evaluasi karya terjemahan berbagai media populer jepang...

15
Evaluasi Karya Terjemahan Berbagai Media Populer Jepang-Indonesia: Refleksi dan Saran Pengembangan Metode Evaluasi bagi Mata Kuliah Penerjemahan 1 di Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Himawan Pratama Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia [email protected] 1. Pendahuluan Kemahiran penerjemahan merupakan kompetensi yang pada umumnya diharapkan dari lulusan program studi terkait bahasa asing. Demikian pula halnya dengan program studi Jepang. Tidak hanya oleh para pengguna lulusan, kemampuan untuk dapat menerjemahkan, di samping kemahiran untuk berkomunikasi dalam bahasa asing, adalah kompetensi yang diinginkan untuk dimiliki oleh para mahasiswa. Survei yang dilakukan terhadap mahasiswa baru Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (Prodi Jepang UI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 27% mahasiswa baru menjadikan profesi terkait bidang penerjemahan sebagai karir tujuannya. Data ini menunjukkan bagaimana 2. Deskripsi Umum Mata Kuliah Penerjemahan di Prodi Jepang UI Seperti telah dijelaskan pada catatan kaki yang menyertai judul makalah ini, Prodi Jepang UI memiliki dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang- Indonesia (diberikan pada semester 6) dan Terjemahan Indonesia-Jepang (diberikan pada semester 7). Masing-masing mata kuliah berbobot 3 sks, dan mensyaratkan mahasiswa untuk terlebih dahulu lulus Mata Kuliah Bahasa Jepang V. Kedua mata kuliah ini dideskripsikan sebagai mata kuliah yang “memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan teks” baik dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia (untuk Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia), maupun sebaliknya (untuk Mata Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang) 2 . Deskripsi tersebut mengindikasikan fokus utama dalam kedua mata kuliah, yaitu pada pengembangan kemahiran penerjemahan teks. Ada pun yang dimaksud sebagai 1 Pada Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia terdapat dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang-Indonesia dan Terjemahan Indonesia- Jepang. 2 Lihat Buku Pedoman Akademik Program Sarjana Tahun 2017/2018 (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: 2017).

Upload: others

Post on 03-Sep-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Evaluasi Karya Terjemahan Berbagai Media Populer Jepang-Indonesia:

Refleksi dan Saran Pengembangan Metode Evaluasi

bagi Mata Kuliah Penerjemahan1 di Program Studi Jepang

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Himawan Pratama

Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia

[email protected]

1. Pendahuluan

Kemahiran penerjemahan merupakan kompetensi yang pada umumnya diharapkan dari lulusan

program studi terkait bahasa asing. Demikian pula halnya dengan program studi Jepang. Tidak hanya oleh

para pengguna lulusan, kemampuan untuk dapat menerjemahkan, di samping kemahiran untuk

berkomunikasi dalam bahasa asing, adalah kompetensi yang diinginkan untuk dimiliki oleh para

mahasiswa. Survei yang dilakukan terhadap mahasiswa baru Program Studi Jepang Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (Prodi Jepang UI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 27%

mahasiswa baru menjadikan profesi terkait bidang penerjemahan sebagai karir tujuannya. Data ini

menunjukkan bagaimana

2. Deskripsi Umum Mata Kuliah Penerjemahan di Prodi Jepang UI

Seperti telah dijelaskan pada catatan kaki yang menyertai judul makalah ini, Prodi Jepang UI

memiliki dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang-

Indonesia (diberikan pada semester 6) dan Terjemahan Indonesia-Jepang (diberikan pada semester 7).

Masing-masing mata kuliah berbobot 3 sks, dan mensyaratkan mahasiswa untuk terlebih dahulu lulus

Mata Kuliah Bahasa Jepang V. Kedua mata kuliah ini dideskripsikan sebagai mata kuliah yang

“memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan teks” baik dari bahasa Jepang ke

bahasa Indonesia (untuk Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia), maupun sebaliknya (untuk Mata

Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang)2. Deskripsi tersebut mengindikasikan fokus utama dalam kedua

mata kuliah, yaitu pada pengembangan kemahiran penerjemahan teks. Ada pun yang dimaksud sebagai

1 Pada Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia terdapat dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang-Indonesia dan Terjemahan Indonesia-Jepang. 2 Lihat Buku Pedoman Akademik Program Sarjana Tahun 2017/2018 (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: 2017).

teks dalam konteks ini adalah teks tertulis. Oleh karena itu, kegiatan perkuliahan didominasi kegiatan-

kegiatan yang diarahkan untuk melatih kemahiran penerjemahan berbagai jenis teks tertulis.

