etika hubungan dokter pasien

4
Etika hubungan dokter pasien Dalam melakukan penyuluhan filariasis di sukma jaya kami berusaha untuk menjaga hubugan baik pasien dan dokter serta dengan petugas kesehatan lainnya. Kami menjaga untuk selalu berhubungan dengan professional namun tetap luwes dan tidak kaku. Untuk dapat melakukan hal tersebut kami berkomunikasi efektif baik secara verbal maupun non- verbal sehingga kami dapat diterima dengan baik oleh pasien maupun oleh kader kesehatan dan perangkat masyarakat lainnya. Untuk dapat menjaga professional dan komunikasi yang baik maka kita kenali terlebih dahulu berbagai poa hubungan dokter-pasien sebagai berikut : Secara sederhana daldiyono menyebutkan ada empat teori hubungan dokter-pasien yaitu : 1.hubungan dokter-pasien yang bersifat religious, misalnya dilandasi kesadaran bahwa pengobatan itu bagian kegiatan agama 2.hubungan dokter pasien yang bersifat paternalistic,yaitu memposisikan pasien sebagai orang yang memerlukan bantuan 3.hubungan dokter-pasien bersifat penyedia jasa dan konsumen 4.hubungan dokter-pasien yang bersifat kemitraan. Menurut Veronica komalawati ( dalam H Soewono, 2006;25 ) mengatakan bahwa hubungan dokter-pasien mempunyai tiga pola yaitu : 1.relasi aktif-pasif ( activity,passivity relation) dalam pola ini tidak ada interaksi karena peran aktif lebih banyak dilakukan dokter sedangkan pasien menyerahkan kepercayaannya pada dokter, 2.kerjasama terbimbing ( guidance-cooperative ), pasien memilki kemampuan dan kesadaran untuk mengemukakan keinginan dan harapannya dan dokter memberikan bimbingan layanan kesehatan. 3.kerjasama yang saling menguntungkan ( mutual participation relation ), yaitu pola kerjasama yang memiliki kesederajatan posisi antara dokter-pasien. Sementara menurut Szasz dan Hollender ( dalam H soewono ) mengatakan bahwa hubungan dokter-pasien dapat terbagi menjadi tiga pola yaitu ; 1.hubungan orantua dan anak,yaitu pasien yang masih memerlukan perlindungan dan pembelajaran hidup 2.hubungan orang tua dan remaja ,yaitu pasien yang bisa diajak bicara 3.prototype hubungan antar-orang dewasa, yaitu pasien yang dianggap setara dan memilii hak individu secara mandiri. Dalam melakukan penyuluhan filariasis kami sebagai dokter melakukan pola hubungan pasien yang sesuai misalnya hubunan orang tua dan remaja, pola hubungan bersifat paternalistic dan hubungan lainnya yang sesuai.

Upload: geraldo-primaman-coffee

Post on 13-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Bioetika

TRANSCRIPT

Etika hubungan dokter pasienDalam melakukan penyuluhan filariasis di sukma jaya kami berusaha untuk menjaga hubugan baik pasien dan dokter serta dengan petugas kesehatan lainnya. Kami menjaga untuk selalu berhubungan dengan professional namun tetap luwes dan tidak kaku. Untuk dapat melakukan hal tersebut kami berkomunikasi efektif baik secara verbal maupun non-verbal sehingga kami dapat diterima dengan baik oleh pasien maupun oleh kader kesehatan dan perangkat masyarakat lainnya. Untuk dapat menjaga professional dan komunikasi yang baik maka kita kenali terlebih dahulu berbagai poa hubungan dokter-pasien sebagai berikut : Secara sederhana daldiyono menyebutkan ada empat teori hubungan dokter-pasien yaitu : 1.hubungan dokter-pasien yang bersifat religious, misalnya dilandasi kesadaran bahwa pengobatan itu bagian kegiatan agama 2.hubungan dokter pasien yang bersifat paternalistic,yaitu memposisikan pasien sebagai orang yang memerlukan bantuan 3.hubungan dokter-pasien bersifat penyedia jasa dan konsumen 4.hubungan dokter-pasien yang bersifat kemitraan.Menurut Veronica komalawati ( dalam H Soewono, 2006;25 ) mengatakan bahwa hubungan dokter-pasien mempunyai tiga pola yaitu : 1.relasi aktif-pasif ( activity,passivity relation) dalam pola ini tidak ada interaksi karena peran aktif lebih banyak dilakukan dokter sedangkan pasien menyerahkan kepercayaannya pada dokter, 2.kerjasama terbimbing ( guidance-cooperative ), pasien memilki kemampuan dan kesadaran untuk mengemukakan keinginan dan harapannya dan dokter memberikan bimbingan layanan kesehatan. 3.kerjasama yang saling menguntungkan ( mutual participation relation ), yaitu pola kerjasama yang memiliki kesederajatan posisi antara dokter-pasien.Sementara menurut Szasz dan Hollender ( dalam H soewono ) mengatakan bahwa hubungan dokter-pasien dapat terbagi menjadi tiga pola yaitu ; 1.hubungan orantua dan anak,yaitu pasien yang masih memerlukan perlindungan dan pembelajaran hidup 2.hubungan orang tua dan remaja ,yaitu pasien yang bisa diajak bicara 3.prototype hubungan antar-orang dewasa, yaitu pasien yang dianggap setara dan memilii hak individu secara mandiri.

