evaluasi medan untuk analisis kerusakan jalur jalan ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian...

132
i EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN SURAKARTA – PURWODADI DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007 Skripsi Oleh: Riyadi NIM K 5402035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007

Upload: vuonghanh

Post on 14-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

i

EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN SURAKARTA – PURWODADI

DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2007

Skripsi

Oleh: Riyadi NIM K 5402035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007

Page 2: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

ii

EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN SURAKARTA-PURWODADI

DI KECAMATAN GEYER KABUPATENGROBOGAN

TAHUN 2007

Oleh: Riyadi

NIM K 5402035

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2007

Page 3: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Partoso Hadi, M.si NIP: 130 529 721

Pembimbing II

Setya Nugraha, S.Si. M.Si NIP. 132 206 721

Page 4: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Sabtu Tanggal : 17 Maret 2007

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang

Ketua : Dra. Inna Prihartini, M.S Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si Anggota I : Drs. Partoso Hadi, M.Si Anggota II : Setya Nugraha, S.Si.M.Si

Tanda Tangan

1........................

2. .......................

3. ........................

4............................

Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, DR. Trisno Martono NIP. 130 529 720

Page 5: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

v

ABSTRAK Riyadi. EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN SURAKARTA–PURWODADI DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2007.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1). Mengetahui satuan medan di daerah penelitian (2). Mengetahui kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan di daerah penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survei. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan medan sebagai kajian utama. Sampel berupa satuan medan yang ditentukan berdasarkan hasil tumpang susun Peta Bentuklahan, Peta Tanah, Peta Lereng dan Peta Penggunaan lahan. Data primer dikumpulkan dengan cara survei lapangan yang disertai dengan analisis laboratorium dan data sekunder dikumpulkan dengan cara dokumentasi. Teknik sampling dengan menggunakan purposive sampling, yaitu satuan medan sebagai satuan analisis yang ditentukan berdasarkan tujuan. Teknik analisis data dengan cara pengharkatan (scoring) terhadap sifat dan karakteristik medan yang berupa: (1) Topografi yang mencakup: kemiringan lereng dan Penjang lereng, (2) Batuan yang mencakup: indeks keausan batuan, indeks beban titik dan struktur lapisan batuan,(3) Tanah yang mencakup: tekstur tanah, kelompok tanah, kadar air, angka pori, permeabilitas tanah, dan kembang kerut tanah, (4) Proses geomorfologi yang mencakup: erosi dan gerak massa batuan, (5) Hidrologi yang mencakup: jarak antar sungai dan intensitas hujan, (6) Penggunaan Lahan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: dari hasil tumpang susun Peta Bentuklahan, Peta Tanah dan Peta Penggunaan Lahan diketahui satuan medan yang ada di daerah penelitian adalah 68 satuan medan. Ada dua kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai). Kelas kesesuaian medan III (cukup sesuai) untuk jalan dengan faktor penghambat relief tanah (r), proses geomorfologi (p), dan hidrologi (h) dengan luas 570,123 ha, atau 11,03% dari luas seluruh daerah penelitian. Kelas kesesuaian medan IV (tidak sesuai) untuk jalan dengan faktor penghambat relief (r), geologi (g), tanah (t), proses (p), hidrologi (h), dan penggunaan lahan (pl) dengan luas 1.006,773 ha, atau 19,46% dari seluruh daerah penelitian.

Page 6: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

vi

MOTTO

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka,

agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

(Qs. Ar Ruum: 41)

Hidup akan semakin bermakna jika bermanfaat bagi sesama.

(Penulis)

Page 7: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

vii

PERSEMBAHAN

Teruntuk jiwa-jiwa besar yang senantiasa menyertai langkahku, Beliau yang telah mengandungku, mengadzankanku, mendidik, menyayangi,

menyertai perkembanganku dan senantiasa mendo’akanku di sepanjang waktu ialah Ibu dan Bapakku semoga Allah memuliakanmu

Mereka yang selalu berbagi kasihsayang, do’a dan airmata, ketiga kakakku tersayang

Bang Dodo sekeluarga, Bang Panut sekeluarga dan Mbak Jum sekeluarga sukses selalu untukmu

Adikku tersayang Imah gapailah cita-citamu

Dia yang selalu memberiku semangat dan dorongan serta tempat berbagi suka dan

cita ialah Dian Kafi Lestari mas selalu menunggumu.

Mereka yang telah memberiku pengalaman dan arti dari sebuah kehidupan ialah Keluarga Besar BE SAR UNS, Keluarga Besar BRAHMAHARDHIKA,

Keluarga Besar DP KPMKB Ska.

Sohib – sohibah Geografi ‘02 Almamater

Page 8: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuhu. Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Evaluasi Medan Untuk Tingkat Kerusakan Jalur Jalan Surakarta – Purwodadi Di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2007 dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dan rintangan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang

telah berkenan memberi ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah berkenan memberi

ijin untuk menyusun skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberi ijin

untuk menyusun skripsi.

4. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing I atas kesediaan waktu dan

kesabarannya memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penyusunan

skripsi ini

5. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan

memberikan arahan, petunjuk serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan

kesabaran selama penulis belajar di UNS.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Geografi FKIP yang telah memberi ilmu

selama penulis belajar di UNS.

8. KaDispermas Kesbang dan Linmas Kabupaten Grobogan beserta stafnya yang

telah memberikan izin penelitian.

9. Camat Geyer beserta stafnya yang telah memberikan bantuan dalam penelitian.

10. Afiq, Agung, Azka, Rita dan Dian atas bantuannya dalam pelaksanaan ujian.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Page 9: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

ix

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.. Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuhu.

Surakarta, Februari 2007

Penulis

Page 10: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

x

DAFTAR ISI Hal.

HALAMAN JUDUL

PENGAJUAN …………………………….………………………………...

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………......................

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………..…….............

ABSTRAK………………………………………………………………......

MOTTO ………………………………………..…………………………...

PERSEMBAHAN…………………………………………………..……….

KATA PENGANTAR ………………………………………………….......

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

xiii

xv

xvii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….

A. Latar Belakang ……………………………………………….

B. Perumusan Masalah……………..............................................

C. Tujuan Penelitian……………..……………………................

D. Manfaat Penelitian …………………………….......................

BAB II LANDASAN TEORI…………………….. ...................................

A. Evaluasi Medan……………….…...........................................

B. Satuan Medan………………………………………………...

C. Keterlintasan Medan…………………………………………

1. Kemiringan Lereng……………………………………….

2. Panjang Lereng…………………………………………...

1

1

4

5

5

6

6

7

10

11

12

12

Page 11: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xi

3. Indeks Keausan Batuan…………………………………..

4. Indeks Beban Titik………………………………………..

5. Struktur Perlapisan Batuan………………………………..

6. Tekstur Tanah…………………………………………….

7. Kelompok tanah/Ukuran Butir……………………………

8. Kadar Air………………………………………………….

9. Angka Pori………………………………………………..

10. Permeabilitas Tanah………………………………………

11. Kembang Kerut Tanah……………………………………

12. Erosi………………………………………………………

13. Gerak Massa Batuan……………………………………...

14. Jarak Antar Alur...………………………………………

15. Intensitas Hujan…………………………………………..

16. Penggunaan Lahan………………………………………..

D. Kerusakan Jalan………………………………………………

E. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………..

F. Kerangka Pemikiran…………………………………………..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………..

A. Tempat dan Waktu Penelitian….…….……………..................

1. Tempat Penelitian……………….…………………………..

2. Waktu Penelitian…………….….…………………………..

B. Metode Penelitian……………………………………….….....

C. Sumber Data…………………………………………………...

1. Data Primer………………………………………….……...

2. Data Sekunder………………………………………………

D. Populasi dan Sampel…………….…………………………….

1. Populasi……………………………………………………

2. Sampel……………………………………………………..

13 14 15 16 16 17 18 19 19 20 21 21 22 23 25 28 30 30 30 30 30 32 32 32 33 33 33 33 34 34 35 35 38 38 38 38 38 39 39 41 41 41 41

Page 12: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xii

E. Teknik Pengumpulan Data……………………..…………..….

1. Dokumentasi……….………………………………………

2. Observasi……… ….......………………..…..………………

F. Validitas Data………………………………………..………..

G. Analisis Data…………………………………………………..

H. Prosedur Penelitian…………………………………..……......

1. Tahap Persiapan…………………………………………...

2. Tahap Interpretasi Awal…………………………………..

3. Tahap Observasi Lapangan………………………………..

4. Tahap Analisis Data……………………………………….

5. Tahap Interpretasi Akhir…………………………………..

6. Tahap Akhir……………………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………..

A. Latar Belakang Daerah Penelitian…………............................

1. Letak dan Batas…………………………….………….…...

a. Letak Astronomis………………………….……………..

b. Letak Administrasi………….……………….…………...

2.Iklim….……………………………………………….…….

a. Temperatur………………………………………………

b. Curah Hujan……………………………………………..

3. Geologi……………………………………………..………

4. Geomorfologi……………………………………….……...

5. Tanah…..……………………………………….…………..

a. Grumusol………………………………………………...

b. Regosol………………………………………………….

6. Hidrologi……………..……………………….………........

a. Kondisi Fisik Sungai………………………………….....

b. Kondisi Air Tanah………………………………………..

41 41 42 43 48 52 56 56 57 59 59 60 61 61 63 64 65 66 67 67 87 98

110 110 111 111

Page 13: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xiii

7. Penggunaan Lahan……………..………………………......

a. Hutan………….………………………………………….

b. Sawah……………..………...............................................

c. Permukiman…………………..………………………….

d. Tegalan atau Perkebunan………………………………...

8. Jaringan Jalan………………….…………………………..

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan.............................................

1. Satuan Medan daerah penelitian………………...............

2. Analisis Satuan Medan......................................................

3. Kesesuain Medan untuk Jalur Jalan...................................

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………...

B. Implikasi……………………………………………………

C. Saran………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xiv

DAFTAR TABEL

No Hal 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Klasifikasi Kemiringan Lereng…………………………………… Kriteria Kemiringan Lereng………………………………………. Kriteria Panjang Lereng…………………………………………... Kriteria Indeks Keausan Batuan…………………………………... Kriteria Indeks Beban Titik……………………………………….. Kriteria Penilaian Struktur Perlapisan Batuan……………………. Kriteria Penilaian Tekstur Tanah…………………………………. Kriteria Penilaian Kelompok Tanah……………………………… Kriteria Penilaian Kadar Air……………………………………… Kriteria Penilaian Angka Pori…………………………………….. Kriteria Penilaian Permeabilitas Tanah…………………………… Kriteria Penilaian Kembang Kerut Tanah………………………… Kriteria Penilaian Erosi…………………………………………… Kriteria Penilaian Gerak Massa Batuan…………………………... Kriteria Penilaian Kerapatan Aliran………………………………. Kriteria Penilaian Intensitas Hujan……………………………….. Kriteria Penilaian Jenis Penggunaan Lahan……………………… Kriteria Kesesuaian Medan Untuk Jalur Jalan……………………. Data Curah Hujan Selama Tahun 2003 – 2006................................ Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson…………………… Agihan Formasi Geologi Daerah Penelitian……………………… Agihan dan Luas Bentuk lahan Daerah Penelitian………………... Luas Jenis Tanah di Daerah Penelitian............................................ Luas Satuan Bentuklahan Daerah Penelitian……………………... Luas Setiap Kemiringan Lereng………………………………….. Luas Jenis Tanah………………………………………………….. Luas Jenis Penggunaan Lahan…………………………………….. Luas Satuan Medan……………………………………………….. Luas Satuan Medan Yang Terlintasi Jalur Jalan………………….. Klasifikasi Kemiringan Lereng…………………………………… Klasifikasi Panjang Lereng……………………………………….. Klasifikasi Indeks Keausan Batuan………………………………. Klasifikasi Indeks Beban Titik……………………………………. Klasifikasi Struktur Perlapisan Batuan…………………………… Klasifikasi Tekstur Tanah………………………………………… Klasifikasi Kadar Air……………………………………………... Klasifikasi Ukuran Butir Tanah…………………………………... Klasifikasi Angka Pori……………………………………………. Klasifikasi Permeabilitas Tanah…………………………………... Klasifikasi Kembang Kerut Tanah………………………………...

11 12 12 13 14 15 15 16 17 17 18 19 20 21 21 22 22 37 43 45 50 54 57 67 68 70 70 72 74 87 88 89 89 90 91 92 93 93 94 95

Page 15: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xv

41 42 43 44 45 46 47

48 49

Klasifikasi Intensitas Hujan………………………………………. Klasifikasi Jarak Antar Alur……………………………………..... Klasifikasi Kenampakan Erosi……………………………………. Klasifikasi Gerak Massa Batuan………………………………….. Klasifikai Penggunaan Lahan……………………………………... Harkat dan Parameter Penyusun Satuan Medan………………...... Kelas Kesesuaian Medan dan Faktor Penghambat untuk Jalur Jalan….............................................................................................. Luas Sub-Kelas Kesesuaian Medan III r, t , p, h ………………..... Luas Sub-Kelas Kesesuaian Medan IV r, g, t , p, h, pl ……….......

95 96 97 97 98 100 101 105 108

Page 16: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Hal 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

14 15 16 17 18

19 20

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

31 32 33 34 35 36

Skema Orde Relief Permukaan Bumi………………………….... Bagan Alir Kerangka Berpikir…………………………………... Bagan Alur Penelitian …............................................................... Tipe Curah Hujan Menurut Koppen............................................... Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson…………….. Peta Administrasi........................................................................... Penampang Melintang Perlapisan Batuan Napal Bersisipan Lanau pada Formasi Kerek……………………………………… Peta Geologi................................................................................... Bentuklahan Asal Struktural Berbatuan Napal………………….. Gerak Massa pada Perbukitan Denudasional……………………. Peta Bentuklahan......................................................................... Peta Tanah...................................................................................... Kondisi Air Sungai pada Musim Kemarau di Desa Geyer Kecamatan Geyer……………………………………………....... Sumur Sebagai Alternatif Mendapatkan Air Tanah pada ............. Hutan Kayu Putih Merupakan Hutan Reboisasi………………… Peta Penggunaan Lahan................................................................. Penggunaan Lahan Sawah yang Ditanami Padi di Desa Juworo... Penggunaan Lahan Permukiman di Daerah Dataran dan Aktifitas Jual Beli Hasil Pertanian………………………………. Penggunaan Lahan Tegalan pada Topografi Agak Miring ……... Kerusakan Badan Jalan Miring dan Jalan Bergelombang Akibat Dari Kurangnya Daya Dukung Tanah…………………………… Peta Lereng..................................................................................... Peta Satuan Medan......................................................................... Satuan Medan D1-G-V-Kb di Desa Ledokdawan.......................... Satuan Medan D1-G-I-Kb di Desa Ledokdawan........................... Satuan Medan D1-G-I-Pmk di Desa Geyer.................................... Satuan Medan D1-G-III-Ht di Desa Geyer.................................... Satuan Medan D1-G-IV-Ht di Desa Geyer.................................... Satuan Medan S1-G-I-Pmk di Desa Monggot............................... Satuan Medan S5-G-IV-Ht di Desa Monggot................................ Satuan Medan S5-G-II-Ht di Desa Juworo dan Monggot............ Satuan Medan S5-G-III-Kb di Desa Juworo.................................. Satuan Medan S5-G-I-Ht di Desa Juworo dan Monggot............... Satuan Medan S1-G-I-Ht di Desa Juworo...................................... Satuan Medan S1-G-I-Sw di Desa Juworo.................................... Peta Kesesuain Medan................................................................... Kondisi Jalan pada Kesesuaian Medan Cukup Sesuai di Desa

9 29 40 44 46 47

49 51 53 53 55 58

59 60 61 62 63

64 65

66 69 71 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86

102

Page 17: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xvii

37

Ledokdawan................................................................................... Kondisi Jalan pada Kelas Kesesuaian Medan Tidak Sesuai di Desa Monggot…………………....................................................

104 108

Page 18: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1 2 3

Hasil Analisis Tanah Hasil Uji Batuan Perijinan

Page 19: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan penduduk di Indonesia yang cepat sampai dengan saat ini

membawa dampak pada peningkatan kegiatan manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Peningkatan berbagai kegiatan itu dapat dilihat dengan semakin

banyaknya kegiatan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.

Semua kegiatan tersebut sangat tergantung oleh sistem sarana dan prasarana yang

ada guna memperlancar proses-proses tersebut. Sarana dan prasarana yang

memadai di samping memperlancar kegiatan perekonomian, sosial, budaya dan

keamanan juga mempercepat perkembangan suatu wilayah, karena antara wilayah

satu dengan yang lain mudah dijangkau.

Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting,

karena berkaitan dengan kebutuhan semua orang yang ada dalam lapisan

masyarakat. Di kota, transportasi berkaitan dengan kebutuhan pekerja untuk

mencapai lokasi pekerjaan dan sebaliknya, kebutuhan para pelajar untuk mencapai

sekolah, mengunjungi tempat perbelanjaan dan pelayanan lainnya, bahkan untuk

bepergian ke luar kota. Di samping kegiatan untuk mengangkut orang, maka

transportasi juga melayani kebutuhan untuk memindahkan barang dari satu tempat

ke tempat yang lain.

Suatu transportasi dikatakan baik apabila: pertama, waktu perjalanan

cepat dan tidak mengalami kemacetan. Kedua, frekuensi pelayanan memuaskan.

Ketiga, aman (bebas dari kemungkinan kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang

nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti ini, sangat ditentukan oleh

berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi, yaitu: kondisi sarana

(kendaraan) dan kondisi prasarana (jalan dan sistem jaringannya).

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

Page 20: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

2

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan

kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan diklasifikasikan berdasarkan

peruntukan, fungsi, dan statusnya. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas

jalan umum dan jalan khusus. Jalan menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam

jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan menurut

statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten,

jalan kota, dan jalan desa.

Untuk memenuhi kebutuhan akan jalan maka sudah semestinya

pembangunan jalan harus berdasarkan pada hasil survei yang seksama. Kemudian

dalam merencanakan pembangunan jalan sebaiknya dikaji terlebih dahulu

mengenai kemungkinan-kemungkinan letak lintas jalan yang akan dibangun. Hal

ini penting karena dengan membangun jalan yang berdasarkan pada kajian fisik

dan sosial ekonomi akan diperoleh suatu pembangunan jalan yang murah, mudah

dipelihara, mudah dibangun dan efektif dipakai. Dari segi fisik perencanaan jalan

harus di perhatikan beberapa aspek fisik yang meliputi beberapa karakteristik

medan yaitu topografi, proses geomorfologi, batuan, tanah, kerapatan aliran dan

penggunaan lahan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan perencanaan jalan data

mengenai karakteristik medan perlu diklasifikasi, dianalisis dan dievaluasi sesuai

dengan kelas jalan yang direncanakan akan dibangun.

Perencanaan transportasi jalan dalam tata guna lahan mempunyai dua

tujuan pokok yaitu: meningkatkan daya guna sistem yang ada dan merencanakan

untuk perkembangan dan pertumbuhan di masa yang akan datang. Perencanaan

tersebut harus didasarkan pada nilai ekonomi, keawetan, pemeliharaan serta

dampak yang timbul terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perencanaan dan

informasi yang tepat tentang kondisi fisik suatu daerah sangat diperlukan,

sehingga kerusakan jalan yang menyebabkan terhambatnya kegiatan dapat

diminimalisir sejak awal.

Kerusakan jalan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan

jalan yang tidak berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi

teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum.

Kerusakan jalan dapat disebabkan oleh adanya faktor dari dalam dan faktor dari

Page 21: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

3

luar. Faktor dari dalam adalah penyebab kerusakan jalan itu bersifat alami, yaitu

kondisi fisik lingkungan yang tidak mendukung untuk bangunan jalan.

Sedangkan faktor dari luar dapat disebabkan oleh kesalahan konstruksinya, berat

beban yang melebihi kemampuan jalan (tonase) dan kualitas jalan yang tidak

mampu mendukung beban. Kerusakan jalan yang disebabkan oleh faktor alami

dapat dikaji dengan pendekatan geomorfologi.

