f.1.promkes dora

30
LAPORAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (F.1) Oleh : dr. Eldora Maresaning Nagalana Pendamping : dr. Wahju Kurniawan, M.Kes. PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

Upload: aditya-iqbal-maulana

Post on 01-Jan-2016

80 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan ukm

TRANSCRIPT

Page 1: F.1.Promkes Dora

LAPORAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (F.1)

Oleh :

dr. Eldora Maresaning Nagalana

Pendamping :

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS PLUPUH II

2013

Page 2: F.1.Promkes Dora

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di

samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes,1991).

Fungsi puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan, pusat

pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, dan sebagai pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas bertanggung jawab untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu

upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Adapun upaya-upaya

kesehatan wajib tersebut (Basic Six) adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan

lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi

masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan upaya

pengobatan.

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan

dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yaitu: (1) Kesehatan Sekolah, (2) Kesehatan

Olah Raga, (3) Perawatan Kesehatan Masyarakat, (4) Kesehatan Kerja, (5) Kesehatan Gigi

dan Mulut, (6) Kesehatan Jiwa, (7) Kesehatan Mata, (8) Kesehatan Usia Lanjut dan (9)

Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Puskesmas telah dikembangkan berdasarkan pola dasar yang dimaksudkan dapat

diterapkan di seluruh Indonesia terutama di daerah pedesaan dimana sebagian besar

puskesmas telah dibangun dan masyarakat memanfaatkannya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah

upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan

Page 3: F.1.Promkes Dora

kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Promosi kesehatan oleh puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

pasien, individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat, agar pasien dapat mandiri

dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan

masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah

kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta

didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Tiga sasaran dalam pelaksanaan promosi kesehatan adalah sasaran primer, sasaran

sekunder dan sasaran tersier. Sasaran primer adalah pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Sasaran sekunder adalah para pemuka

masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain)

maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),

organisasi kemasyarakatan dan media massa. Sasaran tersier adalah para pembuat

kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan

bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau

menyediakan sumber daya.

Di Puskesmas Plupuh II salah upaya promosi kesehatan (penyuluhan) ini dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan program kerja puskesmas lainnya, seperti pertemuan kader

yang rutin dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 25. Salah satu materi yang disampaikan

dalam kegiatan penyuluhan kader wilayah kerja Puskesmas Plupuh II adalah menoupouse

yang disajikan dalam bentuk powerpoint.

Menopause merupakan kejadian alami yang harus dilalui oleh

setiap wanita. Secara mudah, menopause merupakan suatu tahap

fisiologis dimana seorang wanita tidak lagi mendapatkan siklus

menstruasi. Pada saat menopause, terjadi penurunan produksi hormon

estrogen sebagai akibat habisnya folikel (sel telur) dalam ovarium

(indung telur). Penurunan hormon estrogen inilah yang memunculkan

berbagai gejala dan tanda menjelang, selama serta pasca menopause

( Atikah Proverawati, 2010 ).

Page 4: F.1.Promkes Dora

Sebagian besar wanita akan merasa cemas bila mendengar kata menopause

terutama bagi mereka yang kurang pengetahuannya. Hal tersebut dikarenakan mereka

tahu bahwa akan ada banyak perubahan dalam tubuh bersama dengan gejala yang kurang

menyenangkan . Gejala tersebut meliputi hot flushes ( rasa panas pada

wajah ), berkeringat di malam hari, kering pada vagina, penurunan daya

ingat, mudah capek, cemas, tangan kesemutan, nyeri tulang dan sendi.

Menopause juga beresiko terhadap sindroma metabolisme meliputi

tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, obesitas sentral,

keabnormalan lemak darah yang berpengaruh pada resiko penyakit

jantung koroner, stroke dan kencing manis ( Atikah Proverawati, 2010 ).

