keluarga)
1 = Nakes (bidan,
perawat dan
dokter)
(Amran, 2007)
Ordinal
8 Dukungan
petugas
kesehatan
Partisipasi aktif oleh petugas kesehatan agar
ibu dapat mempertahankan memberikan ASI
eksklusif kepada anaknya.
Wawancar
a
Kuesioner 0 = kurang
mendukung, jika
jawaban < 75%
total skor
Ordinal
46
1 = Mendukung,
jika jawaban ≥
75% total skor
(Padang, 2008)
9 Dukungan
keluarga
Peran aktif yang diberikan anggota keluarga
yaitu suami, orang tua, mertua, pada ibu
menyusui dalam keberhasilan pemberian ASI
eksklusif.
Wawancar
a
Kuesioner 0 = kurang
mendukung, jika
jawaban < 75%
total skor
1 = Mendukung,
jika jawaban ≥
75% total
(Padang, 2008)
Ordinal
47
3.3 Hipotesis
a. Adanya hubungan antara faktor predisposisi (umur ibu, paritas ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu)dengan
rendahnya cakupan ASI ASI Eksklusif di kelurahan gerem wilayah
kerja puskesmas grogol kota cilegon tahun 2015
b. Adanya hubungan antara faktor pemungkin (Tempat persalinan
dan penolong persalinan) dengan rendahnya cakupan ASI ASI
Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota
cilegon tahun 2015
c. Adanya hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga dan
dukungan petugas kesehatan) dengan rendahnya cakupan ASI ASI
Eksklusif di kelurahan gerem wilayah kerja puskesmas grogol kota
cilegon tahun 2015
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional.Dimana
variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan. Penelitian ini menganalisis faktor yang berhubungan
dengan rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kelurahan Gerem Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja
Puskesmas Grogol Kota Cilegon pada bulan Maret-Mei tahun 2015.
Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena cakupan ASI Eksklusif
di Puskesmas Grogol kota Cilegon masih rendah yang berdampak pada
masih bayaknya angka gizi buruk di wilayah kerja puskesmas grogol
khususnya di kelurahan Gerem yang merupakan wilayah yang paling
banyak memiliki anak dengan gizi buruk serta belum pernah dilakukannya
penelitian serupa di wilayah tersebut.
49
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
di tetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2009).Populasi pada penelitian ini
adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di lokasi pada saat
penelitian.Pembatasan usia bayi yang dilakukan dalam penelitian ini,
karena pada usia 6 – 12 bulan ASI masih menjadi makanan utama bayi
yang dapat memenuhi 60 – 70% kebutuhan bayi. Menurut data
laporan bulanan wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon sampai
pada bulan mei tahun 2015 populasi ibu yang memiliki bayi berusia 6-
12 bulan yaitu sebanyak 133 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel penelitian
adalah ibu yang memiliki anak usia 6 – 12 bulan yang berdomisili di
Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon. Adapun kriteria
inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan
2. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir dalam kondisi sehat, tidak
memiliki kelainan atau cacat bawaan seperti bibir sumbing ,
tidak prematur dan tidak BBLR
3. Ibu saat postpartum dalam keadaan sehat
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Bersedia menjadi responden
50
Kriteria eksklusi responden dalam penelitian ini adalah :
1. bayi memiliki kelainan dan cacat bawaan seperti bibir sumbing,
lahir prematur dan BBLR.
2. Ibu yang mengalami penyakit parah.
Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Lemeshow,
1997) :
( ⁄ )√ ̅( ̅) √ ( ) ( )
( )
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian
– = Derajat kepercayaan (CI 95%) = 1,96
– = kekuatan uji 80 %
P = Rata-rata proporsi pada populasi
P1 = Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai positif
yang memberikan ASI eksklusif
P2 = Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai negatif
yang memberikan ASI eksklusif
Hasil penghitungan sampel minimal berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya digunakan software sample size WHO
Hipothesis test for two population proportion dengan kekuatan uji β =
51
80%, maka didapatkan hasil hitung jumlah sampel seperti tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu
No Variabel P1 P2 N Sumber
1 Pengetahuan Ibu 38,9% 11,8% 40 Hajijah, 2012
2 Umur Ibu 29,3 % 6,09 % 38 Zakiyah, 2012
3 Paritas Ibu 39,7 % 11,1 % 36 Hakim, 2012
4 Pendidikan Ibu 31% 9% 51 Nurpelita,
2007
5 Pekerjaan Ibu 11,4 % 55,6 % 17 Juliani, 2009
6 Tempat
Persalinan
0 % 23,2 % 29 Rubinem, 2012
7 Dukungan
Keluarga
33,3 % 10,3 % 50 Aritonang,
2011
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel diatas, jumlah
sampel diambil yang terbanyak yaitu sebanyak 51 orang. Untuk
mengantisipasi kekurangan sampel akibat kendala yang terjadi di
lapangan, peneliti menambah sampel sebanyak 10% sehingga jumlah
sampel menjadi 56,1 dan dibulatkan menjadi 56 sampel penelitian.
4.3.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Proportional Random Sampling dari populasi yang memenuhi kriteria
52
inklusi penelitian.Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan
dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap
wilayahditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-
masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006).
Tahap pertama yang dilakukan adalah menyusun daftar
kerangka sampling (sampling frame) bayi usia 6 – 12 bulan yang
diperoleh dari data sasaran di tiap posyandu di kelurahan Gerem yang
terdiri dari nama bayi, umur bayi, orang tua, dan alamat (RT/RW).
Sedangkan untuk kondisi kesehatan bayi (BBLR/tidak) dan kondisi
kesehatan ibu diperoleh dari buku KIA yang ada di tiap
posyandu.Setelah itu, peneliti melakukan pengundian untuk
menentukan 56 orang ibu untuk dijadikan responden penelitian.
Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing
posyandu diperoleh dengan mengunakan rumus proportional random
sampling menurutSugiyono (2007) berikut ini :
n =
x N1
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata
N : Jumlah populasi ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di
Kelurahan Gerem
X : Jumlah populasi pada setiap wilayah
N1 : Jumlah sampel penelitian (56)
53
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing posyandu
tersebut yaitu:
Nama Posyandu Populasi Tiap
Posyandu ( X)
Sampel Tiap
Posyandu (n)
Wijaya Kusuma 15 7
Mawar 17 8
Sedap Malam 12 6
Melati 5 2
Pisang I 8 4
Pisang II 15 7
Dadali I 1 -
Dadali II 7 3
Flamboyan 6 3
Pepaya 12 6
PENI 14 6
Batu Lawang 9 4
Total 119 56
Setelah jumlah sampel di masing-masing posyandu di dapat,
kemudian dilakukan tehnik Simple Random Sampling (SRS)yaitu
pengambilan sampel secara acak sederhana dari populasi di masing-
masing posyandu, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan
54
mengundi (lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan
atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2010).
Data ibu terpilih dikonfirmasi kepada kader poyandu di lokasi
penelitian untuk mengetahui lokasi rumah responden Untuk
pengambilan data, peneliti mendatangi rumah responden.Apabila
pengambilan data bersamaan dengan jadwal kegiatan posyandu,
peneliti menemui responden di posyandu.
4.3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut,
pada bulan mei tercakup populasi bayi usia 6 – 12 bulan dan
didapatkan populasi sebanyak 133 bayi. Pada bulan oktober di
dapatkan jumlah populasi anak usia 6 – 12 bulan yaitu 128 bayi.
Namun setelah di kroschek melalui buku KIA dari masing-masing
responden dari populasi tersebut, sebanyak 9 bayi di keluarkan dari
sampel penelitian karena memiliki status BBLR. Sehingga terdapat
119 bayi yang akan dijadikan populasi sampel penelitian.
Dari populasi tersebut kemudian ditentukan besar sampel
penelitian dengan menggukanan uji hipotesis beda dua proporsi, dan di
dapatkan besar sampel sebanyak 56 bayi. Dari 56 bayi tersebut
dilakukan penarikan sampel dengan cara proportional random
sampling untuk menentukan jumlah sampel penelitian dari masing-
masing posyandu yang terdapat di kelurahan gerem.
55
Adapun jumlah sampel dari masing-masing posyandu tersebut
adalah sebagai berikut, posyandu wijaya kusuma 7 responden,
posyandu mawar 8 responden, posyandu sedap malam 6 responden,
posyandu melati 2 orang, posyandu pisang I 4 responden, posyandu
pisang II 7 responden, posyandu dadali II 3 responden, posyandu
flamboyan 3 responden, posyandu papaya 6 responden, posyandu
PENI 6 orang, posyandu batu lawang 4 responden, sedangkan dari
posyandu dadali I tidak ada responden yang dijadikan sampel
penelitian.
Untuk pemlihan responden penelitian dari masing-masing
posyandu dilakukan dengan carasimple random sampling (SRS)
dengan cara mengundi nomor responden di masing-masing posyandu
dengan mengurutkannya secara alfabetis terlebih dahulu dengan
Microsoft excel. Skema peneliian dapat dilihat dalam bagan 4.1
56
Gambar 4.1 Skema Penelitian
Kroscek buku KIA
Uji hipotesis beda dua proporsi
Teknik Proportional Random Sampling
Dilakukan
simple random
sampling untuk
memilih
responden di
masing-masing
posyandu
128 bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan
Gerem bulan Oktober tahun 2015
119 bayi usia 6 – 12 bulan dijadikan
populasi sampel penelitian
9 bayi dengan status BBLR
dikeluarkan dari penelitian
56 Sampel penelitian / responden
posyandu wijaya kusuma 7
responden,
posyandu mawar 8 responden
posyandu sedap malam 6 responden
posyandu melati 2 orang,
posyandu pisang I 4 responden,
posyandu pisang II 7 responden,
posyandu dadali II 3 responden,
posyandu flamboyan 3 responden,
posyandu papaya 6 responden,
posyandu PENI 6 orang,
posyandu batu lawang 4 responden,
posyandu dadali I tidak ada
responden yang dijadikan sampel
penelitian.
57
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner untuk
mengumpulkan data pemberian ASI eksklusif, umur ibu, paritas ibu,
tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,tingkat pengetahuan ibu, tempat
persalinan, penolong persalinan, dukungan petugas kesehatan, dan
dukungan keluarga.
Kuesioner yang akan digunakan merupakan kuesioner yang sudah
di modifikasi dari kuesioner penelitian Hajijah (2012), Pertiwi (2012) dan
wulandari (2011)
4.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevaliditan atau kesahihan suatu instrument.Suatu instrument yang valid
atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.Sebaliknya instrument yang
kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Instrument dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang digunakan (Arikunto, 1998).
Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik (Arikunto, 1998).
Uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian diperlukan untuk
mendapatkan instrument sebagai alat ukur yang dapat mengukur dengan
valid dan dapat menunjukkan hasil data yang sama bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek penelitian.
58
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan valid dan
reliable. Sehingga, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliabel.Sebagaimana menurut Hidayat (2007), agar diperoleh distribusi
nilai hasil pengukuran mendekati kurva normal sebaiknya jumlah
responden untuk uji validitas dan reliabilitas yaitu 20 orang.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner
berisi pertanyaan seputar ASI eksklusif dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Pengumpulan data ini
dilakukan sendiri oleh peneliti dengan dibantu kader posyandu di
kelurahan Gerem.
2. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan
berupa daftar nama ibu dan bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Gerem
wilayah kerja Puskesmas Grogol.
59
4.7 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan manual dan aplikasi program
komputer dari hasil kuesioner dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing Tahapan pertama dari pengolahan dan analisis data adalah
penyuntingan (editing ) . Editing diperlukan untuk memastikan
kebersihan data , artinya data tersebut telah terisi, konsisten, relevan
dan dapat dibaca dengan baik. Dalam penelitian ini, editing dilakukan
dengan mengecek kelegkapan jawaban kuesioner.
2. Coding ;dilakukan agar data mentah dapat tersusun sistematis dan
mempermudah pengolahan data selanjutnya dengan merubah data
berbentuk huruf menjadi berbentuk angka atau dengan klasifikasi
pemberian kode pada jawaban. Berikut ini pengkodean kuesioer.
