evaluasi kinerja mengajar guru bahasa inggris sekolah

19
EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEKECAMATAN NGGAHA ORI ANGU KABUPATEN SUMBA TIMUR (Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori Angu Sub District Sumba Timur District) ARTIKEL Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Oleh Riwa Rambu Hada Enda NIM 942013017 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA SEKECAMATAN NGGAHA ORI ANGU

KABUPATEN SUMBA TIMUR

(Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori

Angu Sub District Sumba Timur District)

ARTIKEL

Diajukan kepada

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan

untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

Riwa Rambu Hada Enda

NIM 942013017

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2016

Page 2: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah
Page 3: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah
Page 4: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah
Page 5: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS SEKOLAHMENENGAH PERTAMA SEKECAMATAN NGGAHA ORI ANGU

KABUPATEN SUMBA TIMUR(Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori

Angu Sub District Sumba Timur District)Riwa Rambu Hada Enda

Email: [email protected] Prof. Dr. Slameto, M.Pd

Email: [email protected]

ABSTRAK

Riwa Rambu Hada Enda. Nim: 942013017. 2015. Evaluasi Kinerja Mengajar Guru BahasaInggris Sekolah Menengah Pertama Sekecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur.Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana.Pembimbing: Prof. Dr. Slameto, M.Pd. 81 Halaman.

Dalam mengevaluasi kinerja mengajar guru Bahasa Inggris dilihat dari kompetensi dalam

pengelolaan pembelajaran, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian

hasil belajar, dan pelaksanaan tindak lanjut hasil belajar. Dalam menganalis data digunakan

model evaluasi ketimpangan. Subjek penelitian adalah guru-guru Bahasa Inggris sekecamatan

Nggaha Ori Angu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merencanakan pembelajaran, guru belum

mampu merancanakan rencana pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif dan sesuai dengan

alokasi waktu dan sesuai dengan karakteristik peserta didik; dalam pelaksanaan pembelajaran,

guru Bahasa Inggris belum mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif sesuai dengan

alokasi waktu; dalam penilaian hasil belajar, guru tidak mencantumkan instrumen penilaian hasil

belajar dalam RPP; sedangkan dalam tindak lanjut hasil belajar, guru belum menggunakan hasil

belajar peserta didik untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya. Implikasi penelitian ini

adalah Guru Bahasa Inggris hendaknya meningkatkan mutu kinerja mengajar dan

profesionalisme sehingga pembelajaran Bahasa Inggris peserta didik dapat mencapai kompetensi

yang diinginkan, juga guru Bahasa Inggris dapat meningkatkan mutu kinerja mengajar dengan

mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris; kepala sekolah

hendaknya memotivasi guru Bahasa Inggris secara terus-menerus untuk meningkatkan kinerja

mengajarnya.

Kata Kunci: Evaluasi Ketimpangan, Kinerja Mengajar, Guru Bahasa Inggris

Page 6: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

ABSTRACT

Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori

Angu Sub District Sumba Timur District

In evaluating English teachers’ teaching, it shows learning management competency, it is learning

plan, implementation of learning, assessment of learning outcomes, the implementation of the

follow-up of learning outcomes. In analyzing the data is used Discrepancy Evaluation model. The

subjects of this research are English teachers in Nggaha Ori Angu. The result of this research

shows that the teachers cannot effort planning the learning plan which interesting, creative,

innovative using the time allocation and students’ characteristics; in implementation of learning,

teachers cannot effort implementing the learning which effective as the time allocation; in

assessment of learning outcomes, teachers don’t include the assessment of learning outcomes’

instrument in learning plan yet; in the implementation of the follow-up of learning outcomes,

teachers don’t use the assessment of learning outcomes for making the next learning plan yet. The

implication of this research is to English teachers who should improve their qualities in teaching

and professionalism, also English teachers improve their teaching performance by meeting with

other English teacher; and as the headmasters and headmistress should motivate the teachers to

improve their teaching performance.

Keywords: Discrepancies Evaluation Model, Teaching Performance, English Teacher.

