briefing paper no. 7: monitoring partisipatif taman nasional … · 2012-01-05 · briefing paper...

4
Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) memiliki luas ±1,36 juta ha dan berada dalam 11 wilayah adat di dua kabupaten, yakni Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan. TNKM terletak di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia dengan panjang batas negara ±449 km, serta merupakan bagian dari kawasan Heart of Borneo (HoB) yang merupakan kesepakatan 3 negara (Indonesia-Malaysia-Brunai Darussalam). Dengan kawasan yang cukup luas tersebut permasalahan maupun ancaman terhadap kawasan juga cukup tinggi. Sehingga diperlukan suatu sistem monitoring kawasan yang efektif dan efisien, sebagai taman nasional satu-satunya di Indonesia yang memiliki sistem pengelolaan kolaboratif maka TNKM menggunakan sistem monitoring kawasan secara partisipatif yang melibatkan berbagai pihak. Secara umum kegiatan monitoring di TNKM terbagi 3 berdasarkan sumber informasi yang dipakai (Analisis Citra Satelit, hasil fly-over dan informasi dari masyarakat). Sebagai penunjang bagi kevalidan data yang telah diperoleh maka dilakukan kegiatan lanjutan berupa pengecakan langsung di lokasi (ground truthing). Kegiatan ini merupakan bagian dari program FORCLIME-GTZ (Kerjasama Indonesia-Jerman, komponen 3, sub- componen TN Kayan Mentarang), yang diimplementasikan oleh WWF Indonesia program TNKM. Kegiatan ini juga didukung melalui sumber- sumber lain. sulitnya medan serta terbatasnya personil di lapangan membuat daerah ini menjadi sasaran empuk dari aktivitas illegal logging dan pembalakan liar. Maraknya pencurian Gaharu oleh masyarakat sekitar dan luar kawasan secara berlebihan. Ancaman lain di daerah TNKM yang berbatasan dengan hutan produksi yakni adanya illegal logging yang masuk ke kawasan TNKM, hal ini juga disebabkan karena adanya 2 SK penunjukkan TNKM yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan batas TNKM dengan batas Hutan Produksi. Sebagian besar pemukiman yang berada di sekitar perbatasan TNKM merupakan pemukiman yang terisolir dengan akses yang cukup sulit, untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah daerah membuat perencanaan pembangunan jalan untuk membuka akses daerah tersebut, pembangunan tersebut jika tidak dilakukan dengan pengawasan yang ketat maka akan berpengaruh buruk terhadap keutuhan kawasan TNKM dan menjadi ancaman yang besar terhadap kawasan. Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang TN Kayan Mentarang, sebagai suatu kawasan konservasi yang memiliki areal sangat luas dan memiliki sumberdaya manusia yang terbatas untuk memonitor seluruh kawasan tersebut. Sehingga diperlukan suatu mekanisme tersendiri yang dapat mengakomodasi kegiatan monitoring kawasan secara cepat, akurat dan mencakup wilayah yang cukup luas. Selain itu dengan ditunjuknya kawasan TNKM sebagai kawasan taman nasional yang dikelola secara kolaboratif berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 1214/Kpts-II/2002, khususnya dalam monitoring kawasan, perlu dikembangkan sistem monitoring yang cepat, tepat Kawasan strategis TN Kayan Mentarang Taman Nasional Kayan Mentarang dengan luas mencapai 1.360.500 ha ditetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan No.631/Kpts-II/1996, kawasan taman nasional ini merupakan kawasan konservasi yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi, keragaman tipe ekosistem dan keindahan alam serta memiliki nilai sejarah serta budaya tinggi. Kawasan ini telah beratus tahun menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Dayak. Selain itu, kawasan ini juga merupakan daerah hulu-hulu 3 (tiga) sungai atau Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di utara kalimatan yaitu Sungai Kayan, Sesayap dan Sembakung yang menjadi urat nadi kota-kota besar di pesisir Pulau Kalimantan. Bersama dengan kawasan hutan lainnya yang masih tersisa di Pulau Borneo, kawasan ini merupakan bagian dari kawasan hutan Jantung Borneo (Heart of Borneo) yang memiliki nilai keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem penting bagi masyarakat lokal, nasional, dan internasional. TNKM berada dalam 11 Wilayah Adat di dua Kabupaten yakni Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Dengan dicanangkannya kabupaten Malinau sebagai kabupaten Konservasi sesuai Perda Kab. Malinau No. 4 Tahun 2007, diharapkan kawasan TNKM mempunyai peran penting dalam implementasi pembangunan berkelanjutan di kawasan Malinau berdasarkan prinsip-prinsip konservasi. Ancaman terhadap TN Kayan Mentarang Dengan kawasan yang begitu luas dan berada didaerah perbatasan membuat kawasan TNKM berpotensi terancam dari berbagai gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan panjangnya garis batas Indonesia-Malaysia dan Forests and Climate Change