Meski demikian, perlu ditekankan bahwa yang diajarkan dalam kedua mata kuliah di atas

dititikberatkan kepada pengenalan ilmu penerjemahan dan berbagai sisi dunia penerjemahan. Dengan

demikian, mahasiswa belum terlalu dituntut untuk mampu menciptakan produk terjemahan selayaknya

penerjemah professional. Sesuai dengan mata kuliah yang menjadi prasyaratnya, yaitu Bahasa Jepang V,

kedua mata kuliah bidang penerjemahan pada Prodi Jepang UI merupakan sarana untuk lebih mengasah

kemahiran bahasa Jepang, serta mengidentifikasi perbedaan dan persamaan di antara budaya Indonesia-

Jepang seperti tercermin dalam bahasanya. Selain itu, kedua mata kuliah ini juga dirancang agar

mahasiswa dapat memiliki gambaran umum mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi dalam dunia

penerjemahan.

Melalui pemikiran seperti itulah, Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia serta Mata Kuliah

Terjemahan Indonesia-Jepang diawali dengan pengenalan teori penerjemahan, dan diakhiri dengan tugas-

tugas yang bertujuan membekali mahasiswa dengan pemahaman tentang kompleksitas dunia

penerjemahan3. Pengenalan teori penerjemahan dilakukan sepanjang paruh awal perkuliahan (hingga

Ujian Tengah Semester), sedangkan paruh akhir diisi dengan tugas praktik penerjemahan berbagai jenis

teks. Gambar 1 di bawah ini mengilustrasikan alur dari kegiatan perkuliahan pada Mata Kuliah Terjemahan

Jepang-Indonesia dan Mata Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang.

3. Kegiatan 1: Pengenalan Teori Penerjemahan

Dari 14 minggu masa perkuliahan, 6 minggu pertama digunakan untuk memperkenalkan teori

penerjemahan kepada mahasiswa. Untuk tujuan tersebut, rujukan utama yang digunakan adalah buku “In

Other Words” karya Mona Baker (2011). Buku ini dipilih karena sifatnya sebagai pengantar untuk masuk

ke dunia ilmu penerjemahan. Susunan materi di dalam buku ini dibuat mengikuti urutan satuan terkecil

3 Desain Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia pada tulisan ini adalah yang berlaku pada Semester Genap 2016/2017, sedangkankan untuk Mata Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang diambil dari Semester Gasal 2016/2017.

bahasa, yaitu morfem, hingga unsur-unsur pragmatik. Seperti tertera pada tabel 1 di bawah, masing-

masing pertemuan dalam kedua mata kuliah penerjemahan diarahkan untuk membahas satu bab dari

buku “In Other Words” kecuali pertemuan 1 dan 5). Sebagai rujukan tambahan, digunakan pula buku “The

Routledge Course in Japanese Translation” yang ditulis oleh Yoko Hasegawa (2012).

Tabel 1. Materi Perkuliahan Hingga Ujian Tengah Semester

Pertemuan ateri Rujukan

1 - Orientasi

- Definisi Penerjemahan dan Peran Penerjemah

Baker: 2011 (Bab 1)

Hasegawa: 2012 (Bab 1)

2 Penerjemahan Kata

Baker: 2011 (Bab 2)

3 Penerjemahan Kombinasi Kata

Baker: 2011 (Bab 3)

4 Penyesuaian Unsur Gramatikal dalam Penerjemahan

Baker: 2011 (Bab 4)

5 Penerjemahan Tekstual

Baker: 2011 (Bab 5-6)

6 Penerjemahan Unsur-unsur Pragmatik

Baker: 2011 (Bab 7)

7 Ujian Tengah Semester

3.1. Deskripsi Kegiatan

Sejalan dengan semangat untuk mengembangkan pembelajaran aktif yang berpusat pada

mahasiswa (student centered active learning), pada paruh awal kegiatan perkuliahan mahasiswa

diarahkan untuk mengkonstruksi pemahamannya mengenai teori penerjemahan. Untuk tujuan tersebut,

maka setiap pertemuan disusun dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang.

