evaluasi keseragaman bobot parasetamol sediaan …

89
EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN PULVERES SECARA VISUAL DI APOTEK KOTA MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh: JONNIUS PASARIBU NIM: 1701012144 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL

SEDIAAN PULVERES SECARA VISUAL

DI APOTEK KOTA MEDAN

TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh:

JONNIUS PASARIBU

NIM: 1701012144

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL

SEDIAAN PULVERES SECARA VISUAL

DI APOTEK KOTA MEDAN

TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi S1 Farmasi dan Memperoleh

Gelar Sarjana

(S. Farm.)

Oleh:

JONNIUS PASARIBU

NIM: 1701012144

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …
Page 4: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

Telah diuji pada tanggal : 12 September 2019

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : Hafizhatul Abadi, S.Farm.,M.Kes.,Apt

Anggota : 1. Chemayanti Surbakti, S.Farm.,M.Si.,Apt

2. Dwi Purnomo, M.Sc., Apt

Page 5: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …
Page 6: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Jonnius Pasaribu

Tempat/Tanggal Lahir : Siboras, 01 Februari 1979

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pendidikan Desa Bengkel

Email : [email protected]

Anak Ke : 9 Dari 10 Bersaudara

Nama Ayah : M. Pasaribu

Nama Ibu : B. Br. Simbolon

II. PENDIDIKAN

1. Tahun 1985-1991 : Sd Negeri 2 Sumbul Pegagan

2. Tahun 1991-1994 : Smp Negeri Sumbul Pegagan

3. Tahun 1994-1998 : Sma Daerah Kisaran

4. Tahun 2013-2016 : D3 Farmasi Sari Mutiara

5. Tahun 2017-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia

Page 7: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

i

ABSTRAK

EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN

PULVERES SECARA VISUAL DI APOTEK KOTA MEDAN

TAHUN 2019

JONNIUS PASARIBU

1701012144

Permintaan sediaan racikan pulveres (serbuk terbagi) masih dilakukan

secara luas oleh dokter baik dokter dirumah sakit, klinik ataupun praktek swasta

di Kota Medan.Pembagian sediaan pulveres yang dilakukan secara visual (kasat

mata) kemungkinan besar menghasilkan heterogenitas bobot sehingga

menyebabkan tidak adanya keseragaman dosis dari pulveres tersebut.Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui keseragaman bobot sediaan pulveres pada

parasetamol yang diracik oleh Apotek di Kota Medan sesuai dengan aturan FI

edisi III.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimental.Penelitian ini

dimulai dari bulan Maret-Juni 2019.Sampel penelitian ini adalah parasetamol

sediaan pulveres yang diracik oleh 21 Apotek dari 21 kecamatan di Kota

Medan.Evaluasi yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot dan uji

penyimpangan bobot pulveres.

Hasil penelitian menunjukkan semua apotek mempunyai penyimpangan

besar atau sama dengan 15%. Seluruh apotek mempunyai penyimpangan besar

atau sama dengan 15% lebih dari dua bungkus.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan pulveres dapat

diambil kesimpulan 100% (21 apotek) tidak memenuhi syarat FI III. Pada

penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengamatan dan evaluasi

terkait proses peracikan pulveres di apotek Kota Medan serta meneliti efek

farmakologi yang ditimbulkan jika pulveres yang dihasilkan tidak memenuhi

syarat FI III yang telah ditetapkan.

Kata Kunci : Apotek, Pulveres, Keseragaman Bobot

Page 8: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

ii

Page 9: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulisdapatmenyelesaikan

Skripsi inidenganjudul“Evaluasi Keseragaman Bobot Parasetamol Sediaan

Pulveres Secara Visual di Apotek Kota Medan Tahun 2019”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas

sehingga skripsi ini dapat disusun.Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Ketua Pembina

Yayasan Helvetia Medan.

2. Bapak Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan

Helvetia Medan.

3. Bapak Dr. H. Ismail Efendi, M.Si., selaku rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan

4. Bapak H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan

5. Ibu Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku ketua Prodi S1 Farmasi Institut

Kesehatan Helvetia Medan.

6. Ibu Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt., selaku dosen pembimbing I yang

telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan

arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Ibu Chemayanti Surbakti,S.Farm.,M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing II

yang memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

8. Bapak Dwi Setio Purnomo, S.Sc.,M.Sc.,Apt, selaku penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun

dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.

10. Teristimewa buat orang tua, istri dan anak penulis yang telah memberikan

dukungan baik dari segi moril, material, dan doa sehingga dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini.

11. Buat teman-teman seperjuangan program studi S1 Farmasi yang telah

membantu dan mendukung penyelesaikanskripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Penulis juga mengharapkan skripsi inidapatmenjadisesuatu yang

berarti bagi ilmu pengetahuan.

Medan,September 2019

Penulis

Jonnius Pasaribu

Page 10: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah................................................................... 4

1.3 Manfaat penelitian .................................................................. 4

1.4 Tujuan penelitian .................................................................... 4

1.5 Hipotesis penelitian ................................................................ 5

1.6 Kerangka konsep .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1 Parasetamol (Asetaminofen) .................................................. 6

2.1.1 Pengertian ................................................................... 6

2.1.2 Struktur kimia parasetamol ........................................ 7

2.2 Serbuk .................................................................................... 10

2.2.1 Cara pembuatan serbuk/meracik serbuk..................... 11

2.2.2 Keuntungan dan kerugian sediaan serbuk .................. 12

2.2.3 Syarat-syarat serbuk ................................................... 13

2.2.4 Pulvis .......................................................................... 13

2.2.5 Pulveres ...................................................................... 14

2.2.6 Pengayakan dan derajat kehalusan ............................. 14

2.3 Uji Kualitas Pulveres.............................................................. 16

2.3.1 Uji keseragaman bobot ............................................... 16

2.3.2 Uji keseragaman kandungan ...................................... 17

2.3.3 Uji kadar air................................................................ 18

2.4 Apotek .................................................................................... 19

2.4.1 Tugas dan fungsi apotek ............................................. 19

2.4.2 Syarat apotek .............................................................. 20

2.4.3 Sumber Daya Manusia ............................................... 21

2.4.4 Sarana dan prasarana apotek ...................................... 24

2.4.5 Personalia apotek ........................................................ 26

2.4.6 Struktur organisasi apotek .......................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27

3.1 Jenis penelitian ....................................................................... 27

3.2 Waktu dan tempat penelitian .................................................. 27

Page 11: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

v

3.3 Sampel penelitian ................................................................... 27

3.4 Alat dan bahan........................................................................ 28

3.4.1 Alat ............................................................................. 28

3.4.2 Bahan .......................................................................... 28

3.5 Pengambilan sampel............................................................... 28

3.6 Pengumpulan data .................................................................. 29

3.7 Pengolahan data ..................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 30

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 30

4.1.1 Gambaran apotik di kota Medan ................................ 30

4.1.2 Uji keseragaman bobot ............................................... 31

4.1.3 Penyimpangan bobot pulveres ................................... 32

4.2 Pembahasan ............................................................................ 32

4.2.1 Pengambilan pulveres parasetamol ............................ 32

4.2.2 Uji keseragaman bobot ............................................... 33

4.2.3 Penyimpangan bobot pulveres ................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 37

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 37

5.2 Saran ....................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur kimia parasetamol .................................................................. 7

2.2 Struktur organisasi apotek .................................................................... 26

4.1 Persentase apotek yang memenuhi syarat FI III ................................... 35

Page 13: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus ....................................... 15

2.2 Penyimpangan berat rata-rata tablet ..................................................... 17

4.1 Gambaran apotik dikota Medan ........................................................... 30

4.2 Hasil uji keseragaman bobot pulveres parasetamol ............................. 31

4.3 Persentase penyimpangan bobot terhadap bobot isi rata-rata .............. 32

4.4 Apotek yang Memenuhi Persyaratan Sesuai dengan FI III .................. 34

Page 14: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Copy Resep Pulveres Parasetamol ....................................................... 40

