evaluasi ekonomi kombinasi rituksimab dan kemoterapi untuk...

78
Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk Pasien Limfoma Malignum Non-Hodgkins (LNH) tipe Diffuse Large B Cell Laporan Akhir Penilaian Teknologi Kesehatan 2019 KOMITE PENILAIAN TEKNOLOGI KESEHATAN

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab

dan Kemoterapi untuk Pasien Limfoma

Malignum Non-Hodgkins (LNH) tipe

Diffuse Large B Cell

Laporan Akhir Penilaian Teknologi

Kesehatan

2019

KOMITE PENILAIAN TEKNOLOGI KESEHATAN

Page 2: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Pendahuluan

Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan jaringan

limfoid serta merupakan keadaan klinis yang kompleks dan bervariasi dalam hal patofisiologi

maupun perjalanan penyakit.1 Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012, age-

standardized incidence rates (ASIR) per 100.000 untuk limfoma malignum non-Hodgkin (LNH)

tertinggi pada tahun 2012 ditemukan pada tiga regional berikut: Amerika Utara: 18,28 (95%

IK 12,53-23,99), Australasia: 12,96 (95% IK 8,25-17,01), dan Eropa Barat: 11,7 (95% IK 7,82-

13,81).2 Di Indonesia, prevalens limfoma sebesar 6 per 100.000 penduduk atau sekitar 14.905

orang, dengan angka ketahanan hidup 5 tahun (5-year survival rate) pasien LNH sekitar 70%,

namun hal ini bergantung pada subtipe dan stadium LNH.3

Merujuk pada Formularium Nasional (Fornas), rituksimab dapat digunakan pada semua jenis

LNH dengan hasil pemeriksaan CD20 positif.4 Sejak implementasi Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) pada tahun 2014, rituksimab pasien LNH ditanggung pembiayaannya oleh

pemerintah. Biaya rituksimab per vial (10 ml) mencapai sekitar 3 juta rupiah.5 Obat ini

diberikan setiap 3 minggu dengan dosis 375 mg/m2. Hingga tahun 2017, total klaim untuk

rituksimab di Indonesia mencapai sekitar 131 miliar rupiah (di luar biaya hospitalisasi). Hal

ini menempatkan klaim rituksimab menjadi salah satu dari 20 klaim obat termahal dalam

skema JKN. LNH tipe diffuse large B cell (DLBCL) merupakan jenis LNH yang paling umum

ditemukan di Indonesia.

Dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya program JKN, Komite Penilaian Teknologi

Kesehatan (PTK) melakukan kajian dengan judul “Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab

dan Kemoterapi Dibandingkan dengan Kemoterapi pada Pasien Limfoma Malignun Non-

Hodgkins (LNH) tipe Diffuse Large B Cell.” Kajian ini diharapkan mampu memberikan

masukan sebagai salah satu dasar penyusunan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan,

terkait apakah rituksimab merupakan pilihan yang tepat guna (value for money) bagi pasien

dengan kanker LNH tipe DLBCL.

2. Metode

Metode untuk menjawab pertanyaan kebijakan terdiri atas tiga bagian: kajian bukti klinis,

pemodelan pada evaluasi ekonomi dan analisis dampak anggaran (budget impact analysis).

1 Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Panduan Nasional Penanganan Kanker Limfoma Non-Hodgkin. 2015. 2 Ferlay J, Soerjomataram I, Ervik M, Dikshit R, Eser S, Mathers C, et al. GLOBOCAN 2012 v1.0, Cancer Incidence and Mortality

Worldwide: IARC CancerBase No. 11 [Internet]. 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384 4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Formularium Nasional. Hal:64. 5 BPJS Kesehatan. Data Klaim BPJS 2017

Page 3: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

ii

2.1 Metode efektivitas klinis

Bukti efektivitas klinis dilakukan dengan menelusuri dan menelaah literatur dengan desain

studi systematic review/meta-analisis (SR/MA) yang telah dipublikasi, dilengkapi dengan

literatur dengan desain uji klinis terandomisasi yang dilakukan dan/atau dipublikasi pada

tahun setelah publikasi SR terkini. Strategi penelusuran literatur disusun berdasarkan

pertanyaan penelitian dan kriteria eligibilitas.

2.2 Evaluasi ekonomi

Dalam studi ini dilakukan analisis utilitas biaya atau cost utility analysis (CUA). Markov model

dibangun untuk menganalisis biaya dan manfaat yang dnyatakan dengan incremental cost

effectiveness ratio (ICER) dan quality adjusted life years (QALYs). Parameter yang dimasukkan

adalah angka ketahanan hidup pasien (survival rate) , transisi probabilitas, biaya, utilitas dan

efektivitas klinis. Data biaya dan utilitas didapatkan baik secara prospektif maupun

retrospektif. Biaya yang dihitung adalah biaya langsung dan tidak langsung. Sumber data

berasal dari billing rumah sakit (RS) dan wawancara pasien. Sementara data utilitas/kualitas

hidup didapatkan dengan wawancara pasien secara langsung.

Model Markov pada studi ini terdiri atas tiga status kesehatan atau health states yaitu: kondisi

bebas progresif atau stabil (progression free), kondisi progresif (progressive), dan kematian

(death). Setiap parameter dianalisis berdasarkan health state. Pemilihan pasien yang mewakili

tiap state diverifikasi oleh dokter penanggung jawab di tiap RS yang terlibat studi ini.

2.3 Analisis dampak biaya

Analisis dampak biaya dilakukan untuk menilai dampak keuangan dalam mengadopsi suatu

intervensi kesehatan. Analisis dampak dilakukan untuk menilai “keterjangkauan” suatu

intervensi kesehatan secara ekonomi. Parameter yang dimasukkan dalam analisis ini adalah

data insidens atau prevalens pasien, biaya terkait penyakit, dan data klaim dari Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Perspektif yang digunakan merupakan perspektif payer,

dalam hal ini adalah BPJS. Konsekuensi ekonomi yang akan diproyeksikan adalah lima tahun.

Progressive

Death

Progression free

Page 4: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

iii

3. Hasil

3.1 Pola pemanfaatan rituksimab berdasarkan indikasi penyakit

Pola pemanfaatan rituksimab pada pasien LNH DLBCL menunjukkan bahwa 77% pasien

LNH DLBCL mendapatkan kombinasi rituksimab dan kemoterapi siklofosfamid,

doksorubisin, vinkristin, prednison (CHOP) sebanyak 6-8 siklus, 16,7% pasien mendapatkan

kemoterapi R-CHOP sebanyak 2-4 siklus, dan 7.4% lainnya mendapatkan kemoterapi saja.

Pasien yang ditargetkan memperoleh R-CHOP tidak berarti mendapatkan R-CHOP pada

seluruh siklusnya. Dalam perjalanannya, pasien mungkin mendapatkan variasi terapi seperti

R-CHO, R-HP, R-CHP, atau rituksimab saja. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasien saat

evaluasi pasca-kemoterapi dan juga ketersediaan obat R-CHOP di bagian farmasi.

3.2 Efektivitas klinis penggunaan rituksimab pada pasien LNH DLBCL CD20+

Ada tiga studi6,7,8yang memenuhi kriteria eligibilitas yaitu studi dengan desain uji klinis

terandomisasi yang membandingkan RCHOP dengan CHOP pada pasien LNH DLBCL

dengan CD20+. Luaran yang dicari, berupa event-free survival, progression-free survival dan

overall survival dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Probabilitas kesintasan

Luaran R-CHOP

%survival (IK 95%)

CHOP

%survival (IK 95%)

Relative risk

(IK 95%) Nilai p

Event free survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

57 (50 - 64)

47 (39,9 - 54,1)

Tidak dilaporkan

38 (32 - 45)

29 (23,1 - 35,8)

Tidak dilaporkan

0,55 (0,41 – 0,75)

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

< 0,001

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Progression free survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

Tidak dilaporkan

54 (46,8 – 61,6)

36,5 (29,7 – 43,5)

Tidak dilaporkan

30 (24,4 – 37,3)

20,1 (14,6 – 26,2)

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

Overall survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

70 (63 - 77)

58 (50,8 - 64,5)

43.5 (36,4 – 50,4)

57 (50 - 64)

45 (39,1 - 53,3)

27,6 (21,4 – 34,3)

0,53 (0,37 – 0,77)

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

0,007

Tidak dilaporkan

Tidak dilaporkan

6 Coiffier, Bertrand, et al. "CHOP chemotherapy plus rituksimab compared with CHOP alone in elderly patients with diffuse

large-B-cell lymphoma." New England Journal of Medicine 346.4 (2002): 235-242. 7 Feugier, P., et al. "Long-term results of the R-CHOP study in the treatment of elderly patients with diffuse large B-cell

lymphoma: a study by the Groupe d’Etude des Lymphomes de l’Adulte." J Clin Oncol 23.18 (2005): 4117-4126 8 Coiffier, Bertrand, et al. "Long-term outcome of patients in the LNH-98.5 trial, the first randomized study comparing

rituksimab-CHOP to standard CHOP chemotherapy in DLBCL patients: a study by the Groupe d'Etudes des Lymphomes de

l'Adulte." Blood 116.12 (2010): 2040-2045.

Page 5: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

iv

3.3 Efektivitas biaya penggunaan rituksimab pada pasien LNH DLBCL CD20+

ICER merupakan rasio dari selisih biaya dan selisih efektivitas. Dalam hal ini,

rituksimab+CHOP yang menjadi intervensi utama dibandingkan dengan CHOP sebagai

komparator. Hasil perhitungan ICER dalam studi ini adalah:

Tabel 2. Analisis efektivitas biaya

Rituksimab+CHOP CHOP ICER/LY ICER/QALY

Total biaya Rp 1.494.328.270 Rp 1.340.477.526 Rp 65.878.648 Rp 130.792.988

Tahun hidup

/Life Years (LY)

6,39 4,06

QALYs 4,18 3,00

Dalam perspektif sosietal, biaya yang dibutuhkan untuk tambahan satu tahun hidup

berkualitas adalah Rp 130.792.988. Dalam hal tahun hidup (LY), penambahan rituksimab

memiliki 6,39 tahun sedangkan 4,06 tahun untuk CHOP. Pada saat kualitas hidup pasien

dimasukkan ke dalam analisis, maka QALY untuk rituksimab+CHOP adalah 4,18 tahun dan

CHOP saja 3,00 tahun, dengan selisih lebih dari satu tahun hidup berkualitas. Jika

menggunakan ambang / threshold sebesar 3 kali produk domestik bruto /gross domestic product

(GDP) per kapita (atau setara dengan Rp 165.474.910; dengan nilai 1 GDP=US$

3.932,211; US$1 = Rp 14.027,30), maka dapat disimpulkan bahwa penambahan rituksimab

+ CHOP untuk pasien DLBCL potensial cost effective atau merepresentasikan value for money,

karena ICER berada di bawah threshold.

Dalam analisis sensitivitas, parameter yang potensial berpengaruh terhadap ICER adalah

transisi probabilitas, data utilitas. Setelah dilakukan analisis, maka probabilitas untuk

intervensi pemberian rituksimab menjadi cost-effective diindikasikan sebesar 50%. Apabila

nilai threshold ditingkatkan, maka probabilitas cost-effective makin tinggi.

3. 4. Analisis dampak biaya

Estimasi dampak biaya rituksimab dilakukan dengan menggunakan perspektif payer (BPJS

Kesehatan) dengan periode analisis selama lima tahun. Discounting, baik untuk biaya maupun

luaran, tidak diperhitungkan guna mendapatkan nilai riil dari pembiayaan program.

Skenario analisis dampak pembiayaan atau budget impact analysis (BIA) ini dilakukan dengan

menggunakan asumsi beberapa tingkat harga.

Page 6: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

v

Gambar di atas menunjukkan bahwa dampak pembiayaan terapi rituksimab dengan

maksimal 8 siklus pada pasien LNH DLBCL CD20+ secara berturut-turut adalah sebesar 526

miliar rupiah untuk skenario harga saat ini; 521,74 miliar rupiah untuk penurunan harga

rituksimab 10%; 515,35 miliar rupiah untuk penurunan harga 25% ; 504,71 miliar rupiah untuk

penurunan harga 50%; dan 494,06 miliar rupiah untuk penurunan harga 75%. Sementara

dampak anggaran selama lima tahun untuk CHOP saja dengan harga saat ini sebesar 483,32

miliar rupiah.

5. Kesimpulan

Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan bahwa penggunaan terapi rituksimab+CHOP

pada pasien LNH sub-tipe DLBCL CD20+ potensial cost-effective atau merepresentasikan value

for money. Walaupun demikian, dampak pembiayaan terapi ini selama lima tahun ke depan

mencapai hampir satu triliun rupiah. Hal ini mengindikasikan kebutuhan dalam hal efisiensi

prosedur pelayanan yang dipengaruhi tingginya biaya perawatan (non-obat) yang cukup

signifikan pengaruhnya terhadap dampak pembiayaan kesehatan.

160.08 156.86 152.02 143.96 135.90 127.76

90.91 90.65 90.26 89.61 88.97 88.31

88.17 87.92 87.53 86.88 86.24 85.58

90.08 89.82 89.43 88.78 88.14 87.49

96.76 96.50 96.11 95.47 94.82 94.17

526.00 521.74 515.35 504.71 494.06 483.32

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

Drug A S1 Drug A S2 Drug A S3 Drug A S4 Drug A S5 Drug B

Dal

am M

ilyar

Skenario

Grafik Analisis Dampak Biaya

Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Total

Page 7: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul: Evaluasi Ekonomi Kombinasi

rituksimab dan Kemoterapi Dibandingkan dengan Kemoterapi pada Pasien Limfoma

Malignun Non-Hodgkins (LNH) tipe Diffuse Large B Cell.” ini untuk memenuhi tugas

sebagai agen Komite Penilaian Teknologi Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Agen Universitas Indonesia (UI) merupakan agen independen yang dipilih

oleh Komite Penilaian Teknologi Kesehatan untuk melaksanakan penelitian penilaian

teknologi kesehatan yang dibutuhkan oleh negara.

Terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Komite Penilaian Teknologi Kesehatan

atas dukungan dan supervisi kepada agen UI selama proses penelitian berlangsung.

Terima kasih pula kami ucapkan kepada BPJS Kesehatan atas dukungan pendanaan

dan keterbukaan data pada penelitian ini.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada manajemen dan tenaga

kesehatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais, RS Hasan Sadikin,

RS Saiful Anwar, dan RSUP Sanglah atas kerjasama dan bantuannya selama proses

pengumpulan data. Serta ucapan terima kasih kepada dokter spesialis hematologi

onkologi yang berkontribusi pada penelitian ini:

1. dr.Hilman T. SpPD KHOM

2. dr.Sri Agustini SpPD KHOM

3. dr. Noorwati Soetandyo SpPD KHOM

4. dr. Sjafrizal Syafei SpPD KHOM

5. dr. Resti Mulya Sari SpPD KHOM

6. dr. Nugroho Prayogo, Sp.PD KHOM

7. dr.Ronald Alexander H SpPD KHOM

8. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp. PD KHOM, M. Epid

9. dr. Anna Mira Lubis, Sp. PD-KHOM

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaannya penelitian ini.

Depok, 10 Juli 2019

Penulis

Page 8: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

vii

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar belakang ......................................................................................................... 1

1.2. Pertanyaan kebijakan ............................................................................................. 2

1.3. Pertanyaan penelitian ............................................................................................ 2

1.4. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3

2.1. Karakteristik LNH .................................................................................................. 3

2.1.1. Definisi LNH ................................................................................................. 3

2.1.2. Epidemiologi limfoma ................................................................................. 3

2.1.3. Stadium LNH ............................................................................................... 3

2.2. Standar tata laksana LNH di Indonesia .............................................................. 5

2.3. Indikasi penggunaan rituksimab ......................................................................... 6

BAB 3. METODE .................................................................................................................. 8

3.1. Kriteria eligibilitas .................................................................................................. 8

3.1.1. Populasi ......................................................................................................... 8

3.1.2. Intervensi ....................................................................................................... 8

3.1.3. Pembanding .................................................................................................. 8

3.1.4. Luaran ............................................................................................................ 8

3.2. Metode efektivitas klinis ....................................................................................... 9

Page 9: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

viii

3.2.1. Strategi pencarian bukti .............................................................................. 9

3.2.2. Telaah kritis................................................................................................. 10

3.2.3. Data ekstraksi ............................................................................................. 11

3.2.4. Data sintesis ................................................................................................ 11

3.3. Metode evaluasi ekonomi ................................................................................... 11

3.3.1. Desain dan model ...................................................................................... 11

3.3.2. Parameter model ........................................................................................ 13

3.3.3. Transisi probabilitas dari efektivitas klinis ............................................ 13

3.3.4. Perspektif, time horizon, dan diskonto ..................................................... 14

3.3.5. Variabel biaya ............................................................................................. 15

3.3.6. Variabel efektivitas klinis dan utilitas ..................................................... 16

3.3.7. Analisis model ............................................................................................ 17

3.3.8. Analisis ketidakpastian (uncertainty analysis) ........................................ 17

3.3.9. Analisis dampak biaya (budget impact analysis) ..................................... 17

3.4. Kerangka sampel .................................................................................................. 18

3.4.1. Sampel data retrospektif ........................................................................... 18

3.4.2. Sampel data prospektif ............................................................................. 19

BAB 4. PENGORGANISASIAN PENELITIAN ............................................................ 20

4.1. Jadwal kegiatan ..................................................................................................... 20

4.2. Lokasi penelitian ................................................................................................... 20

4.3. Alur pengumpulan data ...................................................................................... 21

4.4. Tim peneliti ........................................................................................................... 22

4.5. Tahap Persiapan Studi ......................................................................................... 22

4.5.1. Penyusunan Proposal Final ...................................................................... 22

4.5.2. Pengembangan alat ukur (instrumen penelitian) ................................. 23

4.5.3. Uji coba dan perbaikan alat ukur ............................................................ 23

4.5.4. Proses perijinan .......................................................................................... 24

4.5.5. Rekrutmen enumerator ............................................................................. 24

4.6. Tahap pelaksanaan studi ..................................................................................... 24

4.6.1. Proses koordinasi dengan Unit Kerja/SMF Hematologi ...................... 24

4.6.2. Proses identifikasi pasien .......................................................................... 26

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 29

Page 10: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

ix

5.1. Response rate pengumpulan data ........................................................................ 29

5.1.1. Data review rekam medis .......................................................................... 29

5.1.2. Data biaya langsung dan tidak langsung ............................................... 32

5.1.3. Data utilitas ................................................................................................. 34

5.2. Pola Pemanfaatan rituksimab berdasarkan indikasi penyakit ...................... 35

5.3. Pola pengobatan pasien LNH DLBCL .............................................................. 36

5.4. Efektivitas klinis penggunaan rituksimab pada pasien dengan LNH DLBCL

CD20+ ..................................................................................................................... 38

