estimasi nilai dan dampak ekonomi wisata alam kawasan taman nasional curug cigamea gunung halimun...

85
FERNANDO SINAGA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

Upload: duongthien

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

2

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM

CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK

FERNANDO SINAGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM

CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK

Page 2: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang
Page 3: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan

Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing

dan merupakan bagian dari penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN

dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif

Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Fernando Sinaga

NIM H4409060

Page 4: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xii

ABSTRAK

FERNANDO SINAGA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam

Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing

oleh METI EKAYANI dan NUVA.

Kawasan wisata Curug Cigamea yang masuk ke dalam perluasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu objek wisata yang ramai

dikunjungi oleh wisatawan. Keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS dapat

memberi dampak positif berupa lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi

masyarakat lokal. Dampak positif dapat terus dirasakan oleh masyarakat lokal jika

kelestarian sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga. Oleh karena itu,

masyarakat diharapkan mau turut menjaga kelestarian sumber daya alam sebagai

penunjang keberadaan wisata Curug Cigamea. Estimasi mengenai nilai dan

dampak ekonomi wisata Curug Cigamea diperlukan untuk mengetahui seberapa

besar dampak keberadaan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal.

Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Individual Travel Cost Method,

diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Dampak

ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata diukur dengan nilai efek

pengganda (multiplier effect) dan diperoleh nilai keynesian income multiplier

sebesar 2.9, ratio Income multiplier tipe 1 sebesar 1.5, dan ratio income multiplier

tipe 2 sebesar 1.7. Hasil tersebut menunjukan bahwa wisata Curug Cigamea

memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal. Selain dapat memberi

dampak positif, keberadaan wisata Curug Cigamea juga dapat memberi dampak

negatif, seperti adanya ancaman kerusakan sumber daya alam dan lingkungan

akibat besarnya jumlah pengunjung. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk

mengontrol jumlah kunjungan tersebut adalah penerapan tarif masuk optimum.

Tarif masuk optimum Curug Cigamea diestimasi dari Willingnes to Pay

responden pengunjung jika pengelola meningkatkan tarif masuk di objek wisata

Curug Cigamea untuk biaya pelestarian sumber daya alam dan pengembangan

objek wisata. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai rataan WTP pengunjung

terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif

masuk sesuai WTP pengunjung tersebut dapat mengurangi jumlah kunjungan,

namun disisi lain dapat meningkatkan penerimaan pengelola yang dapat

dialokasikan sebagai dana konservasi.

Kata kunci : Multiplier effect, TNGHS, Individual Travel Cost Method, Wisata

Alam, Willingnes to Pay

Page 5: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xiii

ABSTRACT

FERNANDO SINAGA. Estimating Value and Economic Impact of Cigamea

Waterfall Natural Tourism at Halimun Salak National Park. Supervised by METI

EKAYANI and NUVA

Cigamea waterfall tourism area is currently included to the expansions of

Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) is famous among who come to

TNGHS. Cigamea Waterfall at TNGHS can give a positive impact such as

opportunity job and income for the local society. The local society can get positive

impact if the preservation of natural resources in TNGHS can be maintained due

to the important of natural resources to support natural tourism activities.

Therefore the local society expected to support the natural resources

sustainability for the existence of Cigamea Waterfall. The value and economic

impact of Cigamea Waterfall need to be estimated to know how much the

economic impact to the local society. Based on the estimation using individual

travel cost method showed that the economic value of Cigamea Waterfall was Rp

3 886 099 200. The Economic impact generated from tourism activities measured

by multiplier effect and the value of multiplier effect was 2.9 for the keynesian

income multiplier, 1.5 for ratio income multiplier type 1, and 1.7 for ratio income

multiplier type 2. The result showed that Cigamea Waterfall has an important

part to the economic impact of local society. On the other hand, the existence of

Cigamea waterfall not only can give positive impact but also can give negative

impact such as threaten damage to natural resources and the environment from

the large number of visitors. One of the tools that can be used to control the

number of visitors is the application of the optimum entrance fee. The optimum

entrance fee in Cigamea Waterfall estimated by using willingnes to pay of

visitors. If the managers increasing the entrance fee in Cigamea Waterfall for the

conservation fund of natural resource and developing tourism area. Based on the

calculation, the average values of visitor’s WTP for the entrance fee in Cigamea

Waterfall was Rp 10 122. The entrace tariff that adapted from visitor’s WTP can

decrease visitor’s number, but in another part can increase Manager’s income

which can be allocated for conservation cost.

Keywords : Multiplier Effect, Natural Tourism, TNGHS, Travel Cost Method,

WTP

Page 6: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang
Page 7: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

2

FERNANDO SINAGA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM

CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN SALAK

Page 8: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang
Page 9: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

2

Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam

Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak

Nama : Fernando Sinaga

NIM : H44090060

Disetujui oleh

Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc

Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang
Page 11: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

2

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala

karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Estimasi Nilai

dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman

Nasional Gunung Halimun Salak. Penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan kepada:

1 Kedua orang tua tercinta yaitu Ayah Elyas Sinaga dan Ibu Maria

Turnip, serta saudara-saudara saya tersayang Yohanes, Jonser,

Merika, Ferdinan, dan Mawar, yang selalu memberikan motivasi.

2 Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc

selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3 Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama,

yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang

skripsi.

4 Ibu Asti Isiqomah, SP, Msi sebagai dosen penguji wakil

departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada

ujian sidang skripsi.

5 Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaadmaja sebagai dosen

pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan

selama penulis menjalani kuliah.

6 Kantor Disbudpar Kabupaten Bogor, Balai TNGHS, Kepala

RT/RW, dan masyarakat Gunung Sari yang telah banyak

memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

7 Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta

staf atas semua dukungan dan bantuan.

8 Keluarga Komisi Kesenian IPB; Fredy, Yoshi, Yeni, Nesvi,

Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang telah

memberi doa dan bantuannya.

Page 12: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xii

9 Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Rifki, Iin, Rere, Pipit dan Isti

yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi.

10 Sahabat terbaik; Angga, Febri, Yasmin, Nita, Abe, Dear, Gugat,

Romil, Charra, Adinna, Reyna dan seluruh keluarga ESL 46.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan

berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.

Bogor, Februari 2014

Fernando Sinaga

Page 13: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 5 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Pariwisata .......................................................................................... 6

2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam ............................................................. 7

2.3 Dampak Ekonomi Wisata ................................................................. 8

2.4 Willingness to Pay (WTP) ................................................................ 9

2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10

III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 12

IV METODE PENELITIAN........................................................................ 15

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 15

4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 15

4.3 Metode Pengambilan Contoh ......................................................... 15

4.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 16

4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea ... 17

4.4.2 Valuasi Ekonomi Wisata..................................................... 17

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug

Cigamea.............................................................................. 23

4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug

Cigamea.............................................................................. 24

V GAMBARAN UMUM ............................................................................. 26

5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea .................................. 26

5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea .................. 27

5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden

Pengunjung ......................................................................... 27

5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam

Berwisata ............................................................................ 28

5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea .......... 29

5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug

Cigamea ......................................................................................... 30

VI HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 32

6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug

Cigamea ......................................................................................... 32

Page 14: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xiv

6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek

Wisata Curug Cigamea ....................................................... 32

6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata

Curug Cigamea ................................................................... 33

6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap

Pengembangan Wisata Curug Cigamea ............................. 34

6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Wisata Curug Cigamea .................................................................. 35

6.2.1 Fungsi Permintaan dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Minat Wisata ............................................. 35

6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea ................... 38

6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea ..................... 39

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung .............................................. 40

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung .................................... 42

6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ................................................ 44

6.3.4 Nilai Efek Pengganda ......................................................... 45

6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea ........................... 46

VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 49

7.1 Simpulan .......................................................................................... 49

7.2 Saran ................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

LAMPIRAN ................................................................................................. 53

Page 15: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012 ............ 2

2 Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 2011-

2012 ................................................................................................. 2

3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan

wisata ............................................................................................. 11

4 Matriks metode analisis data .......................................................... 17

5 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi

alam dan kebersihan di wisata Curug Cigamea ............................. 17

6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas

dan aksesbilitas di wisata Curug Cigamea ..................................... 18

7 Estimasi penerimaan pengelola dari harga tiket ............................ 25

8 Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea

berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013.......... 28

9 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek

wisata Curug Cigamea ................................................................... 29

10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun

2013................................................................................................ 30

11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea

tahun 2013 ...................................................................................... 31

12 Persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di

objek wisata Curug Cigamea ......................................................... 32

13 Persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesbilitas di objek

wisata Curug Cigamea .................................................................. 33

14 Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug

Cigamea ......................................................................................... 34

15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea ................ 35

16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea ................................... 38

17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di

objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................... 39

Page 16: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xvi

18 Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha per bulan di objek

wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 41

19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea

pada tahun 2013 ............................................................................. 41

20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug

Cigamea tahun 2013 ....................................................................... 42

21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea

tahun 2013 ...................................................................................... 43

22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea

tahun 2013 ...................................................................................... 43

23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja lokal per

bulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ......................... 44

24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun

2013 ................................................................................................ 45

25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek

wisata Curug Cigamea tahun 2013 .................................... ............45

26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek

wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 47

27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum

masuk di objek wisata Curug Cigamea .......................................... 47

28 Penerimaan pengelola dengan tarif optimum masuk di objek

wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 48

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian .................................................... 14

Page 17: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan dengan biaya

perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, umur, lama

mengetahui objek wisata, waktu yang dihabiskan di lokasi .......... 54

2 Uji normalitas................................................................................. 54

3 Uji F ............................................................................................... 55

4 Uji multikolinearitas ...................................................................... 55

5 Uji autokorelasi .............................................................................. 56

6 Uji heteroskedastisitas................................................................... 56

7 Hasil regresi frekuensi ke TNGHS dengan biaya perjalanan ........ 56

8 Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahu terakhir ........ 57

9 Rata-rata pengeluaran pengunjung per individu ............................ 58

10 Rata-rata pengeluaran unit usaha ................................................... 62

11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal per bulan ........................ 64

12 Pengeluaran tenaga kerja lokal ...................................................... 64

13 Perhitungan efek pengganda .......................................................... 65

14 Lampiran gambar ........................................................................... 66

Page 18: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang
Page 19: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, baik

keragaman satwa maupun tumbuhan. Kekayaan sumber daya alam tersebut perlu

dijaga dan dilestarikan, dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan menetapkan kawasan konservasi sebagai taman nasional. Berdasarkan UU

No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang

terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lainnya

menurut keperluan. Zona pemanfaatan merupakan zona di taman nasional yang

dapat difungsikan sebagai kawasan wisata, seperti yang terdapat di Taman

Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Keindahan panorama alam serta kekayaan flora dan fauna di TNGHS

merupakan modal penting dalam pengembangan wisata alam. Keberadaan wisata

alam di TNGHS dapat memberi dampak positif bagi masyarakat lokal, seperti

adanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Dampak positif tersebut

diharapkan dapat membuat masyarakat turut serta menjaga kelestarian alam

sebagai penunjang keberadaan wisata alam. Hal ini dikarenakan, dampak positif

tersebut akan terus dapat dirasakan masyarakat apabila wisata alam di TNGHS

berjalan secara berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam.

Pengembangan wisata alam didukung dalam “Rencana Pengelolaan TNGHS

tahun 2008 sampai dengan 2026” yang mengarahkan salah satu sasaran dan

keluaran yang harus didorong adalah berkembangnya wisata alam yang memberi

manfaat bagi konservasi alam dan masyarakat lokal (Suparmo et al 2008).

Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak di tiga kabupaten yaitu

Sukabumi, Lebak, dan Bogor. Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu

lokasi dari TNGHS di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi sumber daya alam

untuk kegiatan wisata alam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa rata-rata

jumlah kunjungan pada dua tahun terakhir cukup besar, yaitu mencapai 28 650

kunjungan per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah kunjungan yang

Page 20: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

2

masuk melalui gerbang utama GSE. Besarnya jumlah kunjungan tersebut,

dikhawatirkan dapat menjadi ancaman kerusakan bagi sumber daya alam dan

lingkungan, sehingga perlu adanya dan pengelolaan yang tepat pada wisata alam

di GSE agar sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga.

Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012

No Bulan Jumlah Pengunjung (orang/tahun)

2011 2012

1 Januari 3 950 4 000

2 Februari 1 200 1 100

3 Maret 2 000 1 500

4 April 2 150 1 500

5 Mei 2 000 2 000

6 Juni 2 300 2 000

7 Juli 2 350 2 500

8 Agustus 1 200 6 000

9 September 6 500 1 500

10 Oktober 2 000 2 000

11 November 2 150 1 850

12 Desember 2 000 1 550

Total 29 800 27 500

Rata- rata per tahun 28 650

Sumber : Resort Gunung Salak II 2013

Gunung Salak Endah (GSE) memiliki beberapa jenis wisata yaitu camping

ground, kawah, curug (air terjun), dan pemandian air panas. Objek-objek wisata

tersebut dikelola oleh dua pihak yaitu pengelola GSE dan Disbudpar Kabupaten

Bogor. Beberapa objek wisata yang dikelola oleh Disbudpar Kabupaten Bogor

sampai tahun 2012 adalah Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Seribu, dan

Pemandian Air Panas. Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor (2013),

objek wisata yang paling banyak dikunjungi per tahun dari tahun 2009 sampai

dengan 2012 di GSE adalah Curug Cigamea. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2

yang menunjukkan rata-rata jumlah pengunjung di Curug Cigamea dari tahun

2009 sampai dengan 2012 sebanyak 19 375 pengunjung per tahun.