2. Data Uji Keseragaman Bobot Pulveres Parasetamol ........................... 48

3. Pengajuan Judul Skripsi ....................................................................... 70

4. Permohonan izin penelitian .................................................................. 71

5. Izin Penelitian ....................................................................................... 72

6. Lembar Bimbingan skripsi (Dosen Pembimbing 1) ............................. 73

7. Lembar Bimbingan skripsi (Dosen Pembimbing 2) ............................. 74

8. Lembar Persetujuan Revisi ................................................................... 75

Page 15: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan sediaan racikan pulveres (serbuk terbagi) masih dilakukan

secara luas oleh dokter baik dokter dirumah sakit, klinik ataupun praktek swasta

di Kota Medan. Permintaan sediaan racikan pulveres ini pada umumnya ditujukan

pada pasien anak-anak.Namun, banyak juga sediaan racikan yang dimasukkan

kedalam kapsul yang penggunaannya ditujukan untuk orang dewasa.Di Indonesia

bentuk racikan yang banyak diresepkan yaitu sediaan padat seperti pulveres dan

sediaan cair seperti sirup. Penggunaan obat racikan sangat memerlukan perhatian

berkaitan dengan kualitas obat dan pengobatan yang rasional.Tujuan dari

pemberian sediaan ini salah satunya adalah untuk memberikan kemudahan dan

kenyamanan kepada pasien terutama pasien anak-anak(1).

Pasien anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk menerima obat

dalam bentuk sediaan padat (seperti tablet), sehingga dapat dilakukan peracikan

ulang dari bentuk sediaan padat tersebut menjadi bentuk sediaan pulveres (serbuk

terbagi). Sediaan pulveres atau yang sering disebut masyarakat dengan puyer pada

umumnya berasal dari sediaan tablet(1).Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam

bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan

pengemas yang lain yang cocok(2).Salah satu contoh obat dalam sediaan pulveres

adalah parasetamol.

Parasetamol atau asetaminofen telah ditemukan sebagai obat analgesik

yang efektif lebih dari satu abad yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga

Page 16: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

2

sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

tersebut.Parasetamol adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer di

masyarakat luas, bahkan mungkin dapat dikategorikan sangat

terkenal.Parasetamol sangat mudah didapatkan secara bebas di warung-warung,

apotek, rumah sakit dan semua sarana pelayanan kesehatan lainnya. Obat ini

terkenal dimasyarakat sebagai pelega sakit kepala, sakit ringan, serta demam(3).

Parasetamol adalah metabolit fenasetin yang bertanggung jawab terhadap efek

analgesiknya.Obat ini merupakan penghambat prostaglandin yang lemah pada

jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi yang bermakna.Parasetamol

umumnya digunakan di masyarakat sebagai penurun demam. Dosis terapi yang

digunakan biasanya 500mg(3).

Parasetamol juga digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat untuk

meredakan nyeri, yaitu mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Begitu juga dalam

kedokteran anastesi, parasetamol mulai banyak digunakan terutama untuk pereda

rasa nyeri akut pasca operasi.Parasetamol merupakan analgesik yang telah

terbukti efek analgesik dan antipiretiknya, demikian pula dengan keamanannya.

Obat ini mempunyai aktivitas sebagai analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya

sangat lemah(3).

Pembagian sediaan pulveres parasetamol seperti yang tertulis pada resep

dilakukan secara visual (kasat mata). Teknik pembagian tersebut kemungkinan

besar menghasilkan heterogenitas dari bobot antara satu pulveres dengan pulveres

yang lain. Tidak adanya keseragaman bobot tentu saja menyebabkan tidak adanya

keseragaman dosis dari pulveres tersebut(1).

Page 17: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

3

Keseragaman bobot merupakan parameter yang penting karena dapat

mencerminkan kadar (dosis) obat dalam pulveres, dimana menurut FI Edisi III

Keseragaman bobotpenyimpangan bobot untuk sepuluh bungkus pulveres adalah

sembilan bungkus pulveres tidak boleh lebih dari 10% dan satu bungkus tidak

lebih dari 15% bobot rata-rata teoritis dan salah satu faktor penentu dalam

keberhasilan terapi penyembuhan pasien(4).

Menurut penelitian wardani evaluasi mutu fisik sediaan pulveres pada

puskesmas di kota balikpapan menunjukkan bahwa dari 15 puskesmas yang

diperoleh hasil bahwa 2 puskesmas yang melakukan pelayanan membuat pulveres

pada pagi hari memenuhi keseragaman bobot dan 4 puskesmas yang melayani

pada siang hari dalam membuat pulveres memenuhi syarat keseragaman bobot.

penetapan ukuran partikel serbuk dan derajat halus serbuk diperoleh 1 puskesmas

dimana pulvers yang dihasilkan termasuk dalam kategori serbuk kasar, dan 14

puskesmas dimana pulvers yang diracik termasuk kategori serbuk agak kasar. uji

homogenitas serbuk dari semua puskesmas menghasilkan pulveres yang tidak

homogen (5). Kemudian menurut penelitian helni studi keseragaman bobot

sediaan pulveres yang dibuat apotek di kota jambi pengujian yang dilakukan

adalah keseragaman bobot dari setiap sampel. hasil pengujian menunjukkan

81,25% dari apotek yang ada di kota jambi sudah memenuhi syarat keseragaman

bobot sediaan pulveres sesuai farmakope indonesia III(6).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak berhasilnya terapi

penyembuhan dalam obat sediaan pulveres, yaitu berat tiap bungkus berbeda

karena pembagian obat pada perkamen yang dilakukan secara visual (visual

Page 18: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

4

filling) atau tidak ditimbang satu per satu, efektifitas obat dapat berkurang karena

sebagian obat menempel pada mortir, stamper atau blender saat proses peracikan

sehingga jumlah obat yang diberikan kepada pasien juga berkurang, dan tingkat

higienisitas yang cenderung lebih rendah dari pada obat produksi pabrik.

Berdasarkan latar belakang di atas, menarik untuk diteliti tentang

perbandingan keseragaman bobot parasetamol sediaan pulveres di apotek Kota

Medan tahun 2019.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian diatas, adapun perumusan masalahnya

adalah :Apakah Apotek di Kota Medan dalam meracik sediaan pulveres

parasetamol sudah memenuhi keseragaman bobot yang sesuai pada Farmakope

Indonesia (FI) edisi III?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keseragaman bobot sediaan pulveres pada parasetamol

yang diracik oleh Apotek di Kota Medan sudah sesuai dengan aturan Farmakope

Indonesia edisi IIIatau tidak.

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam

mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terjadi pada uji keseragaman

bobot sediaan pulveres yang diracik oleh Apotek di Kota Medan.

Page 19: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

5

1.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian

ini adalah :Apotek di Kota Medan dalam meracik sediaan pulveres khususnya

parasetamol belum memenuhi keseragaman bobotyang sesuai dengan Farmakope

Indonesia (FI) edisi III.

1.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Paracetamol sediaan

pulveres

Keseragaman

Bobot menurut

FI Edisi III

tahun 1979

Evaluasi

keseragaman

bobot

Page 20: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parasetamol (Asetaminofen)

2.1.1 Pengertian

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik nonnarkotik dengan

cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat

(SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk

sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain

dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas(7).

Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin

dan telah digunakan sejak tahun 1893.Parasetamol (asetaminofen) mempunyai

daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan

tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung.Hal ini disebabkan

Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada

tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti

inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai

sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain(7).

Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan

asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal,

Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan

iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik

Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol(7).

Page 21: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

7

Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang

paling ringan dan aman untuk anak-anak.Untuk anak-anak di bawah umur dua

tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya

dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi

Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika

diberikan sendiri-sendiri(7).

