persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru bahasa...

38

Upload: phungcong

Post on 12-Mar-2019

267 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik
Page 2: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik
Page 3: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik
Page 4: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik
Page 5: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik
Page 6: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar

guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik sebagai prediktor munculnya motivasi belajar

pada siswa SMP Kristen 1 di Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan teknik pengambilan data stratified random sampling dan metode analisis regresi.

Partisipan penelitian ini melibatkan 164 siswa SMP Kristen 1 Surakarta dengan kriteria siswa

yang mengikuti kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris di SMP Kristen 1 di Kota Surakarta.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa koefesien nilai Beta persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris sebesar 0.268 dengan nilai t = 3.301 maka secara

mandiri dapat menjadi prediktor munculnya terhadap motivasi belajar. dan angka koefisien nilai

Beta efikasi diri akademik sebesar 0.205 dengan nilai t = 2.530 maka efikasi diri akademik siswa

dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajar. Maka persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik siswa secara bersama-sama dapat

menjadi prediktor munculnya motivasi belajar Bahasa Inggris pada siswa SMP Kristen 1

Surakarta.

Kata Kunci : Persepsi, kompetensi mengajar guru, efikasi diri akademik, motivasi belajar.

Page 7: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

ii

Abstract

The purpose of this study was to determine the students' perception of English teachers teaching

competence and academic self-efficacy as a predictor of the emergence of junior high school

students motivation to learn at SMP Kristen 1 Surakarta. This study used quantitative methods of

data collection techniques stratified random sampling and regression analysis method.

Participants of this study involving 164 students SMP Kristen 1 Surakarta with the criteria of

students who participated in the teaching and learning English in junior SMP Kristen 1

Surakarta. Results from this study indicated that the Beta coefficient value students' perceptions

of the competence of teachers to teach English by 0268 with a value of t = 3301 then

independently can be a predictor of the emergence of the motivation to learn. and the number of

academic self-efficacy coefficient Beta value of 0205 with a value of t = 2.530, the student

academic self-efficacy can be a predictor of the emergence of motivation to learn. Then the

students' perception of teaching English teacher competence and student acedemic self-efficacy

together can be a predictor of the emergence of motivation to learn English in students SMP

Kristen 1 Surakarta.

Keywords: Perception, teachers teaching competence, academic self-efficacy, motivation to

learn.

Page 8: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

1

PENDAHULUAN

Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan sebab manusia membutuhkan pendidikan

dan sebagai kunci dari masa depan manusia yang dibekali oleh akal dan pikiran. Dengan

pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi manusia yang

memiliki sumber daya berkualitas. Setara dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinda dan

Melly (2012), sumber daya manusia yang berkualitas menjadi salah satu modal penting bagi

pembangunan suatu bangsa. Suatu bangsa yang memiliki sumber daya manusia bermutu tinggi

akan lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dengan meningkatkan sumber

daya manusia akan terciptanya peningkatan mutu pendidikan nasional. Kenyataan yang tidak

dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan pendidikan

menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Salah satunya adalah dengan adanya era pasar bebas ASEAN (AFTA) 2015, menuntut setiap

individu untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal terutama di bidang

Komunikasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Durand (2006) menyatakan bahwa sebagai sarana komunikasi global Bahasa Inggris

dapat digunakan untuk menguasai teknologi dengan baik dan diperlukan pengetahuan yang

memadai agar dapat menghadapi tuntutan dunia global yang sarat dengan persaingan yang

kompetitif. Dalam hal ini Bahasa Inggris mempunyai peranan penting dalam menguasai

teknologi komunikasi maupun berinteraksi secara langsung terutama dengan hadirnya media

internet yang mau tidak mau memaksa individu mempelajari bahasa inggris dan menjadikannya

memiliki peran penting dalam komunikasi dunia internasional (Crystal, 2003). Hal tersebut

dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stella (2012), apabila siswa memiliki

kemampuan Bahasa Inggris yang baik, maka akan terbuka kesempatan untuk memperoleh

pekerjaan yang baik terutama di perusahaan multinasional yang memang mensyaratkan

kemampuan bahasa inggris yang baik. Selanjutnya kemampuan tersebut dapat memberikan

potensi untuk memperluas pergaulan di dunia internasional. Hal ini dikarenakan Bahasa Inggris

merupakan bahasa pergaulan internasional dan secara umum bermanfaat untuk dapat bersaing di

era globalisasi. Tetapi apabila siswa tidak dapat menguasai Bahasa Inggris dengan baik maka

akan menjadi kendala bagi siswa untuk mendapatkan kesempatan kerja yang bagus di

perusahaan atau lembaga-lembaga swasta atau pemerintahan, tidak dapat berkomunikasi maupun

Page 9: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

2

berinteraksi dalam dunia IPTEK dan kerjasama dalam dunia bisnis dengan para pengusaha di

negara lain. Menyadari akan pentingnya Bahasa Inggris, adanya Keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Indonesia Nomor 060/U/1993 Tanggal 25 Februari 1993 tentang

Dimungkinkannya Progam Bahasa Inggris Diajarkan Lebih Dini sebagai Satu Mata Pelajaran

Muatan Lokal. Mata Pelajaran ini dapat dimulai pada pendidikan sekolah dasar sesuai anjuran

pemerintah.

Namun perkembangan Bahasa Inggris di Indonesia saat ini belum dapat dikatakan

berhasil. Sebagian besar kemampuan berbahasa Inggris para siswa yang secara formal telah

mempelajari Bahasa Inggris sejak tingkat sekolah dasar masih dikatakan belum memadai (Yusuf,

2010). Kenyataan tersebut dibuktikan dengan beberapa temuan di lapangan menunjukkan Nilai

Akhir (NA) siswa SMP yang diterima Disdikpora dari Kemendikbud Kota Solo mengungkapkan

bahwa dari 11.305 siswa yang mengikuti Ujian Nasional, dinyatakan 164 siswa tidak lulus. Maka

untuk presentase prestasi kelulusan hanya mencapai 98.55%. Selanjutnya, dari 164 siswa yang

tidak lulus tersebut memiliki nilai rendah pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Untuk mencapai prestasi siswa tersebut, Syafi (2008) menyatakan bahwa proses belajar

mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi dan

menunjang keberlangsungannya. Salah satu penunjang utamanya adalah adanya peran motivasi

belajar bagi peserta didik. Dengan adanya peran motivasi yang dimiliki siswa dalam proses

pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau

bantuan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran (Sarwono, 1989).

Beberapa hasil penelitian tentang pentingnya motivasi belajar dalam Bahasa Inggris

menunjukkan bahwa motivasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris dapat digunakan sebagai

penggerak utama yang membawanya pada keberhasilan mempelajari Bahasa Inggris (Marlina,

2007).

Motivasi merupakan faktor psikologis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar.