Ditinjau dari teknis pelaksanaan dan pembangunan jalan, informasi

kondisi geomorfologi suatu daerah sangat membantu dalam menangani masalah-

masalah yang ada kaitannya dengan kondisi fisik geomorfologis. Berdasarkan

informasi kondisi fisik daerah dapat direncanakan jalur jalan yang sesuai,

sehingga kemungkinan kerusakan jalan bisa diantisipasi lebih awal guna menekan

biaya yang lebih banyak baik dalam pembangunan maupun perawatan. Sedangkan

pada jalur jalan yang sudah dibangun, informasi kondisi geomorfologi tetap

diperlukan guna untuk mengetahui kerusakan dan sebab-sebab terjadinya

kerusakan jalan. Evaluasi medan terhadap tingkat kerusakan jalur jalan dilakukan

dengan menyekor (scoring) parameter-parameter medan yang meliputi relief,

batuan, tanah, kondisi hidrologi dan penggunaan lahan.

Jalur jalan di daerah penelitian termasuk dalam satu jalur yang

menghubungkan ke berbagai daerah sekitarnya sebagai kegiatan penduduk. Jalur

jalan Surakarta-Purwodadi di Kecamatan Geyer merupakan jalan yang

menghubungkan kota Purwodadi dengan kota Surakarta. Berdasarkan fungsinya

jalan di Kecamatan Geyer termasuk dalam jalan kabupaten yaitu, jalan lokal

dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten

dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan

pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem

jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Kecamatan Geyer merupakan dataran kaki Pegunungan Kendeng yang

mempunyai morfologi berombak dengan penggunaan lahan diantaranya:

permukiman, tegalan dan hutan. Jalan Surakarta-Purwodadi yang melintas di

Kabupaten Grobogan sepanjang 22,22 Km dimulai dari Dusun Getas Desa Juworo

sampai kota Purwodadi, sedangkan yang melintas di Kecamatan Geyer sepanjang

Page 22: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

4

12 Km atau 54% dari panjang jalan Surakarta-Purwodadi di Kabupaten Grobogan.

Jalan tersebut dibangun pada bentuklahan struktural dan bentuklahan asal proses

denudasional. Untuk memenuhi persyaratan panjang lereng, maka jalan

dibelokkan sedemikian rupa sehingga memenuhi standart. Berdasarkan peraturan

perencanaan Geometrik Jalan Raya tahun 1970, pembangunan jalan di Kecamatan

Geyer sudah sesuai peraturan, namun jalan yang dihasilkan kurang memuaskan,

belum mencapai waktu yang diperkirakan dan kondisi jalan tersebut sudah

mengalami kerusakan yang dapat mengancam keselamatan penggunanya. Untuk

itu perlu dievaluasi apakah karakteristik medan daerah tersebut mendukung

terhadap jalur jalan.

Masalah yang timbul pada jalur jalan Surakarta-Purwodadi yaitu badan

jalan sering bergelombang, aspal retak-retak, badan jalan bergeser, bahu jalan

mengalami penurunan dan jalan longsor. Kerusakan jalan tersebut disebabkan

karena kondisi fisik medan yang tidak mendukung terhadap jalur jalan. Untuk

mengetahui kerusakan jalan yang disebabkan oleh kondisi fisik medan perlu

dilakukan evaluasi medan sebagai terapan dari geomorfologi teknik.

Informasi tentang kesesuaian medan untuk bangunan jalan diperoleh

dengan mengevaluasi medan untuk bangunan jalan, yaitu proses pendugaan

kemampuan medan untuk penggunaan jalan. Proses evaluasi tersebut

menghasilkan tingkat kesesuaian medan. Kelas kesesuaian medan akan semakin

rendah jika dijumpai faktor pembatas. Faktor pembatas adalah penyusun satuan

medan yang buruk untuk penggunaannya. Dari uraian di atas perlu diadakan

penelitian tentang kesesuaian medan untuk bangunan jalan terkait dengan

kerusakan jalan. Tertarik dengan masalah kerusakan jalan, penulis bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul: “EVALUASI MEDAN UNTUK

ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN SURAKARTA–PURWODADI

DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007”

B. Rumusan Masalah

Berbagai keragaman faktor penyusun satuan medan yang meliputi:

relief, bentuklahan, tanah, proses geomorfologi dan penggunaan lahan akan

memberikan kemampuan yang berbeda tergantung dari kesesuaiannya untuk

Page 23: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

5

penggunaan tertentu. Suatu satuan medan tidak mungkin sesuai dengan semua

penggunaan. Penggunaan medan yang tidak sesuai akan mengakibatkan tidak

terjaganya kelestarian medan. Satuan medan tersusun atas kondisi relief, geologi,

bentuklahan, tanah, dan penggunaan lahan tertentu. Jika digunakan untuk

bangunan jalan maka akan memberikan sifat tertentu yang berbeda pada setiap

satuan medan yang berbeda. Berdasarkan pada uraian di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah satuan medan di daerah penelitian?

2. Bagaimanakah kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan di daerah

penelitian?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang penulis rumuskan, tujuan

yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui satuan medan di daerah penelitian.

2. Mengetahui kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan di daerah penelitian.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Tingkat kesesuaian medan untuk jalur jalan, faktor pembatas, dan

kerusakan jalan pada satuan medan tertentu berguna sebagai informasi dan bahan

pertimbangan dalam perencanaan jalur jalan yang baru dan pemeliharaan jalan

yang sudah ada. Ini merupakan penerapan geomorfologi keteknikan khususnya

evaluasi medan untuk menganalisis kerusakan jalan yang disebabkan oleh kurang

mantapnya kondisi fisik.

2. Manfaat Praktis

Hasil kajian topografi, geologi, hidrologi, tanah, proses geomorfologi

dan penggunaan lahan yang berupa keterlintasan medan setiap satuan medan di

daerah penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan

perbaikan kerusakan jalan di daerah penelitian.

Page 24: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Medan

Evaluasi medan adalah proses pelaksanaan penilaian medan untuk

keperluan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interprestasi hasil survei dan studi

mengenai relief, tanah, batuan/geologi, proses geomorfologi, hidrologi dan

penggunaan lahan dari medan, dalam rangka mengidentifikasi dan

membandingkan macam–macam kemungkinan penggunaan lahan yang sesuai

dengan tujuan evaluasi (van Zuidam, 1979: 3).

Evaluasi medan untuk jalan merupakan salah satu terapan ilmu

geomorfologi yang proses evaluasinya dilakukan terhadap aspek fisik saja.

Masukan data yang diperlukan tergantung pada tujuan serta kondisi medan untuk

jalan (Sunarto 1990: 20). Dengan demikian perlu ditentukan relevansi

karakteristik medan dan jenis data yang diperlukan dalam proses evaluasi. Studi

satuan medan yang mendasarkan pada kerangka klasifikasi satuan bentuklahan

menurut genesanya, kelas relief, dan litologi merupakan suatu model pendekatan

evaluasi medan untuk jalan. Dengan melakukan survei berdasarkan pada

pendekatan tersebut diperoleh keterkaitan karakteristik medan yang berpengaruh

pada jalan yang akan atau sudah dibangun.

Tujuan dari evaluasi medan adalah menentukan nilai suatu medan untuk

tujuan tertentu. Kerangka dasar dari evaluasi medan adalah dengan pemberian

harkat (scoring) terhadap karakteristik medan yang ada. Manfaat yang paling

mendasar dari evaluasi medan adalah untuk menilai kesesuaian medan bagi suatu

penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari

penggunaan lahan tersebut. Dalam penelitian ini evaluasi medan bertujuan untuk

mengklasifikasikan kesesuaian medan di daerah penelitian bagi keperluan non

pertanian khususnya untuk jalur jalan.

Page 25: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

7

B. Satuan Medan

Medan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi manusia.

Sebagai sumberdaya, medan sangat menentukan pembangunan yang berlangsung,

karena semua pembangunan pasti dilakukan di atas medan. Satuan medan

diperoleh dari hasil tumpang susun peta bentuklahan, peta tanah dan peta

penggunaan lahan.

Bentuklahan adalah “bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil dari

perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang

beroperasi di permukaan bumi’’ (Joyosoeharto, 1985:9). Proses-proses

geomorfologi yang berlangsung di permukaan bumi, yaitu menyangkut semua

perubahan fisis maupun khemis yang terjadi di permukaan bumi oleh tenaga-

tenaga geomorfologis yaitu tenaga yang ditimbulkan oleh medium alam yang

berada di atmosfer bumi.

Obyek studi geomorfologi adalah bentuklahan permukaan bumi secara

sistimatik, tidak hanya mengenai konfigurasi permukaannya saja tetapi juga asal

mula terjadinya dan evolusi perkembangannya. Bentanglahan yang digambarkan

oleh kondisi relief permukaan terdiri atas tiga tingkatan yaitu: relief orde satu,

relief orde dua dan relief orde tiga (Lobeck dalam Joyosoeharto, 1985: 9).

Relief orde satu meliputi daratan dan ledok lautan. Relief orde dua

meliputi pegunungan dan dataran, bentang relief orde dua merupakan hasil kerja

tenaga-tenaga dari dalam bumi dan erupsi gunungapi. Relief orde tiga yaitu

bentuk-bentuk erosional, deposisional dan residual, bentuk-bentuk ini terjadi

karena perombakan oleh aktifitas proses-proses yang tenaganya berasal dari luar

kulit bumi (eksogen). Untuk lebih jelasnya lihat skema orde relief permukaan

bumi pada gambar 1.

Bentuklahan di samping menggambarkan konfigurasi permukaannya

juga memberikan keterangan tentang asal mula terjadinya. Demikian banyak

kenampakan-kenampakan bentanglahan di permukaan bumi ini, hingga perlu

dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan atau

hampir sama mengenai bentuk luar dan asal mula terjadinya (Joyosoeharto, 1985:

4)

Page 26: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

8

Identifikasi bentuklahan dilakukan melalui identifikasi relief, struktur,

litologi dan proses geomorfologi. Klasifikasi bentuklahan dilakukan untuk

menyederhanakan bentuk permukaan bumi yang kompleks kedalam satuan yang

mempunyai sifat dan perwatakan yang sama (Joyosueharto, 1985: 10). Kesamaan

sifat dan perwatakan dilihat dari relief yang menggambarkan konfigurasi

permukaan bumi, struktur geologi sebagai asal pembentuknya dan proses yang

menjelaskan bagaimana bentuklahan itu terjadi. Klasifikasi bentuklahan

didasarkan pada relief, batuan dan proses geomorfologi. Untuk menurunkan

satuan bentuklahan menjadi satuan medan perlu ditambahkan dengan informasi

kemiringan lereng yang mencerminkan relief, tanah, dan penggunaan lahan.

Dalam pembagian bentuklahan atas dasar genetiknya, terdapat 9

bentukan asal proses, yaitu: bentukan asal struktural, bentukan asal volkanis,

bentukan asal proses denudasional, bentukan asal proses fluvial, bentukan asal

proses marin, bentukan asal proses angin, bentukan asal proses pelarutan,

bentukan asal proses glasial dan bentukan asal aktivitas organisme. Bentukan asal

proses tersebut masih dapat dibedakan menjadi bagian yang lebih rinci lagi, yaitu

sub satuan bentuklahan (Sunarto, 1990: 23). Ketidak samaan sifat dan watak dari

setiap bentuklahan dan sub bentuklahan memberikan karakteristik tersendiri dari

satuan bentuklahan dan sub bentuklahan tersebut.

Medan adalah bidang lahan yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik

permukaan bumi dan dekat dengan permukaan yang kompleks dan penting bagi

manusia (Mitchel dalam Zuidam 1979: 3). Satuan medan diperoleh dari

tumpangsusun Peta Bentuklahan, Peta Lereng, Peta Tanah dan, Peta Penggunaan

Lahan

Suatu medan mempunyai kriteria tertentu sebagai penciri yang digunakan

untuk membedakan satu medan dengan yang lainnya, kriteria yang digunakan

untuk memberi ciri khas medan yakni: bentuklahan, tanah, dan penggunaan lahan.

Karakteristik medan tersebut merupakan rincian lebih lanjut dari suatu

bentuklahan yang kemudian dirinci menjadi satuan medan, dengan karakteristik

terdiri dari relief, proses geomorfologi, tipe batuan, tanah, dan penggunaan lahan.

Page 27: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

9

Gambar 1. Skema Orde Relief Permukaan Bumi.

Permukaan Bumi

Ledok Lautan Benua (Daratan)

Dataran Pegunungan

Bentuk Erosional

Bentuk Residual

(Sisa)

Bentuk Deposisional

Page 28: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

10

C. Keterlintasan Medan

Keterlintasan medan untuk jalan adalah kemampuan suatu unit medan untuk menopang gerak lintas kendaraan darat yang lewat di atasnya (Sunarto, 1990: 1). Ada berbagai jenis dan tonase kendaraan darat yang lewat pada suatu jalan. Tidak semua jalan dapat dilalui berbagai kendaraan tersebut. Ketidak mampuan jalan dalam menopang gerak lintas kendaraan tersebut karena keterlintasan medan yang rendah.

Untuk mengetahui keterlintasan medan perlu dilakukan evaluasi. Ada empat faktor yang mempengaruhi keterlintasan medan untuk jalur jalan. Keempat faktor yang mempengaruhi keterlintasan medan tersebut adalah: gemorfologi, geologi, tanah, dan hidrologi (Sunarto, 1990: 7). Dalam kaitannya dengan tujuan penelitian ini, keterlintasan medan yang relevan dari setiap tipe penggunaan ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya skor nilai keterlintasan medan. Karakteristik medan yang dipakai dalam menentukan keterlintasan medan untuk jalur jalan sebagai berikut:

a . Topografi yang mencakup: - Kemiringan lereng - Panjang lereng b . Batuan yang mencakup: - Indeks keausan batuan - Indeks beban titik - Kemiringan lapisan batuan c . Tanah yang mencakup: - Tekstur tanah - Ukuran butir tanah - Kadar air - Angka pori - Permeabilitas tanah - Kembang kerut tanah d . Proses geomorfologi yang mencakup: - Erosi - Gerak massa batuan

Page 29: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

11

e . Hidrologi yang mencakup: - Jarak antar sungai - Intensitas hujan f. Penggunaan lahan Deskripsi dan pengukuran dari kriteria penilaian keterlintasan medan

tersebut dijelaskan secara berurutan sebagai berikut:

1. Kemiringan Lereng Bentuk topografi permukaan bumi yang bervariasi memiliki daya dukung yang bervariasi pula dalam menahan beban yang disangganya. Dalam medan sebenarnya topografi dapat diketahui berdasarkan perbedaan kemiringan lereng. Terkait dengan perencanaan lokasi jalur jalan raya, kemiringan lereng sangat penting untuk diperhatikan. Karena suatu jalan yang akan dibangun memerlukan bidang tanah yang datar. Jalur jalan yang dibangun di daerah rawa sudah barang tentu memerlukan perencanaan yang berbeda dengan jalan yang dibangun di daerah yang datar, begitu pula dengan jalan yang akan dibangun di daerah pegunungan. Di daerah rawa akan lebih banyak menghadapi masalah penimbunan dan penyingkiran material endapan rawa. Di daerah dataran akan lebih banyak menghadapi masalah drainase, sedangkan di daerah pegunungan akan lebih banyak menghadapi masalah pemotongan dan penimbunan. Sunarto (1990: 9) mengklasifikasikan kemiringan lereng menjadi 7 kelas kemiringan lereng seperti pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi Kemiringan Lereng. Kemiringan Lereng % Pemerian

0 – 2 3 – 7 8 – 13 14 – 20 21 – 55 56 – 140 > 140

Rata atau hampir rata Agak miring

Miring Agak curam

Curam Sangat curam

Sangat curam sekali Sumber: Sunarto, 1990 : 9.

Peraturan perencanaan geometrik jalan raya, landai maksimum yang

diperbolehkan dalam medan datar (0-3%) adalah 3%, untuk medan berbukit

Page 30: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

12

adalah (8%) dan untuk medan bergelombang adalah (12%). Berdasarkan dengan

ketentuan tersebut dan klasifikasi lereng yang dibuat Sunarto di atas, dibuat

kriteria penilaian kemiringan lereng untuk bangunan jalan. Kriteria penilaian

kemiringan lereng yang digunakan seperti pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Kemiringan Lereng. No Kemiringan Lereng (%) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

0 - < 3 3 - < 8 8 - < 14 14 - < 20

- > 20

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Dirjen Bina Marga, dalam Oktavianto, 1991: 17.

2. Panjang Lereng Panjang lereng suatu medan sangat berpengaruh terhadap intensitas

proses yang terjadi pada medan tersebut. Semakin panjang lereng akan semakin

lama proses yang dikerjakan dan berimbas pada banyaknya dana yang harus

dikeluarkan, juga akan semakin besar akibat yang ditimbulkan seperti potensi

longsor. Panjang lereng dalam penelitian ini diukur dari igir sampai lembah pada

bentuklahan. Kriteria yang digunakan untuk penilaian panjang lereng seperti pada

tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Panjang Lereng. No Panjang Lereng

(dalam meter) Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5

15 15 – 49 50 – 249 250 – 500

> 500

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Sunarto, 1990 : 10.

Page 31: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

13

3. Indeks Keausan Batuan Dalam merencanakan jalur jalan, kondisi batuan/geologi daerah

perencanaan harus diperhatikan, karena tidak semua batuan memiliki kekuatan

yang sama untuk menahan beban yang akan melewati jalan yang direncanakan.

Dalam hal ini penilaian kondisi geologi berdasarkan nilai indeks keausan batuan.

Uji keausan batuan pada hakekatnya adalah uji ketahanan batuan

terhadap pengaruh pemuaian dan penyusutan karena pengaruh pelapukan mekanis

(Wisnusudibyo, 1978: 75). Hasil akhir dari uji keausan batuan adalah persentase

perbandingan antara berat kering material yang sudah diuji dengan berat material

sebelum diuji. Nilai keausan batuan bervariasi dari 0 % sampai 100%. Semakin

tinggi nilai keausan menandakan bahwa material batuan yang diuji memiliki

ketahanan terhadap proses pelapukan mekanis, dan demikian juga sebaliknya.

Dalam penelitian ini, uji keausan batuan dilakukan di laboratorium. Kriteria

penilaian indeks keausan batuan yang digunakan adalah kriteria yang dibuat oleh

Pangluar dan Nugraha yang dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria Penilaian Indeks Keausan Batuan. No Indeks Keausan Batuan (%) Harkat Kelas Kesesuaian 1 2 3 4 5

80 – 100 60 - < 80 40 - < 60 20 - < 40

< 20

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Pangluar dalam Hidayatulloh, 1995: 27.

4. Indeks Beban Titik Indeks beban titik adalah penilaian dari uji ketahanan batuan terhadap

suatu tekanan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemantapan suatu lereng,

semakin tinggi angka indeks beban titik maka semakin mantap kondisi suatu

lereng. Indeks beban titik sangat berpengaruh terhadap berapa banyak beban yang

diperbolehkan melintasi lokasi tersebut. Semakin mantap suatu lereng maka

semakin tinggi kemampuannya untuk menahan beban. Kriteria yang digunakan

untuk penilaian indeks beban titik dapat dilihat pada tabel 5.

Page 32: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

14

Tabel 5. Kriteria Indeks Beban Titik. No Indeks Beban Titik (kg/cm2) Harkat Kelas Kesesuaian 1 2 3 4 5

> 75,0 30,1 – 75,0 10,1 – 30,1 3,1 – 10,1 0,6 – 3,0

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Dirjen Bina Marga dalam Octavianto, 1991: 13.

5. Struktur Perlapisan Batuan Dalam penelitian ini penulis merasa perlu untuk memperhatikan struktur

perlapisan batuan, karena perlapisan batuan dapat mendorong timbulnya

longsoran. Arah kemiringan batuan yang searah dengan kemiringan lereng akan

memberikan kemungkinan ketidakmantapan lereng dibandingkan apabila

kemiringan batuan tersebut berlawanan arah dengan arah kemiringan lereng.

Kondisi yang seperti ini akan semakin parah jika perlapisan batuan tersebut

berselang seling antara keras dan lunak dan terletak pada lereng yang curam, hal

ini akan membentuk bidang gelincir pada kondisi jenuh air dan akan

mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Kemiringan lapisan batuan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan batuan dalam menahan beban yang

melewatinya.