5.4.1. Identifikasi studi ........................................................................................ 38

5.4.2. Penilaian risiko bias ................................................................................... 41

5.4.3. Sintesis data ................................................................................................ 43

5.5. Efektivitas biaya penggunaan rituksimab pada pasien dengan LNH DLBCL

CD20+ ..................................................................................................................... 47

5.5.1. Rerata biaya langsung medis ................................................................... 47

5.5.2. Rerata biaya langsung non-medis ........................................................... 50

5.5.3. Rerata biaya tidak langsung ..................................................................... 50

5.5.4. Utility ........................................................................................................... 51

5.5.5. Rekapitulasi parameter pemodelan efektivitas biaya .......................... 52

5.5.6. Analisis efektivitas biaya .......................................................................... 55

5.5.7. Analisis ketidakpastian ............................................................................. 57

5.6. Analisis dampak biaya ........................................................................................ 59

5.6.1. Skenario analisis dampak biaya pada pasien LNH DLBCL ................ 59

BAB 6. KESIMPULAN ...................................................................................................... 61

BAB 7. LAMPIRAN ........................................................................................................... 62

7.1. Instrumen identifikasi pasien dan biaya langsung medis .............................. 62

7.2. Instrumen biaya langsung non medis dan biaya tidak langsung ................. 62

7.3. Instrumen EQ5D-5L ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63

Page 11: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi stadium LNH berdasarkan staging Ann-Arborr ............................. 4

Tabel 2. Rancangan kata kunci ............................................................................................ 10

Tabel 3. Kriteria penentuan health states .......................................................................... 13

Tabel 4. Transisi probabilitas ............................................................................................... 14

Tabel 5. Sampel data retrospektif ....................................................................................... 19

Tabel 6. Jadwal kegiatan ...................................................................................................... 20

Tabel 7. Rerata Usia Pasien LNH DLBCL pada Studi ..................................................... 31

Tabel 8. Distribusi Responden Komponen Biaya Berdasarkan Fase Perawatan ......... 34

Tabel 9. Distribusi data utilitas (kualitas hidup) .............................................................. 35

Tabel 10. Pola pemanfaatan rituksimab pada 10 Rumah Sakit Tahun 2016-2018 ....... 36

Tabel 11. Karakteristik studi SR/MA yang diinklusi ....................................................... 40

Tabel 12. Penilaian risiko bias studi SR/MA menggunakan AMSTAR ........................ 41

Tabel 13 Karakteristik studi RCT yang diinklusi ............................................................. 44

Tabel 14 Probabilitas kesintasan ......................................................................................... 45

Tabel 15 Median kesintasan ................................................................................................ 45

Tabel 16 Respons tumor ....................................................................................................... 46

Tabel 17. Toksisitas ............................................................................................................... 47

Tabel 18. Rerata biaya langsung medis pasien dengan LNH DLBCL CD20+.............. 48

Tabel 19. Data biaya langsung medis ................................................................................. 49

Tabel 20. Data biaya langsung non-medis ........................................................................ 50

Tabel 21. Data biaya tidak langsung .................................................................................. 51

Tabel 22. Rekapitulasi parameter ....................................................................................... 52

Tabel 23. Analisis efektivitas biaya ..................................................................................... 55

tabel 24. Estimasi prevalens dan insiden kasus LNH DLBCL lima tahun kedepan ... 59

Page 12: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Transisi probabilitas model .............................................................................. 12

Gambar 2. Alur pengumpulan data ................................................................................... 21

Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................................... 30

Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan status rujukan .................................. 31

Gambar 5. Latar belakang pendidikan pasien pada studi di 4 rumah sakit sampel .. 31

Gambar 6. Pekerjaan pasien pada studi di 4 rumah sakit sampel ................................. 32

Gambar 7. Karakteristik pasien berdasarkan stadium .................................................... 32

Gambar 8. Alur pengumpulan data ................................................................................... 33

Gambar 9. Rekapitulasi klaim pemanfaatan rituksimab tahun 2018 ............................ 35

Gambar 10. Pola pemanfaatan rituksimab pada pasien studi ........................................ 37

Gambar 11. Alur penelusuran studi ................................................................................... 39

Gambar 12. Tornado diagram ............................................................................................. 57

Gambar 13. Incremental cost effectiveness analysis ........................................................ 58

Gambar 14. Cost effectiveness acceptiability curve ......................................................... 59

Gambar 16. Grafik analisis dampak biaya pada obat rituksimab (drug a) dan CHOP

(drug b) ................................................................................................................................... 60

Page 13: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

xii

DAFTAR SINGKATAN

AMSTAR Assessing the Methodological Quality of Systematic Reviews

BIA budget impact analysis

CDSR Cochrane Database of Systematic Review

CEA cost effectiveness analysis

CENTRAL The Cochrane Central Register of Controlled Trials

CHOP cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, and prednisone

CPI consumer price index

CRF case report form

CUA cost utility analysis

DLBCL diffuse large B-cell

DPJP dokter penanggung jawab pasien

EQ5D Euroqol Five Dimensions Questionnaire

HRQoL health-related quality of life

HTA health technology assessment

IARC The International Agency for Research on Cancer

ICER incremental cost effectiveness ratio

ICTRP International Clinical Trial Registry Platform portal

IK interval kepercayaan

ISPOR International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KGB kelenjar getah bening

LNH limfoma malignum non-Hodgkins

NCCN National Comprehensive Cancer Network

NMA network meta-analysis

OS overall survival

PFS progression free survival

PTK Penilaian Teknologi Kesehatan

QALYs quality-adjusted life years

RIKESDAS Riset Kesehatan Dasar

SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit

SR/MA systematic review/meta-analysis

WHO World Health Organization

Page 14: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan

jaringan limfoid. Berdasarkan tipe histologinya, limfoma dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar, salah satu di antaranya yaitu limfoma non-Hodgkin (LNH). Saat ini

terdapat kurang lebih 36 entitas penyakit yang dikategorikan sebagai LNH menurut

klasifikasi WHO. LNH merupakan keadaan klinis yang kompleks dan bervariasi

dalam hal patofisiologi maupun perjalanan penyakit.1

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012, age-standardized incidence rates (ASIR)

per 100.000 untuk LNH tertinggi ditemukan pada tiga regional yakni Amerika Utara

18,28 (IK 95%: 12,53-23,99), Australasia 12,96 (95% IK 8,25-17,01), dan Eropa Barat 11,7

(IK 95%: 7,82-13,81).2 Sementara di Indonesia, prevalens limfoma sebesar 6 per

100.000 penduduk atau sekitar 14.905 orang, dengan angka ketahanan hidup 5 tahun

(5-year survival rate) pasien LNH sekitar 70%, namun hal ini bergantung pada subtipe

dan stadium LNH.3 Selain itu, LNH bersama dengan limfoma Hodgkin dan leukemia

telah menduduki urutan peringkat keganasan ke-6 di Indonesia.

Pilihan terapi LNH bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis

histologi), stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum pasien.

Radioterapi dan/atau kemoterapi merupakan terapi standar yang diberikan pada

pasien LNH. Merujuk pada Panduan Nasional Penanganan Kanker LNH, salah satu

targeted therapy yang dapat diberikan kepada pasien adalah rituksimab.

Rituksimab merupakan suatu antibodi monoklonal yang menjadi terapi tambahan

yang dapat diberikan secara kombinasi dengan berbagai kemoterapi. Merujuk pada

anjuran Formularium Nasional (Fornas), rituksimab diindikasikan untuk semua jenis

LNH dengan hasil pemeriksaan CD20 positif.4 Sejak implementasi Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) pada tahun 2014, rituksimab pada pasien LNH ditanggung

pembiayaannya oleh pemerintah. Biaya rituksimab per vial (10 ml) mencapai sekitar

3 juta rupiah.5 Obat ini diberikan setiap 3 minggu dengan dosis 375 mg/m2. Hingga

tahun 2017, total klaim untuk rituksimab di Indonesia mencapai sekitar 131 miliar

rupiah (diluar biaya hospitalisasi) sehingga menjadi salah satu dari 20 klaim obat

termahal dalam skema JKN.

Rekapitulasi klaim JKN 2018 menunjukkan bahwa sekitar 82% terapi rituksimab

digunakan untuk pasien dengan diagnosis primer/sekunder/tersier LNH dengan total

klaim sekitar 46 miliar rupiah. Temuan ini melatarbelakangi perlunya evaluasi

Page 15: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

2

ekonomi untuk menguji apakah penggunaan rituksimab untuk pasien LNH

merupakan alternatif yang cost-effective dalam paket manfaat JKN.

Dalam rangka mendukung kendali mutu dan kendali biaya program JKN Komite

Penilaian Teknologi Kesehatan (KPTK) melakukan kajian dengan judul “Evaluasi

Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi Dibandingkan dengan Kemoterapi

pada Pasien Limfoma Malignun Non-Hodgkins (LNH).” Hasil dari kajian ini

diharapkan mampu memberikan masukan dalam penyusunan rekomendasi kepada

Menteri Kesehatan, apakah rituksimab merupakan pilihan yang efisien (value for

money) bagi pasien dengan LNH.

1.2. Pertanyaan kebijakan

Luaran dalam studi ini adalah penilaian apakah tambahan rituksimab merupakan

terapi yang cost-effective untuk kanker LNH dengan hasil pemeriksaan CD20 positif.

Dalam konteks kebijakan, studi ini ditujukan untuk mampu merekomendasikan

alternatif apa yang paling sesuai terhadap tata laksana pasien LNH dalam mekanisme

paket manfaat dalam JKN.

1.3. Pertanyaan penelitian

1) Bagaimana gambaran penggunaan rituksimab secara umum di Indonesia, baik

yang sesuai maupun tidak sesuai restriksi Fornas?

2) Bagaimana keamanan dan efektivitas klinis pemberian rituksimab sebagai

terapi kombinasi dengan kemoterapi pada pasien LNH?

3) Bagaimana efektivitas biaya pemberian rituksimab sebagai terapi kombinasi

dengan kemoterapi pada pasien LNH?

4) Bagaimana dampak anggaran pemberian rituksimab sebagai terapi kombinasi

dengan kemoterapi pada pasien LNH?

1.4. Tujuan

1) Mengetahui gambaran penggunaan rituksimab secara umum di Indonesia, dan

bagaimana variasi terapi untuk pasien LNH.

2) Menilai keamanan dan efektivitas klinis pemberian rituksimab sebagai terapi

utama pada pasien LNH.

3) Menilai efektivitas biaya pemberian rituksimab pada pasien LNH.

4) Menilai dampak anggaran biaya rituksimab pada LNH dalam skema JKN.

Page 16: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik LNH

2.1.1. Definisi LNH

Limfoma merupakan suatu keganasan yang berasal dari kelenjar getah bening dan

jaringan limfoid. Limfoma terjadi akibat adanya abnormalitas sel-sel limfosit B atau T

sehingga sel-sel ini berkembang lebih cepat atau lebih banyak dari biasanya.

Berdasarkan tipe selnya, limfoma secara umum dibagi menjadi limfoma Hodgkin dan

non-Hodgkin (LNH). Apabila pada pemeriksaan histopatologis ditemukan sel Reed-

Stemberg, maka limfoma tersebut digolongkan menjadi limfoma Hodgkin.

Sebaliknya, apabila sel Reed-Stemberg tidak ditemukan, maka dikatakan limfoma

non-Hodgkin.

2.1.2. Epidemiologi limfoma

Sekitar 3,37% keganasan di dunia merupakan limfoma.1 Jumlah kasus LNH lebih

tinggi dibandingkan dengan limfoma Hodgkin (386.000 vs 66.000 kasus pada tahun

2012). Persentase kasus LNH terbanyak berada di wilayah Amerika Utara, Australia,

dan Eropa2. Data GLOBOCAN 2012 mencatat limfoma dalam sepuluh kanker

terbanyak di dunia3. Sementara di Indonesia, data riset kesehatan dasar (RISKESDAS)

2013 menemukan prevalens limfoma sebesar 0,06 per 1.000 orang, dengan Jawa Barat

sebagai jumlah pasien tertinggi.4

2.1.3. Stadium LNH

Gejala yang dialami pasien limfoma mirip dengan penyakit keganasan lainnya,

seperti turunnya berat badan, turunnya nafsu makan, cepat lelah, demam tanpa sebab

yang jelas. Gejala yang khas adalah munculnya benjolan di area kelenjar getah bening,

seperti di dekat leher, ketiak, atau pangkal paha. Penegakkan diagnosis LNH

didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan

histopatologi.

Stadium penyakit ditentukan sebelum memulai pengobatan. Adapun sistem

klasifikasi stadium yang digunakan menggunakan staging Ann-Arborr seperti dalam

Tabel 1.5

Page 17: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

4

Tabel 1. Klasifikasi stadium LNH berdasarkan staging Ann-Arborr

Stadium Keterangan

I Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya pada 1 regio

II Pembesaran KGB pada 2 regio atau lebih, tetapi masih dalam 1 sisi

diafragma:

II 2 : Pembesaran 2 regio KGB pada 1 sisi diafragma

II 3 : Pembesaran 3 regio KGB pada 1 sisi diafragma

II E : Pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1

organ ekstra limfatik tidak difus / batas tegas

III Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma

IV Jika mengenai 1 organ ekstralimfatik atau lebih tetapi secara difus

LNH juga dapat diklasifikasikan menurut tipe histologik selnya, antara lain:

I. Keganasan prekursor sel-B:

Precursor B-Acute Lymphoblastic Leukemia/lymphoblastic lymphoma

II. Keganasan sel-B perifer

a) B-cell chronic lymphocytic leukemia/small lymphocytic lymphoma

b) Lymphoplasmacytic lymphoma

c) Mantle cell lymphoma

d) Follicular lymphoma

e) Extranodal marginal zone B-cell lymphoma or MALT type

f) Nodal marginal zone B-cell lymphoma

g) Splenic marginal zone lymphoma

h) Plasmacytoma/ plasma cell myeloma

i) Diffuse large B-cell lymphoma, NOS

j) Diffuse large B cell lymphoma variants

k) Burkitt’s lymphoma

l) B cell lymphoma inclassifiable with features intermediate between DLBCL and

Burkitt lymphoma

m) B cell lymphoma inclassifiable with features intermediate between DLBCL and

classical Hodgkin lymphoma

Page 18: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

5

2.2. Standar tata laksana LNH di Indonesia

Terapi LNH bervariasi tergantung pada beberapa hal berikut:

Sifat tumor

Tipe limfoma (sel B, sel T, atau sel natural killer (NK))

Derajat histologi (rendah, sedang, atau tinggi)

Gejala klinis

Keadaan umum pasien

Usia pasien

Komorbiditas

Berdasarkan sifat tumor, kanker LNH dibedakan menjadi:

1) LNH indolen

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

- SLL (small lymphocytic lymphoma)/CLL (chronic lymphocytic lymphoma)

- MZL (marginal zone lymphoma), nodal, ekstranodal dan splenic

- Lymphoplasmacytic lymphoma

- Follicular lymphoma gr 1-2

- Mycosis Fungoides

- Primary cutaneous anaplastic large cell lymphoma

1.a) LNH indolen stadium I-IIIa

Sebanyak 70% limfoma berada dalam kelompok ini, yaitu limfoma

folikular (stadium I-IIIa). Pada tahap indolen I dan II, terapi standar

yang diberikan adalah radioterapi. Angka ketahanan hidup pasien pada

stadium ini dengan radioterapi adalah 60-80% dalam 10 tahun.

1.b) LNH indolen stadium II, III, IV

Pada stadium ini, terapi antibodi monoklonal dapat ditambahkan dalam

regimen kemoterapi standar. Rituksimab, antibodi monoklonal yang

menargetkan antigen CD20, dapat dikombinasikan dengan regimen

kemoterapi. Median waktu hingga penyakitnya progresif berkisar 4-6

tahun dan ketahanan hidup 6-10 tahun. Regimen kemoterapi yang biasa

dikombinasikan adalah CHOP (cyclophosphamide, hydroxydaunomycin,

vincristine, dan prednisone), CVP (cyclophosphamide, vincristine dan

prednisone), dan fludarabine tunggal atau dengan kombinasi.

Page 19: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

6

2) LNH agresif

Limfoma diffuse large B-cell merupakan tipe yang paling umum di kelompok

ini. Yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain:

- MCL (Mantle cell lymphoma, pleomorphic variant)

- Diffuse large B cell lymphoma, Follicular lymphoma gr III, B cell lymphoma

unclassifiable with features between diffuse large B cell and Burkitt,

- T cell lymphomas

2.a) LNH indolen stadium I-IIIa

Sebanyak 70% limfoma berada dalam kelompok ini, yaitu limfoma

folikular (stadium I-IIIa). Pada tahap indolen I dan II, terapi standar

yang diberikan adalah radioterapi. Angka ketahanan hidup pasien pada

stadium ini dengan radioterapi adalah 60-80% dalam 10 tahun.

2.b) LNH indolen stadium II, III, IV

Pada stadium ini, terapi antibodi monoklonal dapat ditambahkan dalam

regimen kemoterapi standar. rituksimab, antibodi monoklonal yang

menargetkan antigen CD20, dapat dikombinasikan dengan regimen

kemoterapi. Median waktu hingga penyakitnya progresif berkisar 4-6

tahun dan ketahanan hidup 6-10 tahun. Regimen kemoterapi yang biasa

dikombinasikan adalah CHOP (cyclophosphamide, hydroxydaunomycin,

vincristine, dan prednisone), CVP (cyclophosphamide, vincristine dan

prednisone), dan fludarabine tunggal atau dengan kombinasi.

3) LNH “LEUKEMIA -LIKE”:

Sebagai contoh: lymphoblastic, Burkitt, “double hit” lymphoma. Pilihan terapinya

adalah kemoterapi dosis tinggi dan radioterapi diikuti dengan transplantasi

sumsum tulang. Selain kemoterapi dan radioterapi, nutrisi serta rehabilitasi

medik juga penting diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

kanker.

2.3. Indikasi penggunaan rituksimab

Badan Pemeriksa Obat milik Amerika (FDA) memberikan izin penggunaan

rituksimab untuk indikasi LNH, chronic lymphocytic leukemia (CLL), rheumatoid

arthritis, dan Wegener’s granulomatosis. Namun di Indonesia, Fornas hanya mencatat

penggunaan rituksimab untuk indikasi semua jenis LNH dengan hasil pemeriksaan

CD 20 positif.

Page 20: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

7

Rituksimab diberikan secara intravena dengan dosis untuk penyakit LNH, yaitu 375

mg/m2. Sediaan obat yang terdapat di pasaran adalah 100 mg/mL atau 500 mg/mL.

Efek samping yang umum terjadi (25%) adalah reaksi akibat infus, demam,

limfopenia, menggigil, infeksi dan kelemahan tubuh.

Dosis yang diberikan sesuai jenis penyakitnya:

Relapsed or refractory low-grade or follicular, CD20-positive, B-cell NHL: sekali tiap

minggu x4-8 dosis

Pengobatan ulang terhadap relapsed or refractory, low-grade or follicular, CD20-

positive, B-cell NHL: sekali tiap minggu x4 dosis

Sebelumnya tidak diobati, follicular, CD20-positive, B-cell NHL: diberikan pada

hari ke-1 di setiap siklus kemoterapi sampai 8 dosis dengan respon komplit

atau parsial, mulai dengan maintenance 8 minggu diikuti dengan kombinasi

kemoterapi sebagai agen tunggal untuk 12 dosis.

