fa inhealth gazette 02 juli-okt2013 web

8
Juli - Oktober 2013 InHealth Gazette Gazette Penyakit kardiovaskular atau cardiovascular disease (CVD) saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 1990 menunjukkan bahwa sekitar 12 juta jiwa/ tahun meninggal karena penyakit ini. CVD merupakan sekumpulan penyakit yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah dengan manifestasi terbesar berupa penyakit jantung koroner (PJK) atau coronary heart disease (CHD). Gambaran klinis CVD termasuk iskemia tanpa gejala, angina pektoris stabil, angina tidak stabil, infark miokard, gagal jantung, dan kematian mendadak. Terdapat beberapa faktor risiko CVD yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia, jenis kelamin, dan genetik; sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain merokok, obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tata laksana terapi CVD dapat dilakukan melalui: (1) Terapi nonfarmakologi: memperbaiki pola hidup seperti diet pada pasien dengan faktor risiko CVD, mengurangi kebiasaan merokok, melakukan olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. (2) Terapi farmakologi: pengobatan dengan golongan beta bloker, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin receptor blocker (ARB), calcium channel blocker (CCB), diuretik, antitrombotik, antiplatelet, dan vasodilator. TERAPI FARMAKOLOGI ANTIPLATELET Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Terapi antiplatelet harus diberikan sedini mungkin pada saat pasien terdiagnosis non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) dengan tujuan mengurangi komplikasi iskemik akut dan terjadinya aterotrombosis ulang. Antiplatelet terdiri dari asam asetil salisilat, penghambat P2Y12 (clopidogrel), dan penghambat glikoprotein IIb/IIIa. Asam asetil salisilat harus diberikan pada pasien angina tidak stabil sesegera mungkin. Clopidogrel dapat diberikan pada pasien dengan hipersensitif terhadap asam asetil salisilat atau intoleransi gastrointestinal mayor. Juli - Oktober 2013 KARDIOVASKULAR Gambar 1. Skor Framingham yang menunjukkan hubungan antara risiko dengan jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok, dan tekanan darah (ESC-CVD Prevention; 2012)

Upload: ibraza-sakti-s

Post on 01-Jan-2016

79 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

Juli - Oktober 2013

InHealthGazette

Gaz

ette

Penyakit kardiovaskular atau cardiovascular disease (CVD) saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 1990 menunjukkan bahwa sekitar 12 juta jiwa/tahun meninggal karena penyakit ini. CVD merupakan sekumpulan penyakit yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah dengan manifestasi terbesar berupa penyakit jantung koroner (PJK) atau coronary heart disease (CHD). Gambaran klinis CVD termasuk iskemia tanpa gejala, angina pektoris stabil, angina tidak stabil, infark miokard, gagal jantung, dan kematian mendadak. Terdapat beberapa faktor risiko CVD yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia, jenis kelamin, dan genetik; sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain merokok, obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus.

Tata laksana terapi CVD dapat dilakukan melalui:(1) Terapi nonfarmakologi: memperbaiki pola hidup seperti diet pada pasien

dengan faktor risiko CVD, mengurangi kebiasaan merokok, melakukan olahraga teratur, dan istirahat yang cukup.

(2) Terapi farmakologi: pengobatan dengan golongan beta bloker, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin receptor blocker (ARB), calcium channel blocker (CCB), diuretik, antitrombotik, antiplatelet, dan vasodilator.

TERAPI FARMAKOLOGIANTIPLATELET

Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Terapi antiplatelet harus diberikan sedini mungkin pada saat pasien terdiagnosis non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) dengan tujuan mengurangi komplikasi iskemik akut dan terjadinya aterotrombosis ulang.

Antiplatelet terdiri dari asam asetil salisilat, penghambat P2Y12 (clopidogrel), dan penghambat glikoprotein IIb/IIIa. Asam asetil salisilat harus diberikan pada pasien angina tidak stabil sesegera mungkin. Clopidogrel dapat diberikan pada pasien dengan hipersensitif terhadap asam asetil salisilat atau intoleransi gastrointestinal mayor.

