etsa

19
I. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud : Melakukan pencapan etsa (discharge) putih dan pencapan etsa (discharge) warna pada kain kapas dengan zat warna dasar reaktif (Remazol Yellow FG) dengan motif zat warna bejana. Tujuan : Mengetahui pengaruh penggunaan sapolin sebagai zat pengetsa pada pasta cap sebanyak 100g/L, dan pengaruh waktu proses termofiksasi terhadap hasil proses pencapan. II. TEORI DASAR 2.1 Pencapan Pencapan adalah suatu proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain, sehingga menimbulkan corak corak tertentu. Pelekatan zat warna ini lebih banyak bersifat fiska kimia. Golongan zat warna yang digunakan untuk pencapan sama seperti golongan zat warna yang digunakan untuk pencelupan kain. Selain itu pada pencapan, bermacam macam golongan zat warna dapat dipakai bersama sama dalam pencapan satu kain, tanpa saling memengaruhi satu sama lain. Kain sebelum dicap perlumendapatkan pengerjaan pendahuluan, misalnya pembakaran bulu, pemasakan, pengelantangan, dan lainnya. Pengerjaan pendahuluan yang kirang sempurna akan menyebabkan hasil pencapan yang kurang sempurna juga. [1] 2.2 Serat Kapas Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa, dengan derajat polimerisasi (DP) yang bervariasi, contoh DP rayon 500-700, sedangkan DP kapas sekitar 3000, makin rendah darajat polimerisasi, daya serap airnya makin besar, contoh moisture regain (MR) rayon 11 - 13 % sedangkan kapas hanya sekitar 7 8 %. [2] Struktur kimia serat selulosa adalah sebagai berikut: Sumber ; www.scientificpsychic.com

Upload: elika-nik

Post on 25-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

Pencapan ETSA

TRANSCRIPT

  • I. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud : Melakukan pencapan etsa (discharge) putih dan pencapan etsa (discharge)

    warna pada kain kapas dengan zat warna dasar reaktif (Remazol Yellow

    FG) dengan motif zat warna bejana.

    Tujuan : Mengetahui pengaruh penggunaan sapolin sebagai zat pengetsa pada

    pasta cap sebanyak 100g/L, dan pengaruh waktu proses termofiksasi

    terhadap hasil proses pencapan.

    II. TEORI DASAR

    2.1 Pencapan

    Pencapan adalah suatu proses pelekatan zat warna secara setempat pada kain,

    sehingga menimbulkan corak corak tertentu. Pelekatan zat warna ini lebih banyak

    bersifat fiska kimia.

    Golongan zat warna yang digunakan untuk pencapan sama seperti golongan

    zat warna yang digunakan untuk pencelupan kain. Selain itu pada pencapan,

    bermacam macam golongan zat warna dapat dipakai bersama sama dalam

    pencapan satu kain, tanpa saling memengaruhi satu sama lain.

    Kain sebelum dicap perlumendapatkan pengerjaan pendahuluan, misalnya

    pembakaran bulu, pemasakan, pengelantangan, dan lainnya. Pengerjaan

    pendahuluan yang kirang sempurna akan menyebabkan hasil pencapan yang kurang

    sempurna juga. [1]

    2.2 Serat Kapas

    Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa,

    dengan derajat polimerisasi (DP) yang bervariasi, contoh DP rayon 500-700,

    sedangkan DP kapas sekitar 3000, makin rendah darajat polimerisasi, daya serap

    airnya makin besar, contoh moisture regain (MR) rayon 11 - 13 % sedangkan kapas

    hanya sekitar 7 8 %. [2]

    Struktur kimia serat selulosa adalah sebagai berikut:

    Sumber ; www.scientificpsychic.com

  • Gugus OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk

    mengadakan ikatan dengan zat warna. Serat selulosa pada umumnya lebih tahan

    alkali, tetapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses

    pencelupanya dilakukan dalam suasana alkali.[3]

    Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi sebagai berikut:

    1. Selulosa

    Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi

    molekul-molekul glukosa.

    Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000.

    Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus

    sekunder. Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder.

