etika perawtan 2010

Upload: riana-saragih

Post on 03-Mar-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fx

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

MUKADIMAHPertumbuhan dan perkembangan pelayanan kesehatan di rumah sakit semakin pesat dan melibatkan berbagai profesi, baik profesi kesehatan maupun non kesehatan. Pelayanan kesehatan yang canggih harus diikuti pula dengan perkembangan yang senantiasa menjaga cita-cita luhur profesi tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan rumah sakit.

Setiap insan rumah sakit harus selalu mengingat tentang sejarah timbulnya pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh getaran nurani yang selalu ingin menolong, dan mengedepankan kepentingan orang yang dilayani, melalui pelayanan profesional yang merupakan interaksi berbagai profesi.

Walaupun budaya dan norma dalam pergaulan sehari-hari mungkin berubah, seyogyanya tidak akan menggeser nilai luhur profesi tenaga kesehatan dan pelayanan rumah sakit. Kesadaran untuk mempertahankan nilai luhur pelayanan kesehatan harus dimiliki oleh semua insan rumah sakit, walaupun dalam perkembangannya saat ini rumah sakit tumbuh sebagai suatu industri.

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang melibatkan banyak profesi di dalamnya. Tujuan utama dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada para pelanggannya. Pelayanan tersebut dapat terwujud melalui interaksi berbagai profesi yang bekerja pada rumah sakit, ditunjang dengan berbagai peralatan, baik peralatan medik maupun non medik, yang sederhana sampai peralatan canggih.

Adanya interaksi antar manusia yang terjadi dalam lingkup pelayanan rumah sakit, maupun interaksi dengan para pelanggan, memerlukan suatu pengaturan agar interaksi yang terjadi dapat selaras dan tidak ada pihak yang dirugikan. Salah satu bentuk pengaturan yang diperlukan adalah ditetapkannya etika bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit, sehingga akan menumbuhkan rasa saling percaya dengan landasan saling menghargai.

Etika Pegawai Rumah Sakit diperlukan sebagai pengaturan interaksi yang terjadi dalam pelayanan profesi dalam melaksanakan tugas masing-masing, disamping Etika Profesi sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Etika Pegawai Rumah Sakit merumuskan norma moral dasar bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit, yang mengacu dari etika umum yang berlaku universal. Dengan demikian Etika Pegawai Rumah Sakit merupakan kaidah khusus sebagai pedoman setiap sumber daya manusia rumah sakit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari di rumah sakit.Berlandaskan pada kesadaran itu, RS Royal Progress menetapkan Etika Keperawatan yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma yang dijadikan pegangan oleh setiap perawat/bidan Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan tugas profesinya dan saat berinteraksi dengan pelanggan, baik pelanggan eksternal, internal maupun perantara.

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana telah memberikan kesempatan merevisi Pedoman Etika Keperawatan RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS.

Pembentukan panitia etik rumah sakit memberikan kemungkinan kepada perawat/bidan kesehatan sebagian kelompok berhadapan dengan masalah-masalah besar dan selanjutnya mampu/tanggap terhadap halihwal penderita dan masyarakat.

Dengan seringnya timbulnya masalah yang dialami perawat/bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pelanggan, maka panitia etik membuat pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh perawat/bidan RSRP. Dan membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberikan gambaran tanggung jawabnya dalam pelayanan kesehatan.

Membicarakan masalah-masalah etika secara terbuka dan secara berkala dapat membawa kita pada keputusan-keputusan yang lebih baik, disamping meningkatkan hubungan-hubungan antar perawat/bidan (professional) dalam bidang kesehatan.

Dalam membicarakan hal-hal etik bersama-sama panitia etik lainnya, kita dapat belajar dari sesama anggota, dan akhirnya juga dapat menghormati pendapat sesama anggota panitia etik.

BAB I

ETIKA KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat semakin kritis dalam memandang masalah yang ada termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau situasi instansi kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tidak jarang masyarakat merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang ada dan tidak tertutup kemungkinan unsur-unsur yang terkait dengan pelayanan kesehatan dituntut dimuka pengadilan.

Rumah sakit adalah sebuah lembaga, merupakan bagian Sistem Pelayanan Kesehatan, fungsinya melaksanakan aspek pelayanan kesehatan:

1. Preventif (sosialisasi aspek-aspek pencegahan berbagai penyakit)

2. Kuratif (berobat jalan, rawat inap, tindakan medis, dan penunjang medis)

3. Rehabilitative.

4. Promotif

Semua aspek pelayanan kesehatan tersebut akan terlaksana secara optimal apabila rumah sakit memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, beretika dan ditunjang oleh sumber dana yang cukup.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran etika dan disiplin, sejak tahun 2006 dibentuk panitia Etik Keperawatan, sesuai dengan perkembangan ilmu dan dinamika pelayanan maka perlu direvisi, sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi segenap tenaga keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Royal Progress. Di Rumah sakit lain disebut Komite Etik Rumah Sakit (KERS, yaitu nama yang mengacu kepada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia).

Panitia Etik Keperawatan RSRP sebagai mana tercantum dalam Peraturan Mentri Kesehatan. Apabila rumah sakit diibaratkan sebagai sekeranjang bunga, PERS bertugas mengupayakan agar bunga-bunga itu tetap segar dan harum. Agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, PERS memerlukan kerja sama dengan semua pihak. Selain itu PERS menghimbau agar setiap individu yang bekerja di RSRP memiliki panduan profesinya masing-masing.

Unsur ketenagaan di bidang pelayanan kesehatan merupakan ujung tombak dalam menjalani roda organisasi sebuah rumah sakit. Oleh karena itu para dokter, perawat dan karyawan dibidang penunjang kesehatan dirumah sakit perlu menjaga dan mempertahankan etika, baik etika perumahsakitan pada umumnya maupun etika kedokteran serta keperawatan pada khususnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Meningkatkan mutu SDM sehingga diharapkan dalam memberikan tindakan medis/tindakan penunjang/asuhan keperawatan kepada pasien dapat berjalan dengan lancar serta dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai kode etik profesi sehingga tercapainya kepuasan pelanggan.

2. Tujuan Khusus :

a. Sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan.

b. Kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan lain dan kepada profesi keperawatan.

c. Membentuk strategi/cara dan menganalisis moral yang terjadi dalam praktek keperawatan serta mampu menghubungkan prinsip moral yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

d. Perawat dapat mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan mengatasi masalah - masalah.C. Sasaran

1. Tercapainya 75 % pencatatan dan pelaporan pelanggaran kode etik keperawatan pada bulan Desember 2009.

2. Tercapainya 50 % pencatatan dan pelaporan pelanggaran kode etik keperawatan pada bulan Desember 2009.

3. Terselenggaranya pelatihan kode etik keperawatan setiap 6 bulan pada tahun 2009.

4. Tersusunnya 100 % kebijakan kode etik keperawatan.

5. Terlaksananya 100 % transfer info dan koordinasi pelayanan kesehatan sesuai SPO pada tahun 2009.

BAB II

ETIKA KEPERAWATAN

A. Etika

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai mahluk berdiri sendiri dengan Penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:

1. Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada ke-ragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

B. EtiketPengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.

Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan per-buatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan. Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.Perbedaan Etiket dengan EtikaK. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :a. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal: Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena me-ngambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. Jangan mencuri merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal: Saya sedang makan bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggar etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian. Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.Etika bersifat absolut. Jangan mencuri, Jangan membunuh merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.d. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampil sebagai manusia berbulu ayam, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.

ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

1. Dalam melaksanakan tugas pengabdiannya perawat RSRP mempunyai tanggung jawab penuh untuk kebutuhan pasien.

2. Dalam melaksanakan tugas pengabdiannya perawat RSRP memelihara suasana lingkungan dengan menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat, menjalankan kewajiban beragama bagi pasien pasien yang ada di RSRP.

3. Dalam melaksanakan tugas pengabdiannya perawat RSRP bekerja dengan berdasarkan CINTA KASIH

4. Perawat RSRP senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan, menerapkan pengetahuan ketrampilan serta menjujung tinggi profesionalisme dan kejujuran.

5. Dalam melaksanakan tugas pengabdiannya perawat RSRP wajib merahasiakan apa yang diketahui sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.