(Sardiman, 1994). Sehingga seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat berarti memiliki

banyak energi untuk belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi mungkin akan gagal

dalam pelajaran apabila kurang memiliki motivasi. Sedangkan hasil yang baik akan tercapai bila

adanya motivasi yang kuat (Nasution, 1986). Maka motivasi belajar sangat penting dimiliki oleh

Page 10: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

3

siswa dalam proses kegiatan belajar. Motivasi belajar yang ada dalam diri diri siswa bukan

merupakan suatu kondisi namun motivasi timbul dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu dengan

adanya keinginan untuk dapat mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu dengan baik dan benar.

Rettob (1990), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

siswa, yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan faktor eksternal (dari lingkungan). Senada

dengan penelitian yang dilakukan oleh Melinda dan Melly (2012), motivasi dirumuskan sebagai

dorongan untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan,

yang diakibatkan dari faktor luar (eksternal) yaitu persepsi pada kompetensi mengajar guru. Pada

faktor dari luar yaitu persepsi pada kompetensi mengajar guru. Persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru mempunyai peran penting dalam menumbuhkan motivasi belajar

siswa.

Menurut Walgito (2003), persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses

pengindraan yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut

proses sensori. Persepsi merupakan proses subjektif pengolahan bagaimana manusia menilai

suatu objek. Menurut Alisuf (1993), persepsi yaitu pandangan atau pengertian bagaimana

seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan hal yang penting karena

pandangan seseorang berperilaku terhadap suatu objek atau individu lain tidaklah sama. Dalam

kegiatan belajar persepsi siswa mengarah pada bagaimana siswa memandang dan menilai

kompetensi mengajar guru.

Menurut Usman (2005), kompetensi mengajar guru adalah kemampuan dan kewenangan

guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan

faktor penting seperti bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang

dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak

didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. sehingga seorang guru

diharapkan memiliki kompetensi mengajar profesional berkaitan dengan perannya sebagai

tenaga pendidik. Menurut Purwanto (2007) maka persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar

guru adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasi

kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar.

Kompetensi dalam mengajar guru menarik untuk dikaji, mengingat guru sebagai sentral dalam

proses belajar mengajar. Guru dipandang sebagai gudangnya ilmu dan metodologi, sekaligus

Page 11: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

4

tempat bertanya siswa. Oleh karenanya, kemampuan guru mengajar menjadi keharusan yang

harus terpenuhi. Maka peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila didukung oleh

kompetensi mengajar guru yang berkualitas. Menurut Suryadi (1992), guru yang berkualitas

memiliki kemampuan profesional, upaya profesional dan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan

profesionalnya. Untuk menjadi seorang guru yang profesional selain harus menguasai materi

namun juga dapat melakukan penyampaian materi belajar yang tepat agar tercipta

keberlangsungan proses belajar mengajar yang tepat pula untuk peserta didik.

Dalam kegiatan belajar mengajar persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru

dapat memunculkan motivasi belajar siswa. Apabila siswa memiliki persepsi yang positif

terhadap kompetensi mengajar guru maka semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa.

Dengan adanya motivasi belajar, siswa memiliki semangat untuk memperhatikan materi yang

diajarkan guru dan siswa memiliki hasil belajar yang baik. Namun apabila siswa memiliki

persepsi yang buruk terhadap kompetensi mengajar guru maka rendahnya motivasi belajar siswa.

Dan rendahnya motivasi belajar siswa maka akan membuat siswa menjadi malas belajar materi

yang diajarkan dan memiliki hasil belajar yang buruk. Hal tersebut dibuktikan pada penelitian

yang dilakukan oleh Pangky (2010) menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara

persepsi kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa namun tidak dipengaruhi oleh

efikasi diri siswa, sedangkan menurut Monks (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar siswa adalah cita-cita dan aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi

lingkungan siswa, unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam

membelajarkan siswa. Secara khusus kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan kondisi rohani.

Kondisi rohani dapat dikaitkan dengan kondisi psikis karena mempunyai kesamaan yaitu kondisi

dalam diri yang berkaitan dengan pikiran, akal, ingatan, termasuk proses kesadaran maupun

ketidaksadaran. Efikasi diri akademik merupakan bagian dari kondisi rohani yang berkaitan

dengan keyakinan dalam diri. Dalam hal ini tinggi rendahnya efikasi diri akademik yang dimiliki

siswa berkaitan dengan motivasi belajar siswa.

Tentang efikasi diri (self-efficacy), Bandura (1977) mendefinisikan sebagai keyakinan

diri dalam pertimbangan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan

menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan. Hal ini tidak

tergantung pada jenis ketrampilan atau keahlian yang dimiliki seseorang, tetapi berhubungan

Page 12: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

5

dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut seberapa besar usaha yang

dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama seseorang akan bertahan. Keyakinan

yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus berusaha sampai tujuannya

tercapai. Namun, apabila keyakinan diri itu tidak kuat seseorang cenderung akan mengurangi

usahanya bila menemui masalah. Penilaian terhadap diri sendiri dapat membantu seseorang

untuk dapat lebih mengenal dirinya sendiri dan potensi apa yang menonjol dari diri sendiri

sehingga seseorang dapat mengasah potensi tersebut untuk membentuk manusia yang memiliki

kualitas sumber daya yang tinggi. Pada akhirnya, kondisi ini dapat memunculkan motivasi

belajar pada siswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridaul, Trisno dan Hary (2012), dalam tugas

pada siswa berupa Ujian Akhir Nasional, siswa yang memiliki efikasi diri akademik tinggi

mempunyai kemantapan dan komitmen dalam mencapai tujuan yang diinginkan, merasa mampu

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, mengembangnya perilaku positif dalam

mengerjakan tugas. Dengan adanya keyakinan positf dalam diri atau efikasi diri akademik tinggi

yang dimiliki siswa tersebut akan memunculkan rasa tidak mudah menyerah dalam

menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakannya. Pada akhirnya kondisi tersebut dapat

memunculkan motivasi pada siswa. Namun Siswa yang memiliki keyakinan diri yang buruk atau

efikasi diri akademik rendah yaitu merasa tidak yakin dapat menyelesaikan tugas yang diberikan

kepadanya, tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik apabila tidak dibantu oleh orang lain,

mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan, dan sering kali rendah diri melihat temannya

yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik maka akan sulit bagi siswa untuk memiliki

motivasi belajar.

Dari hasil wawancara dengan salah satu guru Bahasa Inggris SMP Kristen 1 Surakarta

menyatakan bahwa saat guru mengajar siswa terpaku pada buku teks, mengerjakan soal latihan

yang diberikan guru, merumuskan materi dari buku cetak dan pemberian PR sehingga siswa

merasa jenuh, kurang tertarik, kurang merespon pada materi pelajaran, tidak pernah mencatat apa

yang telah dijelaskan oleh guru, sering menguap, lama berespon dalam mengerjakan tugas,

terlihat mengantuk, dan sering berbicara dengan teman disampingnya. Kondisi seperti itu

menyebabkan siswa menjadi kurang adanya motivasi untuk belajar dan berpengaruh pada

prestasi belajar siswa khusus mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII semester 1 tahun 2013

Page 13: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

6

terutama mengenai batas tuntas mata pelajaran tersebut adalah 60, ternyata yang tuntas sekitar

60% dari 30 siswa di kelas tersebut bahkan terdapat peserta didik yang nilainya kurang dari 60.

