evaluasi pengajaran pada perguruan tinggi

23
EVALUASI PENGAJARAN PADA PERGURUAN TINGGI Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pengajaran Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011- 2012 Dosen Pengampu: Dra. Harini, M.Pd. Disusun Oleh: Tika Putri Wulansari K7409165 BKK PENDIDIKAN TATA NIAGA PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: poetry-sanseivera

Post on 03-Aug-2015

112 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

EVALUASI PENGAJARAN PADA PERGURUAN

TINGGI

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pengajaran

Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011-2012

Dosen Pengampu: Dra. Harini, M.Pd.

Disusun Oleh:

Tika Putri Wulansari K7409165

BKK PENDIDIKAN TATA NIAGA

PROGRAM STUDI EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran sangat penting sekali untuk

diketahui. Untuk mengetahuinya tentu diperlukan cara pengukuran, penilaian,

dan evaluasi yang akurat, khususnya dalam pembelajaran di perguruan tinggi.

Evaluasi pembelajaran di perguruan tinggi jelas berbeda dengan evaluasi pada

tingkat pendidikan yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan

pembelajaran dan kompetensi yang kompleks. Maka treatment penilaian yang

harus dilakukan oleh tenaga pendidik (dosen) juga haruslah berbeda

dibandingkan tenaga pendidik pada tingkat pendidikan dasar ata menengah.

Dalam rangka melakukan evaluasi pembelajaran, maka diperlukan acuan

atau panduan evaluasi pembelajaran yang jelas, sistematis, konsisten, dan

sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.

Hal itu bertujuan agar tenaga pendidik mampu mengevaluasi pembelajaran

atau pendidikan yang ia langsungkan dengan konsep evaluasi yang baik dan

benar. Adapun pengolahan hasil evaluasi pembelajaran juga harus secermat

mungkin sehingga mampu mencapai indicator-indikator belajar yang telah

ditetapkan dalam silabus dan kontrak perkuliahan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami definisi evaluasi pembelajaran.

2. Menjelaskan tahap-tahap pelakasanaan evaluasi pembelajaran pada

perguruan tinggi.

3. Menjelaskan cara-cara pengolahan hasil belajar pada perguruan tinggi.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?

2. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada

pendidikan tinggi?

3. Bagaimanakah cara pengolahan hasil tes belajar pada perguruan tinggi?

Page 3: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI EVALUASI PEMBELAJARAN

Anas Sudijono (2001) mengemukakan bahwa secara harfiah kata

evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia

berarti penilaian.  Akar katanya   artik adalah  value yang artinya nilai. Jadi

istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu. Pengertian evaluasi merujuk pendapat Barbara

A. Frey and  Karen Overfield (2001) artikel ini disalin dari website

http://blog.tp.ac.id adalah Evaluation The systematic process of collecting,

analyzing, and interpreting information to determine the extent to which

pupils are achieving instructional objectives. Evaluation denotes placing a

value on something.

Pengertian evaluasi menurut Barbara, dkk ini  dirasakan masih terlalu

sempit karena masih dalam lingkup kegiatan proses belajar mengajar.

Tayibnapis (2000)  mengutip pendapat Ralph Tyler, Cronbach dan Maclcolm

dalam mendefinisikan evaluasi. Ralp Tyler mengemukakan bahwa evaluasi

adalah proses yang menentukan sampai sejauh  mana tujuan pendidikan

dapat dicapai.  Cronbach berpendapat evaluasi adalah menyediakan

informasi untuk pembuat keputusan. Maclcolm mendefinisikan evaluasi

sebagai perbedaan apa yang ada  dengan suatu standart untuk mengetahui

apakah ada selisih.

Sedangkan evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2000) adalah suatu

kegiatan pengumpulan data secara sistematis a yang dimaksudkan untuk

membantu para  pengambil keputusan  dalam usaha menjawab pertanyaan 

atau permasalahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang id

ada. Anas Sudijono (2001)  mendefinisikan evaluasi sebagai suatu kegiatan

Page 4: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

atau  penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui  mutu atau hasil-

hasilnya.

Evaluasi pendidikan menurut Lembaga Administrasi  Negara

sebagaimana dikutip oleh Anas Sudijono (2001 adalah suatu proses kegiatan

untuk mengetahui kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang

telah ditentukan dan usaha memperoleh informasi berupa umpan balik bagi

penyempurnaan pendidikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi pendidikan adalah

suatu proses yang sistematis didalam mengumpulkan data, menganalisis,

menginterpretasi informasi atau data untuk dapat dipakai pemegang

keputusan dalam rangka menjawab permasalahan yang muncul demi

kemajuan dan penyempurnaan pendidikan.

B. TAHAPAN EVALUASI

Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan,

menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,

pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut.

1. Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan

kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang

disusun oleh dosen mata kuliah. Kompetensi yang harus dikuasai oleh

mahasiswa mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif.

2. Menentukan Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang

menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan

yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa) dan

course content (materi sajian yang dipelajari mahasiswa untuk mencapai

kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai

keberhasilan penguasaan kompetensi oleh mahasiswa.

3. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Page 5: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif

dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes

dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk

lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban

singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai

variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan

gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif

dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur.

Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, dosen harus

mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes

atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang

baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan

reliabel (dapat dipercaya).

4. Pengumpulan data atau informasi

Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan

testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif

dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya

sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir

pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu

kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh

gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi

dasar.

5. Analisis dan interpretasi

Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau

informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan

dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang

interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil

belajar mahasiswa.

Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai

tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa.

Page 6: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan mahasiswa harus

dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi

serta dilaksanakan secara obyektif. Untuk menjamin keobyektifan skoring

dosen harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk

tes/instrumen evaluasi yang digunakan.

6. Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan

interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak

lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan

dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang

telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi

pemebelajaran itu sendiri.

Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya

merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran

yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran.

Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut

pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi

tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.

C. PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR

C.1. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Objektif

Analisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui dari dua kriteria atau

dua parameter, yaitu indeks kesukaran dan indeks daya diskriminasi. Menurut

Fernandes (1984) analisis tes meliputi tingkat kesukaran tes, daya beda, dan

efektifitas pengecoh. Analisis juga untuk menguji efektifitas distraktor pada

setiap butir soal untuk menentukan apakah setiap distraktor yang dibuat sudah

berfungsi dengan baik. Hasil analisis ini akan menghasilkan suatu keputusan

apakah butir soal itu nantinya dapat dipakai, diperbaiki atau dibuang.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui tingkat kesukaran,

daya beda dan efektifitas distraktor pada soal bentuk objektif adalah dengan

menggunakan analisis psikometrik klasik. Teori tes klasik mempunyai

Page 7: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

beberapa kelemahan, antara lain perhitungan tingkat kesukaran dan daya

pembeda soal sangat bergantung pada sampel yang digunakan dalam analisis.

Kondisi sampel sangat mempengaruhi hasil analisis, bila sampel yang

digunakan memiliki rentang dan sebaran kemampuan yang tinggi maka hasil

analisisnya akan berbeda dengan rentang dan sebaran kemampuan siswa yang

rendah. Sebagai contoh daya pembeda soal akan tinggi bila tingkat

kemampuan siswa sangat bervariasi atau mempunyai rentang kemampuan

yang besar. Sebaliknya daya pembeda soal akan kecil bila tingkat

kemampuan siswa mempunyai rentang kemampuan yang kecil. Oleh karena

itu kondisi sampel sangat mempengaruhi perhitungan statistik yang

dihasilkannya.

Guna mengatasi kelemahan dari teori tes klasik, maka langkah yang dapat

ditempuh adalah berhati-hati dalam mengambil sampel. Dengan kata lain

sampel yang digunakan harus benar-benar mewakili (representatif) dari

populasi. Bila sampel yang digunakan tidak representatif maka akibatnya

hasil analisis tidak bisa digeneralisasikan pada populasi. Berikut ini akan

dibahas karakteristik tes yang akan menentukan kualitas tes.

1. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran (p) cara yang paling mudah dan paling

umum digunakan adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal

yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhannya.

Untuk menentukan butir soal tersebut mudah, sedang atau sukar dapat

digunakan kriteria sebagai berikut : (Bahrul Hayat, 1997)

Tabel Tingkat Kesukaran Soal

Proportion correct (p) dan Kategori Soal

P > 0,70 = Mudah

0,30 < 70 =" Sedang" 30 =" Sukar" p =" 0,600" d =" niT" nit =" Banyaknya"

nt =" Banyaknya" nir =" Banyaknya" nr =" Banyaknya" d =" pT" 40 ="

Bagus" 39 =" Bagus" 29 =" Belum" 20 =" Jelek" 100 =" 80">

Page 8: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

C.2. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essay

1. Cara Memeriksa tes Essay

Memeriksa tes bentuk essay lebih sulit dibandingkan dengan bentuk tes

objektif. Siapapun yang menilai lembar jawaban tes objektif hasilnya pasti

sama. Sedangkan memeriksa tes essay hasilnya bisa berbeda kalau yang

memeriksa orangnya berbeda, sekalipun kriteria jawaban yang tepat sudah

ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes subjektif.

Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya sebelum

memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar.

Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes

objektif.

Lembar jawaban diperiksa perorang. Maksudnya setelah selesai

memeriksa punya si A dan diberi skor lalu memeriksa punya si B, lalu si C

dan seterusnya.

Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor. Misalnya satu lokal terdiri

dari 30 orang, maka pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor

satu pada seluruh lembar jawaban essay. Setelah selesai dilanjutkan

dengan nomor dua untuk seluruh lembar jawaban mahasiswa demikian

seterusnya.

Bila dibandingkan cara pertama dengan cara kedua maka cara kedua lebih

objektif. Sedangkan cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu

sebaiknya untuk memperoleh hasil yang lebih objektif gunakan cara

kedua.

2. Pemberian Skoring pada tes Essay

Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya

skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol.

Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang

digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini

Page 9: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

berlaku sama untuk semua nomor soal.

Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan

pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan

skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3

dan soal yang sulit bobotnya 5.

Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara

di atas, dimana setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa

mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap

item tidak sama.

Proses penetapan skornya adalah sebagai berikut:

1. skor setiap Item diperoleh dengan cara nilai setiap item dikali Bobot.

2. Jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item lalu dibagi dengan skor

ideal.

Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh perhitungan.

Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5,833

Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971

Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal essay sangat

penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan

juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

C.3. Penetapan Nilai dan Kelulusan Hasil belajar

Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-masing

memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu sebaiknya dipakai

keduanya dengan cara bergantian.

Perhitungan skor di atas masih dalam bentuk skor mentah, oleh karena itu

hasil perhitungannya perlu diolah lagi guna menentukan nilai akhir. Setidak-

tidak nya ada dua fungsi yaitu:

Page 10: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan

kelompoknya.

menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Untuk menentukan batas kelulusan setidak-tidaknya dapat dilakukan dengan

tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal dan batas lulus purposif.

Berikut akan dijelaskan secara ringkas.

Batas lulus actual

Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai oleh

kelompok mahasiswa, yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar

deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.

Batas lulus ideal

Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, karena batas lulus

ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya batas lulus

ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sedangkan

simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.

Batas lulus purposif

Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan, sehingga tidak

perlu menghitung nialai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat

berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya batas kelulusan

adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya nilai maksimum

mahasiswa di kelas 80. maka batas kelulusannya adalah 75% x 80 = 60. jadi

mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari 60.

sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak lulus.

D. Konversi Hasil Scoring Menjadi Nilai Akhir

Kesalahan sering terjadi pada pemberian nilai akhir, dimana hasil skoring

dianggap sebuah nilai akhir. Padahal seharusnya hasil skoring tersebut harus

dikonversi dulu menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan

sebelumnya, dalam bentuk skala 1-4, skala 1-10 dan skala 1-100. berikut akan

Page 11: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

dibahas cara mengkonversi hasil skor menjadi nilai akhir.

Konversi Sederhana

Cara ini sangat sederhana dan mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan

data, tidak mustahil akan terjadi kesalahan interpretasi. Karena cara ini

mengabaikan tingkat variansi kemampuan mahasiswa. Misalnya kriteria yang

digunakan dalam bentuk persentase.

Nilai 10 bila mencapai angka 100%

Konversi dengan Menggunakan Mean dan Standar Deviasi

Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat variansi hasil

belajar, sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh kelompoknya. Bila

standar deviasinya kecil maka interval nilainya juga kecil. Sebaliknya bila

standar deviasinya besar, maka interval nilainya juga besar. Konversi cara ini

biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar 4 atau standar

huruf.

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi

standar 10 adalah sebagai berikut:

M + 2,25 (SD) = 10

M + 1,75 (SD) = 9

M + 1,25 (SD) = 8

M + 0,75 (SD) = 7

M + 0,25 (SD) = 6

M - 0,25 (SD) = 5

M - 0,75 (SD) = 4

M - 1,25 (SD) = 3

M - 1,75 (SD) = 2

M - 0,25 (SD) = 1

Page 12: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

Catatan : M = Mean atau nilai rata-rata

SD = Standar Deviasi

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi

standar 4 atau standar huruf adalah sebagai berikut:

C.4. Penetapan Nilai Akhir Semester

Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri,

terstruktur, mid semester dan semester. Setelah diperoleh totalnya lalu di

konversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan interval

nilai A,B, C dan D. Untuk menetapkan interval seharusnya dimulai dari batas

kelulusan.

Misalnya batas kelulusan adalah 60. lebih dari atau sama dengan 60

dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka perhitungan intervalnya

adalah sebagai berikut.

1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor

tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H – L = 100 – 60 = 40

2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal C.

nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C. Bararti banyak nya interval adalah

3.

3. Menentukan rentang interval.

Page 13: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

4. Membuat interval nilai

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan maka proses

penetapan intervalnya sebagai berikut:

1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor

tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H – L = 100 – 60 = 40

2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal -C.

nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-. Bararti

banyak nya interval adalah .

3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Dari dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang

digunakan (menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan

semakin halus. Sebaliknya semakin sedikit interval yang digunakan (tidak

menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin kasar.

Page 14: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi
Page 15: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

PENUTUP

Demikianlah uraian ringkas tentang pengolahan nilai hasil belajar. Apa yang

sudah dipaparkan adalah menurut konsep dan teori evaluasi pendidikan

sepanjang yang penulis ketahui. Masih ada hal-hal lain yang seharusnya

dimasukkan dalam tulisan ini antara lain bagaimana mengolah nilai yang

menggunakan non tes, uji kurva normal, Z skor dan T skor, mengubah data

ordinal menjadi data interval. Namun karena keterbatasan waktu hanya ini

yang bisa disajikan. Kalau ada kelemahan dan kesalahan mohon kritik dan

saran yang membangun. Mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat bagi

Page 16: Evaluasi Pengajaran Pada Perguruan Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

website http://blog.tp.ac.id

www.lpp.uns.ac.id