6. Perawat RSRP tidak menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma norma kemanusiaan

7. Perawat RSRP dalam melaksanakan tugas pengabdiannya tidak membeda-bedakan kebangsaan , kesukuan, agama, warna kulit , umur, jenis kelamin, status sosial dan politik

8. Perawat RSRP dalam melaksanakan tugas pengabdiannya harus mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima serah terima tugas ke perawatan perawat lainnya

9. Perawat RSRP dalam melaksanakan tugas pengabdiannya senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat , dokter dan tenaga kesehatan lainnya agar dapat mencapai tujuan pelayanan semaksimal mungkin

10. Perawat RSRP dalam melaksanakan tugas pengabdiannya senantiasa dapat menyebarluaskan pengetahuan , ketrampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta dalam menerima pengetahuan, pendapat dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan pengetahuan keperawatan.

11. Perawat RSRP selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri sendiri atau bersama sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan , ketrampilan dan pengalaman.

12. Perawat RSRP selalu berusaha menjujung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku yang profesional dan berbudi luhur.

13. Perawat RSRP secara bersama sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian.

Etiket berkomunikasi

Etiket dalam berkomunikasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu

1. Secara langsung

2. Secara tidak langsung

1. Etika secara langsung

a. Pada senior

Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.

Berbicaralah dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.

Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.

Tidak mengeluarkan bunyi-bunyian atau gerakan yang tidak diperlukan. Contoh : tidak menggoyangkan kaki, mengetukkan jari/pulpen, menggaruk-garuk kepala, mengunyah sesuatu, dll.

Tidak memotong pembicaraan saat senior sedang berbicara, baik saat senior sedang berbicara dengan pasien ataupun dengan kita.

Jika memungkinkan sebelum berbicara menggunakan kata maaf.

Menggunakan kata sapa seperti : bapak, ibu, dokter, mbak, dll. Lalu dilanjutkan dengan namanya jika kita mengetahui namanya.

Berusaha untuk mempertahankan kontak mata, mendengarkan secara aktif, dan berusaha untuk menjawab jika diajukan suatu pertanyaan dengan singkat, jelas, dan tidak berbelit-belit.

b. Pada sesama

Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.

Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.

Tidak menggunakan kata sapa yang kurang sopan, seperti : gue, elo, dll.

Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.

Tidak membicarakan kejelekan atau kesalahan sesama karyawan baik yang dalam satu departemen ataupun berlainan departemen

c. Pada yunior

Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.

Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.

Tidak membentak-bentak saat yunior melakukan kesalahan

2. Etiket berkomunikasi secara tidak langsung.Komunikasi lewat telepon Mulailah pembicaraan di telepon dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan ucapan siap membantu. Contoh : selamat siang , dengan (nama) ada yang bisa saya bantu

Gunakanlah kata-kata yang sopan, baik, dan jelas.

Usahakan untuk memberikan suasana yang akrab dengan menggunakan kata panggilan seperti Bapak, Ibu dll.

Dengarlah pembicaraan si penelepon dengan seksama, penuh perhatian, jangan memotong pembicaraan.

Jika ada yang menitip pesan, catatlah pesan-pesan penting yang disampaikan dan sampaikan pada orang yang bersangkutan.

Gunakanlah kata-kata terima kasih saat akan mengakhiri pembicaraan di telepon.

Tidak membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali.

Tidak membiarkan orang menunggu terlalu lama saat dalam menu hold

Dilarang menerima/menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi.Etiket saat menggunakan/berada di fasilitas umum

a. Lift

Dahulukan pasien, keluarga pasien, dokter, senior, atau pimpinan untuk menaiki lift saat lift sedang penuh

Usahakan untuk mempersilahkan pasien, keluarga pasien, dokter, senior, atau pimpinan untuk menaiki lift terlebih dahulu.

Jangan menyerobot/berebut saat akan menaiki lift.

Berusahalah untuk menyapa setiap orang yang ditemui didalam lift.

Jangan melakukan tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan pemakai lift yang lain seperti mengobrol, bercanda, tertawa, dll.

b. Koridor

Usahakan untuk menyapa setiap orang yang berpapasan di koridor rumah sakit

Tidak makan/minum di koridor rumah sakit

Tidak berhenti atau jalan bergerombol yang berakibat menghalangi akses orang lain.

c. Restoran/cafe

Tidak bicara/mengobrol terlalu keras yang akan mengakibatkan orang lain terganggu

Usahakan agar saat makan tidak berdecak.

Jangan terlalu lama duduk di tempat makan yang akan mengakibatkan pengunjung lain yang ingin makan sulit mendapatkan tempat makan.

Etiket dalam masuk ruang perawatan

Mengucapkan salam saat memasuki ruang perawatan pasien.

Berusaha menunjukan keramahan dan sikap empati terhadap pasien.

Menanyakan kondisi pasien saat ditemui dan menawarkan bantuan apabila ada yang bisa dibantu.

Mendengarkan keluhan pasien dengan seksama dan menindaklanjuti keluhan pasien.

Mengucapkan salam perpisahan sebelum meninggalkan ruang perawatan.

Tutup pintu setelah keluar dari ruang rawat inap.

Etiket saat berada dalam kamar kecil

Selalu berusaha menjaga kebersihan saat berada di kamar kecil Tidak merokok baik saat berada di kamar kecil ataupun saat berada di lingkungan rumah sakit. Tidak membuang pembalut atau barang-barang yang dapat menyumbat aliran air pembuangan di kamar kecil Tidak menggunakan fasilitas yang ada di kamar kecil secara berlebihan, contoh : tissue, sabun, dll.C. Standar Penampilan

1. Tata Rias Penampilana. Rambut

a) Pria

Panjang rambut 2-3 Cm (tidak boleh melebihi tengkuk)

Rambut disisir rapih bila perlu menggunakan minyak rambut/jelly.

Rambut tidak boleh di cat selain berwarna hitam atau senada dengan warna asli.b) Wanita

Rambut yang panjang dijalin dengan rapih, khusus perawat rambut di masukan ke dalam sarkon warna hitam atau digelung masuk dalam kap.

Bagi rambut yang pendek, rambut tidak boleh melebihi bahu.

Bagi mengunakan poni, tidak boleh menutupi pandangan mata.

Rambut tidak boleh di cat selain berwarna hitam atau senada dengan warna asli.

Tidak diperkenankan menggunakan wig kecuali ada masalah dengan rambut (botak/rontok akibat terapi/sedang melakukan terapi )

b. Wajah

a) Tata rias natural dan tidak menyolok.

b) Lipstick berwarna lembut tidak menyolok (mis.merah muda, coklat muda atau warna bibir)c) Bloos on berwarna lembut sesuai dengan kulit.d) Alis, gunakan pensil alis berwarna hitam/abu-abu atau coklat.e) Eye shadow gunakan warna lembut tidak menyolok.f) Bedak sesuai dengan warna kulit/natural.g) Tidak diperkenankan menggunakan bulu mata selain mascara hitam/colat sesuai warna bulumata.h) Bagi pria yang memelihara kumis tertata rapih.i) Jambang pada laki tidak boleh melewati ujung bawah daun telinga.2. Tata Busana, perhiasan dan sepatu.a. Pakaian rapi dengan menggunakan atribut lengkap.b. Panjang baju menutupi pinggul dan panjang rok dibawah lutut.c. Bagi yang menggunakan parfum, harumnya tidak menyengat hidung.d. Bagi yang berhadapan langsung kepasien tidak di perbolehkan menggunakan perhisan berlebihan selain cincin kawin/tunangan, jam tangan, anting-anting dan kalung bagi wanita. Bagi laki-laki cincin kawin, dan jam tangan.e. Tidak boleh bau badan, bila perlu gunakan pencegah bau badan.f. Bagi perawat yang belum diangkat karyawan tetap gunakan pakaian putih perawat (seragam putih waktu kuliah/kerja ditempat sebelumnya) g. Bagi karyawan baru di bagian lain yang belum diangkat, gunakan hem tangan pendek warna putih masukkan dalam rok/celana panjang, dan celana panjang/rok hitam dengan sepatu hitam dengan ketinggian hak 2-5 cm.h. Bagi perawat wanita kap dijepit dengan penjepit warna hitam.i. Kartu tanda pengenal selalu dipakai selama jam kerja.j. Menggunakan sepatu warna putih bagi perawat wanita maupun laki-laki, karyawan bagian lain menggunakan sepatu warna pantofel hitam dengan paling tinggi 2-5 cmk. Tidak dibenarkan pinggiran bagian belakang sepatu diinjak.l. Alas sepatu dilapisi karet pada haknya agar tidak menimbulkan bunyi.m. Bila menggunakan kaus kaki/stoking:a) Sepatu warna putih, kaos kaki putih.b) Celana panjang dan pakai sepatu warna hitam, kaos kaki putih/hitam.c) Rok dan pakai sepatu hitam, kaos kaki hitam dibawah mata kaki atau stoking warna kulit.d) Sepatu kepala instalasi/asisten manajer/manajer gunakan warna hitam/putih dengan ketinggian tumit 5-7 cm.3. Body Languagea. Bagi karyawan berhadapan langsung ke pasien tidak dibolehkan berkuku panjang.b. Tidak boleh menggunakan cat kuku pada jari-jari tangan.c. Cara berjalana) Pandangan mata lurus kedepan.b) Saat berjalan badan tegak lurus dan tidak membungkuk.c) Berjalan tidak diserat dan lambat.d. Tersenyum bila berpapasan dengan orang disekitar lingkungan rumah sakit.e. Cara duduk dan menyambut pengunjung yang datang ke RSRP.a) Duduk tegak dan tidak membungkuk.

