f2 polio

41
BAB I LATAR BELAKANG Kesehatan lingkungan diperuntukkan untuk semua faktor eksternal baik fisik, kimia, biologis dan semua faktor terkait yang mempengaruhi perilaku. Ini meliputi penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan. Hal ini ditargetkan untuk mencegah penyakit dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan. Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya muncul berbagai jenis penyakit seperti diare, poliomyelitis, demam tifoid, ISPA, TBC dan lain-lain. Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat telah menyebabkan terus meningkatnya angka kejadian penyakit, kecacatan, dan kematian akibat penyakit poliomyelitis dan berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit. 1 | Page

Upload: astri-kania

Post on 23-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

poliomyelitis

TRANSCRIPT

BAB ILATAR BELAKANG

Kesehatan lingkungan diperuntukkan untuk semua faktor eksternal baik fisik, kimia, biologis dan semua faktor terkait yang mempengaruhi perilaku. Ini meliputi penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan. Hal ini ditargetkan untuk mencegah penyakit dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan. Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya muncul berbagai jenis penyakit seperti diare, poliomyelitis, demam tifoid, ISPA, TBC dan lain-lain. Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat telah menyebabkan terus meningkatnya angka kejadian penyakit, kecacatan, dan kematian akibat penyakit poliomyelitis dan berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit.Sejumlah penyakit menular yang berbahaya seperti campak, polio, difteri, dan hepatitis B juga dapat dengan mudah ditularkan melalui tangan yang terinfeksi bakteri dan kuman berbahaya. Tangan yang tidak higienis membawa berbagai bakteri dan kuman penyakit lalu masuk ke dalam tubuh ketika makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Namun ironisnya, walaupun sangat mudah untuk dilakukan, ritual mencuci tangan seringkali diabaikan oleh banyak orang. Kurangnya kesadaran akan pentingnya mencuci tangan bisa jadi merupakan salah satu alasan mengapa masih banyak orang yang tidak menjaga kebersihan tangannya sehingga berpotensi lebih besar untuk tertular penyakit.Poliomyelitis atau yang lebih dikenal dengan polio merupakan penyakit yang sangat menular diakibatkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam. Virus polio yang secara ilmiah dikenal sebagai virus polio liar atau Wild Polio Virus/WPV memasuki tubuh manusia melalui mulut dengan perantaraan makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjangkit polio.Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur yang paling rentan adalah umur 1-15 tahun dari semua kasus polio. Sebanyak 33% kasus polio terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun, dan sekitar 70-80% menyerang anak usia di bawah 3 tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus ini lebih banyak menyerang anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Resiko kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi, terutama bila menyerang individu lebih dari 15 tahun.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN PERMASALAHAN

2.1 PolioPolio atau poliomyelitis adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan mengakibatkan kerusakan pada sel motorik di kornu anterior medulla spinalis, batang otak, dan area motorik korteks serebri.

EpidemiologiSecara klinis, poliomyelitis tipe nonparalitik terjadi pada sekitar 5 % dari semua infeksi , sedangkan poliomyelitis tipe paralitik terjadi di sekitar 1 /1000 infeksi pada bayi dan 1/100 infeksi di kalangan remaja . Di negara-negara maju sebelum vaksinasi dilakukan secara universal, epidemi polio paralitik terjadi terutama pada remaja. Sebaliknya, di negara berkembang dengan sanitasi yang buruk , infeksi awal terjadi pada anak-anak . Pada awal 1960-an, di Amerika Serikat upaya peningkatan sanitasi berpengaruh dalam pemberantasan polio, sekitar dari populasi diimunisasi dengan vaksin Salk, menyebabkan hilangnya virus polio tipe ganas di Amerika Serikat dan Eropa . Sanitasi yang buruk dan padat memudahkan terjadinya transmisi virus polio yang terus menerus di negara-negara miskin tertentu di Afrika dan.