Juli

- Okt

ober

2013

KardiovasKular

Gambar 1. Skor Framingham yang menunjukkan hubungan antara risiko dengan jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok, dan tekanan darah

(ESC-CVD Prevention; 2012)

Page 2: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

InHealthGazette

Pemberian proton pump inhibitor (PPI) dalam kombinasi dengan antiplatelet dual disarankan pada pasien dengan riwayat pendarahan gastrointestinal atau ulkus peptik dan pasien dengan faktor risiko lain, seperti infeksi Helicobacter pilory, usia >65 tahun, dan penggunaan antikoagulan atau steroid. Namun pada pemberian antiplatelet, perlu dipertimbangkan adanya interaksi obat yang mengakibatkan penurunan efek antiplatelet.

ANTIHIPERTENSIHipertensi merupakan penyakit vaskular yang berperan terhadap terjadinya CVD. Obat-obatan antihipertensi diperlukan dalam pengobatan pasien dengan CVD. Obat antihipertensi antara lain beta blocker, ARB, CCB, ACE inhibitor, diuretik, dan antihipertensi lain, seperti metildopa.

ANTI-ANGINAAngina pektoris merupakan salah satu gejala klinis CVD yang ditandai dengan timbulnya nyeri pada dada yang dapat berlangsung hanya sesaat atau terus-menerus. Berdasarkan waktu dan lama timbulnya serangan nyeri, angina pektoris dibedakan menjadi tiga, yaitu angina stabil, angina tidak stabil, dan angina Prinzmetal.

Pengobatan angina sebagian besar menggunakan obat-obatan golongan beta bloker dengan/tanpa kombinasi dengan obat-obatan golongan CCB. Obat-obatan golongan nitrat, seperti gliseril trinitrat dan ISDN, masih sering digunakan untuk merelaksasi otot polos pembuluh vena (dilatasi) sehingga aliran balik dan beban hulu jantung menjadi berkurang. Obat ini juga merupakan vasodilator koroner yang cukup potensial.

ANTIKOAGULANAntikoagulan diberikan pada pasien NSTEMI untuk menghambat pembentukan dan aktivasi trombin yang berkaitan dengan angka kejadian NSTEMI. Pemilihan antikoagulan perlu mempertimbangkan risiko iskemia serta pendarahan. Antikoagulan dapat diberikan oral (seperti warfarin) dan parenteral (seperti heparin dan fondaparinux).

“Pemberian antiplatelet seperti clopidogrel harus dihentikan 5 hari sebelum dilakukan bedah mayor.”

FIBRINOLITIKFibrinolitik bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen yang selanjutnya akan membentuk plasmin. Dengan adanya fibrinolitik ini, degradasi fibrin dan pemecahan trombus akan terjadi. Obat yang berfungsi sebagai fibrinolitik antara lain alteplase dan streptokinase.

OBAT PENURUN KOLESTEROLDislipidemia adalah suatu kondisi dengan kadar lipid darah tidak dalam batas normal. Pasien dislipidemia memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap CVD karena adanya peningkatan kadar lipid darah meningkatkan pembentukan aterosklerosis. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat penurun kolesterol dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu:(1) Golongan Statin

Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-KoA reduktase secara kompetitif yang berperan dalam sintesis kolesterol terutama di hati. Golongan statin bermanfaat menurunkan