LH yang tidak berprogres, low-grade, CD20-positive, B-cell NHL, setelah

kemoterapi lini pertama CVP: Setelah 6-8 siklus kemoterapi CVP, berikan

sekali per minggu untuk 4 dosis dengan interval 6 bulan dan maksimum

pemberian 16 dosis.

Diffuse large B-cell NHL: Diberikan pada hari ke-1 di tiap siklus kemoterapi

hingga 8 infus

Page 21: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

8

BAB 3. METODE

Metode untuk menjawab pertanyaan kebijakan terdiri atas dua bagian. Pertama,

meringkas bukti klinis melalui systematic review dan meta-analisis. Kedua, untuk

evaluasi ekonomi dibangun sebuah analisis model keputusan untuk menilai

efektivitas biaya kombinasi rituksimab dan kemoterapi dibandingkan dengan hanya

kemoterapi untuk pasien LNH. Selanjutnya, untuk mengetahui perkiraan dampak

anggaran dari masing-masing alternatif terapi maka akan dilakukan analisis dampak

anggaran (budget impact analysis) dengan perspektif pembayar (BPJS Kesehatan).

3.1. Kriteria eligibilitas

3.1.1. Populasi

Populasi dalam studi ini adalah pasien LNH DLBCL dengan nilai CD20+, berusia di

atas 18 tahun (dewasa), tidak dibatasi oleh organ yang mengalami metastasis,

karakteristik, jenis kelamin, dan ras. Penegakan diagnosis LNH DLBCL ditentukan

berdasarkan kriteria dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN). Pasien yang

diikutsertakan dibatasi pada pasien de novo, yaitu pasien yang baru terdiagnosis LNH

DLBCL, belum mendapatkan kemoterapi, radiasi, ataupun pembedahan sebelumnya.

3.1.2. Intervensi

Intervensi dalam studi ini adalah targeted therapy golongan antibodi monoklonal yaitu

rituksimab (Mabhtera®) sebagai terapi kombinasi dengan agen kemoterapi standar.

Rituksimab yang diberikan adalah kemasan vial yang diberikan secara intravena,

tidak dibatasi dosis dan frekuensi pemberian. Merujuk pada pedoman tata laksana

LNH khususnya pada tipe DLBCL, rituksimab direkomendasikan digunakan

bersama dengan kemoterapi CHOP (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, dan

prednison).1

3.1.3. Pembanding

Pembanding dalam studi ini adalah agen kemoterapi standar yaitu CHOP sebagai

terapi tunggal yang diberikan sesuai pedoman NCCN dan tidak dibatasi oleh dosis

dan frekuensi pemberian.

3.1.4. Luaran

Parameter keamanan terapi diekspresikan melalui beberapa kemungkinan efek

samping yang terjadi sebagai dampak terapi. Sementara parameter efektivitas klinis

yang dinilai antara lain overall survival dan progression free survival. Selain itu,

Page 22: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

9

parameter penting lain yang akan diukur yaitu health-related quality of life (HRQoL)

yang diukur dengan instrumen EQ-5D-5L, menggunakan value set Indonesia.

Definisi yang digunakan:

Overall survival (OS): waktu yang dihitung sejak tanggal diagnosis awal LNH

sampai dengan tanggal kematian karena sebab apapun.

Progression free survival (PFS): waktu yang dihitung sejak pengobatan dimulai

sampai dengan terjadi progresi penyakit atau kematian.

Tumor response rate: menurut kritria Response Evaluation Criteria in Lymphoma

(RECIL), dideskripsikan sebagai complete response, partial response, stable disease,

dan progressive disease.6

Adverse effect: menurut definisi dari the Common Toxicity Criteria of the National

Cancer Institute, United States.

Health-related quality of life (HRQoL): Penilaian dampak kondisi kesehatan dan

perawatan pada semua aspek penting kehidupan pasien.

3.2. Metode efektivitas klinis

Bukti efektivitas klinis dilakukan dengan menelaah systematic review/meta-analisis

(SR/MA) yang telah dipublikasi, dilengkapi dengan pencarian literatur dengan desain

uji klinis terandomisasi yang terkini.

3.2.1. Strategi pencarian bukti

Penelusuran literatur dilakukan secara elektronik dari sumber data elektronik:

Cochrane Database of Systematic Review (CDSR), PubMed/MEDLINE, CRD York, dan The

Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL). Filter pencarian literatur

berdasarkan desain studi digunakan pada database yang sesuai. Pencarian literatur

tidak dibatasi tahun dan bahasa.

Identifikasi uji klinis yang relevan yang sedang atau sudah selesai dilaksanakan

dilakukan pada registri uji klinis dalam negeri dan luar negeri, antara lain

ClinicalTrials.gov, dan WHO International Clinical Trial Registry Platform Portal

(ICTRP).

Strategi penelusuran literatur disusun berdasarkan pertanyaan penelitian dan kriteria

eligibilitas. Kata kunci disusun menggunakan kombinasi bibliographic database thesaury

dan text word. Rancangan kata kunci yang digunakan dalam penelusuran literatur,

dapat mengacu pada tabel berikut.

Page 23: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

10

Tabel 2. Rancangan kata kunci

PICO Kriteria Search terms (dalam bentuk

MeSH dan text word)

Population Dewasa berusia lebih atau sama dengan 18

tahun dengan diagnosis terkonfirmasi LNH

dengan CD20 positif

Non-Hodgkin’s Lymphoma;

NHL; Lymphoma; Diffuse

Large B-Cell; aggressive

lymphoma

Intervention rituksimab (MabThera®) rituksimab; Rituxan; Mabthera;

Monoclonal Antibody

Comparator Kemoterapi

CHOP (Siklofosfamid;

Hidroksidaunorubisin; Onkovin; Prednison)

Chemotherapy; CHOP;

Cyclophosphamide;

Hydroxydaunorubicin;

Oncovin; and Prednisone

Outcome Overall survival (OS)

Progression free survival (PFS)

Tumor response rate

Adverse drug effects

HRQoL

Overall survival; progression

free survival; tumor response

rate; adverse events; quality of

life

Hasil pencarian dari seluruh sumber bukti didokumentasikan dalam Mendeley library

untuk selanjutnya diunggah ke dalam Covidence untuk tahap seleksi literatur.

Penapisan setiap literatur yang sesuai dengan pertanyaan penelitian dilakukan oleh

setidaknya dua orang reviewer. Penapisan dilakukan berdasarkan kriteria eligibilitas

dengan membaca judul dan abstrak dari literatur yang teridentifikasi dalam tahap

penelusuran bukti. Selanjutnya, dilakukan penapisan berdasarkan kriteria eligibilitas

dengan membaca teks lengkap dari literatur yang melewati tahap penapisan judul

dan abstrak. Perbedaan pendapat antara kedua reviewer akan diselesaikan dengan

cara berdiskusi. Apabila kesepakatan tidak tercapai, dilakukan konsultasi kepada

pihak ketiga yang tidak terlibat dalam proses seleksi. Semua langkah seleksi

dilakukan dalam Covidence.

3.2.2. Telaah kritis

Telaah kritis untuk menilai validitas penelitian dilakukan untuk setiap artikel dengan

desain SR/MA yang telah terseleksi, menggunakan kriteria penilaian dari AMSTAR

(Assessing the Methodological Quality of Systematic Reviews),7 dan untuk setiap artikel

dengan desain uji klinis terandomisasi yang terseleksi, menggunakan kriteria

penilaian Cochrane Risk of Bias.8 Proses telaah kritis dilakukan oleh setidaknya dua

orang reviewer.

Page 24: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

11

3.2.3. Data ekstraksi

Data karakteristik studi, efektivitas (risiko relatif), kesintasan, dan keamanan (efek

samping dan/atau adverse event), diekstraksi menggunakan formulir terstandar.

Apabila teridentifikasi studi yang sama dalam publikasi systematic review yang

berbeda, data diekstraksi dan dilaporkan sebagai satu studi yang sama. Data

kesintasan dan risiko relatif menjadi salah satu parameter untuk model-based economic

evaluation. Proses data ekstraksi dilakukan oleh setidaknya dua orang reviewer.

3.2.4. Data sintesis

Hasil data ekstraksi efektivitas dan telaah kritis untuk setiap studi terpilih dilaporkan

dalam tabel atau secara naratif. Apabila tidak terdapat perbandingan langsung antara

kombinasi rituksimab dan kemoterapi dengan hanya kemoterapi, akan dilakukan

network meta-analysis (NMA) untuk perbandingan yang relevan.

3.3. Metode evaluasi ekonomi

3.3.1. Desain dan model

Evaluasi ekonomi kesehatan didefinisikan sebagai proses sistematis dalam analisis

perbandingan antara intervensi kesehatan dan alternatif lainnya terkait biaya dan

konsekuensi/luaran.10,11 Proses ini termasuk identifikasi, pengukuran, penilaian dan

perbandingan antara biaya dan konsekuensi, yang bertujuan untuk memberikan

informasi terkait efisiensi, penentuan prioritas kebijakan, alokasi sumber daya dan

keputusan dalam intervensi kesehatan.12,13 Dalam studi ini, analisis utilitas biaya atau

cost utility analysis (CUA) akan diaplikasikan. Teknik ini merupakan adaptasi dari

teknik analisis efektivitas biaya (cost effectiveness analysis), yang manfaat atau benefit

dari suatu intervensi kesehatan diukur dalam bentuk quality adjusted life years

(QALYs). Jenis pengukuran ini dapat membedakan benefit dari suatu intervensi

kesehatan serta improvisasi dalam efisiensi alokasi sumber daya.

Analisis model keputusan merupakan proses di dalam evaluasi ekonomi dengan

mengaplikasikan teknik matematis dengan mengumpulkan berbagai bukti dari

sumber data yang tersedia untuk mendapatkan informasi tentang biaya dan benefit

(expected cost and benefit).14,15 Beberapa elemen dalam pengembangan analisis model

keputusan akan dipaparkan dengan lebih dalam beberapa bagian di bawah ini.

Pada studi ini, Markov model dibangun dan diaplikasikan dalam analisis evaluasi

ekonomi. Markov model biasanya digunakan untuk mendemonstrasikan proses yang

stokastik, dan ini dapat bermanfaat untuk memodelkan proses perjalanan penyakit,

terutama untuk penyakit yang sifatnya kronis.16 Setiap kondisi pada penyakit yang

Page 25: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

12

sifatnya mutually exclusive dibangun dalam model ini. Kondisi (states) merefleksikan

konsekuensi yang memungkinkan terjadi sebagai dampak dari intervensi kesehatan.

Markov model dipilih karena memungkinkan untuk memproyeksikan hasil jangka

panjang dari intervensi kesehatan, baik dari sisi biaya maupun keluarannya (benefit

secara klinis). Sementara itu decision tree atau pohon keputusan memiliki keterbatasan

dalam aplikasinya untuk penyakit yang ber-progress atau dapat mengalami

kambuh/pengulangan kondisi tertentu dari waktu ke waktu.14,17

Dalam membangun dan mengembangkan Markov model, kajian pustaka dilakukan

untuk melihat kondisi yang memungkinkan dialami oleh pasien DLBCL LNH yang

menerima terapi rituksimab plus kemoterapi (CHOP). Selanjutnya, diskusi dengan

klinisi dan ahli terkait dilakukan untuk mendapatkan gambaran intervensi, praktik,

dan perjalan penyakit yang representatif sesuai dengan konteks di Indonesia. Proses

pengembangan model evaluasi ekonomi akan mengikuti panduan yang dibangun

oleh ISPOR.18,19 Sedangkan parameter serta langkah-langkah dalam membangun dan

menganalisis model merujuk pada Pedoman Nasional Penilaian Teknologi Kesehatan

yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Struktur model

dipaparkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Transisi probabilitas model

Untuk menentukan states, sebagai gold standard adalah melihat definisi dari RECIL

(Response Evaluation Criteria in Lymphoma) yang terspesifikasi dalam rekam medis

pasien, atau pergantian regimen (kemoterapi) dari CHOP ke ICE/DHAP pada saat

progressive sebagai proksi, disertai clinical judgement di masing-masing rumah sakit

tempat studi.

Progressive

Death

Progression free

Page 26: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

13

Tabel 3. Kriteria penentuan health states

Gold Standard (RECIL 2017) Proksi

- % change from baseline

- Complete Response: Complete

disappearance of all target lesions

and all nodes with long axis

<10mm.

- Stable Disease: <10% decrease or

≤20% increase in the sum of

longest diameters of target lesions

- Progressive Disease: >20% increase

in the sum of longest diameters of

target lesions

- FDG-PET/CT Scan

- Bone marrow involvement

- New Lession

- CR: No

- SD: No

- PD: Appearance of a new lesion

- Perubahan Regimen

Kemoterapi dari CHOP

menjadi DHAP atau ICE

- Clinical Judgement (pada

interpretasi hasil CT-

Scan dan LDH)

3.3.2. Parameter model

Ukuran/parameter yang digunakan dalam struktur model Markov kajian ini antara

lain:

1) Transisi probabilitas

2) Nilai efektivitas dari intervensi yang dikaji

3) Kualitas hidup atau health related quality of fife: EQ5D-5L

4) Biaya: biaya medis langsung, biaya medis tidak langsung; biaya tidak langsung

Sumber pengambilan data untuk parameter efektivitas klinis diperoleh dari systematic

review atau literatur penelitian lain yang relevan. Apabila parameter yang diperlukan

tidak tersedia dari penelitian yang diterbitkan pada kelompok pasien yang relevan,

maka akan digunakan data primer dari sumber yang tidak dipublikasikan di tingkat

rumah sakit, atau jika tidak ada data klinis yang tersedia, maka pengambilan data

parameter melibatkan pendapat para ahli.

3.3.3. Transisi probabilitas dari efektivitas klinis

Pada model digambarkan tiga kondisi mutually exclusive, yaitu: progression free (entry

state), disease progression dan death. Pada model ini diasumsikan pasien yang mendapat

Page 27: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

14

intervensi rituksimab dengan CHOP berada pada fase awal progression free dan dapat

melanjutkan ke fase progressive sampai akhirnya meninggal. Dalam setiap kondisi

(states) pasien memiliki probabilitas berpindah ke kondisi lainnya atau tetap pada

kondisi tersebut pada waktu tertentu (kondisi ini digambarkan pada tanda melingkar

di sebelah kiri states). Transisi probabilitas direpresentasikan dengan matriks pada

Tabel 2.

Tabel 4. Transisi probabilitas

Progression Free Progressive Death

Progression Free tpPFtoPF tpPFtoP tpPFtoD

Progressive 0 tpPtoP tpPtoD

Death 0 0 1

Keterangan: tp: transisi probabilitas; PF: Progression Free; P: Progressive; D: Death

Perlu diperhatikan bahwa model di atas merupakan model umum dari penyakit

kanker. Struktur model ini merujuk pada beberapa studi yang dipublikasi oleh Soini

et al 2010 dan Ray et al 2010.20,21 Dalam perjalanan proses studi teknologi kesehatan,

struktur model dan definisi states dapat berubah sesuai dengan hasil diskusi dengan

pakar dan klinisi, telaah pustaka mendalam, dan melihat praktik nyata yang

dilakukan di Indonesia.

Data yang dipakai dalam matriks ini antara lain progression free survival (PFS), overall

survival (OS) dan mortality rate, serta luaran klinis lain sesuai dengan asumsi model

yang dibangun.

3.3.4. Perspektif, time horizon, dan diskonto

Dalam studi ini digunakan perspektif sosietal, artinya bahwa biaya yang dimasukkan

dalam studi ini tidak hanya mempertimbangkan biaya langsung medis, baik dari

perspektif rumah sakit maupun perspektif pembayar, melainkan juga perspektif

pasien terkait dengan biaya tidak langsung. Dengan demikian, komponen biaya akan

mencakup biaya langsung medis; biaya langsung non medis; dan biaya tidak

langsung (penghasilan/kesempatan yang hilang). Sementara, periode waktu analisis

akan cukup lama untuk mencerminkan adanya perbedaan biaya atau outcome antara

teknologi yang dibandingkan.

Penggunaan sumber daya akan ditentukan dan dinilai dari perspektif BPJS Kesehatan

dan pasien. Data unit cost akan diidentifikasi dari skema asuransi kesehatan nasional

dan database biaya referensi penagihan pasien untuk tahun terbaru. Selain itu, untuk

Page 28: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

15

mempertimbangkan perbedaan karakteristik biaya antara daerah, tim akan

mengumpulkan data di beberapa wilayah yang berbeda.

Periode waktu (time horizon) yang digunakan dalam model ekonomi adalah ‘seumur

hidup’, ini bertujuan untuk mencerminkan adanya besaran biaya atau outcome antara

teknologi yang dibandingkan. Siklus pada model ini adalah per 3 minggu. Penentuan

siklus ini didasarkan pada waktu penilaian ulang kondisi pasien dan pemberian

kemoterapi di rumah sakit. Diskonto 3% per tahun dan koreksi siklus model akan

diaplikasikan pada proses estimasi efektivitas biaya.

3.3.5. Variabel biaya

Dengan menggunakan perspektif societal, dalam praktiknya, proses pengumpulan

data untuk bagian ini akan dipisahkan menjadi dua yaitu (1) direct medical cost ; (2)

direct non-medical cost, indirect cost, dan utility.

Proses pengumpulan data tersebut dipisahkan menjadi dua langkah sebab akan

menggunakan dua sampel pasien yang berbeda. Untuk direct medical cost akan

didapatkan dari pasien terdahulu melalui dokumen billing rumah sakit dan rekam

medis untuk detail perawatan. Sementara direct non-medical cost, indirect cost, dan

utility akan didapatkan melalui proses wawancara secara langsung kepada pasien.

Direct medical cost

Komponen biaya yang akan ditelusuri untuk biaya langsung medis antara lain

sebagai berikut:

1) Biaya hospitalisasi dan rawat jalan

2) Biaya targeted therapy

3) Biaya kemoterapi

4) Biaya manajemen efek samping

5) Biaya obat tambahan

6) Biaya perawatan tambahan

7) Biaya pemeriksaan laboratorium (termasuk pemeriksaan CD20)

8) Biaya radiologi lain

Apabila muncul biaya out of pocket yang dikeluarkan pasien untuk pelayanan di

rumah sakit (terkait dengan perawatan) seperti untuk obat atau pemeriksaan, biaya

ini akan tetap dihitung sebagai biaya langsung medis (direct medical cost). Namun

demikian, karena dalam billing maupun rekam medis informasi ini kemungkinan

tidak tercatat, maka tim akan mencoba untuk menelusuri melalui proses wawancara

yang dilakukan bersama pengumpulan data direct non-medical cost.