b) Tidak menopang dagu.

c) Tidak mengangkat kaki ke atas meja/kursi.

d) Atur jarak pandang 30 cm, bila menggunakan computer/leptop.

e) Pada saat pasien/keluarga/pengunjung menghampiri petugas yang berada di belakang meja, petugas berdiri dan persilahkan duduk setelah itu petugas duduk kembali.

f) Pada saat pasien/keluarga/ pengunjung menghampiri petugas yang berada di belakang nursestation, petugas berdiri dan sambut dengan sopan dan ramah.D. Prinsip Etika Pegawai Rumah Royal Progress adalah :

1. Prinsip KEPATUHAN PERATURAN

2. Prinsip KERAHASIAAN

3. Prinsip KEBENARAN PENCATATAN

4. Prinsip KEJUJURAN

5. Prinsip KEHORMATAN PROFESI

6. Prinsip TANGGUNG JAWAB SOSIAL

7. Prinsip KESELARASAN KEPENTINGAN

8. Prinsip KETERBATASAN KETERANGAN

9. Prinsip PERSAMAAN PERLAKUAN

10. Prinsip KEBERSIHAN DIRIURAIAN

1. PRINSIP KEPATUHAN PERATURAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress memiliki prinsip untuk selalu patuh, taat dan menghormati seluruh peraturan perundangan yang berlaku.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress wajib mengetahui, mematuhi dan melaksanakan seluruh peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan profesi masing-masing.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress wajib mengetahui, mematuhi dan melaksanakan seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan Rumah Sakit Royal Progress.

2. PRINSIP KERAHASIAAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress berkewajiban menjaga dan melindungi segala informasi yang diketahuinya tentang rumah sakit, dan dilarang menyampaikan informasi kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan manajemen rumah sakit.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress berkewajiban menjaga dan melindungi kehormatan para pelanggan rumah sakit, dengan tidak menyebar luaskan hal-hal yang diketahuinya berkaitan dengan kondisi kesehatan atau hal-hal yang bersifat pribadi.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress berkewajiban menyimpan dan menjaga agar dokumen yang memuat data-data pelanggan tidak berada pada yang tidak berhak.

3. PRINSIP KEBENARAN PENCATATAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya senantiasa melaksanakan pencatatan sesuai ketentuan yang berlaku dengan data yang sesungguhnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara profesional.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan pencatatan selalu lengkap, benar dan tepat waktu.4. PRINSIP KEJUJURAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress menjunjung tinggi kejujuran dalam menjalankan tugas profesinya, dengan tidak melakukan manipulasi terhadap data ataupun kejadian yang sesungguhnya terjadi.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik yang positif demi peningkatan kompetensi dan mutu pelayanan.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan kewajibannya tidak menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk kepentingan pribadi.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress tidak menggunakan dana, fasilitas dan barang milik rumah sakit untuk kepentingan pribadi tanpa tata cara dan prosedur yang berlaku.

5. PRINSIP KEHORMATAN PROFESI

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress senantiasa memahami, menjunjung tinggi dan melaksanakan Etika Profesi masing-masing dan Etika Rumah Sakit.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress tidak menerima hadiah atau imbalan berupa apapun untuk melanggar peraturan dan prinsip kerahasiaan perusahaan dan pasien.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress senantiasa menjaga kehormatan dan keluhuran profesinya dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan pelanggan rumah sakit.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress selalu berupaya menjaga dan meningkatkan kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan profesional terbaik kepada para pelanggan.6. PRINSIP TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress senatiasa perduli pada kepentingan pasien, pelanggan dan rekan kerjanya.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menyebar luaskan informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial pasien, pelanggan dan rekan kerjanya.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress tidak melaksanakan pemasaran untuk meningkatkan kinerja rumah sakit melalui upaya menjatuhkan nama baik dokter, rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain/pesaing.

7. PRINSIP KESELARASAN KEPENTINGAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selalu berorientasi dan mengutamakan kepuasan pelanggan yang dilayani.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress senantiasa loyal terhadap kepentingan rumah sakit, dan tidak melaksanakan kegiatan ataupun usaha yang dapat merugikan rumah sakit.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam memberikan pelayanan senantiasa memperhatikan dan mengindahkan hak-hak pasien.

8. PRINSIP KETERBATASAN KETERANGAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam memberikan keterangan senantiasa berlandaskan pada kewenangan yang dimiliki, sehingga tidak dibenarkan menyampaikan informasi yang diketahuinya namun bukan merupakan kewenangannya kepada pihak lain yang tidak berhak.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam menyampaikan penjelasan dan keterangan selalu berlandaskan azas kepatutan dan profesionalisme, dan tidak memberikan opini pribadi terhadap informasi yang disampaikan.9. PRINSIP PERSAMAAN PERLAKUAN

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam melaksanakan tugas profesinya tidak membedakan pelanggan berdasarkan ras, agama, golongan atau keadaan sosial ekonomi pelanggan. Pegawai Rumah Sakit Royal Progress dalam memberikan pelayanan senantiasa berlandaskan pada hati nurani, sehingga selalu berorientasi pada bagaimana dirinya ingin diperlakukan.10. PRINSIP KEBERSIHAN DIRI

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress senantiasa memperhatikan dan menjaga penampilan fisiknya agar layak dalam interaksi dengan orang lain saat melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress selain menjaga penampilan fisiknya, senantiasa menjaga hati dan nuraninya dengan melaksanakan kewajiban ibadah sesuai ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing.

Pegawai Rumah Sakit Royal Progress tidak melakukan perbuatan tercela, baik yang diatur tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan norma yang telah diterima masyarakat.

E. Norma dan KaidahDi dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap/bertindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto: 1989:7).Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan, dan tata itu lazim disebut kaedah (bahasa Arab), dan norma (bahasa Latin) atau ukuran-ukuran yang menjadi pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam isinya, yaitu:

a. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibatnya dipandang baik.

b. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibatnya dipandang tidak baik.

Artinya norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil, 1989:81). Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya.

Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut:

a. Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan tamu atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang. Seseorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di muka pintu rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong dan tidak menghormati tamunya.b. Mengangkat gagang telepon setelah di ujung bunyi ke tiga kalinya serta mengucapkan salam, dan jika mengangkat telepon sedang berdering dengan kasar, maka sanksinya dianggap intrupsi adalah menunjukkan ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak menghormati si penelepon atau orang yang ada disekitarnya.c. Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat empat (4) kaedah atau norma, yaitu norma Agama, Kesusilaan, Kesopanan dan Hukum. Dalam pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi norma-norma umum (Non Hukum) dan Norma Hukum.

Pemberlakuan norma-norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah, sebagai berikut:

a. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi: Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang beriman.

Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi tercapainya kesucian hati nurani yang berakhlak berbudi luhur (akhlakul kharimah)b. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat) meliputi: Kaidah atau norma-norma sopan santun, tata krama dan etiket dalam pergaulan sehari-hari dalam bermasyarakat (pleasant living together). Kaidah-kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan kepastian atau ketenteraman (peaceful living together). Sedangkan masalah norma non hukum adalah masalah yang cukup penting dan selanjutnya akan dibahas secara lebih luas mengenai kode perilaku dan kode profesi Humas/PR, yaitu seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan sosial atau bermasyarakat, sebagai nilai aturan yang telah disepakati bersama, dihormati, wajib dipatuhi dan ditaati.F. Siapa yang harus melaksanakan Etika Keperawatan?Pada prinsipnya yang harus melaksanakan Etika Rumah Sakit ialah semua karyawan/ti rumah sakit mulai dari pimpinan (Direktur) sampai pelaksana terendah, baik itu tenaga medis maupun non medis, baik didalam melaksanakan tugasnya berhubungan langsung dengan pasien/masyarakat pemakai jasa rumah sakit, maupun yang tidak langsung.

1. Corporete:

Mulai dari pimpinan (direktur) sampai pelaksana paling bawah.

2. Clinicel:

Medis, perawat, bidan, penunjang medis dan tenaga kesehatan lainnya.G. Siapa yang menerima manfaat Etika Keperawatan.1. Semua karyawan/ti rumah sakit baik medis maupun non medis.

2. Pasien.

3. Masyarakat yang membutuhkan jasa rumah sakit.H. DELEMA ETIK

1. Merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan.

2. Suatu kondisi dimana alternatif yang memuaskan dan yang tidak memuaskan sebanding

(Thomson & Thomson). I. PENYEBAB TIMBULNYA DELEMA ETIK1. Masalah etik yang sebelumnya :

a. Tidak diperkirakan.

b. Tidak diantisipasi secara cepat.

2. Masalah etik yang mungkin telah diperkirakan/diantisipasi namun tidak diketahui cara menghindarinya.

3. Masalah etik yang timbul dalam situasi belum ada pedoman untuk menyelesaikannya.

4. Masalah etik timbul karena adanya tuntutan kepentingan yang berbeda.

J. HUKUM

A. PENGERTIAN HUKUMa. Himpunan peraturan berupa perintah dan larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat (E. Utrecht).

b. Peraturan yang bersifat mamaksa yang menentukan tingkah laku manusia didalam masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi berwenang, dan pelanggaran terhadap peraturan tersebut berakibat diambilnya tindakan berupa hukuman. (WoeryonoS. JTC. Simorangkir).

c. Keseluruh kumpulan peraturan dan kaidah dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dilaksanakan pelaksanaannya dengan sangsi. (Prof.DR.Sudikno Mertokusume SH)

B. TUJUAN HUKUM

a. Mengabdi pada tujuan negara yang intinya adalah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyat dengan cara menyelanggarakan keadilan dan ketertiban. (Prof. Subekti SH).

b. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. (Prof. M.J. Van Apeldorn).

c. Melindungi kepentingan tiap manusia agar kepentingan tersebut tidak diganggu: mencegah agar orang tidak menjadi hakim sendiri. (Prof. Mr. J.Van Kan).

C. FUNGSI HUKUM

Menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah yang timbul. Unsur :

a. Sebagai alat pengatur tatatertip hubungan masyarakat.

b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin.D. LANDASAN HUKUM.

Pada zaman moderen ini dapat dikatakan hampir tidak ada bidang kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh oleh hukum. Demikian juga halnya dengan rumah sakit.

Hal ini diakibatkan oleh masyarakat yang sudah memahami hak dan kewajibannya, pertambahnya penduduk dan perkembangan budaya yang pesat, perkembangan IPTEK di bidang medis, kebudayaan asing yang memberikan dampak terhadap norma serta padangan hidup masyarakat pada umumnya.

Atas dasar pertimbangan tersebut, pengelola rumah sakit tidak lagi didasari pada norma-norma etis dan moral, tetapi harus berpedonan pada peraturan yang lebih pasti, yaitu Hukum Rumah sakit (Hospital Law). Namun demikian tidak berarti norma etik tidak diperhatikan lagi, oleh karena norma hukum saja hanya akan membawa rumah sakit kepada tingkat dasar etik (bottom line ethics), yang berada di bawah rumah sakit yang etik.

Menyadari hal tersebut di atas, masyarakat perumahsakitan di Indonesia telah mengantisipasi dengan menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (Kodersi). Kodersi memuat norma-norma etik yang wajib dijunjung tinggi oleh seluruh insani rumah sakit serta institusinya. Kodersi juga memandatkan dibentuk KERS di setiap Rumah sakit dan etika profesi di tingkat rumah sakit.

Masalah Etik dihadapai oleh semua pihak yang ada dirumah sakit. Panitia Etik Rumah Sakit (PERS) selanjutnya berusaha menyelesaikan masalah etika yang terjadi di dalam rumah sakit, dengan mengacu kepada prinsip-prinsip Etika Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, dan Kode etik berbagai Profesi terkait.

Beberapa masalah yang segera tampak diatas permukaan adalah sebagi berikut:

a. Masalah etika sehari-hari yang dihadapi berkaitan rumah sakit suwasta, komunikasi de-ngan pasien secara umum dan khususnya berkaitan dengan persetujuan tindakan medis (informed consent), komunikasi antar tenaga kesehatan dalam rangka konsultasi, kelengkapan rekam medis sebelum atau setelah pasien pulang dan berbagai masalah etika sehari-hari lainnya.

b. Masalah etika kedokteran dan perawatan pada suatu klinik tertentu, masalah tehnologi kedokteran, masalah pada pasien dalam stadium terminal, orang dengan HIV/AIDS, dan lain-lain masalah etik klinis lainnya.

c. Beban penyelesaian masalah etis yang ada pada setiap insani rumah sakit dan unit fungsional terkaitnya tidak seluruhnya dapat dialihkan kepada panitia etik dan disiplin rumah sakit, oleh karena sifat urgensinya yang membutuhkan dengan segera. Persoalan yang timbul adalah beban penyelesaian etis yang mana yang dapat dan atau harus diteruskan kepada Panitia Etik Rumah Sakit dan beban penyelesaian etis yang mana yang dapat dan/atau harus diselesaikan secara individu atau diselesaikan di tingkat unit Fungsional.Keputusan yang diambil terhadap masalah seorang pasien tergantung harus tetap dilakukan dengan clinical dan ethical judgement petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas pasien tersebut, tetap dengan menghargai prinsip konfidensial.

Panitia Etik Rumah Sakit harus peka terhadap kenyataan bahwa usaha-usahanya dimaksudkan untuk meringankan beban (dan bukan menambah beban) pihak-pihak lain, yaitu pasien, dokter, pe-rawat pengelola rumah sakit, dalam masalah-masalah etik.

PERS (Panitia Etik Rumah Sakit) harus menyadari bahwa segala informasi yang didapat dari pasien (rekam medik) merupakan privileged information harus dijaga kerahasianya.

Mengacu kepada peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.159b/MENKES/PER/II/1988 tentang rumah sakit dan keputusan direktur RSRP No.001/SJ/DIR/I/2009 tentang Etika dan Disiplin Rumah Sakit, maka cara kerja RSRP harus dilandasi kerangka kerja etis (ethical frame work). Tanpa kerangka kerja yang jelas, panitia rumah sakit tidak layak untuk memulai melaksanakan tugasnya.

E. HAK DALAM HUKUM

a. Hak kebenar (hak mutlak): hak atas benda yang dapat dipertahankan kepada setiap orang.

b. Hak perseorangan (hak relatif): hak yang hanya dapat dipertahankan kepada orang tertentu saja. F. SUMBER KEWAJIBAN

a. Kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasiennya timbul karena adanya hubungan konsensual yang bersifat profesional antara tenaga kesehatan tersebut (Dokter, perawat, bidan) dengan pasien.

b. Hubungan hukum antara tenaga dengan pihak ke tiga (mis. Asuransi):

a) Tanggung jawab tenaga kesehatan tetap berlangsung sampai misalnya pasien menghentikan hubungan hukum dengan tenaga kesehatan tersebut.

b) Pengecualian adalah dalam keadaan darurat, atau pasien tidak mau melaksanakan kewajibannya sehingga tidak membantu proses perawatan.

c) Namun bila pasien dalam keadaan sakit yang sangat berbahaya atau akut, maka tenaga kesehatan berkewajiban merawatnya terus (sumpah jabatan kode etik profesi).

