evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, nutrisi ikan semester...

41
EVALUASI KUALITAS DAN KECERNAAN BIJI KARET, BIJI KAPUK, KULIT SINGKONG, PALM KERNEL MEAL, DAN KOPRA YANG DIFERMENTASI OLEH Saccharomyces cerevisiae PADA PAKAN JUVENIL IKAN MAS Cyprinus carpio GEBBIE EDRIANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: lenhan

Post on 21-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

EVALUASI KUALITAS DAN KECERNAAN BIJI KARET, BIJI

KAPUK, KULIT SINGKONG, PALM KERNEL MEAL, DAN

KOPRA YANG DIFERMENTASI OLEH Saccharomyces

cerevisiae PADA PAKAN JUVENIL IKAN MAS Cyprinus carpio

GEBBIE EDRIANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

ABSTRAK

GEBBIE EDRIANI. Evaluasi Kualitas dan Kecernaan Biji Karet, Biji Kapuk,

Kulit Singkong, Palm Kernel Meal, dan Kopra yang Difermentasi oleh

Saccharomyces cerevisiae pada Pakan Juvenil Ikan Mas Cyprinus carpio.

Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE EKASARI

Pakan menjadi sumber energi bagi ikan dimana tepung ikan dan bungkil

kedelai sebagai penyumbang protein utamanya. Harga tepung ikan dan bungkil

kedelai yang mahal menyebabkan harga pakan menjadi tidak kompetitif, oleh

karena itu perlu dicari sumber bahan baku pakan alternatif. Penelitian ini

bertujuan mengevaluasi kualitas dan kecernaan bahan baku lokal pakan yang

difermentasi. Pada penelitian ini dilakukan uji kecernaan berbagai bahan baku

lokal (biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet dan palm kernel meal) yang

difermentasi dengan ikan mas Cyprinus carpio sebagai ikan uji. Penelitian

dilaksanakan Februari sampai April 2011 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan,

Departemen Budidaya perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Bahan yang diuji telah dalam bentuk tepung dan difermentasi

dengan Saccharomyces cerevisiae instan dengan dosis 0,9% w/w selama 24 jam.

Setelah itu bahan dikeringkan dan digunakan sebagai campuran pakan uji dengan

perbandingan 30% bahan uji dicampur 70% pakan komersil untuk uji kecernaan.

Ikan dipelihara selama 30 hari dan pengumpulan feses dilakukan sejak hari ke-6

untuk kemudian diuji di laboratorium. Hasil analisis proksimat menunjukkan

bahwa proses fermentasi mampu meningkatkan protein bahan sebesar 16-31%,

dan menurunkan serat kasar bahan sebesar 2-31%. Selain itu, fermentasi mampu

meningkatkan nilai kecernaan pakan oleh ikan mas yang ditunjukkan oleh

meningkatnya kecernaan protein sebanyak 4-12%, kecernaan bahan sebanyak 4-

72%, dan kecernaan energi sebesar 4-12%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

proses fermentasi mampu meningkatkan kecernaan pakan dengan bahan baku

lokal oleh juvenil ikan mas.

Kata kunci: kecernaan, fermentasi, ikan mas

-----------------------

ABSTRACT

GEBBIE EDRIANI. Evaluation of Quality and Digestibility of Rubber Seed,

Kapok Seed, Cassava Peels, Palm Kernel Meals, and Copra Fermented by

Saccharomyces cerevisiae in juvenile of common carp Cyprinus carpio Feed.

Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and JULIE EKASARI

Feed is an energy source for fish, with fishmeal and soy bean meal as the

primary protein sources. However, as the prices of both ingredients are expensive,

they cause feed price become uncompetitive. Therefore, it is necessary to find

alternative feedstuff to replace or substitute fishmeal and soybean meal. The aim

of this research was evaluating the quality and digestibility of fermented local

feedstuff. The local feedstuff tested in this experiment were kapok seed, cassava

peel, copra, rubber seed, and palm kernel meal with common carp juvenile

Page 3: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

Cyprinus carpio as the tested fish. This research was performed in February till

April 2011 at the Laboratory of Fish Nutrition, Department of Aquaculture,

Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. The

previously milled feedstuff was fermented with instant yeast Saccharomyces

cerevisiae with a dose of 0,9% w/w and incubated for 24 hours. Following this,

the fermented feedstuffs were dried, mixed with reference diet with a ratio of

30:70, and used as the feed for digestibility test. Feeding was performed for 30

days and the feces were collected since the 6th day. The results show that

fermentation may increase crude protein content of feedstuff with a range of 16-

31%, and decrease crude fiber with a range of 2-31%. Furthermore, fermentation

may also increase the feed digestibility by the tested fish, as it is shown that the

use of fermented feedstuffs may increase protein digestibility from 4-12%,

feedstuff digestibility with a range of 4-72%, and energy digestibility with a range

of 4-12%. Finally, it can be concluded that fermentation can increase the

digestibility of feed with local ingredients in common carp juvenile.

Key words: digestibility, fermentation, common carp

Page 4: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

EVALUASI KUALITAS DAN KECERNAAN BIJI KARET, BIJI

KAPUK, KULIT SINGKONG, PALM KERNEL MEAL, DAN

KOPRA YANG DIFERMENTASI OLEH Saccharomyces

cerevisiae PADA PAKAN JUVENIL IKAN MAS Cyprinus carpio

GEBBIE EDRIANI

SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 5: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

EVALUASI KUALITAS DAN KECERNAAN BIJI KARET, BIJI KAPUK,

KULIT SINGKONG, PALM KERNEL MEAL, DAN KOPRA YANG

DIFERMENTASI OLEH Saccharomyces cerevisiae PADA PAKAN

JUVENIL IKAN MAS Cyprinus carpio

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Gebbie Edriani

C14070066

Page 6: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

PENGESAHAN

Judul :

Nama : Gebbie Edriani

NIM : C14070066

Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui,

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Odang Carman

NIP. 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus :

Evaluasi Kualitas dan Kecernaan Biji Karet, Biji Kapuk, Kulit

Singkong, Palm Kernel Meal, dan Kopra yang Difermentasi

oleh Saccharomyces cerevisiae pada Pakan Juvenil Ikan Mas

Cyprinus carpio

Pembimbing I

Dr. Muhammad Agus Suprayudi

NIP. 19650418 199103 1 003

Pembimbing II

Julie Ekasari, M. Sc.

NIP. 19770725 2005 01 2 002

Page 7: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ”Evaluasi Kualitas dan Kecernaan Biji Karet, Biji Kapuk, Kulit

Singkong, Palm Kernel Meal, dan Kopra yang Difermentasi oleh Saccharomyces

cerevisiae pada Pakan Juvenil Ikan Mas Cyprinus carpio” ini sebagai salah satu

prasyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai dengan April 2011.

Analisis proksimat bahan baku, pakan uji, feses ikan dilaksanakan di

Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Analisis energi feses dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pakan dilaksanakan di

Laboratorium Pembuatan Pakan Departemen Budidaya Perairan. Pemeliharaan

ikan dan proses fermentasi dilaksanakan di Laboratorium Basah Nutrisi,

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. M. Agus Suprayudi dan

Julie Ekasari, M. Sc. selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penulis

menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah Jambi yang telah memberikan

beasiswa kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,

ibu dan adik atas segala doa dan kasih sayangnya, kepada Bapak Wasjan dan Ibu

Retno atas bimbingannya selama di Laboratorium, Bapak Maryanta, Ibu Yuli, dan

Bapak Asep yang telah membantu dalam mengurus administrasi, Sdr. Asep El-

Qusairi yang telah bekerjasama dan membantu penulis selama penelitian hingga

proses penulisan skripsi, serta teman-teman BDP 44 khususnya Dina Silmina,

Nurfadhilah, Aulia Nugroho, Wildan Jalaludin, Kresna Yusuf, Ridha Nugraha,

Arie Kurnianto, Annisa Khairani Aras, Tyas Puteri Tahira, dan Suhana Sulastri.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

Gebbie Edriani

Page 8: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 27 Oktober 1989 dari pasangan

Bapak Edward dan Ibu Feriani. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal,

Jambi pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur

Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Jambi pada Program Studi Teknologi dan

Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2008-2010. Selain itu, selama

mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Besar Air Payau Jepara,

Jawa Tengah dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur. Penulis juga

pernah menjadi asisten mata kuliah Oseanografi Umum semester ganjil

2009/2010, Ikhtiologi semester ganjil 2009/2010, Fisika Kimia Perairan semester

genap 2009/2010 dan 2010/2011, Manajemen Kualitas air semester ganjil

2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan

Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil 2010/2011. Penulis pernah mengikuti

Pekan Kreativitas Mahasiswa yang berjudul: Penerapan teknologi corong

mcdonald berbasis galon bekas sebagai wadah inkubasi telur yang murah, efektif,

dan efisien pada usaha pembenihan ikan patin (Pangasius sp.); Studi tingkah laku

pemijahan, kelahiran dan pertumbuhan kuda laut Hippocampus kuda pada

pemeliharaan sistem indoor; Pemeriksaan kondisi kesehatan ikan lele Clarias

batrachus melalui pengamatan gambaran darah; Deteksi penyakit koi herves virus

pada ikan mas melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR); dan Potensi

tanaman obat sebagai pengganti antibiotik sintetik untuk pengobatan penyakit

bakterial pada ikan air tawar.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul ”Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk, kulit

singkong, palm kernel meal, dan kopra yang difermentasi oleh Saccharomyces

cerevisiae pada pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio”.