Gambar 2.1 Penyebaran virus polio di Asia dan Afrika

Morfologi Virus PolioKlasifikasi virus polio : Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA) Familia : Picornaviridae Genus : Enterovirus Spesies : PoliovirusVirus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon). Strain 1 merupakan paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), strain 3 lebih jarang demikian pula strain 2 paling jarang dan paling jinak. Virus polio berukuran hanya 27 nanometer, berbentuk icosahedral, tanpa sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg).

Gambar 2.2 Morfologi virus polio

Mekanisme Penyebaran Virus PolioVirus polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus polio ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan virus polio dapat berlangsung melalui:1) Fekal-oral (dari tinja ke mulut) berarti minuman atau makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjangkit polio masuk ke mulut manusia sehat lainnya.2) Oral-oral (dari mulut ke mulut) adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Setelah seseorang terkena infeksi, virus tersebut berkembang biak didalam usus dan akan keluar melalui feses selama beberapa minggu. Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari. Virus polio dapat ditemukan didalam sekret tenggorokan dalam waktu 36 jam dan pada tinja 72 jam setelah terpajan dengan infeksi baik dengan penderita klinis maupun dengan kasus inapparent. Penderita polio sangat menular selama beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah gejala awal.Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya. Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya.Mekanisme replikasi virus polio di dalam tubuh manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Satu virus polio mendekati sebuah sel saraf melalui aliran darah. 2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus.3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untuk melepaskan RNA (materi genetik) ke dalam sel.4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai protein pada sel.5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk membuat lebih banyak RNA dan capsid polio.6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk virus polio baru.7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus polio baru kembali ke aliran darah.Banyak jenis sel manusia memiliki reseptor yang cocok dengan virus polio tak diketahui mengapa virus suka neuron motorik ketimbang sel lain. Dari 200 virus yang bertemu sel, hanya satu yang sukses masuk dan bereplikasi. Sistem kekebalan tubuh melindungi diri dengan memproduksi antibodi yang melawan protein yang ditutupi virus, mencegah virus berinteraksi dengan sel yang lain.

Gambaran KlinisMasa inkubasi yang tidak diketahui dengan pasti diperkirakan 7-14 hari. Gejala klinik bermacam-macam dan digolongkan sebagai berikut:1. Jenis asimptomatikBila tidak ada gejala apa-apa, diduga jenis ini banyak terdapat waktu epidemi2. Jenis abortiveBila hanya di dapat gejala-gejala prodormal, sering kali gejala intestinal seperti anoreksi, mual, konstipasi, nyeri abdomen, disertai nyeri tenggorokan, demam ringan dan sakit kepala.3. Jenis non paralitikBila terdapat tanda-tanda rangsangan meningeal tanpa adanya kelumpuhan. Suhu naik sampai 38-39oC diseratai sakit kepala dan nyeri otot-otot. Kesadaran tetap baik, tetapi mungkin penderita mengantuk dan gelisah. Pada pemeriksaan didapati kekakuan pada kuduk dan punggung disertai tanda kernig, Brudzinky, dan laseque yang positif, reflex tendon biasanya tidak berubah. Bila penderita ditegakkan kepala akan terjatuh ke belakang (head drops). Bila anak berusaha duduk dari sikap tidur maka kedua lututnya ditekuk dengan menunjang kebelakang dan terlihat kekakuan otot spinal (tripod sign).