    2. Pektin

    Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai

    struktur molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier

    asam d-galakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang tidak

    larut. Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi

    galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat, dan metil alkohol.

    3. Zat-zat yang mengandung protein

    Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang

    tertinggal di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah membuka.

    4. Lilin

    Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas

    mentah. Lilin seluruhnya meleleh pada dinding primer.

    5. Abu

    Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah,

    dan kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut

    mengandung magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau

    klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian terbesar.[4]

    A. Sifat Fisika

    a. Warna

    Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna

    krem. Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat

    menyebabkan warna keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt

    mengakibatkan warna puih kebiru-biruan yang tidak hilang dalam

    pemutihan.

    b. Kekuatan

  • Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci

    persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.

    c. Mulur

    Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.

    d. Keliatan ( toughness )

    Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda

    untuk menerima kerja.

    e. Kekakuan ( stiffness )

    Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau

    perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.

    f. Moiture Regain

    MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%.

    g. Berat jenis

    Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56.

    h. Indeks bias

    Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang

    tegak lurus adalah 1,53.

    B. Sifat Kimia

    1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.

    2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.

    3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.

    4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang

    menyebabkan penggelembungan serat.

    5. Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.

    6. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.[4]

    2.3 Zat Warna

    2.3.1 Zat Warna Reaktif

    Zat warna reaktif merupakan zat warna yang larut dalam air dan berikatan dengan

    selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna baik. Contoh

    strukturnya adalah jenis mono kloro triazin (MCT) sebagai berikut:

  • Struktur zat warna reaktif panas (MCT)

    Sumber : Dede Karyana,Pedoman Praktikum Pencelupan I

    Beberapa contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X,

    Sumifik , Remazol, Sumifik Supra dan Drimarene Cl. Zat warna ProcionH dan

    Drimarene X yang masing-masing mempunyai sistem reaktif triazin dan pirimidin

    termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi

    nukleofilik (SN)2 sebagai berikut :

    Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik (SN2) pada fiksasi zat warna reaktif

    Keterangan : D = kromogen zat warna (bagian dari struktur zat warna yang membawa warna) Sumber : Dede Karyana,Pedoman Praktikum Pencelupan I

    Semakin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosanya semakin

    banyak, maka reaksi fiksasi semakin cepat.

    Secara singkat reaksi fiksasi tersebut dapat ditulis,

    D-Cl + sel-OH D-O-sel + HCl

    Selain itu selama proses pencelupan dap terjadi reaksi hidrolisis sehingga zat warna

    menjadi rusak dan tidak bisa fiksasi/berikatan dengan serat.

    D-Cl + H-O-H D-O-H

    Reaksi hidrolisis ini sangat dipengaruhi oleh pH, suhu dan konsentrasi air, bila pH,

    suhu dan konsentrasi air meningkat, reaksi hidrolisis akan semakin besar.

    Beruntung reaksi hidrolisis ini lebih kecil dari reaksi fiksasi karena kenukleofilan OH-

    lebih lemah dari sel-O-., namun demikian dalam proses pencelupan perlu diusahakan

    agar seaksi hidrolisis ini sekecil mungkin antara lain dengan cara memodifikasi

    skema proses pencelupan sedemikian rupa. Misalnya dengan cara menambahkan

    alkali secara bertahap.

  • Kelemahan zat warna reaktif selain mudah rusak terhidrolisis juga hasil celup dan

    capnnya nya kurang tahan terhadap pengerjaan asam, sebagai contoh bila hasil

    celup dilakukan proses penyempurnaan resin finish dalam suasana asam maka

    ketuaan warna hasil celupnya akan sedikit turun.[2]

    Zat warna reaktif yang kelompok kedua yaitu Sumifik dan Remazol merupakan jenis

    zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat memalui mekanisme adisi nukleofilik

    Reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis vinil sulfon Sumber : Dede Karyana,Pedoman Praktikum Pencelupan I

    Zat warna tersebut dijual dalm bentuk sulfatoetilsulfon yang tidak reaktif dan baru

    berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah ada penambahan alkali, kelebihan

    zat warna vinil sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannnya adalah

    hasil celup dan capnya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh

    bila terhadap hasil pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam

    suasana alkali dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan

    sedikit turun lagi.[2]