G. HAK DAN KEWAJIBAN

a. DASAR HUKUM:

a) KUHAP Pasal 170.

b) UU.No.23/1992, tentang kesehatan.

c) PP.No.10/1966, tentang wajib simpan Rahasia Kedokteran.

Hak:

Kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.Kewajiban:

Suatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum

Pasien :

Penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Rumah sakit :

Sarana upaya kesehatan yang menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

b. HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN KARYAWAN

a) Masing-masing pihak saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti peranan serta hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses pela-yanan.

b) Pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan sesuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh karyawan dan sesuai dengan kemajuan yang dicapai oleh rumah sakit.

c) Karyawan harus memiliki kesadaran dalam turut bertanggung jawab atas kelancaran, kemajuan dan kelangsungan hidup rumah sakit.c. HAK RUMAH SAKIT

a) Rumah sakit berhak membuat peraturan (Hospital By Laws) yang berlaku di rumah sakitnya, sesuai dengan kondisi/keadaan yang ada di rumah sakit.

b) Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit.

c) Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati instruksi yang diberikan dokter kepadanya.

d) Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit melalui panitia kredensial.

e) Rumah sakit berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wansprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dll)

f) Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum.

d. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

a) Rumah sakit wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku, ras, agama, seks, dan status sosial.

c) Rumah sakit wajib merawat sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (duty of care).

d) Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan tidak membedakan kelas perawatan.

e) Rumah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan di IGD tanpa meminta materi terlebih dahulu.

f) Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan

g) Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan medik (medikal equipment) sesuai dengan standar yang berlaku.

h) Rumah sakit wajib menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai (ready for use).

i) Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga yang diperlukan.

j) Rumah sakit wajib mengusahakan adanya sistem, sarana, dan prasarana pencegahan kecelakan dan penanggulangan bencana.

k) Rumah sakit wajib melindungi dokter dan memberi bantuan administrasi dan hukuman bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapat perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya.

l) Rumah sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang berkerja dirumah sakit.

m) Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap, baik untuk pelayanan medik, penunjang medik, dan non medik.

APA YANG DIINGINI PASIEN DARI PETUGAS/PERAWAT

Roberta L Messener:

1. Sebagai petugas/perawat ada menyakini telah memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada para pasien, namun apakah benar pasien anda mendifinisikan keperawatan yang bermutu seperti pengertian yang kita yakini ?.

2. Tugas pertama kita selalu petugas/perawat adalah memahami siapa pasien kita dan apa sesungguhnya yang mereka harapkan dari pelayanan kesehatan. Seperti yang biasa berlaku dalam suatu industri Usahakan lebih mendekati pelanggan jadikan ini moto kita! e. HAK PASIEN

Hak pasien adalah hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :

a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertip dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

b) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

c) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi kedokteran/kedokteran gigi tanpa diskriminasi.

d) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan

e) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

f) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan.

g) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang deritanya, sepengetahuan dokter yang me-rawat.

h) Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

i) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi: penyakit yang diderita, tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya, prognosenya dan perkiraan biayanya.

j) Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

k) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawabnya sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

l) Pasien dalam keadaan kritis berhak didampingi keluarganya.

m) Pasien berhak menjalani ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak mengganggu pasien lainnya.

n) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan dirumah sakit.

o) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit terhadap di-rinya.

p) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual.

f. KEWAJIBAN PASIEN

a) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit.

b) Pasien kewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatan.

c) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selangkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawatnya.

d) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit dan dokter.

e) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

g. HAK PERAWAT/BIDAN.

a) Mendapatkan perlindungan hukum, keamanan dan kenyamanan saat bekerja.

b) Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun pasien dan atau keluarga.

c) Mendapatkan:

Bagi karyawan bulanan komponen upah terdiri dari: Upah pokok, tunjangan kemahalan, dan tunjangan masa kerja.

Bagi yang memiliki jabatan mendapatkan tunjangan jabatan.

Mendapatkan uang lembur bagi karyawan yang tidak memegang jabatan.

Mendapat upah selama sakit, besar upah yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mendapatkan upah hari raya keagamaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mendapatkan sumbangan sukarela dari rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d) Mendapatkan tunjangan kesehatan (rawat jalan-rawat inap) bagi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Mendapatkan cuti tahunan, cuti besar, libur umum, cuti hamil (karyawan wanita), cuti menikah dan izin sesuai dengan ketentuan berlaku.

f) Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang masing-masing secara terus menerus.

g) Mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

h) Diikutsertakan dalam penyusunan/penerapan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

i) Menolak pihak lain yang memberikan anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan.

j) Dalam menjalankan tugas profesinya, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi kesehatan terkait.

k) Diperhatikan privasinya dan haknya menuntut apabila nama baiknya dicemar oleh pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya.

l) Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidangnya.h. KEWAJIBAN PERAWAT/BIDAN

(SK Dir Jen Yan Med no. YM 03.2.6.956 tgl 19 Okt 1998)

a) Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit dengan hubungan hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit.

b) Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.

c) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

d) Perawat wajib memberikan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannya/otonomi profesi.

e) Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.

f) Perawat wajib merujuk pasien pada perawat lain/tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik.

g) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubung-an dengan keluarganya dan dapat menjalani ibadah sesuai dengan agama/keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan kesehatan.

h) Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga medis/tenaga kesehatan lain yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

i) Perawat wajib memberi informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan tentang tindakan kepada pasien atau dan keluarga sesuai dengan batas kewenangannya.

j) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan kesinambung- an.

k) Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai standar profesi kepe-rawatan dan kepuasan pasien.

l) Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan secara terus menerus.

m) Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas kewanangannya.

n) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal kecuali jika diminta keterangan oleh yang berwenang.

i. HAK PERAWAT/BIDAN(SK Dir Jen Yan Med no. YM 03.2.6.956 tgl 19 Okt 1998)

a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

b) Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang pendidikan.

c) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta profesi dan kode etik keperawatan.

d) Mendapat informasi lengkap dari pasien yang tidak puas terhadap pelayanan.

e) Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawat- an/kesehatan secara terus menerus.

f) Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun pasien dan atau keluarga.

g) Mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

h) Diikutsertakan dalam penyusunan/penerapan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

i) Diperhatikan privasinya dan haknya menuntut apabila nama baiknya dicemar oleh pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya.

j) Menolak pihak lain yang memberikan anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan tin-dakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan kode etik.

k) Mendapat penghargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

l) Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

j. KEWAJIBAN PERAWAT GIGI(Kep. Men.Kes. RI No. 1035/MENKES/SK/IX/1998)

a) Perawat Gigi adalah setiap orang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan perawat gigi yang telah diakuai pemerintah dan lulusan ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

b) Perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok keperawatan, yang dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan standar profesi.

c) Dalam menjalankan tugas profesinya, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi kesehatan terkait.

d) Perawat gigi dibina dan diawasi olah Ka. Kanwil DEPKES setempat.BAB III. PENGELOLAAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN RSRP

A. Panitia Etik KeperawatanRumah sakit Royal Progress Fungsi.

Fungsi Panitia Etik KeperawatanRumah Sakit (PEKRS) ialah:

a. Memberi nasehat atau konsultasi melalui diskusi dan berperan dalam menilai penyelesaian dan kebijakan.

b. Melaksanakan pendidikan pada lingkungan.

c. Berhubugan secara khusus dan memberikan anjuran-anjuran pada layanan reviu kasus sulit. Tugas

Tugas Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit (PEKRS) ialah:

1. Membina etika profesi dan mengatur kewenangan fungsional profesi keperawatan/bidan.

2. Memberikan masukan kepada bidang keperawatan baik di minta atau tidak dalam pembinaan masalah etika profesi keperawatan/bidan.

3. Melaksanakan penilaian/pemantapan berkala apakah perawat/bidan/sudah mendapat asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah dibuat.

4. Menyusun standard-standar keperawatan untuk kelancaran pelayanan keperawatan. Tata Kerja Panitia Etik keperawatan1. Menyelenggarakan rapat rutin bidang keperawatan setiap 1 x sebulan untuk silang informasi dan pengambilan keputusan terutama bila ada pelanggaran masalah etika profesi dan memberikan rekomendasi.