Mengingat pentingnya peran Bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran yang masuk dalam

ujian nasional, sehingga mata pelajaran ini agak mencemaskan atau dikhususkan dalam mata

pelajaran. Terkait dengan fungsi dan peran Bahasa Inggris, siswa harus berusaha meningkatkan

prestasinya dengan berbagai cara. Namun pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak

kendala-kendala yang dihadapi siswa karena tidak semua siswa menerima pelajaran Bahasa

Inggris sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Dari hasil observasi pada bulan Agustus 2014 khususnya kelas VII di SMP Kristen 1

Surakarta terdapat permasalahan yaitu siswa jarang mencatat materi yang telah disampaikan oleh

guru, siswa tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, dan setiap kali siswa diberikan tugas

siswa jarang mengerjakan. Dari permasalahan di atas menunjukkan perilaku siswa yang kurang

termotivasi dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Inggris adalah masalah serius.

Dari sini penulis mencoba untuk mengetahui apakah persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik dapat menjadi prediktor munculnya

motivasi belajar siswa.

Berdasarkan paparan di atas, maka pentingnya dilakukan penelitian ini dikarenakan

belum ada penelitian yang menguji apakah persepsi terhadap kompetensi mengajar guru dan

efikasi diri akademik dapat sebagai prediktor munculnya motivasi belajar siswa.

Motivasi Belajar

Berbicara mengenai motivasi, maka sangat erat hubungannya dengan corak, pola, alasan

seseorang melakukan sesuatu (Zul & Ratu 1989). Selain itu dalam psikologi motif adalah daya

penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas demi suatu tujuan tertentu.

Menurut para ahli, Santrock (2007) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan

kegigihan perilaku. Yang artinya, perilaku yang memiliki motivasi perilaku yang penuh energi,

terarah, dan bertahan lama. Selajutnya menurut Barelson dan Stamer dalam Koontz (2001)

mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong,

mengaktifkan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan. Menurut Winkel (2004), motivasi

belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

Page 14: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

7

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan

belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Sudjana (2006) mengemukakan bahwa motivasi belajar yang ada dalam diri seseorang

memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Minat dan perhatian terhadap mata pelajaran artinya menaruh perhatian dan minat siswa

terhadap kegiatan-kegiatan itu.

b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya artinya rajin dalam

mengerjakan tugas sekolah

c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya artinya tidak pernah

mengabaikan tugas sekolah, dan berani mengakui kesalahan ketika mengerjakan tugas

sekolah

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru artinya senang

memperhatikan guru ketika sedang mengajar dan aktif bertanya di ruang kelas

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan artinya dalam

mengerjakan tugas-tugas memusatkan perhatian sepenuhnya, tidak mudah

menyerah/putus asa, dan berusaha mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Selain dari aspek-aspek motivasi belajar siswa, Rettob (1990) menyatakan bahwa dalam

aktifitas belajar, siswa membutuhkan dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan

dapat tercapai. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara

lain :

1. Faktor Internal

a. Pandangan seseorang tentang bahasa yang sedang dipelajari. Jika siswa memiliki

padangan positif terhadap bahasa yang dipelajari maka ia akan memiliki motivasi yang

positif. Dalam kaitannya dengan hal ini, semakin siswa tertarik pada Bahasa Inggris

karena adanya pandangan bahwa Bahasa Inggris semakin banyak digunakan dalam

dunia internasional.

Page 15: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

8

b. Sikap seseorang terhadap bahasa yang dipelajari. Sikap tersebut diantaranya adalah

dengan adanya keyakinan diri (efikasi diri) bahwa siswa mampu untuk menguasai

Bahasa Inggris dengan baik. Sikap dan motivasi sangat berkaitan dan mengacu pada

keterarahan tingkah laku.

2. Faktor Eksternal:

a. Faktor orang tua yang digolongkan pada peran aktif dan pasif terhadap anaknya yang

belajar Bahasa Inggris. Orang tua yang berperan aktif akan bersikap mendorong

anaknya untuk belajar dengan baik.

b. Persepsi siswa terhadap lingkungan sosial tempat pembelajar itu berada. Hal tersebut

juga termasuk tentang kompetensi mengajar guru.

Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di atas, penulis dapat

memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses

belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami

dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga di dalam memberikan dan

melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis,

lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren.

Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Mengajar Guru

Persepsi didefinisikan sebagai penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda,

manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negatif. (Atkinson & Hilgard, 1987).

Sedangkan Thoha (1986), menyatakan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap

orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Dari beberapa pengertian di atas, persepsi adalah sebagai proses mental pada individu

dalam usahanya mengenal sesuatu yang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus yang

ditangkap indera dari suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulus

tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu di saat ia menerima

stimulus dari lingkungannya.

Winkel (1996), mengemukakan bahwa setiap siswa yang memandang belajar di sekolah

pada umumnya, atau bidang studi tertentu. Sesuatu yang bermanfaat baginya akan memberikan

Page 16: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

9

penilaian terhadap semua aspek yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebaliknya, siswa yang

memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak berguna akan memberikan penilaian yang

negatif.

Dalam kaitannya dengan bidang studi Bahasa Inggris, persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap

kemampuan dan kewenangan guru Bahasa Inggris dalam menjalankan profesi keguruannya,

terutama dalam hal melaksanakan proses belajar mengajar bidang studi Bahasa Inggris di kelas.

Siswa menerima rangsangan-rangsangan atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses

pengajaran yang dilakukannya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai

suatu pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16/2007, aspek-

aspek kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial dan kompetensi professional. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Selvy (2007)

menyatakan bahwa kompetensi guru terbagi ke dalam tiga area yaitu kompetensi mata pelajaran,

kompetensi pedagogik, dan kompetensi budaya. Namun tidak berbeda dengan kompetensi guru

yang disebutkan oleh Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 16/2007 karena pengertian

kompetensi pedagogik adalah sama, sedangkan kompetensi mata pelajaran diberi arti sama

dengan kompetensi profesional guru, sedangkan kompetensi sosial dan kepribadian dijadikan

satu istilah kompetensi budaya. Berdasarkan hasil penelitian Selvy (2007), kompetensi

profesional guru mencakup sembilan seperangkat kompetensi yaitu :

1. Kompetensi mata pelajaran yaitu kompetensi utama guru yang dijadikan acuan untuk

mengajar materi pada siswa sesuai dengan konten mata pelajaran.