Page 7: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

PENDAHULUAN

Bagi seorang guru Bahasa Inggris menguasai keterampilan berbahasa Inggris dengan baik

dan bisa mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan kreatif agar mampu menarik

minat peserta didik adalah hal yang utama. Namun, beberapa hal yang terjadi di lapangan

tidaklah sesuai seperti hal ideal di atas. Fenomena yang dialami oleh guru-guru Bahasa Inggris,

khususnya di daerah-daerah adalah: (1) Guru Bahasa Inggris masih belum mampu membuat

pelajaran Bahasa Inggris menarik untuk disukai oleh peserta didik; (2) Guru Bahasa Inggris

masih belum mampu mengembangkan metode pengajaran dan pembelajaran yang kreatif,

menarik dan inovatif; (3) Guru Bahasa Inggris masih belum terampil menggunakan Bahasa

Inggris dengan baik dan benar; (4) Guru Bahasa Inggris masih belum bisa menggunakan

teknologi yang ada dengan baik.

Fenomena pertama tentang guru Bahasa Inggris yang masih belum bisa membuat

pelajaran Bahasa Inggris menarik dan disukai oleh peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari

ketidaksukaan siswa pada pelajaran Bahasa Inggris, seperti yang dituturkan Iwan Permadi (2012).

Dia mengatakan bahwa di Indonesia pelajaran Bahasa Inggris masih menjadi momok bagi para

siswa. Penyebab hal itu bisa dikatakan bahwa guru Bahasa Inggris dibenci siswa sehingga gagal

memberikan ilmunya.

Pelajaran Bahasa Inggris yang menjadi momok dan guru Bahasa Inggris yang dibenci

siswa dalam pernyataan di atas bisa terjadi karena beberapa hal, seperti (1) Guru Bahasa Inggris

membuat pelajaran Bahasa Inggris tampak sulit dengan menyuruh siswa menghafal kosakata

bahasa Inggris, menghafal rumus tenses, menghafal pola kalimat dan hal sulit lainnya; (2) Guru

Bahasa Inggris bisa saja adalah guru galak yang menyuruh siswa konsisten menggunakan

grammar dan pronounciation yang tepat.

Fenomena kedua, Guru Bahasa Inggris masih belum mampu mengembangkan metode

pengajaran dan pembelajaran yang kreatif, menarik dan inovatif. Guru Bahasa Inggris sering

memperlakukan Bahasa Inggris layaknya pelajaran Sejarah, Geografi, dan Matematika. Peserta

didik diharuskan untuk menghafal kosakata, rumus tenses, pola-pola kalimat yang tentu saja

membuat siswa semakin sulit untuk belajar. Setelah hafal, proyeksi selanjutnya adalah

mengerjakan soal. Diharapkan melalui hafalan-hafalan melelahkan yang sudah dilewati, peserta

didik mampu mendapatkan nilai tinggi di ujian. Guru Bahasa Inggris masih menggunakan metode

Page 8: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

pengajaran yang lama, seperti memfokuskan keberhasilan siswa pada seberapa mampu siswa

tersebut menghapal kata Bahasa Inggris dalam sehari.

Fenomena ketiga, guru Bahasa Inggris masih belum terampil menggunakan bahasa

Inggris dengan baik dan benar. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa masih ada guru Bahasa

Inggris yang belum bisa mengucapkan kata Bahasa Inggris sesuai dengan mengucapannya yang

sebenarnya. Beberapa ucapan dalam bahasa Inggris sering salah diucapkan guru, karena masih

terpengaruh dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing, sehingga peserta didik

juga akan salah mengucapkan kata tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena guru Bahasa Inggris

jarang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas dan guru Bahasa Inggris

juga jarang menggunakan bahasa Inggris dengan sesama guru bahasa Inggris di sekolah. Hal

seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan sering-sering mendengarkan Bahasa Inggris yang

diucapkan oleh penutur asli, melalui siaran berita Bahasa Inggris, atau lagu Bahasa Inggris.

Ataupun membentuk klub bahasa Inggris di suatu wilayah agar sesama guru Bahasa Inggris bisa

bertemu dan saling berdiskusi dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Fenomena keempat, guru Bahasa Inggris masih belum bisa menggunakan teknologi yang

ada dengan baik. Pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah di pedesaan masih menggunakan

metode pengajaran yang konservatif, yaitu semua sumber ilmunya dari guru. Guru sendiri hanya

mengandalkan buku cetak sebagai sumber ajar. Guru Bahasa Inggris jarang memanfaatkan media

lain seperti tape, sebagai alat bantu materi listening, dan juga membantu siswa untuk

mendengarkan pengucapan (pronounciation) yang benar.

