factitious disorder (gangguan buatan) dengan gejala...

11
Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala Menyerupai Myasthenia Gravis Dian Pitawati KSM Jiwa RSUP Fatmawati [email protected] Abstrak Pendahuluan: Gangguan buatan merupakan suatu kondisi yang ditimbulkan oleh pasien dengan sengaja atau dibuat-buat dengan tampilan gejala fisik maupun psikologis untuk mendapatkan peran sebagai penderita ( sick role). Peniruan terhadap gejala fisik dapat meyakinkan sehingga pemeriksaan bisa dilakukan berulang-ulang bahkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam diagnosis maupun pengobatan. Kasus: Pasien seorang wanita, usia 34 tahun, belum menikah, menjalani perawatan di rumah sakit di bagian neurologi selama bulan Februari sampai Maret 2014 dan penyakit dalam selama bulan Mei sampai Juli 2014. Sejak tahun 2009 pasien selalu mengeluh otot-otot keempat ekstremitasnya terasa lemah dan merasa harus dibantu untuk perawatan dirinya oleh orang lain terutama keluarganya dan merasa harus minum obat mestinon seumur hidup, namun saat dilakukan observasi tanpa sepengetahuan pasien, pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan. Pemeriksaan-pemeriksaan yang sudah dilakukan tidak menunjang ke arah myasthenia gravis. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan adanya konflik masa kecil yang cukup bermakna, adanya secondary gain dan perbedaan perilaku saat dilakukan observasi tanpa sepengetahuan pasien. Di bulan Agustus 2014, pasien dialih rawat di bagian psikiatri, dilakukan hipnoterapi relaksasi, psikoterapi psikodinamik serta dilatih untuk mengembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih adaptif. Pembahasan: Diagnosis gangguan buatan tidak mudah ditegakkan, diperlukan anamnesis dan observasi yang seksama, melibatkan multidisiplin ilmu sebagai bagian dari peran Consultation Liaison Psychiatry (CLP) sehingga pemeriksaan-pemeriksaan berulang tidak dilakukan lagi dan lebih terfokus untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan meningkatkan insight, dukungan keluarga dalam melatih kemandirian dalam perawatan diri pasien. Kata kunci: gangguan buatan, myasthenia gravis, kelemahan otot, secondary gain Abstract Background: Factitious disorder is a condition in which a person acts as if they have ann illness by deliberatley producing, feigning, or exaggerating symptoms to get a role as a sick person (sick role). The imitation of the symptoms is really convincing that the doctors will deliver any examinations and could be misdiagnosed and mistreatment. Case: Patient, a female, 34 years old, not married, being treated in neurologic ward from February to March 2014 and in internal medicine ward from May to July 2014. Physical complaints began since 2009, described as a muscle weakness in all of her extremity that she needed help from the family to tak care of his daily care and activities, convincing others that she must consumed mestinon for the rest of her life, but when being observed without known, the patient was able to do all the daily activity without any difiiculties. All the examinations that had been delivered showing no results to be diagnosed as myasthenia gravis. From psychiatric examinations, there was a meaningfull childhood conflict, secondary gain and behaviour distinction when the observation is done without knowing by the patient. In August 2014, patient was referred to psychiatric ward, having relaxation hypnotherapy, psychodynamic psychotherapy and also taught to develop more adapted mind and behavior. Discussion: Factitious disorder is very difficult to be diagnosed, it needs a very carefull anamnesis and a thorough observation, involving other multidisciplines as a part of Consultation Liaison Psychiatry (CLP), therefore no more any unneeded examinations, and the therapy is more focused on improving the quality of patient’s life by increasing insight, family support and teaching the independence of the patient’s activitiy daily living. Keywords: factitious disorder, myasthenia gravis, muscle weakness, secondary gain

Upload: hoangdiep

Post on 06-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

Factitious Disorder (Gangguan Buatan)

Dengan Gejala Menyerupai Myasthenia Gravis

Dian Pitawati

KSM Jiwa RSUP Fatmawati [email protected]

Abstrak

Pendahuluan: Gangguan buatan merupakan suatu kondisi yang ditimbulkan oleh pasien dengan sengaja atau

dibuat-buat dengan tampilan gejala fisik maupun psikologis untuk mendapatkan peran sebagai penderita (sick

role). Peniruan terhadap gejala fisik dapat meyakinkan sehingga pemeriksaan bisa dilakukan berulang-ulang

bahkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam diagnosis maupun pengobatan.