Wacana mengenai menopause kini semakin diminati oleh kalangan medis maupun

masyarakat luas. Hal ini dapat dipahami kerena dengan meningkatnya umur harapan hidup

kaum perempuan maka proporsi kelompok wanita usia lanjut juga mengalami peningkatan

yang bermakna. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita usia

lanjut dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta pada tahun 2013

(Achadiat, 2008).

Oleh karena itu penting dilakukan upaya penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang menopause kepada para kader posyandu di wilayah Puskesmas

Plupuh II. Sehingga dapat menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala

yang menyertainya, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menerapkan gaya

hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah mengalami menopause.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat permasalahan tentang

bagaimana cara meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kader posyandu di

wilayah Puskesmas Plupuh II tentang menopause mengenai pengertian, gejala, serta upaya

untuk mengurangi gejala menopause.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para kader posyandu di wilayah

Puskesmas Plupuh II mengenai menopause yang meliputi tentang pengertian, gejala,

serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala menoupose. Sehingga dapat

Page 5: F.1.Promkes Dora

menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala yang menyertainya, serta

meningkatkan kesadaran para kader posyandu di wilayah Puskesmas Plupuh II akan

pentingnya menerapkan gaya hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah

mengalami menopause.

2. Tujuan Khusus

Untuk memenuhi persyaratan sebagai dokter Internship di Puskesmas Plupuh II

Kabupaten Sragen.

Page 6: F.1.Promkes Dora

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Menstruasi

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel

dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari

janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat

gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu

keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita

dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada

usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan

menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak

mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-

ovarium.

Page 7: F.1.Promkes Dora

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium

(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian,

yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa

proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim

terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot

rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). 

Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian

endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian

terdalamnya disebut sebagai desiduabasalis. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus

menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus

untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin

Gambar 2. Siklus Hormonal

Page 8: F.1.Promkes Dora

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang

perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1

folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel

tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini

menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.

Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang

disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan

balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang

baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel

de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus

rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH

(luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan

progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada

pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar

estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,

perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi.

Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut

dipertahankan. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium

(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium

berada dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah

menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari

desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase

ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi

pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon

progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk

membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Page 9: F.1.Promkes Dora

Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang

berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk

proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular

pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus

menstruasi keseluruhan

2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka

waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam

siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada

pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus

sebelumnya.

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari

korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini

merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH

hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level

estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis

(respon bifasik).

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH

yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah

hormon progesterone.

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan

terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase

transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal.

6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai

fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus

luteum.

Page 10: F.1.Promkes Dora

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah

terjadi ovulasi.

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus

luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Gambar 3. Siklus menstruasi

Page 11: F.1.Promkes Dora

B. Definisi menopause

Menopause berasal dari kata men berarti bulan, pause ( pausis,

pauo ) berarti periode atau tanda berhenti. Jadi menopause adalah

berhentinya secara definitif menstruasi. Adapun klimakterium berasal

dari kata climate yaitu tahun perubahan, pergantian tahun yang

berbahaya. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause,

dan pasca menopause. Pada wanita terjadi antara umur 40 – 65 tahun.

Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita

umur kurang dari 40 tahun. ( Pieter Herri, 2010 )

Menopause dikenal sebagai berhentinya menstruasi, yang

disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium. Menopause alamiah

terjadi pada akhir periode menstruasi dan sekurang – kurangnya selama

12 bulan tidak mengalami menstruasi, dan bukan disebabkan oleh hal

yang patologis. Umumnya seorang wanita akan mengalami menopause

sekitar usia 45 – 50 tahun ( Atikah Proverawati, 2010 ).

C. Patofisiologi menopause

Ketika wanita dalam usia 40 tahun, tidak adanya pembuahan

anovulasi akan menjadi lebih nyata. Dan sebelum anovulasi, siklus

menstruasi memanjang, mulai 2 sampai 8 tahun sebelum menopause.

