etika dan hukum keperawatan

15
etika dan hukum keperawatan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal siapa diri kita sedangkan moral berasal dari kata latin –mos-(gen:moris) yang berarti tata adat atau kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedangkan objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal bermoral atau tidaknya perbuatan manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa sadar atau secara tidak bebas tidak bisa dikenai penilaian dan sanksi moral. Masalah etika dewasa ini sering di artikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi suatu perilaku manusia ( suhaemi, 2002:7 ). Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah lakuyang benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan standar perilaku´dan nilai´ yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata maupun bentuk perbuatan yang nyata. Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih dititik beratkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan, hukum dan undang - undang yang membedakan benar atau salah secaramoralitas nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan

Upload: cuikshe

Post on 20-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Dan Hukum Keperawatan

etika dan hukum keperawatan

BAB I

Pendahuluan

1.1  Latar belakang

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model

perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal siapa diri

kita sedangkan  moral berasal dari kata latin –mos-(gen:moris) yang berarti tata adat atau

kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedangkan objek

formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal bermoral atau tidaknya perbuatan

manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa sadar atau secara tidak bebas  tidak bisa

dikenai penilaian dan sanksi moral. Masalah etika dewasa ini sering di artikan sebagai motif

atau dorongan yang mempengaruhi suatu perilaku manusia ( suhaemi, 2002:7 ).

 Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di

dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah lakuyang benar.

Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan standar perilaku´dan

nilai´ yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal.

Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang serta menjadi suatu

kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata maupun bentuk  perbuatan yang nyata.

Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih dititik beratkan

pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan, hukum

dan undang - undang yang membedakan benar atau salah secaramoralitas nilai-nilai moral

yang ada dalam kode etik keperawatan

Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok

tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika

berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral.

Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip

benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral,

menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral

yang baik.

Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,

benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang

menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik

yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan

Page 2: Etika Dan Hukum Keperawatan

kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai

dan situasi individu yang dilayani.

Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan

pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi

etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan moral bila

istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang

masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan

kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk

mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan

standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah

dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia

berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang

terhadap,oranglain.http://pramdy.multiply.com/journal/item/8.diakses.07oktober.2011.08.35.

1.2  Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bahwa adabeberapa

masalah tentang masalah etika dalam peraktik keperawatan, apa sajakah masah tersebut?

BAB II

Pembahasan

A.    Eutanasia

Eutanasia berasal dari bahasa yunani yaitu eu (baik) dan thanatos(maut, kematian )

yang apabila digabungkan berarti kematian yang baik hippokrates menggunakatan istilah

euthanasia pada saat sumpahhppokrates sumpah hippokrates itu berbunyi “saya tidak akan

menyerahkan dan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun”, dalam sejarah inggris

yaitu cmmon law sejak tahun 1300 hingga saat ini  bunuh diri ataupun membantu

pelaksanaan bunuh diri tidak diperbolehkan. ( wulan, hastuti ,2011: 143 ).

Eutanasia dapat dibedakan menjaditiga golongan  yaitu:

  Eutanasia agresif

Page 3: Etika Dan Hukum Keperawatan

Eutanasia  agresif atau eutanasia aktif adalah suatu tindakan yang disengaja yang

dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainya untuk mempersingkat atau mengakhiri

hidup klien.

  Euthanasia non agresif

Euthanasia non agresif atau eutoeuthanasia yaitu seorang pasien menolak secara tegas

dengan sadar menerima perawatan medis dan sipasien mengetahui bahwa penolakan tersebut

akan memperpendek umurnya.

1.      Euthanasia di bagi menjadi tiga golongan di tinjau dari sudut pemberian izin yaitu:

      Euthanasia diluar kemauan pasien

Eutanasia diluar kemauan pasien yaitu suatu tindakan euthanasia yang betentangan

denga keingainan si pasien untuk tetap hidup dan tindakan euthanasia ini dapat disebut

dengan pembunuhan.

      Euthanasia tidak sukarela.

Eutanasia tidak suka rela ini adalah suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.

Hal ini terjadi apabia seseorang tidak berkopeten atau tidak berhak mengambil keputusan dari

seorang wali pasien

      Euthanasia secara sukarela.

Euthanasia secara sukarela adalah tindakan membantu mempercepat kematian pasien

dan atas permintaan dari pasien nya sendri, namun hal ini massi mepakan hal yang masih

controversial. ( wulan, Hastuti, 2011: 145 ).