Page 29: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

16

Direct non-medical cost dan indirect cost

Komponen biaya yang akan ditelusuri untuk biaya langsung non medis antara lain

sebagai berikut:

1) Biaya perjalanan

2) Biaya akomodasi (makan, penginapan, laundry, dsb) baik untuk pasien

maupun caregiver

3) Biaya untuk pelayanan informal (suplemen, obat tradisional, dsb)

Biaya tidak langsung (indirect cost) dikhususkan untuk biaya atau produktivitas yang

hilang diakibatkan sakit. Secara teknis, hal ini terkait dengan penghasilan yang hilang

,baik dari perspektif pasien maupun caregiver. Namun demikian, jika caregiver khusus

direkrut untuk merawat pasien dan dibayar rutin maka income lost tidak dihitung,

melainkan gaji caregiver yang akan digunakan sebagai proksi biaya tidak langsung.

Seluruh biaya yang terkumpul akan dikonversi dengan nilai uang pada tahun saat

model evaluasi ekonomi dibuat dengan menggunakan tabel Consumer Price Index

(CPI) dari World Bank.

3.3.6. Variabel efektivitas klinis dan utilitas

Selain biaya, parameter-parameter yang diolah di dalam model adalah survival,

transisi probabilitas, efektivitas dan utilitas. Parameter survival didapatkan dari

systematic review atau data pasien di rumah sakit, yang akan diolah lebih lanjut

menggunakan analisis kesintasan yang relevan. Transisi probabilitas dan efektivitas

dari intervensi didapatkan dari SR/MA. Efektivitas dari treatment pada model

direpresentasikan oleh Relative Risk (RR). RR akan dikalkulasi secara matematis

bersamaan dengan data transisi probabilitas dan survival.

Sedangkan untuk nilai utilitas penelitian ini akan menggunakan instrumen EQ-5D

(European Quality of Life-Five Dimension). Utilitas dalam model merupakan refleksi dari

apa yang pasien rasakan/alami pada kondisi kesehatannya.22,23 Pada studi ini,

instrumen yang digunakan adalah instrumen EQ-5D-5L.

EQ5D-5L merupakan instrumen pengukuran umum terstandarisasi untuk kualitas

hidup pasien, instrumen ini menghasilkan nilai utilitas yang bermanfaat untuk

menghitung dengan quality adjusted life years (QALYs). Terdapat 5 dimensi dalam

pengukuran yaitu mobilitas, perawatan diri, aktivitas sehari-hari, rasa

sakit/ketidaknyamanan, kegelisahan/depresi, dengan level pernyataan yang

dilaporkan langsung oleh pasien.24 Value set yang digunakan untuk

mengkuantifikasikan hasil adalah value set versi Indonesia.

Page 30: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

17

Apabila parameter yang diperlukan tidak tersedia dari penelitian yang diterbitkan

pada kelompok pasien yang relevan, maka digunakan data primer di tingkat rumah

sakit dari sumber yang tidak dipublikasikan, atau jika tidak ada data klinis yang

tersedia, kami akan melibatkan pendapat para ahli dalam hal ini.

3.3.7. Analisis model

Luaran akhir pada hasil analisis evaluasi ekonomi adalah quality adjusted life years

(QALYs). QALYs merupakan pengukuran luaran kesehatan yang dihasilkan dari

kualitas hidup dan lama hidup. QALYs memiliki skala 0 sampai 1; 0 mengindikasikan

“meninggal” sedangkan 1 mengindikasikan “kesehatan penuh”.25

Incremental cost effectiveness ratio (ICER) akan dipresentasikan sebagai hasil dari cost-

utility analysis (CUA). ICER merupakan perbandingan dari inkremental biaya dengan

inkremental efektivitas.10 Dalam hal ini QALY sebagai denominator, dan hasil akhir

dari studi ini adalah biaya per QALY.

3.3.8. Analisis ketidakpastian (uncertainty analysis)

Ketidakpastian (uncertainty) ada di setiap analisis evaluasi ekonomi disebabkan oleh

beberapa faktor seperti metode studi, parameter, atau asumsi matematis yang masuk

ke dalam model.14,26 Oleh karena itu, untuk analisis ketidakpastian harus dilakukan

untuk menangani hal ini. Ada beberapa analisis sensitivitas, baik yang sifatnya

deterministik maupun probabilistik. Pada studi ini kami akan menggunakan analisis

deterministik (one-way sensitivity analysis) dan analisis sensitivitas probabilistik.

Pada analisis sensitivitas yang sifatnya deterministik, setiap parameter akan diberikan

skenario perubahan nilai dengan kisaran tertentu, setelah itu perubahan dalam nilai

ICER dapat diamati lebih lanjut untuk menggali parameter apa yang berpengaruh

dalam perubahan nilai tersebut.

Dalam hal analisis sensitivitas probabilistik, seluruh parameter akan dirandom secara

acak bersamaan setelah mencocokkan distribusi dari setiap data. Pengacakan

mengaplikasikan teknik Monte Carlo dengan 1000 kali pengulangan. Setelah itu, hasil

analisis ini direkam dan dibandingkan dengan parameter model yang sifatnya

deterministik.

3.3.9. Analisis dampak biaya (budget impact analysis)

Analisis dampak biaya dilakukan setelah hasil CUA, yang bertujuan untuk

menganalisis dampak dan konsekuensi keuangan jika mengadopsi suatu intervensi

kesehatan. Analisis dampak dilakukan untuk menilai “keterjangkauan” secara

ekonomi.27 Parameter yang dimasukkan dalam analisis ini adalah data insidens atau

prevalens pasien yang didiagnosis dibandingkan dengan pasien yang diobati, biaya

Page 31: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

18

terkait penyakit, dan data klaim dari BPJS. Perspektif yang digunakan merupakan

perspektif payer (pembayar). Konsekuensi ekonomi yang akan diproyeksikan adalah

selama 5 tahun.

3.4. Kerangka sampel

Untuk mendapatkan potret aksesibilitas dan pola pemberian terapi rituksimab di

Indonesia, maka lokasi sampel rumah sakit yang dilibatkan akan mewakili beberapa

regional di Indonesia. Hal ini juga ditujukan agar komponen dan bobot biaya

perawatan DLBCL LNH ini mampu mewakili wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan

Timur. Pemilihan rumah sakit yang akan dilibatkan dalam penelitian ini merujuk

pada tingkat utilisasi rituksimab tiga tahun terakhir (2014-2016), dengan beberapa

sampel RS terpilih sebagai berikut:

1) Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah – Denpasar (Bali)

2) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo – Jakarta

3) Rumah Sakit Kanker Dharmais – Jakarta

4) Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin – Bandung (Jawa Barat)

5) Rumah Sakit Umum Saiful Anwar – Malang (Jawa Timur)

Sementara untuk perhitungan sampel, akan dipisahkan menjadi dua pendekatan

sesuai dengan jenis parameter yang perlu dilakukan, proses pengumpulan data

primer antara lain biaya dan utility. Berikut ini adalah proses perhitungan sampel

untuk masing-masing parameter.

3.4.1. Sampel data retrospektif

(biaya langsung medis dan status kesehatan pasien)

Total utilisasi rituksimab untuk 2017 diketahui sebesar 1188 pemberian dengan

masing-masing sekitar lima hingga enam vial, akan tetapi angka tersebut belum dapat

secara langsung digunakan sebagai proksi total pasien (N) yang menggunakan terapi

rituksimab. Dalam praktik klinis, variasi terapi untuk setiap pasien cukup fluktuatif

sehingga penggunaan total utilisasi per satu pengobatan lengkap menjadi

denominator tidak lengkap. Informasi terkait jumlah pasien sangat penting dalam hal

mengestimasi berapa jumlah pasien yang tersedia dan memenuhi kriteria eligibiltas

kajian. Setelah tim mendapatkan informasi terkait jumlah total pasien LNH yang

menggunakan rituksimab, maka formula berikut ini dapat digunakan untuk

mengestimasi jumlah sampel:

Page 32: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

19

Keterangan:

z = tingkat standard error dari mean sample 90% (z=1,645)

P = proporsi terhadap total populasi

N = total populasi

d = reliability coefficient dan standard error (0,1)

Berdasarkan perhitungan menggunakan formula di atas, didapatkan total sampel

kajian sebesar n rekam pasien (dari total 5 Rumah Sakit), yang tampak pada Tabel 5.

Tabel 5. Sampel data retrospektif

No Nama Rumah Sakit N >6 siklus n

1. RS Kanker Dharmais 121 46 27

2. RSUP Sanglah 170 50 28

3. RSUPN Cipto

Mangunkusumo

340 127 42

4. RSUP Hasan Sadikin 263 137 43

5 RS Saiful Anwar 51 17 13

Total 152

Besar sampel di tiap rumah sakit tidak sama. Bila satu rumah sakit hanya memiliki

sedikit sampel, maka jumlah sampel dapat terpenuhi dari rumah sakit lainnya.

3.4.2. Sampel data prospektif

(kualitas hidup, biaya langsung non-medis, dan biaya tidak langsung)

Mengingat proses pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada pasien,

maka proporsi besaran pasien akan menjadi bagian penting. Formulasi perhitungan

sampel yang digunakan pada bagian ini secara prinsip sama dengan perhitungan

pada sampel data retrospektif, namun basis data total populasi yang digunakan

berbeda. Sampel data retrospektif merujuk pada semua pasien LNH yang dalam tiga

tahun terakhir mendapatkan rituksimab, sementara sampel prospektif merujuk pada

populasi pasien yang saat ini masih dalam masa perawatan. Hal ini ditetapkan agar

estimasi sampel pasien yang dihitung tidak melebihi jumlah pasien yang sebenarnya

ada di lapangan. Namun demikian, tim peneliti menargetkan untuk menjangkau

pasien sekitar 15 orang per Rumah Sakit.

Page 33: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

20

BAB 4. PENGORGANISASIAN PENELITIAN

4.1. Jadwal kegiatan

Penyelenggaraan kajian ini direncanakan akan dimulai pada bulan Agustus 2018.

Proses pengumpulan data diperkirakan selesai pada bulan Desember 2018. Kemudian

proses data cleaning hingga analisis direncanakan akan selesai pada bulan Maret 2019.

Jadwal kegiatan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 6. Jadwal kegiatan

4.2. Lokasi penelitian

Proses pengumpulan data di Rumah Sakit, secara umum akan melibatkan beberapa

bagian terkait dalam penatalaksanaan pasien kanker LNH sebagai berikut:

1) Unit Manajemen Sistem Informasi/Sistem Informasi Rumah Sakit

2) Unit Rekam Medis

3) Bagian/Unit/SMF/Departemen Patologi Anatomi

4) Bagian/Unit/SMF/Departemen Radiologi

5) Instalasi Farmasi

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Preparation

Protocol Development

Instrument Cost

Instrument QoL

Systematic Review Clinical

Systematic Review Econ

Coordination Meeting

Ethical Clearence

Study Permit

Enumerator Recruitment

Instrument Piloting

Enumerator Training

2. Data Collection

Field Data Collection

Systematic Review

Supervision

Data Entry

Preliminary Analysis

3. Report Writing

Data Cleaning

Coordination Meeting

Data Analysis

Final Reporting

Dissemination

Feb MarPhase

Aug Sept Oct Nov Dec Jan

Page 34: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

21

6) Departemen/SMF Bedah Onkologi

7) Instalasi Rawat Jalan

8) Instalasi Rawat Inap

9) Bagian Penjaminan/Klaim

Nama unit/bagian di masing-masing Rumah Sakit termasuk unit mana saja yang akan

terlibat menyesuaikan dengan sistem informasi yang ada di rumah sakit lokasi

penelitian.

4.3. Alur pengumpulan data

Proses pengumpulan data di rumah sakit akan dimulai dari proses identifikasi pasien

yang bergantung pada SIRS. Pada tahap awal, tim peneliti akan berkoordinasi dengan

staf bagian SIRS untuk kode ICD pasien kanker DLBCL LNH tiga hingga empat tahun

terakhir, baik untuk diagnosis primer maupun sekunder. Kemudian, daftar nomor

rekam medik pasien yang dikonfirmasi ke rekam medis maupun bagian penjaminan

adalah pasien kanker LNH yang mendapatkan terapi rituksimab dengan kombinasi

kemoterapi; rituksimab sebagai terapi tunggal; dan/atau kemoterapi sebagai terapi

tunggal. Gambar 2 di bawah ini menggambarkan alur pengumpulan data yang secara

umum akan berlangsung di Rumah Sakit:

Gambar 2. Alur pengumpulan data

Identifikasi pasien dari SIRS

Unit penjaminan dan klaim

Inklusi

Rekam medis dan patologi anatomi

Proses verifikasi kepada DPJP

Wawancara pasien (kualitas hidup)

Input CRF

Page 35: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

22

4.4. Tim peneliti

Manajemen penelitian dikoordinir oleh Center for Health Economics and Policy

Studies, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Dalam pelaksanaan penelitian, tim peneliti yang terlibat antara lain:

1) Septiara Putri, SKM, MPH (Center for Health Economics and Policy Studies,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)

2) Ery Setiawan, SKM, M.E., AAAK (Center for Health Economics and Policy

Studies, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)

3) Siti Rizny Fitriana Saldi, Apt, MSc (Clinical Epidemiology and Evidence-

Based Medicine Unit, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)

4) dr. Levina Chandra Khoe, MPH (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)

5) Amila Meigraini, SE, MBA (Center for Health Economics and Policy Studies,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)

6) Euis Ratna Sari, SKM (Center for Health Economics and Policy Studies,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)

4.5. Tahap Persiapan Studi

Sebelum proses pengumpulan data diselenggarakan terdapat beberapa tahapan yang

dilakukan untuk mempersiapkan berbagai material yang dibutuhkan dalam kajian

antara lain melalui proses berikut ini:

4.5.1. Penyusunan Proposal Final

Proposal final disempurnakan setelah melalui proses diskusi dengan perhimpunan

klinis terkait seperti Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) dan

Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia

(Perhompedin) terutama dalam menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi pasien,

termasuk pola penetapan status progresivitas pasien melalui review rekam medis.

Dalam dokumen proposal, selain berisi kerangka teori dan kriteria inklusi dan

eksklusi yang ditetapkan dengan klinisi, juga terdapat detail metode pelaksanaan

systematic review dan evaluasi ekonomi hingga rencana analisis data. Secara umum,

berikut ini adalah struktur konten proposal kajian:

a. Pendahuluan

i. Latar belakang

ii. Pertanyaan kebijakan

iii.Pertanyaan penelitian

Page 36: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

23

iv. Tujuan

b. Tinjauan Pustaka

i. Karakteristik LNH

ii. Standar pelaksanaan LNH di Indonesia

iii. Indikasi penggunaan rituksimab

c. Metode

i. Kriteria Eligibilitas

ii. Metode efektivitas klinis

iii. Metode evaluasi ekonomi

iv. Kerangka sampel

4.5.2. Pengembangan alat ukur (instrumen penelitian)

Merujuk pada metode penelitian, terdapat tiga parameter utama yang ditelusuri

yakni transisi probabilitas, biaya, dan kualitas hidup. Sebelum penelusuran ketiga

parameter pengembangan alat ukur atau instrumen penelitian menjadi faktor kunci.

Oleh karena parameter transisi probabilitas dan efektivitas klinis ditelusuri melalui

proses systematic review dan meta-analysis maka alat ukur yang dikembangkan berupa

protokol systematic review yang berisi kriteria inklusi, PICO, dan strategi pencarian.

Pada parameter biaya, terdapat tiga komponen yang akan ditelusuri antara lain biaya

langsung medis, biaya langsung non-medis, dan biaya tidak langsung. Komponen

biaya langsung medis secara praktik akan ditelusuri melalui penelusuran rekam

medis dan dokumen klaim. Sementara komponen biaya langsung non-medis dan

biaya tidak langsung diperoleh melalui proses wawancara pasien/caregiver. Oleh

karena perbedaan pendekatan tersebut, maka alat ukur yang digunakan juga akan

dipisahkan menjadi dua bagian; (1) alat ukur biaya langsung medis; (2) alat ukur

biaya langsung non-medis dan biaya tidak langsung.

Parameter kualitas hidup ditelusuri dengan menggunakan instrumen generik EQ5D

yang dikembangkan oleh EuroQoL dengan versi bahasa yang sudah terstandar dan

tervalidasi. Pada kajian ini, tim menggunakan instrumen EQ5D dengan 5 level (EQ5D

5L). Sebagai upaya triangulasi, tim juga akan menulusuri QoL pasien melalui

pendekatan Visual Analogue Scale (VAS).

4.5.3. Uji coba dan perbaikan alat ukur

Secara prinsip, alat ukur yang sama telah digunakan pada studi yang serupa

sebelumnya yaitu kajian evaluasi ekonomi untuk setuksimab. Namun demikian,

terdapat beberapa penyempurnaan alat ukur salah satunya keterangan terkait

demografi, komorbiditas, sebagai parameter kontrol untuk menjelaskan variasi

dampak perawatan klinis dan efek terdapat biaya.

Page 37: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

24

4.5.4. Proses perijinan

Proses perijinan di rumah sakit diawali dengan pengurusan keterangan lolos kaji etik

di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah proses ini berlangsung sekitar

6 minggu dan surat lolos etik diterbitkan, maka proses selanjutnya adalah koordinasi

dengan komite etik masing-masing rumah sakit.

Beberapa rumah sakit seperti RSUP Hasan Sadikin dan RSUP Sanglah tetap

mensyaratkan pengurusan etik di Fakultas Kedokteran masing-masing meskipun tim

sudah memiliki surat lolos etik dari FKUI. Proses ini berlangsung sekitar 6-8 minggu

menyesuaikan jadwal presentasi yang ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit.

Proses selanjutnya setelah surat lolos kaji etik dikeluarkan oleh komite etik rumah

sakit, maka tim perlu melakukan koordinasi dan presentasi kepada pihak rumah

sakit, khususnya kepada unit-unit yang terkait dengan pengumpulan data seperti

rekam medis, bagian klaim (keuangan), dan poliklinik onkologi (perawatan).

Pengumpulan data baru dapat dilakukan setelah semua proses di atas dilengkapi,

secara rata-rata proses perijinan dapat berlangsung hingga 12 sampai 16 minggu

hingga pengumpulan data dapat dimulai.

4.5.5. Rekrutmen enumerator

Dalam praktik pengumpulan data di RS, di tiap RS akan terdapat satu tim yang terdiri

atas dua orang enumerator dengan komposisi satu orang tim peneliti dan satu orang

enumerator eksternal. Merujuk pada kebutuhan tersebut, tim melakukan proses

rekrutmen dengan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh tim kajian guna

mendapatkan 5 orang enumerator yang memiliki kapasitas sesuai dengan kebutuhan.

Proses rekrutmen dilakukan secara online melalui email CHEPS, kemudian tim akan

menyeleksi kandidat dengan kriteria latar belakang pendidikan, pengalaman kerja

dan domisili. Pada tahap akhir terdapat 15 orang (dari sekitar 80 pendaftar), yang

akan diwawancara hingga didapatkan 5 orang yang paling sesuai dengan job

description.

