evaluasi hasil pembangunan instalasi …kelair.bppt.go.id/jtl/2006/khusus2/07ipal.pdf · kendala...

7
Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko.2006 164 J.Tek.Ling Edisi Khusus Hal. 166-173 Jakarta, Juli 2006 ISSN 1441 – 318X EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract To overcome the problem of the high pollution caused by domestic wastewater in the region of Center Jakarta, the Local Government, DKI Jakarta, has acted as a pioneer in the program of water and wastewater sanitation for villages with applying 37 units of wastewater treatment installation. The location of them are spread out in several Kelurahan, in Kotamadya Center Jakarta. These installations were built in 2000, but not all of those might not be operated properly. Furthermore some of them are not seriously managed and the conditions are so bad that can not be operated well. Because of that, it is time to evaluate them totally. The evaluation is not only for the technical problem, but also for the feasibility factor in a certain social community. All of these have to be done in order to get the alternatives for solving this problem, especially in developing and constructing the communally domestical wastewater treatment. Key Words : domestic wastewater treatment, evaluation of developing and system technology 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan di Jakarta telah menunjukkan gejala yang sangat serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah penduduk Jakarta itu sendiri. Setiap hari buangan rumah tangga yang jumlahnya semakin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian besar masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat (1) . Dengan semakin besarnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan sentra ekonomi di Jakarta, telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan

Upload: ledang

Post on 05-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko.2006 164

J.Tek.Ling Edisi Khusus Hal. 166-173 Jakarta, Juli 2006 ISSN 1441 – 318X

EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI

PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko

Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

To overcome the problem of the high pollution caused by domestic wastewater in the region of Center Jakarta, the Local Government, DKI Jakarta, has acted as a pioneer in the program of water and wastewater sanitation for villages with applying 37 units of wastewater treatment installation. The location of them are spread out in several Kelurahan, in Kotamadya Center Jakarta. These installations were built in 2000, but not all of those might not be operated properly. Furthermore some of them are not seriously managed and the conditions are so bad that can not be operated well. Because of that, it is time to evaluate them totally. The evaluation is not only for the technical problem, but also for the feasibility factor in a certain social community. All of these have to be done in order to get the alternatives for solving this problem, especially in developing and constructing the communally domestical wastewater treatment.

Key Words : domestic wastewater treatment, evaluation of developing

and system technology

1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Masalah pencemaran lingkungan di Jakarta telah menunjukkan gejala yang sangat serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah penduduk Jakarta itu sendiri. Setiap hari buangan rumah tangga yang jumlahnya semakin besar

sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian besar masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat(1).

Dengan semakin besarnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan sentra ekonomi di Jakarta, telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan

Evaluasi Hasil….J. Tek. Ling. PTL-BPPT.Edisi Khusus:164-170 165

air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta, serta air tanah dangkal di sebagian besar daerah di wilayah DKI Jakarta(2). Bahkan PD PAL Jaya menyatakan bahwa badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar.

Sebagai langkah konkrit dari permasalahan tingginya pencemaran limbah domestik di wilayah DKI Jakarta, maka pemerintah DKI Jakarta Pusat telah mempelopori kegiatan sanitasi lingkungan pemukiman padat dengan membuat instalasi pengolah air limbah (IPAL) domestik tipe komunal yang akrab lingkungan, yang selama ini dikenal dengan teknologi pengolahan limbah dengan biofilter sistem kombinasi anaerobik-aerobik.

Saat ini telah terbangun sekitar 37 IPAL domestik oleh Dinas Pekerjaan Umum yang tersebar di beberapa kelurahan di Kotamadya Jakarta Pusat. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan untuk mengetahui apakah program tersebut telah mencapai sasarannya, maka diperlukan evaluasi. Kegiatan pembangunan pembuatan pengolahan limbah domestik sudah berjalan lebih dari lima tahun, dan saat ini sudah perlu diadakan evaluasi untuk perbaikan sistem dan mengantisipasi kendala-kendala yang muncul di lapangan, agar pengolahan dapat berjalan lancar dan terkendali.

Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat. Informasi hasil evaluasi akan dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan pada program tersebut. Apabila hasilnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan,

berarti program tersebut efektif. Jika sebaliknya, maka program tersebut dianggap tidak efektif.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan ini adalah melakukan evaluasi terhadap aplikasi penerapan teknologi pengolahan air limbah domestik (rumah tangga) tipe komunal di beberapa lokasi di wilayah DKI Jakarta Pusat.