Kasus: Pasien seorang wanita, usia 34 tahun, belum menikah, menjalani perawatan di rumah sakit di bagian

neurologi selama bulan Februari sampai Maret 2014 dan penyakit dalam selama bulan Mei sampai Juli 2014.

Sejak tahun 2009 pasien selalu mengeluh otot-otot keempat ekstremitasnya terasa lemah dan merasa harus

dibantu untuk perawatan dirinya oleh orang lain terutama keluarganya dan merasa harus minum obat mestinon

seumur hidup, namun saat dilakukan observasi tanpa sepengetahuan pasien, pasien bisa melakukan aktivitas

sehari-hari tanpa kesulitan. Pemeriksaan-pemeriksaan yang sudah dilakukan tidak menunjang ke arah

myasthenia gravis. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan adanya konflik masa kecil yang cukup bermakna,

adanya secondary gain dan perbedaan perilaku saat dilakukan observasi tanpa sepengetahuan pasien. Di bulan

Agustus 2014, pasien dialih rawat di bagian psikiatri, dilakukan hipnoterapi relaksasi, psikoterapi psikodinamik

serta dilatih untuk mengembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih adaptif.

Pembahasan: Diagnosis gangguan buatan tidak mudah ditegakkan, diperlukan anamnesis dan observasi yang

seksama, melibatkan multidisiplin ilmu sebagai bagian dari peran Consultation Liaison Psychiatry (CLP)

sehingga pemeriksaan-pemeriksaan berulang tidak dilakukan lagi dan lebih terfokus untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien dengan meningkatkan insight, dukungan keluarga dalam melatih kemandirian dalam

perawatan diri pasien.

Kata kunci: gangguan buatan, myasthenia gravis, kelemahan otot, secondary gain

Abstract

Background: Factitious disorder is a condition in which a person acts as if they have ann illness by deliberatley

producing, feigning, or exaggerating symptoms to get a role as a sick person (sick role). The imitation of the

symptoms is really convincing that the doctors will deliver any examinations and could be misdiagnosed and

mistreatment.

Case: Patient, a female, 34 years old, not married, being treated in neurologic ward from February to March

2014 and in internal medicine ward from May to July 2014. Physical complaints began since 2009, described as

a muscle weakness in all of her extremity that she needed help from the family to tak care of his daily care and

activities, convincing others that she must consumed mestinon for the rest of her life, but when being observed

without known, the patient was able to do all the daily activity without any difiiculties. All the examinations that

had been delivered showing no results to be diagnosed as myasthenia gravis. From psychiatric examinations,

there was a meaningfull childhood conflict, secondary gain and behaviour distinction when the observation is

done without knowing by the patient. In August 2014, patient was referred to psychiatric ward, having

relaxation hypnotherapy, psychodynamic psychotherapy and also taught to develop more adapted mind and

behavior.

Discussion: Factitious disorder is very difficult to be diagnosed, it needs a very carefull anamnesis and a

thorough observation, involving other multidisciplines as a part of Consultation Liaison Psychiatry (CLP),

therefore no more any unneeded examinations, and the therapy is more focused on improving the quality of

patient’s life by increasing insight, family support and teaching the independence of the patient’s activitiy daily

living.

Keywords: factitious disorder, myasthenia gravis, muscle weakness, secondary gain

Page 2: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

Pendahuluan

Myasthenia gravis adalah salah satu

karakteristik penyakit autoimun yang

disebabkan oleh adanya gangguan dari synaptic

transmission atau pada neuromuscular junction.

Hal ini ditandai oleh suatu kelemahan abnormal

dan progresif pada otot rangka yang

dipergunakan secara terus-menerus dan disertai

dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila

penderita beristirahat, maka tidak lama

kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.

Sulit untuk menegakkan diagnosis myasthenia

gravis tanpa pemeriksaan penunjang. Pasien

seringkali salah diagnosis. Myasthenia gravis

merupakan penyakit yang jarang ditemui. Angka

kejadiannya 20 dalam 100.000 populasi.