Meningkatkan efek antikoagulan Menurunkan efek antikoagulan

• Asetomenapton • Alkohol • Asam Etakrinik• Alkohol • Allopurino • Etilestrenol• Aminoglutetimid • Amiodaron • Flukozanol• Barbiturat • Aspirin • Glukagon• Bosentan • Sefamandol • Itrakonazol• Karbamazepin • Kloramfenikol • Ketokonazol• Dikloralfenazon • Simetidin • Metronidazol• Etklorvinol • Klofibrat • Mikonazol• Glutetimid • Kloralhidrat • Noretandrolon• Griseofulvin • Kotrimoksazol • NSAID• Nafcilin • Danazol • Oksimetolon• Fitomenadion • Dekstropropoksifen • Kuinidin• Rifampisin • Dekstrotiroksin • Stanozolol• St. John’s Wort • Disulfiram • Sulfinpirazon

• Eritromisin • Tamoksifen• Terlitromisin • Tiroid Agen• Tramadol • Natriklofos

InteraksI Obat antIkOagulan

Juli - Oktober 2013

Page 3: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

(2) Golongan Fibrat

Obat penurun kolesterol golongan fibrat bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, menghambat produksi VLDL di hati dan meningkatkan aktivitas reseptor LDL. Obat golongan ini bermanfaat pada pasien dengan kadar trigliserida tinggi dan HDL rendah. Pemberian kombinasi obat golongan fibrat dan statin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati. Obat golongan fibrat, antara lain yaitu fenofibrat.

(3) Golongan Penangkap Asam Empedu (Bile Acid Sequestrans)

Obat golongan ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di dalam usus dan menghambat resirkulasi enterohepatic asam empedu. Obat ini mampu menurunkan LDL sekitar 15-30% dan meningkatkan HDL sampai 5%. Obat ini dapat mengikat obat lain (seperti warfarin, digoksin, dan levotiroksin) sehingga pemberian obat ini harus dalam selang waktu sekitar 4-6 jam.

(4) Golongan Asam NikotinatAsam nikotinat merupakan vitamin larut air yang bekerja dengan cara menurunkan VLDL di hati sehingga terjadi penurunan LDL dan trigliserida, serta peningkatan HDL. Obat ini diberikan pada pasien

dengan kadar LDL dan trigliserida yang tinggi serta HDL yang rendah. Obat-obatan penurun kolesterol dari golongan statin dapat diberikan dalam jangka waktu lama. Selain memperbaiki kadar kolesterol darah, obat-obatan tersebut juga memiliki efek sebagai stabilisasi plak (kerak) aterosklerosis di dinding pembuluh darah, sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung (sindrom koroner akut/SKA).

SINDROM KORONER AKUTNyeri dada merupakan gejala utama pasien SKA. Diagnosis selanjutnya ditegakkan melalui pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Apabila dijumpai elevasi segmen ST persisten (>20 menit), maka diagnosis mengarah pada infark miokard dengan elevasi segmen ST/ ST elevation myocardial infarction (STEMI). Bila pada gambaran EKG normal atau terdapat abnormalitas bentuk segmen ST, maka perlu dilakukan pengukuran kadar troponin. Bila kadar troponin lebih tinggi dibanding normal maka diagnosis mengarah pada infark miokard tanpa elevasi segmen ST/non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI). Akan tetapi, bila troponin normal, maka diagnosis mengarah pada angina tidak stabil.

InHealthGazette

GAGAL JANTUNG Gagal jantung atau heart failure (HF) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa sesak nafas baik pada saat istirahat maupun beraktivitas, pusing dan lemas, serta mengalami takikardi, takipnea, efusi pleural, edem perifer, dan hepatomegali yang disebabkan oleh abnormalitas struktur dan fungsi jantung pada saat istirahat yang ditandai oleh kardiomegali, murmur kardiak, abnormalitas EKG, dan peningkatan konsentrasi natriuretik peptida.

Obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien gagal jantung, antara lain:

(1) ACE inhibitorACE inhibitor diberikan pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (left ventricular ejection fraction/LVEF) <40%. Pada pemberian obat ini, perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit serum. Efek samping yang sering terjadi adalah penurunan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi, dan batuk (seringkali penggunaannya digantikan dengan ARB).

