Download - Etika Dan Hukum Keperawatan
etika dan hukum keperawatan
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model
perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal siapa diri
kita sedangkan moral berasal dari kata latin –mos-(gen:moris) yang berarti tata adat atau
kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedangkan objek
formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal bermoral atau tidaknya perbuatan
manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa sadar atau secara tidak bebas tidak bisa
dikenai penilaian dan sanksi moral. Masalah etika dewasa ini sering di artikan sebagai motif
atau dorongan yang mempengaruhi suatu perilaku manusia ( suhaemi, 2002:7 ).
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah lakuyang benar.
Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan standar perilaku´dan
nilai´ yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang serta menjadi suatu
kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata maupun bentuk perbuatan yang nyata.
Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih dititik beratkan
pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan, hukum
dan undang - undang yang membedakan benar atau salah secaramoralitas nilai-nilai moral
yang ada dalam kode etik keperawatan
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral.
Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip
benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral,
menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral
yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai
dan situasi individu yang dilayani.
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan
pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi
etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan moral bila
istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang
masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan
kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah
dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia
berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang
terhadap,oranglain.http://pramdy.multiply.com/journal/item/8.diakses.07oktober.2011.08.35.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bahwa adabeberapa
masalah tentang masalah etika dalam peraktik keperawatan, apa sajakah masah tersebut?
BAB II
Pembahasan
A. Eutanasia
Eutanasia berasal dari bahasa yunani yaitu eu (baik) dan thanatos(maut, kematian )
yang apabila digabungkan berarti kematian yang baik hippokrates menggunakatan istilah
euthanasia pada saat sumpahhppokrates sumpah hippokrates itu berbunyi “saya tidak akan
menyerahkan dan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun”, dalam sejarah inggris
yaitu cmmon law sejak tahun 1300 hingga saat ini bunuh diri ataupun membantu
pelaksanaan bunuh diri tidak diperbolehkan. ( wulan, hastuti ,2011: 143 ).
Eutanasia dapat dibedakan menjaditiga golongan yaitu:
Eutanasia agresif
Eutanasia agresif atau eutanasia aktif adalah suatu tindakan yang disengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainya untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup klien.
Euthanasia non agresif
Euthanasia non agresif atau eutoeuthanasia yaitu seorang pasien menolak secara tegas
dengan sadar menerima perawatan medis dan sipasien mengetahui bahwa penolakan tersebut
akan memperpendek umurnya.
1. Euthanasia di bagi menjadi tiga golongan di tinjau dari sudut pemberian izin yaitu:
Euthanasia diluar kemauan pasien
Eutanasia diluar kemauan pasien yaitu suatu tindakan euthanasia yang betentangan
denga keingainan si pasien untuk tetap hidup dan tindakan euthanasia ini dapat disebut
dengan pembunuhan.
Euthanasia tidak sukarela.
Eutanasia tidak suka rela ini adalah suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.
Hal ini terjadi apabia seseorang tidak berkopeten atau tidak berhak mengambil keputusan dari
seorang wali pasien
Euthanasia secara sukarela.
Euthanasia secara sukarela adalah tindakan membantu mempercepat kematian pasien
dan atas permintaan dari pasien nya sendri, namun hal ini massi mepakan hal yang masih
controversial. ( wulan, Hastuti, 2011: 145 ).
2. Euthanasia menurut pandangan hukum di Indonesia.
Menurut hukum di Indonesia maka eutanasia adalah suatu perbuatan yang tidak
diperbolekan Karena melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada undang – undang pada pasal
344 kitab undang – undang hokum pidana yang menyaebutkan “barang siapa menghilangkan
nyawa orang lain atas permintaan itu sendiri yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh
– sungguh dihukum penjara selama 12 tahun”. juga demikian halnya Nampak pada
pengaturan pasal: 338, 345, dan 359 KUHP mengataka bahwa memenuhi unsure delik dalam
perbuatan eutanasia dengan demikian secara formal hukum indonesi melarang untuk
melakukan tindakan eutanasia ( wulan dan Hastuti, 2011:150 ).