Upload: others

Post on 19-Mar-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional … · 2012-01-05 · Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang Kawasan Taman Nasional

Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang

Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) memiliki luas ±1,36 juta ha dan berada dalam 11 wilayah adat di dua kabupaten, yakni Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan. TNKM terletak di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia dengan panjang batas negara ±449 km, serta merupakan bagian dari kawasan Heart of Borneo (HoB) yang merupakan kesepakatan 3 negara (Indonesia-Malaysia-Brunai Darussalam). Dengan kawasan yang cukup luas tersebut permasalahan maupun ancaman terhadap kawasan juga cukup tinggi. Sehingga diperlukan suatu sistem monitoring kawasan yang efektif dan efisien, sebagai taman nasional satu-satunya di Indonesia yang memiliki sistem pengelolaan kolaboratif maka TNKM menggunakan sistem monitoring kawasan secara partisipatif yang melibatkan berbagai pihak. Secara umum kegiatan monitoring di TNKM terbagi 3 berdasarkan sumber informasi yang dipakai (Analisis Citra Satelit, hasil fly-over dan informasi dari masyarakat). Sebagai penunjang bagi kevalidan data yang telah diperoleh maka dilakukan kegiatan lanjutan berupa pengecakan langsung di lokasi (ground truthing). Kegiatan ini merupakan bagian dari program FORCLIME-GTZ (Kerjasama Indonesia-Jerman, komponen 3, sub-componen TN Kayan Mentarang), yang diimplementasikan oleh WWF Indonesia program TNKM. Kegiatan ini juga didukung melalui sumber-sumber lain.

sulitnya medan serta terbatasnya personil di lapangan membuat daerah ini menjadi sasaran empuk dari aktivitas illegal logging dan pembalakan liar. Maraknya pencurian Gaharu oleh masyarakat sekitar dan luar kawasan secara berlebihan. Ancaman lain di daerah TNKM yang berbatasan dengan hutan produksi yakni adanya illegal logging yang masuk ke kawasan TNKM, hal ini juga disebabkan karena adanya 2 SK penunjukkan TNKM yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan batas TNKM dengan batas Hutan Produksi.

Sebagian besar pemukiman yang berada di sekitar perbatasan TNKM merupakan pemukiman yang terisolir dengan akses yang cukup sulit, untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah daerah membuat perencanaan pembangunan jalan untuk membuka akses daerah tersebut, pembangunan tersebut jika tidak dilakukan dengan pengawasan yang ketat maka akan berpengaruh buruk terhadap keutuhan kawasan TNKM dan menjadi ancaman yang besar terhadap kawasan.

Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang

TN Kayan Mentarang, sebagai suatu kawasan konservasi yang memiliki areal sangat luas dan memiliki sumberdaya manusia yang terbatas untuk memonitor seluruh kawasan tersebut. Sehingga diperlukan suatu mekanisme tersendiri yang dapat mengakomodasi kegiatan monitoring kawasan secara cepat, akurat dan mencakup wilayah yang cukup luas. Selain itu dengan ditunjuknya kawasan TNKM sebagai kawasan taman nasional yang dikelola secara kolaboratif berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 1214/Kpts-II/2002, khususnya dalam monitoring kawasan, perlu dikembangkan sistem monitoring yang cepat, tepat