(2) Beta BlockerBeta blocker diberikan pada semua pasien yang menunjukkan gejala gagal jantung dan LVEF <40%. Kontraindikasi pemberian beta blocker adalah asma dan blok jantung derajat 2 atau 3. Efek samping spesifik penggunaan obat ini adalah terjadinya bradikardia.

(3) Antagonis aldosteronAldosteron dosis rendah ditambahkan pada semua pasien dengan LVEF <35%. Pemberiannya sering dikombinasi dengan ACEI atau ARB (bukan ACEI dan ARB).

(4) ARBARB direkomendasikan untuk diberikan pada semua pasien dengan LVEF <40% dan telah diterapi dengan ACE inhibitor dan beta bloker, serta antagonis aldosteron. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE inhibitor. Selain itu, obat ini juga tidak memiliki efek samping batuk seperti yang disebabkan oleh ACE inhibitor.

kadar LDL namun kurang memberikan manfaat pada penurunan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL.Obat-obatan golongan ini antara lain atorvastatin, simvastatin, dan pravastatin. Golongan statin memiliki interaksi dengan sejumlah obat sehingga penggunaan bersamaan dengan obat lain harus diminimalisasi. Penggunaan obat-obatan golongan ini bersamaan dengan beberapa golongan obat dapat meningkatkan risiko miopati dan rhabdiomiolisis.

(5) Hidralazin dan Isosorbid Dinitrat (H-ISDN) H-ISDN diberikan pada pasien dengan LVEF <40 %, serta pada pasien dengan intoleransi ARB dan ACE inhibitor. Penambahan kombinasi H-ISDN dapat diberikan pada pasien yang telah mendapat ACE inhibitor, beta bloker, dan ARB atau antagonis aldosteron. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala hipotensi, lupus, dan gagal ginjal berat (diperlukan pengurangan dosis).

(6) DigoksinBeberapa obat yang dapat meningkatkan kadar plasma digoksin yaitu amiodaron, diltiazem, verapmil, beberapa antibiotik dan kuinidin.

POINTERSEfek samping dan interaksi obat perlu dipertimbangkan dalam penentuan obat pada pasien CVD.

Pemilihan antiplatelet, antikoagulan, dan obat-obatan yang mempengaruhi proses pembekuan darah perlu mempertimbangkan risiko pendarahan yang dapat timbul pada penggunaan jangka panjang. (RED)

Juli - Oktober 2013

Page 4: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

InHealthGazette

Aspirin dan Clopidrogel (CPG) digunakan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah pada penyakit jantung koroner (termasuk PCI atau CABG), Penyakit serebro vascular, Penyakit arterial perifer. Aspirin dan CPG bekerja mencegah berkelompoknya trombosit untuk membentuk gumpalan (clots) yang menyebabkan sumbatan pembuluh darah. CPG kadang juga digunakan pada fibrilasi atrial dengan irama jantung yang tidak teratur.

Perdarahan saluran cerna kerap terjadi pada pemberian obat-obat kardiovaskular terutama pada obat-obat antitrombotik. Aspirin dosis kecil 75-325 mg/hr dan Clopidogrel merupakan obat yang paling sering digunakan. Aspirin sebagai NASID bekerja sebagai COX-1 inhibitor, sedangkan Clopidogrel dan ticlopidine mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Clopidogrel harus dimetabolisme dahulu oleh ensim CYP450 untuk menghasilkan metabolit aktif. Metabolit aktif ini melalui ikatan ireversibel melalui kelas P2Y12 reseptor ADP pada trombosit kemudian mengaktivasi glycoprotein GPIIb/IIIa kompleks menghambat agregasi trombosit.