Page 9: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

II. BAHAN DAN METODE ................................................................... 4

2.1 Proses Fermentasi ......................................................................... 4

2.2 Pakan Uji ...................................................................................... 4

2.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ................................... 5

2.4 Analisis Kimia ............................................................................. 6

2.5 Analisis Kecernaan ....................................................................... 6

2.6 Analisis Data ................................................................................ 6

2.7 Parameter yang Diukur ................................................................. 6

2.7.1 Jumlah Konsumsi Pakan ..................................................... 6

2.7.2 Kecernaan .......................................................................... 7

2.7.3 Sintasan (Survival Rate, SR) ............................................... 7

2.7.4 Laju Pertumbuhan Harian ................................................... 7

2.7.5 Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) .................. 8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 9

3.1 Hasil ............................................................................................ 9

3.2 Pembahasan ................................................................................. 12

IV. KESIMPULAN .................................................................................. 20

4.1 Kesimpulan ................................................................................. 20

4.2 Saran ........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

LAMPIRAN ................................................................................................ 24

Page 10: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi pakan acuan dan pakan uji ............................................... 5

2. Komposisi proksimat biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet,

PKM, tanpa dan dengan fermentasi serta persentase perubahannya

dalam bobot kering ............................................................................ 10

3. Komposisi proksimat pakan dengan campuran bahan uji biji kapuk,

kulit singkong, kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

serta persentase perubahannya dalam bobot kering. ........................... 10

4. Kecernaan protein, kecernaan energi, kecernaan bahan pakan

dengan campuran bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM dengan dan tanpa fermentasi pada juvenil ikan mas

Cyprinus carpio serta persentase perubahannnya ............................... 11

5. Sintasan, jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (FCR), laju

pertumbuhan harian (LPH) beserta persentase perubahannnya pada

juvenil ikan mas Cyprinus carpio yang diberi perlakuan pakan

dengan campuran bahan uji biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi ........................................... 11

Page 11: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Metode fermentasi ............................................................................. 24

2. Pembuatan pakan perlakuan untuk 600 g pakan ................................. 24

3. Skema tata letak akaurium perlakuan pada ikan mas .......................... 24

4. Prosedur analisis proksimat ............................................................... 25

4.1 Prosedur analisis kadar air ........................................................... 25

4.2 Prosedur analisis kadar serat kasar ............................................... 25

4.3 Prosedur analisis kadar protein .................................................... 26

4.4 Prosedur analisis kadar lemak ...................................................... 27

4.5 Prosedur analisis kadar abu .......................................................... 27

5. Analisis Cr2O3 ................................................................................... 28

6. Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan juvenil ikan mas

Cyprinus carpio pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit

singkong, kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi ......... 28

7. Sintasan juvenil ikan mas Cyprinus carpio setelah dipelihara

selama 30 hari pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong,

kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi ........................ 29

8. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dan feed convertion ratio (FCR)

juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama masa pemeliharaan pada

uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet,

PKM tanpa dan dengan fermentasi .................................................... 29

9. Laju pertumbuhan harian (LPH) juvenil ikan mas Cyprinus carpio

setelah dipelihara selama 30 hari pada uji kecernaan bahan biji

kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan

fermentasi ......................................................................................... 30

10. Kecernaan total pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong,

kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi .......................... 30

11. Kecernaan protein pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong,

kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi .......................... 31

12. Kecernaan energi pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong,

kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi .......................... 32

Page 12: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

1

I. PENDAHULUAN

Pakan sebagai sumber energi bagi ikan untuk tumbuh merupakan komponen

biaya yang paling besar dalam kegiatan budidaya yaitu sebesar 40-89%

(Suprayudi, 2010). Protein sebagai salah satu komponen utama pakan ikan

umumnya berasal dari tepung ikan dan bungkil kedelai yang sebagian besar

merupakan produk impor dengan harga yang relatif mahal yaitu Rp 14.408 per kg

tepung ikan (Atanpaim, 2010) dan Rp 4.700 per kg tepung kedelai (Anonim,

2011). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP, 2010), menyatakan bahwa

jumlah impor tepung ikan Indonesia tahun 2009 mencapai 665 ribu ton. Tingginya

harga tepung ikan menyebabkan harga pakan menjadi tidak kompetitif sehingga

dapat berdampak pada kelangsungan usaha budidaya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dicari bahan baku alternatif

terutama yang memanfaatkan bahan baku lokal. Bahan baku tersebut harus

memenuhi beberapa kriteria diantaranya ketersediaan yang melimpah, harga

relatif murah, mudah dicerna oleh ikan, mempunyai kandungan nutrisi yang baik

dan tidak berkompetisi dengan manusia (Suprayudi, 2010). Sumber bahan baku

pakan yang dapat memenuhi kriteria tersebut diantaranya bahan-bahan hasil

samping dari kegiatan agroindustri seperti biji karet, biji kapuk, kopra, Palm

Kernel Meal (PKM), dan kulit singkong.

Badan Pusat Statistik (2008) menyatakan bahwa jumlah produksi tanaman

karet Havea brasiliensis di Indonesia tahun 2008 mencapai 613.487 ton. Jumlah

produksi yang besar menyebabkan potensi hasil samping yang besar sehingga

ketersediaan biji karet sebagai bahan baku pakan dapat mencukupi. Ditinjau dari

kandungan nutrisinya, biji karet berpotensi untuk dijadikan bahan baku pakan.

Dilihat dari segi proteinnya, biji karet memiliki protein yang tinggi yaitu 21,9%,

karbohidrat 65,1%, lemak 15,8%, dan kadar abu 2,3% (Oyewusi et al., 2007).

Biji kapuk Gossypum hirsitum merupakan hasil samping kegiatan

agroindustri lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan. Bahan ini

memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yang dapat mencapai 32,9%,

namun mengandung zat antinutrisi seperti tannin yang dapat mengikat protein

Page 13: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

2

(Murni et al., 2008) dan serat yang tinggi (21,8%) (Hertrampf & Pascual, 2000)

sehingga dapat menghambat kecernaan.

Bungkil kopra Cocos nucifera merupakan produk samping dari kegiatan

ekstraksi minyak kelapa. Bungkil kopra sering digunakan sebagai sumber protein

dalam ransum pakan ruminansia dengan nutrisi yaitu 59,6% karbohidrat, protein

21,9%, dan lipid 2,2% (Hertrampf & Pascual, 2000). Tepung kopra juga

mengandung mannan 2-30% yang merupakan sumber biomasa setelah selulosa

dan xylan banyak terdapat pada limbah sawit dan kopra (Yopi et al., 2006)

Kulit singkong Manihot ultissima merupakan bagian terluar dari singkong

yang hingga saat ini masih belum banyak dimanfaatkan. Menurut Oboh (2006),

kulit singkong memiliki kadar protein 8,2%, kadar lemak 3,1%, serat kasar

12,5%, dan kadar abu 6,4%. Kulit singkong juga mengandung asam sianida

(HCN) yang dapat menghambat jalur pernafasan hewan dan asam fitat, keduanya

merupakan zat antinutrisi.

Bungkil kelapa sawit atau Palm Kernel Meal (PKM) Elaeis guineensis

merupakan salah satu hasil agroindustri dari kegiatan pengepresan minyak kelapa

sawit. Tingginya produksi sawit menyebabkan produksi bungkil sawit juga

meningkat. Badan Pusat Statistik menyatakan produksi biji sawit Indonesia pada

tahun 2008 sebesar 2.646.577 ton (Badan Pusat Statistik, 2008). Palm kernel meal

memiliki kandungan protein kasar 16-21,3%, serat kasar 6,7-17,5%, abu 4,30%,

dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 38,7-63,5% (Ezieshi dan Olomu, 2007).

Serat kasar yang tinggi dan keberadaan zat antinutrisi menjadi faktor

pembatas pemanfaatan bahan-bahan hasil samping agroindustri. Serat kasar yang

terdapat pada bahan-bahan nabati yaitu xylan, pektin, lignin, mannan, dan selulosa

yang menjadi struktur penyusun dinding sel tanaman. Selulosa merupakan

komponen utama penyusun dinding sel yang merupakan polimer glukosa yang

dapat dipecah melalui hidrolisis asam dan enzimatis (Murni et al., 2008).

