evaluasi tingkat kepatuhan pelaporan spt masa pajak .../evaluasi...perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Ayunda Fitri
NIM F3409013
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN
PELAPORAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
KARANGANYAR” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan
guna mencapai derajat Ahli Madya Program D III Perpajakan FE UNS
Surakarta, 18 Juni 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Sutaryo, SE., M.Si., Ak NIP. 197710012010121002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan
Surakarta, 4 Juli 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Ahmad Ridwan, S.E., Ak ( ) NRP. 340700001
Penguji
2. Sutaryo, S.E., M.Si.,Ak ( ) NIP. 197710012010121002
Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Apapun yang bisa dipahami dan diyakini dalam benak akan bisa dicapai
(Penulis)
Apa yang kita lakukan hari ini, sekarang ini, akan mempunyai
sekumpulan efek pada semua hari esok kita (Alexandra Stoddard)
Bagian terbaik dalam hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan
baiknya dan kasihnya yang tak diketahui orang lain (William
Wordsworth)
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati
anda (Heather Pryor)
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan,
dan kekecewaan, tetapi kalau kita sabar, kita akan segera melihat bentuk
aslinya (Joseph Addison)
Penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan ibu tercinta,
2. Keluarga tersayang,
3. Teman-teman, dan
4. Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir dengan judul Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pelaporan
SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Penerimaan Pajak Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penyusunan
laporan tugas akhir ini:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Sutaryo, S.E., M.Si., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan bantuan, memberikan pengarahan dan masukannya yang
berharga kepada penulis selama penyusunan tugas akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
4. Bapak Haryoto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan magang kerja
dan penelitian.
5. Ibu Christina Asri W selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang telah memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis selama melakukan magang kerja dan
penelitian.
6. Karyawan-karyawati Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang
telah memberikan bantuan kepada penulis selama penyusunan laporan tugas
akhir.
7. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, serta keluarga
yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir.
8. Sahabat-sahabat penulis tersayang: Dessy, Devi, Dyah Ayu, Dyah Wahyu,
Elysa, Ery, Fitri, Seza dan seseorang yang berarti dalam hidup penulis terima
kasih atas dukungan, bantuan dan kenangan indah yang tak terlupakan.
9. Teman-teman kos gang rewel: Paskah, Livia, Lita, Mbak Ika, Imel, Dyah,
Devi dan Yasmin terima kasih atas dukungannya.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret angkatan 2009 terima kasih
atas dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
11. Mas Hari Utomo, Mas M. Risqy terima kasih atas dukungan dan bantuannya
selama penyusunan laporan tugas akhir.
12. Teman-teman magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
terima kasih atas dukungannya.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dan kemajuan penyusunan tugas
akhir di masa mendatang. Besar harapan semoga Laporan Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi penulis , pembaca lainnya, dan peneliti selanjutnya.
Surakarta, 18 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................................... 18
C. Perumusan Masalah .......................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 22
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 22
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 23
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 25
1. Dasar Hukum Pajak ....................................................................... 25
2. Pengertian Pajak ............................................................................ 25
3. Fungsi Pajak ................................................................................... 26
4. Syarat Pemungutan Pajak .............................................................. 27
5. Pengelompokkan Pajak .................................................................. 28
6. Tata Cara Pemungutan Pajak ......................................................... 29
7. Yurisdiksi Pemungutan Pajak ........................................................ 30
8. Sistem Pemungutan Pajak .............................................................. 31
9. Kedudukan Hukum Pajak .............................................................. 32
10. Pengertian Wajib Pajak ................................................................ 33
11. Pengertian SPT ............................................................................ 35
12. Pengertian PPh Pasal 21 .............................................................. 38
13. Subjek Pajak PPh Pasal 21 ........................................................... 38
14. Objek Pajak PPh Pasal 21 ............................................................ 39
15. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21 ......................... 40
16. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ............................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
B. Analisis Data dan Pembahasan .......................................................... 42
1. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 Terhadap
Penerimaan Pajak di KPP Pratama Karanganyar ....................... 42
2. Proyeksi Tiga Tahun Kedepan Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar ...................... 56
3. Upaya yang Dilakukan Pihak Fiskus Untuk Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan SPT Masa PPh Pasal
21 Guna Meningoptimalkan Penerimaan Pajak Di KPP Pratama
Karanganyar ................................................................................ 59
III. TEMUAN
A. Kelebihan ........................................................................................... 63
B. Kelemahan ......................................................................................... 63
IV. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 65
B. Rekomendasi ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
I.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Seksi-seksi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar ........................................................................ 4
II.1 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2008 ....................................... 45
II.2 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2009 ....................................... 46
II.3 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2010 ....................................... 48
II.4 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2011 ....................................... 49
II.5 Target dan Realisasi Penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama
Karanganyar Tahun 2008 s.d 2011 ................................................... 53
II.6 Presentase rasio Efektifitas Penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama
Karanagnyar Tahun 2008 s.d 2011 ................................................... 54
II.7 Proyeksi Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh
Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2012 s.d 2014 .......... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Karanganyar .............................. 5
I.2 Wilayah Kerja Seksi Pengawas dan Konsultasi ................................ 13
I.3 Wilayah Kerja Seksi Pengawas dan Konsultasi ............................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan
2. Perijinan-perijinan
3. Memo Penerimaan Laporan Magang
4. Laporan penerimaan Bulanan Per Jenis Pajak Tahun 2008 s.d 2011 KPP
Pratama Karanganyar
5. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2008 s.d 2011 KPP Pratama
Karanganyar.
6. Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 KPP Pratama Karanganyar Tahun 2008 s.d
2011
7. Jumlah Wajib Pajak Efektif PPh Pasal 21 KPP Pratama Karanganyar
8. SPT Masa PPh Pasal 21
9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR
Ayunda Fitri F3409013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Objek penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. Metoda pengumpulan data yang digunakan adalah metoda kepustakaan, metoda observasi, metoda wawancara, dan metoda statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 masih rendah dengan rata-rata sebesar 51,13% serta tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 tepat waktu cukup baik yaitu sebesar 82,89%. Rata-rata tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Penerimaan PPh pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar selama 3 tahun terakhir tidak mencapai target yang telah ditentukan. Penyebab menurunnya tingkat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 dan menurunnya penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar adalah kurangnya pengawasan dari pihak fiskus, kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak di bidang perpajakan. Pegawai pajak melakukan upaya-upaya guna untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT masa PPh Pasal 21 dengan cara sosialisasi dan pendekatan persuasi kepada Wajib Pajak, meningkatkan pelayanan perpajakan, meningkatkan kualitas pegawai di KPP Pratama Karanganyar serta melakukan ekstensifikasi jumlah Wajib Pajak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada KPP Pratama Karanganyar untuk meningkatkan sosialisasi tau penyuluhan kepada Wajib Pajak, meningkatkan sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas, memanfaatkan media dengan seoptimal mungkin. Dengan tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar dapat meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 guna mengoptimalkan penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Karanganyar.
Kata Kunci: Tingkat Kepatuhan, Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21, Efektifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
AN EVALUATION ON COMPLIANCE LEVEL WITH THE ARTICLE 21 OF INCOME TAX TIME ANNUAL NOTIFICATION
REPORTING ON THE TAX REVENUE IN KARANGANYAR PRATAMA TAX SERVICE OFFICE
Ayunda Fitri F3409013
The objective of research is to find out the compliance level with the Article 21 of Income Tax Time Annual Notification reporting Karanganyar Pratama Tax Service Office. The research object was Karanganyar Pratama Tax Service Office. Methods of collecting data used were library study, observation, interview, and statistical ones.
The result of research showed that the compliance level with the Article 21 of Income Tax Time Annual Notification reporting was still low with the mean value of 51.13% and the compliance level with the Article 21 of Income Tax Time Annual Notification reporting belonging to timely category was sufficiently good (fair) of 82.89%. The average of compliance level with the Article 21 of Income Tax Time Annual Notification reporting in Karanganyar Pratama Tax Service Office decreased in the last 3 years. The revenue of article 21 of income tax in Karanganyar Pratama Tax Service Office had not reached the predetermined target in the last 3 years. Factors causing the decreased level of time annual notification report for article 21 of tax income and the decreased revenue of article 21 of income tax in Karanganyar Pratama Tax Service Office included the lack of supervision from the fiscus, taxpayer’s less awareness of undertaking its taxing obligation and taxpayer’s less knowledge in taxing area. The tax officers had taken some attempts to improve the compliance with annual notification reporting of income tax time in article 21 by means of socialization and persuasion approach to the taxpayers, improving taxing service, improving the employee’s quality in Karanganyar Pratama Tax Service Office as well as extending the number of taxpayers.
Based on the result of research, the writer recommended the Karanganyar Pratama Tax Service Office to improve socialization or illumination to the Taxpayers, to improve the human resource, both qualitatively and quantitatively, to use media as optimally as possible. It aimed to make the Karanganyar Pratama Tax Service Office can improve the Taxpayer’s compliance level with Annual Notification Reporting of Income Tax Time according to Article 21 in order to optimize the income tax revenue in Karanganyar Pratama Tax Service Office.