Fenomena pengajaran Bahasa Inggris tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebuah penelitian

tahun 2013 berjudul Analysis of the Inadequacy of Teachers' Competency Leading to Mass

Failure in the Subject of English in Pakistan oleh Muhammad Shahbaz Arif dan Shahla Qasim

menunjukkan bahwa masalah-masalah yang terjadi pada pengajaran Bahasa Inggris di Pakistan

adalah ketidakcakapan professional skill guru Bahasa Inggris, kompetensi keterampilan

komunikasi Bahasa Inggris yang kurang dan tragedi guru-guru Bahasa Inggris yang tidak

menyadari tentang pendekatan pendidikan yang modern.

Konsekuensi dari masalah-masalah di atas Muhammad Shahbaz Arif dan Shahla Qasim

menyimpulkan bahwa pelajar mendapat pelajaran yang buruk, keterampilan berkomunikasi

peserta didik baik lisan maupun tulisan, juga ikut berpengaruh, dan peserta didik tidak akan

mampu mengatasi tantangan dunia global. Selanjutnya, menurut keduanya, cara untuk mengatasi

Page 9: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

hal ini adalah dengan meningkatkan kualifikasi guru dan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk

meningkatkan profesionalisme. Guru juga harus meningkatkan diri dengan menggunakan metode

belajar yang modern dalam proses pembelajaran, dan bahasa Inggris harus digunakan dalam

berinteraksi dengan peserta didik.

Rekomendasi penelitian di atas bisa diterapkan juga bagi guru-guru di Indonesia.

Misalnya, pelatihan-pelatihan profesionalisme guru Bahasa Inggris, seperti MGPM guru Bahasa

Inggris yang wajib diikuti guru Bahasa Inggris. Di kecamatan Nggaha Ori Angu sendiri, selain

MGMP Matematika, yang diikuti semua guru mata pelajaran, belum pernah diadakan MGMP

khusus Bahasa Inggris.

Menggunakan metode pelajaran yang modern bukan merupakan usulan baru bagi guru-

guru di Indonesia. Kesulitan bagi guru-guru di kecamatan Nggaha Ori Angu adalah metode

pembelajaran yang modern juga menggunakan media pembelajaran yang modern. Dan hal itu

menjadi kendala karena ketidakmampuan guru menggunakan media pembelajaran yang modern.

Sedangkan berinteraksi menggunakan bahasa Inggris dengan para siswa sudah banyak

dilakukan oleh guru-guru Bahasa Inggris untuk meningkatkan minat dan kemampuan siswa.

Namun, bagi guru-guru di kecamatan Nggaha Ori Angu hal ini tidak dilakukan, entah terkendala

respon siswa atau hal lain.

Penelitian lain dari Mohammad Mahbubur Rahman and Karen Malan tahun 2014 yang

berjudul An Exploratory Study into Factors Affecting Achievement in English among

Bangladeshi College Students: An Investigation of Teachers and Students Perceptions

menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan siswa dalam pelajaran Bahasa

Inggris di Bangladesh dari sudut pandang guru dan siswa. Menurut mereka faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah materi pembelajaran, metode pengajaran, penilaian, guru yang terlatih,

latar belakang sosial dan pendidikan siswa. Hasil penelitian menunjukkan buruknya materi

pembelajaran, kurangnya guru yang terlatih, kesalahan dalam sistem penilaian dan dasar

pendidikan siswa yang masih rendah.

Penelitian di atas memberi kejelasan bahwa materi pembelajaran, metode pengajaran dan

penilaian merupakan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Jadi, seorang guru Bahasa Inggris harus pandai-pandai merencanakan pembelajaran,

menggunakan metode yang kreatif dan menarik dalam pelaksanaan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar peserta didik berdasarkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.