Pemberian ASI eksklusif
0 : ibu tidak memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan
1 : ibu memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.
Umur Ibu
0 = Jika umur ibu kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun
1 = jika umur ibu antara 20-35 tahun
Paritas Ibu
0 = Primipara
1 = Multipara
Pendidikan Ibu
0 = Rendah : jika lama pendidikan kurang dari sama dengan 9th
1 = Tinggi : jika lama pendidikan lebih dari 9th
60
Pekerjaan Ibu
0 = Bekerja
1 = Tidak Bekerja
Pengetahuan Ibu
0 = Pengetahuan kurang : jika presentase jawaban benar < 70%
1 = Pengetahuan baik : jika presentase jawaban benar ≥ 70%
Tempat Persalinan
0 = Bukan di fasilitas kesehatan
1 = Di fasilitas kesehatan
Penolong Persalinan
0 = Non Nakes
1 = Nakes
Dukungan Petugas Kesehatan
0 = Kurang mendukung
1 = Mendukung
Dukungan Keluarga
0 = Kurang mendukung
1 = Mendukung
3. Data entry; memasukkan data hasil wawancara ke dalam sofware
statistik untuk dianalisis.
4. Data Cleaning; pembersihan data dilakukan dengan cara melihat
gambaran frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya.
61
4.7 Teknik dan Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan program
SPSS. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian.Dalam analisis univariat hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).
Variabel tersebut adalah pemberian ASI eksklusif, karakteristik
responden (umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan), pengetahuan
ibu,tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan tenaga
kesehatan, dukungan keluarga.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002).
Variabel ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square) dengan
menggunakan tingkat kemaknaan alpha 5 %.Artinya, bila p-value <
alpha 5%, maka disimulkan hipotesis ditolak atau ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara variabel independen dan dependen.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Kelurahan Gerem merupakan satu dari 4 kelurahan yang ada di
wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon.Kelurahan ini memiliki
luas wilayah 768 hektar dengan jumlah penduduk 11.504 jiwa.Kelurahan
ini memiliki 11 Rukun Warga (RW) dengan 38 Rukun Tetangga (RT)
dan 4.477 kepala keluarga.Berdasarkan karakteristik morfologi daratan
dan kemiringan lahan, secara garis besar Kelurahan Grogol termasuk
wilayah dengan bentuk perbukitan-terjal yang mempunyai
kemiringan lahan berkisar antara 15–40% hingga lebih dari 40%.
Adapun Batas-batas geografis Kelurahan Gerem adalah sebagai berikut
:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pekuncen
Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mekarsari
Kelurahan Gerem memiliki 1 pusat pelayanan kesehatan berupa POS
Gizi yang membawahi 12 posyandu.Berikut adalah jadwal kegiatan
posyandu yang ada di wilayah kelurahan Gerem.
64
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Posyandu Kelurahan Gerem
Nama Posyandu Wilayah Kerja Posyandu Pelaksanaan
Posyandu
Pepaya RW 01
RT 01, 02, dan 03
Selasa Minggu ke-1
Dadali II RW 02 RT 01 Rabu Minggu ke-3
Dadali I RW 02
RT 02 dan 03
Rabu minggu ke-2
Flamboyan RW 02 RT 04Rabu Minggu ke-1
Wijaya Kusuma RW 03
RT 01, 02, 03, 04 dan 05
Selasa Minggu ke-2
PENI RW 04
RT 01, 02, dan 03
Senin Minggu ke-2
Pisang I RW 05
RT 01, 02 dan 03
Senin Minggu ke-3
Sedap Malam RW 06
RT 01, 02, 03 dan 04
Senin Minggu ke-1
Melati RW 07 Kamis minggu ke-2
65
RT 01 dan 02
Mawar RW 08 RT 01, 02, 03, dan
04
RW 10 RT 01, 02 dan 03
Kamis Minggu ke-1
Batu Lawang RW 09 RT 01 dan 02 Selasa Minggu ke-3
Pisang II RW 11 RT 01, 02 dan 03 Kamis minggu ke-3
Adapun salah satu kegiatan yang ada di setiap Posyandu di Kelurahan
Gerem yaitu kegiatan penimbangan sebagai upaya peninjauan gizi kurang
(UPGK) di Kelurahan Gerem yang terekapitulasi dalam cakupan SKDN..
Berikut adalah gambaran cakupan SKDN balita di Kelurahan Gerem.
Tabel 5.2
Sistem Kewaspadaan Dini Nasional (SKDN) Kelurahan Gerem tahun 2015
Data Cakupan
S K D N K/S D/S N/S N/D
Riil 1210 1210 1057 717 100% 87,4% 59,3% 67,8%
Target - - - - 90% 80% 60% 80%
Sumber : Laporan Kegiatan Gizi Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa dari seluruh balita (S) yang
memiliki KMS (K) di Kelurahan Gerem. Hanya sebanyak 1057 balita yang
datang dan melakukan penimbangan dalam kegiatan Posyandu (D) di
Kelurahan Gerem. Dan tercatat hanya 717 balita yang mengalami kenaikan
66
berat badannya (N). berdasarkan data cakupan yang tergambar dalam SKDN
kelurahan Gerem diketahui juga bahwa cakupan kegiatan penimbangan
(K/S), tingkat partisipasi masyarakat (D/S), serta efektifitas kegiatan
penimbangan (N/S) di Kelurahan Gerem sudah mencapai target Puskesmas
Grogol Kota Cilegon. hanya tingkat keberhasilan penimbangan (N/D) yang
masih belum mencapai target program gizi Puskesmas Grogol.
5.2 Analisis Univariat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pemberian ASI eksklusif, umur ibu, paritas ibu, tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, tingkat pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong
persalinan, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga dan
hubungannya dengan pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Gerem wilayah
kerja Puskesmas Grogol tahun 2015.
Untuk menggambarkan Variabel-Variabel dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis Univariat.Analisis univariat (descriptive analysis)
bertujuan untuk mendeskripsikan karakter masing-masing variabel yang
diteliti. Analisis ini juga digunakan untuk menyederhanakan atau meringkas
kumpulan data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut menjadi
informasi yang berguna ( Hastono, 2006).
Data univariat dalam penelitian ini terdiri dari pemberian ASI
eksklusif, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia ibu, pengetahuan ibu, tempat
persalinan ibu, penolong persalinan ibu, dukungan keluarga dan dukungan
tenaga kesehatan. Berikut adalah hasil analisis univariat tentang hal tersebut.
67
5.2.1 Gambaran Pemberian ASI eksklusif
Perilaku pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi dua
kategori yaitu memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI
eksklusif. Distribusi responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif
dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3
Distribusi responden menurut pola pemberian ASI eksklusif
Pola Pemberian ASI Frekuensi (n) Persentase (%)
Eksklusif 27 48,2
Tidak Eksklusif 29 51,8
Total 56 100
Berdasarkan hasil distribusi pada tabel 5.3, terlihat bahwa dari 56
responden yang diteliti, responden yang memberikan ASI eksklusif
sebesar 48,2%. Dan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 51,8%. Masih banyaknya responden yang tidak memberikn ASI
secara eksklusif disebabkan oleh berbagai alasan responden
penelian.Alasan responden tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya dapat dilihat pada tabel 5.4
68
Tabel 5.4
Distribusi Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Alasan
Frekuensi
n %
ASI tidak cukup / ASI belum keluar 5 17,3
Ibu bekerja 1 3,45
Takut bayi lapar 8 27,59
Bayi menangis terus 15 51,72
Total 29 100
5.2.2 Gambaran Umur Ibu
Umur ibu dibedakan menjadi 2 kategori yaitu usia 20 sampai 35
tahun dan kelompok umur <20th atau> 35th. Distribusi responden
berdasarkan karekteristik umur ibu dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5
Distribusi responden menurut umur ibu
Umur Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
< 20 th atau >35th
13 23,2
20 – 35 th 43 76,8
Total 56 100
69
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui
sebagian besar responden berumur 20-35 tahun (76,8%) sedangkan hanya
23,2% responden yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun. Dari tabel
diketahui bahwa responden besusia 20-35 tahun lebih banyak daripada
responden dengan kelompok umur < 20 tahun atau > 35 tahun.
5.2.3 Gambaran Paritas Ibu
Paritas ibu dibedakan menjadi 2 kategori yaitu multipara dan
primipara.Distribusi responden berdasarkan paritas ibu dapat dilihat pada
tabel 5.6.
Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu
Paritas Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
Primipara 15 26,8
Multipara 41 73,2
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden paling
banyak adalah ibu dengan multipara yaitu yang melahirkan lebih dari satu
orang anak (73,2%). Sedangkan 26,8% adalah ibu dengan primipara yaitu
yang mempunyai satu orang anak.
70
5.2.4 Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu
Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ditampilkan
pada tabel 5.7.
Tabel 5.7
Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 6 10,7
SMP 14 25
SMA 34 60,7
PT 2 3,6
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat terlihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pendidikan dengan lulusan SMA yaitu sebanyak
60,7%.
Tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi dua yaitu ibu dengan pendidikan rendah dan ibu dengan
pendidikan tinggi. Adapun gambaran kategori pendidikan ibu di kelurahan
Gerem dapat dilihat pada tabel 5.8
71
Tabel 5.8
Distribusi Responden Menurut Kategori Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
Rendah 20 35,7
Tinggi 36 64,3
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui
64,3 % ibu berpendidikan rendah (tamat SMP ke bawah), sisanya 35,7 %
ibu berpendidikan tinggi (tamat SMA ke atas).
5.2.5 Gambaran Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan ibu dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Adapun gambaran status
pekerjaan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9
Distribusi responden menurut pekerjaan ibu
Pekerjaan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak bekerja 55 98,2
Bekerja 1 1,8
Total 56 100
72
Dari data yang terdapat pada tabel 5.9 diketahui bahwa hampir
semua responden tidak bekerja (98,2 %) dan hanya ada satu responden
yang bekerja (1,8 %).
5.2.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi dua yaitu ibu dengan pengetahuan kurang dan ibu dengan
pengetahuan baik. Adapun gambaran tingkat pengetahuan ibu di kelurahan
Gerem dapat dilihat pada tabel 5.10
Tabel 5.10
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat Pengetahuan
Ibu
Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang 21 37,5
Baik 35 62,5
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 56 responden,
terdapat responden dengan pengetahuan kurang (37,5%) lebih sedikit
daripada responden dengan pengetahuan baik (62,5 %).
73
5.2.7 Gambaran Tempat Persalinan
Tempat persalinan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua
yaitu non fasilitas kesehatan dan di fasilitas kesehatan.Adapun gambaran
tempat persalinan ibu di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.11
Tabel 5.11
Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan
Tempat Persalinan Frekuensi (n) Persentase (%)
Non Faskes 13 23,2
Di Faskes 43 76,8
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui
sebagian besar (76,8%) ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
(rumah sakit, rumah bersalin, praktik bidan). Sedangkan (23,2%)
responden lainnya melakukan persalinan bukan di fasilitas kesehatan
(rumah sendiri).
5.2.8 Gambaran Penolong Persalinan
Penolong persalinan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua yaitu oleh non tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan.Adapun
gambaran penolong persalinan di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel
5.12.
74
Tabel 5.12
Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan
Penolong Persalinan Frekuensi (n) Persentase (%)
Non Nakes 6 10,7
Nakes 50 89,3
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui
89,3% ibu yang penolong persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan
(bidan dan dokter) dan hanya 10,7% ibu yang melahirkan bayinya dibantu
oleh non tenaga kesehatan (dukun /paraji).
5.2.9 Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi dua yaitu tidak mendukung dan mendukung.Adapun dukungan
petugas kesehatan di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.13.
Tabel 5.13
Distribusi responden menurut dukungan petugas kesehatan
Dukungan
Petugas Kesehatan
Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang Mendukung 11 19,6
Mendukung 45 80,4
Total 56 100
75
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 56 responden
diketahui 80,4% ibu mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir, sisanya 19,6% ibu
tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan.
5.2.10 Gambaran Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua yaitu ibu tidak mendukung dan mendukung. Adapun gambaran
dukungan keluarga di kelurahan Gerem dapat dilihat pada tabel 5.14.