    2.3.2 Zat Warna Bejana

    Zat warna bejana adalah zat warna yang tidak larut dalam air dan harus dirubah

    terlebih dahulu struktur molekulnya ke dalam bentuk garam leuko yang larut dengan

    reduktor dalam suasana alkali yang dikenal dengan proses pembejanaan. [5]

    Dibanding zat warna lain, zat warna bejana relatif lebih tahan terhadap zat kimia

    seperti oksidator dan reduktor. Zat warna ini juga tidak larut dalam air sehingga

    ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi. Namun karena harganya relatif

    mahal maka zat warna bejana hanya digunakan untuk pencelupan dan pencapan

    serat selulosa kualitas baik. Berdasarkan strukturnya zat warna bejana dapat

    digolongkan menjadi 2(dua) jenis yaitu jenis antrakuinon dan indigo. [2]

  • 2.4 Pengental Kanji

    Kanji merupakan homopolimer glukosa (D-glucopyranosyl) unit, dengan sebagian

    besar unitbergabung dengan -D (1 4) keterkaitan. Sebagian besar kanji

    mengandung 20-30% dari rantai linear polimer, yang dikenal sebagai amilosa,

    dengan cabang amilopektin. Amylopectins memiliki-D (1 6) cabang terkait untuk

    masing-masing 15-30 unit glukosa.[6]

    Gambar Struktur Amilosa dan Amilopektin

    Sumber : Textile Printing., Leslie W C Miles

    Dalam keadaan alami, kanji selalu ditemukan dalam keadaan sangat teragregasi,

    dalam butiran sekitar inti kristalisasi. Butiran dari setiap jenis kanji (beras,

    kentang, gandum dan sebagainya) memiliki struktur karakteristik yang mudah

    diidentifikasi di bawah mikroskop. Hal ini diperlukan untuk memecah butiran, dengan

    cara merebus atau dengan pendispersian dalam air panas, untuk mendapatkan

    kehalusan, pasta kental. Namun pengeringan lambat memungkinkan reaggregasi

    besar dan kristalisasi terjadi dan produk tidak lagiterdispersi dalam air dingin.

    Penggunaan pemutus-ikatan hidrogen, seperti urea dan kuat alkalis, akan membantu

    dispersi dalam air. [6]

    2.5 Pencapan Etsa

    Pencapan tumpang dapat dilakukan pada bahan yang memiliki warna lebih muda

    dari warna yang dicap, tetapi pada bahan berwarna tua atau yang memiliki intensitas

    warna lebih gelap pencapan tumpang tidak bisa dilakukan karena warna hasil

    pencapan akan terpengaruh oleh warna dasar bahan tekstil. Oleh karena itu warna

    dasar perlu dirusak/dihilangkan lebih dulu dengan pencapan etsa. Pada pencapan

    etsa, pasta cap mengandung zat pembantu yang berfungsi merusak warna dasar

    pada bagian yang dicap. Zat pembantu tersebut bekerja merusak warna dasar pada

  • saat proses fiksasi, dan fiksasi yang umum dilakukan dalam pencapan etsa adalah

    fiksasi penguapan (steaming).

    Ada dua cara pencapan etsa yaitu :

    1. Pencapan etsa putih, pasta cap hanya mengandung zat pembantu yang bekerja

    merusak warna dasar sehingga pada bagian yang dicap menghasilkan corak

    putih.

    2. Pencapan etsa warna, pasta cap mengandung zat pembantu dan zat warna

    sehingga pada bagian yang dicap menghasilkan corak berwarna.