2.1.2 Struktur Kimia Parasetamol

Gambar 2.1 Struktur Kimia Parasetamol

Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida

Berat Molekul : 151.16

Rumus Empiris : C8H9NO2 (5)

A. Sifat Fisika

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larutdalam

etanol.

Jarak lebur : Antara 168⁰ dan 172⁰ (5).

B. Farmakodinamika

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

Page 22: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

8

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek

sentral seperti salisilat(7).

Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan

Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.Parasetamol merupakan

penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan

perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan

pernapasan dan keseimbangan asam basa(7).

Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan

siklooksigenase.Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi

asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.Setiap obat menghambat

siklooksigenase secara berbeda.Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat

lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat

antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas.Parasetamol hanya

mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Inilah yang menyebabkan

Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai

sedang.Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung

prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa

prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek

zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam

yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian

pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik(7).

Page 23: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

9

C. Farmakokinetika

Parasetamol cepat diabsorbsi dan sempurna melalui saluran cerna.Konsentrasi

tertinggi dalam plasma dicapai dalam ½ jam dan masa paruh plasma dicapai

antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.Dalam plasma, 25%

parasetamol terikat protein plasma.Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom

hati.Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan

sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.Selain itu obat ini juga dapat

mengalami hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan

methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal,

sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk

terkonjugasi(7).

D. Indikasi

Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan

nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang

ringan sampai sedang(7).

E. Kontra Indikasi

Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif

terhadap obat ini(7).

F. Sediaan dan Posologi

Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup

yang mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan

kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis Parasetamol untuk

dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun:

Page 24: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

10

150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali,

pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari(7).

G. Efek Samping

Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi.Manifestasinya

berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi

pada mukosa.Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada

pemakaian kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme

autoimmune, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal(7).

Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah

pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb.

Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar lajak(7).

Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih

mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis

analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat

menyebabkan nefropati analgetik(7).

2.2 Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan

untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.2Bentuk serbuk

mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih

mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet,

pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih

mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk(6).

Page 25: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

11

Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.Serbuk oral dapat

diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/ divided powder/ chartulae) atau tak

terbagi (pulvis/ bulk powder).Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang

relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis

analgetik tertentu, dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau

penakar lainnya.Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur

yang keduanya digunakan untuk pemakaian luar. Umumnya serbuk terbagi

dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh

lingkungan, serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul

polietilena(6).

2.2.1 Cara Pembuatan/Meracik Serbuk

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit

demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian

diayak, biasanya menggunakan pengayak No. 60, dan dicampur lagi(6).

1. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44.

2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat

ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan

yang cocok.

3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus

lebih dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak

dan derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih

dari 500.

Page 26: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

12

4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya

diuapkan hingga hampir kering, dan diserbukkan dengan zat tambahan

yang cocok.

5. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam

pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan

yang cocok.

6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap,

dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain

yang cocok(6).

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk

Keuntungan bentuk serbuk, antara lain:

1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

dipadatkan.

2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih

mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak

ditemukan dalam sediaan serbuk.

4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat

dalam bentuk serbuk.

5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul

dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan

penderita(6).

Page 27: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

13

Kerugiaan bentuk serbuk, antara lain:

1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di

lidah, amis, dan lain-lain).

2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah(6).

2.2.3 Syarat-Sayarat Serbuk

Secara umum syarat serbuk adalah kering, halus, homogen, dan memenuhi

uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan

(seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi/ pulveres

yang mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik(6).

Uji keseragaman bobot untuk serbuk terbagi (pulveres):

a. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu.

b. Campur isi ke-20 bungkus tadi dan timbang sekaligus.

c. Hitung rata-ratanya.

Syarat : Penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu

persatu terhadap bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan

tidak lebih dari 10% untuk 18 bungkus(6).

2.2.4 Pulvis

Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan

menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur/ bedak)

adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang

bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh

agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka(6).

Page 28: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

14

Syarat-syarat pulvis adspersorius yaitu:

1. Harus halus tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati

ayakan 100 mesh).

2. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri

Clostridium tetani, C. Welchii dan Bacillus anthracis serta disterilkan

dengan cara kering.

3. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka(6).

2.2.5 Pulveres

Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih

kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang

cocok. Pulveres (serbuk terbagi-bagi untuk obat dalam) merupakan serbuk yang

dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan kertas

perkamen atau bahan yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang

mengandung bahan yang mudah meleleh atau asiri harus dibungkus dengan kertas

perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi dengan

aluminium foil(6).

2.2.6 Pengayak dan Derajat Kehalusan Serbuk

Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan

penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan

dengan nomor (5, 8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300)

yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang

kawat(8).

Page 29: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

15

Pengayak dan derajat halus serbuk dalam farmakope dinyatakan dalam

uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak

baku, seperti yang tertera pada Tabel 2.1 pada halaman berikut(6).

Tabel 2.1Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus

Klasifikasi

Serbuk

Simplisia Nabati dan Hewani Bahan Kimia

Nomor

Nominal

Serbuk 7)

Batas Derajat

Halus8) Nomor

Nominal

Serbuk1)

Batas Derajat

Halus8)

% Nomor

Pengayak %

Nomor

Pengayak

Sangat

Kasar 8 20 60

Kasar 20 40 60 20 60 40

Setengah

Kasar 40 40 80 40 60 60

Halus 60 40 100 80 60 120

Sangat

Halus 80 100 80 120 100 120

Keterangan:

1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu.

2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah

ditentukan.

Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk

pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi,

walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel

yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk

pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 μm, alat lain selain

pengayak mungkin lebih berguna(6).

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.Jika

derajat halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui

pengayak dengan nomor tersebut.Jika dinyatakan dengan dua nomor,

dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor

terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor

Page 30: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

16

tertinggi.Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksud bahwa serbuk dapat melalui

pengayak nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak

nomor 60(8).

Yang dimaksud dengan serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk

kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak

halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus

adalah serbuk (120), dan serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300)(8).

2.3 Uji Kualitas Pulveres

2.3.1 Uji Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot sediaan dosis tunggal dapat digunakan untuk

penentuan variasi bobot dan nilai keseragaman kandungan. Persyaratan

keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif

50mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot suatu sediaan dan

dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa

mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan(9).Penyimpangan bobot

untuk sepuluh bungkus pulveres adalah sembilan bungkus pulveres tidak boleh

lebih dari 10% dan satu bungkus tidak lebih dari 15% bobot rata-rata teoritis

(7,12).Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu

persatu, kemudian dihitung rata-ratanya.

Kriteria Penerimaan :

Berikut adalah tabel hubungan antara berat rata-rata tablet dengan

perbedaan persentase maksimum yang diperbolehkan:

Page 31: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

17

Tabel 2.2. Penyimpangan Berat Rata-Rata Tablet

Berat Rata-rata Penyimpangan Berat Rata-Rata

A B

≤ 25 mg 15% 30%

26 - 150 mg 10% 20%

151 - 300 mg 7,5% 15%

> 300 mg 5% 10%

Sumber : FI III 1979

Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing beratnyamenyimpang dari

berat rata-ratanya lebih besar dari harga yangditetapkan pada kolom A dan tidak

boleh satu tabletpun yang beratnyamenyimpang dari berat rata-ratanya lebih dari

harga yang ditetapkanpada kolom B pada tabel di atas.

Baik keseragaman bobot maupun keseragaman kandungan zat aktif akan

berpengaruh pada keseragaman dosis atau variasi dosis. Uji keseragaman bobot

dilakukan sebagai tahap awal identifikasi untuk mengetahui keseragaman

kandungan dari sampel pulveres. Bobot pulveres yang bervariasi dapat

berpengaruh pada efikasi dan dapat menyebabkan toksisitas pada obat yang

memiliki indeks terapi sempit(2).