Tabel 5.14
Distribusi responden menurut dukungan keluarga
Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang Mendukung 17 30,4
Mendukung 39 69,6
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 56 ibu diketahui
69,6% ibu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI
secara eksklusif pada bayi baru lahir, sedangkan sisanya 30,4% ibu tidak
mendapat dukungan dari keluarga.
76
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat hubungan
variabel independen dengan variabel dependen.Analisis ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana hubungan kemaknaan secara statistik (Sutanto,
2009).
5.3.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Umur ibu dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
umur <20 tahun atau > 35 dan kelompok umur 20-35 tahun. Hubungan
antara umur ibu dengan Pemberian ASI eksklusf ditunjukan tabel 5.15.
Tabel 5.15
Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Umur Ibu
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
N % N % n %
< 20tahun atau >
35tahun
4 30,8 9 69,2 13 100
0,263
20tahun – 35tahun 23 53,5 20 46,5 43 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
dari 13 ibu yang berumur < 20tahu atau > 35tahun ada sebanyak 4 orang
(26,7%) ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan
77
dari 43 ibu yang berumur 20tahun – 35, sebanyak 23 orang ( 53,5 %) ibu
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dan berdasarkan hasil uji
statistic chi-square diperoleh P-value = 0,263. Karena p-value> 0,05,
maka berarti tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara
umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Paritas ibu dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
Multipara dan Primipara. Hubungan antara paritas ibu dengan Pemberian
ASI eksklusf ditunjukan pada tabel 5.16.
Tabel 5.16
Hubungan antara Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Paritas
Ibu
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
N % n % N %
Primipara 3 20 12 80 15 100
0,024 Multipara 24 58,5 17 41,5 41 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.16 hasil analisis bivariat hubungan antara
paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa dari 41
ibu multipara terdapat lebih banyak ibu yang memberikan ASI
eksklusifnya yaitu 24 orang (58,5%). Sedangkan dari 15 orang ibu
primipara, prosentase lebih besar terdapat lebih banyak ibu yang tidak
78
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (80%).. Dan
berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,024.
Karena p-value< 0,05, maka berarti ada hubungan yang bermakna antara
paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Pendidikan ibu dikategorikan menjadi pendidikan tinggi dan
pendidikan rendah. Hubungan pendidikan ibu dan pemberian ASI
eksklusif digambarkan dalam tabel 5.17.
Tabel 5.17
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pendidikan Ibu
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
N % N % N %
Rendah 4 20 16 80 20 100
0,004 Tinggi 23 63,9 13 36,1 36 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
dari 20 responden yang berpendidikan rendah (tamat SMP ke bawah)
terdapatlebih banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif
pada bayinya yaitu sebanyak 16 orang (80%). Sedangkan dari 36 ibu
berpendidikan tinggi (tamat SMA ke atas) terdapat lebih banyak ibu yang
79
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 23 orang
(63,9%). Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value =
0,004. Karena p-value< 0,05, maka berarti ada hubungan bermakna antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.4 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Status pekerjaan ibu dikategorikan menjadi bekerja dan tidak
bekerja.Tabel 5.18 menggambarkan hubungan pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.18
Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pekerjaan
Ibu
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
n % n % n %
Bekerja 0 0 1 100 1 100
1,000
Tidak
bekerja
27 49,1 28 50,9 55 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.18 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
hanya ada satu orang responden yang bekerja dan tidak memberikan ASI
eksklusif. Sedangkan dari 55 responden yang tidak bekerja tidak ada
perbedaan yang cukup jauh, yaitu 27 orang (49,1%) responden yang
80
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan 28 orang (50,9%) responden
yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.. Dan berdasarkan
hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 1,000. Karena nilai p-
value> 0,05, maka berarti dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.5 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Pengetahuan ibu dikategorikan menjadi ibu berpengetahuan baik
dan kurang.Tabel 5.19 menggambarkan hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.19
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pengetahuan
Ibu
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
N % N % n %
Kurang 3 14,3 18 85,7 21 100
0,000 Baik 24 68,6 11 31,4 35 100
Total 27 48,2 29 52,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.19 hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
dari 21 responden yang berpengetahuan kurang terdapat lebih banyak ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 18 orang (85,7%)
dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI eksklusif.
81
Sedangkan dari 35 ibu yang berpengetahuan baik terdapat lebih banyak
ibu yang memberikan ASI eksklusif ada bayinya dibandingkan dengan
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 24
orang (68,6%). Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-
value = 0,000. Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
5.3.6 Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif
Tempat persalinan dikategorikan menjadi Non fasilitas kesehatan
dan fasilitas kesehatan. Tabel 5.20 menggambarkan hubungan antara
tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.20
Hubungan Antara Tempat Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tempat Persalinan
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
n % N % n %
Non Faskes 1 7,7 12 92,3 13 100
0,003 Faskes 26 60,5 17 39,5 43 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.20 hasil analisis bivariat hubungan antara
tempat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari
13 responden yang melahirkan bukan di fasilitas kesehatan lebih banyak
82
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan
dengan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya (92,3%) responden.
Sedangkan dari 43 responden yang melahirkan di fasilitas kesehatan
terdapat lebih banyak ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif
dibandingkan dengan yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif,
yaitu sebanyak 60,5 % responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-
square diperoleh P-value = 0,003. Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti
terdapat hubungan antara tempat persalinan dengan pemberian ASI
eksklusif.
5.3.7 Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif
Penolong persalinan dikategorikan menjadi tenaga kesehatan dan
non tenaga kesehatan.Tabel 5.21 menggambarkan hubungan penolong
persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.21
Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Penolong
Persalinan
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
n % N % n %
Non Nakes 0 0 6 100 6 100
0,024 Nakes 27 54 23 46 50 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
83
Berdasarkan tabel 5.21 hasil analisis bivariat hubungan antara
penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa
dari 6 responden yang melahirkan dengan dibantu non tenaga kesehatan
dan tidak terdapat 1 responden pun yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.. Sedangkan dari 50 responden yang melahirkan dengan dibantu
tenaga kesehatan ada 27 (54%) responden yang memberikan ASI eksklusif
pada bayinya. Dan berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-
value = 0,024. Karena nilai p-value< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang berarti antara penolong persalinan dengan
pemberian ASI eksklusif.
5.3.8 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Dukungan petugas kesehatans dikategorikan menjadi tidak
mendukung dan mendukung. Tabel 5.22 menggambarkan hubungan
dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
84
Tabel 5.22
Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Petugas
kesehatan
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
N % N % n %
Tidak Mendukung 0 0 11 100 11 100
0,001 Mendukung 27 60 18 40 45 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.22 hasil analisis bivariat hubungan antara
dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh
bahwa dari 11 responden yang tidak mendapat dukungan petugas
kesehatan tidak terdapat satu pun responden yang memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Sedangkan dari 45 responden yang mendapat
dukungan petugas kesehatan terdapat lebih banyak responden yang
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 27 orang (60%). Dan
berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh P-value = 0,001.
Karena nilai p-value< 0,05 maka berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif.
85
5.3.9 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan keluarga dikategorikan menjadi tidak mendukung dan
mendukung.Tabel 5.23 menggambarkan hubungan pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.23
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan
Keluarga
Pemberian Asi Eksklusif
Total P-
value
Ya Tidak
n % N % n %
Tidak
Mendukung
1 5,9 16 94,1 17 100
0,000
Mendukung 26 66,7 13 33,3 39 100
Total 27 48,2 29 51,8 56 100
Berdasarkan tabel 5.23 hasil analisis bivariat hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa dari
17 orang ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya dalam hal
pemberian ASI eksklusif hamper semua responden tidak melakukan
pemberian ASI eksklusf pada bayinya yaitu 94,1%. Sedangkan dari 39
orang ibu yang mendapat dukungan dari keluarganya ada terdapat lebih
banyak ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya
dibandingkan yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif pada
bayinya, yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Dan berdasarkan hasil uji
statistic chi-square diperoleh P-value = 0,000. Karena nilai p-value< 0,05
86
maka berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.
87
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
1. Dalam melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner
terkadang proses wawancaranya terganggu dengan kondisi sekitar
yang ikut mempengaruhi jawaban responden. Selain itu jawaban
yang diberikan oleh responden terkadang tidak menunjukkan
keadaan sesungguhnya. Sehingga dalam hal ini kemungkinan bias
terjadi karena ketidakjujuran responden dalam memberikan
jawaban.
2. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti, ada beberapa
responden penelitian yang pada saat pengambilan data dilakukan
bersamaan dengan kegiatan posyandu namun responden tidak hadir
dan juga tidak bisa ditemui di tempat tinggalnya, peneliti memilih
untuk menitipkan lembar kuesioner kepada kader posyandu untuk
diberikan kepada responden penelitian. Sehingga dalam hal ini
peneliti tidak dapat mengontrol jawaban yang diberikan responden
saat dilakukan wawancara oleh kader posyandu.
88
6.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusifbayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon
Tahun 2015
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
tambahan makanan atau minuman lain seperti air putih, susu formula,
jeruk, madu, air teh, pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali
vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6
bulan (Depkes RI, 2009).
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu
pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan
agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Siregar, 2004).
Berdasarkan hasil analisis univariat dalam penelitian ini,
diketahui dari 56 responden yang diteliti responden yang memberikan
ASI secara eksklusif yaitu (48,2%), presentase tersebut lebih sedikit
dibandingkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu
(51,8 %). Keadaan ini mencerminkan bahwa perilaku ibu terhadap
pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya cenderung masih relatif rendah
dibandingkan dengan target perbaikan gizi masyarakat dalam Renstra
Kemenkes RI tahun 2015-2019 yakni 50%bayi usia kurang dari 6 bulan
harus diberikan ASI secara Eksklusif.
Dari hasil jawaban kuesioner yang disebarkan pada responden
diperoleh keterangan bahwa mereka yang tidak bisa memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayinya disebabkan karena beberapa alasan,
89
antara lain yaitu 51,72% beralasan karena bayi menangis terus dan
rewel, 27,59% alasan karena bayi masih lapar. Sehingga ibu
beranggapan bahwa kondisi bayi yang menangis terus dan rewel
diakbatkan karena bayi masih lapar yang kemudian hal tersebut memicu
ibu untuk memberikan makanan tambahan lain sebelum bayi berusia 6
bulan. Padahal faktanya adalah bahwa bayi yang menangis terus belum
tentu karena bayi lapar, namun diakibatkan oleh banyak hal seperti
merasa tidak aman, tidak nyaman, karena sakit dan sebagainya. Selain
itu, 17,3% responden beralasan karena produksi ASI yang tidak cukup
dan belum keluar, sehingga ibu beranggapan dengan kondisi tersebut ibu
tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Sedangkan
faktanya adalah bahwa banyaknya frekuensi ibu yang sering menyusui,
maka akan meningkatkan produksi ASI yang dihasilkan ibu.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif di kelurahan Gerem banyak
faktor yang mempengaruhi. Antara lain adalah paritas ibu, pendidikan
ibu, pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan
petugas kesehatan dan dukungan keluarga khususnya suami.
Pada saat peneliti ikut serta pada kegiatan posyandu di kelurahan
Gerem, peneliti menemukan bahwa saat kegiatan posyandu setiap ibu
yang berkunjung ke posyandu mendapatkan MP-ASI berupa biskuit dan
susu kotak yang merupakan donasi dari perusahaan. Meskipun pada saat
kunjungan bidan desa tidak menganjurkan ibu menyusui di kelurahan
Gerem untuk memberikan makanan lain saat bayi berusia < 6 bulan,
namun ada kemungkinan jika makanan itu diberikan kepada bayinya saat
90
sampai dirumah. Sehingga dimungkinkan hal tersebut juga menjadi
penghambat dalam pemberian ASI eksklusif yang dilakukan ibu
menyusui di kelurahan Gerem
6.3 Analisis Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI
Eksklusif
6.3.1 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Tidak semua wanita sama dalam menyusui. Sebagian
mempunyai kemampuan yang lebih besar dari pada yang lain.
Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuannya lebih
baik dari yang tua.Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya
perkembangan kelenjar yang matang pada pubertas dan
fungsinya yang berubah sesudah kelahiran bayi (Ebrahim, 1978).
