faktor-faktor penentu kinerja perekonomian daerah...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR PENENTU KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH, TANTANGAN &
HAMBATANNYAOleh:
Himawan HariyogaDirektur Otonomi Daerah, BAPPENAS
Disampaikan dalam Focus Group Discussion “Tata Kelola Ekonomi Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi” di Kemenko Perekonomian, 12 November 2009 1
PENDAHULUAN• BELUM ADA KAJIAN KOMPREHENSIF (?)
– MULTI ASPEK, MULTI DIMENSI, MULTI KONSEP/TEORI, HUBUNGAN KETERKAITAN YANG KOMPLEKS
– KETERBATASAN DATA DISAGREGATIF YG MEMADAI– HETEROGENITAS YG TINGGI DLM KARAKTERISTIK
WILAYAH & DAERAH DI INDONESIA• KPPOD TERMASUK YG MENCOBA KAJIAN
(SURVEY) KOMPREHENSIF– TETAP TERBATAS: CAKUPAN DRH, METODOLOGI,
LINGKUP SUBSTANSI– SANGAT DIBUTUHKAN & PATUT DIAPRESIASI DAN
DIDUKUNG• PRAKARSA KEMENKO PEREKONOMIAN SANGAT
DIAPRESIASI & PERLU DIDUKUNG BERSAMA
2
3
PEMBANGUNAN DAERAH DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran nasional yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan pembangunan di daerah.
Pencapaian sasaran pembangunan nasional merupakan tanggung jawab bersamaantara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Kinerja pembangunan nasional merupakan agregasi sinergis dari kinerja pembangunan daerah.
4
Sejak Desentralisasi & Otda peningkatan pertumbuhan Sejak Desentralisasi & Otda peningkatan pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan peningkatan kesenjangan ekonomi dibarengi dengan peningkatan kesenjangan pembangunan antar wilayahpembangunan antar wilayah
Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Kesenjangan Indonesia Tahun 1994-2006
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Pert
umbu
han
Ekon
omi (
dala
m %
)
1.2
1.25
1.3
1.35
1.4
1.45
1.5
Kov
aria
ns P
DR
B
Prov
insi
se-
Indo
nesi
a
Pertumbuhan Ekonomi Kovarians PDRB Provinsi se-Indonesia
5
Matriks Sebaran Propinsi Menurut Rata-rata Kontribusi PDRB Provinsi Terhadap PDB
Dan Rata-rata Pertumbuhan PDRB Provinsi, 2001-2005 Tingkat
PertumbuhanKontribusi PDRBPDRB ProvinsiThd PDB
K P K P K P 1. Maluku Utara 0,1 3,55 1. NTB 1,1 4,58 1. Gorontalo 0,1 6,57 2. Maluku 0,2 4,88 2. DI Yoya 1,0 4,67 2. Irian Jaya Barat 0,3 7,43 3. NTT 0,6 3,88 3. Kalsel 1,2 4,60 3. Bengkulu 0,4 5,09 4. Sulut 0,7 4,41 4. Lampung 1,6 4,74 4. Sulawesi Tenggara 0,5 6,81 5. Bali 1,3 3,82 5. Bangka Belitung 0,5 7,93 6. Kalbar 1,3 4,07 6. Sulteng 0,7 6,28 7. Papua 1,4 3,96 7. Kalteng 0,8 4,90 8. Sulsel 2,2 1,88 8. Jambi 0,8 5,69 9. NAD 2,3 3,48 9. Kep. Riau 1,6 6,5210. Sumsel 3,0 3,74 10. Sumbar 1,7 4,96
11. Banten 3,4 5,10
K P K P 1. Kaltim 5,9 2,57 1. Sumut 5,2 5,32 2. Jateng 8,8 4,52 3. Riau 5,8 -2,80
K P K P 1. Jawa Barat 14,1 4,66 1. DKI Jakarta 17,0 5,32 2. Jawa Timur 15,3 4,80
Sumber : diolah dari publikasi BPS
Rendah
( < 4,58 % )
Tinggi ( > 10% )
Rendah ( < 5% )
Sedang ( 5% - 10%)
Sedang
( 4,59% - 4,82% )
Tinggi
( > 4,82% )
Keterangan: K = Kontribusi ; P = Pertumbuhan
6
Kondisi Fiskal DaerahKondisi Fiskal Daerah
Rasio PAD thd total Penerimaan APBD kab/kota sangat rendah.