2. Kompetensi penelitian meliputi kompetensi metode penelitian dan teknik, merancang dan

melaksanakan penelitian di bidang guru.

3. Kompetensi kurikulum yaitu terbagi menjadi dua, kompetensi pengembangan kurikulum

dan kompetensi pelaksanaan kurikulum.

4. Kompetensi belajar sepanjang hayat yaitu mengharuskan guru mengambil tanggung jawab

mereka dalam bertindak untuk pembelajar mereka sendiri dalam proses belajar sepanjang

hayat.

Page 17: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

10

5. Kompetensi sosial-budaya meliputi pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya siswa

lokal maupun nasional dan nilai-nilai internasional, demokrasi dan isu-isu hak asasi

manusia, team dan guru mampu bekerja secara kolaboratif.

6. Kompetensi emosional yaitu terdiri dari nilai, moral, kepercayaan, sikap, kecemasan,

motivasi, dan empati yang harus dimiliki guru.

7. Kompetensi komunikasi meliputi model komunikasi, interaksi diantara guru, siswa,

lingkungan sosial dan topik pembelajaran.

8. Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi yaitu digunakan sebagai alat dan

peralatan teknis untuk menjangkau dan mentranfer pengetahuan kepada siswa.

9. Kompetensi lingkungan dapat didefinisikan sebagai kompetensi untuk sikap dan

keterampilan guru tentang sistem ekologi dan lingkungan.

Efikasi Diri Akademik

Menurut teori Bandura (1977), efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan seseorang

tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan progam tindakan yang

diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Bandura juga menyatakan bahwa efikasi diri

membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan

ketekunan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan dan derajat kecemasan atau

ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi

kehidupan mereka. Berkaitan dengan bidang akademik dalam teori yang dikemukakan oleh

Baron dan Byrne (2003) menyatakan bahwa efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri

seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan

menandakan level kemampuan dirinya.

Bandura (1977) menjelaskan bahwa individu yang memiliki efikasi diri akademik

tinggi cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas, sedangkan

individu yang memiiliki efikasi diri akademik rendah cenderung mengerjakan suatu tugas

tertentu meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit. Mereka yang gagal dalam melaksanakan

sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi diri akademik setelah mengalami

kegagalan tersebut.

Bandura (1977) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri akademik

tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha keras, pengetahuan dan

Page 18: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

11

ketrampilan. Namun pada invidu yang memiliki efikasi diri akademik rendah akan menjauhi

tugas-tugas yang sulit kerena tugas tersebut dipandang sebagai ancaman bagi mereka. Individu

tersebut memliki aspirasi yang rendah serta komitmen yang rendah dalam mencapai suatu

tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan dan individu tidak berpikir bagaimana cara

yang baik dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit. Selain itu individu cenderung lamban

dalam membenahi kembali efikasi diri akademik ketika mereka menghadapi kegagalan.

Dari penyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki

efikasi diri akademik tinggi memiliki ciri-ciri cenderung memilih terlibat langsung dalam

mengerjakan suatu tugas, cenderung mengerjakan tugas tertentu, sekaligus tugas yang dirasa

sulit, menganggap kegagalan sebagai akibat kurangnya usaha, pengetahuan dan ketrampilan,

gigih dalam berusaha, percaya pada kemampuan diri yang dimiliki, hanya sedikit

menampakkan keragu-raguan, suka mencari situasi baru. Sedangkan individu yang memiliki

efikasi diri akademik rendah cenderung menghindari tugas, ragu-ragu akan kemampuannya,

tugas yang sulit dipandang sebagai ancaman, lamban dalam membenahi diri ketika mendapat

kegagalan, sspirasi dan komitmen pada tugas lemah, tidak berfikir bagaimana cara menghadapi

masalah, tidak suka mencari situasi yang baru.

Efikasi diri akademik yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat berdasarkan

aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku. Bandura (1977), mengemukakan ada

tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu :

1. Magnitude. yaitu tingkat masalah berkaitan dengan derajat kesulitan tugas siswa.

Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba siswa berdasar

ekspetasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Siswa akan berusaha melakukan tugas

tertentu yang siswa persepsikan dapat dilaksanakannya dan siswa akan menghindari

situasi dan perilaku yang siswa persepsikan di luar batas kemampuannya.

2. Generality, yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang perilaku dimana siswa

merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan

dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian

aktivitas dan situasi yang lebih dan bervariasi.

3. Strength, yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan siswa atas kemampuannya.

Pengharapan yang kuat dan mantap pada siswa atas kemampuannya. Pengharapan

Page 19: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

12

yang kuat dan mantap pada siswa akan mendorong untuk gigih dalam berupaya

mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang

menunjang. Sebaliknya pengharapn yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri

akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Kerangka Berpikir

Persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru adalah proses ketika siswa

menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan

dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar (Purwanto, 2007). Menurut Alisuf

(1993), siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, yaitu persepsi

yang tinggi atau persepsi yang rendah. Persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru

merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan motivasi belajar siswa (Melinda dan Melly,

2012).

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah

pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Winkel 2004).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Pangky (2010), menunjukkan bahwa adanya

hubungan positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru terhadap motivasi

belajar siswa. Apabila siswa memiliki persepsi pada kompetensi mengajar guru yang tinggi

maka hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi

belajar, siswa memiliki semangat untuk memperhatikan materi yang diajarkan guru dan siswa

memiliki hasil belajar yang baik. Namun apabila siswa memiliki persepsi yang buruk pada

kompetensi mengajar guru maka motivasi belajar siswa akan rendah. Dengan rendahnya

motivasi belajar siswa maka siswa menjadi malas belajar pada materi yang diajarkan guru dan

memiliki hasil belajar yang buruk.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah efikasi diri

akademik. Efikasi diri akademik dalam teori yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2003)

menyatakan bahwa efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri seseorang bahwa dirinya

mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan

dirinya.

Page 20: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

13

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ridaul, Trisno dan Hary (2012), menyebutkan

bahwa siswa yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi akan memunculkan rasa tidak

mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakannya yang pada akhirnya

akan memunculkan motivasi belajar siswa. Dibandingkan dengan siswa yang memiliki efikasi

diri akademik rendah, siswa merasa tidak yakin dapat menyelesaikan tugas yang diberikan

kepadanya, tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik apabila tidak dibantu oleh orang lain,

mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan, dan sering kali rendah diri melihat temannya

menyelesaikan tugas dengan baik maka akan sulit bagi siswa untuk memiliki motivasi belajar.

Syafi (2008) menyatakan bahwa jika seorang siswa memiliki motivasi belajar yang

tinggi, maka ia akan semangat dan terdorong untuk belajar rajin, aktif, dan giat sehingga akan

berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Selain itu faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar siswa terdiri dari faktor eksternal yaitu faktor dari lingkungan

dan faktor internal yaitu faktor dari dalam individu. Oleh karena itu, persepsi siswa yang baik

pada kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik yang tinggi, maka siswa menjadi

semangat dan menikmati kegiatan belajar bersama gurunya, siswa akan terdorong untuk giat

dan rajin belajar sehingga kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa (Rettob, 1990).