Keberadaan lignin dan hemiselulosa merupakan penghambat utama dalam

hidrolisis selulosa. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu suatu teknologi

pengolahan diantaranya fermentasi, penambahan enzim, pemanasan, dan

perendaman untuk meningkatkan nilai biologi bahan tersebut. Fermentasi

merupakan kegiatan pengolahan bahan dengan menggunakan mikroorganisme

Page 14: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

3

sebagai pemeran utama dalam suatu proses (Fardiaz, 1988). Proses fermentasi

dapat meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan melalui biosintesis vitamin,

asam amino esensial, dan protein, serta meningkatkan kualitas protein dan

kecernaan serat yaitu dengan menurunkan kandungan serat kasar (Oboh, 2006).

Fermentasi umumnya melibatkan mikroba seperti kapang, khamir, ganggang, dan

bakteri, salah satu mikoorganisme yang sering digunakan dalam proses fermentasi

adalah Saccharomyces cerevisiae yang merupakan spesies umum yang banyak

digunakan dalam fermentasi makanan. Khamir lebih aktif memecah bahan,

permukaannya lebih luas, dan mampu hidup pada kondisi asam (Balia, 2004),

oleh karena itu khamir ini digunakan sebagai fermentor terhadap bahan-bahan uji.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas bahan dan kecernaan

biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet, dan palm kernel meal yang

difermentasi pada pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio. Juvenil ikan mas

Cyprinus carpio digunakan sebagai ikan uji karena ikan mas merupakan

komoditas unggulan air tawar yang banyak dikembangkan sebagai komoditas

budidaya. Ikan ini bersifat omnivora dan membutuhkan protein optimal sekitar

30-35% (Watanabe, 1982 dalam Webster & Lim, 2002).

Page 15: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

4

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Proses fermentasi

Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pakan difermentasi dengan

khamir Saccharomyces cerevisiae instan selama 24 jam dengan dosis 0,9% dari

bobot media substrat. Penentuan dosis dan lama inkubasi didasarkan pada

penelitian pendahuluan mengenai optimalisasi dosis dan lama inkubasi pada

bahan PKM dosis 0,3%, 0,6%, dan 0,9% dengan lama waktu fermentasi 24 dan 48

jam. Dosis Saccharomyces cerevisiae dan lama waktu inkubasi yang terbaik

digunakan sebagai dosis dan waktu fermentasi bahan pada penelitian kecernaan.

Tahap awal fermentasi diawali dengan penepungan bahan. Bahan yang telah halus

dicampurkan 60% air dan 0,9% w/w Saccharomyces cerevisiae kemudian diaduk

hingga merata. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang ditutupi

kertas koran dan diinkubasi 24 jam pada suhu ruang. Bahan yang telah

terfermentasi dikeringkan di oven pada suhu 60 °C selama satu sampai dua jam.

Metode fermentasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Pakan uji

Pakan perlakuan yang digunakan dalam uji kecernaan terdiri dari pakan

acuan dan pakan campuran bahan uji dengan perbandingan 70% pakan acuan dan

30% bahan yang diuji. Pakan acuan yang berupa pelet dihaluskan terlebih dahulu,

setelah itu bahan uji dicampurkan ke dalam pakan acuan ditambah kromium

trioksida 0,5% w/w (NRC, 1993) sebagai penanda dalam uji kecernaan dan

direkatkan dengan tepung sagu sebanyak 3% dari total pakan (Heinen, 1981

dalam NAS, 1989). Bahan kemudian diaduk merata dan dibentuk pelet kering.

Analisis proksimat dilakukan pada bahan uji dan pakan uji. Komposisi pakan

acuan dan pakan uji ditunjukkan pada Tabel 1. Metode pembuatan pakan terdapat

pada Lampiran 2.

Page 16: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

5

Tabel 1. Komposisi pakan acuan dan pakan uji

Pakan Perlakuan Jenis Bahan

komersil (%)

Bahan

uji (%)

Binder

(%)

Cr2O3

(%)

Total

(%)

Kapuk TF 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

F 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

Kulit Singkong TF 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

F 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

Kopra TF 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

F 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

Karet TF 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

F 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

PKM TF 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0

F 66,5 30,0 3,0 0,5 100,0 Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi

2.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah juvenil ikan mas

Cyprinus carpio dengan bobot awal rata-rata 14,11±1,28 g yang diaklimatisasi

selama lima hari. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan uji yaitu

akuarium berdimensi 50 x 40 x 35 cm yang berjumlah 12 unit serta satu buah bak

fiber. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan sistem resirkulasi dan

diaerasi 24 jam. Dinding luar akuarium pemeliharaan ikan uji ditutupi plastik

hitam untuk meminimalkan stres pada ikan. Tiga buah pemanas air diletakkan

dalam tandon tujuannya menjaga kestabilan suhu. Ikan ditebar ke dalam masing

masing akuarium sebanyak enam ekor per akuarium dan dipuasakan selama 24

jam sebelum perlakuan pakan. Penimbangan bobot ikan uji dilakukan pada awal

dan akhir pemeliharaan. Ikan yang mati di dalam wadah pemeliharaan segera

diangkat dan ditimbang.

Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari yaitu pukul 08.00, 12.00, dan

16.00 WIB secara at satiation. Sisa pakan yang tidak termakan dikumpulkan

untuk dihitung jumlah konsumsi pakannya. Pengumpulan feses dilakukan pada

hari ke-6 dengan penyiponan (Buddington, 1980 dalam Tytler & Calow, 1985).

Feses diambil dengan menggunakan selang aerasi dan ditampung dalam wadah,

setelah itu feses masing-masing perlakuan dipindahkan ke dalam botol film dan

disimpan pada suhu rendah yaitu -30 ⁰C. Pemindahan feses dari wadah

penampung ke dalam botol film dilakukan secara perlahan agar kromium yang

Page 17: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

6

terkandung di dalam feses tidak larut ke media. Skema tata letak akuarium

perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.4 Analisis kimia

Analisis proksimat yang dilakukan meliputi pengukuran kadar protein,

lemak, abu, serat kasar, BETN, dan air. Pengukuran kadar protein dihitung

menggunakan metode Kjeldahl sedangkan lemak kering dan abu masing-masing

diukur dengan metode Soxchlet dan pemanasan di tanur 600 ⁰C, serat kasar

diukur dengan pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat, dan kadar air dengan

pemanasan di oven pada suhu 100 ⁰C selama 6 jam (Takeuchi, 1988). Metode

analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.5 Analisis Kecernaan

Pengukuran kecernaan dilakukan dengan mengumpul feses ikan dan diukur

pada akhir pemeliharaan. Pengumpulan feses dilakukan lima hari setelah

pemberian pakan perlakuan (Silva, 1989). Pengukuran Cr2O3 pakan dan feses ikan

dilakukan dengan pengeringan dan pembacaan absorban pada spektrofotometer

(Lied et al., 1982 dalam Tytler & Calow, 1985) dengan panjang gelombang 350

nm. Jumlah Cr2O3 yang digunakan yaitu sebesar 0,5%. Pengukuran energi feses

dilakukan dengan bomb kalorimeter. Metode analisis Cr2O3 dapat dilihat pada

Lampiran 5 (Takeuchi, 1988).

2.6 Analisis data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok. Data Jumlah

konsumsi pakan, kecernaan protein, kecernaan energi, kecernaan bahan, sintasan,

laju pertumbuhan harian, dan konversi pakan pada penelitian ini dibahas secara

deskripsi eksploratif dan diolah menggunakan Ms. Excel.

2.7 Parameter yang diukur

2.7.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Jumlah pakan yang diberikan setiap hari dikurangi jumlah pakan yang

tersisa. Pakan yang diberikan selama percobaan dijumlahkan kemudian dikurangi

dengan sisa pakan yang sudah dikeringkan.