Keywords: Compliance Level, Annual Notification Reporting of Income Tax Time according to Article 21, Effectiveness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar merupakan
pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dikarenakan adanya
reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal DJP sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 maka Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar mulai beroperasi sejak tanggal 30 Oktober 2007.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar terletak di Jalan
Samanhudi Komplek Perkantoran Cangakan Karanganyar dengan luas
tanah seluruhnya 2.000 m2 dan luas bangunan 2.718 m2.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
meliputi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sragen. Kabupaten Karanganyar terdiri atas 17 kecamatan yaitu
Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Jumapolo,
Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu,
Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan
Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo, dan Kecamatan Jenawi.
Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan yaitu Kecamatan
Kalijambe, Kecamatan masaran, Kecamatan Kedawung, Kecamatan
Sambirejo, Kecamatan Gondang, Kecamatan Sambungmacan, Kecamatan
Ngrampal, Kecamatan Karangmalang, Kecamatan Sragen, Kecamatan
Sidoharjo, Kecamatan Tanon, Kecamatan Gemolong, Kecamatan Miri,
Kecamatang Sumberlawang, Kecamatan Mondokan, Kecamtan Sukodono,
Kecamatan Gesi, Kecamatan Tangen, dan Kecamatan Jenar.
2. Tujuan dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar memiliki tujuan
sebagai berikut.
a. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya Wajib
Pajak.
b. Untuk menggali fiskal dan meningkatkan penerimaan pajak.
c. Untuk memberi kepercayaan dan lebih besar kepada Wajib Pajak
dalam rangka pelaksanaa kewajiban perpajakan.
d. Untuk memberikan penilaian pembinaan Wajib Pajak yang dapat
dilakukan dengan berbagai upaya antara lain dengan memberikan
penyuluhan pengetahuan tentang perpajakan baik melalui media
masa maupun penerangan langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
e. Untuk menunjang perkembangan dan percepatan terwujudnya
kepatuhan wajib pajak khusunya di wilayah atau daerah wewenang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
Fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar adalah
sebagai berikut.
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan
dan pengamat potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.
b. Penilitian dan penatausahaan SPT, SPM, serta berkas wajib pajak.
c. Pengawasan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM dan pajak tidak
lansung.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian
restitusi PPh, PPN, PPnBM.
e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
1) Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
2) Pembetulan Surat Ketetapan Pajak.
3) Pengurangan Sanksi Pajak.
4) Penyuluhan dan Pelayanan konsultasi pajak.
5) Pelaksanaan administrasi pajak.
3. Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak
a. Visi
Menjadi Institusi Pelayanan Publik yang Terpercaya dan Terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Misi
Mensukseskan Penerimaan Pajak dengan Menerapkan Pelayanan Prima
yang Dapat Dipercaya Oleh Masyarakat Melalui Sistem Administrasi
Modern.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
berdasarkan fungsinya disajikan dalam tabel dengan rician sebagai berikut.
Tabel I.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Seksi-Seksi KPP Pratama
Karanganyar
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Kantor 1
2 Sub Bagian Umum 7
3 Seksi Pelayanan 11
4 Seksi pengolahan Data dan Informasi 7
5 Seksi Penagihan 5
6 Seksi pemeriksaan 3
7 Seksi Ekstensifikasi 6
8 Seksi Fungsional 12
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9
10 Seksi Pengawasan dan konsultasi II 11
11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10
13 KP2KP 3
Total 85
(Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Karanganyar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar I.1 Stuktur Organisasi KPP Pratama Karanganyar
(Sumber: Sub Bagian umum KPP Pratama Karanganyar)
Kepala Kantor
Haryoto
Sub Bag Umum
PJS H.Dony
KP2KP Sragen
Gatot Santoso
Seksi Pelayanan
Husnul Cotimah
Seksi PDI
Christina Asri W
Seksi Pemeriksaan
Februanto M
Seksi Penagihan
Esti Hartati
Seksi Ekstensifikasi
Atim Bukhori
Seksi Fungsional Seksi Pengawasan
dan Konsultasi I. Arif Gunawan
II. Trisno H
III. H Dony S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Deskripsi Jabatan
a. Kepala Kantor
Kepala Kantor mempunyai tugas mengarahkan, mengkoordinir dan
mengawasi seluruh kegiatan dan pelaksanaan tugas di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar.
b. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengkoordinasikan tugas
pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Karanganyar.
c. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak (penagihan aktif) dan
membuat usulan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
PDI mempunyai tugas memberikan dukungan secara teknis (Technical
Support) di bidang TI (Teknologi dan Informasi) kepada Seksi-Seksi
terkait, pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI,
penatausahaan alat keterangan, pembentukan dan pemanfaatan bank
data, pembuatan laporan penerimaan PBB/BPHTB, penyelesaian bagi
hasil penerimaan PBB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
e. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Permberitahuan (SPT)
serta surat lainnya.
Uraian tugas dari seksi pelayanan adalah sebagai berikut.
1) Mengadministrasikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan
surat-surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
2) Menyelesaikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak yang masuk
ke Seksi Pelayanan.
3) Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi dari
KPP lain
4) Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak
(SKP)
5) Menatausahakan Surat Pemberitahuan baik SPT masa / SPT
Tahunan maupun SPOP PBB.
6) Menerbitkan Surat Teguran sehubungan dengan SPT masa atau SPT
Tahunan atau SPOP yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak
sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
7) Menatausahakan berkas yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak
meliputi; pengarsipan, pemenuhan peminjaman berkas, sampai
dengan pemisahan terhadap berkas Wajib Pajak yang masa pajaknya
telah melampaui 10 tahun (daluwarsa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8) Menerima keputusan keberatan dan banding.
9) Melakukan penyuluhan perpajakan.
f. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penatausahaan di
bidang pemeriksaan pajak.
g. Seksi Fungsional.
Seksi Fungsional mempunyai tugas melakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak (Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak) berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
h. Seksi Ekstensifikasi.
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan kegiatan ektensifikasi
pajak (sebagai Unit Pelaksana Kegiatan Ektensifikasi) berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak,
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Uraian pekerjaan dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain.
1) Membuat konsep rencana kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2) Menyusun Estimasi Penerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan.
3) Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak.
4) Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib
Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya.
5) Memberikan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan
kepada Wajib Pajak.
6) Memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak.
7) Membuat/memutakhirkan Profil Wajib Pajak.
8) Menentukan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25
berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
khusus untuk Wajib Pajak Badan Umum Milik Negara (BUMN).
9) Membuat uraian penelitian pembebasan/pengurangan pembayaran
angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.
10) Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak
dalam rangka pengawasan dan pemutakhiran data.
11) Membuat Nota Perhitungan dalam rangka penerbitan Surat
Tagihan Pajak (tidak termasuk Surat Tagihan Pajak Bunga
Penagihan) Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 14.
12) Membuat konsep Nota Perhitungan dalam rangka penerbitan
SKPKB/SKPKBT tanpa prosedur pemeriksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
13) Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Ketentuan Umum
Perpajakan.
14) Membuat konsep usulan Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak Fiktif.
15) Membuat konsep Perhitungan Lebih Bayar (PLB).
16) Melaksanakan penelitian dalam rangka penerbitan Bukti
Pemindahbukuan berdasarkan permohonan Wajib Pajak.
17) Membuat konsep Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak (SKPPKP).
18) Membuat konsep Surat keputusan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak (SKPKPP).
19) Membuat konsep Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP).
20) Membuat Konsep Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga
(SKPIB).
21) Membuat konsep Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga
(SPMIB).
22) Membuat konsep usulan Wajib Pajak patuh.
23) Membuat uraian penelitian dalam rangka penerbitan Surat
Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan
dan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai.
24) Membuat konsep Surat Keterangan Fiskal Non-Bursa.
25) Membuat konsep Surat Keterangan Fiskal Bursa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
26) Membuat konsep Surat Keterangan Pembayaran Pajak Sementara
(SKPPS).
27) Melakukan penelitian dalam rangka penerbitan Surat Ijin
Penggunaan Mesin Teraan Meterai, Surat Ijin Pembubuhan tanda
bea materai lunas dengan teknologi pencetakan dan Surat ijin
Pembubuhan tanda bea materai lunas dengan Sistem
Komputerisasi.
28) Memproses pencabutan ijin penggunaan mesin teraan materai,
pembubuhan tanda bea materai lunas dengan teknologi pencetakan
dan pembubuhan tanda bea materai lunas dengan sistem
komputerisasi.
29) Membuka segel mesin teraan dan membuat Berita Acara
pembukaan segel mesin teraan.
30) Melaksanakan pengalihan saldo bea materai dengan mesin teraan,
pengalihan saldo bea materai dengan teknologi pencetakan dan
pengalihan saldo bea materai dengan sistem komputerisasi.
31) Merekonsiliasi data Wajib Pajak (Data Maching).
32) Mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
33) Menyusun konsep uraian pelaksanaan Putusan Banding/Peninjauan
Kembali.
