estimasi nilai dan dampak ekonomi wisata alam kawasan taman nasional curug cigamea gunung halimun...
TRANSCRIPT
6
2
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM
CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN SALAK
FERNANDO SINAGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM
CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN SALAK
6
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai dan
Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan merupakan bagian dari penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN
dengan judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif
Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Fernando Sinaga
NIM H4409060
xii
ABSTRAK
FERNANDO SINAGA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam
Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing
oleh METI EKAYANI dan NUVA.
Kawasan wisata Curug Cigamea yang masuk ke dalam perluasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu objek wisata yang ramai
dikunjungi oleh wisatawan. Keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS dapat
memberi dampak positif berupa lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi
masyarakat lokal. Dampak positif dapat terus dirasakan oleh masyarakat lokal jika
kelestarian sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga. Oleh karena itu,
masyarakat diharapkan mau turut menjaga kelestarian sumber daya alam sebagai
penunjang keberadaan wisata Curug Cigamea. Estimasi mengenai nilai dan
dampak ekonomi wisata Curug Cigamea diperlukan untuk mengetahui seberapa
besar dampak keberadaan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal.
Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Individual Travel Cost Method,
diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Dampak
ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata diukur dengan nilai efek
pengganda (multiplier effect) dan diperoleh nilai keynesian income multiplier
sebesar 2.9, ratio Income multiplier tipe 1 sebesar 1.5, dan ratio income multiplier
tipe 2 sebesar 1.7. Hasil tersebut menunjukan bahwa wisata Curug Cigamea
memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal. Selain dapat memberi
dampak positif, keberadaan wisata Curug Cigamea juga dapat memberi dampak
negatif, seperti adanya ancaman kerusakan sumber daya alam dan lingkungan
akibat besarnya jumlah pengunjung. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengontrol jumlah kunjungan tersebut adalah penerapan tarif masuk optimum.
Tarif masuk optimum Curug Cigamea diestimasi dari Willingnes to Pay
responden pengunjung jika pengelola meningkatkan tarif masuk di objek wisata
Curug Cigamea untuk biaya pelestarian sumber daya alam dan pengembangan
objek wisata. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai rataan WTP pengunjung
terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif
masuk sesuai WTP pengunjung tersebut dapat mengurangi jumlah kunjungan,
namun disisi lain dapat meningkatkan penerimaan pengelola yang dapat
dialokasikan sebagai dana konservasi.
Kata kunci : Multiplier effect, TNGHS, Individual Travel Cost Method, Wisata
Alam, Willingnes to Pay
xiii
ABSTRACT
FERNANDO SINAGA. Estimating Value and Economic Impact of Cigamea
Waterfall Natural Tourism at Halimun Salak National Park. Supervised by METI
EKAYANI and NUVA
Cigamea waterfall tourism area is currently included to the expansions of
Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) is famous among who come to
TNGHS. Cigamea Waterfall at TNGHS can give a positive impact such as
opportunity job and income for the local society. The local society can get positive
impact if the preservation of natural resources in TNGHS can be maintained due
to the important of natural resources to support natural tourism activities.
Therefore the local society expected to support the natural resources
sustainability for the existence of Cigamea Waterfall. The value and economic
impact of Cigamea Waterfall need to be estimated to know how much the
economic impact to the local society. Based on the estimation using individual
travel cost method showed that the economic value of Cigamea Waterfall was Rp
3 886 099 200. The Economic impact generated from tourism activities measured
by multiplier effect and the value of multiplier effect was 2.9 for the keynesian
income multiplier, 1.5 for ratio income multiplier type 1, and 1.7 for ratio income
multiplier type 2. The result showed that Cigamea Waterfall has an important
part to the economic impact of local society. On the other hand, the existence of
Cigamea waterfall not only can give positive impact but also can give negative
impact such as threaten damage to natural resources and the environment from
the large number of visitors. One of the tools that can be used to control the
number of visitors is the application of the optimum entrance fee. The optimum
entrance fee in Cigamea Waterfall estimated by using willingnes to pay of
visitors. If the managers increasing the entrance fee in Cigamea Waterfall for the
conservation fund of natural resource and developing tourism area. Based on the
calculation, the average values of visitor’s WTP for the entrance fee in Cigamea
Waterfall was Rp 10 122. The entrace tariff that adapted from visitor’s WTP can
decrease visitor’s number, but in another part can increase Manager’s income
which can be allocated for conservation cost.
Keywords : Multiplier Effect, Natural Tourism, TNGHS, Travel Cost Method,
WTP
6
2
FERNANDO SINAGA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM
CURUG CIGAMEA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN SALAK
6
2
Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Wisata Alam
Curug Cigamea di Kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak
Nama : Fernando Sinaga
NIM : H44090060
Disetujui oleh
Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc
Pembimbing I
Nuva, S.P, M.Sc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6
2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Estimasi Nilai
dan Dampak Ekonomi Wisata Alam Curug Cigamea di Kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan kepada:
1 Kedua orang tua tercinta yaitu Ayah Elyas Sinaga dan Ibu Maria
Turnip, serta saudara-saudara saya tersayang Yohanes, Jonser,
Merika, Ferdinan, dan Mawar, yang selalu memberikan motivasi.
2 Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3 Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama,
yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang
skripsi.
4 Ibu Asti Isiqomah, SP, Msi sebagai dosen penguji wakil
departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada
ujian sidang skripsi.
5 Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaadmaja sebagai dosen
pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan
selama penulis menjalani kuliah.
6 Kantor Disbudpar Kabupaten Bogor, Balai TNGHS, Kepala
RT/RW, dan masyarakat Gunung Sari yang telah banyak
memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.
7 Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta
staf atas semua dukungan dan bantuan.
8 Keluarga Komisi Kesenian IPB; Fredy, Yoshi, Yeni, Nesvi,
Julian, Sule, Kak Vera, dan semua keluarga komkes yang telah
memberi doa dan bantuannya.
xii
9 Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Rifki, Iin, Rere, Pipit dan Isti
yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi.
10 Sahabat terbaik; Angga, Febri, Yasmin, Nita, Abe, Dear, Gugat,
Romil, Charra, Adinna, Reyna dan seluruh keluarga ESL 46.
Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan
berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.
Bogor, Februari 2014
Fernando Sinaga
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 5 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 Pariwisata .......................................................................................... 6
2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam ............................................................. 7
2.3 Dampak Ekonomi Wisata ................................................................. 8
2.4 Willingness to Pay (WTP) ................................................................ 9
2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 12
IV METODE PENELITIAN........................................................................ 15
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 15
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 15
4.3 Metode Pengambilan Contoh ......................................................... 15
4.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 16
4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea ... 17
4.4.2 Valuasi Ekonomi Wisata..................................................... 17
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug
Cigamea.............................................................................. 23
4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug
Cigamea.............................................................................. 24
V GAMBARAN UMUM ............................................................................. 26
5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea .................................. 26
5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea .................. 27
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden
Pengunjung ......................................................................... 27
5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam
Berwisata ............................................................................ 28
5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea .......... 29
5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug
Cigamea ......................................................................................... 30
VI HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 32
6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug
Cigamea ......................................................................................... 32
xiv
6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek
Wisata Curug Cigamea ....................................................... 32
6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata
Curug Cigamea ................................................................... 33
6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap
Pengembangan Wisata Curug Cigamea ............................. 34
6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Wisata Curug Cigamea .................................................................. 35
6.2.1 Fungsi Permintaan dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Wisata ............................................. 35
6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea ................... 38
6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea ..................... 39
6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung .............................................. 40
6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung .................................... 42
6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ................................................ 44
6.3.4 Nilai Efek Pengganda ......................................................... 45
6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea ........................... 46
VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 49
7.1 Simpulan .......................................................................................... 49
7.2 Saran ................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51
LAMPIRAN ................................................................................................. 53
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012 ............ 2
2 Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 2011-
2012 ................................................................................................. 2
3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan
wisata ............................................................................................. 11
4 Matriks metode analisis data .......................................................... 17
5 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi
alam dan kebersihan di wisata Curug Cigamea ............................. 17
6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas
dan aksesbilitas di wisata Curug Cigamea ..................................... 18
7 Estimasi penerimaan pengelola dari harga tiket ............................ 25
8 Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea
berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013.......... 28
9 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek
wisata Curug Cigamea ................................................................... 29
10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun
2013................................................................................................ 30
11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea
tahun 2013 ...................................................................................... 31
12 Persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di
objek wisata Curug Cigamea ......................................................... 32
13 Persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesbilitas di objek
wisata Curug Cigamea .................................................................. 33
14 Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug
Cigamea ......................................................................................... 34
15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea ................ 35
16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea ................................... 38
17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di
objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ...................................... 39
xvi
18 Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha per bulan di objek
wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 41
19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea
pada tahun 2013 ............................................................................. 41
20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug
Cigamea tahun 2013 ....................................................................... 42
21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea
tahun 2013 ...................................................................................... 43
22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea
tahun 2013 ...................................................................................... 43
23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja lokal per
bulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 ......................... 44
24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun
2013 ................................................................................................ 45
25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek
wisata Curug Cigamea tahun 2013 .................................... ............45
26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek
wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 47
27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum
masuk di objek wisata Curug Cigamea .......................................... 47
28 Penerimaan pengelola dengan tarif optimum masuk di objek
wisata Curug Cigamea tahun 2013 ................................................ 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian .................................................... 14
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Hasil model regresi frekuensi kunjungan dengan biaya
perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, umur, lama
mengetahui objek wisata, waktu yang dihabiskan di lokasi .......... 54
2 Uji normalitas................................................................................. 54
3 Uji F ............................................................................................... 55
4 Uji multikolinearitas ...................................................................... 55
5 Uji autokorelasi .............................................................................. 56
6 Uji heteroskedastisitas................................................................... 56
7 Hasil regresi frekuensi ke TNGHS dengan biaya perjalanan ........ 56
8 Jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahu terakhir ........ 57
9 Rata-rata pengeluaran pengunjung per individu ............................ 58
10 Rata-rata pengeluaran unit usaha ................................................... 62
11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal per bulan ........................ 64
12 Pengeluaran tenaga kerja lokal ...................................................... 64
13 Perhitungan efek pengganda .......................................................... 65
14 Lampiran gambar ........................................................................... 66
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, baik
keragaman satwa maupun tumbuhan. Kekayaan sumber daya alam tersebut perlu
dijaga dan dilestarikan, dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan menetapkan kawasan konservasi sebagai taman nasional. Berdasarkan UU
No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang
terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lainnya
menurut keperluan. Zona pemanfaatan merupakan zona di taman nasional yang
dapat difungsikan sebagai kawasan wisata, seperti yang terdapat di Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Keindahan panorama alam serta kekayaan flora dan fauna di TNGHS
merupakan modal penting dalam pengembangan wisata alam. Keberadaan wisata
alam di TNGHS dapat memberi dampak positif bagi masyarakat lokal, seperti
adanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Dampak positif tersebut
diharapkan dapat membuat masyarakat turut serta menjaga kelestarian alam
sebagai penunjang keberadaan wisata alam. Hal ini dikarenakan, dampak positif
tersebut akan terus dapat dirasakan masyarakat apabila wisata alam di TNGHS
berjalan secara berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam.
Pengembangan wisata alam didukung dalam “Rencana Pengelolaan TNGHS
tahun 2008 sampai dengan 2026” yang mengarahkan salah satu sasaran dan
keluaran yang harus didorong adalah berkembangnya wisata alam yang memberi
manfaat bagi konservasi alam dan masyarakat lokal (Suparmo et al 2008).
Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak di tiga kabupaten yaitu
Sukabumi, Lebak, dan Bogor. Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu
lokasi dari TNGHS di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi sumber daya alam
untuk kegiatan wisata alam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa rata-rata
jumlah kunjungan pada dua tahun terakhir cukup besar, yaitu mencapai 28 650
kunjungan per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah kunjungan yang
2
masuk melalui gerbang utama GSE. Besarnya jumlah kunjungan tersebut,
dikhawatirkan dapat menjadi ancaman kerusakan bagi sumber daya alam dan
lingkungan, sehingga perlu adanya dan pengelolaan yang tepat pada wisata alam
di GSE agar sumber daya alam di TNGHS tetap terjaga.
Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata di GSE tahun 2011-2012
No Bulan Jumlah Pengunjung (orang/tahun)
2011 2012
1 Januari 3 950 4 000
2 Februari 1 200 1 100
3 Maret 2 000 1 500
4 April 2 150 1 500
5 Mei 2 000 2 000
6 Juni 2 300 2 000
7 Juli 2 350 2 500
8 Agustus 1 200 6 000
9 September 6 500 1 500
10 Oktober 2 000 2 000
11 November 2 150 1 850
12 Desember 2 000 1 550
Total 29 800 27 500
Rata- rata per tahun 28 650
Sumber : Resort Gunung Salak II 2013
Gunung Salak Endah (GSE) memiliki beberapa jenis wisata yaitu camping
ground, kawah, curug (air terjun), dan pemandian air panas. Objek-objek wisata
tersebut dikelola oleh dua pihak yaitu pengelola GSE dan Disbudpar Kabupaten
Bogor. Beberapa objek wisata yang dikelola oleh Disbudpar Kabupaten Bogor
sampai tahun 2012 adalah Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Seribu, dan
Pemandian Air Panas. Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor (2013),
objek wisata yang paling banyak dikunjungi per tahun dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 di GSE adalah Curug Cigamea. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2
yang menunjukkan rata-rata jumlah pengunjung di Curug Cigamea dari tahun
2009 sampai dengan 2012 sebanyak 19 375 pengunjung per tahun.