2. Masing-masing kelompok membuat rangkuman dari bab yang akan dibahas dalam setiap

pertemuan. Rangkuman dibuat dalam bentuk powerpoint dan dikumpulkan melalui sistem e-

learning Universitas Indonesia (SCeLE).

3. Powerpoint berisi rangkuman materi serta contoh-contoh penerapan materi dalam konteks

penerjemahan bahasa Jepang ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.

4. Setiap kelompok memaparkan hasil rangkuman serta contoh-contoh yang diberikan kepada

seluruh kelas.

5. Dosen memberikan umpan balik terhadap hasil rangkuman.

6. Dosen memberikan soal-soal penerjemahan yang harus dikerjakan secara berkelompok maupun

secara individual.

Dalam tahap ini mahasiswa juga dibiasakan dengan lingkungan pembelajaran berbasis teknologi.

Hal ini tampak dari penggunaan berbagai fasilitas teknologi baik yang terdapat di lingkungan kampus

Universitas Indonesia maupun yang dimiliki secara pribadi oleh mahasiswa. Selain bahwa mahasiswa

dibiasakan untuk menggunakan sistem e-learning Universitas Indonesia dalam pengumpulan rangkuman

bacaan (lihat gambar 2), dosen juga memanfaatkan smartphone dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan smartphone yang dimaksud adalah melalui penggunaan aplikasi penyampai pesan, yaitu

Whatsapp sebagai sarana bagi mahasiswa untuk dapat menuangkan pemikirannya mengenai suatu isu

penerjemahan. Penggunaan aplikasi tersebut memudahkan diskusi karena ide maupun jawaban dari

mahasiswa dapat dibaca dan juga dievaluasi bersama oleh seluruh kelas. Contoh penggunaan Whatsapp

dalam perkuliahan tampak pada gambar 3 di bawah.

Gambar 2. Modul SCeLE Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia (Semester Genap 2016/2017)

Gambar 3. Pemanfaatan Aplikasi Penyampai Pesan Whatsapp dalam Pembelajaran

Gambar 3 memperlihatkan salah satu contoh pelaksanaan diskusi melalui aplikasi Whatsapp.

Tampak pada contoh bahwa dosen memberikan teks dalam bahasa Jepang untuk kemudian

diterjemahkan oleh mahasiswa secara individual. Keunggulan dari penggunaan aplikasi ini adalah pada

sisi interaksi yang terjalin oleh seluruh anggota kelas. Melalui aplikasi tersebut mahasiswa dapat juga

melihat dan mengevaluasi hasil terjemahan rekannya, dan kemudian melakukan refleksi terhadap hasil

terjemahannya sendiri. Peran dosen dalam contoh diskusi di atas adalah sebagai pemberi soal pemicu,

dan sebagai pemberi umpan balik. Tentu saja dengan keterbukaan yang dimungkinkan oleh aplikasi

Whatsapp dalam diskusi, maka umpan balik tidak seluruhnya berada di tangan dosen. Mahasiswa pun

dapat saling memberi masukan terhadap hasil terjemahan rekannya.

3.2. Target Luaran

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, paruh awal perkuliahan ditujukan agar

mahasiswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya mengenai teori penerjemahan. Untuk tujuan

tersebut, maka luaran yang ditargetkan terdiri atas dua jenis, yaitu rangkuman bacaan teori

penerjemahan yang didapat dari buku teks, dan contoh-contoh penerjemahan sesuai dengan teori yang

dipelajari.

Rangkuman bacaan dibuat secara berkelompok dalam bentuk powerpoint untuk kemudian

ditampilkan dan didiskusikan dengan seluruh kelas. Rangkuman dibuat dalam bahasa Indonesia untuk

menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi di dalam buku teks yang disampaikan dalam bahasa

Inggris. Melalui tugas ini mahasiswa dilatih untuk menyampaikan hasil bacaannya secara sistematis dan

komunikatif. Selain itu, untuk juga membiasakan mahasiswa dengan ketepatan waktu, maka hasil

rangkuman harus diunggah ke dalam sistem SCeLE dengan batas waktu yang telah disepakati.