Dalam penelitian ini variabel umur dibagi menjadi dua
kategori yaitu < 20 tahun atau > 35 tahun dan 20 – 35
tahun.Berdasarkan hasil penelitian, 76,8 % responden berusia 20
– 35 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian
besar responden berada dalam kelompok usia reproduksi dimana
usia tersebut adalah usia yang baik untuk melahirkan dan
menyususi. Menurut Roesli (2000), usia 20-35 tahun merupakan
rentang usia yang aman untuk bereproduksi dan pada umumnya
ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih
baik dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 35 tahun.
91
Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum
matang dan belum siap secara jasmani dan social dalam
menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi
yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Sedangkan menurut Arini,
umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat
reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun,
selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat
mengakibatkan kesulitan pada kehamilan, persalian dan nifas.
Hasil uji statistic chi-squaredalam penelitian ini diperoleh
P-value = 0,263. Karena p-value > 0,05, maka berarti tidak
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian Nurpelita (2007) dengan jumlah sampel sebanyak 109
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak juga
menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini juga sama dengan penelitian
Utami (2012) yang menyatakan bahwa umur ibu tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Sejalan dengan
penelitian tersebut, Zakiyah (2012) juga menyimpulkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna umur ibu dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif.
Ketidak bermaknaan faktor umur dalam penelitian ini
dapat terjadi karena proporsi antara ibu pada kelompok umur 20-
35 tahun dengan ibu pada kelompok umur <20 atau >35 tahun
92
tidak jauh berbeda dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan kata
lain ibu yang berumur 20-35 tahun yang mempunyai peluang
yang baik dalam memberikan ASI eksklusif pada kenyataanya
juga tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Hal
ini terbukti dari hasil analisis bivariat didapatkan proporsi dari 43
(76,8%) ibu berumur 20-35 tahun sebesar53,5% memberikan
ASI secara eksklusif pada bayinya, dan sebanyak 46,5% tidak
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hanya ibu
yang berumur <20 atau > 35 tahun saja yang tidak memberikan
ASI eksklusif, akan tetapi ibu yang berusia 20-30 tahun juga
berpeluang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya,
meskipun pada rentang usia 20-35 tahun tersebut ibu mempunyai
peluang dan keadaan biologis yang baik untuk menyusui.
Selain itu ketidakbermaknaan faktor umur dalam
penelitian ini dikarenakan faktor umur bukan menjadi satu-
satunya variabel yang berhubungan dengan perilaku pemberian
ASI eksklusif. Sehingga meskipun menurut usianya seorang ibu
sudah siap jaringan payudaranya untuk menyusui, tetapi tidak
didukung oleh faktor lain seperti pengetahuan yang baik dari
responden terhadap ASI eksklusif maka pemberian ASI eksklusif
tetap tidak diberikan. Terbukti dalam penelitian ini bahwa dari
hasil crosstabs antara pengetahuan dengan umur ibu, ternyata
masih banyak ibu pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu
93
sebesar32,6 % ibu mempunyai pengetahuan kurang baik terhadap
ASI eksklusif. Oleh karenanya dalam hal ini ibu harus lebih aktif
melakukan konsultasi pada Bidan guna memperoleh informasi
dan pengetahuan terkait menyusui dan dibutuhkan peran keluarga
khususnya suami karena merupakan individu terdekat ibu yang
dapat membantu ibu untuk terus memotivasi ibu dalam
pemberian ASI ekslusif kepada bayinya
6.3.2 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Banyaknya anak yang dimiliki seorang ibu, diharapkan
agar tetap memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.Karena hal
ini berkaitan dengan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.
Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
ibu multipara yaitu sebesar 73,2%, lebih besar jika dibandingkan
dengan ibu yang primipara yaitu sebesar 19,6 %. Adapun
proporsi ibu multipara yang memberikan ASI eksklusif yaitu 24
orang (58,5%) lebih besar proporsinya dibandingkan dengan ibu
primipara yang memberikan ASI eksklusif yaitu 3 orang (20%).
Sedangkan ibu multipara yang tidak memberikan ASI eksklusif
yaitu 17 orang (41,5%) lebih kecil dibandingkan dengan ibu
primipara yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak
mendapat dukungan keluarga yaitu semua respoden 12 orang
(80%).
94
Analisis statistic dengan uji chi-square dalam penelitian
ini diperoleh P-value = 0,024. Karena p-value < 0,05, sehingga
berdasarkan uji statistik terdapat hubungan antara paritas ibu
dengan pemberian ASI eksklusif.Sehingga dalam hal ini berarti
pengalaman menyusui anak sebelumnya yang dimiliki responden
ikut berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Utami
(2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
paritas ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Namun penelitian
ini sejalan dengan Gatti (2008) yang dalam penelitiannya
mengenai persepsi ibu tentang kekurangan/ketidakcukupan suplai
ASI menyebutkan bahwa paritas dan pengalaman menyusui
berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan menyusui,
dimana wanita yang baru pertama kali menyusui biasanya selalu
berfikir akan resiko dan masalah menyusui atau penghentian
menyusui di awal dibandingkan dengan wanita yang sudah
pernah menyusui sebelumnya.
Paritas seorang ibu sangat berpengaruh pada kesehatan
dan pengalaman ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.Ibu yang memiliki pengalaman yang baik dalam
menyusui pada anak pertama makaakan menyusui secara benar
pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak
memberikan ASI eksklusif dan ternyata anaknya tetap sehat,
95
maka untuk anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus
diberi ASI eksklusif (Manuaba, 1998)
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa ibu-
ibu yang multipara memiliki presentase yang lebih besar
dibanding dengan ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif
pada bayinya karena ibu-ibu multipara sudah memiliki
pengalaman dalam menyusui bayinya. Kemungkinan pada ibu
primipara tidak mampu memberikan ASI secara eksklusif
disebabkan karena ibu belum mempunyai pengalaman dalam hal
kehamilan, persalinan, menyusui dan merawat bayinya sehingga
cenderung memberikan makanan dan minuman selain ASI lebih
dini kepada bayinya.
Adapaun masih adanya ibu multipara yang tidak
memberikan ASI eksklusif dapat disebabkan karena ibu tersebut
memiliki tingkat pendidikan rendah dan pengetahuan yang
kurang baik terhadap ASI eksklusif. Terbukti bahwa dari 41 ibu
multipara sebanyak 36,6 % memiliki pendidikan rendah dan
sebanyak 31,7% memiliki pengetahuan yang kurang baik
terhadap ASI eksklusif. Sehingga meskipun ibu tersebut sudah
berpengalaman dalam hal pengasuhan bayi, namun dengan
pemahaman yang minim yang dimiliki ibu multipara maka
pemberian ASI eksklusif tidak dilakukan.
96
6.3.3 Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
mutu hidup manusia. Secara umum, pendidikan orang tua
merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang
tua lebih memahami cara pengasuhan anak dalam pemenuhan
gizi anaknya.
Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
ibu dengan pendidikan tinggi yaitu sebesar 64,3%, lebih besar
jika dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah yaitu
sebesar 35,7 %. Adapun tingkat pendidikan yang banyak
ditamatkan oleh responden adalah pendidikan SMA sebesar
60,7%.
Proporsi ibu dengan pendidikan tinggi responden yang
memberikan ASI eksklusif yaitu 23 orang (63,9%) lebih besar
proporsinya dengan ibu berpendidikan rendah yang memberikan
ASI eksklusif yaitu 4 orang (20%). Sedangkan untuk proporsi ibu
dengan pendidikan rendah responden yang tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu 16 orang (80%) lebih besar proporsinya
dibandingkan dengan ibu berpendidikan tinggi yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu 13 orang (36,1%) . Analisis
yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh
97
hasil bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan
pemberian ASI Eksklusif.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa ibu di kelurahan Gerem
dengan pengetahuan tinggi cenderung memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dibandingkan dengan ibu berpendidikan
rendah.Dalam hal ini berarti pendidikan ibu ikut berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
mudah menerima informasi baru khususnya tentang ASI
eksklusif sehingga ibu tersebut dapat memiliki pengetahuan dan
perhatian yang baik terhadap kebutuhan gizi anak yang
kemudian dengan bekal informasi dan pengetahuan tersebut
akhirnya mampu mempengaruhi perilaku seorang ibu untuk lebih
memilih memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Adapun masih adanya ibu dengan pendidikan tinggi yang
tidak memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Gerem diakibatkan
adanya komunikasi antara ibu berpendidikan tinggi dengan ibu
berpendidikan rendah yang saling bertukar pengalaman.Sehingga
ada kemungkinan ibu dengan pendidikan tinggi yang tidak
memiliki pengetahuan baik terpengaruh oleh ibu-ibu responden
yang berpengetahuan rendah yang kebanyakan tidak memberikan
ASI secara eksklusif.
98
6.3.4 Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Aktifitas ibu selama masa menyusui tentunya
berpengaruh terhadap intensitas pertemuan antara ibu dan
anak.Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit
untuk menyusui anaknya akbat kesibukan bekerja.Sedangkan ibu
yang tidak bekerja memilki waktu yang banyak untuk menyusui
anaknya.
Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
ibu bekerja yaitu sebesar 1,8%, lebih kecil jika dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 98,2 %.
Adapun proporsi ibu tidak bekerja yang memberikan ASI
eksklusif yaitu 27 orang (49,1%) lebih kecil proporsinya
dibandingkan dengan ibu tidak bekerja yang tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu 28 orang (50,9%). Sedangkan untuk proporsi
ibu bekerja hanya ada 1 orang dan responden tersebut tidak
memberikan ASI eksklusif.Analisis yang dilakukan dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil bahwa tidakterdapat
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa responden yang tidak
bekerja ternyata 50%nya masih tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya.Sehingga dalam hal ini berarti pekerjaan tidak
ikut berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
99
Masih banyaknya ibu tidak bekerja yang tidak
memberikan ASI eksklusif kemungkinan akibat kesibukan ibu
dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan adanya anak
lebih dari satu membuat perhatian ibu terbagi untuk mengurusi
pekerjaan rumah tangga dan anaknya yang lain.
Selain itu masih adanya anggapan bahwa ASI ibu tidak
cukup / tidak keluar sehingga ibu memberikan makanan lain
kepada bayinya menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan rendah dan memiliki pemahaman yang kurang baik
terhadap ASI bisa menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI
kepada bayinya.. Sedangkan faktanya adalah semakin sering ibu
menyususi maka hal tersebut membuat produksi ASI semakin
banyak, sehingga tidak ada alasan ibu untuk tidak memberikan
ASI.Selain itu adanya alasan ibu bahwa anak yang terus
menangis adalah pertanda bahwa anak belum cukup kenyang
hanya dengan diberikan ASI saja juga menjadi penyebab ibu
tidak memberikan ASI secara eksklusif. Faktanya adalah kondisi
bayi menangis itu bukan hanya karena lapar, namun ada hal lain
yang membuatnya menangis seperti karena keadaan tidak
nyaman, tidak aman dan karena sakit.
100
6.3.5 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Gerem
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun 2015
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu
yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif,
dan cara pemberian ASI eksklusif yang mampu menunjang ibu
dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif sebanyak 62,5
% (35 responden), sedangkan responden dengan pengetahuan
kurang baik tentang ASI eksklusif sebesar 37,5% (21 responden).
Adapun proporsi ibu dengan pengetahuan baik lebih
banyak yang melakukan pemberian ASI eksklusif (68,6%)
dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif
(31,4%). Sedangkan pada kelompok ibu berpengetahuan kurang
lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif (85,7%)
dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif (14,%)
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square
dalam penelitian ini diperoleh hasil P-value = 0,000 ( P-value<
0,05 ). Hasil tersebut berarti bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif.Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Wahyuningrum
(2007) di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
menyatakan ada hubungan yang signifikan antara penegtahuan
101
Ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tri Rahayuningsih
(2005) di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngalingan yang
menyatakan ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan
ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif..