3. Eutanasia menurut pandangan agama.
Menurut pandangan agama islam dan agam - agama Ibrahim lain ( yahudi dan
Kristen), islam sangat mengakui hak masusia untuk hidup dan mati, namun hak tersebut
merupakan anugrah allah kepada manusia, hanya allah yang berhak menentukan kapan
seorang lahir dan kapan seorang itu mati ( QS 22: 66; 2:243 ). Oleh karena itu bunuh diri
sangat diharamkan dalam hukum islam.
Eutanasia dalam keadaan aktif maupum keadaan pasif menurut fatwa MUI, tidak
diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain.
Lebih lanjut KH ma’ruf amin mengatakan, eutanasia boleh dilakukan hanya dalam kondisi
pasif yag sangat khusus. ( wulan, hastuti, 2011:151 – 153 ).
Menurut pandangan umat kristiani dalam menanggapi kasus atau masalah bunuh diri
atau pembunuhan berdasarkan belas kasihan ( mercy killing ) adalah dari sudut kekudusan
kehidupan sebagai suatu pemberian tuhan mengakhiri hidup dengan alasan apapun adalah
bertentangan dengan dengan maksud dan tujuan pemberirian tuhan tersebut.
Contoh kasus:
Seorang wanita berusia 40 tahun menderita tumor ganas dan di menolak untuk di
obati dikarenakan biaya yang sangat mahal. Namun dia pernah mendatangi puskesmas
terdekat untuk berobat dan berkonsultasi. untuk menyelamatkan hidupnya, maka diperlukan
oprasi segera tetapi dia tetap saja menolak untuk dioprasi degan alas an tidak ada biaya dan
tidak ingin membebani keluarganya dan ia berniat untuk membiarkan penyakit tumornya
tumbuh sampai ia meninggal.
B. Transfusi darah.
Definisi transfuse darah
Transfusi darah adalah menginjeksi darah dari seorang pendonor ke sirkulasi seorang
yang yang membutuh kan darah tambahan atau disebut dengan resipien. trasfusi darah tidak
pernah terjadi apabila ditemukan adanya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam
tubuh. ( ebrahim, 2007: 55 ).
Transfusi darah adalah suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan
darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh karena suatu
penyakit.http://www.blogdokter.net/2010/10/18/sekelumit-tentang-transfusi-darah/
diaksess,diaksess,06oktober2011,08.48.
Jean baptiste denis adalah seorang dokter, filsuf dan astronom dari prancis berusaha
melakukan transfuse darah untuk pertama kalinya pada manusia, sekitar 150 tahun yang lalu
jean baptiste melakukan percobaan mentranfusi darah kambing pada manusia dan hasilnya
adalah gagal, setelah itu tepatnya pada tahun 1818 Dr. james Blundell dari rumah sakit st.
Thomas and guy berhasil mencoba untuk mentransfusi darah manusia ke sirkulasi darah
manusia untuk yang pertama kali, ia berhasil melakukannya setelah menemukakan alat
transfuse darah secara langsung. Pada tahun 1901 karl landstiner, ilmuan dari wina berhasil
menemukan jenis – jenis darah, karl mengungkapkan jika darah yang di transfusikan jenisnya
tidak sama maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah, berikut adalah beberapa jenis
golongan darah ada empat yaitu: golongang darah A, B, AB, O. ( ebrahim, 2007: 56 ).
Indikasi – indikasi untuk transfuse.
Pada dasarnya, ada dua alasan umum mengapa dilakukan transfusi darah pada
manusia, yaitu: a) kehilangan darah, dan b) kekurangan unsure – unsure penting dalam darah.
( ebrahim, 2007: 57 ).
Penolakan transfusi darah.
Menurut pandangan ilmuan asal Pakistan, dalam kondisi biasa, transfusi darah
merupakan sesuatu yang haram, karena: pertama darah merupakan bagian yang tidak dapat di
pisahkan dari tubuh manusia, dan kedua darah termasuk benda najis. ( ebrahim, 2007: 60 )
Transfusi darah menurut pandangan hukum islam
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya)/(memasukan darah orang lain) sedang ia tidak
meginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya” [Al-Baqarah :
173].
Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang
diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya
tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-
satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan
kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini
diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain. Berdasarkan firman Allah
. http://almanhaj.or.id/content/2199/slash/0diaksess. 10 oktober. 2011.06.30.
