kemandirian dan akuntabilitas perguruan tinggi … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan...

12
Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 1 KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI SWASTA I. PERGURUAN TINGGI INDONESIA SAAT INI Dunia pendidikan kita saat ini sangat memprihatinkan. Dibanding dengan negara tetangga, dari 77 perguruan tinggi di Asia, Undip ada diperingkat 68. Bahkan UI yang kita bangga-banggakan hanya menduduki peringkat 61 (Asia Week, June 30, 2000). Jika pada awal tahun 1970-an Malaysia banyak meminta bantuan Indonesia untuk dikirim guru-guru MIPA, sebaliknya kini Guru dan Dosen Indonesia banyak belajar di Malaysia. Tidak sedikit pula para dosen Indonesia yang melakukan studi lanjut ke Philipina, Muangthai, dan Singapura. Ini menandakan adanya kemandekan pengembangan ilmu di Indonesia. Perguruan Tinggi kita sangat terpuruk dibanding dengan perguruan tinggi di negara-negara lain. Secara fisik Indonesia mempunyai segala-galanya. Indonesia penghasil minyak yang setara dengan negara-negara OPEC lainnya. Indonesia penghasil gas alam terbesar di dunia. Indonesia penghasil tambang yang amat besar. Indonesia mempunyai hutan tropis yang menyimpan harta yang melimpah. Tanah pertaniannya sangat subur, dan sebagainya. Belum lagi potensi taut yang tidak terhingga, yang sampai saat ini belum dapat dieksploitasi karena rendahnya kemarnpuan surnber daya manusia yang kita miliki. Mengapa perguruan tinggi besar yang selama ini dibiayai oleh negara tidak dapat berbuat banyak ? dan tidak satupun perguruan tinggi yang dibiayai negara mampu mengembangkan

Upload: vuongxuyen

Post on 23-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 1

KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITASPERGURUAN TINGGI SWASTA

I. PERGURUAN TINGGI INDONESIA SAAT INI

Dunia pendidikan kita saat ini sangat memprihatinkan. Dibanding

dengan negara tetangga, dari 77 perguruan tinggi di Asia, Undip ada

diperingkat 68. Bahkan UI yang kita bangga-banggakan hanya

menduduki peringkat 61 (Asia Week, June 30, 2000). Jika pada awal

tahun 1970-an Malaysia banyak meminta bantuan Indonesia untuk

dikirim guru-guru MIPA, sebaliknya kini Guru dan Dosen Indonesia

banyak belajar di Malaysia. Tidak sedikit pula para dosen Indonesia

yang melakukan studi lanjut ke Philipina, Muangthai, dan Singapura. Ini

menandakan adanya kemandekan pengembangan ilmu di Indonesia.

Perguruan Tinggi kita sangat terpuruk dibanding dengan perguruan

tinggi di negara-negara lain.

Secara fisik Indonesia mempunyai segala-galanya. Indonesia

penghasil minyak yang setara dengan negara-negara OPEC lainnya.

Indonesia penghasil gas alam terbesar di dunia. Indonesia penghasil

tambang yang amat besar. Indonesia mempunyai hutan tropis yang

menyimpan harta yang melimpah. Tanah pertaniannya sangat subur, dan

sebagainya. Belum lagi potensi taut yang tidak terhingga, yang sampai

saat ini belum dapat dieksploitasi karena rendahnya kemarnpuan surnber

daya manusia yang kita miliki. Mengapa perguruan tinggi besar yang

selama ini dibiayai oleh negara tidak dapat berbuat banyak ? dan tidak

satupun perguruan tinggi yang dibiayai negara mampu mengembangkan

Page 2: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 2

ilmu sehingga dapat mengeksploitasi kekayaan kita ? Apa yang salah

dalam menetapkan kebijakan mengenai sistem pendidikan kita ?

Nampaknya selama ini kita terlalu berani mempermainkan nasib

bangsa. Sudah berapa kali repelita disusun dan dilaksanakan ; Sudah

berapa kali menteri Pendidikan diganti ; Sudah berapa kali kurikulum

diubah ; Hasitnya seperti yang kita hadapi sekarang. Perguruan tinggi

kita tetap terpuruk. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesalahan

kebijakan pemerintah di dalam menangani pendidikan tinggi.

II. PARADIGMA LAMA :

ETATISME - FEODALISTIS ; BIROKRATIS-SENTRALISTIS

Para pendiri negara telah menyusun Undang-Undang Dasar 1945.