Berdasarkan hasil tersebut berarti dapat terlihat bahwa
mayoritas ibu di Kelurahan Gerem mampu memahami pengertian
dan maksud dari program ASI eksklusif. Sehingga pengetahuan
ikut berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di
kelurahan Gerem.Responden yang memberikan ASI eksklusif
telah memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, sehingga
responden memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya.Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ASI
dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
Secara teoritis Arisman (2004) mengemukakan bahwa
gangguan proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada prinsipnya
berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri,
dukungan keluarga dan lingkungan. Jadi pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif yang baik akan mempengaruhi seorang ibu dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Menurut peneliti, dalam hal ini tingkat pengetahuan
mempunyai kontribusi dalam merubah perilaku seseorang untuk
berbuat sesuatu. Pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu di
Kelurahan Gerem terhadap ASI eksklusif akan memberikan
102
pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Adapun responden
dengan pengetahuan kurang baik yang tidak memberikan ASI
eksklusif kemungkinan disebabkan karena buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) merreka yang menjadi salah satu sumber
pengetahuan mereka tidak dikembalikan oleh kader posyandu.
Sehingga, ibu tidak memiliki kesempatan untuk membaca dan
memahami apa yang ada di buku KIA tersebut utamanya tentang
menyusui ASI eksklusif.
Namun, dalam penelitian ini hanya sekedar tahu saja
tidak menjamin perilaku terhadap pemberian ASI eksklusif bisa
berhasil, walaupun variabel lain sudah mendukung. Namun
dukungan dari petugas kesehatan baik itu bidan desa dan kader
posyandu melalui penyuluhan terutama dalam hal pemberian ASI
eksklusif sangat dibutuhkan ibu menyusui, agar manfaat ASI
dapat tersampaikan kepada ibu menyusui. Sehingga ibu lebih
termotivasi untuk melakukan pemberian ASI eksklusif kepada
bayinya..
Menurut peneliti pengetahuan yang baik pada ibu dalam
penelitian ini tidak terlepas dari tingginya pendidikan responden,
banyaknya responden yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan dan dibantu tenaga kesehatan. Sehingga ibu menyusui
lebih banyak menerima informasi dan mahami tentang ASI
eksklusif yang kemudian dapat memotivasi dan mendorong ibu
untuk mau melakukan tindakan pemberian ASI eksklusif. Hal
103
tersebut terbukti dari analisis crosstabs bahwa dari 35 ibu yang
berpengetahuan baik 82,9 % merupakan ibu dengan pendidikan
tinggi, 85,7 % melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dan
100% persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan.
6.4 Analisis Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI
Eksklusif
6.4.1 Analisis Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon
Tahun 2015
Tempat persalinan berperan aktif dalam keberhasilan
pelaksanaan menyusui secara optimal.Untuk itu kebijakan tempat
persalinan di pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun
swasta dalam melaksanakan rawat gabung yang memudahkan
bagi ibu secara langsung dapat menyusui bayinya menjadi
sangatlah penting (Irianto,1998).Tempat persalinan memberikan
pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena
merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap
memberikan ASI eksklusif atau memberikan makanan lain
sebelum bayi berusia 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden
yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yaitu sebesar
76,8% (43 responden), sedangkan responden yang melakukan
persalinan di non fasilitas kesehatan yaitu sebesar 23,2% (13
104
responden). Dari 43 responden yang melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan di ketahui bahwa proporsinya lebih besar ibu
yang memberikan ASI eksklusif (60,5 %) dibandingkan dengan
yang tidak memberikan ASI eksklusif (39,5%). Sedangkan
diantara responden yang melakukan persalinan bukan di fasilitas
kesehatan proporsinya lebih kecil yang memberikan ASI
eksklusif (7,7%) dibandingkan dengan yang tidak memberikan
ASI eksklusif (92,3%).
Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi square dalam
penelitian ini diperoleh P-value sebesar 0,003( P< 0,05 ),
sehingga ini berarti terdapat hubungan antara variabel tempat
persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianyang
dilakukan Utami (2012) yang menyatakan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara tempat persalinan dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif.Sehingga tempat persalinan
memiliki hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.
Menurut peneliti, dengan melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan maka persalinan akan dibantu oleh tenaga
kesehatan baik bidan maupun dokter. Dimana bidan dan dokter
dianggapnya lebih berkompetensi dalam melakukan penolong
persalinan pada ibu melahirkan.Terbukti bahwa dari 43
responden yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
seluruhnya yakni 100% persalinnanya ditolong oleh tenaga
105
kesehatan.Sehingga dengan demikian ibu menyusui akan
mendapatkan informasi dan pengetahuan serta dukungan dari
tenaga kesehatan dalam hal pemberian ASI eksklusif. Terbukti
bahwa dari 43 ibu yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan seluruhnya mendapat dukungan petugas kesehatan
dalam hal pemberian ASI eksklusif, sedangkan dari 13 ibu yang
melakukan persalinan bukan di fasilitas kesehatan sebagian besar
responden yaitu 84,6% tidak memperoleh dukungan dari petugas
kesehatan dalam hal pemberian ASI eksklusif.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa ibu yang melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan akan cenderung memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Sehingga tempat persalinan ikut
berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI ekskusif di
wilayah Kelurahan Gerem. Dengan melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan, maka proses persalinan ibu juga dibantu oleh
petugas kesehatan. Sehingga ibu akan lebih banyak mendapat
informasi dan pengetahuan tentang ASI eksklusif dan
kebermanfaatannya yang kemudian hal tersebut dapat mendorong
dan memotivasi ibu untuk melakukan pemberian ASI eksklusif
kepada bayinya.
106
6.4.2 Analisis Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon
Tahun 2015
Selain tempat persalinan, keberhasilan menyusui bayi
juga sangat bergantung terhadap petugas kesehatan seperti
perawat, dokter, atau bidan.Karena penolong persalinan adalah
orang pertama yang akan membantu ibu melahirkan untuk
meakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden
yang melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan
yaitu sebesar 89,3% (50 responden), sedangkan responden yang
melakukan persalinan dengan tidak dibantu tenaga kesehatan
yaitu sebesar 10,7% (6 responden). Dari 50 responden yang
melakukan persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan di
ketahui bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif yaitu (54 %)
tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu (46%).Sedangkan diantara
responden yang melakukan persalinan dengan tidak dibantu
tenaga kesehatan dalam hal ini seluruhnya (100%) tidak
memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan analisis hasil uji chi square yang dilakukan, P-
value hubungan penolong persalinan dengan pemberian ASI
eksklusif sebesar 0,024 ( P< 0,05), sehingga berdasarkan uji
107
statistik kedua variabel berhubungan. Artinya ada hubungan antara
penolong persalinan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Pada penelitian ini juga di dapatkan hasil bahwa sebagian
besar responden mempunyai proses persalinan dengan ditolong
oleh Bidan dibandingkan dengan dokter dan dukun/paraji.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kebanyakan
penelitian lainnya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara penolong persalinan dengan pemberian ASI
eksklusif.Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tjandrarini (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan
penolong persalinan dengan pemberian ASI setelah
melahirkan.Faktanya penolong persalinan merupakan kunci
utama keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan pencegahan
terhadap pemberian makanan prelakteal.Hal ini dikarenakan pada
waktu bayi baru lahir, peran penolong persalinan sangat dominan
khususnya dalam hal IMD yang merupakan salah satu kriteria
sukses menyusui.
Secara teoritis fikawati dan Pujonarti (1999)
mengungkapkan bahwa persalinan yang dilakukan oleh bidan desa
sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil
mengenai ASI eksklusif dan manajemen laktasi di daerah tempat
bidan desa bertugas.
Berdasarkan hasil penelitian masyarakat di wilayah
Kelurahan Gerem telah menyadari bahwa persalinan yang ditolong
108
oleh tenaga kesehatan lebih aman karena tenaga kesehatan
dianggap telah berkompetensi dalam membantu persalinannya.
Selain itu dengan melakukan persalinan dengan dibantu tenaga
kesehatan maka akan membuat ibu menyusui menjadi lebih
bertambah pengetahuannya karena lebih mendapatkan berbagai
informasi terkait perilaku menyusui yang baik.Karena pengetahuan
tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namum juga
dapat diperoleh dari petugas kesehatan termasuk penolong
persalinan.Terbukti berdasarkan analisis crosstabs diperoleh bahwa
dari 50 responden yang melakukan persalinan dengan dibantu
tenaga kesehatan baik itu bidan atau pun dokter sebagian besar
yaitu 35 ibu (70%) memiliki pengetahuan baik tentang ASI
eksklusif.
Selain itu adanya dukungan dari penolong persalinan juga
ikut berperan dalam pemberian ASI eksklusif. Terbukti bahwa dari
50 responden yang melakukan persalinan dengan bantuan tenaga
kesehatan, hampir seluruhnya yakni sebesar 90% ibu mendapat
dukungan dari petugas kesehatan guna melakukan pemberian ASI
eksklusif pada bayi baru lahir. Dimana salah satunya adalah adanya
perlakuan IMD yang dilakukan oleh penolong persalinan, dari 50
responden yang melakukan persalinan dengan bantuan tenaga
kesehatan sebanyak 68% ibu melakukan IMD. Sehingga ibu
semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASInya karena
bayinya bisa tenang dalam pelukan ibu setelah lahir.
109
Dengan demikian, melalui pengetahuan yang baik terhadap
ASI eksklusif dengan disertai dorongan dan dukungan dari
penolong persalinan, makaibu menyususi menjadi termotivasi
untuk melakukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
6.5 Analisis Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI
Eksklusif
6.5.1 Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di
Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon Tahun 2015
Peran petugas kesehatan dalam hal ini berupa penyuluhan
yang diberikan petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif baik
saat prenatal maupun pascanatal.
Berdasrkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
ibu yang mendapat dukungan petugas kesehatan terhadap
pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 80,4%, nilai tersebut lebih
besar jika dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat
dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif
yaitu sebesar 19,6 %.
Adapun proporsi yang memberikan ASI eksklusif dan
mendapat dukungan petugas kesehatan, yaitu 27 orang (60%)
lebih besar proporsinya dibandingkan dengan responden yang
memberikan ASI eksklusif dan tidak mendapat dukungan
keluarga, yaitu tidak ada satu responden pun (0 %) yang
110
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif namun
mendapat dukungan petugas kesehatan, yaitu 14 orang (33,3%)
lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI
eksklusif dan tidak mendapat dukungan petugas kesehatan yaitu
semua respoden 11 orang (100%)
Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi
Square diperoleh hasil P-value = 0,001 (P < 0,05), hal tersebut
berarti bahwa terdapat hubungan antara dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lestari (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
Menurut Nining (2007) menyatakan bahwa komitmen
yang kuat dari para petugas kesehatan atau health provider
(dokter, bidan, perawat, manajemen rumah sakit dan lain-lain)
dalam promosi ASI sangat diperlukan oleh karena merekalah
yang selalu kontak langsung dengan masyarakat dan mempunyai
kesempatan yang banyak dan memungkinkan untuk memberikan
pejelasan dan penyuluhan tentang ASI.
Dari hasil penelitian yang di dapat terlihat bahwa
responden yang mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari
petugas kesehatan di kelurahan Gerem akan terdorong untuk
memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak
111
pernah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yang akan
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif..
Menurut peneliti, peran petugas kesehatan dalam
pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam keberhasilan
pemberian ASI eksklusif dengan memberikan konseling sejak
pemeriksaan kehamilan sampai pada pasca melahirkan.Karena
tenaga kesehatan adalah orang yang pertama membantu
persalinan ibu. Sehingga petugas kesehatan memegang peranan
penting dalam mendorong ibu di kelurahan Gerem untuk
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang
mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari dari petugas
kesehatan akan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi
serta dukungan dari petugas kesehatan yang kemudian
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI
eksklusif.
Namun masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif meskipun mendapat dukungan dari petugas kesehatan
dikarenakan kurangnya motivasi individu ibu sendiri terhadap
pemberian ASI eksklusif.Meskipun telah mendapatkan dorongan
dan informasi dari petugas kesehatan terkait ASI eksklusif,
namun tidak yakin bahwa ASI saja sudah mencukupi kebutuhan
bayi selama 6 bulan. Hal ini terbukti bahwa masih adanya
112
anggapan ibu bahwa ASI yang ibu berikan tidak cukup sehingga
membuat bayi menangis karena masih lapar sehingga ibu tidak
tega melihat anak lapar dan kemudian memberikan makanan lain
selain ASI.