    Dalam pencapan etsa pemilihan jenis pengental dan zat warna merupakan faktor

    penentu keberhasilan pencapan etsa, prinsipnya warna dasar bisa dihilangkan oleh

    zat perusak dan zat warna yang ditambahkan pada pasta cap harus tahan terhadap

    zat perusak.[7]

  • III. PRAKTIKUM

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat

    Ember plastik

    Gelas plastik

    Gelas piala

    Gelas ukur

    Pipet ukur

    Kaca pengaduk

    Stirrer

    Kassa datar

    Rakel

    Timbangan

    Bahan

    Kain kapas

    Zat warna reaktif (Remazol Yellow - RG)

    Zat warna bejana

    Pengental kanji

    Sapolin ( Zat Pengetsa)

    Na2S2O4

    Zat anti reduksi (Auxal PAL)

    Na2CO3

    NaCl

    NaOH

    Wetting Agent

    Gliserin

    3.2 Resep Pencapan

    A. Resep Pengental

    Kanji : 7%

    Gliserin : 10 gram

    NaOH : 20 gram

    Balance :

    300

  • A. Resep Padding Reaktif

    Zat Warna Reaktif (VinilSulfon) : 40 g/L

    (Remazol Yellow RG)

    Zat Pembasah : 1ml/L

    Zat Anti Reduksi : 5 g/L

    (Auxal PAL)

    NaCl : 40 g/L

    Na2CO3 : 40 g/L

    NaOH 38oBe :2ml/L

    Pengental : 10 g/L

    C. Resep Pasta Cap Putih

    Zat Pengetsa : 100 gram

    (Sapolin)

    Na2S2O4 : 5 gram

    Pengental Kanji : 700 gram

    Balance : x

    50

    D. Resep Pasta Cap Warna

    Zat Warna Bejana : 40 gram

    Pengental Kanji : 100 gram

    Zat Pengetsa : 100 gram

    (Sapolin)

    Na2S2O4 : 5 gram

    Balance : x

    50

    E. Resep Oksidasi

    H2O2 : 2ml/L

    Suhu : 60oC

    Waktu : 5 menit

    F. Resep Pencucian

    Na2CO3 : 2g/L

    Teepol : 1ml/L

    Suhu : 700C

    Waktu : 15 menit

  • G. Variasi

    Variasi dilakukan pada waktu termofiksasi dengan variasi sebagai berikut :

    Resep Ke Variasi

    Jenis Pencapan Waktu

    1 Etsa Putih 2 menit

    2 Etsa Putih 4 menit

    3 Etsa Warna 2 menit

    4 Etsa Warna 3 menit

    5 Etsa Warna 4 menit

    3.3 Perhitungan Resep

    A. Pengental Induk

    Kanji = 7% =7

    100 300 = 21 gram

    Gliserin : 10 gram

    = 10

    1000 300

    = 3 gram

    NaOH : 20 gram

    = 20

    1000 300

    = 6 gram

    Balance =270

    100

    B. Padding Zat Warna Reaktif

    Kebutuhan Air : 250 ml

    Zat Warna Reaktif : 40 g/L

    = 40

    1000 250

    = 10 gram

    Pembasah : 1 ml/L

    = 1

    1000 250

    = 0,25 ml

    Zat Anti Reduksi : 5 g/L

    = 5

    1000 250

    = 1,25 gram

    NaCl : 40 g/L

  • = 40

    1000 250

    = 10 gram

    Na2CO3 : 40 g/L

    = 40

    1000 250

    = 10 gram

    NaOH : 2ml/L

    = 2

    1000 250

    = 0,5 ml

    Pengental : 10 g/L

    = 10

    1000 250

    = 2,5 gram

    C. Pasta Cap Putih

    Zat Pengetsa : 100 gram

    =100

    1000 50

    = 5 gram

    = 5 gram x 5

    = 25 gram

    Na2S2O4 : 5 gram

    = 5

    1000 50

    = 0,25 gram

    = 0,25 gram x 5

    = 1,25 gram

    Pengental Induk : 700 gram

    = 700

    1000 x 50

    = 35gram

    = 35 gram x 5

    = 175 gram

    Balance : 9,75

    50

    Keterangan : setiap zat dikali dengan 5, karena jumlah praktikan 5, pasta

    cap dibuat menjadi satu.