Pada penelitian ini, pengharkatan struktur perlapisan batuan didasarkan

pada kenyataan di atas. Oleh karena itu perlapisan batuan yang horisontal dan

tegak pada berbagai kelas lereng serta struktur perlapisan batuan yang miring pada

medan datar (0–3%) diberi harkat tinggi; tidak berstruktur, perlapisan batuan

miring pada medan bergelombang (8–14%) dan tidak berstruktur pada medan

curam (> 20%) diberi harkat sedang; struktur perlapisan batuan miring dengan

bersilang siur perlapisan keras dan lunak pada medan berombak atau

bergelombang (8–14 %) diberi harkat jelek; sedangkan struktur perlapisan batuan

miring dengan bersilang siur antara perlapisan keras lunak pada medan agak

curam (> 14 %) diberi harkat sangat jelek. Pengukuran struktur perlapisan batuan

dilakukan di lapangan dengan cara mengukur kedudukan perlapisan terhadap

kemiringan lerengnya. Kriteria penilaian struktur perlapisan batuan dapat dilihat

pada tabel 6.

Page 33: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

15

Tabel 6. Kriteria Penilaian Struktur Perlapisan Batuan. No Struktur Perlapisan Batuan Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

Struktur perlapisan batuan horisontal pada lahan yang datar Struktur perlapisan batuan miring pada lahan berombak Struktur perlapisan batuan miring pada lahan bergelombang Struktur perlapisan batuan miring dengan selang seling antara lunak dan keras pada lahan berombak Struktur perlapisan batuan miring dengan selang seling keras dan lunak pada lahan berbukit

5 4 3

2

1

I

II

III

IV

V

Sumber: Sunarto, 1990: 10.

6. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandingan butir-butir pasir, debu, dan liat di

dalam tanah (Hardjowigeno, 1993: 18). Dalam perencanaan pembangunan jalan

tekstur tanah sangat menjadi pertimbangan, karena tekstur tanah dapat digunakan

sebagai pendekatan terhadap kelompok tanah.

Sistem klasifikasi tanah American Association of Stage Highway and

Transportatian Officials (AASHTO) mengklasifikasikan tanah menjadi 7

kelompok besar yaitu dari A.1 sampai A.7. Tanah yang termasuk dalam kelompok

A.1 adalah fragmen batu dan krikil, A.2 adalah kerikil berlanau, kerikil

berlempung dan kerikil berpasir, A.3 adalah pasir halus, A.4, A.5 dan 6 adalah

tanah lanau dan A.7 adalah tanah lempung. A.1, A.2 dan A3 disebut material

granular, sedangkan kelompok A.4, A.5, A.6 dan A.7 disebut material lempung.

Berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO di atas maka dalam penelitian ini

kriteria penilaian tekstur dibuat seperti pada tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Kriteria Penilaian Tekstur Tanah. No Tekstur Tanah Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

Fragmen batu dan krikil Pasir Halus Krikil berlanau dan krikil berlempung Tanah lanau Tanah lempung

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Anderson, 1980: 36.

Page 34: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

16

7. Kelompok Tanah / Ukuran Butir Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara–cara membedakan

sifat–sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah dalam kelas–kelas

tertentu berdasarkan atas sifat–sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1993:1). Pada

saat ini ada dua sistem klasifikasi tanah yang digunakan dalam keteknikan, yaitu

sistem klasifikasi AASHTO dan sistem klasifikasi Unified. Dari kedua sistem

klasifikasi tanah untuk keteknikan tersebut, sistem klasifikasi tanah AASHTO

merupakan sistem klasifikasi yang digunakan oleh Dirjen Bina Marga dalam

pembuatan jalan raya. Penilaian kelompok tanah didasarkan pada banyaknya

butiran tanah yang lolos pada ayakan 0,075 mm. dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan tekstur tanah.

Kriteria penilaian kelompok tanah yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Kriteria Penilaian Kelompok Tanah.

No Golongan Tanah AASHTO

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5

A.1 A.2 A.3

A.4 dan A.5 A.6 dan A.7

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Anderson, 1980: 36.

8. Kadar Air Kadar air adalah perbandingan antara volume air dengan volume butir

tanah (Wesley, 1977: 2). Kekuatan tanah dalam menahan beban (daya dukung

tanah) banyak dipengaruhi oleh banyaknya kadar air dalam tanah itu sendiri,

semakin tinggi kadar air yang dikandung tanah maka daya dukung tanah akan

semakin rendah. Oleh karena itu, untuk perencanaan bangunan jalan tanah harus

dipadatkan sedemikian rupa sampai kadar air tertentu. Tanah yang bertekstur

halus mempunyai sifat sulit untuk dipadatkan pada kadar air tinggi, sedangkan

pada tanah berdebu (lanau) jika dipadatkan berulang-ulang akan menjadi lunak.

Page 35: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

17

Tujuan pemadatan adalah untuk menambah kekuatan tanah dan mengurangi daya

serap terhadap air yang menyebabkan penurunan.

Kadar air dalam tanah dinyatakan dalam persen (%). Kriteria penilaian

terhadap kadar air yang digunakan seperti pada tabel 9 di bawah ini:

Tabel 9. Kriteria Penilaian Kadar Air. No Kadar Air (%) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

< 15 15-36 36-57 57-78 > 78

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Wesley 1977: 4.

9. Angka Pori Angka pori adalah rasio antara volume pori dan volume bahan padat.

Angka pori banyak sekali digunakan dalam mekanika tanah untuk menyatakan

berbagai parameter fisis sebagai fungsi dari kepadatan tanah (Anderson, 1980:

17). Tanah yang sebagian besar mengandung pasir mempunyai sifat mudah kering

jika terjadi genang air, sehingga mempunyai sifat lebih stabil dibandingkan

dengan tanah yang sebagian besar diisi oleh lempung. Untuk pembangunan jalan

angka pori sangat diperhitungkan karena besarnya penurunan sangat tergantung

pada suatu jenis tanah.

Besarnya pasir alam berkisar dari 0,5mm hingga 0,8mm dan tanah–tanah

kohesi berkisar 0,7mm hingga 1,1mm maka kriteria pamberian harkat angka pori

disajikan seperti pada tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Kriteria Penilaian Angka Pori. No Angka Pori Tanah (%) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

< 0,51 0, 51 – 0,25 0,25 – 1,2 1,2 – 3,0

> 3,0

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Anderson, 1980: 19.

Page 36: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

18

10. Permeabilitas Tanah Permeabilitas tanah secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan

bergeraknya suatu cairan (air ) pada suatu media berpori dalam hal ini tanah.

Permeabilitas tanah cukup penting dalam bidang teknik sipil, misal dalam

pembuatan tanggul atau bendungan untuk menahan air, juga pengalian untuk

fundasi di bawah muka air tanah (Wesley, 1977: 49). Semakin cepat permeabilitas

tanah pada suatu medan semakin baik, karena air hujan yang turun akan segera

diresapkan ke bawah dan kemungkinan terjadi genangan sangat sedikit.

Perhitungan permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium dengan menggunakan

hukum Darcy dengan ketentuan rumus sebagai berikut:

K = tQ x

hL x

a1

Dimana

K = Permeabilitas tanah ( cm2 / jam )

Q = Volume air yang mengalir pada setiap pengukuran ( ml )

L = Tebal contoh tanah ( cm )

t = waktu pengukuran ( jam )

h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah ( cm )

a = Luas penampang contoh tanah. ( cm2 )

Kriteria yang digunakan untuk penilaian permeabilitas tanah untuk

bangunan jalan seperti pada tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11. Kriteria Penilaian Permeabilitas Tanah. No Permeabilitas Tanah ( cm / jam ) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

>12,5 6,25 - < 12,5 2,0 - < 6,5 0,5 - < 2,0 < 0,5

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Sunarto, 1990: 14.

Page 37: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

19

11. Kembang Kerut Tanah Sifat kembang kerut tanah pada umumnya dinyatakan dengan indeks

Coefficient of Linear Extensibility (COLE) atau Potential Volume Change (PVC).

Tanah yang memiliki sifat kembang kerut tinggi tidak baik untuk suatu bangunan.

Karena pada tanah ini pada musim kemarau akan terjadi rekahan–rekahan yang

dapat membahayakan bangunan yang ada di atasnya dalam hal ini jalan. Rekahan-

rekahan tersebut disebabkan oleh berkurangnya volume tanah.

Kriteria yang digunakan untuk penilaian kembang kerut tanah dalam

penelitian ini seperti pada tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Kriteria Penilaian Kebang Kerut Tanah. No Coefficient of Linear

Extensibility (COLE)

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5

< 0,01 0,01 – 0,03 0,03 – 0,06 0,06 – 0,09

> 0,09

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Sunarto, 1990: 25.

12. Erosi Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi dan sedimentasi merupakan

proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkatnya

materi tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan

material yang diangkut di tempat yang lain (Suripin, 2001: 9).

Dalam penelitian ini erosi penting untuk diperhitungkan, karena

material hasil erosi yang terbawa oleh aliran permukaan (over land flow)

seringkali mendangkalkan bahkan dapat menyumbat saluran pembuangan di

kanan kiri jalan. Akibatnya saluran tersebut menjadi terhambat dan airnya akan

meluap kebadan jalan. Apabila hal ini terus berlangsung, akibatnya badan jalan

mudah rusak dan akan membahayakan pengguna jalan. Kriteria penilaian tingkat

Page 38: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

20

erosi permukaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 13

sebagai berikut:

Tabel 13. Kriteria Penilaian Erosi. No Erosi Harkat Kelas

Kesesuai 1 2 3 4 5

Seluruh horison tanah relatif masih utuh Kurang dari 25% tanah atas hilang 25% - 75% tanah atas hilang Lebih dari 75% tanah atas hilang dan kurang dari 25% tanah bawah hilang Lebih dari 25 % tanah bawah hilang

5 4 3 2 4

I II III IV

V

Sumber: Jamulya, 1993: 40.

13. Gerak Massa Batuan. Pada setiap macam lereng memungkinkan terjadinya gerakan massa

batuan. Proses gerakan massa batuan yang dipertimbangkan dalam pengharkatan

keterlintasan medan untuk jalan adalah luasan gerak massa batuan yang

mempengaruhi satuan medan.

Gerakan massa batuan merupakan gerakan massa hancuran batuan

menuruni lereng karena pengaruh langsung dari gravitasi bumi. Hadirnya air dapat

mempercepat proses, karena hadirnya air menyebabkan naiknya tegangan maupun

turunnya kekuatan batuan dalam menahan beban dari atasnya. Gerakan massa

batuan sebagai akibat dari lereng yang tidak stabil dapat diamati atau dikenali

langsung di lapangan. Gerakan massa batuan sangat penting dalam keteknikan

jalan raya karena dapat mengakibatkan putusnya badan jalan atau menutup jalan

karena longsor. Kriteria luasan gerak massa batuan (dalam % terhadap luas satuan

medan) yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Kriteria Gerak Massa Batuan. No Gerakan Massa Batuan Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

Tidak ada gerakan massa batuan Gerak massa batuan berpengaruh sempit Gerak massa batuan berpengaruh sedang Gerak massa batuan berpengaruh luas Gerak massa batuan berpengaruh sangat luas

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber : Sunarto, 1990:11.

Page 39: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

21

14. Jarak Antar Alur Kerapatan aliran dalam penelitian ini diperhitungkan karena berpengaruh

terhadap banyaknya jembatan yang harus ada. Semakin tinggi kerapatan aliran

maka akan semakin banyak alur sungai yang akan dilalui. Dalam penelitian ini

jarak antar sungai diukur dari pera Rupa Bumi dan Survei langsung. Penilaian

jarak antar sungai berdasarkan pada semakin tinggi kerapatan aliran akan

mempercepat proses kerusakan jalan, hal ini disebabkan oleh proses erosi fluvial

yang tinggi. Berdasarkan alasan di atas maka kriteria digunakan untuk penilaian

kerapatan aliran pada skala 1: 50.000 seperti pada tabel 15 di bawah ini:

Tabel 15. Kriteria Penilaian Kerapatan Aliran. No Jarak Antar Sungai

(cm) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

>2,50 2,50 – 1,94 1,94 – 1,40 1,40 – 0,25 < 0,25

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: van Zuidam dalam Hidayatulloh, 1995: 42.

15. Intensitas Hujan Intensitas hujan dinyatakan oleh jumlah hujan dalam satuan waktu

tertentu. Suatu daerah dengan intensitas hujan yang tinggi sangat tidak

menguntungkan bagi jalur jalan, karena dapat mempercepat terjadinya erosi dan

tanah longsor, selain itu intensitas hujan dapat digunakan untuk memperkirakan

saluran pengatusan agar badan jalan tidak selalu tergenang air jika terjadi hujan

lebat. Kriteria penilaian intensitas hujan yang digunakan seperti pada tabel 16.

Tabel 16. Kriteria Penilaian Intensitas Hujan. No Intensitas Hujan (mm / hari ) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5

< 5 5 - < 20 20 - < 50 50 - < 100

> 100

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Hidayatulloh, 1995:41.

Page 40: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

22

16. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian, karena

jika penerapan tataguna lahan untuk jalan salah, maka dapat menimbulkan

kerusakan. Jalan yang terletak pada medan yang berbukit dengan permukiman

yang padat terancam pelongsoran, jika curah hujan di daerah itu tinggi dan

struktur perlapisan batuannya miring searah dengan kemiringan lerengnya.

Dalam pemberian kriteria penilaian untuk penggunaan lahan, selain didasarkan

pertimbangan ekonomis juga didasarkan pada kemungkinan bertambahnya kadar

air pada badan jalan, sebagai contoh jalan yang dilewatkan pada areal sawah

irigasi akan mengalami kesulitan dalam pembebasan tanah juga memungkinkan

bertambahnya kadar air pada tanah dasar dibandingkan jika melewati areal sawah

tadah hujan atau tegalan. Berdasarkan alasan di atas dibuat kriteria penilaian

seperti tertera pada tebel 17 sebagai berikut:

Tabel 17. Kriteria Penilaian Jenis Penggunaan Lahan. No Jenis Penggunaan lahan Harkat Kelas

kesesuaian 1 2 3 4 5

Permukiman Tegalan Sawah tadah hujan Hutan Sawah irigasi

5 4 3 2 1

I II III IV V

Sumber: Sudarmadi, 1987: 27.

D. Kerusakan Jalan

Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jalan adalah

prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan

atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

kabel (www.dephub.go.id/modules/Upload_File/images/km1tahun2000.pdf. 10,

Februari 2007). Jalan diklasifikasikan berdasarkan peruntukan, fungsi, dan

statusnya.

Page 41: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

23

Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan

khusus. Jalan menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan

kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan menurut statusnya

dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan

kota, dan jalan desa. Klasifikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan peruntukan jalan.

Berdasrkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 6, klasifikasi jalan

berdasarkan peruntukannya adalah:

a. Jalan umum

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum

b. Jalan khusus

Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

2. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan.

Berdasrkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 8, klasifikasi jalan

berdasarkan fungsinya adalah:

a. Jalan arteri

Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah

jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor

Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi

dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal

Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan

Page 42: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

24

Jalan lingkungan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata

rendah.

3. Klasifikasi berdasarkan status jalan.

Berdasrkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 9, klasifikasi jalan

berdasarkan fungsinya adalah:

a. Jalan nasional

Jalan nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan

jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan

strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan provinsi

Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer

yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,

atau antar ibukota kabupaten/kota,dan jalan strategis provinsi.

c. Jalan kabupaten

Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer

yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar

ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,

antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan

sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d. Jalan kota

Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta

menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan desa

Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau

antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Kenyatan dilapangan tidak semua kelas jalan tersebut dalam kondisi

yang baik. Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000,

kerusakan jalan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan jalan yang

Page 43: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

25

tidak berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis,

manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum (www. pu.

go. id/bapekin/buletin%20 jurnal/ buletin %208/buletin86.html. 10 februari 2007).

Identifikasi kerusakan jalan didasarkan pada kenampakan badan jalan

dilapangan yang dibedakan menjadi tiga yaitu: bergelombang, retak, dan longsor.

Kerusakan badan jalan bergelombang apabila penutup jalan (aspal) terlihat tidak

rata (bergelombang), kendaraan yang lewat terlihat berjalan tidak stabil.

Kerusakan badan jalan retak apabila penutup badan jalan terlihat pecah–pecah,

rekah dan aspal penutup badan jalan terkelupas. Kerusakan badan jalan longsor

apabila badan jalan hilang sebagian atau sampai putus dan badan jalan mengalami

penurunan, (Hidayatulloh, 1995: 16)

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitan : Joko Marwanto (2001)

Judul : Evaluasi Medan Terhadap Kerusakan Jalan Antara

Temuwangi Kaligawe Kecamatan Pedan

Penelitian tersebut bermaksud untuk mengklasifikasikan dan menilai

tingkat kesesuaian medan sepanjang jalur jalan, dan mengetahui jenis kerusakan

pada tingkat kesesuaian medan untuk bangunan jalan.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut meliputi: kemiringan

lereng, panjang lereng, indeks keausan batuan, indeks beban titik, struktur

perlapisan batuan, tekstur tanah, indeks golongan, permeabilitas, angka Porositas,

kadar air, potensi perubahan volume, erosi, gerak massa batuan, intensitas hujan,

kerapatan aliran.

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode observasi

yaitu: suatu metode untuk memperoleh data secara langsung dengan cara

pengamatan, dan pencatatan terhadap data-data yang diperlukan sesuai dengan

tujuan survei.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pada tingkat kesesuaian medan

yang sama belum tentu mempunyai faktor pembatas yang sama. Usaha untuk

Page 44: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

26

memperbaiki kondisi faktor pembatas tanah dilakukan dengan memberi lapisan

tanah dasar berupa campuran pasir dan batu dengan komposisi pasir lebih banyak.

2. Peneliti : Sayid Sudarmadi (1987)

Judul : Evaluasi Medan untuk Memperkirakan Daerah yang Rentan

Terhadap Bahaya Alami Kerusakan Jalan (Studi Kasus

pada Wilayah Jalan Lingkar Kotamadya Semarang).

Penelitian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kemampuan

medan untuk bangunan jalan beserta tingkat kerentanannya terhadap bahaya alami

kerusakan jalan. Sasaran yang menjadi tujuan khusus penelitian tersebut adalah

peta geomorfologi terpakai sebagai hasil akhir survei geomorfologi, dengan skala

1: 30.000 dan memperkirakan daerah yang rentan terhadap bahaya alami

kerusakan jalan pada daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode

deskriptif observasional yaitu menggandakan pengamatan gejala dan fakta guna

memperoleh data sebagai landasan dalam pemerian sesuai dengan tujuan.

Data yang digunakan adalah relief (kemiringan lereng), tanah (jenis

tanah dan penyebarannya, angka pori, kadar air lapangan, permeabilitas tanah, dan

pengatusan permukaan), proses geomorfologi (aktifitas gerakan massa, erosi

permukaan, erosi lembah, dan genangan air/banjir), batuan/geologi (indeks

keausan batuan, indeks beban titik, dan struktur perlapisan batuan), hidrologi

(intensitas hujan dan kerapatan aliran) serta penggunaan lahan (jenis penggunaan

lahan).

Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah tingkat kerentanan medan

terhadap bahaya alami kerusakan jalan lebih ditentukan oleh banyaknya parameter

pembatas dari faktor bahaya alami kerusakan jalan raya, sehingga dalam satu

kelas lintasan medan yang sama belum tentu didapatkan tingkat kerentanan yang

sama pula. Hal ini berkaitan dengan sifat dan karakteristik satuan medan yang

berlainan, sehingga parameter pembatasnya juga berbeda. Gejala umum berupa

penggelombangan pada badan jalan pada satuan medan di daerah penelitian

Page 45: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

27

adalah sebagai akibat kondisi tanah pondasi jalan yang mempunyai kualifikasi

yang buruk untuk bangunan jalan.

3. Peneliti : Emi Dwi Suryandi (2003)

Judul : Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

untuk Evaluasi Kerentanan Kerusakan Jalan di Kabupaten

Kulon Progo

Tujuan penelitian tersebut adalah memanfaatkan data penginderaan jauh

untuk menyadap informasi fisik medan sebagai parameter yang digunakan dalam

mengevaluasi medan terhadap kerentanan kerusakan jalan dan menentukan kelas

kerentanan kerusakan jalan di Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan

sistem informasi geografi berbasis vektor.