Berdasarkan uraian kerangka berpikir, maka peneliti menggambarkan model kerangka

berpikir antara tiga variabel yaitu persepsi siswa pada kompetensi mengajar guru, efikasi diri

akademik, dan motivasi belajar. Kerangka berpikir persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru dan efikasi diri akademik sebagai prediktor munculnya motivasi belajar dapat

dilihat pada Gambar 1.1

Persepsi siswa pada kompetensi

mengajar guru

Efikasi diri akademik siswa

(y)

Motivasi belajar

Page 21: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

14

Gambar 1.1.

Skema Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa Inggris dan

Efikasi Diri Akademik Sebagai Prediktor Munculnya Motivasi Belajar Pada Siswa

SMP Kristen 1 Kota Surakarta

Hipotesis

Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa pada kompetensi mengajar guru

Bahasa Inggris dengan motivasi belajar Bahasa Inggris siswa SMP Kristen 1 Surakarta.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri akademik siswa dengan motivasi

belajar Bahasa Inggris siswa SMP Kristen 1 Surakarta.

3. Persepsi siswa pada kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

dapat menjadi prediktor bagi munculnya motivasi belajar Bahasa Inggris siswa SMP

Kristen 1 Surakarta.

METODE PENELITIAN

A. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kristen 1 Surakarta. Dalam

menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti menggunakan rumus pengambilan

sampel yang berasal dari Slovin yaitu :

Keterangan

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : margin error (5% = 0,05)

Jumlah populasi SMP Kristen 1 Surakarta berjumalah 536 siswa. Maka penelitian ini

melibatkan sejumlah 164 siswa, dari kelas VII 67 siswa dan kelas VIII 97 siswa, seluruhnya

berjenis kelamin pria dan wanita, berusia antara 12 sampai 15 tahun. Teknik pengambilan

Page 22: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

15

sampel menggunakan stratified random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dan

berstrata (Azwar, 2003). karena di setiap kelas VII dan kelas VIII memiliki beberapa

karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara proportional. Kriteria subjek adalah

siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris di SMP Kristen 1 Surakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 - 28 Februari 2015 di SMP Kristen 1 Kota

Surakarta.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala untuk mengungkap

respon pribadi subjek. Skala yang digunakan yaitu skala motivasi belajar, skala persepsi pada

kompetensi mengajar guru, dan skala efikasi diri akademik. adapun ketiga skala tersebut

sebagai berikut :

1. Skala Motivasi Belajar

Skala motivasi belajar digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa-siswi

kelas Bahasa Inggris. Penyusunan skala ini diadaptasi dan kemudian diperbaiki oleh

penulis dari penelitian skripsi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

oleh Franklin G.J (2011). Skala motivasi belajar ini mengacu pada aspek-aspek yang

dikemukakan Sudjana (2006) yang terdiri dari lima aspek yaitu minat dan perhatian

terhadap mata pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya,

tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas dalam

mengerjakan tugas yang diberikan.

Pola dasar pengukuran skala motivasi belajar ini mengikuti pola metode skala

likert. Pilihan jawaban memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria pemberian nilai

adalah sebagai berikut : untuk aitem instrinsik yang berfungsi sebagai aitem

favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban TS

mendapat nilai 2, dan STS mendapat nilai 1. Sedangkan untuk aitem ekstrinsik yang

berfungsi sebagai aitem unfavorable adalah sebagai berikut : jawaban SS mendapat

nilai 1, jawaban S mendapat nilai 2, jawaban TS mendapat nilai 3, dan jawaban STS

mendapat nilai 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin

Page 23: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

16

instrinsik motivasi belajar siswa dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh

subjek berarti semakin ekstrinsik motivasi belajar siswa.

Dari hasil uji coba sebanyak satu putaran yang telah dilakukan penelitian

sebelumnya oleh Franklin G.J (2011), uji daya diskriminasi item terhadap 30 item

angket motivasi belajar, 30 item dinyatakan valid. Dengan koefisien daya

diskriminasi item sebesar 0,355 – 0,634. Kemudian uji reliabilitas dengan

menggunakan cronbach’s alpha didapatkan hasil koefisien reliabilitias sebesar 0.884.

Maka, alat ukur motivasi belajar termasuk dalam kategori reliabel dan baik digunakan

sebagai alat ukur motivasi belajar.

Dari hasil uji daya diskriminasi item yang telah dilakukan penulis sebanyak dua

putaran terhadap 30 item angket motivasi belajar, 18 item bertahan sedangkan 12

item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi

item sebesar 0,346 – 0,746. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini

dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil

koefisien reliabilitas sebesar 0,887. Maka, alat ukur motivasi belajar termasuk dalam

kategori reliabel. Dalam alat ukur motivasi belajar, semua aspek terwakili oleh 18

item yang bertahan.

2. Skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru

Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi siswa pada

kompetensi mengajar guru. Skala ini digunakan untuk mengukur persepsi siswa-siswi

pada kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris. Penyusunan skala ini diadaptasi dan

kemudian diperbaiki oleh penulis dari penelitian tesis Progam Pasca Sarjana Magister

Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana oleh Basori (2011). Skala

ini mengacu pada aspek-aspek persepsi siswa pada kompetensi mengajar guru yang

dikemukakan oleh Selvy (2007), yaitu kompetensi mata pelajaran, kompetensi

penelitian, kompetensi kurikulum, kompetensi belajar sepanjang hayat, kompetensi

sosial-budaya, kompetensi emosional, kompetensi komunikasi, kompetensi informasi

dan teknologi, dan kompetensi lingkungan.

Pola dasar pengukuran persepsi pada kompetensi mengajar guru ini mengikuti

pola metode skala likert. Pilihan jawaban memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju

Page 24: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

17

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria

pemberian nilai adalah sebagai berikut : untuk aitem instrinsik yang berfungsi sebagai

aitem favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban

TS mendapat nilai 2, dan STS mendapat nilai 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh

subjek berarti semakin instrinsik persepsi pada kompetensi mengajar guru dan

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin ekstrinsik

persepsi pada kompetensi mengajar guru.

Dari hasil uji coba sebanyak satu putaran yang telah dilakukan penelitian

sebelumnya oleh Basori (2011), uji daya diskriminasi item terhadap 47 item angket

motivasi belajar, 47 item dinyatakan valid. Dengan koefisien daya diskriminasi item

sebesar 0,303 – 0,498. Kemudian uji reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s

alpha didapatkan hasil koefisien reliabilitias sebesar 0.852. Maka, alat ukur persepsi

siswa terhadap kompetensi mengajar guru termasuk dalam kategori reliabel dan baik

digunakan sebagai alat ukur persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru.