Tabel 2 Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 2009-2012

Tahun

Jumlah pengunjung (orang)

Curug Ngumpet Curug Cigamea Curug Seribu Pemandian Air

Panas

2009 8 910 19 446 9 409 16 670

2010 8 910 19 446 9 409 16 670

2011 9 801 21 407 10 369 18 373

2012 5 200 17 200 0 17 600

Rata-rata pertahun 8 206 19 375 7 297 17 329

Sumber : Disbudpar Kabupaten Bogor 2013

Page 21: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

3

Jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea yang besar secara tidak

langsung memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang

paling dirasakan adalah adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang

membuka unit usaha di sekitar lokasi, sedangkan dampak negatif yang muncul

adalah ancaman kerusakan sumber daya alam di TNGHS. Menurut Liu dalam

Pitana dan Diarta (2009), carrying capacity pada pengembangan kawasan wisata

merupakan kemampuan suatu kawasan wisata untuk menampung pengunjung dan

kegiatan wisata. Pemanfaatan kawasan yang melebihi daya dukung fisiknya dapat

menyebabkan degradasi sumber daya alam. Penelitian tentang nilai, dampak

ekonomi, serta tarif masuk optimum lokasi wisata Curug Cigamea penting

dilakukan untuk memberi pertimbangan bagi stakeholder dalam mengambil

kebijakan pengelolaan wisata yang tetap menjaga kelestarian sumber daya alam di

TNGHS.

1.2 Perumusan Masalah

Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang memiliki

beragam daya tarik yang ditawarkan bagi pengunjung. Keindahan air terjun,

vegetasi alam, dan udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang

terdapat di lokasi wisata. Objek wisata ini merupakan salah satu alternatif wisata

alam di Bogor bagi pengunjung yang senang menikmati pemandangan alam,

selain kawasan puncak.

Objek wisata Curug Cigamea merupakan objek wisata yang memiliki rata-

rata kunjungan terbesar di GSE (Tabel 2). Jumlah kunjungan tersebut mengalami

fluktuasi dalam empat tahun terakhir (2009-2012). Pada tahun 2011, jumlah

pengunjung meningkat dalam jumlah yang besar dibanding tahun sebelumnya.

Hal ini salah satunya dikarenakan terdapat program visit to Bogor pada tahun

2011, sehingga banyak pengunjung yang datang ke objek-objek wisata di Bogor

termasuk ke Curug Cigamea (Disbudpar Kabupaten Bogor 2013).

Lokasi wisata Curug Cigamea yang sering dikunjungi oleh pengunjung

memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar. Nilai ekonomi perlu diketahui

untuk melihat seberapa penting keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS,

dikarenakan nilai ekonomi tersebut menunjukkan nilai jasa sumber daya alam dan

Page 22: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

4

lingkungan Curug Cigamea yang berfungsi sebagai wisata alam. Selain itu,

jumlah pengunjung yang cukup besar juga secara tidak langsung dapat

memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Jumlah pengunjung yang

besar dapat membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka unit usaha

di lokasi wisata. Masyarakat lokal di sekitar lokasi wisata akan terus mendapatkan

pendapatan dari unit usahanya apabila wisata alam di TNGHS dapat

berkelanjutan. Keberlanjutan wisata alam tergantung kelestarian sumber daya

alam. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang

terlibat dalam pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian

sumber daya alam di TNGHS. Perhitungan dampak ekonomi objek wisata Curug

Cigamea perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran

pengunjung selama berwisata terhadap perekonomian lokal.

Jumlah pengunjung yang cukup besar di objek wisata Curug Cigamea

dikhawatirkan berpotensi menimbulkan over carrying capacity dalam jangka

waktu panjang. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya

alam yang terdapat di TNGHS. Oleh karena itu, tarif masuk optimum perlu

diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat

berkontribusi untuk dana konservasi (Vanhove 2005). Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui nilai dan dampak ekonomi dari wisata Curug Cigamea, dimana

hasilnya dapat membantu para stakeholder untuk mengambil keputusan dalam

pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS. Berdasarkan pemaparan

di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1 Bagaimana persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug Cigamea?

2 Berapa estimasi nilai dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata

Curug Cigamea?

3 Berapa tarif masuk optimum kawasan wisata Curug Cigamea?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa wisata Curug

Cigamea memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal dan dapat

mendukung konservasi di TNGHS. Adapun, tujuan khusus penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 23: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

5

1 Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug

Cigamea.

2 Mengestimasi besarnya nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Curug

Cigamea.

3 Mengestimasi besarnya tarif masuk optimum kawasan wisata Curug

Cigamea.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang berlokasi di Desa Gunung

Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dampak ekonomi

terhadap unit usaha dan tenaga kerja yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran

pengunjung. Unit usaha dan tenaga kerja yang menjadi responden merupakan unit

usaha dan tenaga kerja yang bekerja di objek wisata Curug Cigamea. Kebocoran

yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengeluaran dari responden yang

dilakukan di luar Kecamatan Pamijahan. Penelitian ini hanya mengestimasi nilai

ekonomi, dampak ekonomi, dan tarif masuk optimum tanpa mengukur carrying

capacity di objek wisata Curug Cigamea. Kekhawatiran terjadinya over carrying

capacity merupakan dasar perlunya dikaji tarif masuk optimum yang nantinya

dapat digunakan sebagai alat kontrol jumlah pengunjung. Selain itu, penerapan

tarif masuk optimum juga dapat mengoptimalkan penerimaan pengelola dari tarif

masuk kawasan wisata. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan

tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif

masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan

fasilitas wisata.

Page 24: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004) pada hakikatnya berpariwisata merupakan suatu

proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar

tempat tinggalnya. Pariwisata juga merupakan salah satu jenis industri baru yang

mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,

peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor

produktif lainnya (Wahab 1992).

Menurut Fandeli (2000), konsep wisata berdasarkan pemanfaatannya dapat

dikelompokan menjadi tiga bagian, antara lain:

1 Wisata alam (natural tourism) merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan

pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

Kriteria suatu wilayah dalam penunjukan dan penetapan sebagai kawasan

wisata alam, yaitu:

a Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem

gejala alam.

b Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi, potensi,

dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.

c Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

2 Wisata budaya (cultural tourism) merupakan wisata dengan kekayaan

budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan.

3 Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism) merupakan

wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumber daya alam atau lingkungan dan industri

kepariwisataan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka Curug Cigamea dapat dikategorikan

sebagai wisata alam. Keberadaan Curug Cigamea sebagai wisata alam di TNGHS

diperbolehkan sesuai UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyatakan kegiatan yang diperbolehkan di

kawasan taman nasional mencakup: penelitian, pendidikan, menunjang budi daya,

Page 25: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

7

budaya, dan wisata alam. Pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS

diharapkan mampu mewujudkan kegiatan wisata alam yang dapat

mempertahankan kelestarian ekosistem hutan TNGHS dan memberi manfaat

ekonomi bagi masyarakat. Hal ini juga perlu dilakukan melihat fungsi TNGHS

sebagai salah satu kawasan konservasi in situ, artinya daerah konservasi jenis

flora dan fauna yang dilakukan di habitat alaminya (Widada et al 2003).

2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam

Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan

jasa yang diinginkan. Hal ini sulit jika diterapkan pada barang dan jasa yang

dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak memiliki harga pasar

seperti wisata alam. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi

bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang

dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi 2010).

Valuasi nilai ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai dari

keberadaan sebuah wisata alam yang terkadang dinilai under value. Salah satu

metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu kawasan

wisata adalah Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010) TCM

merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai ekonomi sumber daya

alam secara tidak langsung. Metode ini pada umumnya digunakan untuk

menganalisis atau mengkaji biaya yang digunakan oleh setiap inidvidu pada saat

melakukan kegiatan rekreasi di suatu daerah wisata dan mengkaji nilai yang

diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Metode ini

digunakan untuk menghitung seberapa besar nilai ekonomi dari wisata Curug

Cigamea yang berada di kawasan TNGHS.

Tujuan dasar dari TCM adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value)

dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa

dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga

dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari TCM adalah bahwa utilitas

dari setiap konsumen terhadap aktifitas misalnya rekreasi bersifat dapat

dipisahkan (Fauzi 2010).

Page 26: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

8

Menurut Turner et al. (1994), metode biaya perjalanan memiliki dua teknik

pendekatan, yaitu:

1 Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal

pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk

mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang.

2 Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat

kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang

dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur

frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut.

Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal,

namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang

diperoleh melalui survey. Oleh karena itu, metode biaya perjalanan untuk

menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan individual lebih

sering digunakan.

2.3 Dampak Ekonomi Wisata

Pariwisata merupakan kegiatan wisatawan yang secara langsung melibatkan

masyarakat sehingga memberi dampak bagi masyarakat setempat (Ismayanti

2010). Salah satu dampak yang yang dihasilkan dari adanya kegiatan wisata

adalah dampak ekonomi. Belanja pengunjung di daerah wisata akan

meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiflier effect) (Suwantoro

2004). Manfaat ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar Curug Cigamea dari

keberadaan objek wisata tersebut.

Menurut Stynes and Sun (2000), dampak ekonomi adanya wisata terhadap

suatu wilayah terdiri dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak

langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung

lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan

ikutan disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer adalah perubahan

jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan pada usaha akibat

pembelanjaan pengunjung. Terdapat dua jenis dampak sekunder, yaitu dampak

tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan

Page 27: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

9

jumlah pengeluaran unit usaha dan upah tenaga kerja di sekitar lokasi wisata.

Dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang

terlibat kegiatan wisata.

Pengeluaran wisatawan dapat memberikan dampak positif terhadap

perekonomian lokal, namun terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak

berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran. Pada

dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan

perekonomian daerah tujuan wisata sehingga uang tersebut tidak memberi

pengaruh terhadap perekonomian daerah wisata yang dikunjungi wisatawan

(Yoeti 2008).

2.4 Tarif Masuk Optimum

Tarif masuk kawasan wisata alam merupakan penerimaan yang diterima

pengelola dari adanya kegiatan wisata. Peneriman tersebut dapat digunakan untuk

memperbaiki/mengembangkan fasilitas wisata dan menjaga kelestarian sumber

daya alam yang terdapat pada wisata alam. Besarnya penerimaan dari tarif masuk

tersebut dapat dioptimalkan dengan penerapan tarif masuk optimum. Tarif masuk

optimum dalam penelitan ini, merupakan tarif masuk sesuai rataan kemauan

pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana

pelestarian sumber daya alam dan pengembangan fasilitas wisata. Selain itu, tarif

masuk optimum juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengontrol

besarnya jumlah kunjungan di objek wisata. Tarif masuk optimum dapat

diestimasi dengan pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap

tarif masuk kawasan wisata.

Willingness to Pay (WTP) merupakan keinginan membayar maksimum

pengunjung untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Willingness To

Pay (WTP) juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar

untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2010). Metode

ini merupakan metode untuk menanyakan langsung pada pengunjung mengenai

nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap barang dan jasa yang tidak

memiliki harga pasar seperti sumber daya alam.

Page 28: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

10

Metode WTP biasanya dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada

responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai

kompensasi untuk tetap memelihara sumber daya alam tersebut (Yakin 1997).

Metode WTP digunakan sebagai dasar dalam penetapan tarif masuk optimum

wisata karena besarnya tarif masuk yang sebenarnya bersedia dibayarkan oleh

pengunjung tidak selalu sama dengan harga tiket saat ini.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi serta estimasi tarif masuk

optimum suatu kawasan wisata telah banyak dilakukan di berbagai tempat dan

waktu yang berbeda. Beberapa hasil dari penelitian tersebut dijadikan referensi

pada penelitian ini. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan

wisata telah dilakukan oleh Wijayanti et al. (2008), Milasari (2010), dan Hakim et

al. (2011), sedangkan penelitian mengenai estimasi tarif masuk optimum kawasan

wisata telah dilakukan oleh Prayoga (2013).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wijayanti et al. (2008) adalah

waktu penelitian dan tujuan penelitian, dimana penelitian ini juga bertujuan untuk

mengestimasi tarif masuk optimum di Curug Cigamea. Tarif masuk optimum

merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol jumlah

pengunjung jika terjadi over carrying capacity. Kekhawatiran terjadi over

carrying capacity tersebut dikarenakan jumlah pengunjung Curug Cigamea yang

cukup besar dibandingkan wisata lain di GSE (Tabel 2). Penelitian ini hanya

mengukur nilai ekonomi, dampak ekonomi serta mengestimasi besarnya tarif

masuk optimum tanpa mengukur carrying capacity di kawasan wisata Curug

Cigamea. Hasil dari penelitian terdahulu mengenai nilai dan dampak ekonomi

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 29: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

11

Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata

No Penulis Judul Hasil dan metode

1 Wijayanti

et al

2008

Analisis Ekonomi

dan Strategi

Pengelolaan

Ekowisata (Studi

Kasus Kawasan

Wisata Gunung

Salak Endah

Kabupaten Bogor)

Nilai surplus ekonomi yang diterima pengunjung

di Cigamea sebesar Rp 970 206 per individu per

kunjungan dan nilai ekonomi Curug Cigamea

adalah Rp 21 480 366 692. Nilai Keynesian

Income Multiplier adalah 1.63, Ratio Income

Multiplier Tipe 1 adalah 1.42 dan Ratio Income

Multiplier Tipe 2 adalah 1.71. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah TCM dan

Keynesian multiplier.

2 Milasari

2010

Analisis Dampak

Ekonomi Kegiatan

Wisata Alam (Studi

Kasus:Taman

Wisata Tirta Sanita)

Dampak ekonomi langsung berupa pendapatan

pemilik unit usaha sebesar 54%. Dampak tidak

langsung berupa pendapatan tenaga sebesar 2%.

Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja

sebesar 59%. Nilai Keynesian Income Multiplier

adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1

adalah 1.22 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2

adalah 1.37. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah TCM dan Keynesian

multiplier.

3 Prayoga

2013

Estimasi Nilai

Ekonomi dan

Kontribusi Wisata

terhadap Konservasi

di TNUK

Kab.Pandeglang

Provinsi Banten

Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah

Rp 15 666.7, sehingga nilai ini dapat menjadi

peluang bagi pengelola untuk menetapkan tiket

optimum yang saat ini masih dianggap terlalu

murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2 500.

4 Hakim et

al 2011

Valuasi Ekonomi

Obyek Wisata Alam

di Rawapening,

Indonesia: Sebuah

Aplikasi Biaya

Perjalanan dan

Penilaian Metode

Kontinjensi

Nilai ekonomi dari ekowisata dari surplus

konsumen diperkirakan Rp 7 410 000 000. Nilai

ekonomi dari wisata alam akan hilang bila terjadi

penurunkan kondisi lingkungan alam.

