pengaruh penggunaan media wingeom terhadap...

178
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WINGEOM TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: LAVA HIMAWAN NIM: 1112017000008 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: tranhuong

Post on 23-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WINGEOM

TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI

VISUAL SISWA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LAVA HIMAWAN

NIM: 1112017000008

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

i

ABSTRAK

LAVA HIMAWAN (1112017000008). “Pengaruh Penggunaan Media Wingeom

terhadap Kemampuan Representasi Visual Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2017.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan representasi visual

siswa yang diajarkan menggunakan media Wingeom dengan siswa yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga. Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA di

Tangerang Selatan pada tahun ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan pada

penelitian adalah metode kuasi eksperimen dengan randomized subjects posttest

only control group design, sedangkan untuk pemilihan sampel menggunakan teknik

cluster random sampling dengan memilih dua dari tujuh kelas yang ada untuk

dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen diajarkan

menggunakan media berbasis ICT, yaitu Wingeom, sedangkan siswa kelas kontrol

diajarkan menggunakan media konvensional berupa Alat Peraga Geometri.

Pengambilan data menggunakan instrumen tes kemampuan representasi visual

berbentuk pilihan ganda dan uraian. Secara keseluruhan, hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan

menggunakan media Wingeom lebih tinggi daripada kemampuan representasi

visual siswa yang diajarkan menggunakan Alat Peraga.

Kata Kunci: Wingeom, Alat Peraga Geometri, Kemampuan Representasi

Visual

ii

ABSTRACT

LAVA HIMAWAN (1112017000008). “The Effect of Wingeom Media Usage

Toward the Students’ Visual Representation Skills". Thesis Department of

Mathematics Education, Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah

Islamic State University Jakarta, July 2017.

The purpose of the research is to find the differences between students’ visual

representation skills who are taught using Wingeom media and they who are taught

using Props. This Research was conducted at one of Senior High School in South

Tangerang in the academic year 2016/2017. The method used in this study is quasi-

experimental method with randomized subjects posttest only control group design,

while for selecting sample use cluster random sampling technique by selecting two

of the seven classes to be used as experiment class and control class. Experiment

class student is taught to use ICT-Based media, it is Wingeom, meanwhile control

class student is taught to use conventional media in the form of Geometry Props.

Data retrieval using visual representation test instruments in form of multiple

choices and essay. Overall, the result of the research showed that students’ visual

representation skills who are taught using Wingeom media is higher than the

students’ visual representation skills who are taught using Props.

Keywords: Wingeom, Geometry Props, Visual Representation

iii

KATA PENGANTAR

بسماهللالرحمنالرحيم

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan

yang Maha Esa, Maha Besar, Maha Indah, Maha Pemberi segala nikmat, mulai dari

nikmat Iman, nikmat Islam, serta nikmat kesehatan. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat,

dan kita semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Wingeom terhadap

Kemampuan Representasi Visual Siswa” disusun dalam rangka memenuhi syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari masih banyak

keterbatasan dalam diri penulis, sehingga penulis memerlukan bimbingan,

masukan, serta bantuan dari berbagai pihak hingga penyusunan skripsi mampu

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Kadir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi pemicu

semangat untuk dapat memulai proses skripsi, mulai dari pengajuan judul

hingga proses penyusunan skripsi.

3. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik dan Dedek Kustiawati, M.Pd. selaku Dosen

Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,

mengarahkan, serta memberi masukan yang sangat bermanfaat kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Semoga segala bentuk kebaikan

yang Ibu berikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt.

4. Seluruh Dosen serta Staff Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama masa

iv

studi telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga

kepada penulis.

5. Nursalim, S.Pd. selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Negeri 10 Tangerang

Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 10 Tangerang Selatan tahun ajaran

2016/2017, khususnya kelas X-4 dan X-7 yang telah bersikap baik dan

kooperatif selama penelitian berlangsung.

7. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2012, baik kelas A

maupun kelas B yang bukan hanya menjadi teman seperjuangan, tetapi telah

menjadi keluarga seperjuangan.

8. Widayati Lutfi Fauziah, Siti Fauziah Rahmah, Endah Hardiyaningsih, Siti

Miftahul Mubasyiroh, Ajeng Detesyani, Lisfa Novianti yang telah berkenan

menjadi pendengar dan pemberi solusi dalam setiap diskusi skripsi.

9. Yayang Mahendra Djamin, Aan Anwar Firdaus, Dwimar Laksono, Rendy

Mutiara Puri, Lailita Tria Rahmawati, Isnaniah, Sri Utami, dan Adelina

Fitriyani yang telah menjadi rekan satu ideologi dalam berorganisasi, baik

dalam lingkup HMJ Pendidikan Matematika hingga lingkup HMI.

10. Tim Nunggu dan Tim Rusuh, Mia Halpiani, Mayyosi Sandri, Ani Qumil Laila,

Diantary Febrilia yang setia menanti dari pagi hingga bertemu pagi lagi.

11. Kakak-kakak Jurusan Pendidikan Matematika, khususnya Kak Aziz, Kak Nisa,

Kak Fathul, Kak Hafiz, Kak Agung, dan Kak Faris yang telah menjadi inspirasi

selama masa studi.

12. Adik-adik Jurusan Pendidikan Matematika, khususnya Hamzah, Harun, Fadil,

Yuhyi, Achmad, Dadan, Nanda, Widi, Ilham, Abi, Jun, Apin, dan Helmi yang

senantiasa menemani segala kegiatan di Sekretariat Pendidikan Matematika

mulai dari sekedar senda gurau hingga diskusi

13. Nurmia Sakinah dan Raden Novia Choerunnisa yang telah bersedia

meminjamkan laptopnya sebagai sarana pendukung selama proses penyusunan

skripsi.

v

14. Ayahanda Indro Suremi dan Ibunda Sriyati selaku orang tua yang tanpa kenal

lelah senantiasa mendoakan ketika penulis dilanda kebimbangan, yang

senantiasa menyemangati ketika penulis merasa putus asa, yang senantiasa

menanyakan perkembangan penyusunan skripsi ketika penulis dilanda rasa

malas, yang senantiasa memberikan nasihat ketika penulis melakukan

kekeliruan. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa ada ketika orang lain hanya

ada untuk sementara.

15. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan segala bentuk bantuan mulai dari informasi hingga perhatian

kepada penulis sebelum, selama, dan setelah penulis menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah Swt. membalas segala bentuk kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis dengan ridho dan pahala-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam

dunia ini tak ada yang sempurna. Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading

yang tak retak”, begitupun dengan skripsi yang telah disusun oleh penulis yang

masih ditemukan banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

terciptanya khazanah keilmuan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

pembaca. Aamiin...

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Lava Himawan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ......................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB II: DESKRIPSI TEORITIK ................................................................ 9

A. Kajian Teori ..................................................................................... 9

1. Representasi Visual ..................................................................... 9

2. Media Pembelajaran .................................................................... 16

3. Wingeom ..................................................................................... 18

4. Alat Peraga .................................................................................. 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 22

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 23

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 25

vii

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 26

B. Metode dan Desain Penelitian ......................................................... 26

C. Populasi dan Sampel........................................................................ 27

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 28

E. Intrumen Penelitian ......................................................................... 28

1. Uji Validitas ................................................................................ 31

2. Uji Reliabilitas ............................................................................ 33

3. Uji Taraf Kesukaran .................................................................... 34

4. Uji Daya Beda ............................................................................. 36

F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 39

1. Uji Normalitas ............................................................................. 39

2. Uji Homogenitas ......................................................................... 40

3. Uji Hipotesis ............................................................................... 40

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 42

A. Deskripsi Data ................................................................................. 42

1. Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas Eksperimen ...... 42

2. Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas Kontrol ............. 43

3. Perbandingan Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas ....

Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................... 45

4. Perbandingan Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas ....

Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator............... 47

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis .................................................. 50

1. Uji Normalitas ............................................................................. 50

2. Uji Homogenitas ......................................................................... 51

C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................... 52

D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 54

1. Hasil Tes Kemampuan Representasi Visual ............................... 54

2. Proses Pembelajaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas ..........

Kontrol ........................................................................................ 63

viii

E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 73

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74

A. Kesimpulan ...................................................................................... 74

B. Saran ................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

LAMPIRAN .................................................................................................... 80

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Pemahaman Geometri van Hiele .............................. 15

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 26

Tabel 3.2 Desain Penelitian ..................................................................... 27

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Visual...... 30

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda .................................... 32

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Uraian ................................................ 32

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 33

Tabel 3.7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Pilihan Ganda ....................... 35

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uraian ................................... 35

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Pilihan Ganda................................. 37

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Beda Soal Uraian ............................................ 37

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Soal Pilihan Ganda ..... 38

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Soal Uraian ................. 38

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Tes Kemampuan Representasi ........

Visual Siswa Kelas Eksperimen .............................................. 43

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Tes Kemampuan Representasi ........

Visual Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 44

Tabel 4.3 Perbandingan Statistik Deskriptif Tes Kemampuan ................

Representasi Visual Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas ........

Kontrol ..................................................................................... 45

Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Rata-rata Kemampuan Representasi

Visual Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................ 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Representasi Visual ...

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................ 51

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Representasi............

Visual Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................ 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Tes Kemampuan Representasi Visual ......

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................ 53

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tren Skor Peserta TIMSS 2007 dan 2011 Domain Konten .....

Geometri .................................................................................. 2

Gambar 1.2 Soal Geometri Kelas 8 pada TIMSS 2011 ............................... 4

Gambar 2.1 Hierarki Pemahaman Geometri Van Hiele .............................. 11

Gambar 2.2 Soal UN Matematika SMP/MTs Tahun 2012 .......................... 12

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir......................................................... 25

Gambar 4.1 Kurva Penyebaran Data Tes Kemampuan Representasi ..........

Visual Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................ 47

Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Kemampuan Representasi...........

Visual Siswa Berdasarkan Indikator ........................................ 50

Gambar 4.3 Kurva Penolakan 𝐻0 ................................................................ 54

Gambar 4.4 Gambar untuk Soal Nomor 6 ................................................... 55

Gambar 4.5a Jawaban Kelas Kontrol untuk Soal Indikator Pertama ............ 56

Gambar 4.5b Jawaban Kelas Eksperimen untuk Soal Indikator Pertama ...... 56

Gambar 4.6a Jawaban Kelas Kontrol untuk Soal Indikator Kedua ............... 58

Gambar 4.6b Jawaban Kelas Eksperimen untuk Soal Indikator Kedua ........ 58

Gambar 4.7a Jawaban Kelas Kontrol untuk Soal Indikator Ketiga ............... 61

Gambar 4.7b Jawaban Kelas Eksperimen untuk Soal Indikator Ketiga ........ 61

Gambar 4.8a Tampilan Media Wingeom ...................................................... 64

Gambar 4.8b Alat Peraga Geometri ............................................................... 64

Gambar 4.9a Kegiatan Tahap Eksplorasi Siswa Kelas Eksperimen.............. 66

Gambar 4.9b Kegiatan Tahap Eksplorasi Siswa Kelas Kontrol .................... 66

Gambar 4.10 Perbedaan Hasil Representasi Siswa Kelas Eksperimen ......... 67

Gambar 4.11 LKS Kelas Eksperimen ............................................................ 68

Gambar 4.12 Lembar Kegiatan Kelas Kontrol .............................................. 69

Gambar 4.13a Kegiatan Tahap Konfirmasi Siswa Kelas Eksperimen ............ 70

Gambar 4.13b Kegiatan Tahap Konfirmasi Siswa Kelas Kontrol ................... 70

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .......... 80

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................. 100

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ....................... 109

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Kelompok Kontrol ...................................... 130

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Visual...... 132

Lampiran 6 Instrumen Tes Kemampuan Representasi Visual Sebelum .....

Pengujian Instrumen ................................................................ 133

Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Kemampuan ....

Representasi Visual .................................................................. 137

Lampiran 8 Tabel r ...................................................................................... 140

Lampiran 9 Pengujian Instrumen Penelitian Menggunakan SPSS (Uji

Validitas dan Reliabilitas) ........................................................ 141

Lampiran 10 Pengujian Instrumen Penelitian Menggunakan Ms.Excel .......

(Uji Taraf Kesukaran dan Daya Beda) ..................................... 142

Lampiran 11 Instrumen Tes Kemampuan Representasi Visual Setelah........

Pengujian Instrumen ................................................................ 148

Lampiran 12 Pengujian Prasyarat Analisis Menggunakan SPSS (Uji ..........

Normalitas dan Homogenitas) ................................................. 152

Lampiran 13 Pengujian Hipotesis Menggunakan SPSS ................................ 153

Lampiran 14 Hasil Tes Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas .......

Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................ 154

Lampiran 15 Lembar Uji Referensi ............................................................... 156

Lampiran 16 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 161

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 163

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia semakin hari semakin berkembang meninggalkan segala jejak

penemuan-penemuan lama yang digantikan dengan penemuan-penemuan baru.

Perkembangan yang membuat manusia memasuki era globalisasi dimana setiap

manusia dituntut memiliki skill dan kompetensi yang baik di berbagai bidang

profesi. Untuk itu, tentunya manusia perlu tetap bersaing agar dapat bertahan

memenuhi segala kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup tersebut terus

berkembang, bergantung kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta

dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi itu juga.1

Pendidikan menjembatani manusia untuk memperoleh suatu ilmu

pengetahuan secara pasti dan terukur. Untuk itu, pendidikan sangat ditekankan

bagi seluruh masyarakat semenjak usia dini. Salah satunya, lewat mata

pelajaran matematika. Bahkan disebutkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan, bahwa penguasaan matematika yang kuat sejak usia dini akan

membantu manusia untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa

depan.2

Bagi siswa di Indonesia, matematika bukanlah mata pelajaran yang

menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan matematika merupakan pelajaran

yang sukar dan rumit. Meskipun siswa telah belajar matematika mulai dari

bagian yang sederhana, namun masih banyak siswa yang justru keliru dalam

memahami konsep matematika.3 Tak jarang matematika telah dikenalkan

1 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:

UM Press, 2005), h.23 2 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs, (Jakarta: Kementrian Pendidikan

Nasional, 2006), h.139 3 Lia Kurniawati, “Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam Upaya

Mengatasi Kesulitan-kesulitan Siswa pada Soal Cerita”, dalam Gelar Dwirahayu dan Munasprianto

Ramli (ed.), Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, (Jakarta: PIC

UIN Jakarta, 2007), h.45

2

kepada anak sejak usia dini dengan harapan anak semakin siap menerima materi

ajar matematika.

Geometri menjadi salah satu materi ajar matematika yang telah

diajarkan sejak dini. Ketika siswa masih berada di Sekolah Dasar, siswa telah

mempelajari tentang beberapa obyek bangun datar. Siswa mulai dikenalkan

dengan berbagai obyek bangun datar seperti persegi, segitiga, jajargenjang, dan

lingkaran. Obyek geometri tersebut bahkan siswa buat tidak hanya pada

pelajaran matematika, melainkan juga pada mata pelajaran lain seperti

Kerajinan Tangan dan Kesenian, misalnya siswa yang menggambar segitiga

sebagai penggambaran untuk sebuah gunung. Tidak hanya itu, geometri

menjadi bagian yang penting karena geometri merupakan satu dari lima standar

isi yang dipelajari dalam matematika menurut NCTM selain bilangan, aljabar,

perbandingan, serta statistika dan peluang.4 Namun, masih banyak siswa

Indonesia yang masih kesulitan dalam memecahkan permasalahan geometri.

Pada hasil survei yang dikeluarkan oleh TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science Study) pada tahun 2011, prestasi siswa Indonesia

dalam mengerjakan soal domain konten geometri masih relatif rendah. Bahkan

apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand,

Malaysia, dan Singapura prestasi siswa Indonesia masih berada jauh di bawah

negara-negara tersebut.

Gambar 1.1

Tren Skor Peserta TIMSS 2007 dan 2011 Konten Geometri

4 John A. Van de Walle, Karen Karp, Jennifer M. Bay-Williams, Elementary and Middle

School Mathematics Teaching Developmentally Eighth Edition, (New Jersey: Pearson, 2013), h.3

3

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa prestasi siswa Indonesia

dalam menjawab soal domain konten geometri pada TIMSS (Trends in

International Mathematics and Science Study) 2011 cenderung mengalami

penurunan apabila dibandingkan dengan keikutsertaan pada TIMSS

sebelumnya di tahun 2007. Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN

lainnya seperti Thailand dan Malaysia, prestasi siswa Indonesia masih berada

di bawah kedua negara tersebut yang masing-masing memiliki skor 415 dan

432. Perbedaan prestasi tersebut akan terlihat sangat signifikan apabila

dibandingkan Singapura yang siswanya mampu mencapai skor sebesar 609

dalam menjawab soal domain konten geometri. 5

Rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam memecahkan

permasalahan geometri disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah karena

masih rendahnya daya visualisasi dan kemampuan spasial siswa untuk dapat

memahami keabstrakan geometri.6 Siswa sulit untuk memvisualisasikan suatu

obyek geometri dengan baik. Siswa mengalami keterbatasan dalam daya

pandangnya terhadap suatu obyek sehingga sering menimbulkan

kesalahpahaman. Seringkali siswa hanya dapat menggunakan satu sudut

pandang saja dalam melihat suatu obyek geometri sehingga persepsi siswa tidak

sesuai dengan obyek yang sebenarnya ada. Berikut disajikan salah satu soal

geometri dalam soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science

Study) 2011 untuk kelas 8:7

5 Mullis, Ina V.S., et.al., TIMSS 2011 International Results in Mathematics, (MA: TIMSS

& PIRLS International Study Center, 2012), h.157 6 Pitriani, Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Program Komputer Cabri 3D untuk

Meningkatkan Kemampuan Visual-Spatial Thinking dan Habit of Thinking Flexibly Siswa SMA,

Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014, h.7, tidak

dipublikasikan 7 TIMSS 2011 Assesment, Released Mathematics Items, (MA: TIMSS & PIRLS

International Study Center, 2013), h.67

4

Gambar 1.2

Soal Geometri Kelas 8 pada TIMSS 2011

Gambar di atas merupakan salah satu soal dalam uji TIMSS 2011 kelas

8 tentang domain konten geometri dimana siswa diminta menghitung berapa

kubus kecil yang dibutuhkan untuk mengisi lubang dalam kubus besar.

Persentase siswa Indonesia yang menjawab benar hanya mencapai 24% dan

masih berada di bawah persentase rata-rata internasional. Dalam soal tersebut,

siswa hanya dapat melihat dari satu sudut pandang tanpa mengetahui seberapa

banyak kubus kecil yang membentuk lubang. Siswa kesulitan untuk

merepresentasikan obyek geometri di dalam pikirannya dikarenakan visualisasi

siswa yang terbatas. Obyek geometri yang abstrak dalam soal tersebut perlu

disajikan ke dalam bentuk yang lebih konkret agar memudahkan siswa dalam

memecahkan permasalahan.

Penyajian obyek hasil dari visualisasi yang masih sangat abstrak disebut

dengan representasi visual. Kemampuan representasi visual siswa Indonesia

masih rendah seperti yang dijelaskan oleh Edy Surya, et.al. Berdasarkan hasil

penelitiannya, ditemukan bahwa siswa kesulitan dalam merepresentasikan

5

pemikiran visualnya dalam penyelesaian masalah. Kesulitan tersebut

diantaranya siswa bingung dalam menggambarkan permasalahan, siswa tidak

suka menggambar, apa yang siswa abstraksikan dengan yang mereka

representasikan berbeda/tidak tepat, serta siswa sulit menemukan ide untuk

memulai representasi.8

Media pembelajaran menjadi salah satu solusi untuk membuat obyek

matematika yang abstrak menjadi lebih konkret, namun menurut Hidayati

dalam Pitriani, obyek geometri yang masih banyak direpresentasikan dengan

media berupa alat peraga tidak membantu siswa untuk dapat membayangkan

obyek geometri dengan baik.9 Siswa tidak mempunyai banyak sudut pandang

terkait suatu bentuk bangun geometri sehingga siswa dikhawatirkan menemui

kesulitan dalam memindahkan konsep abstrak tentang bangun ruang ke dalam

bentuk yang lebih konkret. Terlebih saat ini siswa dihadapkan dengan kemajuan

teknologi yang membuat siswa lebih cepat bosan dengan media-media ajar

konvensional.

Salah satu produk perkembangan teknologi yang sering digunakan

sebagai media pembelajaran saat ini adalah komputer. Hal tersebut didukung

dengan fakta bahwa berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kominfo diperoleh

fakta bahwa 98% sekolah di Indonesia telah memiliki komputer. Namun,

penggunaanya dalam mata pelajaran matematika hanya 2,9 jam perminggu.10

Dengan berbagai software yang dikembangkan dan ditanamkan dalam

komputer menciptakan banyak variasi media pembelajaran. Hal tersebut

didukung oleh Fey dan Heid yang menjelaskan bahwa penggunaan software

komputer untuk kegiatan pembelajaran sangat tidak terbatas. Beberapa software

komputer dapat mengkonstruksi bangun-bangun geometri. Ada banyak

8 Edy Surya, et.al., Improving of Junior High School Visual Thinking Representation

Ability in Mathematical Problem Solving by CTL, IndoMS. J.M.E, 4(1), 2013, h.123 9 Pitriani, op.cit., h.9 10 Kementrian Komunikasi dan Informatika, Indikator TIK Indonesia, (Jakarta: Puslitbang-

PPI Kominfo, 2011), h.53-55

6

software yang dibuat khusus untuk membantu pembelajaran matematika,

diantaranya Maple, Matlab, Winplot, Wingeom, dan lain-lain.11

Wingeom merupakan suatu paket software yang memungkinkan

pengguna untuk memvisualisasikan bentuk geometri dimensi dua dan dimensi

tiga yang abstrak menjadi konkret menggunakan komputer.12 Fasilitas

penggambaran bangun dimensi tiga yang terdapat dalam wingeom akan sangat

memudahkan siswa dalam memvisualisasikan obyek bangun ruang serta

memungkinkan siswa untuk melihat detail bangun dari berbagai sisi. Dengan

Wingeom, guru akan sangat terbantu dalam menyajikan cara pembelajaran yang

lebih variatif dengan memaksimalkan teknologi komputer yang ada di sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, Penulis merasa tertarik untuk

mengetahui bagaimana kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan

menggunakan media Wingeom. Oleh karena itu, Penulis memberikan judul

pada penelitian, yaitu “Pengaruh Penggunaan Media Wingeom terhadap

Kemampuan Representasi Visual Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka timbul

permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Terbatasnya daya visualisasi siswa yang menyebabkan kemampuan

pemecahan masalah geometri siswa masih rendah,

2. Kesulitan siswa dalam mengabstraksi konsep matematika di dalam pikiran

untuk kemudian disajikan dalam bentuk konkret,

3. Rendahnya kemampuan representasi visual siswa dalam pembelajaran

matematika,

11 Arcat, “Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Self-Efficiacy Siswa SMP Melalui

Model Kooperatif STAD Berbantu Wingeom”, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung, 2013, h.6, tidak dipublikasikan 12 Arcat, Peningkatan Kemampuan Spasial Siswa SMP melalui Model Kooperatif STAD

Berbantuan Wingeom, Jurnal Ilmiah Edu Research, 3(1), 2014, h.70

7

4. Keterbatasan guru dan sekolah dalam memaksimalkan pengelolaan sarana

dan prasarana berbasis Information and Communication Technology (ICT)

yang terdapat di sekolah sebagai media pembelajaran matematika,

5. Guru masih banyak yang merepresentasikan obyek geometri yang abstrak

dengan media konvensional berupa alat peraga yang tidak efektif.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap

masalah yang akan dibahas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Materi ajar pada penelitian dibatasi pada materi geometri dimensi tiga,

2. Media yang digunakan pada kelompok eksperimen adalah media Wingeom

dengan jendela 2-dim untuk membuat bangun geometri dimensi dua serta

Wingeom dengan jendela 3-dim yang dibatasi pada pembentukan bangun

geometri dimensi tiga sisi datar berupa kubus dan balok,

3. Media yang digunakan pada kelompok kontrol adalah media konvensional

berupa Alat Peraga Geometri yang membentuk sebuah garis, bidang, serta

bangun ruang kubus.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang

diteliti adalah:

1. Bagaimana kemampuan representasi visual siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan menggunakan media Wingeom?

2. Bagaimana kemampuan representasi visual siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan menggunakan Alat Peraga?

3. Apakah kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan dengan

menggunakan media Wingeom lebih tinggi dibandingkan dengan

kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan dengan menggunakan

media konvensional berupa Alat Peraga?

8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis kemampuan representasi visual siswa yang memperoleh

pembelajaran menggunakan media Wingeom,

2. Menganalisis kemampuan representasi visual siswa yang memperoleh

pembelajaran menggunakan Alat Peraga,

3. Membandingkan kemampuan representasi visual antara siswa yang

memperoleh pembelajaran menggunakan media Wingeom dan siswa yang

memperoleh pembelajaran menggunakan Alat Peraga.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian adalah :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menjadi alternatif bagi guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran matematika, terutama materi ajar geometri secara lebih

menarik dan efektif.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian dapat memberikan pengalaman belajar geometri yang

berbeda dan bermakna positif bagi siswa serta siswa dapat memanfaatkan

kemajuan teknologi dengan menggunakan Wingeom untuk memecahkan

permasalahan geometri.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi dorongan bagi sekolah untuk dapat

memaksimalkan teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki oleh

sekolah agar dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar matematika

sehingga kualitas pembelajaran matematika di sekolah dapat meningkat.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu bahan rujukan untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran menggunakan

media Wingeom atau kemampuan representasi visual.

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Kajian Teori

1. Representasi Visual

Dalam psikologi pendidikan, kita dapat menemukan istilah kecerdasan

visual spasial. Kecerdasan visual adalah kecerdasan seseorang untuk dapat

memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dan ruang. Anak-

anak memiliki kemampuan untuk membayangkan dan mengimajinasikan

sesuatu dalam pikirannya.1 Ketika lahir, anak-anak mulai dikenalkan dengan

benda-benda yang ada di sekitarnya. Ingatan tentang benda-benda tersebut

digunakan secara informal ketika anak tersebut mulai memasuki dunia sekolah

dan belajar tentang matematika. Di Taman Kanak-kanak misalnya, anak

diajarkan untuk menulis berbagai angka, salah satunya angka empat yang

diibaratkan seperti kursi terbalik angka satu dimana anak mengimajinasikannya

sebagai tongkat, dan lain sebagainya.