4.6. Tahap pelaksanaan studi

4.6.1. Proses koordinasi dengan Unit Kerja/SMF Hematologi

a. RSCM

Setelah peneliti mendapatkan surat lolos kaji etik dari FK UI, peneliti

melanjutkan proses perizinan melalui sekertariat direktur utama dan

didisposisikan ke bagian Penelitian. Setelah mendapatkan surat izin penelitian,

tim peneliti dan enumerator harus membuat tanda pengenal dari Bagian Diklat

Page 38: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

25

RSCM. Setelah proses itu selesai, peneliti melakukan koordinasi kepada Unit

Manajemen dan Sistem Informasi (UMSI) dan Instalasi Farmasi untuk

mendapatkan daftar pasien yang sesuai dengan kebutuhan studi untuk dicek

pada bagian rekam medis.

Pada saat proses koordinasi, diketahui bahwa departemen yang mengeluarkan

diagnosis pasien kanker tidak hanya di bagian Hematologi dan Onkologi

Medis, melainkan juga dari unit lain, seperti Patologi Anatomi. Karena itu, tim

juga mengajukan perluasan ijin penelitian ke unit tersebut.

b. RS Kanker Dharmais

Di RS Kanker Dharmais, sebelum mendapatkan surat ijin penelitian, tim

peneliti perlu mengurus notifikasi etik pada bagian komisi etik RS Kanker

Dharmais. Setelah selesai, tim peneliti berkoordinasi dengan bagian penelitian

untuk bisa mendapatkan surat ijin penelitian. Berbeda dengan rumah sakit

lain, di RS Kanker Dharmais, rumah sakit menentukan satu Konsulen

Hematologi dan Onkologi Medik (KHOM) yang bertugas sebagai narasumber

selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu, setelah mendapatkan surat

notifikasi etik dan surat ijin penelitian, tim peneliti bertemu dengan KHOM

untuk mendapatkan arahan dan strategi lapangan yang sesuai dan efisien serta

berkoordinasi dengan Kepala Unit Poli Onkologi Klinik. Untuk memudahkan

koordinasi dengan tim dokter RS, maka tim peneliti diminta oleh pihak RS

untuk melakukan presentasi kepada Tim Kerja Kanker Darah RS Kanker

Dharmais.

c. RS Hasan Sadikin

Perijinan dan koordinasi di RS Hasan Sadikin dilaksanakan oleh enumerator

secara langsung ke bagian penelitian. Di bagian penelitian, enumerator

mendapatkan surat ijin penelitian dan memproses pembuatan tanda pengenal.

Setelah itu, enumerator melakukan koordinasi kepada unit terkait penelitian

terutama unit farmasi dan SIRS. Data daftar pasien didapatkan dari unit

farmasi berdasarkan penggunaan obat rituksimab dan dari unit rekam medis

berdasarkan kode ICD X.

d. RS Saiful Anwar

Proses perijinan dan koordinasi di RS Saiful Anwar dilaksanakan oleh tim

peneliti secara online dan berkas dikirimkan melalui jasa pengiriman paket.

Setelah itu, tim peneliti diminta untuk mempresentasikan proposal penelitian

kepada pihak manajemen dan klinisi di rumah sakit. Proses permohonan ijin

Page 39: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

26

sudah dilakukan sejak bulan September 2018. Kemudian, pada bulan Januari

2019, setelah mendapatkan surat izin penelitian, proses koordinasi dilakukan

oleh enumerator. Dalam proses koordinasi pada unit-unit layanan,

pengumpulan data belum bisa dilakukan dikarenakan rumah sakit sedang

proses persiapan survey akreditasi.

e. RSUP Sanglah

Di RSUP Sanglah, terdapat dua tahapan dalam proses perijinan pengumpulan

data, yaitu proses uji etik penelitian dan proses pengajuan ijin penelitian. Pada

proses uji etik, peneliti melakukan presentasi proposal kepada komite etik FK

Udayana. Setelah presentasi, surat lolos uji etik didapatkan sekitar 1 bulan

kemudian. Bagian komite etik FK Udayana dan bagian penelitian RSUP

Sanglah secara automatis berkoordinasi memproses ijin penelitian. Surat ijin

penelitian keluar 2-3 bulan setelah surat lolos etik didapatkan sehingga pada

bulan Maret 2019 proses pengumpulan data dimulai.

4.6.2. Proses identifikasi pasien

a. RSCM

Setelah melakukan koordinasi dengan unit terkait, tim enumerator melakukan

telaah dokumen rekam medis khususnya pada kode ICD X 38.3 dan 85.9 sejak

tahun 2015-2018 dari daftar pasien yang sudah dipilih dari EHR dan Farmasi.

Per tanggal 10 Januari 2019, didapatkan 21 rekam medis yang telah ditelaah

dengan sembilan rekam medis yang sesuai dengan inklusi. pada umumnya,

setiap rekam medis menghabiskan waktu 4-5 jam untuk bisa ditelaah dengan

seksama dikarenakan informasi pasien yang sudah banyak. Adapun mayoritas

pasien yang tidak masuk inklusi penelitian dikarenakan terapi yang tidak

sesuai dengan kriteria eligibilitas penelitian.

b. RS Kanker Dharmais

Setelah berkoordinasi dengan KHOM, enumerator melakukan pengumpulan

daftar pasien yang menderita LNH DLBCL di unit farmasi dan berkoordinasi

dengan unit SIRS untuk mendapatkan data pasien. Dari SIRS, tim diminta

untuk mengajukan surat ijin penggunaan data pasien beserta variabel yang

Electronic Health

Record (EHR)

Instalasi Farmasi

Unit Manajemen

Sistem Informasi

Unit Rekam Medis

Pengisian CRFPoli Penyakit

DalamUnit

Penjaminan

Page 40: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

27

dibutuhkan diketahui oleh KHOM sehingga tim berkoordinasi kembali

dengan SMF Hematologi dan Onkologi Medik, sesuai pada bagan berikut:

Setelah dibuat surat permohonan penggunaan data, enumerator kembali

berkoordinasi dengan bagian SIRS terkait data yang dibutuhkan. Setiap

minggu tim peneliti melaporkan capaian pengumpulan data kepada KHOM,

serta tiap dua minggu kepada Tim Kerja Kanker Darah.

c. RSUP Hasan Sadikin

Setelah melakukan koordinasi dengan unit farmasi dan SIRS, tenyata unit

tersebut membutuhkan nama-nama dan nomor rekam medis pasien yang

menderita LNH DLBCL sehingga enumerator diminta untuk berkoordinasi

dengan unit Klinik Asnawati. Secara paralel, enumerator juga melakukan

proses koordinasi ke unit rekam medis (tahap tiga pada bagan) untuk

menelaah dokumen rekam medis. Pada unit ini, enumerator mendapatkan

daftar nama pasien LNH DLBCL dan sudah menjalani proses telaah rekam

medis selama dua hari. Unit rekam medis di RS Hasan Sadikin hanya dapat

dikunjungi pada hari Senin hingga Kamis. Karena itu, proses pengambilan

data rekam medis dilakukan di hari tersebut, sementara wawancara pasien

dilakukan pada hari Jumat dan Sabtu.

d. RSUP Sanglah

Setelah berkoordinasi dengan bagian penelitian, enumerator mendapatkan surat

ijin penelitian dan tanda pengenal. Proses identifikasi pasien dilakukan di unit

rekam medis. Hal ini dikarenakan enumerator tidak dijinkan untuk berkoordinasi

langsung dengan unit SIRS sehinggan proses identifikasi pasien dilakukan

Unit Farmasi SIRSUnit Rekam

MedisPengisian

CRFPoli Penyakit

DalamUnit

keuangan

Unit FarmasiInstalasi

Rawat Jalan Asnawati

Unit Rekam Medis

Pengisian CRF

Instalasi Rawat Jalan

Asnawati

Unit Penjaminan/

klaim

Page 41: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

28

langsung di unit rekam medis dengan menggunakan sistem informasi terintegrasi

di RSUP Sanglah. Secara paralel, enumerator juga melakukan koordinasi dengan

unit farmasi untuk mendapatkan data pasien berdasarkan penggunaan obat

rituksimab. Setelah didapatkan daftar pasien, enumerator melakukan pengisian

CRF dari hasil penelusuran rekam medis. Selain itu, enumerator juga melakukan

koordinasi dengan poli onkologi untuk mendapatkan ijin wawancara pasien.

Setelah tim mendapatkan pasien sesuai kriteria eligibilitas, enumerator

berkoordinasi dengan bagian penelitian untuk mendapatkan data biaya medis.

Hal ini dikarenakan proses permintaan data billing harus melalui bagian

penelitian RSUP Sanglah. Berikut adalah alur identifikasi pasien di RSUP Sanglah:

Unit Farmasi

Unit Rekam Medis

Pengisian CRF

Bagian Penelitian

SIRSUnit

Penjaminan/klaim

Page 42: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

29

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Response rate pengumpulan data

5.1.1. Data review rekam medis

Proses pengumpulan data parameter biaya dan utility dilakukan secara langsung di

lima rumah sakit sampel dengan mekanisme bervariasi sesuai dengan sistem

informasi yang ada di rumah sakit. Secara umum, alur identifikasi pasien dilakukan

dengan mencari daftar pasien dengan diagnosis LNH DLBCL melalui sistem

informasi rumah sakit atau bagian farmasi dengan mencari daftar pasien yang

mendapatkan obat rituksimab. Kemudian, dilakukan penapisan awal dokumen

rekam medis untuk mendapatkan pasien sesuai kriteria eligibilitas. Proses selanjutnya

dilakukan dengan penelusuran dokumen rekam medis untuk mengetahui gambaran

perawatan pasien dan data status kesehatan pada pasien yang sudah sesuai dengan

kriteria eligibilitas. Berikut adalah rekapitulasi pasien yang terkumpul selama

pengumpulan data:

Tabel 6. Distribusi jumlah responden hasil pengumpulan data

Penggunaan rituksimab

Nama Rumah Sakit (periode data) Total

Sampel RS Dharmais RSCM RSHS RS Sanglah RS Saiful Anwar

(2016-2018) (2012-2018) (2014 -2018) (2015-2018) (2015-2018)

Jumlah Penggunaan (kali) 1555 5917 1685

Pasien 221 606 292

Dengan Diagnosis LNH 551 566 142 1180

Dengan Diagnosis CLL 4 5 0

Dengan Diagnosis Non

LNH dan CLL

62 32 150

Unclear Diagnosis 1 3 0

Screening Awal RM by

Diagnosis

80 551 566 142 1339

Screening Lanjutan RM 56 42 137 47 282

Pasien Eligible untuk EE 31 30 46 12 119

Pasien Eligible untuk

DMC

31 17 6 0 54

Pasien wawancara Utility 14 10 20 2 46

Pasien wawancara Indirect

cost

12 10 20 2 44

Page 43: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

30

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat variasi sampel antara

parameter utility dan komponen biaya, karena tidak semua dokumen rekam medis

pasien yang telah ditelusuri lengkap tersedia. Dalam penelusuran, tidak semua

informasi yang dibutuhkan dalam studi seperti kondisi penyakit pasien, tanggal

kunjungan, dan status kesehatan dapat diperoleh dari rekam medis. Untuk data biaya

medis langsung, tidak semua billing yang didapatkan dari rumah sakit menuliskan

secara rinci sesuai kebutuhan studi selama kurun waktu pengumpulan data.

Biaya medis tidak langsung dan biaya tidak langsung diperoleh melalui wawancara

pasien yang dapat tidak lengkap karena pasien sendiri tidak mengetahui secara pasti

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan perawatan dan tidak ada pendamping

saat wawancara.

Dari 119 data pasien yang ditelusuri, diketahui bahwa perbandingan antara pasien

laki-laki dengan pasien perempuan tidak jauh berbeda. Pasien berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 65 pasien (55%) sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan 54

pasien (45%).

Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Sebanyak 60% pasien LNH DLBCL yang mendapatkan kemoterapi kombinasi R-

CHOP sesuai sampel studi merupakan pasien yang dirujuk dari rumah sakit lain.

Hanya sebesar 7% pasien yang mendapatkan kemoterapi tanpa rujukan atau atas

keinginan sendiri untuk mendapatkan perawatan. Pasien yang mendapatkan

kemoterapi di rumah sakit tempat studi rerata berusia 50 tahun dengan pasien tertua

adalah pasien berusia 75 tahun, sesuai pada tabel berikut:

55%45%

Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Page 44: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

31

Tabel 7. Rerata usia pasien LNH DLBCL pada studi

Umur Rerata Simpang Baku Minimal Maksimal

50,8 11,21 20 75

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Rujukan

Latar belakang pendidikan mayoritas pasien adalah lulusan SMA/ sederajat (36%),

sedangkan paling sedikit adalah pasien yang tidak bersekolah sebesar 2%.

Gambar 5. Latar belakang pendidikan pasien pada studi di 4 rumah sakit sampel

Berdasarkan data demografi yang didapatkan pada dokumen rekam medis,

ditemukan bahwa sekitar 1 dari 4 pasien adalah karyawan swasta. Sebesar 21% pasien

adalah ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan dengan jumlah terendah dari pasien

pada studi adalah PNS (8%), dan tidak bekerja (8%) seperti pada gambar berikut:

7%

60%

33%

Karakteristik Pasien Berdasarkan Status Rujukan

Tidak denganrujukan

Dirujuk

NA

2%

11% 4%

36%

7%

20%

20%

Latar Belakang Pendidikan Pasien Pada Studi

1 Tidak sekolah

2 SD

3 SMP

4 SMA

5 Diploma

6 S1/S2/S3

Page 45: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

32

Gambar 6. Pekerjaan pasien pada studi di 4 rumah sakit sampel

Dalam penelusuran data perawatan pasien pada dokumen rekam medis, tidak semua

informasi terkait stadium pasien tersedia. Dari data seluruh subyek yang diinklusi,

45% pasien tidak diketahui informasi stadium dari dokumen rekam medis.

Kemudian, 24% pasien berada pada stadium kedua sedangkan paling sedikit adalah

pasien dengan stadium empat (8%).

Gambar 7. Karakteristik pasien berdasarkan stadium

5.1.2. Data biaya langsung dan tidak langsung

Data biaya yang digunakan pada studi ini yang menjadi parameter model adalah

biaya medis langsung dan tidak langsung. Data dasar biaya yang masuk dalam model

secara umum adalah total biaya medis, biaya perawatan, biaya obat rituksimab, biaya

obat kemoterapi, dan biaya tidak langsung. Proses pengumpulan data untuk

parameter biaya dilakukan di tiap rumah sakit tempat studi dengan mengikuti alur

sebagai berikut:

8%

10%

24%

21%

8%

15%

14%

Pekerjaan Pasien Pada Studi

1 PNS

2 Wirawasta

3 Karyawan swasta

4 Ibu rumah tangga

5 Tidak bekerja

6 Lainnya

7 tidak ada data

9%

24%

14%8%

45%

Distribusi Pasien Berdasarkan Stadium

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4

NA

Page 46: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

33

Gambar 8. Alur pengumpulan data

Dalam pengumpulan data biaya langsung medis, tim melakukan identifikasi secara

retrospektif sedangkan untuk data biaya tidak langsung dilakukan dengan

pendekatan prospektif.

Pendekatan retrospektif

Untuk mendapatkan data biaya langsung medis, tim menelusuri melalui unit sistem

informasi rumah sakit setelah mengetahui pasien dengan eligibilitas sesuai kriteria

studi. Proses selanjutnya, tim mengidentifikasi kelengkapan informasi pasien pada

rekam medis. Informasi yang dibutuhkan adalah nomor rekam medis, usia pasien,

tanggal dilakukan pemeriksaan CD20+, jenis perawatan pasien, status pembayaran,

tanggal kunjungan, status rujukan, dan status kesehatan pasien selama perawatan.

Pada studi ini, pasien yang dijadikan sebagai sampel adalah pasien dengan periode

perawatan tahun 2014-2018.

Pendekatan prospektif

Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan data biaya langsung non-medis, biaya

tidak langsung, dan utility dengan wawancara pada pasien/pendamping pasien.

Adapun langkah-langkah identifikasi responden adalah:

1. Identifikasi pasien LNH DLBCL yang masih dalam fase perawatan berdasarkan data

register pasien diperoleh dari catatan perawatan di poliklinik/daftar pasien dari

sistem informasi rumah sakit

Page 47: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

34

2. Mengidentifikasi pasien yang dapat diwawancarai dan berkoordinasi dengan DPJP

3. Mengkonfirmasi data demografi pasien yang diwawancara melalui buku register

poli/SIRS/RM (nama, nomor telepon, alamat).

Seluruh komponen biaya yang didapatkan melalui pendekatan retrospektif dan

prospektif dilaporkan secara terpisah pada fase stabil dan progresif dalam satuan

siklus per pasien. Pada studi ini, terkumpul 54 data biaya langsung medis serta 45

data biaya langsung non-medis, dan biaya tidak langsung dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 8. Distribusi responden komponen biaya berdasarkan fase perawatan

Rumah Sakit n Responden n Progression Free n Progressive

Direct Medical Cost

RS Kanker Dharmais 31 31 5

RS Cipto Mangunkusumo 17 17 1

RS Hasan Sadikin 6 6 0

RS Saiful Anwar 0 0 0

RS Sanglah 0 0 0

Total 54 54 6

Direct Non Medical Cost dan Non Medical Cost

RS Kanker Dharmais 12 9 3

RS Cipto Mangunkusumo 10 10 0

RS Hasan Sadikin 20 20 0

RS Saiful Anwar 0 0 0

RS Sanglah 2 2 0

Grand Total 44 41 3

*Catatan: responden pada fase stabil dan fase progresif dapat merupakan pasien yang sama

karena responden mengalami fase progression freedan juga fase progresif secara

berkesinambungan

5.1.3. Data utilitas

Pada studi ini, data utilitas didapatkan secara prospektif pada pasien LNH DLBCL

yang sedang menjalankan kemoterapi dengan minimal kemoterapi sebanyak 3 kali.

Selama masa pengumpulan data, didapatkan 46 responden yang didapatkan dari

lima rumah sakit tempat studi. Adapun distribusi responden berdasarkan rumah

sakit tempat studi, adalah sebagai berikut:

Page 48: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

35

Tabel 9. Distribusi data utilitas (kualitas hidup)

Rumah Sakit n Responden n Progression Free n Progressive

RS Kanker Dharmais 14 9 5

RS Cipto Mangunkusumo 10 10 0

RS Hasan Sadikin 20 20 0

RS Saiful Anwar 0 0 0

RS Sanglah 2 2 0

Grand Total 46 41 5

5.2. Pola Pemanfaatan rituksimab berdasarkan indikasi penyakit

Penilaian pemanfaatan rituksimab ini dilakukan dengan merujuk pada data klaim

JKN tahun 2018. Identifikasi kasus/pasien berdasarkan kode ICD-X diagnosis primer,

sekunder hingga tersier. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak adanya kesalahan

dalam mengidentifikasi kasus LNH akibat tingginya variasi diagnosis LNH

berdasarkan sub-tipe.