34) Membuat konsep evaluasi hasil putusan banding atau peninjauan
kembali Mahkamah Agung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
35) Membuat konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
dari aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat
yang berkaitan dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
36) Menyusun konsep surat tanggapan atas permasalahan yang
berkaitan dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
37) Membuat konsep laporan berkala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi.
38) Menyelesaiakan Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan.
39) Menyelesaikan Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
40) Menyelesaikan Permohonan Pengurangan Bea Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan Terutang.
41) Menyelesaikan Permohonan Kelebihan Pembayaran Bea
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
42) Menyelesaikan Permohonan kompensasi (pemindahbukuan) Pajak
Bumi dan Bangunan.
43) Menyelesaikan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan.
44) Menyelesaikan Permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan.
45) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.
46) Menjawab konfirmasi potongan/pungutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
47) Menjawab konfirmasi Pajak Pertambahan Nilai.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi dibagi menjadi 3 Seksi Pengawasan
dan Konsultasi yaitu Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan
dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. Setiap Seksi
Pengawasan dan Konsultasi masing-masing membawahi beberapa daerah
atau kecamatan.
Keterangan:
Gambar I.2
Wilayah Kerja KPP Pratama Karanganyar – Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar I.3 Wilayah Kerja KPP Pratama Karanganyar - Kabupaten Sragen
(Sumber: Seksi Pengawasan dan Konsultasi II KPP Pratama Karanganyar)
j. KP2KP Sragen
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 55/PMK.01/2007
Tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, tugas pokok dan fungsi Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan adalah melakukan
penyuluhan perpajakan, melaksanakan pelayanan konsultasi perpajakan,
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Uraian Tugas dari KP2KP adalah sebagai berikut.
1) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja tahunan Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan pelaksanaan tugas
dapat berjalan dengan lancar dan terpadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengurusan surat masuk dan
surat keluar serta mengarahkan sesuai dengan unit organisasi
pengolah atau alamat yang dituju agar surat tersebut dapat
dikendalikan dengan lancar, menindak lanjuti/merespon dengan
cepat dan tepat.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tata usaha kepegawaian agar
pegawai menerima hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4) Mengawasi dan mengkoordinasikan penataan berkas arsip umum
(non Wajib Pajak) serta penyusutan arsip yang tidak mempunyai
nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip di lingkungan
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan agar tidak
terjadi penumpukan atau akumulasi arsip.
5) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengetikan dan reproduksi
surat-surat dinas yang berhubungan dengan kesekretariatan dan
dokumen lainnya guna menunjang kelancaran tugas.
6) Mengawasi dan mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan,
pelaksanaan penyalurannya, serta penginventarisan alat
perlengkapan kantor/alat tulis kantor/ formulir untuk mengetahui
keadaan dan kebutuhannya guna menunjang kelancaran pelaksanaan
tugas.
7) Mengawasi dan mengkoordinasikan rencana dan pelaksanaan
pemeliharaan atau perbaikan alat perlengkapan kantor/gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kantor/rumah dinas serta pemeliharaan kebersihan seluruh ruangan
dan halaman kantor.
8) Mengkoordinasikan penyuluhan di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea
Meterai, PBB melalui tatap muka.
9) Mengkoordinasikan pembuatan buletin perpajakan.
10) Mengkoordinasikan pelayanan konsultasi secara tertulis/ tatap muka/
telepon di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai dan PBB
11) Mengkoordinasikan pelayanan formulir-formulir perpajakan kepada
masyarakat.
12) Mengkoordinasikan pembuatan laporan rencana analisis penyuluhan
semesteran.
13) Mengkoordinasikan Penyuluhan Pajak dengan pemberian penataran
melalui diklat.
14) Mengkoordinasikan Penyuluhan pajak dalam rangka pemberian
informasi kepada pelajar / mahasiswa.
15) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui media masa
elektronik, media cetak, konferensi pers, information desk,
sarasehan/ simulasi.
16) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui penerbitan
brosur/leaflet.
17) Melakukan pengamatan potensi pajak dan pencarian informasi secara
langsung maupun tidak langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
18) Mengkoordinasikan dengan seksi Ektensifikasi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar dalam menyelenggarakan ekstensifikasi
Wajib Pajak berdasarkan data Wajib Pajak yang tidak dikenal.
19) Meningkatkan pengetahuan perpajakan untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
20) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bulanan dan tahunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada saat ini Indonesia sedang mengalami berbagai permasalahan di
berbagai sektor, khususnya sektor perekonomian. Minyak bumi yang harganya
naik, tingkat inflansi, dan naiknya harga barang-barang serta turunya daya
beli masyarakat menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah.
Untuk dapat bertahan dan memperbaiki perekonomian Negara, pemerintah
harus mengupayakan semua potensi penerimaan Negara yang ada. Salah
satunya adalah pajak (Risqi, 2011).
Penerimaan dari sektor perpajakan menjadi sumber utama pendapatan
Negara. Realisasi penerimaan perpajakan dalam APBN-P 2011 mencapai
Rp872,6 triliun atau 99,3% dari target sebesar Rp878,7 triliun. Dibandingkan
dengan tahun 2010, realisasi ini tumbuh 20,6%. Tantangan besar di depan
mata. Di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi
ketidakpastian, UU APBN 2012 menargetkan penerimaan perpajakan
mencapai Rp1.032,6 triliun atau 80% (penerimaan ini terdiri atas penerimaan
pajak dan penerimaan kepabeanan dan cukai) (www.sekjen.depkeu.go.id
Februari 2012).
Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan
pembangunan nasional, penerimaan Negara dari sektor pajak semakin menjadi
andalan pemerintah. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan target penerimaan
pajak Direktorat Jendral Pajak (DJP) setiap tahunnya. Untuk merealisasikan
target tersebut, DJP secara aktif terus mencari dan menggali potensi-potensi
perpajakan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System.
Sitem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebenar-
benarnya kepada masyarakat guna untuk meningkatkan kesadaran dan peran
serta masyarakat dalam melaporkan pajaknya. Dengan sitem ini masyarakat
harus benar-benar mengetahui tentang cara perhitungan dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan perpajakan. Sistem ini menuntut keikutsertaan aktif
wajib pajak dan membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Kepatuhan
wajib pajak dibutuhkan untuk tujuan agar penerimaan pajak optimal
(Muljono, 2010).
Salah satu sumber penerimaan pajak yang sangat berpengaruh adalah
pajak penghasilan. Pajak penghasilan pasal 21 merupakan salah satu sumber
penerimaan pajak yang mempunyai kontribusi besar dalam hal itu. Indonesia
merupakan Negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia. Dari jumlah tersebut, mayoritas penduduk terutama di kota-kota besar
bekerja kepada pihak lain baik sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun
sebagai karyawan yang mendapat pemotongan PPh Pasal 21. Oleh sebab itu,
potensi pajak dari pemotongan PPh Pasal 21 menyumbang jumlah yang
signifikan sehingga diperlukan perhatian serius mengingat pentingnya
penerimaan pajak bagi APBN. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat dari
kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan menyetor, dan
melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT). Melalui SPT dapat diketahui
jumlah pendapatan Negara dari sektor pajak, sekaligus juga mengetahui
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Salah satu indikator tingkat kepatuhan kewajiban perpajakan PPh pasal
21 adalah pelaporan SPT PPh pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak. Kepatuhan
Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib pajak dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetor, dan kepatuhan dalam
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT). Kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar cukup rendah. Kepatuhan dalam
pelaporan SPT masa PPh pasal 21 yang telah dilakukan pemotongan dapat
diketahui dengan melihat banyaknya SPT yang dilaporkan tiap masanya.
Tingkat kepatuhan dapat dilihat dari tingkat kepatuhan tepat waktu lapor dan
tingkat kepatuhan lapor SPT dengan jumlah Wajib Pajak Efektif.
Berdasar parameter yang telah ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar tingkat kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa
PPh Pasal 21 kategori cukup baik, akan tetapi dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2008 kepatuhan ketepatan waktu pelaporan sebesar
83,28%, pada tahun 2009 naik menjadi 83,64%, akan tetapi pada tahun 2010
turun menjadi 83,32% dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi
81,32%. Untuk tingkat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar kategori rendah. Pada tahun 2008
kepatuhan pelaporan sebesar 51,31%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan
menjadi 53,33%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 51,26% dan
pada tahun 2011 turun menjadi 47,16%.
Penulis menggunakan referensi tugas akhir sebelumnya yang
mempunyai kesamaan tema yaitu tentang kepatuhan Pelaporan SPT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Muhammad Risqy (2011), dengan judul tinjauan atas pengawasan pelaporan
SPT Masa PPN dan pengaruhnya terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama
Karanganyar dan Ahmad Baihaqi (2010), dengan judul evaluasi tingkat
kepatuhan pelaporan SPT tahunan WP OP tahun 2008. Berdasarkan adanya
kesamaan tema maka penulis tertarik untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21.
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka penulis
menyusun Tugas Akhir yang berjudul “EVALUASI TINGKAT
KEPATUHAN PELAPORAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana tingkat kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Pasal 21 terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar?