Setelah membuat rangkuman bacaan, mahasiswa juga dituntut untuk membuat contoh-contoh

penerjemahan sesuai dengan teori yang sedang dipelajari. Contoh-contoh penerjemahan tersebut dibuat

dalam berbagai jenis media, yaitu di dalam powerpoint yang sama dengan rangkuman bacaan (lihat

gambar 4), melalui aplikasi Whatsapp (lihat gambar 3), maupun melalui penugasan tertulis di kelas (lihat

tabel 2).

Gambar 4. Contoh-contoh Penerjemahan di Dalam Powerpoint Rangkuman Bacaan

Gambar 4 mengilustrasikan bagaimana mahasiswa membuat contoh-contoh penerjemahan

melalui powerpoint yang sama dengan rangkuman bacaan sesuai dengan teori yang sedang dipelajari.

Pada contoh tersebut mahasiswa diminta untuk menjelaskan definisi dari “kata dengan makna ekspresif”

(sebagai rangkuman bacaan), serta membuat contoh-contohnya dalam bahasa Jepang disertai dengan

terjemahan bahasa Indonesianya. Mahasiswa diminta tidak untuk membuat contoh kalimat sendiri,

namun mencari contoh-contoh nyata yang ada di dalam berbagai media.

Di samping penggunaan powerpoint dan aplikasi whatsapp, latihan pembuatan contoh-contoh

penerjemahan (penerapan teori penerjemahan) juga dilakukan di kelas secara tertulis. Tabel 2 di bawah

ini menunjukkan salah satu contohnya. Pada contoh di bawah, mahasiswa ditantang untuk

menerjemahkan beberapa teks singkat berbahasa Indonesia yang mengandung kata bermuatan budaya

ke dalam bahasa Jepang. Teks diambil dari berbagai sumber yang benar-benar ada di Indonesia. Dalam

kegiatan tersebut, mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dan setiap kelompok diminta

untuk mendiskusikan terjemahan yang tepat dari setiap teks.

Tabel 2. Contoh Kegiatan Penerjemahan Teks Berbahasa Indonesia

yang Mengandung Kata Bermuatan Budaya ke dalam Bahasa Jepang

Teks asli 1: Di rumah tetangga sedang ada pengajian.

Kelompok 1: 近所では礼拝式が行われている。

Kelompok 2: 近所で祈り会が行われています。

Kelompok 3: 隣に礼拝中です。

Kelompok 4: 隣の家で祈り会が行われている。

Teks asli 2: Tadi gw makan seblak di kantin.

1. さっき学食で激辛きしめん食べたよ。

2. さっき、俺食堂で Seblak を食べたよ。

3. さっき僕は食堂で Seblak を食べた。

4. さっき、食堂でせんべい汁を食べた。

Pada kegiatan di atas, dosen mencatat hasil terjemahan seluruh kelompok dan kemudian

memperlihatkannya kepada seluruh kelas. Setelah itu masing-masing kelompok diminta untuk saling

mendiskusikan hasil terjemahannya. Masing-masing kelompok diminta untuk dapat menjelaskan

argumentasinya di balik keputusannya dalam membuat teks terjemahan. Sebagai contoh, pada tabel 2

terlihat bahwa tidak terdapat kesepakatan mengenai penerjemahan kata “pengajian” (teks asli 1) dan kata

“seblak” (teks asli 2). Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi tema utama diskusi. Tujuannya bukanlah

untuk menentukan terjemahan mana yang salah dan yang benar, namun untuk menegaskan bahwa

seorang penerjemah memiliki keleluasaan dalam strategi penerjemahan maupun pemilihan kata, namun

di sisi lain juga bertanggung jawab terhadap ketersampaian informasi kepada target dari teks terjemahan.

Pada akhirnya, setiap jenis diskusi dirancang untuk menegaskan kompleksitas dunia

penerjemahan. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tanggung jawab dari pekerjaan sebagai

penerjemah. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan untuk memahami berbagai strategi penerjemahan,

termasuk keunggulan dan konsekuensi yang mengikuti pemilihan strategi tersebut.