2. Menetapkan jumlah anggota tidak tetap bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

3. Ketua panitia bersama anggota menentukan sasaran yang akan dicapai, rencana kerja dan jadwal pertemuan.

4. Hasil kerja anggota dilaporkan secara tertulis kepada Ketua.

Manfaat

Manfaat Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit (PEKRS) adalah sebagai berikut:

a. PEKRS merupakan sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etika Keperawatan/bidan di rumah sakit.

b. Masalah masalah etik keperawatandapat diidentifikasi sehingga PEKRS sekaligus pula dapat memberikan gambaran tentang penyelesaiannya.

c. PEKRS memberikan nasehat kepada Direksi Rumah Sakit untuk meneruskan atau tidak meneruskan penyelewengan masalah etik melalui pengadilan. Pengorganisasian

Panitia etik keperawatan mempunyai Ketua Anggota tetap yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit Royal Progress.

Anggota tidak tetap terdiri dari Kepala Instalasi, Kepala Ruangan dan perawat yang sewaktu-waktu ditunjuk oleh Ketua bila dibutuhkan.

Persyaratan

1. Persyaratan Ketua

a. Pendidikan minimal DIII.

b. Dipilih oleh direktur.

c. Berwibawa, berdedikasi dan loyal terhadap profesi.

d. Disegani dan disenangi oleh karyawan.

e. Dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Persyaratan Anggota

a. Pendidikan minimal D III.

b. Dipilih oleh ketua.

c. Berwibawa, berdedikasi dan loyal terhadap profesi.

d. Dapat berkomunikasi dengan baik

e. Mau mengembangkan profesi.

Pedomen etik bagi Panitia Etik Keperawtan Rumah Sakit (PEKRS)Meminta pihak-pihak lain untuk menurut peraturan yang dibuat oleh Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit (PEKRS) secara unilateral merupakan tindakan yang oleh ahli para ahli filsafat dianggap tidak etis. Salah satu mengatasi masalah ini adalah dengan melibatkan para anggota profesi (perkumpulan-perkumpulan dokter spesialis dan para pakar dalam keahliannya masing-masing) dan anggota masyarakat awam yang mewakili para pasien dalam usaha yang kompleks ini untuk menyusun kerangka kerja etis bagi Panitia Keperawatan Etik Rumah Sakit.

Dengan demikian, akan terjadi pengertian yang sama tentang standard moral yang mendasar dalam masyarakat yang dilayani oleh rumah sakit.

Ada tiga prinsip etis dalam cara kerja Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit (PEKRS) yaitu:

a. Adanya kerangka kerja etis yang telah disepakati sebelumnya;

b. Legitimasi keberadaan PEKRS di dalam lingkungan rumah sakit;

c. Adanya jaminan tidak akan timbul konflik-konflik kepentingan para anggotanya yang dapat menghambat pengambilan keputusan.

Untuk melaksanakan tugasnya Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit perlu diatur secara organisasi melalui suatu pengurusan sekurang-kurangnya seorang ketua, seorang sekertaris dan beberapa anggota.

Pengurus tersebut bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Keputusan Panitia Etik Perawatan Rumah Sakit dianggap sah apabila keputusan itu disetujui sekurang-kurangnya oleh lima anggota. Hasil keputusaan Panitia Etik Keperawatan Rumah Sakit diteruskan.B. Nilai Yang Dianut Dalam Etika Profesi Perawat.

1. Perawat dan klien

a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Dalam memberikan pelayanan tidak membeda-bedakan status pasien.

Dalam memberikan pelayanan selalu menanggapi keluhan pasien.

b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perawat senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.

Dalam memberikan pelayanan selalu menghormati adat istiadat dan kepercayaan.

c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.

membantu memandikan pasien yang tirah baring.

Membantu klien BAK dengan urinal.

d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Merahasiakan hasil laboratorium klien yang dinyatakan HIV positif kepada orang lain.

2. Perawat dan Praktek

a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus.

Perawat harus bersedia untuk mengikuti program pendidikan, pelatihan, seminar.

b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

Cepat tanggap terhadap keluhan pasien dalam situasi apapun.

c. Perawat dalam membuat keputusan berdasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi menerima delegasi kepada orang lain.

Mendokumentasikan tulisan dengan tepat dan benar.

Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

d. Perawat senentiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan sehingga selalu menunjukkan prilaku profesional.

Bersikap sopan, manusiawi.

Selalu menjaga citra rumah sakit.

3. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

Dapat menjadi panutan atau contoh teladan yang baik diri sendiri atau orang lain.

Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi.

4. Perawat dan Sejawat

a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnnya dan dalam memelihara keserasian, suasana lingkungan kerja, maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Menciptakan hubungan baik antara teman sejawat dan antara teman seprofesi yang lain.

Dapat bekerjasama dengan unit-unit lain yang terbaik.

b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

- Perawat sebagai advokad pasien.

5. Perawat dan Profesi

a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Dalam memberikan pelayanan selalu menerapkan standar asuhan keperawatan.

b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.

Perawat selalu mengikuti perkembangan profesi keperawatan dan selalu mangikuti kegiatan di PPNI.

c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

- Selalu menciptakan suasana kerja yang kondusif.C. Mekanisme Penanganan Masalah Etika Keperawatan

1. Membuat laporan kronologis kejadian/dibuat berita acara pelanggaran dengan menggunakan format yang tersedia dan ditanda tangani oleh atasan langsung yang bersangkutan, dengan mekanisme pelaporan dari Kepala unit ke Ka. Instalasi sampai ke jenjang berikutnya yaitu Manager Keperawatan.

2. Ka. Instalasi/Manager Keperawatan meminta saran secara tertulis kepada Ketua Panitia Etik tentang bagaimana penangganan dan hukuman dari pelanggaran tersebut.

3. Ketua Panitia Etik, setelah rapat dengan anggota tetap memberikan rekomendasi tertulis kepada Manager Keperawatan tentang bagaimana penangganan pelanggaran masalah etik dan hukumannya.

4. Manager Keperawatan memberikan keputusan terhadap masalah pelanggaran.

5. Manager Keperawatan akan membuat laporan dan usulan sanksi ke Direktur Pelayanan.

6. Direktur Pelayanan akan memberi jawaban atas usulan sanksi dan menetapkan sanksi ke Manager Keperawatan.

7. Manager Keperawatan akan memberitahu perawat yang bersangkutan mengenai keputusan sanksi dan diminta membuat surat pernyataan untuk melaksanakan sanksi tersebut.

8. Bila dianggap perlu diberi surat peringatan berdasarkan tata tertib karyawan RPIH yang berlaku.

D. Jenis jenis Pelanggaran

1. Pelanggaran Profesi Dapat diartikan mal praktek yaitu: kegagalan seorang professional (dokter/perawat) untuk melakukan praktek sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seorang yang karena memiliki ketrampilan dan pendidikan (Vestal, K. W, 1995, Malpraktek dalam keperawatan).

a. Yang termasuk mal praktek adalah :

1). Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.

2). Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.

3). Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang undangan.

b. Macam Macam Pelanggaran Profesi

1). Duty

Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu : kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidaknya meringankan beban penderitaan pasien berdasarkan standar profesi.

2). Breach of the duty

Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesianya.

Contoh : Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan Rumah Sakit.

3). Injury

Seseorang mengalami cedera/kerusakan yang dapat dituntut secara hukum.

Contoh :

Pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran.

Keluhan nyeri, adanya penderitaan atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.

4). Proximate Caused

Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang dialami pasien.

Misalnya: cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien.

c. Tiga area yang memungkinkan perawat beresiko melakukan kesalahan, yaitu :

1). Tahap pengkajian keperawatan (Assesment Error)

(a). Kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara adekuat.

(b). Kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan seperti hasil laboratorium, tanda tanda vital, keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera.

(c). Kegagalan dalam mengumpulkan data akan berdampak pada ketidak tepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidak tepatan dalam tindakan.

2). Perencanaan keperawatan (Planning Error) ;

(a).Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana keperawatan.

(b).Kegagalan mengkomunikasikan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak dipahami perawat lain dengan pasti.

(c).Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.

(d).Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien.

3). Tindakan intervensi keperawatan (Intervention Error);

(a). Kegagalan menginterprestasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi

(b). Kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati hati

(c). Kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter

(d). Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order

(e). Mengidentifikasikan pasien belum dilakukan/prosedur memberikan obat dan terapi pembatasan.