2. Bagaimana proyeksi 3 tahun kedepan tingkat kepatuhan pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan pihak fiskus untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
untuk mengoptimalkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT Masa
PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam 3 (tiga) tahun
kedepan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
dalam pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karangayar
Memberikan terobosan yang berguna dalam meningkatkan kinerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar terutama dalam
peningkatan kepatuhan pelaporan PPh pasal 21 dari penelitian yang
dilakukan penulis.
2. Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam
penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama yaitu Tingkat Kepatuhan
Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam Tugas Akhir ini penulis mengumpulkan data dan sumber
pendukung dengan metoda adalah sebagai berikut.
1. Metoda kepustakaan
Metoda kepustakaan adalah suatu metoda yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber kepustakaan yang
relevan dengan pokok bahasan khususnya berkaitan dengan bidang
perpajakan mengenai penyampaian dan pelaporan PPh pasal 21, baik
buku-buku perpajakan, situs-situs internet maupun peraturan perundang-
undangan.
2. Metoda Observasi
Metoda observasi adalah suatu metoda yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data di lapangan dengan cara melihat atau mengamati
secara langsung peristiwa, keadaan serta proses yang berkaitan dengan
objek yang diteliti dan mengumpulkan data yang diperlukan.
3. Metoda Wawancara
Metoda wawancara adalah suatu metoda mengumpulkan data dengan
cara mengadakan tanya jawab dan dialog dengan pihak-pihak yang
terkait dan memiliki pengetahuan dan kompetensi di bidang yang
merupakan objek tinjauan penulis.
4. Metoda Statistik
Metoda statistik adalah suatu metoda pengumpulan data dengan mencari
dan mengolah angka-angka yang berhubungan dengan pokok bahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang hasilnya digunakan sebagai pendukung fakta dan simpulan Tugas
Akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Dasar Hukum Pajak
Dasar hukum pajak yang berkaitan dengan Pajak Penghasilan adalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang ini telah mengalami perubahan. Perubahan yang terakhir
yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat
atas UU No. 7 Tahun 1983 tantang pajak penghasilan.
2. Pengertian Pajak
a. Pajak (Prof. Dr. P.J.A Adriani dalam Muljono, 2010) ialah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan) dengan tidak dapat
prestasi kembali, yang langsung ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas pemerintah.
b. Pajak (Prof. Dr. Sumitro, S.H dalam Waluyo, 2011) ialah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan ialah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak (Muljono, 2010:3) adalah
sebagai berikut.
1) Iuran atau kontribusi.
2) Dari rakyat atau dari Wajib Pajak kepada negara.
3) Terutang atau dibayar Orang Pribadi atau badan.
4) Memaksa atau wajib berdasarkan Undang-undang.
5) Tidak mendapat imbalan langsung atau mendapat imbalan tidak
langsung.
6) Untuk keperluan negara atau kemakmuran rakyat.
3. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pendapatan baik rutin maupun pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Fungsi Regulerend (pengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Pemungutan harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-
undang dan pelaksanaan harus adil. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil
dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib
Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyataka keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
c. Tidak menggangu perekonomian (Syarat Ekonomi)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajka harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
5. Pengelompokan Pajak
a. Menurut golongannya
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain.
Contohnya: Pajak Penghasilan, PBB.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai.
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya (orangnya) yaitu memperhatikan keadaan Wajib
Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
c. Menurut lembaga pemungutnya
1) Pajak Pusat/Pajak Negara, yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: Pajak Propinsi seperti Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sedangkan Pajak
Kabupaten/Kota seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan dll.
6. Tata Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Artinya pada awal tahun menggunakan anggapan tetapi
setelah akhir tahun dihitung kembali sesuai yang sebenarnya. Jika
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih
kecil kelebihannya dapat dikembalikan.
7. Yurisdiksi Pemungutan Pajak
Yurisdiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan
pajak yang didasarkan pada tempat tinggal seseorang atau berdasarkan
kebangsaan atau berdasarkan sumber dimana penghasilan diperoleh.
Yurisdiksi yang dimaksud adalah batas kewenangan yang dapat dilakukan
oleh suatu negara dalam memungut pajak terhadap warga negaranya, agar
pemungutanyya tidak menjadi berulang-ulang yang bisa memberatkan
orang yang dikenakan pajak.
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib
Pajak dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
8. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungitan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System (Resmi, 2009) adalah sebagai
berikut:
1) wewenang menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus,
2) wajib Pajak bersifat pasif,
3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Ciri-ciri Self Assessment System adalah sebagai berikut:
1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak itu sendiri,
2) wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang,
3) fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Sistem ini memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
9. Kedudukan Hukum Pajak
Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH., (Mardiasmo, 2009)
Hukum pajak mempunyai kedudukan di antara hukum-hukum sebagai
berikut.
a. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya.
b. Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum publik dapat dirinci sebagai berikut:
1) hukum Tata Negara,
2) hukum Tata Usaha (Hukum Administratif),
3) hukum Pajak,
4) hukum Pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik. Dalam mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex Specialis
derogate Lex Generalis, yang artinya peraturan khusus lebih diutamakan daripada
peraturan umum atau jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam
peraturan khusus, maka akan berlaku ketetntuan yang diatur dalam peraturan
umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah hukum pajka, sedangkan peraturan
umum adalah hukum public atau hukum lain yang sudah ada sebelumnya. Hukum
pajak menganut paham imperatif, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda.
Sedangkan hukum pidana menganut paham opurtunitas, yakni pelaksanaannya
dapat ditunda setelah ada keputusan.
10. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kewajiban Wajib Pajak menurut undang-undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah
sebagai berikut.
a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
dan diberikan kepadanya Nomor Pokok Wajib Pajak terutama yang
berpenghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk pengukuhan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas.
d. Membayar atau menyetor pajak terutang dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak ke kas negara.
e. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
badan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Hak-hak Wajib Pajak adalah sebagai berikut.
a. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan
Masa.
b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu.
c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan.
d. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan.
e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
f. Mengajukan keberatan dan banding kepada Direktorat Jendral Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
g. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa untuk menjalankan hal
dan memenuhi kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
h. Memperoleh pengurangan atau sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
11. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak,
dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
a. Fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai berikut.
1) Bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang.
2) Bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang sebenarnya terutang.
3) Bagi pemotongan atau pemungut pajak adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) antara lain.
1) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
2) Surat pemberitahuan Masa, yaitu SPT untuk suatu masa pajak
terdiri atas.
a) SPT Masa Pajak Penghasilan.
b) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
Dari jenis SPT baik SPT Tahunan maupun SPT masa berbentuk:
1. formulir kertas (hardcopy).
2. e-SPT yaitu data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang
dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang
disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak.
c. Tempat Pengambilan Surat Pemberitahuan antara lain sebagai berikut:
1) kantor Pelayanan Pajak,
2) kantor Penyuluhan Pajak,
3) kantor Wilayah Dirjen Pajak,
4) kantor Pusat Dirjen Pajak,
5) melalui sistem komputer dengan alamat situs internet atau
homepage Dirjen Pajak, yaitu www.pajak.go.id.
d. Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dilakukan dengan cara:
1) secara langsung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) melalui pos dengan bukti pengiriman surat,
3) melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir,
4) e-Filling melalui ASP (Aplication Service Provider).
e. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (Suandy, 2009).
1) Batas waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa.
a) PPh pasal 21, 20 hari setelah masa pajak berakhir
b) PPh pasal 22-impor, PPh pasal 22, 14 hari setelah akhir masa
pajak
c) PPh pasal 22 oleh DJBC, secara mingguan 7 (tujuh) hari
setelah akhir batas waktu penyetoran pajak
d) PPh pasal 22 dan PPh pasal 22 badan tertentu, PPh pasal 23,
pasal 25, pasal 26, paling lama 20 hari setelah akhir masa
pajak.
e) PPN dan PPnBM, paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak.
2) Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan.
a) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas (1770), paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir tahun pajak.
b) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (1770S), paling lama 3
(tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan
dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak lebih
dari Rp 60.000.000,00 setahun (1770SS), paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir tahun pajak.
d) SPT Tahunan PPh Badan (1771), paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir tahun pajak.
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang pribadi dalam
negeri. Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh
pemotong pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana
pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggara kegiatan.
2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut.
a. Pegawai.
b. Penerima uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, temasuk ahli
warisnya.
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
14. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21.
Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai
berikut.
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, dan tunjangan
hari tua.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apa pun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apa
pun.
15. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apa pun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah, sumbagan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf “I”
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
16. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2008) istilah kepatuhan
berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan
pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan
patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib Pajak Patuh adalah
wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (pajakonline.com).
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000,
menjelaskan bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut.
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak
berturut-turut.
c. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah
disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa,
masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian
sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 terhadap
penerimaan pajak di KPP Pratama Karanganyar.