Page 10: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian kualitatif evaluatif ini untuk mengevaluasi kinerja mengajar guru Bahasa Inggris di

sekolah menengah pertama kecamatan Nggaha Ori Angu dengan menggunakan model evaluasi

diskrepansi (Discrepancy Evaluation Model) yang dikembangkan oleh Malcolm Provus. Menurut

Widoyoko model ini berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program,

evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard)

dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya

kesenjangan (discrepancy) antara kedua yaitu standar yang ditetapkan dan kinerja yang

sesungguhnya (2013: 186). Dengan demikian, peneliti akan membandingkan standar dan

performa kinerja mengajar guru Bahasa Inggris se-Kecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten

Sumba Timur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada kinerja

mengajar guru Bahasa Inggris, khususnya dalam perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan

pembelajaran, proses penilaian hasil belajar, dan proses pelaksanaan tindaklanjut hasil penilaian.

Keempat ruang lingkup tugas pengajar ini akan dievaluasi dengan menggunakan evaluasi

ketimpangan. Objek penelitian adalah empat guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama se-

Kecamatan Nggaha Ori Angu.

Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi kelas, studi dokumen

dan wawancara dengan kepala sekolah. Teknik analisis data adalah pertama, memilah-milah data,

yaitu dengan membaca berulang-ulang data yang diperoleh dan memilah dengan memastikan

bahwa data yang diperoleh sesuai atau tidak, lalu membuang data yang tidak sesuai; kedua,

mengelompokkan data dalam beberapa kategori sesuai dengan tema atau topik; ketiga, mencoba

membuat hipotesis pada kelompok-kelopok data tersebut; keempat, mencari penjelasan-

penjelasan untuk hasil hipotesis; dan yang terakhir adalah menulis laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Dalam perencanaan pembelajaran ditemukan beberapa ketimpangan. Pertama, responden

tidak merancangkan rencana pembelajaran sendiri, responden mengambilnya dari internet atau

mengambilnya dari teman guru yang berasal dari sekolah lain. Jadi, meskipun guru mengerti

Page 11: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

karakteristik peserta didiknya sendiri, tujuan pembelajaran yang tertulis dalam RPP bisa sesuai

atau mungkin tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik. Kedua, bahan ajar yang ada di RPP

meskipun runut, logis, konstektual dan mutakhir, tentunya bahan ajar bisa sesuai atau tidak

sesuai, jika tidak ada sumber yang sesuai dengan yang tertulis di RPP. Ketiga, alokasi waktu

dalam RPP tidak sesuai dengan tingkat intektualitas peserta didik di tempat responden. Terakhir,

sumber dan media pembelajaran dalam RPP tidak bisa digunakan dalam proses belajar mengajar.

Penyimpangan utama adalah responden yang tidak merencanakan rancangan

pembelajaran sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh sebab. Pertama, pemerintah telah menyiapkan

secara lengkap silabus untuk seluruh mata pelajaran pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan

(Majib, 2005:4). Termasuk dalam pelajaran Bahasa Inggris telah ditetapkan silabus tersendiri,

sehingga di seluruh Indonesia rencana pembelajarannya mungkin akan sama, jadi guru merasa

malas membuat RPP sendiri dan mengambilnya di Internet atau dari teman sesama guru,

meskipun mungkin karakteristik peserta didik di tempat lain berbeda dengan karakteristik di

tempat guru tersebut. Kedua, guru Bahasa Inggris memang mencintai pekerjaannya sebagai guru

Bahasa Inggris, tapi hanya karena mereka akan mendapat gaji setiap bulan dan merupakan

tuntutan dalam pekerjaan. Tetapi, guru Bahasa Inggris tidak memiliki gairah terhadap pelajaran

tersebut, tidak memiliki semangat untuk mengubah pelajaran Bahasa Inggris menjadi pelajaran

yang menarik, kreatif dan inovatif. Ketiga, meskipun dinas pendidikan mengharuskan semua guru

membuat rencana pembelajaran, tapi sekolah tidak menuntut guru Bahasa Inggris memiliki

rencana pembelajaran, jadi guru merasa tidak perlu membuat rencana pembelajaran.