Biasanya penyakit ini lebih sering tampak pada

umur diatas 50 tahun.Wanita lebih sering

menderita penyakit ini dibandingkan pria dan

dapat terjadi pada berbagai usia. Pada wanita,

penyakit ini tampak pada usia yang lebih muda,

yaitu sekitar 28 tahun, sedangkan pada pria,

penyakit ini sering terjadi pada usia 60 tahun.1

Myasthenia gravis ditandai oleh adanya

kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka

dan kelemahan ini akan meningkat apabila

sedang beraktivitas. Penderita akan merasa

ototnya sangat lemah pada siang hari dan

kelemahan ini akan berkurang apabila penderita

beristirahat.

_______________________________________

Korespondensi: Dian Pitawati

KSM Jiwa RSUP Fatmawati

Email: [email protected]

Gejala klinis myasthenia gravis antara lain

adalah kelemahan pada otot ekstraokular atau

ptosis. Ptosis yang merupakan salah satu gejala

sering menjadi keluhan utama penderita

myasthenia gravis, ini disebabkan oleh

kelumpuhan dari nervus okulomotorius.

Walaupun pada myasthenia gravis otot levator

palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot-

otot okular masih bergerak normal. Tetapi pada

tahap lanjut kelumpuhan otot okular kedua belah

sisi akan melengkapi ptosis myasthenia gravis.

Sewaktu-waktu dapat pula timbul kelemahan

dari otot masseter sehingga mulut penderita

sukar untuk ditutup. Kelemahan otot bulbar juga

sering terjadi, diikuti dengan kelemahan pada

fleksi dan ekstensi kepala. Selain itu dapat pula

timbul kesukaran menelan dan berbicara akibat

kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum

molle, dan laring sehingga timbullah paresis

dari pallatum molle yang akan menimbulkan

suara sengau. Selain itu bila penderita minum

air, mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya.

Hal yang paling membahayakan adalah

kelemahan otot-otot pernapasan yang dapat

menyebabkan gagal napas akut, dimana hal ini

merupakan suatu keadaan gawat darurat dan

tindakan intubasi cepat sangat diperlukan.

Kelemahan otot-otot faring dapat menyebabkan

kolapsnya saluran napas atas dan kelemahan

otot-otot interkostal serta diafragma dapat

menyebabkan retensi karbondioksida sehingga

akan berakibat terjadinya hipoventilasi.

Sehinggga pengawasan yang ketat terhadap

Page 3: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

fungsi respirasi pada pasien myasthenia gravis

fase akut sangat diperlukan. Untuk penegakan

diagnosis myasthenia gravis, dapat dilakukan

pemeriksaan dengan cara penderita ditugaskan

untuk menghitung dengan suara yang keras.

Lama kelamaan akan terdengar bahwa suaranya

bertambah lemah dan menjadi kurang terang.

Setelah itu, penderita ditugaskan untuk

mengedipkan matanya secara terus-menerus dan

lama kelamaan akan timbul ptosis. Setelah suara

penderita menjadi parau atau tampak ada ptosis,

maka penderita disuruh beristirahat. Kemudian

tampak bahwa suaranya akan kembali baik dan

ptosis juga tidak tampak lagi.1,2,3

Tabel 1. Tes diagnosis pada myasthenia gravis1

Factitious disorders (FD) atau

gangguan buatan adalah suatu kondisi seseorang

memperlihatkan bahwa ia mempunyai penyakit

fisik atau mental, yang sebenarnya dia tidak

benar sakit. Para penderita FD ini

memperlihatkan sakitnya kepada orang-orang

disekitar mereka yang tidak memperhatikan

mereka. Pada dasarnya FD ini berkaitan dengan

kondisi psikiatrik individu berpura-pura dalam

memerankan sakitnya. Pada gangguan buatan ini

pasien secara sengaja menghasilkan tanda

gangguan medis atau mental dan salah

menggambarkan riwayat penyakit dan gejalanya.

Tujuan satu-satunya yang tampak dari perilaku

adalah mendapatkan peranan dari seorang

pasien. Bagi kebanyakan orang, perawatan

dirumah sakit sendiri merupakan tujuan utama

dan sering kali merupakan cara hidupnya. Selain

itu diantara pasien dengan FD ada yang

menantang memberi suatu masalah dengan

maksud untuk menyibukkan dan untuk

memancing emosi seperti marah, frustasi atau

membingungkan para dokter di klinik.4 Agak

sulit dalam mendiagnosis gangguan ini.

Kemungkinan penyebab organik harus

disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat

berakibat pemeriksaan yang lebih ekstensif. Hal-

hal yang perlu dipertimbangkan adalah

kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut.