Sasarannya adalah mengetahui kinerja teknologi IPAL domestik yang telah diaplikasikan dan dampaknya terhadap lingkungan, serta kemudahan operasionalnya untuk menjadi bahan atau dasar perbaikan disain pada masa yang akan datang

1.3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang dilakukan secara umum adalah sebagai berikut :

1. Melakukan survei lokasi untuk mendapatkan data-data awal seperti denah lokasi penempatan IPAL domestik komunal yang telah diaplikasikan di Jakarta Pusat.

2. Kondisi fisik alat, terutama yang berkaitan dengan IPAL domestik komunal.

3. Melakukan survei sosial-ekonomi terhadap masyarakat pengguna IPAL domestik komunal.

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah

1. Diperolehnya data tentang kondisi fisik, teknis, proses dan permasalahan yang ada pada unit bangunan IPAL domestik komunal saat ini.

Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko.2006 166

2. Diperolehnya data lengkap kondisi sosial-ekonomi dan presepsi masyarakat pengguna terhadap program kegiatan pembangunan IPAL domestik komunal tersebut.

3. Hasil evaluasi dari kegiatan program ini yang mencakup informasi tentang alat yang dibangun dan sosial-ekonomi masyarakat setempat untuk dapat digunakan sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam menentukan jenis teknologi dan bentuk program pelayanan kepada masyarakat selanjutnya.

2. METODOLOGI

2.1. Metodologi

a. Tahap Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk pengenalan awal terhadap lokasi IPAL. Jumlah lokasi yang akan disurvei meliputi 37 IPAL domestik yang tersebar di 5 Kecamatan (lihat Tabel 1).

Gambaran yang diperoleh dari hasil observasi lapangan digunakan untuk survei pengambilan data.

a. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan interview dan memberikan pertanyaan yang disusun dalam sebuah kumpulan kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua topik pertanyaan, pertama untuk pengelola dan kondisi fisik alat, kedua untuk masyarakat pengguna tentang kondisi sosial-ekonomi.

Survei kondisi fisik dan teknis alat meliputi kelengkapan alat, bangunan dan lingkungan sekitar bangunan serta permasalahan yang ada saat ini. Survei sosial-ekonomi ditujukan kepada beberapa penggunaan masyarakat di

sekitar lokasi bangunan untuk mengetahui tingkat sosial-ekonomi, pengetahuan dan kebudayaan serta presepsi masyarakat setempat terhadap program tersebut.

c. Tahap Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data hasil survei dilakukan dengan bantuan program basisdata dan statistik kemudian hasilnya akan dianalisa dan dibahas.

3. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL

Proses pengolahan air limbah domestik dapat dibagi dalam 6 tahap(3)

yaitu:

1. Proses pengumpulan limbah domestik.

2. Proses ekualisasi. 3. Proses filtrasi anaerob 4. Proses filtrasi aerob 5. Proses sterilisasi 6. Proses pembuangan ke tubuh

perairan.

Air limbah baik yang berasal dari limbah domestik dan limbah pencucian dikumpulkan melalui pipa pengumpul dialirkan ke bak ekualisasi. Sebelum air limbah masuk ke bak ekualisasi air limbah tersebut di lewatkan bak kontrol. Bak kontrol ini berfungsi untuk menyaring berbagai zat anorganik seperti pasir, plastik dan sampah yang akan ikut masuk kedalam bak ekualisasi.

Air limbah cair dari bak kontrol selanjutnya dialirkan ke bak ekualisasi. Bak ini mempunyai fungsi untuk mengendapkan limbah rumah tangga, partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Bak ekualisasi selain berfungsi sebagai bak pengendapan awal, juga

Evaluasi Hasil….J. Tek. Ling. PTL-BPPT.Edisi Khusus:164-170 167

berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak kontaktor anaerob (dapat dipasang lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah) yang diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split dengan arah aliran dari atas ke bawah dan bawah ke atas.

Penguraian zat-zat organik dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limpasan dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor (biofilter) aerob yang diisi dengan media kerikil, atau dapat juga dari bahan plastik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-organisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa

kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

Air olahan yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), juga dapat menurunkan konsentrasi ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 1.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta sedikit membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. IPAL Domestik Tipe Komunal

Hasil evaluasi terhadap 37 IPAL domestik komunal dapat diketahui bahwa terdapat 36 IPAL yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai WC umum dan 1

Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko.2006 168

IPAL di RT/RW 05/08 Kelurahan Mangga Dua tidak dimanfaatkan dalam 2 tahun terakhir karena tidak ada pengelolanya.