Berdasarkan pasal 24 ayat (2) Peraturan Direktur Jendral Pajak
Nomor PER-57/PJ/2009, pemotong PPh Pasal 21 wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak yang
dilakukan melalui penyampaian Surat pemberitahuan (SPT) Masa PPh
Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong PPh Pasal 21
terdaftar, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan harus dilengkapi lampiran-
lampiran yang meliputi:
a. surat Setoran Pajak (SSP) lembar ketiga,
b. daftar Bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap,
c. lembar Bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi bukan pegawai tetap.
Penulis menggunakan beberapa variabel untuk mengukur tingkat
kepatuhan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 mengukur tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kepatuhan cara dengan membandingkan jumlah SPT Masa yang
dilaporkan tepat waktu setiap bulannya dan membandingkan antara jumlah
SPT yang dilaporkan dengan jumlah pemotong pajak pasal 21 efektif yang
ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
Cara pertama adalah menghitung tingkat kepatuhan ketepatan waktu
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 tiap bulannya. Jumlah SPT yang
dilaporkan setiap bulannya tidak semuanya dilaporkan tepat pada
waktunya, beberapa di antaranya dilaporkan setelah tanggal 20. Untuk
mengukur kepatuhan atas ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal
21, penulis membandingkan jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang
dilaporkan tepat waktu dengan jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang
dilaporkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kepatuhan
waktu pelaporan PPh Pasal 21 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Karanganyar adalah sebagai berikut:
(Sumber: KPP Pratama Karanganyar)
Cara kedua yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah dengan
cara membandingkan antara jumlah SPT yang dilaporkan dengan jumlah
pemotong pajak Pasal 21 efektif yang ada di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar. Wajib pajak efektif PPh Pasal 21 adalah wajib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pajak yang secara aktif masih memiliki kewajiban melaporkan PPh Pasal
21 sesuai yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
Untuk menghitung tingkat kepatuhan pelaporan berdasarkan jumlah
SPT yang dilaporkan, penulis menggunakan perhitungan sebagai berikut:
(Sumber: KPP Pratama Karanganyar)
Menurut Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar parameter
yang telah ditetapkan dan digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
90%-100% = Tinggi
75%-89% = Cukup
<75% = Rendah
Analisis tingkat kepatuhan ketepatan waktu dan kepatuhan pelaporan
SPT Masa PPh Pasal 21 penulis sajikan dalam tabel. Penulis mengukur
tingkat kepatuhan dengan membandingkan jumlah Wajib Pajak efektif
dengan jumlah SPT masuk dan membandingkan SPT Masuk dengan SPT
yang tepat waktu lapor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel II.1 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2008
Masa Pajak
WP Efektif
Jumlah SPT
Masuk
Tepat Lapor
Telat Lapor
Kepatuhan Lapor
Kepatuhan Waktu
Januari 3050 1562 1243 319 51,21% 79,58% Februari 3087 1545 1249 296 50,05% 80,84% Maret 3122 1573 1207 366 50,38% 76,73% April 3160 1594 1246 348 50,44% 78,17% Mei 3188 1660 1398 262 52,07% 84,22% Juni 3229 1664 1332 332 51,53% 80,05% Juli 3262 1646 1418 228 50,46% 86,50%
Agustus 3293 1713 1458 255 52,02% 85,11% September 3317 1743 1499 244 52,55% 86,00% Oktober 3344 1751 1549 202 52,36% 88,46%
November 3379 1765 1511 254 52,23% 85,61% Desember 3409 1877 1661 216 55,06% 88,49% Rata-rata 3236 1674 1397 276 51,70% 83,28%
(Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar -Data diolah)
Secara umum rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan waktu pelaporan
di tahun 2008 dikatakan cukup baik, kepatuhan mencapai 83,28%.
Berdasarkan parameter yang telah ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar jumlah ini masuk dalam kriteria cukup. Tingkat
kepatuhan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 88,49%,
dikarenakan pada bulan tersebut kesadaran WP dalam melaporkan SPT
sudah baik sehingga SPT yang dilaporkan tepat waktu pada bulan
Desember mencapai 1661. Kepatuhan waktu terendah terjadi pada bulan
Maret sebesar 76,73%, hal itu terjadi karena tingkat kesadaran WP rendah
sehingga malas untuk melaporkan SPT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Persentase rata-rata kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Masa
PPh Pasal 21 sebesar 51,70%. Persentase tersebut menunjukkan hanya 51,70%
dari total Wajib Pajak efektif yang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21.
Berdasarkan parameter yang digunakan penulis maka nilai tersebut masuk dalam
kategori rendah. Tingkat kepatuhan paling tinggi terjadi pada bulan Desember
sebesar 55,06%, hal itu dikarenakan pada bulan tersebut tingkat kesadaran WP
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya tinggi serta meningkatnya
pengawasan dari fiskus. Sedangkan tingkat kepatuhan paling rendah terjadi pada
bulan Februari yaitu sebesar 50,05%, hal itu dikarenakan masih ada WP efektif
yang belum sadar dan juga belum paham mengenai pajak sehingga malas untuk
setor pajak dan melaporkan SPT.
Tabel II.2 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2009
Masa Pajak WP Efektif
SPT Masuk
Tepat Lapor
Telat Lapor
Kepatuhan Lapor
Kepatuhan Waktu
Januari 3458 1927 1569 358 55,73% 81,42% Februari 3495 1931 1626 305 55,25% 84,21% Maret 3523 1966 1667 299 55,80% 84,79% April 3549 1964 1701 263 55,34% 86,61% Mei 3584 2001 1689 312 55,83% 84,41% Juni 3617 1993 1560 433 55,10% 78,27% Juli 3662 1931 1602 329 52,73% 82,96%
Agustus 3688 1977 1622 355 53,61% 82,04% September 3705 1997 1747 250 53,90% 87,48% Oktober 3727 2019 1793 226 54,17% 88,81%
November 3756 1940 1559 381 51,65% 80,36% Desember 3778 2047 1686 361 54,18% 82,36% Rata-rata 3628 1974 1651 322 54,44% 83,64%
(Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar-Data diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan tabel di atas rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan
waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun 2009 mencapai
83,64%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya rata-rata tingkat
kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 mengalami
kenaikan. Hal itu dikarenakan meningkatnya jumlah SPT yang dilaporkan
yang sebanding dengan ketepatan waktu Wajib Pajak dalam melaporkan.
Pada tahun 2009 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa Pasal 21 tertinggi
terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 88,81%. Hal itu dikarenakan
meningkatnya jumlah WP yang diikuti dengan tingginya pelaporan SPT,
dan tingginya SPT lapor tepat waktu. Kepatuhan terendah terjadi pada
bulan Juni yaitu sebesar 78,27%,
Rata-rata kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun
2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2008 menjadi
54,44%. Jumlah Wajib Pajak efektif yang mengalami kenaikan sebanding
dengan kenaikan jumlah SPT yang dilaporkan setiap masanya. Rata-rata
SPT yang dilaporkan setiap bulannya menjadi 1.974. Tingkat kepatuhan
tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 55,83%, hal itu dikarenakan
tingkat kesadaran WP efektif untuk memenuhi kewajiban perpajaknnya
sudah baik dan adanya pengawasan yang baik dari pihak fiskus.
Kepatuhan terendah terjadi pada bulan November yaitu sebesar 51,65%
karena pada bulan tersebut SPT yang dilaporkan tidak sebanding dengan
jumlah WP, masih ada WP yang kurang paham mengenai pajak sehingga
WP malas untuk melaporkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel II.3 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di Pratama Karanganyar Tahun 2010
Masa Pajak WP Efektif
SPT Masuk
Tepat Lapor
Telat Lapor
Kepatuhan Lapor
Kepatuhan Waktu
Januari 3840 2091 1661 430 54,45% 79,44% Februari 3904 2093 1659 434 53,61% 79,26% Maret 3952 2108 1815 293 53,34% 86,10% April 3995 2084 1776 308 52,17% 85,22% Mei 4031 2091 1624 467 51,87% 77,67% Juni 4064 2103 1813 290 51,75% 86,21% Juli 4097 2065 1787 278 50,40% 86,54%
Agustus 4139 2047 1650 397 49,46% 80,61% September 4167 2082 1828 254 49,96% 87,80% Oktober 4197 2056 1638 418 48,99% 79,67%
November 4237 2086 1813 273 49,23% 86,91% Desember 4261 2115 1786 329 49,64% 84,44% Rata-rata 4073 2085 1737 347 51,24% 83,32%
(Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar-Data diolah)
Pada tahun 2010, rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan waktu
pelaporan SPT Masa Pajak PPh Pasal 21 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya menjadi 83,32%. Hal itu dikarenakan rata-rata penyampaian
SPT di tahun 2010 berfluktuatif dan SPT telat lapor mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2009. Tingkat kepatuhan tertinggi terjadi pada
bulan September 87,80%, hal itu dikarenakan pengawasan dari pihak
fiskus yang baik sehingga kesadaran WP untuk melaporkan SPT tepat
waktu tinggi. Kepatuhan waktu pelaporan terendah pada bulan Mei yaitu
sebesar 77,67% karena SPT yang tepat lapor pada bulan tersebut sangat
rendah dibandingkan bulan lainnya.