Disini ada dua kemungkinan, gangguan buatan

( factitious disorder) atau berpura-pura

(malingering). Pada gangguan buatan, gejala-

gejala dibuat dengan sengaja untuk mendapatkan

perawatan medis, sedangkan pada malingering

ditujukan untuk mendapatkan keuntungan

pribadi misalnya menghindari tuntutan hukum,

masalah hutang, atau tugas militer yang berat.

Menentukan hal ini tidaklah mudah dan

mungkin memerlukan bukti bahwa ada

inkonsistensi dalam gejalanya.

Kriteria diagnostik untuk gangguan buatan

dalam Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)

adalah sebagai berikut5 :

Page 4: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

1. Menimbulkan secara sengaja atau

dibuat-buat tanda atau gejala fisik atau

psikologis

2. Motivasi untuk perilaku adalah untuk

mendapatkan peranan sakit (sick role)

3. Tidak terdapat keuntungan eksternal

untuk perilaku (seperti tujuan ekonomi,

menghindari tanggung jawab hukum,

atau memperbaiki kesejahteraan fisik

seperti pada malingering)

Penulisan berdasarkan pada jenis :

1. GB dengan tanda dan gejala psikologis yang

menonjol; jika tanda dan gejala psikologis

mendominasi gambaran klinis

2. GB dengan tanda dan gejala fisik yang

menonjol; jika tanda dan gejala fisik

mendominasi gambaran klinis

3. GB dengan kombinasi tanda dan gejala

psikologis dan fisik; jika tanda dan gejala

psikologis maupun fisik ditemukan tetapi tidak

ada yang mendominasi gambaran klinis.

Sedangkan berdasarkan PPDGJ III kriteria

diagnosis untuk gangguan buatan ini6 :

Dengan tidak adanya gangguan fisik

atau mental, penyakit atau cacat yang

pasti, individu berpura-pura mempunyai

gejala sakit secara berulang-ulang dan

konsisten.

Untuk gejala fisik mungkin dapat

meluas sampai membuat sendiri irisan

atau luka untuk menciptakan perdarahan

atau menyuntik diri dengan bahan

beracun.

Peniruan nyeri dan penekanan adanya

perdarahan dapat begitu meyakinkan

dan menetap sehingga menyebabkan

diulanginya pemeriksaan dan operasi di

beberapa klinik dan rumah sakit,

meskipun hasilnya berulang-ulang

negatif.

Motivasi untuk perilaku ini hampir

selalu kabur dan dianggap fakstor

internal, dan fungsi ini terbaik

diinterpretasikan sebagai suatu

gangguan perilaku sakit dan peran

sakit (disorder of illness behavior and

the sick role).

Individu dengan pola perilaku demikian

biasanya menunjukkan sejumlah tanda

dari kelainan yang berat lainnya dari

kepribadian dan hubungan dengan

lingkungan.

Perlu dibedakan dengan

“malingering”, didefinisikan sebagai

kesengajaan atau berpura-pura membuat

gejala atau disabilitas, baik fisik maupun

psikologis, yang dimotivasikan oleh

stress eksternal atau insentif (kode

Z76.5 dari ICD-10).

Gangguan konversi adalah suatu

gangguan yang ditandai oleh hilangnya

atau ketidakmampuan dalam fungsi

fisik, namun tidak ada penyebab organis

yang jelas. Dimana gejala konversi

menyerupai gejala-gejala neurologis

atau medis umum yang melibatkan

masalah dengan fungsi motorik yang

Page 5: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

volunter atau fungsi sensoris. Gejala

atau defisit tidak ditimbulkkan secara

sengaja atau dibuat-buat (seperti pada

gangguan buatan atau berpura-pura).

Diagnosis banding lain yaitu

hipokondriasis yang ciri utamanya

adalah preokupasi yang menetap akan

kemungkinan menderita satu atau lebih

gangguan fisik yangs serius dan

progresif. Gejala yang membedakan

dengan gangguan buatan adalah pasien-

pasien dengan hipokondriasis takut akan

tindakan dan pengobatan yang diberikan

dengan berbagai efek sampingnya.

Depresi dan anxietas yang berat

seringkali menonjol dan mungkin

memenuhi syarat untuk suatu diagnosis

tambahan.