2. Pelanggaran etika/pelanggaran yang berhubungan dengan perilaku dan morala. Berpakaian seragam tidak lengkap dan tidak rapi.

b. Berperilaku tidak sopan terhadap sejawat, lingkungan kerja dan pasien.

c. Tidak jujur dalam bekerja.

d. Tidak tanggap dalam situasi manapun.

e. Tidak disiplin dalam segala hal

f. Menjelek jelekan atasan dan teman sejawat.

g. Menerima tip dari pasien.

h. Memakai sendal saat dinas.

i. Affair dilingkungan kerja.

j. Menerima telpon pribadi saat melakukan tindakan keperawatan (termasuk HP).

k. Makan di nurse station/ruang perawatan pasien.

l. Membiarkan bel pasien lebih dari 1 menit.

m. Menolak atau melanggar perintah kerja dari atasan.

n. Menyalah gunakan perintah sehubungan dengan jabatannya.

o. Mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan/keluarga.

3. Pelanggaran administrasi/pelanggaran tindak disiplin a. Terlambat hadir/pulang kerja lebih awal sebanyak 3x dalam sebulan tanpa izin dari atasan yang menjabat minimal Ka. Insatalasi keatas.

b. Tidak bersedia melakukan kerja lembur, menggantikan rekan sekerja yang berhalangan hadir karena sakit/lain lain tanpa alasan yang dapat diterima oleh perusahaan.

c. Menggunakan jam kerja untuk keperluaan pribadi tanpa izin dari atasan dengan jabatan minimal Kepala unit.

d. Mangkir selama 2 hari berturut turut sebanyak 2x dalam sebulan tanpa pemberitahuan yang jelas.

e. Merubah jadwal kerja tanpa persetujuan terlebih dahulu dari atasan dengan jabatan minimal setingkat Kepala Urusan Ruangan.

f. Tidak bersedia untuk bekerja sesuai shift.

g. Menolak mutasi, promosi atau demosi.

E. AVOKASI AVOKSI MEMILIKI 3 PENGERTIAN (Creia dan Parker 2000), yaitu :

a. Model perlindungan terhadap hak.

a) Melindungi hak pasien.

b) Tidak merugikan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan.

c) Informasikan hak pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.

d) Mencegah pelanggaran hak pasien.

b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien:

a) Menghormati keputusan yang diambil pasien.

b) Tidak diboleh memaksa nilai-nilai pribadi dalam pengambilkan keputusan pasien.

c) Membantu pasien mengeksporasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan /keputusan.

c. Model penghargaan terhadap orang lain:

a) Menghargai pasien sebagia manusia yang unik.

b) Pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain.

c) Mampu memberikan semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya pada saat itu.

E. LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT KEPUTUSAN (Thompson &Thompson)

a. Mengembangkan data dasar.

a) Orang-orang yang terlibat.

b) Rencana tindakan.

c) Tujuan dari tindakan yang diusulkan.

d) Konsekuensi dari tindakan.

b. Identifikasi konflik dengan situasi yang ada.

c. Alternatif tindakan.

d. Pelaksanaan tindakan.

e. Evaluasi.

F. PEDOMAN DALAM MELAKUKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS (Tymchuck)

a. Kode etik profesi.

b. Nilai atau sistem pribadi.

c. Hukum dan pengaturan.

d. Hasil penelitian dan pengalaman.

e. Antisipasi perkembangan dimasa yang akan datang. G. MAL PRAKTIK (Menurut G.G.Coughlin)

a. Kesalahan sikap profesional dari sebagian orang-orang profesional seperti kedokteran, tehnik, pengacara, akunting, dokter gigi, dokter hewan.

b. Merupakan hasil dari kelalaian, kealpaan, atau skill yang kurang dari perilaku tanggung jawab profesional, sehingga melakukan paraktek tidak legal.

Menurut Bernzweig, 1990

Kelalaian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang yang berkaitan dengan profesi atau pekerjaan yang mempunyai kemampuan atau skill profesional atau tehnik yang tinggi.

KELALAIAN HARUS DIBUKTIKAN DI PENGADILAN

H. TERSANGKA TERPIDANA DAN TERDAKWA

a. Tersangka :

Adalah orang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

b. Terdakwa :

Adalah tersangka yang dituntut diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.

a. Terpidana :

Adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

I. DASAR HUKUM: KUHP, KUH Perdata, UU No.23/1992 tentang kesehatan. UU No.8/1999 tentang perlindungan konsumen.PP No.32/1992 tentang tenaga kesehatan.

UNSUR PEMBUKTIAN

a. Kewajiban (Duty) :

Ada kewajiban profesional terhadap pasien

b. Kebebasan dari kewajiban (Breach Of Duty):

Pelanggaran kewajiban/tidak memenuhi norma yang ditetapkan oleh standar.

c. Kecacatan (Damages):

Kerugian/kerusakan/cedera pada pasien dapat bersifat fisik, finansial atau emosional

d. Penyebab (Causation):

Adanya hubungan sebab akibat antara unsur kebebasan dari kewajiban dengan kecacatan

J. TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWAT/BIDAN

Penilaian ada tidaknya kesalahan mengacu kepada :

a. Standar praktek.

b. Kode etik profesi.

c. SPO.

d. Standing order/protokol medik.

e. Kewanangan melakukan praktek (Bidan)

BIDANG BIDANG DALAM HUKUM

BIDANG HUKUM PIDANA

Perawat profesional harus mempertanggung jawabkan sendiri dimuka hukum semua kejahatan/pelanggaran yang dilakukan kepada pasien.

Dasar Hukum : Kitab UUH Pidana (KUHP) dan peratutan penundang-undang lainnya (mis.UUNo.23/1992 tentang Kesehatan).

Kesalahan dalam asuhan keperawatan dapat karena disengaja atau akibat kelalaian.

BIDANG HUKUM PERDATA

Perawat/bidan profesional dapat dituntut ganti rugi dan sangsi hukum lainya bila dianggap telah melakukan perbuatan pelanggaran hukum yang merugikan pasien. Dengan kata lain bahwa perawat/bidan telah melakukan wanprestasi yaitu tidak memenuhi kewajiban dalam kontrak asuhan.

Hak dan kewajiban perawat/bidan telah diatur didalam peratur perundang-undangan tentang Regristasi dan Praktek: SK. Dirjen Yan Med Depkes RI. No. YM 00.003.2.6.956 tentang hak dan kewajiban Perawat dan bidan dirumah sakit.

Tentang siapa yang menanggung beban ganti rugi, dapat melihat pada konstruksi perjanjan kontrak kerja perawat/bidan dengan institusi tempat mereka bekerja (RS, Klinik, Praktek Dokter, RB atau sarana kesehatan lainnya) kemungkinannya dapat:

a. Ditanggung penuh oleh Instansi.

b. Ditanggung sendiri oleh perawat/bidan bersangkutan.

c. Ditanggung bersama menurut proporsi yang diatur.

BIDANG HUKUM ADMINISTRASI

Sangsi dapat dikenakan kepada perawat/bidan dan atau institusi tempat mereka bekerja. Menurut dokrin, rumah sakit memiliki Duty Of Care terhadap masyarakat yang menggunakan jasa layanannya. Itulah salah satu alasan mengapa rumah sakit perlu diakreditasi secara periodik oleh lembaga independen yang berwenang ( Indonesia oleh DepKes RI).

UU No.23/1992 tentang kesehatan pasal 77, menetapkan sbb:

Pemerintah berwenang mengambil tindakan administrasi terhadap tenaga kesehatan yang melanggar UU ini. Tindakan administrasi terhadap Perawat/Bidan dilakukan dengan memeperhatikan Pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesahatan.

Tindakan administrasi dapat berupa:

a. Pencabutan izin usaha bagi sarana kesehatan

b. Pencabutan izin praktek bagi petugas kesehatan yang bersangkutan. TANGGUNG GUGAT

TANGGUNG GUGAT PERAWAT

a. Salah satu kemampuan yang menjadi ciri khas dari perilaku profesi.

b. Konsekuensi dari adanya tanggung jawab profesi.

c. Menunjuk tanggung jawab keperawatan perawat terhadap pasien.

d. Menjawab tuntutan/klaim dari pasien: didalam ataupun diluar pengadilan.

e. Menggunakan acuan baku untuk menilai (peratuaran perundangan, Strandar praktek, kode etik, prosedur/SPO, regulasi lain)

f. Dikaitkan dengan suatu kejadian khusus/insiden dalam asuhan berhubungan dengan tindakan tertentu dari seorang perawat (ada dugaan kelaian/malpraktek).