2.3.2 Uji Keseragaman Kandungan

Uji keseragaman kandungan adalah uji yang dirancang USP untuk

menjamin homogenitas zat aktif tiap unit bentuk sediaan obat, yang mana

kandungan zat aktif tiap unit pengukuran harus berada pada rentang 85-115% dari

label klaim.Persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua

bentuk sediaan. Persyaratan keseragaman kandungan apabila kandungan zat aktif

terdapat dalam jumlah kecil yaitu kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% bobot

sediaan(2).

Page 32: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

18

Keseragaman kandungan suatu sediaan obat dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti berat jenis (density), ukuran partikel, dan bentuk

partikel.Pengujian keseragaman kandungan biasanya menggunakan metode

KCKT. Uji keseragaman kandungan dapat menjamin kualitas, presisi, dan standar

keselamatan dari suatu bentuk sediaan obat(2).

2.3.3 Uji Kadar Air

Baik eksipien maupun zat aktif yang digunakan dalam sediaan obat padat

dapat terpapar uap air yang terkandungan di udara yang lembab selama proses

penyimpanan, dan pengaruhnya terhadap stabilitas sediaan obat tergantung pada

banyaknya jumlah air yang terdistribusi ke sediaan padat tersebut. Laktosa adalah

salah satu eksipien yang paling sering digunakan dalam tablet. Selain itu selulosa

juga merupakan contoh eksipien yang paling sering digunakan dalam pembuatan

tablet sebagai coating agent, binder, diluents, dan disintegrant. Nilai kadar air

dalam tablet dengan eksipien mikrokristalin selulosa dan laktosa tidak boleh lebih

dari 7%(2).

Pengujian kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,

yaitu metode Loss on Drying dan Karl Fischer Tiration. Metode Loss on Drying

sering digunakan untuk pengujian kadar air pada tablet, eksipien, dan zat yang

sangat stabil. Metode Karl Fischer didasarkan pada reaksi kuantitatif air dengan

larutan anhidrat belerang dioksida dan iodin dengan adanya dapar yang bereaksi

dengan ion hidrogen (4, 13).

Page 33: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

19

2.4 Apotek

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2014 pasal 1, yang dimaksud denganApotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker(2).

Pekerjaan kefarmasian yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan(5).

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan

kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya

terjamin.Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan

tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang

ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta

memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat(5).

2.4.1 Tugas dan Fungsi Apotek

1. Tempat pengabdian tenaga kefarmasian yaitu Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian oleh

tenaga kefarmasian.

Page 34: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

20

3. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

serta pelayanan informasi obat (10).

Fungsi apotek terdiri dari:

1. Fungsi secara sosial : Merupakan sarana pelayanan dan penyaluran

distribusi obat dan alat kesehatan kepada masyarakat dengan cara

membantu masyarakat memperoleh obat-obatan dan memberi

informasi.

2. Fungsi secara ekonomis : Merupakan salah satu sarana untuk

menghasilkan laba dan menjaga kelangsungan usahanya serta

membayar operasional apotek (10).

2.4.2 Syarat Apotek

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 menyatakan

bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh Menteri kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

1. Lokasi dan tempat : Mempertimbangkan segi penyebaran dan

pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan

daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan,

keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

2. Bangunan dan kelengkapan : Bangunan apotek harus mempunyai luas

dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan

teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan

Page 35: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

21

fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang

farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang

penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat

pencucian obat, kamar mandi dan toilet.

b. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air

yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat

pemadam kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan sistem

sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, papan nama yang

memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek,

nomor telepon apotek(5).

2.4.3 Sumber Daya Manusia

Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat

dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang

memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi

kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi;

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku;

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).

Page 36: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

22

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional

Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan

pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,

pendidikan berkelanjutan atau mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan

perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar

pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang

berlaku.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus

menjalankan peran yaitu:

a. Pemberi layanan

Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan

pasien.Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem

pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.

b. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien.

Page 37: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

23

c. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien.Oleh karena itu

harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

d. Pemimpin

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin.Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian

mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan

mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.

e. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,

anggaran dan informasi secara efektif.Apoteker harus mengikuti

kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang

Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.

f. Pembelajar seumur hidup

Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing

Professional Development/CPD).

g. Peneliti

Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam

mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian

Page 38: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

24

dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan

Pelayanan Kefarmasian (10).

2.4.4 Sarana dan Prasarana Apotek

Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana

Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian(10).

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan

Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang Penerimaan Resep

Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat

penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set

komputer. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling

depan dan mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (produksi sediaan secara

terbatas)

Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara

terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di

ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan,

timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok

Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,

blanko salinan Resep, etiket dan label Obat. Ruang ini diatur agar

mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi

dengan pendingin ruangan (air conditioner).

Page 39: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

25

3. Ruang Penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.

4. Ruang Konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu

konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan

pasien.

5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas.Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan

rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,

lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari

penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.

6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu

tertentu(5).

Page 40: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

26

2.4.5 Personalia Apotek

a. Apoteker pengelola dan penangung jawab apotek.

b. Asisten Apoteker.

c. Asisten administrasi apotek.

d. Pembantu asisten apoteker.

e. Pembantu pembukuan administrasi.

f. CS / cleaning service(5).

2.4.6 Struktur Organisasi Apotek

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Apotek

Page 41: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif.Jenis penelitian eksperimental karena penelitian ini dilakukan

manipulasi atau pemberian perlakuan pada subjek uji. Rancangan penelitian

deskriptif karena peneliti hanya mendeskripsikan keadaan yang ada (11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika dasar Institut

Kesehatan Helvetia Medan.Penelitian ini dimulai dari bulan Maret sampai Juni

2019.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah parasetamol sediaan pulveres yang diracik

oleh Apotek di Kota Medan, sertaakan di uji keseragaman bobotnya, pemilihan

sampel berdasarkan random sampling.Kota Medan ada 21 Kecamatan, dari 21

kecamatan diambil 1 apotek yang dijadikan sampel yaitu : Medan Amplas, Medan

Area, Medan Barat, Medan Baru, Medan Belawan, Medan Deli, Medan Denai, Medan

Helvetia, Medan Johor, Medan Kota, Medan labuhan, Medan Maimun, Medan Marelan,

Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan Polonia, Medan Sunggal, Medan Selayang,

Medan Tembung, Medan Tuntungan, Medan Timur(12).

Kriteria Inklusi :

- Apotek swasta yang dekat dengan Rumah Sakit, klinik atau praktek

dokter

Page 42: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

28

- Pengambilan sampel pada sore sampai malam hari (pukul 16.00 sd 20.00

WIB)

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Timbangan

analitik,kertas perkamen, dan masker serta handscoon.

3.4.2 Bahan

Sampel penelitian ini adalah parasetamol sediaan pulveres yang diperoleh

dari Apotek di Kota Medan yang dipilih secara acak.

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada sore sampai malam hari dengan

resep dari dokteryang dirancang penulis sebagai berikut :

R/ Paracetamol tab 500mg tab X

m.f.pulv dtd No XX

S3dd pulv 1

Berdasarkan resep diketahui kadar teoritis parasetamol tablet adalah 700

mg, diambil sebanyak 10 tablet, kemudian digerus hingga halus dan dibagi

menjadi dua puluh bungkus. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak satu kali di

setiap apotek dalam waktu yang berbeda-beda, dan setiap pengambilan didapatkan

20 bungkus pulveres.Seluruh sampel pulveres yang diperoleh diuji keseragaman

bobotnya.