Tabel 2 Jumlah pengunjung per lokasi objek wisata di GSE tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah pengunjung (orang)
Curug Ngumpet Curug Cigamea Curug Seribu Pemandian Air
Panas
2009 8 910 19 446 9 409 16 670
2010 8 910 19 446 9 409 16 670
2011 9 801 21 407 10 369 18 373
2012 5 200 17 200 0 17 600
Rata-rata pertahun 8 206 19 375 7 297 17 329
Sumber : Disbudpar Kabupaten Bogor 2013
3
Jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea yang besar secara tidak
langsung memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang
paling dirasakan adalah adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang
membuka unit usaha di sekitar lokasi, sedangkan dampak negatif yang muncul
adalah ancaman kerusakan sumber daya alam di TNGHS. Menurut Liu dalam
Pitana dan Diarta (2009), carrying capacity pada pengembangan kawasan wisata
merupakan kemampuan suatu kawasan wisata untuk menampung pengunjung dan
kegiatan wisata. Pemanfaatan kawasan yang melebihi daya dukung fisiknya dapat
menyebabkan degradasi sumber daya alam. Penelitian tentang nilai, dampak
ekonomi, serta tarif masuk optimum lokasi wisata Curug Cigamea penting
dilakukan untuk memberi pertimbangan bagi stakeholder dalam mengambil
kebijakan pengelolaan wisata yang tetap menjaga kelestarian sumber daya alam di
TNGHS.
1.2 Perumusan Masalah
Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang memiliki
beragam daya tarik yang ditawarkan bagi pengunjung. Keindahan air terjun,
vegetasi alam, dan udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang
terdapat di lokasi wisata. Objek wisata ini merupakan salah satu alternatif wisata
alam di Bogor bagi pengunjung yang senang menikmati pemandangan alam,
selain kawasan puncak.
Objek wisata Curug Cigamea merupakan objek wisata yang memiliki rata-
rata kunjungan terbesar di GSE (Tabel 2). Jumlah kunjungan tersebut mengalami
fluktuasi dalam empat tahun terakhir (2009-2012). Pada tahun 2011, jumlah
pengunjung meningkat dalam jumlah yang besar dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini salah satunya dikarenakan terdapat program visit to Bogor pada tahun
2011, sehingga banyak pengunjung yang datang ke objek-objek wisata di Bogor
termasuk ke Curug Cigamea (Disbudpar Kabupaten Bogor 2013).
Lokasi wisata Curug Cigamea yang sering dikunjungi oleh pengunjung
memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar. Nilai ekonomi perlu diketahui
untuk melihat seberapa penting keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS,
dikarenakan nilai ekonomi tersebut menunjukkan nilai jasa sumber daya alam dan
4
lingkungan Curug Cigamea yang berfungsi sebagai wisata alam. Selain itu,
jumlah pengunjung yang cukup besar juga secara tidak langsung dapat
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Jumlah pengunjung yang
besar dapat membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka unit usaha
di lokasi wisata. Masyarakat lokal di sekitar lokasi wisata akan terus mendapatkan
pendapatan dari unit usahanya apabila wisata alam di TNGHS dapat
berkelanjutan. Keberlanjutan wisata alam tergantung kelestarian sumber daya
alam. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang
terlibat dalam pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian
sumber daya alam di TNGHS. Perhitungan dampak ekonomi objek wisata Curug
Cigamea perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran
pengunjung selama berwisata terhadap perekonomian lokal.
Jumlah pengunjung yang cukup besar di objek wisata Curug Cigamea
dikhawatirkan berpotensi menimbulkan over carrying capacity dalam jangka
waktu panjang. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya
alam yang terdapat di TNGHS. Oleh karena itu, tarif masuk optimum perlu
diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat
berkontribusi untuk dana konservasi (Vanhove 2005). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui nilai dan dampak ekonomi dari wisata Curug Cigamea, dimana
hasilnya dapat membantu para stakeholder untuk mengambil keputusan dalam
pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS. Berdasarkan pemaparan
di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1 Bagaimana persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug Cigamea?
2 Berapa estimasi nilai dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata
Curug Cigamea?
3 Berapa tarif masuk optimum kawasan wisata Curug Cigamea?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa wisata Curug
Cigamea memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal dan dapat
mendukung konservasi di TNGHS. Adapun, tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5
1 Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata Curug
Cigamea.
2 Mengestimasi besarnya nilai dan dampak ekonomi kawasan wisata Curug
Cigamea.
3 Mengestimasi besarnya tarif masuk optimum kawasan wisata Curug
Cigamea.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang berlokasi di Desa Gunung
Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dampak ekonomi
terhadap unit usaha dan tenaga kerja yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran
pengunjung. Unit usaha dan tenaga kerja yang menjadi responden merupakan unit
usaha dan tenaga kerja yang bekerja di objek wisata Curug Cigamea. Kebocoran
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengeluaran dari responden yang
dilakukan di luar Kecamatan Pamijahan. Penelitian ini hanya mengestimasi nilai
ekonomi, dampak ekonomi, dan tarif masuk optimum tanpa mengukur carrying
capacity di objek wisata Curug Cigamea. Kekhawatiran terjadinya over carrying
capacity merupakan dasar perlunya dikaji tarif masuk optimum yang nantinya
dapat digunakan sebagai alat kontrol jumlah pengunjung. Selain itu, penerapan
tarif masuk optimum juga dapat mengoptimalkan penerimaan pengelola dari tarif
masuk kawasan wisata. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan
tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif
masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan
fasilitas wisata.
6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Suwantoro (2004) pada hakikatnya berpariwisata merupakan suatu
proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar
tempat tinggalnya. Pariwisata juga merupakan salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor
produktif lainnya (Wahab 1992).
Menurut Fandeli (2000), konsep wisata berdasarkan pemanfaatannya dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian, antara lain:
1 Wisata alam (natural tourism) merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
Kriteria suatu wilayah dalam penunjukan dan penetapan sebagai kawasan
wisata alam, yaitu:
a Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem
gejala alam.
b Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi, potensi,
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
c Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
2 Wisata budaya (cultural tourism) merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan.
3 Ekowisata (ecotourism, green tourism, atau alternative tourism) merupakan
wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumber daya alam atau lingkungan dan industri
kepariwisataan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka Curug Cigamea dapat dikategorikan
sebagai wisata alam. Keberadaan Curug Cigamea sebagai wisata alam di TNGHS
diperbolehkan sesuai UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyatakan kegiatan yang diperbolehkan di
kawasan taman nasional mencakup: penelitian, pendidikan, menunjang budi daya,
7
budaya, dan wisata alam. Pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS
diharapkan mampu mewujudkan kegiatan wisata alam yang dapat
mempertahankan kelestarian ekosistem hutan TNGHS dan memberi manfaat
ekonomi bagi masyarakat. Hal ini juga perlu dilakukan melihat fungsi TNGHS
sebagai salah satu kawasan konservasi in situ, artinya daerah konservasi jenis
flora dan fauna yang dilakukan di habitat alaminya (Widada et al 2003).
2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam
Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum
seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan
jasa yang diinginkan. Hal ini sulit jika diterapkan pada barang dan jasa yang
dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak memiliki harga pasar
seperti wisata alam. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi
bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang
dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi 2010).
Valuasi nilai ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai dari
keberadaan sebuah wisata alam yang terkadang dinilai under value. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu kawasan
wisata adalah Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010) TCM
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai ekonomi sumber daya
alam secara tidak langsung. Metode ini pada umumnya digunakan untuk
menganalisis atau mengkaji biaya yang digunakan oleh setiap inidvidu pada saat
melakukan kegiatan rekreasi di suatu daerah wisata dan mengkaji nilai yang
diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Metode ini
digunakan untuk menghitung seberapa besar nilai ekonomi dari wisata Curug
Cigamea yang berada di kawasan TNGHS.
Tujuan dasar dari TCM adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value)
dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa
dari sumber daya alam digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga
dari sumber daya alam tersebut. Asumsi dasar dari TCM adalah bahwa utilitas
dari setiap konsumen terhadap aktifitas misalnya rekreasi bersifat dapat
dipisahkan (Fauzi 2010).
8
Menurut Turner et al. (1994), metode biaya perjalanan memiliki dua teknik
pendekatan, yaitu:
1 Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal
pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk
mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang.
2 Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat
kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang
dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur
frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut.
Pada prinsipnya pendekatan individual sama dengan pendekatan zonal,
namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang
diperoleh melalui survey. Oleh karena itu, metode biaya perjalanan untuk
menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan individual lebih
sering digunakan.
2.3 Dampak Ekonomi Wisata
Pariwisata merupakan kegiatan wisatawan yang secara langsung melibatkan
masyarakat sehingga memberi dampak bagi masyarakat setempat (Ismayanti
2010). Salah satu dampak yang yang dihasilkan dari adanya kegiatan wisata
adalah dampak ekonomi. Belanja pengunjung di daerah wisata akan
meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiflier effect) (Suwantoro
2004). Manfaat ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar Curug Cigamea dari
keberadaan objek wisata tersebut.
Menurut Stynes and Sun (2000), dampak ekonomi adanya wisata terhadap
suatu wilayah terdiri dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak
langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak langsung
lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan
ikutan disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer adalah perubahan
jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan pada usaha akibat
pembelanjaan pengunjung. Terdapat dua jenis dampak sekunder, yaitu dampak
tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan
9
jumlah pengeluaran unit usaha dan upah tenaga kerja di sekitar lokasi wisata.
Dampak lanjutan adalah sejumlah pengeluaran dari beberapa tenaga kerja yang
terlibat kegiatan wisata.
Pengeluaran wisatawan dapat memberikan dampak positif terhadap
perekonomian lokal, namun terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak
berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran. Pada
dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan
perekonomian daerah tujuan wisata sehingga uang tersebut tidak memberi
pengaruh terhadap perekonomian daerah wisata yang dikunjungi wisatawan
(Yoeti 2008).
2.4 Tarif Masuk Optimum
Tarif masuk kawasan wisata alam merupakan penerimaan yang diterima
pengelola dari adanya kegiatan wisata. Peneriman tersebut dapat digunakan untuk
memperbaiki/mengembangkan fasilitas wisata dan menjaga kelestarian sumber
daya alam yang terdapat pada wisata alam. Besarnya penerimaan dari tarif masuk
tersebut dapat dioptimalkan dengan penerapan tarif masuk optimum. Tarif masuk
optimum dalam penelitan ini, merupakan tarif masuk sesuai rataan kemauan
pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana
pelestarian sumber daya alam dan pengembangan fasilitas wisata. Selain itu, tarif
masuk optimum juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengontrol
besarnya jumlah kunjungan di objek wisata. Tarif masuk optimum dapat
diestimasi dengan pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap
tarif masuk kawasan wisata.
Willingness to Pay (WTP) merupakan keinginan membayar maksimum
pengunjung untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Willingness To
Pay (WTP) juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar
untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2010). Metode
ini merupakan metode untuk menanyakan langsung pada pengunjung mengenai
nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap barang dan jasa yang tidak
memiliki harga pasar seperti sumber daya alam.
10
Metode WTP biasanya dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada
responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai
kompensasi untuk tetap memelihara sumber daya alam tersebut (Yakin 1997).
Metode WTP digunakan sebagai dasar dalam penetapan tarif masuk optimum
wisata karena besarnya tarif masuk yang sebenarnya bersedia dibayarkan oleh
pengunjung tidak selalu sama dengan harga tiket saat ini.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi serta estimasi tarif masuk
optimum suatu kawasan wisata telah banyak dilakukan di berbagai tempat dan
waktu yang berbeda. Beberapa hasil dari penelitian tersebut dijadikan referensi
pada penelitian ini. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan
wisata telah dilakukan oleh Wijayanti et al. (2008), Milasari (2010), dan Hakim et
al. (2011), sedangkan penelitian mengenai estimasi tarif masuk optimum kawasan
wisata telah dilakukan oleh Prayoga (2013).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wijayanti et al. (2008) adalah
waktu penelitian dan tujuan penelitian, dimana penelitian ini juga bertujuan untuk
mengestimasi tarif masuk optimum di Curug Cigamea. Tarif masuk optimum
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol jumlah
pengunjung jika terjadi over carrying capacity. Kekhawatiran terjadi over
carrying capacity tersebut dikarenakan jumlah pengunjung Curug Cigamea yang
cukup besar dibandingkan wisata lain di GSE (Tabel 2). Penelitian ini hanya
mengukur nilai ekonomi, dampak ekonomi serta mengestimasi besarnya tarif
masuk optimum tanpa mengukur carrying capacity di kawasan wisata Curug
Cigamea. Hasil dari penelitian terdahulu mengenai nilai dan dampak ekonomi
dapat dilihat pada Tabel 3.
11
Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata
No Penulis Judul Hasil dan metode
1 Wijayanti
et al
2008
Analisis Ekonomi
dan Strategi
Pengelolaan
Ekowisata (Studi
Kasus Kawasan
Wisata Gunung
Salak Endah
Kabupaten Bogor)
Nilai surplus ekonomi yang diterima pengunjung
di Cigamea sebesar Rp 970 206 per individu per
kunjungan dan nilai ekonomi Curug Cigamea
adalah Rp 21 480 366 692. Nilai Keynesian
Income Multiplier adalah 1.63, Ratio Income
Multiplier Tipe 1 adalah 1.42 dan Ratio Income
Multiplier Tipe 2 adalah 1.71. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah TCM dan
Keynesian multiplier.
2 Milasari
2010
Analisis Dampak
Ekonomi Kegiatan
Wisata Alam (Studi
Kasus:Taman
Wisata Tirta Sanita)
Dampak ekonomi langsung berupa pendapatan
pemilik unit usaha sebesar 54%. Dampak tidak
langsung berupa pendapatan tenaga sebesar 2%.
Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja
sebesar 59%. Nilai Keynesian Income Multiplier
adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1
adalah 1.22 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2
adalah 1.37. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah TCM dan Keynesian
multiplier.
3 Prayoga
2013
Estimasi Nilai
Ekonomi dan
Kontribusi Wisata
terhadap Konservasi
di TNUK
Kab.Pandeglang
Provinsi Banten
Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah
Rp 15 666.7, sehingga nilai ini dapat menjadi
peluang bagi pengelola untuk menetapkan tiket
optimum yang saat ini masih dianggap terlalu
murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2 500.
4 Hakim et
al 2011
Valuasi Ekonomi
Obyek Wisata Alam
di Rawapening,
Indonesia: Sebuah
Aplikasi Biaya
Perjalanan dan
Penilaian Metode
Kontinjensi
Nilai ekonomi dari ekowisata dari surplus
konsumen diperkirakan Rp 7 410 000 000. Nilai
ekonomi dari wisata alam akan hilang bila terjadi
penurunkan kondisi lingkungan alam.