Istilah visual juga dijelaskan oleh Edi Surya yang menafsirkan pendapat

dari Arcavi tentang visual thinking. Visual thinking merupakan kemampuan,

proses, dan produk dari penciptaan, interpretasi, penggunaan, dan refleksi atas

gambar, image, diagram dalam pikiran yang direpresentasikan pada kertas atau

dengan alat teknologi, dengan tujuan menggambarkan dan menceritakan

informasi, memikirkan dan mengembangkan ide-ide yang sebelumnya tidak

diketahui.2

Zimmerman dan Cunningham menyatakan bahwa visualisasi adalah

sebuah kemampuan, sebuah produk, sebuah cara yang kreatif untuk

menginterpretasikan sebuah konsep abstrak ke dalam diagram, depiction,

1 Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Referensi, 2012), h.55 2 Novrini, Pargaulan Siagian, dan Edy Surya, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berorientasi Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Visual Thinking dalam

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP”, Jurnal Paradikma, 8(3), 2015, h.87

10

maupun gambar dalam pikiran (proses mental).3 Senada dengan Zimmerman

dan Cunningham, Arcavi menyatakan bahwa visualisasi merupakan hal yang

gaib. Matematika sebagai dunia yang abstrak berbeda dari dunia fisik dan

membutuhkan pemikiran berbeda yang bergantung pada visualisasi dengan

tingkat yang berbeda pula.4 Matematika dipenuhi dengan ide-ide yang tidak

mudah untuk dijelaskan kepada orang awam. Banyak konsep-konsep dan materi

ajar matematika yang lebih mudah untuk hanya dipikirkan daripada dijelaskan

kepada orang lain.

Geometri menjadi salah satu materi ajar yang berkaitan erat dengan

visualisasi siswa dikarenakan di dalam geometri memuat dua struktur yang

salah satunya adalah pemahaman keruangan. Untuk mendapatkan pemahaman

keruangan yang baik, siswa dituntut memiliki kemampuan penggambaran

obyek dalam pikiran, memutar benda-benda dalam pikiran, serta melakukan

aktivitas lain menggunakan pikirannya untuk memodifikasi benda sedemikian

rupa.5 Hal itu sejalan dengan daya visualisasi yang mengandalkan dimensi

pikiran sebagai pusat aktivitas pembelajaran siswa.

Geometri yang semula tidak mendapatkan banyak perhatian dan

cenderung tidak dibahas secara detail oleh guru, saat ini menjadi materi ajar

yang mendapatkan banyak perhatian. Dina van Hiele-Geldof dan Pierre van

Hiele menjadi orang yang memberikan perbedaan dan wawasan baru dalam hal

pemikiran geometri hingga saat ini dikenal kemampuan berpikir geometri van

Hiele. Kemampuan tersebut mempunyai aspek yang paling menonjol, yaitu

hierarki atau tingkat kemampuan berpikir geometri yang tersusun ke dalam lima

tingkat pemahaman seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:6

3 Gursel Guler & Alper Ciltas, “The Visual Representation Usage Levels of Mathematics

Teachers and Students in Solving Verbal Problems”, International Journal of Humanities and Social

Science, 1(11), 2011, h.146 4 Abraham Arcavi, “The Role of Visual Representations in the Learning of Mathematics”,

Proceedings of the XXI Conference on the Psychology of Mathematics Education, North American

Chapter, Mexico, 1999, h.26 5 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2 Edisi 6, (Jakarta:

Erlangga, 2008), h.150 6 John A. Van de Walle, Elementary and Middle School Mathematics Teaching

Developmentally 4th ed, (Boston: Allyn and Bacon, 2001), h.311

11

Gambar 2.1

Hierarki Pemahaman Geometri Van Hiele

Visualisasi menjadi tingkat yang paling dasar dikarenakan visualisasi

merupakan akar dari pemikiran rasional. Banyak hal yang dapat dicari

kesimpulannya hanya dengan melihat tanpa perlu dipikirkan dan dicari definisi

maupun sifat-sifatnya.7 Kita bisa mengenal seseorang hanya dengan melihat

dan menggunakan daya visualisasi kita. Kita melihat dan membedakan

seseorang dengan orang lainnya tanpa harus terlebih dahulu mengelompokkan

ciri-ciri maupun sifat dari orang tersebut. Oleh karena itu, visualisasi

merupakan pondasi dari tingkat pemahaman geometri lainnya. Visualisasi

merupakan gerbang awal untuk menuju ke pemahaman geometri yang

selanjutnya. Tanpa daya visualisasi yang baik, seseorang tidak akan mampu

menguasai analisis dan deduksi informal yang baik. Padahal, tingkatan deduksi

informal merupakan tingkat pemahaman geometri yang patut dikuasai oleh

siswa sekolah menengah.

Roska dan Rolka mengatakan bahwa visualisasi dalam pembelajaran

matematika dapat berfungsi sebagai sebuah alat untuk memecahkan masalah

serta memberi pemahaman konsep matematika yang baik.8 Namun, terkadang

visualisasi saja tidak cukup. Visualisasi hanya ada dalam ide dan gagasan

pikiran seseorang yang kemudian disebut oleh Arcavi sebagai hal yang gaib.

7 Pierre M. van Hiele, “Developing Geometric Thinking through Activities That Begin with

Play” dalam NCTM (ed.), Teaching Children Mathematics, (Reston VA: NCTM, 1999), h.311 8 Edy Surya, et.al., Improving of Junior High School Visual Thinking Representation

Ability in Mathematical Problem Solving by CTL, IndoMS. J.M.E, 4(1), 2013, h.113-114

12

Lingkungan di luar siswa tersebut akan sulit menerka apa yang divisualisasikan

oleh siswa tersebut, oleh karena itu visualisasi masih bersifat abstrak. Hal

tersebut dapat ditunjukkan melalui soal sebagai berikut:9

Gambar 2.2

Soal UN Matematika SMP/MTs Tahun 2012

Gambar 2.2 menunjukkan soal pilihan ganda tentang jaring-jaring

balok. Siswa diminta memilih dua gambar yang tepat dari empat pilihan gambar

yang ada agar dapat dibentuk sebuah balok. Dari soal tersebut siswa

dimungkinkan memilih jaring-jaring balok dengan berbagai cara, misalkan

dengan mengabstraksikan bangun balok terlebih dahulu, barulah kemudian

balok tersebut dibuka dari salah satu sisinya sehingga terbentuklah jaring-jaring

balok yang tepat. Siswa lainnya dimungkinkan menggunakan cara yang

berbeda, misalkan dengan mencoba satu per satu pilihan gambar jaring-jaring

yang ada untuk kemudian dibentuk dengan cara melipat perpotongan sisinya

hingga terbentuklah sebuah bangun balok. Tentunya hal tersebut membuat

masing-masing siswa akan sulit mengetahui dari mana siswa lainnya menjawab

permasalahan tersebut.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang siswa yang

mengandalkan daya visualisasi belum tentu mampu menjelaskan apa yang ia

9 Matematika Study Center, Bank Soal UN Matematika SMP Unsur Bangun Ruang, 2017,

(https://matematikastudycenter.com/bank-soal-unas-matematika-smp/168-bank-soal-un-

matematika-smp-unsur-bangun-ruang)

13

olah dalam pikirannya kepada orang lain dikarenakan orang lain memiliki

visualisasinya masing-masing. Materi ajar matematika yang abstrak perlu

diubah agar nampak konkret sehingga tidak menimbulkan kesalahan

pemahaman diantara siswa maupun guru. E.H. Gombrich memandang bahwa

diperlukan sebuah gambar untuk menyampaikan sebuah pesan menjadi lebih

berarti. Brunelleschi mengatakan bahwa pemahaman pesan didasarkan pada

kemampuan pandangan seseorang untuk menangkap kesamaan gambar dengan

dunia nyata.10 Penggunaan gambar tersebut merupakan salah satu dari apa yang

disebut dengan kemampuan representasi seperti yang dijelaskan oleh Jones dan

Kruth yang mengatakan bahwa representasi adalah model atau bentuk

pengganti berupa gambar, kata-kata, atau simbol matematika yang digunakan

untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan.11

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar, bahkan

menggunakan istilah representasi. NCTM menyebutkan bahwa representasi

merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban

atau gagasan matematika yang bersangkutan. Representasi yang dimunculkan

siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan atau ide matematika yang

ditampilkan siswa dalam upayanya mencari solusi dari masalah yang

dihadapinya.12

Bruner membagi representasi menjadi tiga, yaitu representasi enaktif

yang dibentuk melalui aksi, representasi ikonik yang dibentuk melalui

gambaran atau persepsi, dan representasi simbolik yang berkaitan dengan

simbol-simbol.13 Di sisi lain, beberapa ahli mengembangkan pandangan tentang

pembagian representasi menurut Bruner. Lesh, Post, dan Behr dalam Hwang,

et.al. menyebutkan bahwa terdapat lima macam representasi yang digunakan

dalam pembelajaran matematika, yaitu representasi pengalaman nyata,

10 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.55 11 Muhamad Sabirin, Representasi dalam Pembelajaran Matematika, JPM IAIN Antasari,

1(2), 2014, h.33 12 Ibid., h.34 13 Laelasari, Toto Subroto, dan Nurul Ikhsan K., “Penerapan Model Pembelajaran Learning

Cycle 7E dalam Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa”, Jurnal Euclid, 1(2), 2014, h.87

14

representasi konkret, representasi simbol, representasi kata-kata bahasa,

representasi gambar.14

Adanya representasi menjadi sangat penting untuk melengkapi

kemampuan visualisasi siswa yang masih abstrak. Montague mengatakan

bahwa representasi adalah jalan utama untuk dapat memahami permasalahan

matematika serta membuat rencana untuk menyelesaikan permasalahan

matematika. Edy Surya menjelaskan, “matematika merupakan hal abstrak,

maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyelesaian masalah

matematika, representasi sangat berperan, yaitu mengubah ide abstrak menjadi

konsep yang nyata, misalnya dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik, tabel,

dan lain-lain.”15 Representasi dapat mengubah konsep matematika yang semula

abstrak, menjadi bentuk yang lebih konkret sehingga semua siswa memiliki

persepsi dan pemahaman yang sama terhadap konsep yang dimaksud.

Berdasarkan penjelasan di atas, representasi visual merupakan

penyajian obyek matematika hasil dari proses mental (visualisasi) yang terjadi

dalam pikiran seseorang yang semula abstrak. Penyajian ini dilakukan secara

visual guna memudahkan siswa untuk dapat memecahkan permasalahan serta

memudahkan guru dalam mengevaluasi cara pemecahan masalah yang

digunakan siswa.

Geometri Van Hiele menjadi salah satu pertimbangan dalam menyusun

indikator kemampuan representasi visual. Hal tersebut dikarenakan dalam

pemahaman geometri van Hiele terdapat daya visualisasi yang merupakan hal

terpenting sebelum melakukan representasi. Untuk lebih lengkapnya indikator

pemahaman geometri van Hiele yang menuntut siswa sekolah menengah

menguasai tiga tingkatan disajikan dalam tabel berikut:16

14 Wu-Yuin Hwang, et.al., Multiple Representation Skills and Creativity Effects on

Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System, Educational Technology

and Society, 10(2), 2007, h.192 15 Edy Surya, “Peningkatan Kemampuan Representasi Visual Thinking pada Pemecahan

Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual”,

Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2013, h.33, tidak

dipublikasikan. 16 Vojkuvkova, The van Hiele Model of Geometric Thinking. Makalah disampaikan dalam

21th Annual Conference of Doctoral Students 2012 (WDS 2012), Praha, Republik Ceko, h.72-73

15

Tabel 2.1

Indikator Pemahaman Geometri Van Hiele

Tingkat 0 (Visualisasi) Membedakan obyek geometri berdasarkan tampilannya

Tingkat 1 (Analisis) Membedakan obyek geometri berdasarkan sifat-sifatnya

Tingkat 2 (Deduksi

Informal)

Menghubungkan obyek geometri dengan obyek

geometri lainnya

Visualisasi yang merupakan tingkat 0 dalam pemahaman geometri van

Hiele secara otomatis termasuk dalam dua tingkatan lainnya yang patut dikuasai

oleh siswa sekolah menengah, yaitu tingkat analisis dan deduksi informal. Hal

ini sesuai dengan karakteristik tingkat kemampuan pemahaman geometri van

Hiele yang menyatakan bahwa untuk dapat menempuh suatu tingkat, seorang

siswa harus menempuh tingkat sebelumnya.17 Oleh karena itu, tiga tingkatan

tersebut dapat digeneralisir sebagai kemampuan visualisasi.

Edy Surya memaparkan enam indikator kemampuan representasi visual

yang digunakan dalam memecahkan masalah, yaitu:18

a. Merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual (diagram, gambar,

table, dan pola),

b. Merepresentasikan soal dalam bentuk persamaan matematika atau model

matematika,

c. Menceritakan kembali soal atau permasalahan dengan cara sistematis atau

mengambil kesimpulan dari jawaban,

d. Merencanakan strategi memecahkan masalah,

e. Memeriksa solusi jawaban dari permasalahan,

f. Menggambarkan permasalahan dan solusi sebagai ganti perhitungan.

Adapun indikator kemampuan representasi visual yang digunakan

dalam penelitian adalah:

a. Menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan obyek geometri,

b. Merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar,

c. Menyelesaikan permasalahan menggunakan simbol/persamaan matematis.

17 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2, op.cit., h.155 18 Edy Surya et.al., op.cit., h.119-120

16

2. Media Pembelajaran

Secara etimologi, media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar.19

Sedangkan secara terminologi, media adalah suatu perangkat yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi.20

Menurut Association of Education and Communication Technology

(AECT) media adalah segala sesuatu bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan informasi.21 Suatu informasi tidak dapat dengan sendirinya

tersampaikan atau tersebar kepada penerima. Diperlukan sebuah perantara

sebagai jembatan penyalur informasi tersebut. Perantara biasanya berbentuk

barang ataupun peralatan, baik yang berbentuk hard atau soft. Perantara itulah

yang kita sebut dengan media. Heinich dkk menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala jenis komponen yang membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional yang mengandung maksud-maksud

pengajaran.22

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, media pembelajaran dapat

menjadi jembatan sekaligus pendorong bagi siswa untuk dapat mau belajar.

Media dikatakan menjadi jembatan dikarenakan fungsi utama media sebagai

penghubung dan penyalur arus informasi dari sumber informasi kepada

penerima informasi. Media pembelajaran merupakan sebuah komponen yang

mampu membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa.23 Akan menjadi percuma ketika suatu

informasi sudah disajikan dengan baik namun siswa tidak mau dan tidak tertarik

untuk menerima informasi tersebut. Oleh karena itu, media pembelajaran

menjadi sangat penting perannya karena selama ini masalah dalam

19Arif S. Sadiman, et.al., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005, h.6 20 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:

Referensi, 2013, h.176 21 Arif S Sadiman et.al., op.cit., h.6 22 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.4 23 Ibid., h.15

17

pembelajaran bukan hanya terdapat pada guru, tetapi juga pada kondisi

psikologis siswa.

Selain dua fungsi diatas, dalam kegiatan pembelajaran media

pembelajaran memiliki beberapa manfaat, Kemp dan Dayton mengidentifikasi

delapan manfaat media pembelajaran, yaitu: 24

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif

c. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi

d. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

e. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

f. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses

belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

g. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.

Berdasarkan hal di atas, media pembelajaran sangat membantu guru

dalam perannya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Namun, tidak

semua manfaat media itu dapat dirasakan dalam proses belajar mengajar.

Manfaat media akan maksimal jika memang digunakan dengan baik dan benar

oleh guru. Guru yang tidak mengerti bagaimana cara menggunakan atau

mengoperasikan sebuah media tentunya akan membuat penyampaian informasi

menjadi terhambat atau bahkan memungkinkan terjadinya miskonsepsi. Media

yang digunakan pada saat situasi yang kurang tepat dalam proses pembelajaran,

juga dapat menyebabkan penyampaian informasi menjadi tidak maksimal.

Profesor Ely menyatakan bahwa dalam menggunakan media perlu

memerhatikan beberapa faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-

mengajar, alokasi waktu dan sumber belajar, serta prosedur penilaian.25 Tidak

semua media pembelajaran akan cocok atau relevan digunakan setiap saat. Di

saat durasi pelajaran tidak terlalu banyak, penggunaan media perlu diperhatikan

karena dalam mempersiapkan sebuah media untuk dapat digunakan

menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Apakah nantinya penggunaan media

24 Martinis Yamin, op.cit., h.178-181 25 Arif S. Sadiman, et.al., op.cit., h.85

18

akan berhasil menyampaikan materi ajar secara efektif ke siswa atau justru ada

beberapa materi yang tidak tersampaikan karena terbatasnya alokasi waktu.

Artinya, guru harus juga cermat dalam menggunakan media pembelajaran.

Jangan sampai penggunaan media pembelajaran justru membuat tujuan

pembelajaran tidak tepat sasaran.

Media pembelajaran hadir untuk dapat membantu guru sebagai

fasilitator dalam kegiatan belajar. Bukan berarti media menjadi sumber belajar

utama dalam proses pembelajaran di kelas. Media hanyalah berfungsi sebagai

jembatan penghubung, bukan tempat lahirnya sebuah informasi. Oleh karena

itu, guru tetaplah yang memegang kendali utama dalam proses pembelajaran,

karena berhasil atau tidaknya penggunaan sebuah media pembelajaran

ditentukan oleh guru. Jangan sampai kenyataannya terbalik, guru yang

perannya seolah-olah tergantikan oleh media pembelajaran.

3. Wingeom

Perkembangan teknologi yang semakin hari kian pesat mengakibatkan

pendidikan juga mau tidak mau harus mengikuti arus perkembangan teknologi.

Baik dari sisi pendidikan sebagai subyek yang bertujuan untuk menciptakan

sebuah teknologi baru, maupun dari sisi teknologi sebagai subyek yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di setiap negara. Dalam

bidang matematika teknologi turur hadir dalam membantu siswa untuk

memahami konsep matematika. Teknologi dapat menjadi alat untuk

meningkatkan kemampuan matematika.26 Komputer serta berbagai perangkat

lunak yang bekerja di dalamnya merupakan beberapa teknologi yang telah

banyak digunakan oleh sekolah-sekolah dalam kegiatan pembelajaran terutama

matematika.

Wingeom merupakan salah satu perangkat lunak geometri dinamis yang

dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika, selain perangkat

lunak lainnya seperti Cabri, Ciderella, GeoGebra, Geometer’s SketchPad,

26 M. Hatfield, et.al., Mathematics Methods for Elementary and Middle School Teachers

6th ed, (USA: Wiley, 2007), h.6

19

Geometry Inventor, dan lain-lain. Sesuai dengan namanya, perangkat lunak

geometri dinamis, Wingeom merupakan media yang fokus digunakan untuk

membantu pembelajaran matematika topik geometri. Program ini sangat mudah

didapatkan karena sifatnya yang totally freeware dengan mengunduhnya dari

website http://www.exeter.edu/public/peanut.html.

Program yang dibuat oleh Richard Parris ini dijalankan under windows,

sehingga hampir setiap orang yang memiliki komputer dapat menjalankan

program ini. Untuk mengunduhnya juga sangat mudah dikarenakan file ini

berkapasitas cukup kecil, yaitu 968 KB. 27 Wingeom beserta perangkat lunak

geometri lainnya telah sukses digunakan dalam kegiatan pembelajaran

geometri. Wingeom sangat interaktif dalam memanipulasi berbagai bentuk dari

obyek-obyek geometri.28 Hal ini menyebabkan penggunaan Wingeom dalam

pembelajaran matematika sangat penting dengan tujuan membantu siswa dalam

pemecahan masalah geometri.

Wingeom memungkinkan siswa membuat geometri dimensi dua dengan

menu Wingeom 2-dim dan geometri dimensi tiga menggunakan menu Wingeom

3-dim. Selain itu, Wingeom memungkinkan siswa untuk membuat bangun

hiperbolis dan bola. Semua bangun geometri yang dibentuk dapat diperbesar

maupun diperkecil serta diputar sehingga membantu visualisasi siswa. Fasilitas-

fasilitas tersebut disajikan dalam dua menu utama dalam jendela Wingeom,

yaitu menu Window dan Help. Dalam menu utama tersebut terdapat berbagai

fitur penting yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika. Fitur-fitur

tersebut diantaranya adalah menu File, Point, Linear, Unit, Transf, Edit, Btns,

Meas, View, dan Anim. Menu-menu tersebut digunakan agar siswa memiliki

daya visualisasi yang lebih baik.

Wingeom mampu menghadirkan obyek geometri yang semula hanya

ada di pikiran/imajinasi siswa ke dalam bentuk yang lebih konkret. Siswa

27 M. Andy Rudhito, Geometri dengan Wingeom : Panduan dan Ide Belajar Geometri

dengan Komputer, (Yogyakarta: t.p., 2008), h.2-3 28 Constantinos Christou, et.al., Developing the 3Dmath Dynamic Geometry Software:

Theoritical Perspectives on Design, International Journal for Technology in Mathematics

Education, 13(4), 2011, h.168

20

mampu membentuk obyek geometri dimensi tiga seperti kubus, balok, dan

limas dengan menggunakan menu Unit. Selain itu dengan menu Point, Linear,

serta Edit siswa mampu membentuk obyek geometri tambahan dalam obyek

geometri yang telah terbentuk sebelumnya. Dengan adanya menu Transf siswa

mampu memanipulasi bentuk dari obyek geometri yang telah terbentuk

sebelumnya dengan melakukan rotasi obyek geometri. Wingeom

memungkinkan siswa tidak kesulitan dalam memandang kedudukan sebuah

obyek geometri karena siswa memiliki sudut pandang yang lebih luas.

Selain mampu memvisualisasikan obyek geometri dengan lebih mudah,

Wingeom juga mampu membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan

geometri yang menuntut siswa menggunakan simbol/persamaan matematis.

Menu Meas menjadi fitur yang dapat diguakan siswa untuk menyelesaikan

permasalahan menggunakan simbol/persamaan matematis secara efektif. Hal

tersebut dikarenakan menu Meas mampu menghasilkan jawaban secara instan

dan cepat sesuai dengan permasalahan geometri yang ada. Siswa juga masih

dapat mengaktifkan fitur lainnya seperti menu Transf jika siswa ingin

mendapatkan proses yang lebih detail dalam pemecahan masalah geometri yang

melalui menu Meas dihasilkan jawaban instan.

4. Alat Peraga

Menjelaskan sebuah konsep matematika kepada siswa tidaklah mudah,

apalagi pada siswa SD atau SMP yang masih membutuhkan penjelasan

sederhana melalui contoh-contoh riil dan pemisalan yang konkret. Hal ini sesuai

dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan terdapat empat

tahap perkembangan kognitif dimulai dari tahap sensorimotor (anak usia 1,5 –

2 tahun), tahap praoperasional (2 – 8 tahun), tahap operasional konkret (anak

usia 8 – 14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun lebih). Piaget

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, maka semakin

teratur dan abstrak pula cara berpikirnya.29 Oleh karena itu, diperlukan sebuah

29 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), h.33

21

alat peraga yang dapat membantu siswa yang belum mencapai tingkat

operasional formal agar mampu menghadirkan konsep matematika yang abstrak

ke bentuk yang lebih konkret.

Alat peraga adalah media yang berupa alat atau benda yang digunakan

untuk memeragakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak

lebih nyata/konkrit.30 Alat tersebut bertujuan untuk dapat mempermudah siswa

dalam memahami sebuah konsep. Alat tersebut tidak boleh membuat siswa

bekerja dua kali dalam memahami materi ajar. Jangan sampai dengan adanya

alat tersebut justru siswa semakin bingung karena harus memahami penggunaan

serta cara kerja alat tersebut. Selain itu, alat tersebut setidaknya harus mampu

membuat siswa menjadi lebih berminat dalam mencari tahu sebuah konsep dari

materi ajar tertentu. Oleh karena itu, alat tersebut dituntut bukan hanya mampu

untuk membuat siswa memahami sebuah konsep matematika, tetapi juga harus

sederhana dan relevan dengan perkembangan siswa.

Dengan semakin majunya teknologi secara tidak langsung membuat

setiap individu berlomba untuk dapat lebih berkreasi dan berinovasi lagi.

Membuat sebuah karya yang tidak hanya mempunyai satu fungsi, tapi berbagai

fungsi lain yang membantu masyarakat salah satunya di bidang pembelajaran

matematika. Matematika selama ini banyak dihindari oleh siswa karena

berbagai materi ajar yang sulit dimengerti dan berbagai konsep yang abstrak.

Oleh karena itu dalam perkembangannya saat ini anak-anak diharapkan dapat

gembira mengikuti pelajaran matematika. Jika siswa telah belajar dengan

gembira, tentunya diharapkan minat siswa juga akan meningkat. Oleh karena

itu, penyampaian pembelajaran matematika harus disajikan dengan baik dan

menarik. Salah satu hal yang membuat penyajian materi ajar matematika dapat

dilakukan dengan baik dan menarik adalah dengan menggunakan alat peraga.31

Alat peraga juga menjadi penting perannya mengingat tidak semua

siswa sama atau merata kemampuan fisiknya dalam melihat (menilik) ataupun

30 Sri Mulyani, Pembelajaran Matematika dengan Alat Peraga Papan Berpasangan, E-

Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 5, t.t. h.5 31 E.T. Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru,

(Bandung: Tarsito, 2002), h.383

22

mendengar penyampaian materi ajar oleh guru. Dengan adanya alat peraga,

keterbatasan siswa tersebut dapat diminimalisir karena alat peraga bersifat

konkret. Salah satu alat peraga yang dapat membuat sebuah konsep matematika

yang abstrak menjadi lebih konkret adalah Alat Peraga Geometri. Alat Peraga

Geometri akan sangat membantu siswa yang daya tilik ruangnya dan belajar

melalui telinganya kurang. Siswa tersebut akan lebih berhasil belajarnya bila

pembelajaran menyertakan gambar dan benda riilnya.32

Alat peraga memiliki manfaat praktis dalam pembelajaran, yaitu:33

1. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan,

2. Dapat menghasilkan keseragaman pengamatan oleh siswa

3. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis

4. Membangkitkan keingintahuan, kesukaan dan minat yang baru

5. Membangkitkan motivasi dan merangsang siswa belajar

6. Memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai

kepada yang abstrak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dalam penelitian adalah:

1. Hasil penelitian Arcat dengan judul “Peningkatkan Kemampuan Spasial

Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom” yang

dilaksanakan pada kelas VIII SMP 3 Negeri Lembang menunjukkan bahwa

kemampuan pandang ruang siswa yang diajarkan menggunakan media

Wingeom lebih baik pada siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran

konvensional.

2. Hasil penelitian Edy Surya dengan judul “Peningkatan Representasi Visual

Thinking pada Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar

Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual” yang dilaksanakan pada

kelas VIII SMP Al-Ulum Medan menunjukkan bahwa pendekatan

kontekstual yang diterapkan dalam pembelajaran matematika dapat

32 Ibid. 33 Sri Mulyani, op.cit., h.6

23

meningkatkan kemampuan representasi visual thinking siswa dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional baik ditinjau dari keseluruhan siswa,

kategori sekolah, maupun kemampuan awal matematis siswa.

C. Kerangka Berpikir

Prestasi siswa Indonesia dalam memecahkan masalah geometri masih

tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

kemampuan representasi visual siswa yang masih rendah. Geometri yang terkait

erat dengan obyek-obyek bangun datar serta bangun ruang merupakan sebuah

konten yang abstrak. Keabstrakan tersebut terjadi apabila siswa hanya

menggunakan proses mentalnya saja tanpa melibatkan sebuah konsep yang

konkret. Siswa akan kesulitan jika hanya menggunakan visualisasinya dalam

memecahkan masalah geometri. Siswa kesulitan dalam membayangkan

bagaimana obyek geometri dapat berubah dalam rangka pemecahan masalah

geometri. Oleh karena itu, diperlukan representasi dari obyek geometri yang

abstrak yang sebelumnya hanya divisualisasikan siswa dalam pikirannya.

