untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka...

97
68 BAB IV KONSEPSI NEGARA DAN REVOLUSI MENURUT V.I LENIN Bab IV adalah pembahasan yang diuraikan oleh penulis sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana terungkap dalam Bab I dan dalam Bab IV ini penulis menggunakan Metode Historis untuk menguraikannya sebagaimana yang telah diungkapkan dalam Bab III sebelumnya. Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka diajukanlah beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Mengapa V.I Lenin berpikir kritis mengenai konsep negara dan revolusi? 2. Bagaimana pemikiran V.I Lenin tentang negara dan revolusi? 3. Bagaimana kontribusi pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang mempengaruhi pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi? 4. Bagaimana dampak pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi terhadap perkembangan sejarah di Rusia? Rusia yang akan dibicarakan dalam bab ini adalah Rusia pada tahun 1917 dimana terjadi sebuah Revolusi yang dinamakan Revolusi Bolshevik dibawah pimpinan Vladimir Ilyich Lenin untuk menurunkan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Alexander Kerensky. Adapun penjabaran dari negara Rusia, adalah negara terbesar diantara 15 Republik Uni Sovyet (Republik Uni Sovyet ini adalah kumpulan dari negara- negara yang berada di Eropa Timur). 15 negara tersebut adalah Rusia, Ukraina, Belarusia, Uzbekistan, Kazakstan, Georgia, Azerbeijan, Lithuania, Moldavia, 68

Upload: duonghanh

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

68

BAB IV

KONSEPSI NEGARA DAN REVOLUSI MENURUT V.I LENIN

Bab IV adalah pembahasan yang diuraikan oleh penulis sesuai dengan

perumusan masalah sebagaimana terungkap dalam Bab I dan dalam Bab IV ini

penulis menggunakan Metode Historis untuk menguraikannya sebagaimana yang

telah diungkapkan dalam Bab III sebelumnya.

Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka diajukanlah beberapa

permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Mengapa V.I Lenin berpikir kritis mengenai konsep negara dan revolusi?

2. Bagaimana pemikiran V.I Lenin tentang negara dan revolusi?

3. Bagaimana kontribusi pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang

mempengaruhi pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi?

4. Bagaimana dampak pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan

revolusi terhadap perkembangan sejarah di Rusia?

Rusia yang akan dibicarakan dalam bab ini adalah Rusia pada tahun 1917

dimana terjadi sebuah Revolusi yang dinamakan Revolusi Bolshevik dibawah

pimpinan Vladimir Ilyich Lenin untuk menurunkan pemerintahan sementara yang

dipimpin oleh Alexander Kerensky.

Adapun penjabaran dari negara Rusia, adalah negara terbesar diantara 15

Republik Uni Sovyet (Republik Uni Sovyet ini adalah kumpulan dari negara-

negara yang berada di Eropa Timur). 15 negara tersebut adalah Rusia, Ukraina,

Belarusia, Uzbekistan, Kazakstan, Georgia, Azerbeijan, Lithuania, Moldavia,

68

Page 2: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

69

Latvia, Kirghistan, Tajikhistan, Armenia, Turkmenistan dan Estonia. Rusia

terbentang antara sebelah utara dekat kutub utara dan sampai pada samudera

Arktika yang es-nya selalu membeku walaupun pada musim panas. Sebelah

selatan Rusia ini selalu basah oleh air yang berasal dari Laut Hitam sehingga

tumbuh pohon Salem dan jeruk. Sebelah barat Rusia berbatasan dengan Lautan

Baltik dan di sebelah Timur terbentang sampai ke Laut Bering yang memisahkan

antara Asia dan Amerika.

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka penulis

membagi bab ini menjadi beberapa sub-bab, hal ini dilakukan agar memudahkan

penulis dalam proses pembahasan dan penulisan menjadi sistematis dan lebih

terarah. Adapun sub-bab tersebut antara lain riwayat singkat Vladimir Ilyich

Lenin, latar belakang V.I Lenin berpikir kritis, pemikiran V.I Lenin tentang

negara dan revolusi, kontribusi pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang

mempengaruhi pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi, serta

dampak pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi terhadap

perkembangan sejarah di Rusia.

A. Riwayat singkat Vladimir Ilyich Lenin

Bila dilihat dari latar belakangnya, tidak akan ada seorang yang pun yang

menyangka bahwa Vladimir Ilyich Ulyanov akan menjadi tokoh besar yang

menentukan nasib dari negara Uni Sovyet selanjutnya. Sebelum melanjutkan

pembahasan terhadap apa yang dipikirkan V.I Lenin tentang negara dan revolusi,

Page 3: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

70

terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan latar belakang keluarga Lenin dan

bagaimana perjalanan hidupnya hingga mencapai Revolusi Bolshevik tahun 1917.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arif dan Prasetyo (2004:2), bahwa

Lenin adalah:

”...sosok yang cerdas yang dilahirkan dengan nama Vladimir Ilyich Ulyanov pada tanggal 10 April 1870 menurut kalender Rusia atau 22 April 1870 menurut kalender modern di Simbrisk atau yang kemudian berubah namanya menjadi Ulyanovski di wilayah Olga. Dia adalah anak ketiga dari seorang ahli bedah dan administrator sekolah yang telah mencapai derajat terhormat dalam kehidupan sosial masyarakat Rusia pada saat itu. Lenin muda tumbuh menjadi seorang pelajar yang cerdas dan teliti. Hempasan dalam hidupnya dimulai dengan meninggalnya sang ayah dan hal itu menjadikan Lenin menjadi seorang Atheis”. Dengan kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa setelah dua orang

terdekatnya itu meninggal, hal itu mengakibatkan pukulan yang berat bagi Lenin

sampai akhirnya ia dikeluarkan dari Universitas Kasan. Akan tetapi, ia dapat

melanjutkan studi hukumnya di Universitas Petersburg. Pada tahun 1892 ia mulai

bekerja sebagai pengacara. Ia mulai masuk ke dalam pelbagai kelompok Marxis

dan menulis artikel-artikel tentang masalah-masalah sosialisme. Ia menentang

anggapan kaum Narodniki (kawan-kawan rakyat) bahwa di Rusia proletariat

industri dapat diganti oleh kaum tani dalam revolusi sosialis. Karena agitasi

politiknya tersebut, maka pada tahun 1986 Lenin dihukum pembuangan ke

Siberia.

Meskipun tengah mengalami hukum pembuangan akan tetapi Lenin

diperbolehkan untuk membawa kekasihnya dengan alasan dinikahi terlebih dahulu

hingga akhirnya Lenin menikah dengan wanita yang juga berjiwa revolusioner

yaitu Nadyeshda Konstantinova Krupskaya.

Page 4: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

71

Kemudian pada tahun 1989, didirikanlah Partai Buruh Sosial Demokrat

Rusia (PBSDR) namun tak berselang lama Lenin dihukum pembuangan lagi akan

tetapi ia dapat melarikan diri ke Eropa Barat dan menetap di Swiss. Bersama

dengan dengan Plekhanov, Martov dan Vera Sassulic, Lenin menerbitkan majalah

Marxis-revolusioner Iskra (Bunga Api) yang kemudian diselundupkan di Rusia.

Berselang dari itu, pada tahun 1902, terbitlah tulisan Lenin yang pertama kalinya

yaitu ”Berbuat Apa?” dimana ia mengeluarkan pahamnya yang baru tentang partai

perintis.

Konsepsi partai itu mendapat tentangan yang luas antara lain dari Rosa

Luxemburg. Perbedaan tentang partai mengakibatkan perpecahan Partai Sosial

Demokrat Rusia dalam kongresnya 1903 di Brussel dan London kedalam dua

kubu yaitu Kaum Bolshevik berarti mayoritas (bolshintvo) yang mendukung

konsepsi Lenin dan kaum Menshevik berarti minoritas (menshintvo) yang

dipimpin oleh Martov dan kawan-kawannya menolak apa yang dikemukakan oleh

Lenin.

Perjalanan berikutnya merupakan tahun-tahun yang kurang

menguntungkan bagi Lenin dan partainya. Revolusi 1905 di Rusia pecah secara

mendadak dan kaum sosial demokrat tidak siap. Keadaan politik dan ekonomi di

Rusia mulai membaik dan kaum Bolshevik tidak mempunyai ruang gerak dan

tempat yang luas untuk berpijak. Sementara itu, di pengasingan antara lain

Muenchen, Paris, Krakau, dan Geneva, Lenin terus berhubungan dengan partainya

di Rusia. Ia juga turut serta dalam pelbagai polemik dalam Internasionale II

Page 5: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

72

(Asosiasi Buruh Internasional II). Lagi, menurut Suseno (2005:4) menerangkan

bahwa:

”Lenin dengan tulisan-tulisannya tersebut, ia menyerang dengan sangat populis segala pendapat di kalangan sosialis yang dianggapnya dapat memperlemah kesadaran revolusioner proletariat. Pada tahun 1908 terbitlah buku yang berjudul ’Materialisme dan Empiro-kritisisme’ yang kemudian bersama dengan buku Anti-Dühring karangan Engels akan menjadi dasar Materialisme Dialektis, filsafat alam resmi Marxisme-Leninisme”. Kemudian, situasi itu berubah karena adanya Perang Dunia I, perang itu

dengan nasionalisme menggelora di kedua belah pihak ternyata memecahbelah

kaum sosial demokrat Eropa. Sayap kiri, diantaranya Lenin, menuntut agar kaum

sosialis menentang ”perang kaum kapitalis dan imperialis” itu, tetapi mayoritas

dalam partai-partai sosialis di Jerman dan Prancis berpihak pada pemerintah

masing-masing dan ikut menyetujui pinjaman-pinjaman pemerintah masing-

masing untuk membiayai pelaksanaan perang. Sebagai akibat perpecahan itu

Internasionale II amruk. Lenin ikut dalam konferensi anti-perang kaum sosialis

kiri di Zimmerwald (1915) dan Kienthal (1916), namun resolusinya untuk

mengubah perang dijadikan perang saudara tidak dapat diterima. Lenin dan kaum

kiri radikal kelihatan sama sekali tersingkir dari kejadian-kejadian di panggung

dunia. Pada waktu yang sama Lenin masih sempat mempelajari buku Logika

Hegel.

Sementara itu, di Rusia telah terjadi perkembangan yang akan berakibat

jauh. Sesudah sederetan kekalahan di medan perang dan dengan keadaan ekonomi

semakin hancur, Tsar Nikolaus II dipaksa turun tahta pada tanggal 15 Maret 1915

atau peristiwa tersebut lebih dikenal dengan sebutan Revolusi Maret 1917.

Page 6: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

73

Pemerintahan diambil alih oleh sebuah koalisi semua kekuatan nasional. Itulah

kesempatan yang ditunggu-tunggu Lenin. Dengan bantuan staf angkatan perang

Jerman, yang mengharapkan bahwa Lenin akan memperlemah tekad Rusia untuk

melanjutkan perang, Lenin pulang ke Rusia pada tanggal 3 April. Kemudian ia

langsung menarik partai Bolshevik dari koalisi nasional dan mengumumkan

sebuah program radikal untuk mematangkan kondisi-kondisi untuk melakukan

revolusi.

Sekali lagi Suseno menegaskan (2005:5), bahwa:

”Dengan semogan ’Roti dan Perdamaian’ ia mencari dukungan masa yang menderita. Ia menuntut agar perang melawan Jerman dan Australia-Hongaria langsung dihentikan, tanah para bangsawan diserahkan kepada kaum tani, bank-bank dinasionalisasikan, produksi industri dan pembagian hasilnya diawasi oleh para buruh sendiri, tentara, polisi dan demokrasi dihapus”. Dengan tuntutan, ”seluruh kekuasaan kepada sovyet-sovyet” (”dewan”

buruh dan prajurit yang desersi). Lenin mencoba menggerogoti legitimasi

parlemen resmi. Sebuah percobaan pemberontakan sayap kiri partai Bolshevik

pada bulan Juli 1917 gagal karena tergesa-gesa sehingga Lenin terpaksa harus

melarikan diri kembali ke Finlandia. Pemerintah yang diambil alih oleh Kerensky

dari Partai Sosial Revolusioner tidak berhasil menstabilkan keadaan.

Barulah kemudian, pada bulan Oktober 1917, Lenin kembali Petrograd

dan bersama Trotsky mempersiapkan pemberontakan bersenjata, dan terbuktilah

pada tanggal 7 Novembern 1917 (menurut penanggalan kuno Rusia masih di

Bulan Oktober) massa buruh pendukung Lenin yang dibantu oleh kelas-kelas

angkatan laut dari Kronstadt, mengambil alih kekuasaan di Petrograd. Kerensky

Page 7: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

74

berhasil melarikan diri. Di bawah Lenin dibentuklah ”Dewan Komisaris Rakyat”

sebagai pemerintahan baru.

Namun, Lenin mengalami banyak tantangan dalam proses

kepemimpinannya, baik dari dalam partai maupun dari luar Partai Bolshevik.

Adapun hal yang harus dihadapi oleh Lenin pasca revolusi, Arif dan Prasetyo

(2005:18) menyimpulkan:

”Pertama, Lenin harus segera menghadapi keinginan kelompok sayap kanan dalam kepemimpinan Partai Bolshevik tentang perlu dimasukkannya Partai Menshevik dan Partai Sosial Revolusioner sayap kanan dalam pemerintahan koalisi. Kedua, Lenin harus dengan segera mengatasi persoalan perdamaian dengan Jerman, sebagaimana yang dijanjikannya menjelang Revolusi Oktober 1917. Hal itu terbukti dengan ditandatanganinya antara Pemerintahan Sovyet dengan Jerman dalam Perjanjian Brest-Litovsk. Ketiga, dan yang paling sulit adalah tantangan ekonomi. Selain persoalan ekonomi peninggalan dari Pemerintahan Sementara, kebijakan Komunisme Perang pada saat perang sipil juga menambah beban berat ekonomi rakyat. Melalui kebijakan itu, pemerintah mengambilalih alat-alat produksi dan sangat membatasi ruang bagi kepemilikan pribadi, dan untuk mendukung bahan pangan bagi para buruh dan tentara yang sedang perang, pemerintah menyita gandum dari para petani kecil”. Tantangan yang akan dihadapi Lenin begitu berat dan mengandung banyak

aspek, baik itu masalah internal pemerintahan Rusia sendiri, masalah

perekonomian hingga permasalahan hubungan luar negeri dengan Jerman ketika

Perang Dunia I.

Dalam menyikapi persoalan yang pertama, yaitu memasukkan Partai

Mensyevik dan Partai Sosial Revolusioner sayap kanan kedalam pemerintahan

koalisi yang dipimpin Lenin. Kemudian, dengan tegas lenin menjawabnya dengan

menberikan syarat-syarat yang tidak akan mungkin diterima oleh Menshevik dan

Partai Sosial Revolusioner yaitu agar partai-partai tersebut mau menerima bentuk

Page 8: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

75

pemerintahan Sovyet dan bukan lagi parlementer. Namun, hanyalah Partai

Sosialis Revolusioner sayap kiri saja yang menerima syarat tersebut dan dapat

masuk kedalam pemerintahan koalisi. Seiring dengan masuknya partai lain dalam

pemerintahan koalisi tersebut, Lenin pun tak segan untuk membubarkan dewan

konstituante apabila tidak seperti yang ia harapkan. Dan untuk mencegah hal

tersebut terjadi dibentuklah Polisi Rahasia Cheka yang bertujuan untuk mengatasi

”musuh-musuh revolusi”.

Dalam permasalahan yang kedua yaitu Perjanjian Brest-Litovsk dengan

Jerman. Lenin menemui banyak reaksi yang diakibatkan perjanjian tersebut,

namun nampaknya Lenin tidak mempunyai pilihan lain agar revolusi yang ia

jalankan dapat berjalan dengan lancar. Akibat dari perjanjian ini juga, Rusia

kehilangan Finlandia, Polandia, provinsi-provinsi Baltik dan Ukraina. Hal tersebut

dianggap sangat mengecewakan, dan munculah beragai reaksi dari tiga pihak

yaitu 1) Kelompok komunis kiri yang secara fanatik menolak perjanjian dan

mengajak berperang, meski itu berarti membahayakan Pemerintahan Sovyet.

Lenin menolaknya dengan tegas dan memberikan pilihan ”menerima atau dia

mengundurkan diri dari pemerintahan”. Menurut Lenin, perdamaian adalah hasrat

yang paling dalam dari rakyat yang sudah jemu dengan perang. Dan akhirnya,

Sentral Komite Partai dapat menerima perjanjian itu. 2) Kelompok-kelompok

pengikut Tsar di Rusia dan reaksi ini didukung oleh reaksi yang ketiga 3) yaitu

dari sekutu. Pihak sekutu yang tidak menyukai perjanjian damai dan ini berarti

akan kehilangan dukungan dari Rusia dalam pertempurannya menghadapi Jerman,

dan sekutu berusaha untuk menjatuhkan pemerintahan Sovyet tersebut dengan

Page 9: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

76

mendukung usaha-usaha pemberontakan kaum pengikut Tsar untuk kembali

berkuasa. Inggris, AS, Jepang Perancis menyerbu Sovyet dar timur (Vladivostok),

utara (Murmansk), barat (Estonia, Turki), selatan (Laut Kaspia). Para perwira

tentara anti-Bolshevik di Rusia Selatan mengerahkan tentara sukarela dibawah

pimpinan Jenderal Lavr Kornilov dan Anton Denikin dengan mendapat dukungan

dari Inggrisd an Perancis. Kekuatan anti-Bolshevik inilah yang kemudian dikenal

sebagi Rusia Putih. Namun semua serangan itu dapat dilumpuhkan oleh Tentara

Merah yang dipimpin oleh Trotsky.

Tiga tahun berikutnya menjadi tahun yang penuh dengan tantangan. Hanya

berkat dan tekad tangan besi Lenin kaum Bolshevik berhasil memantapkan

kekuasaan mereka setelah membasmi segala macam perlawanan. Dalam

pemilihan umum untuk Konstituante hanya 17 hari sesudah Revolusi Oktober

partai Bolshevik mengalami kekalahan besar dari Partai Sosial Revolusioner yang

memperoleh 58 persen dari semua suara. Tetapi Lenin tidak peduli nampaknya,

hal itu terbukti ketika hari pertama sidang lenin membubarkannya dengan bantuan

satu kompi penembak jitu dari Latvia.

Kemudian, pemerintahan baru segera memulai dan melaksanakan program

kaum Bolshevik yaitu: tanah para tuan tanah diambil alih dan diserahkan kepada

dewan-dewan tani; ditetapkan hak penentuan diri bagi semua bangsa di Rusia;

hukum khusus yang mendiskriminasikan orang yahudi yang dibatalkan dan

perang diakhiri dalam perdamaian Brest-Litowsk. Partai Bolshevik secara resmi

menggantikan namanya menjadi ”Partai Komunis Rusia” dan pemerintahan

pindah ke Moskwa. Semua rencana yang dicanangkan oleh kaum Bolshevik

Page 10: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

77

langsung dilaksanakan dan diambil alih oleh negara. Untuk lebih efektif dalam

melawan segala bentuk perlawanan hanya beberapa hari sesudah kaum Bolshevik

merebut kekuasaan, Lenin menyuruh Felix Dsershinski seorang Polandia dan

kawan akrab untuk membangun polisi rahasia ”Tsheka”.

Namun, nampaknya perlawanan terhadap rezim komunis masih kuat. Hal

itu terukti selama tahun 1918-1921 pelbagai pasukan ”putih” dalam dan luar

negeri berusaha menjatuhkan pemerintahan komunis, namun akhirnya dipatahkan

oleh bantuan dari Tentara Merah yang dipimpin oleh Leon. D Trotsky. Situasi

”komunisme perang” ini memaksa pemerintah revolusioner untuk mengambil

tindakan keras terhadap serangan semua lawan. Untuk memaksa para petani

menyerahkan sebagian hasil panennya dikirim ekspedisi-ekspedisi hukuman ke

desa-desa. Para petani menjawab dengan menyembelih hewan ternak dan berhenti

menggarap tanah mereka. Maka, sebagai akibatnya tak ayal lagi adalah produksi

pertanian di Rusia menurun drastis. Dalam kelaparan pada tahun 1918-1922

diperkirakan ada lima juta orang mati dan pada tahun 1919 Lenin membubarkan

dewan-dewan buruh (sovyet) yang pada tahun 1917 menjadi tulang punggung

perebutan kekuasaan. Dua tahun kemudian kelasi-kelasi di Kronstandt yang empat

tahun sebelumnya memainkan peran kunci dalam Revolusi Oktober berontak

terhadap rezim komunis, tetapi atas perintah Lenin juga ditumpaslah oleh Trotsky.

Pada tahun 1921, Lenin membalikkan kebijakannya karena menyadari

bahwa Rusia berada dalam bahaya kehancuran. Ditetapkan ”kebijakan ekonomis

baru (new economic politics) dimana penyerahan hasil pertanian diganti pajak

berbentuk hasil produksi dan perdagangan bebas diizinkan kembali di pasar-pasar

Page 11: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

78

demikian juga usaha pertukangan, perusahaan kecil dan menengah swasta. Pada

tahun 1922 diumumkan undang-undang dasar baru: dimana Rusia menjadi ”Uni

Republik Sovyet Sosialis” atau biasa disebut dengan Uni Sovyet dan hal bangsa-

bangsa republik-republik itu untuk memisahkan diri diakui secara eksplisit. Tiga

tahun sebelumnya Lenin telah mendirikan Asosiasi Internasional Sosialis III

(Komintern). Melalui komintern Moskwa dapat menggerakan dan sekaligus

mengontrol partai-partai komunis lokal di seluruh dunia yang sebaliknya selalu

mendapat dukungan dan perlindungan dari Moskwa. Mulailah ”gerakan komunis

internasional” yang akan menjadi salah satu kekuatan politik utama dalam abad

ke-20.

Kemudian, pada musim semi 1922, Lenin jatuh sakit parah. Setelah dalam

bulan April, dokter berhasil mengeluarkan sebuah peluru dari lehernya yang

didapati saat rencana pembunuhan pada bulan Agustus 1918 sehingga

mengakibatkan Lenin mengalami pendarahan otak. Pada 10 Maret 1923, serangan

stroke yang kedua membuatnya tak lagi bisa berbicara, setengah lumpuh dan

berakhirlah aktivitas politiknya.

Hingga akhirnya pada 21 Januari 1924, tibalah saat-saat terakhir dari

seorang tokoh besar. Pagi hari tanggal 21 Januari 1924 serangan stroke yang

ketiga menyerang, dan pada siang harinya dia meninggal dunia di Gorky, dekat

Moskow. Jenazahnya diawetkan dan dimakamkan di dekat Kremlin dalam suatu

Mausoleum (makam yang indah) dimana setiap rakyat Rusia dapat melihat wajah

dari ”Bapak Komunisme Rusia” itu di persemayaman yang terakhirnya.

Page 12: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

79

B. Latar Belakang V.I Lenin berpikir kritis

Pemikiran kritis Vladimir Ilyich Lenin didasari atas banyak alasan dan

konsekuensi yang ingin diwujudkan Lenin dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara di Rusia. Khususnya dalam hal ini bagaimana mewujudkan Revolusi

Sosialis sehingga Negara Sosialis pun dapat terbentuk sebagaimana yang

dipikirkannya. Semangat revolusionernya bukan tumbuh begitu saja, tetapi

merupakan puncak dari rangkaian demi rangkaian peristiwa yang terjadi pada

Lenin. Pada awalnya semangat itu bukan diinspirasi oleh suatu visi tentang masa

depan yang lebih adil, akan tetapi semangat tersebut dilandasi oleh kemarahan dan

didorong oleh hasrat untuk balas dendam. Menurut Pipes (2003: 43) menyatakan

bahwa salah satu ciri utama kepribadian Lenin adalah kebencian yang didasari

atas pengalaman tragis yang terjadi selama hidupnya.

Berjalan seiring waktu akhirnya Lenin menemukan jati dirinya sebagai

pejuang revolusioner Rusia yang ingin mengubah masa depan negaranya yang

selama ini dilingkupi oleh sistem feodalis.

Semua berawal dari Revolusi rusia yang terjadi pada tahun 1905, peristiwa

tersebut mengakibatkan runtuhnya pemerintahan feodalis Tsar dan digantikan

dengan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Pangeran George Lvov.

Pertentangan antara kedua golongan dari Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia

yaitu Bolshevik dan Mensyevik semakin tajam setelah teradinya Revolusi 1905.

menurut Arif dan Prasetyo (2004: 11) dalam bukunya menyatakan bahwa :

”Menurut Mensyevik yang dipimpin oleh Plekhanov, revolusi 1905 itu terdiri dari dua tahap yaitu pertama, revolusi borjuis yang dipraktikkan dengan aliansi dengan kaum liberal dan kedua revolusi proletar. Namun oleh Lenin, hal tersebut ditentang keras. Lenin menolak aliansi kaum

Page 13: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

80

proletar dengan kaum borjuis dengan alasan kaum borjuis terlalu penakut untuk melakukan revolusinya sendiri. Justru menurut Lenin, kaum proletar harus beraliansi dengan kaum petani kecil untuk mendirikan sebuah kediktatoran demokratik revoluisoner kaum proletariat dan petani kecil”.

Pertentangan tersebut menimbulkan gesekan yang semakin tajam antara

Bolshevik dan Menshevik, sehingga semakin sulit untuk disatukan oleh adanya

persamaan ideologi dan perjuangan revolusioner yang mereka usung ketika

pertama membentuk Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia.