Data yang digunakan dalam penelitian tersebut diperoleh dari interpretasi

foto udara pankromatik hitam putih skala 1: 20.000 dan data sekunder untuk

memperoleh parameter yang digunakan. Parameter yang dapat diperoleh secara

langsung dari foto udara adalah penggunaan lahan, relief, kerapatan alur, tingkat

erosi dan bentuklahan. Parameter kemiringan lereng diperoleh dari peta topografi

skala 1: 50.000. parameter tekstur tanah, kembang kerut tanah, gerak massa

batuan, dan daya dukung tanah diperoleh dari deduksi bentuklahan yang didukung

Peta Tanah skala 1: 300.000 daerah DIY, Peta Tanah skala 1: 50.000 sebagian

Kabupaten Kulon Progo dan Peta Geologi skala1: 100.000

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penggabungan teknik

penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG) dalam penentuan kelas

kerentanan kerusakan jalan, sangat berperan dalam kemudahan untuk memperoleh

informasi tematik, memproses data, meyimpan, mengolah serta memanajemen

data.

Dari tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan bahwa informasi mengenai sifat dan karakteristik medan seperti relief,

batuan/geologi, tanah, proses geomorfologi dan vegetasi/penggunaan lahan

merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan proyek-proyek

keteknikan, dalam hal ini adalah jalur jalan.

Page 46: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

28

Penelitian Joko Marwanto memberikan informasi bahwa studi

keterlintasan medan penilaian mengenai kondisi relief, geologi, tanah, proses

geomorfologi hidrologi dan penggunaan lahan merupakan parameter yang diukur

untuk penentuan kelas keterlintasan medan untuk bangunan jalan. Penelitian

Sayid Sudarmadi memberikan petunjuk adanya hubungan antara karakteristik

medan dengan kerusakan jalan. Dari semua penelitian di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa dengan variabel relief, batuan/geologi, tanah, proses

geomorfologi, hidrologi dan vegetasi/penggunaan lahan dapat digunakan untuk

mengetahui penyebab kerusakan jalan di daerah penelitian.

F. Kerangka Pemikiran

Prasarana transportasi terutama transportasi darat yang salah satunya

jalan raya, mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perkembangan

wilayah secara menyeluruh. Jalan mempunyai fungsi utama sebagai prasarana

penghubung. Kondisi jalan yang rusak sangat menghambat perkembangan

wilayah, karena membahayakan bagi penggunanya. Untuk dapat mengetahui

faktor penyebab kerusakan jalan diperlukan informasi tentang keterlintasan medan

yang meliputi sifat dan kemampuan setiap satuan medan untuk bangunan jalan.

Dengan adanya informasi tersebut, maka perawatan dan pemeliharaan jalan dapat

dilakukan secara efektif dan jalan dapat digunakan secara optimal.

Informasi tentang keterlintasan medan untuk jalan diperoleh dengan cara mengevaluasi faktor keterlintasan medan pada masing-masing medan yang berupa: kemiringan lereng, panjang lereng, indeks keausan batuan, indeks beban titik, kmiringan lapisan batuan, tekstur tanah, kelompok tanah/ukuran butir tanah, kadar air, angka pori, permeabilitas tanah, kembang kerut tanah, erosi, gerak massa batuan, jarak antar sungai, intensitas hujan, dan penggunaan lahan. Satuan medan diperoleh dari tumpangsusun Peta Bentuklahan, Peta Tanah, Peta Lereng, dan Peta Penggunaan Lahan.

Proses evaluasi terhadap karakteristik satuan medan menghasilkan kelas kesesuaian medan dan faktor penghambat untuk jalan. Selanjutnya kelas kesesuaian medan dan faktor penghambat tersebut dikaitkan dengan kerusakan jalan yang datanya diperoleh dari survei lapangn.

Page 47: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

29

Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut dapat diujudkan dalam bentuk diagram alir yang disajikan pada gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2: Bagan Alir Kerangka Berfikir

Faktor Kerusakan Jalan

Kondisi Fisik Medan Tidak Mendukung untuk Jalur Jalan

Kualitas Jalan Tidak Mampu

Mendukung Beban

Beban Kendaraan yang Melebihi

Kemampuan Jalan

Evaluasi Medan untuk Jalur Jalan

Faktor Pembatas Faktor Pendukung

Kelas Kesesuaian Medan untuk Jalur Jalan

Page 48: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

30

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitiam

1. Tempat Penelitian

Suatu penelitian memerlukan tempat sebagai obyek pengambilan data,

informasi dan hal-hal yang diperlukan demi tercapainya tujuan penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Dipilihnya

daerah ini sebagai daerah penelitian karena memiliki topografi yang kompleks

dan jalur jalan Surakarta-Purwodadi yang terlintas mengalami kerusakan yang

dapat membahayakan jiwa bagi pengguna jalan tersebut, sehingga dengan

dilakukan penelitian mengenai keterlintasan medannya, dapat dijadikan sebagai

dasar perencanaan perbaikan kerusakan jalan.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak diajukannya proposal

sampai penulisan hasil penelitian selesai, yaitu dimulai sejak bulan Agustus 2005

sampai dengan bulan Februari 2007.

B. Metode Penelitian

Untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu penelitian selalu digunakan

cara–cara yang sering diistilahkan dengan metode penelitian. Menurut Surachmad

(1978: 131), metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai

suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan

menggunakan teknik dan alat–alat tertentu.

Sesuai dengan judul dan tujuan, maka penelitian ini bersifat deskriptif,

dan model penelitian yang dilakukan adalah deskriptif survei. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Arikunto (1985: 139) yang menyatakan bahwa “Pada umumnya

penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesa sehingga dalam langkah

penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa. Riset deskriptif survei bermaksud

untuk mencari bukti-bukti ilmiah tentang sebab terjadinya kerusakan jalurjalan

Surakarta Purwodadi.

Page 49: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

31

Satuan medan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

tumpangsusun Peta Bentuklahan skala 1: 50.000, Peta Tanah skala 1: 50.000, Peta

Lereng skala 1: 50.000 dan Peta Penggunaan Lahan skala 1: 50.000. Peta

Bentuklahan diturunkan dari Peta Geologi skala 1: 100.000 tahun 1992 dan survei

lapangan. Peta Tanah diturunkan dari Peta Tanah Tinjau skala 1: 250.000 tahun

2001 dan survei lapangan. Peta Lereng dan Peta Penggunaan Lahan diturunkan

dari Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000 tahun 2000.

Batas pemetaan masing-masing peta penyusun satuan medan adalah

bentang alam yang diukur dari batas terluar jalur jalan sejauh 2 Km, dengan

asumsi sejauh 2 Km sudah tidak terpengaruh oleh bangunan jalan. Simbol satuan

medan disusun berdasarkan pada parameter penyusun yang terdiri dari:

1. Satuan bentuklahan disimbolkan dengan huruf pertama dari asal proses

dan angka yang menunjukkan bentuk. Masing-masing simbol tersebut

sebagai berikut:

a. Perbukitan blok sesar berbatuan napal terkikis kuat diberi simbol S1

b. Perbukitan antiklinal berbatuan napal terkikis kuat diberi simbol S5

c. Perbukitan denudasional berbatuan napal terkikis kuat diberi simbol

D1

d. Dataran aluvial diberi simbol F1

2. Jenis tanah disimbolkan dengan huruf pertama dari kata pertama nama

jenis tanah sebagai berikut:

a. Tanah Regosol diberi simbol huruf R

b. Tanah Grumusol diberi simbol huruf G

3. Relief dalam hal ini berupa kelas kemiringan lereng disimbolkan dengan

angka Romawi sebagai berikut:

a. Kemiringan 0 – 3% diberi simbol I

b. Kemiringan 3 – 8% diberi simbol II

c. Kemiringan 8 – 14% diberi simbol III

d. Kemiringan 14 – 20% diberi simbol IV

e. Kemiringan – > 20% diberi simbol V

4. Penggunaan lahan dilambangkan dengan huruf sebagai berikut:

Page 50: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

32

a. Permukiman diberi simbol huruf Pmk

b. Sawah diberi simbol huruf Swh

c. Hutan diberi simbol huruf Ht

d. Kebun / perkebunan diberi simbol huruf Kb

Contoh penggunaan simbol:

Cara baca:

S1 : Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar berbatuan napal terkikis

kuat,

R : Jenis tanah regosol,

II : Kelas kemiringan lereng 3 – 8%, dan

Ht : Penggunaan lahan sebagai hutan.

C. Sumber Data

Jenis data yang akan dianalisis dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua

golongan, yang saling melengkapi dan saling mendukung.

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain hasil pengukuran langsung di lapangan dan hasil analisis laboratorium dari kriteria penilaian kesesuaian medan yaitu: kemiringan lereng, panjang lereng, indeks keausan batuan, indeks beban titik, struktur perlapisan batuan, tekstur tanah, ukuran butir tanah, kadar air, angka pori, permeabilitas tanah, kembang kerut tanah, erosi, gerak massa batuan, jarak antar sungai, intensitas hujan dan penggunaan lahan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain data

jenis tanah, data geologi dan data penggunaan lahan.

S1-R-II-Ht

Page 51: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

33

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penetapan populasi dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting

agar diketahui dengan jelas individu–individu yang menjadi obyek penelitian

tersebut. Menurut Arikunto (1996: 115) yang dimaksud populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua satuan medan

sepanjang jalur jalan Surakarta-Purwodadi di Kecamatan Geyer Kabupaten

Grobogan yang berjumlah 68 satuan medan.

2. Sampel

Menurut Arikunto (1996: 117), sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

dengan mengunakan metode Purposive Sampling, yaitu satuan medan sebagai

satuan evaluasi yang ditentukan berdasarkan tujuan, yaitu evaluasi medan untuk

tingkat kerusakan jalur jalan. Sesuai dengan metode pengambilan sampel yang

digunakan, maka satuan medan yang menjadi sampel penelitian adalah satuan

medan yang terlintasi oleh jalur jalan. Dari jumlah populasi yang ada ditetapkan

12 satuan medan yang menjadi sampel penelitian, keduabelas satuan medan

tersebut adalah: D1-G-V-Kb, D1-G-I-Kb, D1-G-I-Pmk, D1-G-III-Ht, S1-G-IV-Ht,

S1-G-I-Pmk, S5-G-IV-Ht, S5-G-II-Ht, S5-G-I-Ht, S5-G-III-Kb, S1-G-I-Ht, dan

S1-G-I-Sw.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data merupakan faktor yang penting.

Pengumpulan data yang dimaksudkan untuk memperoleh data atau keterangan

yang benar dan dapat dipercaya dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan antara lain:

Page 52: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

34

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menelaah

dokumen–dokumen atau catatan–catatan yang ada termasuk di dalamnya adalah

peta. Dokumentasi dilakukan guna mendapatkan data–data sekunder. Data yang

dihasilkan dari cara dokumentasi antara lain: litologi, geologi, kerapatan aliran,

iklim dan penggunaan medan.

2. Observasi

Observasi lapangan adalah cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan terhadap obyek di lapangan. Observasi dilakukan untuk mendapatkan

data primer. Dari observasi lapangan, data yang dihasilkan antara lain: kemiringan

dan panjang lereng, perlapisan batuan, tekstur tanah, permeabilitas tanah,

drainase, kenampakan erosi dan gerak massa batuan. Teknik observasi ini

dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini sesuai dengan

pendapat Surachmad, (1978: 155) yang mengatakan bahwa “teknik observasi

lapangan adalah pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan

secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala obyek yang diselidiki. Teknik

observasi tak langsung yakni teknik pengumpulan data dimana penyelidik

mengadakan pengamatan terhadap gejala–gejala subyek yang diselidiki dengan

perantara sebuah alat, baik alat yang sudah ada (semula tidak khusus dibuat untuk

keperluan tersebut), maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus

itu. Cara pengambilan data dilakukan sebagai berikut:

a. Data kemiringan lereng dan panjang lereng didapat dari Peta Lereng

dengan menggunakan program sistem informasi geografi (SIG),

b. Faktor batuan

Pengukuran indeks beban titik dilakukan di lapangan dengan

menggunakan alat penetrometer saku. Pengukuran indeks keausan batuan

dilakukan di laboratorium dengan menimbang berat batuan sebelum dan

sesudah diuji keausannya. Struktur perlapisan batuan diperoleh dengan

mengacu pada Peta Geologi bersistem kemudian mengecek langsung di

Page 53: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

35

lapangan dengan cara mengukur kedudukan perlapisan batuan terhadap

kemiringan permukaan, litologi batuan, dan sifat batuan (keras-lunak),

c. Faktor proses geomorfologi meliputi data tingkat erosi yang datanya

diperoleh dengan cara mengukur kedalaman dan jarak antar sungai yang

dapat dihitung dari peta dan cek lapangan, kemudian mencocokkan

dengan tabel kriteria erosi, data gerak massa diperoleh dari pengamatan

langsung di lapangan dan mencocokkan dengan tabel kriteria gerak

massa,

d. Data faktor tanah yang meliputi: tekstur, kadar air, ukuran butir tanah,

angka pori, permeabilitas dan kembang kerut tanah (indeks COLE)

dilakukan di laboratorium dan dicocokkan dengan masing-masing tabel

kriteria,

e. Data intensitas hujan diperoleh dari stasiun pencatat curah hujan dan

membagi jumlah rata-rata curah hujan dengan jumlah hari hujan,

f. Faktor penggunaan lahan berupa jenis penggunaan lahan yang diacu dari

Peta Penggunaan Lahan dan cek lapangan.

F. Validitas Data

Kesahihan data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yaitu

kemiringan lereng, panjang lereng, pelapukan batuan, erosi, gerak massa batuan,

kekuatan batuan, kemiringan lapisan batuan, kelompok tanah, daya dukung tanah,

permeabilitas tanah, kembang kerut tanah, dan drainase tanah. Data sekunder

berupa jenis tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Data–data primer

dan sekunder tersebut saling melengkapi yang hasil akhirnya menunjukkan

karakteristik fisik pada setiap satuan medan di daerah penelitian.

G. Analisis Data

Analisis dilakukan untuk mengetahui satuan medan dan mengetahui

kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan di daearah penelitian. Satuan medan

ditentukan berdasarkan tumpangsusun Peta Bentuklahan skala 1: 50.000, Peta

Lereng skala 1: 50.000, Peta Tanah skala 1: 50.000 dan Peta Penggunaan Lahan

Page 54: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

36

skala 1: 50.000. Hasil dari tumpangsusun keempat peta tersebut berupa satuan

medan, yang kemudian dijadikan satuan evaluasi untuk menetapkan sampel dalam

penelitian ini.

Evaluasi medan yang dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian medan dengan cara menganalisis dan memberi harkat (scoring) pada sifat dan karakteristik medan yang dijadikan dasar penelitian. Sifat dan karakteristik medan yang dijadikan dasar penelitian antara yaitu: panjang lereng, kemiringan lereng, indeks beban titik, indeks keausan batuan, struktur perlapisan batuan, tekstur tanah, kadar air, kelompok tanah, angka pori, permeabilitas, kembang kerut tanah, jarak antar sungai, erosi, gerak massa batuan, intensitas hujan dan penggunaan lahan. Keseluruhan parameter tersebut selanjutnya diberi harkat dari parameter yang paling baik sampai parameter yang sangat jelek dan dimasukkan dalam masing-masing tabel kriteria. Nilai dan kelas kesesuaian yang digunakan dalam pengharkatan berkisar dari 1 sampai dengan 5 sebagai berikut:

1. Harkat 5 menunjukkan kesesuaian I (sangat Sesuai)

2. Harkat 4 menunjukkan kesesuaian II (sesuai)

3. Harkat 3 menunjukkan kesesuaian III (cukup sesuai)

4. Harkat 2 menunjukkan kesesuaian IV (tidak sesuai)

5. Harkat 1 menunjukkan kesesuaian V (sangat tidak sesuai)

Dari hasil penilaian sifat dan karakteristik medan tersebut dijumlah dan

diklasifikasikan untuk menentukan kelas kesesuaian medan untuk jalur jalan.

Berdasarkan 16 parameter yang diharkat mempunyai nilai tertinggi 80 dan nilai

terendah 16, untuk menentukan kelas kesesuaian medan digunakan persamaan:

i = NR Dimana : i = interval kelas

R = perbedaan nilai tertinggi dan terendah

N = kelas kesesuaian medan

Didapat julat i = 5

1680 − = 12,8 dibulatkan menjadi 13.

Berdasarkan persamaan di atas dibuat kelas kesesuaian medan untuk

jalan seperti pada tabel 18.

Page 55: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

37

Tabel 18: Kelas Kesesuaian Medan untuk Jalur Jalan. Nilai Kelas Kesesuaian Kategori

67 – 80 54 – 67 41 – 54 28 – 41 16 – 28

I II III IV V

Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Tidak sesuai Sangat tidak sesuai

Berdasarkan hasil pengharkatan, maka akan didapat kelas kesesuaian

medan untuk bangunan jalan pada setiap satuan medan di daerah penelitian

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kelas kesesuaian I (sangat sesuai)

Jumlah harkat antara 67 dan 80. Kondisi fisik medan mendukung sekali

terhadap bangunan jalan, resiko terhadap kerusakan jalan hampir tidak

ada dan perawatan jalan relatif murah.

2. Kelas kesesuaian II (sesuai)

Jumlah harkat antara 54 dan 67. Kondisi fisik medan mendukung

terhadap bangunan jalan, resiko kerusakan relatif kecil dan mudah

diatasi.

3. Kelas kesesuaian III (cukup sedang)

Jumlah harkat antara 41 dan 54. Kondisi fisik medan mendukung

terhadap bangunan jalan tetapi dengan persyaratan disertai perawatan

yang teratur, dan terus menerus dilakukan pengamatan, biaya perawatan

agak mahal.

4. Kelas kesesuaian IV (tidak Sesuai)

Jumlah harkat antara 28 dan 41. Kondisi fisik medan tidak mendukung

terhadap bangunan jalan karena adanya resiko kerusakan jalan yang

besar, biaya perawatan relatif mahal.

5. Kelas kesesuaian V (sangat tidak sesuai)

Jumlah harkat antara 16 dan 28. Kondisi fisik medan sudah tidak

mendukung lagi terhadap bangunan jalan, banyak kerusakan jalan yang

mungkin terjadi, perawatan dan perbaikan jalan sangat mahal.

Sub-kelas kesesuaian ditentukan dengan memperhatikan tinggi

rendahnya nilai penjumlahan dan faktor pembatas, yaitu sifat dan karakteristik

Page 56: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

38

medan yang mempunyai nilai terendah. Faktor pembatas yang berasal dari relief

diberi simbol (r). Faktor pembatas yang berasal dari tanah diberi simbol (t), faktor

pembatas yang berasal dari geologi diberi simbol (g), faktor pembatas yang

berasal dari hidrologi dengan simbol (h), faktor proses dengan simbol (p) dan

faktor yang berasal dari penggunaan lahan diberi simbol (pl).

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain: penyediaan alat dan bahan,

biaya, perencanaan waktu yang tepat, perijinan dan lembar kerja untuk observasi

lapangan.

2. Tahap Interpretasi Awal

Dalam tahap kedua ini yang dilakukan antara lain :

a. Studi pustaka yang berkaitan dengan obyek penelitian,

b. Analisa Peta Tanah, Peta Topografi dan Peta Penggunaan Medan,

c. Pembuatan Peta Satuan Medan.

3. Tahap Observasi Lapangan

Dalam tahap ini yang dilakukan pengamatan lapangan untuk :

a. Mencocokkan hasil interpretasi awal dengan keadaan sebenarnya di lapangan

dan melakukan pengukuran lapangan sesuai kriteria kualitas medan yang

dinilai,

b. Pengambilan sampel yang akan dianalisis di laboratorium.

4. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini data yang didapat dari observasi lapangan dan data

pendukung lainnya, akan dianalisis secara cermat. Sedangkan untuk analisis

contoh tanah dan batuan dilakukan di laboratorium Fakultas Teknik UNS.

Page 57: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

39

5. Tahap Interpretasi Akhir

Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah dianalisis diskor,

yang hasil akhirnya adalah kelas kesesuaian medan yang diwujudkan dengan Peta

Satuan Medan untuk bangunan jalur jalan.

6. Tahap Akhir

Dalam tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian dalam bentuk

skripsi. Secara sistematis bagan alur penelitian disajikan pada gambar 3.