12
III KERANGKA PEMIKIRAN
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memiliki dua fungsi
utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Gunung Salak Endah (GSE)
merupakan salah satu bagian dari kawasan konservasi TNGHS yang memiliki
beberapa atraksi wisata alam yang merupakan salah satu dari fungsi ekonomis
yang dilakukan TNGHS. Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di
GSE. Kelestarian sumber daya alam di sekitar kawasan objek wisata
menghasilkan udara yang sejuk dan panorama alam yang indah. Besarnya jumlah
kunjungan di objek wisata Curug Cigamea berpotensi menjadi ancaman bagi
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan di TNGHS. Ancaman kelestarian
sumber daya alam tersebut dapat mengurangi fungsi ekologis dari TNGHS. Oleh
karena itu, sangat penting bagi pengelola dan semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan wisata Curug Cigamea untuk menjaga kelestarian sumber daya alam
di TNGHS.
Setiap lokasi wisata berhubungan erat dengan pengunjung tidak terkecuali
Curug Cigamea, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana persepsi
pengunjung terhadap kondisi alam dan fasilitas wisata di Curug Cigamea.
Persepsi pengunjung mengenai kondisi alam digunakan untuk mengetahui
dampak keberadaan wisata terhadap kondisi sumber daya alam di TNGHS saat ini
sudah mengalami kerusakan atau belum. Persepsi pengunjung mengenai fasilitas
wisata juga perlu diketahui agar pengelola dapat meningkatkan pelayanan
terhadap pengunjung tanpa merusak kelestarian sumber daya alam di TNGHS.
Setiap lokasi wisata memiliki potensi nilai ekonomi, tidak terkecuali objek
wisata Curug Cigamea. Nilai ekonomi tersebut diestimasi berdasarkan pendekatan
besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dalam berwisata. Biaya
perjalanan yang dikeluarkan tersebut merupakan besarnya nilai yang diberikan
pengunjung kepada sumber daya alam dan lingkungan di lokasi wisata (Fauzi
2010). Oleh karena itu, nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa
besar manfaat keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS.
Kegiatan wisata di Curug Cigamea memberikan dampak ekonomi baik
langsung maupun tidak langsung bagi perekonomian daerah setempat, seperti
13
peningkatan pendapatan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengeluaran para
pengunjung selama berwisata. Adanya transaksi tersebut menimbulkan dampak
pengganda bagi sektor ekonomi yang lainnya. Estimasi dampak ekonomi yang
ditimbulkan oleh kegiatan wisata tersebut merupakan indikator penting mengenai
seberapa besar wisata Curug Cigamea berdampak ekonomi bagi masyarakat lokal.
Besarnya jumlah pengunjung di objek wisata Curug Cigamea dikhawatirkan
akan menimbulkan over carrying capacity dalam jangka waktu panjang. Oleh
karena itu, perlu diestimasi tarif masuk optimum yang dapat digunakan sebagai
alat untuk mengontrol jumlah pengunjung. Tarif masuk optimum diestimasi
melalui pendekatan Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket
masuk karena tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga
sebenarnya yang bersedia dibayarkan. Penerapan tarif masuk optimum tersebut
juga dapat mengestimasi besarnya jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola
dengan harga tiket optimum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan wisata
alam yang dapat menjaga kelestarian SDAL dan memberi dampak ekonomi bagi
masyarakat lokal. Selain dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal,
keberadaan wisata ini juga tidak mengganggu atau merusak sumber daya alam di
TNGHS. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
14
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan: batasan penelitian
Taman Nasional
Gunung Halimun Salak
Fungsi Ekologis Fungsi Ekonomi
Persepsi
Wisatawan
terhadap
Objek Wisata
Dampak Ekonomi
Wisata terhadap
Pendapatan Masyarakat
Nilai
Ekonomi
Wisata
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Harapan
wisatawan
terhadap
Pengembangan
Wisata
Tiket
Masuk
Kawasan
Wisata
Harga
Tiket
Optimum
Pengembangan Wisata Alam yang dapat Menjaga Kelestarian SDAL
dan Memberi Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Lokal
WTP
Wisata Curug
Cigamea
Ancaman Kerusakan
SDAL di GSE
Jumlah Pengunjung yang
Cenderung Meningkat di
Curug Cigamea
Travel Cost Method
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Nilai Dampak
Ekonomi
Wisata
Keynesian Multiplier
Direct Indirect Induce
Nilai
Ekonomi
Wisata
Estimasi Jumlah
Pengunjung dan
Penerimaan
Pengelola
Gunung Salak Endah
15
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Curug Cigamea yang terletak di Desa Gunung
Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Curug Cigamea merupakan salah satu
objek wisata alam di TNGHS dengan jumlah kunjungan yang tinggi. Keberadaan
objek wisata Curug Cigamea dapat mendorong masyarakat yang mendapatkan
keuntungan dari wisata tersebut untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya
alam di TNGHS. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
Agustus 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer
merupakan data cross section yang diperoleh dari wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner secara langsung kepada responden. Responden
merupakan pengunjung, unit usaha, serta tenaga kerja lokal objek wisata Curug
Cigamea. Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah persepsi
responden terhadap objek wisata Curug Cigamea, pengeluaran pengunjung,
pengeluaran dan pendapatan unit usaha, pengeluaran dan pendapatan tenaga kerja
lokal, serta kesediaan pengunjung membayar tarif masuk optimum. Data sekunder
mengenai TNGHS diperoleh dari pihak Balai TNGHS, sedangkan data sekunder
mengenai objek wisata Curug Cigamea diperoleh dari Disbudpar Kabupaten
Bogor. Selain itu, berbagai data pendukung diperoleh melalui skripsi terdahulu
yang relevan, buku, jaringan internet, dan jurnal terkait.
4.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode non-
probability sampling yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek
penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
16
responden (Juanda 2007). Responden pengunjung dipilih dengan teknik purposive
sampling, dimana pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan
tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, dan tujuan
wisata. Responden pengunjung adalah responden dengan usia minimal 17 tahun
agar dapat memahami pertanyaan pada kuesioner. Jumlah responden yang
digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Prasetyo dan
Lina 2007) yaitu :
n= N/ (1+Ne²)....................................................................................................... (1)
Keterangan :
n = Jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih bisa
ditolerir.
Jumlah pengunjung tahun 2012 sebesar 17 200 digunakan sebagai ukuran
populasi dengan galat sebesar 10%, maka diperoleh jumlah responden pengunjung
yang diambil sebanyak seratus responden.
n = N/ (1+Ne²)
= 17 200/(1+17 200 (0.1)²)
= 100 responden.
Pengambilan contoh dari responden unit usaha dan tenaga kerja juga
dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana unit usaha yang dipilih
dapat mewakili setiap tipe dan karakteristik unit usaha. Responden untuk unit
usaha dan tenaga kerja dipilih sebanyak 35 unit usaha dan 12 tenaga kerja di objek
wisata Curug Cigamea.
4.4 Metode Analisis Data
Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data yang dikumpulkan
oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode
analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel 4.
17
Tabel 4 Matriks metode analisis data
No Tujuan penelitian Sumber dan data yang dibutuhkan Metode
analisis data
1 Mengetahui persepsi wisatawan
terhadap kawasan wisata Curug
Cigamea
Wawancara dengan pengunjung
mengenai persepsi pengunjung
terhadap kawasan wisata Curug
Cigamea
Analisis
deskriptif
2 Mengestimasi besarnya nilai dan
dampak ekonomi kawasan wisata
Curug Cigamea
Wawancara dengan pengunjung
mengenai biaya perjalanan yang
dikeluarkan pengunjung
Wawancara dengan unit usaha
mengenai pendapatan dan
pengeluaran unit usaha
Wawancara dengan tenaga kerja
mengenai pendapatan dan
pengeluaran tenaga kerja
Travel Cost
Method
Keynesian
Multiplier
3 Mengestimasi besarnya tarif masuk
optimum kawasan wisata Curug
Cigamea
Wawancara dengan pengunjung
mengenai besarnya WTP
pengunjung terhadap tarif masuk
optimum
Willingness
to Pay
4.4.1 Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Curug Cigamea
Persepsi pengunjung merupakan hal yang penting diketahui untuk lebih
mengembangkan pengelolaan objek wisata. Persepsi dari pengunjung dianalisis
menggunakan metode analisis deskriptif. Beberapa kategori dan indikator dalam
menganalisis persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di wisata
Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan
kebersihan di wisata Curug Cigamea
No Kategori Indikator Keterangan
1 Keindahan Alam Baik
Sedang
Pemandangan alam yang ada indah, dan menarik
minat pengunjung untuk datang kembali.
Pemandangan alam yang ada biasa saja, tetapi
menarik minat pengunjung untuk datang kembali. Buruk Pemandangan alam yang tersedia biasa saja, dan
pengunjung kurang tertarik untuk kembali. 2 Kualitas udara Baik Terasa sangat segar, sangat sejuk, dan tidak berbau.
Sedang
Buruk
Terasa segar, sejuk, dan tidak berbau.
Kotor dan berpolusi.
3 Kualitas Air Baik
Sedang
Buruk
Sangat jernih, bersih, dan tidak berbau.
Jernih, bersih, dan tidak berbau.
Kotor, berwarna, dan berbau.
4 Kebersihan Baik Tidak terdapat sampah yang beserakan, dan semua
fasilitas serta kios makanan tertata rapi.
Sedang Masih terdapat sampah yang berserakan namun
jumlahnya sedikit, dan fasilitas serta kios makanan
kurang tertata rapi.
Buruk Banyak sampah yang berserakan, dan fasilitas serta
kios makanan tidak tertata rapi.
18
Selain persepsi pengunjung terhadap kondisi alam, persepsi pengunjung
terhadap fasilitas dan aksesibilitas juga dilakukan dalam penelitian ini. Beberapa
kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung terhadap fasilitas
dan aksesibilitas di wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan
aksebilitas di wisata Curug Cigamea
No Kategori Indikator Keterangan
1 Kondisi
fasilitas wisata
Baik Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya memenuhi
kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sangat terawat.
Sedang Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat.
Buruk Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya tidak memenuhi
kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat.
Tidak
tersedia
Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga kebetuhan
pengunjung tidak terpenuhi.
2 Aksesibilitas Baik Informasi mengenai lokasi wisata mudah diperoleh dan
kondisi jalan baik.
Sedang Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi
jalan kurang baik.
Buruk Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi
jalan sangat buruk.
Selain persepsi pengunjung, pengembangan objek wisata perlu memberikan
perhatian khusus terhadap harapan pengunjung pada pengembangan lokasi obyek
wisata. Harapan pengunjung tersebut dijadikan sebagai dasar bagi pengelola untuk
meningkatkan kualitas fasilitas wisata. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh
dengan wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner.
4.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata dan Valuasi Ekonomi
Wisata
Nilai ekonomi wisata Curug Cigamea diestimasi menggunakan metode
Travel Cost Method (TCM). Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi kawasan wisata
dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi
permintaan diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM).
Metode yang digunakan dalam pengelolaan data adalah metode regresi linier
berganda. Adapun fungsi permintaan wisata tiap individu per tahun kunjungan
adalah sebagai berikut:
LnY = b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 + b6 LnX6 + e.... (2)
19
Keterangan :
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)
X1 = Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)
X2 = Pendapatan total (Rp)
X3 = Lama pendidikan (tahun)
X4 = Usia (tahun)
X5 = Lama mengetahui objek wisata (tahun)
X6 = Waktu yang dihabiskan di kawasan wisata (jam)
e = error term
Hasil regresi tersebut dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap jumlah kali kunjungan ke
Curug Cigamea. Hipotesis yang digunakan adalah X1 (biaya perjalanan) dan X4
(usia) berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan pengunjung, sedangkan X2
(pendapatan total), X3 (lama pendidikan), X5 (lama mengetahui objek wisata), dan
X6 (waktu yang dihabiskan di kawasan wisata) berpengaruh positif terhadap
jumlah kunjungan pengunjung. Tanda positif dari suatu variabel menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan meningkatkan jumlah
kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya
nilai dari suatu variabel akan menurunkan jumlah kunjungan pengunjung.
Dalam regresi linier berganda perlu dilakukan uji parameter untuk
mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter
tersebut antara lain adalah:
1 Uji R2
Menurut Gujarati (2007), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur kecocokan dan kesesuaian dari suatu garis regresi. Secara verbal, R2
mengukur bagian atau persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh model
regresi. Besaran selang nilai R2 adalah 0 < R
2 < 1. Nilai R
2 sebesar 1 berarti
seluruh variasi Y dapat dijelaskan oleh regresi, sedangkan nilai R2 sebesar 0
berarti tidak ada hubungannya sama sekali antara Y dan X. Model yang baik
adalah model yang memiliki nilai R2 yang tinggi karena variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
20
2 Uji Statistik F
Menurut Juanda (2009), uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Fhitung =
Keterangan:
n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah variabel bebas
Hipotesis yang digunakan, yaitu:
H0 : data dari sampel yang sama
H1 : data dari sampel yang berbeda
dengan menggunakan kriteria keputusan sebagai berikut:
Fhitung > Ftabel (k-1; n-k) maka tolak H0
Fhitung < Ftabel (k-1; n-k) maka terima H0
Jika tolak H0 maka model tersebut memiliki variabel-variabel independen
yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
3 Uji t
Menurut Juanda (2009), uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen yang digunakan satu per satu berpengaruh secara signifikan
terhadap besarnya variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
thitung =
Keterangan:
bi = nilai koefisien regresi dugaan
Sbi = simpangan baku koefisien dugaan
d = batasan yang diharapkan
Hipotesis yang digunakan, yaitu:
thitung > ttabel (α; n-k) atau Sig. < α maka tolak H0
thitung < ttabel (α; n-k) atau Sig. > α maka terima H0
21
Jika tolak H0 maka variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen, sedangkan jika terima H0 maka variabel independen
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
4 Uji Normalitas
Menurut Gujarati (2007), uji normalitas digunakan untuk mengetahui data
menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini
harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata
sebesar nol dan dinotasikan dengan ei ~ N(0, σ2).
5 Uji Multikolinearitas
Menurut Gujarati (2007), multikolinearitas merupakan hubungan linear
yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Kolinearitas seringkali
terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang
signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing
variabel independen. Model memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF
lebih besar dari 10.