PERDARAHAN SALURAN CERNAPerdarahan ulkus peptik adalah kejadian yang sering dan tiba-tiba pada penggunaan antiplatelet. Usia merupakan faktor risiko independen, meningkat setelah usia >65 tahun. Risiko lebih meningkat dengan adanya penyakit komorbit, penggunaan NSAID, infeksi H Pylori, terapi kortikosteroid atau antikoagulan, gejala dyspepsia, ulkus peptikum dan riwayat perdarahan ulkus peptikum, serta konsumsi alkohol. Dosis kecil aspirin secara statistik juga meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna bagian bawah.

PEMBERIAN CLOPIDOGREL (CPG)CPG biasanya diberikan sehari satu kali pada waktu yang sama, dengan atau tanpa makanan. Jika CPG dihentikan akan mempunyai risiko serangan jantung atau stroke. Pada pemasangan stent jantung mempunyai risiko tinggi mengalami bekuan darah pada stent jika CPG dihentikan terlalu dini. Inhibisi dosis dependen agregasi trombosit tampak 2 jam setelah dimakan. Dosis ulangan 75 mg perhari menghambat agregasi trombosit ADP pada hari pertama dan hambatan agregasi stabil pada hari ke 3-7. Agregasi trombosit dan waktu perdarahan menurun perlahan-lahan mencapai nilai dasar setelah obat dihentikan selama 5 hari.

PENCEGAHAN KOMPLIKASI NSAID BERDASARKAN PENENTUAN RISKO

Kejadian komplikasi ulkus akibat obat NSAID tetap tinggi meskipun terdapat obat selektif cyclooxygenase-2 inhibitor serta anti-ulkus yang poten. Komplikasi ulkus akibat NSAID dapat dimimalisir dengan menentukan risiko dasar pada pasien, pemilihan yang tepat obat NSAID serta strategi penggunaan gastroprotektif secara selektif. Rekomendasi secara garis besar berdasarkan penelitian menggunakan endoskopi pada ulkus, erosi pada pasien dengan risiko rata-rata.

Kombinasi aspirin dan CPG signifikan meningkatkan perdarahan daripada penggunaan aspirin < 325 mg/hari atau CPG sendiri. Aspirin bersama Dipyridamol lepas lambat mempunyai angka kejadian perdarahan lebih tinggi daripada clopidogrel namun lebih rendah daripada aspirin tunggal.

Pemberian tiap antiplatelet meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang menggunakan coumarin. Penggunaan CPG atau dipyridamole dan coumarin lebih tidak aman dari penggunaan aspirin dan coumarin.

Penggunaan antibiotik amoxilin ( tunggal atau bersama as. Clavulanat) dan doxycyclin berhubungan dengan perdarahan utama pada penggunaan kombinasi dengan coumarin.

Penanganan berdasarkan katagori risiko: Risiko rendah (tidak terdapat risiko): obat NSAID dengan ulcerigenik terendah dengan dosis efektif yang terkecil. Risiko sedang (1-2 faktor risiko): Penanganan seperti diatas ditambah bahan antisekretori atau misoprostol atau penghambat COX-2. Risiko tinggi (faktor risiko multipel atau pasien dengan penggunaan dosis kecil aspirin besama steroid atau antikoagulan): Penggunaan COX-2 inhibitor tunggal dengan steroid, menambah misoprostol dengan warfarin, atau menambah PPI atau misoprostol dengan aspirin. Risiko sangat tinggi (riwayat komplikasi ulkus): Jika memungkinkan hindari semua NSAID, atau COX-2 ditambah PPI, dan atau misoprostol. Infeksi H Pylori menambah risiko komplikasi sampai 2-4 kali, oleh karena itu pasien yang membutuhkan terapi NSAID harus dilakukan tes terhadap H.pylori.

Pencegahan perdarahan ulkus peptikum tetap merupakan tantangan untuk dokter dalam menentukan strategi yang lebih aman dan murah untuk pasien berisiko rendah sampai tinggi. Banyak formula petunjuk perhimpunan maupun nasional telah dilakukan namun jarang dilaksanakan dalam praktek klinis sehari-hari. PPI atau misoprostol serta eradikasi H Pylori pada pasien naive-NSAID merupakan strategi umum. Dianjurkan terapi penghambat COX-2 pada pasien risiko tinggi, tetapi harus diperhitungkan efek kardiovaskularnya.