Jika ditinjau dari sistem dan fungsi alat secara menyeluruh maka dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok:

1. IPAL domestik beroperasi secara kombinasi anaerob-aerob (tanpa udara-dengan udara)

2. IPAL domestik beroperasi secara anaerob (tanpa udara).

IPAL domestik beroperasi secara kombinasi anaerob-aerob dicirikan dengan terjadi proses pengolahan/penguraian limbah dengan tanpa udara pada kolam anaerob dan terjadi proses pengolahan/penguraian bakteri dengan memanfaatkan udara. Ini ditandai dengan adanya sirkulasi udara pada rangkaian blower. Dari 37 IPAL hanya 9 IPAL (24,32%) yang masih menggunakan pompa blower serta 10 IPAL (27,03%) saja yang menjalankan pompa sirkulasi (Tabel 2).

IPAL beroperasi secara anaerob terjadi jika proses pengolahan/penguraian limbah tidak menggunakan udara, pompa blower yang seharusnya berfungsi untuk mensirkulasikan udara tidak berjalan. IPAL yang tidak menjalankan pompa blower sebanyak 28 unit (75,68%), hal ini disebabkan pompa rusak di 20 lokasi (54,05%), hilang atau tidak ada di 8 lokasi. Sehingga air buangan/outlet masih bau, karena proses pengadukan, suplai udara untuk mikro-organisme serta penghilangan ammonia tidak berjalan dengan baik.

Bak ekualisasi yang ada di 24 IPAL masih berfungsi, sedangkan di 13 IPAL bak ekualisasi sudah tidak berfungsi karena bak penuh limbah rumah tangga, ini disebabkan pengelola jarang sekali

melakukan penyedotan selain itu kapasitas bak tidak sesuai dengan jumlah limbah yang masuk. Mereka umumnya menyalurkan langsung ke bak pengolahan lanjut (bak anaerob dan aerob). Hal ini menyebabkan fungsi bak-bak tersebut menjadi berat sehingga dibeberapa lokasi (20 IPAL) mengalami penumpukan limbah dan terjadi mampat. Salah satu usaha pengelola adalah dengan menyedot limbah dari bak-bak tersebut. Tetapi ada pengelola melakukan pembuangan langsung ke sungai tanpa melalui IPAL lagi.

4.2. Pengelolaan IPAL Domestik

IPAL domestik komunal sebagian besar dikelola oleh 1 orang (57,60%) sisanya 2 orang (21,20) atau lebih. Sebagian besar pengelola ini adalah warga setempat yang ditunjuk oleh pengurus RT/RW. Ada beberapa IPAL yang dikelola oleh orang luar yang mempunyai profesi sebagai pengelola WC-WC umum. Jumlah pengguna IPAL domestik setiap hari umumnya antara 50 sampai 100 orang perhari (42,31%). Sedangkan di 4 lokasi IPAL domestik, pengguna mencapai lebih dari 200 orang perhari. Mereka pada umumnya (82,61%) membayar pemakaian WC umum antara Rp. 500,- sampai Rp. 1.000,-.

4.3. Sosial-ekonomi dan Presepsi Masyarakat di sekitar IPAL Domestik

Sebagian besar masyarakat disekitar IPAL merupakan penduduk asli (56,63%), selebihnya merupakan pendatang (37,35%), dan penduduk sementara (6,02%). Mata pencaharian masyarakat setempat sebagian besar (51,81%) adalah pekerja tidak tetap, sisanya sebagai pedagang (28,92%), buruh (9,64%), pegawai swasta (8,43%). Hampir seluruhnya penduduk (91,46%) tidak mempunyai septik tank (Diagram 1), sehingga sebagian besar mereka

Evaluasi Hasil….J. Tek. Ling. PTL-BPPT.Edisi Khusus:164-170 169

(96,62%) menggunakan fasilitas WC umum atau IPAL domestik komunal (Diagram 2). Pemakaian WC umum tidak hanya digunakan sebagai tempat buang air besar/kecil, juga untuk mandi dan cuci (Diagram 3).

Presepsi masyarakat tentang kondisi IPAL Domestik menyatakan bahwa secara umum IPAL masih baik (73,81%), sisanya masyarakat menganggap IPAL kondisinya buruk (Diagram 4). Penyebab buruknya kondisi IPAL masyarakat menyatakan bahwa IPAL tidak berfungsi secara baik, tidak terawat dan pengelola dinilai tidak baik (Diagram 5). Upaya masyarakat untuk merawat keberadaan IPAL umumnya dengan selalu membayar biaya pemakaian, selebihnya secara berkala ikut memperbaiki dan sebagian lagi menyumbang (Diagram 6). Secara umum masyarakat (96,43%) sangat membutuhkan keberadaan WC umum atau IPAL domestik tipe komunal ini (Diagram 7). Selain mereka tidak mempunyai WC sendiri, mereka memahami dampak membuang limbah domestik secara langsung ke sungai adalah mencemari lingkungan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil evaluasi kondisi IPAL dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Secara umum IPAL domestik tipe komunal yang ada masih digunakan oleh masyarakat setempat.