Page 43: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

29

3.6 Pengumpulan Data

Dua puluhbungkus pulveres ditimbang satu persatu menggunakan

timbangan analitik. Proses pertimbangan adalah ditimbang terlebih dahulu isi

pulveres dengan bungkusnya, kemudian isi pulveres dikeluarkan dan bungkus

pulveres ditimbang kembali. Bobot isi tiap bungkus pulveres didapatkan dari hasil

selisih antara nilai bobot pulveres dan bungkusnya dengan nilai bobot bungkus

pulveres dengan sisanya.Pengujiannya ini dilakukan sebanyak 3 kali dari tiap

bungkusnya.Dan ini dilakukan sampai sampel dari Apotek terakhir, setelah semua

diuji keseragaman bobotnya kemudian bandingkan hasilnya antara Apotekdi Kota

Medan.

3.7 Pengolahan Data

Data-data yang didapat dari hasil penimbangan diolah menggunakan uji

statistik kemudian di lakukan analisa data.

Page 44: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Apotik di Kota Medan

Daftar gambaran Apotek dari21 kecamatan yang berada di kota Medan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Gambaran Apotik Dikota Medan

N0. Nama Apotik Lokasi Apotik

1. Apotek Syukur Farma Kec, Medan Marelan

2. Apotek Tiosbel Kec, Medan Deli

3. Apotek Nicholas Kec, Medan Timur

4. Apotek Ridho Farma Kec, Medan Tembung

5. Apotek Sukaramai Kec, Medan Area

6. Apotek Meliana Kec, Medan Labuhan

7. Apotek Restu Jaya Kec, Medan Sunggal

8. Apotek An Nahl Kec, Medan Perjuangan

9. Apotek Ganda Lestari Kec, Medan Denai

10. Apotek Aa Kec, Medan Barat

11. Apotek Sumber Jaya Kec, Medan Belawan

12. Apotek Iskandar Muda Kec, Medan Baru

13. Apotek Gita Kec, Medan Johor

14. Apotek Sehat Jaya Kec, Medan Maimun

15. Apotek Mw Rambutan Dua Kec, Medan Selayang

16. Apotek Gabe Family Kec, Medan Tuntungan

17. Apotek Varya Kec, Medan Petisah

18. Apotek Setia Kawan Kec, Medan Kota

19. Apotek Mandiri Kec, Medan Amplas

20. Apotek Berkat Jaya Kec, Medan Helvetia

21. Apotek V Bintang Kec, Medan Polonia

Page 45: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

31

4.1.2 Uji Keseragaman Bobot

Hasil rata-rata uji keseragaman bobot sediaan pulveres dari Apotek di

Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2Hasil Uji Keseragaman Bobot Pulveres Parasetamol

N0. Lokasi N

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Rata-Rata

Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

1. Apotek A 20 547 305 242

2. Apotek B 20 532 300 232

3. Apotek C 20 630 390 240

4. Apotek D 20 447 157 290

5. Apotek E 20 575 300 275

6. Apotek F 20 530 300 230

7. Apotek G 20 432 295 137

8. Apotek H 20 627 400 227

9. Apotek I 20 377 155 222

10. Apotek J 20 550 300 250

11. Apotek K 20 530 300 230

12. Apotek L 20 540 300 240

13. Apotek M 20 392 150 242

14. Apotek N 20 387 150 237

15. Apotek O 20 382 150 232

16. Apotek P 20 637 400 237

17. Apotek Q 20 537 300 237

18. Apotek R 20 555 300 255

19. Apotek S 20 537 300 237

20. Apotek T 20 392 150 242

21. Apotek U 20 540 300 240

Page 46: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

32

4.1.3 Penyimpangan Bobot Pulveres

Tabel 4.3Persentase Penyimpangan Bobot Terhadap Bobot Isi Rata-Rata

N0. Lokasi Jumlah

Penyimpangan ≤ 10% Penyimpangan ≤ 15%

1. Apotek A 3 17

2. Apotek B 3 17

3. Apotek C 3 17

4. Apotek D 10 10

5. Apotek E 7 13

6. Apotek F 3 17

7. Apotek G 1 19

8. Apotek H 1 19

9. Apotek I 0 20

10. Apotek J 4 16

11. Apotek K 0 20

12. Apotek L 2 18

13. Apotek M 4 16

14. Apotek N 3 17

15. Apotek O 0 20

16. Apotek P 2 18

17. Apotek Q 2 18

18. Apotek R 5 15

19. Apotek S 3 17

20. Apotek T 3 17

21. Apotek U 3 17

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengambilan Pulveres Parasetamol

Pengambilan sampel dilakukan pada semua kecamatan di Kota

Medan.Lokasi apotek diambil di semua kecamatan yaitu 21 kecamatan dan

masing-masing kecamatan dipilih satu apotek secara acak.Sampel sediaan

pulveres parasetamol yang diambil terdiri dari 20 bungkus.Pengambilan dan

pengujian sampel dilakukan selama 30 hari.Copy resep pulveres parasetamol dari

21 apotek di Kota Medan dapat dilihat pada lampiran 1.

Page 47: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

33

4.2.2 Uji Keseragaman Bobot

Baik keseragaman bobot maupun keseragaman kandungan zat aktif akan

berpengaruh pada keseragaman dosis atau variasi dosis. Uji keseragaman bobot

dilakukan sebagai tahap awal identifikasi untuk mengetahui keseragaman

kandungan dari sampel pulveres.Dari Tabel 4.1 dapat dilihat jumlah sediaan

pulveres yang diuji terdiri dari 20 bungkus, bobot isi dan perkamen, bobot

perkamen serta bobot isi setiap sampel dari setiap apotek. Pada tabel 4.1 terlihat

bahwa bobot dari setiap sampel untuk sediaan yang ada sangat bervariasi atau

tidak sama. Data uji keseragaman bobot pulveres parasetamol dapat dilihat pada

lampiran 2.

Variasi bobot dari sediaan pulveres dapat disebabkan oleh pembagian

sediaan dilakukan secara pandang mata (visual), kurangnya homogenitas dan

kehalusan serbuk yang dibuat(12).Keseragaman bobot pulveres berhubungan

dengan kadar zat aktif obat, jika keseragaman bobot pulveres sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi III, maka kandungan

zat aktif dalam setiap bungkus pulveres akan seragam sehingga efek terapi yang

diinginkan tercapai (Depkes, 1979).Bobot pulveres yang bervariasi dapat

berpengaruh pada efikasi dan dapat menyebabkan toksisitas pada obat yang

memiliki indeks terapi sempit(13).

4.2.3 Penyimpangan Bobot Pulveres

Pada tabel 4.2 diatas menggambarkan penyimpangan bobot terhadap bobot

rata-rata sediaan pulveres dari apotek di Kota Medan.Setiap pulveres dari masing-

masing apotek dihitung berapa persentase penyimpangannya.Pada Tabel 4.2

Page 48: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

34

terlihat semua apotek mempunyai penyimpangan besar atau sama dengan 15%,

dan. Sebanyak 21 apotek mempunyai penyimpangan besar atau sama dengan 15%

lebih dari dua bungkus (apotek A,B, C, D, E, F, G, H, J, K, L,M, N,O, P,Q, R, S,

T, U).

Sediaan pulveres harus memenuhi uji keseragaman bobot dimana

penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak

lebih dari 15 % untuk tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10 % untuk tiap 18

bungkus ( Depkes RI, 1979).Dari uji keseragaman bobot yang sudah dilakukan

terhadap sediaan pulveres yang dibuat apotek di Kota Medan, dapat dilihat apotek

yang memenuhi persyaratan sesuai dengan FI III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4Apotek yang Memenuhi Persyaratan Sesuai dengan FI III

N0. Lokasi Memenuhi Syarat FI III

Ya Tidak

1. Apotek A - +

2. Apotek B - +

3. Apotek C - +

4. Apotek D - +

5. Apotek E - +

6. Apotek F - +

7. Apotek G - +

8. Apotek H - +

9. Apotek I - +

10. Apotek J - +

11. Apotek K - +

12. Apotek L - +

13. Apotek M - +

14. Apotek N - +

15. Apotek O - +

16. Apotek P - +

17. Apotek Q - +

18. Apotek R - +

19. Apotek S - +

20. Apotek T - +

21 Apotek U - +

Page 49: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

35

Dari 21 apotek yang diambil,seluruh apotek membuat sediaan pulveres

yang tidak memenuhi syarat FI III.