Page 58: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

40

Gambar 3. Bagan Alur Penelitian

Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50. 000

Peta Tanah Skala 1: 250.000

Peta Satuan Medan Skala 1:50 000

Kelas Kesesuaian Medan untuk Jalan

Faktor Keterlintasan Medan Survei Lapangan

Peta Lereng Skala 1: 50.000

Peta Geologi Skala 1: 100.000

Proses Pengolahan Data

Survei Lapangan

Peta Tanah Skala 1: 50.000

Survei Lapangan

Peta Bentuklahan Skala 1: 50.000

Informasi Kondisi Jalan

Page 59: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Daerah Penelitian

1. Letak dan Batas

a. Letak Astronomi

Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000, lembar Toroh (1408-642)

dan Sukodono (1408-624), maka secara astronomi dapat diketahui letak daerah

penelitian antara 07◦ 11’47,07" LS - 07◦17’00" LS dan 110◦52’52,04" BT -

110◦55’42,00" BT.

Ditinjau secara administratif, daerah penelitian termasuk wilayah

Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah, yang meliputi

tujuh desa yaitu : Desa Ngrandu, Desa Juworo, Desa Monggot, Desa

Kalangbancar, Desa Geyer, Desa Bangsri dan Desa Ledokdawan. Letak

administratif daerah penelitian disajikan pada Peta Administratif.

b. Batas

Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000, lembar Toroh (1408-642)

dan Sukodono (1408-624), maka dapat diketahui batas Kecamatan Geyer sebagai

berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sumberlawang Kabupaten

Sragen

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kradenan Kabupaten

Grobogan, dan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Juwangi Kabupaten Grobogan.

2. Iklim

Berdasarkan letak lintangnya daerah penelitian termasuk iklim tropis,

karena terletak pada lintang rendah (07◦ 11’47,07" LS - 07◦17’00" LS). Dalam

menentukan iklim ada tiga unsur yang sangat mempengaruhi, yaitu temperatur,

Page 60: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

42

angin dan curah hujan. Untuk memperjelas iklim di daerah penelitian hanya akan

diuraikan unsur temperatur dan curah hujan.

a. Temperatur

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Skala 1: 25.000, lembar Toroh (1408-642)

dan Sukodono (1408-624) dan survei lapangan, diketahui daerah penelitian

terletak pada ketinggian antara 50 – 175 meter dari permukaan air laut. Ketinggian

tempat ini dapat digunakan untuk menentukan rata-rata temperatur suatu daerah,

untuk mengetahui rata-rata temperatur suatu daerah menggunakan rumus Braak

sebagai berikut :

T = (26,3 – 0,61 x h)◦C

Dimana

T = Rata-rata temperatur daerah

26,3 = Rata-rata temperatur daerah di pantai tropis

0,61 = Konstan temperatur (penurunan temperatur setiap kenaikan

tempat setinggi 100 meter)

h = Tinggi tempat dalam hm (hektometer)

Untuk menentukan temperatur rata-rata dipakai kisaran temperatur di

daerah tertinggi dan terendah. Daerah tertinggi adalah 175 m dan daerah terendah

50 m di atas permukaan air laut.

Temperatur rata-rata daerah tertinggi adalah:

T = 26,3 – 0,6 x h

= 26,3 – 0,61 x 1,75

T = 25,2 oC

Temperatur rata-rata daerah terendah adalah:

T = 26,3 – 0,6 x h

= 26,3 – 0,6 x 0,50

T = 25,9 oC

Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur

daerah tertinggi adalah 25,9 ◦C dan daerah terendah adalah 25,2◦C.

Page 61: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

43

b. Curah Hujan

Data mengenai curah hujan daerah penelitian diperoleh dari statistik

kecamatan. Data curah hujan yang diperoleh hanya selama empat tahun terakhir,

yaitu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Hal ini dikarenakan pada tahun

sebelumnya alat pencatat curah hujan rusak sehingga curah hujan yang jatuh tidak

tercatat. Keadaan rata-rata curah hujan tahunan di Kecamatan Geyer tahun 2003

sampai dengan tahun 2006 disajikan pada tabel 19 berikut:

Tabel 19. Data Curah Hujan Selama Tahun 2003 Sampai 2006 2003 2004 2005 2006 Rata-rata No Bulan mm mm mm mm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Okrober Nopember Desember

172 194 170 46

112 20 0

10 60

184 198 409

313 290 213 176 137

5 28 0

72 103 215 298

346 182 169 277 95

233 75 45

123 74

129 179

350 428 304 268 126 24 5 1 0

98 138 320

295.25 273.5

214 191.75 117.5 70.5

27 14

114.75 114.75

170 301.5

Jumlah Bulan Kering Bulan Basah

1575 4 8

1850 3 9

1927 1

11

2062 4 8

1853.5 3 9

Sumber: Statistik Kecamatan

Dengan melihat data curah hujan seperti pada tabel 19 dapat diketahui

bahwa curah hujan tahunan untuk empat tahun terakhir (2003-2006) sebesar

1853,5 mm. Bulan terkering terjadi pada bulan Agustus, yang ternyata curah

hujan rata-rata yang turun hanya 14 mm.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Koppen, Kecamatan Geyer

termasuk iklim Aw, yaitu :

A : Berarti iklim panas, dengan suhu rata-rata tahunan tidak lebih

rendah dari 180C.

Aw : Iklim panas yang mempunyai periode kering pada musim

Page 62: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

44

dingin selama setengah tahun, atau dikatakan iklim sabana.

Keadaan iklim Kecamatan Geyer berdasarkan klasifikasi iklim Koppen

dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut:

60

40

20

0

1500 2000 2500

A f

Am

Aw

1853,5

17,6

Curah hujan rata-rata tahunan (mm)

Jum

lah

cura

h hu

jan

min

imum

rat

a-ra

ta b

ulan

a (m

m)

1000

Gambar 4: Tipe Curah Hujan Daerah Kecamatan Geyer Menurut Koppen, Priode

Tahun 2003-2006

Page 63: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

45

Menurut penggolongan tipe curah hujan dari Schmidt-Ferguson daerah

penelitian termasuk tipe curah hujan C. Tipe curah hujan ini didasarkan pada

nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu apabila curah hujan kurang dari 60 mm

dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan lebih dari 100 mm yang

disimbolkan dengan “Q” (Quotient).

Q = %100xnBasahJumlahBulanKeringJumlahBula

Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson seperti pada tabel 20

di bawah ini.

Tabel 20. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson. Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Sifat

A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak basah D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering H 7,000 ≤ Q - Luar biasa kering

Sumber : Handoko, 1995: 169.

Atas dasar rumus di atas, serta data curah hujan selama empat tahun,

maka dapat diketahui nilai Q untuk klasifikasi tipe curah hujan berdasarkan

Schmidt-Ferguson di Kecamatan Geyer adalah:

Q = %10075,725,3

Q = 41,9%

Berdasarkan nilai Q tersebut, maka dapat diketahui bahwa daerah

penelitian termasuk dalam tipe curah hujan C, yang mempunyai sifat agak basah.

Pada gambar 5 menunjukkan tipe curah hujan berdasarkan Schmidt-Ferguson di

Kecamatan Geyer.

Page 64: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

46

Gambar 5. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson di Daerah

Penelitian Berdasarkan Data Curah Hujan Tahun 2003-2006

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

12

Jumlah rata-rata bulan basah

Jum

lah

rata

-rat

a bu

lan

kerin

g

H

G

F

E

D

C

B

A

700 %

300%

157 %

100 %

14, 3 %

33, 3 %

60 % (7, 75: 3,25

0

Nilai Q (%)

Page 65: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

47

Gambar 6. Peta Administratif

Page 66: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

48

3. Geologi

Daerah penelitian merupakan bagian dari geoantiklin Kendeng.

Antiklinorium Kendeng merupakan lanjutan dari Rangkaian Pegunungan Serayu

Utara di Jawa Tengah (Bemmelen, 1968: 79). Di sebelah selatan Semarang,

antiklinorium Kendeng panjangnya mencapai 250 km dan lebarnya mencapai 40

km serta menyempit ke arah timur sampai 20 km. Antiklinarium Kendeng berupa

perbukitan dengan elevasi rata-rata 450 meter dari permukaan air laut, dan elevasi

maksimum 600 meter dari permukaan air laut. Dekat Ngawi terjadi sebuah sumbu

depresi, dimana punggungan ini secara melintang terpotong oleh sungai

Bengawan Solo, sehingga terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan

bagian timur.

Dalam pembagian zona fisiografi pulau Jawa, daerah penelitian termasuk

zona tengah. Zona ini mempunyai lapisan Neogen muda yang lebih tebal

dibandingkan dengan zona lain. Lapisan Neogen muda ini merupakan inti dari

geoantiklin muda. Proses pelipatan terjadi sejak periode Miosen atas dan di

beberapa tempat sampai miosen tengah. Selama periode Plistosen tengah

dihasilkan orogenesa dari lipatan yang kuat sehingga menimbulkan lipatan

terbalik. Hampir seluruh daerah penelitian tersusun oleh sedimen klastis terutama

napal.

Berdasarkan Peta Geologi lembar Salatiga, Jawa skala 1: 100.000 terbitan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1992, di daerah penelitian

terdapat tiga formasi batuan yaitu : Formasi Kerek, Formasi Kalibeng dan Dataran

Aluvial.

Formasi paling tua adalah Formasi Kerek (Tmk) yaitu pada periode

miosen tengah. Bagian bawah berupa sedimen tipe flysch yang berlapisan sangat

baik, terdiri dari perselingan batu lanau, batulempung dan batupasir gampingan.

Bagian atas terdiri dari napal bersisipan batupasir tufaan gampingan, batulanau

dan batupasir kerikilan, kandungan bahan gunungapi sangat tinggi, umumnya

berwarna lebih cerah dan perlapisannya tidak serapat bagian bawah. Secara

keseluruhan kandungan bahan gunungapi berkurang ke arah timur. Luas formasi

ini di daerah penelitian adalah 2.383,132 ha atau 46% dari luas seluruh daerah

Page 67: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

49

penelitian. Formasi ini menyebar di bagian selatan dan tengah daerah penelitian

yaitu di Desa Monggot, Desa Kalangbancar, Desa Juworo dan Desa Ngrandu.

Penampang melintang formasi ini dapat dilihat pada gambar 7 di bawah.

Gambar 7. Penampang Melintang Perlapisan Batuan Napal Bersisipan Lanau pada Formasi Kerek. Gambar Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Selama periode Miosen akhir hingga pliosen awal dijumpai Formasi

Kalibeng (Tmpk). Formasi ini terdiri dari napal pejal di bagian atas dan di

bawahnya dijumpai napal bersisipan dengan batupasir tufaan dan batu gamping.

Luas formasi ini di daerah penelitian adalah 2.669,938 ha atau 51,73% dari luas

seluruh daerah penelitian. Formasi ini tersebar luas di bagian utara dan sebagian

sempit di selatan daerah penelitian yaitu Desa Bangsri, Desa Geyer, sebagian

Desa Ledokdawan, Desa Juworo dan Desa Ngrandu. Pada bagian tertentu dari

Formasi Kalibeng dijumpai anggota klitik Formasi Kalibeng yang terdiri dari

selang-seling kalkarenit, batugamping tufaan, batupasir tufan dan napal di bagian

atas ; dan biokalkarenit di bagian bawah. Anggota klitik Formasi Kalibeng

berkembang pada periode pliosen akhir. Luas formasi ini adalah 27,524 ha atau

0,53% dari luas seluruh daerah penelitian.

Page 68: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

50

Dataran Aluvial (Qa), berkembang pada periode Holosen. Batuan

penyusunnya terdiri dari lempung, krikil dan krakal. Dataran aluvial tersebar

sempit di hilir Sungai Geyer yaitu sebagian Desa Ledokdawan. Luas Dataran

Aluvial didaerah penelitian adalah 80,650 ha atau 1,56% dari luas seluruh daerah

penelitian. Agihan formasi geologi di daerah penelitian dapat dilihat pada peta

Geologi dan tabel 21 di bawah.

Tabel 21. Agihan Formasi Geologi Daerah Penelitian. Luas Area No Formasi Geologi

Ha % 1 2 3 4

Qa Tmk Tmpk Tpkk

80,650 2.383,132 2.669,938

27,524

1,56 46,17 51,73 0,53

Jumlah 5161,244 100,00 Sumber: Analisis Peta Geologi Daerah Penelitian.

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa daerah penelitian

didominasi oleh Formasi Kalibeng dengan penyusun batuan napal bersisipan

lanau.

Page 69: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

51

Gambar 8. Peta geologi

Page 70: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

52

4. Geomorfologi

Berdasarkan Peta Geologi dan Peta Topografi daerah penelitian serta

survei lapangan, daerah penelitian mempunyai beberapa bentuklahan. Secara garis

besar ada tiga (3) bentuklahan berdasarkan asalnya, yaitu: bentuklahan asal

struktural, bentuklahan asal proses denudasional dan bentuklahan asal proses

fluvial.

1. Bentuklahan Asal Struktural

Bentuklahan asal struktural dicirikan dengan adanya sesar dan lipatan.

Adanya tenaga dari dalam yang mendesak kulit permukaan bumi akan mengalami

pelipatan jika letaknya jauh di dalam bumi dan menemui lapisan batuan yang

plastis. Jika tenaga tersebut menemui lapisan batuan yang keras, maka akan terjadi

patahan. Kenampakan yang mudah untuk diidentifikasi adalah adanya gawir sesar,

yaitu berupa dinding-dinding yang curam. Proses yang berlangsung pada

bentuklahan ini berupa erosi dan gerak massa batuan. Akibat dari proses tersebut,

pada bentuklahan ini sering dijumpai longsor lahan terutama pada dinding lereng

yang curam. Secara fisiografi bentuklahan ini berupa perbukitan. Bentuklahan ini

meliputi wilayah seluas 3348,949 ha atau 64,88% dari luas seluruh daerah

penelitian. Penyebaran bentuklahan ini di bagian selatan daerah penelitian. Sub

bentuklahan yang terbentuk adalah Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal

Bersisipan Lanau Terkikis Kuat dan Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal

Terkikis Kuat. Kondisi bentuklahan ini dapat dilihat pada gambar 9.

2. Bentuklahan Asal Proses Denudasional

Bentukan asal proses denudasional muncul karena pada bentukan asal

struktural mengalami proses pengikisan dalam waktu dan intensitas yang tinggi

sehingga kenampakan yang dijumpai sekarang sudah sulit dikenali relief dan

strukturnya. Bentukan yang dijumpai sekarang berupa perbukitan yang puncaknya

hampir rata dengan ketinggian berkisar antara 75 dan 150 meter di atas

permukaan air laut. Proses geomorfologi yang bekerja dan berlangsung berupa

erosi permukaan, pelapukan dan gerak massa, yang mengakibatkan perkembangan

bentuklahan ini. Batuan bagian atas berupa batuan napal yang mengalami proses

pelapukan, sehingga membentuk kenampakan yang menyerupai perisai. Luas

Page 71: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

53

bentuklahan ini adalah 1662,871 ha atau 32,21% dari luas seluruh daerah

penelitian. Bentuklahan asal proses denudasional pada daerah penelitian berupa

perbukitan. Penyebaran bentuklahan ini adalah sebelah utara daerah penelitian.

Akibat proses geomorfilogi yang berlangsung pada bentuklahan ini dapat dilihat

pada gambar 10 di bawah.

Gambar 9. Bentuklahan Asal Struktural Berbatuan Napal. Foto Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Gambar 10. Gerak Massa pada Bentuklahan Perbukitan Denudasional. Foto Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 72: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

54

3. Bentuklahan Asal Proses Fluvial

Bentuklahan ini terbentuk karena proses erosi, pengendapan dan aktifitas

sungai yang pada daerah penelitian banyak dipengaruhi oleh sungai Geyer dan

sungai Sogo. Bentuklahan yang terbentuk adalah Dataran Aluvial yang

mempunyai lapisan batuan yang horizontal berasal dari proses pengendapan dari

material yang berasal dari pebukitan denudasi yang berada di atasnya. Luas

bentuklahan ini di daerah penelitian adalah 149,423 ha atau 2,89% dari luas

seluruh daerah penelitian.

Agihan bentuklahan dan luas masing-masing di sajikan pada Peta

Bentuklahan dan tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22. Luas Bentuklahan di Daerah Penelitian. Luas No Bentuklahan Asal Proses

Ha % 1 2 3

Bentuklahan asal Struktural Bentuklahan asal proses Denudasional Bentuklahan asal proses Fluvial

3.348,949 1.662,871

149,424

64,88 32,21 2,89

Jumlah 5161,244 100,00 Sumber: Peta Bentuklahan dan Analisis.

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuklahan terluas

yang ada di daerah penelitian adalah bentuklahan asal struktural yaitu: 3.348,949

ha atau 64,88 % dari luas seluruh daerah penelitian, sedangkan bentuklahan

tersempit adalah bentuklahan asal proses fluvial yaitu: 149,424 ha atau 2,89 %

dari luas seluruh daerah penelitian.

Page 73: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

55

Gambar 11.Peta bentuklahan

Page 74: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

56

5. Tanah

Tanah berfungsi sebagai medium pertumbuhan vegetasi, infiltrasi,

penyimpanan, penahanan, pelolosan dan penguapan air. Dalam kaitannya dengan

penelitian ini maka tanah sebagai tempat yang dikenai langsung oleh bangunan

jalan.

Berdasarkan pada Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah skala

1: 250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966), macam tanah yang ada di

Kabupaten Grobogan meliputi: (1) Grumusol Kelabu Tua, (2) Asosiasi Grumusol

Coklat Kekelabuan dan Grumusol Kelabu Kekuningan, (3) Grumusol Kelabu, (4)

Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan, (5) Grumusol Kelabu,

(6) Asosiasi Mediteran Merah Kekuningan dan Mediteran Coklat Kekuningan, (7)

Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol, (8). Kompleks Litosol, Mediteran dan

Rendsina.

(Berdasarkan pada Peta Tanah Tinjau Kabupaten Grobogan Skala 1:

250.000 tahun 1991) dan survei lapangan, daerah penelitian terdiri dari dua jenis

tanah yaitu: Grumusol dan Regosol. Penyebaran masing-masing jenis tanah

tersebut dapat dilihat pada peta Tanah. Ciri morfologi dan fisik masing-masing

jenis tanah dijelaskan sebagai berikut:

a. Grumusol

Tanah grumusol berasal dari endapan lempung. Penyebarannya

memanjang kearah utara – selatan daerah penelitian dan di lalui oleh jalur jalan

Surakarta Purwodadi. Luas jenis tanah ini adalah 2.939,937 ha atau 56,96% dari

luas seluruh daerah penelitian. Jenis tanah ini di lapangan dicirikan dengan tekstur

lempung berat, struktur lempeng, konsistensi dalam keadaan kering luar biasa

teguh. Pada keadaan basah konsistensinya menjadi plastis dan sangat lekat, mudah

terjadi retak-retak, jeluk tanah dalam, warna kelabu, permeabilitas sangat lambat

sehingga kemampuan meloloskan air sangat kecil dan kapasitas menahan air

sangat besar.

Page 75: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

57

b. Regosol

Tanah ini berasal dari bahan induk batuan kapur dan napal. Tanah

Regosol di lapangan dicirikan dengan tekstur pasir berlempung, struktur remah,

konsistensi gembur dalam keadaan basah, warna kelabu, permeabilitas tinggi

hingga sedang, kemampuan meloloskan air besar hingga sedang dan kapasitas

pengikatan air sedang hingga kecil. Di lapangan tanah ini terdapat di sebelah

timur dan barat daerah penelitian. Luas tanah regosol adalah 2.221,305 ha atau

43,03% dari luas seluruh daerah penelitian. Agihan dan luas masing-masing jenis

tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta Tanah dan tabel 23 sebagai

berikut:

Tabel.23. Luas Jenis Tanah di Daerah Penelitian Luas No Jenis Tanah

Ha % 1 2

Regosol Grumusol

2.939,937 2.221,307

56,96 53,05

Jumlah 5.161,244 100,00 Sumber: Analisis Peta Tanah

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tanah yang terluas

didaerah penelitian adalah Regosol yaitu seluas 2.939,937 ha atau 56,96 % dari

luas seluruh daerah penelitian, sedangkan jenis tanah tersempit adalah Grumusol

yaitu 2.221,307 ha atau 53,05 % dari luas seluruh daerah penelitian.