Kasus:

Pasien wanita, usia 34 tahun datang dengan

keluhan kelemahan keempat ekstremitas disertai

nyeri. Dari pemeriksaan pasien tampak

menceritakan tentang keluhan kelemahan otot-

ototnya dan riwayat perjalanan penyakitnya

dengan lancar, saat ditanya tentang riwayat

keluarga pasien mengeluh dirinya sesak dan

harus istirahat. Tak nampak ptosis, tak nampak

suara sengau atau bicara cadel selama pasien

diperiksa. Pasien juga tidak bisa lepas dari obat

Mestinon, merasa khawatir bila obat Mestinon

diturunkan dosisnya atau tidak diberikan lagi.

Pasien pernah dicoba diberikan plasebo tanpa

diberitahukan kepada pasien, hasilnya pasien

tidak ada keluhan lemas atau sesak.

Pasien lebih banyak berbaring di

tempat tidur sampai sekarang. Pasien minta

makan, minum, buang air kecil dan besar

dibantu di tempat tidur. Pasien juga selalu minta

badannya dibolak-balikkan setiap 5 menit sekali.

Bila keinginan pasien tidak dipenuhi, pasien

akan marah dan bisa bangun, berdiri, mengejar,

mencakar atau menggigit kakak perempuan atau

ibu tirinya saat itu. Pasien untuk buang air kecil

dengan menggunakan kateter yang dimodifikasi

(spuit 10 cc dihubungkan melalui selang ke

botol air mineral ukuran 1 liter).

Dari pemeriksaan status mental

didapatkan observasi perilaku yang tidak

konsisten saat pasien merasa tidak ada orang

yang melihatnya pasien bisa beraktivitas seperti

biasa, namun saat diwawancara dan dilakukan

pemeriksaan pasien merasa lemah, tidak kuat

beraktivitas ataupun menampilkan keluhan

sesak. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan

atrofi pada keempat ekstremitas namun kekuatan

motorik masih baik, kesan deformitas pada jari-

jari tangan tanpa nyeri atau tanda-tanda radang.

Dari hasil pemeriksaan penunjang lainnya tidak

menunjang penyakit myasthenia gravis ataupun

autoimun, lebih ke arah deconditioning syndrom

karena efek imobilisasi lama atau dugaan efek

steroid jangka lama.

Page 6: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

Tabel 2. Hasil pemeriksaan

Pemerik

saan

Hasil

Radiolog 18 Mei 2014

Thorax

AP,

lateral

Manus

bilateral

Tidak didapatkan kelainan

Tidak didapatkan kelainan

Laborat

orium:

20 Mei

2014

6 Juni

2014

14

Juni

2014

20 Juni

2014

Hemo

globin

Hematok

rit

Leuko

Trombo

Diff

count

LED

SGOT

SGPT

TG

LDL

HDL

Kol total

GDP

HbA1C

Ureum

Creatinin

eGFR

Na/K/Cl

Mg

Fosfat

inorganik

Kalsium

ion

TSH

sensitif

Serum

ion

Saturasi

transferin

11,7

35,9

13.910

320.000

0,1/ 0,2/

83,1/10,8/

5,8

13

7

1,99

3,6

1,11

0,260

24

8

9,4

29,9

12.690

327.000

0,1/0,1/

86,1/9,1

/4,6

50

141/4,54

/107,8

2,16

3,4

1,12

10,8

34

6.720

407.00

0

84

98

17

0,5

142/4,

75/99,

5

2,36

3,4

8,9

28,9

10.090

479.000

0,1/0,3/7

2,8/22,8/

4

30

23

60

131

134

81

186

32

6,3

24

0,4

137,3

137/4,88/

97,7

TIBC

D dimer

kuanti

ANA

IgG

IgM

Beta 2GP

IgM

Beta 2GP

IgG

ACA

IgM

ACA IgG

Faktor

rematoid

Antibodi-

Ach

respetor

Protein S

Protein C

288

negatif

185

908

9

900

5,7

negatif

2,3

negatif

194,5

positif

5,3

negatif

Normal

62

89,9

EMG 6 Juni 2014

EMG

KHS

Harvey

Masland

Normal

Negatif

Biopsi

Otot

12 Juni 2014

Hasil Gambaran mitologik ini dapat ditemukan

pada otot myasthenia gravis

Radiolog 13 Juni 2014

MRI

cerebellar

tanpa

kontras

Infark kronik fokal di putamen bilateral

Kavum septum pellucidum persisten

ADL

Sebelum

sakit

Saat

masuk

Minggu I

Minggu

II

Selama

di

bangsal

7

4

4

4

20

Page 7: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

Psikiatri

Risiko

Jatuh

20 Mei

21 Mei

10 Juni

55 (risiko tinggi)