Bila panjangnya siklus melebihi 42 hari, menopause dapat diramalkan

berikutnya dalam 1 atau 2 tahun. Menopause terjadi ketika jumlah

folikel menurun di bawah suatu ambang rangsang yang kritis, kira – kira

jumlahnya hanya 1000 folikel. Percepatan kehilangan mulai terjadi

ketika seluruh jumlah folikel – folikel mencapai kira – kira 25.000, suatu

jumlah yang dicapai pada wanita normal usia37 – 38 tahun. Kehilangan

ini berkaitan dengan peningkatan FSH ( folicel stimulating hormone )

yang tidak kentara tetapi nyata ( Atikah Proverawati, 2010 ).

Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya

kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini

Page 12: F.1.Promkes Dora

akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus – hipofise terganggu.

Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan

LH ( luteinizing hormone ). Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk

hormonal untuk mendiagnosis sindrom klimakterik ( Atikah Proverawati,

2010 ).

D. Fase-fase menopause

Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal

wanita sebelum mencapai senium. Masa klimakterium meliputi

pramenopause, menopause, dan pasca menopause. Pada wanita terjadi

antara umur 40 – 65 tahun. Pramenopause adalah masa 4 – 5 tahun

sebelum menopause, keluhan klimakterium timbul, hormon estrogen

masih dibentuk (Pieter Herri, 2010).

Menopause adalah berhentinya haid yang terakhir yang terjadi

dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi

merupakan satu titik waktu. Umumnya pada wanita umur 45 – 55 tahun.

Menopause adalah perubahan yang normal terjadi pada kehidupan

seorang wanita. Pada umumnya terjadi pada usia 45 – 55 tahun. Dimana

pada saat ini terjadi penurunan estrogen dan progesteron yang

menimbulkan berbagai gejala ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).

Post menopause adalah masa dimana seorang wanita sudah

mencapai menopause. Pada tahapan ini seorang wanita akan rentan

terhadap osteoporosis dan penyakit jantung ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).

Menopause prematur (menopause dini ) adalah menopause yang terjadi sebelum

usia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit

autoimun atau faktor keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena obat-

obatan atau operasi ( Ilmu Kesehatan, 2012 ).

E. Perubahan pasca menoupouse

1. Perubahan pada organ reproduksi

Page 13: F.1.Promkes Dora

Pada wanita yang menopause akan terjadi perubahan – perubahan

pada organ reproduksi. Perubahan – perubahan tersebut meliputi

perubahan pada :

a. uterus

b. tuba falopii

c. servicks

d. vagina

e. dasar panggul

f. perineum dan anus

g. kelenjar payudara

2. Perubahan diluar organ reproduksi

a. Adipositas (penimbunan lemak)

Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut

bawah dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium

memperlihatkan kenaikan berat badan yang sedikit dan 20 %

kenaikan yang menyolok. Diduga ada hubungan dengan turunnya

estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.

b. Hipertensi

Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah

wanita antara 45 – 70 tahun. Peningkatan tekanan darah pada usia

klimakterium terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan lebih

tinggi sebelumnya.

c. Aterosklerosis

Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol

menyebabkan peningkatan faktor risiko terhadap terjadinya

aterosklerosis. Sklerosis koroner primer dan infark miocard akan

terjadi 1 – 2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.

d. Vinilisasi (pertumbuhan rambut-rambut halus)

Turunnya estrogen dalam darah dan adanya efek androgen

menyebabkan tanda – tanda diferensiasi dari defeminisasi dan

Page 14: F.1.Promkes Dora

maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri dalam

membentuk estron yang bersifat androgen.

e. Osteoporosis

Dengan menurunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast

yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan terhambat dan

fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Ini

menyebabkan terjadinya osteoporosis ( Atikah Proverawati, 2010 ).