4. Jenis paralitikGejala seperti jenis non paralitik, kemudian disertai dengan kelumpuhan yang biasa timbul 3 hari setelah stadium preparalitik. Mula-mula otot yang terkena terasa nyeri dan spastic, kemudian paralitik.Sesuai tinggi lesi pada susunan saraf pusat yang terkena,jenis poliomyelitis dapat digolongkan sebagai berikut:1. Bentuk spinalBila mengenai sel motorik kornu anterior medulla spinalis terjadi kelumpuhan otot leher, tubuh, diafragma, thoraks, dan ekstrimitas bawah. Yang paling sering adalah otot besar pada tungkai bawah terutama m. quadrisep femoris. Umumnya penyebaran otot yang lumpuh tidak simetris dan tidak didapati gangguan sensorik, reflek tendin menurun atau menghilang.2. Bentuk bulbarBila mengenai initi motorik di batang otak, timbul gangguan 1 atau lebih saraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yaitu system pernafasan dan sirkulasi.3. Bentuk bulbospinalCampuran bentuk bulbar dan spinal.4. Bentuk ensefalitik atau polio ensefalitikBila mengenai cerebrum, ditandai penurunan kesadaran sampai dengan delirium, tremor, dan kadang-kadang kejang.5. Bentuk cerebralDitandai dengna ataksia dengan atau tanpa kelumpuhan. Kelumpuhan otot akan berkurang sampai beberapa bulan dalam masa konvalensi setelah 6 bulan sampai beberapa tahun. Otot-otot yang lumpuh tidak dapat sembuh lagi. Ketidakseimbangan otot-otot antagonis menyebabkan deformitas.

Gambar 2.3 Anak yang terkena polio

Gambar 2.4 Jenis-jenis poliomyelitis berdasarkan tinggi lesi SSP

Diagnosis WHO merekomendasikan bahwa diagnosis laboratorium polio dapat dikonfirmasi melalui isolasi dan identifikasi virus polio dalam tinja penderita. Dalam kasus dugaan acute flaccid paralysis , 2 spesimen tinja harus dikumpulkan dalam 24-48 jam terpisah , sesegera mungkin setelah diagnosis penyakit polio dicurigai . Konsentrasi virus polio yang tinggi dalam tinja didapatkan dalam 1 minggu setelah timbulnya gejala kelumpuhan. Hal tersebut merupakan waktu yang optimal untuk dilakukannya koleksi spesimen tinja .Virus Polio dapat diisolasi dari 80-90% dari pasien akut , sedangkan hanya sekitar distal, asimetrisTidak Ya Ya Moderate PMN pada hari ke 2-3

Non-polio enterovirusHFMD, meningitis aseptic, AHCs.d polios.d polioTidakYa Ya s.d polio

West Nile virusMeningitis ensefalitiss.d polios.d polioTidak YaYaYa

Virus neurotropik lainnya

Virus rabiesBulan-tahunanAkut, simetris, ascendingYa YaNo+/-

Varicella-zoster virusLesi vesicular eksantematousMasa inkubasi 10-21 hariAkut, simetris, ascendingYa+/-+/-Ya

Guillain Barre Syndrome

Poliradikuloneuropati akutDiawali infeksi, kelemahan otot fasial bilateralJam-10 hariAkut, simetris, ascendingYa Ya+/-Tidak

Neuropati motoris akutParalisis luas, kelemahan otot fasial bilateral dan lidahJam-10 hari1-6 hariTidakYa+/-Tidak

Neuritis akut

Myelitis transversa akutDiakibatkan oleh Mycoplasma pneumonia, Schistosoma, infeksi parasit lainJam s/d berhari-hatiAkut, simetris, hipotonus ekstrimitas bawahYaYaYaYa

Neuropati

Infeksi C. difteriParalisis palatum, pandangan kaburMasa inkubasi 1-8 mingguyaya+/-

Keracunan C. botulinumNyeri abdomen, diplopia, kehilangan akomodasi, midriasisMasa inkubasi 18-36 jamCepat, desending, simetris+/-TidakTidak

Penyakit Neuromuskular

Myasthenia gravisLemah, mudah lelah, diplopia, ptosis, disartriamultifocaltidaktidaktidaktidak

Otot

Polimyositis Neoplasma, penyakit autoimunSubakut, proksimal > distalMinggu-bulantidakyatidak

Viral myositispseudoparalysisJam-haritidaktidaktidak

Gangguan metabolik

Hypokalemic periodic paralysisEkstrimitas proksimal, otot-otot respirasiTiba-tiba, postprandialtidakya+/-tidak