Gambar 9. Rekapitulasi klaim pemanfaatan rituksimab tahun 2018

DLBCL Follicular LNH-Unspecified Other-LNH CLL

Non-Fornas Fornas

Klaim 9,681,963,120 3,732,741,573 1,020,574,341 34,904,066,968 7,106,522,830 227,199,844

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Mili

ar

Klaim Pemanfaatan rituksimab - 2018

6.6%

12.5%

0.4%

17,1%

1.8%

61.6%

Page 49: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

36

Berdasarkan data klaim BPJS Kesehatan, pemanfaatan rituksimab pada 2018 sebesar

Rp 56.673.068.676. Pemanfaatan rituksimab berdasarkan Formularium Nasional

adalah 82,5% dari total klaim rituksimab atau sebesar Rp. 46.763.905.712 (DLBCL,

Follicular, LNH tidak spesifik, dan LNH tipe lainnya) sedangkan total klaim

pemanfaatan rituksimab di luar indikasi fornas (LNH dan CLL) sebesar 9,9 miliar

rupiah (17,5%). Grafik diatas menggambarkan bahwa subtipe LNH yang paling

banyak (terkonfirmasi) menggunakan rituksimab adalah DLBCL (6,6% dari total

klaim rituksimab), meskipun sebagian besar kasus diklasifikasikan dalam LNH tidak

spesifik, yaitu 61,6% dari total klaim pemanfaatan rituksimab.

Jika ditelaah lebih lanjut, kasus dengan klasifikasi LNH tidak spesifik banyak terdapat

di rumah sakit rujukan provinsi. Adapun daftar 10 rumah sakit dengan pasien yang

mendapatkan terapi rituksimab terbanyak pada tahun 2016-2018 adalah sebagai

berikut:

Tabel 10. Pola pemanfaatan rituksimab terbanyak pada 10 rumah sakit tahun 2016-2018

Rumah Sakit 2016 2017 2018 Jumlah

RSUP DR. SARDJITO 12 341 392 745

RS. HASAN SADIKIN 386 136 178 700

RS.PKU MUHAMMADIYAH SKA

143 227 43 413

RSUP Dr M HOESIN 44 108 105 257

RSUP SANGLAH DENPASAR 2 134 108 244

RSUP DR. KARIADI 4 153 187 344

RS SANTOSA CENTRAL 28 66 99 193

RSUP DR SARDJITO - 98 90 188

RSUP PERSAHABATAN - 8 164 172

RS KASIH IBU SURAKARTA 13 29 87 129

5.3. Pola pengobatan pasien LNH DLBCL

Berdasarkan hasil analisis biaya langsung medis, pola pemanfaatan rituksimab pada

pasien LNH DLBCL adalah 77% kombinasi terapi R-CHOP 6-8 siklus, 16,7% pasien

kombinasi terapi R-CHOP, dan 7,4% pasien dengan kemoterapi saja. Pasien yang

mendapatkan R-CHOP tidak berarti bahwa pasien tersebut mendapatkan terapi yang

sama di tiap siklus. Ada kemungkinan pasien mendapatkan variasi terapi, seperti R-

CHO, R-HP, R-CHP, atau rituksimab saja. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasien

saat evaluasi pasca kemoterapi dan juga ketersediaan obat R-CHOP lengkap di bagian

Page 50: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

37

farmasi rumah sakit. Adapun rincian pola pemanfaatan rituksimab pada pasien yang

menjadi sampel studi adalah:

Gambar 10. Pola pemanfaatan rituksimab pada pasien studi

Berdasarkan hasil verifikasi dengan dokter penanggung jawab pasien, dapat

disimpulkan bahwa variasi pola pemberian obat rituksimab dan kemoterapi

bergantung pada kondisi kesehatan umum pasien seperti stabilitas jantung, kadar

gula darah, dan kondisi spesifik lainnya. Selain itu, faktor finansial juga menjadi

keterbatasan dalam penggunaan rituksimab. Sebagai contoh, pasien peserta JKN

mendapatkan terapi rituksimab maksimum 8 kali.

Praktik penggunaan kemoterapi saja (CHOP/ COEP) masih ditemukan pada pasien

LNH DLBCL di beberapa rumah sakit tempat studi. Hal ini dapat dipengaruhi dari

kondisi kesehatan pasien, durasi penerimaan hasil pemeriksaan CD20 dari rumah

sakit, serta ketersediaan obat di rumah sakit.

Pati

ent

Elig

ible

: 54

RCHOP 6-8 siklus: 42

RCHOP(5): 6 RICE(3): 1

RCHOP(5)+RCHOPlike: 6 RICE(3): 1

RCHOP(6): 23

ICE: 1

RICE: 2

RCHOP(7): 2

RCHOP(7): 1

RCHOP(7)+R/RP: 1

RCHOP(8): 5

RCHOP 2-4 siklus: 9

RCHOP (2) +CHOP (6): 1 ICE: 1

RCHOP(3): 1

RCHOP(4) + RCHO(2): 3

RCHOP (4): 2

RCHOP(4) + CHOP(1): 2

CHOP/COEP: 4

CHOP: 1

COEP: 3

Page 51: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

38

5.4. Efektivitas klinis penggunaan rituksimab pada pasien dengan LNH

DLBCL CD20+

5.4.1. Identifikasi studi

Seleksi studi

Pengumpulan bukti efektivitas klinis dilakukan dengan menelusuri dan menelaah

studi dengan desain systematic review/meta-analisis (SR/MA) yang telah disusun

sebelumnya. Studi SR/MA disusun sebelumnya dengan mensintesis bukti ilmiah

terbaik yang tersedia.

Hasil penelusuran studi SR/MA pada database PubMed/MEDLINE, Cochrane

Database of Systematic Review, dan CRD York (terdiri atas Database of Abstracts of

Reviews of Effects (DARE), NHS Economic Evaluation Database (NHS EED), dan

Health Technology Assessment Database (HTA Database)) mendapatkan total 471

studi. Setelah melakukan penapisan studi yang duplikat, terdapat 29 studi yang

dieksklusi karena duplikasi. Penapisan judul dan abstrak dilakukan pada 442 studi,

di mana 342 studi di antaranya dieksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria

eligibilitas. Naskah lengkap dari 100 studi yang tersisa, dibaca untuk menilai

kesesuaian studi dengan lebih mendalam. Dari 100 studi, terdapat 93 studi yang

dieksklusi dengan berbagai alasan, dan menyisakan 7 studi SR/MA yang memenuhi

kriteria untuk ditelaah lebih lanjut. Alur seleksi studi dapat dilihat pada gambar 8.

Karakteristik studi

Seluruh 7 studi SR/MA yang dipilih adalah systematic review/meta-analisis dari studi

individu dengan desain uji klinis terandomisasi (RCT). Study SR/MA oleh Hua 2015,

Zhang 2014, Fleury 2016 hanya melaporkan outcome keamanan saja dan tidak menilai

luaran efektivitas klinis berupa survival/response rate. Karakteristik dari 4 studi SR/MA

yang membahas efektivitas dan keamanan rituksimab pada pasien DLBCL dapat

dilihat pada Tabel 10.

Page 52: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

39

Gambar 11. Alur penelusuran studi

Page 53: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

40

Tabel 11. Karakteristik studi SR/MA yang diinklusi

Study name Title Population Interven-

tion

Compa-

rator Outcomes

Number of

RCTs in SR

Number of Excluded

RCTs in SR (reasons)

Number of

Eligible RCTs in

SR

(Study ID)

Meng 2015 Efficacy and safety of

rituksimab combined with

chemotherapy in the

treatment of diffuse large B-

cell lymphoma: a meta-

analysis.

DLBCL R-CHOP CHOP Complete response

Overall response

Overall survival

Adverse effect

10 7 (Chinese language)

1 (Chemo CEOP)

1 (escalated chemo)

1 (Feugier 2005)

Fang 2010 A systematic review and

meta-analysis of rituksimab-

based mmunochemotherapy

for subtypes of diffuse large

B cell lymphoma.

DLBCL R-Chemo Identical

chemo

Overall survival

Disease control

Overall response

6 2 (Chinese language)

1 (R-CHEOP)

2 (R-CHOP like)

1 (RTCOP)

0

Gao 2010 A systematic review and

meta-analysis of

immunochemotherapy with

rituksimab for B-cell non-

Hodgkin's lymphoma.

B-cell non-

Hodgkin’s

lymphoma

R-Chemo Identical

chemo

Overall survival

Progression free

survival

Event-free survival

Time to treatment

failure

Time to progression

Adverse events

12 1 (R-CHOP like)

1 (Chinese language)

1 (R as maintenance)

8 (Mantle cell/follicular

lymphoma/unspecified

LNH)

1 (Coiffier 2002)

Knight 2004 rituksimab (MabThera) for

aggressive non-Hodgkin's

lymphoma: systematic

review and economic

evaluation.

DLBCL R-CHOP CHOP Event-free survival

Overall survival

Response rates

Toxic effects

1 - 1 (Coiffier 2002)

Page 54: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

41

5.4.2. Penilaian risiko bias

Untuk menilai risiko bias pada systematic review, peneliti menggunakan AMSTAR

checklist (Assessing Methological Quality of Systematic Review). Format ini terdiri atas 16

pertanyaan penilaian dan dilakukan pada empat jurnal yang telah terseleksi sesuai

kriteria eligibilitas. Hasil penilaian kualitas dari studi SR/MA yang dinilai

menggunakan AMSTAR (Assessing the Methodological Quality of Systematic Reviews)

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 12. Penilaian risiko bias studi SR/MA menggunakan AMSTAR

Quality assessment: AMSTAR Meng 2015 Fang 2010 Gao 2010 Knight 2004

1. Did the research questions and inclusion

criteria for the review include the components

of PICO?

Yes Yes Yes Yes

2. Did the report of the review contain an

explicit statement that the review methods

were established prior to the conduct of the

review and did the report justify any

significant deviations from the protocol?

No Partial Yes Partial Yes No

3. Did the review authors explain their selection

of the study designs for inclusion in the

review?

Yes Yes Yes Yes

4. Did the review authors use a comprehensive

literature search strategy?

No Partial Yes Partial Yes Yes

5. Did the review authors perform study

selection in duplicate?

No Yes Yes No

6. Did the review authors perform data

extraction in duplicate?

No No Yes Yes

7. Did the review authors provide a list of

excluded studies and justify the exclusions?

No Yes No No

8. Did the review authors describe the included

studies in adequate detail?

No Yes Partial Yes Partial Yes

9. Did the review authors use a satisfactory

technique for assessing the risk of bias (RoB)

in individual studies that were included in the

review?

No No Partial Yes No

10. Did the review authors report on the sources

of funding for the studies included in the

review?

No Yes Yes No

Page 55: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

42

Quality assessment: AMSTAR Meng 2015 Fang 2010 Gao 2010 Knight 2004

11. If meta-analysis was performed did the review

authors use appropriate methods for statistical

combination of results?

No Yes Yes No MA (only

1 study

include)

12. If meta-analysis was performed, did the

review authors assess the potential impact of

RoB in individual studies on the results of the

meta-analysis or other evidence synthesis?

No No No No MA (only

1 study

include)

13. Did the review authors account for RoB in

individual studies when interpreting/

discussing the results of the review?

No No No Yes

14. Did the review authors provide a satisfactory

explanation for, and discussion of, any

heterogeneity observed in the results of the

review?

No Yes Yes Yes

15. If they performed quantitative synthesis did

the review authors carry out an adequate

investigation of publication bias (small study

bias) and discuss its likely impact on the

results of the review?

Yes No No

16. Did the review authors report any potential

sources of conflict of interest, including any

funding they received for conducting the

review?

Yes No Yes Yes

Studi Meng 2015 merupakan SR/MA yang dilakukan dengan menggabungkan 10

RCT. Walaupun banyak, ada dua artikel yang menggunakan definisi intervensi yang

berbeda. Di samping itu proses meta-analisis dari kesepuluh artikel tersebut tidak

dijelaskan dengan eksplisit. Secara keseluruhan, kualitas dari studi ini tidak

memenuhi kriteria AMSTAR. Hal serupa juga terjadi pada studi oleh Fang 2010 dan

Gao 2010. Studi SR/MA tidak murni membandingkan antara RCHOP vs CHOP untuk

pasien DLBCL, melainkan melibatkan juga regimen lain seperti RCHEOP dan

RTCOP, serta pasien dengan Mantle cell/follicular lymphoma/unspecified LNH. Kualitas

dari kedua studi SR/MA ini juga tidak baik. Studi Knight 2004 memiliki kualitas yang

lebih baik dari ketiga studi lainnya namun dilakukan 15 tahun yang lalu.

Untuk mendapatkan literatur yang sesuai, dilakukan pemilihan studi RCT yang

diinklusi dalam 4 SR/MA yang ada, yang memenuhi kriteria eligibilitas, dan

mendapatkan 3 studi RCT yang memenuhi kriteria eligibilitas. Studi lainnya

dieksklusi karena berbahasa China, bukan regimen RCHOP/CHOP serta bukan

pasien DLBCL.

Page 56: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

43

5.4.3. Sintesis data

Karakteristik studi RCT

Tiga studi yang memenuhi kriteria eligibilitas adalah uji klinis terandomisasi yang

membandingkan RCHOP dengan CHOP pada pasien LNH DLBCL dengan CD20+.

Studi pertama oleh Coiffier 2002 merupakan uji klinis pertama yang dilakukan

membandingkan dua regimen kemoterapi RCHOP vs CHOP. Dua studi lainnya

(Feugier 2005, dan Coiffier 2010), merupakan kelanjutan dari studi oleh Coiffier 2002,

namun dengan waktu pengamatan yang lebih panjang yaitu 5 tahun dan 10 tahun.

Karakteristik dari studi RCT yang diinklusi serta hasil penilaian risiko bias

menggunakan JADAD score dapat dilihat pada Tabel 12.

Luaran kesintasan berupa event-free survival, progression-free survival dan overall

survival dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14. Ketiga studi ini juga melaporkan

respon tumor dan toksisitas yang dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16.

Page 57: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

44

Tabel 13 Karakteristik studi RCT yang diinklusi

Studi Populasi Intervensi Kontrol Luaran

Coiffier 2002

Feugier 2005*

Coiffier

2010**

Pasien de novo DLBCL.

Pasien DLBCL dengan

konfirmasi CD20+ oleh

minimum 3 ahli

histopatologi

Median usia = 69 tahun

8 siklus R-CHOP:

Rejimen CHOP

rituksimab, pada

dosis375 mg per m2,

pada hari pertama di

tiap 8 siklus CHOP

8 siklus CHOP, setiap tiga minggu:

750 mg siklofosfamid per m2

permukaan tubuh di hari pertama;

50 mg doksorubisin per m2 di hari ke-

1;

1,4 mg vincristine per m2, hingga

dosis maksimum 2 mg, di hari

pertama;

40 mg prednison per m2 tiap hari

selama lima hari

Respon tumor (setelah 8 siklus)

Event-free survival

Overall survival

Risiko kegagalan pengobatan

Risiko kematia

Toksisitas

Median follow-up = 2 tahun

*Median follow up = 5 tahun

**Median follow up = 10 tahun

Skor JADAD: 2 poin (apabila studi melaporkan bahwa penelitian tersebut melaporkan telah melakukan randomisasi & menyatakan jumlah serta alasan

dropout atau alasan pengunduran diri di tiap kelompok)

*Long-term follow up for study: Coiffier 2002; **Long-term follow up for study: Coiffier 2002

Page 58: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

45

Tabel 14 Probabilitas kesintasan

Luaran

R-CHOP

%survival (IK

95%)

CHOP

%survival (IK 95%)

Relative risk

(IK 95%) Nilai p

Event free survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

57 (50 - 64)

47 (39,9 - 54,1)

Tidak dilaporkan

38 (32 - 45)

29 (23,1 - 35,8)

Tidak dilaporkan

0,55 (0,41 – 0,75)

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

< 0,001

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Progression free

survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

Tidak dilaporkan

54 (46,8 – 61,6)

36,5 (29,7 – 43,5)

Tidak dilaporkan

30 (24,4 – 37,3)

20,1 (14,6 – 26,2)

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Overall survival

2 tahun

5 tahun

10 tahun

70 (63 - 77)

58 (50,8 - 64,5)

43.5 (36,4 – 50,4)

57 (50 - 64)

45 (39,1 - 53,3)

27,6 (21,4 – 34,3)

0,53 (0,37 – 0,77)

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

0,007

Tidak

dilaporkan

Tidak

dilaporkan

Tabel 15 Median kesintasan

Luaran

(setelah follow-up 10 tahun)

R-CHOP

Median (IK 95%)

CHOP

Median (IK 95%) Nilai p

Event free survival (tahun) 3,8 (2,37 - ) 1,1 (0,8 – 1,5) < 0,001

Progression free survival (tahun) 4,8 (2,7 – 7,6) 1,2 (0,9 – 1,8) < 0,001

Overall survival (tahun) 8,4 (5,4 - ) 3,5 (2,2 – 5,5) < 0,001

Page 59: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

46

Tabel 16 Respon tumor

Deskripsi Respon tumor n (%)

Median follow up 2 tahun 5 tahun 10 tahun

Rejimen RCHOP CHOP RCHOP CHOP RCHOP CHOP

N N = 202 N = 197 N = 202 N = 197 N = 202 N = 197

Kejadian (events) 86 (42.6) 120 (60.9) 106 (52.5) 142 (72.1) 131 (64.9) 158 (80.2)

PD selama pengobatan 19 (9.4) 44 (22.3) 19 (9.4) 44 (22.3) 19 (9.4) 44 (22.3)

Alternatif baru pengobatan 11 (5.4) 9 (4.6) 11 (5.4) 9 (4.6) 11 (5.4) 9 (4.6)

PD setelah SD 1 (0.5) 1 (0.5) 1 (0.5) 1 (0.5) 1 (0.5) 1 (0.5)

PD setelah PR 5 (2.5) 4 (2.0) 6 (3.0) 4 (2.0) 6 (3.0) 5 (2.5)

Kambuh pada pasien CR 29 (14.4) 49 (24.9) 40 (19.8) 67 (34.0) 49 (24.3) 71 (36.0)

Meninggal pada saat

pengoabtan 12 (5.9) 11 (5.6) 12 (5.9) 12 (6.1) 12 (5.9) 12 (6.1)

Meninggal setelah

pengobatan (setelah CR) 9 (4.5) 2 (1.0) 17 (8.4) 5 (2.5) 33 (16.3) 16 (8.1)

Event-free 116 (57.4) 77 (39.1) 96 (47.5) 55 (27.9) 71 (35.1) 39 19.8)

PD = progressive disease; SD = stable disease; CR = complete response; PR = partial response

Page 60: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

47

Tabel 17. Toksisitas

Kejadian Tingkat berapapun Tingkat 3 atau 4

RCHOP CHOP RCHOP CHOP

persentase pasien dengan minimal satu kejadian pada satu siklus

Demam 64 59 2 5

Infeksi 65 65 12 20

Mukositis 27 31 3 2

Toksisitas hati 46 46 3 5

Toksisitas jantung 47 35 8 8

Toksisitas neurologi 51 54 5 9

Toksisitas ginjal 11 14 1 2

Toksisitas paru 33 30 8 11

Mual muntah 42 48 4 8

Konstipasi 38 41 2 5

Alopesia 97 97 39 45

Toksisitas lainnya 84 80 20 25

Adverse event didefinisikan sebagai setiap perburukan dari kondisi awal, baik terkait

atau tidak terkait dengan pengobatan. Setiap kejadian (event) dinilai berdasarkan

kriteria penilaian dari the National Cancer Institute Common Toxicity Criteria grading

system. Semakin tinggi grade, mengindikasikan toksisitas yang semakin parah.

