f2 - sanling.doc

30
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH Ny. M dengan KAKI DIABETES Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internsip Puskesmas Ungaran OLEH: dr. RATNA ARDIANA NOVIANTI PUSKESMAS UNGARAN

Upload: ratnaardiananovianti

Post on 17-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH Ny. M dengan KAKI DIABETESDiajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internsip

Puskesmas Ungaran

OLEH:

dr. RATNA ARDIANA NOVIANTI

PUSKESMAS UNGARAN

KABUPATEN SEMARANG

2014

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

DOKTER INTERNSIP

Nama

: dr. Ratna Ardiana Novianti

Topik: F.2 Upaya Kesehatan LingkunganJudul

: Rumah Ny. M dengan Kaki DiabetesUngaran, Desember 2014

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Ungaran

Pendamping

dr. Nugraha

dr. Astri Aninda NiagawatiNIP 19651108 200212 1003

NIP 19741005 200701 2017BAB I

PENDAHULUAN1. Latar belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Empat factor menurut Hendrik L. Blum tersebut antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan atau genetic yang berpengaruh satu sama lainnya. Faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup lingkungan yang paling dekat dengan kegiatan manusia adalah rumah, dimana rumah sebagai tempat tinggal dan segala aktifitas manusia. Tantangan untuk pembangunan perumahan ke depan sangatlah berat. Dengan jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu, kebutuhan lahan untuk permukiman pun akan meningkat drastis. Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dari 32,8 juta atau 22,3% dari total penduduk nasional (1980), meningkat menjadi 55,4 juta atau 30,9% (1990), 74 juta atau 37% (1998) dan diperkirakan akan mencapai angka 150 juta atau 60% dari total penduduk nasional (2015) dengan laju pertumbuhan penduduk kota rata-rata 4,49% (1990-1995). Berdaskan,tingginya laju pertumbuhan penduduk ini pada gilirannya menimbulkan kebutuhan akan lahan perumahan yang sangat besar., sementara kemampuan Pemerintah sangat terbatas. Menurut catatan, hanya 15% kebutuhan perumahan yang mampu disediakan oleh pemerintah, sedangkan sisanya sebesar 85% disediakan langsung oleh masyarakat atau swasta. Apabila pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat atau swasta ini tidak dikendalikan pengembangannya, akan menimbulkan masalah besar yang mengancam kawasan konservasi atau kawasan lindung. Melihat keterbatasan Pemerintah tersebut, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan bentuk-bentuk alternatif penyediaan lahan perkotaan, seperti telah diatur dalam PP No.80/1999 tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri,. Adapun penetapan lokasi Kasiba dan Lisiba tersebut harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah-nya. Selain itu, penyelenggara Kasiba dan Lisiba wajib menyusun rencana teknik ruang sebagai rincian dari RT/RW.

Tantangan terbesar dalam penataan ruang serta pembangunan perumahan adalah bagaimana memberdayakan atau menguatkan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan perumahannya sendiri yang sehat, aman, serasi, dan produktif tanpa merusak lingkungan hidup dan merugikan masyarakat luas. Untuk itu, masyarakat perlu diperkenalkan pengertian tentang penataan ruang, diberikan akses dan stimulan, ditumbuhkan rasa peduli dan rasa tanggungjawab, yang pada akhirnya memunculkan bentuk partisipasi atas kehendak masyarakat sendiri sebagai benteng terakhir pengendali pemanfaatan ruang.

Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial. BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI SANITASI PERUMAHAN 1.SanitasiSanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik atau bersih untuk kasehatan. Atau sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkungan.2.Perumahan1) Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempatuntuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).2) Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).3) Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UUD RI No. 4 Tahun 1992).4) Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).5) Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagailingkungan tempat tinggal yang dilengkapi denganprasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik,telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas tamanbermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan,serta fasilitas umum lainnya.6) Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatanpenghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis danteknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi,bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya.7) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.8) Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. (UU RI No. 1 Tahun 2011)Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan.B. KRITERIA RUMAH SEHATDalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu:1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luarMenurut teori fisika, aliran udara akan timbul dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari tempat dingin ke tempat panas. Dengan menghubungkan dua tempat atau ruang yang berbeda tekanan atau suhunya, akan terjadi aliran udara yang disebut ventilasi silang. Dengan sistim ventilasi silang (cross-ventilation), akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukan udara yang bersih dan segar ke dalam ruangan melalui jendela atau lubang-lubang angin di dinding dan mengeluarkan udara kotor melalui jendela/lubang-lubang angin di dinding yang berhadapan.Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residantial Environment dari WHO (1974), antara lain:1. Harus terlindung dari hujan, panas, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi.3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.Di Indonesia, terdapat suatu kriteria untuk rumah sehat sederhana (RSS), yaitu:1. Luas tanah antara 60-90 meter persegi.2. Luas bangunan antara 21-36 meter persegi.3. Memiliki fasilitas kamar tidur, WC dan dapur.4. Berdinding batu bata dan diplester.5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek.6. Memiliki sumur atau air PAM.7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 Watt.8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor.Menurut Winslow dan APHA, perumahan yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.3. Dapat menghindarkan dari kecelakaan.4. Dapat menghindarkan penularan penyakit.Kebutuhan Fisiologis Terdapat beberapa variabel yang harus diperhatikan didalam pemenuhan kebutahan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya;1. Suhu Ruangan Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu sebaiknya berkisar antara 18-20C. Suhu ruangan ini sangat dipengaruhi oleh:1. Suhu udara luar2. Pergerakan udara3. Kelembababan udara4. Suhu benda-benda yang ada disekitarnya2. Penerangan/ pencahayaan Pencahayaan terdiri dari pencahayaan alam dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alam mengandalkan masuknya sinar matahari kedalam ruangan dan ini sangat dianjurkan pada siang hari lebih banyak menggunakannya. Pencahayaan buatan menggunakan lampu listrik maupun lampu minyak atau lampu gas. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan yang baik pada siang maupun malam hari. Intensitas cahaya pada suatu ruangan pada jarak 85 cm di atas lantai maka intensitas penerangan minimal tidak boleh kurang dari 5 foot-candle. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan. Kesilauan terjadi karena sudut penglihatan >10o. kesilauan dapat terjadi karena pantulan sinar datang, kontras antara gelap dan terang, atau sinar langsung ke mata. 3. Ventilasi udaraPertukaran udara yang cukup menyebabakan hawa ruangan tetap segar(cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kerang lebih 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikan rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.Ventilasi udara dalam ruangan harus memenuhi syarat antara lain:1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, selain itu luas ventilasi insidentil (buka dan tutup) minimum 5% luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak tercemar gas/ asap dari pembakaran sampah, pabrik, knalpot kendaraan, asap rokok, debu, dll.3) Aliran udara jangan membuat orang masuk angin, untuk ini jangan menempatkan tempat tidur atau tempat duduk persis pada aliran udara, misalnya di depan jendela atau pintu. 4) Aliran udara mengikuti aturan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan/berseberangan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan terhalang oleh barang-barang besar seperti lemari, dinding sekat dan lain-lain. 5) Kelembaban udara jangan sampai terlalu tinggi (menyebabkan orang berkeringat) dan jangan terlalu rendah (menyebabkan kulit kering, bibir pecah-pecah dan hidung sampai berdarah).4. Jumlah ruangan atau kamar Ruang Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu rumah atau sekitar 5m2 per orang.Kebutuhan Psikologis Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut, antara lain;1. Setiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasannya, tidak terganggu oleh anggota keluarga dalam rumah maupun oleh tetangga, atau oleh orang lewat. 2. Mempunyai ruang untuk berkumpulnya anggota keluarga.3. Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak terlalu ada perbedaan tingkat yang ekstrim dilingkungannya. Misalnya, tingkat ekonomi.4. Mempunyai fasilitas kamar mandi/wc sendiri.5. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya. Orang tua dan anak-anak di bawah 2 tahun boleh 1 kamar. Anak diatas 10 tahun dipisahkan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak umur 17 tahun ke atas diberi kamar sendiri. 6. Jarak antara tempat tidur minimal 90cm untuk terjaminnya keleluasaan bergerak, bernapas, dan untuk memudahkan membersihkan lantai. 7. Ukuran ruang tidur anak yang berumur 5 tahun sebesar 4,5m3 , dan yang umurnya >5 tahun adalah 9m3. Artinya, dalam 1 ruangan anak yang berumur 5tahun ke bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 1,5 1 3 m3, dan di atas 5 tahun menggunakan ruangan 3 1 3 m3 . 8. Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan. 9. Hewan/ternak yang akan mengotori ruangan dan ribut/bising hendaknya dipindahkan dari rumah dan dibuat kandang tersendiri dan mudah dibersihkan.Bahaya Kecelakaan atau KebakaranDitinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut. Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perpektif ini, antara lain;1. Kontruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah runtuh.2. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan disumur, kolam, dan tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.3. Banguna diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.4. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.5. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.Menghindarkan Penularan PenyakitPerumahan yang sehat juga harus mampu menghindarkan dari penyakit.1. Tersedia air bersih untuk minum yang memenuhi syarat kesehatan.2. Tidak memberi kesempatan serangga (nyamuk, lalat) , tikus dan binatang lainnya bersarang di dalam atau disekitar rumah. 3. Pembuangan kotoran dan air limbah memenuhi syarat kesehatan.4. Pembuangan sampah pada tempat yang baik, kuat dan higienis. 5. Luas kamar tidur maksimal 3,5 m2 per orang dan tinggi langit-langit maksimal 2,75 m. ruangan yang terlalu luas akan menyebabkan mudah masuk angin, tidak nyaman secara psikologis (gamang), sedangkan apabila terlalu sempit akan menyebabkan sesak napas dan memudahkan penularan penyakit karena terlalu dekat kontak. 6. Tempat masak dan menyimpan makanan harus bersih dan bebas dari pencemaran atau gangguan serangga (lalat, semut, lipas, dll) dan tikus serta debu. LingkunganKriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain:1. Memiliki sumber air yang bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.2. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.3. Dapat mencegah terjadinya perkembangbiakan vector penyakit, seperti nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.4. Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (mis., kawasan industri) dengan jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau (green belt) dan bebas banjir.BAB III