2. Secara sistem dan teknis kondisi IPAL saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan spesifikasi awal. Peralatan pendukung pengolahan seperti pompa blower dan pompa sirkulasi sebagian besar rusak atau hilang Hal ini menyebabkan fungsi pengolahan limbah tidak berjalan dengan baik.

3. Kapasitas masyarakat pengguna melebihi kapasitas IPAL Domestik tipe komunal yang telah dibangun.

4. Pengelola IPAL Domestik pada umumnya hanya menangani masalah administrasi keuangan saja, sedangkan penanganan masalah sistem dan teknis IPAL Domestik mereka sangatlah terbatas.

5. Keberadaan IPAL Domestik sangatlah dibutuhkan masyarakat karena sebagian besar mereka tidak memiliki WC atau septik tank.

6. Presepsi masyarakat terhadap IPAL Domestik umumnya menyatakan masih berfungsi baik, meskipun tidak sedikit menyatakan bahwa kondisi IPAL buruk dan kurang perawatan.

7. Pemahaman masyarakat terhadap dampak lingkungan akibat pembuangan langsung limbah domestik ke sungai cukup tinggi.

Saran

1. Pemahaman pengelola terhadap sistem pengolahan IPAL Domestik perlu dijelaskan kembali. Perlu adanya pelatihan kepada pengelola atau operator untuk dapat memfungsikan kembali sistem IPAL secara benar.

2. Peralatan pendukung seperti blower dan pompa sirkulasi perlu segera diperbaiki. Untuk selanjutnya perlu diperhatikan pengadaan peralatan yang lebih handal dan awet.

3. Dalam perancangan disain IPAL Domestik tipe komunal selanjutnya perlu disesuaikan dengan besarnya kapasitas pengguna, untuk menghindari beban IPAL tidak overload.

4. Untuk masa yang akan datang perlu dipikirkan IPAL Domestik komunal secara terpadu, yaitu tidak lagi berupa WC-WC umum tetapi dengan menghubungkan saluran pembuangan limbah domestik beberapa penduduk ke dalam sebuah IPAL terpadu.

Satmoko Yudo dan R. Haryoto Indriatmoko.2006 170

DAFTAR PUSTAKA

1. Said,N.I dan S. Yudo, , 2002.

Masalah Pencemaran Air di Jakarta, Sumber dan Alternatif penanggulannya. Jurnal Teknologi Lingkungan, BPPT, Jakarta

2. JICA, 1990 The Studi On Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in The City of Jakarta, Jica,

3. Said. N.I.2000 Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilm Tercelup, JTL, BPPT.

LAMPIRAN :

Gambar 1. Penampang Konstruksi IPAL Domestik Komunal

8,54

91,46

0 50 100

%

Ada

Tidak

Responden Memiliki Septik Tank

95,30

2,30

0 20 40 60 80 100

%

Ya

Tidak

Memanfaatkan IPAL Domestik Komunal

95,30

2,30

0 20 40 60 80 100

%

Ya

Tidak

Memanfaatkan IPAL Domestik Komunal

(1) (2) (3) Diagram 1. Kepemilikan Septik Tank, (2) Manfaat IPAL dan (3). Penggunaan IPAL

15,38

53,857,69

7,69

15,38

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0

%

Tidak terawat

Alat tidak berfungsi

Pengelola kurang baik

Lainnya

Tdk terawat dan tdk ada biaya perbaikan

Penyebab Buruknya Kondisi

IPAL Domestik Komunal

49,06

28,30

16,983,77

1,89

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0

%

Membayar dalam setiap kali pakai

Secara berkala diperbaiki

Pungutan sembangan masyarakat

Lainnya

Membayar dan menyumbang

Upaya Pemeliharaan

IPAL Domestik Komunal

96,43

3,57

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

%

Sangat dibutuhkan

masyarakat

Kurang

diminati/dibutuhkan

Adanya IPAL Domestik Komunal

(4) (5) (6)

Diagram 4. Kondisi IPAL Menurut Masyarakat,(5). Penyebab Rusaknya IPAL dan (6)

Upaya Pemeliharaan IPAL