5.5. Efektivitas biaya penggunaan rituksimab pada pasien dengan LNH

DLBCL CD20+

5.5.1. Rerata biaya langsung medis

Komponen yang diperhitungkan dalam biaya langsung medis teermasuk biaya

rituksimab, kemoterapi CHOP dan hospitalisasi yang meliputi biaya tindakan, rawat

jalan/rawat inap, dan obat lain selain kombinasi kemoterapi yang telah dipisahkan.

Secara umum, proporsi terbesar biaya langsung medis pada RCHOP adalah biaya

obat rituksimab sebesar 60%, diikuti biaya medis diluar laboratorium dan radiologi

sebanyak 12%. Biaya langsung medis terendah adalah biaya administrasi (2%), biaya

alat dan bahan medis habis pakai (ABHP) sebesar 2% ,dan biaya obat lain, termasuk

obat efek samping sebesar 3% dari rerata biaya langsung medis. Proporsi biaya

langsung medis pada pasien dengan LNH DLBCL CD20+ secara perinci sebagai

berikut:

Page 61: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

48

Tabel 18. Rerata biaya langsung medis pasien dengan LNH DLBCL CD20+

Total Rerata Persentase

RCHOP

Administrasi 58.176.467 1.939.216 2%

Akomodasi 394.952.200 8.976.186 8%

Farmasi obat lain 175.808.968 3.821.934 3%

ABHP 118.589.036 2.757.885 2%

rituksimab 3.263.943.345 70.955.290 61%

CHOP 595.992.879 12.956.367 11%

Tindakan medis lain 649.519.830 14.119.996 12%

Laboratorium 234.348.456 6.008.935 5%

Radiologi 368.083.412 9.202.085 8%

konsul/ visit 131.954.800 2.932.329 3%

TOTAL 5.351.143.644 116.329.210

CHOP

Administrasi 7.068.850 2.356.283 2%

Akomodasi 38.225.000 12.741.667 12%

Farmasi obat lain 37.874.301 12.624.767 11%

ABHP 27.146.961 9.048.987 8%

CHOP 48.062.108 16.020.703 15%

Tindakan medis lain 88.774.720 29.591.573 27%

Laboratorium 27.710.000 9.236.667 8%

Radiologi 33.327.000 11.109.000 10%

konsul/ visit 22.224.000 7.408.000 7%

TOTAL 330.412.940 110.137.647

Untuk pasien yang hanya mendapatkan kemoterapi CHOP, rerata biaya langsung

medis terbesar adalah biaya untuk tindakan medis lain sebesar 27% dan untuk obat

kemoterapi 15%. Sedangkan biaya terendah adalah biaya administrasi sebesar 2%.

Dari data biaya langsung medis di atas, perhitungan biaya yang masukkan pada

model evaluasi ekonomi dikonversikan dengan nilai uang pada tahun saat model

evaluasi ekonomi dibuat dengan menggunakan tabel Consumer Price Index (CPI) dari

World Bank. Setelah dilakukan konversi, biaya yang dimasukkan dalam model

representasi biaya dalam satuan per siklus perawatan atau sekitar 3 minggu.

Page 62: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

49

Tabel 19. Data biaya langsung medis

Progression Free Progressive

Biaya rituksimab CHOP Hospitalisasi rituksimab ICE Hospitalisasi

Bia

ya

lan

gsu

ng

m

ed

is

RC

HO

P

Rerata 9,077,136 633,555 6,090,157 7,953,236 2,264,059 7,545,499

Minimal 1,529,000 342,740 1,554,622 1,529,000 1,678,240 6,417,695

Maksimal 11,076,819 878,804 28,447,650 9,494,416 2,753,180 11,362,440

Median 9,174,000 658,533 4,856,859 9,174,000 2,338,858 6,862,112

Simpang

baku

1,112,362 108,785 4,127,574 3,149,829 500,088 1,889,851

Std error 118,578 12,317 445,088 1,285,912 204,160 771,528

Progression Free Progressive

Biaya rituksimab CHOP Hospitalisasi rituksimab ICE Hospitalisasi

Bia

ya

lan

gsu

ng

m

edis

CH

OP

Rerata 715.554 5.202.359 2,264,059 7,545,499

Minimal 464.391 1.370.671 1,678,240 6,417,695

Maksimal 924.410 25.565.429 2,753,180 11,362,440

Median 685.212 3.231.361 2,338,858 6,862,112

Simpang

baku

105.042 5.486.316

500,088 1,889,851

Std error 23.488 1.258.647 204,160 771,528

Page 63: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

50

Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata biaya rituksimab di beberapa rumah sakit

pada fase pasien progression free sekitar 9 juta rupiah, sedangkan rerata biaya CHOP

sekitar 600 ribu rupiah. Biaya hospitalisasi pada tahap progression free per siklus

perawatan diketahui sebesar 6 juta rupiah sedangkan biaya rituksimab, ICE, dan

hospitalisasi pada tahap progresif berturut-turut adalah 7,9 juta rupiah; 2,2 juta

rupiah; dan 7,5 juta rupiah.

Sebagai komparator, rerata biaya perawatan untuk pasien yang hanya mendapatkan

CHOP (tanpa rituksimab) adalah sekitar 5,2 juta rupiah untuk biaya hospitalisasi per

siklus, dan sekitar 715 ribu rupiah untuk rerata biaya CHOP per siklus.

5.5.2. Rerata biaya langsung non-medis

Sama halnya dengan biaya langsung medis, satuan biaya untuk biaya langsung non-

medis juga dinyatakan dalam satuan per siklus. Komponen biaya langsung medis

meliputi biaya transportasi menuju fasilitas layanan kesehatan, biaya suplemen, biaya

caregiver, dan pengeluaran lain yang secara prinsip dikeluarkan untuk menunjuang

perawatan medis.

Tabel 20. Data biaya langsung non-medis

Progression Free Progressive

Bia

ya

lan

gsu

ng

no

n

med

is

Rerata 1,297,281 4,685,253

Minimal 120,000 166,667

Maksimal 5,839,333 9,409,091

Median 818,500 4,480,000

Simpang baku 1,508,821 4,624,629

Std Error 232,816 969,590

Tabel di atas menunjukkan rerata biaya langsung non medis pada tahap stabil

(progression free) sekitar 1,2 juta rupiah per siklus (3 minggu perawatan). Sedangkan

rerata biaya langsung medis untuk fase progresif sekitar 4,6 juta rupiah. Perbedaan

biaya yang cukup tinggi tersebut secara umum didorong oleh tingginya biaya obat

penyerta dan frekuensi kunjungan ke Rumah Sakit.

5.5.3. Rerata biaya tidak langsung

Komponen biaya tidak langsung dalam hal ini menjelaskan terkait dengan biaya

produktivitas yang hilang selama proses perawatan pasien di rumah sakit. Dalam

Page 64: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

51

studi ini, biaya produktivitas yang diperhitungkan adalah biaya riil yang dihasilkan

dari pasien yang sebelumnya aktif bekerja. Akibatnya, biaya peluang yang hilang

untuk ibu rumah tangga dan anak (sekolah) diasumsikan nol.

Tabel 21. Data biaya tidak langsung

Progression Free Progressive

Bia

ya

tid

ak

lan

gsu

ng

Rerata 2,035,848 538,636

Minimal 33,333 350,000

Maksimal 11,477,500 727,273

Median 1,000,000 538,636

Simpang baku 2,877,552 266,772

Std Error 713,596 154,021

Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata biaya peluang yang hilang pada pasien

selama proses perawatan adalah sekitar 2 juta rupiah per satu siklus perawatan di fase

stabil. Sedangkan biaya peluang yang hilang pada fase progresif adalah sekitar 530

ribu rupiah.

5.5.4. Utility

Studi ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan kombinasi terapi rituksimab

dan kemoterapi dengan kemoterapi saja pada pasien LNH DLBCL dengan CD20+.

Luaran yang diharapkan dari studi ini adalah angka tahun hidup (survival rate) dan

nilai utilitas (utility values). Pasien LNH DLBCL dinilai stabil jika menjalani

kemoterapi dengan kombinasi rituksimab selama 6-8 siklus secara rutin sedangkan

pasien LNH DLBCL progresif adalah pasien yang mendapatkan perubahan rejimen

terapi lini kedua.

Dalam menilai utilitas pasien LNH, beberapa instrumen generik dapat digunakan

antara lain EQ-5D, SF-6D, 15D, dan HUI3. Di antara instrumen tersebut, EQ-5D adalah

instrumen yang umum digunakan pada penelitian onkologi. Pada instrumen ini,

terdapat lima dimensi yang diukur yaitu dimensi mobilitas, perawatan diri, aktivitas

sehari-hari, nyeri, dan depresi/cemas. Respon dari setiap dimensi digambarkan

dengan lima tingkatan dari kondisi terbaik (nilai 1) sampai terburuk (nilai 5). Selain

itu, pada instrumen ini juga dilakukan pengukuran skala visual analog sehingga pasien

dapat memberikan nilai kondisi kesehatannya dengan rentang 0 (terburuk) sampai

100 (terbaik).

Page 65: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

52

Untuk mendapatkan data ini, peneliti melakukan wawancara pasien pada saat

kemoterapi belum dilakukan untuk menghindari bias akibat efek samping

kemoterapi. Pasien yang dipilih adalah pasien yang telah menjalankan minimal 3 kali

kemoterapi RCHOP. Dari hasil pengumpulan data, sebanyak 46 responden berhasil

diwawancarai di lokasi studi. Dari 46 responden tersebut, 41 responden berada pada

kondisi progression free dan 5 responden berstatus progresif.

Dengan menggunakan value set versi Indonesia, nilai rerata utilitas pasien dengan

kondisi progression free adalah 0,739 (SD=0,229); sementara pasien yang berstatus

progresif adalah 0,481 (SD=0,260). Pada studi ini, nilai utilitas pasien dipengaruhi oleh

kondisi status kesehatan pasien pada fase progression free atau progresif tanpa

dipengaruhi jenis terapi yang didapatkan pasien.

5.5.5. Rekapitulasi parameter pemodelan efektivitas biaya

Seperti yang dijelaskan pada bab metodologi, dalam rangka menilai efektivitas biaya,

metode yang digunakan adalah Cost Utility Analysis (CUA) dengan pendekatan

pemodelan evaluasi ekonomi. Markov model dikonstruksi untuk menggambarkan

progresivitas penyakit yang direpresentasikan dalam operasi matematik. Pada setiap

states seperti progression free, progressive, dan death, semua parameter dikombinasikan

untuk mengestimasi Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).

Parameter yang masuk dalam pemodelan meliputi: data survival dan efektivitas

klinis (diperoleh dari kajian sistematis clinical trial), transisi probabilitas, utilitas, data

biaya (biaya langsung medis, langsung non-medis dan biaya tidak langsung),

diskonto. Adapun data yang digunakan dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 22. Rekapitulasi parameter

Parameter Nilai Distribusi Referensi

Transisi probabilitas

Progression Free Survival

(RCHOP)*

tpPFtoPF_2_RCHOP 0.629 Beta GELA Trial

tpPFtoPF_4_RCHOP 0.630 Beta GELA Trial

tpPFtoPF_6_RCHOP 0.630 Beta GELA Trial

tpPFtoPF_8_RCHOP 0.630 Beta GELA Trial

tpPFtoPF_10_RCHOP 0.629 Beta GELA Trial

Page 66: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

53

Parameter Nilai Distribusi Referensi

Overall Survival (RCHOP)

tpPtoD_2_RCHOP 0.001 Beta GELA Trial

tpPtoD_4_RCHOP 0.001 Beta GELA Trial

tpPtoD_6_RCHOP 0.001 Beta GELA Trial

tpPtoD_8_RCHOP 0.001 Beta GELA Trial

tpPtoD_10_RCHOP 0.001 Beta GELA Trial

tpPFtoD_1_RCHOP 0.004 Beta WHO Life Table

tpPFoD_2_RCHOP 0.004 Beta WHO Life Table

tpPFoD_3_RCHOP 0.004 Beta WHO Life Table

tpPFtoD_4_RCHOP 0.004 Beta WHO Life Table

tpPFtoD_5_RCHOP 0.006 Beta WHO Life Table

Biaya

Biaya langsung medis

CostDM_PF_RCHOP 6,090,157 Gamma Data RS

CostDM_PF_CHOP 5,202,359 Gamma Data RS

CostDM_P_RCHOP 7,545,499 Gamma Data RS

CostDM_P_CHOP 5,202,359 Gamma Data RS

CostDM_P_ICE 2,264,059 Gamma Data RS

CostDM_PF_RCHOP 6,090,157 Gamma Data RS

Biaya obat

rituksimab_PF 9,077,136 Gamma Data RS

rituksimab_P 7,953,236 Gamma Data RS

CHOP_PF 715,554 Gamma Data RS

CHOP_P 715,554 Gamma Data RS

ICE_P 2,264,059 Gamma Data RS

Page 67: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

54

Parameter Nilai Distribusi Referensi

Biaya langsung non medis

CostDnM_PF_RCHOP 1,297,281 Gamma Wawancara pasien

CostDnM_PF_CHOP 1,297,281 Gamma Wawancara pasien

CostDnM_P_RCHOP 4,685,253 Gamma Wawancara pasien

CostDnM_P_ICE 4,685,253 Gamma Wawancara pasien

Biaya tidak langsung

CostIn_PF_RCHOP 2,035,848 Gamma Wawancara pasien

CostIn_PF_CHOP 2,035,848 Gamma Wawancara pasien

CostIn_P_CHOP 538,636 Gamma Wawancara pasien

CostIn_P_ICE 538,636 Gamma Wawancara pasien

Kualitas Hidup

Progresion Free 0.739 Gamma Wawancara pasien

Progressive 0.481 Gamma Wawancara pasien

Diskonto

Biaya 0.03 Panduan PTK

Luaran 0.03 Panduan PTK

Efektivitas

RR response event 0.550 Log normal GELA Trial

RR death 0.530 Log normal GELA Trial

*PF=Progression free; P=Progressive; D=Death; tp=transisition probability; DMC=Direct Medical

Cost;DnM=Direct non medical cost;In=Indirect cost; RR=Risk ratio

Untuk transisi probabilitas, komparator CHOP diperlakukan metode perhitungan

yang sama. Semua transisi probabilitas distandarisasi sesuai dengan siklus model (per

3 minggu). Siklus ini berasal dari regulasi dan praktik dilapangan. Selanjutnya, model

dianalisis dan disimulasikan selama 50 tahun ke depan. Seluruh data efektivitas

diperoleh dari studi uji klinis yang telah melalui tahapan kajian sistematis 28

Setiap nilai parameter memiliki variasi, standar eror, dan interval kepercayaan.

Pencocokan distribusi juga diaplikasikan untuk analisis sensitivitas. Data untuk biaya

didapatkan dengan dua cara, yaitu data dari RS dan wawancara pasien. Kualitas

Page 68: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

55

hidup menggunakan instrumen EQ-5D dan berdasarkan wawancara pasien. Risk

Ratio (RR) dalam studi ini berasal dari GELA trial, dan standardisasi yang dilakukan

mengikuti publikasi dari studi NICE UK 29

5.5.6. Analisis efektivitas biaya

Efektivitas biaya (ICER) merupakan rasio dari inkremental biaya dan inkremental

benefit. Dalam hal ini, rituksimab+CHOP dijadikan intervensi utama lalu

dibandingkan dengan CHOP saja sebagai komparatornya. Hasil perhitungan ICER:

Tabel 23. Analisis efektivitas biaya

rituksimab+CHO

P

CHOP ICER/LY ICER/QALY

Biaya Rp 1.494.328.270 Rp 1.340.477.526 Rp 65.878.648 Rp 130.792.988

Tahun hidup /Life

Years (LY)

6,39 4,06

QALYs 4,18 3,00

Dalam perspektif sosietal, biaya yang dibutuhkan untuk satu tahun hidup berkualitas

adalah Rp 130.792.988. Dalam hal tahun hidup (LY), penambahan rituksimab

memiliki 6,4 tahun sedangkan hanya 4 tahun untuk CHOP. Pada saat kualitas hidup

pasien dimasukkan ke dalam analisis, maka QALY untuk rituksimab+CHOP adalah

4,18 tahun dan CHOP saja 3,00 tahun. Selisih QALY antara intervensi dan komparator

lebih dari satu tahun hidup berkualitas. Hasil ini merupakan hasil setelah biaya dan

luaran didiskon. Selain itu, half-cycle correction diaplikasikan pada analisis model

keputusan untuk menyesuaikan kemungkinan terjadinya perpindahan health state di

tengah siklus model, yang tidak disimulasikan dalam pemodelan.

Jika menggunakan batas threshold 3 GDP per kapita (Rp 165.474.910; 1 GDP=US$

3.932,211; US$1 = Rp 14.027,30), maka dapat disimpulkan bahwa penambahan

rituksimab terhadap kemoterapi CHOP untuk pasien DLBCL potensial cost effective

atau merepresentasikan value for money, karena ICER berada dibawah nilai tersebut.

Hasil ini sejalan dengan beberapa studi. Studi yang dilakukan di UK, dengan

pemodelan evaluasi ekonomi, mengindikasikan bahwa R-CHOP efektif dilihat dari

sisi klinis dan biaya, ICER sekitar £10,596/ QALY untuk pasien berumur lebih dari 60

tahun dan £7533/QALY untuk pasien dibawah umur 60 tahun dikarenakan prognosis

yang lebih baik, keduanya disimpulkan cost-effective. Inkremental QALY yang

Page 69: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

56

dihasilkan juga hampir satu tahun, yaitu sekitar 0,82 tahun dibandingkan dengan

CHOP saja.29

Studi dari beberapa negara di Eropa mengindikasikan bahwa R-CHOP cost effective.

Studi di Belanda30 ICER 13983/QALY dan 17933/QALY masing masing untuk pasien

grup yang muda dan lebih dari 60 tahun. Inkremental QALY sekitar 0,88 tahun.

Selanjutnya, studi di Italia31 dan Perancis32 mengindikasikan hasil yang sama bahwa

kombinasi rituksimab dan CHOP memiliki ICER dibawah threshold masing-masing

negara dan perbedaan tahun hidup berkualitas yang signifikan, sekitar lebih dari 1

tahun.