Page 18: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

7

2.7.2 Kecernaan

Parameter kecernaan yang dihitung berdasarkan Watanabe (1988) dan NRC

(1993) adalah sebagai berikut:

Kecernaan protein = 100-[100 x a/a’ x b/b’]

Energi tercerna = Energi pakan – (Energi feses x n/n’)

Kecernaan energi = [Energi tercerna/Energi pakan] x 100%

Kecernaan bahan = (ADT-0,7AD)/ 0,3

Keterangan : a = % Cr2O3 dalam pakan

a’ = % Cr2O3 dalam feses

b = % protein dalam pakan

b’ = % protein dalam feses

n = mg Cr2O3/ g pakan

n’ = mg Cr2O3/ g feses

ADT = nilai kecernaan pakan uji

AD = nilai kecernaan pakan acuan

2.7.3 Sintasan (Survival Rate, SR)

Sintasan merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan, persamaannya:

Keterangan :

Nt = jumlah ikan akhir pemeliharaan

No = Jumlah ikan awal pemeliharaan

2.7.4 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan ikan diuji menggunakan persamaan:

Keterangan:

α = Laju pertumbuhan harian (LPH)

wt = Rata-rata bobot individu pada waktu akhir pemeliharaan (g)

wo = Rata-rata bobot individu pada waktu awal pemeliharaan (g)

t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

Page 19: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

8

2.7.5 Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)

Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

Keterangan :

FCR = Feed Conversion Ratio

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan

Wt = Biomassa akhir pemeliharaan

Wo = Biomassa awal pemeliharaan

D = Bobot ikan mati

Page 20: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pengaruh fermentasi terhadap kualitas bahan uji dan pakan uji disajikan

pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 menunjukkan bahwa proses fermentasi

menyebabkan penurunan serat kasar dan peningkatan nilai protein, kecuali pada

bahan kopra yang justru menunjukkan peningkatan serat kasar sebesar 18,23%.

Perubahan komposisi nutrisi bahan baku akibat fermentasi ini terlihat

mempengaruhi nilai proksimat pakan (Tabel 3). Pada Tabel 4 tampak bahwa

pakan dengan campuran bahan fermentasi memiliki nilai kecernaan yang lebih

tinggi dibandingkan kecernaan pakan dengan campuran bahan tanpa fermentasi.

Pakan perlakuan yang mengandung 30% bahan biji karet fermentasi dan kopra

fermentasi memiliki nilai kecernaan protein yang lebih tinggi yaitu 89,01% pada

biji karet dan 87,95% pada kopra. Nilai kecernaan energi pada pakan campuran

bahan fermentasi menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kecernaan

energi pakan tanpa fermentasi. Hal yang berbeda tampak pada kecernaan energi

pakan 30% campuran biji kapuk fermentasi yang lebih rendah dibandingkan

pakan biji kapuk tanpa fermentasi maupun dengan pakan perlakuan lainnya. Nilai

kecernaan bahan yang mengalami proses fermentasi lebih tinggi dibandingkan

kecernaan bahan tanpa fermentasi, namun untuk biji kapuk bahan fermentasi

memiliki nilai kecernaan yang rendah yaitu sebesar 17,62%. Kecernaan bahan

yang tertinggi terdapat pada pakan campuran 30% biji karet fermentasi yaitu

65,54%. Perlakuan tidak menunjukkan pengaruh pada nilai sintasan juvenil ikan

mas kecuali pada perlakuan pakan kopra tanpa fermentasi yaitu sebesar 83,3%.

Jumlah konsumsi pakan dengan campuran 30% bahan fermentasi lebih rendah

dibandingkan jumlah konsumsi pakan dengan campuran bahan tanpa fermentasi

(Tabel 5).

Page 21: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

12

3.2 Pembahasan

Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari bahan nabati yaitu

keberadaan zat antinutrisi dan serat kasar yang tinggi, maka untuk mengatasinya

diperlukan pengolahan lebih lanjut salah satunya melalui proses fermentasi.

Fermentasi merupakan kegiatan pengolahan bahan dengan menggunakan

mikroorganisme sebagai pemeran utama dalam suatu proses (Fardiaz, 1988).

Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi mampu mengubah

struktur komponen substrat melalui hidrolisis oleh enzim yang dihasilkannya,

selain itu mikroorganisme mampu meningkatkan protein pada bahan substrat.

Ugwuanyi et al. (2009) menambahkan bahwa kegiatan fermentasi mampu

mengurangi zat racun yang dikandung oleh suatu bahan. Pada pelaksanaannya,

fermentasi dibantu oleh fermentor biasanya berasal dari kapang, khamir,

ganggang, dan bakteri.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi diantaranya

air dan glukosa. Air merupakan komponen penting yang mampu mempengaruhi

besarnya laju pertumbuhan mikroba (Fardiaz, 1988). Khamir tumbuh baik dengan

kondisi air pada substrat 70-80%, oleh karena itu pada proses fermentasi ini

dilakukan penambahan air sebanyak 60% w/w dari total substrat untuk

mendukung pertumbuhan khamir pada bahan yang mengandung air 8-14%

sementara glukosa digunakan sebagai sumber energi bagi khamir untuk tumbuh

yang diperoleh dari bahan berkarbohidrat. Khamir yang digunakan dalam kegiatan

fermentasi bahan pakan adalah Saccharomyces cerevisiae dan dalam

menumbuhkannya diperlukan oksigen yang cukup agar proses fermentasi

berlangsung. Saccharomyces cerevisiae mampu memproduksi sejumlah enzim

meliputi amilase, lipase, dan protease (Abun, 2005) yang dapat melisis komponen

karbohidrat, lemak, dan protein.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang difermentasi

mengalami peningkatan protein sebesar 16-31%, dengan peningkatan terbesar

pada biji karet dengan protein awal 28,09% menjadi 36,82% setelah difermentasi.

Peningkatan protein ini berasal dari biomassa sel khamir yang tumbuh pada media

(Muhiddin et al., 2000) sehingga semakin banyak sel khamir yang tumbuh maka

kandungan protein pada hasil fermentasi ikut meningkat. Peningkatan protein

Page 22: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

13

yang berasal dari biomassa sel khamir dipengaruhi kondisi lingkungan dan nutrisi

bahan. Selain itu fermentasi juga menyebabkan penurunan kandungan serat kasar

bahan dengan kisaran penurunan 2-31% yang disebabkan adanya kerja enzim

yang mengurai komponen komplek karbohidrat bahan, dengan tingkat tertinggi

terjadi pada bahan PKM. Hal ini diduga disebabkan adanya kerja enzim dari

Saccharomyces cerevisiae yang memutus komponen mannan yang merupakan

jenis serat kasar yang dominan pada bahan PKM. Yopi et al. (2006) menyatakan

bahwa, mannan pada PKM dapat dilisis dengan enzim mannanase. Adanya

penurunan yang besar pada serat kasar pada bahan PKM menunjukkan bahwa

khamir Saccharomyces cerevisiae mampu menghasilkan enzim mannanase yang

menghidrolisis struktur kuat mannan pada substrat, mannan banyak terdapat pada

bahan PKM dan kopra. Selain mannanase, diduga Saccharomyces cerevisiae juga

mampu menghasilkan enzim ligninase yang terdapat pada bahan kapuk, proses

fermentasi mampu menurunkan serat kasar bahan kapuk sebesar 8,23%. Lignin

merupakan struktur kuat penyusun dinding sel tanaman yang menyebabkan

ketidakmampuan mencerna bahan pada hewan (Murni, 2008). Hal yang berbeda

terjadi pada bahan kopra, proses fermentasi menyebabkan kenaikan serat kasar

bahan kopra yang semulanya 7,76% menjadi 10,01% setelah difermentasi.

Peningkatan serat kasar pada bahan kopra terjadi akibat pertumbuhan khamir yang

cepat tidak sebanding dengan nutrisi di dalam bahan sehingga mengakibatkan

kematian sel khamir. Sel khamir yang mati diduga ikut memberikan kontribusi

terhadap peningkatan serat kasar pada bahan. Menurut Aisjah et al. (2007),

kandungan serat kasar produk menurun sejalan dengan meningkatnya dosis

inokulum dan lama proses fermentasi, namun hal tersebut harus didukung oleh

kondisi nutrisi yang terdapat pada substrat fermentasi.

Nilai kecernaan menyatakan banyaknya komposisi nutrisi suatu bahan

maupun energi yang dapat diserap dan digunakan oleh ikan (NRC, 1993),

sementara menurut Silva (1989), kecernaan merupakan suatu evaluasi kuantitatif

dari pemanfaatan pakan maupun komponen nutrisi. Faktor yang mempengaruhi

tingkat kecernaan ikan antara lain metode pengolahan, stadia ikan, kualitas bahan,

ukuran pakan, dan aktivitas ikan. Croz (1975) dalam NAS (1983) menyatakan

bahwa proses pemasakan pada pakan mampu meningkatkan nilai kecernaan pati

Page 23: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

14

sebesar 5-10% pada channel catfish, Syamsunarno (2011) menyatakan

perendamanan dan perebusan pada bahan biji karet mampu meningkatkan

kecernaan pada ikan lele. Berdasarkan penjelasan tersebut tampak bahwa proses

pengolahan bahan mampu meningkatkan kecernaan bahan pada ikan.