  • D. Pasta Cap Warna

    Zat Warna Bejana : 40 gram

    = 40

    1000 50

    = 2 gram

    = 2gram x 5

    = 10 gram

    Zat Pengetsa : 100 gram

    =100

    1000 50

    = 5 gram

    = 5 gram x 5

    = 25 gram

    Na2S2O4 : 5 gram

    = 5

    1000 50

    = 0,25 gram

    = 0,25 gram x 5

    = 1,25 gram

    Pengental Induk : 700 gram

    = 700

    1000 x 50

    = 35gram

    = 35 gram x 5

    = 175 gram

    Balance : 2,75

    50

    Keterangan : setiap zat dikali dengan 5, karena jumlah praktikan 5, pasta

    cap dibuat menjadi satu.

    E. Oksidasi

    Kebutuhan Air : 100 ml

    H2O2 (65%) : 2ml/L

    = 2

    1000 100 = 0,2 ml

  • F. Pencucian

    Kebutuhan Air : 100 ml

    Na2CO3 : 2g/L

    = 2

    1000 100

    = 0,2 g

    Teepol : 1 ml/L

    = 1

    1000 250

    = 0,25 ml

    3.4 Fungsi Resep

    1. Zat warna reaktif ( Reamazol Yellow - FG ), berfungsi sebagai pemberi warna

    dasar pada kain kapas yang akan dilakukan pencapan etsa

    2. Zat warna bejana, berfungsi sebagai pemberi warna pada motif.

    3. Na2CO3, berfungsi sebagai zat yang membantu fiksasi zat warna reaktif.

    4. Sapolin, berfungsi sebagai zat pengetsa yang berfungsi merusak warna dasar.

    5. Zat anti reduksi (Auxal PAL), berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada

    zat warna.

    6. Gliserin, berfungsi sebagai zat higroskopis yang menjaga kelembapan pasta cap

    agar tidak pecah saat mengalami proses termofiksasi.

    7. Na2S2O4, berfungsi sebagai reduktor yang digunakan agar perduksian berjalan

    dengan lebih kuat.

    8. H2O2, berfungsi sebagai zat pembangkit warna pada zat warna bejana.

    9. Pembasah, berfungsi untuk mempermudah difusi zat warna kedalam serat.

    10. Pengental kanji, berfungsi sebagi pengatur viskositas pasta cap, dan membantu

    melekatkan pasta cap pada kain. Pada larutan padding pengental berfungsi

    sebagai zat anti migrasi.

    11. Teepol, berfungsi untuk membantu menghilangkan zat warna yang tidak

    terfiksasi pada proses pencucian.

  • 3.5 Diagram Alir

    3.6 Langkah Kerja

    Pembuatan Pasta Cap dan Larutan Padding Zat Warna

    1. Larutan Padding

    1. Menyiapkan bahan dan alau yang digunakan.

    2. Melarutkan zat warna, dan zat pembantu serta zat zat yang

    digunakan pada larutan padding.

    3. Mengaduk larutan hingga homogen.

    Proses Padding Zat Warna

    Pengeringan 100

    0C ~ 2 menit

    Pencapan Etsa Putih

    Proses Evaluasi

    Proses Oksidasi

    Persiapan Pencapan

    Pencapan Etsa Warna

    Pembilasan

    Pengeringan 100

    0C ~ 2 menit

    Proses W.O

  • 2. Pengental Induk

    1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan.

    2. Menambahkan pengental kanji pada gelas ukur

    3. Menambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil melakukan

    pengadukan pada suhu yang panas.

    4. Melakukan proses pendinginan agar dperoleh viskositas yang sesuai.

    3. Pasta Cap Putih dan Warna

    1. Menyiapkan pengental kanji dalam ember plastik.

    2. Memasukan zat warna (untuk pasta cap warna), zat anti reduksi,

    sapolin dan Na2S2O4, urea, ke dalam ember yang berisi pengental

    sambil diaduk.

    Tahapan Proses Pencapan

    1. Menyiapkan meja cap, kain, pasta cap, kassa dan peralatan lainnya.

    2. Melakukan proses padding kain dengan larutan padding yang mengandung

    zat warna reaktif dengan WPU 70%

    3. Melakukan proses pengeringan kain hasil padding pada suhu 100oC selama 1

    menit

    4. Melakukan proses pencapan sesuai dengan variasi ( pencapan putih dan

    pencapan warna)

    5. Melakukan proses pengeringan awal dengan suhu 100 0C 1-2 menit

    6. Melakukan proses termofiksasi pada suhu 160oC dengan waktu sesuai

    variasi.