Page 30: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

12

III KERANGKA PEMIKIRAN

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memiliki dua fungsi

utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Gunung Salak Endah (GSE)

merupakan salah satu bagian dari kawasan konservasi TNGHS yang memiliki

beberapa atraksi wisata alam yang merupakan salah satu dari fungsi ekonomis

yang dilakukan TNGHS. Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di

GSE. Kelestarian sumber daya alam di sekitar kawasan objek wisata

menghasilkan udara yang sejuk dan panorama alam yang indah. Besarnya jumlah

kunjungan di objek wisata Curug Cigamea berpotensi menjadi ancaman bagi

kelestarian sumber daya alam dan lingkungan di TNGHS. Ancaman kelestarian

sumber daya alam tersebut dapat mengurangi fungsi ekologis dari TNGHS. Oleh

karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang terlibat dalam

pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian sumber daya alam

di TNGHS.

Setiap lokasi wisata berhubungan erat dengan pengunjung tidak terkecuali

Curug Cigamea, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana persepsi

pengunjung terhadap kondisi alam dan fasilitas wisata di Curug Cigamea.

Persepsi pengunjung mengenai kondisi alam digunakan untuk mengetahui

dampak keberadaan wisata terhadap kondisi sumber daya alam di TNGHS saat ini

sudah mengalami kerusakan atau belum. Persepsi pengunjung mengenai fasilitas

wisata juga perlu diketahui agar pengelola dapat meningkatkan pelayanan

terhadap pengunjung tanpa merusak kelestarian sumber daya alam di TNGHS.

Setiap lokasi wisata memiliki potensi nilai ekonomi, tidak terkecuali objek

wisata Curug Cigamea. Nilai ekonomi tersebut diestimasi berdasarkan pendekatan

besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dalam berwisata. Biaya

perjalanan yang dikeluarkan tersebut merupakan besarnya nilai yang diberikan

pengunjung kepada sumber daya alam dan lingkungan di lokasi wisata (Fauzi

2010). Oleh karena itu, nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa

besar manfaat keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS.

Kegiatan wisata di Curug Cigamea memberikan dampak ekonomi baik

langsung maupun tidak langsung bagi perekonomian daerah setempat, seperti

Page 31: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

13

peningkatan pendapatan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengeluaran para

pengunjung selama berwisata. Adanya transaksi tersebut menimbulkan dampak

pengganda bagi sektor ekonomi yang lainnya. Estimasi dampak ekonomi yang

ditimbulkan oleh kegiatan wisata tersebut merupakan indikator penting mengenai

seberapa besar wisata Curug Cigamea berdampak ekonomi bagi masyarakat lokal.

Besarnya jumlah pengunjung di objek wisata Curug Cigamea dikhawatirkan

akan menimbulkan over carrying capacity dalam jangka waktu panjang. Oleh

karena itu, perlu diestimasi tarif masuk optimum yang dapat digunakan sebagai

alat untuk mengontrol jumlah pengunjung. Tarif masuk optimum diestimasi

melalui pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket

masuk karena tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga

sebenarnya yang bersedia dibayarkan. Penerapan tarif masuk optimum tersebut

juga dapat mengestimasi besarnya jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola

dengan harga tiket optimum.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan wisata

alam yang dapat menjaga kelestarian SDAL dan memberi dampak ekonomi bagi

masyarakat lokal. Selain dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal,

keberadaan wisata ini juga tidak mengganggu atau merusak sumber daya alam di

TNGHS. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 32: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

14

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan: batasan penelitian

Taman Nasional

Gunung Halimun Salak

Fungsi Ekologis Fungsi Ekonomi

Persepsi

Wisatawan

terhadap

Objek Wisata

Dampak Ekonomi

Wisata terhadap

Pendapatan Masyarakat

Nilai

Ekonomi

Wisata

Analisis

Deskriptif

Kualitatif

Harapan

wisatawan

terhadap

Pengembangan

Wisata

Tiket

Masuk

Kawasan

Wisata

Harga

Tiket

Optimum

Pengembangan Wisata Alam yang dapat Menjaga Kelestarian SDAL

dan Memberi Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Lokal

WTP

Wisata Curug

Cigamea

Ancaman Kerusakan

SDAL di GSE

Jumlah Pengunjung yang

Cenderung Meningkat di

Curug Cigamea

Travel Cost Method

Analisis

Regresi Linier

Berganda

Nilai Dampak

Ekonomi

Wisata

Keynesian Multiplier

Direct Indirect Induce

Nilai

Ekonomi

Wisata

Estimasi Jumlah

Pengunjung dan

Penerimaan

Pengelola

Gunung Salak Endah

Page 33: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

15

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang terletak di Desa Gunung

Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Curug Cigamea merupakan salah satu

objek wisata alam di TNGHS dengan jumlah kunjungan yang tinggi. Keberadaan

objek wisata Curug Cigamea dapat mendorong masyarakat yang mendapatkan

keuntungan dari wisata tersebut untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya

alam di TNGHS. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan

Agustus 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer

merupakan data cross section yang diperoleh dari wawancara terstruktur

menggunakan kuesioner secara langsung kepada responden. Responden

merupakan pengunjung, unit usaha, serta tenaga kerja lokal objek wisata Curug

Cigamea. Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah persepsi

responden terhadap objek wisata Curug Cigamea, pengeluaran pengunjung,

pengeluaran dan pendapatan unit usaha, pengeluaran dan pendapatan tenaga kerja

lokal, serta kesediaan pengunjung membayar tarif masuk optimum. Data sekunder

mengenai TNGHS diperoleh dari pihak Balai TNGHS, sedangkan data sekunder

mengenai objek wisata Curug Cigamea diperoleh dari Disbudpar Kabupaten

Bogor. Selain itu, berbagai data pendukung diperoleh melalui skripsi terdahulu

yang relevan, buku, jaringan internet, dan jurnal terkait.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode non-

probability sampling yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek

penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

Page 34: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

16

responden (Juanda 2007). Responden pengunjung dipilih dengan teknik purposive

sampling, dimana pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan

tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, dan tujuan

wisata. Responden pengunjung adalah responden dengan usia minimal 17 tahun

agar dapat memahami pertanyaan pada kuesioner. Jumlah responden yang

digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo dan

Lina 2007) yaitu :

n= N/ (1+Ne²)....................................................................................................... (1)

Keterangan :

n = Jumlah responden

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih bisa

ditolerir.

Jumlah pengunjung tahun 2012 sebesar 17 200 digunakan sebagai ukuran

populasi dengan galat sebesar 10%, maka diperoleh jumlah responden pengunjung

yang diambil sebanyak seratus responden.

n = N/ (1+Ne²)

= 17 200/(1+17 200 (0.1)²)

= 100 responden.

Pengambilan contoh dari responden unit usaha dan tenaga kerja juga

dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana unit usaha yang dipilih

dapat mewakili setiap tipe dan karakteristik unit usaha. Responden untuk unit

usaha dan tenaga kerja dipilih sebanyak 35 unit usaha dan 12 tenaga kerja di objek

wisata Curug Cigamea.

4.4 Metode Analisis Data

Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data yang dikumpulkan

oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode

analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel 4.

Page 35: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

17

Tabel 4 Matriks metode analisis data

No Tujuan penelitian Sumber dan data yang dibutuhkan Metode

analisis data

1 Mengetahui persepsi wisatawan

terhadap kawasan wisata Curug

Cigamea

Wawancara dengan pengunjung

mengenai persepsi pengunjung

terhadap kawasan wisata Curug

Cigamea

Analisis

deskriptif

2 Mengestimasi besarnya nilai dan

dampak ekonomi kawasan wisata

Curug Cigamea

Wawancara dengan pengunjung

mengenai biaya perjalanan yang

dikeluarkan pengunjung

Wawancara dengan unit usaha

mengenai pendapatan dan

pengeluaran unit usaha

Wawancara dengan tenaga kerja

mengenai pendapatan dan

pengeluaran tenaga kerja

Travel Cost

Method

Keynesian

Multiplier

3 Mengestimasi besarnya tarif masuk

optimum kawasan wisata Curug

Cigamea

Wawancara dengan pengunjung

mengenai besarnya WTP

pengunjung terhadap tarif masuk

optimum

Willingness

to Pay

4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea

Persepsi pengunjung merupakan hal yang penting diketahui untuk lebih

mengembangkan pengelolaan objek wisata. Persepsi dari pengunjung dianalisis

menggunakan metode analisis deskriptif. Beberapa kategori dan indikator dalam

menganalisis persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di wisata

Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan

kebersihan di wisata Curug Cigamea

No Kategori Indikator Keterangan

1 Keindahan Alam Baik

Sedang

Pemandangan alam yang ada indah, dan menarik

minat pengunjung untuk datang kembali.

Pemandangan alam yang ada biasa saja, tetapi

menarik minat pengunjung untuk datang kembali. Buruk Pemandangan alam yang tersedia biasa saja, dan

pengunjung kurang tertarik untuk kembali. 2 Kualitas udara Baik Terasa sangat segar, sangat sejuk, dan tidak berbau.

Sedang

Buruk

Terasa segar, sejuk, dan tidak berbau.

Kotor dan berpolusi.

3 Kualitas Air Baik

Sedang

Buruk

Sangat jernih, bersih, dan tidak berbau.

Jernih, bersih, dan tidak berbau.

Kotor, berwarna, dan berbau.

4 Kebersihan Baik Tidak terdapat sampah yang beserakan, dan semua

fasilitas serta kios makanan tertata rapi.

Sedang Masih terdapat sampah yang berserakan namun

jumlahnya sedikit, dan fasilitas serta kios makanan

kurang tertata rapi.

Buruk Banyak sampah yang berserakan, dan fasilitas serta

kios makanan tidak tertata rapi.

Page 36: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

18

Selain persepsi pengunjung terhadap kondisi alam, persepsi pengunjung

terhadap fasilitas dan aksesibilitas juga dilakukan dalam penelitian ini. Beberapa

kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung terhadap fasilitas

dan aksesibilitas di wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan

aksebilitas di wisata Curug Cigamea

No Kategori Indikator Keterangan

1 Kondisi

fasilitas wisata

Baik Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya memenuhi

kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sangat terawat.

Sedang Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya dapat memenuhi

kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat.

Buruk Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya tidak memenuhi

kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat.

Tidak

tersedia

Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga kebetuhan

pengunjung tidak terpenuhi.

2 Aksesibilitas Baik Informasi mengenai lokasi wisata mudah diperoleh dan

kondisi jalan baik.

Sedang Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi

jalan kurang baik.

Buruk Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi

jalan sangat buruk.

Selain persepsi pengunjung, pengembangan objek wisata perlu memberikan

perhatian khusus terhadap harapan pengunjung pada pengembangan lokasi obyek

wisata. Harapan pengunjung tersebut dijadikan sebagai dasar bagi pengelola untuk

meningkatkan kualitas fasilitas wisata. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh

dengan wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner.

4.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata dan Valuasi Ekonomi

Wisata

Nilai ekonomi wisata Curug Cigamea diestimasi menggunakan metode

Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi kawasan wisata

dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi

permintaan diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM).

Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier

berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan

adalah sebagai berikut:

LnY = b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 + b6 LnX6 + e.... (2)

Page 37: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

19

Keterangan :

Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)

X1 = Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)

X2 = Pendapatan total (Rp)

X3 = Lama pendidikan (tahun)

X4 = Usia (tahun)

X5 = Lama mengetahui objek wisata (tahun)

X6 = Waktu yang dihabiskan di kawasan wisata (jam)

e = error term

Hasil regresi tersebut dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja

yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap jumlah kali kunjungan ke

Curug Cigamea. Hipotesis yang digunakan adalah X1 (biaya perjalanan) dan X4

(usia) berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan pengunjung, sedangkan X2

(pendapatan total), X3 (lama pendidikan), X5 (lama mengetahui objek wisata), dan

X6 (waktu yang dihabiskan di kawasan wisata) berpengaruh positif terhadap

jumlah kunjungan pengunjung. Tanda positif dari suatu variabel menunjukkan

bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan meningkatkan jumlah

kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya

nilai dari suatu variabel akan menurunkan jumlah kunjungan pengunjung.

Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk

mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter

tersebut antara lain adalah:

1 Uji R2

Menurut Gujarati (2007), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengukur kecocokan dan kesesuaian dari suatu garis regresi. Secara verbal, R2

mengukur bagian atau persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh model

regresi. Besaran selang nilai R2 adalah 0 < R

2 < 1. Nilai R

2 sebesar 1 berarti

seluruh variasi Y dapat dijelaskan oleh regresi, sedangkan nilai R2 sebesar 0

berarti tidak ada hubungannya sama sekali antara Y dan X. Model yang baik

adalah model yang memiliki nilai R2 yang tinggi karena variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen.

Page 38: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

20

2 Uji Statistik F

Menurut Juanda (2009), uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-

variabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Fhitung =

Keterangan:

n = Jumlah pengamatan

k = Jumlah variabel bebas

Hipotesis yang digunakan, yaitu:

H0 : data dari sampel yang sama

H1 : data dari sampel yang berbeda

dengan menggunakan kriteria keputusan sebagai berikut:

Fhitung > Ftabel (k-1; n-k) maka tolak H0

Fhitung < Ftabel (k-1; n-k) maka terima H0

Jika tolak H0 maka model tersebut memiliki variabel-variabel independen

yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3 Uji t

Menurut Juanda (2009), uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-

variabel independen yang digunakan satu per satu berpengaruh secara signifikan

terhadap besarnya variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

thitung =

Keterangan:

bi = nilai koefisien regresi dugaan

Sbi = simpangan baku koefisien dugaan

d = batasan yang diharapkan

Hipotesis yang digunakan, yaitu:

thitung > ttabel (α; n-k) atau Sig. < α maka tolak H0

thitung < ttabel (α; n-k) atau Sig. > α maka terima H0

Page 39: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

21

Jika tolak H0 maka variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen, sedangkan jika terima H0 maka variabel independen

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

4 Uji Normalitas

Menurut Gujarati (2007), uji normalitas digunakan untuk mengetahui data

menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini

harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata

sebesar nol dan dinotasikan dengan ei ~ N(0, σ2).

5 Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear

yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali

terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang

signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui

dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing

variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF

lebih besar dari 10.