Di dalam Pembukaan UUD-45 tersebut tercantum bentuk negara

Indonesia adalah Negara kesatuan Republik Indonesia. UUD-45 yang

dibuat agak tergesa-gesa maka belum memikirkan bagaimana mengurus

negara yang baik dengan melibatkan partisipasi warga negara dalam

pembangunan, termasuk dalam pengambilan keputusan-keputusan.

Menurut para pendiri negara pada waktu itu jalan terbaik dengan

mengendalikan negara adalah apabila semua urusan di urus oleh negara.

Akibatnya hajad hidup rakyat seperti urusan ekonomi, pendidikan,

agama, sosial kemasyarakatan yang seharusnya cukup diselenggarakan

oleh masyarakat ditangani dan di urus oleh negara. Pada awal

kemerdekaan mungkin hal itu masih dapat dibenarkan rnengingat

kondisi rakyat yang saat itu masih sangat lemah dan kurang

berpendidikan. Pada waktu itu pemimpin negara sangat kuat

kedudukannya dan bahkan berperilaku feodalistis. Akhirnya hubungan

Page 3: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 3

yang terjadi bukan lagi antara pemimpin negara dan rakyatnya, tetapi

berubah menjadi antara "gusti dengan kawulo". Rakyat dianggap tidak

mampu, harus menurut segala sesuatu yang diatur oleh negara.

Kemudian pada awal tahun 1966 terjadi perubahan pernegang

kekuasaan dari Presiden I ke Presiden II. Perilaku pemerintahan tidak

berubah dengan pola etatisme-feodalistis yang tetap berlanjut dan

semakin mengental. Lebih-lebih dengan adanya "oil booming" packa

tahun 1973 kekuasaan etatisme-feodalistis diperkokoh dengan birokrasi-

sentralistis yang cengkeramannya mulai dari pusat kekuasaan sampai ke

desa-desa dan sampai RT-RT.

Tidak kecuali di dunia pendidikan. Piranti pendidikan ditata

sedemikian hirarkis dan departemen sampai dengan sekolah-sekolah dan

kampus-kampus. Semua yang dapat diseragamkan, harus seragam.

Semua kebij&kan diambil oleh pusat. Lembaga pendidikan (kampus)

tinggal melaksanakan. Tidak perduli apakah perguruan tinggi harus

melaksanakan peraturan pusat bahkan harus melaksanakan walaupun

hanya berupa surat edaran pejabat pusat. Dan kondisi ini diperkuat

dengan kebutuhan birokrasi yang pada waktu itu dipakai sebagai alat

politik kekuasaan.

Adanya birokratis sentralistis tersebut menyebabkan terbentuknya

organisasi departemen pendidikan yang merekayasa dan menyedot

banyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi.

Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran,

penelitian dan pengabdian masyarakat terabaikan. Sebagai gambaran

kasar diperkirakan anggaran organisasi Depdiknas untuk keperluan

Page 4: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 4

organisasi mencapai 70% sedangkan untuk kegiatan utama (Tri Dharma)

hanya sekitar 30%.

Anggaran untuk kegiatan Tri Dharma itu pun belum teralokasikan

secara adil clan proposional. Sampai saat ini anggaran tersebut sebagian

besar untuk keperluan Perguruan Tinggi. Bagi Perguruan Tinggi

memperoleh cipratan 2 % setahun saja sudah besar. Padahal kalau kita

perhatikan siapa yang belajar di Perguruan Tinggi dan Perguruan

Tinggi. Mereka semua adalah anak bangsa yang perlu mendapat

perlakuan sama dalam memperoleh anggaran negara yang nota bene

adalah uang rakyat juga.

Kebijakan yang tidak adil ini mengakibatkan ekses lain yang

bersifat ambivaeln, afirmatif, arogan dan akut. Contoh-contoh kebijakan

yang ambivalen, pemerintah memberi otonomi kepada perguruan tinggi,

tetapi ketika perguruan tinggl/ manjalankan kreatifitasnya tiba-tiba

pemerintah melarang (distance learning, distance class, dll). Contoh

yang kedua adalah kebijakan yang afirmatife ya'tu pemerintah

manyatakan kemitraan antara Perguruan Tinggi dan Perguruan Tinggi

tetapi kenyataannya kurang terjadi. Setiap tahun dosen Perguruan Tinggi

yang mendapat jatah studi lanjut cukup besar, tetapi dosen Perguruan

Tinggi, hampir tidak diberi jatah. Kebijaksanaan yang arogan juga

nampak jelas. Pemerintah menyelenggarakan Perguruan Tinggi tetapi

tidak pernah memikirkan adanya Perguruan Tinggi. Kebijakan yang

akut, contoh kekuasaan lulusan yang setara dengan S-1 harus menempuh

144 -160 SKS.