3.3. Metode Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada paruh awal perkuliahan terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Evaluasi tugas, yang komponen penilaiannya meliputi:

- Ketepatan waktu pengumpulan tugas

- Penilaian kinerja di dalam kelompok oleh rekan sekelompok melalui “Borang Penilaian Kinerja

Kelompok” (mengukur kontribusi dan keaktifan di dalam kelompok)

2. Evaluasi pemahaman teori penerjemahan melalui ujian tengah semester

Ujian Tengah Semester (UTS) dilaksanakan pada pertemuan ketujuh. Ujian dilaksanakan di kelas

secara tertulis secara close book. Sebelumnya mahasiswa diberikan kisi-kisi ujian. Sepanjang perkuliahan

mahasiswa juga diberikan akses melalui SCeLE terhadap rangkuman-rangkuman bacaan baik yang dibuat

oleh kelompok sendiri maupun oleh kelompok lain.

Komponen-komponen yang diujikan di dalam UTS mencakup pengetahuan teoritis yang pada

enam pertemuan sebelumnya telah dipelajari bersama. Komponen-komponen tersebut dibagi sebagai

berikut:

1. Menerjemahkan sebuah teks singkat (kalimat) dengan beberapa strategi penerjemahan yang

ditentukan.

2. Menerjemahkan kata bermuatan budaya atau idiom yang disertai dengan argumentasi pemilihan

strateginya.

3. Memberikan contoh-contoh penerapan konsep linguistik tertentu yang disertai dengan

terjemahannya.

Bentuk ujian seperti ini selain menitikberatkan bukan hanya pada pemahaman mengenai teori

penerjemahan, namun juga pembangunan argumentasi mahasiswa mengenai pemilihan strategi-strategi

penerjemahan. Oleh karena itu, terutama untuk komponen nomor 2, variasi jawaban sangat

dimungkinkan selama argumentasi yang diutarakan memiliki landasan teoritis yang kuat.

4. Kegiatan 2: Praktik Penerjemahan Berbagai Teks

Setelah melalui UTS, mahasiswa difokuskan untuk mempraktikkan pengetahuan teoretisnya

mengenai penerjemahan melalui praktik penerjemahan berbagai jenis teks. Poin utama yang ditekankan

tetap pada bagaimana mahasiswa mampu membangun argumentasi yang mendasari pemilihan strategi

penerjemahan. Mahasiswa dituntut tidak hanya untuk membuat sebuah karya terjemahan yang dapat

diterima oleh audiens pada bahasa sasaran, namun juga mampu mempertanggungjawabkan alasan-

alasan di balik pemilihan strategi penerjemahan melalui referensi kepada teori penerjemahan yang telah

dipelajari pada paruh awal perkuliahan.

4.1. Deskripsi Kegiatan

Pada tahap ini mahasiswa diasumsikan memiliki pengetahuan teoritis yang cukup yang diperoleh

dari pertengahan awal perkuliahan. Dengan pengetahuan tersebut mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-

kelompok kecil (kelompok yang sama dengan sebelumnya) untuk membuat terjemahan dari berbagai

jenis teks. Melalui penggunaan teks dengan tingkat variasi yang tinggi mahasiswa diharapkan

mendapatkan gambaran mengenai pendekatan-pendekatan yang berbeda yang harus diambil ketika

menghadapi jenis-jenis teks yang berbeda pula. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan jenis-jenis teks yang

ditugaskan kepada mahasiswa untuk dikerjakan pada Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia.

Tabel 3. Materi Perkuliahan Mata Kuliah Terjemahan Jepang Indonesia

Setelah Ujian Tengah Semester

Pertemuan Materi Luaran

9 Praktik Penerjemahan 1: Teks prosedur melakukan sesuatu (tutorial)

Menerjemahkan teks cara melakukan sesuatu (tutorial) dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

10 Praktik Penerjemahan 2: Pengumuman

atau poster

Menerjemahkan pengumuman tercetak atau poster dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

11 Praktik Penerjemahan 3: Surat/e-mail korespondensi

bisnis

Menerjemahkan sebuah surat atau e-mail bahasa Jepang dalam ragam formal (bisnis) ke bahasa Indonesia.