6.5.2 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan
Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon
Tahun 2015
Peran keluarga dalam hal ini adalah keterlibatan keluarga
dalam merawat bayi dan memberikan informasi mengenai ASI
eksklusif kepada ibu.Dalam pemberian ASI eksklusif, peranan
keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
ibu yang mendapat dukungan keluarga terhadap pemberian ASI
eksklusif yaitu sebesar 69,6%, sedangkan yang tidak mendapat
dukungan keluarga yaitu sebesar 30,4 %. Adapun proporsi yang
memberikan ASI eksklusif dan mendapat dukungan keluarga,
yaitu 23 orang (66,7%) lebih besar proporsinya dibandingkan
dengan responden yang memberikan ASI eksklusif dan tidak
mendapat dukungan keluarga, yaitu 1 orang (5,9%), sedangkan
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif namun
mendapat dukungan keluarga, yaitu 13 orang (33,3%) lebih kecil
113
dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif dan
tidak mendapat dukungan keluarga.
Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh bahwa
responden lebih banyak mendapat dukungan keluarga dari
suami.Dukungan suami yang diberikan suami kepada responden
dalam hal ini berupa membaantu istri dalam pekerjaan rumah dan
mengurus anaknya.
Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi
Square diperoleh hasil dengan P-value = 0,000 (P < 0,05), hal
tersebut mennjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian yang dilakukan Ida (2012) wilayah kerja
Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok juga memiliki hasil yang
sama yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu
yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dari keluarga
ibu berpeluang 4,11 kali memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan rendah dari
keluarganya.
Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitiannya Hector (2005) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor yang efektif dalam praktik pemberian ASI adalah adanya
dukungan sosial termasuk dukungan keluarga ( suami ).Ibu-ibu
yang mendapat dukungan dari pasangannya (suami) memberikan
114
ASI lebih lama dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan
dukungan dari pasangannya (suami).Dukungan dari suami dan
keluarga akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya.
Sebaliknya dukungan sosial yang kurang maka pemberian ASI
menurun.
Secara teoritis Roesli (2000) mengatakan bahwa untuk
bisa memberikan ASI secara eksklusif, seorang ibu harus
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak keluarga. Pihak
keluarga dalam hal ini suami, memegang peranan penting dalam
mendukung istri untuk menyusui eksklusif dan ayah merupakan
bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui.
Keterlibatan seorang ayah akan memberi motivasi ibu untuk
menyusui.
Berdasrkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu
menyususi di kelurahan Gerem yang mendapat informasi tentang
ASI Eksklusif dari keluarganya khususnya suami akan terdorong
untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang
tidak pernah mendapatkan informasi atau dukungan dari
keluarganya..
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa responden yang
mendapat informasi dan dukungan dari keluarganya khususnya
suamiakan terdorong untuk memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan informasi
atau dukungan dari keluarganya.Karena keluarga khususnya
115
suami adalah orang terdekat ibu yang banyak berperan selama
kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk menyusui.
Dukungan suami dalam bentuk apapun akan mempengaruhi
keadaan emosional ibu yang kemudian berdampak pada produksi
ASI, sehinggadalam hal ini peran keluarga khususnya suami
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif yang dilakukan
ibu kepada bayinya.
Masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif meskipun mendapat dukungan keluarga dalam
pemberian ASI eksklusif terjadi karena masih adanya anggapan
negatif yang dimiliki ibu. Dalam penelitian ditemukan bahwa
karena bayi rewel dan menangis ibu beranggapan bahwa kondisi
tersebut terjadi karena bayi masih lapar, sehingga ibu tidak tega
membiarkan bayinya kelaparan dan akhirnya ibu memberikan
makanan lain selain ASI sejak bayi berusia kurang dari enam
bulan.
116
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 56 ibu
bayiusia 6-12 bulan di Kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas
Grogol Kota Cilegon tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan didapat
simpulan sebagai berikut:
1. Gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12
bulan di kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon tahun 2015 adalah sebesar 48,2 %. Angka tersebut masih
jauh dengan target standar pelayanan minimal ASI eksklusif yaitu
sebesar 80 %.
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
lebihbanyak dilakukan oleh ibu pada kelompok umur 20 – 35 tahun
yaitu sebesar 53,5 %.
3. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu dengan multipara yaitu sebesar
58,5%.
4. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
117
paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
(tamat SMA keatas) yaitu sebesar 63,9 %.
5. Dari 56 responden yang di teliti terdapat 98,2 % ibu yang tidak
bekerja, dari 98,2% ibu tidak bekerja hanya 49,1 % ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015
6. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu yang memiliki pengetahuan baik
tentang pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 68,6 %.
7. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu yang melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan yaitu sebesar 60,5 %.
8. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu yang melakukan persalinan dengan
di bantu oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 54 %.
9. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan dari
petugas kesehatan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi
baru lahir yaitu sebesar 60 %.
118
10. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan
Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon tahun 2015,
paling banyak dilakukan oleh ibu yang mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru
lahir yaitu sebesar 66,7 %.
11. Terdapat hubungan antara paritas ibu, tigkat pendidikan ibu,
pengetahuan ibu, tempat persalinan, penolong persalinan, dukungan
petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di kelurahan Gerem wilayah
kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegontahun 2015.
12. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dan status pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6–12 bulan di
kelurahan Gerem wilayah kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon
tahun 2015.
7.2 SARAN
7.2.1 Bagi Puskesmas
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
melakukan perbaikan sekaligus meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kemasyarakat.
2) Perlu adanya monitoring dan evaluasi terkait adanya kegiatan
pemberian PMT ASI berupa biskuit dan susu kotak yang
merupakan donasi dari perusahaan agar pemberiannya
dibatasi dan tepat sasaran dalam setiap kegiatan posyandu di
wilayah kerja puskesmas Grogol Kota Cilegon khususnya di
119
Kelurahan Gerem sehingga tidak mempengaruhi perilaku ibu
dalam memberikan ASI eksklusif
3) Perlu adanya kebijakan dari puskesmas kepada setiap
Posyandu agar buku KIA yang selama ini disimpan di
Posyandu di kembalikan kepada pemiliknya agar buku
tersebut bisa dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh
pengetahuan terkait menyusui. Serta menambahkan sesi
penyuluhan dalam setiap kegiatan posyandu agar manfaat
ASI dapat tersampaikan kepada ibu menyusui. Sehingga ibu
lebih termotivasi untuk melakukan pemberian ASI eksklusif
kepada bayinya.
7.2.2 Bagi ibu dan keluarga
Begitu pentingnya manfaat dari pemberian ASI ekskusif,
maka penting bagi ibu yangmelahirkan perlu untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Untuk meningkatkan kesadaran
ibudalam hal tersebut, maka hal yang dapat dilakukan adalah:
1) Selama kehamilan, ibu perlu aktif melakukan konsultasi
bidan yang melakukan pemeriksaan kehamilannya guna
memperoleh informasi terkait menyusui dan mendapat
motivasi dari tenaga kesehatan untuk terus melakukan
pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
2) Selama kehamilan, penting bagi keluarga terutama suami
untuk terus mendampingi ibu saat melakukan konsultasi
120
kehamilan dengan bidan. Sehingga setelah kelahiran bayi,
suami dapat memberikan dukungan yang kepada ibu untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena suami
merupakan individu terdekat ibu menyusui.
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Berdasarkaninformasi yang diperoleh dalam hasil penelitian
ini diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat menganalisis
faktor-faktor lainya yang belum diteliti yang mungkin dapat
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang tidak
tergambarkan dalam penelitian ini dengan desain studi yang
berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak.
2. Penelitian selanjutnya harus lebih teliti dalam memodifikasi
kuesioner penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., D. Hastuti, U. Sumarwan, 2004, Pengambilan Keputusan
Pemberian ASI Eksklusif kepada Bayi di Kota Bogor.Media GIZI
&KELUARGA, hal. 70-77
Abdullah, M. T. (1984), Lamanya Menyusui dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Analisa Data Moduler 1982-1983, Jakarta), Tesis
Magister, Universitas Indonesia, Depok.
Akre, james. 1994. Pemberian Makanan Untuk Bayi: Dasar-dasar
Fisiologis, terj. Sri D.B. Jakarta : Perinasia
Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang Berperan dalan Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif(Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang Tahun 2007). Tesis.PascaSarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Amalia, Linda dan Yovsyah. 2009. Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Kesmas Nasional.Vol.3, No.4.hal 171- 175
Ambarwati, R., 2004, Faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Padangsari Kabupaten
Ungaran, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, Semarang, hal.50-65.
Amran, Yuli.2006. Pemodelan Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap
Prilaku Ibu dalam Memberikan ASI Ekslusif di Propinsi Jawa Barat
dan Jawa Timur Tahun 2003, Dengan Pendekatan Multilevel
Modeling.Tesisi. FKM UI Depok
Anggraeni, Annisa. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Rumah
Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun
2012. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anggraeni, Setyo. 2008
Arasta, Ludfi Dini. Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung dengan Perilaku
Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif di Polindes Harapan Bunda
Desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. 2010. Diakses
melalui http://akbid-purworejo.ac.id tanggal 2 april 2015.
Arini, H. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Mneyusui. Yogyakarta:
FlashBooks.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Aritonang, Ctra BR (2011) Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap
dan Dukungan Keluarga Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Bandar Huluan Kabupaten Simalungun
provinsi Sumatera Utara Tahun 201. Skripsi.Depok : FKM UI .
Aruldas K, Khan ME, Hazra A.2010. Increasing early and exclussive
breastfeeding in rural Uttral Pradesh. J Fam Welfare.
Asmijati. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Raksa Kecamatan Tiga
Raksa Dati II Tangerang Tahun 2001. Tesis. FKM UI, Depok.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta : Departemen kesehatan RI.Jakarta
Betran AP, Onis M, Lauer JA, Villar J. 2001. Ecological study of effect of
breast feeding on infant mortality in Latin America. Amerika Latin
dan Karibia: British Medical Journal
Depkes RI.2004.Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita, Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA). Jakarta
Ebrahim, GJ. 1986. Air Susu Ibu, terj. Suharyono. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica.
Ebrahim. 1978. Air Susu Ibu : Yayasan Essentia Medica.
Ester, Ibrahim.Analisis Faktor Determinan Pemberian ASI Eksklusif di
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Tahun 2002.Tesis.FKM-UI,
Depok.
Febriana, Nancy. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
ASI secar Eksklusif oleh Ibu Usia 15 – 35 Tahun Pada Bayinya yang
Berusia 0-6 Bulan (Analisis Data Sekunder SDKI tahun 1997).
Skripsi.FKM-UI, Depok.
Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad.2009.Penyebab Keberhasilan dan
KegagalancPraktik Pemberian ASI Eksklusif.Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol.4No.3 Desember 2009. Penerbit FKM UI.
Fikawati, S dan A. Pujonarti.1999.Peran Bidan Desa dalam Upaya
Pemasyarakatan ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi Pada Ibu
Hamil.MKMI.XXVII.No. 8. Hal 460-462.
Fivi, Diana. 2006. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anank Batita di
Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang 2004.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Gatti, L. 2008. Maternal Perception Of Insufficient Milk Supply In
BreastFeeding.J Nurs.Scholarch 40 (4) : 335-63.
Gerung, Albert A. 1989. Breastfeeding Promotion for Child Survival:
Indonesian Experience, Maternal and Child Care in Developing
Countries. Kessel and A.K. Awan (eds.). Switzerland: Ott Publishers
Gibney, MJ. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat (Hartono Andry dan
Widyastuti Palupi, Penerjemah). Jakarta : Penebit buku kedokteran
EGC...
Green, Lawrence, et al. 1980. Health Education Planning : A Diagnostic
Approach. The John Hopkins University. Mayfield Publishing
Company.
Hakim, Ramla. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nabire Kota Kabupaten Nebire Tahun 2012. Skripsi. FKM UI, Depok.
Handayani, Dini Saraswati. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusu
Tentang Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di
Puskesmas Sukawarna Kota Bandung Periode Desember 2006 –
Januari 2007.