Dalam kesehariannya, guru masih banyak yang merepresentasikan

obyek geometri menggunakan media konvensional berupa alat peraga yang

ternyata tidak efektif. Siswa sulit menggunakan visualisasinya untuk

memecahkan permasalahan geometri dalam pikiran mereka dikarenakan

keterbatasan alat peraga dalam memunculkan obyek-obyek baru dalam rangka

pemecahan masalah geometri. Selain itu, sudut pandang yang didapatkan oleh

siswa dengan menggunakan alat peraga tidak terlalu luas. Meskipun siswa

mampu merotasikan alat peraga sesuai kehendaknya, namun siswa tidak

dimungkinkan untuk melakukan modifikasi lainnya seperti mentranslasikan

obyek geometri sehingga membatasi daya visualisasi siswa.

Belum efektifnya penggunaan media konvensional, berbanding terbalik

dengan laju kemajuan teknologi yang semakin pesat. Peran media pembelajaran

berbasis Information and Communication Technology (ICT) tengah menjadi

tren dan dianggap penting bagi kegiatan belajar mengajar, terutama di bidang

matematika. Wingeom merupakan salah satu media pembelajaran berbasis ICT

24

yang berbentuk software matematika yang berguna untuk pembelajaran

geometri.

Dengan menggunakan Wingeom, siswa mampu memvisualisasikan

sebuah bangun geometri dengan media komputer. Wingeom mampu

menampilkan obyek geometri pada layar komputer. Siswa-siswa yang memiliki

keterbatasan dalam daya indera seperti melihat maupun mendengar

penyampaian materi dari guru, akan sangat terbantu dengan digunakannya

media komputer. Hal tersebut dikarenakan siswa langsung berhadapan dengan

komputer dan Wingeom dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat

lebih fokus serta lebih efektif dalam merepresentasikan serta

memvisualisasikan obyek-obyek geometri.

Wingeom mampu memfasilitasi pembelajaran geometri yang menurut

van Hiele terbagi ke dalam tiga tingkat pemahaman yang harus dikuasai siswa

sekolah menengah. Tiga tingkat pemahaman geometri tersebut dapat

digeneralisir ke dalam sebuah kemampuan, yaitu kemampuan visualisasi.

Kemampuan tersebut juga merupakan salah satu indikator dari kemampuan

representasi visual, yaitu menggunakan visualisasi untuk menentukan

kedudukan obyek geometri. Fitur-fitur yang terdapat dalam wingeom seperti

menu Transf mampu membantu siswa dalam memvisualisasikan obyek

geometri yang muncul pada monitor. Siswa mampu merotasikan serta

mentraslasikan obyek geometri untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih

luas. Hal tersebut mampu membuat daya visualisasi siswa lebih baik dalam

memandang kedudukan obyek-obyek geometri.

Selain kemampuan visualisasi, siswa juga mampu mendapatkan

kemampuan merepresentasikan permasalahan secara lebih baik menggunakan

Wingeom. Siswa mampu merepresentasikan permasalahan dalam bentuk

gambar menggunakan menu Unit yang berfungsi untuk membentuk obyek

geometri dimensi dua maupun dimensi tiga. Obyek yang dibentuk sangat akurat

dan dapat disesuaikan dengan kemauan siswa. Siswa dimungkinkan untuk

membentuk kubus dengan ukuran berapapun dan mampu ditampilkan secara

proporsional pada monitor. Representasi yang juga dapat disajikan dalam

25

bentuk simbol/persamaan matematis juga mampu difasilitasi oleh Wingeom.

Fasilitas tersebut tersimpan dalam menu Meas yang mampu menghasilkan

jawaban secara instan. Selain menu Meas, menu Transf juga masih dapat

digunakan siswa untuk mendapatkan proses yang lebih detail dalam

memecahkan permasalahan menggunakan simbol/persamaan matematis.

Dengan menggunakan Wingeom siswa diharapkan memiliki lebih

banyak ide dalam pikirannya untuk kemudian digunakan ketika menghadapi

berbagai permasalahan matematika yang abstrak. Siswa diharapkan mampu

memecahkan permasalahan matematika yang belum tergambarkan, dan sulit

terjangkau secara visual. Pembelajaran menggunakan Wingeom juga

memungkinkan siswa untuk menghasilkan representasi obyek geometri yang

bervariasi namun masih sesuai dengan konteks permasalahan. Hal tersebut

dikarenakan siswa dimungkinkan memiliki sudut pandang yang lebih luas

melalui fitur-fitur yang terdapat dalam program Wingeom.

Gambar 2.3

Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir yang telah

diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan menggunakan media

Wingeom lebih tinggi dari kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga”.

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan yang

beralamat di Jalan Raya Tegal Rotan Bintaro Sektor 9, Ciputat, Tangerang

Selatan, 15413.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017

dimulai dari tanggal 24 April sampai 24 Mei 2017. Jadwal pelaksanaan

penelitian secara lengkap disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Maret April Mei Juni

1. Persiapan dan perencanaan

2. Observasi

3. Pelaksanaan pembelajaran

4. Analisis data

5. Laporan penelitian

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuasi

eksperimen. Metode kuasi eksperimen dipilih karena tidak dimungkinkan untuk

sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan penelitian. Variabel-variabel luar yang dimaksud adalah

intelegensi, motivasi, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang pembelajarannya

27

menggunakan media Wingeom. Sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang

pembelajarannya menggunakan media konvensional berupa alat peraga.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah randomized subjects posttest

only control group design.1

Tabel 3.2

Desain Penelitian

Group Variabel

Terikat

Posttest

(R) Eksperimen XE Y

(R) Kontrol XK Y

Keterangan:

R = Randomisasi

XE = Perlakuan dengan penggunaan media Wingeom

XK = Perlakuan dengan penggunaan alat peraga

Y = Hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam

penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 10 Tangerang Selatan tahun ajaran

2016/2017.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.3 Sesuai dengan definisi sampel, maka sampel dalam penelitian

1 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h.188 2 Sugiyono, Metode Penelitian: Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

Cet. XIX, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.117 3 Ibid., h.118

28

merupakan bagian dari populasi siswa kelas X SMA Negeri 10 Tangerang

Selatan yang berjumlah tujuh unit kelas. Dari tujuh unit kelas tersebut, diambil

sampel sebanyak dua unit kelas dengan menggunakan teknik cluster random

sampling. Satu kelas dipilih secara acak untuk dijadikan kelas eksperimen, dan

satu kelas lainnya dipilih secara acak untuk dijadikan kelas kontrol hingga

akhirnya terpilih kelas X-4 dengan jumlah siswa sebayak 38 siswa sebagai kelas

eksperimen dan kelas X-7 dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa sebagai

kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa pada kedua kelas

sampel dengan pemberian tes yang sama. Adapun hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang Diteliti

a. Variabel bebas : Media Wingeom

b. Variabel terikat : Kemampuan representasi visual

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel penelitian,

guru, serta peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui sampai dimana kemampuan serta pemahaman siswa

terhadap suatu pokok bahasan setelah dilakukan proses pengajaran, perlu

disusun suatu instrumen penilaian.4 Instrumen penilaian yang dikembangkan

adalah instrumen pengumpulan data, yaitu seperangkat soal tes tertulis untuk

mengukur kemampuan representasi visual. Tes kemampuan representasi visual

terdiri dari dua bentuk, pertama berbentuk obyektif berupa pilihan ganda serta

kedua berbentuk soal uraian.

4 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

2008), h.67

29

Tes berbentuk obyektif diberikan karena kemampuan representasi

visual melibatkan salah satu indikator dalam kemampuan tersebut yaitu

menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek geometri.

Indikator tersebut sangat mengandalkan aspek visualisasi siswa yang abstrak.

Daya visualisasi yang abstrak sangat sulit untuk diukur bahkan diamati,

sehingga untuk mengukurnya lebih mudah menggunakan tes obyektif

berbentuk pilihan ganda bukan tes uraian yang memberikan peluang besar bagi

penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri.5

Selain tes berbentuk pilihan ganda, digunakan juga tes berbentuk uraian

yang dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan pandangan serta pola pikir

yang lebih luas dalam menjawab soal tes yang tidak terlalu mengandalkan daya

visualisasi siswa. Hal tersebut sesuai dengan dua indikator lain dalam

kemampuan representasi visual, yaitu merepresentasikan permasalahan dalam

bentuk visual berupa gambar serta menyelesaikan permasalahan menggunakan

simbol/persamaan matematis yang tidak terbatas pada penggunaan daya

visualisasi siswa dan lebih mudah diukur karena mempunyai batasan-batasan

yang jelas pada setiap jawaban yang diberikan siswa. Hal tersebut menyebabkan

penggunaan tes uraian cukup relevan dalam tes representasi visual.

Instrumen yang baik ialah instrumen yang diujicobakan terlebih dahulu

sebelum digunakan. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas,

reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen tes. Uji coba

dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 10 Tangerang Selatan yang

berjumlah 35 siswa dan siswa kelas XI SMA Al-Izhar Pondok Labu yang

berjumlah 14 siswa. Kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut:

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Cet. IV, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2015), h.75

30

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Visual

Kompetensi Dasar

Indikator Kemampuan Representasi visual

Menggunakan

visualisasi untuk

menentukan

kedudukan objek

geometri

Merepresentasi

kan

permasalahan

dalam bentuk

visual berupa

gambar

Menyelesaikan

permasalahan

menggunakan

persamaan/simb

ol matematis

6.1 Menentukan

kedudukan titik,

garis, dan bidang

dalam bangun

dimensi tiga

Pilihan ganda

nomor

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

Uraian nomor

1a, 2a, 3a

6.2 Menentukan jarak

dari titik ke titik,

titik ke garis, dan

titik ke bidang dalam

bangun dimensi tiga

Uraian nomor

1b, 2b

6.3 Menentukan besar

sudut antara dua

garis, antara garis

dan bidang, serta

antara dua bidang

dalam bangun

dimensi tiga

Pilihan ganda

nomor

9, 10

Uraian nomor

3b

Instrumen tes kemampuan representasi visual disajikan pada tes akhir

terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Agar instrumen tes

kemampuan representasi visual dapat digunakan dengan baik, harus terlebih

dahulu dilakukan beberapa pengujian instrumen. Pengujian yang dimaksud

31

adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya pembeda

soal.

1. Uji Validitas

Validitas suatu tes ialah ketetapan tes untuk mengukur apa yang

semestinya diukur.6 Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji

validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai,

sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Uji validitas dilakukan terhadap butir soal pada tes kemampuan

representasi visual siswa. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan

product moment Pearson. Rumus product moment Pearson adalah sebagai

berikut:7

𝑟𝑋𝑌 =𝑁(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{(𝑁 ∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2

}{(𝑁 ∑ 𝑌2) − (∑ 𝑌)2

}

Keterangan:

𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

𝑁 = banyaknya subjek

𝑋 = skor item

𝑌 = skor total

Setelah diperoleh harga 𝑟𝑋𝑌, dilakukan pengujian validitas dengan

membandingkan harga 𝑟𝑋𝑌 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment, dengan terlebih dahulu

menetapkan derajat kebebasannya, dengan rumus 𝑑𝑘 = 𝑛 – 2. Dengan

diperolehnya 𝑑𝑘, maka dapat dicari harga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment pada taraf

signifikansi 𝛼 = 0,05. Kriteria pengujian menyatakan soal valid jika 𝑟𝑋𝑌 ≥

𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, dan soal tidak valid jika 𝑟𝑋𝑌 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal tersebut tidak valid.

Perhitungan uji validitas pada penelitian menggunakan perangkat lunak

SPSS seperti pada tabel berikut:

6 E.T. Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya

dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 2006), h.125 7 Suharsimi Arikunto, op.cit., h.87

32

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda

No.

Soal

Validitas Kriteria

𝑟𝑋𝑌 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

1 0,395 0,2377 Valid

2 0,598 0,2377 Valid

3 0,422 0,2377 Valid

4 0,294 0,2377 Valid

5 0,422 0,2377 Valid

6 0,553 0,2377 Valid

7 0,615 0,2377 Valid

8 0,608 0,2377 Valid

9 0,381 0,2377 Valid

10 0,178 0,2377 Tidak Valid

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Soal Uraian

No.

Soal

Validitas Kriteria

𝑟𝑋𝑌 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

1a 0,656 0,2377 Valid

1b 0,476 0,2377 Valid

2a 0,677 0,2377 Valid

2b 0,541 0,2377 Valid

3a 0,782 0,2377 Valid

3b 0,542 0,2377 Valid

Berdasarkan Tabel 3.4, dapat dilihat bahwa semua soal valid karena 𝑟𝑋𝑌

≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, kecuali soal nomor 10. Soal nomor 10 tidak valid karena 𝑟𝑋𝑌 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙,

sehingga soal nomor 10 tidak digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

Oleh karena itu, soal nomor 10 tidak perlu diujikan dalam pengujian

selanjutnya, yaitu uji reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya beda soal.

Untuk soal uraian, Tabel 3.5 menunjukkan bahwa semua soal uraian

dinyatakan valid karena 𝑟𝑋𝑌 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga semua soal uraian dapat

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Selanjutnya, semua soal yang

valid harus dilakukan pengujian lanjutan. Pengujian tersebut meliputi uji

reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya beda soal.

33

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes ialah ukuran ketetapan tes itu mengukur apa yang

semestinya diukur.8 Suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data jika telah diuji reabilitasnya. Untuk mengukur reliabilitas

suatu instrumen tes digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:9

𝑟11 = [𝑛

𝑛 − 1] [1 −

𝑆𝑖2

𝑆𝑡2 ]

Keterangan :

𝑟11 = reliabilitas instrumen

𝑛 = banyaknya butir soal

𝑆𝑖2 = jumlah varians skor tiap item

𝑆𝑡2 = varians skor total

Interpretasi nilai 𝑟11 sesuai pendapat Guilford adalah sebagai berikut:

𝑟11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah

0,20 < 𝑟11 ≤ 0,40 reliabilitas : rendah

0,40 < 𝑟11 ≤ 0,60 reliabilitas : sedang

0,60 < 𝑟11 ≤ 0,80 reliabilitas : tinggi

0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi

Perhitungan uji reliabilitas pada penelitian menggunakan perangkat

lunak SPSS seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas

Jenis Soal 𝒓𝟏𝟏 Kriteria

Pilihan Ganda 0,595 Sedang

Uraian 0,670 Tinggi

Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai koefisien korelasi yang

diperoleh soal pilihan ganda sebesar 0,595 berada di kisaran 0,40 hingga 0,60

menunjukkan soal pilihan ganda memiliki derajat reliabilitas yang sedang,

8 E.T. Ruseffendi, op.cit., h.126 9 Asep Jihad dan Abdul Haris, op.cit., h.180-181

34

sedangkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh soal uraian sebesar 0,670

berada di kisaran 0,60 hingga 0,80 menunjukkan soal uraian memiliki derajat

reliabilitas yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa instrumen tes

kemampuan representasi visual jika diujikan pada orang, waktu, serta tempat

yang berbeda maka akan memberikan hasil yang tepat. Dengan demikian soal

tersebut dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

3. Uji Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui taraf soal dikatakan sukar, sedang, atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Soal pilihan

ganda serta soal uraian yang digunakan sebagai instrumen membuat pengujian

taraf kesukaran yang digunakan berbeda. Untuk mengukur taraf kesukaran pada

digunakan rumus sebagai berikut:10

𝐼𝐾 =��

𝑆𝑀𝐼

Keterangan:

𝐼𝐾 = indeks kesukaran butir soal

�� = rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal

𝑆𝑀𝐼 = skor maksimum ideal, skor maksimum yang diperoleh siswa jika

mampu menjawab soal tersebut dengan benar

Kriteria untuk menginterpretasikan indeks kesukaran instrumen adalah sebagai

berikut:

a) 𝐼𝐾 = 0,00 menandakan soal terlalu sukar

b) 0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 menandakan soal sukar

c) 0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 menandakan soal sedang

d) 0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 menandakan soal mudah

e) 𝐼𝐾 = 1,00 menandakan soal terlalu mudah

Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran pada instrumen tes kemampuan

representasi visual disajikan pada tabel berikut:

10 Karunia Eka Lestari dan Muhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h.224

35

Tabel 3.7

Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Pilihan Ganda

No. Soal Indeks

Kesukaran

Interpretasi

1 0,796 Mudah

2 0,143 Sukar

3 0,837 Mudah

4 0,163 Sukar

5 0,796 Mudah

6 0,265 Sukar

7 0,347 Sedang

8 0,490 Sedang

9 0,224 Sukar

10 0,082 Sukar

Tabel 3.8

Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uraian

No. Soal Indeks

Kesukaran

Interpretasi

1a 0,769 Mudah

1b 0,259 Sukar

2a 0,762 Mudah

2b 0,388 Sedang

3a 0,653 Sedang

3b 0,340 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.7, dapat diketahui bahwa

soal pilihan ganda nomor 1, 3, dan 5 dikategorikan soal yang mudah karena

sebagian besar siswa mampu menjawab soal tersebut dengan tepat. Untuk soal

nomor 7 dan 8 dikategorikan sedang, sementara soal nomor 2, 4, 6, dan 9

dikategorikan sukar karena sebagian besar siswa belum mampu menjawab soal

tersebut dengan tepat.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.8, dapat dikeathui bahwa

soal uraian nomor 1a dan 2a dikategorikan mudah karena sebagian besar siswa

dapat menjawab soal-soal tersebut dengan tepat. Untuk soal nomor 2b, 3a, dan

3b dikategorikan soal yang sedang, sementara soal nomor 1b dikategorikan soal

36

yang sukar karena sebagian besar siswa belum mampu menjawab soal tersebut

dengan tepat.

4. Uji Daya Beda

Pengujian daya beda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

Rumus yang digunakan dalam pengujian daya pembeda adalah:11

𝐷𝑃 =𝑋𝐴 − 𝑋𝐵

𝑆𝑀𝐼

Keterangan:

𝐷𝑃 = indeks daya beda butir soal

𝑋𝐴 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas

𝑋𝐵 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah

𝑆𝑀𝐼 = skor maksimum ideal, skor maksimum yang diperoleh siswa jika

mampu menjawab soal tersebut dengan benar

Peserta kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing ditentukan

berdasarkan pada persentase 27% dari total peserta. Setelah menentukan

kelompok atas dan kelompok bawah serta dilakukan perhitungan, akan

didapatkan hasil uji daya beda yang selanjutnya perlu diinterpretasikan

berdasarkan kriteria berikut:

a) 𝐷𝑃 ≤ 0,00 menandakan daya beda sangat buruk

b) 0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 menandakan daya beda buruk

c) 0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 menandakan daya beda cukup

d) 0,40 < 𝐷𝑃 < 0,70 menandakan daya beda baik

e) 0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 menandakan daya beda sangat baik

Hasil perhitungan uji daya beda soal pada instrumen tes kemampuan

representasi visual disajikan pada tabel berikut:

11 Ibid., h.217

37

Tabel 3.9

Hasil Uji Daya Beda Soal Pilihan Ganda

No. Soal Indeks Daya

Beda

Interpretasi

1 0,154 Buruk

2 0,128 Buruk

3 0,128 Buruk

4 0,000 Sangat Buruk

5 0,205 Cukup

6 0,231 Cukup

7 0,205 Cukup

8 0,256 Cukup

9 0,128 Buruk

10 0,026 Buruk

Tabel 3.10

Hasil Uji Daya Beda Soal Uraian

No. Soal Indeks Daya

Beda

Interpretasi

1a 0,436 Baik

1b 0,333 Cukup

2a 0,333 Cukup

2b 0,205 Cukup

3a 0,462 Baik

3b 0,231 Cukup

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.9, dapat diketahui bahwa

soal nomor 5, 6, 7, dan 8 memiliki daya beda yang cukup, sehingga soal-soal

tersebut dianggap mampu membedakan kemampuan representasi visual siswa.

Untuk soal nomor 1, 2, 3, 9 dan 10 memiliki daya beda yang buruk. Soal-soal

tersebut dianggap kurang mampu membedakan kemampuan representasi visual

siswa, sehingga soal-soal tersebut memerlukan perbaikan agar dapat digunakan

sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk butir soal nomor 4 tidak dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian dikarenakan soal memiliki daya beda

yang sangat buruk. Soal tersebut dibuang karena dianggap tidak dapat

membedakan kemampuan representasi visual siswa.

38

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.10, dapat diketahui bahwa

soal nomor 1a dan 3a memiliki daya beda yang baik. Soal tersebut dianggap

mampu membedakan kemampuan representasi visual siswa, sedangkan untuk

soal uraian lainnya memiliki daya beda yang cukup. Oleh karena itu, semua soal

uraian dapat diterima sebagai instrumen dalam penelitian.

Hasil perhitungan di atas dapat disajikan ke dalam rekapitulasi hasil

perhitungan analisis instrumen penelitian. Rekapitulasi hasil perhitungan

tersebut disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Soal Pilihan Ganda

No.

Soal Validitas

Taraf

Kesukaran

Daya Beda

Soal Keterangan

1 Valid Mudah Buruk Digunakan

2 Valid Sukar Buruk Digunakan

3 Valid Mudah Buruk Digunakan

4 Valid Sukar Sangat Buruk Tidak Digunakan

5 Valid Mudah Cukup Digunakan

6 Valid Sukar Cukup Digunakan

7 Valid Sedang Cukup Digunakan

8 Valid Sedang Cukup Digunakan

9 Valid Sukar Buruk Digunakan

10 Tidak Valid Sukar Buruk Tidak Digunakan

Derajat Reliabilitas Soal Valid 0,595

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Soal Uraian

No.

Soal Validitas

Taraf

Kesukaran Daya Beda Soal Keterangan

1a Valid Mudah Baik Digunakan

1b Valid Sukar Cukup Digunakan

2a Valid Mudah Cukup Digunakan

2b Valid Sedang Cukup Digunakan

3a Valid Sedang Baik Digunakan

3b Valid Sedang Cukup Digunakan

Derajat Reliabilitas Soal Valid 0,670

39

Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan analisis, dari sepuluh soal

pilihan ganda hanya delapan soal pilihan ganda yang dapat digunakan sebagai

instrumen dalam penelitian. Untuk soal uraian, semua soal dapat digunakan

sebagai instrumen dalam penelitian, sehingga total terdapat 14 soal yang dapat

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian kemampuan representasi visual.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, digunakan uji perbedaan dua rata-rata untuk

sampel bebas yaitu sampel yang keberadaannya tidak saling memengaruhi

(independen) dan uji statistik yang digunakan adalah uji independent sample T

test. Namun sebelum menggunakan uji independent sample T test, terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk

analisis data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua

kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal

atau tidak. Dalam penelitian, pengujian normalitas menggunakan uji Shapiro-

Wilk dengan langkah – langkah sebagai berikut:12

a. Perumusan Hipotesis.

𝐻0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

𝐻1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Menentukan taraf signifikansi (𝛼 = 0,05)

c. Menghitung nilai 𝑇3 =1

𝐷[∑ 𝑎𝑖(𝑋𝑛−𝑖+1 − 𝑋𝑖)

𝑘𝑖=1 ]

2

d. Menentukan derajat kebebasan 𝐷𝑏 = 𝑛

e. Menentukan nilai signifikansi pada tabel Shapiro-Wilk

f. Menentukan daerah penolakan nilai 𝑇3 (𝑝ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

g. Menentukan kriteria pengujian

𝑝ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝛼 = 0,05 maka 𝐻0 diterima, 𝑝ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝛼 = 0,05 maka 𝐻0 ditolak.

12 Anwar Hidayat, Pengertian dan Rumus Uji Saphiro Wilk – Cara Hitung, 2017,

(https://google.co.id/amp/s/www.statistikian.com/2013/01/saphiro-wilk.html/amp)

40

h. Kesimpulan

𝐻0 diterima : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

𝐻0 ditolak : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

sampel memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Dalam penelitian,

pengujian homogenitas menggunakan uji Levene. Adapun prosedur

pengujiannya adalah sebagai berikut:13

a. Merumuskan hipotesis

𝐻0: 𝜎12 = 𝜎2

2 = ⋯ = 𝜎𝑘2 , 𝐻1: 𝜎𝑖

2 ≠ 𝜎𝑗2 untuk satu pasang (i,j)

b. Menentukan nilai W dengan rumus:

𝑊 =(𝑛 − 𝑘)

(𝑘 − 1)

∑ 𝑛𝑖(𝑍𝑖. − 𝑍..

𝑘𝑖=1 )2

∑ ∑ (𝑍𝑖𝑗 − 𝑍𝑖. )2𝑛𝑖

𝑗=1𝑘𝑖=1

c. Menetapkan taraf signifikansi (𝛼 = 0,05)

d. Menentukan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹𝛼,𝑘−1,𝑛−𝑘

e. Menentukan kriteria pengujian

Jika 𝑊 ≤ 𝐹𝛼,𝑘−1,𝑛−𝑘 maka 𝐻0diterima, Jika 𝑊 > 𝐹𝛼,𝑘−1,𝑛−𝑘 maka 𝐻0 ditolak

f. Kesimpulan

Terima 𝐻0 : Sampel memiliki varians yang sama (homogen)

Tolak 𝐻0 : Sampel tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen)

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat hipotesis, perhitungan dilanjutkan

dengan uji hipotesis statistik. Perhitungan uji hipotesis statistik pada penelitian

menggunakan perangkat lunak SPSS. Langkah perhitungan uji hipotesis

statistik menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

a. Jika hasil uji prasyarat analisis menunjukkan data berdistribusi normal serta

homogen, gunakan analisis Independent Sample T Test. Berdasarkan output

Independent Sample T Test lihat baris Equal variances assumed. Jika hasil uji

13 NIST/SEMATECH, Levene Test for Equality of Variances, 2017

(http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/eda/section3/eda35a.htm)

41

prasyarat analisis menunjukkan data berdistribusi normal, tapi tidak homogen,

gunakan analisis Independent Sample T Test. Berdasarkan output Independent

Sample T Test maka lihat baris Equal variances not assumed.

b. Jika hasil uji prasyarat analisis menunjukkan data tidak berdistribusi normal

gunakan analisis non parametric Mann-Whitney (Uji-U).

c. Merumuskan hipotesis

𝐻0: 𝜇1 ≤ 𝜇2

𝐻1: 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan:

𝜇1 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen

yang diajarkan menggunakan media Wingeom

𝜇2 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas kontrol yang

diajarkan menggunakan Alat Peraga

𝐻0 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen

yang diajarkan menggunakan media Wingeom lebih rendah sama

dengan rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas

kontrol yang diajarkan menggunakan Alat Peraga.

𝐻1 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen

yang diajarkan menggunakan media Wingeom lebih tinggi

dibandingkan rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas

kontrol yang diajarkan menggunakan Alat Peraga.

d. Menentukan kriteria pengambilan keputusan

Memutuskan hipotesis menggunakan uji-T yang mengacu pada nilai

yang ditunjukkan pada kolom Sig.(2-tailed) yang terletak pada baris Equal

variances assumed atau Equal variances not assumed, sedangkan untuk Mann-

Whitney (uji-U) mengacu pada nilai yang ditunjukkan pada kolom

Asymp.Sig.(2-tailed).