.

Dari diagaram diatas, 100% apotek yang ada di Kota Medan tidak

memenuhi syarat FI III dalam pembuatan sediaan pulveres.Hal ini menunjukkan

adanya kesalahan dalam proses peracikan pulveres.Kaidah pembagianpulveres

adalah dengan penglihatan, sehingga hasilnya sangat dipengaruhi oleh kondisi

mata reseptir, untuk mengurangi kesalahan dapat dilakukandengan membagi

serbuk dalam 2 bagian yang sama dengan cara ditimbangkemudian dibagi dalam

jumlah yang diminta dalam resep.

Variasi bobot dari sediaan pulveres juga dapat disebabkan oleh kurangnya

homogenitas dan kehalusan serbuk yang dibuat.Homogenitas serbuk dipengaruhi

oleh ketelitian, keterampilan, dan waktu pengerjaan.Serbuk yang tidak homogen

berpengaruh pada penyerapan obat dalam tubuh sehingga efek terapi yang

diinginkan tidak tercapai.Serbuk obat atau pulveres harus lebih cepat diserap oleh

tubuh semakin homogen dan halus partikel obat kecepatan disolusi semakin tinggi

dan absorpsi semakin baik.Untuk itu sangat diperlukan profesionalitas yang tinggi

0%

100%

gambar 4.1 persentase apotek yang memenuhi keseragaman bobot menurut FI 3

memenuhi syarat tidak memenuhi syarat

Page 50: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

36

yaitu berupa ketelitian dan kecermatan tenaga farmasi dalam membuat sediaan

ini(14).

Jumlah tenaga farmasi yang kurang, waktu pelayanan yang singkat dan

jumlah pasien yang banyak, merupakan faktor yang mempengaruhi kurangnya

ketelitian tenaga farmasi dalam meracik sediaan pulveres. Hal ini menyebabkan

kualitas sampel pulveres dari salah satu apotek di kotaMedan tidak memenuhi

persyaratan pada Farmakope Indonesia Edisi III. Disamping itu juga harus

memperhatikan higienitas dari ruangan, kondisi ruangan (seperti kelembapan,

suhu), kebersihan alat yang digunakan, serta yang tidak kalah penting adalah

kebersihan dan keselamatan tenaga dengan menggunakan perlengkapan seperti

alat pelindung diri (sarung tangan, masker, penutup rambut)(15).

Page 51: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan pulveres dapat

diambil kesimpulan bahwa 100% (21 apotek)apotek di Kota Medan membuat

sediaan pulveres tidak memenuhi keseragaman bobot sesuai FI III. Keseragaman

bobot pulveres berhubungan dengan kadar zat aktif obat, jika keseragaman bobot

pulveres sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia

Edisi III, maka kandungan zat aktif dalam setiap bungkus pulveres akan seragam

sehingga efek terapi yang diinginkan tercapai. Bobot pulveres yang bervariasi

dapat berpengaruh pada efikasi dan dapat menyebabkan toksisitas pada obat yang

memiliki indeks terapi sempit.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengamatan dan evaluasi terkait proses peracikan

pulveres di apotek Kota Medan.

2. Dalam melakukan pembagian pulveres sebanyak 20 bungkus, apotek

sebelumnya harus membuat 2 bagian serbuk terlebih dahulu, kemudian

tiap bagian serbuk paracetamol dibagi menjadi 10 bungkus yang terdiri

dari 2 bagian.

Page 52: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Sains S. Studi Keseragaman Bobot Sediaan Pulveres Yang Dibuat Apotek

Di Kota Jambi.

2. Nugroho KOS. Uji Kualitas Sediaan Racikan Pulveres Dengan Zat Aktif

Hidroklorotiazid Pada Apotek X. yogyakarta, Indonesia. Universitas Sanata

Dharma; 2015.

3. Zulizar AA, Witjaksono W, Nurcahyo WI. Pengaruh Parasetamol Dosis

Analgesik Terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase

Tikus Wistar Jantan. Diponegoro University; 2013.

4. Departeman Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Ditjen POM

Depkes RI, Jakarta. 1979;

5. Warnida H, Sukawaty Y. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Pulveres Pada

Puskesmas Di Kota Balikpapan. J Ilmu Kesehat. 2018;6(1):36–43.

6. Syamsuni HA. Ilmu resep. Penerbit Buku Kedokt EGC, Jakarta. 2006;

7. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi.

jakarta: universitas indonesia; 2011. 237–239 p.

8. Anief M. Ilmu meracik obat: teori dan praktik. Gadjah Mada University

Press; 2000.

9. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Jakarta Kementeri Kesehat RI. 2014;

10. Ginting AB. Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota

Medan Tahun 2008. 2009;

11. Notoatmodjo S. Metode penelitian kesehatan, edisi revisi. Jakarta PT Asdi

Mahasatya. 2010;

12. wikipedia.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_Kota_

Medan [Internet]. Available from: https://id.wikipedia.org

13. INDONESIA PR. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51

Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. 2009;

14. Ansel HC. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Terjem oleh Farida Ibrahim.

1989;156–62.

15. Voight R. Buku pelajaran teknologi farmasi. Ed ke-5 Yogyakarta Gadjah

Mada Univ Press Hal. 1995;764.

Page 53: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

39

Lampiran 1. Copy Resep Pulveres Parasetamol di Apotik Kota Medan

Tahun 2019

Page 54: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

40

Lampiran 1. Lanjutan

Page 55: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

41

Lampiran 1. Lanjutan

Page 56: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

42

Lampiran 1. Lanjutan

Page 57: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

43

Lampiran 1. Lanjutan

Page 58: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

44

Lampiran 1. Lanjutan

Page 59: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

45

Lampiran 1. Lanjutan

Page 60: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

46

Lampiran 2. Data Uji Keseragaman Bobot Pulveres Parasetamol

Data Apotek A (Syukur Farma)

No.

Rata-Rata

Bobot Isi

(mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 200 300 500 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 300 300 600 ±10%

6. 200 300 500 ±15%

7. 250 300 550 ±15%

8. 200 300 500 ±15%

9. 250 300 550 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 250 300 550 ±15%

12. 300 300 600 ±10%

13. 300 300 600 ±10%

14. 250 300 550 ±15%

15. 250 350 600 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 200 300 500 ±15%

18. 250 300 550 ±15%

19. 250 350 550 ±15%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 242 305 572

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *Tidak Memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 61: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

47

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek B (Tiosbel)

No.

Rata-Rata

Bobot Isi

(mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 200 300 500 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 250 300 550 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 400 300 700 ±10%

6. 200 300 500 ±15%

7. 300 300 600 ±10%

8. 200 300 500 ±15%

9. 200 300 500 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 200 300 500 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 200 300 500 ±15%

18. 300 300 600 ±10%

19. 200 300 500 ±15%

20. 200 300 500 ±15%

∑ 232 300 532,5

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% ( 17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 62: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

48

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek C (Apotek Nicholas)

No.