Kawasan strategis TN Kayan Mentarang

Taman Nasional Kayan Mentarang dengan luas mencapai 1.360.500 ha ditetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan No.631/Kpts-II/1996, kawasan taman nasional ini merupakan kawasan konservasi yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi, keragaman tipe ekosistem dan keindahan alam serta memiliki nilai sejarah serta budaya tinggi. Kawasan ini telah beratus tahun menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Dayak. Selain itu, kawasan ini juga merupakan daerah hulu-hulu 3 (tiga) sungai atau Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di utara kalimatan yaitu Sungai Kayan, Sesayap dan Sembakung yang menjadi urat nadi kota-kota besar di pesisir Pulau Kalimantan. Bersama dengan kawasan hutan lainnya yang masih tersisa di Pulau Borneo, kawasan ini merupakan bagian dari kawasan hutan Jantung Borneo (Heart of Borneo) yang memiliki nilai keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem penting bagi masyarakat lokal, nasional, dan internasional. TNKM berada dalam 11 Wilayah Adat di dua Kabupaten yakni Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Dengan dicanangkannya kabupaten Malinau sebagai kabupaten Konservasi sesuai Perda Kab. Malinau No. 4 Tahun 2007, diharapkan kawasan TNKM mempunyai peran penting dalam implementasi pembangunan berkelanjutan di kawasan Malinau berdasarkan prinsip-prinsip konservasi.

Ancaman terhadap TN Kayan Mentarang

Dengan kawasan yang begitu luas dan berada didaerah perbatasan membuat kawasan TNKM berpotensi terancam dari berbagai gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan panjangnya garis batas Indonesia-Malaysia dan

Forests and Climate Change

Page 2: Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional … · 2012-01-05 · Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang Kawasan Taman Nasional

dan akurat yang melibatkan berbagai pihak terutama masyarakat sekitar kawasan, monitoring tersebut dikenal sebagai monitoring partisipatif TNKM.

Secara umum kegiatan monitoring di TNKM terbagi 3 berdasarkan sumber informasi yang digunakan, antara lain :

1. Berdasarkan hasil analisis citra satelit.Penggunaan citra satelit memiliki beberapa keunggulan. Data ini mencakup daerah yang cukup luas dan menggambarkan keadaan sebenarnya di muka bumi secara cepat dan dapat diperoleh secara berkala (periodik) melalui metode analisis GIS (Geographical Information System) dan remote sensing yang memanfaatkan teknologi citra satelit. Gambaran kondisi kawasan dapat diperoleh dengan melakukan pengklasifikasian terhadap berbagai fenomena yang tampak dari citra satelit, hasil ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui tingkat perubahan tutupan lahan berkala hingga tingkat kerusakan hutan akibat aktivitas yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan.

2. Berdasarkan hasil dari Survei udara (Fly-over)Kegiatan survey udara yang dilakukan di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang merupakan upaya berkala dalam menilai dan mengidentifikasi berbagai tekanan yang mungkin terjadi di dalam dan sekitar kawasan. Survey udara menjadi pilihan karena alasan efektifitas dalam menilai gangguan di seluruh kawasan, walaupun pada kenyataanya, tidak semua lokasi dapat ditempuh dan dilakukan penilaian dari udara. Akan tetapi dengan memadukan hasil identifikasi citra satelit dan survey udara didapatkan hasil yang cukup memadai untuk dapat menilai kondisi kawasan secara menyeluruh.

Metode terbang yang dilakukan adalah dengan menggunakan jalur terbang yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil pantauan citra satelit, sehingga titik-titik yang dicurigai terjadi tekanan dapat terlewati ketika survey. Penggunaan GPS yang dipadukan dengan computer portable berisi informasi spasial kawasan serta alat dokumentasi mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan survey.

3. Berdasarkan Laporan dari masyarakat sekitar kawasan TNKM.

Sejak sebelum ditunjuknya kawasan TNKM sebagai kawasan konservasi, daerah tersebut sudah dihuni oleh masyarakat adat dayak dan sudah mengelola hutan tersebut secara arif dan bijaksana sehingga tetap utuh sampai sekarang. Pengelolaan hutan melalui hutan adat/Tana'Ulen, system perladangan gilir balik dan pertanian organik adalah beberapa contoh sistem pengelolaan kawasan secara berkelanjutan yang telah dilakukan oleh masyarakat adat secara turun temurun di kawasan ini. Kondisi keanekaragaman hayati di TNKM yang terjaga dari berbagai ancaman dan gangguan merupakan hasil dari keikutsertaan masyarakat adat dalam menjaga hutan dikawasan TNKM dan sekitarnya. Untuk meningkatkan peran masyarakat tersebut dalam pengelolaan kolaboratif TNKM maka dibentuklah suatu organisasi kemasyarakatan yang bersifat swadaya

yang dikenal dengan PAM SWAKARSA. Fungsi dari organisasi ini adalah untuk membantu Balai TNKM dalam monitoring kawasan TNKM.