Rata-rata nasional: 5,9% (Realisasi APBD 2006)
Terendah: 0,36% (Kab. Seram Bagian Barat)
Tertinggi: 54,6% (Kab. Badung)
Kontribusi terbesar PAD Kab/kota: Jawa-Bali: retribusi (43,6%, 2004), pajak (33,3%)
Luar Jawa-Bali: hasil pengelolaan kekayaan drh dll (33,3%, 2004), retribusi (31,2%)
Sumber: Dit. Perekonomian Daerah, Bappenas, 2006, Kajian Implementasi UU 33/2004: Optimalisasi Sumber-sumber Pendanaan – Laporan Sementara
7
Fiskal Daerah dan Kinerja Ekonomi Fiskal Daerah dan Kinerja Ekonomi Lokal/DaerahLokal/Daerah
Tidak ada pola hubungan yang jelas antara kemampuan keuangan pemda dgn kinerja perekonomian daerah/ kesejahteraan masyarakat.
2001-2004: APBD (per kapita) berkorelasi positif thd pertumbuhan ekonomi (per kapita) melalui peningkatan konsumsi masyarakat (per kapita) pola pertumbuhan yang kurang sehat dan tidak sustainable (Brodjonegoro, B.P.S, 2006).
Dana bagi hasil (DBH) SDA berkorelasi positif thd pertumbuhan ekon di drh penghasil SDA; kontribusi DAU tidak nyata thd pertumbuhan ekonomi daerah (Dit. Perekonomian Daerah, 2006 – laporan sementara) potensi berlanjutnya ketimpangan antardaerah“kaya” vs.”miskin” SDA.
8
Desentralisasi & OtdaPP 38/2007 Pembagian kewenangan atas urusan pemerintahan
Belum dipahami dengan benar oleh banyak pihak termasuk K/L di Pusat.
Pengelolaan ekonomi daerah/lokal merupakan Urusan Pilihan bagi Daerah.
Urusan pemerintahan di bidang ekonomi & SDA (pertanian, kelautan & perikanan, kehutanan, energi & SD mineral, industri, perdagangan, pariwisata) “secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah ybs” (Pasal 14 Ayat 2 UU 32/2004 & Pasal 7 Ayat 4 PP 38/2007)
Peran umum Pemerintah Pusat: Standard, Norma, Pedoman, Kriteria.
9
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (UU 3(UU 322/2004)/2004)
URUSAN PEMERINTAHAN
Urusan yg sepenuhnya mnjd.Wewenang Pemerintah:{Psl 10 (1) & (3)}
Urusan di luar Psl 10 (3) dikelola bersama (Pemerintah, Prov, Kab/Kota) Dibagi dgn kriteria Psl 11 (1):
• Politik Luar Negeri• Pertahanan• Keamanan• Yustisi• Moneter & Fiskal Nasional• Agama
• Eksternalitas• Akuntabilitas• Efisiensi
Urusan PemerintahUrusan Pemerintahan Daerah
WAJIBPelayanan Dasar
{Psl 11 (3)}
PILIHANSektor Unggulan
{Psl 11 (3)}
{Psl 10 (5)}• Menyelengga-
rakan sendiri• Melimpahkan
sebagian ur kpd Gub.
• Menugaskan sebagian urusan kepada Pemda dan/atau Pemdes
Standar Pelayanan Minimal
{Psl 11 (4)}
Menyelenggarakan sendiriatau dpt melimpahkan sebagian ur kpd perangkat Pemrinth atau Wkl Pmrth di drh atau dpt menugaskan kpd Pemda dan/atau Pemdes{Psl 10 (4)}
Diselenggarakan berdasarkan asas otonomi & tugas pembantuan {Psl 10 (2)}
10
Mengapa PEL Penting? Mengapa PEL Penting? Sambutan Presiden SBY dalam acara Silaknas ICMI tgl 8 Desember 2006 (sebagaimana ditulis Harian Republika, 9 Desember 2006 dgn judul “Tinjau Ulang Ideologi Pembangunan)
”Dimensi kewilayahan, desentralisasi, pemberdayaan potensi lokal, harus menjadi cara berfikir, ’ideologi’, dan langkah pembangunan kita.”
”Kita harus lebih peduli pada local economic development daripada yang serba global, serba nasional.”
11
Mengapa PEL Penting? (2)Perekonomian daerah adalah bagian integral dari perekonomian nasional kinerja pereknas ditentukan oleh kinerja perekda.
Dlm kerangka Kebijakan Desentralisasi & Otda, PEL = urusan pilihan daerahWilayah Indonesia luas dengan kondisi & potensi unggulan daerah yang beragam
potensi ekonomi lokal akan lebih efektif & efisien jika dikelola oleh Daerah.