6 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua

pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang

mengalami masalah heteroskedastisitas. Konsekuensi dari heteroskedastisitas

salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007).

Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik pada grafik

regresi, apabila sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat

dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

7 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk

mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error). Cara mendeteksi

ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin

Watson (DW) (Gujarati 2007).

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan individu

pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama

Page 40: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

22

rekreasi, biaya transportasi, dan biaya dokumentasi. Biaya perjalanan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

BP = TR + DC + KR + LL................................................................................... (3)

Keterangan :

BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp per orang per hari)

TR = Biaya transportasi (Rp per orang per hari)

DC = Biaya dokumentasi (Rp)

KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp per orang per hari)

LL = Biaya lain-lain (Rp)

Koefisien variabel biaya perjalanan diperoleh dari hasil regresi antara

variabel jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea dengan variabel biaya

perjalanan. Analisis regresi diformulasikan sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1............................................................................................................................................................. (4)

Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali)

X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)

Nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari

wisata Curug Cigamea. Surplus konsumen diukur melalui formula sebagai berikut

(Fauzi 2010):

SK =

.............................................................................................................. (5)

Keterangan:

SK = Surplus konsumen (Rp per orang)

N = Jumlah kali kunjungan yang dilakukan oleh individu i (kali)

b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan

Nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata Curug Cigamea merupakan

total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi

wisata Curug Cigamea diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:

NE = SK x TP....................................................................................................... (6)

Keterangan:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)

SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp per orang)

Page 41: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

23

TP = Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (orang)

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug Cigamea

Pengeluaran pengunjung di lokasi wisata mengakibatkan timbulnya

multiplier effect pada perekonomian daerah tujuan wisata. Pengeluaran

pengunjung tersebut akan menjadi penerimaan bagi unit usaha lokal, sehingga

dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Informasi yang didapat dari

unit usaha, pengelola, dan pengunjung digunakan untuk memperoleh dampak

langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak

lanjutan (induced effect).

Menurut Marine Ecoutourism for Atlantic Area (META 2001), mengukur

dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat

dua tipe pengganda, yaitu:

1 Keynesian Local Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan

berapa besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat lokal.

2 Ratio Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar

dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak

terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung

dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dapat dirumuskan:

Keynesian Income Multiplier =

....................................... (7)

Ratio Income Multiplier, Tipe I =

.......................................... (8)

Ratio Income Multiplier, Tipe II =

....................................... (9)

Keterangan:

E = Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)

N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)

U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

Page 42: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

24

4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug Cigamea

Tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga yang sebenarnya

mampu dibayarkan oleh para pengunjung untuk memperoleh kepuasan dari wisata

tersebut. Tarif masuk sesuai keinginan pengunjung dapat diestimasi melalui

pendekatan WTP pengunjung terhadap besar tarif masuk lokasi wisata. Langkah

pertama yang dilakukan untuk memperoleh nilai WTP adalah membuat pasar

hipotetik berdasar skenario sebagai berikut:

“Curug Cigamea merupakan salah satu wisata alam yang terdapat di

TNGHS yang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Keindahan air terjun dan

udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang ditawarkan bagi

para wisatawan. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam dan

lingkungan (SDAL) di lokasi wisata tersebut perlu dilakukan agar

keindahan alam di Curug Cigamea tetap terjaga. Upaya pelestarian SDAL

dan pengembangan fasilitas di lokasi wisata Curug Cigamea membutuhkan

dana yang cukup besar. Peningkatan tarif masuk lokasi wisata dapat

membantu pendanaan pengembangan dan pelestarian ekosistem di objek

wisata Curug Cigamea. Dana tersebut dapat digunakan pengelola untuk

melakukan kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon dan juga

dapat digunakan untuk perbaikan fasilitas wisata yang sudah rusak.”

Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai dari penawaran. Nilai

penawaran tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara yang bertujuan untuk

memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung

menggunakan teknik open ended question. Langkah terakhir adalah

memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan

total nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Nilai rataan WTP diestimasi

menggunakan rumus (Hanley dan Spash 1993):

EWTP = ∑

............................................................................................... (10)

Keterangan:

EWTP = Nilai rataan WTP (Rp)

Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)

Page 43: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

25

n = Jumlah responden (orang)

i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk lokasi wisata

(i= 1,2,…,n)

Hasil estimasi rataan WTP tersebut digunakan untuk mengestimasi

besarnya tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum tersebut digunakan untuk

mengestimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat menggunakan

tarif masuk optimum. Estimasi jumlah pengunjug diperoleh dari presentase

jumlah pengunjung yang bersedia membayar harga lebih dari tiket awal dikalikan

dengan populasi kunjungan wisata tersebut. Estimasi penerimaan pengelola

diestimasi dengan mengalikan jumlah kunjungan saat tarif optimum dikalikan

dengan besarnya tiket masuk optimum. Estimasi jumlah kunjungan dan

penerimaan pengelola saat tarif masuk optimum dapat dihitung sesuai Tabel 7.

Tabel 7 Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari harga tiket

Harga tiket

(Rp) (a)

Jumlah kunjungan per tahun (orang)

(b)

Estimasi penerimaan pengelola Rp)

(c= a x b)

T0 JK0 P0

T1 JK1 P1

Keterangan:

T0 = Tarif awal

T1 = Tarif optimum

JK0 = Jumlah kunjungan saat tarif awal

JK1 = Jumlah kunjungan saat tarif optimum

P0 = Penerimaan saat tarif awal

P1 = Penerimaan saat tarif awal

Page 44: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

26

V GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea

Curug Cigamea terletak di kawasan Gunung Salak Endah (GSE) di Desa

Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan. Pada awalnya, pengelolaan kawasan wisata

Curug Cigamea dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor. Sejak tahun

2003, kawasan GSE menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-

II/2003. Berdasarkan hasil tersebut maka semua pengelolaan wisata di kawasan

GSE dikelola oleh pihak taman nasional, namun untuk sementara wisata Curug

Cigamea masih dikelola oleh masyarakat sekitar.

Curug Cigamea berasal dari mata air Gunung Salak dan mengalir ke Sungai

Cigamea. Kondisi air pada Curug Cigamea tergantung pada intensitas air dari hulu

Sungai Cigamea. Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun utama. Air terjun

pertama yang dijumpai dari pintu masuk memiliki tebing curam menyerupai

dinding dan didominasi bebatuan hitam. Kolam limpahan air yang berada

dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak dapat digunakan untuk

berenang. Air terjun kedua memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan

tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama. Kolam

limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dan dalam

sehingga dapat digunakan untuk berenang (Lampiran 14).

Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang jumlah

pengunjungnya banyak. Hal ini disebabkan oleh keindahan alam dan akses yang

mudah dicapai dengan hanya menelusuri jalan setapak sekitar 300 meter. Harga

tiket masuk Curug Cigamea adalah Rp 5 000 per orang. Curug Cigamea juga

menyediakan lahan parkir yang cukup luas dengan harga tiket parkir Rp 3 000 per

motor dan Rp 10 000 per mobil. Pengunjung yang datang umumnya

menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor karena jarang

ditemukan kendaraan umum menuju lokasi. Objek wisata ini lebih ramai

dikunjungi saat akhir pekan atau libur nasional terutama saat libur lebaran dan

tahun baru.

Page 45: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

27

5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea

Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial

ekonomi dan faktor berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) terdiri dari jenis

kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat

pendapatan. Karateristik responden pegunjung berdasarkan faktor berwisata

terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis

kendaraan.

5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung

Pengunjung yang datang ke objek wisata Curug Cigamea berasal dari

berbagai kota yaitu Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian

besar responden pengunjung (67.0%) berasal dari luar Bogor. Hal ini

menunjukkan bahwa Curug Cigamea memiliki daya tarik tersendiri sehingga

banyak responden pengunjung yang berasal dari luar Bogor. Apabila dilihat

secara spesifikasi asal kotanya, Bogor merupakan daerah asal responden

pengunjung terbesar dengan proporsi sebesar 33.0%. Rata-rata umur responden

pengunjung berkisar 21 sampai dengan 30 tahun dengan proporsi sebesar 55.0%

dan umur dibawah 20 tahun dengan proporsi sebesar 21.0%. Hal ini dipengaruhi

kondisi lokasi wisata yang harus ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus

meter, sehingga diperlukan kondisi fisik prima yang umumnya dimiliki oleh

pengunjung yang usianya masih muda.

Sebagian besar responden pengunjung adalah karyawan swasta dengan

proporsi sebesar 41.0% dengan tingkat pendapatan responden berkisar antara

Rp 1 500 001 sampai dengan Rp 2 500 000. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara bahwa sebagian besar pendapatan responden pengunjung sama dengan

rata-rata UMR daerah sekitar Jakarta dan Bogor, yaitu sebesar Rp 2 200 000.

Tingkat pendidikan sebagian besar responden pengunjung adalah SMA dengan

proporsi sebesar 75.0%. Hal ini disebabkan pada umumnya responden

pengunjung memiliki pendidikan terakhir SMA. Data mengenai karakteristik

responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor sosial ekonomi

(demografi) dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 46: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

28

Tabel 8 Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor

sosial ekonomi (demografi) tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Proporsi (%)

1 Jenis kelamin

Laki-laki 62.0 62.0

Perempuan 38.0 38.0

Jumlah 100.0 100.0

2 Umur (Tahun)

17-20 21.0 21.0

21-30 55.0 55.0

31- 40 16.0 16.0

> 40 8.0 8.0

Jumlah 100.0 100.0

3 Asal daerah (umum)

Bogor 33.0 33.0

Luar Bogor 67.0 67.0

- Depok 18.0 18.0

- Jakarta 27.0 27.0

- Tangerang 21.0 21.0

- Bekasi 1.0 1.0

Jumlah 100.0 100.0

4 Pendidikan terakhir

SMP 7.0 7.0

SMA 75.0 75.0

Perguruan tinggi 18.0 18.0

Jumlah 100.0 100.0

5 Pekerjaan pokok

PNS 1.0 1.0

Karyawan swasta 41.0 41.0

Pelajar/mahasiswa 16.0 16.0

Wiraswasta 13.0 13.0

Buruh 1.0 1.0

Guru 7.0 7.0

Lainnya 21.0 21.0

Jumlah 100.0 100.0

6 Tingkat pendapatan (Rupiah per bulan)

< 500 000 8 8

500 001 – 1.500 000 20 20

1 500 001 – 2.500 000 33 33

2 500 001 – 3.500 000 15 15

3 500 001 – 4.500 000 8 8

> 4 500 000 16 16

Jumlah 100 100 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata

Karakteristik berwisata responden pengunjung di Curug Cigamea dapat

diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun

terakhir, motivasi wisata, agenda kedatangan, dan jenis kendaraan yang digunakan

oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata

ke Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 47: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

29

Tabel 9 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata

Curug Cigamea tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Frekuensi kunjungan (kali/tahun)

1 – 2 77.0 77.0

3 – 4 20.0 20.0

> 4 3.0 3.0

Jumlah 100.0 100.0

2 Motivasi wisata

Rekreasi 100.0 100.0

Penelitian 0.0 0.0

Bekerja 0.0 0.0

Jumlah 100.0 100.0

3 Agenda kedatangan

Keinginan sendiri 62.0 62.0

Acara keluarga 24.0 24.0

Acara kantor 9.0 9.0

Acara sekolah 5.0 5.0

Jumlah 100.0 100.0

4 Jenis kendaraan

Kendaraan pribadi 93.0 93.0

Kendaraan sewa 7.0 7.0

Jumlah 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Tabel 9 memperlihatkan sebagian besar pengunjung melakukan kunjungan

sebanyak satu sampai dengan dua kali per tahun dengan proporsi sebesar 77.0%.

Semua responden pengunjung mengatakan tujuan mereka datang ke objek wisata

Curug Cigamea adalah rekreasi. Hal ini menunjukkan, bahwa Curug Cigamea

merupakan wisata alam yang menarik bagi para pengunjung yang memiliki tujuan

utama untuk melakukan rekreasi. Menurut jenis kendaraan yang digunakan,

sebagian besar responden menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau

mobil karena jarang ditemukan angkutan umum yang langsung sampai ke lokasi.

5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea

Pengembangan wisata di objek wisata Curug Cigamea membuka peluang

bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan aktivitas wisata. Hal ini dilihat dari

banyaknya jumlah unit usaha yang didirikan oleh masyarakat di objek wisata

Curug Cigamea. Sebanyak 60.0% unit usaha didirikan oleh masyarakat asli,

sedangkan sisanya adalah bukan masyarakat asli. Sebagian besar jenis usaha yang

didirikan di objek wisata Curug Cigamea adalah kios makanan dengan proporsi

sebesar 65.7% dari 35 total unit usaha. Hal ini terjadi karena, pada umumnya

pengunjung akan lebih tertarik untuk membelajakan uangnya di kios makanan.

Page 48: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

30

Proporsi terbesar lama mendirikan unit usaha adalah 4 sampai 6 tahun. Hal ini

menunjukkan banyak unit usaha yang sudah lama mendirikan usahanya di sekitar

lokasi wisata. Rata-rata lama membuka unit usaha setiap minggunya adalah tujuh

hari. Hal ini disebabkan jumlah pengunjung yang tetap ada meskipun hari kerja.

Unit usaha paling ramai dikunjungi oleh pengunjung saat libur lebaran dan tahun

baru karena jumlah pengunjung yang datang ke Curug Cigamea lebih banyak.

