f.1 promosi kesehatan

Upload: bagus-fitriadi-kurnia-putra

Post on 14-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Sosialisasi tentang Penyakit Stroke kepada Lansia Anggota PWRI Kecamatan Gabus

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dokter Internship

Disusun oleh :dr. Bagus Fitriadi Kurnia Putra

Pusat Kesehatan Masyarakat Gabus IKecamatan GabusPati(Periode 01 September 31 Agustus 2014)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................2A. Latar Belakang Permasalahan.........................................................................2B. Tujuan .............................................................................................................3C. Manfaat ...........................................................................................................3BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4A. Definisi Stroke...............................................................................................4B. Faktor Resiko Stroke.......................................................................................4C. Stroke Non-Hemoragik...................................................................................7D. Stroke Hemoragik.........................................................................................10E.Pencegahan Stroke..........................................................................................12BAB III. PELAKSANAAN..................................................................................15A. Pelaksanaan Kegiatan....................................................................................15B. Dokumentasi Kegiatan..................................................................................15BAB IV. MONITORING DAN EVALUASI......................................................16A. Monitoring dan Evaluasi Proses....................................................................16B. Evaluasi Target..............................................................................................16BAB V. PENUTUP...............................................................................................17A. Kesimpulan ...................................................................................................17B. Saran .............................................................................................................17DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang PermasalahanStroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun 2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 203012.Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50-100/100.000 penderita pertahun8. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan stroke, 125.000 orang meninggal dunia dengan CFR 25% dan yang mengalami cacat ringan atau berat dengan proporsi 75% (375.000 orang)16.Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke non-hemoragik/iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Ada banyak faktor resiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, diabetes melitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol. Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional, dimana 20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen. Stroke merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya mempengaruhi penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. Akibat gangguan fungsional ini menyebabkan penderita stroke harus mengeluarkan biaya yang besar untuk perawatan rehabilitasi disamping juga kehilangan produktivitasnya5.Penelitian-penelitian terhadap stroke menekankan pada strategi obat-obat baru, operasi dan intervensi yang bertujuan mengurangi perluasan sekaligus mempengaruhi morbiditas dan mortalitasnya. Secara bersamaan penelitian juga menekankan prevensi stroke melalui modifikasi tingkah laku yang meningkatkan stroke seperti mengatur pola makan yang sehat, menghentikan merokok, menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat, melakukan olahraga yang teratur serta menghindari stress dan beristirahat yang cukup3.

B. Tujuan1. Tujuan UmumMemberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit stroke dan pencegahannya2. Tujuan Khusus a. Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang definisi stroke dan faktor resiko terjadinya penyakit tersebut.b. Memberi informasi kepada masyarakat tentang tanda dan gejala klinis yang khas pada penyakit stroke.c. Memberi informasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit stroke, terutama berkaitan dengan pola hidup sehat.

C. Manfaat1. Manfaat Teoritisa. Penyuluhan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu kedokteran khususnya tentang kesehatan masyarakat.b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat 2. Manfaat Praktisa. Bagi MasyarakatDiharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik penyakit stroke dan pencegahannya.b. Bagi Tenaga KesehatanMemberikan tambahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya di kecamatan Gabus tentang penyakit stroke.

BAB IILANDASAN TEORI

A. Defenisi StrokeStroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian1. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro-Vascular Disease (CVD). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), yang merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas)9.

B. Faktor Resiko StrokeFaktor resiko stroke terdiri dari 2 kategori, yaitu:1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi: UsiaRisiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia 3 tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke, orang yang berusia > 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia < 45 tahun4. Jenis KelaminMenurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki lebih banyak menderita stroke dibandingkan perempuan2. Insiden stroke 1,25 kali lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan9. Ras/bangsaOrang kulit hitam lebih banyak menderita stroke daripada orang kulit putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup2. Pada tahun 2004 di Amerika, penderita stroke laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%. Sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%. HereditasGen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia < 65 tahun.2. Faktor risiko yang dapat dirubah: HipertensiHipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4-6 kali. Makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan perdarahan otak2. Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah tinggi7. Diabetes MelitusDiabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis yang lebih berat sehingga berpengaruh terhadap terjadinya stroke13. Penyakit JantungPenyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah atrial fibrilasi (AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak. Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi jantung juga memperbesar risiko stroke2. AF yang tidak diobati akan meningkatkan risiko stroke 4-7 kali4. Transient Ischemic Attack (TIA)Sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam 5 tahun setelah serangan pertama4. Risiko TIA untuk terkena stroke 35-60% dalam waktu 5 tahun13. ObesitasObesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus3. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke4.

HiperkolesterolemiaKondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko. Tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,3-2,9 kali2. MerokokBerdasarkan penelitian Siregar (2002) di RSUP H.Adam Malik Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 4 kali14. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh, sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal4. AlkoholKonsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes, mempengaruhi berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke2. Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali13. StresHampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain dapat memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 2 kali4. Penyalahgunaan ObatPada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani narkoba, didapatkan bahwa >50% pengguna narkoba dengan suntikan berisiko terkena stroke2.

C. Stroke Non-HemoragikC.1.Klasifikasi Stroke Non Hemoragik15Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):C.1.1. Berdasarkan manifestasi klinik: Transient Ischemic Attack (TIA).Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu > 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation) Gejala neurologik makin lama makin berat. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.C.1.2. Berdasarkan Kausal: Stroke TrombotikStroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil. Pada pembuluh darah besar, trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar LDL. Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis. Stroke Emboli/Non TrombotikStroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas, sehingga terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C.2. Gejala Stroke Non-Hemoragik11Gejala stroke non-hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:C.2.1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna. Buta mendadak (amaurosis fugaks). Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral).C.2.2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol. Gangguan mental. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.C.2.3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).C.2.4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas. Meningkatnya refleks tendon. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh. Gejala-gejala serebelum seperti tremor dan vertigo. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia). Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria). Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi). Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim) Gangguan pendengaran.C.2.5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior Koma Hemiparesis kontra lateral. Ketidakmampuan membaca (aleksia). Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

C.2.6. Gejala akibat gangguan fungsi luhur Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak. Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.

C.3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik6Diagnosis didasarkan atas hasil:C.3.1. Penemuan Klinis AnamnesisTerutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke. Pemeriksaan FisikAdanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.C.3.2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium Pemeriksaan Neuro-RadiologikComputerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan LCS seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA). Pemeriksaan lain-lainPemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin, hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi (EKG).D. Stroke HemoragikD.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik9Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:D.1.1. Perdarahan Intraserebral (PIS)Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.D.1.2. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena (5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.D.1.3. Perdarahan SubduralPerdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

D.2. Gejala Stroke Hemoragik9D.2.1. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi < setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi > 3 jam).D.2.2. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Laseque dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat anti muntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.D.2.3. Gejala Perdarahan SubduralPada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.

D.3. Diagnosis Stroke HemoragikD.3.1. Perdarahan Intraserebral (PIS)Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan CT-Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), EKG, Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral.D.3.2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi atau Digital Substraction Angiography (DSA).D.3.3. Perdarahan SubduralDiagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak antero-posterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan CT-Scan dan EEG. Oleh karena tidak seluruh rumah sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:

Skor Algoritma Gajah Mada:1. Nyeri Kepala2. Penurunan Kesadaran3. Refleks Babinsky (+)

Analisa : Terdapat 3 atau 2 gejala diatas Stroke Hemoragik. Terdapat poin A atau B saja Stroke Hemoragik. Terdapat poin C saja Stroke Non-Hemoragik. Tidak ada ketiganya Stroke Non-Hemoragik

E. Pencegahan StrokeMenurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:E.1. Pencegahan PrimerTujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain: Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya AF, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular lainnya. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.E.2. Pencegahan Sekunder10Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah: Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (AF, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien mempunyai kontra-indikasi terhadap asetosal (aspirin). Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.E.3. Pencegahan Tertier4Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.E.3.1. Rehabilitasi FisikPada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang pertama diberikan adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.E.3.2. Rehabilitasi MentalSebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater.

E.3.3. Rehabilitasi SosialPada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan bantuan sosial.