Keberagaman dapat menciptakan “mozaik” yang indah bila dikelola dg baik
PEL merupakan kebutuhan/strategi nasional dlm rangka meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional.PEL menggunakan pendekatan kewilayahan & bottom-up dpt menjadi koreksi atas pendekatan sektoral.
Mayoritas pelaku usahanya adalah UMKM (44,7 juta = 99,9%, 2005) yang berbasis sumber daya lokal PEL dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan & kemiskinan, serta meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
12
FAKTOR LOKASI
KELOMPOK SASARAN
PROSES MANAJEMEN
TATA PEMERINTAHAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KESINERGIAN DAN FOKUS KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERKELANJUTAN
ASPEK UTAMA (HEKSAGONAL) ASPEK UTAMA (HEKSAGONAL) PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)*PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)*
* Sumber: Jorg Meyer Stamer, 2004
14
Kelompok Sasaran• Investor luar:
– Peraturan tentang kemudahan investasi, informasi prospek bisnis, kapasitas berusaha dan hukum, keamanan, kampanye peluang usaha, pusat pelayanan investasi & konsultasi
• Pelaku Usaha Lokal: – Fasilitasi permodalan, promosi produk UKM utk perluas
pasar, peningkatan teknologi, manajemen dan kelembagaan usaha lokal
• Pelaku Usaha Baru: – Fasilitasi pelatihan kewirausahaan, pendampingan dan
monitoring, insentif, kecepatan pengurusan ijin
15
Faktor Lokasi intangible Individual
Faktor Lokasi Tangible
Faktor Lokasi
Faktor Lokasi intangible Pelaku
Usaha
16
FAKTOR LOKASI• Faktor lokasi tangible:
– Kondisi jaringan jalan, akses ke pelabuhan laut dan udara, sarana transportasi, infrstruktur komunikasi, infrastruktur energi, upah, tenaga kerja trampil, tenaga kerja terdidik, Lembaga Keuangan lokal, kredit
• Faktor lokasi intangible untuk dunia usaha: – Peran & kebijakan pemda, citra, rantai industri, peluang kerjasama,
lembaga penelitian, pelayanan perijinan terpadu satu atap, peluang bekerja TK lokal vs pendatang.
• Faktor lokasi intangible untuk individual: – Kualitas: pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum.
17
Perluasan Ekonomi
Pembangunan Wilayah
Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan Komunitas
KESINERGIAN DAN FOKUS KEBIJAKAN
18
Kesinergian dan Fokus Kebijakan• Perluasan Ekonomi:
– Kebijakan: investasi, promosi daerah, persaingan usaha, pemberdayaan UKM, peningkatan peran Perusahaan Daerah, pengembangan jaringan usaha, informasi bursa tenaga kerja, pengembangan keahlian/ketrampilan.
• Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Komunitas:– Kebijakan: pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dgn
dunia usaha (CSR), pengurangan kemiskinan secara partisipatif.
• Pembangunan Wilayah: – Kebijakan: kawasan industri, pusat pertumbuhan di perdesaan &
perkotaan, perbaikan lingkungan permukiman, kerjasama antar daerah, tata ruang PEL, jaringan usaha antar sentra, sistem industri berkelanjutan (keterkaitan bahan baku, produksi, pengolahan).
20
Pembangunan Berkelanjutaan• Ekonomi:
– Pengembangan Industri pendukung, jml perusahaan dengan Business Plan, jml perusahaan yg lakukan inovasi pengembangan produk & pasar.
• Sosial:– Kontribusi PEL terhadap kesejahteraan masyarakat
lokal, PEL dan adat/kelembagaan lokal.
• Lingkungan:– Penerapan amdal, pengelolaan & daur ulang limbah,
kebijakan konservasi Sumber Daya Alam.
21
TATA KEPEMERINTAHAN
Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha
Reformasi Sektor Publik
Pengembangan Organisasi
22
Tata Kepemerintahaan• Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha:
– Kemitraan: infrastruktur, promosi dan perdagangan, pembiayaan usaha.
• Reformasi Sektor Publik: – Reformasi sistem insentif aparat Pemda, restrukturisasi
organisasi pemerintahan, dan prosedur pelayanan publik.
• Pengembangan Organisasi:– Asosiasi industri: status, peran, dan manfaat bagi
anggota.