Contoh kasus:
Seorang pemuda yang berlatar belakang beragama islam pemuda tersebut mengalami
kecelakaan lalulintas dan mengalami luka yang sangat parah hingga kehilangan kesadaran
akibat terlalu banyak kehilangan darah, untuk membantu menyelamatkan nyawanya dokter
memberi order kepada perawat untuk melakukan transfuse darah, akan tetapi keluarga dari
pasien menolak karena menurut keluarga klien transfuse darah diharamkan oleh agamanya.
C. Aborsi.
Aborsi adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu sebelum buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan atau kehamilan. Pengguguran
kandungan atau abosi dalam bahasa latin (abortus)secara umum dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: aborsi alami, dan aborsi buatan atau abortus provocatus criminalis, yang merupakan
tindak kejahatan, yang di atur pada undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 15 ayat
2(wulan,Hastuti.2011:71).
Aborsi tetap menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut pandang kesehatan
tetapi juga dari sudut pandang agama, etika, moral, dan hukum. Aborsi biasanya dilakukan
atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa seseorang akibat dari
gangguan kesehatan seperti penyakit berat tuberkulosi,asma , diabetes, gagal ginjal dan lain-
lain. Dalam pembahasan abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandang yaitu moral dan
hukum. Secara umum ada tiga pandangan yang dapat memberikan pandangan terhadap aborsi
yaintu:
Pandangan koservatif.
Menurut pandangan konservatif abortus secara moral jelas salah dan dalam situasi
apapun tetap salah dan tidak boleh dilakukan, walaupun dengan alasan untuk menyelamatkan
jiwa seseorang. Misalkan seorang ibu sedang hamil jika dia tidak menggugurkan
kandungannya maka akan menyebabkan ibu tersebut meninggal dunia.
Pandangan moderat.
Menurut pandangan moderat larangan abortus dapat diabaikan dengan pertimbangan
moral yang kuat sebagai contoh abortus dapat dilakukan jika fetus belum mempunyai
kemampuan merasakan dan contoh lain adalah abortus dapat dilakukan jika kehamilan tidak
dikehendaki seperti kehamilan yang diajibatkan pemerkosaan.
Pandangan libelar.
Pandangan liberal menyatakan aborsi di perbolehkan atas dasar permintaan. Karena
fetus yang belum menjadi manusia melainkan fetus hanyalah segumpalan darah yang
menempel di bagian dinding rahim dan di anggap sebagai bakal manusia, bukan manusia.
Contoh kasus: seorang pasien berumur 30 tahun sedang mengandung bayi 4 bulan dan
didiagnosa mengidap penyakit kangker rahim, ia mengkonsultasikan kasus ini dengan
seorang dokter, dokter menyarankan kepada ibu itu untuk menggugurkan kandungannya saja
karena akan membahayakan dirinya dan bayinya, ibu itu pun setuju untuk dilakukan aborsi,
dokter meminta perawat membatu proses tersebut akan tetepi perawat mempunyai guru
spiritual yang melarang keras melakukan tindakan yang dilarang oleh agama.
D. Transflantasi Organ.
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh
tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk menggantikan organ
tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik orang lain. Orang yang anggota
tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima disebut repisien.
Cara ini merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh tersebut karena
penyembuhan/pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Ditinjau dari segi kondisi donor (pendonor)-nya maka ada tiga keadaan donor:
Donor dalam keadaan hidup sehat.
Donor dalam kedaan sakit (koma) yang diduga kuat akan meninggal segera.
Donor dalam keadaan meninggal.
Pada pelaksanaannya transplantasi organ diindonesia di atur dalam peraturan pemerintah
nomor.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinik dan bedah mayat anatomis atau trasplantasi
organ, merupakan pemindahan alat yang mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan
jaringan atau organ yang rusak atau suadah tidak berfungsi lagi.
Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh
Bagaimana hukum transplantasi tersebut menurut hukum Islam? Dibolehkan ataukah
diharamkan? Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu
dilihat kapan pelakasanaannya. Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi
dilakukan, yaitu pada saat donor masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan diduga
kuat akan meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum
transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.