1) Jika signifikansi 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑠𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑

2) ≤ 𝛼(0,05), maka tolak 𝐻0

2) Jika signifikansi 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑠𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑

2) > 𝛼(0,05), maka terima 𝐻0

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tentang kemampuan representasi visual dilakukan terhadap

dua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk

mengukur kemampuan representasi visual kedua kelompok, perlu diberikan

perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen yang terdiri dari 38 siswa diajarkan menggunakan media Wingeom,

sedangkan kelas kontrol yang terdiri dari 38 siswa diajarkan menggunakan

media konvensional berupa Alat Peraga Geometri.

Pokok bahasan dalam penelitian adalah dimensi tiga yang diajarkan

sebanyak tujuh kali petemuan. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, pada

pertemuan kedelapan kedua kelompok melaksanakan tes untuk mengetahui

kemampuan representasi visual siswa dari kedua kelompok. Siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal tes yang sama. Soal tes terdiri dari

delapan soal pilihan ganda serta enam soal uraian yang telah dianalisis

karakteristiknya menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran,

dan uji daya beda soal.

Berikut ini disajikan analisis data hasil tes kemampuan representasi

visual setelah pembelajaran dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

1. Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas Eksperimen

Tes kemampuan representasi visual pada kelas eksperimen diikuti oleh

35 siswa dari total 38 siswa dikarenakan 3 siswa tidak hadir ke sekolah pada

saat pelaksanaan tes. Data hasil tes kemampuan representasi visual kelas

eksperimen diolah menggunakan SPSS untuk didapatkan hasil statistik

deskriptif tes. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

43

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Tes

Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen

Descriptives

Kelompok Statistic Std.

Error

nilai Eksperimen Mean 70,83 1,819

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 67,13

Upper Bound 74,53

5% Trimmed Mean 70,90

Median 69,00

Variance 115,793

Std. Deviation 10,761

Minimum 50

Maximum 92

Range 42

Interquartile Range 15

Skewness ,019 ,398

Kurtosis -,683 ,778

Tabel 4.1 menunjukkan nilai tertinggi yang didapatkan siswa kelas

eksperimen adalah 92, sedangkan nilai terendah yang didapatkan siswa kelas

eksperimen adalah 50. Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas

eksperimen sebesar 70,83, nilai tengah sebesar 69, varians sebesar 115,793,

serta standar deviasi sebesar 10,761. Nilai kemiringan (skewness) dan

keruncingan (kurtosis) hasil tes kelas eksperimen berturut-turut sebesar 0,019

dan -0,683. Nilai kemiringan yang positif menandakan bahwa kurva condong

ke kiri atau landai kanan, sedangkan koefisien keruncingan yang bernilai di

bawah 3 menunjukkan bahwa kurva berbentuk datar (Platikurtis).

2. Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas Kontrol

Tes kemampuan representasi visual pada kelas kontrol diikuti oleh 34

siswa dari total 38 siswa dikarenakan 4 siswa tidak hadir ke sekolah pada saat

pelaksanaan tes. Data hasil tes kemampuan representasi visual kelas kontrol

44

diolah menggunakan SPSS untuk didapatkan hasil statistik deskriptif tes. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Tes

Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Kontrol

Descriptives

Kelompok Statistic Std.

Error

nilai Kontrol Mean 56,18 2,006

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 52,10

Upper Bound 60,26

5% Trimmed Mean 56,03

Median 58,00

Variance 136,756

Std. Deviation 11,694

Minimum 38

Maximum 77

Range 39

Interquartile Range 20

Skewness -,009 ,403

Kurtosis -,978 ,788

Tabel 4.2 menunjukkan nilai tertinggi yang didapatkan siswa kelas

kontrol adalah 77, sedangkan nilai terendah yang didapatkan siswa kelas kontrol

adalah 38. Tabel 4.2 juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas kontrol

adalah 56,18, nilai tengah sebesar 58, varians sebesar 136,756, serta standar

deviasi sebesar 11,694. Nilai kemiringan (skewness) dan keruncingan (kurtosis)

hasil tes kelas kontrol berturut-turut sebesar -0,009 dan -0,978. Nilai kemiringan

yang negatif menandakan bahwa kurva condong ke kanan atau landai kiri,

sedangkan kofeisien keruncingan yang bernilai di bawah 3 menunjukkan bahwa

kurva berbentuk datar (Platikurtis).

45

3. Perbandingan Kemampuan Representasi Visual Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, terdapat perbedaan antara

hasil tes kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Perbandingan Statistik Deskriptif Tes

Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 35 34

Minimum 50 38

Maximum 92 77

Mean 70,83 56,18

Median 69 58

Variance 115,793 136,756

Std. Deviation 10,761 11,694

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat perbedaan statistik baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas

eksperimen sebesar 92. Lebih tinggi 15 angka daripada yang diperoleh siswa

kelas kontrol yang nilai tertingginya adalah 77. Begitupun nilai terendah yang

diperoleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai terendah yang

diperoleh siswa pada kelas kontrol. Nilai terendah yang diperoleh siswa kelas

eksperimen sebesar 50. Lebih tinggi 12 angka daripada yang diperoleh siswa

kelas kontrol yang nilai terendahnya adalah 38. Berdasarkan hal tersebut dapat

diartikan bahwa kemampuan representasi visual perorangan tertinggi terdapat

pada kelas eksperimen, sementara kemampuan representasi visual perorangan

terendah terdapat pada kelas kontrol.

Selain terdapat perbedaan pada nilai tertinggi dan terendah, perbedaan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol juga terletak pada nilai rata-rata dan

nilai tengah. Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen sebesar 70,83. Lebih tinggi

14,65 angka dibandingkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas kontrol

sebesar 56,18. Begitupun nilai tengah yang diperoleh siswa kelas eksperimen

46

lebih tinggi dibanding nilai tengah yang diperoleh siswa kelas kontrol. Nilai

tengah siswa kelas eksperimen sebesar 69. Lebih tinggi 11 angka dibandingkan

nilai tengah siswa kelas kontrol sebesar 58.

Berdasarkan Tabel 4.3 juga dapat dilihat perbedaan pada varians dan

standar deviasi antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai varians

siswa kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan nilai varians siswa kelas

kontrol. Nilai varians kelas eksperimen adalah 115,793, sedangkan nilai varians

kelas kontrol adalah 136,756. Hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran nilai

yang diperoleh kelas kontrol lebih bervariasi, sedangkan pada kelas eksperimen

persebaran nilainya cenderung terpusat pada suatu nilai.

Selain terdapat perbedaan pada nilai varians, terdapat juga perbedaan

pada nilai standar deviasi. Nilai standar deviasi siswa kelas eksperimen lebih

kecil dibandingkan nilai standar deviasi siswa kelas kontrol. Nilai standar

deviasi kelas eksperimen adalah 10,761, sedangkan nilai standar deviasi kelas

kontrol adalah 11,694. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol

memiliki nilai yang cenderung saling berjauhan dengan nilai rata-rata kelas

kontrol. Berbeda dengan siswa kelas eksperimen yang memiliki nilai yang

cenderung saling berdekatan dengan nilai rata-rata kelas eksperimen.

Perbedaan kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol turut disebabkan karena perbedaan penyebaran data pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan penyebaran data pada kedua kelas

tersebut dapat disajikan dalam bentuk yang berbeda menggunakan kurva.

Secara visual perbedaan penyebaran data kelas eksperimen yang

pembelajarannya menggunakan media Wingeom dengan kelas kontrol yang

pembelajarannya menggunakan Alat Peraga dapat dilihat pada gambar berikut:

47

Gambar 4.1

Kurva Penyebaran Data

Tes Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan Gambar 4.1, kurva menunjukkan pencapaian nilai

maksimum siswa pada kelas kontrol (77) berada dibawah nilai maksimum siswa

pada kelas eksperimen (92). Begitupun pencapaian nilai minimum siswa pada

kelas kontrol (38) masih berada di bawah nilai minimum kelas eksperimen (50).

Hal tersebut menunjukan bahwa nilai tes kemampuan representasi visual yang

diperoleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai tes

kemampuan representasi visual yang diperoleh siswa kelas kontrol.

4. Perbandingan Kemampuan Representasi Visual Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator

Perbedaan hasil tes kemampuan representasi visual selain dapat dilihat

secara umum, dapat dilihat juga dari segi indikatornya. Indikator kemampuan

representasi visual didasarkan pada tiga indikator, yaitu menggunakan

visualisasi untuk menentukan kedudukan objek geometri, merepresentasikan

permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar, dan menyelesaikan

permasalahan menggunakan persamaan/simbol matematis. Berikut hasil tes

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 20 40 60 80 100

Frek

uen

si

Nilai

Kontrol Eksperimen

48

kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdasarkan indikator yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Perbandingan Persentase Rata-rata

Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Indikator

Eksperimen Kontrol

Skor

Ideal

Skor

Siswa �� %

Skor

Siswa �� %

Menggunakan visualisasi

untuk menentukan

kedudukan objek geometri

8 180 5,14 64 166 4,88 61

Merepresentasikan

permasalahan dalam bentuk

visual berupa gambar

9 236 6,74 75 205 6,03 67

Menyelesaikan

permasalahan menggunakan

persamaan/simbol matematis

9 228 6,51 72 126 3,71 41

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa skor kemampuan

representasi visual kelas eksperimen lebih tinggi dari skor kemampuan

representasi visual kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan

persentase rata-rata setiap indikator pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada

persentase rata-rata setiap indikator kelas kontrol.

Apabila ditinjau secara lebih terperinci, persentase nilai rata-rata

tertinggi baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol dicapai pada

indikator merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar,

yakni sebesar 75% untuk kelas eksperimen dan 67% untuk kelas kontrol.

Terdapat selisih sebesar 8% pada kedua kelompok tersebut untuk indikator

merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar. Peneliti

mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan karena dalam kegiatan

pembelajaran, baik siswa kelas eksperimen maupun siswa kelas kontrol selalu

diinstruksikan untuk merepresentasikan objek geometri yang ditampilkan

melalui media dalam bentuk gambar. Hal ini menyebabkan siswa tidak

kesulitan apabila diminta merepresentasikan sebuah permasalahan dalam

49

bentuk gambar meskipun tanpa menggunakan media sebagai pedoman dalam

proses merepresentasikan.

Perbedaan terletak pada persentase nilai rata-rata terendah kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan yang dimaksud adalah bahwa

persentase nilai rata-rata terendah untuk kelas eksperimen terletak pada

indikator menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek

geometri, yaitu sebesar 64%, sedangkan persentase nilai rata-rata terendah

untuk kelas kontrol terletak pada indikator menyelesaikan permasalahan

menggunakan persamaan/simbol matematis, yaitu sebesar 41%. Pada indikator

menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek geometri, kelas

kontrol memperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 61%.

Hal yang menarik dari perbandingan persentase nilai rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah selisih persentase nilai rata-rata yang

sangat besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan oleh

indikator menyelesaikan permasalahan menggunakan simbol/persamaan

matematis. Terdapat selisih sebesar 31% pada kedua kelompok tersebut.

Peneliti mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan karena siswa kelas

kontrol kesulitan dalam mengaitkan visualisasinya dengan konsep pemecahan

masalah geometri dimensi tiga yang mengharuskan siswa menggunakan

persamaan/simbol matematis dalam memecahkan permasalahan geometri.

Secara lebih jelas pembahasan mengenai penyebab perbedaan

persentase nilai rata-rata tes kemampuan representasi visual kelas eksperimen

dan kelas kontrol berdasarkan indikator akan dibahas pada bagian Pembahasan

Hasil Penelitian. Secara visual, perbandingan persentase nilai rata-rata

kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar berikut:

50

Gambar 4.2

Diagram Batang Persentase

Kemampuan Representasi Visual Siswa

Berdasarkan Indikator

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

Untuk mendapatkan simpulan atas hipotesis yang dibuat, terlebih

dahulu harus dilakukan pengujian prasyarat analisis. Pengujian prasyarat

analisis meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Ketiga

pengujian prasyarat analisis tersebut menggunakan perangkat lunak SPSS Versi

Statistic 2.0. Untuk lebih jelasnya, pengujian prasyarat analisis akan dibahas

satu per satu sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian menggunakan uji Shapiro-Wilk

yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan uji normalitas

yang diperoleh dalam penelitian disajikan pada tabel berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

A B C

Per

sen

tase

NIla

i Rat

a-R

ata

(%)

Indikator Kemampuan Representasi visualA = Menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek

geometriB = Merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa

gambarC = Menyelesaikan permasalahan menggunakan simbol/persamaan

ma

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

51

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas

Tes Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

nilai Eksperimen ,970 35 ,445

Kontrol ,949 34 ,116

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf

signifikansi 𝛼 = 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hal

tersebut diperoleh dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan

uji Shapiro-Wilk dengan nilai signifikansi (𝛼 = 0,05) yang telah ditetapkan

sebelumnya. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Sig. data kelas eksperimen

dan kelas kontrol berturut-turut sebesar 0,445 dan 0,116. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar daripada nilai 𝛼 = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

data hasil tes representasi visual kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Jika kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka

pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan

untuk mengetahui apakah kedua data berasal dari populasi yang variansnya

homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian menggunakan uji

Levene yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan uji

homogenitas yang diperoleh dalam penelitian disajikan pada tabel berikut:

52

Tabel 4.6

Hasil Uji Homogenitas

Tes Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Levene's Test of Equality of Error

Variancesa

Dependent Variable: nilai

F df1 df2 Sig.

,210 1 67 ,648

Tests the null hypothesis that the error

variance of the dependent variable is equal

across groups.

a. Design: Intercept + Kelompok

Hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene pada taraf

signifikansi 𝛼 = 0,05 menunjukkan bahwa data memiliki varians yang sama

(homogen). Hal tersebut diperoleh dengan membandingkan nilai signifikansi

hasil perhitungan uji Levene dengan nilai signifikansi (𝛼 = 0,05) yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai Sig. dari data

sebesar 0,648. Nilai Sig. tersebut lebih besar daripada nilai 𝛼 = 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa data hasil tes representasi visual kelas eksperimen dan

kelas kontrol memiliki varian yang sama (homogen).

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian

dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui

apakah kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen yang diajarkan

menggunakan media Wingeom lebih tinggi dari kemampuan representasi visual

siswa kelas kontrol yang diajarkan menggunakan Alat Peraga. Uji hipotesis

yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis independent sample

T test yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan uji hipotesis

yang diperoleh dalam penelitian disajikan pada tabel berikut:

53

Tabel 4.7

Hasil Uji Hipotesis

Tes Kemampuan Representasi Visual

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

skortotal Equal variances

assumed 5,418 67 ,000 14,652 2,704 9,254 20,050

Equal variances

not assumed 5,412 66,165 ,000 14,652 2,708 9,247 20,058

Hasil uji hipotesis menggunakan analisis independent sample T test

menunjukkan bahwa hasil uji perbedaan dua rata-rata kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk kemampuan representasi visual menunjukkan 𝐻0 ditolak

dan 𝐻1 diterima. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 data baris

Equal variances assumed yang menunjukkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 5,418 serta

nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000.

Nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 membuat nilai Sig.(1-tailed) juga

sebesar 0,000 dikarenakan 𝑆𝑖𝑔.(2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑)

2=

0,000

2= 0,000. Nilai tersebut apabila

dibandingkan dengan nilai signifikansi yang telah ditetapkan sebelumnya (𝛼 =

0,05) menunjukkan bahwa nilai Sig.(1-tailed) lebih kecil dari nilai signifikansi

𝛼, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang digunakan adalah rata-rata

kemampuan representasi visual kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata

kemampuan representasi visual kelas kontrol. Jika digambarkan dengan kurva,

maka sketsa kurvanya adalah sebagai berikut:

54

Gambar 4.3

Kurva Penolakan 𝑯𝟎

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

representasi visual siswa yang diajarkan dengan menggunakan media Wingeom

lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan Alat Peraga. Hal

ini dapat dilihat dari perhitungan nilai rata-rata kelas eksperimen yang diperoleh

siswa yang diajarkan dengan media Wingeom lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai rata-rata kelas kontrol yang diperoleh siswa yang diajarkan dengan Alat

Peraga, baik dilihat secara keseluruhan maupun berdasarkan tiap indikatornya.

Berikut akan dibahas hal-hal yang menyebabkan nilai rata-rata kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol berdasarkan

indikatornya. Selain itu, juga akan dibahas mengenai proses pembelajaran pada

kelas eksperimen serta kelas kontrol yang turut membedakan nilai rata-rata

kedua kelompok tersebut.

1. Hasil Tes Kemampuan Representasi Visual

Pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan

kesimpulan bahwa kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen

yang diajarkan menggunakan media Wingeom lebih tinggi daripada

kemampuan representasi visual siswa kelas kontrol yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga. Persentase rata-rata kemampuan representasi visual

kelas eksperimen sebesar 75%, sedangkan persentase rata-rata kemampuan

representasi visual kelas kontrol sebesar 67%. Terdapat selisih sebesar 8%

antara persentase rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selisih sebesar

8% tersebut turut dipengaruhi oleh perbedaan siswa kelas eksperimen dan kelas

0,05 0,000

55

kontrol dalam menjawab soal tes kemampuan representasi visual di setiap

indikatornya. Hal tersebut secara otomatis menyebabkan perbedaan persentase

rata-rata kemampuan representasi visual kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada setiap indikator.

a. Menggunakan Visualisasi untuk Menentukan Kedudukan Objek Geometri

Indikator menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek

geometri terdapat pada soal pilihan ganda. Dalam soal pilihan ganda, siswa

diminta menentukan kedudukan objek geometri berdasarkan hubungannya

dengan objek geometri lainnya. Proses penentuan kedudukan tersebut

didasarkan pada gambar yang telah tersedia pada soal. Siswa hanya diminta

menentukan kedudukan tanpa perlu menjelaskan dari mana kedudukan tersebut

di dapat. Oleh karena itu, pada soal pilihan ganda siswa diharapkan mampu

menggunakan visualisasinya dengan baik.

Sebagai gambaran umum, berikut disajikan soal pilihan ganda nomor 6.

Soal tersebut dipilih berdasarkan selisih jawaban benar siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol yang paling besar.

Gambar 4.4

Gambar untuk Soal Nomor 6

6. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Titik yang tepat sebagai proyeksi titik A pada bidang BCRQ adalah ....

56

Gambar 4.5a

Jawaban Kelas Kontrol untuk

Soal Indikator Pertama

Gambar 4.5b

Jawaban Kelas Eksperimen untuk

Soal Indikator Pertama

Pada soal nomor 6, siswa diminta menentukan kedudukan proyeksi titik

A pada bidang BCRQ. Proyeksi titik pada sebuah bidang menghendaki titik

proyeksi berada pada bidang yang apabila ditarik sebuah garis dari titik tersebut

ke titik awal akan menghasilkan garis tegak lurus dengan bidang yang telah ada.

Terdapat enam titik pada bidang BCRQ, yaitu titik B, M, C, R, Q, dan N. Titik

B menjadi titik proyeksi A pada BCRQ karena apabila ditarik garis dari titik A

ke B akan menghasilkan garis yang tegak lurus dengan bidang BCRQ. Namun,

sebagian besar siswa kelas kontrol kurang tepat dalam menjawab soal tersebut.

Berdasarkan Gambar 4.5a, dapat dilihat bahwa siswa kelas kontrol

memilih N sebagai proyeksi titik A pada BCRQ. Peneliti menemukan bahwa

jawaban tersebut merupakan jawaban terbanyak yang dipilih siswa kelas

kontrol untuk nomor 6. Sebagian besar siswa kelas kontrol mengira bahwa titik

N yang menjadi proyeksi titik A pada bidang BCRQ. Hal ini disebabkan karena

siswa kelas kontrol kesulitan untuk menentukan bagaimana garis tegak lurus

antara titik A dan bidang BCRQ dapat terbentuk. Bidang yang secara visual

terlihat lebih kompleks dibandingkan garis, membuat sebagian besar siswa

kelas kontrol lebih mengalami kesulitan dibandingkan jika siswa diminta

menentukan garis tegak lurus antara titik dan garis. Hal tersebut dikarenakan

siswa sulit untuk memvisualisasikan hubungan titik dan bidang.

Hal berbeda disajikan pada Gambar 4.5b. Gambar 4.5b menunjukkan

jawaban siswa kelas eksperimen yang memilih B sebagai titik proyeksi A pada

57

BCRQ. Peneliti menemukan bahwa jawaban tersebut merupakan jawaban

terbanyak yang dipilih siswa kelas eksperimen. Siswa mampu menentukan

proyeksi titik pada bidang dengan tepat. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam

memvisualisasikan garis yang terbentuk antara titik dengan titik proyeksi

sehingga dapat dibentuk garis yang tegak lurus. Siswa tidak terkecoh dengan

titik N yang terdapat pada bagian tengah bidang BCRQ. Siswa tidak

menganggap bahwa titik proyeksi haruslah berada di tengah sebuah bidang agar

dapat ditarik sebuah garis tegak lurus. Oleh karena itu, siswa kelas eksperimen

mampu menggunakan visualisasinya dengan baik.

Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol turut

disebabkan oleh perbedaan proses pembelajaran yang terjadi pada kedua

kelompok tersebut. Kelas kontrol yang terbiasa belajar menggunakan Alat

Peraga Geometri berupa kerangka kubus, kesulitan ketika dihadapkan dengan

banyak titik serta garis baru yang muncul dalam kubus. Siswa dituntut mampu

memvisualisasikan hal yang tidak ada menjadi ada. Siswa diminta mencari garis

tegak lurus dari sebuah garis yang ada dalam kubus. Padahal, siswa masih

kesulitan untuk memvisualisasikan garis ataupun objek baru yang muncul

dalam kubus. Berbeda dengan kelas eksperimen yang menggunakan media

Wingeom. Dengan berbagai menu yang terdapat dalam Wingeom, Wingeom

secara otomatis mampu menghasilkan sebuah titik proyeksi dari objek tertentu

sesuai yang diinginkan siswa. Wingeom juga memungkinkan siswa untuk

memeriksa apakah dari garis yang menghubungkan sebuah titik dengan titik

proyeksi dapat terbentuk garis yang tegak lurus.

Perbedaan-perbedaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol membuat kemampuan representasi visual siswa pada kedua kelas

tersebut juga berbeda. Siswa kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan

media Wingeom mampu menggunakan visualisasi untuk menentukan

kedudukan obyek geometri secara lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol

yang diajarkan menggunakan Alat Peraga Geometri.

58

b. Merepresentasikan Permasalahan dalam Bentuk Visual berupa Gambar

Indikator merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa

gambar terdapat pada soal uraian nomor 1a, 2a, dan 3a. Dalam soal tersebut,

siswa diminta menggambarkan permasalahan yang diminta pada soal. Proses

penggambaran tersebut tidak dibantu dengan media atau gambar lain. Siswa

harus mampu mengabstraksikan apa yang diminta pada soal untuk dapat

disajikan dalam bentuk gambar.

Sebagai gambaran umum, berikut disajikan soal uraian nomor 3a. Soal

tersebut dipilih berdasarkan selisih jawaban benar siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol yang paling besar.

Gambar 4.6a

Jawaban Kelas Kontrol untuk

Soal Indikator Kedua

Gambar 4.6b

Jawaban Kelas Eksperimen untuk

Soal Indikator Kedua

Pada soal nomor 3a, siswa diminta menggambar kubus dengan syarat

bidang frontal bagian belakang adalah bidang AEFB, sehingga bidang frontal

bagian depan merupakan bidang DHGC. Pada kubus tersebut harus

ditambahkan sebuah garis yang berasal dari dua titik, yaitu titik M yang berada

3. Alan ingin membuat sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang

frontal bagian belakang AEFB yang mempunyai panjang sisi 4 cm.

Jika Alan ingin membuat garis MN yang menghubungkan titik M

yang berada di antara HE sehingga membuat HM = ME, dan titik N

yang merupakan perpotongan diagonal bidang CBFG, maka

tentukanlah :

a. Gambar yang tepat sesuai yang diinginkan Alan

59

tepat di tengah garis HE dan titik N yang merupakan perpotongan diagonal

bidang CBFG. Namun, sebagian besar siswa kelas kontrol kurang tepat dalam

menggambar permasalahan yang diminta pada soal.

Berdasarkan Gambar 4.6a dapat diketahui bahwa siswa kelas kontrol

sudah mampu menggambar bangun kubus, namun syarat yang diminta tidak

terpenuhi. Siswa menggambar kubus ABCD.EFGH dengan bidang frontal

bagian belakang bukan AEFB. Siswa cenderung menggambar kubus dengan

memberikan label seperti pada kubus yang seringkali dijumpai pada soal dalam

buku mereka. Padahal, yang diminta pada soal 3a adalah kubus dengan bidang

belakang AEFB. Berbeda dengan jawaban siswa kelas eksperimen seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 4.6b, selain mampu menggambar kubus dengan

tepat, siswa juga memberikan label dengan tepat karena siswa mampu

mengubah kubus yang semula mempunyai AEFB sebagai bidang frontal bagian

depan menjadi bidang frontal bagian belakang dengan merotasikannya.

Selain kesalahan dalam memberikan label yang membuat bidang syarat

pada soal tidak terpenuhi, siswa kelas kontrol juga kurang tepat dalam

menggambarkan kedudukan titik M dan titik N yang diminta pada soal. Dari

Gambar 4.6a dapat diketahui bahwa siswa tidak mampu menerjemahkan soal

yang diminta sehingga siswa kesulitan dalam menggambarkan lokasi titik yang

diminta dengan tepat. Siswa menggambar titik N ditengah garis CG, tidak

sesuai dengan soal yang menghendaki titik N berada di perpotongan diagonal

bidang CBFG. Siswa juga tidak mampu menggambar titik M. Siswa hanya

menghubungkan titik H dengan titik N dan justru membuat garis HP yang tidak

diminta pada soal 3a. Hal berbeda disajikan pada Gambar 4.6b. Gambar 4.6b

menunjukkan jawaban siswa kelas eksperimen yang tepat dalam membentuk

garis MN dari titik M yang berada di tengah HE dan titik N yang siswa buat

dengan terlebih dahulu membuat diagonal bidang CBFG untuk kemudian siswa

gambar titik N pada perpotongan diagonal bidang tersebut.

Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol turut

dipengaruhi oleh perbedaan proses pembelajaran pada kedua kelompok

tersebut. Kelas kontrol yang terbiasa belajar menggunakan Alat Peraga

60

Geometri berupa kerangka kubus, kesulitan ketika diminta untuk

menggambarkan suatu objek baru dalam kubus. Siswa juga tidak terbiasa

dengan pemberian label pada kubus karena alat peraga yang digunakan hanya

berbentuk kerangka kubus. Berbeda dengan siswa kelas eksperimen yang

diajarkan menggunakan media Wingeom yang mampu secara otomatis

menampilkan objek geometri baru yang dilengkapi dengan label yang dinamis.

Siswa kelas kontrol tidak terbiasa untuk memandang kubus dari berbagai sudut

pandang, sehingga siswa kelas kontrol kesulitan menentukan bidang belakang,

depan, maupun bidang ortogonal kubus. Berbeda dengan siswa kelas

eksperimen yang mampu memandang kubus dari berbagai sudut pandang

dengan menu rotasi pada Wingeom, sehingga siswa dengan mudah menentukan

bidang depan maupun bidang belakang kubus dengan baik.