23
PROSES MANAJEMEN
Monitoring dan Evaluasi
Partisipatif
Perencanaan dan
Implementasi Partisipatif
Diagnosis Partisipatif
24
Proses Manajemen• Diagnosa secara partisipatif:
– Analisis dan Pemetaan potensi ekonomi, pemetaan daya saing wilayah, pemetaan kondisi politis lokal, serta identifikasi stakeholder
• Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif:– Penggunaan hasil diagnosis utk perencanaan, jumlah stakeholders
dlm proses perencanaan, sinkronisasi (sektoral dan spasial) dlm perencanaan PEL, kesesuaian implementasi dgn perencanaan
• Monev secara partisipatif:– Keterlibatan stakeholders dlm penyusunan indikator dan proses
monev, frekuensi self evaluation dan diskusi pemecahan masalah, penggunaan hasil monev utk perbaikan perencanaan
25
BAGAIMANA PEL SELAMA INI?PEL sebagai Program Pembangunan dalam RPJMN 2004-2009 & RKP:
• Bab Pembangunan Perdesaan – sbg program pokokTujuan: (a) Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha ekonomi, (b) mendorong penciptaan lapangan kerja berkualitas di perdesaan terutama di sektor non-pertanian; dan (c) meningkatkan keterkaitan antar sektor.
• Bab Revitalisasi Pertanian – sebagai program penunjang
PEL sebagai Proyek yang bersifat sektoral - sentralistik • Belum ada konsep yang utuh & jelas ttg PEL (berdasarkan kerangka teori yg
jelas)perbedaan pemahaman/persepsikebingungan di tingkat pelaksana di lapangan”proyek-proyek” PEL tdk terkoordinasi dgn baik
• Kurang melibatkan peranserta masyarakat & dunia usaha sbg stakeholders kunci
• ketergantungan thd Pusat tinggi• Rasa memiliki & komitmen daerah kurang keberlanjutan kurang.
KENDALAPemahaman tentang peran Pemerintah & asas-asas kepemerintahan (desentralisasi, dekonsentrasi, TP)
Keterbatasan dana:• Kemampuan keuangan negara/daerah terbatas• PEL = urusan pilihan daerah kalah prioritas dengan urusan
wajibPerlu pemikiran kreatif & inovatif (“entrepreneurial governance”)
Keterbatasan wawasan & kapasitas manajerial SDM Daerah Perda-perda “bermasalah” dibidang PD & RDPEL belum menjadi bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan daerah.
27
Merubah pola pikir, pendekatan & orientasi: • Top-down, sentralistik bottom-up, partisipatif, inisiatif lokal• Proyek Pusat program & kegiatan pembangunan Daerah• Pemahaman yg benar tentang Peran Pem & Pembagian Kewenangan (Desentralisasi & Otda)
Meningkatkan koordinasi lintas sektor & sinkronisasi Pusat-Daerah • Menko Perekonomian juga perlu koordinasikan Pemda, selain K/L• Perlu lembaga/fungsi ”Menko Perekonomian” di daerah• Perlu memperkuat peran Pemerintah Provinsi• DPOD perlu diperkuat kedudukan & perannya• Perlu peningkatan peran Asosiasi-asosiasi pemerintahan daerah
Merumuskan ”strategi nasional PEL/D” yg didukung oleh:• Sistem basis data & informasi termasuk ttg ”best practices” PEL Knowledge Mngt • sistem pengukuran kinerja PEL/D termasuk indikator kinerja (indeks?)/tolok ukur
keberhasilan PEL/D. • Sistem insentif berbasis kinerja bagi Pemda• LRED Support Facility
• Meningkatkan kapasitas daerah (CD) di bidang: (a) analisis & perencanaan pemb. ekonomi daerah, (b) pengelolaan keuangan daerah terutama agar dpt mengelola belanja (expenditure) publik dgn efektif & efisien, (c) pengelolaan kerjasama antar daerah & antara daerah dgn pihak ketiga dan LN.
TTANTANGANANTANGAN
PELAKU PEMBANGUNAN & PERAN PEMERINTAH
Meskipun masyarakat merupakan sumber pembiayaan utama pembangunan, namun peran pemerintah tetap pentingPeran Pemerintah:
Kerangka regulasi: menciptakan rambu-rambu (aturan main) yang adil serta insentif & kemudahan bagi dunia usaha/investasi. Kerangka investasi dan layanan publik: a.l. penyediaan infrastruktur dasar (jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/ puskesmas), pelayanan umum termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (OSS-Permendagri 24/2006), dan mendorong kemitraan usaha.