6 Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang
mengalami masalah heteroskedastisitas. Konsekuensi dari heteroskedastisitas
salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007).
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik pada grafik
regresi, apabila sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
7 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk
mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error). Cara mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan uji Durbin
Watson (DW) (Gujarati 2007).
Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan individu
pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama
22
rekreasi, biaya transportasi, dan biaya dokumentasi. Biaya perjalanan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
BP = TR + DC + KR + LL................................................................................... (3)
Keterangan :
BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp per orang per hari)
TR = Biaya transportasi (Rp per orang per hari)
DC = Biaya dokumentasi (Rp)
KR = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rp per orang per hari)
LL = Biaya lain-lain (Rp)
Koefisien variabel biaya perjalanan diperoleh dari hasil regresi antara
variabel jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea dengan variabel biaya
perjalanan. Analisis regresi diformulasikan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1............................................................................................................................................................. (4)
Keterangan:
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali)
X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)
Nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari
wisata Curug Cigamea. Surplus konsumen diukur melalui formula sebagai berikut
(Fauzi 2010):
SK =
.............................................................................................................. (5)
Keterangan:
SK = Surplus konsumen (Rp per orang)
N = Jumlah kali kunjungan yang dilakukan oleh individu i (kali)
b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan
Nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata Curug Cigamea merupakan
total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi
wisata Curug Cigamea diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:
NE = SK x TP....................................................................................................... (6)
Keterangan:
NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)
SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp per orang)
23
TP = Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (orang)
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug Cigamea
Pengeluaran pengunjung di lokasi wisata mengakibatkan timbulnya
multiplier effect pada perekonomian daerah tujuan wisata. Pengeluaran
pengunjung tersebut akan menjadi penerimaan bagi unit usaha lokal, sehingga
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Informasi yang didapat dari
unit usaha, pengelola, dan pengunjung digunakan untuk memperoleh dampak
langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak
lanjutan (induced effect).
Menurut Marine Ecoutourism for Atlantic Area (META 2001), mengukur
dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat
dua tipe pengganda, yaitu:
1 Keynesian Local Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan
berapa besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat lokal.
2 Ratio Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak
terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung
dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dapat dirumuskan:
Keynesian Income Multiplier =
....................................... (7)
Ratio Income Multiplier, Tipe I =
.......................................... (8)
Ratio Income Multiplier, Tipe II =
....................................... (9)
Keterangan:
E = Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp)
D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)
N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)
U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)
24
4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug Cigamea
Tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga yang sebenarnya
mampu dibayarkan oleh para pengunjung untuk memperoleh kepuasan dari wisata
tersebut. Tarif masuk sesuai keinginan pengunjung dapat diestimasi melalui
pendekatan WTP pengunjung terhadap besar tarif masuk lokasi wisata. Langkah
pertama yang dilakukan untuk memperoleh nilai WTP adalah membuat pasar
hipotetik berdasar skenario sebagai berikut:
“Curug Cigamea merupakan salah satu wisata alam yang terdapat di
TNGHS yang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Keindahan air terjun dan
udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang ditawarkan bagi
para wisatawan. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan (SDAL) di lokasi wisata tersebut perlu dilakukan agar
keindahan alam di Curug Cigamea tetap terjaga. Upaya pelestarian SDAL
dan pengembangan fasilitas di lokasi wisata Curug Cigamea membutuhkan
dana yang cukup besar. Peningkatan tarif masuk lokasi wisata dapat
membantu pendanaan pengembangan dan pelestarian ekosistem di objek
wisata Curug Cigamea. Dana tersebut dapat digunakan pengelola untuk
melakukan kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon dan juga
dapat digunakan untuk perbaikan fasilitas wisata yang sudah rusak.”
Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai dari penawaran. Nilai
penawaran tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara yang bertujuan untuk
memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung
menggunakan teknik open ended question. Langkah terakhir adalah
memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan
total nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Nilai rataan WTP diestimasi
menggunakan rumus (Hanley dan Spash 1993):
EWTP = ∑
............................................................................................... (10)
Keterangan:
EWTP = Nilai rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
25
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk lokasi wisata
(i= 1,2,…,n)
Hasil estimasi rataan WTP tersebut digunakan untuk mengestimasi
besarnya tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum tersebut digunakan untuk
mengestimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat menggunakan
tarif masuk optimum. Estimasi jumlah pengunjug diperoleh dari presentase
jumlah pengunjung yang bersedia membayar harga lebih dari tiket awal dikalikan
dengan populasi kunjungan wisata tersebut. Estimasi penerimaan pengelola
diestimasi dengan mengalikan jumlah kunjungan saat tarif optimum dikalikan
dengan besarnya tiket masuk optimum. Estimasi jumlah kunjungan dan
penerimaan pengelola saat tarif masuk optimum dapat dihitung sesuai Tabel 7.
Tabel 7 Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari harga tiket
Harga tiket
(Rp) (a)
Jumlah kunjungan per tahun (orang)
(b)
Estimasi penerimaan pengelola Rp)
(c= a x b)
T0 JK0 P0
T1 JK1 P1
Keterangan:
T0 = Tarif awal
T1 = Tarif optimum
JK0 = Jumlah kunjungan saat tarif awal
JK1 = Jumlah kunjungan saat tarif optimum
P0 = Penerimaan saat tarif awal
P1 = Penerimaan saat tarif awal
26
V GAMBARAN UMUM
5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea
Curug Cigamea terletak di kawasan Gunung Salak Endah (GSE) di Desa
Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan. Pada awalnya, pengelolaan kawasan wisata
Curug Cigamea dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor. Sejak tahun
2003, kawasan GSE menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-
II/2003. Berdasarkan hasil tersebut maka semua pengelolaan wisata di kawasan
GSE dikelola oleh pihak taman nasional, namun untuk sementara wisata Curug
Cigamea masih dikelola oleh masyarakat sekitar.
Curug Cigamea berasal dari mata air Gunung Salak dan mengalir ke Sungai
Cigamea. Kondisi air pada Curug Cigamea tergantung pada intensitas air dari hulu
Sungai Cigamea. Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun utama. Air terjun
pertama yang dijumpai dari pintu masuk memiliki tebing curam menyerupai
dinding dan didominasi bebatuan hitam. Kolam limpahan air yang berada
dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak dapat digunakan untuk
berenang. Air terjun kedua memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan
tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama. Kolam
limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dan dalam
sehingga dapat digunakan untuk berenang (Lampiran 14).
Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang jumlah
pengunjungnya banyak. Hal ini disebabkan oleh keindahan alam dan akses yang
mudah dicapai dengan hanya menelusuri jalan setapak sekitar 300 meter. Harga
tiket masuk Curug Cigamea adalah Rp 5 000 per orang. Curug Cigamea juga
menyediakan lahan parkir yang cukup luas dengan harga tiket parkir Rp 3 000 per
motor dan Rp 10 000 per mobil. Pengunjung yang datang umumnya
menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor karena jarang
ditemukan kendaraan umum menuju lokasi. Objek wisata ini lebih ramai
dikunjungi saat akhir pekan atau libur nasional terutama saat libur lebaran dan
tahun baru.
27
5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea
Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial
ekonomi dan faktor berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) terdiri dari jenis
kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat
pendapatan. Karateristik responden pegunjung berdasarkan faktor berwisata
terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis
kendaraan.
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung
Pengunjung yang datang ke objek wisata Curug Cigamea berasal dari
berbagai kota yaitu Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian
besar responden pengunjung (67.0%) berasal dari luar Bogor. Hal ini
menunjukkan bahwa Curug Cigamea memiliki daya tarik tersendiri sehingga
banyak responden pengunjung yang berasal dari luar Bogor. Apabila dilihat
secara spesifikasi asal kotanya, Bogor merupakan daerah asal responden
pengunjung terbesar dengan proporsi sebesar 33.0%. Rata-rata umur responden
pengunjung berkisar 21 sampai dengan 30 tahun dengan proporsi sebesar 55.0%
dan umur dibawah 20 tahun dengan proporsi sebesar 21.0%. Hal ini dipengaruhi
kondisi lokasi wisata yang harus ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus
meter, sehingga diperlukan kondisi fisik prima yang umumnya dimiliki oleh
pengunjung yang usianya masih muda.
Sebagian besar responden pengunjung adalah karyawan swasta dengan
proporsi sebesar 41.0% dengan tingkat pendapatan responden berkisar antara
Rp 1 500 001 sampai dengan Rp 2 500 000. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara bahwa sebagian besar pendapatan responden pengunjung sama dengan
rata-rata UMR daerah sekitar Jakarta dan Bogor, yaitu sebesar Rp 2 200 000.
Tingkat pendidikan sebagian besar responden pengunjung adalah SMA dengan
proporsi sebesar 75.0%. Hal ini disebabkan pada umumnya responden
pengunjung memiliki pendidikan terakhir SMA. Data mengenai karakteristik
responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor sosial ekonomi
(demografi) dapat dilihat pada Tabel 8.
28
Tabel 8 Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor
sosial ekonomi (demografi) tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Proporsi (%)
1 Jenis kelamin
Laki-laki 62.0 62.0
Perempuan 38.0 38.0
Jumlah 100.0 100.0
2 Umur (Tahun)
17-20 21.0 21.0
21-30 55.0 55.0
31- 40 16.0 16.0
> 40 8.0 8.0
Jumlah 100.0 100.0
3 Asal daerah (umum)
Bogor 33.0 33.0
Luar Bogor 67.0 67.0
- Depok 18.0 18.0
- Jakarta 27.0 27.0
- Tangerang 21.0 21.0
- Bekasi 1.0 1.0
Jumlah 100.0 100.0
4 Pendidikan terakhir
SMP 7.0 7.0
SMA 75.0 75.0
Perguruan tinggi 18.0 18.0
Jumlah 100.0 100.0
5 Pekerjaan pokok
PNS 1.0 1.0
Karyawan swasta 41.0 41.0
Pelajar/mahasiswa 16.0 16.0
Wiraswasta 13.0 13.0
Buruh 1.0 1.0
Guru 7.0 7.0
Lainnya 21.0 21.0
Jumlah 100.0 100.0
6 Tingkat pendapatan (Rupiah per bulan)
< 500 000 8 8
500 001 – 1.500 000 20 20
1 500 001 – 2.500 000 33 33
2 500 001 – 3.500 000 15 15
3 500 001 – 4.500 000 8 8
> 4 500 000 16 16
Jumlah 100 100 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata
Karakteristik berwisata responden pengunjung di Curug Cigamea dapat
diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun
terakhir, motivasi wisata, agenda kedatangan, dan jenis kendaraan yang digunakan
oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata
ke Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 9.
29
Tabel 9 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata
Curug Cigamea tahun 2013 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Frekuensi kunjungan (kali/tahun)
1 – 2 77.0 77.0
3 – 4 20.0 20.0
> 4 3.0 3.0
Jumlah 100.0 100.0
2 Motivasi wisata
Rekreasi 100.0 100.0
Penelitian 0.0 0.0
Bekerja 0.0 0.0
Jumlah 100.0 100.0
3 Agenda kedatangan
Keinginan sendiri 62.0 62.0
Acara keluarga 24.0 24.0
Acara kantor 9.0 9.0
Acara sekolah 5.0 5.0
Jumlah 100.0 100.0
4 Jenis kendaraan
Kendaraan pribadi 93.0 93.0
Kendaraan sewa 7.0 7.0
Jumlah 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 9 memperlihatkan sebagian besar pengunjung melakukan kunjungan
sebanyak satu sampai dengan dua kali per tahun dengan proporsi sebesar 77.0%.
Semua responden pengunjung mengatakan tujuan mereka datang ke objek wisata
Curug Cigamea adalah rekreasi. Hal ini menunjukkan, bahwa Curug Cigamea
merupakan wisata alam yang menarik bagi para pengunjung yang memiliki tujuan
utama untuk melakukan rekreasi. Menurut jenis kendaraan yang digunakan,
sebagian besar responden menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau
mobil karena jarang ditemukan angkutan umum yang langsung sampai ke lokasi.
5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Curug Cigamea
Pengembangan wisata di objek wisata Curug Cigamea membuka peluang
bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan aktivitas wisata. Hal ini dilihat dari
banyaknya jumlah unit usaha yang didirikan oleh masyarakat di objek wisata
Curug Cigamea. Sebanyak 60.0% unit usaha didirikan oleh masyarakat asli,
sedangkan sisanya adalah bukan masyarakat asli. Sebagian besar jenis usaha yang
didirikan di objek wisata Curug Cigamea adalah kios makanan dengan proporsi
sebesar 65.7% dari 35 total unit usaha. Hal ini terjadi karena, pada umumnya
pengunjung akan lebih tertarik untuk membelajakan uangnya di kios makanan.
30
Proporsi terbesar lama mendirikan unit usaha adalah 4 sampai 6 tahun. Hal ini
menunjukkan banyak unit usaha yang sudah lama mendirikan usahanya di sekitar
lokasi wisata. Rata-rata lama membuka unit usaha setiap minggunya adalah tujuh
hari. Hal ini disebabkan jumlah pengunjung yang tetap ada meskipun hari kerja.
Unit usaha paling ramai dikunjungi oleh pengunjung saat libur lebaran dan tahun
baru karena jumlah pengunjung yang datang ke Curug Cigamea lebih banyak.
Karakteristik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Karakteristik Jumlah (unit) Proporsi (%)
1 Pendiri unit usaha
Masyarakat asli 21.0 60.0
Bukan masyarakat asli (pendatang) 14.0 40.0
Jumlah 35.0 100.0
2 Lama mendirikan unit usaha
1-3 tahun 10.0 28.6
4-6 tahun 13.0 37.1
7-9 tahun 4.0 11.4
> 9 tahun 8.0 22.9
Jumlah 35.0 100.0
3 Jenis unit usaha
Kios makanan 24.0 65.7
Kios makanan dan toilet 1.0 2.9
Cir eng 1.0 2.9
Cenderamata 3.0 5.7
Toilet umum 2.0 5.7
Foto keliling 3.0 8.6
Fish spa 1.0 2.9
Jumlah 35.0 100.0
4 Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu)
2 hari 13.0 37.1
7 hari 22.0 62.9
Jumlah 35.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Curug Cigamea
Keberadaan wisata Curug Cigamea memberi peluang bagi masyarakat untuk
bekerja di sektor wisata. Sebagian besar tenaga kerja di objek wisata Curug
Cigamea merupakan penduduk asli dengan proporsi sebesar 83.3% dari 12
responden tenaga kerja. Sisanya sebanyak 16.7% tenaga kerja di objek wisata ini
merupakan penduduk pendatang. Data mengenai karakteristik tenaga kerja lokal
di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 11.