Pelaksanaan Monitoring Partisipatif Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang

1. Analisis Citra Satelita. Pada tahun 2006 dilakukan analisis citra satelit di kawasan

TNKM untuk mengetahui kondisi tutupan lahan di kawasan TNKM dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi citra satelit tahun 2006 (komposit dengan Citra Satelit Landsat tahun 2002-2005) wilayah Taman Nasional Kayan Mentarang sekitar 95 % merupakan kawasan hutan (primer & sekunder), sedangkan 5 % merupakan kawasan non hutan yang terdiri dari kawasan pemukiman, areal budidaya pertanian masyarakat dan semak belukar. Hasil analisis juga menunjukan lokasi-lokasi rawan pembukaan hutan di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang dalam skala cukup luas, pembukaan ini biasanya adalah berupa pembukaan jalan logging yang

b. Untuk memantau perubahan kondisi tutupan lahan terakhir maka dilakukan analisis citra satelit untuk periode tahun 2009/2010. Jenis citra yang digunakan adalah Citra Satelit Alos Avnir perekaman 2007-2009 dengan resolusi spasial 10 meter. Beberapa ancaman yang terlihat dari citra tidak jauh berbeda dengan citra sebelumnya sehingga mengindikasikan kawasan TNKM masih relative utuh akan tetapi masih perlu pengecekan langsung ke lapangan.

2. Survey Udara ( fly-over)Dari periode 2004 hingga bulan Desember 2006, terhitung telah 4 (empat) kali survey udara dilakukan dikawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam survey udara ini adalah dari BKSDA Kaltim, Kepolisian, TNI-AD dan pemerintah daerah. Pada periode tahun 2007 hingga bulan Oktober telah dilakukan 2 (dua) kali survey udara sepanjang perbatasan kawasan menggunakan pesawat perintis Cessna.

Dari hasil pantauan udara tersebut didapatkan kesimpulan bahwa secara umum kawasan TNKM terutama yang berbatasan dengan wilayah Malaysia (Sarawak dan Sabah) masih berada dalam kondisi yang relatif aman dari ancaman kegiatan pembalakan & illegal logging. Lokasi-lokasi yang memiliki potensi terjadinya ancaman illegal yaitu : 1) Daerah hulu S. Sulon Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan pada koordinat sekitar 4º20' LU dan 115º50'BT; 2) bagian barat TNKM di wilayah hulu Sungai Lesung di Kecamatan Kayan Hilir Kabupaten Malinau pada sekitar koordinat 2º3' LU dan

Hulu S. Bahau (Desa Apauping) Perbatasan Kec. Bahau Hulu - Malinau

Hulu S. Raye (Pa Raye - Krayan Hilir) Perbatasan Krayan Hilir - Sabah; Kab. Nunukan

Hulu S. Betung (Pa Betung) Perbatasan Krayan Hilir - Serawak; Kab. NunukanHulu S. Lumbis (Tau Lumbis) Perbatasan Lumbis - Sabah; Kab. Nunukan

Hulu S. Lesung (Perbatasan Desa Data Dian - Serawak) Kayan Hilir, Kab. MalinauDesa Long Ketaman, Kecamatan Pujungan Perbatasan Kawasan dengan HPH Rangga Kusuma

1

2

34

56

No Lokasi Dugaan Koordinat

115 47 59 BT & 4 13 25 LU

115 39 40 BT & 4 03 06 LU

115 54 54 BT & 4 22 39 LU

Tabel 1. Dugaan Lokasi Pembukaan Hutan

Page 3: Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional … · 2012-01-05 · Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang Kawasan Taman Nasional

Figure 1. Proses Monitoring Partisipatif TNKM

114º48' BT dan; 3) di sekitar hulu Apauping Kecamatan Bahau Hulu di wilayah pegunungan Batu Kalong pada koordinat 2º3' LU dan 114º48' BT.