Hastuti. 2006. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan di Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir selatan
Propinsi Sumatera Barat Tahun 2006. Tesis. FKM UI, Depok.
Heather LK, Katie HC, Suzanne CT. 2009.Risk factor for cessation of
breastfeeding prior to six months postpartum among a community
sampel of woman in Calgary, Alberta. Can J of Pub Health.
2009;68:1-4.
Hector D, King L, Webb K, Heywood P. ( 2005 ). Factors Affecting
Breastfeeding Practices: Applying A Conceptual Framework. NSW
Public Health Bull.200516(3-4):52-55.
Hidayah, N. (1999), Determinan Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten
Purworejo Tahun 1999, Tesis Magister, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Hurlock, E.B. 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
RentangKehidupan, Alih Bahasa; Istiwidayanti & Soedjarwo,
Edisi5.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi perkembangan, suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga, 2004
Ida. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok Tahun 2011. Depok: FKM UI.
Irianto, Joko. 1998. Hubungan Tempat dan Penolong Persalinan dengan
Menyusui Secara Optimal. Majalah Kesehatan Masyarakat no.5
Jelliffe, D.B. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta: Bumi
Akasara
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kemenkes
RI
King, F.S. 1991,Menolong Ibu Menyusui. Jakart: Gramedia.
KNPP RI.2008.Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian
ASI. Kemenkes RI
Krammer, Michael S et al. 2008. Breastfeeding and Child Cognitive
Development.Arch Gen Psychiatry.
Kristiyansari. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika
Kusnadi. 2007. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif diKabupaten Tanggerang tahun 2006 (Analisis data
sekunder survey kinerja berdasarkan indikator Kabupaten Sehat tahun
2006).Tesis . FKM UI, Depok.
Lemeshow, 1997.Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada
Universitas Press. Yogyakarta. Alih bahasa
Lestari. 2008. Faktor Ibu bayi yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Indonesia Tahun 2007 ( Analisis Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2007). Skripsi. FKM UI. Depok.
Maas, L.T., 2004.Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi Budaya dan Dampak
Kesehatannya. FKM Universitas Sumatera Utara, USU DigitalLibrary.
Manuaba. 1998. Pemberian ASI dan Rawat Gabung. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2. Jakarta:
EGC
Mascarenhas ML, Albernaz E, Silva M, Silveira RB.2006. Prevalence of
exclusive breastfeeding and its determiners in the first 3 months of life
in the South Brazil.J Pediatric. 82:289-94.
Nasir, Narila Mutia. 2002. Pemberian ASI Eksklusif dan Hal-Hal yang
berhubungan pada Bayi umur 4 – 11 Bulan di Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur Tahun 2001. Skripsi. Depok: FKM-UI.
Nining, S. Muktamar ASI eksklusif standar emas - aman, sehat,
berkelanjutan.Diposkan tanggal 12 Feb 2007.Diakses tanggal 28
januari 2016.Available at: http://kakak.org/home.php?page=arti
kel&id=12
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurpelita.(2007). faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak Tahun
2007.Tesis.Depok: FKM UI.
Nuryanto.2002. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Kelangsungan
Pemberian ASISaja Pada Anak Usia 0-11 Bulan.Tesis FKM UI.
Depok
Pertiwi, Putri. 2012. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.
Jakarta: FIK UI
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Pudjiadi, Solihin. 2000.Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Pudjiadi, Solihin. 2001. Bayiku Sayang: Petunjuk Bergambar untuk
MerawatBayi dan Jawaban atas 62 Pertanyaan yang Mencemaskan.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI : Depok. hal. 16-33.
Rahayu, T. dan Asngad, A. 2000.Pola Pemberian ASI pada Ibu Karir dan
Non Karir Hubungannya Dengan Fertilitas Ibu. Unismuh Surakarta :
Surakarta
Riordan J. 2004. The biological specificity of breast milk. In: Breastfeeding
and human lactation. Boston, USA : Jones and Bartlett.
Roesli, Utami. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Roesli, Utami, 2000.Mengenal ASI Ekslusif. Trubus Agriwidya
Setiawati, M. 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
ASI Eksklusif Dengan Praktek Menyusui[Laporan Penelitian]. FK
Universitas Diponegoro : Semarang
Shrimpton, R. 2001. Worldwide Timing of Growth Faltering: Implications
for Nutritional Interventions.
(Online).(http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/107/5/e75,diakse
s 2 Maret 2014)
Siregar, Arifin. 2004. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Bagian Gizi Kesmas FKM USU.
Siswono. 2006. Akibat Remehkan ASI. (Online).Di akses tanggal 14 Juni
2014.Available at (www.gizi.net.ac.id).
Soetjiningsih.1997.ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan.Jakarta : EGC.
Suradi, R, dan H.K.P. 2007.Bahan Bacaan Manajemen Laktasi,
Jakarta:Perinasia.
Suyatno.2001. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Tradisional pada Usia Dini terhadap Pertumbuhan dan Kesakitan
Bayi, studi kohort pada bayi 0-4 bulan di Kabupaten Demak.
Universitas Diponegoro. Gizi Kesehatan.
Swarts, S., Kruger, H.S., dan Dolman, R.C (2010). Factor affecting mothers
choice of breastfeeding vs formula: Feeding in the lower Umfolozi
district war memorial hospital, Kwazulu-Natal. Journal of
Interdisciplinary Health Sciences, 15, 119-126.
Swasono, M. F., & Soselisa, H. L. 1998.Kehamilan, Kelahiran dan
perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya. Jakarta: UI-Press
Taveras EM, Capra AM, Braveman PA, Jensvold NG, Escobar GJ, Lieu
TA. 2003. Clinician Support and Psychosocial Risk Factor Associated
with Breastfeeding Discontinuation. Pediatrics.;112:108
Tjandrarini, Dwi Hapsari dkk. Telaah faktor karakteristik ibu dan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pemberian kolostrum
lebih dari satu jam pertama setelah melahirkan (analisis data
sekunder survei demografi dan kesehatan Indonesia 1997). Laporan
Penelitian. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Pusat
Penelitian Ekologi Kesehatan , Departemen Kesehatan RI, Jakarta;
2000.
Tri Rahayuningsih. 2005. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif Di
Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan.Under Graduates thesis,
Universitas Negeri Semarang.
Unicef. 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in
Developing Countries. New York : Unicef Policy Review.
UPTD Puskesmas Grogol Kota Cilegon.
Utami, Hajijah Septia. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun
2012. Skripsi. FKM UI, Depok.
Wahyuningrum, Novi. 2007. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang
ASIeksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif di Desa Sadang
KecamatanJekulo Kabupaten Kudus .Skripsi.S1 Keperawatan-
STIKES NWU.
Wilar. 2010.
World Health Organization. 1998. Division of Child Health and
Development, Family and Reproductive Health. Evidence for the steps
for successful breastfeeding. Genewa: WHO
World Health Organization, 2009, Infant and young child feeding. Geneva:
WHO
World Health Organization. 2010. Infant and Young Child feeding. Geneva.
WHO.
Wulandari, Melli. faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
makanan prelakteal pada bayi baru lahir di desa supat timur
kabupaten musi banyuasin. Sumatera selatan tahun 2011.Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2011
Yeni dan Minsarnawati. 2009. Perilaku yang Menghambat Pemberian ASI
Eksklusif Pada Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Tahun 2009.
Jurnal Kesehatan Reproduksi
Zakiyah. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi
Eksklusif Di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Tahun 2012. Skripsi. FKM UI, Depok.
LAMPIRAN
~
FORMULIR PE~ETUJUAN PENGUMPULAN DATA
FormD
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIM
: AM Mat.\~ l\ovW\ 0~1\C\,..k
lotiJ\o ( ooooog Peminatan 6i~r
Telah melakukan perbaikan proposal skripsi berdasarkan masukan/saran dalam ujian proposal
yang dilakukan pada . ~~!:\.,.Pf1 .. ~~} .. ~1.~ sebagai bahan pertimbangan untuk melanjutkan
ke tahap pengumpulan data .
Pembimbing I
~-NIP. I~Bl(o<(Olf ~ld- ~ oo=t
., rrafanC&I c;a+ar, MAR~
Jakarta , ..... ... ..... ..... .. ......... ..... .. .
iv1enyetujui ,
Penguji II
~·
Pembimbing II
-~tL. Dr. M·farid t-fc:!m'ienc. M.~i
NIP. (t:}f,50ba-l l~l(Os I 001
Penguji Ill
Ra.J.ri ap,fani~ya.r. ~IYI.MHr NIP. 1'11Noi.JO'{ ;.oogta. J.oo=t
-----' Ji . Qr. M. fe~riq Ha~~ti;en~, M·-'i NIP. tg(;,;o~a-1 l~€1yo; I 00(
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian
skripsi dengan judul “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Terhadap Perilaku Pemberian
Asi Eksklusif Di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota Cilegon Tahun
2015”.
Maka untuk kepentingan tersebut saya memohon bantuan kepada Ibu untuk mengisi
kuesioner penelitian ini.Keterlibatan Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan, oleh karenanya anda diharapkan menjawab seluruh pertanyaan dengan sebenar-
benarnya dan sejujur-jujurnya untuk membantu kemurnian penelitian.Sebagaimana penelitian
ilmiah, semua keterangan identitas dan jawaban yang ibu berikan semata-mata untuk
kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.Saya mengucapkan terima kasih atas
kerjasama dan kesediaan Ibu dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Peneliti
Ana Mahillatul Jannah
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GEREM WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GROGOL KOTA CILEGON TAHUN 2015
Petunjuk Pengisian
Isikan Jawaban yang menurut anda benar.
Berikan jawaban anda atas setiap pernyataan/pertanyaan yang ada dengan memberi tanda
silang ( X ) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
Jawaban pada kuesioner ini akan ami rahasiakan. Mohon anda menjawab dengan
sejujurnya.
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama Ibu :
3. Umur Ibu :
4. Alamat :
5. No. Telp :
6. Nama Bayi:
7. Umur Bayi :
8. Pendidikan formal terakhir yang pernah ibu tempuh
a. Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA/SMK
e. Perguruan Tinggi
9. Pekerjaan ibu saat ini
a. PNS
b. Pegawai Swasta
c. Petani
d. Wiraswasta
e. Tidak Bekerja/IRT
B. PARITAS
10. Berapakah jumlah kelahiran yang ibu pernah alami sampai pada saat ini?..................
C. PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
11. Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?
1) Memberikan ASI saja tanpa makanan lain kecuali vitamin, obat, dan minieral
selama 6 bulan
2) Memberikan ASI pada bayi sampai umur 4 bulan tanpa tambahan makanan dan
minuman lain
3) Memberikan ASI pada bayi sampai 6 bulan dengan tambahan makanan dan
minuman lain
4) Tidak tahu
12. Menurut ibu, apakah manfaat dari kolostrum/air susu bening dan berwarna
kekuningan?
1) Merupakan susu kotor/susu basi
2) Meningkatkan kekebalan tubuh
3) Bayi sehat
4) Tidak bermanfaat apapun bagi bayi
13. Apa yang sebaiknya dilakukan terhadap keluarnya kolostrum?
1) Dibuang
2) Dibiarkan dan tidak diberikan kepada bayi
3) Diberikan pada bayi
4) Tidak tahu
14. Menurut ibu, apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi ibu?
1) Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula
2) Melindungi bayi terhadap penyakit infeksi
3) Membuat bayi terkena alergi
4) Tidak tahu
15. Kapan sebaiknya bayi yang baru lahir disusui?
1) 1 hari setelah lahir
2) kalau ASI sudah keluar
3) >1 jam setelah lahir
4) ≤ 1 jam setelah lahir
16. Sebaiknya usia berapa seorang bayi diperbolehkan diberi makan/minum seperti susu
formula, air teh, air putih, pisang, bubur, buah dan yang lainnya?
1) < 6 bulan
2) 4 bulan
3) 6 bulan
4) > 6 bulan
17. Selain bermanfaat bagi bayi, pemberian ASI eksklusif juga bermanfaat bagi ibunya.
Menurut ibu, apa manfaat ASI eksklusif bagi ibu?