Dari hasil uji daya diskriminasi item yang telah dilakukan oleh penulis sebanyak

satu putaran terhadap 47 item angket persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar

guru, dinyatakan 47 item tersebut bertahan. Item-item tersebut mempunyai koefisien

daya diskriminasi item sebesar 0,317 – 0,652. Kemudian, pengujian terhadap

reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas

didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,940. Maka, alat ukur persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru termasuk dalam kategori sangat reliabel. Dalam

alat ukur persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru, semua aspek terwakili

oleh 47 item yang bertahan.

3. Skala Efikasi Diri Akademik

Skala ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri

akademik. skala ini digunakan untuk mengukur efikasi diri akademik siswa kelas

Bahasa Inggris. Penyusunan skala efikasi diri akademik yang disusun oleh penulis ini

mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1977), yang terdiri dari

tiga aspek, yaitu aspek magnitude, generality, strength.

Page 25: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

18

Pola dasar pengukuran skala Efikasi Diri Akademik ini mengikuti pola metode

skala likert. Pilihan jawaban memiliki 5 alternatif yaitu (1), Sangat Tidak Percaya

Diri (2), Tidak Percaya Diri (3), Percaya Diri dan (4), Sangat Percaya Diri. Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin instrinsik efikasi diri akademik dan

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin ekstrinsik

efikasi diri akademik.

Dari hasil uji daya diskriminasi item yang telah dilakukan oleh penulis sebanyak

dua putaran terhadap 18 item angket efikasi diri akademik, 17 item bertahan

sedangkan 1 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya

diskriminasi item sebesar 0,456 – 0,667. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas

alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan

hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,899. Maka, alat ukur efikasi diri akademik

termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur efikasi diri akademik, semua aspek

terwakili oleh 17 item yang bertahan.

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi dengan bantuan

progam Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) for Windows release 16.0. Analisis

regresi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua atau lebih variabel yang berupa hubungan kasual atau fungsional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Deskriptif

Sebelum dilakukan uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Peneliti

menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi, sedang, dan rendah maka

dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan distribusi

kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar. (Sugiyono, 2005)

Page 26: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

19

Tabel 1

Kategorisasi Skor Skala Motivasi Belajar

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 67 ≤ x ≤ 120 21 12.80%

Sedang 52 ≤ x < 67 115 70.12% 89.47 7.08

Rendah 30 ≤ x < 52 28 17.07%

Keterangan x = motivasi belajar

Dari hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 21 siswa (12.80%)

menyatakan bahwa motivasi belajar dalam kriteria tinggi, 115 siswa (70.12%) menyatakan

bahwa motivasi belajar dalam kriteria sedang. Dan 28 siswa (17.07%) menyatakan bahwa

motivasi belajar dalam criteria rendah. Rata-rata dari skor motivasi belajar sebesar 89.47.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki motivasi belajar

yang masuk dalam kategori sedang.

Tabel 2

Kategori Skor Skala Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Mengajar Guru

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 164 ≤ x ≤ 188 23 14.02%

Sedang 133 ≤ x < 164 108 65.85% 148.48 15.92

Rendah 47 ≤ x < 133 33 20.12%

Keterangan x = persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru

Dari hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 23 siswa (14.02%)

menyatakan bahwa persepsi ssiwa terhadap kompetensi mengajar guru dalam kriteria tinggi, 108

siswa (65.85%) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dalam

kriteria sedang. Dan 33 siswa (20.12%) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru dalam kriteria rendah. Rata-rata dari skor persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru sebesar 148.48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata

subjek memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru yang masuk dalam kategori

sedang.

Page 27: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

20

Tabel 3

Kategori Skor Skala Efikasi Diri Akademik

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Tinggi 59 ≤ x ≤ 60 21 12.80%

Sedang 46 ≤ x < 59 112 68.29% 55.09 6.89

Rendah 15 ≤ x < 46 31 18.90%

Keterangan x = efikasi diri

Dari hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 21 siswa (12.80%)

menyatakan bahwa efikasi diri akademik dalam kriteria tinggi, 112 siswa (68.29%) menyatakan

bahwa efikasi diri akademik dalam kriteria sedang. Dan 31 siswa (18.90%) menyatakan bahwa

efiksai diri akademik dalam kriteria rendah. Rata-rata dari skor efikasi diri akademik sebesar

55.09. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki efikasi diri

akademik masuk dalam kategori sedang.

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari penelitian ini menunjukkan

hasil bahwa ketiga variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel motivasi belajar dengan

K-S Z 0,888 yang memiliki signifikansi 0,409 (p > 0,05), variabel persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru dengan K-S Z 0,890 yang memiliki signifikansi 0,407 (p > 0,05), dan

variabel efikasi diri akademik dengan K-S Z 1.316 yang memiliki signifikansi 0,063 (p > 0,05).

Uji Linearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik (variabel bebas) terhadap variabel motivasi

belajar (variabel tergantung). Peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari kedua hubungan

tersebut kedua variabel persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri

akademik tidak memiliki hubungan bersifat linear, yaitu uji linearitas antara persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dengan variabel motivasi belajar (F = 0.925) yang memiliki

Page 28: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

21

signifikansi sebesar 0,621 (p < 0,05) dan uji linearitas antara variabel efikasi diri akademik

dengan motivasi belajar (F = 0.610) yang memiliki signifikansi sebesar 0,945 (p < 0,05).

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antarvariabel bebas dengan nilai yang

sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson correlation. Nilai korelasi

antara variabel persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dengan efikasi diri akademik

sebesar 0,461. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam korelasi antar variabel bebas

persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik menunjukkan

bahwa tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0.9 (Ghozali,

2005).

Uji Regresi

Hasil perhitungan uji korelasi diperoleh besarnya hubungan antara variabel persepsi

siswa terhadap kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar sebesar r = 0,363 (p < 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah

persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru meningkat jumlah motivasi belajar juga

meningkat. Besarnya hubungan antara efikasi diri akademik dengan motivasi belajar sebesar r =

0,329 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya

jika jumlah efikasi diri akademik meningkat, jumlah motivasi belajar juga meningkat.

Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik yang berkorelasi positif signifikan

dengan variabel motivasi belajar. Maka peneliti melakukan uji regresi yang melibatkan dua

variabel bebas yaitu persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri

akademik, serta satu variabel tergantung yaitu motivasi belajar. Selain itu peneliti juga menguji

kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).

Page 29: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

22

Tabel 4

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1346.717 2 673.359 15.868 .000a

Residual 6832.063 161 42.435

Total 8178.780 163

a. Predictors: (Constant), Efikasi Diri Akademik, Persepsi Siswa

Terhadap Kompetensi Mengajar Guru

b. Dependent Variable: Motivasi Belajar

Pada tabel 4, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA yang

akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam hasil uji ANOVA, penelitian ini

menghasilkan angka F = 15.868 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai R = 0,406.