BAB IIIPELAKSANAAN

A. Pelaksanaan KegiatanHari/tanggal : Rabu, 11 Juni 2014 Waktu : Pukul 10.00 11.00 WIBTempat : PWRI Kec.GabusPeserta : 40 orang lansiaMetode Intervensi :Penyuluhan, pembagian materi, dan diskusi.Pelaksanaan Kegiatan :Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan pertemuan bulanan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kec.Gabus. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan materi dengan judul Mengenal Stroke dan Pencegahannya.Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan informasi kepada para lansia tentang penyakit stroke beserta klasifikasi, faktor resiko, tanda-gejala, dan cara pencegahan terjadinya penyakit stroke.Diharapkan materi yang disampaikan dalam penyuluhan ini dapat dipahami oleh para lansia, dan para lansia dapat menerapkan pola hidup yang lebih sehat untuk mencegah terjadinya penyakit ini.

B. Dokumentasi Kegiatan

BAB IVMONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi ProsesProses penyuluhan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan penyuluhan. Para peserta berusaha memahami materi dan memanfaatkan sesi diskusi dengan baik. Penyuluhan dimulai pukul 10.00 dan diakhiri pukul 11.00 WIB.

B. Evaluasi TargetTarget pemberian pengetahuan kepada para lansia sudah tercapai. Semoga bahan penyuluhan ini dapat dipahami dan para lansia dapat menerapkan gaya hidup sehat guna mencegah terjadinya penyakit stroke. Sebagai hasil penyuluhan ini perlu dilakukan monitoring dari tim pelayan kesehatan, terutama dokter keluarga dalam kegiatan medical check-up.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanStroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian1.Faktor resiko stroke terdiri dari 2 kategori, yaitu:1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu: usia, jenis kelamin, ras/bangsa, dan hereditas.2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, yaitu: hipertensi, diabetes, obesitas, hiperkolesterolemia, merokok, alkohol, stres, dan penyalahgunaan obat.Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:1. Stroke non-hemoragik/iskemik2. Stroke hemoragik.Diagnosis stroke bisa ditegakkan melalui penemuan klinis, pemeriksaan neuro-radiologik (CT-scan atau MRI), pemeriksaan laboratorium darah, atau pemeriksaan lainnya. Jika fasilitas pemeriksaan di rumah sakit kurang lengkap/memadai, bisa digunakan sistem skoring. Salah satu sistem skoring yang sering digunakan adalah Algoritma Gajah Mada.Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:1. Pencegahan primer, yaitu pencegahan stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat.2. Pencegahan sekunder, yaitu ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.3. Pencegahan tersier, yaitu ditujukan bagi mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat.

B. SaranPara lansia dapat memahami materi terkait penyakit stroke dan menyebarluaskan pengetahuannya kepada masyarakat luas, beserta selalu melakukan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta.2. Bambang, et.al., 2003. Pencegahan Stroke dan Jantung pada Usia Muda. Balai Pustaka FKUI, Jakarta3. Caplan LR, 2000. Caplans Stroke: A Clinical Approach. 3rd ed. Butterworth-Heineman, Boston. 4. Feigin, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.5. Goldstein, et.al., 2006. Primary Prevention of Ischemic Stroke.6. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta7. Henderson, 2002. Stroke Panduan Perawatan. Penerbit Arcan, Jakarta.8. Japardi, 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Bagian Bedah FK-USU, Medan. 9. Lumbantobing, 2003. Neurogeriatri. Balai Penerbit FKUI Indonesia, Jakarta.10. Lumbantobing, S.M, 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Balai Penerbit FKUI, Jakarta11. Price & Wilson, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta.12. Regional Statistics, 2008. Basic Health Information on Cardiovascular Diseases. http://www.wpro.who.int 13. Shimberg, 1998. Stroke petunjuk Penting bagi Keluarga. Alih Bahasa Anne Rozana. PT. Pustaka Delapratasa, Jakarta.14. Siregar, 2002. Determinan Kejadian Stroke Pada Penderita Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.15. Sutrisno, 2007. Stroke Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.16. Yastorki, 2003. Stroke Urutan Ketiga Penyakit Mematikan. http://www.yastorki.or.id

18