    7. Melakukan prose pembilasan hasil pencapan untuk menghilangkan pengental

    yang ada pada motif yang dapat menghalangi proses oksidasi.

    8. Melakukan proses pembangkitan warna (oksidasi) dengan menggunakan

    Hidrogen Peroksida selama 5 menit

    9. Melakukan proses washing off (W.O) kemudian melakukan proses

    pengeringan akhir dengan suhu 100 0C selama 2 menit

    10. Melakukan evaluasi terhadap hasil pencapan.

  • IV. DATA PENGAMATAN

    1. Kain Hasil Pencapan

    Terlampir

    2. Data Hasil Evaluasi

    Evaluasi Etsa Putih Etsa Warna

    2 menit 4 menit 2 menit 3 menit 4 menit

    Ketuaan Warna 2 3 1 2 3

    Keterangan : 1. Penilaian hasil evaluasi menggunakan angka 1 3

    dimana :

    3 = sangat baik

    2 = baik

    1 = kurang baik.

    2. Evaluasi ketuaan warna dilihat secara visual

    V. DISKUSI

    Dari pencapan etsa yang telah dilakukan pada kain kapas dilakukan dua jenis pencapan

    etsa yaitu etsa putih dan etsa warna dengan menggunakan zat warna reaktif (Remazol

    Yellow FG) sebagai warna dasar dengan zat warna bejana sebagai warna motif. Pada

    pasta cap putih maupun etsa ditambahkan zat pengetsa yaitu sapolin sebesar 100g/L ini

    digunakan sebagai zat yang akan merusak warna dasar. Pada pencapan kali ini baik

    pada pencapan etsa putih maupun etsa warna variasi dilakukan terhadap lamanya

    waktu termofiksasi dengan variasi 2 menit hingga 4 menit, variasi dilakukan untuk

    melihat sejauh mana lamanya termofiksasi memengaruhi hasil pencapan.

    Dalam tahapan proses pencapan etsa, mula mula kain di celup dengan zat warna

    reaktif menggunakan metoda padding dimana besarnya wpu mesin padding sebesar

    70% ini dilakukan sesuai dengan karakteristik moisture regain dari kain kapas. Dalam

    larutan padding nya ditambahkan zat zat seperti NaCl yang mendorong penyerapan

    zat warna reaktif, Na2CO3 yang membantu fiksasi zat warna reaktif dan juga

    ditambahkan pengental, pengental ditambahkan berfungsi untuk mencegah migrasi dari

    zat warna pada saat proses padding. Tujuan dilakukannya proses padding adalah untuk

    untuk memberi warna dasar pada kain yang akan diproses pencapan etsa. Dalam

    pembuatan larutan padding, zat zat yang digunakan harus terlarut secara sempurna

    agar didapatkan hasil warna dasar yang memiliki kerataan yang baik. Dari hasil proses

    padding didapatkan warna pada dasar kain tidak merata, ada bagian bagian yang timbul

    spot spot warna yang lebih tua, ini disebabkan karena pelarutan zat zat yang kurang

  • sempurna sehingga menimbulkan spot spot dengan warna yang lebih tua pada

    beberapa bagian dasar kain. Setelah dilakukan padding kain dikeringkan pada suhu

    100oC selama 1 menit.

    Setelah dilakukan proses pengeringan kain dengan warna dasar reaktif dilakukan

    pencapan etsa. Pencapan etsa yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah jenis etsa

    putih dan etsa warna. Dalam pembuatan pasta cap untuk pencapan etsa putih didalam

    pasta capnya tidak ditambahkan zat warna, sedangkan dalam etsa warna ditambahkan

    zat warna bejana yang nantinya akan menjadi warna motif. Kedalam pasta cap etsa

    putih dan etsa warna ditambahkan zat pengetsa sapolin sebanyak 100g/L, sapolin

    digunakan untuk merusak warna dasar dari hasil padding, agar pereduksian warna

    dasar kain lebih kuat maka ditambakan pula Na2S2O4 kedalam pasta capnya sehingga

    pada hasil pencapannya bagian yang dicap menggunakan pasta cap putih ataupun

    pasta cap warna akan terbentuk motif.