Selain hal tersebut, munculnya pemikiran kritis Lenin juga

dilatarbelakangi oleh kondisi Rusia sebelum terjadinya Revolusi Bolshevik

Oktober 1917 sebagaimana yang diungkapkan oleh Kohn (1966:103) yaitu

sebagai berikut:

“Peperangan telah memakan biaya sebesar 1,820 juta Rubbel pada tahun 1915 dan 14,573 juta Rubbel pada tahun 1916, hampir delapan kali lipat. Pada permulaan perang, uang kertas yang beredar berjumlah 1,630 juta Rubbel. Indeks harga naik dari 100 pada permulaan perang menjadi 115 pada tanggal 1 Januari 1915, 238 pada tanggal 1 Januari 1916 dan melonjak naik 702 pada tanggal 1 Januari 1917.” Keadaan yang diungkapkan diatas adalah hal-hal yang diakibatkan oleh

adanya Perang Dunia yang melibatkan Rusia sebagai pihak sekutu bersama

dengan Inggris, Perancis, dan Serbia. Pada bulan Juli 1917, Rusia mengalami

situasi sosial dan politik yang semakin memburuk dan penuh dengan

ketidakpastian. Rakyat sebagai pihak yang paling banyak dirugikan atas dampak

perang tersebut menjadi semakin menderita. Rusia mengalami kerugian ekonomi

yang begitu besar sedangkan apa yang dihasilkan dari sumber daya alamnya tidak

dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kekalahan Rusia di medan perang untuk

membantu sekutu di Barat pada bulan Juli 1917 nampaknya berhasil

Page 14: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

81

menghancurkan moral tentara Rusia dan membuat Pangeran George Lvov

digantikan oleh Alexander Karensky pada tanggal 20 Juli 1917.

Pemerintahan sementara yang dipimpin Alexander Karensky tersebut

merupakan pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas golongan Menshevik.

Ketika menggantikan Lvov, pemerintahan Karensky berjanji untuk sesegera

mungkin mengadakan sidang Majelis Konstituante guna membentuk suatu

pemerintah republik yang baru: tetapi karena terbebani oleh tugas-tugas lain yang

lebih mendesak ia terus-menerus menunda pemilihannya. Selain itu juga

pemerintah menunda Reformasi Agraria. Para petani penggarap yang sudah tidak

sabar kemudian menyerang tanah-tanah pribadi sementara para tentara

meninggalkan medan peperangan karena ingin segera pulang untuk menerima

pembagian tanah yang telah dijanjikan pemerintah.

Menurut Pipes (2003:52) dalam bukunya Komunisme Sebuah Sejarah

menyatakan bahwa kelemahan dari pemerintahan sementara adalah:

”Selama kurun waktu itu, pemerintahan sementara bersikeras tetap meneruskan peperangan yang sudah semakin kehilangan pendukung di dalam negeri. Negeri tersebut, yang selam berabad-abad dipersatukan lebih oleh otoritas negara daripada oleh kohesi sosial, dan jatuh pada anarki”. Pendapat Pipes juga selaras dengan pendapat dari Arif dan Prasetyo (2004:

16) bahwa :

”Ketika terjadi kekalahan perang, pemerintahan Karensky telah kehilangan dukungan populernya. Keresahan dan keputusasaan sosial terjadi dimana-mana. Tentara sudah jemu untuk berperang, para petani kecil membutuhkan lahan garapan, dan kaum buruh kekurangan pangan. Mereka menginginkan perubahan yang menyeluruh. Akhirnya pada bulan September diadakan pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota Dewan Sovyet Petrograd, dan Dewan Soviet di kota-kota besar dan kecil

Page 15: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

82

di seluruh negeri. Dengan slogan Perdamaian, Pembagian tanah dan Bahan Pangan, Bolshevik meraih kemenangan mayoritas”. Situasi politik saat itu memiliki nilai positif bagi pergerakan yang

dilakukan oleh Lenin, dengan semboyan ”Roti, Pembagian Tanah dan

Perdamaian” ia mencari dukungan massa yang menderita dari petani yang

tanahnya diambil oleh para bangsawan dan dari tentara yang kawan dan

keluarganya meninggal di medan perang. Lenin juga menarik simpati massa

dengan janji akan mengembalikan situasi dan kondisi menjadi aman terkendali. Ia

menuntut agar perang melawan Jerman dan Austria-Hongaria langsung

dihentikan, tanah para bangsawan diserahkan kepada kaum tani, bank-bank

dinasionalisasikan, produksi industri dan pembagian hasilnya diawasi oleh para

buruh sendiri, tentara, polisi dan birokrasi harus dihapuskan.

Ketidakmampuan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Karensky

tersebut, memberikan kesempatan bagi Lenin untuk mengatur jalannya revolusi

Juli 1917 namun dapat digagalkan oleh tentara Karensky karena terlalu terburu-

buru sehingga membuat Lenin harus menyingkir terlebih dahulu ke Finlandia.

Selanjutnya, faktor lain yang melatarbelakangi Lenin berpikir kritis

tentang apa yang terjadi di negaranya adalah adanya pemikiran mengenai

perwujudan dari negara Sosialis dengan Revolusi Sosialis sebagai sarana untuk

mencapainya. Hal yang terlebih dahulu harus diwujudkan adalah dalam bentuk

yang paling kecil yaitu organisasi untuk menghimpun massa buruh dan petani

kecil yang menjadi sasaran utama dari gerakan yang dilancarkan Lenin. Pemikiran

Karl Marx yang diselaraskan dengan apa yang dipikirkan Lenin menjadi tidak

terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Page 16: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

83

Suseno (2005:9) menyatakan dalam bukunya Dalam Bayang-bayang

Lenin bahwa:

”Masalah besar yang dihadapi oleh Lenin ketika terjun di gelanggang perjuangan politik adalah apakah di Rusia sosialisme harus dicapai melalui jalan yang sama dengan di negara-negara industri maju, ataukah ada sebuah jalan khusus, langsung dari feodalisme ke sosialisme. Sebagai seorang Marxis, bagi Lenin jawabannya jelas: tak ada jalan khusus Rusia menuju sosialisme. Di Rusia pun sosialisme hanya dapat tercapai melalui sebuah revolusi anti-kapitalis. Tahap kapitalisme tidak dapat diloncati”. Hal itu berarti, sosialisme dapat diwujudkan apabila Rusia sudah melewati

tahapan Kapitalis yang matang sebagaimana yang dikatakan oleh Marx dan Rusia

harus menunggu hingga berpuluh-puluh tahun hingga hal itu dapat benar-benar

terjadi. Lenin menolak tentang kesimpulan ini, dan ia memutuskan bahwa

Sosialisme harus cepat direalisasikan tanpa harus menunggu berakhirnya

Kapitalisme sedangkan Rusia saat itu masih berada dalam fase awal kapitalis.

Suseno (2005:10) mengutip pernyataan dari Lenin yaitu teori yang mengatakan

bahwa Imperialisme sebagai tahap akhir kapitalisme.

Lenin berpendapat (Suseno, 2005:10) bahwa:

”Imperialisme merupakan sarana negara-negara kapitalis maju untuk sementara dapat mengekspor ketegangan-ketegangan internal mereka ke negara-negara pra-kapitalis. Tetapi dengan demikian – itulah kesimpulan asli Lenin – revolusi sosialis justru lebih mungkin akan pecah di negara-negara pra-kapitalis. Negara-negara itu adalah mata rantai yang paling lemah dalam sistem kapitalisme internasional. Jadi revolusi sosialis akan pecah bukan di pusat kapitalisme, melainkan di pinggirannya”. Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan utama dari pergerakan yang

dilakukan oleh Lenin adalah untuk menciptakan Revolusi Sosialis dengan

mewujudkan kekuatan yang dimiliki oleh kaum proletar yaitu buruh dan petani

Page 17: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

84

kecil. Dengan peranan dari kaum yang terpelajar (Inteligensia), kaum proletar bisa

dijadikan kekuatan dan kelas revolusioner.

Hal pertama yang dilakukan adalah pembentukan partai buruh yang

berbeda dari organisasi buruh yang sudah ada. Lenin menegaskan bahwa partai itu

memerlukan struktur organisatoris sedemikian rupa, hingga betul-betul dapat

memimpin perjuangan buruh.

Suseno mengutip perkataan Lenin (2005:15) bahwa:

”Partai tidak boleh terbuka luas, melainkan terdiri atas orang-orang yang ”pekerjaan pokoknya adalah kegiatan revolusioner” yang ”terlatih secara profesional dalam seni perjuangan melawan polisi politik”. Partai itu harus merupakan sebuah organisasi tertutup dan konspirasif yang terdiri atas orang-orang revolusioner purna waktu, dengan tidak membedakan antara kaum buruh dan kaum intelektual”. Maka, dengan ada penjabaran yang begitu kompleks dari Lenin mengenai

ideologi, partai, tujuan, sasaran, dan penggerak lengkap sudah apa yang harus

dimilikinya dalam proses menuju terwujudnya Revolusi Sosialis. Sebagai puncak

dari apa yang dipikirkan Lenin, adalah adanya bentuk kenegaraan yang

dinamakan Diktator Proletariat yang terdiri dari gabungan dari kaum buruh dan

kaum tani yang berjiwa revolusioner. Aspek-aspek tersebutlah yang akan

mempengaruhi pemikiran kritis Lenin mengenai konsep negara dan revolusi yang

dipikirkannya. Tak hanya sebatas teoritis, Lenin berusaha sekuat tenaga untuk

membuktikan hal tersebut sehingga apa yang dipikirkannya dapat diwujudkan

dalam tataran praktis.

C. Pemikiran V.I Lenin tentang Negara dan Revolusi

Pemikiran Karl Marx tidak akan ada artinya apabila tidak dibuktikan oleh

adanya sumbangsih dari pemikiran Lenin sendiri. Pemikiran Marx hanya akan

Page 18: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

85

diketahui oleh para tokoh filsafat dan ahli ekonomi saja, tak akan ada pula hal

yang disebut Marxisme-Leninisme sebagai sebuah isme dan ideologi yang

berpengaruh pada negara yang disebut Negara Komunis. Lenin telah menjadi

pelopor orang yang mempraktiskan pemikiran-pemikiran Marx, tidak hanya

sekedar berwacana saja tetapi dibuktikan dalam pergerakan revolusionernya di

Rusia. Lenin jugalah bukti dari anak remaja Rusia yang mampu memberikan

kekuatan luar biasa bagi terciptanya gerakan-gerakan perubahan, perubahan dari

penindasan kaum borjuis dan kapital dalam industrialisasi menuju terwujudnya

sebuah komunitas masyarakat yang sosialis, tanpa kelas dan tanpa penindasan.

Sejak akhir September, Lenin dari persembunyiannya di Finlandia

(sebagai akibat dari gerakan pada Juli 1917) mengirimkan artikel-artikel dan

surat-surat ke Petrograd yang menyarankan pada Sentral Komite Partai untuk

mengorganisasikan pengambilalihan kekuasaan dengan bersenjata tanpa

menunda-nunda lagi. Tapi jerih payahnya ini tidak banyak direspon, sehingga

Lenin memutuskan untuk mengambil tindakan, sebuah tindakan yang akan

membawa perubahan dalam kehidupannya selanjutnya yaitu Revolusi.

Pengikut Lenin tidak banyak, tetapi mereka sangat terorganisasi dan patuh

pada perintah yang diberikan oleh Komite Pusat. Tidak ada partai lain yang

seperti itu: kaum Sosialis-Revolusioner yang jauh lebih cepat popular di mata

warga, terutama di kalangan petani penggarap, mempunyai struktur yang longgar

yang tidak memungkinkan mereka memobilisasi pengikutnya.

Page 19: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

86

Selain itu juga, tercatat tidak ada politisi selain Lenin, yang ingin

mengambil alih kekuasaan dan memikul tanggung jawab untuk memerintah

sebuah negara yang tampaknya tidak terkendali itu dan menunggu saat yang tepat

untuk bertindak. Hingga akhirnya terjadilah Revolusi Bolshevik pada tanggal 23-

24 Oktober 1917.

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada sub-bab sebelumnya bahwa

Lenin memiliki kekuataan dari pada buruh dan petani kecil. Akan tetapi tidak

begitu saja, buruh dan petani kecil itu bisa diubah menjadi tentara bersenjata yang

revolusioner. Oleh karena itu tak heran apabila Lenin menolak mentah-mentah

gagasan kaum Menshevik dengan Teori Dua Jembatannya yang menyatakan

bahwa untuk sampai pada Revolusi Sosialis para proletariat itu (buruh dan petani

kecil) harus bekerja sama dengan kaum borjuis untuk dapat mewujudkan revolusi.

Sebagaimana yang dikutip oleh Suseno (2005:10) Lenin berpikir bahwa :

“Kaum proletariat harus bersekutu dengan kelas Borjuasi, tetapi sebagai yang memimpin gerakan revolusioner. Apabila kekuasaan Tsar sudah dihancurkan, proletariat lalu sudah berada dalam posisi untuk dalam waktu tidak terlalu lama meneruskan revolusi dan mengakhiri kekuasaan Borjuasi. Karena itu, Lenin selalu menegaskan bahwa proletariat harus dibentuk sebagai kekuatan politik mandiri yang tidak hanya melawan kekuasaan feudal Tsar saja, melainkan senantiasa sadar bahwa musuhnya yang sebenarnya adalah para pemilik modal”. Pada kenyataannya, Buruh dan petani kecil Rusia belum bisa diandalkan

begitu saja dalam pergerakan revolusioner, oleh karena itu perlu diadakan

penyuntikkan kesadaran revolusioner dalam diri mereka agar dapat melaksanakan

semua tujuan revolusionernya. Secara logika, para buruh dan petani kecil yang

hanya mengenyam pendidikan rendah tidak akan mudah secara spontan dapat

sampai ke sosialisme ilmiah yang begitu kompleks. Dalam semua cerita dari

Page 20: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

87

negara-negara industri para buruh hanya bisa menumbuhkan kesadaran pola

serikat buruh artinya keyakinan akan perlunya mempersatukan diri dalam serikat-

serikat untuk berjuang melawan majikan, memaksakan pemerintah untuk

membuat undang-undang demi kepentingan buruh saja akan tetapi perjuangan

pergerakan buruh juga harus diarahkan pada tujuan yang lebih kompleks lagi yaitu

terwujudnya Revolusi Sosialis dimana tercipta Diktator Proletariat yang

memimpin kelas-kelas borjuasi sehingga negara sebagai lembaga organisasi

paling tinggi lambat laun akan lenyap.

Berdasarkan Buku yang ditulis Arif dan Parsetyo (2004:50-59)

menyatakan bahwa pokok-pokok pemikiran Vladimir Ilyich Lenin itu, terdiri atas

4 aspek yaitu sebagai berikut:

1. Kepercayaan atas Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia

Sebagai pengikut Marxis, Lenin juga meyakini akan adanya

Hukum evolusi sejarah yang berjalan dalam tahapan-tahapan: tahap

primitif, tahap perbudakan, tahap feodalis, tahap kapitalis dan tahap

sosialis. Kelima tahapan tersebut niscaya akan berlangsung mengikuti

perkembangan daya-daya produktif manusia.

Sebagai negara yang dipimpin oleh Tsar yang bersifat kekaisaran,

banyak orang yang berpikir bahwa saat itu Rusia masih berada dalam fase

feodalis. Akan tetapi berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Georgia

Plekhanov (salah satu tokoh Marxis Rusia) dan Lenin. Mereka berdua

sama-sama beranggaan bahwa saat itu Rusia sudah memasuki tahapan

awal kapitalisme. Hal itu dibuktikan dengan mulai ramainya industrialisasi

Page 21: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

88

di Rusia, meskipun sistem pemerintahan dan agraria masih menuruti

sistem feodalis. Akan tetapi untuk bidang kemajuan industri dan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi Rusia sudah memasuki tahapan

kapitalisme awal. Hal itu dibuktikan dengan adanya pembentukan kelas

buruh sebagai dampak dari munculnya industrialisasi dan mulai

bermunculanlah kaum-kaum intelektual atau intelegensia dari berbagai

kalangan dan latar belakang ekonomi.

Sepaham dengan Plekhanov dalam hal itu, tetapi Lenin

bertentangan dengan Plekhanov dalam hal Revolusi menuju masyarakat

Sosialis di Rusia. Dalam hal ini, Plekhanov menyatakan bahwa untuk

mencapai masyarakat sosialis di Rusia, maka kaum proletar (yang saat itu

jumlahnya amat kecil) harus membantu kaum Borjuis-kapitalis

mengadakan revolusi menyatukan kekuasaan feodal dan menggantikannya

dengan rezim kapitalisme. Dibawah rezim ini, kapitalisme akan

berkembang dan dengan demikian berkembang pulalah jumlah dan

kekuatan kaum proletar. Dengan kekuatan tersebut, diharapkan kaum

proletar akan sanggup melakukan revolusi sosialis.

Lenin dengan tegas membantah dua fase tersebut, baginya kaum

Borjuis-kapitalis tak bisa dipercaya untuk membuka jalan bagi

terbentuknya revolusi sosialis dan masyarakat sosialis. Oleh karena itu,

kaum proletar tak perlu mendukung apalagi menjadi sekutu kaum Borjuis-

kapitalis untuk menjatuhkan feodalisme di Rusia. Kaum proletar tak boleh

bergantung pada revolusi borjuis untuk mencapai masyarakat sosialis.

Page 22: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

89

Kaum proletar harus menciptakan revolusi sosialisnya sendiri. Tapi yang

menjadi pertanyaannya apakah kekuatan kaum Proletar saja cukup untuk

melakukan revolusinya sendiri?.

Arif dan Prasetyo menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip

tulisan Lenin dalam bukunya yang berjudul Development of Capitalism in

Rusia yang diterbitkan tahun 1899. dalam buku ini Lenin berpandangan

bahwa:

”...ternyata bukan kaum proletar saja yang menderita akibat kapitalisme, namun juga para petani kecil. Akibat perkembangan kapitalisme, komunitas-komunitas kaum petani hancur, dan para petani terbelah menjadi petani kaya, petani menengah, dan petani miskin atau petani kecil. Dan jumlah para petani kecil inilah yang jumlahnya telah memenuhi sebagian dari populasi para petani di Rusia yang menurut pandangan Lenin harus disatukan dan dijadikan sekutu bagi kaum proletar Rusia yang jumlahnya masih minim. Mulai dari saat itulah, konsentrasi Lenin tertuju pada dua pihak

kaum proletariat yaitu kaum buruh dan petani kecil sebagai penyokong

jalannya Revolusi Sosialis yang ingin dicapai oleh Lenin.

2. Kaum Proletar-Petani Kecil sebagai Pilar Revolusi Sosialis

Sebagaimana yang ditulis Marx dalam Manifesto Komunis bahwa

kelas menengah kecil termasuk didalamnya para petani dianggap tidak

revolusioner tetapi konservatif dan reaksioner hanya bertindak kalau hak

mereka sebagai petani dirampas. Dengan kata lain, Marx tidak

menganggap kaum petani sebagai kekuatan Revolusioner. Pernyataan

tersebut juga selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Plekhanov yang

menyatakan bahwa ”Sosialisme Rusia hanya akan berjaya hanya sebagai

Page 23: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

90

sebuah gerakan revolusioner dari kaum buruh atau tidak sama sekali”.

Bagi Plekhanov, hanya kaum proletarlah satu-satunya kelas revolusioner

dalam analisis kelas. Dalam pandangan Plekhanov, pertarungannya adalah

antara kelas proletar dan kelas borjuis-kapitalis.

Maka tak heran ketika Lenin menerima kaum petani kecil sebagai

kekuatan revolusioner, Plekhanov orang pertama yang menggugat hal

tersebut. Plekhanov beranggapan bahwa kekuatan revolusioner kaum

petani bertentangan dengan teori kelas. Arif dan Presetyo mengungkapkan

(2004:52) bahwa:

”Dalam pandangan Plekhanov, partai sosialis yang akan menjalankan revolusi sosialis tidak boleh berkompromi dengan kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang lain. Termasuk dengan petani yang lebih mewakili masa lalu dan berbeda dengan kaum proletar, masih memiliki alat-alat produksi dan karenanya tak bisa menjadi sebuah kekuatan sosialis”. Hal diatas menunjukkan bahwa Plekhanov terlalu menganggap

kaum petani tidak memiliki kekuatan revolusioner yang akan membantu

dalam revolusi sosialis. Berbeda dengan Lenin, ia justru menjadikan

kekuatan petani kecil sebagai kekuatan baru yang akan membantu jalannya

revolusi. Lenin juga menyadari bahwa bagaimanapun juga kekuatan kaum

proletar di Rusia terlalu kecil untuk sanggup mengadakan revolusi sosialis.

Selain itu, dalam pandangan yang mengatakan bahwa kaum borjuis

kapitalis yang memiliki kekuatan untuk melakukan revolusi

menyingkirkan feodalisme, tak bisa dipercaya sepenuhnya.

Maka muncullah kediktatoran proletariat yang telah diperbaharui

dengan memadukan dua kekuatan revolusioner yaitu buruh dan petani.

Page 24: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

91

Sehingga pertarungan kini bukan lagi antara kelas proletar dan kelas

borjuis, tetapi antara kelas buruh dan tani melawan kelas borjuis-kapitalis.

Pendapat ini juga didukung oleh Theodor Shanin (1986) yang menuliskan

pikiran lenin sebagai berikut:

”..bahwa untuk mencapai tujuan alamiahnya, revolusi harus berlandaskan pada kehendak mayoritas dan ’radikalisme petani’ pada saat mengecam keragu-raguan kaum borjuis (yang akan berkompromi dengan kekuasaan Tsar)”. Jelas sekali sebagaimana yang diungkapkan diatas bahwa,

semenjak Lenin menginjakkan kakinya lagi di Rusia setelah

persembunyiannya di Finlandia. Ia sebenarnya telah menyadari bahwa

untuk melakukan sebuah revolusi sosialis yang cukup besar kapasitasnya,

diperlukan tenaga, kekuatan, strategi, visi, misi dan tujuan yang jelas

sehingga mulailah ia berpikir untuk menemukan kekuatan baru menuju

revolusi sosialis. Dan ia menemukan kekuatan tersebut dalam jiwa petani

yang juga merupakan korban berkembangnya kapitalisme di Rusia. Petani

itu mencakup sebagian dari populasi petani yang ada di Rusia dan apabila

disekutukan dengan kekuatan buruh yang juga berjiwa revolusioner akan

memunculkan kekuatan baru yaitu Kediktatoran Proletariat.

3. Tugas Partai dan Sifat Kepemimpinannya

Sebagai tindak lanjut dari apa yang disebut organisasi oleh Lenin,

maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah pendirian partai yang sesuai

dengan tujuan revolusioner.

Karl Marx, dalam Manifesto Komunisnya menyebutkan bahwa

partai komunis hanya sebagai koordinator gerakan-gerakan kaum buruh di

Page 25: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

92

seluruh dunia. Dalam buku ini, Arif dan Prasetyo mengungkapkan bahwa

Lenin menolak pemikiran Marx tersebut. Baginya Partai Komunis

memiliki tugas dan fungsi yang vital daripada sekedar mengkoordinasikan

gerakan-gerakan buruh di seluruh dunia. Tugas itu ialah menyuntikkan

kesadaran sosialis pada diri kaum buruh dan sekaligus menjadi mentor,

pemimpin dan pemandu bagi kaum proletar dalam melaksanakan revolusi

sosialisnya.

Dalam hal ini Lenin mengoreksi apa yang dikatakan Marx,

(2005:54), Lenin mengatakan bahwa:

”...kesadaran politik suatu kelas dapat ditanamkan kepada kaum buruh hanya dari luar yaitu hanya di luar dari pertarungan ekonomi, diluar dari atmosfer hubungan antara buruh dan majikan. Kesadaran tersebut harus disuntiikan dari luar oleh sebuah organisasi revolusioner dan oleh golongan intelegensia dari organisasi tersebut”. Dengan demikian, kesadaran sosialis dari kaum buruh dan petani

bisa disuntikkan oleh orang-orang terpelajar yang ada dalam organisasi

revolusioner tersebut sehingga Lenin menganggap tidak memerlukan

massa yang banyak tetapi tidak dapat terkoordinasi dengan baik dan

disiplin. Karena alasan itulah, terjadi perpecahan dalam Partai Buruh

Sosial Demokrat Rusia yaitu antara Bolshevik dan Menshevik.

Arif dan Prasetyo juga menyimpulkan bahwa (2005:57):

“Secara komprehensif, pandangan Lenin didasarkann pada pemahamannya bahwa partai komunis sedang berada di tengah-tengah perang yaitu perang antarkelas. Karena itu, prinsip-prinsip partai komunis haruslah juga menerapkan sifat-sifat organisasi yang tengah terlibat perang yaitu rahasia, kepemimpinan oleh minoritas, kewenangan yang tersentralisasi dan penggunaan cara-cara ilegal. Mengenai kepimpinan minoritas oleh sejumlah kecil

Page 26: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

93

revolusioner profesional hal tersebut sangatlah vital bagi pencapaian revolusi sosialis”. Selain itu juga, Arif dan Prasetyo mengutip pernyataan dari

Ebenstein (1969) yaitu:

“Menurut Lenin, dibawah kapitalisme, mayoritas kaum buruh tak mampu mengeluarkan dirinya dari mentalitas kapitalis dan hanya sejumlah kecil kaum revolusioner yang sadar kelas yaitu partai komunis sebagai garda depan dari proletariat yang dapat menganalisis situasi secara tepat dan memeta sebuah rancangan aksi yang tepat. Kediktatoran atas kaum proletar oleh partai komunis adalah perlu sampai mayoritas buruh telah mengeluarkan dirinya dari ideologis kapitalis”. Selanjutnya Lenin kembali menambahkan pendapatnya bahwa”

“Mayoritas kaum buruh akan mencapai ideologi proletarian yang tepat hanya setelah kondisi-kondisi obyektif kehidupan mereka telah diubah, yaitu setelah partai komunis sebagai garda depan kaum proletariat telah menjatuhkan kaum kapitalis penindas dan institusi-institusi kapitalisme. Hanya perubahan revolusioner yang semacam ini, Lenin berargumen yang akan mengeluarkan kaum buruh dari sifat-sifat egois, tak bersatu, jahat dan lemah yang ditimbulkan oleh kepemilikan pribadi”. Sebagaimana yang dikatakan oleh Karx bahwa kaum petani bukan

termasuk golongan revolusioner akan tetapi konservatif bahkan cenderung

reaksioner. Mereka (kaum petani) akan bereaksi apabila kepentingan-

kepentingan mereka terganggu dan hal itu adalah hal-hal yang berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan kepemilikan tanah.