12 Praktik Penerjemahan 4: Teks akademik

Menerjemahkan sebuah abstrak jurnal ilmiah berbahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

13 Praktik Penerjemahan 5: Komik

Menerjemahkan komik 4 strip Jepang (4 koma manga) ke dalam bahasa Indonesia.

14 Praktik Penerjemahan 6: Film animasi

Membuat subtitle bahasa Indonesia dari dialog anime.

15 Praktik Penerjemahan 7-1: Lagu (Lirik)

Menerjemahkan lagu Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

16 Praktik Penerjemahan 7-2: Lagu (dengan Musik)

Menerjemahkan lagu Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Seperti tampak pada tabel 3, variasi teks beragam dari teks tutorial (panduan) hingga lagu. Pada

setiap teks mahasiswa diinstruksikan untuk membuat teks terjemahan yang dapat berterima dengan

audiens bahasa sasaran. Selain itu, mahasiswa juga diharuskan untuk memperhatikan unsur-unsur teks

lain di luar unsur kebahasaan dari sebuah teks. Misalnya, dalam penerjemahan poster berbahasa Jepang

mahasiswa harus membuat terjemahan bahasa Indonesia yang mudah dipahami sekaligus mudah dilihat.

Pada tahap ini, sesuai dengan teori yang dipelajari sebelumnya, mahasiswa diberikan keleluasaan bahkan

untuk mengubah unsur-unsur yang ada pada sebuah teks. Kembali kepada contoh penerjemahan poster,

maka mahasiswa diperkenankan untuk tidak mempertahankan bentuk asli dari teks aslinya dengan satu

syarat, yaitu informasi yang disampaikan tersampaikan dengan baik. Berikut ini adalah salah satu

contohnya.

Gambar 5. Contoh Hasil Terjemahan Mahasiswa (Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia)

Dalam contoh di atas perbedaan paling mencolok terdapat pada keberadaan kotak bertuliskan

“FREE FOOD SAMPLE” dalam teks terjemahan bahasa Indonesia. Pada teks asli berbahasa Jepang

informasi bahwa terdapat sampel makanan yang dapat dicoba sebenarnya ditulis pada bagian keterangan

di bawah kotak. Namun demikian, mahasiswa berargumen bahwa informasi lebih efektif disampaikan

melalui bantuan unsur visual tersebut, serta melalui penggunaan bahasa Inggris karena dianggap lebih

umum. Proses argumentasi seperti inilah yang diharapkan dari mata kuliah penerjemahan di Prodi Jepang

UI. Maka, dapat dikatakan pula bahwa mata kuliah penerjemahan juga terkait langsung dengan usaha

pembangunan daya analitis kritis mahasiswa.

4.2. Target Luaran

Target luaran utama dari kegiatan praktik penerjemahan sudah tentu adalah teks hasil

terjemahan. Namun demikian, pengamatan terhadap proses berpikir mahasiswa sehingga sampai pada

kesimpulan untuk menerjemahkan sebuah teks dengan cara tertentu juga merupakan bagian krusial dari

mata kuliah penerjemahan di Prodi Jepang UI. Oleh karena itu untuk setiap jenis teks (seluruhnya terdapat

7 jenis teks, lihat tabel 3), mahasiswa dituntut untuk menghasilkan dua jenis luaran, yaitu:

1. Teks terjemahan

2. Presentasi kelompok yang menjelaskan argumentasi pemilihan strategi penerjemahan

Presentasi kelompok diadakan dengan tahapan yang sama dengan presentasi sebelum UTS.

Sebelum presentasi dimulai setiap kelompok mendapatkan hasil terjemahan rekannya dari kelompok lain

untuk dapat didiskusikan dan dievaluasi. Melalui proses diskusi ini mahasiswa dilatih untuk dapat

mengungkapkan secara sistematis argumentasi mengenai pemilihan strategi penerjemahan, dan juga

mengekspresikan pandangannya terhadap karya terjemahan rekannya. Berikut ini adalah contoh

presentasi mahasiswa yang menunjukkan argumentasinya dalam memilih strategi penerjemahan.