31
Tabel 11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Curug Cigamea tahun
2013 Karakteristik Jumlah (orang) Proporsi (%)
1 Status kependudukan
Masyarakat asli 10.0 83.3
Bukan masyarakat asli 2.0 16.7
Jumlah 12.0 100.0
2 Status pekerjaan di bidang pariwisata
Pekerjaan utama 12.0 100.0
Pekerjaan sampingan 0.0 0.0
Jumlah 12.0 100.0
3 Jenis pekerjaan
Penjaga fish spa 1.0 8.3
Karyawan jagung bakar 1.0 8.3
Karyawan penjual cireng
Juru parkir
Penjaga tiket
Safety guard
1.0
2.0
5.0
2.0
18.3
16.7
41.7
16.7
Jumlah 12.0 100.0
4 Lama bekerja
1 tahun 7.0 58.3
2 tahun 2.0 16.7
> 2 tahun 3.0 25.0
Jumlah 12.0 100.0
5 Tingkat pendapatan
< 1 000 000 4.0 33.3
1 000 001 – 2 000 000 3.0 25.0
2 000 001 – 3 000 000 2.0 16.7
> 3 000 000 3.0 25.0
Jumlah 12.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 11 memperlihatkan, semua responden menyatakan bahwa pekerjaan
di objek wisata Curug Cigamea merupakan pekerjaan utama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa, keberadaan Curug Cigamea memberikan dampak positif
yaitu berupa penyerapan tenaga kerja lokal untuk bekerja di objek wisata tersebut.
Tingkat pendapatan setiap tenaga kerja lokal berbeda-beda sesuai dengan jenis
pekerjaan masing-masing tenaga kerja. Tingkat pendapatan kurang dari
Rp 1 000 000 memiliki proporsi nilai lebih tinggi dibandingkan tingkat
pendapatan lainnya, yaitu sebesar 33.3%. Lama bekerja responden tenaga kerja
paling besar baru satu tahun dengan proporsi sebesar 58.3%. Hal ini karena,
sebagian penjaga tiket dan safety guard baru bekerja di wisata Curug Cigamea
sekitar satu tahun terakhir semenjak dikelola oleh masyarakat. Pada saat dikelola
oleh Disbudpar Kabupaten Bogor, pengelola hanya mempekerjakan beberapa
orang saja sebagai penjaga tiket dan safety guard.
32
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Persepsi Responden Pengunjung terhadap Objek Wisata Curug Cigamea
Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea perlu diketahui
guna pengembangan kawasan wisata tersebut. Persepsi pengunjung dapat
dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam
melakukan pengelolaan wisata yang diinginkan oleh pengunjung, tanpa merusak
sumber daya alam di TNGHS. Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Curug
Cigamea dibedakan menjadi persepsi terhadap kondisi alam, fasilitas wisata, dan
harapan pengunjung terhadap pengembangan objek wisata.
6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Curug
Cigamea
Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata
Curug Cigamea perlu diketahui untuk melihat dampak keberadaan wisata
terhadap kondisi alam di TNGHS sampai saat ini. Tabel 12 menyajikan persepsi
responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Curug Cigamea.
Tabel 12 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata
Curug Cigamea tahun 2013
Keterangan Proporsi (%)
Baik Sedang Buruk Total
Panorama alam 92.0 8.0 0.0 100.0
Kualitas udara 95.0 4.0 1.0 100.0
Kualitas air 95.0 3.0 2.0 100.0
Kebersihan 30.0 40.0 30.0 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Rata-rata responden pengunjung (> 80.0%) memberi penilaian baik terhadap
keindahan alam, kondisi kualitas udara dan kualitas air di objek wisata Curug
Cigamea. Hal ini menunjukan bahwa, sumber daya alam di objek wisata Curug
Cigamea saat ini belum mengalami kerusakan. Proporsi penilaian sedang dan
buruk responden pengunjung terhadap kebersihan di objek wisata Curug Cigamea
adalah 40% dan 30%. Hal ini disebabkan masih banyak sampah berserakan di
lokasi wisata. Sampah yang berserakan tersebut, jika dibiarkan terus menerus
dapat merusak lingkungan dan keberlanjutan objek wisata Curug Cigamea. Oleh
karena itu, harus adanya upaya dari setiap pihak yang terlibat dalam pengelolahan
33
wisata untuk tetap menjaga kebersihan sebagai penunjang dari keberlanjutan
wisata Curug Cigamea.
6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata Curug
Cigamea
Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas di objek wisata
Curug Cigamea perlu diketahui agar dalam pengembangan wisata Curug Cigamea
ketersediaan fasilitas dapat sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Pembangunan
fasilitas wisata tersebut tetap harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam
di TNGHS. Tabel 13 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi
fasilitas dan aksesbilitas di objek wisata Curug Cigamea.
Tabel 13 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas dan
aksebilitas di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Kategori
Proporsi (%)
Baik Sedang Buruk Tidak Tersedia/
Tidak Tahu
Total
- Fasilitas Umum
Telekomunikasi
(sinyal handphone)
24.0
31.0
45.0
0.0
100.0
Tempat sampah 18.0 31.0 51.0 0.0 100.0
Tempat ibadah 21.0 62.0 11.0 6.0 100.0
Tempat duduk 20.0 50.0 30.0 0.0 100.0
Shelter/pos 43.0 50.0 7.0 0.0 100.0
Papan informasi 18.0 30.0 48.0 4.0 100.0
- Fasilitas Berbayar
Kios makanan dan minuman
59.0
37.0
4.0
0.0
100.0
Toilet 24.0 58.0 18.0 0.0 100.0
Tempat parker 41.0 44.0 15.0 0.0 100.0
Penginapan 2.0 0.0 0.0 98.0 100.0
Toko cendramata 10.0 74.0 11.0 5.0 100.0
Penyewaan peralatan/jasa 8.0 26.0 6.0 60.0 100.0
Papan informasi 18.0 30.0 48.0 4.0 100.0
- Aksesibilitas 48.0 37.0 15.0 0.0 100.0
Rata-rata 26.0 40.7 20.0 13.3 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Secara umum kondisi fasilitas wisata di objek wisata Curug Cigamea dinilai
sedang oleh responden pengunjung dengan proporsi sebesar 40.7%. Jika dilihat
pada masing-masing fasilitas hanya penginapan, penyewaan peralatan/jasa, dan
papan informasi yang dinilai tidak tersedia/tidak tahu oleh sebagian responden
pengunjung. Sebanyak 98% responden pengunjung tidak mengetahui kondisi
34
penginapan di Curug Cigamea karena responden pengunjung tersebut tidak
pernah menginap di Curug Cigamea. Penyewaan peralatan/jasa dinilai tidak
tersedia oleh 60% responden pengunjung karena ada responden pengunjung yang
tidak tahu ada penyewaan jasa berupa jasa pemotretran. Sebanyak 4% responden
pengunjung menilai papan informasi tidak tersedia karena tidak melihat papan
informasi yang tersedia dan sebanyak 48% menilai papan informasi yang tersedia
masih buruk karena jumlahnya sedikit dan kurang terawat.
6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata
Curug Cigamea
Harapan pengunjung Curug Cigamea perlu diperhatikan oleh pengelola
sebagai salah satu informasi untuk mengambil keputusan dalam melakukan
pengembangan wisata, sehingga pengelola dapat meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pengunjung. Identifikasi harapan pengunjung diperoleh dengan
wawancara langsung pada responden pengunjung melalui kuesioner. Berdasarkan
hasil wawancara, diperoleh dua harapan yang paling banyak disampaikan oleh
responden pengunjung adalah peningkatan fasilitas dan kebersihan. Peningkatan
fasilitas yang dimaksud adalah peningkatan jumlah toilet, tempat duduk, dan
papan informasi. Responden pengunjung menilai toilet dan tempat duduk yang
tersedia di Curug Cigamea masih kurang jumlahnya, sedangkan papan informasi
mengenai arah menuju lokasi wisata yang tersedia jumlahnya sedikit. Responden
pengunjung berharap harus adanya peningkatan kebersihan di lokasi, karena
masih ada sampah yang berserakan dan jumlah tempat sampah yang tersedia
masih sedikit. Data mengenai harapan responden pengunjung terhadap objek
wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Harapan responden pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea
tahun 2013
Harapan Proporsi (%)
Peningkatan fasilitas 52.5
Peningkatan kebersihan 21.3
Keamanan dari monyet 6.6
Dijaga keindahan alamnya 8.2
Perbaikan jalan 9.8
Promosi wisata 1.6
Total 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
35
Harapan lainnya dari responden yaitu perbaikan jalan, menjaga keindahan
alam, promosi tempat wisata, dan peningkatan keamanan. Keamanan yang
dimaksud responden dalam hal ini adalah keamanan responden dari gangguan
monyet yang terkadang mengambil makanan yang dibawa oleh para pengunjung.
Hal ini terjadi karena lokasi wisata Curug Cigamea memang merupakan habitat
dari monyet tersebut. Responden pengunjung berharap pengelola meminimalisir
gangguan yang ditimbulkan dari monyet terhadap pengunjung.
6.2 Nilai Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata
Curug Cigamea
Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata
merupakan salah satu hal yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Nilai
ekonomi menunjukan besarnya manfaat keberadaan wisata Curug Cigamea di
TNGHS, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata digunakan
untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan berwisata dari
pengunjung.
6.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata di Curug Cigamea
Fungsi permintaan wisata di Curug Cigamea dibentuk dengan memasukkan
enam variabel bebas diduga mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah kali
kunjungan dalam satu tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya
perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, usia, lama mengetahui lokasi
wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi wisata. Hasil output analisis regresi
dapat dilihat pada Tabel 15 dan lebih jelas disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea
Variabel Koefisien P value VIF
Constant -.759 0.543
X1 (Biaya perjalanan) .322 0.002a 1.404
X2 (Pendapatan total) -.066 0.408 1.916
X3 (Lama pendidikan) -.497 0.227 1.199
X4 (Usia Pengunjung) -.232 0.252 1.478
X5 (Lama mengetahui lokasi wisata) .305 0.000a 1.249
X6 (Waktu yang dihabiskan di Lokasi) .262 0.088b 1.095
R2 26.3%
R2 (adj) 21.6% Durbin Watson 2.08
Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013
Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel
berturut-turut pada α : 1% dan 10%.
36
Model fungsi permintaan wisata Curug Cigamea dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Fungsi permintaan wisata ke Curug Cigamea yang diperoleh dari hasil analisis
regresi berganda adalah sebagai berikut:
Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5
+ 0.288 lnX6
Keterangan:
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali)
X1 = Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp)
X2 = Pendapatan total (Rp)
X3 = Lama pendidikan (tahun)
X4 = Usia (tahun)
X5 = Lama mengetahui objek wisata (tahun)
X6 = Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata (jam)
Nilai R-adj dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 21.6%.
Nilai tersebut menunjukkan sebesar 21.6% keragaman permintaan wisata
dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat di dalam model, dan sisanya 78.4%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Berdasarkan hasil regresi liner berganda, uji normalitas terpenuhi karena
nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata) yaitu sebesar 0.093
(Lampiran 2). Nilai P value (0.000) lebih kecil dari α (5%), artinya semua variabel
bebas berpengaruh nyata terhadap variabel Y (Lampiran 3). Uji multikolinearitas
diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan
pengelolaan data, diperoleh nilai VIF masing-masing peubah bebas antara 1.095
sampai 1.916 (Lampiran 4) sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan
hasil uji heteroskedastisitas (Lampiran 6), diperoleh sebaran titik-titik tidak
mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah 2.01 (Lampiran 5), dimana nilai ini
berada pada selang 1.55 sampai 2.46 sehingga tidak terjadi autokorelasi.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang
tidak berpengaruh secara signifikan yaitu variabel pendapatan total, lama
pendidikan, dan usia responden. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
37
terhadap kunjungan wisatawan yaitu biaya total, lama mengetahui lokasi wisata,
dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
minat wisata pengunjung secara signifikan:
a Biaya perjalanan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki pengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan individu ke Curug Cigamea dengan nilai elastisitas
0.322. Hal ini berarti apabila peningkatan biaya perjalanan sebesar 1%, maka rata-
rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga
sebesar 0.322% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal karena berdasarkan data demografi sebagian
besar responden pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 6), sehingga
responden cenderung mengeluarkan banyak biaya perjalanan. Besarnya jumlah
pengunjung dari luar bogor diduga karena mereka membutuhkan wisata alam
yang tidak ditemukan di daerah asal masing-masing responden pengunjung.
b Lama mengetahui lokasi wisata
Variabel lama mengetahui keberadaan lokasi wisata berpengaruh signifikan
terhadap jumlah kunjungan wisata ke Curug Cigamea pada taraf nyata 1%
diperoleh berdasarkan uji t dan memiliki nilai elastisitas 0.305. Hal ini sesuai
hipotesis awal dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan lama mengetahui
lokasi wisata sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea
akan mengalami peningkatan sebesar 0.305% dengan asumsi peubah bebas lain
tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan semakin lama pengunjung
mengetahui lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata
Curug Cigamea.
c Waktu yang dihabiskan di lokasi
Variabel ini memiliki pengaruh positif dan berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 10% terhadap intensitas kunjungan pengunjung dengan nilai elastisitas
sebesar 0.262. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan memiliki arti apabila
waktu yang dihabiskan di lokasi meningkat sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi
kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.262%
dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan
38
semakin lama pengunjung berada di lokasi wisata semakin sering mereka
mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea.
6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea
Nilai ekonomi Curug Cigamea diestimasi menggunakan pendekatan
Individual Travel Cost Method (ITCM). Nilai ekonomi diperoleh dengan
mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus
konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden
pengunjung satu tahun terakhir yaitu sebanyak 169 kunjungan (Lampiran 9)
kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan.
Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya
perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya
perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 7), diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Y = 1.412 + 0.00000374 X1
Keterangan:
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali)
X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)
Koefisien biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi
besarnya nilai surplus konsumen. Kemudian nilai surplus konsumen digunakan
untuk mengestimasi nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea, dengan cara
mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah pengunjung pada tahun
2012. Perhitungan nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea
Keterangan Nilai Satuan
Jumlah responden (a) 100 Orang
Jumlah kunjungan responden (b) 169 Kali per tahun
Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) 17 200 Kali per tahun
Koefisien biaya perjalanan (d) 0.00000374 Satuan
Surplus konsumen (e) = b2/2d 3 818 315 508 Rupiah
Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b 225 936 Rupiah
Nilai ekonomi (g) = f x c 3 886 099 200 Rupiah Sumber : Hasil olahan data primer 2013
Tabel 16 menunjukkan, surplus konsumen pengunjung terhadap objek
wisata Curug Cigamea sebesar Rp 225 936 per orang per kunjungan, sehingga
39
diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Artinya,
lokasi tersebut mempunyai nilai atau manfaat sebagai penghasil jasa wisata.
Manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus jika keberadan kawasan
Curug Cigamea dijaga dengan melestarikan sumber daya alam yang terdapat di
TNGHS.
6.3 Dampak Ekonomi di Objek Wisata Curug Cigamea
Kegiatan wisata Curug Cigamea dapat memberikan dampak positif bagi
perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. Perhitungan dampak ekonomi
tersebut diketahui dari besarnya pengeluaran pengunjung di lokasi wisata Curug
Cigamea. Pengunjung di Curug Cigamea tidak hanya membelanjakan uangnya di
dalam lokasi, tetapi juga di luar lokasi wisata. Besarnya pengeluaran pengunjung
diluar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di lokasi wisata Curug
Cigamea. Hasil proporsi pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 17 dan
keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek
wisata Curug Cigamea tahun 2013
Biaya Rata-rata pengeluaran (1)
(Rp)
Proporsi (%)
(2=1/c*100)
Pengeluaran di luar lokasi
Biaya transportasi 22 900 30.8
Konsumsi dari rumah
Tiket masuk kawasan GSE
13 290
3 750
17.9
5.1
Total kebocoran (a) 39 940 53.8
Pengeluaran di lokasi
Konsumsi (di lokasi) 19 343 26.0
Penginapan 3 500 4.7
Pembelian souvenir/oleh-oleh 1 750 2.4
Dokumentasi 3 100 4.2
Biaya parker 1 641 2.2
Tiket masuk objek wisata 5 000 6.7
Total pengeluaran di lokasi (b) 34 334 46.2
Total pengeluaran pengunjung (c=a+b) 74 274 100.00
Rata-rata kunjungan pertahun (d) (2009-2012) 19 375
Total kebocoran pertahun (e= c*proporsi a*d) 773 820 346
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Proporsi terbesar dalam pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug
Cigamea adalah proporsi biaya transportasi. Hal ini disebabkan sebagian besar
40
pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 9), sehingga mempengaruhi biaya
perjalanan pengunjung. Biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar
untuk kendaraan karena rata-rata pengunjung menggunakan kendaraan pribadi
(Tabel 9).
Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor rata-rata jumlah kunjungan
ke Curug Cigamea per tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 19 375
kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah
Rp 773 820 346 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan rata-rata
pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan
pertahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Curug Cigamea cukup besar
dengan proporsi 53.77%. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya
konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan GSE. Tiket masuk kawasan
GSE termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke
pendapatan negara. Biaya transportasi termasuk kebocoran karena diasumsikan
pengunjung membeli bahan bakar di SPBU yang letaknya tidak ada di sekitar
lokasi wisata.
6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung
Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh
dari pengeluaran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi langsung tersebut
berasal adanya dari transaksi jual dan beli antara pengunjung dengan unit usaha
yang terdapat di kawasan objek wisata Curug Cigamea. Uang yang dibelanjakan
pengunjung ke unit usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi secara langsung
yaitu pendapatan unit usaha.
Unit usaha di objek wisata Curug Cigamea terdiri dari berbagai jenis unit
usaha. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada Curug Cigamea hanya ramai
dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja
sebagian unit usaha masih tetap buka. Data mengenai proporsi pendapatan
pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 18 dan data perhitungan dapat dilihat
lebih jelas pada Lampiran 10.
41
Tabel 18 Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan di objek wisata
Curug Cigamea tahun 2013
Jenis unit usaha Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan
Pendapatan (Rp) (a) Proporsi (%)(b=a/c*100)
Kios makanan 1 704 792 11.8
Foto keliling 2 426 667 16.7
Toilet 2 300 000 15.9
Cendramata 2 076 000 14.3
Kios makanan dan toilet 3 490 000 24.1
Fish spa 2 040 000 14.1
Gorengan cireng 460 000 3.1
Total (c) 14 497 459 100.0 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha.
Pendapatan pemilik unit usaha terbesar adalah unit usaha kios makanan dan toilet
dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3 490 000. Hal ini disebabkan unit usaha
tersebut memiliki dua pemasukan sekaligus baik dari kios makanan dan juga toilet
yang dimiliki. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata
pendapatan unit usaha per bulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Curug
Cigamea. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea pada tahun
2013
Jenis unit usaha (a)
Responden
unit usaha
(b)
Jumlah
unit usaha
total (c)
Rata-rata
pendapatan per
bulan (Rp) (d)
Dampak ekonomi
langsung (Rp)
(e=c*d)
Kios makanan 24 30 1 704 792 51 143 760
Foto keliling 3 5 2 426 667 12 133 335
Toilet 2 4 2 300 000 9 200 000
Cendramata 3 5 2 076 000 10 380 000
Kios makanan dan toilet 1 2 3 490 000 6 980 000
Fish spa 1 1 2 040 000 2 040 000
Gorengan cireng 1 1 460 000 460 000
Total 35 48 14 497 458 92 337 095 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha kios
makanan sebesar Rp 51 143 750. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kios
makanan di Curug Cigamea yaitu 30 kios makanan. Total dampak ekonomi
langsung yang dirasakan oleh unit usaha di Curug Cigamea sebesar
Rp 92 337 095. Hal ini juga menunjukan bahwa, keberadaan wisata memiliki
peran penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal yang membuka
unit usaha di sekitar lokasi wisata.
42
6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Dampask ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di
dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Curug
Cigamea. Kios makanan memiliki total pengeluaran di dalam kawasan wisata
paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar
Rp 26 452 170. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha
yang jumlahnya paling banyak dibanding dengan unit usaha lainnya. Batas
kawasan wisata disini merupakan Kecamatan Pamijahan, sehingga pengeluaran
unit usaha yang masih di dalam Kecamatan Pamijahan merupakan biaya yang
dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Data mengenai pengeluaran unit usaha di
dalam kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 20 dan perhitungan dapat dilihat
lebih jelas pada Lampiran 10.
Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug Cigamea tahun
2013
Jenis unit usaha
Pengeluaran di dalam kawasan
wisata (Rp)
Jumlah
(a)
Jum
lah
unit
usaha
(b)
Total
pengeluaran di
dalam kawasan
(Rp)
(c = a*b)
Biaya
pembelian
input bahan
baku (Rp)
Biaya
pemeliharaan
alat (Rp)
Kios makanan 881 739 0 881 739 30 26 452 170
Foto keliling 1 000 000 0 1 000 000 5 5 000 000
Toilet 0 40 000 40 000 4 160 000
Cendramata 650 000 0 650 000 5 3 250 000
Kios makanan
dan toilet 1 220 000 50 000 1 270 000 2 2 540 000
Fish spa 100 000 30 000 130 000 1 130 000
Gorengan cireng 540 000 0 540 000 1 540 000
Total 48 38 072 170 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Kios makanan memiliki total pengeluaran di luar kawasan wisata paling
besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar
Rp 2 006 250. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha
yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Data
mengenai pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel
21 dan perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.
43
Tabel 21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea tahun
2013
Jenis unit usaha
Pengeluaran di luar kawasan
wisata (Rp) Jumlah
(d)
Jumlah
unit
usaha
(b)
Total
pengeluaran di
luar kawasan
(Rp)
(e = d*b) Transportasi Listrik
Kios makanan 35 417 31 458 66 875 30 2 006 250
Foto keliling 24 000 0 24000 5 120 000
Cendramata 57 333 33 333 90 667 5 453 330
Kios makanan dan toilet 0 40 000 40 000 2 80 000
Fish spa 30 000 0 30 000 1 30 000
Total 48 2 689 580 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit
usaha di dalam kawasan wisata, tetapi juga diperoleh dengan melihat pendapatan
tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea. Proporsi pendapatan tenaga kerja
dengan adanya wisata Curug Cigamea memiliki jumlah yang berbeda-beda sesuai
dengan unit usaha tempat mereka bekerja. Total dampak ekonomi tidak langsung
di objek wisata Curug Cigamea diperoleh dengan menjumlahkan total
pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan total pendapatan tenaga
kerja. Data mengenai dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel
22, sedangkan data pendapatan tenaga kerja dijelaskan pada Lampiran 11.
Tabel 22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea tahun 2013
Jenis
tenaga
kerja
Rata-rata
TK/Unit
(popula-
si)
(a)
Jum-
lah
unit
usa-
ha (b)
Jum-
lah
(popu-
lasi)
TK
(c=a*b)
Pendapa-
tan TK
(Rp)
(d)
Total
pendapatan
TK (Rp)
(e=c*d)
Total
pengelua-
ran unit
usaha di
dalam
kawasan
(Rp)
(f)
Total
dampak
ekonomi
tidak
langsung
(Rp)
(g=e+f)
Safety
guard 2 1 2 1 500 000 3 000 000 0 3 000 000
Penjaga
tiket 9 1 9 120 000 1 080 000 0 1 080 000
Parkir 2 1 2 950 000 1 900 000 0 1 900 000
Unit usaha
Kios
makanan 0 1 0 0 0 26 452 170 26 452 170
Foto keliling 0 1 0 0 0 5 000 000 5 000 000
Toilet 1 1 1 800 000 800 000 160 000 960 000
Cendramata 0 1 0 0 0 3 250 000 3 250 000
Kios
makanan dan
toilet
0 1 0 0 0 2 540 000 2 540 000
Fish spa 1 1 1 800 000 800 000 130 000 930 000
Cireng 1 1 1 500 000 500 000 540 000 1 040 000
Total 16 12 16 4 670 000 8 080 000 38 072 170 44 052 170
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
44
Tabel 22 menunjukkan total dampak ekonomi tidak langsung terbesar di
objek wisata Curug Cigamea diperoleh unit usaha kios makanan yaitu
Rp 26 452 170. Banyaknya jumlah kios makanan yang berada di objek wisata
Curug Cigamea dibanding unit usaha lainnya merupakan salah satu penyebab
besarnya dampak ekonomi tidak langsung pada unit usaha kios makanan. Dampak
ekonomi tidak langsung paling kecil di objek wisata Curug Cigamea diperoleh
unit usaha fish spa yaitu Rp 930 000. Hal ini karena total pengeluaran di dalam
kawasan wisata unit usaha fish spa jauh lebih kecil dibanding unit usaha lainnya.
Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Curug Cigamea adalah
Rp 44 052 170.
6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan
Dampak ekonomi lanjutan dilihat dari proporsi pengeluaran tenaga kerja
untuk kebutuhan mereka masing-masing seperti kebutuhan biaya pangan, biaya
transportasi, dan biaya lainnya. Data tentang proporsi pengeluaran tenaga kerja
dapat dilihat pada Tabel 23 dan perhitungan lebih jelas pada Lampiran 12.
Tabel 23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja perbulan di
Curug Cigamea tahun 2013
Tenaga kerja
Proporsi pengeluaran di sekitar Curug Cigamea (%) Total
(%) Biaya
pangan/bulan (a)
Biaya
transportasi/bulan
(b)
Biaya sekolah
anak/bulan (c)
Safety guard 57.1 4.8 38.1 100.0
Penjaga tiket 62.7 4.3 33.0 100.0
Parkir 50.8 3.5 45.7 100.0
Toilet 66.7 0.0 33.3 100.0
Unit usaha fish spa 55.6 33.3 11.1 100.0
Unit usaha cireng 56.6 15.1 28.3 100.0
Rata-rata 58.2 10.2 31.6 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 23 menunjukkan proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja terbesar
adalah biaya pangan dengan proporsi sebesar 58.2%, sedangkan besarnya proporsi
rata-rata pengeluaran tenaga kerja untuk biaya transportasi dan biaya sekolah anak
adalah 10.2% dan 31.6%. Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug
Cigamea diperoleh dari hasil pengalian antara total jumlah tenaga kerja,
pengeluaran di sekitar Curug Cigamea dan proporsi pengeluaran di sekitar Curug
45
Cigamea. Dari hasil perhitungan diperoleh dampak ekonomi lanjutan di objek
wisata Curug Cigamea sebesar Rp 24 797 000. Data mengenai dampak ekonomi
lanjutan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Tenaga kerja
Jumlah
tenaga
kerja lokal
(a)
Total
pengeluaran di
sekitar Curug
Cigamea (Rp)
(b)
Proporsi
pengeluaran di
Sekitar Curug
Cigamea (%)
(c)
Dampak
ekonomi lanjutan
(Rp)
(d=a*b*c)
Safety guard 2 1 575 000 100 3 150 000
Penjaga tiket 9 1 818 000 100 16 362 000
Parkir 2 1 477 500 100 2 955 000
Toilet 1 450 000 100 450 000
Unit usaha fish spa 1 1 350 000 100 1 350 000
Unit usaha cireng 1 530 000 100 530 000
Total 24 797 000 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
6.3.4 Nilai Efek Pengganda
Nilai dari efek pengganda digunakan untuk mengukur seberapa besar
dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan Marine
Ecotourism For Atlantic Area (META) (2001), dampak ekonomi terhadap
masyarakat lokal dibedakan menjadi (1) Keynesian Local Income Multiplier
Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masayarakat lokal, (2) Ratio
Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung
yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian
lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data
mengenai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug
Cigamea dapat dilihat pada Tabel 25 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas
pada Lampiran 13.