Hasil pengamatan kecernaan (Tabel 4) pada bahan baku lokal menunjukkan

bahwa kecernaan protein pada pakan dengan campuran 30% bahan fermentasi

lebih tinggi dibandingkan kecernaan protein pada pakan campuran bahan tanpa

fermentasi. Berdasarkan hasil pengamatan uji kecernaan diperoleh bahwa

persentase peningkatan kecernaan protein paling besar terjadi pada pakan dengan

campuran 30% bahan PKM yaitu sebesar 11,79% yaitu dari 75,59% menjadi

84,50% setelah difermentasi. Tingginya nilai kecernaan protein pada pakan

dengan campuran PKM diduga disebabkan adanya penurunan serat kasar yang

cukup besar yaitu 31,65% sehingga memudahkan ikan untuk mencerna dan

menyerap nutrisi yang terdapat pada pakan termasuk protein. Kecernaan biji karet

tanpa fermentasi terbilang cukup tinggi yaitu 83,77% yang diduga karena adanya

kandungan lisin yang cukup tinggi pada biji karet (39,50 g/ kg protein) (Oyewusi

et al., 2007). Lisin merupakan asam amino esensial yang dibutuhkan ikan mas

dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu 5,7% dan 6% dalam protein pakan (Nose,

1979; Ogino, 1980 dalam Webster & Lim 2002). Adanya kedekatan susunan

asam amino pakan dan tubuh menyebabkan penyerapannya menjadi lebih baik,

ditambah dengan adanya fermentasi pada bahan biji karet menyebabkan proses

mencerna pakan lebih mudah karena adanya penguraian bahan terlebih dahulu

oleh Saccharomyces cerevisiae sehingga komponen bahan tersebut lebih mudah

dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa proses fermentasi mampu

memperbaiki kualitas bahan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan.

Kecernaan protein pada semua perlakuan berada pada kisaran 75,59-89,74%, dan

masih berada dalam kisaran kecernaan protein normal yang dinyatakan dalam

NRC (1993) yaitu kecernaan protein oleh ikan secara umum sebesar 75-95%.

Kecernaan energi pada pakan dengan campuran bahan fermentasi memiliki

nilai lebih tinggi dibandingkan pakan tanpa fermentasi. Semua pakan fermentasi

mengalami peningkatan kecernaan energi kecuali pada biji kapuk. Peningkatan

Page 24: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

15

nilai kecernaan energi diduga terkait dengan kemampuan ikan dalam

memanfaatkan sumber energi selain protein yaitu karbohidrat dan lemak adanya

protein sparing effect. Pakan dengan campuran 30% bahan kulit singkong

fermentasi mengalami persentase peningkatan kecernaan energi yang lebih tinggi

yaitu sebesar 10,24% diikuti pakan dengan campuran bahan PKM 9,63%,

sementara kecernaan energi yang tertinggi terdapat pada pakan biji karet

fermentasi. Tingginya nilai kecernaan disebabkan adanya perubahan struktur

bahan akibat fermentasi sehingga lebih mudah dicerna dan adanya kemampuan

ikan mas dalam memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi, berdasarkan

hasil proksimat (Tabel 2) bahan biji karet, PKM, dan kulit singkong mengandung

karbohidrat di atas 40%. Halver (1989) menyatakan faktor yang mempengaruhi

kecernaan energi pada ikan diantaranya spesies, stadia, aktivitas, dan temperatur.

Spesies terkait dengan kemampuan ikan dalam memanfaatkan komponen pakan

selain protein sebagai sumber energi. Ikan lebih memanfaatkan protein dan lemak

sebagai sumber energi dibandingkan karbohidrat yang disebabkan oleh

terbatasnya kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat. Menurut Pandian

(1989), ikan herbivor dan ikan omnivor lebih mampu menyerap energi yang

bukan berasal dari protein. Ikan mas merupakan jenis ikan omnivor yang mampu

memanfaatkan karbohidrat secara efektif sebagai sumber energi (Ogino et al.,

1976 dalam Webster & Lim, 2002) karena adanya aktivitas enzim amilase di

dalam saluran pecernaan ikan yang jumlahnya dua kali lipat lebih banyak

dibandingkan ikan lainnya (Kawai dan Ikeda, 1971 dalam NAS, 1989).

Pernyataan tersebut memperjelas pernyataan bahwa ikan mas lebih mampu dalam

memanfaatkan karbohidrat pakan sebagai sumber energi, selain itu adanya

pengolahan pada bahan baku pakan melalui fermentasi akan memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan kecernaan energi pada ikan mas.

Secara umum, kecernaan energi pada pakan dengan campuran bahan uji berkisar

71-75%, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Halver (1989) bahwa

kecernaan energi ikan sekitar 70% pada bahan biji-bijian dan 85% pada bahan

hewani.

Kecernaan bahan menyatakan persentase dari bahan yang dapat

dimanfaatkan oleh ikan. Berdasarkan hasil uji kecernaan bahan (Tabel 4), bahan

Page 25: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

16

yang telah difermentasi lebih mudah dicerna dibandingkan bahan tanpa fermentasi

karena telah terjadi perubahan komponen struktur bahan akibat aktivitas enzim

yang dihasilkan Saccharomyces cerevisiae. Kecernaan bahan kulit singkong

mengalami persentase peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan bahan lainnya

yaitu sebesar 72,97% diikuti pakan campuran 30% biji karet dan PKM. Proses

fermentasi menyebabkan persentase jumlah bahan yang bisa dicerna lebih banyak,

penguraian komponen substrat menjadi komponen yang lebih sederhana

menyebabkan proses mencerna oleh ikan akan lebih mudah. Walaupun penurunan

kadar serat kasar pada ketiga bahan tersebut tidak terlalu besar, namun pengaruh

yang diberikan terhadap kecernaan bahan ternyata cukup besar. Kecernaan pada

pakan dengan campuran bahan kopra mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar

3,64%, dengan kecernaan bahan awal 54,86% menjadi 56,86% setelah

difermentasi.

Pakan dengan campuran 30% biji kapuk fermentasi memiliki nilai

kecernaan protein, kecernaan energi, dan kecernaan bahan yang lebih rendah

dibandingkan pakan dengan campuran 30% biji kapuk tanpa fermentasi.

rendahnya nilai kecernaan pada pakan disebabkan adanya perubahan tingkat

keasaman pada pakan akibat fermentasi. Aktivitas khamir yang kurang sempurna

diketahui dapat menyebabkan dihasilkannya asam-asam organik dari proses

fermentasi sehingga menurunkan pH substrat fermentasi (Balia, 2004), hal yang

sama dinyatakan oleh Fardiaz (1989) bahwa peningkatan keasaman pakan diduga

berasal dari proses oksidasi karbon substrat yang tidak sempurna oleh khamir,

yang menyebabkan sel khamir mengubah karbon menjadi asam-asam organik

yang akan mempengaruhi produk akhir (subtrat) (Fardiaz, 1988). Pakan yang

bersifat asam akan lebih sulit dicerna oleh ikan mas, hal serupa dinyatakan oleh

Nose (1971) dalam NAS (1989) yang menyatakan bahwa pH pakan yang kurang

atau sama dengan lima dapat menyebabkan penurunan nilai kecernaan.

Peningkatan nilai kecernaan pada pakan dengan campuran 30% bahan

fermentasi tidak hanya disebabkan penurunan serat kasar maupun peningkatan

nilai protein, tetapi juga oleh adanya penurunan nilai zat antinutrisi pada bahan.

Keberadaan zat antinutrisi dalam bahan nabati menjadi salah satu kendala

pemanfaatan bahan nabati dalam komponen pakan. Beberapa zat antinutrisi yang

Page 26: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

17

terdapat dalam bahan nabati adalah HCN (asam sianida), fitat, tannin, dan asam

siklopropenoat. Menurut Oboh (2006) dan Ugwuanyi et al., (2009), kadar HCN

dan asam fitat dapat dihilangkan melalui proses fermentasi yang menggunakan

Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus delbruckii dan Lactobacillus

coryneformis. Adamafio et al. (2010) menyatakan bahwa Saccharomyces

cerevisiae pada bahan mampu menurunkan aktivitas linamarase yang bisa

menurunkan tingkat sianogen pada kulit singkong, sehingga pengaruh zat

antinutrisi bisa diminimalkan. Asam fitat merupakan zat antinutrisi yang dapat

mengikat mineral akibatnya menurunkan ketersedian mineral dalam tubuh dan

menghambat pertumbuhan (Murni, 2008). Penggunaan Saccharomyces cerevisiae

mampu mengikat aflatoxin yang merupakan racun pada bahan yaitu jagung, biji

kapuk, dan kopra. Penurunan zat antinutrisi pada bahan akan mendukung

kecernaan suatu bahan pakan.

Ikan yang diberi pakan diharapkan memberikan pertumbuhan yang baik,

namun tidak semua perlakuan memberikan pertumbuhan yang baik. Hal ini

diduga disebabkan oleh komposisi nutrisi yang tidak seimbang pada pakan. Uji

kecernaan hanya bertujuan mengukur kecernaan suatu bahan pakan terhadap ikan.