Oleh karena itu, tidak mudah untuk menjadikan kaum petani

sebagai salah satu kekuatan revolusioner yang akan menjamin tercapainya

revolusi sosialis. Diperlukan pembinaan dan penyuntikkan kesadaran

revolusioner terlebih dahulu agar kaum petani dapat menyadari

kekuatannya. Disinilah pentingnya peranan organisasi atau bahkan kalau

Page 27: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

94

perlu partai revolusioner yang akan berpengaruh terhadap kesadaran

tersebut.

Berkaitan dengan partai, Lenin memiliki banyak sifat dan

karakteristik sebagaimana yang diungkapkan diatas. Dan dari situ Lenin

mengambil kesimpulan bahwa perjuangan spontan proletariat akan

menjadi perjuangan kelas sunguh-sungguh selama perjuangan itu dipimpin

oleh sebuah organisasi kaum revolusioner yang kuat. Lenin juga

menegaskan bahwa partai itu harus disusun secara sentralistik dan

birokratis dalam arti bahwa unsur-unsur bawah mutlak harus taat terhadap

unsur-unsur atas. Apalagi karena kaum intelektual, lain daripada kaum

buruh, cenderung suka tidak disiplindan tidak mantap dalam sikap politik.

4. Revolusi Permanen

Satu hal lagi pemikiran dari Lenin yang disimpulkan oleh Arif dan

Prasetyo yaitu adanya Revolusi Permanen. Ketika kita berbicara mengenai

revolusi sosialis, Lenin juga memikirkan secara perspektif global. Berbeda

dengan panutannya Marx, yang percaya bahwa revolusi sosialis akan

terjadi lebih dahulu di negeri-negeri yang tingkat perkembangan

kapitalismenya telah matang, Lenin justru menyatakan bahwa revolusi

sosialis akan terjadi lebih dahulu di Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa

Timur yang tingkat perkembangannya kapitalismenya masih lemah. Hal

itu dikarenakan tingkat resistansi antikomunis di negeri-negeri tersebut

masih rendah. Tugas kaum komunis adalah menyerang dan

menghancurkan sistem politik dan sosial yang terlemah yaitu di daerah

Page 28: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

95

yang secara ekonomu masih terbelakang di Asia, Afrika, Amerika Latin

dan Eropa Timur.

Melihat kasus yang terjadi di rusia, keberhasilan revolusi sosialis

bukanlah tujuan akhir. Tujuan akhir adalah sebagaimana yang diajarkan

Marx: terciptanya tahapan sejarah masyarakat sosialis di dunia. Namun itu

bukan berarti kemenangan kaum komunis di Rusia tidak bernilai. Justru

sebaliknya kemenangan kaum komunis di Rusia memberikan basis dan

pusat bagi kegiatan-kegiatan revolusi komunis di negara-negara lain di

seluruh dunia. Selain itu juga, Lenin berpandangan bahwa seluruh partai

komunis di segenap penjuru dunia harus mengikuti model partai Komunis

Rusia yaitu partai yang memiliki watak-watak: rahasia, kepemimpinan

oleh minoritas revolusioner profesional, kewenangan yang tersentralisasi

dan penggunaan cara-cara ilegal.

Dengan demikian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arif dan Prasetyo

di atas dapat kita ketahui bahwa isi pemikiran Lenin berpusat pada Hukum

Evolusi Sejarah Manusia, peranan kaum proletar-petani kecil sebagai Pilar

Revolusi Sosialis, tugas partai dan sifat kepemimpinannya dan adanya Revolusi

Permanen. Untuk mewujudkan tujuan tercapainya Revolusi Sosialis Lenin telah

menyiapkan beberapa aspek yang diperlukan agar revolusi itu dapat dilaksanakan.

Kali ini Lenin menyiapkan bantuan dari kekuatan proletar kecil lain yaitu para

petani karena dianggap petani juga merasakan dampak dari adanya kapitalisme

yang semakin merajarela di Rusia. Oleh karena itu, Kaum Proletar kini disatukan

antara kaum buruh dan petani kecil.

Page 29: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

96

Selain itu juga Lenin mengatakan bahwa untuk mencapai revolusi itu,

diperlukan adanya sebuah lembaga dan organisasi yang mengatur kaum proletar

agar revolusi tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan

revolusi sosialis. Barulah kemudian setelah revolusi itu tercapai dan kaum proletar

dapat menduduki kekuatan kapitalisme di negara Rusia, Lenin memikirkan agar

hal yang dilakukan di Rusia tersebut dapat emenjadi inspirasi bagi lahirnya

revolusi-revolusi sosialis di negara lain khususnya di negara dunia ketiga. Adapun

revolusi yang dimaksud disini oleh Lenin adalah Revolusi dengan kekerasan

karena tanpa kekerasan bangsa Borjuis tidak akan dengan mudah menyerahkan

kekuasaannya kepada kaum proletar. Revolsui yang diinginkan adalah revolusi

sosialis dengan cukup hanya satu langkah saja, tidak seperti yang diungkapkan

oleh Marx dan yang dipercayai oleh golongan Menshevik.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan diatas, bahwa fokus pemikiran

Lenin yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini adalah pemikiran mengenai

Negara dan Revolusi. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Arif dan

Prasetyo, dikutif dari buku State and Revolution, Lenin mengungkapkan begitu

banyak ide, konsep dan teori yang menerangkan mengenai negara dan revolusi.

Selain itu juga, Lenin mendeskripsikan, menganalisis, mengurai atau bahkan juga

menyimpulkan, apa sebenarnya yang ia pikirkan yang tak terlepas dari pemikiran-

pemikiran tokoh-tokoh sosialis sebelum Lenin sendiri ada yang sama-sama

mengungkapkan konsep pemikiran tentang Negara dan Revolusi. Tokoh-tokoh

tersebut antara lain Karl Marx, Georgii Plekhanov, Hegel, Engels, dan Kaum

Populis Rusia.

Page 30: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

97

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa latar belakang yang mengakibatkan Lenin berpikir

kritis mengenai konsep negara dan revolusi begitu kompleks. Namun, meskipun

begitu, Lenin dapat dengan fokus, merumuskan konsep negara dan revolusi

tersebut sehingga dapat diaplikasikan dalam kondisi yang sedang dihadapi oleh

Rusia saat itu. Oleh karena itu, penulis akhirnya dapat menguraikan bahwa

pemikiran inti Lenin sendiri itu berpusat dan fokus pada konsep Negara dan

Revolusi. Penulis mengkaji konsep negara dan revolusi tersebut dalam

hubungannya dengan Revolusi Bolshevik 1917 yang terjadi di Rusia dan juga

dipelopori oleh Lenin.

a) Negara, Menurut V.I Lenin

Melihat kenyataan yang terjadi di Rusia sebelum Revolusi Bolshevik

1917, maka keinginan terbesar dari Lenin adalah adanya perubahan terhadap apa

yang selama ini dianggap salah di negaranya. Sebagaimana yang diungkapkan

dalam bukunya yang berjudul State and Revolution, fokus pemikiran Lenin

sebenarnya adalah terhadap permasalahan Negara dan Revolusi, akan tetapi untuk

mencapai konsep yang dia inginkan dalam negara ataupun revolusi, ada banyak

aspek yang saling berkaitan dan mendukung satu dengan lainnya. Dalam buku

tersebut juga, Lenin mengutarakan aspek-aspek pendukung lainnya seperti partai

politik, hukum evolusi sejarah manusia, kedikatatoran proletariat, dan sifat dan

cara revolusi yang dapat mendukung berjalannya Revolusi Sosialis sehingga

akhirnya dapat mencapai negara yang sosialis pula.

Page 31: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

98

Sesudah revolusi sosialis, apa yang harus dilakukan terhadap Negara?

pertanyaan itu dijawab oleh Lenin, sebagaimana yang dikutip oleh Suseno

(2005:34) bahwa:

“Seperti biasanya, Lenin memaparkan pandangannya dengan menghantam pandangan-pandangan yang dianggapnya akan mengancam daya revoluisoner kelas buruh. Dalam “Negara dan Revolusi” dua pihak diserang dengan ganas. Pertama, kaum sosial demokrat yang mengharapkan bahwa sosialisme dapat diwujudkan melalui mekanisme demokratis. Kedua, kaum anarkis yang menuntut agar sesudah revolusi negara langsung dihapuskan”. Masalah yang menjadi perhatian Lenin adalah masalah penerapan ajaran

Karl Marx dalam situasi dan kondisi khususnya di Rusia. Lenin, memandang

suatu konsep mengenai negara tak lepas dari adanya pemikiran-pemikiran dari

tokoh-tokoh sosialis lain yang berpikir hal yang sama misalnya seperi Marx dan

Engels yang menjadi acuannya dalam berpikir mengenai Negara dan Revolusi.

Pengertian Negara, Lenin mengutip pernyataan dari Engels (1917: 2) :

“Negara, dengan demikian, adalah sama sekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai suatu sesempit ‘realitas ide moral’, ‘bayangan dan realitas akal’ sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu; negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontrakdisi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Dan supaya segi-segi yang berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan, tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang nampaknya berdiri di atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan bentrokan itu, mempertahankannya di dalam ‘batas-batas tata tertib’; dan kekuatan ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat tersebut dan yang semakin mengasingkan diri darinya, adalah negara (halaman 177-178, edisi bahasa Jerman yang keenam)”.

Page 32: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

99

Pengertian menurut Engels ini jelas sekali merupakan dasar ide dari

Marxisme khususnya mengenai masalah peran historis negara dan arti negara.

Lenin berpikir bahwa negara adalah produk dan manifestasi dari tak

terdamaikannya antagonisme-antagonisme kelas. Negara timbul ketika, dimana

dan untuk perpanjangan terjadinya antagonisme-antagonisme kelas secara

obyektif tidak dapat didamaikan dan sebaliknya juga, eksistensi negara

membuktikan bahwa antagonisme-antagonisme kelas adalah tak terdamaikan.

Sedangkan menurut Marx, negara tidak akan timbul atau bertahan jika

perdamaian kelas itu adalah mungkin. Lenin mengutip juga pengertian negara

menurut Marx (1917:3) bahwa:

“Negara adalah negara adalah organ kekuasaan kelas, organ penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan “tata tertib” yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas”. Lenin berpikir bahwa ketika Revolusi Oktober terjadi tahun 1917, ketika

masalah dan peranan negara justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya,

menjadi masalah praktis, masalah yang menuntut aksi segera dalam skala massal,

seluruh kaum sosialis-revolusioner, dan Kaum Menshevik semuanya segera dan

sepenuhnya terjerumus kedalam teori borjuis kecil negara “mendamaikan” kelas-

kelas.

Bagi Lenin, seperti yang dikutip oleh Arif dan Prasetyo (2005:75) bahwa:

”Negara adalah The Rulling Class dan sebagai mesin penindas, negara tak lain adalah mesin yang dipakai oleh satu kelas untuk menindas kelas lainnya. Pendapat ini sama dengan apa yang Marx paparkan, dan Lenin menyepakatinya. Bahkan dalam sub-bab 1 Bab 1 State and Revolution, Lenin mengatakan bahwa negara adalah hasil dari tak terdamaikannya kontradiksi antar kelas. Sehingga selama kaum proletar masih memakai

Page 33: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

100

negara, mereka tidak mungkin memakainya untuk memperjuangkan kebebasan tetapi untuk menindas lawan-lawannya dengan kekerasan”. Kemudian, selanjutnya berkaitan dengan hal ini, Dalam buku Filosofi

Negara menurut Tan Malaka (2004:110), Malaka mengemukakan bahwa:

”bentuk negara yang tetap dipakai pada masa sosialisme adalah negara yang benar-benar menghilangkan sifat negara borjuasi. Belajar dari Komune Paris, Lenin berfikir bahwa semua suprastruktur borjuasi harus dilenyapkan karena kalau tidak dilakukan akan memberikan kesempatan bagi kaum borjuasi mengorganisir diri dan bangkit kembali melawan kekuasaan proletariat. Oleh sebab itu, negara yang digagas oleh Lenin adalah negara yang menghilangkan dua ciri utama negara borjuasi, yaitu parlemen dan tentara reguler. Parlemen dihilangkan karena hanya menjadi tempat orang berbicara namun tidak bekerja. Mereka adalah kelas penganggur yang harus dibiayai oleh negara. Pemisahan kekuasaan antara legislatif dan eksekutif dalam negara borjuis menyebabkan terjadinya kepincangan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan. Adanya parlemen juga mengakibatkan munculnya elit kekuasaan yang terpisah dari masyarakat. Tentara reguler juga harus diganti dengan milisi rakyat atau rakyat yang bersenjata. Tentara reguler berbahaya karena kemudian bisa menjadi alat bagi kaum yang memiliki harta, kekayaan ataupun modal sehingga bisa diperalat untuk membela kepentingan kaum yang memiliki uang”. Sedangkan, Lenin sendiri menyimpulkan apa yang dimaksud dengan

negara dalam bukunya State and Revolution (1917:4) yaitu:

“Negara adalah kekuatan yang berdiri di atas masyarakat dan yang ‘semakin mengasingkan dirinya dari masyarakat itu’, maka jelaslah bahwa pembebasan kelas tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi dengan kekerasan, tetapi juga tidak mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh kelas yang berkuasa dan yang merupakan penjelmaan dari “pengasingan itu. Negara yang dimaksud disini bukanlah Negara sebagaimana pengertian umum yaitu Negara dengan karakter khasnya: memiliki tentara tetap, polisi, birokrasi dan penjara yang kesemuanya digunakan untuk menindas proletariat. Negara yang dimaksud disini adalah proletariat yang terorganisir sebagai kelas yang berkuasa.”. Dalam buku tersebut Lenin mengatakan bahwa tugas para petani dan kaum

buruh adalah untuk menumbangkan negara sebagai alat kapitalis, demi

Page 34: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

101

terwujudnya masyarakat sosialis. Bersatunya kaum buruh dan petani tersebut,

Lenin menyebutnya sebagai kekuatan baru revolusioner yang akan merebut

kekuasaan dari tangan kapitalis dan menjadikan negara sebagai sarana untuk

menuju masyarakat sosialis, istilah dua kekuatan disebut dengan Kediktatoran

Proletariat.

Dalam UUD Uni Sovyet 1918, konstitusi hasil revolusi 1917, dikatakan

bahwa diktator proletar adalah transisi masyarakat kapitalis menuju masyarakat

komunis. Dalam hal ini, masyarakat negara akan hilang sama sekali manakala

masyarakat menerima prinsip bahwa setiap orang bekerja menurut

kemampuannya, setiap orang menerima kebutuhannya (from each according to

his ability, to each according to his needs). Sementara, negara adalah alat untuk

mencapai komunisme. Jadi cita-citanya bukan bagaimana menegakkan negara

yang demokratis, melainkan masyarakat yang sosialis, masyarakat tanpa kelas.

Bahkan cita-cita itu dengan tegas mengatakan bahwa demokrasi dan kediktatoran

adalah dua muka dengan lencana yang sama (two sides of one medal). Dengan

begitu, negara bukanlah merupakan tujuan akhir dari perjuangan, negara hanya

merupakan alat untuk mewujudkan masyarakat sosialis.

Inti dari buku State and Revolution sebenarnya merupakan kritikan

terhadap Lassalleanisme yaitu analisas mengenai hubungan antara perkembangan

komunisme dengan melenyapnya negara.

Arif dan Prasetyo juga mengutif pernyataan dari Marx (2005:77) bahwa:

”Bagi Marx, dengan membandingkan surat Marx kepada Bracke (5 Mei 1875) maka nampak bahwa Marx jauh lebih merupakan ”pembela negara” daripada Engels dan bahwa perbedaan pandangan diantara kedua penulis ini mengenai masalah negara yang sangat besar. Engels lebih

Page 35: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

102

menyarankan Bebel agar setiap tentang negara dihentikan dan kata ”negara” dihapuskan sama sekali dan diganti dengan kata ”persekutuan hidup”. Engels bahkan menyatakan bahwa komune bukan lagi negara dalam arti kata yang sebenarnya, sedang Marx berbicara tentang ”ketatanegaraan masa depan dari masyarakat komunis” yaitu seolah-olah ia mengakui keharusan akan negara bahkan dibawah Komunisme. Sementara bagi Lenin, pandangan-pandangan itu mengalami koreksi secara mendasar. Pandangan Marx dan Engels mengenai negara dan melenyapnya negara adala sepenuhnya sama, sedang pernyataan Marx diatas justru berkaitan dengan ketatanegaraan yang sedang melenyap ini. Lenin tidak memberikan perhatian yang memihak akan sekaligus menentukan kapan negara akan hilang”. Dalam hal itu, Lenin memiliki persamaan juga perbedaan dengan apa yang

dipikirkan oleh Marx dan Engels. Akan tetapi Lenin lebih bisa mengungkapkan

kapan masyarakat sosialis yang senenarnya akan terbentuk. Sedangkan Marx, ia

lebih memfokuskan bahwa negara akan tetap ada meskipun dibawah bendera

komunisme hanya saja fungsi-fungsi yang awalnya dipegang oleh kalangan

individu berubah menjadi diatur oleh negara. Sedangkan bagi Engels, Negara

setelah revolusi itu tercapai secara mendasar bukan lagi disebut sebagai ”negara”

akan tetapi lebih tepatnya sebagai persekutuan hidup antara umat manusia yang

memiliki nasib dan masa depan yang sama.

Berbeda dengan Marx, Lenin dengan fleksibel menerapkan apa yang

dikatakan oleh Marx dan Engels itu sesuai dengan apa yang terjadi di Rusia

dengan berbagai situasi dan kondisi yang sudah ada. Ketika Revolusi Sosialis

sudah berhasil dicapai, akhirnya yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah

penerapan masyarakat sosialis yang diatur segala sesuatunya oleh negara dan

dipimpin oleh Diktator Proletariat. Meskipun begitu, Lenin menyadari bahwa

kaum proletar tidak begitu saja dapat dengan mudah memerintah dan mengatur

negara yang awalnya dipimpin oleh kaum borjuis dan kapitalis imperialis

Page 36: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

103

sehingga diperlukan waktu yang cukup agar proletar bisa mengisi keberhasilan

revolusi dengan mengatur negaranya.

Lalu, pertanyaan berikutnya adalah, negara macam apakah yang masih

diperlukan sesudah terjadinya revolusi sosialis? Dalam hal ini, Lenin menyangkal

pernyataan dari Karl Kautsky bahwa revolusi proletar sekedar hanya merebut

kekuasaan negara, lalu revolusi borjuis memakai kekuatan negara itu untuk

mendirikan sosialisme. Tetapi, Lenin selalu berbeda pandangan dengan pemikir

sosialis lainnya. Lenin mengatakan bahwa memakai negara untuk mewujudkan

sosialisme amatlah mustahil. Hal itu dikarenakan ketika proletar sudah merebut

kekuasaan, negara borjuis masih tetap dikendalikan oleh birokrasi yang lama yang

juga akan menggagalkan segala usaha untuk betul-betul menjatuhkan kekuasaan

borjuasi. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikutip oleh Suseno (2005:38) :

”...Karena itu, tidaklah cukup kalau negara borjuis hanya dikuasai, dia harus dihancurkan. Tegas-tegas Lenin menyatakan bahwa menurut Karl Marx ”kelas pekerja harus membongkar menghancurkan ’aparat negara siap pakai’ dan tidak hanya membatasi diri untuk menguasainya. Lenin mengatakan bahwa Revolusi Proletariat tidak mungkin tanpa penghancuran paksa aparat negara borjuis dan tanpa penggantiannya oleh aparat negara baru yang menurut kata-kata Engels ’sudah bukan negara dalam arti yang sebenarnya’. Maka dengan kata lain hasil dari revolusi sosialis adalah kediktatoran proletariat”. Maka, dapat dikatakan bahwa Revolusi sosialis tidak akan hanya

membentuk pemerintahan baru dengan proletariat sebagai puncaknya akan tetapi

dengan segenap tenaga akan menghancurkan segala hal yang berkaitan dengan

birokrasi negara yang lama. Jadi, bukan membentuk pemerintahan baru dengan

birokrasi yang sama, akan tetapi pemerintahan yang benar-benar baru yang

disebut Kediktatoran Proletariat.

Page 37: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

104

Istilah kediktatoran proletariat berasal dari apa yang dikatakan oleh Karl

Marx yang dikutip oleh Suseno (2001:169):

”Revolusi itu pada permulaannya akan bersifat politis: proletariat merebut kekuasaan dan mendirikan ’Kediktatoran Proletariat” artinya, proletariat menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis untuk mencegah mereka memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasai untuk mengagalkan revolusi proletariat dan mengembalikan keadaan lama. Jadi kediktatoran proletariat perlu untuk mencegah segala kemungkinan sebuah revolusi balasan dari sisa-sisa kaum kapitalis. Setelah itu hak milik atas tanah dan atas pabrik-pabrik serta alat-alat produksi lain dicabut dan dialihkan ke negara”. Sedangkan menurut Lenin, dikatakan dengan tegas (2005: 40):

”Bahwa negara proletariat itu jangan dipahami menurut demokratisme kaum sosial demokrat di barat. ’Revolusi berarti bahwa proletariat akan menghancurkan ’aparat administratif’ dan seluruh aparat negara dan menggantikannya dengan aparat baru yang terdiri dari buruh-buruh bersenjata. Kediktatoran berarti bahwa proletariat akan mengambil segala tindakan tanpa kenal ampun untuk menghancurkan segenap ancaman dan perlawanan terhadap sosialisme. Kediktatoran revolusioner proletariat adalah kekuasaan yang direbut dengan paksaan oleh proletariat dari borjuasi dan dipertahankan, sebuah kekuasaan yang tidak terikat oleh undang-undang apapun”.

Selanjutnya, Suseno menambahkan apabila sisa-sisa perbedaan kelas

sudah hilang dalam masyarakat maka dengan sendirinya kediktatoran proletariat

juga hilang karena tidak ada kelas yang perlu diawasi dan ditindas lagi, negara

pun lama-kelamaan akan menghilang. Jadi dengan merebut kekuasaan dan

menghapus hak milik pribadi, proletariat akhirnya menciptakan masyarakat tanpa

kelas. Dalam masyarakat tanpa kelas, negara sebagai panitia untuk mengurus

kepentingan borjuasi tidak mempunyai dasar lagi, negara tidak dihapus akan tetapi

negara menjadi layu dan mati sendiri.

Page 38: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

105

Barulah kemudian, apabila negara sudah secara keseluruhan adalah kaum

proletar yang terorganisasi dimana tidak ada lain kelas yang tertindas dan

penindas atau kaum penghisap dan kaum terhisap, barulah konsep masyarakat

sosialis bisa diterapkan sepenuhnya di Rusia.

Menurut Lenin dalam bukunya (2005:36):

”Negara memang akan layu dan hilang apabila sosialisme sudah seluruhnya mantap, tetapi kapam dan bagimana hal itu terjadi belum bisa ditentukan. Negara baru akan menghilang apabila sudah tidak dibutuhkan lagi. Padahal sesudah revolusi kekuasaan negara masih sangat dibutuhkan karena ada tiga alasan: pertama, pembangunan sosialisme masih terancam oleh kekuatan-kekuatan kapitalis di sekeliling yang ingin menghancurkannya. kedua, sesudah revolusi di samping proletariat masih terdapat pelbagai kelas sosial lain yang dapat saja mengancam kemenangan proletariat. Negara di tangan proletariat masih diperlukan untuk memastikan hegemoninya atas kelas-kelas itu. Alasan ketiga adalah bahwa kemenangan revolusi proletariat belum berati bahwa sosialisme sudah langsung terwujud”. Dengan demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa melenyapnya

negara menurut Lenin adalah ketika suatu negara tersebut sudah bisa menerapkan

tingkatan tinggi bidang ekonomi, politik dan sosial dalam lingkup masyarakat

sosialis dengan satu kelas yang sama dimana tidak ada lagi kaum yang tertindas

dan penindas berkuasa, maka secara otomatis fungsi, tugas, hak dan kewajiban

negara sudah tidak diperlukan lagi dan lambat laun negara pun akan hilang sesuai

dengan berkembangnya masyarakat sosialis komunis.

Suseno juga menyimpulkan mengenai tahap perwujudan sosialisme

menurut Lenin (2005:36) yaitu:

”Dalam tahap pertama, yang diubah secara radikal baru tatanan hak milik: Hak milik pribadi atas alat-alat produksi diganti dengan ”milik sosial” artinya sarana-sarana produktif seperti pabrik, toko, bengkel dan tanah pertanian menjadi milik negara atau koperasi. Negara akan layu menghilang sama sekali apabila masyarakat dapat menerapkan peraturan:

Page 39: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

106

’Dari siapa menurut kemampuannya, bagi siapa menurut kebutuhan-kebutuhannya’. Jadi menurut Lenin negara masih akan diperlukan untuk waktu yang lama. Pandangan ini menunjukkan bahwa Lenin memahami negara pada hakikatnya sebagai aparat penindas. ’negara itu pengorganisasian khusus paksaan; negara adalah pengorganisasian kekerasan demi penindasan salah satu kelas’”.