Perbedaan-perbedaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol membuat kemampuan representasi visual siswa pada kedua kelas

tersebut juga berbeda. Siswa kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan

media Wingeom mampu merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual

berupa gambar secara lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol yang

diajarkan menggunakan Alat Peraga Geometri.

c. Menyelesaikan Permasalahan menggunakan Persamaan/Simbol Matematis

Indikator menyelesaikan permasalahan menggunakan

persamaan/simbol matematis terdapat pada soal uraian nomor 1b, 2b, dan 3b.

Dalam soal tersebut, siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang diminta

pada soal menggunakan persamaan atau simbol matematis. Penggunaan simbol

matematis yang dimaksud adalah berupa penggunaan rumus phytagoras dan

rumus trigonometri pada segitiga siku-siku untuk dapat menyelesaikan

permasalahan geometri seperti yang diinginkan dalam soal. Sedangkan

penggunaan persamaan matematis diartikan sebagai penerjemahan teks/naskah

yang terdapat dalam soal ke dalam bentuk simbol matematis hingga akhirnya

dapat dihubungkan dengan rumus Phytagoras maupun rumus trigonometri pada

segitiga siku-siku.

61

Sebelum dapat menggunakan rumus phytagoras dan trigonometri pada

segitiga siku-siku, siswa terlebih dahulu harus mampu mengaitkan rumus

tersebut dengan segitiga siku-siku yang terbentuk dalam bangun kubus. Sebagai

gambaran umum, berikut disajikan soal uraian nomor 3b yang dipilih

berdasarkan selisih jawaban benar siswa yang paling besar antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Gambar 4.7a

Jawaban Kelas Kontrol untuk

Soal Indikator Ketiga

Gambar 4.7b

Jawaban Kelas Eksperimen untuk

Soal Indikator Ketiga

Pada soal nomor 3b siswa diminta menghitung nilai cos 𝛼 dengan 𝛼

merupakan sudut antara garis MN dan bidang alas kubus. Perhitungan besar

sudut menghendaki siswa menggunakan rumus trigonometri pada segitiga siku-

siku, sehingga siswa dituntut untuk dapat menentukan sisi samping dan sisi

miring dari segitiga siku-siku sebagaimana rumus cosinus pada segitiga siku-

siku. Namun, sebagian besar siswa kelas kontrol kurang tepat dalam menjawab

soal tersebut.

Berdasarkan Gambar 4.7a dapat diketahui bahwa siswa menuliskan

rumus sisi samping dibagi sisi miring. Hal tersebut menunjukkan siswa kelas

3. Alan ingin membuat sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang frontal

bagian belakang AEFB yang mempunyai panjang sisi 4 cm. Jika Alan

ingin membuat garis MN yang menghubungkan titik M yang berada di

antara HE sehingga membuat HM = ME, dan titik N yang merupakan

perpotongan diagonal bidang CBFG, maka tentukanlah :

b. Nilai cos 𝛼, jika 𝛼 merupakan sudut antara garis MN dan bidang

alas kubus

62

kontrol telah mampu menuliskan rumus cosinus pada segitiga siku-siku dengan

benar. Selain menggunakan rumus trigonometri pada segitiga siku-siku, siswa

juga mampu menuliskan rumus phytagoras dengan benar meskipun masih

terdapat kekeliruan. Kekeliruan tersebut terjadi ketika siswa masih salah dalam

melakukan operasi hitung bentuk akar. Siswa yang harusnya menyederhanakan

√20 menjadi 2√5, justru menyederhanakannya menjadi 5√4. Berbeda dengan

Gambar 4.7b yang menunjukkan jawaban siswa kelas eksperimen yang selain

mampu menuliskan rumus cosinus pada segitiga siku-siku dan rumus

phytagoras dengan tepat, siswa juga mampu melakukan operasi bentuk akar

dengan benar.

Dari Gambar 4.7a dan 4.7b dapat dilihat perbedaan kelengkapan

jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Siswa kelas kontrol tidak

mampu menentukan panjang sisi samping dan panjang sisi miring dengan

benar. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mampu melanjutkan rumus

trigonometri pada segitiga siku-siku. Siswa hanya melanjutkan rumus

trigonometri pada segitiga siku-siku dengan rumus phytagoras tanpa mampu

menjelaskan asal angka yang terdapat dalam rumus phytagoras tersebut. Siswa

tidak mampu menggunakan dan mengaitkan infomasi yang tersedia pada soal

dengan persamaan/simbol matematis. Berbeda dengan siswa kelas eksperimen

yang mampu menjelaskan angka-angka yang digunakan pada rumus

phytagoras. Angka 2 didapat dari setengah panjang sisi kubus. Siswa juga

mampu menyelesaikan permasalahan dengan benar ditandai dari jawaban siswa

yang lengkap. Setelah menggunakan rumus phytagoras siswa mampu

menentukan panjang sisi samping dan panjang sisi miring dengan benar untuk

kemudian dihitung nilai cosinusnya.

Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol turut

dipengaruhi oleh perbedaan proses pembelajaran pada kedua kelompok

tersebut. Kelas kontrol yang terbiasa belajar menggunakan Alat Peraga

Geometri berupa kerangka kubus, kesulitan ketika diminta menggunakan

persamaan/simbol matematis untuk menyelesaikan permasalahan. Kesulitan

siswa didapat karena dalam memvisualisasikan objek geometri yang terdapat

63

pada alat peraga saja siswa mengalami kesulitan. Hal tersebut mengakibatkan

dalam proses pembelajaran yang terjadi siswa kurang terlatih dalam mengaitkan

informasi pada soal dengan persamaan/simbol matematis. Siswa sulit

menentukan panjang dari suatu objek yang tidak diketahui pada soal yang

membutuhkan visualisasi yang baik dari siswa.

Berbeda dengan kelas eksperimen yang menggunakan media Wingeom.

Siswa kelas eksperimen mampu mengaitkan informasi yang ada dengan

persamaan/simbol matematis karena fasilitas yang terdapat pada Wingeom.

Fasilitas tersebut membantu siswa mendapatkan persamaan matematis dengan

efektif dan tepat. Misalnya pada soal 3b, nilai 2 yang tertera pada rumus

phytagoras dengan mudah dapat dihitung menggunakan menu Meas pada

Wingeom. Selain itu, secara visualisasi siswa mendapatkan kelebihan karena

siswa dapat membuktikan panjang dari sebuah objek geometri. Hal tersebut

berguna untuk membentu siswa dalam mengembangkan informasi yang tertera

pada soal sehingga didapatkan penyelesaian dari permasalahan geometri yang

ada.

Perbedaan-perbedaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol membuat kemampuan representasi visual siswa pada kedua kelas

tersebut juga berbeda. Siswa kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan

media Wingeom mampu menyelesaikan permasalahan menggunakan

persamaan/simbol matematis secara lebih baik dibandingkan siswa kelas

kontrol yang diajarkan menggunakan Alat Peraga Geometri.

2. Proses Pembelajaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan media

Wingeom berlangsung dalam laboratorium komputer. Berbeda dengan siswa

kelas kontrol yang mengikuti proses pembelajaran dalam kelas konvensional.

Hal tersebut dikarenakan untuk menjalankan Wingeom dibutuhkan perangkat

keras berupa komputer yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa.

Berbeda dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan media konvensional

64

berupa Alat Peraga Geometri yang mampu digunakan dimana saja, termasuk di

dalam kelas sekalipun.

Gambar 4.8a

Tampilan Media Wingeom

Gambar 4.8b

Alat Peraga Geometri

Baik media Wingeom maupun Alat Peraga Geometri digunakan secara

mandiri pada saat pembelajaran. Hal tersebut diharapkan mampu membantu

siswa dalam memecahkan permasalahan geometri dengan baik. Siswa

diharapkan mampu menemukan sendiri sebuah konsep tentang geometri,

terutama geometri dimensi tiga yang menjadi pokok bahasan penelitian. Guru

bertugas sebagai fasilitator yang memberikan panduang tentang cara kerja media

tersebut sehingga siswa tidak kebingungan dalam menggunakan media ajar.

Peran guru sebagai fasilitator sangat berguna dalam proses pembelajaran

menggunakan media Wingeom maupun Alat Peraga. Hal ini dikarenakan dalam

kedua media tersebut terdapat beberapa fungsi yang tidak diketahui siswa. Sama

seperti perangkat lunak lainnya, Wingeom tentu memiliki beberapa fasilitas

pendukung yang tersimpan dalam menu bar yang mempunyai fungsi berbeda di

setiap menunya. Menu-menu tersebut dapat digunakan siswa untuk

memvisualkan berbagai bentuk bangun geometri, mulai dari dimensi dua hingga

dimensi tiga. Menu-menu tersebut juga memungkinkan siswa untuk melakukan

perubahan pada bangun geometri yang sudah terbentuk sehingga memudahkan

siswa dalam menyelesaikan permasalahan geometri.

65

Berbagai fasilitas dalam media Wingeom serta Alat Peraga yang

membantu siswa tentunya juga harus diimbangi dengan proses pembelajaran

yang tepat agar media tersebut dapat berfungsi secara maksimal bagi siswa.

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tempat penelitian

dilaksanakan, tentunya penggunaan serta pengoperasian media Wingeom serta

Alat Peraga dalam pembelajaran juga harus disesuaikan kurikulum sekolah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang masih digunakan oleh

sekolah membuat pengoperasian Wingeom serta penggunaan Alat Peraga

dalam pembelajaran matematika mengharuskan siswa berperan aktif dalam

pembelajaran dengan tetap difasilitasi oleh guru melalui kegiatan Eksplorasi,

Elaborasi, dan Konfirmasi.

a. Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi siswa kelas eksperimen yang menggunakan media

Wingeom dalam proses pembelajarannya diinstruksikan untuk mengamati

kegiatan guru pada setiap awal pembelajaran. Siswa diminta mengamati proses

percobaan pembentukan objek geometri menggunakan Wingeom yang

ditampilkan oleh guru menggunakan proyektor. Kegiatan tersebut berlangsung

selama tujuh pertemuan. Berbeda dengan kelas kontrol yang pada tahap awal

pembelajaran tidak meminta siswa untuk mengamati aktivitas guru. Siswa

hanya diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. Kelompok

dibentuk agar memudahkan pembuatan Alat Peraga dari bahan yang telah

disediakan oleh guru. Siswa tidak perlu mengamati guru, tapi siswa perlu

bekerjasama dengan siswa lainnya untuk dapat membuat sebuah Alat Peraga.

Proses pengamatan pada kelas kontrol baru terjadi ketika Alat Peraga

sudah terbentuk. Siswa diminta untuk mengamati Alat Peraga ketika guru telah

menjelaskan materi. Proses pengamatan Alat Peraga berguna untuk membantu

siswa dalam memvisualisasikan objek geometri karena guru tidak menyertakan

objek geometri dimensi tiga dalam penjelasan materinya, sedangkan hal

sebaliknya dilakukan oleh siswa kelas eksperimen. Setelah mengamati

percobaan pembentukan objek geometri oleh guru, giliran siswa yang diminta

untuk membuat objek geometri dimensi tiga. Percobaan pembentukan objek

66

geometri tersebut tidak lagi dipandu oleh guru dikarenakan pada saat awal

pembelajaran guru telah mencontohkan cara pembentukan sebuah objek

geometri menggunakan menu-menu yang terdapat dalam Wingeom. Hal

tersebut sengaja dilakukan agar siswa dapat berpikir secara mandiri tentang

fungsi-fungsi yang terdapat pada setiap menu, sehingga pada akhirnya siswa

mampu membentuk bangun geometri tanpa bantuan dari guru.

Gambar 4.9a

Kegiatan Tahap Eksplorasi

Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.9b

Kegiatan Tahap Eksplorasi

Siswa Kelas Kontrol

Gambar 4.9a menunjukkan siswa kelas eksperimen diberikan

keleluasaan untuk dapat mencoba membentuk sebuah bangun geometri dimensi

tiga sesuai dengan keinginan siswa menggunakan program Wingeom. Hal

tersebut penting dilakukan mengingat bahwa dengan potensi siswa yang

beragam tentunya bangun geometri yang terbentuk tidak hanya akan memiliki

satu sudut pandang saja. Beragamnya sudut pandang siswalah yang menjadi

keinginan guru bahwa tiap siswa memiliki visualisasi yang berbeda, namun

tidak mengubah konteks dari sebuah objek geometri. Hal tersebut yang sulit

dilakukan pada kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 4.9b, Alat Peraga yang

digunakan oleh 5-6 orang pada setiap kelompoknya menyulitkan siswa dalam

memahami konteks yang tepat. Kesulitan tersebut didapat ketika salah seorang

siswa ingin mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dengan cara memutar

alat peraga tersebut. Pemutaran Alat Peraga tersebut di sisi lain membuat

anggota kelompok lainnya kesulitan dalam memvisualisasikan objek geometri

67

pada Alat Peraga. Siswa akan kesulitan dalam menyamakan persepsi terhadap

konteks yang ada dari sebuah objek geometri. Hal ini dikarenakan masing-

masing siswa memiliki daya visualisasi yang berbeda.

Dari beberapa perbedaan-perbedaan proses pembelajaran tersebut, turut

membuat kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda pula

dalam menggunakan daya visualisasinya. Dengan segala kemudahan yang

diberikan oleh Wingeom membuat visualisasi siswa kelas eksperimen lebih

baik dari kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat pada persentase nilai rata-rata

kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk indikator pertama kemampuan

representasi visual yang menghendaki siswa menggunakan visualisasinya

dengan baik.

b. Elaborasi

Dengan beberapa keterbatasan yang terdapat pada proses pembelajaran,

siswa tidak hanya diperbolehkan mampu memvisualisasikan objek geometri

menggunakan media ajar. Oleh karena itu, pada tahap elaborasi, siswa kelas

eksperimen perlu diarahkan untuk mampu memvisualisasikan objek geometri

tanpa menggunakan media ajar yang perlu dipersiapkan sebelumnya. Untuk

memvisualisasikan objek geometri tanpa menggunakan media, siswa harus

mampu melakukan representasi visual dalam bentuk gambar. Siswa perlu

memindahkan gambar yang muncul pada layar monitor ke kolom yang

diberikan pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Pemindahan gambar yang terdapat

dalam jendela Wingeom ke dalam kolom LKS dilakukan dengan tidak merubah

bentuk gambar yang dibuat dan tertera pada jendela program Wingeom.

Gambar 4.10

Perbedaan Hasil Representasi Siswa Kelas Eksperimen

68

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen

mampu menggambar objek geometri dengan tepat meskipun visualisasi yang

digunakan berbeda. Siswa mampu menggambar kubus ABCD.EFGH

meskipun pada Gambar 4.10 sebelah kiri menunjukkan kubus dengan bidang

frontal DAEH. Berbeda dengan Gambar 4.10 sebelah kanan yang

menunjukkan kubus dengan bidang frontal ABFE. Bidang frontal bagian depan

dan belakang digambar dengan membuat dua bidang persegi dilanjutkan

dengan menggambar bidang ortogonal dengan sisi-sisi yang proporsional.

Siswa mampu melakukan hal tersebut dikarenakan siswa tidak merubah objek

geometri yang ditampilkan pada Wingeom yang otomatis membuat kubus

dengan gambar yang tepat.

Siswa kelas eksperimen difokuskan pada pembuatan serta pembuktian

hipotesis terkait sebuah konsep geometri dimensi tiga. Pembuatan hipotesis

dilakukan dengan memanfaatkan menu Meas pada program Wingeom.

Hipotesis tersebut selanjutnya harus dibuktikan dengan menggunakan rumus.

Apabila terdapat kesesuaian antara hipotesis dengan hasil jawaban

menggunakan rumus, maka hipotesis yang dihasilkan oleh program Wingeom

terbukti. Hal tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar 4.11 yang

menunjukkan kesesuaian antara hipotesis siswa dengan jawaban yang

dikerjakan siswa menggunakan rumus berupa simbol/persamaan matematis.

Gambar 4.11

LKS Kelas Eksperimen

69

Berbeda dengan Gambar 4.12 berikut yang menunjukan siswa kelas

kontrol tidak diminta membuat hipotesis serta membuktikan hipotesis tersebut.

Siswa hanya diminta menjawab soal dalam tugas kelompok dengan melakukan

observasi terhadap Alat Peraga masing-masing kelompok.

Gambar 4.12

Lembar Kegiatan Kelas Kontrol

Dari beberapa perbedaan-perbedaan proses pembelajaran tersebut, turut

membuat kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda pula

dalam merepresentasikan objek geometri serta menggunakan simbol atau

persamaan matematis untuk menyelesaikan permasalahan. Siswa kelas

eksperimen mampu menggambar objek geometri yang diminta dengan tepat

karena telah terlebih dahulu ditampilkan secara otomatis oleh Wingeom. Selain

penggambaran, perhitungan yang dilakukan oleh Wingeom juga membantu

siswa untuk lebih efektif dalam memecahkan permasalahan objek geometri. Hal

yang tidak dapat dilakukan oleh siswa kelas kontrol karena proses pembelajaran

menggunakan Alat Peraga yang kurang praktis dan efektif.

c. Konfirmasi

Tahap konfirmasi merupakan tahap akhir pada proses pembelajaran

siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Namun kegiatan yang

dilakukan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol berbeda. Siswa kelas

70

eksperimen diinstruksikan untuk dapat menarik kesimpulan dalam setiap

pertemuannya, sedangkan siswa kelas kontrol tidak. Proses penarikan

kesimpulan sangat penting agar pemahaman siswa tidak keluar dari konteks

permasalahan yang ada. Selain itu proses penarikan kesimpulan juga berguna

agar proses pembelajaran dari awal hingga akhir tetap terkontrol meskipun

siswa belajar secara mandiri menggunakan media Wingeom. Hal tersebut

bertujuan agar siswa mampu mencapai setiap indikator kemampuan

representasi visual dapat tercapai. Sementara pada siswa kelas kontrol, siswa

diinstruksikan untuk menggambar objek geometri dari Alat Peraga yang telah

dibuat oleh masing-masing kelompok. Penggambaran objek geometri tersebut

dilakukan secara individu, tidak dalam kelompok.

Gambar 4.13a

Kegiatan Tahap Konfirmasi

Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.13b

Kegiatan Tahap Konfirmasi

Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan Gambar 4.13a, dapat diketahui bahwa siswa menuliskan

kesimpulan pada bagian konfirmasi yang terdapat dalam LKS. Penarikan

kesimpulan diharapkan mampu membuat siswa tidak keliru dalam memecahkan

setiap permasalahan geometri dimensi tiga. Siswa diharapkan mampu

menggunakan simbol atau persamaan matematis pada soal yang tepat sehingga

tidak kebingungan lagi dalam menentukan soal seperti apa yang harus

diselesaikan menggunakan rumus tertentu. Berbeda dengan Gambar 4.13b yang

menunjukkan kegiatan siswa dalam merepresentasikan objek geometri yang

terdapat pada Alat Peraga. Kegiatan tersebut tetap perlu dilakukan mengingat

71

pada tahap sebelumnya siswa hanya menggunakan Alat Peraga yang telah ada

sehingga dikhawatirkan indikator merepresentasikan permasalahan dalam

bentuk gambar tidak tercapai. Namun, kegiatan tersebut belum mampu

mengontrol efektifitas kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, sehingga

tidak semua indikator kemampuan representasi visual siswa kelas kontrol dapat

terpenuhi.

Perbedaan diatas membuat siswa kelas eksperimen lebih baik dalam

mencapai setiap indikator representasi visual daripada siswa kelas kontrol.

Kesimpulan yang dibuat siswa kelas eksperimen menjadi penyempurna dari

setiap indikator representasi visual didapatkan siswa dari serangkaian kegiatan

pembelajaran menggunakan Wingeom. Hal yang tidak didapatkan oleh siswa

kelas kontrol.

Berdasarkan hasil temuan-temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil tes kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen yang diajarkan

menggunakan media Wingeom mendapatkan skor yang lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan Alat Peraga untuk

semua indikator kemampuan representasi visual.

Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arcat pada tahun 2014 yang melakukan penelitian tentang kemampuan siswa

dalam memvisualisasikan suatu objek menggunakan Wingeom. Arcat

menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan Wingeom mampu

memvisualisasikan suatu objek lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional. Dengan menggunakan Wingeom siswa lebih

efektif dalam mengenali berbagai bentuk bangun geometri karena siswa dapat

membuat serta melihat sendiri bangun geometri dalam bentuk yang lebih jelas

meskipun tidak nyata. Siswa mampu mengubah objek yang semula abstrak

menjadi lebih kongkret dengan berbagai fungsi yang terdapat dalam Wingeom.

Proses pembelajaran juga menjadi lebih bermakna karena siswa turut

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ditandai dengan proses pembelajaran

yang menghendaki siswa mengoperasikan Wingeom secara mandiri.

72

Berbagai fitur dalam wingeom sangat membantu siswa dalam

menyajikan obyek geometri yang sebelumnya hanya dapat divisualisasikan

dalam pikiran mereka. Siswa mampu menyesuaikan tampilan obyek geometri

yang muncul pada jendela program wingeom sesuai seperti yang dikehendaki

siswa dengan menggunakan tombol panah pada keyboard. Menu Transf pada

Wingeom membuat siswa mampu melihat kedudukan obyek geometri dari

sudut pandang yang lebih luas. Siswa dimungkinkan melakukan perubahan

pada obyek geometri seperti rotasi dan translasi. Proses pemvisualisasian yang

selama ini sulit dilakukan siswa terhadap obyek geometri yang perlu dirotasi

menjadi lebih mudah. Siswa tidak lagi hanya menggunakan proses mentalnya

untuk melakukan hal tersebut sehingga waktu yang digunakan juga lebih

efektif.

Tidak berhenti sampai proses pemvisualisasian, menu Meas pada

wingeom juga mampu membantu siswa dalam memecahkan permasalahan

geometri. Siswa mampu melakukan perhitungan yang lebih cepat dalam

mencari jarak maupu besar sudut antara dua obyek geometri yang terdapat

dalam bangun dimensi tiga. Perhitungan tersebut memang bersifat instan karena

jawaban yang dihasilkan tanpa disertai dengan proses. Namun siswa masih

dimungkinkan untuk melakukan perubahan sudut pandang dalam melihat

hubungan kedua obyek geometri tersebut, misalnya dalam memandang segitiga

siku-siku yang dihasilkan dari dua obyek geometri yang ingin dicari jarak atau

besar sudutnya. Hal tersebut perlu dilakukan dalam upaya siswa mendapatkan

proses dari perhitungan instan yang didapatkan dari menu Meas. Berbagai

kemudahan yang didapatkan siswa kelas eksperimen tersebut menunjukkan

bahwa media wingeom mampu membuat siswa kelas eksperimen

dimungkinkan memiliki kemampuan representasi visual yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang dalam pembelajarannya tidak

menggunakan media wingeom.

73

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan berbagai upaya agar

penelitian yang dilaksanakan berjalan dengan baik. Akan tetapi, peneliti

mengalami beberapa keterbatasan sehingga penelitian yang dilakukan masih

memiliki berbagai kekurangan. Beberapa keterbatasan yang sulit dikendalikan

oleh peneliti tersebut adalah:

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan Dimensi Tiga, sehingga

penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan yang lain yang

memungkinkan siswa menggunakan media Wingeom pada proses

pembelajarannya, seperti pokok bahasan bangun ruang sisi datar, bangun ruang

sisi lengkung, dan transformasi

2. Pada pertemuan awal, pembelajaran kelas eksperimen berlangsung secara

kurang kondusif dan efektif dikarenakan siswa masih kesulitan dalam

beradaptasi dengan pembelajaran menggunakan media Wingeom. Peneliti

harus menjelaskan secara lebih terperinci tentang prosedur penggunaan media

Wingeom untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada Lembar Kerja

Siswa (LKS),

3. Fasilitas komputer yang digunakan untuk pembelajaran kelas eksperimen

dengan menggunakan Wingeom belum maksimal, sehingga satu unit komputer

tidak bisa digunakan oleh setiap siswa. Setiap komputer cenderung digunakan

oleh 2-3 siswa,

4. Kontrol terhadap subjek penelitian hanya meliputi variabel media Wingeom dan

kemampuan representasi visual. Variabel lain seperti minat, motivasi,

inteligensi, lingkungan belajar, dan lain-lain tidak terkontrol.

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas

eksperimen yang pembelajarannya menggunakan media Wingeom serta kelas

kontrol yang pembelajarannya menggunakan Alat Peraga, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan representasi visual siswa kelas eksperimen yang diajarkan

menggunakan media Wingeom memiliki pencapaian tertinggi pada indikator

merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar,

sedangkan pencapaian terendah terletak pada indikator menggunakan

visualisasi untuk menentukan kedudukan objek geometri,

2. Kemampuan representasi visual siswa kelas kontrol yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga memiliki pencapaian tertinggi pada indikator

merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar,

sedangkan pencapaian terendah siswa kelas kontrol terletak pada indikator

menyelesaikan permasalahan menggunakan persamaan/simbol matematis,

3. Kemampuan representasi visual siswa yang diajarkan menggunakan media

Wingeom lebih tinggi dibandingkan kemampuan representasi visual siswa yang

diajarkan menggunakan Alat Peraga.

B. Saran

Berdasarkan temuan penulis selama penelitian berlangsung, terdapat

beberapa saran yang penulis berikan untuk memperbaiki kekurangan-

kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan penelitian lanjutan tentang

kemampuan representasi visual dan/atau pembelajaran menggunakan media

Wingeom pada pokok bahasan yang lain, seperti pokok bahasan bangun ruang

sisi datar, bangun ruang sisi lengkung, dan transformasi,

75

2. Guru diharapkan mampu menggunakan media Wingeom dengan baik pada

pembelajaran matematika yang berkaitan dengan materi geometri sehingga

proses pembelajaran dapat berlangsung secara lebih kondusif dan efektif,

3. Sekolah diharapkan mampu lebih memaksimalkan penggunaan sarana dan

prasarana yang ada di sekolah, terutama sarana dan prasarana yang berbasis

Information and Communication Technology (ICT) karena pembelajaran

menggunakan media Wingeom memerlukan sarana seperti komputer dan

proyektor untuk mendukung proses pembelajaran tersebut,

4. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan penelitian lanjutan tentang

pengaruh penggunaan media Wingeom terhadap kemampuan representasi

visual siswa dengan memerhatikan variabel-variabel lain seperti minat,

motivasi, inteligensi, lingkungan belajar, dan lain-lain.

76

DAFTAR PUSTAKA

Arcat. “Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Self-Efficiacy Siswa SMP

Melalui Model Kooperatif STAD Berbantu Wingeom”. Tesis Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: 2013. tidak

dipublikasikan.

-----. Peningkatan Kemampuan Spasial Siswa SMP melalui Model Kooperatif

STAD Berbantuan Wingeom. Jurnal Ilmiah Edu Research. 3(1), 2014.