Perdarahan saluran cerna akibat obat antitrombotikTjahjadi Robert Tedjasaputra SpPD, KGEH, FINASIM

Juli - Oktober 2013

Page 5: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

InHealthGazette

Penghambat COX-2 selektif pada pasien dengan riwayat perdarahan juga tidak selalu bebas risiko. Dibutuhkan juga terapi bersama PPI.

Eradikasi H. Pylori adalah keharusan pada ulkus peptik. Pada orang tua terapi H.Pylori dapat dilakukan secara bertahap karena efek samping antibiotik terhadap lambung cukup berat. Pada penderita dengan penyakit jantung koroner berat yang menggunakan clopidrogel, penggunaan PPI mengurangi angka kejadian perdarahan gastroduodenal, dan ternyata angka kejadian penyakit jantung koroner tidak meningkat dengan pemberian PPI. Pemberian PPI dianjurkan tidak menggunakan Omeprazol dan Esomeprasol sehubungan hambatan metabolisme CPG.

Pasien yang mendapat antiplatelet untuk pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular yang mengalami perdarahan GIT merupakan tantangan serius pada praktek klinis. Tahap awal untuk mengurangi risiko adalah menentukan apakah pasien memerlukan terapi antiplatelet yang menetap. Tahap berikutnya mengurangi risiko gastrointestinal. Penanganan pada pasien perdarahan ulkus peptikum dengan stigmata risiko tinggi, penggunaan kembali antiplatelet 3-5 hari setelah dosis terakhir merupakan strategi yang masuk akal. Pemberian PPI pada terapi aspirin mengurangi risiko komplikasi gastrointestinal. Pada pasien dengan stigmata risiko rendah dapat tetap melanjutkan antiplatelet segera setelah endoskopi. Pada pasien yang membutuhkan terapi antiplatelet pada ulkus peptikum bukan akibat NSAID, pemberian aspirin ditambah PPI yang kuat adalah pilihan pengobatan.

Pasien yang membutuhkan antiplatelet dalam rangka pencegahan penyakit kardiovaskular perlu dilakukan pemeriksaan dan pengobatan Helicobacter Pylori sebelum mulai pemberian antiplatelet. Pada

pasien risiko tinggi perdarahan saluran cerna bagian atas terapi bersamaan obat gastroprotektif PPI dengan dosis standar H2RA juga secara bermakna dapat mengurangi perdarahan saluran cerna bagian atas pada dosis kecil aspirin, tapi tidak efektif mencegah perdarahan pada penggunaan clopidrogel. Pada studi retrospektif akhir-akhir ini pemberian PPI dengan clopidogrel tidak terbukti meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskular akibat PPI. Pemberian PPI dianjurkan tidak menggunakan Omeprazol dan Esomeprasol sehubungan hambatan metabolisme CPG.

Ringkasan:Pemberian antitrombotik terutama Aspirin dan Clopidogrel untuk pencegahan primer maupun sekunder penyakit kardio-cerebrovaskular dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna terutama bagian atas. Untuk penceggahan komplikasi perdarahan dalam penggunaan obat antitrombotik harus mempertimbangkan risiko seperti usia, penyakit penyerta, penggunaan obat-obat lain, serta klinis riwayat ulkus peptik. Pemeriksaan endoskopi merupakan salah satu cara dalam menentukan adanya risiko tersebut. Penggunaan PPI bersama antitrombotik secara bermakna mengurangi risiko terjadinya perdarahan tersebut.