Management dan TreatmentTidak ada pengobatan antivirus khusus untuk polio. Manajemen bertujuan untuk membatasi perkembangan penyakit, pencegahan terjadinya kelainan bentuk tulang, dan persiapan anak dan keluarga untuk pengobatan jangka panjang yang diperlukan dan untuk cacat permanen. Pasien dengan bentuk nonparalytic dan agak lumpuh polio dapat diobati di rumah. Semua suntikan intramuskular dan prosedur bedah merupakan kontraindikasi selama fase akut dari penyakit, terutama dalam 1 minggu sakit, karena ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit.a. Poliomielitis abortifTerapi suportif dengan analgesik, sedatif, diet yang menarik, dan bed rest sampai suhu anak mencapai normal selama beberapa hari biasanya cukup. Hindari exercise berlebih selama 2 minggu, dan lakukan pemeriksaan muskuloskeletal dan neurologis yang cermat dalam 2 bulan untuk mendeteksi adanya keterlibatan minor.b. Poliomyelitis non paralitikPengobatan untuk bentuk nonparalytic mirip dengan tipe abortif; khususnya, bantuan diindikasikan untuk ketidaknyamanan sesak akibat spasme otot leher, batang tubuh, dan ekstremitas. Analgesik lebih efektif ketika dikombinasikan dengan memberikan terapi panas misalnya dengan mandi dengan air hangat selama 15-30 menit setiap 2-4 jam. Pasien juga harus diperiksa 2 bulan setelah pemulihan jelas untuk mendeteksi efek residual kecil yang mungkin menyebabkan masalah postural dalam tahun kemudian.c. Poliomyelitis paralitikKebanyakan pasien dengan bentuk paralitik memerlukan rawat inap dengan istirahat fisik lengkap selama 2-3 minggu pada minggu pertama. Posisi berbaring harus diganti setiap 3-6 jam untuk menghindari terjadinya deformitas . Gerakan aktif dan pasif ditunjukkan secepat rasa sakit telah menghilang. Jika terdapat paralisis otot kandung kemih dapat diinduksi dengan obat bethenecol untuk menginduksi miksi, tetapi jika gagal dapat di lakukan manual kompresi pada kandung kemih. Diet diberikan secara adekuat untuk menunjang kesembuhan pasien. Pemeiksaan neurologis dan ortopedik dilakukan secara hati-hati untuk menurunkan kejadian deformitas.

Komplikasi Poliomyelitis paralitik dapat menimbulkan berbagai komplikasi . Dilatasi lambung akut dapat terjadi tiba-tiba selama tahap akut atau penyembuhan , menyebabkan gangguan pernafasan lebih lanjut. Dapat terjadi melena cukup berat sehingga membutuhkan transfusi, hal ini terjadi akibat erosi usus namun perforasi jarang terjadi.Hipertensi ringan dapat terjadi selama berhari-hari atau berminggu-minggu dan dapat terjadi bersama dengan hiperkalsemia, nefrokalsinosis, dan lesi vaskular akibat mobilisasi yang lama. Edema paru akut terjadi kadang-kadang , terutama pada pasien dengan hipertensi. Hiperkalsemia terjadi karena dekalsifikasi tulang yang dimulai segera setelah imobilisasi dan hasil dalam hiperkalsiuri , yang dapat memicu terjadi nya kalkulus akibat urin yang stasis atau karena infeksi.

PrognosisPada poliomyelitis abortif jarang mengakibatkan kematian dan tanpa gejala sisa. Prognosis polio paralitik ditentukan terutama oleh derajat dan beratnya keterlibatan SSP. Dalam poliomyelitis bulbar yang parah, angka kematian mungkin setinggi 60%, sedangkan pada polio bulbar yang kurang parah tingkat kematian bervariasi dari 5 sampai 10%, dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi lain selain infeksi virus polio.

