etampira
DESCRIPTION
etambutol etambutolTRANSCRIPT
Christina Desi Kurnia Wati – 118114106
Alexander Budi Kuncoro – 118114115
Elisabet Asri Yunita Sari – 118114116
Agustina Iswara Mahanani - 118114117
1. Mekanisme kerja
a. Etambutol
Etambutol bekerja pada pertumbuhan basil yang bereplikasi. Etambutol
menggangu biosintesis dinding sel arabinogalaktan menghambat dinding sel
arabinan dan menginduksi akumulasi D-arabinofuranosil-P-decaprenol yang
merupakan perantara dalam biosintesis arabinan.
Etambutol akan menghambat arabinosil transferase mikobakteri yang disandi oleh
operon embB. Protein embB terlibat dalam pembentukan motif terminal
hexaarabinofuranosit selama sintesis arabinogalaktan. Arabinosil transferase
berperan dalam reaksi polimerisasi arabinoglikan, suatu komponen esensial dari
dinding sel mikobakteri.
b. Pirazinamid
Pirazinamid nerupakan prodrug yang membutuhkan aktivasi terlebih dahulu untuk
menjadi bentuk aktifnya. Pirazinamid akan diubah menjadi asam pirazinoat,
sebagai bentuk aktif dari pirazinamid, oleh enzim piraziamidase mikokabterium
yang disandi oleh operon pmcA. Asam pirazinoat tersebut akan mengganggu
metabolisme membran sel mikobakterium serta fungsi pada transport selnya.
Asam pirazinoat diproduksi intraseluler dan akan mencapai permukaan sel dengan
cara effluk dan difusi pasif dan memiliki target pada fatty acid synthase gene.
Apabila asam pirazinoat terakumulasi akan menurunkan pH intraseluler pada
tingkat suboptimal sehingga terjadi penonaktifan enzim sasaran seperti asam
lemak sintase. Ekstraseluler yang memiliki pH asam akan mendukung
pembentukan asam pirazinoat terprotonasi yang akan menembus membran dan
mengganggu membran tersebut. Asam pirazinoat yang terprotonasi akan
membawa proton ke dalam sel dan menyebabkan sitoplasma menjadi asam dan
runtuhnya membran akibat kandungan proton, hal tersebut akan mempengaruhi
transportasi dalam membran. Oleh sebab itu, pirazinamid hanya aktif pada
suasana pH yang asam.
2. Obat etambutol dan pirazinamid harus diberikan dalam kombinasi
Bakteri mikobakterium dapat secara intrinsik mengalami resisten terhadap antibiotik.
Mikobakterium memiliki kemampuan dalam pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan dengan bakteri lain. Dinding sel mikobakterium mengandung banyak
lipid, sehingga tidak semua obat secara permeabel dapat terpenetrasi ke dalam
mikobakterium. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlunya kombinasi dua obat atau
lebih dan mencegah terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi yaitu untuk
meningkatkan efektivitas yang lebih baik dan mencegah terjadinya resistensi pada
monoterapi.