Daftar Pustaka :Nardulli G, Lanas A. risk of gastrointestinal bleeding with aspirin and platelet antiaggregants .Gastroenterol Hepatol.2009;32(1):36-43.Zullo A, Hassan C, Campo SM, Morini S. Bleeding peptic ulcer in the elderly: risk factors and prevention strategies.Drugs Aging.2007;24(10):815-28.Chan FK, Graham DY.Review article: prevention of non-steroidal anti-inflammatory drug gastrointestinal complications--review and recommendations based on risk assessment.Aliment Pharmacol Ther.2004;19(10):1051-61.Ray WA, Murray KT, Griffin MR, Chung CP, Smalley WE, Hall K et al. Outcomes with concurrent use of clopidogrel and proton-pump

inhibitors: a cohort study.Ann Intern Med.2010 ;152(6):337-45. Usman MH, Notaro LA, Nagarakanti R, Brahin E, Dessain S, Gracely E et al. Combination antiplatelet therapy for secondary stroke prevention: enhanced efficacy or double trouble? Am J Cardiol. 2009; 103(8):1107-12. Schalekamp T, Klungel OH, Souverein PC, de Boer A. Effect of oral antiplatelet agents on major bleeding in users of coumarins. Thromb Haemost. 2008;100(6):1076-83.Penning-van Beest FJ, Koerselman J, Herings RM. Risk of major bleeding during concomitant use of antibiotic drugs and coumarin anticoagulants. J Thromb Haemost. 2008; 6(2): 284-90. Hreinsson JP, Gumundsson S, Kalaitzakis E, Björnsson ES. Lower gastrointestinal bleeding: incidence, etiology, and outcomes in a population-based setting. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2013;25(1):37-43. Chan FK.Anti-platelet therapy and managing ulcer risk. J Gastroenterol Hepatol. 2012; 27(2): 195-9. Hsiao FY, Tsai YW, Huang WF, Wen YW, Chen PF, Chang PY et al. A comparison of aspirin and clopidogrel with or without proton pump inhibitors for the secondary prevention of cardiovascular events in patients at high risk for gastrointestinal bleeding. Clin Ther. 2009; 31(9): 2038-47.Leontiadis GI, Sreedharan A, Dorward S, Barton P, Delaney B, Howden CW, et al. Systematic reviews of the clinical effectiveness and cost-effectiveness of proton pump inhibitors in acute upper gastrointestinal bleeding. Health Technol Assess. 2007; 11(51): iii-iv, 1-164.Mostaghni AA, Hashemi SA, Heydari ST. Comparison of oral and intravenous proton pump inhibitor on patients with high risk bleeding peptic ulcers: a prospective, randomized, controlled clinical trial. Iran Red Crescent Med J. 2011;13(7): 458-63. Hsu PI. New look at antiplatelet agent-related peptic ulcer: an update of prevention and treatment. J Gastroenterol Hepatol. 2012 ; 27(4): 654-61.

Juli - Oktober 2013

Page 6: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web

InHealthGazette

1. OBAT JANTUNG1. Epinefrin (Aderenalin)2. Amiodaron HCl3. Digoksin4. Bisoprolol5. Carvedilol6. Dopamin HCl7. Dobutamin HCl8. Propranolol9. Ramipril10. Asam Asetil Salisilat (Asetosal)

: Epinefrine, Phinev.: Kendarone, Cordarone, Tiaryt : Digoksin, Digoxine, Fargoxin: Beta-One, Concor, Maintate: Vbloc, Carbloxal: Glomin, Indop 200, Udopa, Pro Infark, Cetadop: Inotrop, Dobutel, Inodex, Doburan, Dominic: Propranolo, Farmadral: Ramixal, Vivace, Cardace, Tenapril, Prohytens: Asetosal

2. OBAT ANTIANGINA1. Diltiazem HCl2. Isosorbid Dinitrat3. Gliseril Trinitrat

: Diltiazem, Farmabes: Isosorbid Dinitrat, Isonat, Farsorbid, Vascardin, Isoket, Cedocard, Isorbid: Nitrokaf Retard, Nitrokaf Retard Forte