(http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-transflantasi-
dalam.html.diakses.06.30,12.10.2011).
a) Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat wal
afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram) berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut: Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata
atau ginjalnya kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal ia (mungkin) akan
menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata
atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu (Ibid, 88).
b) Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit (koma) atau
hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan (Ibid, 89), berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut: Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam
kasus ini orang yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya
tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk
menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).
c) Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara medis
maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang
mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada dua syarat sebagai berikut:
1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah menempuh
pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil. (ibi, 89).
2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien
dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.
Cotoh kasus:
Seseorang bersedia mendonorkan ginjalnya kepada orang lain yang sangat membutuhkan
donor ginjal, ia mengaku bahwa dia sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat anaknya
oleh karena itu ia bermaksud untuk mendonorkan ginjal dan mendapatkan uang untuk
keperluan pengobatan anaknya, meskipun jika ia mendonorkan ginjalnya akan terjadi resiko
yang sangat buruk bagi dirinya tapi ia tetap akan mendonorkannya, Bagai manakah sikap
perawat menyikapi hal tersebut, disisi lain perawat harus menolong pasien yang sedang
membutuhkan donor ginjal tersebut.
E. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Aids pada mulanya di temukan pada orang gay (homo seksual), sehingga muncul
anggapan yang tidak tepet yaitu AIDS merupakan penyakit orang homoseksual (gay disease),
tetapi pada pada kenyataannya AIDS juga menyerang golongan biseksual, kaum pengguna
obat narkotika mempunyai resiko yang cukup besar.(Suhaimin, 2003: 23).
Sifat virus penyebab AIDS yaitu HIV dapat menular pada orang lain, hal ini
mengakibatkan kekhawatiran sehingga menimbulkan dampak permasalahan hukum dan etik.
Penderita AIDS sering diperlakukan dengan tragis penderita sering diperlakukan tidak adil,
diddiskriminasi akibat ketakutan terkena penularan penyakit tersebut.
Perawat didalam tindakan perawatan pasien yang mengidap penyakit AIDS akan
mengalami berbagai stres pribadi, selain karena takut tertular penyakit tersebut, yaitu karena
pasien yang menderita AIDS sering mempunyai ledakan emosional yang sangat tinggi
apalagi pasien masih muda, hal ini dikarnakan gaya hidup yang harus dijalani oleh klien yang
menderita sangat berda dengan biasanya.
Perawat sangat berperan penting dalam perwatan pasien yang sedang menghidap
penyakit ini, sepanjang infeksi ini masih ada dan berbagai komplikasi yang timbul akibat
menghidap penyakit AIDS. Perawat terlibat dalam hal perawatan dan terapi yang harus
dilakukan dan yang harus dihentikan. Pada saat tidak ada tindakan terapi medis yang
dilakukan, perawat masih tetap harus melakukan berbagai tindakan lain yaitu
mengidentifikasi nilai-nilai, mengenali makna hidup klien, memberi rasa nyaman, member
dukungan manusiawi.
F. Berkata Jujur vs Berkata Bohong.
Berkata jujur ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal dari kata deceive yang
berarti membuat orang percaya terhadap sesuatu yang tidak benar, menipu atau membohongi.
Desepsi meliputi berkata bohong, mengingkari, menolak, tidak memberikan informasi dan
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Berkata bohong adalah
merupakan hal yang paling dramati karena dalam hal ini perawat di tuntut untuk
membenarkan sesuatu yang diyakini salah. (Suhaimin, 2003:21).
Berkata jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi pada keadaan
tertentu di perbolehkan, berbagai alasan yang dikemukakan dan mendukung posisi bahwa
perawat harus berkata jujur yaitu: merupakan hubungan saling percaya antara perawat dan
pasien, pasien mempunyai hak mengetahui, merupakan kewajiban moral, menghilangkan
cemas dan penderitaan, meningkatkan kerja sama pasien, memenuhi kebutuhan perawat.
Faktor yang mendukung perilaku desepsi yaitu pasien tidak mungkin menerima
kenyataan, pasien berkehendak untuk tidak mengetahui apabila itu menykitkan, secara
professional perawat mempunyai kewajiban untuk tidak melakukan hal yang dapat
merugikan pasien, dan desepsi mempunyai manfaat untuk meningkatkan kerja sama pasien.