Persentase rata-rata kepatuhan Wajib Pajak melaporkan SPT
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 51,24%, meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
rata-rata SPT yang dilaporkan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
sebesar 2.085. Rata-rata pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 mengalami
penurunan dikarenakan adanya peningkatan jumlah Wajib Pajak efektif
yang signifikan akan tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah SPT
yang dilaporkan tiap bulannya. Kepatuhan tertinggi terjadi pada bulan
Januari yaitu sebesar 54,45% dan terendah pada bulan Oktober yaitu
sebesar 48,99%. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT tinggi disebabkan oleh
WP efektif yang meningkat diikuti dengan meningkatnya jumlah SPT
yang dilaporkan, tingginya pengawasan dari pihak fiskus, dan tingginya
tingkat kesadaran WP. Tingkat kepatuhan pelaporan rendah disebabkan
oleh WP yang belum paham mengenai pajak sehingga membuat WP malas
untuk menyetorkan pajak dan melaporkan SPT.
Tabel II.4 Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan Lapor SPT Masa PPh Pasal 21
di Pratama Karanganyar Tahun 2011
Masa Pajak WP
Efektif SPT
Masuk Tepat Lapor
Telat Lapor
Kepatuhan Lapor
Kepatuhan Waktu
Januari 4287 2115 1457 658 49,34% 68,89% Februari 4327 2115 1587 528 48,88% 75,04% Maret 4367 2170 1727 443 49,69% 79,59% April 4399 2109 1726 383 47,94% 81,84% Mei 4431 2119 1791 328 47,82% 84,52% Juni 4456 2142 1814 328 48,07% 84,69% Juli 4484 2051 1714 337 45,74% 83,57%
Agustus 4511 2086 1768 318 46,24% 84,76% September 4541 2086 1786 300 45,94% 85,62% Oktober 4565 2063 1571 492 45,19% 76,15%
November 4594 2080 1817 263 45,28% 87,36% Desember 4605 2102 1763 339 45,65% 83,87% Rata-rata 4463 2103 1710 393 47,15% 81,32%
(Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar-Data diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Pada tahun 2011, rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan waktu
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Karanganyar mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
sebesar 81,32%. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata tingkat ketepatan
waktu lapor yang mengalami penurunan dan rata-rata tingkat telat lapor
mengalami kenaikan yang signifikan. Tingkat kepatuhan tertinggi terjadi
pada bulan November yaitu sebesar 87,36% dan terendah pada bulan
Januari yaitu sebesar 68,89%. Kepatuhan pelaporan yang tinggi
disebabkan meningkatnya jumlah SPT yang tepat waktu lapor, adanya
pengawasan yang baik oleh fiskus, dan tingginya tingkat kesadaran WP
dalam memenuhi kewajiban di bidang perpajakan. Kepatuhan pelaporan
yang rendah disebabkan oleh kealfaan WP untuk melaporkan SPT, dan
kurangnya pengawasan dari pihak fiskus.
Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun
2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menurun setiap
bulannya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak efektif
mengalami kenaikan yang cukup signifikan, akan tetapi tidak diikuti
dengan jumlah SPT yang dilaporkan. Jumlah pelaporan SPT setiap
bulannya mengalami penurunan. Sehingga tingkat kepatuhan pelaporan
SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar pada tahun 2011
sebesar 47,15% yang jauh menurun dibanding dengan tingkat kepatuhan
pelaporan SPT tahun sebelumnya sebesar 51,24%. Di tahun 2011 tingkat
kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh pasal 21 tertinggi terjadi pada bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Maret sebesar 49,69%. Hal itu terjadi karena jumlah SPT yang dilaporkan
tinggi dan sebanding dengan meningkat jumlah WP efektif. Kepatuhan
terendah terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar sebesar 45,19% karena
pada bulan tersebut SPT yang dilaporkan rendah dan tidak sebanding
dengan meningkatnya jumlah WP efektif, kurangnya pemahaman WP
efektif mengenai pajak sehingga banyak WP efektif yang malas untuk
melaporkan SPT.
Berdasarkan hasil analisis tabel-tabel di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan waktu
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 mengalami penurunan setiap tahunnya.
Rata-rata tingkat kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 terburuk terjadi pada tahun 2011 karena mengalami penurunan
yang sangat drastis dibandingkan dengan tingkat kepatuhan yang terjadi
selama 3 (tiga) tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan rata-rata pelaporan
SPT Masa telat lapor mengalami kenaikan setiap tahunnya, rendahnya
kesadaran para pemotong pajak untuk melaporkan SPT, kurangnya
kepercayaan Wajib Pajak kepada kantor pelayanan pajak. Rata-rata tingkat
kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 dalam 4
(empat) tahun terakhir di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar
masuk kriteria cukup yaitu sebesar 82,89% dan selalu mengalami
penurunan.
Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 oleh Wajib
Pajak efektif tergolong rendah. Rata-rata tingkat kepatuhan sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
51,13%. Selama 2 (dua) tahun terakhir tingkat kepatuhan pelaporan SPT
Masa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengalami penurunan. Rata-rata
tingkat kepatuhan pelaporan SPT terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 47,15%. Menurunnya tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 oleh Wajib Pajak efektif dikarenakan bertambahnya jumlah
Wajib Pajak efektif yang tidak diikuti dengan pelaporan SPT. Selain itu
kurangnya pengawasan dari pihak fiskus kepada para Wajib pajak efektif
sehingga para Wajib Pajak malas untuk menyampaikan SPT, dan
kurangnya kepercayaan para Wajib Pajak kepada aparatur pajak.
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT juga akan
perpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Semakin Wajib
Pajak patuh melaporkan SPT maka penerimaan pajak yang dihasilkan juga
akan maksimal. Selain menganalisis tingkat kepatuhan penulis juga akan
menganalisis efektivitas tentang target dan realisasi PPh Pasal 21 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. Rasio efektivitas menggambarkan
kemampuan kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar dalam
merealisasikan pajak yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Jadi penulis menggunakan
rasio efektivitas untuk untuk mengetahui tingkat efektifitas realisasi
penerimaan PPh Pasal 21, berdasar buku Akuntansi Sektor Publik (Halim,
2007) dapat dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kemampuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam menjalankan
tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal
100 persen. Dengan demikian semakin tinggi rasio efektifitas, maka
kemampuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar dalam
merealisasikan penerimaan pajak semakin baik dan dapat melebihi target
yang telah ditentukan. Target dan realisasi penerimaan Pajak Penghasilan
Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar adalah sebagai
berikut:
Tabel II.5 Target dan Realisasi Penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama
Karanganyar Tahun 2008 s.d 2011
Tahun Target Realisasi
2008 Rp40.711.660.000,- Rp49.302.511.192,-
2009 Rp61.735.494.927,- Rp60.926.901.886,-
2010 Rp89.561.093.704,- Rp84.898.841.162,-
2011 Rp103.761.000.000,- Rp97.992.525.920,-
(Sumber: Seksi Pengawasan dan Konsultasi II KPP Pratama Karanganyar)
Berikut ini adalah penghitungan efektifitas penerimaan Pajak Penghasilan
Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar:
=121,10%
=98,69%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
=94,76%
=94,44%
Untuk lebih jelasnya rasio efektifitas target dan penerimaan PPh Pasal 21,
penulis sajikan dalam tabel debagai berikut:
Tabel II.6 Presentase Rasio Efektifitas Penerimaan PPh Pasal 21 Di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2008 s.d 2011
Tahun Target Realisasi Rasio
Efektifitas 2008 Rp40.711.660.000,- Rp 49.302.511.192,- 121,10% 2009 Rp61.735.494.927,- Rp 60.926.901.886,- 98,69% 2010 Rp89.561.093.704,- Rp 84.898.841.162,- 94,76% 2011 Rp103.761.000.000,- Rp 97.992.525.920,- 94,44%
(Sumber: Seksi Pengawas dan Konsultasi II KPP Pratama Karanganyar-data diolah)
Tabel II.6 di atas menjelaskan tentang besarnya target dan realisasi
penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar. Data di atas juga
menunjukkan tingkat rasio efektifitas dari target yang telah ditetapkan dan
realisasi penerimaan pajak dari tahun 2008 sampai dengan 2011.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rasio efektifitas
dalam 3 (tiga) tahun terakhir realisasi penerimaan pajak tidak mencapai
target. Tahun 2008 target yang ditetapkan sebesar Rp40.711.660.000,00 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
realisasi penerimaan sebesar Rp49.302.511.192,00. Rasio efektifitas pada
tahun 2008 sebesar 121,10% yang menunjukkan bahwa kemampuan KPP
Pratama Karanganyar dalam merealisasi penerimaan pajak sudah efektif,
karena penerimaan PPh Pasal 21 melebihi target sebesar 21,10%.
Pada tahun 2009 target penerimaan PPh Pasal 21 ditingkatkan
sebesar Rp21.023.834.927,00 atau sekitar 51,64% dari tahun sebelumnya.