Page 76: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

58

Gambar 12. Peta tanah

Page 77: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

59

6. Hidrologi

Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi kondisi air permukaan dan

air dalam. Air permukaan dijelaskan pada kondisi fisik sungai, sedangkan air

dalam di jelaskan pada kondisi air tanah. Adapun kondisi fisik sungai dan kondisi

air tanah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Fisik Sungai

Di daerah penelitian terdapat dua buah sungai induk yaitu Sungai Sogo

dan Sungai Geyer. Sungai Geyer mengalir ke arah utara lalu membelok ke arah

barat dan bermuara pada Sungai Lusi, sedangkan Sungai Sogo mengalir ke arah

utara dan bermuara di Sungai Geyer. Beberapa anak sungai yang lebih kecil yang

bermuara di Sungai Geyer antara lain : Sungai Monggot dan Sungai Tirip.

Berdasarkan kestabilan alirannya Sungai Geyer merupakan sungai

perenial yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, sedangkan Sungai Sogo

termasuk sungai intermitten yaitu sungai yang mengalir pada musim hujan saja.

Kondisi air Sungai Sogo pada musim kemarau dapat dilihat pada gambar 13 di

bawah ini.

Gambar 13. Kondisi Air Sungai pada Musim Kemarau di Desa Geyer Kecamatan Geyer. Gambar Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 78: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

60

b. Kondisi Air Tanah

Kondisi air tanah ditentukan oleh keadaan topografi, struktur batuan,

sifat kelulusan material, keterdapatan air dalam pori-pori, dan kemampuan dalam

pengikatan air. Berdasarkan hasil observasi lapangan dapat diketahui kondisi air

tanah di daerah penelitian yaitu: pada bentuklahan perbukitan blok sesar

berbatuan napal bersisipan lanau dan bentuklahan perbukitan antiklinal berbatuan

napal terkikis kuat, pada musim penghujan air tanah dijumpai pada kedalaman 8

hingga 15 meter, pada musim kemarau kedalaman air bisa mencapai lebih dari 15

meter. Pada musim kemarau air tanah dapat dijumpai pada lembah-lembah

perbukitan meskipun debitnya terbatas. Pada bentuklahan perbukitan

Denudasional berbatuan napal terkikis kuat, air tanah pada musim penghujan

dijumpai pada kedalaman 3 hingga 8 meter, pada musim kemarau kedalaman air

mencapai 8 hingga 10 meter. Sumur sebagai alternatif pertama oleh para

penduduk untuk mendapatkan air tanah. Sumur pada Bentuklahan Perbukitan

Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat dapat dilihat pada gambar 14 di

bawah ini.

Gambar 14. Sumur Sebagai Alternatif Mendapatkan Air Tanah pada Bentuklahan Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat. Gamber Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 79: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

61

7. Penggunaan Lahan

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Kecamatan Geyer dan uji

lapangan penggunaan lahan di daerah penelitian sebagian besar berupa hutan,

permukiman dan sebagian kecil tegalan. Penggunaan lahan di daerah penelitian

dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan. Adapun persebaran masing-masing

penggunaan tersebut akan diuraikan di bawah ini.

a. Hutan

Penggunaan lahan hutan dibedakan menjadi dua, yaitu: hutan alami dan

hutan buatan (reboisasi). Hutan alami menyebar di bagian selatan Kecamatan

Geyer atau bagian selatan dari perbukitan, sedangkan hutan reboisasi terletak di

bagian utara Kecamatan Geyer atau utara perbukitan dan sebagian kecil terletak di

bagian selatan perbukitan berdampingan dengan hutan alami. Hutan alami

ditumbuhi oleh tanaman tropis yang berasosiasi dengan semak belukar. Umumnya

tanaman ini berupa mahoni dan jati. Tanaman ini menempati hampir seluruh

bagian selatan perbukitan. Hutan reboisasi diusahakan dengan tanaman yang

mempunyai nilai ekonomis yaitu berupa Kayu Putih dan di bagian tertentu

ditumpangsarikan dengan tanaman jagung. Luas penggunaan lahan sebagai hutan

adalah 1.635,411 ha atau 31,68% dari luas seluruh daerah penelitian. Penggunaan

lahan hutan dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini.

Gambar 15. Hutan Kayu Putih, Merupakan Hutan Reboisasi. Gambar Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 80: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

62

Gambar 16. Peta penggunaan lahan

Page 81: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

63

b. Sawah

Bentuk penggunaan lahan sawah menyebar pada sebagian besar dataran

hingga lereng perbukitan yang berelief relatif datar dan berselang-seling dengan

permukiman. Sebagaimana penggunaan lahan hutan, penggunaan lahan sawah

juga dibedakan menjadi dua, yaitu: sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah

irigasi memiliki sistem pengairan yang sudah memadai, sedangkan sawah tadah

hujan hanya mengandalkan air ketika musim penghujan. Pergiliran tanaman

umumnya dua kali padi dan sekali palawija dalam setahun. Tanaman palawija

pada umumnya diusahakan pada musim kemarau karena tidak membutuhkan

banyak air. Luas penggunaan lahan sebagai sawah adalah 437,848 ha atau 8,47%

dari seluruh luas daerah penelitian. Penggunaan lahan sawah yang ditanami padi

seperti pada gambar 17 di bawah.

Gambar 17. Penggunaan Lahan Sawah yang Ditanami Padi di Desa Juworo. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Page 82: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

64

c. Permukiman

Bentuk penggunaan lahan permukiman mencakup pekarangan dan

perumahan. Penggunaan lahan ini menyebar memanjang di dataran terutama di

kanan kiri sungai dan pada tempat-tempat di sekitar sumber air. Hal ini

dikarenakan pada musim kemarau di tempat ini masih relatif mudah untuk

mendapatkan air. Penggunaan lahan sebagai permukiman seluas 618,224 ha atau

11,97% dari luas seluruh daerah penelitian.

Antar permukiman di daerah penelitian dihubungkan dengan jalan

setapak. Pada umumnya masyarakat setempat berpenghasilan sebagai petani

dengan bercocok tanam di sawah dan tegalan. Pekarangan pada umumnya

ditanami pohon kelapa, pisang, mangga dan mahoni. Hasil tanaman ini sebagian

dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual. Untuk menjual hasil pertanian sudah

tersedia pasar yang letaknya di tepi jalan Surakarta - Purwodadi. Penggunaan

lahan permukiman dan aktifitas jual beli hasil pertanian seperti pada gambar 18 di

bawah.

Gambar 18. Penggunaan Lahan Permukiman di Daerah Dataran dan Aktifitas Jual Beli Hasil Pertanian. Foto Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 83: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

65

d. Tegalan/Perkebunan

Penggunaan lahan tegalan menyebar setempat-setempat pada perbukitan

dan lereng-lereng perbukitan terutama pada topografi agak miring (3%-8%).

Penggunaan lahan ini berasosiasi dengan hutan dan sawah tadah hujan. Lahan ini

tidak mempunyai sistem pengairan yang memadai, sehingga masih tergantung

pada musim penghujan. Jenis tanaman yang umum ditanam adalah jagung, ubi

kayu (singkong), pisang dan pepaya. Luas penggunaan lahan sebagai tegalan di

daerah penelitian adalah 2.420,975 ha atau 46,90% dari luas seluruh daerah

penelitian. Penggunaan lahan tegalan pada topografi agak miring dapat dilihat

pada gambar 19 di bawah ini.

Gambar 19. Penggunaan Lahan Tegalan pada Topografi Agak Miring (3%-8%). Gambar Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan

lahan yang dominan di daerah penelitian adalah penggunaan sebagai

kebun/perkebunan yaitu 46,90% dari seluruh daerah penelitian.

Page 84: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

66

8. Jaringan Jalan

Antara Surakarta dan Purwodadi di Kabupaten Grobogan dihubungkan

dengan jalan aspal kelas II. Komposisi lalu lintas yang melewati jalan tersebut

terdapat kendaraan lambat, tetapi tanpa kendaraan tidak bermotor. Kelas jalan ini

dibangun mulai dari Dusun Getas hingga Purwodadi berjarak 22,24 km (hasil

survei lapangan). Dari Laporan Kondisi Jalan Link 103 Getas hingga Purwodadi,

jalan ini memerlukan perawatan yang memadai karena seringnya terjadi

kerusakan. Kerusakan jalan selain disebabkan karena kondisi medan juga

disebabkan oleh beban kendaraan yang melintas melebihi kemampuan tonase.

Kerusakan jalan yang terjadi berupa: jalan bergelombang, badan jalan retak-retak,

badan jalan miring, bahu jalan turun dan jalan longsor.

Pengelolaan jalan antara Surakarta dan Purwodadi di Kabupaten

Grobogan sejak tahun 1985 dikelola oleh Proyek Peningkatan Jalan Demak

Semarang dan Purwodadi. Usaha yang dilakukan untuk merawat jalan antara lain

dengan mengadakan survei tonase kendaraan yang lewat, mengukur CBR

(Californian Bearing Rate) yaitu daya dukung tanah yang sering mengalami

kerusakan, dan membuat kontruksi yang kuat yaitu kontruksi beton. Kerusakan

badan jalan miring dan jalan bergelombang dapat dilihat pada gambar 20 di

bawah ini.

Gambar 20. Kerusakan Badan Jalan Miring dan Jalan Bergelombang Akibat dari Kurangnya Daya Dukung Tanah. Gambar Diambil pada Bulan Oktober tahun 2006.

Page 85: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

67

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Satuan Medan Daerah Penelitian

Parameter penyusun satuan medan sebagai satuan analisis untuk

kerusakan jalan Surakarta-Purwodadi terdiri atas satuan bentuklahan, kemiringan

lereng, tanah dan jenis penggunaan lahan. Satuan bentuklahan yang terdapat di

daerah penelitian berasal dari 3 proses pembentukan, yaitu asal struktural, asal

proses denudasional dan asal proses fluvial, yang selanjutnya berdasarkan

topografi, proses dan litologi diperinci lagi menjadi 4 satuan bentuklahan. Ketujuh

satuan bentuklahan tersebut adalah: Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal

Terkikis Kuat (D1), Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal Bersisipan Lanau

Terkikis Kuat (S1), Perbukitan Antiklin Berbatuan Napal Terkikis Kuat (S5) dan

Dataran Aluvial (F1). Uraian secara rinci dari masing-masing satuan bentuklahan

dapat dilihat pada sub-bab 4.4 di muka. Luas setiap satuan bentuklahan seperti

pada tabel 24 berikut.

Tabel 24. Luas Satuan Bentuklahan di Daerah Penelitian. Luas No Jenis Satuan Bentuklahan Simbol

Ha % 1 2 3 4

Perbukitan Dedudasional berbatuan Napal Terkikis Luat Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal Bersisipan Lanau Terkikis Kuat Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal Terkikis Kuat Dataran Fluvial

D1 S1 S5 F1

1662,871

1465,621

1883,329

149,423

32,21

28,39

36,48

2,89 Jumlah 5161,244 100,00

Sumber: Hasil analisis Peta Bentuklahan Skala 1: 50.000 Tahun 2007.

Berdasarkan pada tabel 24 di atas dinyatakan bahwa di daerah

penelitian sebagian besar terdiri dari satuan bentuklahan S5, yaitu seluas

1883,329 ha atau (36,489%) dan satuan bentuklahan tersempit terjadi pada F1,

yaitu seluas 149,423 ha atau (2,895%) dari seluruh luas daerah penelitian.

Page 86: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

68

Parameter kedua penyusun satuan medan adalah kemiringan lereng pada

setiap satuan bentuklahan tersebut di atas. Kelas kemiringan lereng dalam

penelitian ini diperoleh dari Peta Topografi (Peta Rupa Bumi). Langkah untuk

mendapatkan kelas kemiringan lereng adalah mengunakan extention dalam

program artviu. Kontur diubah dalam grid dan dalam format tin, kemudian dibuat

kelas lereng dengan menggunakan sistem dari Torn dan Zigen dalam bentuk

piksel dan dibuat generalisasi dari hasil tersebut sesuai kelas lereng. Dari asil

proses tersebut diperoleh 5 kelas kemiringan lereng di daerah penelitian. Setelah

diadakan uji lapangan luas dari masing-masing kelas kemiringan lereng dapat

dilihat pada tabel 25. Sebaran secara keruangan disajikan pada Peta Lereng.

Tabel 25. Luas Setiap Kemiringan Lereng di Daerah Penelitian. Luas Kelas Besar Kemiringan

Lereng (%) (ha) (%) I II III IV V

0-< 3 3-<8 8-<14 14-<20 >- 20

1439,528 703,725

1223,567 1108,671 685,753

27,89 13,63 23,70 21,48 13,28

Jumlah 5161,244 100,00 Sumber: Hasil analisis Peta Keniringan Lereng Skala 1: 50.000

tahun 2007. Berdasarkan pada tabel 23 terlihat bahwa sebagian besar daerah

penelitian mempunyai kemiringan lereng kelas I (0-<3) yaitu seluas 1439,508 ha

atau 27,890% dan hanya 683,753 ha (13,280%) yang mempunyai kemiringan

lereng kelas V (>-20%). Besar kemiringan lereng ini sangat berpengaruh pada

proses erosi, longsorlahan dan kesesuaian lahan.

Page 87: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

69

Gambar 21. Peta lereng

Page 88: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

70

Parameter ketiga penyusun satuan medan adalah jenis tanah. Uraian

secara rinci tentang jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian dapat dilihat

penjelasannya pada sub-bab 4.5. Berdasarkan pada sub-bab tersebut bahwa jenis

tanah di daerah penelitian terdiri dari 2 jenis tanah, yaitu Regosol (R) dan

Grumusol (G). Masing-masing luasannya disajikan pada tabel 26 sebagai berikut:

Tabel 26. Luas Jenis Tanah di Daerah Penelitian. Luas No Jenis Tanah (LPT) Simbol

(ha) (%) 1 2

Regosol Grumusol

R G

2221,306 2939,938

41,03 56,96

Jumlah 5161,244 100,00 Sumber: Analisis Peta Tanah skala 1: 50.000 tahun 2007. Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa daerah penelitian

sebagian besar terdiri dari jenis tanah Grumusol, yaitu seluas 2939,937 ha atau

56,961% dari luas seluruh daerah penelitian.

Parameter keempat penyusun satuan medan adalah jenis penggunaan

lahan. Secara rinci dari jenis penggunaan lahan telah dijelaskan pada sub-bab 4.7.

berdasarkan pada penjelasan sub-bab 4.7 di daerah penelitian seperti yang

disajikan pada tabel 27 sebagai berikut:

Tabel 27. Luas Jenis Penggunaan Lahan di Daerag penelitian. Luas No Jenis Penggunaan Lahan Simbol

Ha % 1 2 3 4

Hutan Kebun/Perkebunan Permukiman Sawah

Ht Kb Pmk Sw

1635,511 2420,951 618,224 486,558

31,68 46,88 11,97 9,42

Jumlah 5161,244 100,00 Sumber: Analisis Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000 Tahun 2007.

Berdasarkan keempat parameter tersebut di atas, maka satuan medan

dapat disusun dengan cara menumpangsusunkan (overlay) dari Peta Bentuklahan,

Peta Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan yang masing-

masing pada skala 1: 50.000. Berdasarkan tumpangsusun tersebut dihasilkan 68

jenis satuan medan yang tersebar di daerah penelitian seperti pada tabel 28 di

bawah. Sebaran secara keruangan disajikan pada Peta Satuan Medan.

Page 89: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

71

Gambar 22. Peta Satuan Medan

Page 90: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

72

Tabel 28. Luas Satuan Medan di Daerah Penelitian. Luas No Simbol Satuan

Medan Lokasi/Desa

Ha %

1 D1-G-I Ht Geyer 95,424 1,84 2 D1-G-I-Kb Ledokdawan 91,88 1,78 3 D1-G-I-Pmk Geyer dan Ledokdawan 269,964 5,23 4 D1-G-I-Sw Geyer 15,508 0,30 5 D1-G-III-Ht Geyer 54,369 1,05 6 D1-G-III- Ledokdawan 76,229 1,47 7 D1-G-III- Pmk Geyer dan Ledokdawan 17,208 0,33 8 D1-G-IV-Ht Geyer dan Ledokdawan 126,647 2,45 9 D1-G-IV-Kb Geyer dan Ledokdawan 93,406 1,80

10 D1-G-IV-Pmk Geyer 12,284 0,23 11 D1-G-V-Kb Ledokdawan 115,367 2,23 12 D1-R-I-Kb Ledokdawan 16,032 0,31 13 D1-R-I-Pmk Ledokdawan 12,55 0,24 14 D1-R-II-Ht Geyer dan Bangsri 25,197 0,48 15 D1-R-II-Kb Geyer dan Bangsri 115,523 2,23 16 D1-R-III-Kb Geyer dan Ledokdawan 73,67 1,42 17 D1-R-IV-Ht Geyer 121,386 2,35 18 D1-R-IV-Kb Geyer dan Bangsri 135,361 2,62 19 D1-R-V-Ht Ledokdawan 76,929 1,49 20 D1-R-V-Kb Geyer dan Bangsri 257,376 4,98 21 F1-G-I-Kb Ledokdawan 20,518 0,39 22 F1-G-I-Pmk Ledokdawan 71,094 1,37 23 F1-G-II-Kb Ledokdawan 14,622 0,28 24 F1-G-II-Pmk Ledokdawan 12,477 0,24 25 F1-R-I-Kb Ledokdawan 22,325 0,43 26 S1-G-I-Ht Ledokdawan 17,51 0,33 27 S1-G-I-Kb Monggot 74,652 1,44 28 S1-G-I-Pmk Monggot 208,979 4,04 29 S1-G-I-Sw Monggot dan Geyer 178,354 3,45 30 S1-G-II-Ht Ledokdawan dan Kalangbancar 56,063 1,08 31 S1-G-II-Kb Monggot 17,212 0,33 32 S1-G-II-Sw Monggot 11,281 0,21 33 S1-G-III-Kb Kalangbancar 127,571 2,47 34 S1-G-III-Pmk Kalangbancar 16,268 0,31

Page 91: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

73

35 S1-G-IV-Ht Geyer 67,604 1,30

36 S1-G-IV-Kb Geyer dan Monggot

32,676 0,63

37 S1-R-I-Ht Bangsri 31,144 0,60 38 S1-R-I-Kb Monggot 43,918 0,85

39 S1-R-I-Sw Geyer dan Monggot 37,544 0,72 40 S1-R-II-Ht Monggot 37,207 0,72 41 S1-R-II-Kb Monggot 50,213 0,97

42 S1-R-III-Ht Monggot 55,157 1,06

43 S1-R-III-Kb Monggot dan Ngrandu 67,101 1,30

44 S1-R-IV-Ht Geyer dan Monggot 84,462 1,63

45 S1-R-IV-Kb Bangsri dan Kalangbancar

73,052 1,41

46 S1-R-V-Ht Kalangbancar 41,194 0,79

47 S1-R-V-Kb Geyer 31,138 0,60 48 S5-G-I-Ht Ngrandu, Monggot dan Juworo 187,864 3,63 49 S5-G-I-Kb Juworo 22,967 0,44

50 S5-G-I-Pmk Monggot 24,562 0,47

51 S5-G-II-Ht Monggot 127,048 2,46

52 S5-G-II-Kb Monggot 169,138 3,27

53 S5-G-II-Sw Juworo 20,616 0,39

54 S5-G-III-Ht Juworo 112,775 2,18

55 S5-G-III-Kb Juworo, Monggot dan Ngrandu 221,102 4,28

56 S5-G-III-Sw Juworo 30,571 0,59

57 S5-G-IV-Ht Monggot 37,254 0,72

58 S5-G-IV-Kb Monggot 59,536 1,15

59 S5-G-IV-Sw Juworo 38,134 0,73

60 S5-R-I-Ht Ngrandu dan Monggot 20,2 0,39

61 S5-R-I-Kb Ngrandu 35,991 0,69

62 S5-R-I-Sw Monggot 37,458 0,72

63 S5-R-II-Kb Juworo 15,073 0,29

64 S5-R-III-Ht Juworo 123,497 2,39

65 S5-R-III-Kb Juworo 55,265 1,07

66 S5-R-IV-Ht Ngrandu dan Monggot 146,302 2,83

Page 92: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

74

67 S5-R-IV-Kb Ngrandu 343,338 6,65

68 S5-R-IV-Sw Ngrandu 28,907 0,56

Jumlah 5161,244 100.00 Sumber: Peta Satuan Medan

Dari keenampuluh delapan satuan medan tersebut, yang akan dianalisis

dalam penelitian ini hanya satuan medan yang terlintasi oleh jalur jalan saja.