Maka, ketika konsep negara yang dipikirkan oleh Lenin itu sudah

terbentuk, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah bagaimana cara

mewujudkan konsep negara tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di

Rusia, dan satu-satunya jalan menuju konsep negara yang dipikirkan oleh Lenin

tersebut, tak ada jalan lain kecuali adanya sebuah Revolusi Sosial, Revolusi

dengan kekerasan. Bagaimana sebuah revolusi itu dijalankan dan bagaimana

strategi, taktik dan pengelolaannya, akan dijelaskan dalam sub-bab dibawah ini.

b) Revolusi, Menurut V.I Lenin

Rusia adalah salah satu negara di Eropa timur yang ibu kotanya terletak di

Saint Peterburg. Kota tersebut merupakan kota yang menyerupai Amsterdam

yang merupakan kota metropolis Barat. Kemunculan sastra, musik, seni dan ilmu

pengetahuan yang sesuai dengan kebudayaan Eropa kontemporer di Rusia yang

dalam beberapa hal bahkan menjadi yang terdepan, selama abad kesembilan

belas dan awal abad kedua puluh. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pipes

(2003:33) tentang kondisi Rusia menjelang abad 20 adalah:

”Meskipun Rusia memiliki kekayaan yang begitu indah, namun kebudayaan tinggi tersebut hanya mewakili satu lapisan kecil dalam masyarakat Rusia yang terdiri dari para bangsawan kaum intelektual dan birokrat terkemuka. Tiga perempat dari seluruh penduduk kekaisaran ini terdiri dari para petani penggarap kecil yang sebagai mayoritas di Rusia hidup dalam dunia mereka sendiri serta tidak tersentuh oleh peradaban barat. Mereka tidak menggunakan bahasa yang sama dengan kaum terpelajar yang mereka pandang sebagai orang asing. Sebagian besar petani penggarap Rusia bukanlah petani yang mengerjakan tanah mereka

Page 40: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

107

sendiri, mereka adalah bagian dari komunitas-komunitas dusun yang memiliki tanah secara kolektif yang secara periodik dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga tersebut. Tanah, dalam pandangan para petani penggarap tersebut bukanlah suatu komoditas atau barang dagangan melainkan sumber kehidupan dimana hanya orang yang menggarapnya yang berhak menikmati hasilnya”. Kebanyakan dari para petani tersebut bersifat konservatif, taat pada

monarki kekaisaran Tsar dan terhadap Gereja Ortodoks. Kekaisaran yang bersifat

feodalisme ini lambat laun merongrong banyak rakyat Rusia karena para petani

tidak menggarap tanah mereka sendiri sehingga kehidupan mereka akan sangat

bergantung kepada tanah yang mereka garap. Sedangkan kaum bangsawan yang

berada di puncak kekuasaan hanya tinggal merasakan hasil jerih payah dari

mereka yang menggarap tanahnya. Latar belakang inilah yang memungkinkan

terjadi sebuah revolusi. Karena masalah tanah tersebut, para petani Rusia menjadi

amat sensitif, tanpa mereka sadari dalam kurun waktu yang singkat jumlah para

petani yang ada semakin meningkat dibandingkan dengan jumlah luas tanah yang

akan mereka garap.

Banyak hal yang mengakibatkan jumlah petani meningkat tajam,

meskipun begitu berkembang ilmu pengetahuan di Rusia, akan tetapi dalam hal

pertanian mereka masih menerapkan sistem pertanian yang tradisional yang

ekstensif konservatif sehingga hasil panen hanya menghasilkan jumlah yang

sedikit. Hal itu belum termasuk faktor ekstern yang mengakibatkan gagal panen,

misalnya cuaca dan iklim yang cenderung ekstrim. Meskipun para petani

seringkali mengalami gagal panen, namun mereka sangat loyal terhadap Tsar. Hal

itu dikarenakan, mereka percaya bahwa Tsar adalah pemilik semua tanah yang

sah, dan suatu hari nanti akan mengambil alih tanah-tanah tersebut dari para

Page 41: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

108

pemiliknya serta memberikannya kepada komunitas (yang menaungi para petani

kecil), tetapi apabila Tsar tidak melakukan hal tersebut, mereka siap untuk

mengambil alih secara paksa. Pipes juga mengungkapkan (2003:35) bahwa:

”Faktor-faktor lain dari masa lalu juga turut membuat Rusia bukan barat. Hampir sepanjang seluruh sejarahnya, Rusia diperintah oleh suatu bentuk otoktasi yang ekstrim, dimana Tsar tidak hanya menikmati kekuasaan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang tanpa batas tetapi juga secara harfiah adalah pemilik negara sehingga bila mau ia dapat mengeksploitasi baik manusia maupun sumber-sumber materialnya—tipe rezim yang oleh ahli sosiologi Jerman Max Weber dinamai ”Patrimonal”. Administrasi kekaisaran dipercayakan kepada suatu birokrasi yang bersama dengan tentara dan polisi menjalankan kekuasaan tanpa mempertanggungjawabkannya kepada rakyat. Hingga tahun 1905, ketika kerusuhan sipil memaksa tsar untuk menyerahkan kekuasaannya pada konstitusi dan hak-hak sipil rakyat Rusia dapat ditahan dan diasingkan tanpa diadili semata-mata karena membayangkan perubahan dalam status quo”. Para Tsar juga bertindak dan berkeinginan mengikuti perkembangan

zaman, sehingga Rusia dapat sejajar dengan negara-negara Eropa Barat. Hal yang

dilakukan Tsar tersebut adalah hasrat untuk mempunyai status sebagai penguasa

dunia yang besar sehingga secara tidak hati-hati mereka (para Tsar) malah

mengambil langkah yang pada akhirnya akan merongrong kekuasaan dan

legitimasi mereka di Rusia. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh Tsar tersebut

adalah dengan memajukan ilmu pengetahuan dan pemikiran kritis, mulai terbuka

terhadap teknologi-teknologi baru, banyak didirikannya universitas-universitas di

Rusia yang menghasilkan warga negara berintelektual tinggi dan dapat merasakan

bahwa pengekangan yang terjadi di Rusia sebenarnya tidak dapat dibiarkan begitu

saja.

Kebijakan-kebijakan Tsar itu ternyata melahirkan para cendekiawan yang

berintelektual tinggi yang inti dari pemikiran mereka adalah oposisi terhadap

Page 42: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

109

semua aturan politis dan sosial yang ada serta keyakinan bahwa dengan

melakukannya mereka bicara demi rakyat yang selama ini bungkam.

Selanjutnya, langkah lain yang dilakukan Tsar yang justru nantinya akan

membawa pada kehancuran otokrasinya adalah dengan didorongnya kapitalisme.

Rusia menjelang abad ke-20 adalah gerbang terbukanya kapitalisme dengan mulai

bermunculannya industrialisasi. Sebelum itu, Rusia telah mengalami kekalahan

dalam Perang Krim dan kekalahan ini menunjukkan bahwa dalam dunia modern

tidak ada negara yang mengklaim diri sebagai kekuasaan yang agung tanpa

adanya industri yang maju dan transportasi yang baik pula. Hal tersebut

mendorong para Tsar untuk dengan giat meningkatkan bantuan modal baik dari

dalam maupun luar negeri dan sebagai efeknya muncullah kebijakan yang terpisah

dari pemerintahan dan birokrasinya.

Dua langkah yang disebutkan diatas pada kenyataannya telah

memperlemah posisi dan kekuasaan Tsarisme di Rusia. Namun ternyata, tidak

hanya hal itu yang akan menimbulkan sebuah revolusi. Tetapi, akibat dari

kapitalisme tersebut, ternyata juga menimbulkan efek yang lain yang nantinya

akan menjadi salah satu kekuatan dari revolusi yang mereka miliki, yaitu

munculnya kaum buruh.

Faktor-faktor seperti itulah yang nantinya akan memunculkan tokoh-tokoh

intelektual yang orientasinya adalah pada gerakan-gerakan revolusioner. Sebagai

dampak dari tertindasnya rakyat oleh otoritas Tsar dan para kaum borjuis lainnya.

Salah satu tokoh yang concern terhadap permasalahan yang muncul di negaranya

adalah Vladimir Ilyich Lenin yang bergabung bersama dengan Partai Buruh Sosial

Page 43: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

110

Demokrat Rusia (PBSDR) dan nantinya akan mengubah secara total masa depan

dari negara Rusia.

Selain itu, faktor-faktor yang disebutkan diatas adalah jawaban yang akan

menjelaskan mengapa revolusi sosialis yang menurut Marx akan terjadi di Barat

malah melenceng dan terjadi di Timur yang agraris. Rusia kurang memiliki

penghambat bagi terlaksananya revolusi sosialis sebagaimana yang terdapat di

Barat. Pipes menjelaskan dalam bukunya Komunisme Sebuah Sejarah (2003:38)

bahwa:

”...di Barat: penghargaan terhadap hukum dan hak milik, juga rasa kesetiaan kepada negara yang melindungi kebebasan serta menyediakan pelayanan-pelayanan sosial. Kaum intelektual Rusia yang radikal yang diresapi dengan idealisme utopis di satu sisi dan golongan petani penggarap yang ingin mengambil-alih tanah pribadi di sisi lain, menciptakan suatu kertegangan permanen yang memungkinkan terjadinya pergolakan bila sewaktu-waktu pemerintah pusat berada dalam masalah.” Dengan demikian dapat diuraikan bahwa, faktor-faktor pendorong yang

membuat Rusia cenderung bergejolak dalam revolusi juga ditentukan oleh

beberapa aspek yaitu:

1) Keadaan Rusia yang telah didukung oleh masuknya ilmu pengetahuan

dan teknologi sehingga mulai muncullah golongan cendekiawan yang

merasakan penderitaan rakyat Rusia yang menginginkan perubahan

dalam segi pemerintahan dan ketatanegaraan di Rusia.

2) Munculnya kapitalisme yang terbuka, sehingga mengakibatkan

lahirnya kaum buruh sebagai akibat semakin meningkatnya

industrialisasi.

Page 44: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

111

3) Adanya keinginan untuk mengambil alih tanah dari pada pemilik tanah

dikarenakan sistem feodalisme yang merugikan rakyat dan adanya

desakan ekonomi yang semakin menuntut.

4) Terjadinya ketegangan yang berkepanjangan antara kaum borjuis dan

kaum proletar sehingga kesenjangan diantara mereka semakin melebar.

5) Munculnya ide-ide dan konsep-konsep sosialis Marxis yang mulai

disebarluaskan oleh sebuah partai yang menjungjung tinggi

kesejahteraan kaum buruh yaitu Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia

(PBSDR).

Dalam hal ini, Vladimir Ilyich Lenin adalah seorang pemuda yang

memiliki keyakinan tentang ide-ide Karl Marx. Lenin juga tidak hanya sebagai

penganut, tetapi juga sebagai pendobrak ide-ide Marx, mematerialisasikannya dan

mampu memberikan corak ide lain yang seimbang sesuai dengan situasi dan

kondisi yang sedang terjadi saat itu di Rusia. Marx dan Lenin adalah dua orang

yang berbeda, akan tetapi Lenin mampu mempraktekkan ide-ide Marx kedalam

kondisi yang riil di Rusia.

Lenin bergabung dengan PBSDR yang didirikan pada tahun 1898 dan

secara resmi didirikan pada tahun 1903 dalam suatu kongres yang diadakan di

London. Dalam partai ini, digambarkan mengenai konsep sosialisme, yang

diuraikan oleh Pipes (2003:40):

”...bahwa Rusia akan memperoleh kebebasannya bukan oleh usaha para borjuis yang setengah-tengah melainkan oleh buruh industri. Pembebasan dari otokrasi pada gilirannya akan menjadi landasan bagi sosialisme. Premis yang dibayangkan ini akan menjadi postulat inti sosial demokrasi Rusia: gagasan mengenai revolusi dua-tahap, pertama adalah menghancurkan otokrasi tsaris dan mendirikan sebuah rezim ”Borjuis”

Page 45: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

112

demokratis Rusia, dan yang berikutnya adalah meninggalkan rezim ini dan melangkah menuju sosialisme. Strategi ini mengulangi apa yang pernah dikemukakan oleh Marx dan Engels yang menyebutkan perlunya suatu persekutuan taktis dengan golongan liberal untuk melawan rezim feodal”. Namun, sebagai orang yang mempunyai pemikiran sendiri tentang

Revolusi Sosialis, bahwa masalah besar yang dihadapi oleh Lenin ketika terjun ke

gelanggang perjuangan politik adalah apakah di Rusia, sosialisme itu harus

dicapai dengan jalan yang sama dengan di negara-negara industri maju

sebagaimana hal yang dipikirkan oleh Marx. Ataukah ada jalan lain yang khusus

dan langsung menuju sosialisme dari fase feodalisme.

Lenin berpikir bahwa apabila Rusia diharuskan menunggu hingga fase

kapitalis melewati kematangannya dan negara benar-benar telah dihuni oleh hanya

satu kelas saja seperti yang diungkapkan Marx, maka Rusia harus menunggu

hingga berpuluh-puluh tahun lamanya karena saat itu fase kapitalisme di Rusia

baru mencapai fase awal kapitalis. Lenin dengan tegas menolak kesimpulan

tersebut dan kemudian merumuskan teorinya tentang ” Imperialis sebagai tahap

akhir dari kapitalisme”. Suseno menjelaskan Bagaimana Teori Imperialisme

dalam bukunya Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme

(2001:234-235).

”Materialisme historis Karl Marx menyatakan bahwa menurut Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia, masyarakat mesti berkembang dari feodalisme melalui kapitalisme ke sosialisme dan komunisme. Dan menurut analisis Marx terhadap cara produksi kapitalis, kapitalisme niscaya runtuh karena kontradiksi-kontradiksi internalnya. Kenyataan bahwa perkembangan kapitalisme tidak mengikuti ramalan ini, menunjukkan bahwa analisis Marx terhadapnya belum lengkap. Teori imperialisme memenuhi kekosongan ini dengan menyatakan bahwa kapitalisme harus melalui suatu tingkat perkembangan yang oleh Marx belum diperhatikan, yaitu Imperialisme. Imperialisme merupakan tingkat

Page 46: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

113

tertinggi kapitalisme. Secara sederhana isi teori imperialisme menyatakan bahwa melalui imperialisme kapitalisme seakan-akan mengekspor kontradiksi-kontradiksi internalnya ke bagian dunia lain sehingga keruntuhannya dapat ditunda. Dalam pandangan Marxisme, teori imperialisme merupakan aktualisasi analisis Marx terhadap kapitalisme dalam kondisi-kondisi masyarakat kapitalis pada permulaan abad ke-20”. Kemudian, lagi menurut Suseno (2001:236-237) juga mengungkapkan

apa yang disebut Lenin sebagai Imperialis sebagai tahap akhir kapitalisme dengan

bentuk kedua dari Teori Imperialisme yaitu tentang Imperialisme Modal.

”Lenin mendasarkan diri pada Hobson, Bucharin, Luxemburg, dan terutama pada Hilferding. Teori ini dipakai oleh Lenin untuk mendukung teorinya tentang revolusi. Teori Imperialisme Lenin ini kemudian menjadi interpretasi standar Marxisme terhadap kolonialisme dan imperialisme. Lenin menyatakan bahwa pembentukan monopoli-monopoli dan modal moneter merupakan perkembangan kapitalisme yang niscaya. Keterjalinan modal yang memperkuat ketergantungan moneter dan ekonomis negara-negara prakapitalis pada negara-negara industri maju yang kaya modal”. Sedangkan Suseno menyimpulkan dari bukunya Dalam Bayang-bayang

Lenin: 6 Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka (2005:10) bahwa:

“Imperialisme merupakan sarana negara-negara kapitalis maju untuk sementara dapat mengekspor ketegangan –ketegangan internal mereka ke Negara-negara pra-kapitalis. Tetapi dengan demikian—itulah kesimpulan asli Lenin—revolusi sosialis justru lebih mungkin akan pecah di Negara-negara pra-kapitalis. Negara-negara itu adalah mata rantai yang paling lemah dalam sistem kapitalisme internasional. Jadi revolusi sosialis akan pecah bukan di pusat kapitalisme, melainkan di pinggirannya. Dengan demikian sebuah revolusi sosialis di Rusia justru sangat memungkinkan, dan revolusi itu diharapkan akan menjadi pemicu revolusi sosialis internasional”. Oleh karena itu, tak heran apabila Lenin berjuang mati-matian menentang

pendapat di kalangan Menshevik bahwa untuk menjatuhkan feodalisme dan

mendirikan pemerintahan demokratis, kelas buruh harus terlebih dahulu bekerja

sama dengan kaum borjuis. Sebagaimana yang dikutip oleh Suseno (2005:10-11)

bahwa:

Page 47: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

114

“Menurut Lenin, proletariat harus bersekutu dengan kelas borjuasi tetapi sebagai yang memimpin gerakan revolusioner. Apabila kekuatan Tsar sudah dihancurkan, proletariat lalu sudah berada dalam posisi untuk dalam waktu tidak terlalu lama meneruskan revolusi dan mengakhiri kekuatan borjuasi. Oleh karena itu, Lenin selalu menegaskan bahwa proletariat harus dibentuk sebagai kekuatan politik mandiri yang tidak hanya melawan kekuasaan feudal Tsar melainkan senantiasa sadar bahwa musuhnya yang sebenarnya adalah para pemilik modal.” Namun, pergerakan kaum buruh tersebut terhalang oleh adanya teori yang

menyebutkan tentang kaum buruh hendaknya membatasi diri pada perjuangan di

bidang ekonomi, sedangkan perjuangan politik diserahkan terlebih dahulu kepada

borjuis. Maka untuk melawan bahaya tersebut, menurut Lenin kaum buruh juga

harus diberi kesadaran politik dan melakukan perjuangan di medan politik

misalnya saja Partai Buruh. Karena menurut “Ekonomisme” semangat

revolusioner-sosialis kaum buruh akan berkembang dengan sendirinya melalui

pengalaman perjuangan di bidang ekonomi. Namun bagi Lenin, mempercayai

harapan tersebut sama halnya dengan mempercayai bahwa kaum buruh akan

memperoleh kesadaran sosialis secara spontan.

Suseno (2005:12-14) mengutip pernyataan Lenin yang menyebutkan dua

alasan Lenin tidak percaya bahwa sosialis-revolusioner dapat berkembang secara

spontan.

“Pertama, karena kepentingan yang langsung diarasakan oleh para buruh terarahkan pada kepentingan-kepentingan langsung mereka dan bukan pada revolusi sosialis. Maka buruh yang masuk kedalam partai dan menunjukkan kemampuan berpolitik sebaiknya segera dicopot dari proses produksi dan dididik menjadi orang revolusioner purna waktu. Kedua, semangat revolusi sosialis mengandaikan sebuah teori revolusioner. Teori itu adalah sosialisme ilmiah. Tapi tidak mungkin kaum buruh yang hanya berpendidikan rendah secara spontan dapat sampai ke sosialisme ilmiah itu. Dari kenyataan itu Lenin menarik kesimpulan logis bahwa kesadaran revolusioner harus dimasukkan ke dalam kelas buruh dari luar dan dengan demikian jelaslah peranan kaum intelegensia dalam pembentukan

Page 48: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

115

kesadaran sosialis. Hanya dengan dipimpin oleh mereka, kelas buruh dapat menjadi kelas revolusioner. Bentuk organisatoris kepemimpinan kelas buruh adalah partai revolusioner”. Maka, harus dibentuklah partai jenis baru yang berbeda dari organisasi

buruh pada umumnya. Melawan Martov dan para pengikutnya yang tergabung

dalam Menshevik, Lenin juga menegaskan bagaimana sebaiknya Partai Buruh itu

dibentuk. Sebagaimana yang diuraikan oleh Suseno (2005:15) bahwa:

“Partai itu memerlukan struktur organisatoris sedemikian rupa hingga betul-betul dapat memimpin perjuangan buruh. Partai itu tidak boleh terbuka luas, melainkan terdiri atas orang-orang yang ‘pekerjaan pokoknya adalah kegiatan revolusioner’ yang terlatih secara professional dalam seni perjuangan melawan polisi politik. Partai itu harus merupakan sebuah organisasi tertutup dan konspiratif yang terdiri atas orang-orang revolusioner purna waktu, dengan tidak membedakan antara kaum buruh dan kaum intelektual. Satu-satunya prinsip organisasi sungguhan bagi para peserta gerakan kita harusnya: konspirasi seketat mungkin, seleksi para anggota seketat mungkin, pembentukan orang revolusioner professional. Apabila ciri-ciri itu terdapat, yang jadi terjamin adalah sesuatu yang lebih daripada sekedar ‘demokratisme’: kepercayaan sepenuhnya antar kaum revolusioner sebagai kawan”. Dengan demikian, partai yang dimaksudkan tersebut akan menjadikan

buruh sebagai penyokong yang kuat dalam revolusi sosialis. Mempersiapkan

revolusi sosialis berarti juag mempersiapkan tangan kaum buruh untuk dapat

menghancurkan kekuasaan Tsar dan merebut ketangannya sendiri dan

menghancurkan borjuasi. Apapun dilakukan dan dilegalkan selama hal tersebut

mendukung perebutan kekuasaan di tangan kelas proletariat. Namun nampaknya

Lenin memiliki permasalahan yang cukup dalam untuk menyiapkan revolusi

sosialis tersebut yaitu ketika ia menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya

hanya terbatas pada orang-orang yang tergabung dalam Partai Bolshevik dan

Page 49: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

116

kaum buruh saja yang jumlahnya masih sedikit apabila dibandingkan dengan

jumlah kaum petani yang terbesar dan tersebar ke seluruh pelosok Rusia.

Oleh karena itu, ia bicara tentang koalisi proletariat dengan kelas tertindas

lainnya di Rusia yaitu kaum tani dan borjuasi kecil. Lenin merumuskan program

politik partai Bolshevik yang bermaksud mencari dukungan dari dua kelas penting

itu. Program itu disingkat dalam semboyan “Roti dan Perdamaian” (chlebda mir)

dan terdiri dari tiga tuntutan: Akhirilah perang (Perang Dunia I) sekarang juga,

negarakan perusahaan-perusahaan Industri, dan bagikan tanah para tuan tanah

kepada para petani!.

Dalam Bukunya Arif dan Prasetyo (2005:67) menyatakan bahwa:

“Lenin mengemukakan pentingnya kaum tani dalam menyelenggarakan revolusi. Tentu ini bukanlah sekedar keteledoran seorang Marx dalam memandang situasi manakala Marx hanya melihat peranan kaum buruh dalam revolusi. Tentu juga bukan karena Marx terlalu percaya pada ide Hegel tentang dialektika, dimana materialisme dialektika dan materialisme historis adalah penentu kematian kapitalisme. Dalam manifesto komunis, Marx memang menyebut petani, tapi oleh Marx petani (pemilik tanah) digolongkannya kedalam kaum borjuis yang akan membawa sejarah kembali pada feodalisme”. Berlainan dengan yang diutarakan oleh Arif dan Prasetyo, Pipes (2003:46)

juga mengatakan bahwa:

“Bagi kaum Marxis, golongan petani penggarap merupakan sebuah kelas”borjuis kecil” dan karenanya juga adalah musuh bagi para buruh industri. Namun begitu, Lenin menyadari keinginan para petani penggarap tersebut untuk mendapatkan tanah mereka sendiri dan ia bersedia membantu mengadakan suatu revolusi kaum petani karena ia yakin bahwa setelah memperoleh kekuasaan ia dapat menyingkirkan mereka dengan cara menasionalisasi tanah pertanian” Hal ini berarti, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Lenin adalah

merupakan sebuah taktik dan strategi politik dari apa yang ingin dicapai Lenin

Page 50: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

117

agar revolusi sosialis dapat berjalan dengan lancar dan menjadi bagian terpenting

dalan ajaran Marxisme-Leninisme tentang “strategi dan taktik perjuangan

revolusioner”. Nampaknya apapun akan dilakukan agar tujuan menjadikan

masyarakat sosialis dapat terwujud. Lenin seolah-olah memperoleh simbiosis

mutualisme dari hubungan kerjasamanya dengan kaum petani. Yaitu kaum petani

mendapatkan dukungan dan fasilitas untuk mengembalikan tanah mereka dan

Lenin juga mendapatkan sumbangan tenaga dan pikiran dari kaum petani dalam

menghimpun kekuatan revolusioner.

Hal ini, berlainan dengan apa yang dialami oleh Marx sendiri yaitu, ketika

terjadi pertentangan antar dua kelas yang sama-sama dilahirkan dari sejarah yaitu

masyarakat borjuis dan masyarakat proletar. Inilah awal mula dimana Marx

menancapkan teorinya bahwa konflik internal didalam tubuh kapitalisme akan

mengakibatkan apa yang oleh dirinya disebut sebagai revolusi. Bagi Marx, seperti

yang dikutip oleh Arif dan Prasetyo (2005:69) bahwa:

“…sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa pada saat itu, revolusi yang dimaksud adalah perubahan sistem kemasyarakatan secara struktural. Jadi, kaum proletar yang tertindaslah yang lebih banyak mempengaruhi ajaran-ajaran Marx. Lenin lantas melengkapinya dengan menghadirkan objek tertindas lainnya yaitu kaum petani. Mereka sama-sama mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan kaum buruh, sama-sama diakibatkan oleh modal kaum kapitalis. Jika buruh di Eropa barat adalah bagian penting dari konsep Marx, maka petani di Rusia disamping juga buruh adalah bagian penting dari konsep yang dikembangkan oleh Lenin”. Dari apa yang dikemukakan diatas dapat kita lihat bahwa ternyata Marx

lebih fokus dan terinspirasi oleh apa yang ada disekelilingnya saat itu yaitu

penindasan yang dialami oleh kaum buruh. Maka, bukan tidak mungkin Marx

hanya memikirkan kaum buruh saja karena anggapan Marx, kaum petani ini

Page 51: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

118

bersifat konservatif dan bahkan cenderung radikal, mereka akan bertindak apabila

kepentingan mereka sebagai pemilik atau penggarap tanah terganggu sedangkan

apa yang dipikirkan oleh Lenin adalah tak hanya kaum buruh saja yang tertindas

oleh adanya kapitalis dan borjuis akan tetapi keadaan dan situasi di Rusia saat itu

mengikutsertakan kaum petani sebagai salah satu korbannya. Maka, tak heran

Lenin menjadi orang pertama dalam sejarah yang memasukkan peran serta kaum

petani dalam gerakan revolusionernya. Hal itu dimaksudkan agar kesamaan nasib

yang dialami oleh keduanya dapat disalurkan untuk merebut kekuasaan dari kaum

borjuis. Dan akhirnya Lenin mengambil sebuah inisiatif bahwa: Mereka (kaum

proletariat) harus dikoordinasikan untuk melawan penindasan kapitalisme, dengan

berbekal radikalisme kaum Populis (kaum Rusia Pra-Marxis) maka revolusi

sosialis itu harus segera dilaksanakan.