Dengan model pengelolaan negara yang etatisme feocialiszis dan

menyelengaraan yang sentralistis tersebut: berakibat fatal terhadap

Page 5: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 5

pengembangan perguruan tinggi di Indonesia. Akibat-akibat yang dapat

dilihat antara lain :

1. Mematikan Inovasi dan Kreativitas.

Adangan peraturan perundangan yang sentralistis membuat

inovasi dan kreativitas di lingkungan Perguruan Tinggi jadi

mati. Sebagai contoh penarnbahan program studi baru dan

penyelenggaraan distance learning tidak mudah untuk segera

dilaksanakan.

2. Kaku

Kekakuan peraturan dapat dilihat dari penyelengaaraan proses

belajar mengajar, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.

Peraturan di Indonesia bahwa menyelesaikan S-1 harus

menempuh 144 SKS - 160 SKS. Berdasarkan referens dari

negara lain (USA, Australia, Eropah, Asean) di negara-negara

tersebut diatas untuk mencapai gelar BA., B.Sc. (setara S-1)

diperlukan hanya 120 SKS. Di Indonesia perguruan tinggi

menerapkan 120 SKS dengan melakukan pengkajian kurikulum

secara cermat masih ditegur.

Pendek kata, perguruan harus menjadi "anak manis" mengikuti

perintah "Ibu/ Bapak" dari pusat. Bahkan baju dinaspun

diseragamkan. Pemasungan kreativitas dan Jaya inovasi yang

berada di perguruan tingi selama ini berakibat fatal, yaitu

terjadinya kemandekan dan tidak berkembangnya perguruan

tinggi, ini semua tampaknya disebabkan adanya paradigma

lama, yang dilakukan elit penyelenggaraan negara untuk

melanggengkan kekuasaan orde-orde yang berkuasa.

Page 6: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 6

Dari uraian diatas jetas menunjukkan bahwa paradigma lama telah

memporak-porandakan dunia pendidikan di Indonesia. Yang menjadi

pertanyaan adalah apakah kita tetap menggunakan model etatisme-

feodalistis dan birokrasi-sentralistis itu ? Jika kita benar-benar cinta

bangsa dan negara, jika kita ingin bangsa dan negara Indonesia maju dan

sejajar dengan negara-negara lain maka tidak ada pilihan lain kecuali

meninggalkan paradigma lama dan memulai dengan paradigma baru.

III. PARADIGMA BARU :

DEMOKRASI - OTONOMI ; PEMBERDAYAAN -MASYARAKAT

Birokrasi sentralistis yang berbau otoriter yang selama ini kita anut

ternyata gagal dalam mengemban misi mengembangkan pendidikan

tinggi di Indonesia. Betapapun superiornya seseorang dan betapapun

rapinya penataan birokrasi serta betapapun besarnya kekuatan

pendukungnya, ternyata tidak dapat "mengurung" masyarakat dalam

kurungan tunggal. Mungkin satu atau dua kebutuhan dapat dipenuhi

oleh sistem lama tetapi ribuan kebutuhan dari masyarakat yang tidak

dapat dipenuhi. Salah satu kebutuhan pokok individu/ masyarakat adalah

"self actualization".

Self actualization merupakan kebutuhan yang bersifat individual

masyarakat, yang pemenuhannya diperlukan kreasi dan inovasi yang

tinggi. Tidak terkecuali self actualization yang diperlukan oleh para

pemimpin lembaga pendidikan tinggi.

Agar mereka kreatif dan inovatif dalam mencapai self actualization

demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya maka diperlukan ruang

gerak yang longgar agar apa yang diinginkan oleh seorang pemimpin

Page 7: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 7

perguruan tinggi dapat direalisasi. Ruang gerak yang longgar tersebut

tidak lain adalah otonomisasi institusi perguruan tinggi yang diatur

dalam Undang-Undang yang memberi rambu-rambu pokok kehidupan

perguruan tinggi dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi pengelolaan pendidikan tinggi tidak berarti tidak ada

campur tangan negara/pemerintah. Akan tetapi campur tangan tidak

pada hal-hal yang bersifat mikro organisasi. Tugas pemerintah pusat

dibidang pendidikan hanya berkaitan dengan tujuan membentuk negara,

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan ini bukar berarti

negara/pemerintah harus menyelenggarakan semua urusan pendidikan.