28
Infrastruktur
Dasar Layanan
Umum berdasarkan SPM
a.l. one-stop service (OSS)
Pemerintah Pusat
Pemerintahan Provinsi
Pemerintahan Kabupaten/Kota Pemerintahan Kecamatan, Pem.Desa
Masyarakat
Perg
urua
n Ti
nggi
Dunia Usaha
Sektor Usaha Ekonomi
Pelaku:
UMKM
Koperasi
BUMD
Organisasi Masyarakat
Kerangka Regulasi & Kebijakan
Kerangka Investasi dan
Layanan Publik
Perekonomian Daerah Maju & Berkembang: Pertumbuhan, Pemerataan, Kemandirian
PENTINGNYA INFORMASI• Ketidaksempurnaan informasi terganggunya
kemampuan alamiah institusi dan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
• Iklim persaingan yang sehat + informasi dorong organisasi secara rutin melakukan investasi di bidang IPTEK dan pengembangan SDM.
• Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM memperluas persepsi tentang kesempatan usaha dan pilihan-pilihan yang tersedia perubahan institusi ke arah yang lebih baik (Lihat Gambar 1).
• Pemerintah dapat berperan dalam mengatasi kegagalan pasar (market failure). Namun perlu hati-hati karena imperfect information di pihak Pemerintah dapat sebabkan kegagalan pemerintah (government failure) dalam upayanya untuk mengatasi kegagalan pasar (Stiglitz).
29
Gambar 1. Institusi, Teknologi, dan Anggaran (budget) membatasi ketersediaan pilihan bagi masyarakat, yang
padaakhirnya menentukan kinerja ekonomi (North, 1994)
30
Informasi
Informasi
Informa
siPILIHAN
Individu/ Organisasi
Institusi
IPTE
K
Budget
PERAN PEMERINTAH DLM CIPTAKAN IKLIM USAHA YG KONDUSIF
• Agar perekonomian dapat tumbuh dengan baik diperlukan adanya:– perangkat institusi dan organisasi yang lengkap dan efektif, – kapasitas untuk melakukan penyesuaian institusi dan
organisasi.• Informasi berpengaruh penting, tetapi umumnya imperfect.• Peran Pemerintah dlm atasi imperfect information (i.e.,
revitalisasi pasar): fokus pada penciptaan iklim usaha yang kondusif:– Penyebarluasan informasi memperluas kesempatan usaha
dan akses kepada sumberdaya produktif; – Penciptaan standard meningkatkan kepastian usaha; – Penciptaan sistem insentif (”stick and carrot”);– Penegakkan hukum menjamin kepastian hukum, misalnya
atas pelaksanaan kontrak perjanjian, perlindungan thd HAKI, perlindungan dari praktek penipuan, dll. a.l. melalui lembaga peradilan.
31
CONTOH PERAN PEMDA DALAM MENDORONG PEREKONOMIAN DAERAHPasal 176 UU 32/2004: Pemberian insentif dan kemudahan investasi
“Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan”
Penjelasan Pasal 176 UU 32/2004:
“Yang dimaksud insentif dan/atau kemudahan dalam ayat ini adalah pemberian dari Pemerintah Daerah antara lain dalam bentuk penyediaan sarana, prasarana, dana stimulan, pemberian modal usaha, pemberian bantuan teknis, keringanan biaya dan percepatan pemberian ijin”
Jika pemda mampu memanfaatkan anggaran yang terbatas untuk menciptakan iklim yang kondusif dan memfasilitasi dunia usahanya, maka:
• Resiko bisnis/investasi akan berkurang
• Penyaluran kredit Perbankan (terutama kredit investasi) meningkat investasi meningkat
• Dana Pemda di Perbankan yg dibelikan SBI berkurang
• Sektor riil bergerak kesempatan kerja bertambah pengangguran berkurang
• Pajak meningkat PAD meningkat• PDRB meningkat • Artinya, perekonomian daerah
berkembang
32
33
UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS DAERAH DLM PERENCANAAN PEL/DTahapan Revitalisasi PEL
1. Pengembangan dan PenguatanKemitraan Strategis PEL.
2. Kajian Cepat Status PEL.3. Penyusunan Rencana dan Anggaran.4. Pelaksanaan.5. Monitoring dan Evaluasi.
34
Pengembangan dan Penguatan
Kemitraan
Pengumpulan Data
Analisis Data
PemetaanStatus PEL
Penetapan Faktor
Pengungkit PEL
Identifikasi Stakeholder
Penyusunan Rencana
Tindak dan Pembiayaan
Penyusunan Rencana Bisnis
Pelaksanaan PEL
Monitoring dan Evaluasi
TAHAPI
TAHAP II
TAHAP III
TAHAPIV
TAHAPV
RPJMD
Adopsi dalam Dokumen
Rencana Daerah
RKPD
APBD