Maka, berawal dari sinilah dengan berbekal ide-ide dari marx dan

kolaborasi dengan apa yang disampaikan dengan cerdas oleh Plekhanov dan

modal radikalisme kaum Populis, Lenin berhasil menemukan suatu cara yang

efektif untuk mengubah wajah Rusia yaitu melalui Partai politik yang berisi

orang-orang professional dan bekerja hanya untuk menyumbangkan tenaga dan

pikirannya demi revolusi, melakukan doktrinasi secara terus menerus agar para

petani dan buruh terbangun sebuah kesadaran akan ketertindasannya. Maka orang

itu, layak disebut sebagai Revolusioner Profesional.

Selain itu juga, Arif dan Prasetyo (2005:70) mengutip penolakan Lenin

terhadap konsep Marx yang juga dianut oleh Plekhanov yaitu:

“…Bahwa Revolusi sosialis akan dicapai melalui tua tahapan: Pertama, revolusi-revolusi yang dikomandani oleh golongan borjuis yang hendak

Page 52: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

119

menghancurkan golongan feodal (revolusi borjuis) dan kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kaum proletar untuk menggantikan kepemimpinan kaum borjuis. Sewaktu revolusi pertama berlangsung, kaum buruh modern sebenarnya sudah eksis membantu borjuis meruntuhkan golongan feudal. Bantuan yang diberikan oleh kaum buruh dalam revolusi pertama semata-mata dimaksudkan sebagai ajang latihan dan pemantapan tekad mengantisipasi kekuasaan, melatih diri berorganisasi serta memahami cara mengatur Negara—yang pada saatnya nanti juga harus digulingkan untuk mencapai masyaralat sosialis tanpa kelas (classless society), negara melenyapdiganti dengan pemerintahan proletariat. Selanjutnya dalam pemerintahan proletariat setelah runtuhnya kaum kapitalis, kelas-kelas dalam masyarakat dengan sendirinya akan turut hilang. Alienasi juga akan melenyap sebab alat produksi tidak lagi diletakkan sebagai kepemilikan individual tetapi berubah menjadi milik kolektif yang akan dikelola secara kolektif pula”. Berkaitan dengan jalannya revolusi, Lenin menolak mentah-mentah apa

yang dikemukakan oleh Marx sebagai teori revolusi dua tahap yang juga

dipercayai oleh Plekhanov. Bagi Lenin, tidak ada yang perlu dihargai dari adanya

revolusi borjuis, tapi revolusi kedua ala Marx itulah yang harus segera dijalankan

tanpa harus menunggu sesuatu syarat apapun sebagaimana yang dikemukakan

oleh Marx. Revolusi proletar tak bisa ditunda-tunda hanya karena harus

menunggu terjadinya revolusi borjuis terlebih dahulu. Inilah yang menjadi

perbedaan antara Marx dan Lenin, Lenin berhasil mempraktikkan apa yang telah

ia gagaskan sebelumnya, berbeda dengan Marx yang hanya sampai pada tataran

teori saja.

Marx menisbatkan bahwa revolusi akan tiba dengan sendirinya, manakala

konflik inheren tercipta dan pada saat puncak perkembnagan capital sudah tak lagi

bisa ditoleransi oleh kelas tertindas. Bagi Marx, partai politik hanyalah merupakan

instansi yang akan mengkoordinasikan dari kesadaran masa itu. Cara berevolusi

yang “alamiah” seperti itu pun ditolak oleh Lenin. Bagi Lenin, kaum buruh dan

Page 53: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

120

petani harus dikoordinasikan dibawah satu komando yakni sebuah partai politik

yang didalamnya terdapat visi yang tegas untuk sebuah perubahan.

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh pimpinan revolusinya, Lenin.

Trotsky (2009:49) sebagai Panglima Tentara Merah juga menegaskan dalam

bukunya yang berjudul Revolusi Permanen bahwa:

“Revolusi adalah sebuah pertarungan kekuatan secara terbuka antara kekuatan-kekuatan social didalam sebuah perjuangan untuk mengambil kekuasaan. Negara bukanlah sebuah tujuan akhir didalam dirinya sendiri. Ia hanyalah sebuah alat di tangan kekuatan sosial yang mendominasi. Negara adalah kepentingan kelas; mekanisme motornya adalah agitasi, media, gereja, sekolah, partai-partai, pertemuan-pertemuan jalanan, petisi dan pemberontakan. Negara bukanlah suatu tujuan akhir didalam dirinya sendiri, tetapi ia merupakan alat untuk mengorganisir, disorganisir dan re-organisir hubungan-hubungan sosial. Ia dapat menjadi kekuatan yang besar bagi revolusi atau menjadi sebuah alat penghenti revolusi yang terorganisir, ini pada tangan yang mengontrolnya”. Maka, dapat dibayangkan apabila Lenin harus menunggu hingga bertahun-

tahun lamanya apabila revolusi sosialis harus menunggu fase kematangan

kapitalis terlebih dahulu dan dilanjutkan oleh adanya revolusi borjuis. Maka

dengan tegas, Lenin menolak argument Marx dimana revolusi harus diciptakan

dua kali.

Ketika revolusi bisa langsung dilompati dari fase kapitalis ke sosialis,

tanpa harus menunggu fase tersebut mengalami kontradiksi internal, atau adanya

revolusi borjuis terlebih dahulu sebagaimana yang disampaikan oleh Marx dan

diakui oleh Plekhanov dan dipercayai oleh kaum Menshevik, mengapa Rusia

harus menunggu selama itu apabila dari sekarang revolusi sosialis itu bisa

dijalankan.

Page 54: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

121

Setelah revolusi bisa dijalankan dengan baik, maka tindakan selanjutnya

menurut Lenin adalah persiapan kaum proletariat untuk menumbangkan Negara

demokrasi parlementer dan menggantinya dengan demokrasi Rusia (demokrasi

langsung) yang sama sekali berbeda dan akan menjadi alat kekuasaan bagi kaum

proletariat Rusia dalam melawan kapitalisme.

D. Kontribusi pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang mempengaruhi

pemikiran V.I Lenin tentang konsep Negara dan Revolusi

Barangkali, apabila tidak ada Lenin, maka pemikiran-pemikiran Karl

Marx hanya bisa diingat oleh beberapa ahli filsafat dan sejarah ilmu ekonomi saja.

Begitu juga sebaliknya, apabila tidak ada Marx maka Lenin tidak mempunyai

pijakan pemikiran yang ajeg tentang konsep negara dan revolusi yang ia pikirkan.

Lenin dan Marx saling melengkapi meskipun hidup di jaman yang berbeda dan

Lenin adalah orang pertama yang mempraktekkan pikiran-pikiran Marx secara

nyata di Rusia tidak hanya sebatas teoritis saja.

Dalam sub-bab ini akan diuraikan kontribusi dari pemikiran tokoh-tokoh

intelektual yang mempengaruhi Vladimir Ilyich Lenin dalam memikirkan konsep

tentang negara dan revolusi. Lenin bukan saja sosok yang berhasil menerapkan

dan merealisasikan pikiran-pikiran Marx kedalam kenyataan, tetapi juga adalah

sosok yang dapat mengimbangi pikiran-pikiran Marx tersebut dengan teori dan

ide yang seimbang dengan Marx. Kesatupaduan antara keduanya akan

mewujudkan sebuah paham yang disebut Marxisme-Leninisme, yang nantinya

akan dinisbatkan sebagai ideologi wajib bagi negara atau siapapun yang menganut

Page 55: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

122

Komunisme. Lenin telah mengubah dirinya sendiri menjadi sebuah ideologi,

sebuah ideologi dimana digantungkan berjuta-juta nasib petani miskin dan buruh.

Oleh karena itulah, menurut Arif dan Prsetyo (2004:65) menyatakan

bahwa:

”Lenin berupaya untuk mempertajam teori Matx yang merupakan manifestasi kecerdasan yang radikal pula. Lenin percaya kepada Marx, dan Marxisme harus diperbaiki. Dibreak-down untuk menjadi landasan gerakan yang nyata. Lenin juga percaya pada Plekahnov, percaya pada tradisi kaum Populis di Rusia, tapi ia harus dibekali dengan kecerdasan teori dan taktik”. Dalam perjalanan sejarahnya, banyak sekali pemikiran-pemikiran kaum

intelektual yang mempengaruhi pemikiran Lenin, seiring dengan rasa kepenasaran

Lenin tentang konsep negara dan revolusi yang ingin dijalankannya. Untuk dapat

memahami bagaimana pemikiran Lenin, maka inti dari pemikiran Lenin

dipengaruhi oleh 3 tokoh yang terrangkum dalam skema dibawah ini (2004: 41):

Bagan 4.1

Skema Pemikiran Lenin

Karl Marx

(1818-1883)

Georgii Plekhanov

(1856-1918)

Kaum Populis Kaum Radikal

Pra-Marxis

V.I LENIN (1870-1924)

Page 56: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

123

Dari skema diatas, dapat kita ketahui bahwa dasar pemikiran Vladimir

Ilyich Lenin itu dipengaruhi oleh beberapa tokoh intelektual yang memiliki

persamaan, perbedaan atau justru melengkapi dari pemikiran tokoh tersebut

sebelumnya. Semua tokoh-tokoh tersebut memiliki konstribusi terhadap

pemikiran Lenin karena dengan adanya pemikiran-pemikiran tokoh tersebut,

Lenin bisa memiliki dasar yang kuat terhadap apa yang akan dilakukannya.

Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa skema yang diuraikan diatas adalah

hanya sekedar kunci agar kita dapat mengetahui skema dasar dari pemikiran Lenin

itu sendiri. Adapun tokoh-tokoh inteleketual tersebut adalah Karl Marx, Georgii

Plekahnov, dan Kaum Populis (Kaum Pra-Marxis Rusia).

1. Karl Marx

Tokoh yang bernama Karl Heinrich Marx (1818-1883) ini merupakan

tokoh utama dibalik pemikiran-pemikiran Lenin. Berkat pemikiran Marx, Lenin

dapat mengembangkan pokok-pokok yang diutarakan oleh Marx turut

dikembangkan pula oleh Lenin di Rusia.

Arif dan Prasetyo (2004:62) mengatakan apa yang menjadi ciri khas dari

Lenin:

”Konsistensi Lenin merupakan ciri penting yang dia tunjukkan dalam mengelola sebuah gerakan perubahan. Bahwa perubahan menuju masyarakat sosialis tak akan terwujud tanpa sebuah koordinasi dalam partai, dimana partai itu berisi orang-orang yang profesional, intelektual, dan cendekiawan yang menghabiskan waktunya hanya untuk kaum proletar dan petani. Lenin tidak hanya mencaci, tetapi dia juga memuji Marx. Bagi Lenin, kejeniusan Marx adalah karena orang pertama yang menyimpulkan pelajaran sejarah dunia dengan tepat dan menerapkan pelajaran itu secara konsisten. Kesimpulan yang dibuatnya menjadi doktrin dari perjuangan kelas. Rakyat selalu menjadi korban dari penipuan dan

Page 57: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

124

kemunafikan dunia politik, mereka akan selalu begitu sampai mereka mencoba mencari tahu apa kepentingan sesungguhnya dari kelas-kelas yang ada dalam masyarakat, apa yang ada di balik ajaran moral, agama dan janji politik”. Bagi Lenin, doktrin Marxis bersifat serba guna karena tingkat

kebenarannya yang tinggi. Doktrin Marx juga lengkap dan harmonis serta

melengkapi kita dengan suatu pandangan dunia yang integral, yang tidak bisa

dipersatukan dengan berbagai macam tahayul, reaksi atau tekanan dari pihak

borjuis.

Selanjutnya, Arif dan Prasetyo juga mengatakan (2004:42) tentang Marx:

”Secara umum gagasan Marx sebenarnya tak bisa dilepaskan dari tokoh filsafat yang dikaguminya yaitu Hegel. Apa yang dikagumi oleh Marx dari Hegel tak lain adalah gagasan bahwa gerak sejarah umat manusia itu bersifat evolutif menuju ke tahap yang semakin tinggi. Menurut Hegel, proses kenaikan tahapan itu tidaklah berlangsung melalui dan dalam proses yang linear, namun dalam proses yang dialektik, yaitu proses dimana terjadi pertarungan antara tesis dan anti-tesis dileburkan dan diangkat kedalam tahap yang lebih tinggi dan karena itu tingkat kebenarannya lebih luas dan lebih tinggi dibandingkan tesis dan antitesis yang parsial. Lagi, menurut Hegel, gerak sejarah itu bersifat teleologis (memiliki sebuh tujuan). Namun, jika menurut Hegel tujuan sejarah adalah masyarakat tanpa kelas, menurut Marx tujuan sejarah ialah masyarakat tanpa kelas. Jika menurut Hegel yang bergerak dan juga ’bertarung’ dalam dialektika sejarah adalah negara-bangsa, maka menurut Marx yang bergerak dan ’bertarung’ dalam dialektika sejarah adalah kelas-kelas masyarakat. Dalam manifesto komunisnya, Marx menyatakan bahwa semua sejarah adalah pertarungan kelas antara mereka yang menindas dan yang tertindas”. Lantas, mengapa Marx begitu “mengidolakan” masyarakat tanpa kelas

sebagai tujuan sejarahnya?. Semuanya berawal dari inspirasi Hegel yang dikutip

oleh Arif dan Prasetyo (2004:44) bahwa:

“..pekerjaan sebagai medium pembentukan diri manusia maka menurut Marx, dalam masyarakat tanpa kelas itulah manusia bisa bekerja ‘memanusiakan alam yang objektif’ secara bebas tanpa keterpaksaan. Dalam masyarakat tanpa kelas, manusia bekerja untuk merealisasikan

Page 58: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

125

dirinya di dunia, dan bukan semata-mata demi tuntutan ekonomi. Manusia bisa merealisasikan potensi-potensi kemanusiaannya secara utuh. Bekerja bukan lagi mengalienasikan manusia dari potensi-potensi kemanusiannya secara utuh. Dan dengan dengan demikian manusia berkembang secara utuh. Dia bisa mengembangkan potensi apa pun yang dia miliki”. Selain itu juga, Marx mengatakan bahwa:

”...diantara masyarakat kapitalis dengan komunis terdapat periode perubahan revolusioner dari yang satu menjadi yang lain. Sesuai dengan periode ini terdapat pula periode peralihan politik dimana negara tidak dapat berbuat lain kecuali adanya diktator revolusioner proletariat. Marx mendasarkan kesimpulan ini dengan analisis tentang peran proletariat dalam masyarakat kapitalis atas perkembangan masyarakat tersebut dan tentang tak terdamaikannya kepentingan-kepentingan yang berlawanan dari proletariat dan dan Borjuasi. Tapi tak hanya sekedar itu, Lenin melengkapinya dengan taktik dan strategi yang jitu, memikirkan masa depan Rusia dan memimpin revolusi”. Penindasan yang dilakukan kelas penindas terhadap kelas tertindas,

menurut Marx tidak hanya penindasan ekonomi dan politik belaka. Akan tetapi,

penindasan itu adalah penindasan atas ”totalitas realisasi kemanusiaan” manusia.

Arif dan dan Prasetyo juga mengungkapkan bahwa akibat penindasan itu, manusia

teralienasi dari keharusan untuk merealisasikan hakikat dirinya secara utuh dan

harmonis. Manusia-manusia dari kelas yang tertindas menjadi semata-mata alat

bagi manusia-manusia penindas untuk mencapai keinginannya.

Kemudian, menurut Marx sebagaimana yang dikutip oleh Arif dan

Prasetyo (2004:44) bahwa:

”Dalam pencapaian tujuan sejarah itu terdapat fase-fase yang harus dilalui dalam sejarah. Dua fase terakhir menjelang tercapainya tujuan sejarah itu adalah fase feodalisme dan fase kapitalisme. Menurut Marx, apa yang menggerakkan fase-fase tersebut berpindah ke fase yang lainnya adalah perkembangan kekuatan produktif manusia dan kelas-kelas sosial yang terbentuk sebagai akibat dari perkembangan kekuatan tersebut”.

Page 59: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

126

Maka, secara keseluruhan, kemenangan beberapa kaum kapitalis tersebut

menciptakan pengelompokkan kelas sosial dalam masyarakat secara tajam

menjadi dua kelas besar yang saling berseteru kepentingannya yaitu kaum

kapitalis dan kaum proletar. Sementara di sisi lain, perkembangan kekuatan kaum

kapitalis yang semakin menindas kelas proletar dengan sendirinya akan

menumbuhkembangkan secara sadar ”kesadaran kelas” kaum proletar. Dari

”kesadaran kelas” itulah gerakan revolusi menuju cita-cita dan tujuan sejarah akan

muncul.

Leninisme sebagai ujung tombak dari ideologi Marxisme-Leninisme,

menjadi unsur kunci yang menentukan dari sosok ideologis Komunisme di

seluruh dunia. Maka tak berlebihan rasanya, apabila Leninisme dikatakan sebagai

alat perjuangan sebagian besar dari gerakan-gerakan revolusioner abad ke-20 dan

pada abad itu juga Komunisme menjelma sebagai kekuatan politik yang paling

ditakuti, dan semuanya itu tidak akan pernah terjadi tanpa adanya peranan dari

Lenin.

Suseno (2005:45) mengatakan bahwa:

”Teori Marx bukan produk pemikiran orang pintar yang kemudian dipakai untuk mengarahkan perjuangan proletariat, melainkan ungkapan teoritis perjuangan itu sendiri. Apa yang nyata-nyata dirasakan proletariat dalam kedudukannya sebagai kelas tertindas, dirumuskan dalam dimensi teori oleh Karl Marx untuk dikembalikan ke proletariat yang mengenalnya sebagai ungkapan konsepsional realitasnya sendiri”. Maka, menurut Marx, untuk menghadapi permasalahan seperti itu hanya

ada dua pilihan yaitu : Mati atau Memberontak. Suseno (2001:169) menuliskan

bahwa:

Page 60: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

127

”Orang yang sudah lama tertindas sering tidak kuat untuk memberontak, maka akhirnya mati. Tetapi lain halnya dengan proletariat. Seperti yang telah diuraikan, pada saat mereka semakin miskin, kesadaran berkelas mereka malah semakin mantap. Semangat juang mereka semakin kokoh dan tak terpatahkan. Mereka tidak akan membiarkan diri mereka mati; mereka akan memberontak dengan jalan revolusi sosialis. Revolusi itu pada permulaannya akan bersifat politis: proletariat merebut kekuasaan negara dan mendirikan ”kediktatoran proletariat”. Artinya proletariat menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis untuk mencegah mereka memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasai untuk menggagalkan revolusi proletariat dan mengembalikan keadaan lama. Jadi kediktatoran proletariat perlu untuk mencegah segala kemungkinan sebuah revolusi balasan dari sisa-sisa kaum kapitalis. Setelah itu hak milik atas tanah dan atas pabrik-pabrik serta alat-alat produksi lain dicabut dan dialihkan ke negara. Marx memutuskan bahwa untuk mengkoordinasikan gerakan kaum proletar di seluruh dunia, dibutuhkan sebuah partai yang mengkoordinasikan gerakan revolusioner. Partai yang dikemukakan oleh Marx itu adalah partai Komunis”. Dalam buku Lenin: Revolusi Oktober 1917, Arif dan Prasetyo

menyimpulkan bahwa menurut Karl Marx, tujuan masyarakat sosialisme adalah

adanya masyarakat tanpa kelas yaitu suatu perwujudan dari terrealisasikannya

paham sosialisme sebagai akibat dari makin runtuhnya negara kapitalisme

sehingga golongan proletar semakin banyak dan terciptalah masyarakat 1 kelas

yaitu golongan pekerja/buruh saja sehingga sosialisme dapat diwujudkan.

Revolusi Sosialis tidak dapat terwujud apabila keadaan negara kapitalis belum

matang dan proletar masih merupakan golongan minoritas dan masih merupakan

kelas yang tertindas. Pada intinya, Lenin sepakat dengan apa yang dipikirkan oleh

Marx mengenai Hukum Evolusi Sejarah Ekonomi dan masyarakat tanpa kelas

yang diungkapkan oleh Marx, hanya saja Lenin lebih bersikap situasional dan

praktis sesuai dengan keadaan Rusia yang sedang dihadapi saat itu.

Page 61: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

128

Apabila revolusi sosialis itu berhasil diwujudkan, maka menurut Marx fase

selanjutnya adalah adanya masyarakat sosialis yang pada tingkat tingginya akan

menjadi masyarakat komunisme. Namun, sebelum mencapai kearah sana, terlebih

dahulu kita bahas terlebih dahulu konsep sosialisme dan komunisme. Menurut

Suseno (2001:5) menyatakan bahwa:

“Marxisme tidak sama dengan ‘Komunisme’. ‘Komunisme” yang juga disebut sebagai ‘Komunisme Internasional’ adalah nama ‘gerakan kaum komunis’. Komunisme adalah gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang sejak Revolusi Oktober 1917 dibawah pimpinan Vladimir Ilyich Lenin menjadi kekuatan politis dan ideologis internasional. Istilah ‘komunisme’ juga dipakai untuk ‘ajaran komunisme’ atau bisa disebut dengan ‘Marxisme-Leninisme’ yang merupakan ajaran atau ideologi resmi komunisme. Jadi Marxisme menjadi salah satu komponen dalam ideologis komunisme. Kaum komunis memang selalu mengklaim monopoli atas interpretasi ajaran Marx, tentu dengan maksud untuk memperlihatkan diri sebagai pewaris sah ajaran Marx tersebut. Sedangkan istilah Marxisme adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx yang dilakukan oleh temannya Friedrich Engels dan oleh tokoh teori Mraxis Karl Kautsky”. Jadi, sesuai dengan apa yang dikatakan diatas bahwa komunisme Marx

berbeda dengan sistem komunis yang dibangun oleh Lenin 50 tahun kemudian.

Yang dimaksud komunisme menurut Marx adalah sebagaimana yang dikutip oleh

Arif dan Prasetyo (2004:170-171) yaitu:

”Komunisme bukanlah sebuah kapitalisme negara, jadi dimana hak milik diadministrasikan oleh negara. Marx mengatakan bahwa hanya pada permulaan, sosialisasi berarti nasionalisasi—negara mengambil alih hak milik pribadi. Tetapi sesudah kaum kapitalis tidak merupakan ancaman lagi. Negara kehilangan fungsinya dan menghilang. Maka pabrik dan tempat produksi lain akan diurus langsung oleh mereka yang bekerja disitu. Ciri-ciri inti masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, penghapusan adanya kelas-kelas sosial, menghilangnya negara, penghapusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak perlu dihapus secara khusus sesudah kelas kapitalis ditiadakan karena kapitalisme sendiri sudah menghapus semua kelas sehingga hanya tinggal proletariat. Itulah sebabnya revolusi sosialis tidak akan menghasilkan masyarakat dengan kelas atas dan kelas bawah lagi”.

Page 62: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

129

Lenin yang telah mengubah dirinya sendiri menjadi sebuah ideologi

dimana digantungkan berjuta-juta nasib petani miskin dan kaum buruh. Pemikiran

Lenin telah berubah menjadi Leninisme, bahkan juga menjadi gaya berpikir dan

sebuah tradisi. Lenin bersikap terhadap apa yang terjadi di negaranya, ia tidak

menelantarkan dirinya diinjak-injak sang penguasa kapital, karenanya ia sama

sekali menolak gaya revisionisme Marxisme. Lenin bukan Marx, dan Marx juga

bukan Lenin, namun mereka saling melengkapi dan memadukan. Marx tanpa

Lenin menjadikan revolusi sosialisme dan masyarakat sosialis hanya dapat

dinikmati oleh beberapa ahli filsafat saja.

2. Georgii Plekhanov

Siapa tokoh ini?, Arif dan Prasetyo (2004:45) mengatakan bahwa:

”Tokoh yang satu ini dikenal sebagai Grandfather of Russian Marxism. Dialah yang berhasil membumikan Marxisme di Rusia. Membumikan tidak hanya dalam arti memperkenalkan, namun juga dalam artian mampu mengajarkan bagaimana menggunakan pikiran-pikiran Marx untuk membaca, menganalisa dan memahami gerak dan arah sejarah manusia”. Georgii Plekhanov, lahir pada tanggal 22 Desember 1856 di Gudalovka,

Rusia dari keluarga bangsawan kecil. Ia adalah seorang pendiri gerakan Sosial-

Demokrat di Rusia dan Marxis Rusia yang pertama. Sebagai seorang penulis yang

produktif ia berurusan dengan beberapa aspek dari pemikiran Marxis. Mulai pada

tahun 1875, ia mulai mengikuti gerakan revolusioner dari kaum Populis yang

konsentrasinya ditujukan kepada kaum petani kecil. Gerakan yang dilakukan oleh

kaum Populis adalah berusaha memabngun masyarakat sosialis agraria. Namun,

ternyata seiring dengan perkembangan gerakan kaum populis, Plekhanov lebih

cenderung berhubungan dan berkomunikasi dengan kaum buruh pabrik di kota.