40 (risiko rendah)

15 (tak berisiko)

Risiko

Dekubi

tus

18 Mei 2014

Skor total 15 (risiko sedang)

Pembahasan:

Kondisi pasien sebenarnya sudah

dinyatakan bukan suatu myasthenia gravis oleh

bagian Neurologi saat dirawat pada bulan

Februari-Maret 2014, namun pasien masih

mengeluhkan otot-otot tubuhnya terasa lemah.

Hal ini karena sejak akhir 2013 pasien dirawat

secara bergilir oleh kakak-kakaknya, sehingga

mereka mengetahui bahwa saat tidak ada

keluarga dan hanya ada pembantu pasien bisa

melakukan aktivitas, bangun, berdiri dan

berjalan, demikian juga saat pasien marah

karena permintaannya untuk dibolak-balikkan

badannya lupa tidak dilakukan oleh kakak

perempuan atau ibu tirinya pasien bisa bangun,

berdiri dan mengejar kakak atau ibu tirinya

kemudian mencakar dan menggigitnya.

Demikian juga selama perawatan di rumah sakit

saat ini, pasien bila ia tidak mengetahui bahwa

dirinya sedang diobservasi oleh pemeriksa,

pasien bisa memainkan telepon genggam dan

menggerakkan keempat ekstremitas tubuhnya

dan akan kembali mengeluh lemas atau sesak

bila didatangi oleh pemeriksa terutama bila

ditanyakan tentang keluarganya. Kondisi pasien

saat ini lebih memenuhi kriteria diagnosis

gangguan buatan daripada gangguan konversi,

malingering ataupun hipokondriasis karena

pasien benar-benar menikmati peran sakitnya,

yang harus dilakukan pemeriksaan dan

pengobatan, dan di rumah pasien juga tetap

mempertahankan peran sakitnya meski sudah

dikatakan bukan suatu myasthenia gravis.

Kondisi pasien yang hanya berbaring

di tempat tidur, tidak melakukan aktivitas apa-

apa selain minta dilayani baik di rumah maupun

di rumah sakit, bila tidak segera dilakukan

intervensi dapat menyebabkan atrofi otot bahkan

kontraktur. Hal lain yang perlu dipertimbangkan

adalah masalah relasi pasien dengan orang lain

terutama kakak-kakak pasien yang selama ini

membantu merawat pasien dan berharap pasien

bisa mandiri melakukan perawatan diri dan

aktivitas sehari-hari, perlu diperbaiki dan

disampaikan saat pertemuan dengan keluarga

pada sesi selanjutnya. Adanya burn out pada

keluarga diperlukan intervensi keluarga untuk

mengidentifikasi masalah yang ada pada

masing-masing anggota keluarga, mencari

persepsi dan harapan masing-masing anggota

keluarga tentang kondisi masing-masing dan

terhadap pasien. Perlu disampaikan kepada

keluarga untuk membentuk sikap yang tidak

semakin mendukung pola perilaku pasien dan

tetap memberikan dukungan untuk pasien

supaya bisa mandiri dalam perawatan diri serta

aktivitas sehari-hari.

Pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang

tanpa mencari tahu riwayat sebelumnya dan

melakukan anamnesis yang lengkap terutama

Page 8: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

terhadap keluarga akan semakin membuat kita

mengarahkan diagnosis ke penyakit autoimun

lain, sehingga membuat pasien semakin yakin

bahwa penyebab sakitnya adalah autoimun dan

masih dicari tipenya. Hal-hal seperti ini dapat

menyebabkan suatu misdiagnosis bahkan

mistreatment terhadap pasien, karena sebenarnya

pasien tidak menderita penyakit myasthenia atau

gluten ataksia namun tetap mendapatkan terapi

untuk penyakit tersebut yang berhubungan

dengan efek samping obat yang diberikan

sehingga dapat menyebabkan pemeriksaan atau

tindakan iatrogenik.7,8

Ada kekhawatiran dari

teman sejawat baik dari penyakit dalam maupun

neurologi dalam hal penyampaian informasi

tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

akan membuat pasien atau keluarga tidak terima

atau respon pasien akan manipulatif dari riwayat

sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pasien.