Karakteristik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Karakteristik Jumlah (unit) Proporsi (%)

1 Pendiri unit usaha

Masyarakat asli 21.0 60.0

Bukan masyarakat asli (pendatang) 14.0 40.0

Jumlah 35.0 100.0

2 Lama mendirikan unit usaha

1-3 tahun 10.0 28.6

4-6 tahun 13.0 37.1

7-9 tahun 4.0 11.4

> 9 tahun 8.0 22.9

Jumlah 35.0 100.0

3 Jenis unit usaha

Kios makanan 24.0 65.7

Kios makanan dan toilet 1.0 2.9

Cir eng 1.0 2.9

Cenderamata 3.0 5.7

Toilet umum 2.0 5.7

Foto keliling 3.0 8.6

Fish spa 1.0 2.9

Jumlah 35.0 100.0

4 Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu)

2 hari 13.0 37.1

7 hari 22.0 62.9

Jumlah 35.0 100.0

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug Cigamea

Keberadaan wisata Curug Cigamea memberi peluang bagi masyarakat untuk

bekerja di sektor wisata. Sebagian besar tenaga kerja di objek wisata Curug

Cigamea merupakan penduduk asli dengan proporsi sebesar 83.3% dari 12

responden tenaga kerja. Sisanya sebanyak 16.7% tenaga kerja di objek wisata ini

merupakan penduduk pendatang. Data mengenai karakteristik tenaga kerja lokal

di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 49: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

31

Tabel 11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea tahun

2013 Karakteristik Jumlah (orang) Proporsi (%)

1 Status kependudukan

Masyarakat asli 10.0 83.3

Bukan masyarakat asli 2.0 16.7

Jumlah 12.0 100.0

2 Status pekerjaan di bidang pariwisata

Pekerjaan utama 12.0 100.0

Pekerjaan sampingan 0.0 0.0

Jumlah 12.0 100.0

3 Jenis pekerjaan

Penjaga fish spa 1.0 8.3

Karyawan jagung bakar 1.0 8.3

Karyawan penjual cireng

Juru parkir

Penjaga tiket

Safety guard

1.0

2.0

5.0

2.0

18.3

16.7

41.7

16.7

Jumlah 12.0 100.0

4 Lama bekerja

1 tahun 7.0 58.3

2 tahun 2.0 16.7

> 2 tahun 3.0 25.0

Jumlah 12.0 100.0

5 Tingkat pendapatan

< 1 000 000 4.0 33.3

1 000 001 – 2 000 000 3.0 25.0

2 000 001 – 3 000 000 2.0 16.7

> 3 000 000 3.0 25.0

Jumlah 12.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Tabel 11 memperlihatkan, semua responden menyatakan bahwa pekerjaan

di objek wisata Curug Cigamea merupakan pekerjaan utama. Hal tersebut

menunjukkan bahwa, keberadaan Curug Cigamea memberikan dampak positif

yaitu berupa penyerapan tenaga kerja lokal untuk bekerja di objek wisata tersebut.

Tingkat pendapatan setiap tenaga kerja lokal berbeda-beda sesuai dengan jenis

pekerjaan masing-masing tenaga kerja. Tingkat pendapatan kurang dari

Rp 1 000 000 memiliki proporsi nilai lebih tinggi dibandingkan tingkat

pendapatan lainnya, yaitu sebesar 33.3%. Lama bekerja responden tenaga kerja

paling besar baru satu tahun dengan proporsi sebesar 58.3%. Hal ini karena,

sebagian penjaga tiket dan safety guard baru bekerja di wisata Curug Cigamea

sekitar satu tahun terakhir semenjak dikelola oleh masyarakat. Pada saat dikelola

oleh Disbudpar Kabupaten Bogor, pengelola hanya mempekerjakan beberapa

orang saja sebagai penjaga tiket dan safety guard.

Page 50: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

32

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug Cigamea

Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea perlu diketahui

guna pengembangan kawasan wisata tersebut. Persepsi pengunjung dapat

dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam

melakukan pengelolaan wisata yang diinginkan oleh pengunjung, tanpa merusak

sumber daya alam di TNGHS. Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug

Cigamea dibedakan menjadi persepsi terhadap kondisi alam, fasilitas wisata, dan

harapan pengunjung terhadap pengembangan objek wisata.

6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Curug

Cigamea

Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata

Curug Cigamea perlu diketahui untuk melihat dampak keberadaan wisata

terhadap kondisi alam di TNGHS sampai saat ini. Tabel 12 menyajikan persepsi

responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Curug Cigamea.

Tabel 12 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata

Curug Cigamea tahun 2013

Keterangan Proporsi (%)

Baik Sedang Buruk Total

Panorama alam 92.0 8.0 0.0 100.0

Kualitas udara 95.0 4.0 1.0 100.0

Kualitas air 95.0 3.0 2.0 100.0

Kebersihan 30.0 40.0 30.0 100.0

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Rata-rata responden pengunjung (> 80.0%) memberi penilaian baik terhadap

keindahan alam, kondisi kualitas udara dan kualitas air di objek wisata Curug

Cigamea. Hal ini menunjukan bahwa, sumber daya alam di objek wisata Curug

Cigamea saat ini belum mengalami kerusakan. Proporsi penilaian sedang dan

buruk responden pengunjung terhadap kebersihan di objek wisata Curug Cigamea

adalah 40% dan 30%. Hal ini disebabkan masih banyak sampah berserakan di

lokasi wisata. Sampah yang berserakan tersebut, jika dibiarkan terus menerus

dapat merusak lingkungan dan keberlanjutan objek wisata Curug Cigamea. Oleh

karena itu, harus adanya upaya dari setiap pihak yang terlibat dalam pengelolahan

Page 51: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

33

wisata untuk tetap menjaga kebersihan sebagai penunjang dari keberlanjutan

wisata Curug Cigamea.

6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata Curug

Cigamea

Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas di objek wisata

Curug Cigamea perlu diketahui agar dalam pengembangan wisata Curug Cigamea

ketersediaan fasilitas dapat sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Pembangunan

fasilitas wisata tersebut tetap harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam

di TNGHS. Tabel 13 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi

fasilitas dan aksesbilitas di objek wisata Curug Cigamea.

Tabel 13 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas dan

aksebilitas di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013

Kategori

Proporsi (%)

Baik Sedang Buruk Tidak Tersedia/

Tidak Tahu

Total

- Fasilitas Umum

Telekomunikasi

(sinyal handphone)

24.0

31.0

45.0

0.0

100.0

Tempat sampah 18.0 31.0 51.0 0.0 100.0

Tempat ibadah 21.0 62.0 11.0 6.0 100.0

Tempat duduk 20.0 50.0 30.0 0.0 100.0

Shelter/pos 43.0 50.0 7.0 0.0 100.0

Papan informasi 18.0 30.0 48.0 4.0 100.0

- Fasilitas Berbayar

Kios makanan dan minuman

59.0

37.0

4.0

0.0

100.0

Toilet 24.0 58.0 18.0 0.0 100.0

Tempat parker 41.0 44.0 15.0 0.0 100.0

Penginapan 2.0 0.0 0.0 98.0 100.0

Toko cendramata 10.0 74.0 11.0 5.0 100.0

Penyewaan peralatan/jasa 8.0 26.0 6.0 60.0 100.0

Papan informasi 18.0 30.0 48.0 4.0 100.0

- Aksesibilitas 48.0 37.0 15.0 0.0 100.0

Rata-rata 26.0 40.7 20.0 13.3 100.0

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Secara umum kondisi fasilitas wisata di objek wisata Curug Cigamea dinilai

sedang oleh responden pengunjung dengan proporsi sebesar 40.7%. Jika dilihat

pada masing-masing fasilitas hanya penginapan, penyewaan peralatan/jasa, dan

papan informasi yang dinilai tidak tersedia/tidak tahu oleh sebagian responden

pengunjung. Sebanyak 98% responden pengunjung tidak mengetahui kondisi

Page 52: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

34

penginapan di Curug Cigamea karena responden pengunjung tersebut tidak

pernah menginap di Curug Cigamea. Penyewaan peralatan/jasa dinilai tidak

tersedia oleh 60% responden pengunjung karena ada responden pengunjung yang

tidak tahu ada penyewaan jasa berupa jasa pemotretran. Sebanyak 4% responden

pengunjung menilai papan informasi tidak tersedia karena tidak melihat papan

informasi yang tersedia dan sebanyak 48% menilai papan informasi yang tersedia

masih buruk karena jumlahnya sedikit dan kurang terawat.

6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata

Curug Cigamea

Harapan pengunjung Curug Cigamea perlu diperhatikan oleh pengelola

sebagai salah satu informasi untuk mengambil keputusan dalam melakukan

pengembangan wisata, sehingga pengelola dapat meningkatkan kualitas pelayanan

terhadap pengunjung. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh dengan

wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner. Berdasarkan

hasil wawancara, diperoleh dua harapan yang paling banyak disampaikan oleh

responden pengunjung adalah peningkatan fasilitas dan kebersihan. Peningkatan

fasilitas yang dimaksud adalah peningkatan jumlah toilet, tempat duduk, dan

papan informasi. Responden pengunjung menilai toilet dan tempat duduk yang

tersedia di Curug Cigamea masih kurang jumlahnya, sedangkan papan informasi

mengenai arah menuju lokasi wisata yang tersedia jumlahnya sedikit. Responden

pengunjung berharap harus adanya peningkatan kebersihan di lokasi, karena

masih ada sampah yang berserakan dan jumlah tempat sampah yang tersedia

masih sedikit. Data mengenai harapan responden pengunjung terhadap objek

wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea

tahun 2013

Harapan Proporsi (%)

Peningkatan fasilitas 52.5

Peningkatan kebersihan 21.3

Keamanan dari monyet 6.6

Dijaga keindahan alamnya 8.2

Perbaikan jalan 9.8

Promosi wisata 1.6

Total 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Page 53: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

35

Harapan lainnya dari responden yaitu perbaikan jalan, menjaga keindahan

alam, promosi tempat wisata, dan peningkatan keamanan. Keamanan yang

dimaksud responden dalam hal ini adalah keamanan responden dari gangguan

monyet yang terkadang mengambil makanan yang dibawa oleh para pengunjung.

Hal ini terjadi karena lokasi wisata Curug Cigamea memang merupakan habitat

dari monyet tersebut. Responden pengunjung berharap pengelola meminimalisir

gangguan yang ditimbulkan dari monyet terhadap pengunjung.

6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata

Curug Cigamea

Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata

merupakan salah satu hal yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Nilai

ekonomi menunjukan besarnya manfaat keberadaan wisata Curug Cigamea di

TNGHS, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata digunakan

untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan berwisata dari

pengunjung.

6.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata di Curug Cigamea

Fungsi permintaan wisata di Curug Cigamea dibentuk dengan memasukkan

enam variabel bebas diduga mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah kali

kunjungan dalam satu tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya

perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, usia, lama mengetahui lokasi

wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi wisata. Hasil output analisis regresi

dapat dilihat pada Tabel 15 dan lebih jelas disajikan pada Lampiran 1.

Tabel 15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea

Variabel Koefisien P value VIF

Constant -.759 0.543

X1 (Biaya perjalanan) .322 0.002a 1.404

X2 (Pendapatan total) -.066 0.408 1.916

X3 (Lama pendidikan) -.497 0.227 1.199

X4 (Usia Pengunjung) -.232 0.252 1.478

X5 (Lama mengetahui lokasi wisata) .305 0.000a 1.249

X6 (Waktu yang dihabiskan di Lokasi) .262 0.088b 1.095

R2 26.3%

R2 (adj) 21.6% Durbin Watson 2.08

Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013

Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel

berturut-turut pada α : 1% dan 10%.

Page 54: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

36

Model fungsi permintaan wisata Curug Cigamea dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Fungsi permintaan wisata ke Curug Cigamea yang diperoleh dari hasil analisis

regresi berganda adalah sebagai berikut:

Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5

+ 0.288 lnX6

Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)

X1 = Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)

X2 = Pendapatan total (Rp)

X3 = Lama pendidikan (tahun)

X4 = Usia (tahun)

X5 = Lama mengetahui objek wisata (tahun)

X6 = Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata (jam)

Nilai R-adj dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 21.6%.

Nilai tersebut menunjukkan sebesar 21.6% keragaman permintaan wisata

dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat di dalam model, dan sisanya 78.4%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan hasil regresi liner berganda, uji normalitas terpenuhi karena

nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata) yaitu sebesar 0.093

(Lampiran 2). Nilai P value (0.000) lebih kecil dari α (5%), artinya semua variabel

bebas berpengaruh nyata terhadap variabel Y (Lampiran 3). Uji multikolinearitas

diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan

pengelolaan data, diperoleh nilai VIF masing-masing peubah bebas antara 1.095

sampai 1.916 (Lampiran 4) sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan

hasil uji heteroskedastisitas (Lampiran 6), diperoleh sebaran titik-titik tidak

mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah 2.01 (Lampiran 5), dimana nilai ini

berada pada selang 1.55 sampai 2.46 sehingga tidak terjadi autokorelasi.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang

tidak berpengaruh secara signifikan yaitu variabel pendapatan total, lama

pendidikan, dan usia responden. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan

Page 55: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

37

terhadap kunjungan wisatawan yaitu biaya total, lama mengetahui lokasi wisata,

dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi

minat wisata pengunjung secara signifikan:

a Biaya perjalanan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan

berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki pengaruh positif

terhadap jumlah kunjungan individu ke Curug Cigamea dengan nilai elastisitas

0.322. Hal ini berarti apabila peningkatan biaya perjalanan sebesar 1%, maka rata-

rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga

sebesar 0.322% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini

tidak sesuai dengan hipotesis awal karena berdasarkan data demografi sebagian

besar responden pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 6), sehingga

responden cenderung mengeluarkan banyak biaya perjalanan. Besarnya jumlah

pengunjung dari luar bogor diduga karena mereka membutuhkan wisata alam

yang tidak ditemukan di daerah asal masing-masing responden pengunjung.

b Lama mengetahui lokasi wisata

Variabel lama mengetahui keberadaan lokasi wisata berpengaruh signifikan

terhadap jumlah kunjungan wisata ke Curug Cigamea pada taraf nyata 1%

diperoleh berdasarkan uji t dan memiliki nilai elastisitas 0.305. Hal ini sesuai

hipotesis awal dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan lama mengetahui

lokasi wisata sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea

akan mengalami peningkatan sebesar 0.305% dengan asumsi peubah bebas lain

tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan semakin lama pengunjung

mengetahui lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata

Curug Cigamea.

c Waktu yang dihabiskan di lokasi

Variabel ini memiliki pengaruh positif dan berpengaruh signifikan pada

taraf nyata 10% terhadap intensitas kunjungan pengunjung dengan nilai elastisitas

sebesar 0.262. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan memiliki arti apabila

waktu yang dihabiskan di lokasi meningkat sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi

kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.262%

dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan

Page 56: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

38

semakin lama pengunjung berada di lokasi wisata semakin sering mereka

mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea.