Rata-Rata

Bobot Isi

(mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 200 300 500 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 250 300 550 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 400 300 700 ±10%

6. 200 300 500 ±15%

7. 300 300 600 ±10%

8. 200 300 500 ±15%

9. 200 300 500 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

4. 200 300 500 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 200 300 500 ±15%

18. 300 300 600 ±10%

19. 200 300 500 ±15%

20. 200 300 500 ±15%

∑ 161 274 532

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 63: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

49

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek D (Ridho Farma)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 350 200 550 ±10%

2. 300 150 450 ±10%

3. 400 200 600 ±10%

4. 200 200 400 ±15%

5. 250 150 400 ±15%

6. 300 150 450 ±10%

7. 250 150 400 ±15%

8. 250 150 400 ±15%

9. 250 150 400 ±15%

10. 300 150 450 ±10%

11. 400 150 550 ±10%

12. 250 150 400 ±15%

13. 150 150 300 ±15%

14. 300 150 450 ±10%

15. 250 150 400 ±15%

16. 250 150 400 ±15%

17. 400 150 550 ±10%

18. 400 150 550 ±10%

19. 300 150 450 ±10%

20. 250 150 400 ±15%

∑ 290 157 447

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (10 bungkus)

: ± 15% (10 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 64: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

50

Lmpiran 2. Lanjutan

Data Apotek E (Sukaramai)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 300 300 600 ±10%

2. 250 300 550 ±15%

3. 250 300 550 ±15%

4. 300 300 600 ±10%

5. 300 300 600 ±10%

6. 350 300 650 ±10%

7. 250 300 550 ±15%

8. 200 300 500 ±15%

9. 300 300 600 ±10%

10. 250 300 550 ±15%

11. 250 300 550 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 350 300 650 ±10%

14. 200 300 500 ±15%

5. 250 300 550 ±15%

16. 250 300 550 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 300 300 600 ±10%

19. 300 300 600 ±10%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 275 300 575

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (7 bungkus)

: ± 15% ( 13)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 65: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

51

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek F (Meliana)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 250 300 550 ±15%

3. 200 300 500 ±15%

4. 200 300 500 ±15%

5. 300 300 600 ±10%

6. 250 300 550 ±15%

7. 250 300 550 ±15%

8. 300 300 600 ±10%

9. 200 300 500 ±15%

10. 200 300 500 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 200 300 500 ±15%

13. 300 300 600 ±10%

14. 200 300 500 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 200 300 500 ±15%

19. 200 300 500 ±15%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 230 300 530

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% ( 17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 66: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

52

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek G (Restu Jaya)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 200 300 500 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 200 300 500 ±15%

4. 350 300 650 ±10%

5. 200 300 500 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 200 300 500 ±15%

8. 200 300 500 ±15%

9. 200 300 500 ±15%

10. 200 300 500 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 250 300 550 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 250 250 500 ±15%

18. 250 300 550 ±15%

19. 250 300 550 ±15%

20. 250 250 500 ±15%

∑ 227 295 522

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (1 bungkus)

: ± 15% ( 19 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 67: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

53

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek H (An Nahl)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 400 650 ±15%

2. 250 400 650 ±15%

3. 200 400 600 ±15%

4. 250 400 650 ±15%

5. 250 400 650 ±15%

6. 200 400 600 ±15%

7. 200 400 600 ±15%

8. 200 400 600 ±15%

9. 200 400 600 ±15%

10. 200 400 600 ±15%

11. 200 400 600 ±15%

12. 250 400 650 ±15%

13. 250 400 650 ±15%

14. 250 400 650 ±15%

15. 300 400 700 ±10%

16. 250 400 650 ±15%

17. 200 400 600 ±15%

18. 200 400 600 ±15%

19. 250 400 650 ±15%

20. 200 400 600 ±15%

∑ 227 400 627

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (1 bungkus)

: ± 15% (19 bungkus)

Kesimpulan : *Tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 68: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

54

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek I (Ganda Lestari)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 150 400 ±15%

2. 250 150 400 ±15%

3. 250 150 400 ±15%

4. 200 150 350 ±15%

5. 200 150 350 ±15%

6. 200 150 350 ±15%

7. 200 150 350 ±15%

8. 250 150 400 ±15%

9. 250 200 450 ±15%

10. 200 150 350 ±15%

11. 200 150 350 ±15%

12. 250 150 400 ±15%

13. 250 150 400 ±15%

14. 200 200 400 ±15%

15. 200 150 350 ±15%

16. 200 150 350 ±15%

17. 250 150 400 ±15%

18. 250 150 400 ±15%

19. 200 150 350 ±15%

20. 200 150 350 ±15%

∑ 222 155 377

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat :: ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (-)

: ± 15% (20 bungkus)

Kesimpulan : *Tidak Memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 69: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

55

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek J (AA)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 200 300 500 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 250 300 550 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 200 300 500 ±15%

8. 300 300 600 ±10%

9. 200 300 500 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 250 300 550 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 300 300 600 ±10%

15. 250 300 550 ±15%

16. 250 300 550 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 300 300 600 ±10%

19. 300 300 600 ±10%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 250 300 550

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (4bungkus)

: ± 15% (16 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 70: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

56

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek K (Sumber Jaya)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 200 300 500 ±15%

3. 250 300 550 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 250 300 550 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 200 300 500 ±15%

8. 200 300 500 ±15%

9. 250 300 550 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 250 300 550 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 250 300 550 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 200 300 500 ±15%

18. 200 300 500 ±15%

19. 250 300 550 ±15%

20. 200 300 500 ±15%

∑ 230 300 530

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (-)

: ± 15% (20 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 71: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

57

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek L (Mandiri)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 250 300 550 ±15%

3. 300 300 600 ±10%

4. 300 300 600 ±10%

5. 200 300 500 ±15%

6. 200 300 500 ±15%

7. 200 300 500 ±15%

8. 200 300 500 ±15%

9. 250 300 550 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 200 300 500 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 250 300 550 ±15%

15. 250 300 550 ±15%

16. 250 300 550 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 250 300 550 ±15%

19. 250 300 550 ±15%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 240 300 540

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (2 bungkus)

: ± 15% (18 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 72: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

58

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek M (Setia Kawan)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

Syarat

1. 300 150 450 ±10%

2. 250 150 400 ±15%

3. 250 150 400 ±15%

4. 250 150 400 ±15%

5. 200 150 350 ±15%

6. 200 150 350 ±15%

7. 200 150 350 ±15%

8. 250 150 400 ±15%

9. 250 150 400 ±15%

10. 200 150 350 ±15%

11. 200 150 350 ±15%

12. 250 150 400 ±15%

13. 250 150 400 ±15%

14. 200 150 350 ±15%

15. 200 150 350 ±15%

16. 300 150 450 ±10%

17. 250 150 400 ±15%

18. 250 150 400 ±15%

19. 300 150 450 ±10%

20. 300 150 450 ±10%

∑ 242 150 392

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (4 bungkus)

: ± 15% (16 bungkus)

Kesimpulan :tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 73: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

59

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek N (Bintang)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 200 150 350 ±15%

2. 250 150 400 ±15%

3. 250 150 400 ±15%

4. 200 150 350 ±15%

5. 300 150 450 ±10%

6. 250 150 400 ±15%

7. 250 150 400 ±15%

8. 200 150 350 ±15%

9. 200 150 350 ±15%

10. 300 150 450 ±10%

11. 250 150 400 ±15%

12. 250 150 400 ±15%

13. 300 150 450 ±10%

14. 250 150 400 ±15%

15. 250 150 400 ±15%

16. 250 150 400 ±15%

17. 200 150 350 ±15%

18. 200 150 350 ±15%

19. 200 150 350 ±15%

20. 200 150 350 ±15%

∑ 237 150 387

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 74: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

60

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek O (Iskandar Muda)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 200 150 350 ±15%

2. 200 150 350 ±15%

3. 250 150 400 ±15%

4. 250 150 400 ±15%

5. 250 150 400 ±15%

6. 200 150 350 ±15%

7. 200 150 350 ±15%

8. 250 150 400 ±15%

9. 250 150 400 ±15%

10. 250 150 400 ±15%

11. 250 150 400 ±15%

12. 250 150 400 ±15%

13. 200 150 350 ±15%

14. 250 150 400 ±15%

15. 250 150 400 ±15%

16. 250 150 400 ±15%

17. 250 150 400 ±15%

18. 200 150 350 ±15%

19. 200 150 350 ±15%

20. 250 150 400 ±15%

∑ 232 150 382

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (-)

: ± 15% (20 bungkus)