Page 63: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

130

Dan ketika kaum populis mulai melaksanakan kesadaran revolusioner di kalangan

petani kecil dan mulai melakukan aksi-aksi terorisme di Rusia sehingga

mengakibatkan terbunuhnya Tsar Alexander III. Plekhanov yang menyadari hal

tersebut menyatakan ketidaksetujuannya terhadap aksi-aksi yang dilakukan oleh

kaum populis dan dia mulai mencari gagasan yang baru yang mampu mengatasi

kelemahan dan kegagalan gagasan kaum populis mengenai revolusi. Hingga

akhirnya ia menemukan pemikiran-pemikiran Karl Marx.

Selanjutnya, Arif dan Prasetyo (2004:45-46) mengungkapkan tentang

perkembangan yang dilakukan oleh Plekhanov yaitu:

”Pada tahun 1883, bersama beberapa sahabatnya mendirikan organisasi revolusi Marxis pertama di Rusia, yaitu Pembebasan Buruh (Liberation of Labour) di Jenewa. Tahun 1883, dia menerbitkan bukunya Sosialisme dan Perjuangan Politik (Socialism and Political Struggle) dan tahun 1885, Perbedaan-perbedaan kita (Our Differences). Dalam kedua karya tersebut, dia mengkritik kaum populis dan sekaligus memberikan basis ideologis bagi kaum Marxis di Rusia. Menurut Plekhanov, Rusia saat itu telah memasuki fase kapitalisme, yang mengubah struktur sosial masyarakat Rusia, dan sekaligus menciptakan kondisi-kondisi bagi kejatuhan pemerintahan otokrasi Rusia dibawah pemerintahan Tsar”. Dari pemaparan diatas dapat kita ambil kesimpulan menurut Plekhanov

dengan berdasar pada pemahaman bahwa Rusia tengah memasuki fase

kapitalisme, meski baru tahap awal dan meletakkan harapan revolusinya pada

kaum proletar yang terbentuk akibat masuknya kapitalisme. Kaum proletar adalah

kekuatan masa depan sejarah Rusia, menurut Plekahnov merekalah yang akan

melakukan revolusi sosialisme melalui adanya “Dua Jembatan Revolusi” dan

Lenin menyebutnya ini sebagai Teori Dua Tahapan Revolusi. Menurut Arif dan

Prasetyo (2004: 47), Teori Dua Jembatan Revolusi adalah :

Page 64: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

131

“Proses menuju fase sosialisme yang terjadi melalui dua jembatan revolusi yaitu Pertama, Revolusi Borjuis, dimana kaum Borjuis-Kapitalis dengan bantuan kaum proletar menumbangkan kekuasaan feodal otoktasi. Kedua, melalui Revolusi Proletar yang akan menumbangkan kekuasaan kaum Borjuis-Kapitalis. Disini plekhanov menolak revolusi kaum proletar sebelum didahului oleh Revolusi Borjuis. Menurutnya, kaum Proletar harus terlebih dahulu mencapai kematangan politiknya dan ini akan bisa dicapai pada saat kekuasaan Borjuis-Kapitalis”. Apa yang diungkapkan oleh Plekahnov, sama halnya dengan apa yang

diungkapkan oleh Marx dan nantinya Plekhanov akan mengalami perpecahan

dengan Lenin bersama kaum Menshevik-nya. Plekahnov juga berpendapat bahwa

revolusi sosialis tidak bisa dengan mudah diwujudkan begitu saja tetapi

memerlukan persyaratan-persyaratan khusus agar revolusi tersebut dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Syarat-syarat tersebut, Marx dan Plekhanov memiliki

persamaan, makanya tak heran apabila Plekhanov dianggap sebagai Bapak Marxis

Rusia.

Jadi dapat dikatakan bahwa kaum proletar sebelum melakukan revolusi,

harus terlebih dahulu mengerti dan sadar akan tugas dari revolusi sosialis itu

sendiri sehingga mereka bisa melakukan revolusi sebagaimana mestinya. Selain

itu, Plekhanov juga tidak mengakui kekuatan yang dimiliki kaum petani, sehingga

ia tidak mencantumkan para petani bagi gerakan revolusinya karena petani

dianggap lebih konservatif dan tidak memiliki kekuatan masa.

Untuk mencapai revolusi sosialis, Plekahnov amat mempercayakan kepada

kekuatan revolusioner yang dimiliki oleh kaum buruh yang revolusioner, namun

untuk dapat mewujudkan revolusi tersebut, menurut Plekhanov terlebih dahulu

Rusia harus melewati fase kapitalisme yang matang dimana terjadi kontradiksi-

kontradiksi internal didalamnya seperti juga yang dikatakan Marx. Selain itu juga,

Page 65: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

132

syarat yang lain adalah, adanya perjuangan kelas didalam negara yang akan

melakukan revolusi sosialis. Yaitu dimana disana sudah tidak ada lagi kelas yang

tertindas dan penindas dan hanya ‘dihuni’ oleh satu kelas yang sama yaitu Kelas

Proletar. Barulah apabila semuanya sudah terpenuhi, revolusi sosialis dapat

diwujudkan dengan dipimpin oleh Kediktatoran Proletariat.

Meskipun demikian, sebenarnya ketika terjadi Revolusi 1905 di Rusia,

pendapat yang dikemukakan oleh Plekhanov tersebut harus segera dikoreksi. Hal

itu dikarenakan gagasannya yang telah menilai sebelah mata kekuatan dari kaum

petani kecil sebagai kekuatan revolusioner baru. Seharusnya sebagai orang yang

tinggal dan besar di Rusia, Plekhanov dapat memahami potensi revolusioner yang

besar terdapat di kaum petani kecil. Selain itu, sama halnya dengan revolusi

borjuis, yang menurut Plekhanov harus mendahului revolusi proletar. Revolusi

borjuis itu tidak pernah terjadi sebagaimana mestinya dan borjuis adalah golongan

yang tidak dapat dipercaya untuk melaksanakan revolusi, sebagaimana apa yang

dibayangkan oleh Lenin.

3. Kaum Populis (Kaum Pra-Marxis Rusia)

Trotsky (2009:26) menjelaskan pengertian dari kaum Populis yaitu:

”Kaum Populis atau dalam bahasa Rusia disebut dengan Narodnik, pada awalnya ini adalah nama untuk kaum revolusioner Rusia pada tahun 1860-an dan 1870-an, Narodniki berarti ’bergerak ke rakyat’. Kelompok Narodnik dibentuk untuk merespon konflik yang semakin besar antara kaum tani miskin dan kaum tanah kaya (kulak). Kelompok tersebut tidak mendirikan organisasi yang konkrit, namun memiliki tujuan umum sama untuk menggulingkan monarki dan kulak, serta mendistribusikan tanah untuk kaum tani. Kaum Narodnik secara umum percaya bahwa kapitalisme bukan merupakan sebuah keharusan akibat perkembangan industri, dan bahwa dimungkinkan untuk melewati kapitalisme secara langsung dan masuk ke dalam masyarakat sejenis sosialisme”.

Page 66: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

133

Sependapat dengan Trotsky, Arif dan Prasetyo (2004:47) mengungkapkan

pengertian dari Kaum Populis, yaitu:

”Kaum Populis merupakan bagian dari gerakan sosialis abad ke-19 di Rusia. Terdiri dari kaum intelektual Rusia yang percaya bahwa Rusia akan mampu mencapai tahap kemajuan tanpa harus melewati tahapan kapitalisme. Seperti kaum Marxis, mereka juga percaya akan teori perkembangan sejarah dan penciptaan masyarakat sosialis. Namun, berbeda dengan kaum Marxis yang mendasarkan masyarakat komunisnya pada kaum proletar, maka masyarakat komunismenya kaum populis adalah masyarakat komunisme agararis. Hal ini berlandaskan pada realitas bahwa mayoritas masyarakat Rusia adalah petani, sementara kaum buruh pada saat itu amat kecil jumlahnya. Selain itu, dalam pandangan mereka, kaum buruh itu pun tak lain dari kaum petani yang untuk sementara merangkap menjadi buruh. Karena masyarakat yang dituju adalah masyarakat agraris, maka kekuatan sejarah berada di tangan kaum petani. Untuk itu, kesadaran revolusioner kaum petani harus dibangkitkan”. Menurut kaum populis atau kaum Narodnik, hal yang mereka percayai

adalah bahwa kaum tani adalah kelas yang revolusioner yang nantinya akan

menggulingkan monarki, menganggap komune desa sebagai embrio sosialisme.

Namun mereka tidak percaya bahwa kaum tani akan mampu mencapai revolusi

dengan usahanya sendiri. Menurut mereka, sejarah hanya dapat dibuat oleh

pahlawan, dan bagi mereka, individu yang luar biasalah yang akan memimpin

kaum tani menuju revolusi sosialis.

Selanjutnya, ditulis oleh Arif dan Prasetyo dalam bukunya (2004:48)

tentang perkembangan dari kaum populis:

”Akhir tahun 1860-an dan awal tahun 1870-an, kaum populis meluncurkan kampanye ’turun ke rakyat’ (khozdenie v narod). Ratusan intelektual muda berpakaian seperti petani turun ke desa-desa, tinggal disana dan mengajarkan perjuangan menciptakan revolusi guna mencapai masyarakat komunisme agraris. Tetapi sayangnya usaha ini sia-sia. Para petani yang buta huruf tidak terlalu merespon propaganda sebagaimana yang diharapkan, dan terkadang berkhianat serta melaporkan intelektual-intelektual tersebut pada polisi. Akibatnya banyak kaum populis yang tertangkap”.

Page 67: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

134

Meskipun dipimpin oleh kaum intelektual Rusia yang masih berjiwa

muda, namun nampaknya kepintaran anggota dari kaum populis ini tidak

digunakan untuk merancang taktik dan strategi yang jitu agar para petani yang

diajarkan kesadaran revolusionernya bisa berhasil dengan baik. Namun hanya

kekecewaan yang didapat, selain tidak ada satu petani pun yang terpengaruh oleh

ajakan kaum populis itu, banyak juga para petani yang melaporkan kegiatan yang

dilakukan oleh kaum populis tersebut kepada polisi sehingga banyak yang

diamankan.

Meskipun demikian, dampak dari kegagalan tersebut, kaum populis

malahan berusaha untuk merencanakan untuk melakukan aksi-aksi yang lebih

radikal dan ekstrim lagi dengan menggunakan metode pengorganisasian yang

lebih ketat. Organisasi pertama yang muncul dari situasi tersebut adalah kelompok

revolusioner Zemlya i Volya (tanah dan kebebasan). Organisasi ini awalnya

melanjutkan kegiatannya di kalangan kaum petani, tetapi penangkapan yang terus

berlanjut oleh pihak polisi mengarahkan anggota-anggotanya ke terorisme sebagai

bentuk perjuangannya. Selain lewat ”propaganda dengan lisan”, kelompok ini

juga melakukan ”propaganda lewat aksi”.

Perkembangan selanjutnya terhadap aksi dari kaum populis ini, dirangkum

oleh Arif dan Prasetyo (2004:48), yaitu:

”Tahun 1879, Zemlya i Volya pecah menajdi dua kelompok yaitu Narodnaya Volya (kehendak rakyat) yang pada tahun 1881 membunuh Tsar Alexander II dan Chorny Peredel (Repartisi Hitam) yang terus melanjutkan kegiatan utamanya di kalangan petani sampai para anggotanya mulai menggeser perhatian mereka pada kaum proletar kota pada tahun 1880-an, sebagaimana yang dialami oleh Plekhanov”.

Page 68: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

135

Salah satu gerakan yang dilakukan oleh kaum populis ini adalah gerakan

yang dilakukan oleh kakak kandung Lenin sendiri yaitu Alexander yang telah

merencanakan pembunuhan terhadap Tsar sehingga akhirnya Alexander pun

dijatuhi hukuman mati akibat perbuatannya tersebut. Melihat dari hal ini, dampak

jangka panjangnya adalah dapat dilihat pada diri Lenin, dimana kebencian dan

balas dendam terhadap kaum borjuis sangatlah besar karena didalamnya terdapat

unsur pribadi yang telah menyatu dalam setiap pemikiran-pemikirannya.

Maka, Inti dari pemikiran gerakan kaum Populis ini, Arif dan Prasetyo

(2004:48) mengutip Theodor Shanin (1986: 252-253) yang membedakan 3

perbedaan antara pemikiran Plekhanov dan kaum Populis yaitu sebagai berikut :

“Pertama, kaum Marxis menerima kemajuan yang dipahami sebagai hasil yang tak terelakkan dari kekuatan relasi-relasi produksi, mekanisasi dan dalam ukuran perubahan kapitalis yang memberikan jalan bagi demokratisasi Borjuisme dan sosialisme yang mengikutinya. Sedangkan kaum Populis mengkritik secara moral perkembangan kapitalisme. Kedua, kaum Marxis meyakini keniscayaan ilmiah dari perkembangan dua tahap di Rusia, dimana revolusi borjuis dan perkembangan kapitalisme dibawah rezim parlementer pasti memberikan landasan yang niscaya bagi gerakan masa sosialis dan revolusi sosialis. Bertentangan dengan keyakinan kaum Populis akan kemungkinan ‘lompatan tahap’ kapitalisme dan menjalankan secara sekaligus rekonstruksi Rusia secara sosialis. Ketiga, kaum Marxis Rusia menyatakan bahwa kaum proletar industri adalah satu-satunya kelas revolusioner yang konsisten dalam masanya yang akan mendukung transformasi sosialis yang akan tiba. Sedangkan kaum Populis mengatakan bahwa kaum tani dan intelektual bisa se-revolusioner kaum buruh industri ketika berhadapan dengan negara bentukan kapitalisme dan karena itu keduanya bisa dianggap sebagai sayap yang berbeda dari perjuangan kelas yang sama menuju sosialisme”.

4. Perbandingan dengan pemikiran V.I Lenin

Dari ketiga pemikiran tokoh dan golongan tersebut, pikiran Lenin tentang

revolusi sosialis dan negara yang akan dibentuknya itu pun menjadi berkembang.

Page 69: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

136

Ada yang sejalan dengan ketiga pemikiran diatas tetapi juga banyak yang

berlawanan dengan ketiganya. Karena Lenin memiliki pemikiran sendiri

mengenai konsep Revolusi Sosialis dan negara yang telah disesuaikan dengan

situasi, kondisi atau bahkan ambisi pribadi Lenin sendiri. Adapun pokok-pokok

pemikiran Lenin yang disebutkan oleh Arif dan Prasetyo (2004:50-59) adalah :

a. Kepercayaan atas Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia

Lenin sebagai pengikut Marxis, juga mempercayai akan Hukum

Evolusi Sejarah yang dikemukakan Marx yaitu tahapan primitif, tahapan

perbudakan, tahapan feodalisme, tahapan kapitalisme dan tahapan sosialis.

Ia juga sejalan dengan pemikiran Plekhanov yaitu meyakini bahwa Rusia

telah memasuki tahapan kapitalisme, namun ia juga tidak sependapat

apabila kaum proletar harus mendukung dan menjadi sekutu kaum

Borjuis-Kapitalis sebagaimana yang dikatakan oleh Plekhanov untuk

menjatuhkan feodalisme di Rusia.

Selain itu juga Lenin memang sependapat dengan apa yang dikatakan

oleh Plekhanov tentang mulai masuknya Rusia kedalam tahapan

kapitalisme, namun juga menolak pandangan Plekhanov tentang dua fase

revolusi guna menuju masyarakat sosialis.

Dituliskan oleh Arif dan Prasetyo (2004:50) bahwa:

“Dinyatakan oleh Plekhanov bahwa untuk menuju tercapainya masyarakat sosialis di Rusia, maka kaum proletar (yang saat itu jumlahnya amat kecil) harus membantu kaum borjuis-kapitalis mengadakan revolusi menyatukan kekuasaan feodal dan menggantinya dengan rezim kapitalisme.di bawah rezim ini, kapitalisme akan berkembang dan dengan demikian berkembang pula jumlah dan kekuatan kaum proletar. Dengan kekuatannya tersebut, maka kaum

Page 70: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

137

proletar akan sanggup melakukan revolusi sosialis dalam menciptakan pembentukan masyarakat sosialis”. Berdasarkan pemikiran tersebut, menurut Lenin, Kaum borjuis-

kapitalis adalah kaum yang tak bisa dipercaya untuk membuka jalan bagi

terbentuknya revolusi sosialis dan masyarakat sosialis. Alih-alih, kaum

borjuis-kapitalis akan bersedia berkoalisi dengan Tsar Rusia guna

mencegah terbentuknya revolusi sosialis dan juga masyarakat sosialis.

Maka, Kaum proletar tak boleh tergantung pada Revolusi Borjuis dan

tak juga harus menunggu revolusi itu terlaksana akan tetapi kaum proletar

harus menciptakan Revolusi Sosialisnya sendiri. Sebelum dampak

kapitalisme itu berkembang semakin buruk Lenin berpikir lebih baik

mencegah hal itu terjadi dengan adanya Revolusi Sosialis secepatnya,

kaum proletar tak perlu menunggu kapitalisme itu hancur terlebih dahulu

sebagaimana yang dikatakan oleh Marx.

Akan tetapi, permasalahan selanjutnya adalah saat itu, Rusia hanya

memiliki jumlah kaum proletar yang sedikit sehingga hal itu dirasa terlalu

kecil untuk bisa melakukan revolusi. Maka sebagaimana yang dikutip Arif

dan Prasetyo dalam karya Lenin yang berjudul Devepment of Capitalism

in Russia, menyatakan bahwa:

“…ternyata bukan kaum proletar saja yang menderita akibat kapitalisme, namun juga para petani kecil. Akibat perkembangan kapitalisme juga, komunitas-komunitas kaum petani hancur dan para petani terbelah menjadi petani kaya, petani menengah dan petani miskin atau petani kecil. Dan ternyata, yang terakhir inilah yang jumlahnya separuh dari populasi para petani di Rusia yang dalam pandangan Lenin, ini merupakan kenyataan yang harus disatukan, yakni dijadikan sekutu bagi kaum proletar Rusia yang saat itu jumlahnya sangat kecil. Dan peran petani inilah yang nantinya akan

Page 71: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

138

menjadi kekuatan baru revolusioner yang disiapkan Lenin untuk revolusi sosialis”.

b. Kaum Proletar-Petani kecil sebagai pilar Revolusi Sosialis

Marx dalam Manifesto Komunisnya menyatakan bahwa kelas

menengah kecil itu (termasuk para petani) tidaklah revolusioner namun

konservatif. Akan tetapi jika suatu saat mereka revolusioner, mereka akan

bersikap demikian hanya bila dalam pandangannya mereka terancam

pindah menjadi kaum proletar. Artinya bahwa Marx menganggap para

petani sebagai kekuatan konservatif. Hal ini tampak sejalan dengan

Plekhanov yang menganggap kaum proletar sebagai satu-satunya kelas

revolusioner dalam analisis kelas dan dalam pandangannya

pertarungannya adalah antara kelas proletar dan kelas borjuis-kapitalis.

Namun, dalam hal ini Lenin memiliki perbedaan baik dengan Marx,

Plekhanov maupun dengan kaum Populis.

Mengenai hal ini, Arif dan Prasetyo (2004:52) mengutip pernyatan dari

Plekhanov bahwa:

“Dalam pandangan Plekhanov, partai sosialis yang akan menjalankan revolusi sosialis tidak boleh berkompromi dengan kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang lain, termasuk dengan petani yang lebih mewakili dengan masa lalu dan berbeda dengan kaum proletar, masih memiliki alat-alat produksi dan karenanya tak bisa menjadi sebuah kekuatan sosialis. Kalaupun partai sosialis hendak memenuhi tuntutan kaum tani, sikap yang mungkin adalah netralitas. Partai sosialis tak melakukan hal lain selain menawarkan realisme pada petani untuk menerima kenyataan hidup tentang nasib mereka dibawah kapitalisme dan harapan bagi masa depan yang lebih baik dibawah kepemimpinan kaum proletar”.

Page 72: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

139

Bagaimanapun juga Lenin adalah orang yang selalu

mempertimbangkan akan kondisi realitas di Rusia, ia menyadari bahwa

untuk melakukan Revolusi Sosialis di Rusia tidaklah mungkin dan sulit

terwujud karena kekuatan kaum proletar masih terlalu minim. Selain dari

itu, dalam pandangan yang mengatakan bahwa kaum borjuis-kapitalis

yang memiliki kekuatan untuk melakukan revolusi menjungkirkan

feodalisme, tak bisa dipercaya sepenuhnya untuk memberi jalan bagi

revolusi sosialis.

Belajar dari peristiwa Revolusi yang terjadi tahun 1905 yang

merupakan sebuah revolusi petani yang radikal ternyata memiliki kekuatan

yang selama ini dianggap sepele oleh Plekhanov dan kaum Menshevik

yang lainnya. Kekuatan kaum petani dianggap sepele karena dianggap

sebagai salah satu penghambat gerak revolusi sejarah Rusia menuju tahap

kapitalisme dan tahap sosialisme, selain kekuasaan Tsar Rusia, oleh Lenin

kaum petani justu dianggap sebagai kekuatan baru revolusioner menuju

masyarakat sosialis dan merupakan mitra sejajar kaum buruh.

Oleh karena alasan itu, maka Lenin mengubah Kediktatoran

Proletariatnya sebagaimana dikutip oleh Arif dan Prasetyo (2004:53) yaitu

Kediktatoran Proletariat kini ‘diperbaharui’ oleh Lenin menjadi

kediktatoran buruh dan tani. Pertarungan kini bukan lagi antara kelas

proletar dan kelas borjuis-kapitalis, akan tetapi antara kelas buruh dan tani

melawan kelas borjuis-kapitalis.

Page 73: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

140

Oleh karena alasan itu, maka Theodor Shanin (1986) menuliskan

pikiran Lenin sebagai berikut:

“Bahwa untuk mencapai tujuan alamiahnya, revolusi harus berlandaskan pada kehendak mayoritas dan ‘radikalisme petani’ pada saat mengecam keragu-raguan kaum borjuis (yang akan berkompromi dengan kekuasaan Tsar). Untuk mengakhiri ‘tahap borjuis’ dari sejarah Rusia dan untuk melaksanakannya secara radikal, yaitu secara ‘plebeian’ rezim baru itu haruslah merupakan suatu ‘kediktatoran demokratik kaum proletar dan kaum petani’”. Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa semenjak

Lenin menyadari tentang besarnya kekuatan dari kaum petani, kaum petani

juga menjadi kekuatan yang patut untuk diperhitungkan. Kaum petani

yang awalnya disepelekan oleh Plekhanov dan golongan Menshevik

lainnya, oleh Lenin diangkat ke permukaan dan dijadikan salah satu pilar

terjadinya revolusi sosialis. Dan hal itu menjadi warisan yang permanen

dari pemikiran Lenin, ahl itu dibuktikan dengan adanya surat wasiat Lenin

yang salah satu intinya adalah menyatakan bahwa kekuasaan partai

komunis berdasarkan pada dua kelas (kelas buruh dan kelas petani kecil)

dan dengan dengan hubungan yang saling menguntungkan diantara

mereka.

c. Tugas Partai dan Sifat Kepemimpinannya

Marx menyebutkan bahwa Partai Komunis hanya sebagai koordinator

gerakan-gerakan kaum buruh di seluruh dunia. Lenin berpikir lain, baginya

Partai Komunis itu memiliki tugas dan fungsi yang penting, sebagaimana

yang dikutip oleh Arif dan Prasetyo (2004:54) yaitu:

Page 74: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

141

“Tidak hanya sekedar mengkoordinasikan gerakan-gerakan buruh di seluruh dunia, tetapi juga menyuntikkan kesadaran sosialis pada diri kaum buruh, dan sekaligus menjadi mentor, pemimpin dan pemandu bagi kaum proletar dalam melaksanakan revolusi sosialisnya”. Pemikiran tentang tugas dan fungsi partai ini sebenarnya tak lepas dari

asumsi Lenin mengenai kesadaran sosialis kaum buruh. Berbeda dengan

Marx yang menyatakan bahwa kesadaran sosialis kaum buruh merupakan

sesuatu yang muncul secara spontan dan alamiah sebagai akibat dari

perkembangan kapitalis itu sendiri. Sedangkan Lenin beranggapan bahwa

perkembangan kapitalisme itu hanya akan melahirkan kesadaran berserikat

saja bukan kesadaran sosialis.

Suseno (2005:12) mengulas kembali pernyataan Lenin yang tidak

mepercayai kesadaran sosialis revolusioner kaum buruh dapat berkembang

secara spontan, yaitu:

“Pertama, karena kepentingan yang langsung dirasakan oleh para buruh terarahkan pada kepentingan-kepentingan langsung mereka dan bukan pada revolusi sosialis. Maka menurut Lenin buruh yang masuk ke dalam partai dan menunjukkan kemampuan berpolitik sebaiknya segera dicopot dari proses produksi dan dididik menjadi orang revolusioner purna waktu. Kedua, semangat revolusi sosialis mengandaikan sebuah teori revolusioner. Teori itu adalah sosialisme ilmiah. Tapi tidak mungkin kaum buruh yang hanya berpendidikan rendah secara spontan dapat sampai ke sosialisme ilmiah itu. Kesadaran berserikat dan kesadaran sosialisme itu adalah dua hal yang berbeda jauh”. Maka, oleh karena itu, menurut Lenin kesadaran politik revolusioner

sosialis itu harus disadarkan dari luar yaitu hanya diluar pertarungan

ekonomi, diluar dari atmosfer hubungan antara buruh dan majikan. Dan

kesadaran tersebut harus disuntikkan dari luar oleh sebuah organisasi yang

revolusioner juga.