Adapun satuan medan yang terlintasi oleh jalur jalan seperti pada tabel 29 di

bawah.

Tabel 29. Satuan Medan yang Terlintasi Jalur Jalan di Daerah Penelitian Luas No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan Medan

Lokasi / Desa Ha %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 55 48 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-III-Kb S5-G-I-Ht S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

Ledokdawan Ledokdawan Geyer dan Ledokdawan Geyer Geyer Monggot Monggot Monggot Juworo dan Monggot Juworo dan Ngrandu Juworo Juroro

115,367 91,880

269,264 54,369 67,905

208,979 37,254

127,048 221,102 187,864 17,510

178,354

2,23 1,78 5,21 1,05 1,31 4,04 0,72 2,45 4,28 3,63 0,33 3,45

Jumlah 1576,896 30,49 Sumber : Peta Satuan Medan

Keadaan masing-masing satuan medan yang terlintasi jalur jalan

tersebut diuraikan secara berurutan sebagai berikut:

Page 93: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

75

1. Satuan Medan D1-G-V-Kb

Gambar 23. Satuan Medan D1-G-V-Kb di Desa Ledokdawan. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan D1-G-V-Kb di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat,

jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya V (->20%) dan penggunaan

lahannya sebagai areal perkebunan yang ditanami jagung seperti terlihat pada

gambar 23 di atas.

Page 94: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

76

2. Satuan Medan D1-G-I-Kb

Gambar 24. Satuan Medan D1-G-I-Kb di Desa Ledokdawan. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan D1-G-I-Kb di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat,

jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%) dan

penggunaan lahannya berupa areal perkebunan yang ditanami jati, jagung dan

pisang seperti pada gambar 24 di atas.

Page 95: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

77

3. Satuan Medan D1-G-I-Pmk

Gambar 25. Satuan Medan D1-G-I-Pmk di Desa Geyer. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan D1-G-I-Pmk di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat,

jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%) dan

penggunaan lahannya berupa permukiman seperti terlihat pada gambar 25 di atas.

Page 96: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

78

4. Satuan Medan D1-G-III-Ht

Gambar 26. Satuan Medan D1-G-III-Ht di Desa Geyer. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan D1-G-III-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat,

jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya III (8%-<14%) dan

penggunaan lahannya berupa hutan negara yang ditanami mahoni seperti yang

terlihat pada gambar 26 di atas.

Page 97: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

79

5. Satuan Medan D1-G-IV-Ht

Gambar 27. Satuan Medan D1-G-IV-Ht di Desa Geyer. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan D1-G-IV-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Denudasional Berbatuan Napal Terkikis Kuat,

jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya IV (14%-<20%) dan

penggunaan lahannya berupa hutan yang ditanami mahoni seperti pada gambar 27

di atas.

Page 98: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

80

6. Satuan Medan S1-G-I-Pmk

Gambar 28. Satuan Medan S1-G-I-Pmk di Desa Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S1-G-I-Pmk di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal Bersisipan Lanau

Terkikis Kuat, jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%)

dan penggunaan lahannya sebagai permukiman seperti terlihat pada gambar 28 di

atas.

Page 99: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

81

7. Satuan Medan S5-G-IV-Ht

Gambar 29. Satuan Medan S5-G-IV-Ht di Desa Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S5-G-IV-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal Terkikis Kuat, jenis

tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya IV (15%-<20%) dan penggunaan

lahannya berupa hutan yang ditanami mahoni seperti yang terlihat pada gambar 29

di atas.

Page 100: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

82

8. Satuan Medan S5-G-II-Ht

Gambar 30 Satuan Medan S5-G-II-Ht di Desa Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S5-G-II-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal Terkikis Kuat, jenis

tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya II (3% - <8%) dan penggunaan

lahannya sebagai hutan yang berdampingan dengan perkebunan seperti terlihat

pada gambar 30 di atas.

Page 101: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

83

9. Satuan Medan S5-G-III-Kb

Gambar 31. Satuan Medan S5-G-III-Kb di Desa Juworo dan Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S5-G-III-Kb di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal Terkikis Kuat, jenis

tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya III (8%-<14%) dan penggunaan

lahannya sebagai perkebunan yang ditanami pisang, pepaya dan jati seperti pada

gambar 31 di atas.

Page 102: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

84

10. Satuan Medan S5-G-I-Ht

Gambar 32. Satuan Medan S5-G-I-Ht di Desa Juworo dan Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S5-G-I-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Antiklinal Berbatuan Napal Terkikis Kuat, jenis

tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%) dan penggunaan

lahannya berupa hutan dengan vegetasi yang dominan mahoni seperti pada

gambar 32 di atas.

Page 103: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

85

11. Satuan Medan S1-G-I-Ht

Gambar 33. Satuan Medan S1-G-I-Ht di Desa Juworo. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S1-G-I-Ht di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal Bersisipan Lanau

Terkikis Kuat, jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%)

dan penggunaan lahannya sebagai hutan yang ditanami mahoni seperti terlihat

pada gambar 33 di atas.

Page 104: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

86

12. Satuan Medan S1-G-I-Sw

Gambar 34. Satuan Medan S1-G-I-Sw di Desa Juworo. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Keadaan satuan medan S1-G-I-Sw di lapangan dicirikan oleh

bentuklahannya yaitu Perbukitan Blok Sesar Berbatuan Napal Bersisipan Lanau

Terkikis Kuat, jenis tanahnya Grumusol, kelas kemiringan lerengnya I (0%-<3%)

dan penggunaan lahannya sebagai sawah yang ditanami padi seperti pada

gambar 34 di atas.

Page 105: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

87

2. Analisis Satuan Medan

Dalam analisis satuan medan ini, masing-masing parameter penyusun

medan dikelompokkan menurut faktor relief, faktor geologi, faktor tanah, faktor

proses geomorfologi, faktor hidrologi dan faktor vegetasi atau penggunan lahan

pada masing-masing satuan medan terpilih yaitu satuan medan yang terlintasi oleh

jalur jalan. Masing-masing faktor tersebut diukur dan dimasukkan pada tabel

kriteria penilaian yang sudah diuraikan di bab II pada sub-bab Keterlintasan

Medan. Berikut hasil pengukuran faktor-faktor tersebut diuraikan satu-persatu:

a. Kelas Kemiringan Lereng

Dalam penelitian ini kelas kemiringan lereng diperoleh dari peta lereng

dan survei langan. Langkah yang ditempuh adalah mengukur kemiringan lereng

pada masing-masing satuan medan yang menjadi sample penelitian dengan

menggunakan kompas geologi. Hasil pengukuran sudut kemiringan lereng beserta

kelas kesesuaiannya disajikan pada tabel 30.

Tabel 30. Klasifikasi Kemiringan Lereng. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Kemiringan Lereng (%)

Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

> 20 0 – 3 0 – 3 8 – 14 14 – 20 0 – 3

14 – 20 3 – 8 0 – 3 8 – 14 0 – 3 0 – 3

V I I

III IV I

IV II I

III I I

Sumber: Analisis Peta Lereng dan Cek Lapangan.

Page 106: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

88

b. Panjang Lereng

Pengukuran panjang lereng dilakukan pada Peta Lereng dan cek

lapangan untuk mencocokkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

Pengukuran panjang lereng dilakukan dengan cara mengukur lereng dari batas igir

sampai lembah. Hasil pengukuran dan pengharkatan panjang lereng seperti pada

tabel 31 di bawah ini.

Tabel 31. Klasifikasi Panjang Lereng. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Panjang

Lereng (meter) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

677,33 661,79 480,52 382,01 158,38 839,86 333,77 669,36 366,39 703,78 237,52 453,44

1 1 2 2 3 1 2 1 2 1 3 2

V V IV IV III V IV V IV V III IV

Sumber: Analisis Peta Lereng dan Cek Lapangan.

c. Indeks Keausan Batuan

Indeks keausan batuan diperoleh dengan cara membandingkan berat

batuan sebelum dan sesudah uji keausan batuan. Uji yang digunakan adalah

abrasi, dengan berat batuan sebelum diuji seberat 5000 gram dengan 12 bola besi

yang bekerja selama 500 kali putaran. Adapun nilai indeks keausan batuan pada

satuan medan yang dilewati jalur jalan disajikan dalam tabel 32.

Page 107: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

89

Tabel 32 Klasifikasi Indeks Keausan Batuan. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Indeks

Keausan Batuan (%)

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

51 51 51 51

52,4 51

52,4 51 51

52,4 52,4 52,4

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

III III III III III III III III III III III III

Sumber: Analisis Laboratorium.

d. Indeks Beban Titik

Indeks beban titik didapat dengan cara mengukur langsung di lapangan

dengan menggunakan alat berupa penetrometer saku. Adapun hasil penilaian

indeks beban titik pada satuan medan yang dilalui jalur jalan disajikan pada

tabel 33 di bawah ini.

Tabel 33 Klasifikasi Indeks Beban Titik. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Indeks Beban

Titik (Kg) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

25 25 25 25 18 25 18 25 25 18 18 18

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

III III III III III III III III III III III III

Sumber : Data Lapangan.

Page 108: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

90

e. Struktur Perlapisan Batuan

Struktur perlapisan batuan didapat dari singkapan-singkapan yang

ditemui di lapangan dengan penuntun Peta Geologi. Pengukuran struktur

perlapisan batuan dilakukan dengan cara mengukur kedudukan batuan terhadap

permukaan dengan menggunakan kompas geologi. Struktur perlapisan batuan

yang dilewati oleh jalur jalan disajikan pada tabel 34.

f. Tekstur

Pengukuran tekstur dimaksudkan untuk membandingkan kandungan

pasir, debu dan liat. Tekstur sangat berpengaruh terhadap daya dukung tanah,

semakin kasar tekstur tanah maka daya dukung semakin besar. Hasil analisis

tekstur disajikan pada tabel 35 di bawah ini:

Tabel 35.Klasifikasi Tekstur Tanah. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Tekstur Tanah

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung Lempung

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

V V V V V V V V V V V V

Sumber: Analisis Laboratorium.

Page 109: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

91

Tabel 34

Page 110: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

92

g. Kadar Air dalam Tanah

Pengukuran kadar air tanah dimaksudkan untuk mengetahui lembek dan

tidaknya tanah bila menyimpan air yang berpengaruh pada daya dukung tanah.

Pengukuran kadar air dilakukan di laboratorium dengan cara membandingkan

berat tanah lembab lapangan dengan berat tanah kering oven. Hasil pengukuran

kadar air tanah pada satuan medan terpilih disajikan pada tabel 36.

Tabel 36.Klasifikasi Kadar Air Tanah. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Kadar Air Tanah (%)

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

11.25 11.64 12.29 10.84 12.08 11.68 10.24 13.08 11.64 10.89 12.21 10.74

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

I I I I I I I I I I I I

Sumber: Analisis Laboratorium.

h. Kelompok Tanah / Ukuran Butir

Ukuran butir tanah dimaksudkan untuk mengelompokkan tanah menurut

ukuran butirnya sehingga diketahui sifat teknisnya. Pengukuran ukuran butir tanah

didasarkan pada jenis tanah pada satuan medan terpilih. Adapun hasil penentuan

ukuran butir tanah pada satuan medan terpilih seperti pada tabel 37.

Page 111: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

93

Tabel 37. Klasifikasi Ukuran Butir Tanah. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Kelompok

Tanah Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7 A-6 dan A-7

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

V V V V V V V V V V V V

Sumber: Analisis Laboratorium.

i. Angka Pori

Pengukuran angka pori tanah dimaksudkan untuk mengetahui potensi

tanah untuk terjadi penurunan jika menahan beban yang berat. Penentuan angka

pori didasarkan pada hasil analisis di laboratorium seperti pada tabel 38 di bawah

ini.

Tabel 38.Klasifikasi Angka Pori. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Angka

Pori (%) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

46 44 41 44 45 15 47 43 41 44 44 47

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

V V V V V V V V V V V V

Sumber: Analisis Laboratorium.

Page 112: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

94

j. Permeabilitas Tanah

Pengukuran permeabilitas tanah dimaksudkan untuk mengetahui cepat

atau lambatnya tanah dalam meloloskan air yang berpengaruh pada penurunan

tanah. Pengukuran permeabilitas dilakukan pada tanah penyusun satuan medan

yang dilalui jalur jalan dengan hasil seperti pada tabel 39 di bawah ini.

Tabel 39. Klasifikasi Permeabilitas Tanah. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan Medan

Permeabilitas Tanah (Cm/jam)

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

0,35 0,37 0,47 0,56 0,37 0,36 0,12 0,2 0,42 0,38 0,29 0,26

1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

V V V V V V V V V V V V

Sumber: Analisis Laboratorium.

k. Kembang Kerut Tanah

Kembang kerut tanah dalam pertanian sering disebut indeks Coefficient

of Linear Extensibility (COLE) sedangkan dalam bidang non pertanian sering

disebut Potential Volume Change (PVC). Nilai ini berguna untuk mengetahui

kemampuan kembang kerut tanah. Penentuan nilai COLE didasarkan pada hasil

analisis laboratorium, dengan hasil seperti pada tabel 40 sebagai berikut.

Page 113: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

95

Tabel 40. Klasifikasi Kembang Kerut Tanah. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Kembang

Kerut Tanah Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

0,29 0,26 0,2 0,24 0,2 0,26 0,19 0,43 0,22 0,26 0,24 0,24

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

V V V V V V V V V V V V

Sumber: Analisis Laboratorium.

l. Intensitas Hujan

Data intensitas hujan diperoleh dengan mengolah data curah hujan

harian dibagi dengan jumlah hari hujan. Hasil pengolahan data curah hujan

disajikan pada tabel 41.

Tabel 41. Klasifikasi Intensitas Hujan. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Intensitas Hujan

(mm/hari) Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62 17,62

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

II II II II II II II II II II II II

Sumber: Data Curah Hujan Kecamatan.

Page 114: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

96

m. Jarak Antar Alur

Jarak antar alur berpengaruh terhadap tingkat pengikisan yang

berpengaruh terhadap erosi, semakin besar jarak antar sungai maka semakin

sedikit pengaruhnya terhadap keberadaan jalan dan sebaliknya. Jarak antar alur

diperoleh dari peta bentuklahan dan survei lapangan dengan cara mengukur jarak

alur pada setiap bentuklahan. Dari hasil interpretasi peta, daerah penelitian

mempunyai jarak antar sungai seperti pada tabel 42.

Tabel 42. Klasifikasi Jarak Antar Sungai. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Jarak Antar Sungai (cm)

Harkat Kelas Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

0,74 0,74 0,74 0,74 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 1,50 1,50 1,50

2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3

IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV

Sumber : Data Lapangan.

n. Erosi

Dalam penelitian ini, tingkat erosi diukur langsung di lapangan dengan

cara mengukur kedalaman alur erosi. Hasil pengukuran kenampakan erosi pada

satuan medan terpilih seperti pada tabel 43.

Page 115: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

97

Tabel 43. Klasifikasi Kenampakan Erosi. No Indeks

Pengamatan Simbol

Satuan Medan Erosi Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

Erosi ringan Erosi sedang Erosi berat Erosi berat Erosi sedang Erosi ringan Erosi berat Erosi berat Erosi berat Erosi sedang Erosi berat Erosi berat

4 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2

II III IV IV III II IV IV IV III IV IV

Sumber: Data Lapangan.

o. Gerakan Massa Batuan

Proses gerakan massa batuan yang dipertimbangkan dalam pengharkatan

keterlintasan medan untuk jalan adalah luasan gerak massa batuan yang

mempengaruhi satuan medan. Pengamatan gerakan massa batuan dikakukan

dilapangan dengan cara melihat pengaruh gerak massa jika ada. Hasil penentuan

gerakan massa pada satuan medan terpilih seperti pada tabel 44 di bawah ini.

Tabel 44. Klasifikasi Gerak Massa Batuan. No Indeks

Pengamatan Simbol

Satuan Medan Gerak Massa Batuan Harkat Kelas

Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

Pengaruh sempit Pengaruh sempit Pengaruh sedang Pengaruh sangat luas Pengaruh luas Pengaruh sedang Pengaruh luas Pengaruh luas

Pengaruh sangat luas Pengarug luas Pengaruh luas Pengaruh sangat luas

4 4 3 1 2 3 2 2 1 2 2 1

II II III V IV III IV IV V IV IV V

Sumber: Data Lapangan.

Page 116: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

98

p. Faktor Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta Penggunaan Lahan dan cek

lapangan. Hasil penentuan penggunaan lahan pada daerah satuan medan terpilih

adalah seperti pada tabel 45 sebagai berikut.

Tabel 45. Klasifikasi Penggunaan Lahan. No Indeks

Pengamatan Simbol Satuan

Medan Penggunaan

Lahan Harkat Kelas

Kesesuaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 2 3 5 35 28 57 51 48 55 26 29

D1-G-V-Kb D1-G-I-Kb D1-G-I-Pmk D1-G-III-Ht S1-G-IV-Ht S1-G-I-Pmk S5-G-IV-Ht S5-G-II-Ht S5-G-I-Ht S5-G-III-Kb S1-G-I-Ht S1-G-I-Sw

Kebun Kebun Permukiman Hutan Hutan Permukiman Hutan Hutan Hutan Kebun Hutan Sawah

4 4 5 2 2 5 2 2 2 4 2 1

II II I

IV IV I

IV IV IV II IV V

Sumber: Analisis Peta Penggunaan Lahan dan cek lapangan.

3. Kesesuaian Medan untuk Jalur Jalan

Evaluasi medan untuk jalan pada dasarnya merupakan evaluasi kesesuaian

medan untuk penggunaan tertentu terutama jalan. Medan dengan kesesuaian yang

tinggi diharapkan mampu untuk menopang gerak lintas kendaraan yang melintas,

sehingga kondisi jalan tetap stabil. Tujuan evaluasi medan ini adalah

mengelompokkan medan menurut kesesuaian dan pembatasnya untuk dapat

dibangun jalan.

Pada penelitian ini klasifikasi kesesuaian medan ditentukan berdasarkan

pada 16 sifat dan karakteristik medan yang dijadikan dasar penelitian.

Keenambelas sifat dan karakteristik medan tersebut, yaitu: panjang lereng,

kemiringan lereng, indeks beban titik, indeks keausan batuan, struktur perlapisan

batuan, tekstur tanah, kadar air, kelompok tanah, angka pori, permeabilitas,

kembang kerut tanah, jarak antar sungai, erosi, gerak massa batuan, intensitas

Page 117: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

99

hujan dan penggunaan lahan. Langkah yang ditempuh dengan menggunakan

metode pengharkatan (scoring) dengan faktor pembatas sebagai penentu kelas

maupun sub-kelas, yaitu menjumlahkan nilai keenambelas sifat dan karakteristik

medan dan memasukkan nilai tersebut ke dalam tabel kelas kesesuaian seperti

yang terdapat pada tabel 18 di muka.

Sub-kelas kesesuaian ditentukan dengan memperhatikan tinggi

rendahnya nilai penjumlahan dan faktor pembatas, yaitu sifat dan karakteristik

medan yang mempunyai nilai terendah. Faktor pembatas yang berasal dari relief

diberi simbol (r). Faktor pembatas yang berasal dari tanah diberi simbol (t), faktor

pembatas yang berasal dari geologi diberi simbol (g), faktor pembatas yang

berasal dari hidrologi dengan simbol (h), faktor proses dengan simbol (p) dan

faktor yang berasal dari penggunaan lahan diberi simbol (pl).

Berdasarkan pada metode di atas, maka daerah penelitian dapat

dibedakan menjadi 2 kelas kesesuaian medan, dan apabila memasukkan faktor

penghambat terdapat 2 sub-kelas kesesuaian medan, yaitu sub-kelas III r,t,p,h dan

IV r,g,t,p,h,pl. Penjelasan masing-masing sub-kelas tersebut diuraikan di bawah

ini. Jumlah harkat dari parameter penyusun medan disajikan pada tabel 46.