Arcavi, Abraham. “The Role of Visual Representations in the Learning of

Mathematics”. Proceedings of the XXI Conference on the Psychology of

Mathematics Education. North American Chapter: Mexico, 1999.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Cet. IV. Jakarta:

Bumi Aksara, 2015.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Badan Standar Nasional Pendidikan. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.

Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2006.

Christou, Costantinos, et.al. Developing the 3Dmath Dynamic Geometry

Software: Theoritical Perspective on Design. International Journal for

Technology in Mathematics Education. 13(4), 2011.

Guler, Gursel and Alper Ciltas. The Visual Representation Usage Levels of

Mathematics Teachers and Students in Solving Verbal Problems.

International Journal of Humanities and Social Science. 1(11), 2011.

Hatfield, M., et.al. Mathematics Methods for Elementary and Middle School

Teachers 6th ed. USA: Wiley, 2007.

Hidayat, Anwar. “Pengertian dan Rumus Uji Saphiro Wilk - Cara

Hitung”,https://google.co.id/amp/s/www.statistikian.com/2013/01/saphiro-

wilk.html/amp, 14 Juni 2017.

Hudojo, Herman. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang: UM Press, 2005.

Hwang, Wu-Yuin, et.al. Multiple Representation Skills and Creativity Effects on

Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System.

Educational Technology and Society. 10(2), 2007.

Iskandar. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Referensi, 2012.

77

Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo, 2008.

Kementrian Komunikasi dan Informatika. Indikator TIK Indonesia. Jakarta:

Puslitbang-PPI Kominfo, 2011.

Kurniawati, Lia. “Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam

Upaya Mengatasi Kesulitan-kesulitan Siswa pada Soal Cerita”, dalam Gelar

Dwirahayu dan Munasprianto Ramli (ed.). Pendekatan Baru dalam

Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar. Jakarta: PIC UIN Jakarta,

2007.

Laelasari, et.al. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dalam

Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa. Jurnal Euclid. 1(2), 2014.

Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. Penelitian

Pendidikan Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama, 2015.

Matematika Study Center. “Bank Soal UN Matematika SMP Unsur Bangun

Ruang”. https://matematikastudycenter.com/bank-soal-unas-matematika-

smp/168-bank-soal-un-matematika-smp-unsur-bangun-ruang, 15 Juli 2017.

Mullis, Ina V.S., et.al.. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. MA:

TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012.

Mulyani, Sri. Pembelajaran Matematika dengan Alat Peraga Papan Berpasangan.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 5, t.t.

NIST/SEMATECH. “Levene Test for Equality of Variances”,

http://www.itl.nist.gov/div898/handbook/eda/section3/eda35a.htm, 14 Juni

2017.

Novrini, et.al. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Problem

Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Visual Thinking dalam

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP. Jurnal Paradikma.

8(3), 2015.

Pitriani, “Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Program Komputer Cabri

3D untuk Meningkatkan Kemampuan Visual-Spatial Thinking dan Habit of

Thinking Flexibly Siswa SMA”, Tesis pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: 2014. tidak dipublikasikan.

Rudhito, M. Andy. Geometri dengan Wingeom : Panduan dan Ide Belajar

Geometri dengan Komputer. Yogyakarta: t.p., 2008.

Ruseffendi, E.T. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru.

Bandung: Tarsito, 2002.

78

-----. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam

Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito,

2006.

Sabirin, Muhamad. Representasi dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN

Antasari. 1(2), 2014.

Sadiman, Arif S., et.al. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Cet. XIX. Bandung: Alfabeta, 2013.

Surya, Edy, “Peningkatan Kemampuan Representasi Visual Thinking pada

Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP

melalui Pembelajaran Kontekstual”, Disertasi Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: 2013. tidak dipublikasikan.

Surya, Edy, et.al. Improving of Junior High School Berpikir visual Representation

Ability in Mathematical Problem Solving by CTL. IndoMS. J.M.E. 4(1),

2013.

TIMSS 2011 Assesment. Released Mathematics Items. MA: TIMSS & PIRLS

International Study Center, 2013.

Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Van de Walle, John A. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Edisi

VI. Jakarta: Erlangga, 2008.

----- . Elementary and Middle School Mathematics Teaching Developmentally 4th

ed. Boston: Allyn and Bacon, 2001.

Van de Walle, John A., Karen Karp, Jennifer M. Bay-Williams. Elementary and

Middle School Mathematics Teaching Developmentally Eighth Edition. New

Jersey: Pearson, 2013.

Van Hiele, Pierre M. “Developing Geometric Thinking through Activities That

Begin with Play” dalam NCTM (ed.). Teaching Children Mathematics.

Reston VA: NCTM, 1999.

Vojkuvkova. “The van Hiele Model of Geometric Thinking”. Makalah

disampaikan dalam 21th Annual Conference of Doctoral Students 2012

Republik Ceko: Praha, 2012.

79

Yamin, Martinis. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta: Referensi, 2013.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

80

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : SMA / MA

Kelas / Semester : X / 2

Waktu : 7 Pertemuan (7 x 2 x 45 menit)

A. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

PENCAPAIAN

Standar

Kompetensi

6. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang

melibatkan titik, garis, dan bidang dalam bangun dimensi

tiga

Kompetensi

Dasar

6.1 Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.2 Menentukan jarak dari titik ke titik, titik ke garis, dan titik

ke bidang dalam bangun dimensi tiga

6.3 Menentukan besar sudut antara dua garis, antara garis dan

bidang, serta antara dua bidang dalam bangun dimensi

tiga

Indikator

Pencapaian

6.3.1 Menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.2 Menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.3 Menentukan kedudukan antara dua garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.4 Menentukan kedudukan antara garis dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.5 Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam bangun

dimensi tiga

81

6.3.6 Menghitung jarak dari titik ke titik dalam bangun dimensi

tiga

6.3.7 Menentukan proyeksi titik pada garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.8 Menghitung jarak dari titik ke garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.9 Menentukan proyeksi titik pada bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.10 Menghitung jarak dari titik ke bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.11 Menentukan sudut antara dua garis dalam bangun dimensi

tiga

6.3.12 Menghitung besar sudut antara dua garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.13 Menentukan proyeksi garis pada bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.14 Menentukan sudut antara garis dan bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.15 Menghitung besar sudut antara garis dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.16 Menentukan sudut antara dua bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.17 Menghitung besar sudut antara dua bidang dalam bangun

ruang dimensi tiga

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Merepresentasikan bangun dimensi tiga dalam bentuk gambar

2. Menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam bangun dimensi tiga

4. Melakukan transformasi bangun dimensi tiga

82

Pertemuan 2

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan kedudukan antara dua garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan kedudukan antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 3

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke titik dengan dalil Phytagoras

2. Menghitung jarak dari titik ke titik dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan proyeksi titik pada garis dalam bangun dimensi tiga

4. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke garis dengan persamaan luas dua

segitiga

5. Menghitung jarak dari titik ke garis dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 4

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan proyeksi titik pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke bidang dengan persamaan luas dua

segitiga

3. Menghitung jarak dari titik ke bidang dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 5

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan sudut antar garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar garis dengan konsep Trigonometri

pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antar garis dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 6

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan proyeksi garis pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menghubungkan konteks besar sudut antara garis dan bidang dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku

4. Menghitung besar sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

83

Pertemuan 7

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan sudut antar bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar bidang dengan konsep Trigonometri

pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antar bidang dalam bangun dimensi tiga

C. MATERI STANDAR

A. Menemukan Konsep Jarak Titik, Garis, dan Bidang

1. Kedudukan Titik

1.1 Kedudukan Titik terhadap Garis

a. Titik terletak pada garis

b. Titik terletak di luar garis

1.2 Kedudukan Titik terhadap Bidang

a. Titik terletak pada bidang

b. Titik terletak di luar bidang

2. Jarak Antar Titik

Jika kita ingin menghitung jarak dari titik A ke titik C, kita tak perlu

menghitung jarak dari titik A ke titik B lalu dari titik B ke titik C. Kita akan

menggunakan konsep dalil Phytagoras

Dengan memakai prinsip teorema Phytagoras, pada segitiga siku-siku ACB, maka

dapat diperoleh panjang dari titik A dan C, yaitu:

A√𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶2 = √42 + 32 = √25 = 5

Dari hasil di atas disimpulkan bahwa jarak dari titik A ke titik C

adalah 5

3. Jarak antara Titik dan Garis

Sebelum dapat menentukan jarak dari titik ke garis, kita harus mengetahui

kedudukan titik terhadap garis. Terdapat dua kemungkinan titik terhadap garis, yaitu

titik terletak pada garis atau titik berada di luar garis. Titik dikatakan terletak pada

garis, jika titik tersebut dilalui oleh garis. Dalam hal ini, jarak titik ke garis adalah

nol.

84

Dari gambar di samping, kita dapat melihat bahwa titik

A dan B terletak pada garis g. Titik A dan titik B dikatakan

sebagai titik yang segaris atau kolinear.

Sedangkan untuk titik yang terletak di luar garis, jika dimisalkan titik penalti

adalah titik P dan garis gawang merupakan garis lurus l dan kita diminta untuk

mengukur jarak dari titik P ke garis l.

Akan didapatkan jarak dari titik P ke titik l adalah

jarak yang terpendek dari titik P ke garis l yaitu garis PC.

Jarak terpendek tersebut selalu merupakan garis yang tegak

lurus dari titik ke garis tujuan.

4. Jarak antara Titik dan Bidang

Jika seseorang ingin menembak

anak panah dari titik T untuk mengenai

tiga sasaran berbeda seperti gambar di

atas. Dari dua hasil pergantian sasaran,

pada tembakan ketiga, dengan posisi 75

m, orang tersebut berhasil menembak pusat sasaran pada papan target. Cermati garis

g1, walaupun panjang garis tersebut adalah 120 meter, tidak berarti garis tersebut

menjadi jarak titik T terhadap papan target. Sama halnya dengan garis g3, tidak

berarti jarak orang tersebut terhadap papan target sebesar 90 meter. Tetapi panjang

garis g2, merupakan jarak titik T terhadap papan target. Jadi, metode menghitung

jarak antara satu objek ke suatu bidang harus membentuk lintasan garis lurus yang

tegak lurus terhadap bidang.

B. Menemukan Konsep Sudut pada Bangun Ruang

1. Sudut antar Garis

Misalkan terdapat sebuah tiang yang ditancapkan dengan bantuan bambu

serta dua buah tali sehingga berdiri tegak di atas tanah. Jika ingin dilihat berapa

besar sudut yang tercipta antara dua tali tersebut dengan tiang bendera, maka dapat

diilustrasikan seperti gambar di bawah.

85

Besar sudut antara tali pertama dengan tiang

dapat dimisalkan dengan sudut 𝛼 yang terbentuk dari

garis AT (tali pertama) dan garis TB (tiang bendera).

Besar sudut 𝛼 dapat dihubungkan dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku karena sesuai

dengan gambar di atas, garis AT dan garis TB dapat dibentuk menjadi sebuah

segitiga siku-siku. Begitupun halnya dengan besar sudut 𝛽.

2. Sudut antara Garis dan Bidang

Terdapat sebuah pohon yang

tumbuh miring di atas permukaan

tanah. Pada pukul 12.00 siang, kita

diminta mengukur sudut kemiringan

pohon tersebut di atas permukaan

tanah. Pada pukul 12.00 siang, matahari akan bersinar di atas pohon tersebut hingga

pohon akan memunculkan bayangan. Bayangan yang muncul tersebut merupakan

proyeksi ortogonal pada permukaan tanah. Pohon dapat digambarkan dengan garis

PQ serta bayangan pohon dapat digambarkan dengan garis PR.

Sudut kemiringan yang tercipta antara pohon dengan permukaan tanah

merupakan sudut 𝛼 yang terbentuk dari garis PQ (pohon) dan garis PR (bayangan

pohon). Besar sudut 𝛼 dapat dihubungkan dengan konsep Trigonometri pada

segitiga siku-siku karena sesuai dengan gambar di atas, garis PQ dan garis PR dapat

dibentuk menjadi sebuah segitiga siku-siku.

3. Sudut antar Bidang

Misalkan terdapat buku yang

halamannya telah hilang hingga

menyisakan sampul depan dan

belakang saja. Jika sampul buku depan

dimisalkan dengan bidang α dan

sampul buku belakang dimisalkan

dengan bidang β. Berdasarkan gambar di atas, kedua sampul buku berpotongan di

tulang buku (garis k). Perhatikan bahwa garis PQ tegak lurus dengan garis k dan

86

garis RQ tegak lurus juga dengan garis k. Dengan demikian, sudut yang dibentuk

oleh bidang α dan bidang β adalah sudut yang dibentuk oleh garis PQ dan RQ.

D. STRATEGI, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN

1. Model, Pendekatan, dan Metode

a. Model : Project Based Learning

b. Pendekatan : Saintifik

c. Metode : Eksperimen

2. Media dan Alat Bantu

a. Media : Software Wingeom dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

b. Alat Bantu : Papan tulis, Spidol, Penghapus, PC, LCD Proyektor

3. Sumber Belajar

a. Marwanta, dkk. Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira, 2008

b. M. Andy Rudhito. Geometri dengan Wingeom: Panduan dan Ide Belajar

Geometri dengan Komputer. Yogyakarta: t.p., 2008

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1 (3 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru memperkenalkan diri

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan pokok bahasan selama

penelitian, yaitu dimensi tiga

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan pertama

Guru memberikan gambaran tentang pentingnya

memahami konsep Dimensi Tiga dalam kehidupan

sehari-hari

15 Menit

87

Motivasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

Kegiatan inti

Eksplorasi

Elaborasi

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam membuat unsur-unsur dalam

bangun dimensi tiga, yaitu titik, garis, dan bidang

menggunakan program Wingeom 2-dim

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam membuat unsur-unsur dalam

bangun dimensi tiga, yaitu titik, garis, dan bidang

menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam melakukan transformasi

bangun dimensi tiga menggunakan program

Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah membuat unsur-unsur

dalam dimensi tiga, kedudukan titik terhadap garis

dan bidang dengan cara mengangkat tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

membuat titik, garis, dan bidang menggunakan

program Wingeom sesuai dengan yang tertera pada

Lembar Kerja Siswa (LKS) Kegiatan 1.1 sampai

Kegiatan 1.3

Guru menjelaskan tentang kedudukan titik

terhadap garis dan bidang dengan menuliskannya

di papan tulis

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Kegiatan 1.4 guna mengolah dan menganalisis

berbagai informasi terkait kedudukan titik terhadap

garis dan bidang

105 Menit

88

Konfirmasi

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep dan hubungan

mengenai kedudukan titik

Penutup

Refleksi

Motivasi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

15 Menit

Durasi Pembelajaran 135 Menit

Pertemuan 2 (1 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan kedua

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

5 Menit

Kegiatan inti

Eksplorasi

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam membuat garis sejajar, berimpit,

dan berpotongan menggunakan program Wingeom

35 Menit

89

Elaborasi

Konfirmasi

2-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah membuat garis sejajar,

berimpit, dan berpotongan dengan cara mengangkat

tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan membuat

garis sejajar, berimpit, bersilangan, dan berpotongan

menggunakan program Wingeom 3-dim sesuai

dengan yang tertera pada LKS Eksplorasi Kegiatan

2.1

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 2.1 guna mengolah dan

menganalisis berbagai informasi terkait kedudukan

antara dua garis dan kedudukan antara dua bidang

pada objek geometri dimensi tiga yang telah

mengalami transformasi

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep dan hubungan

mengenai kedudukan garis, dan bidang

Penutup

Refleksi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

5 Menit

Durasi Pembelajaran 45 Menit

90

Pertemuan 3 (3 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan ketiga

Guru mendorong siswa untuk menjawab

pertanyaan guru, “Apakah pada sebuah garis atau

bidang dapat dibentuk sebuah titik?”

Guru menggambar beberapa segitiga siku-siku di

papan tulis dan meminta siswa untuk mencari

panjang hipotenusa segitiga siku-siku berdasarkan

dalil Phytagoras

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

20 Menit

Kegiatan inti

Eksplorasi

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam menghitung jarak dari titik ke

titik menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah menghitung jarak dari

titik ke titik dengan cara mengangkat tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

menghitung jarak dari titik ke titik menggunakan

program Wingeom sesuai dengan yang tertera pada

LKS Eksplorasi Kegiatan 3.1 dan Kegiatan 3.2

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam membuat proyeksi titik pada

70 Menit

91

Elaborasi

Konfirmasi

garis serta langkah menghitung jarak dari titik ke

garis menggunakan program Wingeom

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah membuat proyeksi titik

pada garis serta langkah menghitung jarak dari titik

ke garis dengan cara mengangkat tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

membuat proyeksi titik pada garis serta menghitung

jarak titik ke garis menggunakan program Wingeom

sesuai dengan yang tertera pada LKS Eksplorasi

Kegiatan 3.3

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 3.1 dan Kegiatan 3.2 dengan

memanfaatkan program Wingeom guna mengolah

dan menganalisis berbagai informasi terkait

hubungan jarak dari titik ke titik dengan dalil

Phytagoras

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 3.3 dengan memanfaatkan

program Wingeom guna mengolah dan

menganalisis berbagai informasi terkait hubungan

jarak dari titik ke garis dengan konsep persamaan

luas dua segitiga

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep jarak dari titik ke

titik serta konsep jarak dari titik ke garis

Penutup

Refleksi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

45 Menit

92

Evaluasi

Komunikasi

Siswa diminta mengerjakan latihan mandiri yang

diberikan guru sebagai evaluasi dari proses

pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

Durasi Pembelajaran 135 Menit

Pertemuan 4 (1 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan keempat

Guru mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan

guru, “Bagaimana cara menghitung jarak dari titik

ke garis?”

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

10 Menit

Kegiatan inti

Mengamati

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam membuat proyeksi titik pada

bidang serta langkah menghitung jarak dari titik ke

bidang menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

30 Menit

93

Elaborasi

Konfirmasi

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah membuat proyeksi titik

pada bidang serta langkah menghitung jarak dari titik

ke bidang dengan cara mengangkat tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan membuat

proyeksi titik pada bidang serta menghitung jarak

dari titik ke bidang menggunakan program Wingeom

sesuai dengan yang tertera pada LKS Eksplorasi

Kegiatan 4.1

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 4.1 dengan memanfaatkan

program Wingeom guna mengolah dan menganalisis

berbagai informasi terkait hubungan jarak dari titik

ke bidang dengan konsep persamaan luas dua

segitiga

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep jarak dari titik ke

bidang

Penutup

Refleksi

Evaluasi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) berupa

latihan mandiri yang diberikan guru sebagai evaluasi

dari proses pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

5 Menit

94

Durasi Pembelajaran 90 Menit

Pertemuan 5 (3 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru bersama dengan siswa membahas PR yang

diberikan pada pertemuan sebelumnya

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan kelima

Guru menampilkan bangun segitiga menggunakan

Wingeom 2-dim pada LCD Proyektor

Siswa didorong untuk menjawab pertanyaan guru,

“Dapatkah dihitung besar tiap sudut pada segitiga

tersebut?”

Guru menggunakan menu Meas pada Wingeom

untuk membuktikan jawaban dari pertanyaan

sebelumnya

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

30 Menit

Kegiatan inti

Mengamati

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam menghitung besar sudut antara

dua garis menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah menghitung besar sudut

antara dua garis dengan cara mengangkat tangan

60 Menit

95

Elaborasi

Konfirmasi

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

menghitung besar sudut antara dua garis

berpotongan menggunakan program Wingeom

sesuai dengan yang tertera pada LKS Eksplorasi

Kegiatan 5.1

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

menghitung besar sudut antara dua garis

bersilangan menggunakan program Wingeom sesuai

dengan yang tertera pada LKS Eksplorasi Kegiatan

5.2

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 5.1 dan Kegiatan 5.2 dengan

memanfaatkan program Wingeom guna mengolah

dan menganalisis berbagai informasi terkait

hubungan besar sudut antara dua garis dengan

konsep trigonometri pada segitiga siku-siku

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep besar sudut antara

dua garis

Penutup

Refleksi

Evaluasi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Siswa diminta mengerjakan latihan mandiri yang

diberikan guru sebagai evaluasi dari proses

pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

45 Menit

96

mengucapkan salam penutup

Durasi Pembelajaran 135 Menit

Pertemuan 6 (1 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan keenam

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

5 Menit

Kegiatan inti

Mengamati

Elaborasi

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam menghitung besar sudut antara

garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah menghitung besar sudut

antara garis dan bidang dengan cara mengangkat

tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan membuat

proyeksi garis pada bidang dan menghitung besar

sudut antara garis dan bidang menggunakan program

Wingeom sesuai yang tertera pada LKS Eksplorasi

Kegiatan 6.1

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 6.1 dengan memanfaatkan

35 Menit

97

Konfirmasi

program Wingeom guna mengolah dan menganalisis

berbagai informasi terkait hubungan besar sudut

antara garis dan bidang dengan konsep trigonometri

pada segitiga siku-siku

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep besar sudut antara

garis dan bidang

Penutup

Refleksi

Evaluasi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) berupa

latihan mandiri yang diberikan guru sebagai evaluasi

dari proses pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

5 Menit

Durasi Pembelajaran 45 Menit

Pertemuan 7 (3 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru bersama dengan siswa membahas PR yang

30 Menit

98

Motivasi

diberikan pada pertemuan sebelumnya

Guru menyampaikan topik pelajaran yang akan

dipelajari pada pertemuan ketujuh

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai

Kegiatan inti

Mengamati

Elaborasi

Konfirmasi

Siswa diminta untuk mengamati dan mengikuti

aktivitas guru dalam menghitung besar sudut antara

dua bidang dalam bangun dimensi tiga

menggunakan program Wingeom 3-dim

Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan

kepada guru mengenai hal-hal yang belum

dimengerti terkait langkah menghitung besar sudut

antara dua bidang dengan cara mengangkat tangan

Siswa diminta untuk melakukan percobaan

membuat proyeksi garis pada dua bidang dan

menghitung besar sudut dari kedua bidang tersebut

menggunakan program Wingeom sesuai yang

tertera pada LKS Eksplorasi Kegiatan 7.1

Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS

Elaborasi Kegiatan 7.1 dengan memanfaatkan

program Wingeom guna mengolah dan

menganalisis berbagai informasi terkait hubungan

besar sudut antara dua bidang dengan konsep

trigonometri pada segitiga siku-siku

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membuat

kesimpulan dari setiap kegiatan yang tertera dalam

LKS sehingga didapatkan konsep proyeksi garis

pada dua bidang dan besar sudut antara dua bidang

60 Menit

Penutup

Refleksi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

45 Menit

99

Evaluasi

Komunikasi

cara mengangkat tangan

Siswa diminta mengerjakan latihan mandiri yang

diberikan guru sebagai evaluasi dari proses

pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

Durasi Pembelajaran 135 Menit

100

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS KONTROL

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : SMA / MA

Kelas / Semester : X / 2

Waktu : 7 Pertemuan (7 x 2 x 45 menit)

A. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

PENCAPAIAN

Standar

Kompetensi

6. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang

melibatkan titik, garis, dan bidang dalam bangun dimensi

tiga

Kompetensi

Dasar

6.1 Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.2 Menentukan jarak dari titik ke titik, titik ke garis, dan titik

ke bidang dalam bangun dimensi tiga

6.3 Menentukan besar sudut antara dua garis, antara garis dan

bidang, serta antara dua bidang dalam bangun dimensi

tiga

Indikator

Pencapaian

6.3.1 Menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.2 Menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.3 Menentukan kedudukan antara dua garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.4 Menentukan kedudukan antara garis dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.5 Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam bangun

dimensi tiga

101

6.3.6 Menghitung jarak dari titik ke titik dalam bangun dimensi

tiga

6.3.7 Menentukan proyeksi titik pada garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.8 Menghitung jarak dari titik ke garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.9 Menentukan proyeksi titik pada bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.10 Menghitung jarak dari titik ke bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.11 Menentukan sudut antara dua garis dalam bangun dimensi

tiga

6.3.12 Menghitung besar sudut antara dua garis dalam bangun

dimensi tiga

6.3.13 Menentukan proyeksi garis pada bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.14 Menentukan sudut antara garis dan bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.15 Menghitung besar sudut antara garis dan bidang dalam

bangun dimensi tiga

6.3.16 Menentukan sudut antara dua bidang dalam bangun

dimensi tiga

6.3.17 Menghitung besar sudut antara dua bidang dalam bangun

ruang dimensi tiga

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Merepresentasikan bangun dimensi tiga dalam bentuk gambar

2. Menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam bangun dimensi tiga

4. Melakukan transformasi bangun dimensi tiga

102

Pertemuan 2

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan kedudukan antara dua garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan kedudukan antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 3

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke titik dengan dalil Phytagoras

2. Menghitung jarak dari titik ke titik dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan proyeksi titik pada garis dalam bangun dimensi tiga

4. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke garis dengan persamaan luas dua

segitiga

5. Menghitung jarak dari titik ke garis dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 4

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan proyeksi titik pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke bidang dengan persamaan luas dua

segitiga

3. Menghitung jarak dari titik ke bidang dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 5

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan sudut antar garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar garis dengan konsep Trigonometri

pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antar garis dalam bangun dimensi tiga

Pertemuan 6

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan proyeksi garis pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menghubungkan konteks besar sudut antara garis dan bidang dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku

4. Menghitung besar sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

103

Pertemuan 7

Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi siswa mampu:

1. Menentukan sudut antar bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar bidang dengan konsep Trigonometri

pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antar bidang dalam bangun dimensi tiga

C. MATERI STANDAR

A. Menemukan Konsep Jarak Titik, Garis, dan Bidang

1. Kedudukan Titik

1.1 Kedudukan Titik terhadap Garis

c. Titik terletak pada garis

d. Titik terletak di luar garis

1.2 Kedudukan Titik terhadap Bidang

c. Titik terletak pada bidang

d. Titik terletak di luar bidang

2. Jarak Antar Titik

Jika kita ingin menghitung jarak dari titik A ke titik C, kita tak perlu

menghitung jarak dari titik A ke titik B lalu dari titik B ke titik C. Kita akan

menggunakan konsep dalil Phytagoras

Dengan memakai prinsip teorema Phytagoras, pada segitiga siku-siku ACB, maka

dapat diperoleh panjang dari titik A dan C, yaitu:

A√𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶2 = √42 + 32 = √25 = 5

Dari hasil di atas disimpulkan bahwa jarak dari titik A ke titik C

adalah 5

3. Jarak antara Titik dan Garis

Sebelum dapat menentukan jarak dari titik ke garis, kita harus mengetahui

kedudukan titik terhadap garis. Terdapat dua kemungkinan titik terhadap garis, yaitu

titik terletak pada garis atau titik berada di luar garis. Titik dikatakan terletak pada

garis, jika titik tersebut dilalui oleh garis. Dalam hal ini, jarak titik ke garis adalah

nol.

104

Dari gambar di samping, kita dapat melihat bahwa titik

A dan B terletak pada garis g. Titik A dan titik B dikatakan

sebagai titik yang segaris atau kolinear.

Sedangkan untuk titik yang terletak di luar garis, jika dimisalkan titik penalti

adalah titik P dan garis gawang merupakan garis lurus l dan kita diminta untuk

mengukur jarak dari titik P ke garis l.