Cara menghilangkan ketimpangan bisa dilakukan beberapa hal. Pertama, sesama guru

Bahasa Inggris harus merencanakan dan mengadakan pertemuan-pertemuan di luar sekolah, yang

bisa digunakan untuk berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam mengajar, saling memberi

motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme. Dengan adanya pertemuan ini,

guru akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas membelajaran Bahasa Inggris dan terinspirasi

untuk membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta

didik. Kedua, guru Bahasa Inggris harus lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-

seminar keguruan untuk meningkatkan profesionalisme. Ketiga, kepala sekolah harus selalu

memberikan nasihat dan terus memotivasi guru untuk membuat rencana pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa ketimpangan. Pertama, guru Bahasa

Inggris belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, yaitu guru belum bisa

Page 12: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

mampu membuat pelajaran Bahasa Inggris menarik, kreatif dan inovatif dan sesuai dengan

alokasi waktu. Kedua, guru Bahasa Inggris belum bisa memanfaatkan sumber belajar dan media

pembelajaran yang dimiliki sendiri maupun sekolah. Misalnya peralatan audio/visual, yaitu

komputer/laptop yang dimiliki guru ataupun yang dimiliki sekolah. Peralatan komputer/laptop ini

bisa digunakan guru Bahasa Inggris untuk mencari sumber belajar dari internet, atau

menggunakannya sebagai media untuk materi listening, sehingga peserta didik akan mendengar

langsung dari native speaker. Ketiga, guru Bahasa Inggris menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pertama. Dalam pelajaran Bahasa Inggris, bahasa Inggris seharusnya menjadi

bahasa pertama dan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua. Sebaliknya, yang dilakukan guru-

guru Bahasa Inggris di kecamatan Nggaha Ori Angu adalah menjadikan bahasa daerah atau

bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan hanya sekali-kali menggunakan bahasa Inggris.

Ada beberapa alasan penyebab ketimpangan. Pertama, tingkat kemampuan pemahaman

peserta didik untuk memahami satu pelajaran berbeda-beda. Dalam pelajaran Bahasa Inggris,

peserta didik memiliki berbagai macam kesulitan untuk memusatkan perhatian pada pelajaran itu,

jadi peserta didik terlambat memahami sehingga guru Bahasa Inggris harus mengulang materi

tertentu beberapa kali, sehingga alokasi waktunya terlewat. Peneliti memperhatikan beberapa

faktor yang menyebabkan kesulitan peserta didik untuk memusatkan perhatian: (1) Faktor peserta

didik itu sendiri, misalnya tingkat pemahamannya yang kurang dan tidak adanya minat pada

pelajaran Bahasa Inggris; (2) Guru Bahasa Inggris yang pasif, yang belum mampu

mengembangkan metode pengajaran yang menarik, kreatif dan inovatif. Sekiranya, guru bahasa

Inggris bisa mengembangkan suatu metode pengajaran yang menarik, peserta didik mungkin

akan lebih memusatkan perhatian. Kedua, guru Bahasa Inggris mungkin belum atau tidak ingin

melakukan perubahan pada rutinitas pembelajaran yang sering dilakukannya. Penyebab guru

Bahasa Inggris yang malas melakukan perubahan ini mungkin karena guru tidak menghargai

profesi sendiri dan tidak berusaha untuk mengembangkan profesi tersebut, sehingga mutu

pembelajaran pun terhambat. Ketiga, guru Bahasa Inggris tidak membiasakan diri untuk berbicara

dengan peserta didik menggunakan bahasa Inggris. Peneliti memperhatikan, saat berbicara

dengan peserta didik di luar kelas pun guru menggunakan bahasa daerah, sehingga peserta didik

terbiasa menggunakan bahasa daerah dengan guru.

Menghilangkan ketimpangan bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, guru Bahasa

Inggris harus membuat rencana pembelajaran yang menarik, inovatif dan kreatif, dan mengatur

Page 13: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

alokasi waktu sendiri yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di tempatnya mengajar.

Kedua, kepala sekolah harus selalu memberikan motivasi pada guru bahasa Inggris agar mau

melakukan perubahan. Ketiga, guru Bahasa Inggris mengembangkan proses pengkondisian di

mana guru Bahasa Inggris mengkondisikan suatu keadaan untuk memicu peserta didik bicara

Bahasa Inggris, yaitu guru Bahasa Inggris menyapa peserta didik dengan Bahasa Inggris setiap

hari baik di kelas, maupun di luar kelas. Kalau peserta didik tidak mengerti, guru bisa pelan-pelan

menjelaskan artinya tanpa berhenti menggunakan bahasa tersebut.