Dalam perspektif negara Amerika Serikat, studi dari Hornberger dan Best33 yang juga

mengaplikasikan model Markov menghasilkan ICER $US 19.297/ QALY dengan

selisih tahun hidup sekitar 1,08 tahun. Hal ini juga konsisten dengan studi dari

Kanada34 yang menggunakan pendekatan model berbasis populasi, RCHOP

menghasilkan rerata overall survival 6,9 tahun, dengan perbandingan tahun hidup 1,07

tahun dan nilai ICER €12.259/QALY.

Dalam studi di satu RS di Yunani35, hasil analisis evaluasi ekonomi menghasilkan

bahwa RCHOP dapat memberikan tambahan tahun hidup 5 tahun, sementara 3,6

tahun untuk CHOP dengan ICER 3.394/LYG.

Evaluasi ekonomi di atas sebagian besar dilakukan dengan implementasi pemodelan

matematis, dan time horizon yang lebih dari 10 tahun. Prediksi dan hasil dari beberapa

studi diatas cukup konsisten dengan hasil yang didapatkan di Indonesia.

Penilaian pada subgroup tidak dianalisis lebih lanjut karena keterbatasan data terkait

derajat keparahan atau severity dan penetapan stadium, sehingga memungkinkan

efektivitas biaya akan sedikit lebih tinggi atau rendah di stadium tertentu. Ini juga

menjadi tantangan pada saat penyakit dispesifikasikan lagi berdasarkan states dalam

Markov model. Untuk rerata umur distribusi cukup direpresentasikan dalam model

matematis, terkait survival dan mortality rate.

Perlu diperhatikan bahwa ICER hanya merepresentasikan value for money.

Pengambilan keputusan tidak hanya memperhatikan elemen efektivitas biaya tetapi

juga analisis dampak biaya untuk menilai keterjangkauan (affordability) dari

perspektif pembayar, jika rituksimab tetap di dalam paket manfaat skema JKN.

Page 70: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

57

5.5.7. Analisis ketidakpastian

Ketidakpastian (uncertainty) ada di setiap analisis evaluasi ekonomi. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti metodologi studi, parameter, atau asumsi

matematis yang masuk ke dalam model. Karena itu, analisis ketidakpastian harus

dilakukan untuk menangani hal ini.

Pada studi ini dua jenis analisis sensitivitas dilakukan, baik deterministik maupun

probabilistik.

Ketidakpastian pada data dalam studi ini dianalisis secara deterministik untuk

memperlihatkan parameter apa saja yang paling berpengaruh terhadap nilai ICER

yang merupakan hasil akhir dari analisis evaluasi ekonomi. Hasil ini dipaparkan

menggunakan tornado diagram.

Gambar 12. Tornado Diagram

Tornado diagram di atas merupakan hasil dari analisis determinisik, ini

menggambarkan bahwa parameter yang potensial uncertain adalah transisi

probabilitas. Grafik di atas menggambarkan bahwa waktu uji klinis dapat

mempengaruhi analisis dan translasi transisi probabilitas. Diskonto pada benefit juga

dapat berpengaruh terhadap ICER, meskipun tidak signifikan. Parameter lain yang

juga berpengaruh adalah utilitas pada states progresif. Hal ini dapat disebabkan

jumlah sampel yang lebih kecil dibandingkan pada progression free state.

tpPtoD_10_RCHOP

U_progressive

tpPFtoPF_2_CHOP

tpPtoD_10_CHOP

tpPtoD_2_CHOP

tpPFtoD_2_RCHOP

tpPFtoPF_2_RCHOP

Tornado Diagram

Max Min

Page 71: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

58

Pada analisis sensitivitas yang sifatnya probabilistik, seluruh parameter diacak secara

bersamaan setelah mencocokkan distribusi dari setiap data pada parameter.

Randomisasi diaplikasikan dengan teknik Monte Carlo dengan 1000 kali pengulangan

(aktivasi VBA pada Microsoft Excel). Selanjutnya, hasil simulasi dipaparkan dalam

Cost-Effectiveness Plane.

Gambar 13. Incremental cost effectiveness analysis

Cost-effectiveness plane di atas menggambarkan sebaran ICER. Garis X merupakan

inkremental QALY sedangkan Y adalah inkremental biaya. Grafik di atas

merepresentasikan bahwa pemberian rituksimab sejalan dengan kenaikan biaya dan

kenaikan luaran, dalam hal ini QALY. Dalam penambahan luaran efektivitas, titik

ICER sebagian besar berada di 0-2 tahun untuk inkremental QALY, meskipun ada

beberapa titik yang menggambarkan ketidakpastian dengan angka yang cukup tinggi

untuk inkremental QALY.

RCHOP memiliki probabilitas menjadi cost-effective sekitar 60% dengan threshold 3

GDP per kapita Indonesia. Probabilitas akan bertambah tinggi jika threshold

disimulasikan lebih tinggi. Cost Effectiveness Acceptiability Curve (CEAC) merupakan

representasi lanjut dari PSA. Kurva ini dapat memperlihatkan tingkat uncertainty data

yang berpengaruh pada hasil akhir, dan dibandingkan dengan threshold.

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

-1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

Incremental Cost Effectiveness Analysis

Page 72: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

59

Gambar 14. Cost effectiveness acceptiability curve

5.6. Analisis dampak biaya

5.6.1. Skenario analisis dampak biaya pada pasien LNH DLBCL

Estimasi dampak pembiayaan rituksimab ini dilakukan dengan menggunakan

perspektif payer (BPJS Kesehatan) dengan periode analisis selama lima tahun.

Diskonto baik untuk biaya dan luaran tidak diperhitungkan guna mendapatkan nilai

riil dari pembiayaan program.

Dalam melakukan analisis dampak biaya, terlebih dahulu dilakukan perhitungan

besaran prevalens dan insiden kasus LNH DLBCL di Indonesia selama lima tahun

kedepan. Berdasarkan jumlah pasien LNH dari data klaim BPJS Kesehatan 2016-2017,

prevalens kasus LNH DLBCL adalah 2145 pasien pada tahun pertama dan kohort

pertama dan insiden sebanyak 172 pasien dengan memperhitungkan duplikasi

kunjungan pasien. Besaran prevalens dan insiden pasien diikuti dengan pengurangan

kasus setiap tahunnya sesuai dengan angka probabilitas dan survival pada model

evaluasi ekonomi. Perhitungan prevalens dan insiden pasien LNH DLBCL secara

rinci seperti pada tabel berikut:

Tabel 24. Perhitungan estimasi prevalens dan insiden kasus LNH DLBCL lima tahun ke depan

Tahun Kohort 1 Kohort 2 Kohort 3 Kohort 4 Kohort 5 Total

1 2145 2145

2 2080 172 2252

3 2033 167 172 2371

4 2016 163 167 172 2517

5 1998 162 163 167 172 2661

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

- 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000

Rituximab+ CHOP CHOP Threshold

Page 73: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

60

Setelah diketahui estimasi prevalens dan insidens kasus, perhitungan analisis

dampak biaya ini dilakukan dengan menggunakan asumsi harga saat ini dengan

detail skenario penurunan harga sebagai berikut:

Skenario 1 (S1): R-CHOP dengan harga saat ini

Skenario 2 (S2): R-CHOP dengan penurunan harga 10%

Skenario 3 (S3): R-CHOP dengan penurunan harga 25%

Skenario 4 (S4): R-CHOP dengan penurunan harga 50%

Skenario 5 (S5): R-CHOP dengan penurunan harga 75%

Skenario 6 (S6): CHOP dengan harga saat ini

Gambar 15. Grafik analisis dampak biaya pada obat rituksimab (Drug A) dan CHOP (Drug B)

Grafik di atas menunjukkan bahwa dampak pembiayaan terapi rituksimab dengan

maksimal 8 siklus pemberian terapi pada pasien LNH DLBCL CD20+ secara berturut

sebesar 526 miliar rupiah untuk skenario harga saat ini; 521,74 miliar rupiah untuk

penurunan harga 10%; 515,35 miliar rupiah untuk penurunan harga 25%; 504,71

miliar rupiah untuk penurunan harga 50%; dan 494,06 miliar rupiah untuk penurunan

harga 75%. Sedangkan untuk CHOP saja dengan harga saat ini, dampak anggaran

selama lima tahun mencapai 483,32 miliar rupiah.

Dalam analisis dampak anggaran, kasus DLBCL yang termasuk di sini adalah

kombinasi kasus baru dan kasus lama. Yang dimaksud dengan kasus baru adalah

pasien yang baru terdiagnosis di tahun tersebut, sementara yang dimaksud dengan

kasus lama adalah pasien yang masih hidup di tahun selanjutnya. Dengan perubahan

jumlah pasien dari tahun ke tahun yang tidak terlalu jauh, maka kebutuhan anggaran

dari tahun pertama hingga tahun ke lima tidak berbeda secara signifikan.

160.08 156.86 152.02 143.96 135.90 127.76

90.91 90.65 90.26 89.61 88.97 88.31

88.17 87.92 87.53 86.88 86.24 85.58

90.08 89.82 89.43 88.78 88.14 87.49

96.76 96.50 96.11 95.47 94.82 94.17

526.00 521.74 515.35 504.71 494.06 483.32

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

Drug A S1 Drug A S2 Drug A S3 Drug A S4 Drug A S5 Drug B

Dal

am M

ilyar

Skenario

Grafik Analisis Dampak Biaya

Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Total

Page 74: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

61

BAB 6. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pengumpulan data, proporsi pasien LNH DLBCL berdasarkan

jenis kelamin tidak berbeda jauh dengan rerata usia pasien LNH CLBCL adalah

50 tahun.

2. Sebagian besar pasien LNH DLBCL yang mendapatkan kemoterapi R-CHOP

merupakan pasien yang dirujuk dari rumah sakit pada tipe kelas lebih rendah

3. Penggunaan kemoterapi kombinasi R-CHOP merupakan terapi yang mayoritas

diberikan kepada pasien dengan diagnosis LNH DLBCL (70%). Meskipun pada

pelaksanaan kemoterapi, pada siklus tertentu kondisi kesehatan pasien dan

ketersediaan obat di rumah sakit memengaruhi pemberian R-CHOP lengkap.

4. Kajian sistematis memberikan informasi bahwa penggunaan rituksimab

dibandingkan kemoterapi saja memperikan dampak yang signifikan, baik dalam

progression free survival maupun overall survival

5. Berdasarkan analisis evaluasi ekonomi, penggunaan rituksimab dan CHOP untuk

pasien DLBCL mengindikasikan value for money. Jika menggunakan threshold 3

GDP per kapita maka RCHOP secara potensial cost effective.

6. Analisis dampak anggaran dengan simulasi lima tahun menunjukan bahwa

kebutuhan anggaran rituksimab yang cukup besar. Namun demikian, beban

biaya dapat dinilai lebih lanjut dan disimulasikan dengan skenario harga obat.

Page 75: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

62

BAB 7. LAMPIRAN

7.1. Instrumen identifikasi pasien dan biaya langsung medis

7.2. Instrumen biaya langsung non medis dan biaya tidak langsung

7.3. Instrumen EQ5D-5L

Page 76: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

63

DAFTAR PUSTAKA

1. Komite Nasional Penanggulangan Kanker. Panduan Nasional Penanganan

Kanker Limfoma Non-Hodgkin. 2015.

2. Ferlay J, Soerjomataram I, Ervik M, Dikshit R, Eser S, Mathers C, et al.

GLOBOCAN 2012 v1.0, Cancer Incidence and Mortality Worldwide: IARC

CancerBase No. 11 [Internet]. Lyon, France: International Agency for Research

on Cancer. 2013 [cited 2018 Aug 15]. Available from: http://globocan.iarc.fr

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384.

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang

Formularium Nasional. Hal:64.

5. BPJS Kesehatan. Data Klaim BPJS 2017.

6. Younes A, Hilden P, Coiffier B, Hagenbeek A, Salles G, Wilson W, et al.

International Working Group consensus response evaluation criteria in

lymphoma (RECIL 2017). Ann Oncol. 2017;28(7):1436–47.

7. Shea BJ, Reeves BC, Wells G, Thuku M, Hamel C, Moran J, et al. AMSTAR 2: A

critical appraisal tool for systematic reviews that include randomised or non-

randomised studies of healthcare interventions, or both. BMJ. 2017;358:j4008.

8. Higgins JPT, Altman DG, Gøtzsche PC, Jüni P, Moher D, Oxman AD, et al. The

Cochrane Collaboration’s tool for assessing risk of bias in randomised trials.

BMJ. 2011;343:d592.

9. Balshem H, Helfand M, Schünemann H, Oxman A, Kunz R, Brozek J, et al.

GRADE guidelines: 3. Rating the quality of evidence. J Clin Epidemiol.

2011;64(4):401–6.

10. Drummond MF, Sculpher MJ, Torrance GW, O’Brien, Stoddart BJ and GL.

Methods for the economic evaluation of health care programmes. Oxford:

Oxford University Press.-05. 2005.

11. Brazier J, Ratcliffe J, Salomon J, Tsuchiya A. Measuring and valuing health

benefits for economic evaluation. Oxford University Press; 2016.

12. Shiell A, Donaldson C, Mitton C, Currie G. Health economic evaluation. J

Epidemiol Community Health. 2002;56(2):85.

13. Miller P. An Introduction to Health Economic Evaluation. The NIHR RDS for

the East Midlands/Yorkshire & the Humber; 2009.

Page 77: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

64

14. Briggs A, Claxton K, Scuplher M. Decision modelling for health economic

evaluation. Oxford University Press, USA; 2006.

15. Brennan A, Chick SE, Davies R. A taxonomy of model structures for economic

evaluation of health technologies. Health Econ. 2006;1295–310.

16. Sonnenberg FA, Beck JR. Markov Models in Medical Decision Making: A

Practical Guide. Med Decis Mak. 1993;13(4):322–38.

17. Briggs A, Sculpher M. An introduction to Markov modelling for economic

evaluation. Pharmacoeconomics. 1998;13(4):397–409.

18. Caro JJ, Briggs AH, Siebert U, Kuntz KM. Modeling good research practices-

overview: A report of the ISPOR-SMDM modeling good research practices task

force-1. Med Decis Mak. 2012;32(5):667–77.

19. Roberts M, Russell LB, Paltiel AD, Chambers M, McEwan P, Krahn M.

Conceptualizing a model: A report of the ISPOR-SMDM modeling good

research practices task force-2. Med Decis Mak. 2012;32(5):678–89.

20. Soini EJO, Martikainen JA, Nousiainen T. Treatment of follicular non-Hodgkin’s

lymphoma with or without rituksimab: cost-effectiveness and value of

information based on a 5-year follow-up. Ann Oncol Off J Eur Soc Med Oncol.

2011 May;22(5):1189–97.

21. Ray JA, Carr E, Lewis G, Marcus R. An evaluation of the cost-effectiveness of

rituksimab in combination with chemotherapy for the first-line treatment of

follicular non-hodgkin’s lymphoma in the UK. Value Heal. 2010;13(4):346–57.

22. Walters SJ, Brazier JE. Comparison of the minimally important difference for

two health state utility measures: EQ-5D and SF-6D. Qual Life Res.

2005;14(6):1523–32.

23. Pickard AS, De Leon MC, Kohlmann T, Cella D, Rosenbloom S. Psychometric

comparison of the standard EQ-5D to a 5 level version in cancer patients. Med

Care. 2007;45(3):259–63.

24. Rabin R, De Charro F. EQ-5D: A measure of health status from the EuroQol

Group. Ann Med. 2001;33(5):337–43.

25. Vergel YB, Sculpher M. Quality-adjusted life years. Pract Neurol. 2008;8:175–82.

26. Briggs AH, Gray AM. Handling uncertainty in economic evaluations of

healthcare interventions. BMJ. 1999;319(7210):635–8.

27. Sullivan SD, Mauskopf JA, Augustovski F, Jaime Caro J, Lee KM, Minchin M, et

al. Budget impact analysis - Principles of good practice: Report of the ISPOR

2012 budget impact analysis good practice II task force. Value Heal.

2014;17(1):5–14.

Page 78: Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituksimab dan Kemoterapi untuk ...ppjk.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2019/08/Laporan-PTK-Rituximab_Di... · Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan

65

28. Shea, B. J., Grimshaw, J. M., Wells, G. A., & all, e. (2007). Development of

AMSTAR: a measurement tool to assess the methodological quality of systematic

reviews. BMC Research Medical Methodology, 1-7.

29. Shea, B., Reeves, B., Wells, G., & all, e. (2017). AMSTAR 2: a critical appraisal tool

for systematic reviews that include randomised or non-randomised studies of

healthcare interventions, or both. The BMJ, 1-9.

30. Coiffier, B., Thieblemont, C., Van Den Neste, E., Lepeu, G., Plantier, I.,

Castaigne, S., ... & Belhadj, K. (2010). Long-term outcome of patients in the LNH-

98.5 trial, the first randomized study comparing rituksimab-CHOP to standard

CHOP chemotherapy in DLBCL patients: a study by the Groupe d'Etudes des

Lymphomes de l'Adulte. Blood, 116(12), 2040-2045.

31. Knight, C., Hind, D., Brewer, N., & Abbott, V. (2004). rituksimab (MabThera®)

for aggressive non-Hodgkin's lymphoma: systematic review and economic

evaluation. In NIHR Health Technology Assessment programme: Executive

Summaries. NIHR Journals Library.

32. Groot, M. T., Lugtenburg, P. J., Hornberger, J., Huijgens, P. C., & Uyl‐de Groot,

C. A. (2005). Cost‐effectiveness of rituksimab (MabThera®) in diffuse large B‐cell

lymphoma in the Netherlands. European journal of haematology, 74(3), 194-202.

33. Ferrara, F., & Ravasio, R. (2008). Cost-effectiveness analysis of the addition of

rituksimab to CHOP in young patients with good-prognosis diffuse large-B-cell

lymphoma. Clinical drug investigation, 28(1), 55-65.

34. Best, J. H., Hornberger, J., Proctor, S. J., Omnes, L. F., & Jost, F. (2005). Cost-

effectiveness analysis of rituksimab combined with CHOP for treatment of

diffuse large B-cell lymphoma. Value in health, 8(4), 462-470.

35. Hornberger, J. C., & Best, J. H. (2005). Cost utility in the United States of

rituksimab plus cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, and prednisone for

the treatment of elderly patients with diffuse large B‐cell lymphoma. Cancer:

Interdisciplinary International Journal of the American Cancer Society, 103(8), 1644-

1651.

36. Johnston, K. M., Marra, C. A., Connors, J. M., Najafzadeh, M., Sehn, L., &

Peacock, S. J. (2010). Cost‐effectiveness of the addition of rituksimab to CHOP

chemotherapy in first‐line treatment for diffuse large B‐cell lymphoma in a

population‐based observational cohort in British Columbia, Canada. Value in

Health, 13(6), 703-711.

37. Rigopoulou, D. K. Cost-Effectiveness Analysis by Adding rituksimab in the

Treatment of Diffuse Large B-Cell Lymphoma.