6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea

Nilai ekonomi Curug Cigamea diestimasi menggunakan pendekatan

Individual Travel Cost Method (ITCM). Nilai ekonomi diperoleh dengan

mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus

konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden

pengunjung satu tahun terakhir yaitu sebanyak 169 kunjungan (Lampiran 9)

kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan.

Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya

perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya

perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 7), diperoleh

persamaan sebagai berikut:

Y = 1.412 + 0.00000374 X1

Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali)

X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)

Koefisien biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi

besarnya nilai surplus konsumen. Kemudian nilai surplus konsumen digunakan

untuk mengestimasi nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea, dengan cara

mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah pengunjung pada tahun

2012. Perhitungan nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea

Keterangan Nilai Satuan

Jumlah responden (a) 100 Orang

Jumlah kunjungan responden (b) 169 Kali per tahun

Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) 17 200 Kali per tahun

Koefisien biaya perjalanan (d) 0.00000374 Satuan

Surplus konsumen (e) = b2/2d 3 818 315 508 Rupiah

Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b 225 936 Rupiah

Nilai ekonomi (g) = f x c 3 886 099 200 Rupiah Sumber : Hasil olahan data primer 2013

Tabel 16 menunjukkan, surplus konsumen pengunjung terhadap objek

wisata Curug Cigamea sebesar Rp 225 936 per orang per kunjungan, sehingga

Page 57: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

39

diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Artinya,

lokasi tersebut mempunyai nilai atau manfaat sebagai penghasil jasa wisata.

Manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus jika keberadan kawasan

Curug Cigamea dijaga dengan melestarikan sumber daya alam yang terdapat di

TNGHS.

6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea

Kegiatan wisata Curug Cigamea dapat memberikan dampak positif bagi

perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. Perhitungan dampak ekonomi

tersebut diketahui dari besarnya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata Curug

Cigamea. Pengunjung di Curug Cigamea tidak hanya membelanjakan uangnya di

dalam lokasi, tetapi juga di luar lokasi wisata. Besarnya pengeluaran pengunjung

diluar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di lokasi wisata Curug

Cigamea. Hasil proporsi pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 17 dan

keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek

wisata Curug Cigamea tahun 2013

Biaya Rata-rata pengeluaran (1)

(Rp)

Proporsi (%)

(2=1/c*100)

Pengeluaran di luar lokasi

Biaya transportasi 22 900 30.8

Konsumsi dari rumah

Tiket masuk kawasan GSE

13 290

3 750

17.9

5.1

Total kebocoran (a) 39 940 53.8

Pengeluaran di lokasi

Konsumsi (di lokasi) 19 343 26.0

Penginapan 3 500 4.7

Pembelian souvenir/oleh-oleh 1 750 2.4

Dokumentasi 3 100 4.2

Biaya parker 1 641 2.2

Tiket masuk objek wisata 5 000 6.7

Total pengeluaran di lokasi (b) 34 334 46.2

Total pengeluaran pengunjung (c=a+b) 74 274 100.00

Rata-rata kunjungan pertahun (d) (2009-2012) 19 375

Total kebocoran pertahun (e= c*proporsi a*d) 773 820 346

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Proporsi terbesar dalam pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug

Cigamea adalah proporsi biaya transportasi. Hal ini disebabkan sebagian besar

Page 58: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

40

pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 9), sehingga mempengaruhi biaya

perjalanan pengunjung. Biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar

untuk kendaraan karena rata-rata pengunjung menggunakan kendaraan pribadi

(Tabel 9).

Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor rata-rata jumlah kunjungan

ke Curug Cigamea per tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 19 375

kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah

Rp 773 820 346 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan rata-rata

pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan

pertahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Curug Cigamea cukup besar

dengan proporsi 53.77%. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya

konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan GSE. Tiket masuk kawasan

GSE termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke

pendapatan negara. Biaya transportasi termasuk kebocoran karena diasumsikan

pengunjung membeli bahan bakar di SPBU yang letaknya tidak ada di sekitar

lokasi wisata.

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung

Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh

dari pengeluaran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi langsung tersebut

berasal adanya dari transaksi jual dan beli antara pengunjung dengan unit usaha

yang terdapat di kawasan objek wisata Curug Cigamea. Uang yang dibelanjakan

pengunjung ke unit usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi secara langsung

yaitu pendapatan unit usaha.

Unit usaha di objek wisata Curug Cigamea terdiri dari berbagai jenis unit

usaha. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada Curug Cigamea hanya ramai

dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja

sebagian unit usaha masih tetap buka. Data mengenai proporsi pendapatan

pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 18 dan data perhitungan dapat dilihat

lebih jelas pada Lampiran 10.

Page 59: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

41

Tabel 18 Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan di objek wisata

Curug Cigamea tahun 2013

Jenis unit usaha Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan

Pendapatan (Rp) (a) Proporsi (%)(b=a/c*100)

Kios makanan 1 704 792 11.8

Foto keliling 2 426 667 16.7

Toilet 2 300 000 15.9

Cendramata 2 076 000 14.3

Kios makanan dan toilet 3 490 000 24.1

Fish spa 2 040 000 14.1

Gorengan cireng 460 000 3.1

Total (c) 14 497 459 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha.

Pendapatan pemilik unit usaha terbesar adalah unit usaha kios makanan dan toilet

dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3 490 000. Hal ini disebabkan unit usaha

tersebut memiliki dua pemasukan sekaligus baik dari kios makanan dan juga toilet

yang dimiliki. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata

pendapatan unit usaha per bulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Curug

Cigamea. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea pada tahun

2013

Jenis unit usaha (a)

Responden

unit usaha

(b)

Jumlah

unit usaha

total (c)

Rata-rata

pendapatan per

bulan (Rp) (d)

Dampak ekonomi

langsung (Rp)

(e=c*d)

Kios makanan 24 30 1 704 792 51 143 760

Foto keliling 3 5 2 426 667 12 133 335

Toilet 2 4 2 300 000 9 200 000

Cendramata 3 5 2 076 000 10 380 000

Kios makanan dan toilet 1 2 3 490 000 6 980 000

Fish spa 1 1 2 040 000 2 040 000

Gorengan cireng 1 1 460 000 460 000

Total 35 48 14 497 458 92 337 095 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha kios

makanan sebesar Rp 51 143 750. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kios

makanan di Curug Cigamea yaitu 30 kios makanan. Total dampak ekonomi

langsung yang dirasakan oleh unit usaha di Curug Cigamea sebesar

Rp 92 337 095. Hal ini juga menunjukan bahwa, keberadaan wisata memiliki

peran penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal yang membuka

unit usaha di sekitar lokasi wisata.

Page 60: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

42

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung

Dampask ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di

dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Curug

Cigamea. Kios makanan memiliki total pengeluaran di dalam kawasan wisata

paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar

Rp 26 452 170. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha

yang jumlahnya paling banyak dibanding dengan unit usaha lainnya. Batas

kawasan wisata disini merupakan Kecamatan Pamijahan, sehingga pengeluaran

unit usaha yang masih di dalam Kecamatan Pamijahan merupakan biaya yang

dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Data mengenai pengeluaran unit usaha di

dalam kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 20 dan perhitungan dapat dilihat

lebih jelas pada Lampiran 10.

Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug Cigamea tahun

2013

Jenis unit usaha

Pengeluaran di dalam kawasan

wisata (Rp)

Jumlah

(a)

Jum

lah

unit

usaha

(b)

Total

pengeluaran di

dalam kawasan

(Rp)

(c = a*b)

Biaya

pembelian

input bahan

baku (Rp)

Biaya

pemeliharaan

alat (Rp)

Kios makanan 881 739 0 881 739 30 26 452 170

Foto keliling 1 000 000 0 1 000 000 5 5 000 000

Toilet 0 40 000 40 000 4 160 000

Cendramata 650 000 0 650 000 5 3 250 000

Kios makanan

dan toilet 1 220 000 50 000 1 270 000 2 2 540 000

Fish spa 100 000 30 000 130 000 1 130 000

Gorengan cireng 540 000 0 540 000 1 540 000

Total 48 38 072 170 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Kios makanan memiliki total pengeluaran di luar kawasan wisata paling

besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar

Rp 2 006 250. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha

yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Data

mengenai pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel

21 dan perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.

Page 61: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

43

Tabel 21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea tahun

2013

Jenis unit usaha

Pengeluaran di luar kawasan

wisata (Rp) Jumlah

(d)

Jumlah

unit

usaha

(b)

Total

pengeluaran di

luar kawasan

(Rp)

(e = d*b) Transportasi Listrik

Kios makanan 35 417 31 458 66 875 30 2 006 250

Foto keliling 24 000 0 24000 5 120 000

Cendramata 57 333 33 333 90 667 5 453 330

Kios makanan dan toilet 0 40 000 40 000 2 80 000

Fish spa 30 000 0 30 000 1 30 000

Total 48 2 689 580 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit

usaha di dalam kawasan wisata, tetapi juga diperoleh dengan melihat pendapatan

tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea. Proporsi pendapatan tenaga kerja

dengan adanya wisata Curug Cigamea memiliki jumlah yang berbeda-beda sesuai

dengan unit usaha tempat mereka bekerja. Total dampak ekonomi tidak langsung

di objek wisata Curug Cigamea diperoleh dengan menjumlahkan total

pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan total pendapatan tenaga

kerja. Data mengenai dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel

22, sedangkan data pendapatan tenaga kerja dijelaskan pada Lampiran 11.

Tabel 22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea tahun 2013

Jenis

tenaga

kerja

Rata-rata

TK/Unit

(popula-

si)

(a)

Jum-

lah

unit

usa-

ha (b)

Jum-

lah

(popu-

lasi)

TK

(c=a*b)

Pendapa-

tan TK

(Rp)

(d)

Total

pendapatan

TK (Rp)

(e=c*d)

Total

pengelua-

ran unit

usaha di

dalam

kawasan

(Rp)

(f)

Total

dampak

ekonomi

tidak

langsung

(Rp)

(g=e+f)

Safety

guard 2 1 2 1 500 000 3 000 000 0 3 000 000

Penjaga

tiket 9 1 9 120 000 1 080 000 0 1 080 000

Parkir 2 1 2 950 000 1 900 000 0 1 900 000

Unit usaha

Kios

makanan 0 1 0 0 0 26 452 170 26 452 170

Foto keliling 0 1 0 0 0 5 000 000 5 000 000

Toilet 1 1 1 800 000 800 000 160 000 960 000

Cendramata 0 1 0 0 0 3 250 000 3 250 000

Kios

makanan dan

toilet

0 1 0 0 0 2 540 000 2 540 000

Fish spa 1 1 1 800 000 800 000 130 000 930 000

Cireng 1 1 1 500 000 500 000 540 000 1 040 000

Total 16 12 16 4 670 000 8 080 000 38 072 170 44 052 170

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Page 62: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

44

Tabel 22 menunjukkan total dampak ekonomi tidak langsung terbesar di

objek wisata Curug Cigamea diperoleh unit usaha kios makanan yaitu

Rp 26 452 170. Banyaknya jumlah kios makanan yang berada di objek wisata

Curug Cigamea dibanding unit usaha lainnya merupakan salah satu penyebab

besarnya dampak ekonomi tidak langsung pada unit usaha kios makanan. Dampak

ekonomi tidak langsung paling kecil di objek wisata Curug Cigamea diperoleh

unit usaha fish spa yaitu Rp 930 000. Hal ini karena total pengeluaran di dalam

kawasan wisata unit usaha fish spa jauh lebih kecil dibanding unit usaha lainnya.

Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Curug Cigamea adalah

Rp 44 052 170.

6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan

Dampak ekonomi lanjutan dilihat dari proporsi pengeluaran tenaga kerja

untuk kebutuhan mereka masing-masing seperti kebutuhan biaya pangan, biaya

transportasi, dan biaya lainnya. Data tentang proporsi pengeluaran tenaga kerja

dapat dilihat pada Tabel 23 dan perhitungan lebih jelas pada Lampiran 12.

Tabel 23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja perbulan di

Curug Cigamea tahun 2013

Tenaga kerja

Proporsi pengeluaran di sekitar Curug Cigamea (%) Total

(%) Biaya

pangan/bulan (a)

Biaya

transportasi/bulan

(b)

Biaya sekolah

anak/bulan (c)

Safety guard 57.1 4.8 38.1 100.0

Penjaga tiket 62.7 4.3 33.0 100.0

Parkir 50.8 3.5 45.7 100.0

Toilet 66.7 0.0 33.3 100.0

Unit usaha fish spa 55.6 33.3 11.1 100.0

Unit usaha cireng 56.6 15.1 28.3 100.0

Rata-rata 58.2 10.2 31.6 100.0

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Tabel 23 menunjukkan proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja terbesar

adalah biaya pangan dengan proporsi sebesar 58.2%, sedangkan besarnya proporsi

rata-rata pengeluaran tenaga kerja untuk biaya transportasi dan biaya sekolah anak

adalah 10.2% dan 31.6%. Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug

Cigamea diperoleh dari hasil pengalian antara total jumlah tenaga kerja,

pengeluaran di sekitar Curug Cigamea dan proporsi pengeluaran di sekitar Curug

Page 63: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

45

Cigamea. Dari hasil perhitungan diperoleh dampak ekonomi lanjutan di objek

wisata Curug Cigamea sebesar Rp 24 797 000. Data mengenai dampak ekonomi

lanjutan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013

Tenaga kerja

Jumlah

tenaga

kerja lokal

(a)

Total

pengeluaran di

sekitar Curug

Cigamea (Rp)

(b)

Proporsi

pengeluaran di

Sekitar Curug

Cigamea (%)

(c)

Dampak

ekonomi lanjutan

(Rp)

(d=a*b*c)

Safety guard 2 1 575 000 100 3 150 000

Penjaga tiket 9 1 818 000 100 16 362 000

Parkir 2 1 477 500 100 2 955 000

Toilet 1 450 000 100 450 000

Unit usaha fish spa 1 1 350 000 100 1 350 000

Unit usaha cireng 1 530 000 100 530 000

Total 24 797 000 Sumber: Hasil olahan data primer 2013

6.3.4 Nilai Efek Pengganda

Nilai dari efek pengganda digunakan untuk mengukur seberapa besar

dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan Marine

Ecotourism For Atlantic Area (META) (2001), dampak ekonomi terhadap

masyarakat lokal dibedakan menjadi (1) Keynesian Local Income Multiplier

Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung

berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masayarakat lokal, (2) Ratio

Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung

yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian

lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data

mengenai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug

Cigamea dapat dilihat pada Tabel 25 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas

pada Lampiran 13.