Gambar 6. Contoh Presentasi Mahasiswa

Luaran berikutnya adalah teks terjemahan itu sendiri. Penilaian terhadap teks terjemahan

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan waktu pengumpulan tugas

2. Kerapian pengerjaan tugas

3. Ketersampaian informasi

4. Inovasi pada teks terjemahan

Pada kriteria ketepatan waktu indikatornya adalah kemampuan mahasiswa untuk menaati batas

waktu pengumpulan tugas. Seperti pada tugas-tugas sebelumnya, pengumpulan tugas dilakukan melalui

sistem SCeLE. Modul akan terkunci bersamaan dengan lewatnya tenggat waktu pengumpulan tugas.

Kelompok yang tidak mampu memenuhi tenggat waktu, maka dengan sendirinya tidak dapat

mengumpulkan tugas.

Kriteria berikutnya adalah kerapian. Pada kriteria ini unsur estetika sebuah teks menjadi poin yang

paling utama. Mengingat bahwa teks yang diterjemahkan memiliki jenis yang sangat berbeda, maka

penilaian kriteria ini bergantung kepada jenis teksnya. Sebagai contoh, untuk teks jenis poster maka

kemudahan untuk dibaca akan membuat sebuah teks terjemahan mendapat nilai yang tinggi. Untuk teks

jenis subtitle film, maka ketepatan waktu antara dialog dengan keluarnya subtitle menjadi poin yang

penting. Lain halnya dengan teks jenis lagu. Untuk teks jenis tersebut, maka penilaian tinggi diberikan jika

lagu versi terjemahan juga dapat dinyanyikan selayaknya lagu-lagu dalam bahasa sasaran tanpa

menimbulkan rasa ketidakalamian kepada penutur jati bahasa sasaran.

Pada kriteria ketersampaian informasi, hal yang diutamakan adalah bagaimana sebuah teks

terjemahan dapat menyampaikan informasi yang ada pada teks asli secara utuh. Dalam kaitannya dengan

bahasa Jepang, dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan baik secara bahasa maupun budaya

antara Indonesia dan Jepang, terkadang mempertahankan seluruh informasi dari teks asli sulit untuk

dilakukan. Strategi mahasiswa untuk menjaga informasi inilah yang mendapat nilai tinggi pada kriteria ini.

Kriteria terakhir adalah inovasi. Sejak awal mahasiswa diberikan pemahaman bahwa seorang

penerjemah memiliki keleluasaan untuk tidak terikat dengan struktur atau bentuk teks aslinya. Oleh

karena itu berbagai inovasi sangatlah dimungkinkan untuk dibuat. Kemampuan mahasiswa untuk berpikir

out of the box mendapat penilaian yang tinggi dalam kriteria inovasi. Meski demikian, tentu saja bukan

berarti mahasiswa disarankan untuk selalu mengubah bentuk dari sebuah teks. Melalui presentasi

mahasiswa harus menjelaskan argumentasi di balik inovasinya terhadap sebuah teks terjemahan.

4.3. Metode Evaluasi

Meski telah terdapat empat kriteria penilaian karya terjemahan mahasiswa seperti tertera di atas,

namun pada pelaksanaan Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia dan Mata Kuliah Indonesia-Jepang

belum memiliki standar penilaian yang terstruktur untuk mengevaluasi karya mahasiswa. Oleh karena itu

di bawah ini penulis memberikan saran mengenai bagaimana karya mahasiswa dapat dievaluasi

menggunakan indikator-indikator yang lebih terukur. Tabel 4 merupakan saran matriks penilaian yang

dapat digunakan dalam proses evaluasi karya terjemahan mahasiswa.

Tabel 4. Saran Matriks Penilaian Karya Terjemahan Mahasiswa

Kriteria Nilai

85-100

Nilai

75-84

Nilai

65-74

Nilai

55-64

Ketepatan waktu Tugas

dikumpulkan

sesuai dengan

waktu yang

diinstruksikan.

- - -

Kerapian Teks terjemahan

disusun agar

mudah dibaca

selayaknya teks

asli serta memiliki

Teks terjemahan

disusun agar

mudah dibaca

selayaknya teks

asli namun

Susunan teks

terjemahan cukup

mudah untuk

dibaca, namun

unsur estetika

Susunan teks

terjemahan sulit

untuk dibaca, dan

sama sekali tidak

nilai estetika yang

baik.

terdapat unsur

estetika yang

hilang.

kurang

diperhatikan.

memperhatikan

unsur estetika.