3. Perubahan hormonal

Terjadi penurunan produksi hormon estrogen, hormone

progesteron dan hormon seks lainnya. Perubahan endokrin yang

paling nyata ialah peningkatan konsentrasi FSH dalam serum yang

drastis, dan umumnya lebih tinggi daripada waktu puncak

periovulatoar. Kadar LH meningkat sedikit dan tidak selalu diatas

konsentrasi puncak subur. Kadar yang tinggi dari FSH bila perlu

dapat digunakan untuk menaksir apakah menopause sudah terjadi

( Atikah Proverawati, 2010 ).

F. Gejala dan keluhan pada pasca menoupause

Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan – keluhan yang timbul

pada masa pramenopause, menopause dan pascamenopause. Gejala –

gejala tersebut meliputi :

1. Gangguan neuorvegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni)

Gangguan neurovegetatif tersebut meliputi : hot flushes, night

sweat, merasa kedinginan, sakit kepala , berdebar – debar, susah

bernafas dan meteorismus.

2. Gangguan psikis

Gangguan psikis yang sering dialami antara lain : mudah

tersinggung, depresi, lekas lelah, kurang bersemangat, insomnia atau

sulit tidur.

3. Ganguan organik

Page 15: F.1.Promkes Dora

infark miokard, aterosklerosis, osteoporosis, disuria ( nyeri saat

buang air kecil ), dispareunia ( nyeri saat berhubungan intim) ( Pieter

Herri, 2010 ) .

4. Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih

yang biasanya dialami diperburuk pada masa menopause. Hal ini

disebabkan faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga

(Anita, 2013 ).

5. Dryness vaginal (vagina menjadi kering)

Area genital yang kering dan bisa menjadi tanda sebagai

perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area

genital mudah terkena infeksi vagina.

6. Gejala akibat kelainan metabolik

Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan kadar

estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dan

menurunnya kadar kolesterol HDL. Peningkatan kolesterol

merupakan faktor utama dalam penyebab arterosklerosi.

7. Inkontinensia uri

Gejala yang disebabkan karena atropi urogenitalis. Efek

defisiensi estrogen pada uretra dan kandung kemih berhubungan

dengan sindrom uretral berupa frekuensi, urgency dan disuria.

8. Gejala kelainan metabolisme mineral

Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat ketidakseimbangan

absorbsi dan resorbsi mineral terutama kalsium. Bila hal ini

berlangsung lama dapat mengakibatkan osteoporosis ( Atikah

Proverawati, 2010 ).

G. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap gejala dan keluhan

pada Pasca menopause

1. Faktor psikis

Page 16: F.1.Promkes Dora

Perubahan – perubahan psikologis maupun fisik ini erat

berhubungan dengan kadar estrogen. Perubahan psikis ini berbeda –

beda tergantung dari kemampuan si wanita untuk menyesuaikan diri.

2. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengarui faktor fisik, kesehatan,

dan pendidikan. Apabila faktor – faktor tersebut cukup baik akan

mengurangi beban fisiologis maupun psikologis.

3. Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat

mempengaruhi untuk dapat atau tidaknya menyesuaikan diri dengan

fase klimakterium.

4. Faktor lain

Wanita yang belum menikah, wanita karier berpengaruh

terhadap keluhan klimakterium yang ringan. Menarch yang terlambat

juga berpengaruh terhadap keluhan klimakterik ( Atikah Proverawati,

2010 ).

H. Penatalaksanaan pada pasca menopouse

Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause

merupakan peristiwa alamiah dan bukan diakibatkan oleh penyakit

khusus, sehingga tidak perlu perlu pengobatan tetapi hanya

membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan dan dirinya sendiri.

Pada masa ini diharapkan kehidupan dapat berlangsung dalam

kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu mengadakan

persiapan untuk menghadapinya ( Pieter Herri, 2010 ).