Tabel 25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata

Curug Cigamea tahun 2013

Multiplier Nilai

Keynesian Income Multiplier 2.9

Ratio Income MultiplierTipe I 1.5

Ratio Income Multiplier Tipe II 1.7

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Page 64: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

46

Nilai keynesian income multiplier di objek wisata Curug Cigamea sebesar

2.9 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pengeluaran pengunjung akan memiliki

dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 2.9 rupiah. Nilai ratio income multiplier

tipe I sebesar 1.5 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pada penerimaan unit usaha

mengakibatkan peningkatan sebesar 1.5 rupiah terhadap pendapatan pemilik

usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1.7 artinya

setiap kenaikan 1 rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh

meningkatkan sebesar 1.7 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha,

pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja.

Nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Curug Cigamea memberikan dampak

ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar karena nilai keynesian multiplier

yang diperoleh lebih besar dari satu (META 2001). Hal ini menunjukan

keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi

perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat

terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. Manfaat

ekonomi yang besar ini juga dapat menjadi alasan bagi masyarakat lokal untuk

tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam di TNGHS, yang merupakan

modal utama dari wisata alam tersebut.

6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea

Jumlah pengunjung yang besar di wisata Curug Cigamea dikhawatirkan

dapat menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian sumber daya alam di TNGHS.

Oleh karena itu, jumlah kunjungan tersebut harus dikontrol yang salah satunya

dengan penerapan tarif masuk optimum. Penerapan tarif masuk optimum dapat

mengontrol jumlah kunjungan sehingga resiko kerusakan sumber daya alam di

TNGHS akan berkurang. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan

tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif

masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan

fasilitas wisata.

Berdasarkan hasil wawancara responden pengunjung,sebanyak 78

responden yang bersedia membayar lebih tarif masuk di objek wisata Curug

Page 65: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

47

Cigamea. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug

Cigamea dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata

Curug Cigamea tahun 2013

Keinginan meningkatkan harga tarif masuk Frekuensi (orang) Proporsi (%)

Ya 78 78

Tidak 22 22

Total 100 100

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Tabel 26 menunjukkan sebanyak 22 responden pengunjung tidak bersedia

meningkatkan tarif masuk Curug Cigamea. Rata-rata alasan pengunjung yang

tidak bersedia meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea karena

mereka merasa bahwa kelestarian alam merupakan tanggung jawab pemerintah

dan fasilitas yang tersedia masih minim. Tarif masuk optimum Curug Cigamea

dilihat dari rata-rata WTP pengunjung terhadap harga tarif masuk. Distribusi

besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di

objek wisata Curug Cigamea tahun 2013

Besaran WTP (Rp) (a) Frekuensi (orang) (b) EWTP (Rp) (b/c) x a)

5 500 1 71

6 000 5 385

7 000 12 1 077

7 500 2 192

8 000 7 718

10 000 35 4 487

12 000 1 154

15 000 12 2 308

17 000 1 218

20 000 2 513

Total 78 (c) 10 122

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap

tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk Curug Cigamea hingga

Rp 10 122. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden

pengunjung bersedia membayar tarif masuk dua kali lebih mahal dari tarif

sebelumnya. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian alam dan meningkatkan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea.

Page 66: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

48

Penerapan tarif masuk optimum dapat digunakan untuk mengestimasi jumlah

pengunjung dan penerimaan pengelola dari tiket masuk. Data mengenai besarnya

jumlah pengunjung dan estimasi pendapatan pengelola setelah menggunakan tarif

optimum dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Penerimaan pengelola dengan tarif masuk sesuai WTP pengunjung di

objek wisata Curug Cigamea tahun 2013

Harga tiket (Rp)

(a)

Jumlah kunjungan per tahun (orang)

(b)

Penerimaan pengelola per tahun

(Rp) (c = a x b)

5 000 19 375 96 875 000

10 122 15 113 152 973 786

Sumber: Hasil olahan data primer 2013

Tabel 28 menunjukkan bahwa, dengan adanya peningkatan pada tarif masuk

optimum akan meningkatkan penerimaan pengelola menjadi Rp 152 973 786 dan

pengurangan jumlah kunjungan menjadi 15 113 kunjungan per tahun. Penerimaan

pengelola diperoleh dari pengalian tarif dengan jumlah kunjungan per tahun.

Jumlah kujungan per tahun diperoleh dari proporsi responden yang bersedia

membayar tarif pada harga tersebut (78%) dikalikan dengan rata-rata jumlah

kunjungan per tahun di objek wisata Curug Cigamea. Penerapan tarif masuk

optimum sesuai WTP pengunjung mengakibatkan jumlah kunjungan juga akan

mengalami penurunan sehingga ancaman kerusakan lingkungan akan berkurang.

Penerapan tarif masuk kunjungan dapat ditingkatkan sesuai WTP

pengunjung maksimum sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif masuk tersebut akan

memberi peningkatan penerimaan pada pengelola, sehingga diasumsikan dapat

digunakan untuk menambah dana bagi pelestarian lingkungan dan peningkatan

fasilitas di objek wisata Curug Cigamea. Selain itu, penerapan tarif masuk

tersebut juga dapat digunakan untuk mengontol jumlah kunjungan di objek wisata

Curug Cigamea.

Page 67: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

49

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1 Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam dan

fasilitas wisata di Curug Cigamea baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan

wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di

sisi lain pengunjung menilai tingkat kebersihan di Curug Cigamea masih

kurang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola karena jika tidak dikelola

dengan baik dikhawatirkan dapat merusak lingkungan dan mengganggu

keberlanjutan wisata.

2 Objek wisata Curug Cigamea memiliki nilai dan dampak ekonomi yang cukup

besar. Hal ini menunjukan keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS

memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu

dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari

kegiatan wisata Curug Cigamea.

3 Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung dapat digunakan

untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat menambah penerimaan

pengelola dari peningkatan tarif masuk tersebut. Peningkatan tarif masuk

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dana pelestarian sumber daya alam,

pengembangan fasilitas wisata alam, serta untuk menghindari over carrying

capacity di objek wisata Curug Cigamea.

7.2 Saran

1 Keberlanjutan wisata Curug Cigamea harus terus dipertahankan karena dapat

memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar. Wisata tersebut

dapat berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS

yang merupakan salah satu modal dari wisata alam Curug Cigamea. Salah satu

langkah kongkritnya adalah dengan mengajak pengunjung turut serta dalam

penjagaan sumber daya alam dan lingkungan di Curug Cigamea di TNGHS

seperti mengikuti program tanam pohon asuh di TNGHS.

Page 68: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

50

2 Pengelolaan objek wisata Curug Cigamea harus ada campur tangan dari pihak

TNGHS agar dalam pengembangan wisata tersebut tetap memperhatikan

aturan yang telah ditetapkan oleh pihak TNGHS. Hal tersebut dapat

direalisasikan dengan adanya pendampingan maupun sosialisasi dari pihak

TNGHS kepada masyarakat untuk tetap mengutamakan kelestarian sumber

daya alam dalam pengembangan wisata Curug Cigamea.

3 Pengelola diharapkan dapat meningkatkan fasilitas yang tersedia di objek

wisata Curug Cigamea terutama menambah jumlah tempat sampah dan papan

informasi yang berisi saran selama melakukan aktivitas wisata dan informasi

biodiversitas di TNGHS. Gangguan dari hewan liar, seperti monyet juga dapat

diminimalisir dengan adanya informasi untuk tidak terlihat membawa

bungkusan makanan di depan monyet.

4 Tarif masuk optimum di Curug Cigamea dapat diterapkan saat ini guna

meningkatkan dana konservasi dan perbaikan fasilitas penunjang wisata alam,

maupun jika sudah terjadi over carrying capacity guna mengontrol jumlah

pengunjung. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lanjutan tentang carrying

capacity untuk mengetahui seberapa besar kapasitas dari objek wisata Curug

Cigamea.

Page 69: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

51

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2013. „Data Kunjungan

Wisatawan Curug Cigamea 2009-2012‟. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Bogor.

Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Wisata alam. Yogyakarta (ID):

Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Gujarati DN. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.

Hakim AR, Sri S, dan Mangara T. 2011. Economic Valuation of Nature-Based

Tourism Object in Rawapening,Indonesia: An Application of Travel Cost

and Contingent Valuation Method. [Journal of Sustainable Development

VoI.4/No.2/April 2011].

Hanley N and Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environment. (UK):

Edward Elgar Publishing Limited.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta (ID): Grasindo.

Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor(ID): IPB

Press.

Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor(ID): IPB

Press.

Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam. [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[META] Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning

for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. Bristol (UK) : University

of The West of England.

Pitana G dan Diarta IKS. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta (ID): CV.

Andi Offset.

Prasetyo B dan Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan

Aplikasi). Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.

Prayoga E. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata

Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Resort Gunung Salak II. 2013. „Data Jumlah Pengunjung di GSE tahun 2011-

2012‟. Resort Gunung Salak II. Bogor.

Page 70: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

52

Stynes DJ and Sun Y. 2000. Estimating National Park Visitor Spending and

Economic Impacts. Department of Park Recreation and Tourism Resources.

Michigan State University.

Suparmo M, Kusmana M, dan Hartono T. 2008. Rencana Aksi Pengembangan

Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2026.

Penerjemah.

Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi.

Turner KD, Pearce, and Bateman. 1994. Environmental Economic: An

Elementary Introduction. Centre for Social and Economic Research on The

Global Environment University of East Angalia and University College

London.

Undang-undang. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destination. Elsevier, Burlington.

Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah. Frans Gomang. Jakarta

(ID): Pradinya Paramitha.

Widada, Sri M, dan Hiroshi K. 2003. Sekilas tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bogor (ID): Biodiversity Conservation

Project.

Wijayanti P, Novianti T, dan Hastuti. 2008. Analisis Ekonomi dan Strategi

Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus Kawasan Wisata Gunung Salak Endah

Kabupaten Bogor). [Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia VoI.13/No.3/2008 hal

173-181]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori Kebijaksanaan

Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo.

Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.

Jakarta (ID): Kompas.

Page 71: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

53

LAMPIRAN

Page 72: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

54

Lampiran 1 Hasil Model Regresi Frekuensi Kunjungan TNGHS dengan Biaya

Perjalanan, Pendapatan Total, Lama Pendidikan, Umur, Lama

Mengetahui Objek Wisata, Waktu yang Dihabiskan di Lokasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) -.759 1.244 -.610 .543

biaya total .322 .099 .344 3.264 .002 .712 1.404

pendapatan total -.066 .080 -.102 -.831 .408 .522 1.916

lama pendidikan -.497 .409 -.118 -1.215 .227 .834 1.199

Umur -.232 .201 -.125 -1.153 .252 .676 1.478

lama

mengetahui

objek wisata .305 .059 .513 5.155 .000 .801 1.249

waktu yang

dihabiskan di

lokasi wisata .262 .152 .161 1.724 .088 .913 1.095

a. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS

Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5

+ 0.262 lnX6

Lampiran 2 Uji Normalitas

Hipotesis uji:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Asymp. Sig. (2-tailed)= 0.202 > α 5% maka data residual menyebar normal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .44221023

Most Extreme Differences Absolute .124

Positive .124

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z 1.238

Asymp. Sig. (2-tailed) .093

a. Test distribution is Normal.

Page 73: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

55

Lampiran 3 Uji F

Hipotesis uji:

H0 : Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y

H1 : Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y

P value (0.000) < α 5% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi

berpengaruh nyata terhadap variabel Y

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.919 6 1.153 5.540 .000a

Residual 19.359 93 .208

Total 26.278 99

a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan

total, lama mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur

b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS

Lampiran 4 Uji Multikolerasi

Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai

VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF<10) Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.794 1.234 -.644 .521

Biaya Perjalanan .331 .098 .353 3.370 .001 .709 1.411

Pendapatan Total -.073 .079 -.113 -.921 .360 .520 1.924

Lama Penddikan -.484 .406 -.115 -1.192 .236 .834 1.199

Umur -.256 .201 -.137 -1.274 .206 .671 1.490

Lama Mengetahui

Objek Wisata .272 .051 .533 5.338 .000 .781 1.280

Waktu yang

dihabiskan di

Lokasi

.288 .152 .176 1.899 .061 .905 1.106

a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS

Page 74: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

56

Lampiran 5 Uji Autokorelasi

Nilai Durbin Watson hasil regresi (2.02) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi

pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .513a .263 .216 .45625 2.081

a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan total, lama

mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur

b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS

Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 7 Hasil Regresi Frekuensi ke TNGHS dengan Biaya Perjalanan

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.412 .192 7.345 .000

Biaya Perjalanan 3.740E-6 .000 .170 1.706 .091 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS

Y= 1.412 + 0.00000374 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .170a .029 .019 1.022 1.980

a. Predictors: (Constant), Biaya total

b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS

Page 75: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

57

Lampiran 8 Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir

Responden Jumlah Kunjungan

1 2 2 2 3 1 4 1 5 3 6 5 7 1 8 1 9 1 10 3 11 1 12 1 13 1 14 2 15 1 16 1 17 2 18 3 19 1 20 1 21 1 22 1 23 2 24 4 25 3 26 3 27 1 28 2 29 1 30 1 31 1 32 3 33 5 34 1 35 3 36 2 37 1 38 1 39 4 40 1 41 2 42 1 43 5 44 1 45 1 46 1 47 1 48 1 49 1 50 1

Responden Jumlah Kunjungan

51 1 52 1 53 3 54 1 55 1 56 3 57 1 58 3 59 3 60 1 61 2 62 1 63 2 64 1 65 3 66 3 67 1 68 3 69 1 70 1 71 1 72 3 73 1 74 2 75 1 76 1 77 1 78 3 79 1 80 3 81 2 82 1 83 2 84 1 85 1 86 1 87 1 88 2 89 1 90 1 91 3 92 2 93 1 94 1 95 1 96 1 97 1 98 1 99 1

100 1 Total 169

Page 76: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

58

Lampiran 9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah)