MENGELOLA TANGGUNG GUGAT

Fokus :

a. Mencegah kesalahan praktek (kelalaian, kealpaan dan keteledoran)

b. Kemungkinan kesalahan diperkecil.

c. Penyelesaian kesalahan secara efektif dan efisien.

Pendekatan :

a. Manajemen waktu.

b. Manajemen resiko.

Stategi :

a. Kelengkapan aturan dan peraturan (nasional dan lokal)

b. Perbaikan dan peningkatan kualitas SDM.

c. Kontrol terhadap kompetensi, kapabilitas dan kapasitas.

d. Membangun jaringan kerjasama interdisiplin dan tim.

e. Membangun budaya kerja professional.

f. Menciptakan iklim spiritualitas dalam organisasi kerja.

KEMAMPUAN PERAWAT BERTANGGUNG GUGAT

Faktor pendukung, antara lain:

a. Pratek keperawatan yang legal:

a) Mematuhi peraturan per UU - an yang berlaku.

b) Berdasarkan kode etik dan standar profesi keperawatan.c) Berdasarkan peraturan yang sah di RS.

b. Pemberdayaan perawat yang berlanjut, melalui:

a) Perbaikan kualitas SDM dan pengolahannya.

b) Penetapan sistem pemberian asuhan yang profesional.

c) Pengembangan clinical leader ship.

d) Komisi keperawatan: nursing community, peer group, self evaluasi, self regulation, nursing audit dsb.

TANGGUNG GUGAT DAN KESIAPAN INDIVIDU

Tanggung gugat selalu melekat pada setiap perawat pratektisi, sebagai konsekwensi legal dari profesi yang dipilihnya. Oleh karena itu perlu ada upaya khusus dari setiap perawat agar dapat bertanggung gugat secara efektif dan efisien:

a. Kenalilah semua peraturan tentang pelayanan kesehatan yang berlaku di rumah sakit perawat bekerja.

b. Membangun relasi yang baik dengan pasien dan keluarganya.

c. Kenalilah dan tegakkan hak-hak pasien (hati-hati delam menjalankan fungsi advokasi).

d. Kolaborasi dalam tim asuhan dengan cara yang legal dan efektif (al. kesiapan protokol, SPO, job discription, Sis-dur berkomunikasi, pencatatan dan pelaporan, Sis-dur konsultasi dan rujukan).

e. Secara terencana meningkatkan kemampuan profesional (kompentasi, kapabilitas, kapasitas pribadi).

HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA

a. Hak prioritas penyelesaian perkara, baik pada tingkat penyelidikan pelimpahan perkara kepada hakim dan tingkat peradailan.

b. Hak persiapan pembelaan.

c. Hak memberikan keterangan secara jelas.d. Hak mendapat bantuan hukum/didampingi oleh penasehat hukum.

e. Hak memilih sendiri penasehat hukum.

f. Hak memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma.

g. Hak menghubungi penasehat hukum.

h. Hak dikunjungi oleh dokter pribadi.

i. Hak diberitahukan kepada keluarga dan dikunjungi oleh sanak keluarga.

j. Hak berkirim dan menerima surat.

k. Hak menerima kunjungan rohaniwan.

l. Hak diadili pada sidang terbuka untuk umum.

m. Hak mengajukan saksi de charge dan saksi ahli.

n. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian.

o. Hak banding dan kasasi.

p. Hak mendapat peninjauan kembali keputusan telah memperoleh kekuatan tetap.

ALAT BUKTI

a. Membuktikan mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dapat diterima oleh akal kebenaran tersebut.

b. Hakim pidana dalam membuktikan mempunyai kebebasan, sebaliknya hakim perdata terikat pada berbagai pembatasan.

JENIS DAN URUTAN ALAT BUKTI

a. HUKUM ACARA PERDATA (Psl 164 HIR atau 1866 KUHPer):

a) Bukti terulis

b) Bukti saksi

c) Persangkaan

d) Sumpah

b. HUKUM ACARA PIDANA (Psl 184 KUHP) :

a) Keterangan saksi

b) Keterangan ahli

c) Surat (akte otentik, dibawah tangan, biasa)

d) Petunjuk

e) Keterangan terdakwa

f) Hal yang secara umum sudah diketahui, tidak perlu dibuktikan.

K. HUKUMAN

BIDANG HUKUM PIDANA Pasal 10 KUH pidana :

a. Hukum pokok

a) Hukuman mati

b) Penjara

c) Kurungan

d) Denda

b. Hukum tambahan

a) Pencabutan hak-hak tertentu

b) Perampasan barang

c) Pengumuman oleh hakim

BIDANG HUKUM PERDATA (KUH. Perdata (BW)

a. Sangsi ganti rugi

b. Kurungan

c. Penyitaan

L. PEMBEBASAN TUGAS (SKORSING)

a. Dalam penyelesaian kasus pelanggaran berat, kepada perja dapat dilakukan tindakan pembebasan tugas (skorsing)

b. Lamanya pembebasan tugas (skorsing) adalah maksimum satu bulan kecuali tindakan pembebasan tugas menunggu keputusan panitia penyelesaian perselisihan perburuhan, maka jangka waktu pembebasan tugas paling lama enam bulan.

c. Petagas yang dikenakan pembebasan tugas dan penyelesaian masih pada tingkat panitia perselisihan perburuhan kepadanya hanya diberikan 50% (lima puluh persen) gajih pokok. Tunjangan pengobatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan tetap diberikan.

M. RUMAH SAKIT MEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN PEKERJA YANG MELAKUKAN KESALAHAN :

a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik RSRP.

b. Memberi keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan rumah RSRP

c. Melakukan asusila dilingkungan ditempat kerja.

d. Mabuk dan minuman keras atau membawa/menggunakan obat terlarang di lingkungan RSRP.

e. Mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut atau sebanyak 6 (enam) kali dalam sebulan/30 hari.

f. Mengancam dan atau menganiaya pengusaha, atasan, teman sekerja dan keluarganya.

g. Mengunakan nama dan fasilitas RSRP untuk melakukan kegiatan yang bertentangan de-ngan hukum/peraturan yang berlaku untuk kepentinan pribadi.

h. Dengan sengaja mengakibatkan hilangnya dan rusaknya aset RSRP.

i. Dengan sengaja atau ceroboh merusak barang milik perusaan yang mengakibatkan kerugian bagi RSRP.

j. Keterangan data atau informasi metode tehnik, formula proses kerja, data pelanggan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan perusaan dan memimbulkan kerugian RSRP.

k. Memberikan keterangan palsu sehingga merugikan RSRP.

l. Berkelahi dengan sesama pekerja di lingkungan RSRP.

m. Membawa sejata api atau senjata tajam dan bahan berbahaya lainnya ke lingkungan rumah sakit tanpa izin yang berwenang.

n. Tidak cakap bekerja meskipun sudah dicoba beberapa jenis pekerjaan dalam kurun waktu yang memadai.

o. Menolak perintah kerja dari RSRP tanpa alasan yang bisa diterima oleh Pimpinan rumah sakit.

p. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapat surat peringatan.

BAB IVPENUTUP

Nilai-nilai dan norma yang terkandung di dalam Etika Keperawatan Pegawai Rumah Sakit ini, hendaknya dipahami dan selalu merupakan landasan perilaku sehari-hari seluruh pegawai Rumah Sakit Royal Progress, sehingga dapat menampilkan sosok insan yang profesional dengan nilai dan moral yang tinggi.

Adanya pedoman Etika Pegawai Rumah Sakit ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, sehingga mampu memberikan nilai moral yang tinggi dalam pelaksanaan tugas profesinya.Walaupun kaidah etika tidak mempunyai sanksi yang nyata, namun pelanggaran etika dapat berakibat merupakan pelanggaran hukum yang mempunyai sanksi yang tegas dan nyata. Kehendak dari seluruh sumber daya manusia rumah sakit menaati etika yang berlaku, sangat dipengaruhi oleh hati nurani, nilai moral dan akhlak luhur masing-masing individu. PAGE 1