Ada beberapa cara pencegahan dan penatalaksanaan terhadap

sindrom klimakterium antara lain :

1. Pengaturan makanan

Kopi, alkohol dan makanan pedas sebaiknya dihindari karena

dapat menyebabkan efek yang mengganggu kesehatan dan

meningkatkan gejala sindrom premenopause. Bagi wanita usia

Page 17: F.1.Promkes Dora

menopause , minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah

resiko osteoporosis.

2. Tehnik relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

sendiri oleh individu untuk mengurangi stress, kekalutan emosi dan

bahkan dapat mereduksi pelbagai gangguan – gangguan fisiologis

tubuh. Melakukan relaksasi sangat menguntungkan terutama bagi

wanita yang mengalami syndrome menopause karena ini dapat

memberikan perasaan tenang dan terhindar dari rasa panik.

Beberapa tehnik relaksasi yang dapat mencegah terjadinya syndrome

menopause, diantaranya : 1). Yoga, 2) meditasi, dan 3) senam Thai

Chi .

3. Olahraga

Olahraga teratur minimal 30 menit dalam sehari. Olahraga dapat

mengurangi berbagai keluhan pada saat sindrom menopause terjadi.

Olahraga yang tertatur meningkatkan harapan hidup dan

memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.

4. Terapi Sulih Hormon ( TSH )

Produksi hormon seks utama wanita akan menurun ketika

memasuki masa premenopause, menopause dan post menopause.

Pemberian terapi sulih hormon dimaksudkan untuk menggantikan

keberadaan estrogen dan progesteron.TSH efektif untuk meringankan

gejala yang menyertai sindrom premenopause, menopause dan

mencegah osteoporosis serta menjaga kestabilan berat badan.

Ada 2 jenis TSH, yaitu estrogen saja dan kombinasi estrogen

dengan progesteron. Strategi pemberian terapi ini dibagi menjadi

jangka pendek dan jangka panjang. Pemberian jangka pendek

dilakukan untuk tujuan symtomatik. Pemberian jangka panjang

bertujuan preventif yakni mencegah osteoporosis dan penyakit

kardiovaskuler. Cara pemberian TSH dapat per oral, parenteral,

ataupun transdermal.

Page 18: F.1.Promkes Dora

Pemberian TSH memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan

TSH antara lain :1). mengurangi gangguan hot flushes serta

gangguan premenopause, 2).mengurangi gejala pada vagina dan

saluaran kencing, 3). melindungi dari osteoporosis, 4). menurunkan

resiko penyakit jantung, 5). kemungkinan memiliki efek perlindungan

tehadap karsinoma kolon, penurunan fungsi kognitif, dan gigi

keropos. Adapun kerugian TSH antara lain : 1). Meningkatkan resiko

karsinoma endometrium dan mamae, 2). Problem pembekuan darah,

3). Perdarahan pervagina, 4). Kenaikan berat badan.

5. Fitoestrogen

Mengingat banyaknya kendala dalam pemakaian TSH, maka

fitoestrogen merupakan alternative lain. Fitoestrogen yang

terkandung dalam tumbuh – tumbuhan memiliki efek estrogenic dan

antiestrogenik, terdiri dari 3 komponen utama yaitu isoflavon, lignin

dan coumestan.

6. Psikofarmakologi

Penggunaan obat psikofarmakologi dalam dosis kecil dapat

mengurangi dampak sindrom menopause. Beberapa obat medis lain

yang dapat digunakan antara lain clonidin, gabapentin, risedronate

dan ibandronate.

7. Medikasi herbal

Medikasi herbal lebih cocok disebut sebagai suplemen

dibandingkan sebagai obat. Konsumen kadang menganggap herbal

lebih aman walaupun banyak diantaranya yang mengandung bahan

aktif yang belum tentu baik untuk kesehatan ( Atikah Proverawati,

2010 ).