2.      Euthanasia menurut pandangan hukum di Indonesia.

Menurut hukum di Indonesia maka eutanasia adalah suatu perbuatan yang tidak

diperbolekan Karena melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada undang – undang pada pasal

344 kitab undang – undang hokum pidana yang menyaebutkan “barang siapa menghilangkan

nyawa orang lain atas permintaan itu sendiri yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh

– sungguh dihukum penjara selama 12 tahun”. juga demikian halnya Nampak pada

pengaturan pasal: 338, 345, dan 359 KUHP mengataka  bahwa memenuhi unsure delik dalam

perbuatan eutanasia dengan demikian secara formal hukum indonesi melarang untuk

melakukan tindakan eutanasia ( wulan dan Hastuti, 2011:150 ).

3.      Eutanasia menurut pandangan agama.

Menurut pandangan agama islam dan agam - agama Ibrahim lain ( yahudi dan

Kristen),  islam sangat mengakui hak masusia untuk hidup dan mati, namun hak tersebut

merupakan anugrah allah kepada manusia, hanya allah yang berhak menentukan kapan

seorang lahir dan kapan seorang itu mati ( QS 22: 66; 2:243 ). Oleh karena itu bunuh diri

sangat diharamkan dalam hukum islam.

Page 4: Etika Dan Hukum Keperawatan

Eutanasia dalam keadaan aktif maupum keadaan pasif menurut fatwa MUI, tidak

diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain.

Lebih lanjut KH ma’ruf  amin mengatakan, eutanasia boleh dilakukan hanya dalam kondisi

pasif yag sangat khusus. ( wulan, hastuti, 2011:151 – 153 ).

Menurut pandangan umat kristiani dalam menanggapi kasus atau masalah bunuh diri

atau pembunuhan berdasarkan belas kasihan ( mercy killing ) adalah dari sudut kekudusan

kehidupan sebagai suatu pemberian tuhan mengakhiri hidup dengan alasan apapun adalah

bertentangan dengan dengan maksud dan tujuan pemberirian tuhan tersebut.

Contoh kasus:

Seorang wanita berusia 40 tahun menderita tumor ganas dan di menolak untuk di

obati dikarenakan biaya yang sangat mahal. Namun dia pernah mendatangi puskesmas

terdekat untuk berobat dan berkonsultasi. untuk  menyelamatkan hidupnya, maka diperlukan

oprasi segera tetapi dia tetap saja menolak untuk dioprasi degan alas an tidak ada biaya dan

tidak ingin membebani keluarganya dan ia berniat untuk membiarkan penyakit tumornya

tumbuh sampai ia meninggal.

B.     Transfusi darah.

  Definisi transfuse darah

Transfusi darah adalah menginjeksi darah dari seorang pendonor ke sirkulasi seorang

yang yang membutuh kan darah tambahan atau disebut dengan resipien. trasfusi darah tidak

pernah terjadi apabila ditemukan adanya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam

tubuh. ( ebrahim, 2007: 55 ).

Transfusi darah adalah suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan

darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh karena suatu

penyakit.http://www.blogdokter.net/2010/10/18/sekelumit-tentang-transfusi-darah/

diaksess,diaksess,06oktober2011,08.48.

Jean baptiste denis adalah seorang dokter, filsuf dan astronom dari prancis berusaha

melakukan transfuse darah untuk pertama kalinya pada manusia, sekitar 150 tahun yang lalu 

jean  baptiste melakukan percobaan mentranfusi darah kambing pada manusia dan hasilnya

adalah gagal, setelah itu tepatnya pada tahun 1818 Dr. james Blundell dari rumah sakit st.

Thomas and guy berhasil  mencoba untuk mentransfusi darah manusia ke sirkulasi darah

manusia untuk yang pertama kali, ia berhasil melakukannya setelah menemukakan alat

transfuse darah secara langsung. Pada tahun 1901  karl landstiner, ilmuan dari wina berhasil

menemukan jenis – jenis darah, karl mengungkapkan jika darah yang di transfusikan jenisnya

Page 5: Etika Dan Hukum Keperawatan

tidak sama maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah, berikut adalah beberapa jenis

golongan darah ada empat yaitu: golongang darah A, B, AB, O. ( ebrahim, 2007: 56 ).

  Indikasi – indikasi untuk transfuse.

Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa dilakukan transfusi darah pada

manusia, yaitu: a) kehilangan darah, dan b) kekurangan unsure – unsure penting dalam darah.

( ebrahim, 2007: 57 ).

  Penolakan transfusi darah.