Ketersampaian

informasi

Informasi kunci

dan berbagai detil

dari teks asli

sepenuhnya

tersampaikan

dalam teks

terjemahan.

Informasi kunci

dari teks asli

sepenuhnya

tersampaikan

dalam teks

terjemahan,

namun terdapat

detil yang

terlewatkan.

Sebagian besar

informasi kunci

dari teks asli

tersampaikan

dalam teks

terjemahan.

Terdapat banyak

informasi kunci

yang tidak

tersampaikan

dalam teks

terjemahan.

Inovasi pada teks

terjemahan

Terdapat inovasi

(perubahan)

dalam teks

terjemahan yang

membuat teks

terjemahan

menjadi lebih

mudah dipahami

dan lebih baik dari

sisi estetika.

Terdapat inovasi

(perubahan)

dalam teks

terjemahan yang

membuat teks

terjemahan

menjadi lebih

mudah dipahami.

Terdapat inovasi

(perubahan)

dalam teks

terjemahan yang

fungsinya kurang

signifikan dalam

membantu

membuat teks

menjadi lebih

mudah dipahami.

Terdapat inovasi

(perubahan)

dalam teks

terjemahan yang

membuat teks

terjemahan justru

menjadi lebih sulit

dipahami.

Keempat kriteria di atas memiliki bobot yang berbeda. Mengingat bahwa fokus penilaian karya

penerjemahan adalah pada sisi ketersampaian informasi yang ada pada teks bahasa sumber dalam teks

teks terjemahan, maka kriteria ketersampaian inovasi mendapat bobot yang paling besar, yaitu 40%.

Karya mahasiswa akan mendapat nilai penuh pada kriteria ketersampaian informasi jika teks terjemahan

yang dibuatnya mampu menyampaikan dengan utuh informasi-informasi kunci dan juga berbagai detil

yang ada pada teks asli. Bobot nilai terbesar berikutnya diberikan pada kriteria kerapian. Kemudian

kriteria ketepatan waktu dan inovasi pada teks terjemahan masing-masing mendapat bobot 15%.

Tabel 5. Saran Komposisi Penilaian Masing-masing Teks Terjemahan

Kriteria Bobot

Ketepatan waktu 15%

Kerapian 30%

Ketersampaian informasi 40%

Inovasi pada teks terjemahan 15%

TOTAL 100%

Penggunaan metode evaluasi yang lebih terukur ini disarankan agar penilaian terhadap karya

mahasiswa dapat dilakukan secara objektif dengan indikator-indikator yang terukur. Sejak awal masa

perkuliahan mahasiswa juga perlu untuk dijelaskan mengenai metode evaluasi ini agar masing-masing

mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri dengan ekspektasi yang disematkan

kepadanya dalam mata kuliah penerjemahan.

5. Penutup

Mata kuliah penerjemahan pada tingkat sarjana seyogyanya didesain sejalan dengan semanagt

untuk menumbuhkan daya pikir kritis analitis pada diri mahasiswa. Oleh karenanya, meski pada batas

tertentu kemahiran teknis penerjemahan diajarkan dalam mata kuliah tersebut, namun kompetensi

disasar tidak mungkin sama dengan pendidikan untuk penerjemah profesional.

References Baker, M. (2011). In Other Words (2nd ed.). London: Routledge.

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. (2017). Buku Pedoman Akademik Program

Sarjana Tahun 2017/2018. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Hasegawa, Y. (2012). The Routlede Course in Japanese Translation. London: Routledge.

Malmkjær, K. (Penyunt.). (2004). Translation in Undergraduate Degree Programmes. Amsterdam: John

Benjamins Publishing Company.

Pratama, H. (2016). Maximizing Available Spaces to Convey Meaning: The Strategy of Space Utilization in

Japanese Manga Translation into Indonesian Language. Proceedings of The 2016 International

Translation and Symposium (pp. 114-122). Depok: Faculty of Humanities, Universitas Indonesia.