Dapat dilihat dari penerimaan pada tahun 2008 melebihi target yang telah
ditetapkan. Sehingga target penerimaan pada tahun 2009 menjadi sebesar
Rp61.735.494.927,00. Penerimaan PPh Pasal 21 pada tahun 2009 sebesar
Rp60.926.901.886,00. Sedangkan tingkat rasio efektifitasnya sebesar
98,69%. Pada tahun 2009 penerimaan PPh Pasal 21 di KPP Pratama
Karanganyar tidak efektif karena tidak mencapai target yang ditetapkan dan
rasio efektifitasnya kurang dari 100%.
Pada tahun 2010 penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar tidak mencapai target. Target yang ditetapkan
sebesar Rp89.561.093.704,00 akan tetapi realisasi penerimaan sebesar
Rp84.898.841.162,00 dan rasio efektifitasnya 94,79%. Rasio efektifitas yang
masih jauh dari 100% sehingga belum dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2011 target penerimaan PPh Pasal 21 ditingkatkan
15,85% atau sebesar Rp14.199.906.296,00 dari tahun 2010 menjadi
Rp103.761.000.000,00. Penerimaan pada tahun 2011 tidak mencapai target
dan tidak berjalan efektif karena target yang telah ditetapkan sebesar
Rp103.761.000.000,00 hanya dapat direalisasi sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Rp97.992.525.920,00. Tingkat rasio efektifitasnya sebesar 94,44% yang
turun sebesar 0,35% dari tingkat rasio efektifitas tahun sebelumnya.
Berdasar analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa realisasi
penerimaan PPh Pasal 21 pada 3 (tiga) tahun terakhir tidak mencapai target
yang telah ditetapkan. Hal itu dikarenakan rasio efektifitasnya kurang dari
100%. Penyebab tidak tercapainya target penerimaan PPh Pasal 21
dikarenakan kurangnya pemahaman WP mengenai pajak, kinerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang menurun dalam pengawasan di
bidang perpajakan dan rendahnya kesadaran WP dalam melaksanakan
kewajibannya di bidang perpajakan.
2. Proyeksi 3 (tiga) tahun kedepan tingkat kepatuhan pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
Memproyeksikan berarti menganalisis kondisi di masa mendatang.
Penulis akan memproyeksikan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam waktu
3 (tiga) tahun. Memproyeksikan tingkat kepatuhan memerlukan banyak
asumsi seperti tingkat kepatuhan tahun sebelumnya, dan kenaikan
(penurunan) rata-rata kepatuhan tahun sebelumnya. Cara memproyeksikan
adalah dengan menghitung perubahan kenaikan atau penurunan rata-rata
tingkat kepatuhan pertahun. Hasil dari rata-rata perubahan kenaikan atau
penurunan di rata-rata dengan cara menjumlahkan hasil perubahan kenaikan
atau penurunan 4 (empat) tahun sebelumnya. Memproyeksikan 3 (tiga)
tahun mendatang dengan cara hasil dari rata-rata kenaikan (penurunan) di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tahun sebelumnya dibagi 100 dikalikan rata-rata kepatuhan tahun
sebelumnya setelah itu ditambah dengan rata-rata tingkat kepatuhan di tahun
sebelumnya juga. Berdasarkan Modul Analisis Laporan keuangan
Nugrahaningsih dan Palikhatun (2007) rumus Proyeksi dapat dirumuskan
sebagai berikut.
P = Proyeksi tahun mendatang
X1 = Rata-rata kenaikan (penurunan)
X2 = Rata-rata tingkat kepatuhan tahun sebelumnya
Proyeksi untuk 3 (tiga) tahun mendatang penulis sajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel II.7 Proyeksi Tingkat Kepatuhan Waktu dan Kepatuhan lapor SPT Masa
PPh Pasal 21 Di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2012 s.d. 2014
(Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar-Data diolah)
No
Keterangan Rata-rata Kepatuhan (%)
Rata-rata
Kenaikan/penurunan
(%)
Proyeksi (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Kepatuhan
Waktu 83,28 83,64 83,32 81,32 (0,75) 80,71 80,10 79,50
2. Kepatuhan
Lapor 51,70 54,44 51,24 47,15 (3,24) 45,62 44,14 42,72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel di atas menjelaskan tentang proyeksi kepatuhan ketepatan waktu
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 selama 3 (tiga). Data di atas
menghasilkan tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 selama 3
(tiga) tahun mendatang mengalami penurunan setiap tahun. Hal itu bisa
terjadi karena dilihat dari tahun 2009-2011 tingkat kepatuhan Pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 21 mengalami penurunan. Rata-rata penurunan sebesar
0,75%, maka penulis dapat memproyeksikan untuk 3 (tiga) tahun kedepan
tingkat kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
menurun. Rata-rata tingkat kepatuhan menurun mungkin disebabkan oleh
Wajib Pajak yang melaporkan SPT telat lapor mengalami kenaikan.
Wajib Pajak mengalami telat lapor karena telat membayar pajak,
mengindahkan akan semua peraturan pajak, dan tidak takut akan saksi yang
akan diberikan. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 juga
mengalami penurunan. Hal itu dapat terjadi karena pada tahun 2008-2011
tingkat kepatuhan pelaporan SPT mengalami penurunan. Rata-rata
penurunannya sebesar 3,24%. Penurunan tingkat kepatuhan pelaporan SPT
dikarenakan Wajib Pajak malas membayar pajak, meningkatnya jumlah
Wajib Pajak efektif yang tidak diikuti dengan naiknya jumlah SPT yang
dilaporkan setiap masanya, kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam
melaporkan SPT, serta kurangnya pengawasan dari pihak fiskus sehingga
para Wajib Pajak efektif tidak melaksanakan kewajibannya di bidang
perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Upaya yang Dilakukan Pihak Fiskus Untuk Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21
Guna Untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar melakukan beberapa
cara untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT
Masa PPh Pasal 21 yang mempunyai kontribusi cukup berpengaruh
terhadap penerimaan pajak. Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Karanganyar adalah sebagai berikut.
a) Sosialisasi kepada Wajib Pajak
Memberikan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan kepada
masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran mereka
tentang pajak, pentingnya pajak bagi bangsa dan negara serta
mengubah pandangan negatif tentang pajak dimata masyarakat.
Account Representative memberikan sosialisasi dengan cara
memberitahukan peraturan-peraturan terbaru kepada Wajib Pajak yang
ditangani dengan menyebarkan brosur-brosur kepada Wajib Pajak, dan
memasang spanduk-spanduk di tepi jalan.
b) Pendekatan Persuasi kepada Wajib Pajak
Pendekatan ini dilakukan fiskus kepada Wajib Pajak dengan tujuan
mengubah persepsi mengenai perpajakan kearah positif. Pendekatan
ini dilakukan dengan penyuluhan yang dilakukan di kantor-kantor atau
tempat usaha, mengumpulkan Wajib Pajak di kantor kecamatan, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mempublikasikan melalui radio. KPP Pratama Karanganyar
menggunakan media ini pada saat waktu-waktu penting seperti batas
akhir pelaporan SPT serta dalam sosialisasi. Tujuannya supaya Wajib
Pajak tidak terlambat melaporkan SPT. Melalui persuasi akan diubah
kembali sikap, keyakinan, opini Wajib Pajak tentang pentingnya pajak
bagi kita semua. Dengan kata lain dilakukan upaya pembiasaan untuk
patuh mengenai kewajibannya di bidang perpajakan.
c) Meningkatkan pelayanan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar
Pelayanan yang prima dilakukan oleh petugas pajak di bagian
Tepat Pelayanan Terpadu (TPT) yang memulai jam pelayanan pada
pukul 08.00-16.30 WIB. Pembatasan waktu pelayanan dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan persiapan agar pelayanan publik dapat
diberikan dengan sebaik-baiknya dan TPT dapat terjaga kerapian
administrasi dan keteraturannya. Pada jam istirahat TPT tetap
melayani penerimaan surat pemberitahuan atau laporan lainnya,
pelayanan yang ramah, bijak dan sopan.
Meningkatkan sarana dan prasarana yaitu dengan menyediakan
tempat parkir yang luas kepada Wajib Pajak yang akan datang ke KPP,
penyediaan E-SPT (e-Filling) yaitu penyampaian SPT dapat dilakukan
secara online melalui media internet, call center yaitu pelayanan yang
digunakan untuk menyampaikan keluhan-keluhan tentang kewajiban
perpajakan maupun yang menyangkut KPP Pratama Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan nomor yang bisa dihubungi (0271) 6491281/6491282.
Meningkatkan sarana dan prasarana dengan tujuan memberikan
kemudahan kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d) Meningkatkan kualitas pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Karanganyar.