Akan didapatkan jarak dari titik P ke titik l adalah

jarak yang terpendek dari titik P ke garis l yaitu garis PC.

Jarak terpendek tersebut selalu merupakan garis yang tegak

lurus dari titik ke garis tujuan.

4. Jarak antara Titik dan Bidang

Jika seseorang ingin menembak

anak panah dari titik T untuk mengenai

tiga sasaran berbeda seperti gambar di

atas. Dari dua hasil pergantian sasaran,

pada tembakan ketiga, dengan posisi 75

m, orang tersebut berhasil menembak pusat sasaran pada papan target. Cermati garis

g1, walaupun panjang garis tersebut adalah 120 meter, tidak berarti garis tersebut

menjadi jarak titik T terhadap papan target. Sama halnya dengan garis g3, tidak

berarti jarak orang tersebut terhadap papan target sebesar 90 meter. Tetapi panjang

garis g2, merupakan jarak titik T terhadap papan target. Jadi, metode menghitung

jarak antara satu objek ke suatu bidang harus membentuk lintasan garis lurus yang

tegak lurus terhadap bidang.

B. Menemukan Konsep Sudut pada Bangun Ruang

1. Sudut antar Garis

Misalkan terdapat sebuah tiang yang ditancapkan dengan bantuan bambu

serta dua buah tali sehingga berdiri tegak di atas tanah. Jika ingin dilihat berapa

besar sudut yang tercipta antara dua tali tersebut dengan tiang bendera, maka dapat

diilustrasikan seperti gambar di bawah.

105

Besar sudut antara tali pertama dengan tiang

dapat dimisalkan dengan sudut 𝛼 yang terbentuk dari

garis AT (tali pertama) dan garis TB (tiang bendera).

Besar sudut 𝛼 dapat dihubungkan dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku karena sesuai

dengan gambar di atas, garis AT dan garis TB dapat dibentuk menjadi sebuah

segitiga siku-siku. Begitupun halnya dengan besar sudut 𝛽.

2. Sudut antara Garis dan Bidang

Terdapat sebuah pohon yang

tumbuh miring di atas permukaan

tanah. Pada pukul 12.00 siang, kita

diminta mengukur sudut kemiringan

pohon tersebut di atas permukaan

tanah. Pada pukul 12.00 siang, matahari akan bersinar di atas pohon tersebut hingga

pohon akan memunculkan bayangan. Bayangan yang muncul tersebut merupakan

proyeksi ortogonal pada permukaan tanah. Pohon dapat digambarkan dengan garis

PQ serta bayangan pohon dapat digambarkan dengan garis PR.

Sudut kemiringan yang tercipta antara pohon dengan permukaan tanah

merupakan sudut 𝛼 yang terbentuk dari garis PQ (pohon) dan garis PR (bayangan

pohon). Besar sudut 𝛼 dapat dihubungkan dengan konsep Trigonometri pada

segitiga siku-siku karena sesuai dengan gambar di atas, garis PQ dan garis PR dapat

dibentuk menjadi sebuah segitiga siku-siku.

3. Sudut antar Bidang

Misalkan terdapat buku yang

halamannya telah hilang hingga

menyisakan sampul depan dan

belakang saja. Jika sampul buku depan

dimisalkan dengan bidang α dan

sampul buku belakang dimisalkan

dengan bidang β. Berdasarkan gambar di atas, kedua sampul buku berpotongan di

tulang buku (garis k). Perhatikan bahwa garis PQ tegak lurus dengan garis k dan

106

garis RQ tegak lurus juga dengan garis k. Dengan demikian, sudut yang dibentuk

oleh bidang α dan bidang β adalah sudut yang dibentuk oleh garis PQ dan RQ.

D. STRATEGI, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN

1. Model, Pendekatan, dan Metode

a. Model : Project Based Learning

b. Pendekatan : Saintifik

c. Metode : Eksperimen

2. Media dan Alat Bantu

a. Media : Alat peraga kubus dan kerangka kubus

b. Alat Bantu : Papan tulis, Spidol, Penghapus, PC, LCD Proyektor, Benang,

Busur, Penggaris

3. Sumber Belajar

a. Marwanta, dkk. Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira, 2008.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1 (2 x 45 menit)

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar

(Aktivitas Guru-Siswa)

Alokasi

waktu

Pendahuluan

Komunikasi

Apersepsi

Motivasi

Guru mengucapkan salam pembuka

Guru mengarahkan siswa untuk memimpin doa

Guru memperkenalkan diri

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan pokok bahasan selama

penelitian, yaitu dimensi tiga

Guru menyampaikan topik pelajaran yang ajan

dipelajari pada pertemuan pertama

Guru memberikan gambaran tentang pentingnya

memahami konsep Dimensi Tiga dalam kehidupan

sehari-hari

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

10 Menit

107

ingin dicapai

Kegiatan inti

Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi

Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok

belajar yang terdiri dari 4-5 siswa dalam satu

kelompok

Guru menjelaskan secara singkat tentang kedudukan

titik pada garis dan bidang

Guru mengarahkan setiap kelompok yang

sebelumnya telah terbentuk untuk melakukan

percobaan membuat alat peraga geometri berbrntuk

kubus dari bahan yang telah disediakan

Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk

memeriksa pekerjaan setiap kelompok

Guru meminta setiap kelompok untuk saling

menukarkan alat peraga mereka

Guru meminta setiap kelompok untuk membuat

delapan titik dan delapan garis pada alat peraga

Guru meminta setiap kelompok untuk kembali

menukarkan alat peraga mereka hingga setiap

kelompok mendapatkan alat peraganya masing-

masing

Guru membagikan lembar observasi kepada setiap

kelompok

Guru meminta siswa untuk mengisi lembar observasi

dengan syarat alat peraga tidak boleh digerakkan

dan/atau dirotasi

Guru mengarahkan siswa untuk melakukan rotasi

seperlunya pada kerangka kubus

Guru mendokumentasikan kegiatan setiap kelompok

Guru meminta siswa untuk dapat menggambar kubus

yang dibuat oleh kelompoknya dalam buku catatan

70 Menit

108

Penutup

Refleksi

Evaluasi

Komunikasi

Guru mempersilakan siswa untuk menyimpulkan

secara singkat materi yang baru dipelajari dengan

cara mengangkat tangan

Guru menugaskan siswa untuk membuat kerangka

kubus secara berkelompok di luar jam pembelajaran

Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali

materi yang baru dipelajari sebagai persiapan

pembelajaran lanjutan yang akan dilakukan pada

pertemuan selanjutnya

Guru meminta siswa membawa kerangka kubus serta

benang pada pertemuan selanjutnya

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan

mengucapkan salam penutup

10 Menit

Durasi Pembelajaran 90 Menit

109

Lampiran 3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1

Kegiatan 1.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah titik A, titik, B, titik C, dan titik D

b. Buatlah ruas garis AB yang menghubungkan titik A dan titik B

c. Buatlah bidang persegi EFGH

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan11_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Kegiatan 1.2

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah kubus ABCD.EFGH yang mempunyai panjang sisi 4 cm

[SIDEBAR TITLE]

Tujuan :

1. Merepresentasikan bangun dimensi tiga dalam bentuk gambar

2. Menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam bangun dimensi tiga

4. Melakukan transformasi bangun dimensi tiga

Nama : Kelas :

110

b. Buatlah titik I yang tepat berada di tengah garis AE

c. Buatlah titik J yang merupakan perpotongan diagonal bidang alas

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan12_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Kegiatan 1.3

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah limas T.ABCD yang mempunyai alas berbentuk persegi dengan

panjang sisi 6 cm dan tinggi 4 cm

b. Buatlah titik F yang tepat berada di tengah garis EB

c. Buatlah titik G yang merupakan perpotongan diagonal bidang alas

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan13_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

111

Kegiatan 1.4

1. Perhatikan kegiatan 1.2, tentukan:

Kedudukan titik I terhadap garis AE Kedudukan titik I terhadap garis AB

Kedudukan titik I terhadap bidang

DAEH

Kedudukan titik K terhadap bidang

alas

2. Perhatikan kegiatan 1.3, tentukan:

Kedudukan titik F terhadap garis EB Kedudukan titik F terhadap garis EC

Kedudukan titik F terhadap bidang

BCE

Kedudukan titik G terhadap bidang

alas

3. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan di atas?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Konfirmasi

112

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 2

Kegiatan 2.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang alas ABCD

b. Buatlah garis CH dan garis AG

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan21_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

4. Perhatikan kubus yang terbentuk, sebutkan garis yang

Sejajar dengan AB Berpotongan dengan AB Bersilangan dengan AB

5. Prediksikan apakah garis CH dan AG berpotongan?

.............................................................................................................................................

Tujuan :

1. Menentukan kedudukan antara dua garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan kedudukan antara garis & bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam bangun dimensi tiga

[SIDEBAR TITLE]

Nama : Kelas :

113

6. Untuk memastikan kebenaran dari prediksimu, lakukan langkah berikut:

a. Rotasikan kubus ABCD.EFGH sebesar 90° dengan AB sebagai porosnya

b. Hapus beberapa objek yang tidak diperlukan (objek kubus sebelum dirotasi)

7. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

8. Setelah melakukan langkah 5, apakah garis CH dan AG berpotongan?

.............................................................................................................................................

9. Sebutkan bidang yang menjadi alas kubus jika dilakukan rotasi sebesar 90° pada

kubus di atas dengan

EF sebagai poros FB sebagai poros BA sebagai poros AE sebagai poros

10. Perhatikan kubus yang terbentuk pada soal nomor 6, sebutkan bidang

Sejajar dengan bidang EFBA Berpotongan dengan bidang EFBA

11. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan 2.1?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

114

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 3

Kegiatan 3.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah titik A (-1,1), titik B (2,1), dan titik C (2,3)

b. Buatlah ruas garis yang menghubungkan titik A dan titik B

c. Buatlah ruas garis yang menghubungkan titik B dan titik C

d. Hitunglah panjang lintasan AB dengan menggunakan menu Meas

e. Hitunglah panjang lintasan BC dengan menggunakan menu Meas

f. Hitunglah jarak dari titik A ke C dengan menjumlahkan AB serta BC

g. Buatlah ruas garis yang menghubungkan titik A dan C

h. Hitunglah panjang lintasan AC dengan menggunakan menu Meas

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan31_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Tujuan :

1. Menghubungkan konteks jarak titik ke titik dengan dalil Phytagoras

2. Menghitung jarak dari titik ke titik dalam bangun dimensi tiga

3. Menentukan proyeksi titik pada garis dalam bangun dimensi tiga

4. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke garis dengan persamaan luas

dua segitiga

5. Menghitung jarak dari titik ke garis dalam bangun dimensi tiga

Nama : Kelas :

115

4. Bandingkan hasil perhitungan langkah f dan langkah h, tentukan ruas garis yang

memiliki lintasan terpendek

.............................................................................................................................................

5. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan 3.1?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Kegiatan 3.2

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang frontal bagian depan

EFGH yang panjang sisinya 4 cm

b. Buatlah garis yang menghubungkan titik E dan titik C

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan32_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Konfirmasi

Eksplorasi

116

4. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah jarak dari titik C ke titik E

.............................................................................................................................................

5. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari garis EC? Bila dapat dibentuk,

apakah dapat dihubungkan dengan dalil Phytagoras? Berikan alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

6. Dengan menggunakan perhitungan manual, hitunglah jarak dari titik C ke titik E

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

117

7. Bandingkan hasil perhitungan menggunakan Wingeom dan hasil perhitungan

manual. Apa yang dapat kamu simpulkan?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Kegiatan 3.3

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang alas ABCD yang panjang

sisinya 4 cm

b. Buatlah diagonal ruang AG

c. Buatlah proyeksi titik B terhadap garis AG

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan33_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

4. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari garis AG dan titik B? Bila dapat

dibentuk, apakah dapat dihubungkan dengan dalil Phytagoras untuk menghitung

jarak dari titik B ke garis AG? Berikan alasannya!

Eksplorasi

118

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

5. Perhatikan garis AG dan garis BI (yang menghubungkan titik B dan titik hasil

proyeksi). Bila dilakukan rotasi, AG akan menjadi alas segitiga ABG sama seperti

AB. BI akan menjadi tinggi segitiga ABG sama seperti BG. Untuk

membuktikannya, lakukan langkah berikut:

a. Klik menu Meas

b. Ketik AG*BI

c. Tekan Enter

d. Ketik AB*BG

e. Tekan Enter

6. Bandingkan hasil jawaban dari langkah b dan d. Apakah terdapat kesamaan?

.............................................................................................................................................

7. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan 3.3?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

119

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 4

Kegiatan 4.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah kubus ABCD.EFGH dengan bidang bagian depan BCGF yang

mempunyai panjang sisi 10 cm

b. Buatlah titik I yang berada tepat ditengah garis BC

c. Buatlah bidang diagonal AFGD

d. Buatlah proyeksi titik I pada bidang AFGD sehingga menghasilkan titik J

e. Buatlah garis tegak lurus antara titik hasil proyeksi dengan sisi atas bidang

sehingga menghasilkan titik potong K

f. Buatlah garis tegak lurus antara titik hasil proyeksi dengan sisi bawah bidang

sehingga menghasilkan titik potong L

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan41_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Tujuan :

1. Menentukan proyeksi titik pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks jarak dari titik ke bidang dengan persamaan luas

dua segitiga

3. Menghitung jarak dari titik ke bidang dalam bangun dimensi tiga

[SIDEBAR TITLE]

Nama : Kelas :

Eksplorasi

120

4. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah jarak dari titik I ke bidang

AFGD

.............................................................................................................................................

5. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari titik I dan garis KL? Jika dapat

dibentuk, konsep apakah yang tepat untuk menghitung jarak dari titik I ke bidang

AFGD? Apakah konsep dalil Phytagoras atau konsep persamaan luas segitiga?

Berikan alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

6. Dengan menggunakan perhitungan manual, hitunglah jarak dari titik I ke bidang

AFGD

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

121

7. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah :

Besar sudut IJK Besar sudut IJL

8. Perhatikan garis KL! Apakah garis KL membagi bidang menjadi dua bagian yang

sama besar?

.............................................................................................................................................

9. Apa yang dapat kamu simpulkan?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

122

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 5

Kegiatan 5.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah kubus ABCD.EFGH dengan alas ABCD

b. Buatlah diagonal bidang AH

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan51_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

4. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah besar sudut antara garis AH

dan garis AD

.............................................................................................................................................

Tujuan :

1. Menentukan sudut antara dua garis dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar garis dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antara dua garis dalam bangun dimensi tiga

[SIDEBAR TITLE]

Nama : Kelas :

123

5. Apakah garis AH dan garis AD berpotongan? Jika iya, titik apa yang menjadi

perpotongan kedua garis?

.............................................................................................................................................

6. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari garis AH dan AD? Jika dapat

dibentuk, apakah dapat dihubungkan dengan konsep Trigonometri segitiga siku-

siku untuk menghitung besar sudut antara garis AH dan AD? Berikan alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

7. Dengan menggunakan perhitungan manual, hitunglah besar sudut antara garis AH

dan garis AD

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

8. Periksa Kegiatan 5.1 yang dikerjakan temanmu yang membuat kubus dengan

panjang sisi yang berbeda dengan yang kamu buat, lalu samakan hasil perhitungan

besar sudut AH dan AD

9. Samakah besar sudut garis AH dan AD yang kamu hitung dengan yang temanmu

hitung?

.............................................................................................................................................

10. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan 5.1?

.............................................................................................................................................

124

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Kegiatan 5.2

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan kegiatan berikut:

a. Buatlah kubus ABCD.EFGH yang mempunyai panjang sisi sebesar 4 cm

b. Buatlah diagonal bidang AH

c. Gunakan menu Transf Pilih Translasi Pada kotak dialog vertices ketik

AH, pada kotak dialog by the multiple ketik 1.0@, pada kotak dialog of vector

ketik AB

d. Klik menu Anim Pilih @ slider Pilih reverse

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan52_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

4. Apakah garis AH dapat digeser sedemikian rupa sehingga akan berpotongan

dengan garis BC? Jika dapat digeser, sebutkan garis yang akan berimpit dengan

AH

.............................................................................................................................................

Elaborasi

125

5. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari garis BC serta garis hasil translasi

AH? Jika dapat dibentuk, apakah dapat dihubungkan dengan konsep Trigonometri

segitiga siku-siku untuk menghitung besar sudut antara garis AH dan BC? Berikan

alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

6. Dengan menggunakan perhitungan manual, tentukan besar sudut antara garis AH

dengan garis BC

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

7. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan 5.2?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

126

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 6

Kegiatan 6.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah kubus ABCD.EFGH dengan bidang bagian depan DAEH yang

panjang sisinya 6 cm

b. Buatlah titik I yang tepat berada di tengah EF dan titik J yang tepat berada di

tengah CD

c. Buatlah garis yang menghubungkan titik I dan titik J

d. Buatlah garis JK yang merupakan proyeksi garis IJ pada bidang alas

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan61_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Tujuan :

1. Menentukan proyeksi garis pada bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menentukan sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

3. Menghubungkan konteks besar sudut antara garis dan bidang dengan

konsep Trigonometri pada segitiga siku-siku

4. Menghitung besar sudut antara garis dan bidang dalam bangun dimensi tiga

[SIDEBAR TITLE]

Nama : Kelas :

127

4. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah besar sudut antara garis IJ

dan garis hasil proyeksi

.............................................................................................................................................

5. Apakah garis IJ dan garis hasil proyeksi berpotongan? Jika iya, titik apa yang

menjadi perpotongan kedua garis?

.............................................................................................................................................

6. Apakah dapat dibentuk segitiga siku-siku dari garis IJ dan garis hasil proyeksi?

Jika dapat dibentuk, apakah dapat dihubungkan dengan konsep Trigonometri

segitiga siku-siku untuk menghitung besar sudut antara garis IJ dan bidang alas?

Berikan alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

7. Dengan menggunakan perhitungan manual, hitunglah besar sudut antara garis IJ

dan bidang alas

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

8. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah besar sudut antara garis JK

(garis hasil proyeksi) dan garis IK

.............................................................................................................................................

9. Apa yang dapat kamu simpulkan?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

128

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 7

Kegiatan 7.1

1. Dengan menggunakan program Wingeom, lakukan langkah berikut:

a. Buatlah limas segiempat E.ABCD yang mempunyai panjang sisi sebesar 8 cm

dan tinggi 4 cm

b. Buatlah garis EF yang menunjukkan tinggi limas

c. Buatlah proyeksi garis pada bidang BCE dan bidang alas

2. Simpan pekerjaanmu dalam file Documents dengan format sebagai berikut:

Kegiatan71_Nama

3. Representasikan hasil pekerjaanmu pada kotak di bawah

Tujuan :

1. Menentukan sudut antara dua bidang dalam bangun dimensi tiga

2. Menghubungkan konteks besar sudut antar bidang dengan konsep

Trigonometri pada segitiga siku-siku

3. Menghitung besar sudut antara dua bidang dalam bangun dimensi tiga

[SIDEBAR TITLE]

Nama : Kelas :

129

4. Dengan menggunakan program Wingeom, hitunglah besar sudut antara bidang

BCE dan bidang alas

.............................................................................................................................................

5. Dapatkah dibentuk sebuah segitiga siku-siku dari proyeksi garis pada bidang BCE

dan bidang alas?

.............................................................................................................................................

6. Perhatikan garis EF yang merupakan tinggi limas. Apakah EF dapat dihubungkan

dengan proyeksi garis pada bidang BCE dan/atau proyeksi pada bidang alas untuk

membentuk sebuah segitiga siku-siku? Jika dapat, apakah dapat dihubungkan juga

dengan konsep Trigonometri segitiga siku-siku untuk menghitung besar sudut

antara bidang BCE dan bidang alas? Berikan alasannya!

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

7. Dengan menggunakan perhitungan manual, hitunglah besar sudut antara bidang

BCE dan bidang alas

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

8. Perhatikan proyeksi garis pada bidang BCE dan bidang alas. Apakah proyeksi

garis tersebut membagi bidang menjadi dua bagian yang sama besar?

.............................................................................................................................................

9. Apa yang dapat kamu simpulkan?

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

130

Lampiran 4

Kegiatan Kelompok

Bersama anggota kelompokmu, siapkanlah alat dan bahan

Letakkanlah lidi 1 pada styrofoam

Tancapkanlah lidi 2 pada styrofoam

Setelah melakukan kegiatan di atas, jawablah pertanyaan di bawah

1. Setelah melakukan kegiatan di atas, perhatikanlah batang lidi 1, batang lidi 2, dan

styrofoam!

2. Pada kegiatan tersebut, bidang diilustrasikan menggunakan ...............

3. Sedangkan garis diilustrasikan menggunakan ...............

4. Dengan menggunakan busur, dapatkah kamu menghitung besar sudut yang terbentuk

antara batang lidi 1 dan styrofoam? Berikan alasannya!

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

5. Dengan menggunakan busur, dapatkah kamu menghitung besar sudut yang terbentuk

antara batang lidi 2 dan styrofoam? Bila dapat, berapa besar sudutnya?

....................................................................................................................................................

LEMBAR KEGIATAN

Kelompok :

Nama Anggota :

Alat Dan Bahan : Tujuan :

1. Lidi 1. Menentukan Proyeksi Garis Pada Bidang

2. Styrofoam 2. Menentukan Sudut Antara Garis Dan Bidang

3. Penggaris 3. Menghubungkan Konteks Besar Sudut Antara Garis

4. Spidol dan Bidang

4. Menghitung Besar Sudut Antara Garis dan Bidang

131

6. Bila kamu diminta menghitung besar sudut yang terbentuk antara batang lidi 2 dan

styrofoam tanpa menggunakan busur, apakah kamu dapat melakukannya?

....................................................................................................................................................

7. Apakah dapat digunakan konsep trigonometri pada segitiga siku-siku untuk

menghitung besar sudut antara garis dan bidang?

....................................................................................................................................................

Kegiatan Kelompok

Setelah menjawab soal di atas, lakukan kegiatan berikut

Tancapkan lidi 1 ke styrofoam secara tegak lurus hingga terhubung dengan lidi 2

Buatlah garis pada styrofoam hingga terbentuk segitiga siku-siku antara lidi 1, lidi

2, dan garis tersebut

Setelah melakukan kegiatan di atas, jawablah pertanyaan di bawah

8. Disebut apakah garis yang membentuk segitiga siku-siku antara lidi 1, lidi 2, dan

styrofoam?

....................................................................................................................................................

9. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan ini?

....................................................................................................................................................

Kegiatan Individu

Setelah melakukan kegiatan kelompok, gambarlah alat peraga yang digunakan

pada kegiatan kelompok di buku tulismu

Setelah menggambar alat peraga, gambarlah kubus dengan bidang dan garis yang

ingin dihitung besar sudutnya seperti alat peraga yang kamu buat

132

Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL

Kompetensi Dasar

Indikator Kemampuan Representasi Visual

Menggunakan

visualisasi untuk

menentukan

kedudukan objek

geometri

Merepresentasik

an permasalahan

dalam bentuk

visual berupa

gambar

Menyelesaikan

permasalahan

menggunakan

persamaan/simb

ol matematis

6.1 Menentukan

kedudukan titik,

garis, dan bidang

dalam bangun

dimensi tiga

Pilihan ganda

nomor

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

Uraian nomor

1a, 2a, 3a

6.2 Menentukan

jarak dari titik ke

titik, titik ke

garis, dan titik ke

bidang dalam

bangun dimensi

tiga

Uraian nomor

1b, 2b

6.3 Menentukan

besar sudut

antara dua garis,

antara garis dan

bidang, serta

antara dua

bidang dalam

bangun dimensi

tiga

Pilihan ganda

nomor

9, 10

Uraian nomor

3b

133

Lampiran 6

A. Pilihan Ganda

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!

1. Kedudukan garis AG dan CH pada

kubus ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

2. Kedudukan garis AG dan IJ pada kubus

ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

3. Titik M menunjukkan bahwa garis IJ .....

bidang BFHD.

a. sejajar

b. berhimpitan dengan

c. terletak pada

d. memotong

Petunjuk Pengerjaan Soal :

a. Bacalah Petunjuk Pengerjaan Soal sebelum mengerjakan soal Tes Dimensi

Tiga

b. Kerjakan soal Tes Dimensi Tiga secara mandiri (tidak diperkenankan

bertanya dan/atau mencontek kepada siswa lain)

c. Jika ada pertanyaan yang belum jelas, silakan tanyakan kepada guru

d. Kerjakan soal Tes Dimensi Tiga dengan teliti dan teratur (dimulai dari

bagian A kemudian bagian B)

e. Berdoalah sebelum mengerjakan soal

Selamat Mengerjakan

TES DIMENSI TIGA

Nama : Kelas :

134

4. Garis AG memotong bidang ABK di

titik .....

a. A

b. O

c. N

d. P

5. Kedudukan bidang ABK dan BFHD

pada kubus ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

6. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Proyeksi titik A pada garis BS

ditunjukkan oleh titik .....

a. S

b. L

c. K

d. B

7. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Titik yang tepat sebagai proyeksi titik

A pada bidang BCRQ adalah .....

a. B

b. C

c. N

d. K

8. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Proyeksi garis AS pada bidang BQSD

ditunjukkan oleh garis .....

a. SD

b. SO

c. SB

d. SQ

9. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Sudut yang terbentuk antara garis AS

dan bidang BQSD adalah .....

a. ∠𝐴𝑆𝐷

b. ∠𝐴𝑆𝑄

c. ∠𝐴𝑆𝐵

d. ∠𝐴𝑆𝑂

10. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Sudut yang terbentuk antara bidang

CSQ dan BDSQ adalah .....

a. ∠𝐶𝑄𝐵

b. ∠𝐶𝑀𝑂

c. ∠𝐶𝑆𝐷

d. ∠𝑀𝐶𝑂

135

B. Uraian

1. Pada kubus ABCD.EFGH terdapat titik Q yang merupakan perpotongan bidang alas kubus.

Sedangkan di luar kubus ABCD.EFGH terdapat titik P yang merupakan perpanjangan garis

DH sehingga membuat DP = 2x DH. Jika panjang sisi kubus ABCD.EFGH sebesar 𝑎 cm,

maka :

a. Gambarlah titik P, Q, dan kubus ABCD.EFGH

b. Hitunglah jarak dari titik Q ke garis DP

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

2. Talitha mempunyai kamar berbentuk balok dengan panjang 6 m, tinggi 4 m, dan lebar sama

dengan panjangnya. Dalam kamar Talitha terdapat sebuah lampu yang dipasang tepat di

tengah bidang atas kamarnya. Dalam rangka ulang tahunnya, Talitha ingin mendekor

kamarnya dengan membuat sebuah tenda dimana tenda tersebut dibuat dengan

menghubungkan lampu kamar Talitha dengan setiap titik sudut bidang alas kamar Talitha.