Persebaran secara keruangan dapat dilihat Pada Peta Kesesuaian Medan Sub-

kelas kesesuaian medan disajikan pada tabel 47.

Page 118: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

100

Tabel 46

Page 119: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

101

Tabel 47

Page 120: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

102

Gambar 35. Peta kesesuaian Medan

Page 121: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

103

Berdasarkan tabel 47 maka dapat diketahui bahwa:

1. Sub-kelas kesesuaian medan III r,t,p,h

Sub-kelas kesesuaian medan IIIr,t,p,h terdapat pada satuan medan

D1-G-I-Kb, D1-G-I-Pmk dan S1-G-I-Pmk. Luas seluruh satuan medan tersebut

adalah 570.123 ha atau 11,03% dari luas seluruh daerah penelitian. Satuan medan

tersebut tersebar di Desa Ledokdawan, Desa Geyer dan Desa Monggot. Kelas

kesesuaian medan III r,t,p,h berarti kondisi fisik medan mendukung terhadap

bangunan jalan tetapi dengan persyaratan disertai perawatan yang teratur, dan

terus menerus dilakukan pengamatan, biaya perawatan agak mahal, dengan faktor

pembatas (r) berupa panjang lereng, faktor pembatas (t) meliputi: tekstur,

permeabilitas, angka pori, indeks COLE dan kelompok tanah, faktor pembatas (p)

berupa erosi dan faktor pembatas (h) berupa kerapatan aliran. Satuan medan yang

mempunyai sub-kelas kesesuaian III r,t,p,h dicirikan oleh panjang 480,52 m –

893,86 m, kemiringan lerengnya 0% - 3%, indeks keausan batuan 51%, indeks

bebab titik 25 Kg, struktur perlapisan batuan miring pada medan yang datar,

tekstur tanah lempung, kadar air 11,64% - 12,29%, ukuran butir A.6 dan A.7,

angka pori 15% - 44%, permeabilitas 0,36 Cm/jam - 0,37 Cm/jam, kembang kerut

tanah 0,2 - 0,26, intensitas hujan rata-rata 17,62 mm/hari, jarak antar alur 0,74 cm

- 0,92 cm (skala 1: 50.000), erosi ringan, pengaruh gerak massa batuan sempit

hingga sedang, dan penggunaan lahan sebagai perkebunan dan permukiman.

Jenis kerusakan jalan pada sub-kelas kesesuaian medan III (cukup

sesuai) adalah jalan bergelombang, jalan retak-retak dan aspal penutup jalan

terkelupas. Kerusakan jalan tersebut disebabkan pada sub-kelas kesesuaian ini

terdapat faktor penghambat berupa faktor relief, faktor tanah, faktor proses dan

faktor hidrologi.

Faktor relief yang berupa panjang lereng dimungkinkan dapat

menimbulkan kerusakan berhubungan dengan intensitas proses, terutama pada

satuan medan S1-G-I-Pmk dengan gerakan massa berpengaruh sedang yang

menjadi intensif karena bekerja pada lereng sepanjang 839,86 m.

Faktor tanah yang berupa tekstur, permeabilitas, angka pori, indeks cole

dan ukuran butir menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan. Jalan

Page 122: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

104

bergelombang terjadi karena tanah pada satuan medan ini bertekstur lempung,

angka pori terlalu besar dan permeabilitas yang sangat lambat. Tanah seperti ini

memiliki sifat teknis yang jelek, sehingga tanah akan mudah mecair jika ada air

dan mendapat beban yang berat dari atas. Potensi kembang kerut tanah yang

tinggi mengakibatkan retak-retak pada badan jalan, terutama pada musim kemarau

karena tanah dasar mengalami pengerutan.

Faktor hidrologi yang berupa kerapatan aliran berkaitan erat dengan

faktor proses berupa erosi dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya aspal

terkelupas. Material tanah yang terbawa oleh air seringkali terendapkan pada

badan jalan, mengakibatkan kurangnaya daya ikat aspal, sehinggga terjadi

pengelupasan. Faktor penghambat tersebut sebagian masih dapat diperbaiki akan

tetapi memerlukan biaya yang mahal.

Faktor t (tanah) dapat diperbaiki dengan menggunakan material yang

lebih kasar dan pemadatan pada tanah dasar. Faktor p (erosi) dapat diperbaiki

dengan merubah penggunaan lahan yang dapat menghambat terjadinya erosi.

Faktor r (relief) berupa panjang lereng dapat diperbaiki dengan membuat jalan

berbelok-belok, sesuai dengan standard yang dibuat Dirjen Bina Marga. Faktor h

(hirologi) berupa kerapatan aliran sulit untuk diperbaiki. Luas masing-masing

satuan medan yang masuk pada sub-kelas kesesuaian ini disajikan pada tabel 48.

Kondisi jalan pada kelas kesesuaian medan sedang dapat dilihat pada gambar 36

di bawah.

Gambar 36. Kondisi Jalan pada Kesesuaian Medan Sedang di Desa Ledokdawan. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Page 123: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

105

Tabel 48. Luas Sub-kelas Kesesuaian Medan III r,t,p,h.

Luas No Satuan

Medan

Simbol Satuan Medan

Ha %

1

2

3

2

3

28

D1-G-I-Kb

D1-G-I-Pmk

S1-G-I-Pmk

91,880

269,264

208,979

1,78

5,21

4,04

Jumlah 570,123 11,03

Sumber: Analisis Peta Satuan Medan.

2. Sub-kelas Kesesuaian Medan IV r,g,t,p,h,pl

Sub-kelas kesesuaian medan IV r,g,t,p,h,pl terdapat pada satuan medan

D1-G-V-Kb, D1-G-III-Ht, S1-G-IV-Ht, S5-G-IV-Ht, S5-G-II-Kb, S5-G-I-Ht,

S5-G-III-Kb, S1-G-I-Ht dan S1-G-I-Sw. Luas seluruh satuan medan tersebut

adalah 1.048.863 ha atau 20,32% dari luas seluruh daerah penelitian. Satuan

medan tersebut tersebar di Desa Ledokdawan, Desa Geyer, Desa Monggot, Desa

Juworo dan Desa Ngrandu. Sub-kelas kesesuaian medan IV r,g,t,p,h,pl berarti

kondisi fisik medan tidak mendukung terhadap bangunan jalan karena adanya

resiko kerusakan jalan yang besar, biaya perawatan relatif mahal, dengan faktor

pembatas (r) berupa kemiringan lereng dan panjang lereng, faktor pembatas (g)

berupa struktur perlapisan batuan, faktor pembatas (t) berupa tekstur,

permeabilitas, angka pori, indeks COLE, dan ukuran butir tanah, faktor pembatas

(p) berupa gerak massa batuan dan erosi, faktor pembatas (h) berupa kerapatan

aliran dan faktor pembatas (pl) penggunaan lahan. Sub-kelas kesesuaian ini di

lapangan dicirikan sebagai berikut: kemiringan lereng 0% - >20%, panjang lereng

158,38 m - 703,78 m , indeks keausan batuan 51% - 52,4%, indeks beban titik

18 - 25 Kg, struktur perlapisan batuan miring pada medan datar sampai miring

berselingan keras lunak pada medan curam, tekstur lempung, kadar air

10,24% - 13,08%, ukuran butir A.6 dan A.7, angka pori 41% - 47%, permeabilitas

jelek sampai sangat jelek, indeks COLE 0,2 - 0,29, intensitas hujan

Page 124: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

106

17,62 mm/hari, jarak antar alur 0,74 cm - 1,50 cm (skala 1:50.000), erosi ringan

hingga berat, gerak massa batuan berpengaruh sempit hingga sangat luas, dengan

penggunaan lahan sebagai kebun, hutan dan sawah.

Jenis kerusakan jalan pada sub-kelas kesesuaian medan IV (tidak sesuai)

adalah jalan bergelombang, jalan retak-retak, aspal jalan terkelupas, jalan longsor

dan jalan terputus. Kerusakan jalan tersebut disebabkan pada sub-kelas kesesuaian

ini terdapat faktor penghambat berupa faktor relief, faktor geologi, faktor tanah,

faktor proses, faktor hidrologi dan faktor penggunaan lahan.

Faktor relief yang berupa panjang lereng dan kelas kemiringan lereng

dimungkinkan dapat menimbulkan kerusakan berhubung dengan intensitas proses,

terutama pada satuan medan dengan gerakan massa berpengaruh sedang hingga

sangat luas yang menjadi intensif karena bekerja pada kelas dan panjang lereng

yang tidak mendukung terhadap jalur jalan.

Faktor geologi berupa struktur perlapisan batuan yang berselingan keras

lunak berada pada medan miring hingga sangat miring menjadi penyebab

terjadinya jalan longsor dan terputus. Struktur perlapisan batuan yang miring dan

berselingan keras-lunak akan membentuk bidang gelincir berpotensi terjadi

longsor apabila mendapat tekanan yang berat diatasnya.

Faktor tanah yang berupa tekstur, permeabilitas, angka pori, indeks cole

dan ukuran butir menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan, karena tanah

dengan ciri seperti tersebut di atas memiliki sifat teknis yang sangat jelek. Jalan

bergelombang terjadi karena tanah pada satuan medan ini bertekstur lempung,

angka pori terlalu besar dan permeabilitas yang sangat lambat, sehingga tanah

akan mudah mecair jika ada air dan mendapat beban yang berat dari atas. Potensi

kembang kerut tanah yang tinggi mengakibatkan retak-retak pada badan jalan,

terutama pada musim kemarau karena tanah dasar mengalami pengerutan.

Faktor proses berupa gerak massa dan erosi diketahui menjadi penyebab

jalan terputus. Pengaruh gerak massa yang sangat luas dan tingkat erosi yang

tinggi bertambah intensif karena bekarja pada kelas dan panjang lereng yang

sangat miring dan panjang. Garak massa yang intensif ini mengakibatkan

pergeseran badan jalan sehingga menimbulkan terputusnya jalan.

Page 125: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

107

Faktor hidrologi yang berupa kerapatan aliran berkaitan erat dengan

faktor proses berupa erosi dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya aspal

terkelupas. Material tanah yang terbawa oleh air seringkali terendapkan pada

badan jalan, mengakibatkan kurangnaya daya ikat aspal, sehinggga terjadi

pengelupasan.

Jenis penggunaan lahan berupa sawah mendukung terjadinya kerusakan

jalan. Sawah yang selalu tergenang air berpengaruh terhadap daya dukung tanah

dasar jalur jalan. Sifat teknis tanah-tanah di daerah penelitian sangat jelek dan

akan semakin parah jika kandungan airnya bertambah, hal tersebut menyebabkan

penggelombangan pada permukaan jalan karena daya dukung tanah dasar

berkurang.

Beberapa faktor pembatas tersebut masih dapat diperbaiki untuk

meningkatkan kondisi jalan agar tidak cepat rusak, tetapi dengan biaya yang

mahal. Faktor pembatas (r) berupa kelas dan panjang lereng dapat diperbaiki

dengan membuat jalan berbelok-belok, sesuai dengan standard yang dibuat Dirjen

Bina Marga. Faktor pembatas (t) dapat diperbaiki dengan menggunakan material

yang lebih kasar dan pemadatan pada tanah dasar. Faktor pembatas (pl) dapat

diperbaiki dengan merubah penggunaan lahan yang lebih sesuai, tetapi hal ini sulit

untuk dilakukan karena menyangkut penggunaan lahan masyarakat setempat.

Sedangkan faktor pembatas (h) berupa kerapatan aliran, faktor pembatas (p)

berupa gerak massa batuan dan faktor pembatas (g) berupa struktur perlapisan

batuan, sulit untuk diperbaiki. Luas masing-masing satuan medan yang termasuk

dalam sub-kelas kesesuaian medan IV r,g,t,p,h,pl disajikan pada tabel 49. Kondisi

jalan pada sub-kelas kesesuaian medan IV r,g,t,p,h,pl dapat dilihat pada gambar

37.

Page 126: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

108

Tabel 49.Luas Sub-kelas Kesesuaian Medan IV r,g,t,p,h,pl.

Luas No Satuan

Medan

Simbol Satuan Medan

Ha %

1

2

3

4

5

6

7

8

9

11

5

35

57

51

55

48

26

29

D1-G-V-Kb

D1-G-III-Ht

S1-G-IV-Ht

S5-G-IV-Ht

S5-G-II-Ht

S5-G-III-Kb

S5-G-I-Ht

S1-G-I-Ht

S1-G-I-Sw

115,367

54,369

67,905

37,254

127,048

221,102

187,864

17,510

178,354

2,23

1,05

1,31

0,72

2,46

4,28

3,63

0,33

3,45

Jumlah 1.006,773 19,46

Sumber: Analisis Peta Satuan Medan.

Gambar 37. Kondisi Jalan pada Kelas Kesesuaian Medan Tidak Sesuai di Desa Monggot. Gambar Diambil pada Bulan Januari 2007.

Page 127: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

109

Dari hasil analisis satuan medan dapat diketahui bahwa jalur jalan

Surakarta - Purwodadi di Kecamatan Geyer sebagian besar dibangun di atas

satuan medan yang tidak sesuai untuk jalan. Sehingga pada jalur jalan ini sering

mengalami kerusakan. Di samping medan yang tidak sesuai, kerusakan jalan

dipercepat oleh kendaraan berat yang sering melintas.

Page 128: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

110

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Di daerah penelitian terdapat tiga bentukan asal yaitu: bentukan asal

Struktural, bentukan asal Proses Denudasional dan bentukan asal proses

Fluvial. Dari ketiga bentukan asal tersebut diturunkan menjadi empat satuan

bentuklahan yang kemudian diturunkan menjadi enam puluh delapan (68)

satuan medan. Satuan medan yang terlintasi oleh jalur jalan sebanyak 12

satuan medan, kedua belas satuan medan tersebut adalah D1-Gr-V-Kb,

D1-G-I-Kb, D1-G-I-Pmk, D1-G-III-Ht, S1-G-IV-Ht, S1-G-I-Pmk, S5-G-IV-

Ht, S5-G-II-Ht, S5-G-I-Ht, S5-G-III-Kb, S1-G-I-Ht, dan S1-G-I-Sw.

2. Hasil dari analisis satuan medan diperoleh dua sub-kelas kesesuaian medan

beserta faktor penghambat untuk jalur jalan daerah penelitian yaitu:

a. Sub-kelas Kesesuaian Medan III r,t,p,h

Sub-kelas kesesuaian medan III r,t,p,h terdapat pada satuan medan

D1-G-I-Kb, D1-G-I-Pmk dan S1-G-I-Pmk. Luas seluruh satuan medan

tersebut adalah 570.123 ha atau 11,03% dari luas seluruh daerah penelitian.

Satuan medan tersebut tersebar di Desa Ledokdawan, Desa Geyer dan Desa

Monggot. Sub-kelas kesesuaian medan III r,t,p,h berarti kondisi fisik medan

mendukung terhadap bangunan jalan tetapi dengan persyaratan disertai

perawatan yang teratur, dan terus menerus dilakukan pengamatan, biaya

perawatan agak mahal, dengan faktor pembatas relief, tanah, proses dan

hidrologi.

Page 129: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

111

b. Sub-kelas Kesesuaian Medan IV r,g,t,p,h,pl

Sub-kelas kesesuaian medan IV r,g,t,p,h,pl terdapat pada satuan medan

D1-G-V-Kb, D1-G-III-Ht, S1-G-IV-Ht, S5-G-IV-Ht, S5-G-II-Ht, S5-G-I-

Ht, S5-G-III-Kb, S1-G-I-Ht dan S1-G-I-Sw. Luas seluruh satuan medan

tersebut adalah 1.006,773 ha atau 19,46% dari luas seluruh daerah

penelitian. Satuan medan tersebut tersebar di Desa Ledokdawan, Desa

Geyer, Desa Monggot, Desa Juworo dan Desa Ngrandu. Sub-kelas

kesesuaian medan IV r,g,t.p,h,pl berarti kondisi fisik medan tidak

mendukung terhadap bangunan jalan karena adanya resiko kerusakan jalan

yang besar, biaya perawatan relatif mahal, dengan faktor pembatas relief,

geologi, tanah, proses geomorfologi, hidrologi dan penggunaan lahan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai implikasi sebagai berikut: hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

perencanaan pembangunan jalan yang disertai dengan data kelas kesesuaian

medan dan faktor pembatas yang ada di daerah penelitian.

C. Saran

Kepada Pemerintah dan Intansi terkait pada pembangunan jalan, bahwa

evaluasi sangat penting terhadap perencanaan pembangunan jalan dan perawatan

jalan yang sudah dibangun. Dengan evaluasi dapat diketahui faktor pembatas yang

terdapat pada medan yang akan dibangun jalan, sehingga mendapatkan hasil

pembangunan yang baik. Dari hasil yang baik akan mempermudah dalam

perawatan dan biaya perawatan akan semakin murah.

Masih banyak metode evaluasi medan yang dapat digunakan untuk

menganalisis kerusakan jalur jalan, sehingga masih perlu diadakan penelitian

dengan menggunakan metode selain scoring. Dalam penelitian ini banyak kendala

dan keterbatasan, maka peneliti-peneliti yang akan datang perlu mengadakan

penelitian yang sejenis agar informasi ini menjadi lengkap dan berguna di masa

mendatang.

Page 130: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

112

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1985). Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, L.R. Dunn, I.S dan Kifer, F.W. (1980). Dasar-Dasar Analisis Geoteknik. Semarang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Press

Braja M Das. (1988). Mekanika Tanah. Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknik. Alih Bahasa Nur Indah Muchtar. Jakarta: Erlangga.

Darmawan, Kun Hidayatulloh.(1995). Evaluasi Medan Terhadap Kerusakan Jalan Antar Banjarnegara – Karang Kobar Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Dwi, Emi Suryandi. (2003). Aplikasi Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Untuk Evaluasi Kerentanan Kerusakan Jalan di Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

Handoko. (1995). Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-unsur Iklim. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hardjowigeno, Sarwono. (1993). Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Presindo.

Jamulya. (1993). Petunjuk Praktikum Survei Tanah. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Joyosoeharto, Sunardi (1985). Dasar-Dasar Pemikiran Klasifikasi Bentuklahan. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Mangunsukarjo, Karmono. (1984). Inventarisasi Sumberdaya Lahan di Daerah Aliran Sungai Serayu Dengan Tinjauan Secara Geomorfologi. Disertasi. Jogjakarta: Fakultas Geografi Uiversitas Gadjah Mada.

Page 131: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

113

Marwanto, Joko. (1997). Evaluasi Medan Terhadap Kerusakan Jalan Antar Temuwangi Kaligawe Kecamatan Pedan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Setyawan, Octavianto. (1991). Evaluasi Medan Untuk Memperkirakan Daerah Rawan Longsor di Hulu DAS Serayu. Skripsi. Jogjakarta. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sunarto dan Suratman Woro. (1990). Evaluasi Medan.Makalah Dalam Kursus Evaluasi Sumberdaya Lahan. Jogjakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi

Sudarmadi, Sayid. (1987). Evaluasi Medan Untuk Memperkirakan Daerah Yang Rentan Terhadap Bahaya Alami Kerusakan Jalan. Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.

Sutarman, Tatat Abdullah. (1993). Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Surachmad, Winarno. (1978). Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.

van R.A Zuidam, (1979). Terain Analysis and Clasification Using Aerial Photographs, A Geomorphological Approach. Enschede: ITC

van, R.W. Bemmelen. (1968). Geologi Indonesia. Jogjakarta. Tjepat.

Wesley, L.D. (1977) Mekanika Tanah. Jakarta: Badan Penerbit Pekerja Umum.

Wisnusudibyo. (1978). Tinjauan Fisiografis Terhadap Rencana Jalan Tembus

Semarang-Gunungpati. Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.

(www. pu. go. id/bapekin/buletin%20 jurnal/ buletin %208/buletin86.html. 10 februari 2007).

Page 132: EVALUASI MEDAN UNTUK ANALISIS KERUSAKAN JALUR JALAN ... · untuk jalur jalan di daerah penelitian yaitu: Kelas kesesuaian III (cukup sesuai) dan kelas kesesuaian IV (tidak sesuai)

114

(www.dephub.go.id/modules/Upload_File/images/km1tahun2000.pdf.10, Februari 2007).

Yusuf, Yasin. (2005). Anatomi Banjir Kota Pantai Perspektif Geografi. Surakarta:

Sustaka Cakra.