Dalam penilaian hasil belajar ada sebuah ketimpangan, yaitu instrumen penilaian yang

dirancangkan guru tidak terdapat dalam RPP. Penyebab ketimpangan adalah seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya adalah karena guru tidak merancang rencana pembelajaran sendiri.

Instrumen itu dibuat guru sesuai keadaan yang sebenarnya peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris memotivasikan diri sendiri

untuk merencanakan pembelajaran yang lengkap, beserta instrumen penilaian yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik.

Dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian, penyimpangannya adalah guru tidak

memanfaatkan rencana pembelajaran untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.

Penyebab ketimpangan, guru Bahasa Inggris mungkin belum atau tidak ingin melakukan

perubahan pada rutinitas pembelajaran yang sering dilakukannya. Penyebab guru Bahasa Inggris

yang malas melakukan perubahan ini mungkin karena guru tidak menghargai profesi sendiri dan

tidak berusaha untuk mengembangkan profesi tersebut, sehingga mutu pembelajaran pun

terhambat. Cara mengatasi ketimpangan, guru Bahasa Inggris mengikuti pelatihan-pelatihan

untuk meningkatkan profesionalismenya.

PEMBAHASAN

Hasil evaluasi menunjukkan masih adanya ketimpangan yang terjadi pada kinerja

mengajar guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama sekecamatan Nggaha Ori Angu.

Ketimpangan-ketimpangan ini, yaitu pertama, guru Bahasa Inggris yang tidak merencanakan

rencana pembelajaran sendiri; kedua, guru Bahasa Inggris masih menggunakan metode

pengajaran yang membosankan, yang tak menarik, tak kreatif, dan tak inovatif; ketiga, alokasi

waktu yang tak sesuai dengan rencana pembelajaran, sehingga masih ada beberapa materi yang

tak diberikan pada peserta didik; keempat, guru Bahasa Inggris belum mampu memanfaatkan

Page 14: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

sumber/media pengajaran dengan baik; kelima, guru Bahasa Inggris masih lebih banyak

menggunakan bahasa Indonesia/bahasa daerah dalam pelajaran Bahasa Inggris; keenam, guru

Bahasa Inggris sudah membuat instrumen menilaian yang beragam, tapi tak tercantum dalam

RPP; ketujuh, guru Bahasa Inggris belum memanfaatkan hasil penilaian sebagai umpan balik dan

untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.

Penyebab ketimpangan yang utama adalah guru Bahasa Inggris yang masih kurang

antusias terhadap pembelajaran Bahasa Inggris. Guru Bahasa Inggris mengajar Bahasa Inggris

sebagai kewajibannya karena setiap bulan menerima gaji dari pemerintah. Karena itulah, guru

Bahasa Inggris tidak mempersiapkan proses pengajarannya dengan baik, tak ada rencana

pembelajaran yang dibuat oleh guru itu sendiri. Dan karena kurang antusias ini juga, maka

peserta didik, yang bisa merasakan kurang antusiasnya guru Bahasa Inggris, tidak akan tertarik

mengikuti pelajaran Bahasa Inggris; mereka akan lebih sering membolos dan menganggap

pelajaran Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sulit, dan bisa jadi membenci pelajaran Bahasa

Inggris. Jika peserta didik sudah membenci pembelajaran Bahasa Inggris, maka kompetensi

pelajaran Bahasa Inggris tak akan tercapai. Penyebab lain, yaitu guru Bahasa Inggris di

kecamatan Nggaha Ori Angu lebih memfokuskan pelajaran Bahasa Inggris pada reading dan

writing. Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa

ruang lingkup pelajaran Bahasa Inggris meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu, Listening,

Reading, Writing dan Speaking. Namun guru Bahasa Inggris mengabaikan dua keterampilan

Listening dan Speaking dan memfokuskan pada keterampilan Reading dan Writing. Alasan guru

adalah karena ketidaktersediaan laboratorium bahasa. Padahal dengan mendengarkan penutur asli

berbicara secara terus-menerus kemampuan peserta didik dalam keterampilan Speaking dan juga