Karena angka signifikansi 0,000 (p < 0,05), maka model regresi ini sudah layak digunakan untuk

memprediksi motivasi belajar.

Setelah mengetahui bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa

Inggris dan efikasi diri akademik sebagai prediktor munculnya motivasi belajar pada siswa di

SMP Kristen 1 Surakarta. Kemudian peneliti menguji besarnya peranan variabel bebas yaitu

persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

terhadap variabel tergantung yaitu motivasi belajar.

Tabel 5

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .406a .165 .154 6.51423 1.915

a. Predictors: (Constant), Efikasi Diri Akademik, Persepsi Siswa

Terhadap Kompetensi Mengajar Guru

b. Dependent Variable: Motivasi Belajar

Nilai Adjusted R Square dalam tabel 5 di atas sebesar 0,154. Angka tersebut

menunjukkan bahwa 0,154 atau 15% motivasi belajar dapat dijelaskan dengan menggunakan

variabel persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri

akademik. Maka persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi

Page 30: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

23

diri akademik berperan sebanyak 15% terhadap motivasi belajar pada siswa SMP Kristen 1

Surakarta. Dan pada bagian standar error of the estimate yang bernilai 6,514 dan jumlah ini

lebih kecil dari nilai standar deviasi motivasi belajar (7.083), hal ini berarti persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik sudah cukup layak

dijadikan prediktor untuk munculnya motivasi belajar siswa SMP Kristen 1 Surakarta.

Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya korelasi

dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas (persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik) tersebut dengan variabel tergantung

(motivasi belajar). Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) : 1 < DW < 3. Nilai

Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 1,915 (1 < DW < 3). Yang berarti bahwa otokorelasi

tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.

Setelah didapatkan hasil bahwa adanya kelayakan persepsi siswa terhadap kompetensi

mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik dalam memprediksi motivasi belajar,

peneliti kemudian melakukan koefisien regresi.

Tabel 6

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.319 5.207 5.823 .000

Persepsi Siswa

Terhadap Kompetensi

Mengajar Guru

.119 .036 .268 3.301 .001

Efikasi Diri .218 .086 .205 2.530 .012

a. Dependent Variable: Motivasi Belajar

Uji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients yang menunjukkan

besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas secara parsial

(mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.

Angka koefisien nilai Beta persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru sebesar

0,268 dengan nilai t = 3.301 (p < 0,05). Maka persepsi terhadap kompetensi mengajar guru

Page 31: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

24

secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap motivasi belajar. Dan angka koefisien nilai Beta

efikasi diri akademik sebesar 0,205 dengan nilai t = 2.530 (p < 0,05). Maka efikasi diri akademik

siswa dapat dikatakan sebagai prediktor munculnya motivasi belajar.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru

Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajar

pada siswa, dari pengujian regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik berpengaruh terhadap motivasi

belajar pada siswa SMP Kristen 1 Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian yang telah

dilakukan, nilai R = 0,406 dengan nilai F = 15.868 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p <

0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar

guru dan efikasi diri akademik sudah layak dijadikan prediktor munculnya motivasi belajar.

Peranan atau pengaruh variabel persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi

diri akademik (variabel bebas) terhadap variabel motivasi belajar (variabel tergantung) sebesar

0,154 atau 15%. Hal ini berarti 15% motivasi belajar dapat dijelaskan oleh persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik. Maka persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik berperan sebanyak 15% terhadap motivasi

belajar pada siswa SMP Kristen 1 Surakarta. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan

didapatkan hasil bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri

akademik dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajar pada siswa. Maka H1 yang

pertama diterima, karena persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri

akademik dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajar pada siswa SMP Kristen 1

Surakarta.

Dari hasil penelitian diatas dikarenakan sudah baiknya persepsi siswa terhadap

kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris. Ketika siswa menganggap guru Bahasa Inggris

sebagai figur yang menarik dan menyenangkan maka minat siswa untuk mengikuti mata

pelajaran Bahasa Inggris yang diampunya akan meningkat. Seperti yang dikatakan oleh

Djamaran (2008) yang menyatakan bahwa minat adalah alat motivasi utama, siswa akan

termotivasi jika dalam dirinya tumbuh minat yang kuat dan menghasilkan sesuatu yang positif

Page 32: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

25

jika disertai oleh perasaan yang positif. Maka persepsi yang dimiliki siswa menentukan

bagaimana siswa menentukan sikapnya, siswa yang memiliki persepsi positif terhadap

kompetensi mengajar guru, seringkali juga akan memiliki sikap yang positif juga. Seperti siswa

memiliki semangat untuk memperhatikan materi pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan guru

Bahasa Inggris di kelas. Selain itu Syah (2000), juga menyatakan bahwa sikap siswa yang positif

terhadap kompetensi mengajar guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajarnya.

Sikap yang positif dari siswa ini akan meningkatkan motivasi belajarnya. Pangky (2010), dalam

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara persepsi terhadap

kompetensi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa, yaitu siswa yang memiliki persepsi

positif terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris maka siswa akan lebih rajin belajar

materi pelajaran Bahasa Inggris dan siswa akan memiliki hasil belajar Bahasa Inggris yang baik.

Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa efikasi diri akademik dengan

motivasi belajar memiliki nilai Beta sebesar 0,205 dengan nilai t = 2.530 (p > 0,05). Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa efikasi diri akademik juga layak menjadi prediktor munculnya

motivasi belajar pada siswa. Maka H1 yang kedua dalam penelitian ini diterima, karena efikasi

diri akademik dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajar pada siswa SMP Kristen 1

Surakarta.

Dari penelitian diatas, kemungkinan disebabkan oleh besarnya keyakinan diri siswa

untuk dapat menguasai Bahasa Inggris. Dalam hal efikasi diri akademik terhadap motivasi

belajar, hal ini didukung oleh Bandura (1977) yang menyatakan bahwa setiap siswa memiliki

seberapa besar usaha yang dimiliki siswa dalam suatu tugas dan seberapa lama siswa tersebut

akan bertahan, keyakinan diri yang kuat akan kemampuan diri menguasai Bahasa Inggris

menyebabkan siswa terus berusaha sampai tujuannya tercapai. Dengan begitu siswa dapat

memberikan penilaian terhadap diri sendiri yang membantu siswa untuk dapat lebih mengenal

dirinya sendiri dan mengenal potensi apa yang menonjol dari diri sendiri sehingga siswa dapat

mengasah potensi tersebut untuk membentuk diri sendiri memiliki kualitas sumber daya yang

tinggi. Senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ridaul, Trisno dan Hary

(2012) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri tinggi empunyai kemantapan

dan komitmen dalam mencapai tujuan yang diinginkan, merasa mampu menyelesaikan tugas-

Page 33: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

26

tugas yang diberikan kepadanya, mengembangkan perilaku positif dalam mengerjakan tugas. Hal

ini tentunya berhubungan dan dapat memunculkan motivasi belajar pada siswa. Siswa akan

merasa lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan mengetahui kiat

yang pas untuk menyelesaikan berbagai macam tugas sulit maupun mudah.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar

guru dan efikasi diri akademik secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap motivasi

belajar siswa pada siswa SMP Kristen 1 Surakarta. Kedua variabel bebas yaitu persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik hanya berkontribusi sebesar 15%

motivasi belajar pada siswa, menurut pengujian yang telah dilakukan variabel persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik sudah layak menjadi prediktor

munculnya motivasi belajar pada siswa.