Negara/pemerintah tidak mungkin untuk mengurus pendidikan secara

adil terhadap 200 juta penduduk negara Indonesia. Kalau hal itu

dikerjakan negara/pemerintah pasti akan berbuat tidak adil. Seperti yang

nampak sampai sekarang, pemerintah/negara seolah-olah hanya

mengurus dan memperhatikan 56 Perguruan Tinggi Negeri dan tidak

terlalu menghiraukan 1.350 Perguruan Tinggi Swasta !.

Oleh sebab itu agar negara tidak terjebak perilaku tidak adil

terhadap semua anak bangsa maka seyogyanya pemerintah/negara

membagi anggaran pendidikan yang dimiliki secara proposional kepada

semua lembaga pendidikan tinggi yang ada. Jangan timbul anggapan ada

anak kandung-anak tiri terhadap Perguruan Tinggi Negeri -Perguruan

Tinggi Swasta.

Oleh karena itu perlu disususn Undang-Undang tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang baru dengan Paradigma baru dibidang

Pendidikan Tinggi. Adapun prinsip-prinsip yang dianut dalam

paradigma baru : tonomi demokrasi dan pemberdayaan masyarakat.

Page 8: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 8

Undang-Undang tersebut diharapkan dapat memacu pengembangan

ilmu, pengembangan perguruan tinggi (otonomi dalam pengelolaan,

tanggung jawab dalam pelaksanaan tree dharma, akuntabel dalam

kualitas hasil perguruan tinggi), dan pemberdayaan masyarakat

(koordinasi asosiasi dan kontrol oleh masyarakat).

IV. OTONOMI PERGURUAN TINGGI SWASTA

Otonomi penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta pertama-tama

menyangkut hubungan pemerintah/negara dengan perguruan tinggi yang

menjamin kemandirian perguruan tinggi. Hubungan ini harus

berlandaskan pada prinsip kebebasan akademik dan kemandirian

kelembagaan. Kemandirian ini diperlukan untuk menjamin kreativitas

dan kebebasan mengkritik. Sedangkan pemerintah pusat menjadikan

dirinya sebagai penentu grand strategi, dengan pernyataan-pernyataan

yang persifat macro serta memfasilitasi iklim agar Perguruan Tinggi

Swasta dapat hidup mandri.

KONSEKWENSI OTONOMI

Pelaksanaan Otonomi Perguruan Tinggi mempunyai konsekwensi

yang tidak ringan. Agar supaya otonomi perguruan tinggi mempunyai

makna bagi kemajuan Bangsa dan masyarakat, maka konsep otonomi

Perguruan Tinggi harus terkait erat dengan jaminan mutu atas proses

belajar mengajar serta productnya, sekaligus harus meningkatkan

akuntabilitas Perguruan Tinggi Swasta kepada stakeholder. Untuk itu

maka evaluasi terus menerus baik secara internal maupun oleh lembaga

akreditasi yang independen merupakan keharusan yang tidak dapat

Page 9: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 9

ditawar. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan terhadap quality adalah

reievansinya terhadap kebutuhan masyarakat.

Mempernatikan kondisi Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia

dewasa ini maka peranan kerja sama lewat assosiasi Perguruan Tinggi

Swasta sangat mutlak di perlukan. Jejaring antar Perguruan Tinggi

Swasta dengan koordinasi assosiasi akan sangat membantu kekurangan

dari suatu perguruan tinggi dengan mempergunakan bantuan dari

perguruan tinggi lain baik di bidang soffware, hardware maupun

brainware.

Otonomi Perguruan Tinggi menyangkut pula kewenangan

kelembagaan untuk menentukan tujuan-tujuan dan program-program

sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta kewenangan kelembagaan

untuk menggunakan cara-cara mencapai tujuan tersebut. Sedangkan

Otonomi Perguruan Tinggi yang paling hakiki adalah kebebasan

akademik berupa kebebasan dosen dan ilmuwan yang secara personal

mencari dan mencapai kebenaran lewat pengajaran dan penelitiaii tanpa

takut hukuman ataupun tindakan administratif. Pendek kata greater

autonomy bagi Perguruan Tinggi Swasta harus bermakna dan

mempunyai konsekwensi. Greater responsibility, greater quality

assurance dan greater accountability.