Tabel 25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata
Curug Cigamea tahun 2013
Multiplier Nilai
Keynesian Income Multiplier 2.9
Ratio Income MultiplierTipe I 1.5
Ratio Income Multiplier Tipe II 1.7
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
46
Nilai keynesian income multiplier di objek wisata Curug Cigamea sebesar
2.9 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pengeluaran pengunjung akan memiliki
dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 2.9 rupiah. Nilai ratio income multiplier
tipe I sebesar 1.5 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pada penerimaan unit usaha
mengakibatkan peningkatan sebesar 1.5 rupiah terhadap pendapatan pemilik
usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1.7 artinya
setiap kenaikan 1 rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh
meningkatkan sebesar 1.7 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha,
pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja.
Nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Curug Cigamea memberikan dampak
ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar karena nilai keynesian multiplier
yang diperoleh lebih besar dari satu (META 2001). Hal ini menunjukan
keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi
perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat
terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. Manfaat
ekonomi yang besar ini juga dapat menjadi alasan bagi masyarakat lokal untuk
tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam di TNGHS, yang merupakan
modal utama dari wisata alam tersebut.
6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea
Jumlah pengunjung yang besar di wisata Curug Cigamea dikhawatirkan
dapat menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian sumber daya alam di TNGHS.
Oleh karena itu, jumlah kunjungan tersebut harus dikontrol yang salah satunya
dengan penerapan tarif masuk optimum. Penerapan tarif masuk optimum dapat
mengontrol jumlah kunjungan sehingga resiko kerusakan sumber daya alam di
TNGHS akan berkurang. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan
tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif
masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan
fasilitas wisata.
Berdasarkan hasil wawancara responden pengunjung,sebanyak 78
responden yang bersedia membayar lebih tarif masuk di objek wisata Curug
47
Cigamea. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug
Cigamea dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata
Curug Cigamea tahun 2013
Keinginan meningkatkan harga tarif masuk Frekuensi (orang) Proporsi (%)
Ya 78 78
Tidak 22 22
Total 100 100
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 26 menunjukkan sebanyak 22 responden pengunjung tidak bersedia
meningkatkan tarif masuk Curug Cigamea. Rata-rata alasan pengunjung yang
tidak bersedia meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea karena
mereka merasa bahwa kelestarian alam merupakan tanggung jawab pemerintah
dan fasilitas yang tersedia masih minim. Tarif masuk optimum Curug Cigamea
dilihat dari rata-rata WTP pengunjung terhadap harga tarif masuk. Distribusi
besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di
objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Besaran WTP (Rp) (a) Frekuensi (orang) (b) EWTP (Rp) (b/c) x a)
5 500 1 71
6 000 5 385
7 000 12 1 077
7 500 2 192
8 000 7 718
10 000 35 4 487
12 000 1 154
15 000 12 2 308
17 000 1 218
20 000 2 513
Total 78 (c) 10 122
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap
tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk Curug Cigamea hingga
Rp 10 122. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
pengunjung bersedia membayar tarif masuk dua kali lebih mahal dari tarif
sebelumnya. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga
kelestarian alam dan meningkatkan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea.
48
Penerapan tarif masuk optimum dapat digunakan untuk mengestimasi jumlah
pengunjung dan penerimaan pengelola dari tiket masuk. Data mengenai besarnya
jumlah pengunjung dan estimasi pendapatan pengelola setelah menggunakan tarif
optimum dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28 Penerimaan pengelola dengan tarif masuk sesuai WTP pengunjung di
objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Harga tiket (Rp)
(a)
Jumlah kunjungan per tahun (orang)
(b)
Penerimaan pengelola per tahun
(Rp) (c = a x b)
5 000 19 375 96 875 000
10 122 15 113 152 973 786
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 28 menunjukkan bahwa, dengan adanya peningkatan pada tarif masuk
optimum akan meningkatkan penerimaan pengelola menjadi Rp 152 973 786 dan
pengurangan jumlah kunjungan menjadi 15 113 kunjungan per tahun. Penerimaan
pengelola diperoleh dari pengalian tarif dengan jumlah kunjungan per tahun.
Jumlah kujungan per tahun diperoleh dari proporsi responden yang bersedia
membayar tarif pada harga tersebut (78%) dikalikan dengan rata-rata jumlah
kunjungan per tahun di objek wisata Curug Cigamea. Penerapan tarif masuk
optimum sesuai WTP pengunjung mengakibatkan jumlah kunjungan juga akan
mengalami penurunan sehingga ancaman kerusakan lingkungan akan berkurang.
Penerapan tarif masuk kunjungan dapat ditingkatkan sesuai WTP
pengunjung maksimum sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif masuk tersebut akan
memberi peningkatan penerimaan pada pengelola, sehingga diasumsikan dapat
digunakan untuk menambah dana bagi pelestarian lingkungan dan peningkatan
fasilitas di objek wisata Curug Cigamea. Selain itu, penerapan tarif masuk
tersebut juga dapat digunakan untuk mengontol jumlah kunjungan di objek wisata
Curug Cigamea.
49
VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1 Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam dan
fasilitas wisata di Curug Cigamea baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan
wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di
sisi lain pengunjung menilai tingkat kebersihan di Curug Cigamea masih
kurang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola karena jika tidak dikelola
dengan baik dikhawatirkan dapat merusak lingkungan dan mengganggu
keberlanjutan wisata.
2 Objek wisata Curug Cigamea memiliki nilai dan dampak ekonomi yang cukup
besar. Hal ini menunjukan keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS
memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu
dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari
kegiatan wisata Curug Cigamea.
3 Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung dapat digunakan
untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat menambah penerimaan
pengelola dari peningkatan tarif masuk tersebut. Peningkatan tarif masuk
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dana pelestarian sumber daya alam,
pengembangan fasilitas wisata alam, serta untuk menghindari over carrying
capacity di objek wisata Curug Cigamea.
7.2 Saran
1 Keberlanjutan wisata Curug Cigamea harus terus dipertahankan karena dapat
memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar. Wisata tersebut
dapat berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS
yang merupakan salah satu modal dari wisata alam Curug Cigamea. Salah satu
langkah kongkritnya adalah dengan mengajak pengunjung turut serta dalam
penjagaan sumber daya alam dan lingkungan di Curug Cigamea di TNGHS
seperti mengikuti program tanam pohon asuh di TNGHS.
50
2 Pengelolaan objek wisata Curug Cigamea harus ada campur tangan dari pihak
TNGHS agar dalam pengembangan wisata tersebut tetap memperhatikan
aturan yang telah ditetapkan oleh pihak TNGHS. Hal tersebut dapat
direalisasikan dengan adanya pendampingan maupun sosialisasi dari pihak
TNGHS kepada masyarakat untuk tetap mengutamakan kelestarian sumber
daya alam dalam pengembangan wisata Curug Cigamea.
3 Pengelola diharapkan dapat meningkatkan fasilitas yang tersedia di objek
wisata Curug Cigamea terutama menambah jumlah tempat sampah dan papan
informasi yang berisi saran selama melakukan aktivitas wisata dan informasi
biodiversitas di TNGHS. Gangguan dari hewan liar, seperti monyet juga dapat
diminimalisir dengan adanya informasi untuk tidak terlihat membawa
bungkusan makanan di depan monyet.
4 Tarif masuk optimum di Curug Cigamea dapat diterapkan saat ini guna
meningkatkan dana konservasi dan perbaikan fasilitas penunjang wisata alam,
maupun jika sudah terjadi over carrying capacity guna mengontrol jumlah
pengunjung. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lanjutan tentang carrying
capacity untuk mengetahui seberapa besar kapasitas dari objek wisata Curug
Cigamea.
51
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2013. „Data Kunjungan
Wisatawan Curug Cigamea 2009-2012‟. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Bogor.
Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Wisata alam. Yogyakarta (ID):
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Gujarati DN. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Hakim AR, Sri S, dan Mangara T. 2011. Economic Valuation of Nature-Based
Tourism Object in Rawapening,Indonesia: An Application of Travel Cost
and Contingent Valuation Method. [Journal of Sustainable Development
VoI.4/No.2/April 2011].
Hanley N and Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environment. (UK):
Edward Elgar Publishing Limited.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta (ID): Grasindo.
Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor(ID): IPB
Press.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor(ID): IPB
Press.
Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam. [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[META] Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning
for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. Bristol (UK) : University
of The West of England.
Pitana G dan Diarta IKS. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta (ID): CV.
Andi Offset.
Prasetyo B dan Lina MJ. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan
Aplikasi). Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Prayoga E. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata
Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Resort Gunung Salak II. 2013. „Data Jumlah Pengunjung di GSE tahun 2011-
2012‟. Resort Gunung Salak II. Bogor.
52
Stynes DJ and Sun Y. 2000. Estimating National Park Visitor Spending and
Economic Impacts. Department of Park Recreation and Tourism Resources.
Michigan State University.
Suparmo M, Kusmana M, dan Hartono T. 2008. Rencana Aksi Pengembangan
Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2026.
Penerjemah.
Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi.
Turner KD, Pearce, and Bateman. 1994. Environmental Economic: An
Elementary Introduction. Centre for Social and Economic Research on The
Global Environment University of East Angalia and University College
London.
Undang-undang. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destination. Elsevier, Burlington.
Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah. Frans Gomang. Jakarta
(ID): Pradinya Paramitha.
Widada, Sri M, dan Hiroshi K. 2003. Sekilas tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bogor (ID): Biodiversity Conservation
Project.
Wijayanti P, Novianti T, dan Hastuti. 2008. Analisis Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus Kawasan Wisata Gunung Salak Endah
Kabupaten Bogor). [Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia VoI.13/No.3/2008 hal
173-181]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori Kebijaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo.
Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta (ID): Kompas.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1 Hasil Model Regresi Frekuensi Kunjungan TNGHS dengan Biaya
Perjalanan, Pendapatan Total, Lama Pendidikan, Umur, Lama
Mengetahui Objek Wisata, Waktu yang Dihabiskan di Lokasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) -.759 1.244 -.610 .543
biaya total .322 .099 .344 3.264 .002 .712 1.404
pendapatan total -.066 .080 -.102 -.831 .408 .522 1.916
lama pendidikan -.497 .409 -.118 -1.215 .227 .834 1.199
Umur -.232 .201 -.125 -1.153 .252 .676 1.478
lama
mengetahui
objek wisata .305 .059 .513 5.155 .000 .801 1.249
waktu yang
dihabiskan di
lokasi wisata .262 .152 .161 1.724 .088 .913 1.095
a. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS
Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1 – 0.066 lnX2 – 0.497 lnX3 – 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5
+ 0.262 lnX6
Lampiran 2 Uji Normalitas
Hipotesis uji:
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Asymp. Sig. (2-tailed)= 0.202 > α 5% maka data residual menyebar normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .44221023
Most Extreme Differences Absolute .124
Positive .124
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z 1.238
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
a. Test distribution is Normal.