DESKRIPSI KASUS

Berikut hasil pemeriksaan lingkungan rumah pasien Ny. M dengan ulkus diabetes :NOKOMPONEN RUMAH YANG DINILAIKRITERIANILAIHASIL PENILAIAN

1KOMPONEN RUMAH(Bobot x 31)

a.Langit langitTidak ada0

Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan 1

Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan2

b.DindingBukan tembok (dibuat dari anyaman bambu/lalang) 1

Semi permanen/setengah tembok/bata yang tidak diplester/papan tidak kedap air 2

Permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air 3

c.LantaiTanah 0

Papan/anyaman bambu dekat tanah/plesteran yang retak dan berdebu 1

Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung) 2

d.Jendela kamar tidurTidak ada0

Ada 1

e.Jendela ruang keluargaTidak ada

Ada 1

f.VentilasiTidak ada 0

Ada, luas ventilasi permanen < 10 % luas lantai 1

Ada, luas ventilasi permanen > 10 % luas lantai2

g.Lubang asap dapurTidak ada 0

Ada, luas lubang ventilasi dapur < 10% luas dapur 1

Ada, luas lubang ventilasi dapur > 10% luas dapur 2

h.PencahayaanTidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca 0

Kurang terang, kurang jelas untuk baca dengan normal 1

Terang dan tidak silau, bisa digunakan untuk baca 2

TOTAL PENILAIAN15

2.SARANA SANITASI (Bobot x 25)

a.Sarana air bersihTidak ada 0

Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 21

Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 2

Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan3

Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 4

b.JambanTidak ada 0

Ada,bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam1

Ada,bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam 2

Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3

Ada, leher angsa, septic tank 4

c.Sarana pembuangan air limbahTidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah0

Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air 10m)3

Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah 4

d.Sarana pembuangan sampahtidak ada 0

Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1

Ada, kedap air dan tidak ada tutup 2

Ada, kedap air dan bertutup 3

TOTAL PENILAIAN12

3.PERILAKU PENGHUNI (Bobot x 44)

a.Buka jendela kamar tidurTidak pernah 0

Kadang-kadang 1

Setiap hari 2

b.Buka jendela ruang keluargaTidak pernah 0

Kadang-kadang 1

Setiap hari 2

c.Bersihkan rumah dan halamanTidak pernah 0

Kadang-kadang 1

Setiap hari2

d.Buang tinja bayi & balita ke jambanDibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan 0

Kadang-kadang ke jamban 1

Setiap hari dibuang ke jamban 2

e.Buang sampah pada tempat sampahDibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan 0

Kadang-kadang ke tempat sampah1

Setiap hari dibuang ke tempah sampah 2

TOTAL PENILAIAN9

Komponen Rumah= 15 x 31 =465Sarana Sanitasi= 12 x 25=300Perilaku Penghuni= 9 x 44=396

SKOR TOTAL=1161Kriteria rumah sehat adalah Skor Total 890Dengan demikian, rumah pasien Ny. M dinyatakan sebagai rumah sehat karena memiliki skor 1161

Sedangkan untuk menghitung kepadatan hunian, perlu diketahui :

1. Luas Lantai

Rumah berbentuk Kotak, dengan ukuran 6m x 8m = 48 m22. Jumlah Penghuni Rumah

Rumah dihuni oleh 5 orang anggota keluarga, yang terdiri dari nenek, anak dan menantu dan dua orang cucu.

Jadi, kepadatan huniannya = Luas Lantai = 48

Jumlah Penghuni Rumah 5

= 9,6 m2 / orang (kepadatan hunian memenuhi

standard)

Kepadatan hunian yang direkomendasikan adalah 9 m2/orang.

Berdasarkan hasil penghitungan criteria rumah sehat dan kepadatan penghuni, rumah Ny. M tersebut termasuk dalam kategori rumah sehat. Namun, karena penyakit Ny.M yang berupa kaki diabetes di kanan tersebut, tetap diberikan edukasi kepada Ny.M dan keluarga untuk perilaku yang diharapkan dapat mengurangi resiko infeksi lanjut pada pasien tersebut, yaitu berupa:

Edukasi untuk selalu mengenakan alas kaki setiap saat. Alas kaki yang dapat dipakai yaitu alas kaki yang bersih, halus dan rata pada bagian yang bersentuhan dengan telapak kaki, nyaman dipakai serta sedikit lebih besar dari ukuran seharusnya.

Edukasi untuk selalu membersihkan seluruh bagian rumah setiap hari. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kotoran yang menempel di kaki Ny.M.

Edukasi untuk memotong kuku kaki, namun tidak terlalu pendek.

Edukasi untuk memakai body lotion pada kulit kaki Ny.M agar kulit tidak kering dan menghindari terjadinya ulkus di lokasi lain.

Daftar PustakaChandra Budiman. 2007. Pengantar Lingkungan. Jakarta: EGCMulia Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha IlmuMukono H.J .2006. Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat Edisi Kedua. Airlangga University Press. Surabaya .Slamet Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGMSuyono dan Budiman. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGCWidyastuti Papuli. 2006. Bencana Alam Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Gunawan, Rudy. 2009. Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta: Kanisius Frik H & Mulyani T H. 2006. Seri Eko-Arsitektur 2 Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: KanisiusWibisono, Titut. 81 Tips Mengatasi Kerusakan Rumah. Depok:Wisma HijauUndang-undang RI Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Pemukiman Lampiran