No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

1 21 428.57 14 285.71 14 285.71 0 0 5000 3357.14 0 1 428.57 59 785.71

2 7 500 10 000 15 000 0 0 5000 4000 0 1 500 43000

3 30 000 25 000 75 000 0 0 5000 4000 0 1 500 140 500

4 15 000 15 000 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 45 z500

5 30 000 0 50 000 0 0 5000 4000 0 1 500 90 500

6 15 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 75 500

7 10 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500

8 6 500 5 000 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 27 000

9 15 000 0 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 35 500

10 10 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500

11 10 000 12 000 10 000 0 0 5000 3700 0 2 000 42 700

12 15 000 6 000 0 0 0 5000 4000 0 1 500 31 500

13 30 000 0 25 000 0 0 5000 4000 20 000 1 500 85 500

14 15 000 14 000 20 000 0 0 5000 4000 0 1 500 59 500

15 20 000 15 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500

16 25 000 0 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 40 500

17 11 000 25 000 15 000 0 0 5000 4000 0 1 500 61 500

18 15 000 0 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 50 500

19 50 000 6 666.67 0 0 0 5000 0 0 0 61 666.67

20 100 000 3 750 1 250 0 0 5000 0 10 000 0 120 000

21 100 000 1 875 1 250 0 0 5000 0 10 000 0 118 125

22 100 000 1 250 500 0 0 5000 0 10 000 0 116 750

23 25 000 10 000 50 000 0 0 5000 4000 0 1 500 95 500

24 8 500 50 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 94 000

25 12 500 25 000 2 500 0 0 5000 4000 0 1 500 50 500

26 25 000 10 000 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 55 500

27 25 000 13 000 13 000 0 0 5000 4000 0 1 500 61 500

28 7 500 6 000 0 0 0 5000 4000 0 1 500 24 000

29 25 000 0 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 45 500

30 12 500 15 000 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 48 000

58

Page 77: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

59

No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

31 12 500 5 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000

32 15 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 35 500

33 20 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 10 000 1 500 90 500

34 25 000 0 15 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 50 500

35 25 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 60 500

36 25 000 37 500 25 000 0 0 5 000 4 000 20 000 1 500 118 000

37 25 000 20 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500

38 15 000 50 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 83 000

39 25 000 10 000 50 000 100 000 0 5 000 4 000 0 1 500 195 500

40 9 000 5 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 34 500

41 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000

42 17 500 7 500 30 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500

43 10 000 12 500 17 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 50 500

44 10 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 30 500

45 25 000 5 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500

46 17 500 39 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 92 000

47 15 000 25 000 6 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 57 000

48 20 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 80 500

49 10 000 0 6 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 26 500

50 10 000 2 500 6 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 29 000

51 20 000 12 500 8 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 51 000

52 25 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 85 500

53 25 000 37 500 0 0 0 5 000 3 250 0 1 250 72 000

54 8 000 6 000 8 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 32 700

55 10 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 10 000 1 500 55 500

56 15 000 12 500 10 000 250 000 0 5 000 4 000 0 1 500 298 000

57 30 000 4 000 10 000 0 100 000 5 000 3 700 60 000 2 000 214 700

58 3 250 10 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 31 250

59 12 000 8 000 0 0 0 5 000 3 700 0 2 000 30 700

60 7 500 10 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000

61 14 000 2 000 12 000 0 0 5 000 3 700 50 000 2 000 88 700

62 10 000 4 000 10 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 34 700

58

59

Page 78: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

60

No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

63 100 000 500 550 0 0 5 000 0 0 0 106 050

64 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000

65 35 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 95 500

66 20 000 15 000 50 000 0 0 5 000 4 000 50 000 1 500 145 500

67 15 000 7 500 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 40 500

68 10 000 25 000 50 000 0 0 5 000 4 000 50 000 1 500 145 500

69 25 000 100 000 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 185 500

70 15 000 5 000 6 250 0 0 5 000 3 250 0 1 250 35 750

71 30 000 10 000 4 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 54 700

72 12 500 50 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 73 000

73 12 500 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 73 000

74 100 000 20 000 10 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 140 700

75 13 000 0 150 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 173 500

76 33 333.33 16 666.67 16 666.67 0 0 5 000 3 500 0 1 666.67 76 833.33

77 7 500 25 000 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 93 000

78 30 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 90 500

79 20 000 0 75 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 105 500

80 15 000 60 000 20 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 105 500

81 15 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 2 000 76 000

82 15 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 2 000 76 000

83 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 29 000

84 15 000 5 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 2 500 39 000

85 10 000 5 000 5 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 30 500

86 7 500 0 25 000 0 5 000 5 000 4 000 0 2 500 49 000

87 25 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500

88 20 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 41 500

89 20 000 25 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500

90 7 500 35 000 5 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 59 000

91 17 500 0 20 000 0 20 000 5 000 4 000 0 2 500 69 000

92 30 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 91 500

93 50 000 0 75 000 0 50 000 5 000 4 000 0 2 500 186 500

94 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 29 000

60

Page 79: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

61

No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total

95 100 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 10 000 2 500 156 500

96 50 000 10 000 0 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500

97 25 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 46 500

98 25 000 0 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 51 500

99 10 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 56 500

100 20 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 56 500

Total 2 290 011.90 1 328 994.05 1 934 252.38 350 000.00 175 000.00 500 000 374 957.14 310 000 164 095.24 7 427 310.71

Rata-rata 22 900.12 13 289.94 19 342.52 3 500.00 1 750.00 5 000 3 749.57 3 100 1 640.95 74 273.11

Proporsi 30.83 17.89 26.04 4.71 2.36 6.73 5.05 4.17 2.21 100.00

Keterangan :

1A : Biaya transportasi

1B : Biaya konsumsi dari rumah

1C : Biaya konsumsi di kawasan

1D : Biaya penginapan

1E : Biaya pembelian souvenir

1F : Biaya tiket masuk Cigamea

1G : Biaya tiket masuk GSE

1H : Biaya dokumentasi

1I : Biaya parkir

61

Page 80: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

62

Lampiran 10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah)

Keterangan Res I

(a)

C1

(b)

C2

(c)

C3

(d)

C4

(e)

C5

(f)

C6

(g)

Total pengeluaran (j)

(j=b+c+d+e+f+g)

Pendapatan (k)

(k=a-j)

Kios Makanan

1 3 400 000 0 1 060 000 0 0 0 0 1 060 000 2 340 000

2 3 400 000 0 1 480 000 0 0 0 0 1 480 000 1 920 000

3 4 400 000 0 1 480 000 0 20 000 0 0 1 500 000 2 900 000

4 2 600 000 0 560 000 0 0 0 0 560 000 2 040 000

5 3 400 000 0 1 080 000 0 60 000 0 0 1 140 000 2 260 000

6 4 400 000 0 1 280 000 0 50 000 0 0 1 330 000 3 070 000

7 2 400 000 0 1 060 000 0 100 000 0 0 1 160 000 1 240 000

8 2 000 000 0 1 040 000 0 50 000 0 0 1 090 000 910 000

9 2 400 000 0 400 000 0 0 0 0 400 000 2 000 000

10 3 000 000 0 1 040 000 0 30 000 150 000 0 1 220 000 1 780 000

11 3 400 000 0 1 240 000 0 10 000 150 000 0 1 400 000 2 000 000

12 3 200 000 0 1 200 000 0 0 20 000 0 1 220 000 1 980 000

13 2 400 000 0 840 000 0 10 000 70 000 0 920 000 1 480 000

14 3 400 000 0 1 280 000 0 25 000 70 000 0 1 375 000 2 025 000

15 1 800 000 0 580 000 0 30 000 0 0 610 000 1 190 000

16 1 400 000 0 560 000 0 30 000 0 0 590 000 810 000

17 1 400 000 0 520 000 0 50 000 0 0 570 000 830 000

18 2 400 000 0 1 020 000 0 0 0 0 1 020 000 1 380 000

19 1 400 000 0 440 000 0 0 0 0 440 000 960 000

20 2 000 000 0 420 000 0 0 150 000 0 570 000 1 430 000

21 1 600 000 0 580 000 0 80 000 0 0 660 000 940 000

22 1 800 000 0 680 000 0 50 000 0 0 730 000 1 070 000

23 1 800 000 0 440 000 0 80 000 0 0 520 000 1 280 000

24 5 000 000 0 1 600 000 0 80 000 240 000 0 1 920 000 3 080 000

Jumlah 24 64 400 000 0 21 880 000 0 755 000 850 000 0 23 485 000 40 915 000

Rata-rata 2 683 333 0 911 667 0 31 458 35 417 0 978 541.6667 1 704 792

Foto keliling

25

26

27

4 600 000

3 600 000

2 600 000

0

0

0

1 000 000

1 000 000

1 000 000

0

0

0

0

0

0

240 000

240 000

240 000

0

0

0

1 240 000

1 240 000

1 240 000

3 360 000

2 360 000

1 560 000

62

Page 81: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

63

Keterangan Res I

(a)

C1

(b)

C2

©

C3

(d)

C4

(e)

C5

(f)

C6

(g)

Total pengeluaran (j)

(j=b+c+d+e+f+g+h+i)

Pendapatan (k)

(k=a-j)

Jumlah 3 11 000 000 0 3 000 000 0 0 720 000 0 3 720 000 7 280 000

Rata-rata 3 666 667 0 1 000 000 0 0 240 000 0 1 240 000 2 426 667

Toilet 28

29

1 400 000

3 600 000

0

320000

0

0

30 000

50 000

0

0

0

0

0

0

30 000

370 000

1 370 000

3 230 000

Jumlah 2 5 000 000 320000 0 80 000 0 0 0 400 000 4 600 000

Rata-rata 2 500 000 160000 0 40 000 0 0 0 200 000 2 300 000

Cenderamata

30

31

32

280 000

340 000

240000

0

0

0

300 000

1 000 000

1 500 000

0

0

0

0

100 000

0

72 000

100 000

0

0

0

0

372 000

1 200 000

1 500 000

2 428 000

2 200 000

900 000

Jumlah 3 8 600 000 0 2 800 000 0 100 000 172 000 0 3 072 000 5 528 000

Rata-rata 3 100 000 0 933 333 0 33 333 57 333 0 1 024 000 2076 000

Warung dan toilet 33 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000

Jumlah 1 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000

Rata-rata 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000

Fish spa 34 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000

Jumlah 1 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000

Rata-rata 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000

Gorengan cireng 35 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000

Jumlah 1 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000

Rata-rata 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000

Keterangan:

I : Penerimaan

C1 : Upah karyawan

C2 : Pembelian Bahan baku

C3 : Pemeliharaan alat

C4 : Listrik

C5 : Transportasi lokal

C6 : Pajak

63

Page 82: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

64

Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah)

Pekerjaan Pendapatan Perbulan Rata-rata Pendapatan

Safety Guard 1 500 000

Safety Guard 1 500 000 1 500 000

Penjaga Tiket 1 500 000

Penjaga Tiket 1 500 000

Penjaga Tiket 1 000 000

Penjaga Tiket 800 000

Penjaga Tiket 1 200 000 1 200 000

Parkir 1 100 000

Parkir 800 000 950 000

Unit Usaha Cireng 500 000 500 000

Unit Usaha FISH SPA 800 000 800 000

Unit Usaha Toilet 320 000 320 000

Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja

Tenaga Kerja

Biaya

Pangan/Bulan

(a)

Biaya

Transportasi/B

ulan (b)

Biaya Sekolah

Anak/Bulan (c) Total

Safety Guard 300 000 0 0 300 000

Safety Guard 1 500 000 150 000 1 200 000 2 850 000

Rata-rata 900 000 75 000 600 000 1 575 000

Proporsi 0.5714 0.0476 0.3810 1

Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 450 000 2 055 000

Penjaga Tiket 300 000 75 000 150 000 525 000

Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 450 000 2 055 000

Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 900 000 2 505 000

Penjaga Tiket 900 000 0 1 050 000 1 950 000

Rata-rata 1 140 000 78 000 600 000 1 818 000

Proporsi 0.6271 0.0429 0.3 300 1

Parkir 600 000 105 000 750 000 1 455 000

Parkir 900 000 0 600 000 1 500 000

Rata-rata 750 000 52 500 675 000 1 477 500

Proporsi 0.5076 0.0355 0.4 569 1

Toilet 300 000 0 150 000 450 000

Rata-rata 300 000 0 150 000 450 000

Proporsi 0.6667 0 0.3333 1

Unit Usaha Fish Spa 750 000 450 000 150 000 1 350 000

Rata-rata 750 000 450 000 150 000 1 350 000

Proporsi 0.5556 0.3333 0.1111 1

Unit Usaha Cireng 300 000 80 000 150 000 530 000

Rata-rata 300 000 80 000 150 000 530 000

Proporsi 0.5660 0.1509 0.2830 1

Keterangan :

a :Biaya pangan/bulan

b : Biaya transportasi/bulan

c : Biaya sekolah anak/bulan

Page 83: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

65

Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda

E = Rp 55 449 410

D = Rp 92 337 095

N = Rp 44 052 170

U = Rp 24 797 000

Keynesian Income Multiplier =

= 2.9

Ratio Income Multiplier Tipe I =

= 1.5

Ratio Income Multiplier Tipe II =

= 1.7

Page 84: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

66

Lampiran 14

Gambar air terjun yang pertama

dijumpai dari gerbang utama

Lampiran

Gambar air terjun yang kedua

dijumpai dari gerbang utama

Tangga menuju Curug Cigamea Kondisi hutan di sekitar lokasi wisata

Page 85: ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL CURUG CIGAMEA GUNUNG HALIMUN SALAK DI KAWASAN TAMAN … · Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang

67

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Poncowarno, Lampung Tengah

pada tanggal 29 Juli 1991 dari Ayah Elyas Sinaga dan

Ibu Maria Turnip. Penulis adalah putra kelima dari enam

bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) Kalirejo dan pada tahun

2009 penulis diterima melalui Undangan Seleksi Masuk

IPB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan keaagamaan

dan kemahasiswaan yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada tahun 2009-

2012, serta anggota dari Himpunan Profesi REESA, Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan. Penulis juga pernah meraih penghargaan dalam

kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara I Tim Voli Putra Greenstation ESL tahun

2012. Penulis ikut aktif dalam kegiatan kepanitiaan REESA.