    Setelah proses pencapan etsa dilakukan kain difiksasi dengan metoda termofiksasi

    dengan suhu 160oC dengan waktu sesuai variasi, dari hasil pencapan diketahui bahwa

    semakin lama waktu termofiksasi memengaruhi hasil pencapan, khusunya pada

    ketuaan, secara visual dapat terlihat bahwa semakin lama waktu termofiksasi warna

    dasar dan motif menjadi semakin tua,

    Setelah dilakukan nya proses termofiksasi kain diakukan pembilasan, pembilasan harus

    dilakukan khususnya pada hasil pencapan etsa warna, karena pada pembilasan

    dihilangkan pengental yang menempel pada permukaan kain, sehingga memudahkan

    proses oksidasi zat warna bejana yang merupakan zat warna pemberi motif. Dari hasil

    pencapan etsa warna didapatkan bahwa hampir diseluruh kain hasil pencapan etsa

    warna motif tidak muncul dengan jelas, ini dapat disebabkan karena proses pembilasan

    yang kurang sempurna sehingga menyebakan proses oksidasi zat warna bejana

    terhambat karena oksidator tidak mampu mengopksidasi warna yang tertutup oleh

    pengental sehingga warna akan tidak bangkit. Selain pembilasan yang kurang sempurna

    dapat dimungkinkan konsentrasi H2O2 yang digunakan sebagai oksidator kurang sesuai

    sehingga pembangkitan warna zat warna bejana tidak berjalan sempurna.

    Proses oksidasi hanya dilakukan pada pencapan etsa warna saja, pada etsa putih tidak

    dilakukan proses oksidasi.

    Setelah proses oksidasi dilakukan pada hasil pencapan etsa warna, kain hasil pencapan

    etsa warna maupun etsa putih dilakukan proses pencucian, pengeringan dn evaluasi

  • hasil pencapan. Pada proses pencucian harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar

    zat warna yang tidak terfiksasi dan pengental yangmasih menempel pada permukan

    hilang. Pada pengevaluasian, evaluasi dilakukan pada ketuaan warna hasil pencapan

    saja, evaluasipun dilakukan secara visual tidak melalui metoda spetrofotometri, evaluasi

    dilakukan dengan memeberi nilai 1 -3 dimana semakin besar nilai hasil ketuaan semakin

    tua. Dari hasil pengevaluasian dapat dilihat seperti diagram dibawah ini :

    VI. KESIMPULAN

    Dari pencapan etsa putih dan etsa warna pada kain kapas dengan zat warna dasar reaktif

    (Remazol Yellow FG) dan warna motif zat warna bejana dengan zat pengetsa sapolin

    100g/l dengan variasi waktu termofiksasi dapat disimpulkan bahwa :

    1. Zat pengetsa bekerja merusak warna dasar kain yang dielup oleh zat warna

    reaktif.

    2. Waktu termofiksasi memengaruhi hasil proses pencapan.

    3. Hasil etsa warna terbaik diperoleh saat waktu termofiksasi 4 menit.

    4. Hasil etsa putih terbaik diperoleh saat waktu termofiksasi 4 menit.

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    2 Menit 3 Menit 4 Menit

    Ketuaan Warna

    Etsa Warna

    Etsa Putih

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Ir. Rasjid Djufri., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan., Institut

    Teknologi Tekstil., Bandung, 1973.

    2. Dede Karyana., Pedoman Praktikum Pencelupan I., Sekolah Tinggi Teknologi

    Tekstil., Bandung., 2005

    3. www.scientificpsychic.com

    4. Soeprijono., Serat Serat Tekstil., Institut Teknologi Tekstil.,Bandung., 1973.

    5. Agus Suprapto., Bahan Ajar Pencapan II., Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.,

    Bandung.

    6. Leslie W C Miles., Textile Printing., Society of Dyers and Colourists., 2003

    7. Soenarto, Teknologi Pencelupan dan Pencapan Jilid 3., Direktorat Pembinaan

    Sekolah Menengah Kejuruan., Jakarta., 2008