Adapun parameter pertumbuhan hanya digunakan sebagai pembanding antar

perlakuan. Pakan kopra fermentasi memiliki tingkat pertumbuhan sebesar 3,40%.

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan diantaranya adalah

keseimbangan antara rasio energi dan protein serta kondisi ingkungan perairan

(Tytler & Calow, 1985; Halver 1989). Menurut Halver (1989), jika energi dalam

pakan lebih rendah dari pada kebutuhan energi ikan, maka ikan akan

memanfaatkan protein sebagai sumber energi untuk pemeliharaan fungsi biologis.

Jika energi dalam pakan lebih tinggi dari kebutuhan ikan maka ikan akan cepat

kenyang sebelum dapat memanfaatkan protein dan komponen lain dalam pakan

dan pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya timbunan lemak pada tubuh

ikan, Webster & Lim (2002) menyatakan kebutuhan energi ikan mas untuk

tumbuh optimal adalah 310-360 kkal dengan rasio energi per proteinnya sebesar

10,33. Kelengkapan mineral, asam lemak, dan asam amino dalam pakan

mempengaruhi pertumbuhan ikan kekurangan salah satunya bisa menyebabkan

defisiensi dalam pertumbuhan ikan.

Page 27: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

18

Perbaikan kualitas bahan melalui fermentasi belum tentu memberikan

pengaruh baik terhadap penerimaan pakan terhadap ikan. Jumlah konsumsi pakan

dengan campuran fermentasi lebih sedikit dibandingkan pakan tanpa fermentasi

yang diduga akibat rendahnya palatabilitas pakan. Adanya fermentasi pada bahan

menyebabkan terjadinya perubahan aroma dan rasa (Balia, 2004), selain itu

susunan asam amino pada bahan juga mempengaruhi rasa pakan. Penggunaan

bahan fermentasi dalam pakan bisa mempengaruhi aroma dan rasa pada pakan.

Pakan dengan campuran biji kapuk fermentasi memiliki bau asam yang lebih

menyengat dibandingkan pakan campuran bahan fermentasi lainnya. Perubahan

aroma pada pakan diduga mempengaruhi penerimaan ikan terhadap pakan,

sehingga berpengaruh pada jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut

Boonyaratpalin (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan

yaitu ukuran ikan, kandungan energi pakan, kandungan nutrisi pakan,

palatabilitas, dan kualitas air.

Tingkat kelangsungan hidup ikan pada perlakuan pakan kopra 83,33%,

sementara untuk perlakuan lainnya 100%. Kematian pada perlakuan pakan kopra

diduga akibat ikan terserang penyakit yang ditandai dengan ciri-ciri ikan bergerak

lemas kepermukaan dengan warna tubuh ikan sedikit menghitam. Kematian ikan

pada perlakuan pakan kopra tanpa fermentasi tidak disebabkan oleh pengaruh

pakan, karena ikan lainnya pada perlakuan pakan kopra tumbuh baik (laju

pertumbuhan 2,41%). Selama pemeliharaan, kondisi media perairan dijaga

melalui penyiponan, penggantian air, dan pemberian pakan secara tidak

berlebihan untuk menciptakan kondisi air yang baik bagi ikan. Data kualitas air

dapat dilihat pada Lampiran 6.

Konversi pakan menggambarkan efisiensi penggunaan pakan untuk

pertumbuhan ikan. Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dibutuhkan

untuk menghasilkan satu kg daging ikan. Pakan perlakuan yang dicampur bahan

fermentasi rata-rata memiliki nilai konversi pakan yang lebih rendah

dibandingkan pakan campuran bahan tanpa fermentasi. Hal ini menunjukkan

bahan yang difermentasi lebih mudah dicerna sehingga nutrisi yang terdapat di

dalam pakan dapat diserap dengan baik untuk penyusun tubuh namun nutrisi yang

terdapat di dalam pakan perlakuan belum seimbang sehingga pertumbuhannya

Page 28: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

19

belum memberikan hasil yang optimal. Konversi pakan dengan campuran bahan

biji kapuk fermentasi lebih tinggi dibandingkan pakan dengan campuran bahan

biji kapuk tanpa fermentasi. Hal itu terjadi akibat rendahnya kecernaan pakan biji

kapuk fermentasi yang menyebabkan sumber energi penyusun komponen tubuh

yang termanfaatkan untuk pembentukan daging lebih sedikit.

Biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet, dan PKM berpotensi untuk

dikembangkan, kelima bahan ini memiliki nilai kecernaan yang baik pada ikan

mas. Berdasarkan lima bahan di atas, bahan yang berpotensi besar untuk

dikembangkan yaitu kulit singkong. Kulit singkong merupakan hasil samping dari

kegiatan industri rumah tangga. Produksi singkong yang melimpah (23 juta ton,

2009) (Sinartani, 2011), nilai kecernaannya yang tinggi, dan FCR-nya yang

rendah menjadikan bahan ini berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya sebagai

bahan pakan. Kecernaan bahan kulit singkong meningkat setelah mengalami

proses fermentasi, oleh karena itu dalam pemanfaatanya perlu didukung dengan

pengembangan teknologi pengolahan bahan. Selain kulit singkong, urutan bahan

lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pakan adalah PKM,

kopra, biji karet dan yang terakhir adalah biji kapuk. Semua bahan tersebut

memiliki nilai kecernaan yang baik dan memiliki harga yang relatif lebih murah

dibandingkan tepung kedelai dan tepung pollard, bahan tersebut berpotensi untuk

dikembangkan menjadi sumber bahan baku pakan yang lebih efisien.

Page 29: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

20

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Proses fermentasi mampu mengubah komposisi nutrisi suatu bahan.

Fermentasi bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet, dan PKM dengan

Saccharomyces cerevisiae mampu menurunkan serat kasar sebesar 2-31% dan

meningkatkan protein sebesar 16-31%. Hasil uji biologis pada ikan mas

menunjukkan bahwa penggunaan bahan yang sudah difermentasi dapat meningkat

kecernaan protein 4-12%, kecernaan bahan 4-72%, dan kecernaan energi 4-12%.

Urutan bahan yang berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber bahan

baku pakan dengan teknologi fermentasi yaitu bahan kulit singkong, PKM, kopra,

biji karet, dan biji kapuk.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini ialah perlu dilakukan

penelitian lanjutan untuk menentukan jumlah bahan uji dalam pakan yang dapat

menggantikan sebagian perananan protein nabati dan sumber karbohidrat untuk

mencapai pertumbuhan, FCR, dan keuntungan yang optimal.

Page 30: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

21

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2005. Efek suplementasi produk fermentasi dalam ransum terhadap

komponen darah kelinci. [Karya Ilmiah]. Departemen Nutrisi dan Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung. p. 14-17.

Adamafio N.A., Sakyiamah M., Tettey J. 2010. Fermentation in casasava

(Manihot esculenta crantz) pulp juice improve nutritive value of cassava

peel. Biochemistry 4(3), 51-58.

Aisjah T., Widjastuti T., Tanuwiria H., Abun. 2007. Suplementasi mineral Zn dan

Cu melalui bioproses oleh Saccharomyces cerevisiae sebagai imbuhan

pakan dan implementasinya pada pertumbuhan ayam broiler. [Artikel

Ilmiah]. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.

p. 3-15.

Anonim. 2011. Bahan baku pakan. http. Indonetwork.co.id [3 Juni 2011].

Atanpaim. 2010. Fishmeal montly price. http://www.indexmundi.com. [29 Januari

2011].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produksi perkebunan besar menurut jenis

tanaman Indonesia (Ton) 1995 – 2008. http://bps.go.id. [22 Desember

2010].

Balia R.L. 2004. Potensi dan prospek yeast (khamir) Dalam meningkatkan

diversifikasi pangan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

Tetap dalam Ilmu Mutu Pangan. Fakultas Peternakan, Universitas

Padjajaran. Bandung. p. 10-22.

Boonyaratpalin M. 1989. Methodologies for vitamin requirement studies, In. S.

De Silva (ed.). Fish Nutrition Research in Asia. Proceedings of the Third

Asian Fish Nutrition network Meeting. Asian Fish. Soc. Spec. Pubhl.4, 166

p. Asian Fisheris Society, Manila, Philippines, p. 58-67.

Ezieshi E.V., Olomu J.M. 2007. Nutritional evaluation of palm kernel meal types:

1. Proximate composition and metabolizable energi values. Biotechnology

6, 2484-2486.

Fardiaz S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian

Bogor. p. 182.

Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2rd

(ed). Academic Press. London. p. 1-23.

Hertrampf J.W., Pascual F.P. 2000. Handbook Ingredients for Aquaculture Feeds.