1) Melindungi bayi dari penyakit
2) Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula
3) Meningkatkan jalinan kasih sayang
4) Tidak tahu
18. Makanan yang tepat untuk bayi sampai dengan usia 6 bulan adalah?
1) ASI saja
2) Susu formula saja
3) ASI dan susu formula
4) ASI dan makanan lumat dan susu formula
19. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI ?
1) ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif
2) 8 bulan
3) 1 tahun
4) 2 tahun
D. TEMPAT PERSALINAN
20. Dimana Ibu melahirkan?
1) Praktek Bidan
2) Rumah Sakit
3) Klinik bersalin
4) Puskesmas
5) Rumah sendiri
6) Rumah dukun/paraji
E. PENOLONG PERSALINAN
21. Siapa yang menolong persalinan ibu pada saat melahirkan (nama anak)?
1) Dokter SPOG
2) Bidan
3) Dukun/paraji
4) Keluarga
22. Pada saat setelah melahirkan, apakah penolong persalinan pernah
menganjurkan/menghimbau/memberikan susu formula atau makanan lain kepada
bayi ibu?
1) Pernah
2) Tidak Pernah
F. DUKUNGAN KELUARGA
23. Apakah keluarga terdekat ibu mendukung dalam pemberian ASI secara eksklusif?
(0) Tidak
(1) Ya
24. Siapa saja keluarga ibu yang mendukung ibu dalam pemberian ASI eksklusif?
(jawaban boleh lebih dari satu)
1) Suami
2) Orang tua
3) Mertua
4) Saudara Perempuan
5) Dll,…………..(sebutkan)
25. Apakah suami pernah memberikan ibu buku, majalah atau bahan informasi lainnya
tentang menyususi dan makanan untuk bayi?
(0) Tidak
(1) Ya
26. Apakah suami ibu menganjurkan agar bayi diberi susu formula saja agar bayi terlihat
sehat?
(0) Ya
(1) Tidak
27. Apakah suami dan keluarga terdekat ibu pernah menyarankan untuk memberikan
makanan tambahan seperti bubur susu, nasi tim, biscuit, pisang, dll kepada bayi
sebelum bayi berusia > 6 bulan?
(0) Ya
(1) Tidak
28. Apakah suami ikut bangun menemani sewaktu ibu menyusui bayi pada malam hari?
(0) Tidak
(1) Ya
29. Apakah suami ibu sering membantu pekerjaan rumah tangga saat ibu menyusui?
(0) Tidak
(1) Ya
G. DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN
30. Sewaktu ibu memeriksa kehamilan, apakah bidan/dokter pernah memberikan
penjelasan tentang ASI eksklusif?
(0) Tidak
(1) Ya
31. Setelah persalinan/melahirkan, apakah petugas kesehatan pernah memberikan
penjelasan ASI eksklusif?
(0) Tidak
(1) Ya
32. Setelah melahirkan apakah petugas kesehatan segera melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)?
(0) Tidak
(1) Ya
33. Apakah setelah melahirkan bidan/ petugas kesehatan lainnya menganjurkan ibu untuk
memberikan makanan selain ASI (seperti: madu, air tajin, air teh, dll)?
(0) Ya
(1) Tidak
34. Setelah melahirkan, apakah petugas kesehatan memberikan susu formula atau
makanan dan minuman selain ASI pada bayi ibu?
(0) Ya
(1) Tidak
35. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan manfaat dari pemberian ASI
eksklusif?
(0) Tidak
(1) Ya
H. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
36. Apakah ibu memberikan ASIsaja pada bayi ibu?
0) Ya
1) Tidak
37. Pada usia< 6 bulan, apakah ibu telah memberikan makanan/minuman selain ASI
kepada bayi ibu?
0) Ya
1) Tidak
(Jika jawaban tidak, maka pertanyaan no. 38 - 40 tidak perlu di jawab)
38. Sejak usia berapa bulan bayi ibu mulai diberikan makanan atau minuman tambahan
selain ASI?.......
39. Jenis makanan/minuman apa yang diberikan ibu saat bayi berumur < 6 bulan
(Jawaban boleh lebih dari 1)
1) air putih
2) air tajin
3) madu
4) Pisang
5) bubur buatan pabrik
6) bubur buatan sendiri
7) Susu formula bayi
8) Susu kental manis
9) Lain-lain, sebutkan…………………………………
40. Apakah alasan ibu tidak memberikan ASI saja atau memberikan ASI dengan
ditambah makanan/minuman lainnya?
1) ASI tidak cukup / ASI belum keluar
2) Ibu bekerja
3) Takut bentuk payudara berubah
4) Bidan/perawat yang menganjurkan
5) Suami/orang tua/mertua yang menganjurkan
6) Takut bayi lapar
7) Bayi menangis terus
Lampiran 3
Output Hasil Analisis Univariat
Frequency Table
pemberian ASI eksklusif
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ASI
eksklusif 29 51.8 51.8 51.8
ASI eksklusif 27 48.2 48.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
umur1
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 20th atau >
35th 13 23.2 23.2 23.2
20th - 35th 43 76.8 76.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
paritas2
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid primipara 15 26.8 26.8 26.8
multipara 41 73.2 73.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
pendidikan ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sd 6 10.7 10.7 10.7
smp 14 25.0 25.0 35.7
smu 34 60.7 60.7 96.4
PT 2 3.6 3.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
tingkat pendidikan ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 20 35.7 35.7 35.7
tinggi 36 64.3 64.3 100.0
Total 56 100.0 100.0
pengetahuan ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 21 37.5 37.5 37.5
baik 35 62.5 62.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
PekerjaanIbu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Bekerja 1 1.8 1.8 1.8
Tidak
Bekerja 55 98.2 98.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
tempat persalinan ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Non
Faskes 13 23.2 23.2 23.2
Faskes 43 76.8 76.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
tempat persalinan ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid praktek
bidan 38 67.9 67.9 67.9
rumah sakit 5 8.9 8.9 76.8
rumah
sendiri 13 23.2 23.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
Penolong Persalinan Ibu
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Non
Nakes 6 10.7 10.7 10.7
Nakes 50 89.3 89.3 100.0
Total 56 100.0 100.0
penolong persalinan
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Dokter
SPOG 3 5.4 5.4 5.4
Bidan 47 83.9 83.9 89.3
Dukun /
Paraji 6 10.7 10.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
dukungan tenaga kesehatan
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang
mendukung 11 19.6 19.6 19.6
mendukung 45 80.4 80.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Dukungan Keluarga
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang
mendukung 17 30.4 30.4 30.4
mendukung 39 69.6 69.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
Lampiran 4
Output Hasil Analisis Bivariat
Crosstabs
umur1 * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
umur1 < 20th atau > 35th Count 9 4 13
% within umur1 69.2% 30.8% 100.0%
20th - 35th Count 20 23 43
% within umur1 46.5% 53.5% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within umur1 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.064a 1 .151
Continuity Correctionb 1.254 1 .263
Likelihood Ratio 2.112 1 .146
Fisher's Exact Test .209 .131
Linear-by-Linear Association 2.027 1 .155
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umur1 (< 20th
atau > 35th / 20th - 35th) 2.588 .690 9.700
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
1.488 .918 2.415
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .575 .243 1.362
N of Valid Cases 56
paritas2 * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
paritas2 primipara Count 12 3 15
% within paritas2 80.0% 20.0% 100.0%
multipara Count 17 24 41
% within paritas2 41.5% 58.5% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within paritas2 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.532a 1 .011
Continuity Correctionb 5.080 1 .024
Likelihood Ratio 6.912 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .011
Linear-by-Linear Association 6.415 1 .011
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paritas2
(primipara / multipara) 5.647 1.379 23.118
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
1.929 1.239 3.005
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .342 .120 .971
N of Valid Cases 56
tingkat pendidikan ibu * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
tingkat pendidikan ibu rendah Count 16 4 20
% within tingkat pendidikan
ibu 80.0% 20.0% 100.0%
tinggi Count 13 23 36
% within tingkat pendidikan
ibu 36.1% 63.9% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within tingkat pendidikan
ibu 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.919a 1 .002
Continuity Correctionb 8.239 1 .004
Likelihood Ratio 10.453 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.742 1 .002
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tingkat
pendidikan ibu (rendah /
tinggi)
7.077 1.949 25.698
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.215 1.362 3.604
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .313 .126 .778
N of Valid Cases 56
PekerjaanIbu * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
PekerjaanIbu Bekerja Count 1 0 1
% within PekerjaanIbu 100.0% .0% 100.0%
Tidak Bekerja Count 28 27 55
% within PekerjaanIbu 50.9% 49.1% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within PekerjaanIbu 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .948a 1 .330
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.333 1 .248
Fisher's Exact Test 1.000 .518
Linear-by-Linear Association .931 1 .335
N of Valid Casesb 56
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
1.964 1.515 2.546
N of Valid Cases 56
pengetahuan ibu * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
pengetahuan ibu kurang Count 18 3 21
% within pengetahuan ibu 85.7% 14.3% 100.0%
baik Count 11 24 35
% within pengetahuan ibu 31.4% 68.6% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within pengetahuan ibu 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 15.491a 1 .000
Continuity Correctionb 13.393 1 .000
Likelihood Ratio 16.762 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.215 1 .000
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan
ibu (kurang / baik) 13.091 3.179 53.907
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.727 1.622 4.585
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .208 .071 .608
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan
ibu (kurang / baik) 13.091 3.179 53.907
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.727 1.622 4.585
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .208 .071 .608
N of Valid Cases 56
tempat persalinan ibu * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif
tempat persalinan ibu Non Faskes Count 12 1 13
% within tempat
persalinan ibu 92.3% 7.7% 100.0%
Faskes Count 17 26 43
% within tempat
persalinan ibu 39.5% 60.5% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within tempat
persalinan ibu 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.134a 1 .001
Continuity Correctionb 9.121 1 .003
Likelihood Ratio 12.797 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 10.935 1 .001
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tempat
persalinan ibu (Non Faskes /
Faskes)
18.353 2.182 154.379
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.335 1.563 3.489
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .127 .019 .849
N of Valid Cases 56
Penolong Persalinan Ibu * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif
Penolong Persalinan Ibu Non Nakes Count 6 0 6
% within Penolong
Persalinan Ibu 100.0% .0% 100.0%
Nakes Count 23 27 50
% within Penolong
Persalinan Ibu 46.0% 54.0% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within Penolong
Persalinan Ibu 51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.257a 1 .012
Continuity Correctionb 4.281 1 .039
Likelihood Ratio 8.567 1 .003
Fisher's Exact Test .024 .015
Linear-by-Linear Association 6.145 1 .013
N of Valid Casesb 56
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.89.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.174 1.610 2.935
N of Valid Cases 56
dukungan tenaga kesehatan * pemberian ASI eksklusif
Crosstab
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif
ASI
eksklusif
dukungan tenaga kesehatan kurang mendukung Count 11 0 11
% within
dukungan
tenaga
kesehatan
100.0% .0% 100.0%
mendukung Count 18 27 45
% within
dukungan
tenaga
kesehatan
40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within
dukungan
tenaga
kesehatan
51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 12.745a 1 .000
Continuity Correctionb 10.455 1 .001
Likelihood Ratio 16.990 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 12.517 1 .000
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI eksklusif 2.500 1.748 3.576
N of Valid Cases 56
Dukungan keluarga * pemberian ASI eksklusif
Crosstabulation
pemberian ASI eksklusif
Total
Tidak ASI
eksklusif
ASI
eksklusif
dukungan keluarga kurang mendukung Count 16 1 17
% within
dukungan
keluarga
94.1% 5.9% 100.0%
mendukung Count 13 26 39
% within
dukungan
keluarga
33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within
dukungan
keluarga
51.8% 48.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 17.520a 1 .000
Continuity Correctionb 15.170 1 .000
Likelihood Ratio 20.307 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 17.207 1 .000
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for dukungan
keluarga (kurang mendukung
/ mendukung)
32.000 3.814 268.511
For cohort pemberian ASI
eksklusif = Tidak ASI
eksklusif
2.824 1.783 4.470
For cohort pemberian ASI
eksklusif = ASI eksklusif .088 .013 .598
N of Valid Cases 56