Kesimpulan : *Tidak Memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 75: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

61

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek P (Gita)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 250 400 650 ±15%

2. 250 400 650 ±15%

3. 300 400 700 ±10%

4. 300 400 700 ±10%

5. 250 400 650 ±15%

6. 250 400 650 ±15%

7. 250 400 650 ±15%

8. 250 400 650 ±15%

9. 250 400 650 ±15%

10. 250 400 650 ±15%

11. 200 400 600 ±15%

12. 200 400 600 ±15%

13. 200 400 600 ±15%

14. 200 400 600 ±15%

15. 200 400 600 ±15%

16. 250 400 650 ±15%

17. 250 400 650 ±15%

18. 200 400 600 ±15%

19. 200 400 600 ±15%

20. 250 400 650 ±15%

∑ 237 400 637

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (2 bungkus)

: ± 15% (18 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 76: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

62

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek Q (Gabe)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 350 300 650 ±10%

2. 300 300 600 ±10%

3. 200 300 500 ±15%

4. 250 300 550 ±15%

5. 250 300 550 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 250 300 550 ±15%

8. 250 300 550 ±15%

9. 250 300 550 ±15%

10. 200 300 500 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 200 300 500 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 200 300 500 ±15%

15. 250 300 550 ±15%

16. 200 300 500 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 250 300 550 ±15%

19. 200 300 500 ±15%

20. 200 300 500 ±15%

∑ 237 300 537

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (2 bungkus)

: ± 15% (18 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 77: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

63

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek R (Varya)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 250 300 550 ±15%

2. 300 300 600 ±10%

3. 300 300 600 ±10%

4. 250 300 550 ±15%

5. 200 300 500 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 250 300 550 ±15%

8. 250 300 550 ±15%

9. 250 300 550 ±15%

10. 250 300 550 ±15%

11. 200 300 500 ±15%

12. 200 300 500 ±15%

13. 250 300 550 ±15%

14. 250 300 550 ±15%

15. 200 300 500 ±15%

16. 350 300 650 ±10%

17. 300 300 600 ±10%

18. 300 300 600 ±10%

19. 250 300 550 ±15%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 255 300 555

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (5 bungkus)

: ± 15% (15 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 78: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

64

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek S (Mw Rambutan Dua)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 200 300 500 ±15%

2. 250 300 550 ±15%

3. 250 300 550 ±15%

4. 200 300 500 ±15%

5. 200 300 500 ±15%

6. 300 300 600 ±10%

7. 300 300 600 ±10%

8. 200 300 500 ±15%

9. 200 300 500 ±15%

10. 350 300 650 ±10%

11. 250 300 550 ±15%

12. 250 300 550 ±15%

13. 200 300 500 ±15%

14. 200 300 500 ±15%

15. 250 300 550 ±15%

16. 250 300 550 ±15%

17. 250 300 550 ±15%

18. 200 300 500 ±15%

19. 200 300 500 ±15%

20. 250 300 550 ±15%

∑ 237 300 537

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *Tidak Memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 79: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

65

Lampiran 2. Lanjutan

ata Apotek T (Sehat Jaya)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 300 150 450 ±10%

2. 250 150 400 ±15%

3. 250 150 400 ±15%

4. 200 150 350 ±15%

5. 250 150 400 ±15%

6. 250 150 400 ±15%

7. 250 150 400 ±15%

8. 200 150 350 ±15%

9. 200 150 350 ±15%

10. 250 150 400 ±15%

11. 250 150 400 ±15%

12. 200 150 350 ±15%

13. 250 150 400 ±15%

14. 200 150 350 ±15%

15. 200 150 350 ±15%

16. 250 150 400 ±15%

17. 250 150 400 ±15%

18. 250 150 400 ±15%

19. 300 150 450 ±10%

20. 300 150 450 ±10%

∑ 242 150 392

rsyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 80: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

66

Lampiran 2. Lanjutan

Data Apotek U (Berkat Jaya)

No. Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

Rata-Rata Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Kelompok

syarat

1. 300 300 600 ±10%

2. 250 300 550 ±15%

3. 300 300 600 ±10%

4. 300 300 600 ±10%

5. 250 300 550 ±15%

6. 250 300 550 ±15%

7. 250 300 550 ±15%

8. 250 300 550 ±15%

9. 200 300 500 ±15%

10. 200 300 500 ±15%

11. 250 300 550 ±15%

12. 200 300 500 ±15%

13. 200 300 500 ±15%

14. 250 300 550 ±15%

15. 250 300 550 ±15%

16. 250 300 550 ±15%

17. 200 300 500 ±15%

18. 250 300 550 ±15%

200 300 500 ±15%

20. 200 300 500 ±15%

∑ 240 300 540

Persyaratan : Bobot teoritis = 350 mg/pulveres

Syarat : : ± 10% (18 bungkus)

: ± 15% (2 bungkus)

Hasil : ± 10% (3 bungkus)

: ± 15% (17 bungkus)

Kesimpulan : *tidak memenuhi persyaratan FI edisi III

Page 81: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

67

Lampiran 3. Rekapitulasi Data

N0. Lokasi N

Rata-Rata Bobot

Isi + Perkamen

(mg)

Rata-Rata

Bobot

Perkamen (mg)

Rata-Rata

Bobot Isi (mg)

1. Apotek A 20 547 305 242

2. Apotek B 20 532 300 232

3. Apotek C 20 630 390 240

4. Apotek D 20 447 157 290

5. Apotek E 20 575 300 275

6. Apotek F 20 530 300 230

7. Apotek G 20 432 295 137

8. Apotek H 20 627 400 227

9. Apotek I 20 377 155 222

10. Apotek J 20 550 300 250

11. Apotek K 20 530 300 230

12. Apotek L 20 540 300 240

13. Apotek M 20 392 150 242

14. Apotek N 20 387 150 237

15. Apotek O 20 382 150 232

16. Apotek P 20 637 400 237

17. Apotek Q 20 537 300 237

18. Apotek R 20 555 300 255

19. Apotek S 20 537 300 237

20. Apotek T 20 392 150 242

21. Apotek U 20 540 300 240

Page 82: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

68

Lampiran 3. Lanjutan

N0. Lokasi Jumlah

Penyimpangan ≤ 10% Penyimpangan ≤ 15%

1. Apotek A 3 17

2. Apotek B 3 17

3. Apotek C 3 17

4. Apotek D 10 10

5. Apotek E 7 13

6. Apotek F 3 17

7. Apotek G 1 19

8. Apotek H 1 19

9. Apotek I 0 20

10. Apotek J 4 16

11. Apotek K 0 20

12. Apotek L 2 18

13. Apotek M 4 16

14. Apotek N 3 17

15. Apotek O 0 20

16. Apotek P 2 18

17. Apotek Q 2 18

18. Apotek R 5 15

19. Apotek S 3 17

20. Apotek T 3 17

21. Apotek U 3 17

Page 83: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

69

Lampiran 3. Lanjutan

N0. Lokasi Memenuhi Syarat FI III

Ya Tidak

1. Apotek A +

2. Apotek B +

3. Apotek C +

4. Apotek D +

5. Apotek E +

6. Apotek F +

7. Apotek G +

8. Apotek H +

9. Apotek I +

10. Apotek J +

11. Apotek K +

12. Apotek L +

13. Apotek M +

14. Apotek N +

15. Apotek O +

16. Apotek P +

17. Apotek Q +

18. Apotek R +

19. Apotek S +

20. Apotek T +

21 Apotek U +

Page 84: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

70

Lampiran 4. Surat Permohonan Pengajuan Judul

Page 85: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

71

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian

Page 86: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

72

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Page 87: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

73

Lampiran 7. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 88: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

74

Lanjutan lampiran 7. Lembar Bimbingan

Page 89: EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT PARASETAMOL SEDIAAN …

75

Lampiran 8. Lembar Persetujuan Revisi