(Suhaimin, 2003:22).
Contoh kasus:
Seorang wanita berumur 40 setelah di lakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa
dia mengidap penyakit jantung koroner, akan tetapi ia mempunyai persepsi penyakit yang
sedang dideritanya hanya penyakit biasa dan tidak membahayakan dirinya, sang suami yang
mengetahui hasil pemeriksaan perawat bahwa istrinya mengidap penyakit jantung koroner,
melarang perawat untuk memberitahu istrinya tentang hasil pemeriksaannya karena sang istri
mempunyai penyakit darah tinggi, suaminya mengatakan takut istrinya terlalu syok sehingga
kambuh darah tingginya. Bagaimana sikap perawat menyikapi hal tersebut?
G. Menghadapi Masalah Keperawatan yang Buruk.
Pada dasarnya suhan keperawatan di tujukan pada pencapaian tujuan asuhan
keperawatan dan setelah pasien mendapatkan asuhan keperawatan bisa menjadi lebih baik
level kesehatannya, untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang baik maka perawat
harus tanggap cepat apabila mendapati asuhan keperawatan yang diduga kuat adalah salah.
Tahapan – tahapan yang dapat diilakukan dalam menghadapi kesalahn pada saat
melakukan asuhan keperawatan, tahap pertama mengumpulkan informasi yang lengkap dan
absah, tahap kedua mengetahui system kekuasaan dan tanggung jawab tempat kerja baik
yang formal ataupun informal, tahap ketiga membawa permasalahan kepada pengawas.
(Suhaimin, 2003:31).
Contoh kasus:
Seorang perawat melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang sedang
hipertermi akibat DBD, karena perawat mengira bahwa pasien hanya demam biasa karna
gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan demam biasa, akibatnya trombosit pasien
sudah sangat minim, dan keselamatan pasiennya terancam, karena perawat melihat kondisi
pasien semakin memburuk maka perawat tersebut cepat menanggapi kejadian itu hingga
dilakukan diagnose kembali dan klien masih dapat tertolong, namun setelah kejadian itu
perawat mendapat banyak teguran dari teman sejawatnya sebagai perawat.
H. Terapi Ilmiah Konvensional vs Terapi tidak Ilmiah dan Coba – coba.
Setip suku bangsa diindonesia mempunyai praktik terapi konvensional masing –
masing yang dianggap sebagai tindakan yang dapat di percaya, sesuai agama yang di
yakininya dan sesuai ajaran nenek moyang. Secara ilmiah tindakan tersebut sulit untuk
dibuktikan kebenarannya, namun sebagian masyarakat mempercayainya. ( wulan dan
Hastuti,2011:26 ).
Dalam melakukan tindakan terapi kovensional masyarakat biasanya menggunakan
berbagai perantara atau alat yaitu seperti dukun, keris, batu akik, dan lain – lain.
(Suhaimin,2003:20).
Contoh kasus:
Pada suatu suku anak dalam di daerah jambi melakukan sirkumsisi dengan
menggunakan alat tipisan bambu atau kulit bagian terluar dari bambu sebagai alat pemotong
preputiumnya suku tersebut percaya jika di sirkumsisi menggunakan alat itu penyembuhan
luka potongan akan cepat sembuh dan tidak sakit.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa eutansia, trasflantasi organ,
transfuse darah, aborsi, AIDS, berkata jujur, terapi konvesional, melakukan asuhan yang
buruk, merupaka suatu permasalahan yang sangat sering di jumpai pada proses praktik
keperawatan dan yang paling mejadi perdebatan apabila dilakukan. Terlepas dari pada itu
tindakan tersebut di lakukan untuk tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ebrahim, Dr Abdul fadli Mohsin.2001.Fikiqih Kesehatan. Jakarta: Serambi.
Wulan, kencana dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT.Prestasi pustakaraya.
Mimin, Suhaimin. 2003. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://www.blogdokter.net/2010/10/18/sekelumit-tentang-transfusi-darah/
diaksess,diaksess,06oktober2011,08.48.
http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/12/makalah-etika-keperawatan-transflantasi-
dalam.html.diakses.06.30,12.10.2011.
http://pramdy.multiply.com/journal/item/8.diakses.07oktober.2011.08.35.