Greater autonomy dalam hal pengelolaanonanajerial dan

dalam pengembangan program studi kurikulum yang

dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat.

Greater responsibility, berarti bertanggungjawab kepada

semua stake holder (mewakili seluruh masysrakat) dalam

pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Page 10: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 10

Greater quality assurance, berarti jaminan lebih besar

terhadap qualitas proses maupun product, metalui evaluasi

internal didalam Perguruan Tinggi Swasta sendiri), evaluasi

exsternal oteh badan independen tuar negeri atau dalam

negeri (seperti BAN-PT ) maupun evaluasi oleh assosiasi

Perguruan Tinggi Swasta sendiri serta proses sertifikasi.

Greater Accountabibty dalam hat pengembangan ilmu,

kwatitas tulusan penggunaan dana dan hasil-hasil riset serta

manajemen pada umumnya.

V. AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI SWASTA

Akuntabilitas berarti tanggungjawab, serta tanggung gugat dan

tanggung urai. Akuntabilitas Perguruan Tinggi Swasta tidak saja hanya

kepada Pemerintah, tetapi yang lebih utama adalah akuntabilitas kepada

masyarakat terutama semua stakeholder pemakai product Perguruan

Tinggi, pemanfaat lutusan,assosiasi dan dunia profesi, assosiasi profesi

dan ilmuwan.

Pada dasarnya Perguruan Tinggi Swasta adalah juga usaha

layanan jasa. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau

prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh

konsumen.

Jasa Pendidikan mempunyai ciri khusus :

1. Dapat diukur misalnya layanan adminitrasinya.

2. Tidak dapat diukur (misalnya kwalitas pendidikan, disini ada andil

dari peserta didik).

Page 11: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 11

3. Prestasi yang diberikan oleh lembaga pendidikan sebenarnya adalah

upaya bukar, hasil.

Memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka pengelola perguruan

tinggi harus sadar bahwa setiap saat harus selalu membuktikan bahwa

dirinya melaksanakan manajemen yang baik, kinerja yang baik yang

diharuskan oleh regulasi yang ada. Disini akuntabilitas merupakan

tanggung jawab dan tanggung gugat atas keberhasilan dan kegagaian

pelaksanaan misinya dalam memberikan pelayanan kepada publik,

sesuai dengan standar kwalitas atau tidak.

Ketika Perguruan Tinggi menjalankan fungsinya pada waktu itu

sebenarnya telah terjadi transaksi antara Perguruan Tinggi dan

konsumen dalam hal ini mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Transaksi ini dapat di lihat dari :

Transaksi awal berupa : iklan, brosur, seleksi penerimaan,

Transaksi utama berupa : 1. Proses ; administrasi ; Proses belajar

Mengajar.

2. Product ; berupa lulusan

Dengan berlakunya Undang-Undang Perlindungan konsume, UU

No. 8 Tahun 1999, maka setiap penyelenggara Perguruan Tinggi wajib

mewaspadai kinerjanya. Karena pada gilirannya apabila masyarakat

konsumen pengguna usaha jasa Perguruan Tinggi telah sadar akan hak-

haknya. Tidak mustahil akan terjadi banyak gugatan dan tuntutan

kepada Perguruan Tinggi yang metakukan "mal praktek".

Akuntabilitas kepada Pemerintah pastilah menyangkut seberapa

besar kesesuaian pelaksanaan pendidikan di suatu Perguruan Tinggi

dengan syarat-yarat yang diadakan Pemerintah. Perguruan Tinggi

Page 12: KEMANDIRIAN DAN AKUNTABILITAS PERGURUAN TINGGI … filebanyak anggaran hanya untuk kepentingan jalannya organisasi. Sehingga anggaran yang sebenarnya untuk keperluan pengajaran, penelitian

Kemandirian dan Akuntabilitas Perguruan Tinggi 12

diminta juga akuntabilitasnya dalam penggunaan dananya laporan tiap

tahun oleh akuntan pablik adalah suatu yang kehausan bagi menjamin

kepercayaan Publik. Tidak kalah pertingnya adalah Akuntabilitas

Perguruan Tinggi Swasta kepada dunia profesi dalam rangka

melanggengkan pengertian, kecakapan dan ketrampilan.

Terakhir secara filosofis Perguruan Tinggi Swasta harus

bertanggungjawab secara moral dan spiritual atas segala aktivitasnya

yang dengan menunjukkan integritasnya dan pasti akan meningkatkan

martabat umat manusia pada umumnya.

Semoga!