Listening dalam hal pengucapan (pronounciation), intonasi, ataupun struktur kalimat, akan lebih

meningkat. Sebenarnya, dengan memfokuskan pembelajaran Bahasa Inggris pada keempat

keterampilan tersebut, guru Bahasa Inggris tentu bisa memanfaatkan sumber atau media yang ada

di sekitarnya. Misalnya, guru Bahasa Inggris dapat menggunakan peralatan audio/visual seperti

laptop sendiri atau milik sekolah untuk memutar audio bagi keterampilan Listening. Penyebab

berikutnya adalah tingkat kemampuan peserta didik. Di kecamatan Nggaha Ori Angu yang rata-

rata penghasilan penduduknya adalah dari pertanian dan perternakan yang musiman, bisa

dikatakan bahwa orangtua tidak mampu memberikan gizi yang memadai pada anak-anaknya,

orangtua juga tidak mampu membelikan buku-buku pengetahuan lain yang membantu peserta

Page 15: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

didik dalam pembelajaran. Sebagai tambahan, sebagian peserta tidak memiliki waktu untuk

belajar di rumah karena mereka harus membantu orangtua dari siang, sepulang sekolah sampai

malam. Inti dari hal ini adalah peserta didik mendapat ilmu pengetahuan dalam bidang akademis

dan belajar hanya di sekolah. Karena hal inilah, guru Bahasa Inggris harus pandai-pandai

merencanakan pembelajaran yang mempertimbangkan keadaan ini.

Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu

harus meningkatkan gairah mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris dengan sesering mungkin

mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris, baik guru Bahasa Inggris

di kecamatan Nggaha Ori Angu atau di luar kecamatan Nggaha Ori Angu. Dengan adanya

pertemuan-pertemuan di luar sekolah seperti ini maka guru Bahasa Inggris akan bisa saling

memotivasi, saling membagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam mengajar, saling memberi

motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme. Dengan adanya pertemuan ini,

guru akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas membelajaran Bahasa Inggris dan terinspirasi

untuk membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta

didik setempat. Selain itu, kepala sekolah-sekolah sewilayah bisa mengadakan MGMP Bahasa

Inggris yang dihadiri oleh guru-guru Bahasa Inggris untuk sama-sama menyusun rencana

pembelajaran bersama. Kepala sekolah juga harus selalu memberikan motivasi pada guru-guru

Bahasa Inggris untuk meningkatkan profesionalisme mereka.

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi guru-guru Bahasa Inggris kecamatan

Nggaha Ori Angu dan guru-guru Bahasa Inggris di seluruh Indonesia yang mengalami

ketimpangan yang sama dalam pengajaran Bahasa Inggris. Manfaatnya yang bisa diperoleh oleh

penelitian ini adalah guru Bahasa Inggris mengetahui bahwa merencanakan pembelajaran sendiri

yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan menggunakan metode yang menarik, kreatif

dan inovatif, sangatnya perlu dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan dengan alokasi waktu, dan

bisa mencapai seluruh kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ketimpangan

yang terjadi pada kinerja mengajar guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu dalam

merencanakan pembelajaran, guru belum mampu merancanakan rencana pembelajaran yang

menarik, kreatif, inovatif dan sesuai dengan alokasi waktu dan sesuai dengan karakteristik peserta

Page 16: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

didik; dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Bahasa Inggris belum mampu melaksanakan

pembelajaran yang efektif sesuai dengan alokasi waktu, guru belum mampu memanfaatkan

sumber dan media pembelajaran yang dimiliki pribadi ataupun sekolah, dan guru Bahasa Inggris

masih lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dalam pembelajaran

Bahasa Inggris; dalam penilaian hasil belajar, guru tidak mencantumkan instrumen penilaian hasil

belajar dalam RPP; sedangkan dalam tindak lanjut hasil belajar, guru belum menggunakan hasil

belajar peserta didik untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.

Penyebab ketimpangan yang utama adalah guru Bahasa Inggris yang masih kurang

antusias terhadap pembelajaran Bahasa Inggris, sehingga mereka tak membuat rencana

pembelajaran sendiri, guru-guru Bahasa Inggris juga memfokuskan pelajaran Bahasa Inggris pada

keterampilan Reading dan Writing dan mengabaikan keterampilan lain karena kurangnya media

pembelajaran dan tingkat kemampuan peserta didik.

Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu harus

meningkatkan gairah mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris dengan sesering mungkin

mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris, baik guru Bahasa Inggris

di kecamatan Nggaha Ori Angu atau di luar kecamatan Nggaha Ori Angu. Selain itu, kepala

sekolah-sekolah sewilayah bisa mengadakan MGMP Bahasa Inggris yang dihadiri oleh guru-guru

Bahasa Inggris untuk sama-sama menyusun rencana pembelajaran bersama. Kepala sekolah juga

harus selalu memberikan motivasi pada guru-guru Bahasa Inggris untuk meningkatkan

profesionalisme mereka.

IMPLIKASI

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan bagi wacana perkembangan

kinerja para guru Bahasa Inggris, terutama dalam hubungannya dengan kinerja mengajar guru

Bahasa Inggris. Guru Bahasa Inggris hendaknya meningkatkan mutu kinerja mengajar dan

profesionalisme sehingga pembelajaran Bahasa Inggris peserta didik dapat mencapai kompetensi

yang diinginkan. Guru Bahasa Inggris dapat meningkatkan mutu kinerja mengajar dengan

mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris. Kepala sekolah

hendaknya memotivasi guru Bahasa Inggris secara terus-menerus untuk meningkatkan kinerja

mengajarnya.

Page 17: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad Shahbaz dan Shahla Qasim. 2013. Analysis of the Inadequacy of Teachers'

Competency Leading to Mass Failure in the Subject of English in Pakistan. Jurnal

Language in India. 19302940, December 2013, Volume 13, Issue 12.

http://web.a.ebscohost.com/mobsmart/citations/citation?sid=8f734fc8-abba-4f91-9175-

67a9fc1f05c7%40sessionmgr4001&vid=0&hid=4107&bdata=JkF1dGhUeXBlPQ%3d

%3d#db=ufh&AN=92684891 Diakses tanggal 16 November 2014, jam 11:35 WIB.

Majib, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan Standar Kompetensi Guru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Permadi, Iwan. 2012. Mengapa Bahasa Inggris. Artikel dalam edukasi.kompasiana.com, tanggal

7 November 2012; jam 2:50. http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/07/mengapa-

bahasa-inggris-507138.html Diakses tanggal 2 November 2014; jam 9:20 WIB.

Rahman, Mohammad Mahbubur dan Karen Malan. 2014. An Exploratory Study into Factors

Affecting Achievement in English among Bangladeshi College Students: An Investigation

of Teachers and Students Perceptions. Jurnal Language in India. 19302940, June 2014,

Volume 14, Issue 6. http://web.a.ebscohost.com/mobsmart/citations/citation?

sid=7a5fbbb0-7317-44d0-bd0c-113ed1439e4b

%40sessionmgr4002&vid=0&hid=4107&bdata=JkF1dGhUeXBlPQ%3d

%3d#db=ufh&AN=96418956 Diakses tanggal 16 November 2014, jam 12:50 WIB.

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik

dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Proses (Contoh Aplikasi Evaluasi

Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks).

Jakarta: Rajawali Pers.

Page 18: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

DAFTAR GAMBAR

Menyusun aktifitas untukmenghilangkanketimpangan 

Mengembangkandesain   dan   standarkinerja

Menentukan   alasanpenyebab ketimpangan

Merencanakanevaluasimenggunakan   modelevaluasiketimpangan

Mengidentifikasiketimpangan   antarakinerja   denganstandar

Menjaring   datamengenai kinerja 

Langkah­langkah proses model evaluasi ketimpangan (Wirawan, 2012: 106)

Page 19: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah

CURRICULUM VITAE

Yang bertanda tangan di bawah ini :

DATA PRIBADINama Lengkap : Riwa Rambu Hada Enda, S.SJenis Kelamin : PerempuanTempat, tanggal lahir : Sumba Timur, 06 September 1985Kewarganegaraan : IndonesiaAgama : Kristen ProtestanAlamat : Makamenggit, RT/RW 01/02, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten

Sumba Timur. Pendidikan Terakhir : S-1 Sastra InggrisNo. HP : +6285290403140E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL1. TK Katolik Andaluri, lulus tahun 19952. SD Masehi Payeti 01, lulus tahun 20003. SMP Negeri 01 Waingapu, lulus tahun 20024. SMA Negeri 01 Waingapu, lulus tahun 20045. S-1 Sastra Inggris STiBA Satya Wacana, lulus tahun 20096. S-2 MMP Universitas Kristen Satya Wacana, lulus tahun 2016