55
Lampiran 3 Uji F
Hipotesis uji:
H0 : Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y
H1 : Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y
P value (0.000) < α 5% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi
berpengaruh nyata terhadap variabel Y
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.919 6 1.153 5.540 .000a
Residual 19.359 93 .208
Total 26.278 99
a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan
total, lama mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur
b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS
Lampiran 4 Uji Multikolerasi
Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena nilai
VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF<10) Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.794 1.234 -.644 .521
Biaya Perjalanan .331 .098 .353 3.370 .001 .709 1.411
Pendapatan Total -.073 .079 -.113 -.921 .360 .520 1.924
Lama Penddikan -.484 .406 -.115 -1.192 .236 .834 1.199
Umur -.256 .201 -.137 -1.274 .206 .671 1.490
Lama Mengetahui
Objek Wisata .272 .051 .533 5.338 .000 .781 1.280
Waktu yang
dihabiskan di
Lokasi
.288 .152 .176 1.899 .061 .905 1.106
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
56
Lampiran 5 Uji Autokorelasi
Nilai Durbin Watson hasil regresi (2.02) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi
pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .513a .263 .216 .45625 2.081
a. Predictors: (Constant), waktu yang dihabiskan di lokasi wisata, pendapatan total, lama
mengetahui objek wisata, lama pendidikan , biaya total, umur
b. Dependent Variable: kunjungan ke TNGHS
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Hasil Regresi Frekuensi ke TNGHS dengan Biaya Perjalanan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.412 .192 7.345 .000
Biaya Perjalanan 3.740E-6 .000 .170 1.706 .091 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
Y= 1.412 + 0.00000374 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .170a .029 .019 1.022 1.980
a. Predictors: (Constant), Biaya total
b. Dependent Variable: Frekuesi ke TNGHS
57
Lampiran 8 Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir
Responden Jumlah Kunjungan
1 2 2 2 3 1 4 1 5 3 6 5 7 1 8 1 9 1 10 3 11 1 12 1 13 1 14 2 15 1 16 1 17 2 18 3 19 1 20 1 21 1 22 1 23 2 24 4 25 3 26 3 27 1 28 2 29 1 30 1 31 1 32 3 33 5 34 1 35 3 36 2 37 1 38 1 39 4 40 1 41 2 42 1 43 5 44 1 45 1 46 1 47 1 48 1 49 1 50 1
Responden Jumlah Kunjungan
51 1 52 1 53 3 54 1 55 1 56 3 57 1 58 3 59 3 60 1 61 2 62 1 63 2 64 1 65 3 66 3 67 1 68 3 69 1 70 1 71 1 72 3 73 1 74 2 75 1 76 1 77 1 78 3 79 1 80 3 81 2 82 1 83 2 84 1 85 1 86 1 87 1 88 2 89 1 90 1 91 3 92 2 93 1 94 1 95 1 96 1 97 1 98 1 99 1
100 1 Total 169
58
Lampiran 9 Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah)
No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total
1 21 428.57 14 285.71 14 285.71 0 0 5000 3357.14 0 1 428.57 59 785.71
2 7 500 10 000 15 000 0 0 5000 4000 0 1 500 43000
3 30 000 25 000 75 000 0 0 5000 4000 0 1 500 140 500
4 15 000 15 000 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 45 z500
5 30 000 0 50 000 0 0 5000 4000 0 1 500 90 500
6 15 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 75 500
7 10 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500
8 6 500 5 000 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 27 000
9 15 000 0 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 35 500
10 10 000 25 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500
11 10 000 12 000 10 000 0 0 5000 3700 0 2 000 42 700
12 15 000 6 000 0 0 0 5000 4000 0 1 500 31 500
13 30 000 0 25 000 0 0 5000 4000 20 000 1 500 85 500
14 15 000 14 000 20 000 0 0 5000 4000 0 1 500 59 500
15 20 000 15 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 70 500
16 25 000 0 5 000 0 0 5000 4000 0 1 500 40 500
17 11 000 25 000 15 000 0 0 5000 4000 0 1 500 61 500
18 15 000 0 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 50 500
19 50 000 6 666.67 0 0 0 5000 0 0 0 61 666.67
20 100 000 3 750 1 250 0 0 5000 0 10 000 0 120 000
21 100 000 1 875 1 250 0 0 5000 0 10 000 0 118 125
22 100 000 1 250 500 0 0 5000 0 10 000 0 116 750
23 25 000 10 000 50 000 0 0 5000 4000 0 1 500 95 500
24 8 500 50 000 25 000 0 0 5000 4000 0 1 500 94 000
25 12 500 25 000 2 500 0 0 5000 4000 0 1 500 50 500
26 25 000 10 000 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 55 500
27 25 000 13 000 13 000 0 0 5000 4000 0 1 500 61 500
28 7 500 6 000 0 0 0 5000 4000 0 1 500 24 000
29 25 000 0 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 45 500
30 12 500 15 000 10 000 0 0 5000 4000 0 1 500 48 000
58
59
No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total
31 12 500 5 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000
32 15 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 35 500
33 20 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 10 000 1 500 90 500
34 25 000 0 15 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 50 500
35 25 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 60 500
36 25 000 37 500 25 000 0 0 5 000 4 000 20 000 1 500 118 000
37 25 000 20 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500
38 15 000 50 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 83 000
39 25 000 10 000 50 000 100 000 0 5 000 4 000 0 1 500 195 500
40 9 000 5 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 34 500
41 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000
42 17 500 7 500 30 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500
43 10 000 12 500 17 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 50 500
44 10 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 30 500
45 25 000 5 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 65 500
46 17 500 39 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 92 000
47 15 000 25 000 6 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 57 000
48 20 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 80 500
49 10 000 0 6 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 26 500
50 10 000 2 500 6 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 29 000
51 20 000 12 500 8 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 51 000
52 25 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 85 500
53 25 000 37 500 0 0 0 5 000 3 250 0 1 250 72 000
54 8 000 6 000 8 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 32 700
55 10 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 10 000 1 500 55 500
56 15 000 12 500 10 000 250 000 0 5 000 4 000 0 1 500 298 000
57 30 000 4 000 10 000 0 100 000 5 000 3 700 60 000 2 000 214 700
58 3 250 10 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 31 250
59 12 000 8 000 0 0 0 5 000 3 700 0 2 000 30 700
60 7 500 10 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000
61 14 000 2 000 12 000 0 0 5 000 3 700 50 000 2 000 88 700
62 10 000 4 000 10 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 34 700
58
59
60
No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total
63 100 000 500 550 0 0 5 000 0 0 0 106 050
64 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 28 000
65 35 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 95 500
66 20 000 15 000 50 000 0 0 5 000 4 000 50 000 1 500 145 500
67 15 000 7 500 7 500 0 0 5 000 4 000 0 1 500 40 500
68 10 000 25 000 50 000 0 0 5 000 4 000 50 000 1 500 145 500
69 25 000 100 000 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 185 500
70 15 000 5 000 6 250 0 0 5 000 3 250 0 1 250 35 750
71 30 000 10 000 4 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 54 700
72 12 500 50 000 0 0 0 5 000 4 000 0 1 500 73 000
73 12 500 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 73 000
74 100 000 20 000 10 000 0 0 5 000 3 700 0 2 000 140 700
75 13 000 0 150 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 173 500
76 33 333.33 16 666.67 16 666.67 0 0 5 000 3 500 0 1 666.67 76 833.33
77 7 500 25 000 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 93 000
78 30 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 90 500
79 20 000 0 75 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 105 500
80 15 000 60 000 20 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 105 500
81 15 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 2 000 76 000
82 15 000 25 000 25 000 0 0 5 000 4 000 0 2 000 76 000
83 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 29 000
84 15 000 5 000 7 500 0 0 5 000 4 000 0 2 500 39 000
85 10 000 5 000 5 000 0 0 5 000 4 000 0 1 500 30 500
86 7 500 0 25 000 0 5 000 5 000 4 000 0 2 500 49 000
87 25 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500
88 20 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 41 500
89 20 000 25 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500
90 7 500 35 000 5 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 59 000
91 17 500 0 20 000 0 20 000 5 000 4 000 0 2 500 69 000
92 30 000 0 50 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 91 500
93 50 000 0 75 000 0 50 000 5 000 4 000 0 2 500 186 500
94 7 500 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 29 000
60
61
No 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 1I Total
95 100 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 10 000 2 500 156 500
96 50 000 10 000 0 0 0 5 000 4 000 0 2 500 71 500
97 25 000 0 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 46 500
98 25 000 0 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 51 500
99 10 000 25 000 10 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 56 500
100 20 000 10 000 15 000 0 0 5 000 4 000 0 2 500 56 500
Total 2 290 011.90 1 328 994.05 1 934 252.38 350 000.00 175 000.00 500 000 374 957.14 310 000 164 095.24 7 427 310.71
Rata-rata 22 900.12 13 289.94 19 342.52 3 500.00 1 750.00 5 000 3 749.57 3 100 1 640.95 74 273.11
Proporsi 30.83 17.89 26.04 4.71 2.36 6.73 5.05 4.17 2.21 100.00
Keterangan :
1A : Biaya transportasi
1B : Biaya konsumsi dari rumah
1C : Biaya konsumsi di kawasan
1D : Biaya penginapan
1E : Biaya pembelian souvenir
1F : Biaya tiket masuk Cigamea
1G : Biaya tiket masuk GSE
1H : Biaya dokumentasi
1I : Biaya parkir
61
62
Lampiran 10 Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah)
Keterangan Res I
(a)
C1
(b)
C2
(c)
C3
(d)
C4
(e)
C5
(f)
C6
(g)
Total pengeluaran (j)
(j=b+c+d+e+f+g)
Pendapatan (k)
(k=a-j)
Kios Makanan
1 3 400 000 0 1 060 000 0 0 0 0 1 060 000 2 340 000
2 3 400 000 0 1 480 000 0 0 0 0 1 480 000 1 920 000
3 4 400 000 0 1 480 000 0 20 000 0 0 1 500 000 2 900 000
4 2 600 000 0 560 000 0 0 0 0 560 000 2 040 000
5 3 400 000 0 1 080 000 0 60 000 0 0 1 140 000 2 260 000
6 4 400 000 0 1 280 000 0 50 000 0 0 1 330 000 3 070 000
7 2 400 000 0 1 060 000 0 100 000 0 0 1 160 000 1 240 000
8 2 000 000 0 1 040 000 0 50 000 0 0 1 090 000 910 000
9 2 400 000 0 400 000 0 0 0 0 400 000 2 000 000
10 3 000 000 0 1 040 000 0 30 000 150 000 0 1 220 000 1 780 000
11 3 400 000 0 1 240 000 0 10 000 150 000 0 1 400 000 2 000 000
12 3 200 000 0 1 200 000 0 0 20 000 0 1 220 000 1 980 000
13 2 400 000 0 840 000 0 10 000 70 000 0 920 000 1 480 000
14 3 400 000 0 1 280 000 0 25 000 70 000 0 1 375 000 2 025 000
15 1 800 000 0 580 000 0 30 000 0 0 610 000 1 190 000
16 1 400 000 0 560 000 0 30 000 0 0 590 000 810 000
17 1 400 000 0 520 000 0 50 000 0 0 570 000 830 000
18 2 400 000 0 1 020 000 0 0 0 0 1 020 000 1 380 000
19 1 400 000 0 440 000 0 0 0 0 440 000 960 000
20 2 000 000 0 420 000 0 0 150 000 0 570 000 1 430 000
21 1 600 000 0 580 000 0 80 000 0 0 660 000 940 000
22 1 800 000 0 680 000 0 50 000 0 0 730 000 1 070 000
23 1 800 000 0 440 000 0 80 000 0 0 520 000 1 280 000
24 5 000 000 0 1 600 000 0 80 000 240 000 0 1 920 000 3 080 000
Jumlah 24 64 400 000 0 21 880 000 0 755 000 850 000 0 23 485 000 40 915 000
Rata-rata 2 683 333 0 911 667 0 31 458 35 417 0 978 541.6667 1 704 792
Foto keliling
25
26
27
4 600 000
3 600 000
2 600 000
0
0
0
1 000 000
1 000 000
1 000 000
0
0
0
0
0
0
240 000
240 000
240 000
0
0
0
1 240 000
1 240 000
1 240 000
3 360 000
2 360 000
1 560 000
62
63
Keterangan Res I
(a)
C1
(b)
C2
©
C3
(d)
C4
(e)
C5
(f)
C6
(g)
Total pengeluaran (j)
(j=b+c+d+e+f+g+h+i)
Pendapatan (k)
(k=a-j)
Jumlah 3 11 000 000 0 3 000 000 0 0 720 000 0 3 720 000 7 280 000
Rata-rata 3 666 667 0 1 000 000 0 0 240 000 0 1 240 000 2 426 667
Toilet 28
29
1 400 000
3 600 000
0
320000
0
0
30 000
50 000
0
0
0
0
0
0
30 000
370 000
1 370 000
3 230 000
Jumlah 2 5 000 000 320000 0 80 000 0 0 0 400 000 4 600 000
Rata-rata 2 500 000 160000 0 40 000 0 0 0 200 000 2 300 000
Cenderamata
30
31
32
280 000
340 000
240000
0
0
0
300 000
1 000 000
1 500 000
0
0
0
0
100 000
0
72 000
100 000
0
0
0
0
372 000
1 200 000
1 500 000
2 428 000
2 200 000
900 000
Jumlah 3 8 600 000 0 2 800 000 0 100 000 172 000 0 3 072 000 5 528 000
Rata-rata 3 100 000 0 933 333 0 33 333 57 333 0 1 024 000 2076 000
Warung dan toilet 33 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000
Jumlah 1 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000
Rata-rata 4 800 000 0 1 220 000 50 000 40 000 0 0 1 310 000 3 490 000
Fish spa 34 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000
Jumlah 1 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000
Rata-rata 3 000 000 800000 100 000 30 000 0 30 000 0 960 000 2 040 000
Gorengan cireng 35 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000
Jumlah 1 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000
Rata-rata 1 500 000 500000 540 000 0 0 0 0 1 040 000 460 000
Keterangan:
I : Penerimaan
C1 : Upah karyawan
C2 : Pembelian Bahan baku
C3 : Pemeliharaan alat
C4 : Listrik
C5 : Transportasi lokal
C6 : Pajak
63
64
Lampiran 11 Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah)
Pekerjaan Pendapatan Perbulan Rata-rata Pendapatan
Safety Guard 1 500 000
Safety Guard 1 500 000 1 500 000
Penjaga Tiket 1 500 000
Penjaga Tiket 1 500 000
Penjaga Tiket 1 000 000
Penjaga Tiket 800 000
Penjaga Tiket 1 200 000 1 200 000
Parkir 1 100 000
Parkir 800 000 950 000
Unit Usaha Cireng 500 000 500 000
Unit Usaha FISH SPA 800 000 800 000
Unit Usaha Toilet 320 000 320 000
Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga kerja
Tenaga Kerja
Biaya
Pangan/Bulan
(a)
Biaya
Transportasi/B
ulan (b)
Biaya Sekolah
Anak/Bulan (c) Total
Safety Guard 300 000 0 0 300 000
Safety Guard 1 500 000 150 000 1 200 000 2 850 000
Rata-rata 900 000 75 000 600 000 1 575 000
Proporsi 0.5714 0.0476 0.3810 1
Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 450 000 2 055 000
Penjaga Tiket 300 000 75 000 150 000 525 000
Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 450 000 2 055 000
Penjaga Tiket 1 500 000 105 000 900 000 2 505 000
Penjaga Tiket 900 000 0 1 050 000 1 950 000
Rata-rata 1 140 000 78 000 600 000 1 818 000
Proporsi 0.6271 0.0429 0.3 300 1
Parkir 600 000 105 000 750 000 1 455 000
Parkir 900 000 0 600 000 1 500 000
Rata-rata 750 000 52 500 675 000 1 477 500
Proporsi 0.5076 0.0355 0.4 569 1
Toilet 300 000 0 150 000 450 000
Rata-rata 300 000 0 150 000 450 000
Proporsi 0.6667 0 0.3333 1
Unit Usaha Fish Spa 750 000 450 000 150 000 1 350 000
Rata-rata 750 000 450 000 150 000 1 350 000
Proporsi 0.5556 0.3333 0.1111 1
Unit Usaha Cireng 300 000 80 000 150 000 530 000
Rata-rata 300 000 80 000 150 000 530 000
Proporsi 0.5660 0.1509 0.2830 1
Keterangan :
a :Biaya pangan/bulan
b : Biaya transportasi/bulan
c : Biaya sekolah anak/bulan
65
Lampiran 13 Perhitungan efek pengganda
E = Rp 55 449 410
D = Rp 92 337 095
N = Rp 44 052 170
U = Rp 24 797 000
Keynesian Income Multiplier =
= 2.9
Ratio Income Multiplier Tipe I =
= 1.5
Ratio Income Multiplier Tipe II =
= 1.7
66
Lampiran 14
Gambar air terjun yang pertama
dijumpai dari gerbang utama
Lampiran
Gambar air terjun yang kedua
dijumpai dari gerbang utama
Tangga menuju Curug Cigamea Kondisi hutan di sekitar lokasi wisata
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Poncowarno, Lampung Tengah
pada tanggal 29 Juli 1991 dari Ayah Elyas Sinaga dan
Ibu Maria Turnip. Penulis adalah putra kelima dari enam
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) Kalirejo dan pada tahun
2009 penulis diterima melalui Undangan Seleksi Masuk
IPB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan keaagamaan
dan kemahasiswaan yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada tahun 2009-
2012, serta anggota dari Himpunan Profesi REESA, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan. Penulis juga pernah meraih penghargaan dalam
kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara I Tim Voli Putra Greenstation ESL tahun
2012. Penulis ikut aktif dalam kegiatan kepanitiaan REESA.