Dalam hal ini peran CLP (Consultation Liaison

Psychiatry) diperlukan untuk membantu bagian

lain dalam tatalaksana pasien. Mulai dari

diagnosis sampai tatalaksana, termasuk di

dalamnya pertemuan dengan keluarga, diskusi

dengan bagian lain sebagai 1 tim sehingga saat

penyampaian informasi kepada pasien dan

keluarga tidak menimbulkan kebingungan dan

melakukan pendampingan terhadap pasien

maupun keluarganya. Adanya kondisi medis lain

yang ditemukan pada pasien saat ini tidak

berhubungan dengan keluhan subyektfnya, lebih

karena efek samping imobilisasi lama dan obat-

obatan yang diberikan.

Hasil Join Conference:

Departemen yang hadir:

Departemen Penyakit Dalam Divisi

Alergi Imunologi

Departemen Neurologi

Departemen Psikiatri

Departemen Patologi Anatomi

Neurologi:

Diagnosis myasthenia gravis tersingkir karena

setelah dilakukan pemeriksaan 2x pada bulan

Pebruari-Maret 2014 di bagian Neurologi dan

perawatan saat ini tidak menunjukkan ke arah

myasthenia gravis (EMG normal, Harvey

Masland test negatif, antibodi asetilkolin

reseptor normal, rontgen thorax normal, tidak

didapatkan thymoma).

Gambaran MRI suatu silent infark, tidak

berhubungan dengan keluhan subyektif pada

pasien saat ini.

PA:

Gambaran PA pada biopsi otot tidak khas untuk

myasthenia gravis, lebih ke arah gambaran atrofi

otot.

Psikiatri:

Keluhan subyektif pada pasien lebih ke arah

gangguan buatan (factitious disorder) karena

dari hasil pemeriksaan bukan suatu myasthenia

gravis, pasien lebih menikmati perannya sebagai

penderita dengan adanya keyakinan bahwa

dirinya menderita suatu myasthenia gravis tipe

lain dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian

dan perawatan orang lain terutama keluarga

(secondary gain). Saran untuk alih rawat ke

Page 9: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

bangsal psikiatri dengan rawat bersama dengan

departemen terkait.

Simpulan:

Sepakat untuk alih rawat psikiatri dengan rawat

bersama bagian penyakit dalam dan neurologi.

Selasa 24 Juni 2014 rencana family meeting dan

penyampaian kepada pasien.

Hasil family meeting:

Saat ini tidak ditemukan adanya

penyakit autoimun, ACA yang positif

bisa sambil dirawat di bangsal psikiatri

dan akan rawat bersama dengan IPD

Obat mestinon dihentikan

Dari bagian neurologi, saat ini diagnosis

silent infark, tatalaksana untuk

pencegahan stroke sekunder, acc alih

rawat dan rawat bersama dengan

Neurologi

Psikiatri acc alih rawat ke bangsal

Psikiatri

Keluarga setuju untuk alih rawat di

bangsal psikiatri. Kakak-kakak pasien

sudah merasa kelelahan menghadapi

pasien, dan bingung dengan kondisi

pasien yang masih lemah namun kadang

tidak sesuai dengan perilakunya kadang

bisa marah, bangun, berdiri dan

melakukan aktivitas seperti biasa, bisa

makan makanan padat saat pasien ingin

seperti nasi biasa dengan lauk atau

bakso kesukaan pasien

Hasil Presentasi Kasus Sulit Lintas

Departemen:

Departemen Penyakit Dalam Divisi

Alergi Imunologi

Departemen Neurologi

Departemen Psikiatri

Departemen THT

Departemen Radiologi

Psikiatri, Divisi Psikoterapi:

Pasien mempunyai self esteem yang

rendah, self demanding dan mengontrol

kakak-kakaknya tiap 5 menit sekali

Psikoterapi psikodinamik yang

diberikan harus dilakukan secara rutin

dengan tujuan untuk membuka konflik

Psikiatri, Divisi Neuropsikiatri:

Gangguan buatan pada pasien tidak

didapatkan depresi atau putus asa meski

sudah lama dengan kondisi sakitnya,

pasien juga senang sekali dengan alat-

alat medis, pemeriksaan dan tindakan

yang diberikan

Nyeri yang dikeluhkan lebih ke arah

psikogenik pain

Psikiatri, Divisi CLP:

Multiaspek sehingga penatalaksanaan

harus lebih komprehensif

Page 10: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

IPD:

Diagnosis myasthenia gravis bisa

disingkirkan

Keluhan kelemahan otot bukan suatu

myositis karena CKMB normal

Keluhan nyeri juga bisa disingkirkan

karena hasil pemeriksaan laboratorium

fakor rheumatoid negatif

Hasil titer ANA 1/320 tidak terlalu

tinggi, baru bermakna bila lebih dari

1/1000, sehingga bukan suatu SLE

Pemberian aspilet harus direview

sesuai TS Neurologi

Hasil ACA IgM yang positif bisa

ditemukan pada kondisi infeksi, false

positif, perlu diulang 12 minggu lagi,

jika hasil tinggi dan konsisten, diterapi

bila gejala klinis mendukung, saat ini

tidak ada

Cavit D3 diberikan karena pasien

didapatkan defisiensi vitamin D

Metilprednisolon masih diteruskan dan

direncanakan untuk di-tappering off

Pemberian steroid jangka panjang

dapat menyebabkan insufisiensi

adrenal, biasanya dengan gejala

tekanan darah rendah, gula darah

rendah, gangguan elektrolit, myopati

steroid dan peningkatan CKMB. Saran:

untuk memastikan diperiksa kadar

kortisol pagi dan sore

Neurologi:

Diagnosis myasthenia gravis bisa

disingkirkan

Efek samping mestinon antara lain efek

kolinergik, peningkatan peristaltik,

hipersalivasi dan kelemahan otot

Infark yang terjadi merupakan silent

infark karena tidak didapatkan gejala

atau defisit neurologis

Infark di putamen biasanya dengan

gejala gangguan korrdinasi, pada

pasien tidak ada

Untuk prevensi stroke sekunder

diberikan aspirin dosis kecil (1 x 80

mg)

Radiologi:

Infark pada gambaran MRI merupakan

infark bilateral, jarang terjadi pada

stroke

Small vessel disease masih mungkin

Saran: MRA dengan kontras untuk

diagnostik

THT:

Untuk keluhan susah menelan, perlu

dipastikan dengan FEES untuk melihat

seberapa jauh residu makanan yang

tersisa, pernah coba dilakukan namun

pasien tidak kooperatif

Rehabilitasi Medik:

Adanya mobilisasi lama mempengaruhi

sistim kardiorespirasi, otot dan

penurunan endurance

Page 11: Factitious Disorder (Gangguan Buatan) Dengan Gejala ...jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/FactitiousDisorder(GangguanBuatan... · pasien dengan hipokondriasis takut akan tindakan dan

Saat ini pasien sudah bisa berjalan

Nyeri pada punggung yang dikeluhkan

tidak khas, seperti neurogenik pain

dengan lokalisasi yang tidak bisa

dideskripsikan

Aktivitas self care beberapa sudah

berjalan namun bertolak belakang

dengan keluhan subyektif pasien

sehingga harus terus dimotivasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Nicolle MW. Myasthenia gravis. The

Neurologist. 2002;8(1): 1-22.

2. Conti-Fine BM, Milani M, Kaminski

HJ. Myasthenia gravis: past, present,

and future. J Clin Invest.

2006;116(11):2843-54.

3. Ruegg SJ, Dirnhofer S, Tellez CHB,

Steck AJ, Marsch S. Life-threatening

myasthenia gravis masked by a

psychiatric disorder. Schweizer Archiv

Fur Neurologie Und Psychiatrie.

2007;158(4):150-154.

4. Ferrara P, Vitelli O, Romani L, et al.

The thin line between munchausen

syndrome and munchausen syndrome by

proxy. J Psychol Anorm Child.

2014;3(2):1-2.

5. American Psychiatric Association.

Diagnostic and statistical manual of

mental disorders. 4th

ed text revision.

Washington DC. 2000. Tollefson GD.

Distinguishing myasthenia gravis from

conversion. Psychosomatics.

1901;22(7):611-621.

6. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan

pertama. Jakarta; 1993.

7. Scherer K, Bedlack RS, Simel DL. Does

this patient have myasthenia gravis?

JAMA 2005;293(15):1906-1914.

8. Wheeler SD. Misdiagnosis of

myasthenia gravis. J Natl Med Assoc.

1987;79(4):425-9.