Dalam melakukan penyuluhan filariasis kami sebagai dokter melakukan pola hubungan pasien yang sesuai misalnya hubunan orang tua dan remaja, pola hubungan bersifat paternalistic dan hubungan lainnya yang sesuai.Kami berusaha memiliki enam sikap dasar yang harus ditunjukan kepada pasien dalam menjalin hubungan dengan pasien yaitu :

1.sifat ketuhanan

2.kemurnian niat

3.keluhuran budi

4.kerendahan hati

5.kesungguhan kerja

6.integritas ilmiah dan social.

Dalam melakukan penyuluhan filariasis kami berusaha menunjukan professionalism dan sikap yang baik sebagai seorang dokter diantaranya :

Kejujuran

Terbuka teradap pendapat paasien dengan segala kelebihan dan kekurangannya

Menjadi pendengar yang baik

Berbicara dengan lembut,jelas dan tidak membentak.

Integritas

Kepedulian terhadap pasien dan menunjukkan minat besar untuk menolongMenghormati pasien

Memahami perasaan pasien ( empati ), dan ikut prihatin ( compassion ) kepada pasien serta peka ( pengamatan yang tajam)Sopan santun kepada pasien.

Mampu mengenal dan mengatasi masalah yang terjadi

Sebelum berinteraksi langsung dengan pasien kami meninjau situasi-kondisi tempat dilakukannya penyuluhan,membuat media penyuluhan yang sesuai serta melakukan kordinasi dan kerja sama dengan para kader kesehatan,teman sejawat yang akan bersama-sama melakukan penyuluhan serta petugas kesehatan lain sehingga menciptakan situasi yang kondusif buat dilakukannya penyuluhan dan pengobatan filariasis.Dalam berinteraksi dengan pasien terlebih dahulu kami memahami kondisi pasien dengan berbagai keterbatasannya dan tidak membeda-bedakan pasien dari tingkat social-budayanya sehingga bagi kami semua pasien mempunyai hak-hak yang sama ( sesuai prinsip etik justice ).setelah itu sebelum kami melakukan komunikasi kami menyapa pasien dengan baik,memperkenalkan diri,serta meminta persetujuan pasien pada setiap kegiatan atau tidakan yang akan dilakukan setelah itu kami melakukan komunikasi verval dan non-verbal dengan pasien. Verbal kami melakukan interaksi langsung kepada pasien saat melakukan penyuluhan dengan memberikan penjelasan yang lengkap dan jelas mengenai penyakit filariasis,pengobatan dan pencegahannya sehingga tujuan kami dapat tercapai dengan baik ( pasien mengerti dan bersedia untuk meminum obat filariasis ) dalam penyuluhan kami melakukan interaksi langsung dengan memberi kesempatan pasien untuk bertanya. Komunikasi non-verbal kami dengan bahasa tubuh yang baik serta menjaga penampilan dengan memakai pakaian yang seragam dan baik. Sehingga kami dapat Membangun rasa saling percaya dengan pasien dan dapat menerapkan pemahaman mengenai hak-hak dan kewajiban kami dan pasien dengan mengacu pada beberapa prinsip etik sebagai berikut :Autonomy : hak untuk menentukan atau memilih sesuatu yang terbaik bagi dirinya

Beneficience : prinsip memberi bantuan atau sesuatu yang bermanfaat bagi pasien

Non-Maleffecience : tidak menimbulkan berbahaya atau sakit fisik atau emosional

Justice : perlakuan yang adil

Veracity : jujur atau tidak berbohong

Fidelity : komitmen terhadap pelayanan yang menimbulkan rasa percaya.

Pada saat penyuluhan kami berusaha menerapkan prinsip-prinsip etik diatas

Autonomy : kami tidak memaksa pasien untuk meminum obat serta mengisi kuesioner yang kami bawa namun kami lebih berupaya untuk meyakinkan pasien akan pencegahan dan pengobatan filariasis sehingga pasien mengerti dan memiliki kesadaran dan kemauan meminum obat tersebut.

Beneficience : kamu melakukan penyuluhan dengan sejelas mungkin sehingga pasien mengerti dan mau meminum obat dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi pasien

Non-maleffecience : kami meyakinkan pasien bahwa meminum obat dapat menimbulkan efek samping namun hal tersebut dapat diatasi dengan pengobatan ( jika efek samping berat ) dan kami tidak menakut-nakuti pasien sehinga dapat terjadi stress emosional namun hanya berusaha menjelaskan yang sebenarnya ( tidak melebih-lebihkan )

Justce : kami tidak membeda-bedakan pasien yang datang sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang sama.

Veracity : kami memberi penyuluhan apa adanya dan sejelas mungkin tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi informasi yang harus disampaikan.Fidelity : dalam penyuluhan kami berusaha agar pasien memiliki komitmen untuk meminum obat anti filariasis dengan tingkat kepercaya penuh sehingga mereka tidak ragu.

Setelah melakukan penyuluhan kami berterima kasih serta tetap menjaga hubungan yang baik dengan pasien,kader kesehatan,petugas medis lainnya dan meminta para kader untuk memastikan pasien meminum obat anti filariasis dan membujuk serta memantau pasien yang belum meminum.