Kluwer Academic Publisher. London. pp. 445-454.

Page 31: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

22

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Data base of existing

condition on Indonesian marine and fisheries. http://www.kkp.go.id [29

Januari 2011].

Muhiddin N.H., Juli N., Aryantha I.N.P. 2000. Peningkatan kandungan kulit ubi

kayu melalui proses fermentasi. JMS 6, 2.

Murni R., Suparjo, Akmal, Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan

Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan

Universitas Jambi.

[NAS] National Academy of Sciences. 1983. Nutrient Requirement of Warmwater

Fishes and Shellfishes. National Academy Press: Washington Dc. p. 1-42.

[NRC] National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National

Academy Press, Washington DC. 43-44.

Oboh G. 2006. Nutrient enrichment of Cassava peels using a mixed culture of

Saccharomyces cerevisae and Lactobacillus spp. Solid media fermentation

techniques.Biotechnology 9, 46-48.

Oyewusi P.A., Akintayo E.T., Olaofe O. 2007. The proximate and amino acid

composition of defatted rubber seed meal. Agriculture and Environment 5

(3-4), 115-118.

Pandian T.J. 1989. Protein Requirement of fish and prawns cultured in Asia, p.11-

19. In S.S. De Silva (ed.) Fish Nutrition Research in Asia. Proceedings of

the Third Asian Fish Nutrition network Meeting. Asian Fish. Soc. Spec.

Pubhl.4, 166 p. Asian Fisheris Society, Manila, Philippines.

Silva D. 1989. Digestibility evaluations of natural and artificial diets, p. 36-45. In

S.S. De Silva (ed.) Fish Nutrition Research in Asia. Proceedings of the

Third Asian Fish Nutrition network Meeting. Asian Fish. Soc. Spec.

Pubhl.4, 166 p. Asian Fisheris Society, Manila, Philippines.

Sinartani. 2011. Singkong memperkuat ketahanan pangan. www.sinartani.com.

[15 Juli 2011].

Suprayudi, M.A. 2010. Bahan baku lokal: Tantangan dan harapan akuakultur

masa depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III.

IPB Convention Center, Bogor, Oktober 2010. p. 31.

Syamsunarno M.B. 2011. Evaluasi tepung biji karet Havea brasiliensis sebagai

bahan baku pakan ikan lele Clarias sp.[Tesis]. Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 32: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

23

Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutriens. In:

Fish Fish Nutrition and Mariculture. Watanabe, T. Department of Aquatic

Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA p:179-226

Tytler P., Calow P. 1985. Fish Energetics New Perspectives. Croom Helm:

Sydney. p. 100, 125-140.

Ugwuanyi J.O., McNeil B., Harvey L.M. 2009. Production of Protein-Enriched

Feed Using Agro-Industrial Residues as Substrates, in: P. Singh nee’

Nigam, A. Pandey (eds.), Biotechnology for Agro-Industrial Residues

Utilisation. DOI 10.1007/978-1-4020-9942-7 5. p. 78-92.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic

Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA. p:79-82.

Webster C.D., Lim C. 2002. Nutrient Requirements and feeding of Finfish for

Aquaculture. Aquaculture Research Center.Kentucky State University. p.

245-258.

Yopi, Purnawan A, Thontowi A, Hermansyah H, Wijanarko A. 2006. Preparasi

mannan dan mannanase kasar dari bungkil kelapa sawit. Jurnal Teknologi,

312-319.

Page 33: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Metode fermentasi

Tahapan fermentasi bahan uji yang dilakukan yaitu:

1. Tepung ditimbang sebanyak 400 g dan khamir Saccharomyces cerevisiae

sebanyak 3,6 g

2. Mencampur khamir dan 400 g bahan yang telah dalam bentuk tepung.

3. Aduk merata dan dicampur air sebanyak 60%, khamir Saccharomyces

cerevisiae dan tepung diaduk merata

4. Tepung diletakkan pada wadah plastik dan ditutupi kertas koran yang telah

ditusuk-tusuk jarum dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam

Lampiran 2. Pembuatan pakan perlakuan untuk 600 g pakan

1. Pakan komersil dihaluskan

2. Bahan uji sebanyak 30% dari total pakan (180 g) dicampurkan ke dalam

399 g pakan komersil, kemudian di aduk rata

3. Sebanyak 3 g Cr2O3 dicampurkan ke dalam pakan, aduk merata.

4. Tambahkan air 600 ml air panas ke dalam wadah berisi 18 g binder (sagu),

aduk merata

5. Campurkan binder pada adonan pakan, aduk merata.

6. Pakan dicetak sesuai ukuran, dan dioven selama 4-5 jam pada suhu 60 ⁰C.

Lampiran 3. Skema tata letak akuarium perlakuan pada ikan mas

B1 F1 D C1 A

F D1 E B E1 C Stok

Keterangan : A = Pakan Acuan, B = Pakan Uji Biji Karet, C = Pakan Uji Biji Kapuk, D = Pakan Uji Kopra,

E = Pakan Uji Kulit Singkong, F = Pakan Uji Palm kernel meal, B1 = Pakan Uji Biji Karet Fermentasi,

C1 = pakan Uji Biji Kapuk Fermentasi, D1 = Pakan Uji Kopra Fermentasi, E1 = Pakan Uji Kulit Singkong

Fermentasi, F1 = Pakan Uji Palm kernel meal Fermentasi

T

Page 34: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

25

Lampiran 4. Prosedur analisis proksimat

Lampiran 4.1 Prosedur analisis kadar air

Kadar air = (X1 + A)- X2 x 100%

A

Lampiran 4.2 Prosedur analisis kadar serat kasar

Kadar serat kasar = (X2-X1-X3) x 100%

A

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1 jam,

dan kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 gr (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada

suhu 105-110 0C, didinginkan dan ditimbang (X2)

Bahan ditimbang 0,5 gr (A), lalu

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250

ml

50 ml H2SO4 0,3 N ditmbahkan dalam

Erlenmeyer, lalu dipanaskan di atas

hotplate

Setelah 30 menit ditambahkan 25 ml NaOH

1,5 N, lalu dipanaskan kembali selama 30

menit

Larutan disaring dengan bahan pembilasan

secara berurutan sebagai berikut:

1. 50 ml air panas

2. 50 ml H2SO4

3. 50 ml air panas

4. 25 ml aceton

Kertas saring dipanaskan dalam

oven, dinginkan, dan ditimbang

(X1)

Kertas saring hasil penyaringan

dimasukkan ke dalam cawan porselen

Cawan porselen dipanaskan

pada suhu 105-110 0C selama

1 jam lalu didinginkan

Dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama

1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0C hingga

berwarna putih, didinginkan, dan ditimbang (X3)

Kertas saring dipanaskan pada labu

Buchner yang telah terhubung

dengan vacumm pump

Page 35: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

26

Lampiran 4.3 Prosedur analisis kadar protein

Tahap oksidasi

Tahap Destruksi

Tahap Titrasi

Kadar protein = 0,0007* x (Vb-Vs) x F x 6,25

** x 20 x 100%

A

Keterangan :

Vb = ml 0,05 N titran NaOH untuk blanko

Va = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel

A = Bobot sampel (gr)

* = Setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gr N

** =Faktor Nitrogen

Dimasukkan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan hingga berwarna hijau bening,

didinginkan, dan diencerkan hingga volume 100 ml

Bahan ditimbang 0,5 gr (A)

10 ml H2SO4 0,05 N 2-3 tetes indikator phenopthalein

H2SO4 pekat 10 ml Katalis ditimbang 3 gr

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250

ml

Destruksi selama 10 menit dari tetesan pertama

5 ml larutan hasil oksidasi

dimasukkan ke dalam labu destilasi

Sampel

Blanko Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N

Dititrasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening

ml titran dicatat (V)

Page 36: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

27

Lampiran 4.4 Prosedur analisis kadar lemak

Kadar Lemak = X2-X1 x 100%

A

Lampiran 4.5 Prosedur analisis kadar abu

Kadar abu = (X2-X1) x 100%

A

Labu dipanaskan pada suhu 104-110 0C selama 1 jam,

kemudian didinginkandalam desikator dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 gr (A) lalu dimasukkan ke

dalam selongsong

Dimasukkan ke dalam Soxhlet dan diberi 100-150 ml N-Hexan hingga

selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu

Labu dipanaskan di atas hot plate hingga larutan

perendam selongsong dalam Soxhlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven

selama 15 menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)

Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan

suhu 600 0C, didinginkan dan ditimbang (X2)

Bahan ditimbang 2-3 gr (A) lalu

dimasukkan ke dalam cawan

Cawan dipanaskan pada suhu 105-110 0

C selama 1 jam,

kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1)