Page 75: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

142

Lenin juga membedakan antara organisasi buruh dengan organisasi

revolusioner. Jika organisasi buruh itu lebih bersifat serikat pekerja saja,

bercakupan luas dan jika kondisi politik memungkinkan, bersifat publik.

Sementara itu organisasi revolusioner harus secara eksklusif, terdiri dari

sejumlah kecil revolusioner professional dan bersifar rahasia. Bagi Lenin,

seorang revolusioner professional tidak harus berasal dari kelas buruh,

yang terpenting adalah kesanggupannya menjalankan tanggung dengan

baik. Dan diibaratkan dengan polisi, Lenin menegaskan bahwa organisasi

para revolusioner professional haruslah tersentralisasi dan mampu

mengendalikan organisasi-organisasi buruh yang ada dan diakui secara

hukum.

Untuk selanjutnya, Lenin juga mengungkapkan apa yang harus

dilakukan untuk mengkoordinasikan organisasi revolusionernya

sebagaimana yang telah diuraikan Arif dan Prasetyo (2004:56) yaitu:

“Sebagaimana kekuatan kecil seperti tentara dan polisi dapat mengendalikan sejumlah besar massa rakyat yang terorganisir, Lenin percaya bahwa organisasi yang relatif lebih kecil namun sangat berdisiplin dan terkoordinasi dengan rapi, akan dapat mengambil alih kekuasaan dari aparatur sistem yang ada. Pandangan Lenin mengenai sentralisasi dan kedisiplinan kekuatan partai pada sekelompok kecil revolusioner profesional inilah yang pada tahun 1903 mengakibatkan terbentuknya faksi Bolshevik dan Menshevik dalam tubuh Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia”. Dalam hal yang berkaitan dengan Partai revolusioner, jelas sekali

bahwa Golongan Menshevik memiliki perbedaan yang mencolok dengan

apa yang diyakini oleh Golongan Bolshevik. Hal tersebut juga

disimpulkan oleh Arif dan Prasetyo (2004:57) berikut ini:

Page 76: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

143

“Kelompok Menshevik lebih mengusulkan kepemimpinan yang lebih longgar daripada kepemimpinan sejumlah kecil revolusioner professional. Mungkin ada yang menyebutnya sebagai pertarungan antara sentralis versus demokrasi dalam partai, tetapi sebenarnya gagasan Lenin itu lebih berdasarkan pada pertimbangan realistis daripada pertimbangan ideal “asal sentralisme”. Selain pertimbangan efektivitas dari organisasi, pertimbangan lain yang lebih utama adalah adanya bahaya infiltrasi. Dengan kepemimpinan yang longgar, ada bahaya agen-agen polisi Tsar dapat melakukan penetrasi. Juga terdapat bahaya dari kaum borjuis dan liberal yang senantiasa berusaha untuk mengambilalih gerakan kaum buruh dan mengubahnya menjadi sekedar ‘serikat kerja’ daripada menjadi kekuatan politik revolusioner”. Dalam hal ini secara komprehensif, pandangan Lenin didasarkan

kepada pemahamannya bahwa partai komunis sedang berada di tengah-

tengah perang yaitu perang antara kelas. Maka prinsip-prinsip partai pun

haruslah menerapkan sifat organisasi yang terlibat perang termasuk

kedalam bagaimana pengelolaan revolusi itu dilakukan, bentuk organisasi,

orang-orang revolusioner, dan kesadaran revolusioner adalah hal-hal yang

dilakukan oleh partai, dan partai itu harus memiliki dan menerapkan sifat-

sifat organisasi seperti rahasia, kepemimpinan oleh minoritas,

kewenangan yang tersentralisasi dan pengggunaan cara-cara ilegal. Hal

itu tentu saja untuk mewujudkan kediktatoran proletariat dan itu adalah

wewenang yang dapat dilakukan oleh Partai Komunis agar bahaya

hidupnya kembali kapitalisme dapat dihindarkan dan juga menghindari

sifat-sifat egois kaum buruh yang tak bersatu, jahat dan lemah yang

ditimbulkan oleh kepemilikan pribadi.

Page 77: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

144

d. Revolusi Permanen

Seperti pemikiran-pemikirannya yang lain, Lenin selalu melihat

sesuatu dari perspektif global, hal ini juga ia terapkan ketika berbicara

mengenai revolusi borjuis.

Arif dan Prasetyo (2004:58) menguraikan bahwa:

“Berbeda dengan Marx yang percaya bahwa revolusi sosialis akan terjadi terlebih dahulu di negeri-negeri yang tingkat perkembangan kapitalismenya telah matang, Lenin justru menyatakan bahwa revolusi sosialis akan terjadi lebih dulu di Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa Timur yang tingkat perkembangan kapitalismenya masih lemah. Mengapa? Karena tingkat resistensi antikomunis di negeri-negeri tersebut masih rendah. Dan tugas kaum komunis adalah menyerang dan menghancurkan sistem politik dan sosial yang terlemah yaitu di daerah yang secara ekonomi terbelakang di Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa Timur”. Marx mengatakan seperti itu, dikarenakan konsistensinya terhadap apa

yang diungkapkan oleh teorinya sendiri bahwa untuk mencapai fase

sosialisme, terlebih dahulu fase kapitalisme yang sedang berlangsung

harus mencapai kematangan terlebih dahulu, dan negara-negara Eropa

Barat dan Amerika saat itu tidak sedang menunjukkan adanya tanda-tanda

kehancuran kapitalisme, yang ada malahan justru kapitalisme dapat

berkembang dengan pesat. Namun Lenin berpikir, apabila Rusia harus

menunggu agar fase kapitalisme itu mengalami kematangan, hal tersebut

akan membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun, karena Rusia baru saja

memulai fase awal dari kapitalisme. Oleh karena itu, tanpa menunggu

lebih lama, kenapa Rusia tidak berusaha untuk melewati fase kapitalisme

tersebut?.

Page 78: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

145

Keberhasilan revolusi sosialis di Rusia bukanlah tujuan akhir, tujuan

akhir adalah sebagaimana yang telah diajarkan oleh Marx yaitu terciptanya

tahapan sejarah masyarakat sosialis di dunia. Namun, hal itu bukan berarti

bahwa kemenangan kaum komunis di Rusia tidak bernilai sama sekali.

Justru hal tersebut adalah awal dari langkah-langkah Rusia berikutnya,

kemenangan tersebut memberikan basis dan pusat bagi kegiatan-kegiatan

revolusi komunis di negara-negara lain di seluruh dunia.

Maka, sebagai satu-satunya partai komunis di dunia yang berhasil

merealisasikan revolusi sosialis, Lenin berpandangan bahwa seluruh partai

komunis di segenap penjuru dunia harus mengikuti model partai komunis

Rusia. Hal tersebutlah yang mengatakan bahwa Revolusi yang diinginkan

oleh Lenin juga meliputi Revolusi Permanen yang memiliki pengaruh

global.

Sebenarnya, revolusi permanen adalah sumbangan yang amat penting

bagi pemikiran Marxis tersebut, berawal dari teori yang dikemukakan oleh

Trotsky (panglima Tentara Merah Rusia). Trotsky mengembangkan

teorinya tentang revolusi permanent dalam The Balance and the

Prospect—The Moving Forces of the Revolutions yang ditulisnya pada

tahun 1906 dalam penjara.

Berkaitan dengan Revolusi Permanen yang diungkapkan oleh Trotsky,

Suseno (2005:72-73) mengungkapkan bahwa:

“Trotsky yakin bahwa begitu proletariat Rusia melakukan revolusi dan menggulingkan feodalisme dan kapitalisme, kawan-kawan di Eropa yang maju akan ketularan semangatnya dan akan bangkit juga. Sama dengan Karl Kautsky dan kaum sosialis di Eropa pada umumnya,

Page 79: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

146

Trotsky berpendapat bahwa masyarakat Eropa sudah ‘matang’ bagi sosialisme. Revolusi sosialis Rusia hanyalah sebuah permulaan. revolusi timur akan menjangkiti proletariat barat dengan idealisme revolusioner dan menimbulkan didalamnya hasrat untuk melawannya. Begitu proletariat merebut kekuasaan di Rusia dan memperlihatkan kemampuannya untuk menghancurkan kapitalisme, proletariat di seluruh Eropa yang jauh lebih kuat akan kejangkitan dan bangkit dalam revolusi yang akan menyapu bersih kapitalisme dari seluruh Eropa. Dalam pandangan Trotsky revolusi sosialis Eropa merupakan satu gerakan yang mulai dari Rusia kemudian akan menjalar ke seluruh Eropa dan menciptakan Eropa yang sosialis”. Trotsky juga pada intinya mengungkapkan mengenai pengenalan dan

perkembangan dari penciptaan Teori Revolusi Permanen yang

diungkapkan oleh Lenin. (2009:130):

“Revolusi permanen, menurut Marx berarti sebuah revolusi yang tidak membuat kompromi dengan bentuk kekuasaan kelas apapun, revolusi yang tidak berhenti pada tahapan demokratik namun terus bergerak pada pelaksanaan langkah-langkah sosialis dan berperang melawan reaksi dari luar yaitu: sebuah revolusi yang setiap tahapan suksesnya berakar pada tahapan sebelumnya dan hanya berakhir pada likuidasi masayarakat kelas secara total....Teori Revolusi Permanen menjelaskan bahwa, dalam era kita saat ini, tugas-tugas demokratik bangsa borjuis terbelakang akan mengantarkan kita langsung ke kediktatoran proletariat dan bahwa kediktatoran proletariat ini menempatkan tugas-tugas sosialis pada saat itu juga....”. Revolusi permanen yang dimaksudkan Lenin dan Trotsky disini

memiliki dua arti: pertama karena, di bawah pimpinan proletariat, revolusi

borjuis-kapitalis akan diteruskan menjadi revolusi sosialis. Kedua, karena

revolusi sosialis Rusia tidak akan berhenti pada batas-batas Rusia

melainkan akan meluap ke Eropa dan akan meruntuhkan kapitalisme.

Berdasarkan penguraian diatas, dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa

pemikiran Marx dan Lenin tidak dapat dipisah-pisah begitu saja, keduanya

merupakan satu kesatuan yang saling memadukan sehingga munculah ideologi

Page 80: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

147

Marxisme-Leninisme yang memadukan dua pemikiran kedua orang tersebut.

Berkaitan dengan pemikiran Lenin tersebut dapat disimpulkan bahwa pokok-

pokok pemikiran Lenin sebenarnya meliputi hukum evolusi sejarah umat manusia,

kaum proletar-petani kecil sebagai pilar Revolusi Sosialis, tugas partai dan sifat-

sifat kepemimpinannya serta revolusi permanen.

Namun, meskipun teori dan konsep yang dikemukakan oleh Lenin begitu

kompleks, akan tetapi dalam perkembangannya teori Marx mengalami

perkembangan yang luas, banyak orang yang berusaha untuk merevisi apa yang

dipikirkan oleh Marx sesuai dengan yang terjadi, Suseno kembali menegaskan

(2005:47) tentang Marxisme Pasca-Marx bahwa:

”Penegasan Marx tentang kaitan antara teori tentang revolusi sosialis dan perjuangan praktis proletariat sudah lama diabaikan. Pengertian Marxisme sebagai ”teori yang sudah benar tentang hukum-hukum perkembangan kapitalisme” pada akhir abad ke-19 menimbulkan perbedaan serius di kalangan Marxis: bagaimana kenyataan yang semakin tidak terbantah ini harus dijelaskan, yaitu bahwa kapitalisme dunia bukannya semakin rapuh sebagaimana yang diramalkan oleh Marxisme melainkan malah semakin jaya? Berhadapan dengan masalah ini muncul empat posisi yaitu: 1. Eduard Bernstein berpendapat bahwa Marxisme, seperti setiap teori

ilmiah, harus direvisi sesuai dengan tingkat pengetahuan baru yang lebih memadai. Ia menarik kesimpulan bahwa transisi dari kapitalisme ke sosialisme bisa saja terjadi, secara demokratis, tanpa revolusi, langkah kecil demi langkah kecil. ”Revisionisme” ini didikutuk oleh tiga posisi lainnya.

2. Karl Kautsky, si penjaga ”Marxisme Ortodoks”, mempertahankan bahwa revolusi sosialis adalah keharusan sejarah akibat niscaya kontradiksi-kontradiksi internal kapitalisme sebagaimana yang diutarakan oleh Marx sendiri, tetapi menolak segala usaha revolusioner sebelum kapitalisme sendiri sudah ”matang” artinya masuk ke dalam krisis akhir.

3. Rosa Luxemburg, sependapat dengan Kautsky, tetapi mencela keras penolakannya terhadap usaha revolusioner buruh. Kesadaran revolusioner adalah syarat mutlak keberhasilan revolusi sosialis, dan kesadaran itu harus dan akan berkembang dalam kelas buruh sendiri sebagai hasil-buah dari pengalaman perjuangan ekonomis maupun politis-revolusioner mereka.

Page 81: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

148

4. Lenin, sependapat dengan Luxemburg bahwa tidak ada revolusi tanpa kesadaran revolusioner kelas buruh, tetapi menyangkal anggapan Luxemburg bahwa kesadaran revolusioner kaum buruh akan berkembang secara spontan sebagai naif, dengan sendirinya kelas buruh tidak melampaui ’kesadaran serikat buruh’. Hanya dibawah pimpinan sebuah partai kader revolusioner kelas buruh dapat membentuk kesadaran teoritis benar yang akan membuat mereka melaksanakan revolusi sosialis (anggapan mana segera ditolak Luxemburg sebagai ’Blanquisme’.”

Dari apa yang disampaikan diatas, ada dua posisi yang begitu dekat yang

memiliki perbedaan yang mencolok yaitu antara Lenin dan Bernstein. Perbedaan

dari kedua tokoh tersebut dirangkum oleh Suseno (2005:48-49):

”Lenin dan Bernstein, kedua-duanya berpendapat bahwa kaum buruh sendiri tidak revolusioner, yang berbeda hanyalah kesimpulan yang mereka tarik. Bernstein bertolak dari kenyataan bahwa kaum buruh tidak revolusioner dan karena itu melepaskan anggapan Marx bahwa sosialisme hanya dapat tercapai melalui revolusi. Lenin, justru sebaliknya, bertolak dari perlunya revolusi dan karena itu mengagaskan partai revolusioner, bertugas menggiring kaum buruh yang sebenarnya tidak revolusioner ke revolusi itu. Karena bagi Lenin revolusi bukan lagi hal yang tak terelakkan, revolusi tergantung dari adanya kehendak revolusioner. Karena itu, Marxisme Lenin bersifat voluntaristik. Lenin menghendaki revolusi; Bernstein tidak. Itulah perbedaan mereka. Keduanya menolak otomatisme revolusi Kautsky maupun Luxemburg. Konsepsi mereka berdua yang sangat jauh dari Karl Marx ini oleh sejarah kemudian dibuktikan realistik, karena yang akhirnya menjadi kenyataan adalah sosial demoktarisme reformis keturunan Bernstein yang menjadi salah satu soko guru ’demokrasi barat’ dan Komunisme yang dibidani Lenin”. Lalu, apa yang dilakukan oleh Lenin ketika Revolusi Bolshevik berhasil

dilakukan di Rusia?.

Suseno (2005:49) menuliskan bahwa:

”Atas nama kediktatoran proletariat ia menghapus hak-hak demokratis masyarakat dan secara sistematik memakai teror untuk menghancurkan segala perlawanan. Ia yakin bahwa hanya melalui kediktatoran kelas buruh dapat mempertahankan kekuasaan yang diperlukan untuk membangun sosialisme. Sebagai akibatnya, gerakan sosialis seduani pecah kedalam dua kubu: pertama, sosialisme demokratis yang menolak kediktatoran komunis yang meyakini hak-hak asasi manusia sebagai dasar kehidupan bersama

Page 82: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

149

masyarakat yang etis; kedua, partai-partai komunis yang memecahkan diri dari partai-partai sosial demokratis dan menempatkan diri dibawah payung Komintern”. Meskipun mereka itu saling memadukan, baik Lenin maupun Marx

ternyata memiliki pemikiran yang berbeda dengan apa yang terjadi di Rusia.

Meskipun Lenin begitu mengagumi Marx, tetapi untuk menjalankan revolusi

sosialis di Rusia, Lenin memiliki pemikiran yang berbeda, sebagaimana yang

diuraikan oleh Suseno (2005:50) yaitu:

”Menurut Marx revolusi sosialis baru mungkin dilaksanakan apabila bagian terbesar masyarakat terdiri atas proletariat yang berhadapan dengan segelintir pemilik modal. Proletariat memang untuk sementara waktu harus menjalankan kediktatoran keras untuk menindas usaha dari sisa-sisa kaum kapitalis untuk bangkit sekali lagi. Tetapi, begitu usaha itu ditumpas, masyarakat yang seluruhnya terdiri atas pekerja tidak mempunyai ’musuh kelas’ lagi dan karena itu aparat penindas negara tidak diperlukan lagi. Sementara Lenin dan situasi yang terjadi di Rusia jauh sekali berbeda. Di Rusia, kelas buruh industri yang merebut kekuasaan dalam Revolusi Oktober merupakan minoritas kecil diantara kelas-kelas lain (kelas tani, borjuis dan kaum feodal). Kelas-kelas itu mayoritas besar bangsa Rusia, menentang mati-matian monopoli kekuasaan kaum Bolshevik dan pemaksaan sosialisme. Jelaslah bahwa dalam situasi ini hanyalah penindasan tanpa ampun, kediktatoran tanpa kompromis yang dapat menyelamatkan sosialisme. Begitu pula, hanya kediktatoran total yang akan mampu menciptakan sosialisme dalam masyarakat dimana mayoritas kelas sosial dan bahkan sebagian proletariat yang masih ’diracuni’ oleh ’semangat serikat buruh’ melawan. Hanya dengan menindas segala perlawanan dan melalui dan melalui tindakan-tindakan dikatoris sosialisme akan dapat dibangun dan kelas-kelas yang berbeda lama-kelamaan dileburkan menjadi satu kelas pekerja. Mengingat keterbelakangan Rusia, pembangunan sosialisme, dan karena itu kediktatoran proletariat yang dilaksanakan oleh partai komunis, akan berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya”. Dari pernyataan diatas, kita dapat melihat bahwa Lenin bekerja dan

berpikir keras untuk dapat mewujudkan apa yang dinamakan revolusi sosialis.

Dan ketika revolusi sosialis itu telah terwujud, pemikiran selanjutnya adalah

bagaimana caranya mewujudkan sosialisme pada negara Rusia yang notabene

Page 83: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

150

adalah negara bekas monarki yang dipimpin oleh sistem feodalisme. Maka,

terkesan sosialisme di Rusia adalah sosialisme yang dipaksakan karena Lenin

seolah-olah tidak mau tahu apa yang terjadi saat itu sehingga sosialisme adalah

harga mati. Dia tidak peduli apakah kondisi negara tersebut sudah siap atau belum

siap. Tak ada satu pun yang dapat menghentikannya. Sosialisme tidak dibiarkan

berkembang sesuai dengan apa yang diramalkan oleh Marx, sosialisme Lenin mau

dipaksakan dari luar oleh sebuah partai. Jalan apapun dilakukan agar sosialisme

itu dapat terwujud, alih-alih menjadi masyarakat sosialis yang diimpikan, hal itu

malah melahirkan perlawanan baru yang hanya dapat ditindas oleh kediktatoran

yang lebih keras lagi.

E. Dampak pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi

terhadap Perkembangan Sejarah di Rusia

Setelah Kongres Wina keadaan Eropa banyak yang mengalami perubahan

drastis khususnya di bagian Eropa Barat karena isi dari Kongres Wina itu adalah

memecah-mecah atau menyatukan negara-negara di kawasan Eropa, hal itu juga

menimpa Rusia yang mendapatkan Finlandia dan bagian timur Polandia. Karena

sistem pemerintahan Rusia saat itu yang masih bersifat feodalisme maka tak heran

kalau sistem yang dianut untuk mensejahterakan rakyat terkesan kolot dan

konvensional sehingga sistem-sistem liberalisme yang terbuka sulit untuk masuk

kedalam pemerintahan dan kehidupan rakyat Rusia.

Keadaan Rusia menurut Skocpol (1991: 22) adalah sebagai berikut :

“Rusia tetap mempertahankan masyarakat agrarisnya yang didasarkan pada perbudakan. Menjelang pertengahan abad ke-19, hanya sekitar 8

Page 84: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

151

sampai dengan 10 % dari 60 juta penduduk kekaisaran Rusia yang tinggal di kota. Didaerah pinggiran kota yang sangat luas, berjuta-juta petani-budak merasa terikat dengan kampung dan tanah milik bangsawan atau negara, mereka bekerja hanya semata-mata meningkatkan hasil padi-padian”.

Pipes mengungkapkan mengenai keadaan masyarakat Rusia Pra-Revolusi

(2003: 33) :

“...Tiga seperempat dari seluruh penduduk kekaisaran ini terdiri dari para petani penggarap kecil yang sebagai matoritas di Rusia hidup dalam dunia mereka sendiri serta tak tersentuh oleh peradaban barat....sebagian besar petani penggarap Rusia bukanlah petani yang mengerjakan tanah mereka sendiri, mereka adalah bagian dari komunitas-komunitas dusun yang memiliki tanah secara kolektif yang secara periodik dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga didalamnya sesuai dengan besar kecilnya keluarga tersebut....petani-petani penggarap tersebut konservatif, setia kepada monarki dan Gereja Ortodoks. Dalam satu hal, dan hanya satu hal ini, mereka memenuhi persyaratan potensial bagi terjadinya revolusi yakni mereka mengalami kekurangan tanah....mereka sangat percaya bahwa Tsar yang mereka anggap pemilik semua tanah yang sah, suatu hari nanti akan mengambil alih tanah-tanah tersebut dari para pemiliknya—tuan tanah dan petani-petani penggarap yang serupa dengannya—serta memberikannya kepada komunitas. Namun, bila Tsar tidak melakukan hal tersebut mereka siap untuk mengambil alihnya secara paksa” Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Pipes diatas, sebagaimana

revolusi-revolusi yang terjadi di negara-negara lain misalnya Perancis dan Cina,

Skocpol mengungkapkan persamaan kondisi keadaan negara Perancis, Rusia dan

Cina sebelum Revolusi Sosial itu terjadi yaitu bahwa (1991:66) :

“Kita mulai dari kenyataan bahwa Perancis, Rusia dan Cina sebelum revolusi adalah negara yang sama-sama dikendalikan oleh monarki otokratis yang tugasnya terpusat pada pemeliharaan tatanan dalam negeri dan penindakan terhadap musuh dari luar. Ketiga rezim lam tersebut sepenuhnya berdasarkan negara kekaisaran (imperial state) yang mempunyai hierarki militer dan administrasi yang dikoordinasikan secara terpusat dibawah pengawasan monarki absolut. Negara-negara tersebut merupakan proto-birokrasi: beberapa jabatan khususnya jabatan puncak dikhususkan secara fungsional: beberapa pejabat atau aspek-aspek kewajiban resmi tertentu tunduk pada aturan dan supervisi hierarki: pemisahan jabatan dan tugas kenegaraan dari milik dan kepentingan

Page 85: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

152

pribadi sebagian dilembagakan dalam setiap rezim. Tetapi tidak satupun dari negara kekaisaran itu yang sepenuhnya birokratis".

Hal diatas dapat memberikan gambaran bahwa sebenarnya kondisi

masyarakat Rusia saat itu sudah dimasuki pemikiran-pemikiran anarkis untuk

melakukan revolusi hanya saja karena kesetiaan dan kepercayaan kepada Tsar dan

Gereja Ortodoks-lah yang membuat mereka masih bertahan dengan keadaan yang

memprihatinkan itu. Hampir sepanjang sejarah, Rusia diperintah oleh suatu

bentuk otokrasi yang ekstrim, dimana Tsar tidak hanya menikmati kekuasaan

legislatif, yudikatif dan eksekutif yang tanpa batas tetapi juga secara harfiah

adalah pemilik negara sehingga apabila ia berkehendak ia dapat mengeksploitasi

manusia dan sumber-sumber material yang ada didalamnya. Selain itu,

administrasi kekaisaran dipercayakan kepada suatu birokrasi yang bersama

dengan tentara dan polisi menjalankan kekuasaan tanpa dipertanggungjawabkan

kepada rakyat.

Pipes juga mendeskripsikan bahwa Rusia hingga tahun 1905 adalah negara

yang tidak mempunyai undang-undang hak kepemilikan tanah karena semua tanah

itu dikuasai oleh kerajaan, selain itu intitusi-intitusi yang lainnya yang berperan

aktif dalam pemerintahan Tsar juga baru bermunculan pada akhir abad ke-19

padahal apabila dibandingkan dengan Eropa Barat hal itu sudah ada dan terjadi

dari abad pertengahan.

Namun, ditengah keterbelakangan administrasi dan birokrasi itu, Tsar

Rusia ternyata juga begitu berambisi untuk menjadi penguasa dunia yang besar

sehingga ia tidak sadar bahwa kebijakan yang diambilnya adalah senjata yang

Page 86: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

153

akan menghancurkan otokrasinya kelak, sebagaimana Pipes mengungkapkan

(2003:36-37) bahwa:

“Tsar melakukan kebijakan yaitu memajukan ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan mendirikan universitas-universitas sehingga dapat menghasilkan warga negara yang akan merasakan bahwa pengekangan yang selama ini terjadi tidak dapat dibiarkan....Langkah lain para Tsar yang justru merongrong otoritas mereka sendiri adalah didorongnya kapitalisme. Dalam Perang Crimean tahun 1854-1855, Rusia menderita kekalahan di daerahnya sendiri dari tangan negara-negara demokrasi industrial barat. Kekalahan memalukan ini menunjukkan bahwa dalam dunia modern tidak ada negara dapat mengklaim diri sebagai kekuasaan yang agung tanpa mempunyai industri dan trasportasi yang baik”. Dari beberapa pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pemajuan pendidikan dan industrialisasi yang diperlukan untuk memenuhi ambisi

global Rusia tersebut telah memperlemah kekuasaan Tsarisme di dalam negeri.