1. ACE INHIBITOR/ DIRECT RENIN INHIBITOR1. Kaptopril2. Lisinopril 3. Ramipril4. Imidapril5. Perindopril Arginine

: Captopril, Dexacap, Farmoten.: Tensiphar, Noperten, Interpril, Odace. : Ramixal, Vivace, Cardace, Tenapril, Prohytens.: Tanapress: Bioprexum

2. BETA BLOKER1. Propranolol2. Atenolol3. Bisoprolol

: Propranolol, Farmadral: Farnormin, Tensinorm: Bisoprolol, Bispro, Bisovell, Beta-One, Biscor, Concor, Maintate

3. ANTAGONIS KALSIUM1. Nifedipin2. Amlodipin Besylat3. Amlodipin Maleat4. Verapamil5. Diltiazem6. Nikardipin Hidroklorida7. Nimodipine

: Nifedipin, Farmalat, Ramanif, Adalat Oros: Amlodipin, Amlodipin Besylate, Actapin, Lupin, Norvask, Intervask: Amdixal: Verapamil, Vemil. : Herbesser /Herbesser CD, Cordila SR, Farmabes: Perdipine, Tensilo: Nimotop/Nimotop IV, Ceremax IV

4. ANTAGONIS ANGIOTENSIN II1. Valsartan2. Irbesartan 3. Telmisartan4. Candesartan Cilexetil5. Olmesartan

: Valsartan NI: Irbesartan, Irtan, Irbedox, Irvebal, : Micardis: Candesartan TI, Canderin, : Olmetec

5. DIURETIK1. Amilorid HCl2. Furosemid3. Hidroklorotiazid (HCT)4. Manitol5. Spironolakton6. Kombinasi

: Lorinid Mite: Furosemid, Furosix, Glosix, farsix, Edemin, Impugan: Hidroklorotiazid: Mannitol, Infusan M20, Otsu Manitol 20: Spironolacton, Spirola, Carpiaton: Spironolakton 25 mg + Thiabutazide 2,5 mg

6. ANTI HIPERTENSI GOLONGAN LAIN1. Klonidin HCl2. Metildopa 3. Terazosin HCl4. Doxazosin Mesylate5. Beraprost Sodium

: Clonidine, Catapress: Dopamet: Hytrin, Hytroz: Cardura : Dorner

VASOKONSTRIKTOR1. Norepinefrin : Ralvas, Vascon, Levosol

HEMOSTATIK1. Asam Traneksamat

2. Faktor VIII (Konsentrat)3. Fitomenadion (Vitamin K)4. Karbazokrom Na Sulfonat5. Somatostatin

: Asam Traneksamat, Lexatrans, Kalnex, Transamin, Clonex, Nexitra, Haemostop, Tranexid: Koate DVI, Haemoctin, Kogenate FS: Phytomenadione: Adona (AC-17): Somatostatin UCB

ANTIIKOAGULAN,ANTIPLATELET & FIBRINOLITIK (TROMBOLITIK)1. Asam Asetil Salisilat (Asetosal)2. Cilostazol3. Clopidogrel4. Streptokinase5. Alteplase6. Heparin Na7. Warfarin8. Nadroparine Ca9. Enoxaparine10. Fondaparinux11. Rivaroxaban12. Dabigatran Etexilate

: Miniaspi, Cartylo, Aspilets, Gramasal, Astika, Aptor: Cilostazol: Clopidogrel, Placta, Vaclo, CPG, Clopisan, Plavos,Plavix: Streptase: Actilyse: Inviclot: Simarc 2: Fraxiparine: Lovenox: Arixtra: Xarelto: Pradaxa

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

DOI List

Juli - Oktober 2013

*Catatan: Informasi dan ketentuan lihat buku DOI 2013

Page 7: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web
Page 8: FA InHealth Gazette 02 Juli-Okt2013 Web