Menurut pandangan ilmuan asal Pakistan, dalam kondisi biasa, transfusi darah

merupakan sesuatu yang haram, karena: pertama darah merupakan bagian yang tidak dapat di

pisahkan dari tubuh manusia, dan kedua darah termasuk benda najis. ( ebrahim, 2007: 60 )

  Transfusi darah menurut pandangan hukum islam

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan

binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam

keadaan terpaksa (memakannya)/(memasukan darah orang lain) sedang ia tidak

meginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya” [Al-Baqarah :

173].

Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang

diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya

tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-

satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan

kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini

diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain. Berdasarkan firman Allah

.  http://almanhaj.or.id/content/2199/slash/0diaksess. 10 oktober. 2011.06.30.

Contoh kasus:

Seorang pemuda yang berlatar belakang beragama islam pemuda tersebut mengalami

kecelakaan lalulintas dan mengalami luka yang sangat parah hingga kehilangan kesadaran

akibat terlalu banyak kehilangan darah, untuk membantu menyelamatkan nyawanya dokter

memberi order kepada perawat untuk melakukan transfuse darah, akan tetapi keluarga dari

pasien menolak karena menurut keluarga klien transfuse darah diharamkan oleh agamanya.

C.     Aborsi.

Aborsi adalah  berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu  sebelum buah

kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan atau kehamilan. Pengguguran

kandungan atau abosi dalam bahasa latin (abortus)secara umum dapat dibedakan menjadi dua

yaitu: aborsi alami, dan aborsi buatan atau abortus provocatus criminalis, yang merupakan

Page 6: Etika Dan Hukum Keperawatan

tindak kejahatan, yang di atur pada undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 15 ayat

2(wulan,Hastuti.2011:71).

Aborsi tetap menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang kesehatan

tetapi juga dari sudut pandang agama, etika, moral, dan hukum. Aborsi biasanya dilakukan

atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa seseorang akibat dari

gangguan kesehatan seperti penyakit berat tuberkulosi,asma , diabetes, gagal ginjal dan lain-

lain. Dalam pembahasan abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandang yaitu moral dan

hukum. Secara umum ada tiga pandangan yang dapat memberikan pandangan terhadap aborsi

yaintu:

  Pandangan koservatif.

Menurut pandangan konservatif abortus secara moral jelas salah dan dalam situasi

apapun tetap salah dan tidak boleh dilakukan, walaupun dengan alasan untuk menyelamatkan

jiwa seseorang. Misalkan seorang ibu sedang hamil jika dia tidak menggugurkan

kandungannya maka akan menyebabkan ibu tersebut meninggal dunia.

  Pandangan moderat.

Menurut pandangan moderat larangan abortus dapat diabaikan dengan pertimbangan

moral yang kuat sebagai contoh abortus dapat dilakukan jika fetus belum mempunyai

kemampuan merasakan dan contoh lain adalah abortus dapat dilakukan jika kehamilan tidak

dikehendaki seperti kehamilan yang diajibatkan pemerkosaan.

  Pandangan libelar.

Pandangan liberal menyatakan aborsi di perbolehkan atas dasar permintaan. Karena

fetus yang belum menjadi manusia melainkan fetus hanyalah segumpalan darah yang

menempel di bagian dinding rahim dan di anggap sebagai bakal manusia, bukan manusia.

Contoh kasus: seorang pasien berumur 30 tahun sedang mengandung bayi 4 bulan dan

didiagnosa mengidap penyakit kangker rahim, ia mengkonsultasikan kasus ini dengan

seorang dokter, dokter menyarankan kepada ibu itu untuk menggugurkan kandungannya saja

karena akan membahayakan dirinya dan bayinya, ibu itu pun setuju untuk dilakukan aborsi,

dokter meminta perawat membatu proses tersebut akan tetepi perawat mempunyai guru

spiritual yang melarang keras melakukan tindakan yang dilarang oleh agama.  

D.    Transflantasi Organ.

Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh

tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk menggantikan organ

tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik orang lain. Orang yang anggota

Page 7: Etika Dan Hukum Keperawatan

tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima disebut repisien.

Cara ini merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh tersebut karena

penyembuhan/pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.

  Ditinjau dari segi kondisi donor (pendonor)-nya maka ada tiga keadaan donor:

      Donor dalam keadaan hidup sehat.

      Donor dalam kedaan sakit (koma) yang diduga kuat akan meninggal segera.

      Donor dalam keadaan meninggal.

Pada pelaksanaannya transplantasi organ diindonesia di atur dalam peraturan pemerintah

nomor.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinik dan bedah mayat anatomis atau trasplantasi

organ, merupakan pemindahan alat yang mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan

jaringan atau organ yang rusak atau suadah tidak berfungsi lagi.

  Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh

Bagaimana hukum transplantasi tersebut menurut hukum Islam? Dibolehkan ataukah

diharamkan? Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu

dilihat kapan pelakasanaannya. Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi

dilakukan, yaitu pada saat donor masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan diduga

kuat akan meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum

transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.

(http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-transflantasi-

dalam.html.diakses.06.30,12.10.2011).

a)      Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat wal

afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan

alasan-alasan sebagai berikut: Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata

atau ginjalnya kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal ia (mungkin) akan

menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata

atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu (Ibid, 88).

b)      Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit (koma) atau

hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan (Ibid, 89), berdasarkan

alasan-alasan sebagai berikut: Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam

kasus ini orang yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya

tersebut. Sekalipun  tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk

menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).

Page 8: Etika Dan Hukum Keperawatan

c)      Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara medis

maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang

mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada dua syarat sebagai berikut:

1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah menempuh

pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil. (ibi, 89).

2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien

dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.

Cotoh kasus:

Seseorang bersedia mendonorkan ginjalnya kepada orang lain yang sangat  membutuhkan

donor ginjal, ia mengaku bahwa dia sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat anaknya

oleh karena itu ia bermaksud untuk mendonorkan ginjal dan mendapatkan uang untuk

keperluan pengobatan anaknya, meskipun jika ia mendonorkan ginjalnya akan terjadi resiko

yang sangat buruk bagi dirinya tapi ia tetap akan mendonorkannya, Bagai manakah sikap

perawat menyikapi hal tersebut, disisi lain perawat harus menolong pasien yang sedang

membutuhkan donor ginjal tersebut.

E.     AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

Aids pada mulanya di temukan pada orang gay (homo seksual), sehingga muncul

anggapan yang tidak tepet yaitu AIDS merupakan penyakit orang homoseksual (gay disease),

tetapi pada pada kenyataannya AIDS juga menyerang golongan biseksual, kaum pengguna

obat narkotika mempunyai resiko yang cukup besar.(Suhaimin, 2003: 23).

Sifat virus penyebab AIDS yaitu HIV dapat menular pada orang lain, hal ini

mengakibatkan kekhawatiran sehingga menimbulkan dampak permasalahan hukum dan etik.

Penderita AIDS sering  diperlakukan dengan tragis penderita sering diperlakukan tidak adil,

diddiskriminasi akibat ketakutan terkena penularan penyakit tersebut.

Perawat didalam tindakan perawatan pasien yang mengidap penyakit AIDS akan

mengalami berbagai stres pribadi, selain karena takut tertular penyakit tersebut, yaitu karena

pasien yang menderita AIDS  sering mempunyai ledakan emosional yang sangat tinggi 

apalagi pasien masih muda, hal ini dikarnakan gaya hidup yang harus dijalani oleh klien yang

menderita sangat berda dengan biasanya.

Perawat sangat berperan penting  dalam perwatan pasien  yang sedang menghidap

penyakit ini, sepanjang infeksi ini masih ada dan berbagai komplikasi yang timbul akibat

menghidap penyakit AIDS. Perawat terlibat dalam hal perawatan dan terapi yang harus

Page 9: Etika Dan Hukum Keperawatan

dilakukan dan yang harus dihentikan. Pada saat tidak ada tindakan terapi medis yang

dilakukan, perawat masih tetap harus melakukan berbagai tindakan lain yaitu

mengidentifikasi nilai-nilai, mengenali makna hidup klien, memberi rasa nyaman, member

dukungan manusiawi.

F.      Berkata Jujur vs Berkata Bohong.

Berkata jujur ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal dari kata deceive yang

berarti membuat orang percaya terhadap sesuatu yang tidak benar, menipu atau membohongi.

Desepsi meliputi berkata bohong, mengingkari, menolak, tidak memberikan informasi dan

memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Berkata bohong adalah

merupakan hal yang paling dramati karena dalam hal ini perawat di tuntut untuk

membenarkan sesuatu yang diyakini salah. (Suhaimin, 2003:21).

Berkata jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi pada keadaan

tertentu di perbolehkan, berbagai alasan yang dikemukakan dan mendukung posisi bahwa

perawat harus berkata jujur yaitu:  merupakan hubungan saling percaya antara perawat dan

pasien, pasien mempunyai hak mengetahui, merupakan kewajiban moral, menghilangkan

cemas dan penderitaan, meningkatkan kerja sama pasien, memenuhi kebutuhan perawat.