Page 19: F.1.Promkes Dora

BAB III

INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI

A. Intervensi

Bentuk Kegiatan : metode intervensi yang dipilih adalah penyuluhan kepada kader

posyandu mengenai penbgertian menoupose, gejala menoupose, cara penanggulangan

gejala menoupose, serta pencegahan komplikasi yang dapat dilakukan oleh kader posyandu

wilayah Puskesmas Plupuh II.

Prioritas masalah : masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran bahwa menopause

merupakan proses alami yang normal terjadi pada wanita.

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para kader posyandu di

wilayah Puskesmas Plupuh II mengenai menopause yang meliputi tentang pengertian,

gejala, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala menoupause. Sehingga

dapat menurunkan kecemasan akan terjadinya menopause dan gejala yang menyertai, serta

meningkatkan kesadaran para kader posyandu di wilayah Puskesmas Plupuh II akan

pentingnya menerapkan gaya hidup sehat agar tercapai kualitas hidup yang baik setelah

mengalami menopause.

Pelaksanaan :

Hari/tanggal : Kamis/25 April 2013

Page 20: F.1.Promkes Dora

Tempat : Puskesmas Plupuh II

Acara : Pertemuan rutin kader posyandu

Intervensi : Memberikan penyuluhan mengenai menopause tentang pengertian,

gejala, upaya untuk mengurangi gejala menopause.

Jumlah Peserta : 46 orang

B. Monitoring

Untuk menilai apakah para kader memahami intervensi yang diberikan maka perlu

adanya monitoring. Selain itu monitoring juga diperlukan untuk mengetahui apakah para

kader telah menerapkan apa yang sudah diberikan dalam kegiatan sehari-harinya.

Monitoring dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan bidan desa setempat untuk selalu

dapat mengingatkan para kader untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat agar terwujud

hidup yang sehat saat memasuki fase menopause.

C. Evaluasi

Para kader sangat antusias mengikuti pertemuan rutin setiap bulannya,dan pada saat

dilakukan penyuluhan para kader dengan cermat memperhatikan materi menopause yang

disampaikan oleh petugas kesehatan. Secara keseluruhan intervensi yang diberikan berjalan

cukup baik. Para kader tidak segan untuk bertanya saat diskusi dilaksanakan baik

pertanyaan tentang apa itu menopause maupun bagaimana mengatasi keluhan-keluhan

yang terjadi pada masa menopause. Saat penyuluh memberikan pertanyaan kembali kepada

para kader seputar materi yang diberikan, banyak kader yang dapat menjawab pertanyaan

secara lancar. Bahkan para kader tidak segan berbagi pengalaman seputar menopause yang

mereka alami sendiri.

Page 21: F.1.Promkes Dora

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Menopause merupakan suatu tahap fisiologis dimana seorang wanita

tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi.

2. Intervensi dari tenaga kesehatan kepada kader Posyandu dapat membantu dalam upaya

meningkatkan pengetahuan tentang menopause.

B. Saran

Intervensi tenaga kesehatan seperti penyuluhan para kader Posyandu sangat perlu

dilakukan erat hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup para wanita yang telah

mengalami menopause di wilayah Puskesmas Plupuh II.

Page 22: F.1.Promkes Dora

DAFTAR PUSTAKA

Anita ( 2013 ). Menopause.http: // Anitanet. Staff.ipb.ac.id diakses tanggal 12 Maret 2013

Atikah Proverawati. ( 2010 ). Menopause dan Sindrome Menopause. Yogyakarta : Nuha Medika

Ilmu Kesehatan .( 2012 ). Semua Tentang Menopause.http: // ww. Google..co. id. Ilmukes.diakses pada tanggal 10 Maret 2013.

Llewellyn-jones Derek: Dasar-dasar Ilmu Kebidanan dan Kandungan. E/6. Jakarta, Hiprokates,

1998.

Hacker, NevilleF./J. George Moore,M.D: Intisari Ilmu Kebidanan dan Kandungan E/2. Jakarta,

Widya Medika, 1998.

Prawiriharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1991.

Page 23: F.1.Promkes Dora