PencegahanUpaya pencegahan polio dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi sedini mungkin semasa anak-anak.2. Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Imunisasi dilakukan untuk memberikan vaksin polio kepada balita. Vaksin polio yang diberikan ada dua jenis vaksin polio yaitu: Vaksin polio oral (OPV)OPV diberikan ke dalam mulut yang berisi virus polio hidup yang telah dilemahkan. OPV merangsang pembentukan antibodi baik antibodi di dalam darah maupun antibodi lokal pada jonjot (vili) usus. OPV dapat memberikan perlindungan kepada individu sebab jika diberikan berulang kali, vaksin ini merangsang pembentukan antibodi dalam darah yang memblokir penyebaran virus ke sistem saraf pusat dan melindungi seorang anak seumur hidup. Cara memberikannya adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Vaksin polio yang dinonaktifkan/dimatikan (IPV)Vaksin polio ini mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan dengan cara disuntikkan. Baik OPV maupun IPV kedua-duanya merangsang pembentukan kekebalan intestinal. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine yaitu kombinasi DPT dan polio. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi Polio Dasar yang lengkap adalah 4 kali, yaitu saat bayi lahir (Polio-), usia 3 bln (Polio-1), usia 4 bln (Polio-2) dan usia 5 bln (Polio-3). Dengan lengkap 4 kali dimaksudkan bayi dapat menyusun antibodinya dengan maksimal, untuk suatu proteksi 5-10 thn. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan. Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (56 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun) Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan. Melakukan Mopping Up pemberian vaksinasi masal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya. Peningkatan sanitasi lingkungan dan higiena sanitasi perorangan. Karena penyebaran virus polio ini melalui tinja, maka masyarakat dihimbau menjaga kebersihan lebih baik lagi, terutama pada jamban di rumah-rumah mereka serta selalu melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan. Konsumsi makanan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh seperti vitamin C.

2.2 Ilustrasi KasusData Administrasi Pasien a. Nama / Umur: -b. No register: -c. Status Kepegawaian: -d. Status Sosial: -

Data Demografisa. Alamat: -b. Agama: -c. Suku: -d. Pekerjaan: -e. Bahasa Ibu: -f. Jenis Kelamin: -

Data Biologika. Tinggi Badan: -b. Berat Badan: -c. Habitus: -

Data Klinisa. AnamnesisKeluhan utama: demam dan kaki kanan terasa lemahAnamnesis Khusus :Os datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan mual muntah, sakit perut, malaise, nyeri kepala. Os juga merasakan adanya kaku dan kram pada otot leher, punggung, serta kaki sebelah kanan. Menurut ibu os, os tampak terlihat kurus dan tidak nafsu makan sejak os sakit, karena tenggorokannya terasa sakit ketika menelan. Keluhan juga disertai dengan air liur yang berlebih pada bibir pasien dan kesadaran pasien yang semakin menurun, selain itu os terlihat lemas, lesu dan malas bergerak. Menurut ibu os, satu minggu sebelumnya os mengalami diare dan sempat dirawat di rumah sakit. Os lahir dari ibu G1P0A0, dengan kehamilan cukup bulan dan saat persalinan ditolong oleh bidan. Menurut ibu, os selama ini os tidak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap, os hanya mengikuti imunisasi sampai umur 4 bulan. Riwayat penyakit yang sama di keluarga os tidak ada.

b. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisKeadaan Umum: Tampak sakit berat Kesadaran : SomnolenTanda-Tanda Vital : T 90/60 mmHg, N 60x/menit, RR 16x/menitKepala Kuduk kaku: +Wajah: SimetrisMata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Hidung: Sekret hidung (-)Telinga: Sekret telinga (-)Mulut: Tidak ada lesiLeher : KGB tidak teraba membesar.Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris.Paru-paru dan Jantung: dalam batas normal.Abdomen : datar dan lembut, BU + normal, nyeri tekan abdomen +Genitalia : Tidak diperiksaEkstremitas : edema -/-, CRT