Faktor yang mendukung perilaku desepsi yaitu pasien tidak mungkin menerima

kenyataan, pasien berkehendak untuk tidak mengetahui apabila itu menykitkan, secara

professional perawat mempunyai kewajiban untuk tidak melakukan hal yang dapat

merugikan pasien, dan desepsi mempunyai manfaat untuk meningkatkan kerja sama pasien.

(Suhaimin, 2003:22).

Contoh kasus:

Seorang wanita berumur 40 setelah di lakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa

dia mengidap penyakit jantung koroner, akan tetapi ia mempunyai persepsi penyakit yang

sedang dideritanya hanya penyakit biasa dan tidak membahayakan dirinya, sang suami yang

mengetahui hasil pemeriksaan perawat bahwa istrinya mengidap penyakit jantung koroner,

melarang perawat untuk memberitahu istrinya tentang hasil pemeriksaannya karena sang istri

mempunyai penyakit darah tinggi, suaminya mengatakan takut istrinya terlalu syok sehingga

kambuh darah tingginya. Bagaimana sikap perawat menyikapi hal tersebut?

G.    Menghadapi Masalah Keperawatan yang Buruk.

Pada dasarnya suhan keperawatan di tujukan pada pencapaian tujuan asuhan

keperawatan dan setelah pasien mendapatkan asuhan keperawatan bisa menjadi lebih baik

level kesehatannya, untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang baik maka perawat

harus tanggap cepat apabila mendapati asuhan keperawatan yang diduga kuat adalah salah.

Page 10: Etika Dan Hukum Keperawatan

Tahapan – tahapan yang dapat diilakukan dalam menghadapi kesalahn pada saat

melakukan asuhan keperawatan, tahap pertama mengumpulkan informasi yang lengkap dan

absah, tahap kedua mengetahui system kekuasaan dan tanggung jawab tempat kerja baik

yang formal ataupun informal, tahap ketiga membawa permasalahan kepada pengawas.

(Suhaimin, 2003:31).

Contoh kasus:

Seorang perawat melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang sedang

hipertermi akibat DBD, karena perawat mengira bahwa pasien hanya demam biasa karna

gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan demam biasa, akibatnya trombosit pasien

sudah sangat minim, dan keselamatan pasiennya terancam, karena perawat melihat kondisi

pasien semakin memburuk maka perawat tersebut cepat menanggapi kejadian itu hingga

dilakukan diagnose kembali dan klien masih dapat tertolong, namun setelah kejadian itu

perawat mendapat banyak teguran dari teman sejawatnya sebagai perawat.

H.    Terapi Ilmiah Konvensional vs Terapi tidak Ilmiah dan Coba – coba.

Setip suku bangsa diindonesia mempunyai praktik terapi konvensional masing –

masing yang dianggap sebagai tindakan yang dapat di percaya, sesuai agama yang di

yakininya dan sesuai ajaran nenek moyang. Secara ilmiah tindakan tersebut sulit untuk

dibuktikan kebenarannya, namun sebagian masyarakat mempercayainya. ( wulan dan

Hastuti,2011:26 ).

Dalam melakukan tindakan terapi kovensional masyarakat biasanya menggunakan

berbagai perantara atau alat yaitu seperti dukun, keris, batu akik, dan lain – lain.

(Suhaimin,2003:20).

Contoh kasus:

Pada suatu suku anak dalam di daerah jambi melakukan sirkumsisi dengan

menggunakan alat tipisan bambu atau kulit bagian terluar dari bambu sebagai alat pemotong

preputiumnya suku tersebut percaya jika di sirkumsisi menggunakan alat itu penyembuhan

luka potongan akan cepat sembuh dan tidak sakit.

Page 11: Etika Dan Hukum Keperawatan

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa eutansia, trasflantasi organ,

transfuse darah, aborsi, AIDS, berkata jujur, terapi konvesional, melakukan asuhan yang

buruk, merupaka suatu permasalahan yang sangat sering di jumpai pada proses praktik

keperawatan dan yang paling mejadi perdebatan apabila dilakukan. Terlepas dari pada itu

tindakan tersebut di lakukan untuk tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Ebrahim, Dr Abdul fadli Mohsin.2001.Fikiqih Kesehatan. Jakarta: Serambi.

Wulan, kencana dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT.Prestasi pustakaraya.

Mimin, Suhaimin. 2003. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://www.blogdokter.net/2010/10/18/sekelumit-tentang-transfusi-darah/

diaksess,diaksess,06oktober2011,08.48.

http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-transflantasi-

dalam.html.diakses.06.30,12.10.2011.

Page 12: Etika Dan Hukum Keperawatan

http://pramdy.multiply.com/journal/item/8.diakses.07oktober.2011.08.35.