Meningkatkan kualitas pegawai pajak dilakukan dengan cara
diadakannya outbound kepada para pegawai, dilakukannya kegiatan
EOK (exchange of Knowledge) setiap pagi, IHT (In House Training)
yang tujuannya untuk bertukar pengetahuan perpajakan kepada seluruh
pegawai KPP pratama Karanganyar serta diadakannya diklat-diklat
khusus seperti diklat tentang pengaplikasian e-filling dan
pengoptimalan kinerja AR. Meningkatkan kualitas pegawai yang
bertujuan supaya para pegawai mempunyai jiwa yang professional,
berintegritas tinggi sehingga dapat mengoptimalkan kinerja pegawai
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
e) Ekstensifikasi Jumlah Wajib Pajak
Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan
dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek
pajak dalam administrasi perpajakan. Ektensifikasi dilakukan dengan
cara pencarian data melalui sumber-sumber yang dapat memberikan
data untuk digunakan sebagai dasar ekstensifikasi. Sumber data
diperoleh dari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Instansi internal Direktorat Jendral Pajak
Instansi Direktorat Jendral Pajak biasa disebut dengan Alat
Keterangan. Alat keterangan berisikan data mengenai calon wajib
pajak yang diperoleh dari pihak dalam Kantor Pelayanan Pajak
sendiri melalui pengamatan.
2) Instansi diluar Direktorat Jendral Pajak
Direktorat Jendral Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak Pratama
melakukan kerjasama dengan instansi diluar Dirjen pajak dimana
instansi luar tersebut berada di wilayah administrasi KPP
Karanganyar. Misalnya bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Karanganyar, Telkom, PLN guna untuk mengetahui tagihan
rekening tiap calon Wajib Pajak. Dengan tagihan listrik atau telpon
yang tinggi tentunya orang tersebut berpotensi untuk menjadi
Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
1. Pemberian layanan konsultasi kepada Wajib Pajak apabila mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Misalnya membantu
Wajib Pajak menghitung pajak terutang.
2. Adanya petugas piket harian yang membantu Wajib Pajak yang kesulitan
mengisi SPT maupun yang belum bisa mengisi SPT.
3. Petugas TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) pada jam istirahat tetap
melayani Wajib Pajak sehingga TPT tidak pernah dalam keadaan
kosong.
4. Dilakukannya kegiatan EOK (Exchange Of Knowledge) yang
dilaksanakan setiap pagi maupun IHT (In House Training) yang diikuti
seluruh pegawai pajak yang bertujuan untuk memberikan serta
menambah pengetahuan tentang perpajakan dan menjadi solusi jika ada
suatu permasalahan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
B. KELEMAHAN
1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Contoh kasus kewajiban
perpajakan yang tidak dilaksanakan dengan baik, antara lain.
a. Wajib pajak tidak mengisi SPT Masa PPh Pasal 21 dengan benar,
lengkap dan jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Wajib Pajak mempunyai kebiasaan melaporkan SPT Masa PPh Pasal
21 pada saat mendekati batas akhir pelaporan SPT sehingga
pekerjaan fiskus menumpuk dan tidak optimal.
2. Kurangnya jumlah Account Representative (AR), petugas TPT dan
pegawai di seksi Pengolahan Data dan Informasi.
Berdasarkan data organisasi, jumlah AR di KPP Pratama
Karanganyar sebanyak 20 orang. Jumlah tersebut sangat jauh
dibandingkan dengan jumlah WP yang ada di wilayah Karanganyar dan
Sragen. Di Seksi Pelayanan, petugas TPT yang hanya 4 orang sering
kewalahan melayani banyaknya wajib pajak yang melaporkan SPT
mendekati batas akhir sehingga pekerjaan fiskus menjadi tidak optimal
dan menyebabkan Wajib Pajak sering complain dan tidak optimalnya
pengecekan terhadap dokumen/lampiran.
Seksi pengolahan Data dan Informasi, jumlah pegawai yang hanya
berjumlah 7 orang dan tidak proporsional dengan kuantitas pekerjaan,
khususnya perekaman seluruh SPT yang masuk ke KPP Pratama
karanganyar, serta di KP2KP Sragen, jumlah pegawai yang hanya 3
orang termasuk kepada kantor.
3. Kesulitan dalam memberikan sosialisasi atau penyuluhan ke daerah-
daerah yang jauh dari pusat kota.
4. Minimnya pengawasan dan penegakan hukum kepada Wajib Pajak
dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada BAB II mengenai tingkat
kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Tingkat kepatuhan ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tergolong cukup baik.
Rata-rata kepatuhan sebesar 82,89%. Akan tetapi, dari tahun ketahun
rata-rata tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
mengalami penurunan.
2. Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 oleh Wajib Pajak
efektif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tergolong
rendah, rata-rata kepatuhan sebesar 51,13%. Dari tahun ke tahun tingkat
kepatuhan mengalami penurunan.
3. Tingkat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 telat lapor dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan hal itu dikarenakan Wajib Pajak yang malas
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 tepat waktu.
4. Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada tahun 2008 dapat melebihi
target yang telah ditentukan, dengan rasio efektifitas sebesar 121,10%.
Akan tetapi untuk 3 (tiga) tahun terakhir penerimaan Pajak Penghasilan
Pasal 21 tidak mencapai target yang telah ditentukan dengan rasio
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
efektifitas pada tahun 2009 sebesar 98,69%, pada tahun 2010 sebesar
94,76% dan pada tahun 2011 sebesar 94,44%.
5. Untuk proyeksi 3 tahun kedepan penulis memprediksikan bahwa tingkat
kepatuhan ketepatan dan kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 0,60%.
6. Rendahnya tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
dikarenakan kurangnya kesadaran Wajib Pajak dibidang perpajakan,
para Wajib Pajak belum terlalu paham mengenai pajak, kealfaan Wajib
Pajak untuk melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21, meningkatnya jumlah
Wajib Pajak efektif yang tidak diikuti dengan meningkatnya pelaporan
SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Karanganyar.
7. Upaya-upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Karanganyar dalam meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 dengan cara sosialisasi kepada Wajib Pajak, pendekatan
persuasi kepada Wajib Pajak, meningkatkan pelayanan, dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pegawai di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Karanganyar.
B. REKOMENDASI
1. Meningkatkan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat untuk
memberikan pengetahuan kepada mereka tentang pentingnya membayar
pajak serta mengubah pandangan negatif terhadap kantor pajak di mata
masyarakat yaitu dengan cara turun langsung ke lapangan. Misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan mengadakan lomba-lomba disertai sosialisasi, mengadakan
sosialisasi berkala di kantor-kantor atau tempat usaha atau dengan
menyebarkan brosur-brosur di tempat usaha atau di rumah-rumah.
2. Meningkatkan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun
kuantitas dengan cara mengadakan pelatihan rutin atau diklat-diklat
kepada para pegawai di KPP Pratama Karanganyar khusunya para
Account Representative (AR), seksi pelayanan, seksi PDI dan KP2KP
Sragen. AR sangat berperan penting karena mereka berhadapan langsung
dengan para Wajib Pajak yang jumlahnya banyak sehingga tidak
mungkin jumlah AR yang sedikit dapat mengawasi banyaknya Wajib
Pajak apalagi untuk menggali potensi pajak yang belum tersentuh. Seksi
pelayanan sebagai pengolah data SPT yang masuk, sehingga semakin
banyaknya SPT yang masuk maka seharusnya jumlah pegawai di seksi
pelayanan juga ditingkatkan.
3. Memanfaatkan media dengan seoptimal mungkin, tidak hanya di
wilayah KPP Pratama Karanganyar saja tetapi pihak KPP dapat
melakukan publikasi yang bisa mencangkup seluruh Indonesia karena
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap KPP Pratama Karanganyar itu
sendiri. Media-media seperti internet, radio lokal maupun televisi lokal
dapat digunakan untuk sosialisasi. Pegwai-pegawai bisa bergabung di
forum-forum diskusi maupun di forum-forum umum untuk menghimbau
atau mempublikasikan berita-berita terkini tentang perpajakan. Apabila
para fiskus semakin dekat dengan masyarakat dengan hal-hal positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
maka akan semakin dikenal oleh masyarakat dengan tanggapan yang
positif.
4. Meningkatkan pengawasan supaya Wajib Pajak patuh terhadap
kewajibannya di bidang perpajakan dengan cara peningkatan penerbitan
surat teguran kepada Wajib Pajak yang terlambat melaporkan SPT,
menghimbau kepada Wajib Pajak yang belum melaksanakn kewajiban
perpajakannya, dan menenrbitkan Surat Tagihan Pajak (STP). Wajib
Pajak yang melanggar kewajiban di bidang perpajakan dapat diterbitkan
STP. Hal ini perlu dilakukan agar Wajib Pajak merasa diawasi oleh
pihak KPP Pratama Karanganyar sehingga kepatuhan Wajib Pajak
diharapkan dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqy, Ahmad. 2010. Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan WP OP Tahun 2008 Di KPP Pratama Karanganyar. Tugas Akhir: Universitas Sebelas Maret.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 Tentang Kriteria Wajib
Pajak Patuh. Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. Muljono, Djoko. 2010. Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi Offset. Nugrahaningsih, Putri dan Palikhatun. 2007. Modul Praktik Laporan Keuangan.
Surakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 Tentang pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Risky, Muhammad. 2011. Tinjauan Tingkat Pengawasan Pelaporan SPT Masa
PPN Dan Pengaruhnya Terhadap Penerimaan PPN Di KPP Pratama Karanganyar. Laporan Praktik Kerja Lapangan: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Suandy, Erly. 2009. Perpajakan Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 (KUP). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. www.sekjen.depkeu.go.id