Faktor-faktor seperti itulah yang membantah pernyataan dari Marx yang

mengatakan bahwa Revolusi Komunis akan meletus di Barat yang

industrialisasinya telah maju., telah ada penghargaan hukum terhadap hak

kepemilikan dan rasa kesetiaan kepada negara yang melindungi kebebasan serta

menyediakan pelayanan-pelayanan sosial.

Seiring dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di

Rusia memunculkan beberapa mahasiswa-mahasiswa yang mulai menyadari

bahwa apa yang selama ini Tsar lakukan adalah hal yang tidak bisa dibiarkan

sehingga mulai bermunculanlah aktivis-aktivis sosialis dari kalangan mahasiswa,

gerakan-gerakan revolusioner bahkan partai-partai yang menentang kebijakan-

kebijakan Tsar, salah satunya adalah Vladimir Ilyich Lenin dengan Partai Sosial

Demokrat khususnya Golongan Bolshevik.

Page 87: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

154

Lenin, dengan banyak pemikirannya tentang konsep negara dan revolusi

dengan kejeniusannya dalam analisis politik dan strategi organisasi sudah

mengetahui sejak dini bahwa komunisme pertama-tama akan ditegakkan di

negara-negara terbelakang sebelum inti dari perlawanan antikomunis yaitu Eropa

Barat dan Amerika Utara dijatuhkan.

Pipes, mendeskripsikan Lenin, siapa dan apa yang melatarbelakanginya

melakukan gerakan-gerakan revolusioner (2003: 42) yaitu :

“Lenin dikenali sebagai adik seorang teroris yang mendapat hukuman mati, ia dikeluarkan dari universitas karena terlibat dalam sebuah kerusuhan kecil. Lenin dipaksa menghabiskan tiga tahun setelahnya tanpa melakukan apapun, hal itulah yang membuatnya semakin merasa benci pada rezim yang telah menghancurkan hidupnya. Kebenciannya tidak hanya berpusat pada Tsarisme, tetapi juga kepada “Borjuis” yang mengucilkan keluarganya karena kejahatan yang dilakukan oleh kakaknya....Semangat revolusionernya yang berkobar-kobar pun bukan diinspirasi oleh suatu visi tentang masa depan yang lebih adil. Semangat tersebut dilandasi oleh kemarahan dan didorong oleh hasrat untuk balas dendam. Struve, yang berkolaborasi dengannya pada tahun 1890-an, beberapa tahun setelahnya menulis bahwa ciri utama kepribadian Lenin adalah Kebencian.”

Dalam revolusi 1905, dimana pemerintahan Tsar diguncang oleh adanya

berbagai tuntutan dari rakyat akan adanya feodalisme yang banyak

menyengsarakan rakyat Rusia tersebut, Partai Sosial Demokrat justru mengalami

konflik internal antara Lenin dan Plekhanov (dua ujung tombak partai tersebut).

Adapun hal yang menjadi persekutuan dalam partai tersebut, Arif dan Prasetyo

menguraikan sebagai berikut bahwa ada dua pokok pertentangan, yaitu

persekutuan kelas dalam revolusi dan sifat rezim pasca revolusi.

Dalam revolusi 1905 tersebut kaum Bolshevik dan Menshevik bekerja

sama pada level lokal dengan mengabaikan perbedaan diantara para pemimpin

Page 88: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

155

mereka dan bersatu demi meruntuhkan rezim feodalisme yang sudah banyak

merongrong rakyat tersebut dan akhirnya kepemimpinan Tsar pun dapat dibatasi

dengan adanya Duma (Dewan Perwakilan Rakyat Rusia). Setelah itu pertentangan

antara Menshevik dan Bolshevik pun bukannya mereda, malah semakin

mempertajam konflik yang ada sampai akhirnya Bolshevik menyatakan keluar

dari Partai Sosial Demokrat.

Pipes (2003:45) mengutarakan alasan pemisahan kaum Bolshevik dari

PBSDR (Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia) sebagai berikut:

“Alasan resmi pemisahan diri tersebut adalah keyakinan kuat Lenin bahwa untuk menjadi anggota partai seseorang tidak hanya perlu mendukung program-program partai tetapi juga harus memberikan diri sepenuh-penuhnya sebagai aktivis revolusioner. Partai tersebut, yang diorganisasi layaknya militer dengan garis komando yang tegas adalah untuk mengarahkan buruh dan bukan sebaliknya diarahkan oleh buruh. Merasa mendapat dukungan dalam kongres PBSDR, Lenin memberi nama kelompoknya Bolshevik yang berarti mayoritas, sementara lawannya yang dipimpin oleh Martov harus puas dengan label Menshevik yang artinya Minoritas bahkan lebih parah daripada itu dengan sebutan ‘pengkhianat’ ataupun ‘pemecah belah’”. Pada tahun 1912, Lenin mengadakan kongres Partai Bolshevik di Praha.

Dalam kongres ini, Lenin semakin menyadari bahwa konfliknya dan partainya

dengan Partai Menshevik menjadi selamanya, dan tidak akan dipersatukan

kembali dalam satu partai. Dalam kongres itu pun, Lenin memproklamasikan

bahwa Partai Bolshevik-lah yang merupakan PBSDR (Partai Buruh Sosial

Demokrat Rusia) dan Menshevik hanyalan sempalan saja, dan mulai saat itu juga

pihak faksi mempertahankan sentral komite, aparat partai dan majalah partai yang

terpisah dengan Menshevik.

Page 89: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

156

Lenin sepenuhnya banyak menghabiskan kurun waktu tahun 1900-1917 di

luar negeri, misalnya di Jerman, Austria, Italia dan Swiss, ia berusaha memecah

belah Internationale II sebagaimana ia dulu pernah memecah belah Partai buruh

Sosial Demokrat Rusia, tetapi ia tidak begitu berhasil dalam usaha ini. Ia terus

menjalin hubungan dengan pengikutnya di Rusia serta menghabiskan banyak

waktunya untuk menulis karya-karyanya. Selama kurun waktu tersebut, Lenin

hanya sekali berkunjung ke Rusia yaitu ketika Revolusi Rusia 1905.

Lalu, terjadilah Perang Dunia I pada tahun 1914, segenap Partai Sosialis di

Eropa masing-masing mendukung pemerintahannya. Hal tersebut sungguh

mengecewakan Lenin karena hal itu menunjukkan partai-partai sosialis telah

mengkhianati kesepakatan Kongres Internasional Kedua sebelum perang yang

menyatakan bahwa mereka wajib untuk melawan atau bahkan menjatuhkan

pemerintahannya masing-masing jika pemerintahan melibatkan mereka kedalam

perang yang menurut Lenin disebut sebagai Perangnya Imperialis. Oleh karena

itu, Lenin mengusulkan pembentukan Internasional ketiga yang terdiri atas partai-

partai sosialis yang sejati. Menurutnya, kaum sosialis revolusioner harus berusaha

untuk mentransformasi perang imperialis menjadi perang sipil.

Menuru Lenin, telah dikutip oleh Arif dan Prasetyo (2004:13) bahwa:

“Musuh yang sesungguhnya dihadapi oleh kaum buruh menurut Lenin, bukanlah buruh di negara lain, tetapi kaum kapitalis di negerinya sendiri. Karenanya kaum buruh dan tentara harus mengubah arah senjatanya ke penguasa-penguasa mereka dan menghancurkan sistem yang membuat mereka terjun ke dalam peperangan imperialis. Tapi pandangan Lenin ini, hanya mendapatkan sedikit dukungan. Bahkan tak sedikit kaum Bolshevik yang mendukung jalannya perang. Sesuatu hal yang tentu saja memukul perasaan Lenin”.

Page 90: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

157

Ketika terjadi Perang Dunia I, Rusia mengalami serentetan kekalahan di

medan perang dan dengan keadaan ekonomi semakin hancur, Tsar Nicolaus II

dipaksa turun tahta pada tanggal 15 Maret 1917. Lenin yang ketika itu masih

tinggal di Swiss, terkejut sekaligus gembira oleh berita di surat kabar Swiss bahwa

otokrasi Tsar Rusia di bawah Tsar Nicolaus II telah jatuh dan telah dibentuk

sebuah pemerintahan sementara (provinsional government) yang merupakan

sebuah koalisi semua kekuatan nasional.

Namun, nampaknya bagi Lenin pemerintahan sementara tidak

memberikan kepuasan terhadap apa yang Lenin harapkan untuk negaranya.

Setelah kekalahan perang, Rusia mengalami krisis yang harus segera diatasi.

Menurut Pipes, (2003:52) :

“Pemerintah Sementara telah berjanji untuk sesegera mungkin untuk mengadakan Majelis Konstituante guna membentuk suatu pemerintahan yang baru, namun mereka terus saja menundanya sehingga para petani yang sudah tidak sabar akan terjadinya Revolusi Agraria kemudian menyerang tanah-tanah pribadi. Sementara itu, pemerintahan sementara bersikeras tetap meneruskan peperangan yang sudah semakin kehilangan pendukung didalam negeri sedangkan krisis sudah semakin menjalar ke berbagai bidang”. Akibat perang antara Rusia dan pihak sekutu tersebut, Rusia mengalami

kekalahan yang merugikan rakyat pada umumya, banyak lahan pertanian yang

rusak karena SDM yang kurang karena ikut perang, kerugian yang ditanggung

oleh Rusia setelah Perang seperti tertuang dalam buku Dasar Sedjarah Rusia

Modern oleh Hans Kohn (1966:103). Dia mengatakan bahwa :

“Inflasi meningkat sehingga harga-harga kebutuhan pokok juga meningkat tajam dan tidak sebanding dengan kenaikan upah. Inflasi ini terjadi sebagai akibat dari biaya perang yang membengkak. Peperangan telah memakan biaya sebesar 1,820 juta Rubbel pada tahun 1915 dan 14,573 juta Rubbel pada tahun 1916, hampir delapan kali lipat. Pada permulaan perang, uang

Page 91: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

158

kertas yang beredar berjumlah 1,630 juta Rubbel. Indeks harga naik dari 100 pada permulaan perang menjadi 115 pada tanggal 1 Januari 1915, 238 pada tanggal 1 Januari 1916 dan melonjak naik 702 pada tanggal 1 Januari 1917”. Hal itu, memberikan peluang kepada Lenin untuk melakukan Revolusi

Sosialis sebagaimana yang telah ia pikirkan dalam pengasingannya. Dalam

pandangan Lenin, tampak sebuah bahaya baru yang mengancam, yaitu

kemungkinan bahwa semua elemen di Rusia akan berlomba-lomba membentuk

rezim baru. Lenin merasa harus segera berada di Rusia dan mencegah kaum

Bolshevik untuk bertindak bodoh dalam situasi yang kacau tersebut. Suseno

(2005:5) mengungkapkan bahwa:

“Dengan bantuan staf angkatan perang Jerman, yang mengharapkan bahwa Lenin akan memperlemah tekad Rusia untuk melanjutkan perang. Lenin pulang ke Rusia pada tanggal 3 April. Ia langsung menarik Partai Bolshevik dari koalisi nasional dan mengumumkan sebuah program radikal untuk mematangkan kondisi-kondisi untuk melakukan revolusi. Maka dengan semboyan ‘Roti dan Perdamaian’ ia mencari dukungan dari massa yang menderita. Ia menuntut agar perang melawan Jerman dan Austria-Hongaria. Langsung dihentikan, tanah para bangsawan diserahkan kepada kaum tani, bank-bank dinasionalisasikan, produksi industri dan pembagian hasilnya diawasi oleh para buruh sendiri, tentara, polisi dan birokrasi dihapus. Dengan tuntutan ‘seluruh kekuasaan kepada soviet-sovyet’ (dewan buruh dan prajurit yang desersi) Lenin mencoba menggerogoti legitimasi parlemen resmi. Sebuah percobaan pemberontakan sayap kiri Bolshevik pada bulan Juli gagal karena tergesa-gesa sehingga memaksa Lenin untuk melarikan diri ‘lagi’ ke Finlandia”. Dari paparan diatas, dapat kita lihat bahwa dampak pemikiran Vladimir

Ilyich Lenin itu sendiri adalah dapat berjalannya sebuah Revolusi Sosialis yang

selama ini dipikirkan oleh Lenin. Ia bisa dengan konsisten menyeimbangkan

antara konsep teori yang abstrak kedalam aksi yang nyata di lapangan.

Ketika terjadi peluang untuk melakukan revolusi, Lenin memanfaatkan

situasi tersebut untuk segera pulang ke Rusia dan mempersiapkan partainya atas

Page 92: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

159

segala yang akan terjadi nanti. Dengan bantuan pemimpin tentara Jerman yang

ingin melihat Lenin menjatuhkan pemerintahan Rusia agar Rusia segera berdamai

dengan dengan Jerman. Ketika tiba di Rusia, yang dilakukan Lenin berikutnya

adalah segera menarik orang-orang Partai Bolshevik-nya dari koalisi sementara

(pemerintahan sementara yang merupakan gabungan dari seluruh partai yang ada

di Rusia) dan mulai menarik simpati dari rakyat Rusia dengan semboyan Roti,

Pembagian Tanah dan Perdamaian yang ditunjukkan sebagai luapan sebagian

rakyat Rusia yang mengalami kelaparan dan kekalahan akibat dari Perang Dunia

I. rakyat Rusia yang merasa diberikan harapan oleh Lenin.

Arif dan Prasetyo (2004:15) menguraikan dalam bukunya bahwa:

“Lenin menganggap pemerintahan sementara tersebut sunguh-sungguh imperialis dan tidak layak mendapatkan dukungan dari kaum sosialis. Pemerintahan tersebut tak akan dapat memuaskan harapan-harapan para buruh, tentara, dan petani kecil akan perdamaian yang segera dan pembagian tanah diantara para petani kecil. Awalnya kawan-kawan Bolshevik Lenin berpikir bahwa dia mengalami disorientasi akibatan kerumitan situasi. Bahkan ada yang telah menganggapnya gila. Sampai akhirnya dia berhasil meyakinkan Sentral Komite Partai Bolshevik untuk menerima pandangannya. Pada bulan Juli 1917, situasi sosial dan politik Rusia semakin memburuk dan penuh ketidakpastian. Kekalahan tentara Rusia di medan perang untuk membantu tentara sekutudi Barat pada bulan Juli 1917, nampaknya berhasil menghancurkan moral tentara Rusia. Ditambah dengan propaganda revolusioner kaum Bolshevik, menjadikan tentara Rusia semakin mengalami demoralisasi. Pada tanggal 16 dan 17 Juli 1917, tentara-tentara Rusia yang telah jemu berperang melakukan demostrasi di Petrograd menentang pemerintahan sementara. Demonstrasi berubah menjadi kekacauan dan kerusuhan. Kaum Bolshevik ragu-ragu dan menganggap pengambilalihan kekuasaan saat itu akan prematur. Pada mulanya mereka berusaha mencegahnya, tapi kemudian akhirnya hanya memberikan kepemimpinan yang setengah hati”.

Pada akhirnya Kerensky menggantikan Pangeran George Lvov pada

tanggal 20 Juli 1917 sebagai pemerintahan sementara. Namun, nampaknya bagi

Page 93: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

160

Lenin pemerintahan sementara tidak memberikan kepuasan terhadap apa yang

Lenin harapkan untuk negaranya. Setelah kekalahan perang, Rusia mengalami

krisis yang harus segera diatasi. Menurut Pipes, (2003:52) :

“Pemerintah Sementara telah berjanji untuk sesegera mungkin untuk mengadakan Majelis Konstituante guna membentuk suatu pemerintahan yang baru, namun mereka terus saja menundanya sehingga para petani yang sudah tidak sabar akan terjadinya Revolusi Agraria kemudian menyerang tanah-tanah pribadi. Sementara itu, pemerintahan sementara bersikeras tetap meneruskan peperangan yang sudah semakin kehilangan pendukung didalam negeri sedangkan krisis sudah semakin menjalar ke berbagai bidang”. Lenin memang selalu memegang “mosi tidak percaya” terhadap siapapun

orang yang memimpin Rusia baik itu dari kalangan feodal yang otokratis maupun

dari kalangan Partai Sosial Demokrat seperti Pangeran George Lvov dan

Kerensky. Sampai akhirnya, pada musim gugur tahun itu, Pemerintahan

sementara dibawah pimpinan Kerensky kehilangan dukungan populernya.

Sehingga memunculnya keresahan dan keputusasaan sosial yang terjadi dimana-

mana. Tentara nampaknya sudah jemu berperang, dan para petani kecil

membutuhkan lahan garapan dan kaum buruh kekurangan pangan. Dan akhirnya

pada bulan September 1917 diadakan pemilihan umum untuk memilih anggota-

anggota Dewan Soviet Petrograd dan Dewan Sovyet di kota-kota besar dan kecil

di seluruh negeri. Dengan menggunakan semboyan perdamaian, pembagian tanah

dan bahan pangan, Bolshevik meraih kemenangan mayoritas.

Kemudian, semenjak akhir September, Lenin dari persembunyiannya di

Finlandia terus menerus mengirimkan artikel-artikel dan surat-surat ke Petrograd

yang menyarankan pada Sentral Komite Partai untuk mengorganisasikan

pengambilalihan kekuasaan dengan bersenjata tanpa menunda-nunda lagi. Namun,

Page 94: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

161

tidak mengalami kesuksesan, sehingga akhirnya Lenin memutuskan untuk

melakukan tindakan yang akan membawa pada perubahan dalam kehidupannya

yaitu REVOLUSI.

Arif dan Prasetyo (2004:17) mengungkapkan detik-detik peristiwa penting

Revolusi Oktober 1917:

“Sekitar 20 Oktober 1917, Lenin dengan sembunyi-sembunyi dan penuh risiko, pergi ke Petrograd dan mengadakan pertemuan rahasia dengan Sentral Komite Partai Bolshevik pada 23 Oktober. Setelah perdebatan panjang selama 10 jam, akhirnya Lenin berhasil memenangkan suara mayoritas anggota Sentral Komite untuk menyetujui dan mempersiapkan pengambilan kekuasaan dengan senjata. Trotsky, dengan posisinya yang strategis sebagai Ketua Dewan Soviet Petrograd, memimpin persiapan itu. Dan tibalah saat bersejarah itu, malam hari, 6 Nopember 1917, kekuatan bersenjata kaum Bolshevik mengambil alih fasilitas komunikasi dan gedung-gedung publik di Petrograd. Gedung pusat pemerintah dengan mudah dikuasai karena hanya dijaga oleh sedikit orang. Sebagian besar anggota kabinet pemerintahan sementara ditangkap, namun Kerensky berhasil lolos. Tanggal 7 Nopember 1917, Kongres Dewan Sovyet Seluruh Rusia yang kedua diadakan. Bolshevik menjadi mayoritas dalam kongres tersebut dengan memiliki 390 kursi dari total 650 kursi. Dalam kongres tersebut, anggota Menshevik dan partai-partai sosialis revolusioner menarik diri dari Kongres sebagai protes menentang pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan oleh Bolshevik. Sehari setelah itu, kongres menghasilkan keputusan mengesahkan aksi Bolshevik. Juga ditetapkan berdirinya pemerintahan Sovyet, dengan Lenin sebagai Ketua Dewan Komisar Rakyat. Yaitu badan pemerintahan Soviet yang baru, dan menyetujui kebijakan perdamaian dan pembagian tanah. Di usianya yang ke-47 mimpi Lenin menjadi kenyataan. Usahanya yang tak kenal menyerah dan gigih sejak muda untuk membangun sebuah partai yang akan bisa merealisasikan revolusi sosialis, kini telah berubah. Revolusi Sosialis itu kini telah terwujud”. Dengan bantuan dari berbagai pihak yang sudah tidak mempercayai

kinerja dari Pemerintahan Sementara, hal itu dikarenakan setelah berjalan

beberapa bulan dari semenjak pengangkatan, tidak ada satu kondisi di Rusia pun

yang berubah menuju yang lebih baik. Ditambah ketika, keadaan Rusia bertambah

parah dengan kekalahan akibat perang, Lenin berusaha untuk memperoleh

Page 95: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

162

dukungan dari rakyat Rusia dengan semboyannya “Roti, Pembagian Tanah dan

Perdamaian”. Rakyat Rusia yang terdiri dari para tentara, kaum petani dan kaum

buruh yang merasa jenuh dengan keadaan. Masa dengan waktu yang begitu

singkat, Revolusi Sosialis di Rusia pun akhirnya dapat diwujudkan.

Semua yang terjadi di Rusia sebelum dan sesudah Revolusi Bolshevik

adalah berkat pemikiran. usaha-usaha, tekad, kegigihan, semangat revolusioner

yang tinggi dan kepiawaian Lenin dalam mengorganisir keadaan dan timing yang

tepat sehingga Revolusi sosialis yang selama ini belum pernah terjadi di dunia

menjadi terwujud.

Pipes mengambil kesimpulan dari apa yang dilakukan oleh Lenin dan

Kaum Bolshevik yang dipimpinnya (2003: 56) :

“Berawal dari kenekatan mereka, sejarah akan diperhitungkan hingga tujuh puluh tahun kedepan. Padahal, tidak seorang pun dari pemimpin Bolshevik mempunyai pengalaman dalam mengatur sesuatu, namun mereka kemudian malah memikul tanggung jawab memerintah negara terbesar di dunia. Meski tidak punyak banyak pengalaman dalam bidang usaha, mereka tidak segan-segan melakukan nasionalisasi yang cepat dan dengan demikian memikul tanggung jawab untuk mengatur ekonomi terbesar kelima di dunia....Kediktatoran yang selama ini digunakan berkembang menjadi sebuah rezim totaliter dan hal itu menjadikan kaum Komunis memerintah dengan cara despotis dan kejam.” Selain itu, dalam buku ini juga Skocpol mengungkapkan bahwa Ideologi

Revolusioner ternyata juga berpengaruh terhadap perjuangan para revolusioner

untuk mendirikan dan merebut kekuasaan negara didalam situasi sosial

revolusioner. Ideologi Revolusioner itu adalah Jacobianisme dan Marxisme-

Leninisme (1991:132) :

“Pertama, ideologi revolusioner itu merupakan keyakinan universal yang dapat menyebabkan dan mendorong masyarakat dari berbagai latar belakang tertentu yang berbeda untuk hidup berdampingan dan sebagai

Page 96: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

163

saudara sebangsa dan seperjuangan. Kedua, ideologi ini mengajak kaum elit revolusioner agar menarik dan mengerahkan masa untuk perjuangan dan kegiatan politik. Ketiga, Jacobianisme dan Marxisme-Leninisme merupakan faham yang berpandangan “totaliter” sekuler yang memberikan dasar pembenaran bagi para aktor yang meyakininya untuk memakai cara apa saja untuk mencapai tujuan politik mereka”. Terkait dengan Revolusi Rusia pada Oktober 1917 dan perjuangan

Golongan Bolshevik, Skocpol mempunyai pandangan tersendiri mengenai hal ini

(1991:232) :

“Di tengah-tengah kekacauan yang semakin menjadi-jadi di Rusia, hanya Partai Bolshevik-lah yang memiliki siasat yang berhasil dalam mengembangkan efektivitas taktikal yang terus meningkat dan telah berhasil pula memperoleh dukungan rakyat yang ada di tempat-tempat strategis. Pemerintah darurat dan kaum sosialis moderat telah mengupayakan agar perang tetap berlangsung, menunda pengakuan atas perampasan tanah oleh petani dan berjuang melawan merosotnya disiplin didalam angkatan bersenjata dan meluasnya kontrol buruh didalam industri-industri. Sementara itu, Partai Bolshevik tetap beroperasi, melalui propaganda kritis yang diarahkan pada buruh industri dan pada pasukan garnisun dan pasukan garis depan yang diwujudkan bersama-sama dengan gelombang pemberontakan rakyat yang spontan, yang menuntut perdamaian, tanah, makanan, wewenang buruh dan seluruh kekuasaan untuk rakyat Sovyet”. Begitu melihat Revolusi Sosialis di tiga negara tersebut, penulis dapat

membandingkan antara ketiganya berdasarkan dasar pemikiran dan akibat-akibat

yang ditimbulkan oleh ketiga revolusi tersebut di negara yang bersangkutan.

Revolusi Perancis dilihat sebagai suatu revolusi kapitalis dan revolusi liberal yang

dipimpin oleh kaum Borjuis dan menghasillkan pemerintahan yang liberal,

sedangkan revolusi Rusia dipandang sebagai revolusi komunis/sosialis yang

antikapitalis yang dilakukan oleh kaum Proletar dan Partai Bolshevik yang

menghasilkan pemerintahan komunis sosialis dan terakhir Revolusi Cina

Page 97: Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, maka ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_053633_bab_iv.pdf · Untuk lebih mengarahkan jalannya penulisan, ... antara Asia dan Amerika

164

merupakan revolusi agraria yang dilakukan oleh para petani yang menghasilkan

pemerintahan komunis.

Tetap saja, dalam hal ini Lenin dapat secara konsisten menyeimbangkan

apa yang ia pikirkan dalam tataran teoritis dengan apa yang ia lakukan dalam

tataran praktis, dan sebagai pelopor hal tersebut Lenin menduduki posisi pertama

dalam tokoh sosialis yang dapat merealisasikan sebuah Revolusi Sosialis pertama

di dunia yaitu Revolusi Bolshevik 1917.