Jika Talitha ingin mendesain terlebih dahulu konsep dekorasinya dalam sebuah gambar,

maka:

a. Gambarlah desain yang tepat untuk tenda serta kamar Talitha

136

b. Hitunglah jarak lampu ke dinding kamar Talitha

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

3. Alan ingin membuat sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang frontal bagian belakang

AEFB yang mempunyai panjang sisi 4 cm. Jika Alan ingin membuat garis MN yang

menghubungkan titik M yang berada di antara garis HE sehingga membuat HM = ME, dan

titik N yang merupakan perpotongan diagonal bidang CBFG, maka tentukanlah:

a. Gambar yang tepat sesuai yang diinginkan Alan

b. Nilai cos 𝛼 , jika 𝛼 merupakan sudut antara garis MN dan bidang alas kubus

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

137

Lampiran 7

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

TES KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL

1. Kunci Jawaban Tes Representasi Berpikir Visual

Soal Pilihan Ganda

Soal Uraian

Nomor

Soal

Penyelesaian Skor

1 a

3

1 b 𝑠 = 𝑎 𝑐𝑚

𝐵𝐷 = 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔

1

Q ke DP = Q ke D = QD

𝑄𝐷 =1

2𝐵𝐷

1

Nomor

Soal

Jawaban Skor Nomor

Soal

Jawaban Skor

1 B. bersilangan 1 6 C. K 1

2 B. bersilangan 1 7 A. B 1

3 D. memotong 1 8 B. SO 1

4 A. A 1 9 D. ∠𝐴𝑆𝑂 1

5 C. berpotongan 1 10 B. ∠𝐶𝑀𝑂 1

Skor Pilihan Ganda 10

138

𝐵𝐷 = 𝑠√2 = 𝑎√2

𝑄𝐷 =1

2𝐵𝐷 =

1

2𝑎√2

1

2 a

3

2 b p = 6 m, l = 6 m, t = 4 m 1

𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑘𝑒 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =1

2𝑝

1

𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑘𝑒 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =1

2𝑝 =

1

2. 6 = 3 𝑚

1

3 a

3

3 b s = 4 cm

cos 𝛼 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔

𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔

1

𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑀𝑁

𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 = 𝑠 = 4

𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 =1

2𝑠 = 2

𝑀𝑁 = √𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛2 + 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔2

1

139

𝑀𝑁 = √42 + 22 = √20 = 2√5

cos 𝛼 =2

2√5=

1

5√5

1

Skor Uraian 18

TOTAL SKOR : (𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐢𝐥𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 + 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐔𝐫𝐚𝐢𝐚𝐧

𝟐𝟖) × 𝟏𝟎𝟎

2. Pedoman Penskoran Tes Representasi Visual

Aspek yang diukur Jenis

Tes

Skor Deskripsi

Menggunakan

visualisasi untuk

menentukan

kedudukan objek

geometri

PG

0 Siswa tidak mampu menjawab dengan tepat

1 Siswa mampu menjawab dengan tepat

Merepresentasikan

permasalahan dalam

bentuk visual berupa

gambar

Uraian

0

Siswa memperlihatkan ketidakpahaman

terhadap konsep dengan tidak

merepresentasikan objek geometri dimensi tiga

1

Siswa mampu merepresentasikan objek

geometri dimensi tiga dalam bentuk gambar,

namun masih belum lengkap

2

Siswa mampu merepresentasikan objek

geometri dimensi tiga dalam bentuk gambar

yang lengkap namun masih terdapat kesalahan

3

Siswa mampu merepresentasikan objek

geometri dimensi tiga dalam bentuk gambar

secara lengkap dan tepat

Menyelesaikan

permasalahan

menggunakan

simbol/persamaan

matematis

Uraian

0

Siswa memperlihatkan ketidakpahaman

terhadap konsep dengan tidak memberikan

jawaban

1 Siswa mampu membuat persamaan/simbol

matematis dari informasi diketahui

2

Siswa mampu membuat persamaan/simbol

matematis dari informasi yang belum diketahui

namun masih terdapat kesalahan dalam proses

perhitungan aljabar

3

Siswa mampu membuat persamaan/simbol

matematika dari informasi yang belum

diketahui dan mampu menyelesaikan

perhitungan aljabar dengan tepat

140

Lampiran 8

TABEL r

141

Lampiran 9

PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN

MENGGUNAKAN SPSS (UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS)

1. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan koefisien korelasi product moment Pearson dengan

bantuan software SPSS. Berikut adalah langkah-langkahnya :

a. Masukkan data yang ingin diujikan,

b. Setelah selesai memasukkan data, pilih menu analyze → Correlate → r12

Bivariate,

c. Masukkan semua variabel dalam kotak variables dengan mengklik tanda panah,

kemudian pada Correlation Coefficients ceklis Pearson,

d. Pilih OK, maka akan muncul halaman output.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan software

SPSS. Berikut adalah langkah-langkahnya:

a. Masukkan data yang ingin diujikan,

b. Setelah selesai memasukkan data, pilih menu analyze → Scale → Reliability

Analysis

c. Masukkan semua variabel ke dalam kotak items dengan mengklik tanda panah,

kemudian pada Model pilih Alpha,

d. Klik tombol Statistics... kemudian pada Descriptive for Ceklis Scale if item

deleted, klik Continue

e. Klik OK, maka akan muncul halaman output.

142

Lampiran 10

PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN

MENGGUNAKAN MS.EXCEL (UJI TARAF KESUKARAN DAN DAYA BEDA)

1. Uji Taraf Kesukaran

Soal Pilihan Ganda

Siswa Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

R1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

R2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

R3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0

R4 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R5 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0

R6 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R7 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0

R8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0

R9 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0

R10 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0

R11 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1

R12 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0

R13 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0

R14 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0

R15 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0

R16 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

R17 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0

R18 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R19 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R20 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R21 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0

R22 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0

R23 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R24 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

R25 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R26 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R27 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R28 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R29 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R30 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R31 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0

R32 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R33 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

143

R34 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R35 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R36 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R37 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0

R38 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1

R39 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R40 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

R41 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R42 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R44 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0

R45 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R46 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

R47 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0

R48 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1

R49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Jumlah 39 7 41 8 39 13 17 24 11 4

�� 0,796 0,143 0,837 0,163 0,796 0,265 0,347 0,490 0,224 0,082

𝑆𝑀𝐼 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

𝑰𝑲 0,796 0,143 0,837 0,163 0,796 0,265 0,347 0,490 0,224 0,082

Kriteria Mudah Sukar Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar

Soal Uraian

Siswa Soal

1a 1b 2a 2b 3a 3b

R1 3 1 2 1 2 1

R2 3 1 3 1 2 2

R3 3 2 3 1 2 1

R4 2 2 1 1 2 1

R5 2 2 1 1 2 1

R6 1 1 3 1 3 2

R7 3 1 2 1 2 1

R8 3 1 3 1 3 1

R9 2 1 3 1 3 1

R10 3 1 3 1 3 2

R11 3 1 2 1 1 0

R12 2 2 3 1 1 1

R13 1 0 3 2 1 1

R14 2 0 3 2 3 1

R15 3 0 3 2 3 1

R16 2 0 2 2 1 1

R17 2 1 1 1 2 1

144

R18 2 1 3 1 2 1

R19 3 1 2 1 2 1

R20 3 2 3 1 2 1

R21 3 2 2 1 1 1

R22 1 0 2 2 2 1

R23 2 0 2 2 2 1

R24 3 0 2 2 3 1

R25 2 0 2 2 1 1

R26 3 0 2 1 2 1

R27 3 0 2 1 2 1

R28 1 1 2 1 1 1

R29 3 1 3 1 1 1

R30 1 0 2 1 1 1

R31 1 0 2 1 2 1

R32 3 0 3 1 2 1

R33 2 0 2 1 2 0

R34 2 0 2 1 2 1

R35 2 1 2 1 1 1

R36 3 0 2 2 3 1

R37 3 1 3 2 3 1

R38 2 0 3 0 2 0

R39 3 0 3 1 2 1

R40 3 1 3 1 3 1

R41 1 1 2 0 2 2

R42 3 1 3 1 2 2

R43 3 1 2 0 1 0

R44 3 1 2 1 3 2

R45 1 0 1 0 0 0

R46 1 1 2 1 2 2

R47 1 0 0 0 0 0

R48 3 3 2 2 3 0

R49 3 2 3 3 3 2

Jumlah 113 38 112 57 96 50

�� 2,306 0,776 2,286 1,163 1,959 1,020

𝑆𝑀𝐼 3 3 3 3 3 3

𝑰𝑲 0,769 0,259 0,762 0,388 0,653 0,340

Kriteria Mudah Sukar Mudah Sedang Mudah Sedang

Uji tingkat kesukaran instrumen tes dengan bantuan Microsoft Excel dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tentukan nilai rata-rata jawaban siswa pada masing-masing butir soal,

b. Menentukan nilai SMI (skor minimum ideal) tiap butir soalnya,

145

c. Tentukan indeks kesukaran tiap butir soal dengan membagi rata-rata jawaban

siswa pada masing-masing butir soal dengan SMI.

2. Uji Daya Beda

Soal Pilihan Ganda

KELOMPOK ATAS

Siswa Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

R49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

R1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

R2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

R3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0

R40 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

R8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0

R16 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

R18 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R24 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

R25 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R26 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R35 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

R36 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0

𝑆𝑀𝐼 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

�� 1,000 0,385 1,000 0,308 1,000 0,692 0,923 0,923 0,385 0,077

KELOMPOK BAWAH

R34 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R37 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0

R39 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

R41 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R42 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R45 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0

R47 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0

R4 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R23 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R29 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

R44 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0

R46 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

R43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

𝑆𝑀𝐼 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

�� 0,538 0,000 0,615 0,308 0,385 0,000 0,308 0,154 0,000 0,000

DP 0,154 0,128 0,128 0,000 0,205 0,231 0,205 0,256 0,128 0,026

Kriteria Buruk Buruk Buruk Sangat

Buruk Cukup Cukup Cukup Cukup Buruk Buruk

146

Soal Uraian

KELOMPOK ATAS

Siswa Soal

1a 1b 2a 2b 3a 3b

R49 3 2 3 3 3 2

R10 3 1 3 1 3 2

R37 3 1 3 2 3 1

R48 3 3 2 2 3 0

R2 3 1 3 1 2 2

R3 3 2 3 1 2 1

R8 3 1 3 1 3 1

R15 3 0 3 2 3 1

R20 3 2 3 1 2 1

R40 3 1 3 1 3 1

R42 3 1 3 1 2 2

R44 3 1 2 1 3 2

R6 1 1 3 1 3 2

𝑆𝑀𝐼 3 3 3 3 3 3

�� 2,846 1,308 2,846 1,385 2,692 1,385

KELOMPOK BAWAH

R22 1 0 2 2 2 1

R25 2 0 2 2 1 1

R34 2 0 2 1 2 1

R35 2 1 2 1 1 1

R41 1 1 2 0 2 2

R28 1 1 2 1 1 1

R31 1 0 2 1 2 1

R33 2 0 2 1 2 0

R38 2 0 3 0 2 0

R43 3 1 2 0 1 0

R30 1 0 2 1 1 1

R45 1 0 1 0 0 0

R47 1 0 0 0 0 0

𝑆𝑀𝐼 3 3 3 3 3 3

�� 1,538 0,308 1,846 0,769 1,308 0,692

DP 0,436 0,333 0,333 0,205 0,462 0,231

Kriteria Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup

147

Uji daya beda instrumen tes dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Urutkan kemampuan siswa berdasarkan skor jawaban yang diperoleh, mulai dari

yang paling besar hingga paling kecil dengan cara sebagai berikut:

b. Blok data yang akan diurutkan

c. Klik Sort and Filter → Custom Sort...

d. Pilih Jumlah pada Column, pilih Values pada Sort On, serta pilih Largest to

Smallest pada Order

e. Kelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya yaitu dengan membagi siswa

kedalam dua kelompok, yaitu siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.

Pembagian tersebut menggunakan acuan persentase sebesar 27% dari jumlah data

untuk dijadikan kelompok atas, serta 27% dari jumlah data untuk dijadikan

kelompok bawah,

f. Tentukan rata-rata skor jawaban tiap butir pada masing-masing kelompok siswa,

g. Tentukan SMI (Skor Minimum Ideal) tiap butir soal,

h. Tentukan indeks daya beda tiap butir soal dengan mengurangkan rata-rata

jawaban siswa kelompok atas dan bawah lalu membaginya dengan SMI.

Kesimpulan :

Instrumen Tes yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 8 soal Pilihan Ganda serta 6

soal Uraian. Hal tersebut terjadi karena terdapat satu soal yang tidak valid yaitu soal

nomor 10 dan satu soal lainnya yang memiliki daya beda sangat buruk yaitu soal nomor

4, sehingga kedua soal tersebut harus dibuang. Dengan dibuangnya soal nomor 4 dan 10,

maka terdapat perubahan urutan nomor soal Pilihan Ganda sebagai berikut :

a. Soal nomor 5 menjadi soal nomor 4

b. Soal nomor 6 menjadi soal nomor 5

c. Soal nomor 7 menjadi soal nomor 6

d. Soal nomor 8 menjadi soal nomor 7

e. Soal nomor 9 menjadi soal nomor 8

148

Lampiran 11

A. Pilihan Ganda

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!

1. Kedudukan garis AG dan CH pada

kubus ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

2. Kedudukan garis AG dan IJ pada kubus

ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

3. Titik M menunjukkan bahwa garis IJ .....

bidang BFHD.

a. sejajar

b. berhimpitan dengan

c. terletak pada

d. memotong

Petunjuk Pengerjaan Soal :

a. Bacalah Petunjuk Pengerjaan Soal sebelum mengerjakan soal Tes Dimensi

Tiga

b. Kerjakan soal Tes Dimensi Tiga secara mandiri (tidak diperkenankan

bertanya dan/atau mencontek kepada siswa lain)

c. Jika ada pertanyaan yang belum jelas, silakan tanyakan kepada guru

d. Kerjakan soal Tes Dimensi Tiga dengan teliti dan teratur (dimulai dari

bagian A kemudian bagian B)

e. Berdoalah sebelum mengerjakan soal

Selamat Mengerjakan

TES DIMENSI TIGA

Nama : Kelas :

149

4. Kedudukan bidang ABK dan BFHD

pada kubus ABCD.EFGH adalah .....

a. sejajar

b. bersilangan

c. berpotongan

d. berimpit

5. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Proyeksi titik A pada garis BS

ditunjukkan oleh titik .....

a. S

b. L

c. K

d. B

6. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Titik yang tepat sebagai proyeksi titik

A pada bidang BCRQ adalah .....

a. B

b. C

c. N

d. K

7. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Proyeksi garis AS pada bidang BQSD

ditunjukkan oleh garis .....

a. SD

b. SO

c. SB

d. SQ

8. Perhatikan kubus ABCD.PQRS!

Sudut yang terbentuk antara garis AS

dan bidang BQSD adalah .....

a. ∠𝐴𝑆𝐷

b. ∠𝐴𝑆𝑄

c. ∠𝐴𝑆𝐵

d. ∠𝐴𝑆𝑂

150

B. Uraian

2. Pada kubus ABCD.EFGH terdapat titik Q yang merupakan perpotongan bidang alas kubus.

Sedangkan di luar kubus ABCD.EFGH terdapat titik P yang merupakan perpanjangan garis

DH sehingga membuat DP = 2x DH. Jika panjang sisi kubus ABCD.EFGH sebesar 𝑎 cm,

maka :

a. Gambarlah titik P, Q, dan kubus ABCD.EFGH

b. Hitunglah jarak dari titik Q ke garis DP

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

2. Talitha mempunyai kamar berbentuk balok dengan panjang 6 m, tinggi 4 m, dan lebar sama

dengan panjangnya. Dalam kamar Talitha terdapat sebuah lampu yang dipasang tepat di

tengah bidang atas kamarnya. Dalam rangka ulang tahunnya, Talitha ingin mendekor

kamarnya dengan membuat sebuah tenda dimana tenda tersebut dibuat dengan

menghubungkan lampu kamar Talitha dengan setiap titik sudut bidang alas kamar Talitha.

Jika Talitha ingin mendesain terlebih dahulu konsep dekorasinya dalam sebuah gambar,

maka:

a. Gambarlah desain yang tepat untuk tenda serta kamar Talitha

151

b. Hitunglah jarak lampu ke dinding kamar Talitha

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

3. Alan ingin membuat sebuah kubus ABCD.EFGH dengan bidang frontal bagian belakang

AEFB yang mempunyai panjang sisi 4 cm. Jika Alan ingin membuat garis MN yang

menghubungkan titik M yang berada di antara garis HE sehingga membuat HM = ME, dan

titik N yang merupakan perpotongan diagonal bidang CBFG, maka tentukanlah:

a. Gambar yang tepat sesuai yang diinginkan Alan

b. Nilai cos 𝛼 , jika 𝛼 merupakan sudut antara garis MN dan bidang alas kubus

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

152

Lampiran 12

PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS

MENGGUNAKAN SPSS (UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS)

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dilakukan dengan bantuan SPSS,

dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Masukkan data pada DataSet, isi pada variabel view,

b. Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze → Descriptive Statistics → Explore ...

c. Masukkan data pada kotak Dependent List dengan mengklik tanda panah, kemudian

klik Plots..., klik None pada Boxplots dan ceklis Normality plots with tests, klik

Continue,

d. Klik OK, maka akan muncul halaman output.

Untuk menginterpretasikan hasil pada Output SPSS, perhatikan langkah-langkah berikut:

a. Perumusan Hipotesis.

𝐻0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

𝐻1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Menentukan taraf signifikansi (𝛼 = 0,05)

c. Menentukan kriteria pengujian

Jika 𝑆𝑖𝑔. > 𝛼 = 0,05, maka 𝐻0 diterima, Jika 𝑆𝑖𝑔. ≤ 𝛼 = 0,05, maka 𝐻0 ditolak.

d. Kesimpulan

𝐻0 diterima : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

𝐻0 ditolak : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas menggunakan uji Levene Statistic dilakukan dengan bantuan

SPSS, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Masukkan data pada DataSet, isi pada variabel view,

b. Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze → General Linear Model → Univariate...

c. Masukkan data nilai pada kotak Dependent Variable dan data kelompok pada kotak

Field Factor(s) dengan mengklik tanda panah, kemudian klik Options dan ceklis

Homogenity tests, klik Continue

d. Klik OK, maka akan muncul halaman output.

Untuk menginterpretasikan hasil pada Output SPSS, perhatikan langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan hipotesis

H0: σ12 = σ2

2 = ⋯ = σk2 , H1: σi

2 ≠ σj2 untuk satu pasang (i,j)

b. Menetapkan taraf signifikansi (α = 0,05)

c. Menentukan kriteria pengujian

Jika Sig. > α = 0,05, maka H0diterima, Jika Sig. ≤ α = 0,05, maka H0 ditolak

d. Kesimpulan

Terima H0 : Sampel memiliki varians yang sama (homogen)

Tolak H0 : Sampel tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen)

153

Lampiran 13

PENGUJIAN HIPOTESIS

MENGGUNAKAN SPSS

Pengujian hipotesis menggunakan analisis Independent Sample T Test dilakukan dengan

bantuan SPSS, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Masukkan data pada DataSet dengan menggunakan kedua sampel pada kolom yang

sama. Pada kolom berikutnya beri kode angka 1 untuk model flipped classroom tipe

peer instruction flipped dan kode 2 untuk model konvensional. Angka yang dipilih

boleh berapa saja, tujuannnya hanya untuk membedakan kedua data yang digabungkan,

b. Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze → Compare Means → Independen-

Samples T Test ...

c. Masukkan data nilai pada kotak Test Varible (s) dan data kelompok pada kotak

Grouping Variabel, dengan mengklik tanda panah, Klik Define Groups, lalu isikan

Group 1 dengan 1 dan Group 2 dengan 2 (sesuai dengan kode yang dibuat sebelumnya)

d. Klik OK, maka akan muncul halaman output.

Untuk menginterpretasikan hasil pada Output SPSS, perhatikan langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan hipotesis

𝐻0: 𝜇1 ≤ 𝜇2

𝐻1: 𝜇1 > 𝜇2

Keterangan:

𝜇1 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen yang

diajarkan menggunakan media Wingeom

𝜇2 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas kontrol yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga

𝐻0 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen yang

diajarkan menggunakan media Wingeom lebih rendah sama dengan rata-rata

kemampuan representasi visual siswa pada kelas kontrol yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga.

𝐻1 : rata-rata kemampuan representasi visual siswa pada kelas eksperimen yang

diajarkan menggunakan media Wingeom lebih tinggi dibandingkan rata-rata

kemampuan representasi visual siswa pada kelas kontrol yang diajarkan

menggunakan Alat Peraga.

b. Menentukan kriteria pengambilan keputusan

Memutuskan hipotesis menggunakan uji-T yang mengacu pada nilai yang

ditunjukkan pada kolom Sig.(2-tailed) yang terletak pada baris Equal variances

assumed atau Equal variances not assumed, sedangkan untuk Mann-Whitney (uji-U)

mengacu pada nilai yang ditunjukkan pada kolom Asymp.Sig.(2-tailed).

1) Jika signifikansi 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑠𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑

2) ≤ 𝛼(0,05), maka tolak 𝐻0

2) Jika signifikansi 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑠𝑖𝑔.2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑

2) > 𝛼(0,05), maka terima 𝐻0

154

Lampiran 14

HASIL TES KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL

SISWA KELAS KONTROL DAN KELAS EKSPERIMEN

Siswa

Kontrol

Butir Soal Skor Nilai

Representasi

Visual

1 2 3 4 5 6 7 8 1a 1b 2a 2b 3a 3b A B C

R1 1 0 0 1 0 1 0 0 2 1 2 1 1 0 10 38 3 5 2

R2 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 10 38 4 4 2

R3 1 0 1 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 12 46 3 5 4

R4 1 1 1 0 1 0 1 0 2 1 3 1 1 0 13 50 5 6 2

R5 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 1 12 46 4 5 3

R6 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 2 1 0 0 10 38 5 3 2

R7 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 10 38 5 3 2

R8 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 3 1 1 0 11 42 4 5 2

R9 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 0 11 42 4 5 2

R10 1 0 1 1 1 0 0 0 3 0 3 1 1 1 13 50 4 7 2

R11 1 0 1 1 0 1 0 0 2 2 2 1 1 1 13 50 4 5 4

R12 1 0 1 1 1 1 0 0 3 1 2 1 2 2 16 62 5 7 4

R13 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 2 1 14 54 5 7 2

R14 1 0 1 1 0 0 1 1 2 1 3 1 2 1 15 58 5 7 3

R15 1 0 1 1 1 1 0 0 3 1 3 1 2 3 18 69 5 8 5

R16 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 2 1 1 1 15 58 5 5 5

R17 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 2 1 1 1 15 58 5 5 5

R18 1 0 1 1 1 1 0 0 3 1 3 2 2 1 17 65 5 8 4

R19 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 3 2 1 1 16 62 5 6 5

R20 1 1 0 0 1 1 1 0 2 3 2 1 1 1 15 58 5 5 5

R21 1 0 1 1 0 0 1 1 2 1 2 1 1 1 13 50 5 5 3

R22 1 1 1 0 1 1 1 0 2 2 2 1 1 1 15 58 6 5 4

R23 1 0 1 0 0 1 1 1 3 0 3 1 2 1 15 58 5 8 2

R24 1 0 1 1 1 1 0 0 2 1 1 1 0 1 11 42 5 3 3

R25 1 0 1 0 1 0 1 1 2 3 1 2 1 1 15 58 5 4 6

R26 0 1 1 1 0 1 1 0 3 0 2 1 2 1 14 54 5 7 2

R27 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 3 2 2 1 18 69 5 7 6

R28 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 3 2 2 1 18 69 5 7 6

R29 1 0 1 1 1 1 0 0 3 1 3 1 2 3 18 69 5 8 5

R30 1 0 1 0 1 1 1 0 3 1 2 1 3 3 18 69 5 8 5

R31 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 3 2 2 1 19 73 5 8 6

R32 1 0 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 2 1 20 77 7 8 5

R33 1 0 1 1 1 0 1 1 3 3 3 2 2 1 20 77 6 8 6

R34 1 1 1 1 1 1 1 0 3 0 3 1 2 1 17 65 7 8 2

Jumlah 33 6 30 26 26 24 14 7 74 51 81 41 50 34 497 1912 166 205 126

Jumlah 100% Benar 272 306 306

Rata-rata Nilai (%) 56,18 Rata-rata per Indikator (%) 61 67 41

155

Keterangan:

A = Menggunakan visualisasi untuk menentukan kedudukan objek geometri

B = Merepresentasikan permasalahan dalam bentuk visual berupa gambar

C = Menyelesaikan permasalahan menggunakan simbol/persamaan matematis

Siswa

Eksperimen

Butir Soal Skor Nilai

Representasi

Visual

1 2 3 4 5 6 7 8 1a 1b 2a 2b 3a 3b A B C

R1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3 2 0 3 2 13 50 2 6 5

R2 0 0 1 1 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 15 58 4 6 5

R3 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 2 2 2 2 16 62 3 6 7

R4 0 0 0 1 1 1 0 0 1 3 2 2 2 2 15 58 3 5 7

R5 1 0 1 0 1 1 0 0 1 3 2 2 3 1 16 62 4 6 6

R6 1 0 1 1 0 1 0 0 1 3 1 1 1 2 13 50 4 3 6

R7 1 0 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 1 15 58 5 6 4

R8 1 0 1 0 1 1 1 0 1 3 2 2 2 1 16 62 5 5 6

R9 1 0 1 1 1 1 0 0 1 2 3 2 2 1 16 62 5 6 5

R10 1 0 1 0 1 1 1 0 1 3 2 2 2 1 16 62 5 5 6

R11 1 0 0 0 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 19 73 3 8 8

R12 1 0 1 1 1 0 0 0 2 3 3 0 3 2 17 65 4 8 5

R13 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 3 2 18 69 5 7 6

R14 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 2 2 3 3 18 69 3 7 8

R15 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 3 1 2 1 17 65 5 7 5

R16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 2 1 16 62 6 5 5

R17 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 3 2 2 2 20 77 5 8 7

R18 1 0 1 1 1 1 0 0 1 3 3 2 3 2 19 73 5 7 7

R19 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 3 1 3 0 18 69 5 9 4

R20 1 0 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 1 3 17 65 6 4 7

R21 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 3 2 3 3 20 77 5 8 7

R22 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 3 2 3 1 20 77 5 9 6

R23 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 3 1 2 3 19 73 5 7 7

R24 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 2 20 77 5 8 7

R25 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 3 2 2 2 18 69 5 7 6

R26 1 0 1 1 1 1 0 0 2 3 2 2 3 3 20 77 5 7 8

R27 1 0 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 21 81 5 8 8

R28 1 0 1 1 1 1 1 0 1 3 3 2 3 3 21 81 6 7 8

R29 1 0 1 1 1 1 1 0 3 2 2 2 3 3 21 81 6 8 7

R30 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 3 1 20 77 7 8 5

R31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 3 22 85 8 6 8

R32 1 0 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 3 3 22 85 7 8 7

R33 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 2 3 23 88 8 6 9

R34 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 2 3 3 23 88 8 7 8

R35 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 3 24 92 8 8 8

Jumlah 33 4 30 28 33 33 13 6 64 96 84 60 88 72 644 2479 180 236 228

Jumlah 100% Benar 280 315 315

Rata-rata Nilai (%) 70,83 Rata-rata per Indikator (%) 64 75 72

156

Lampiran 15

157

158

159

160

161

Lampiran 16

162

163

Lampiran 17