evidence based medicine anggia

8/12/2019 Evidence Based Medicine ANGGIA

1/7


2/7

SKENARIO

Pasien pria, berusia 41 tahun datang ke dokter dengan keluhan lumpuh pada

separuh wajah. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien didiganosis

mengalami penyakit Bell s Palsy atau kelumpuhan otot wajah. Diketahui pasien

memiliki riwayat diabetes, hiperkolestrol dan hipertensi sebelumnya. Kemudian

dokter menyarankan pasien untuk istirahat total dan memberikan terapi berupa

prednisone serta obat tetes mata menggantikan lakrimasi air mata yang hilang.

Namun pasien merasa cemas wajahnya tidak akan kembali seperti semula karena

merasa penyakit diabetes yang dideritanya dapat memperburuk kesembuhannya.

Pertanyaan (Foreground Question)

Bagaimanakah prognosis kesembuhan pasien bells palsy dengan riwayat p enyakitdiabetes, hiperkolestrol dan hipertensi?

PICO

P : Pria dengan keluhan lumpuh pada separuh wajah

I : Memiliki riwayat Diabetes, hipertensi, dan hiperkolestrol

C : Pasien dengan riwayat DM tanpa hipertensi, tanpa hiperkolestrol

O : Perkiraan prognosis pasien Bells palsy dengan riwayat diabetes, hipertensi

dan hiperkolestrol

Pencarian Bukti Ilmiah

Alamat website : http://web.ebscohost.com

Kata kunci : Bells Palsy AND Prognosis AND Diabetes Mellitus

Limitasi : 3 years (Desember 2010 Desember 2013)

Hasil pencarian : 8

Artikel terpilih : The Role of Diabetes Mellitus in the ClinicalPresentation and Prognosis of Bell Palsy
http://web.ebscohost.com/http://web.ebscohost.com/


3/7

REVIEW JOURNAL

Background: Bell palsy is considered to be an entrapment neuropathy resulting from

inflammation, edema, and strangulation. Diabetes, hypertension, and

hypercholesterolemia have all been related to microangiopathies. However, the

relationship between the frequency, severity, and recovery course of Bell palsy in

patients with these pathologies is a matter of controversy.

Methods: Fifty-six patients with Bell palsy were evaluated according to the House-

Brackmann grading system a few days after the onset of the disease and 6 months

later and correlated to their hypertension, hypercholesterolemia, and diabetes records.

Diabetes was evaluated by the use of serum glycosylated hemoglobin (HbA1c).

Results: The 20 patients with abnormal HbA1c values were more frequently

diagnosed with Bell palsy of grade V/VI ( P _ .008; odds ratio, 4.7; 95% CI, 1.4

15.2). However, their House-Brackmann scores were not found to be worse at the 6-

month follow-up visit ( P _ .9). No correlations were found for hypertension and

hypercholesterolemia.

Conclusions: A relationship between the severity of Bell palsy and abnormal HbA1c

values seems to be demonstrated. However, the prognosis of these patients does not

seem to be worse because at the 6-month follow-up visit they present similar scores

to nondiabetic patients.


4/7

APAKAH HASIL TERSEBUT VALID?

VALIDITITY

1. Apakah ada sampel pasien yang representative dan didefinisikan secara jelas pada

titik yang sama ( similar point ) dalam perjalanan penyakit ( course of the disease ) ?


5/7

2. Apakah follow-up lengkap dan cukup lama ( sufficiently long and complete ) ?

3. Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif dan tidak berbias?

4. Apakah ada penyeseuaian / adjustment terhadap faktor prognositik yang penting?Tidak, karena di dalam jurnal ini tidak ditemukannya subgroup dengan

prognosis yang berbeda.


6/7

IMPORTANCE

5.Bagaimana gambaran outcome menurut waktu?


7/7

6. Seberapa tepat perkiraan prognosis?

APPLICABILITY

7. Apakah pasien dalam penelitian ini serupa dengan pasien kita?

Ya,

8. Apakah simpulan kita terhadap hasil studi bermanfaat apabila disampaikan kepada

pasien dalam tatalaksana secara keseluruhan?

Ya,

Pada studi ini sangat bermafaat bagi pasien sesuai dengan skenario karena

dapat memberikan informasi kepada pasien mengenai riwayat penyakit yang

menyertainya.

evidence based medicine anggia

Documents