Saran

Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, Penelitian ini memberikan saran kepada sekolah untuk

memfasilitsi dan memberikan progam-progam yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik

siswa yaitu dengan adanya pembinaan yang berkesinambungan mengenai pentingnya memiliki

motivasi belajar Bahasa Inggris sehingga siswa memilki penilaian yang positif terhadap dirinya

sendiri dan kepala sekolah melakukan pembinaan karir kepada guru Bahasa Inggris untuk

meningkatkan kompetensi mengajar. Penilaian yang positif terhadap kompetensi mengajar guru

yang disertai dengan keyakinan diri siswa yang positif bahwa mereka mampu menguasai Bahasa

Inggris dapat menjadi prediktor munculnya motivasi belajarnya sehingga seorang anak akan

mendapatkan prestasi yang baik dalam bidang pelajaran Bahasa Inggris.

Guru

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi guru Bahasa Inggris untuk

dapat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam praktek mengajar di kelas kemudian ada

Page 34: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

27

kemauan untuk memperbaiki kelemahan-kelamahan dalam kompetensinya mengajar Bahasa

Inggris secara berkelanjutan agar siswa dapat memiliki penilaian yang positif terhadap

kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris. Serta memberikan reward (penghargaan) kepada

siswa dalam setiap hasil belajar siswa untuk menumbuhkan keyakinan yang positif terhadap

motivasi belajar Bahasa Inggris bahwa mereka mampu menguasai Bahasa Inggris dengan baik.

Siswa

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi siswa untuk dapat

meningkatkan penilaian yang positif terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris

sehingga siswa akan dapat dapat mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dengan baik. Dan siswa

diharapkan dapat mengembangkan keyakinan dirinya dalam kemampuan menguasai Bahasa

inggris dengan baik. Penilaian yang positif terhadap kompetensi mengajar guru Bahasa Inggris

dan adanya keyakinan diri akan kemampuannya menguasai Bahasa Inggris dapat digunakan

siswa untuk meningkatkan motivasi belajar dan mendorong tercapainya tujuan belajar.

Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk

meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan munculnya motivasi belajar selain persepsi siswa

terhadap kompetensi mengajar guru dan efikasi diri akademik seperti kondisi siswa, kondisi

lingkungan siswa, upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Page 35: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

28

DAFTAR PUSTAKA

Alisuf, S. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Atkinson, R.L.,Atkinson, R.C. & Hilgard, E.R. (1987). Pengantar Psikologi. Jilid Dua. Alih

Bahasa : Widjaja Kusuma. Batam : Interaksara.

Bandura, A. (1977). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman and

Company (a)

___________ (1977). Self-efficacy : Toward a Unifying Theory of Behavioral Change.

Psychological Review,2.191-215. (b)

Byrne, D. (2003). Teaching Writing Skills. London: Longmann, MA.

Crystal, D. (2003). English as a Global Languange (second edition). Cambridge : Cambridge

University Fress.

Dinda, A. N. & Melly, L. (2012). Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi

Akademik Siswa SMA pada Model Berbagai Model Pembelajaran. Jurnal Ilmu

Keluarga dan Konsumen, 5, 138-146.

Depniknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan NasionalReplubik Indonesia Nomor 16 Tahun

2007 Tentang Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta :

Depdiknas

Direktorat Tenaga Kependidikan, (2003), Pedoman Pelaksanaan Program Guru Bantu Tahun

2003, Direktorat Tenaga Kependidikan; Dirjen Dikdasmen; Departemen

Pendidikan Nasional.

Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal Edisi Keempat.

Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 36: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

29

Gideon. M..(2005). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa

Kelas XI SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi. Salatiga : Fakultas

Psikologi UKSW.

Ghozali, I, (2005), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga,

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Koontz, H., C. O’Donnell, & H. Wehrich, (1991),Manajemen, Jilid 2, Terjemahan, Erlangga :

Jakarta

Laporan Hasil Ujian Nasional SMP Tahun 2012-2013. Surakarta : Dinas Dikmenti Surakarta

Marlina, L. (2007). Motivation and Language Learning: A Case of EFL Students. Jurnal

KOLITA. Unika Atma Jaya.

Monks, F.J., Knoers, A.M.J., & Haditono, S.R. (1992). Psikologi perkembanganpengantar

berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Nasution. S. (1986). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jemhur

Pangky, I, (2010). Hubungan Persepsi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Dengan Motivasi

Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tirto.

(http://eprints.undip.ac.id/24804/1/Persepsi_Kompetensi_Guru.pdf).

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Ridaul, I., Trisno, M. & Hary, S. (2013). Pengaruh Kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan

fssilitas belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas

XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal

Pendidikan Insan Mandiri, 1, 1.

Page 37: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

30

Rettob, A. (1990). Penggunaan Strategi Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SDN Manaruwi II Kecamatan Bangil

Kabupaten Pasuruan.

(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=43886.)

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grasinod

Persada

Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja, Edisi Revisi., Jakarta: PT Raja Grafindo.

Santrock, J. W. (2007). Educational Psychology, New York: Mc Graw-Hill,

Selvy, K. (2007). “The English language Teacher Competencies, presented pape.” The Fifth

International JTET Conference Conducted at The Meeting The University of.

Debrecen. 2007 : 1-10

Stella. (2012). Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan

Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi

Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan Ketujuh. Bandung : PT.

Remaja Rosdakaya

Sugiyono (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Suryadi, D. (1992). Alat Peraga dan Pengajaran Guru Matematika. Jakarta : Ditjen Dikdasmen

D2 Karunika UT

Syafi, I. (2008). Proses Belajar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Page 38: Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Mengajar Guru Bahasa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9303/2/T1_802010087_Full... · mengajar guru Bahasa Inggris dan efikasi diri akademik

31

Thoha, M. (2009). Perilaku Organisasi : Konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta : PT. Raja

Grasindo Persada

Usman, U, (2002), Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Yusuf, H. (2010). Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa inggris. Jakarta : PT. Grasindo

Persada.

Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : Andi

Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo (a)

___________ (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi (b)

Zul, F. & Ratu A. S. (1989). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Difa Publisher