Page 37: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

28

Lampiran 5. Analisis Cr2O3

…………………… Didinginkan

……………………. Didinginkan

Persamaan hubungan Cr2O3 dengan absorbansi adalah sebagai berikut :

Keterangan :

X = Cr2O3 (mg)

Y = nilai absorbansi

Lampiran 6. Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan juvenil ikan mas

Cyprinus carpio pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

Parameter Nilai Satuan

Suhu 28-29 ⁰C

Disolved oksigen 3,54-4,00 mg/l

pH 5,80-6,90 _

Kesadahan 88,09-120,12 mg/l

Alkalinitas 32-48 mg/l

TAN 0,56-0,99 mg/l

Bahan ditimbang 0,1 gr lalu dimasukkan ke dalam labu Kjedhal

Ditambahkan 5 ml HNO3

Dipanaskan hingga larutan tersisa ±1 ml

Ditambahkan 3 ml HClO4

Dipanaskan kembali hingga berwarna jingga

Diencerkan hingga volume 100 ml

Diukur nilai absorban bahan dengan spektrofometer panjang gelombang 350 nm

Y = 0,02089x + 0,0032

Page 38: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

29

Lampiran 7. Sintasan juvenil ikan mas Cyprinus carpio setelah dipelihara selama

30 hari pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet,

PKM tanpa dan dengan fermentasi

Pakan perlakuan Jenis Jumlah tebar Jumlah panen SR (%)

Kapuk TF 6 6 100

F 6 6 100

Kulit singkong TF 6 5 100

F 6 6 100

Kopra TF 6 6 83

F 6 6 100

Biji karet TF 6 6 100

F 6 6 100

Palm kernel meal TF 6 6 100

F 6 6 100

Komersil - 6 6 100

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Lampiran 8. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dan feed convertion ratio (FCR)

juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama masa pemeliharaan pada uji kecernaan

bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan

fermentasi

Pakan perlakuan Jenis Biomassa tebar (g)

Biomassa mati (g)

Biomassa panen (g)

Jumlah konsumsi pakan (g)

FCR

Kapuk TF 84,22 0,00 123,32 86,75 2,22

F 85,78 0,00 120,04 75,24 2,20

Kulit Singkong TF 87,65 0,00 184,08 199,8 2,07

F 86,84 0,00 180,49 164,32 1,75

Kopra TF 83,37 10,39 141,84 130,89 1,90

F 82,78 0,00 225,73 247,82 1,73

Karet TF 83,14 0,00 108,66 80,87 3,17

F 85,83 0,00 112,80 78,85 2,92

Palm kernel meal TF 85,12 0,00 200,50 223,306 1,94

F 84,82 0,00 181,04 171,37 1,78

Komersil TF 83,26 0,00 256,60 245,38 1,42

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Page 39: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

30

Lampiran 9. Laju pertumbuhan harian (LPH) juvenil ikan mas Cyprinus carpio

setelah dipelihara selama 30 hari pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit

singkong, kopra, biji karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

Pakan perlakuan Jenis Biomassa tebar (g)

Bobot rata-rata awal (g)

Biomassa panen (g)

Bobot rata-rata akhir (g)

LPH (%)

Kapuk TF 84,22 14,04 123,32 20,55 1,28

F 85,78 14,30 120,04 20,01 1,13

Kulit Singkong TF 87,65 14,61 184,08 30,68 2,50

F 86,84 14,47 180,49 30,08 2,47

Kopra TF 83,37 13,90 141,84 28,37 2,41

F 82,78 13,80 225,73 37,62 3,40

Karet TF 83,14 13,86 108,66 18,11 0,90

F 85,83 14,31 112,80 18,80 0,96

Palm kernel meal TF 85,12 14,19 200,50 33,42 2,90

F 84,82 14,14 181,04 30,17 2,56

Komersil - 83,26 13,88 256,60 42,77 3,82

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Lampiran 10. Kecernaan total pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Pakan perlakuan Jenis Ulangan Cr2O3

Pakan (%) Cr2O3 Feses

(%) Kecernaan total (%)

Kapuk

TF 1 0,47 1,29 63,17

TF 2 0,47 1,40 66,08

F 1 0,34 0,84 59,26

F 2 0,34 0,78 55,98

Kulit Singkong

TF 1 0,42 1,22 65,28

TF 2 0,42 1,20 64,63

F 1 0,38 1,43 73,44

F 2 0,38 1,40 72,83

Kopra

TF 1 0,42 1,41 70,14

TF 2 0,42 1,42 70,27

F 1 0,41 1,35 70,01

F 2 0,41 1,43 71,59

Karet

TF 1 0,47 1,38 65,74

TF 2 0,47 1,41 66,35

F 1 0,31 1,19 73,96

F 2 0,31 1,14 72,91

Palm kernel meal

TF 1 0,41 1,15 64,13

TF 2 0,41 1,17 64,88

F 1 0,43 1,45 70,37

F 2 0,43 1,41 69,59

Komersil - 1 0,43 1,88 77,07

- 2 0,43 1,83 76,48

Page 40: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

31

Lampiran 11. Kecernaan protein pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Pakan perlakuan Jenis Ulangan Cr2O3

Pakan (%) Cr2O3

Feses (%) Potein

pakan (%) Protein

feses (%) Kecernaan protein (%)

Kapuk

TF 1 0,47 1,29 28,98 11,722 85,11 TF 2 0,47 1,40 28,98 10,820 87,34

F 1 0,34 0,84 29,68 12,136 83,34 F 2 0,34 0,78 29,68 10,400 84,57

Kulit Singkong

TF 1 0,42 1,22 21,71 14,621 76,61 TF 2 0,42 1,20 21,71 13,950 77,27 F 1 0,38 1,43 23,17 13,820 84,16 F 2 0,38 1,40 23,17 13,950 83,64

Kopra

TF 1 0,42 1,41 27,38 13,667 85,09 TF 2 0,42 1,42 27,38 14,520 84,23

F 1 0,41 1,35 27,82 10,390 88,80 F 2 0,41 1,43 27,82 12,630 87,10

Karet

TF 1 0,47 1,38 28,84 12,076 85,65 TF 2 0,47 1,41 28,84 15,530 81,88 F 1 0,31 1,19 33,40 13,086 89,80 F 2 0,31 1,14 33,40 14,520 88,22

Palm kernel meal

TF 1 0,41 1,15 23,88 16,840 74,71 TF 2 0,41 1,17 23,88 15,998 76,47

F 1 0,43 1,45 30,91 16,493 84,19 F 2 0,43 1,41 30,91 15,429 84,82

Komersil - 1 0,43 1,88 29,29 13,823 89,18 - 2 0,43 1,83 29,29 12,10 90,31

Page 41: Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk ... · 2010/2011, Nutrisi Ikan semester ganjil 2010/2011, Teknologi Pembuatan Pakan Alami, Bentos, dan Alga semester ganjil

32

Lampiran 12. Kecernaan energi pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio selama

pemeliharaan pada uji kecernaan bahan biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji

karet, PKM tanpa dan dengan fermentasi

Keterangan = TF = Tanpa fermentasi, F = Fermentasi, P = Persentase perubahan (%)

Pakan perlakuan Jenis mg Cr2O3/g

pakan mg Cr2O3/g

Feses Energi pakan

Energi feses

Energi tercerna

Kecernaan energi (%)

Biji Kapuk

TF 4,75 12,90 400,15 372,42 263,00 65,73

TF 4,75 14,00 400,15 372,42 273,81 68,43

F 3,43 8,43 400,47 375,65 247,42 61,78

F 3,43 7,80 400,47 375,65 235,11 58,71

Kulit Singkong

TF 4,24 12,23 406,09 365,78 279,09 68,72

TF 4,24 12,00 406,09 365,78 276,70 68,14

F 3,80 14,32 405,43 370,57 307,00 75,72

F 3,80 14,00 405,43 370,57 304,74 75,16

Kopra

TF 4,22 14,14 387,43 368,86 277,27 71,57

TF 4,22 14,20 387,43 368,86 277,75 71,69

F 4,06 13,54 396,27 363,53 287,24 72,48

F 4,06 14,30 396,27 363,53 293,00 73,94

Biji Karet

TF 4,74 13,85 447,41 361,48 323,57 72,32

TF 4,74 14,10 447,41 361,48 325,77 72,81

F 3,09 11,86 440,13 372,26 343,19 77,97

F 3,09 11,40 440,13 372,26 339,27 77,09

Palm kernel meal

TF 4,11 11,46 388,33 377,10 253,08 65,17

TF 4,11 11,70 388,33 377,10 255,88 65,89

F 4,29 14,47 397,95 373,26 287,35 72,21

F 4,29 14,10 397,95 373,26 284,46 71,48

Komersil - 4,30 18,77 422,20 352,58 341,34 80,85

- 4,30 18,34 422,20 352,58 339,48 80,41