Pada tanggal 25 Juli 2009 telah dilaksanakan pertemuan mengenai revisi tata batas TNKM, sebagai tindak lanjutnya maka dilaksanakan fly-over yang diikuti oleh Tim Terpadu RTRWP Kaltim, Pemda Malinau dan Nunukan, BTNKM dan WWF Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi tutupan lahan di daerah pemukiman TNKM dan sekitarnya. Dari hasil survey udara tersebut diambil keputusan bahwa sebagian besar desa di sekitar TNKM akan dikeluarkan dari kawasan TNKM karena sudah tidak sesuai dengan peruntukannya, keputusan tersebut akan merubah batas dan luas kawasan TNKM sesuai dengan RTRWP Kaltim yang sedang direvisi.

3. Survei Darat (ground-Checking)Survei darat yang sudah pernah dilaksanakan dibeberapa tempat antara lain :

a) Survey darat wilayah perbatasan Apauping – Long Banga 2005, 2008 (April)b) Survey darat wilayah Krayan Juli 2006 c) Survey darat wilayah Pujungan 2006d) Lumbis, Juni 2009e) Pujungan-Bahau-Long Tua 2010

Dari hasil survey tersebut terdapat beberapa kejadian yang tergolong merusak kawasan TNKM, diantaranya sebagai berikut :

i. Ditemukannya beberapa bukti bekas tebangan hasil Illegal logging yang dilakukan, lokasi bukti tidak jauh dari garis batas perbatasan antara TNKM dengan Serawak, Malaysia.

ii. Ditemukan juga beberapa lembar pita berwarna merah muda (pink) dibeberapa tempat. Dalam pita tersebut tertuliskan beberapa nama individu, tempat asal dan tujuan perjalanan serta tulisan lain seperti “Helly Logging”.

iii. Terdapat bekas tebangan tegakan pohon berjenis Agathis sp dengan diameter sekitar > 50 cm sebanyak 3 bekas tebangan.

iv. Beberapa patok perbatasan berada dalam kondisi yang tidak terawat dengan baik dan sulit untuk diidentifikasi.

v. Ditemukannya bekas aktivitas pembalakan yang dilakukan oleh PT. Rangga Kesuma pada titik koordinat ( N 02° 29' 51“ dan E 115° 49' 18'), dan titik koordinat ( N 02° 29' 29“ dan E 115° 49' 08’

4. Pembentukan dan Pembinaan Pam Swakarsa sebagai ujung tombak pengamanan kawasan TNKMUntuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengamanan kawasan TNKM yang juga merupakan wilayah adat bagi masyarakat sekitar maka dibentuk suatu kelompok masyarakat yang disebut dengan PAM SWAKARSA. Kelompok ini tersebar di 5 wilayah adat yakni Lumbis, Tubu, Mentarang, Krayan Hulu dan Krayan Tengah yang dibentuk pada awal tahun 2008. Selain pembentukan, pada akhir 2009 telah dilakukan pembinaan mengenai identifikasi dan penanggulangan ancaman terhadap TNKM serta disusun pula SOP (standard operating procedures) dalam kegiatan monitoring TNKM.

Lessons learned dari kegiatan Monitoring Partisipatif

TNKM

Penggunaan citra satelit sangat membantu dalam kegiatan monitoring partisipatif, khususnya untuk kawasan yang luas keperti TNKM, dimana untuk survei secara menyeluruh sungguh sangat tidak memungkinkan karena akses dan personil serta biaya yang terbatas. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan analisis citra satelit. Citra Satelit Landsat yang memiliki resolusi spasial hanya 30m persegi, sehingga kerusakan dengan luas kurang dari 30 m persegi tidak jelas terlihat, terutama jalan-jalan logging atau daerah pembalakan liar atau kegiatan lain yang merusak kawasan. Akan tetapi citra yang digunakan untuk saat ini (Alos Avnir) memiliki resolusi yang lebih tajam yakni 10 m persegi sehingga lebih baik dalam penafsiran apa yang ada di kawasan TNKM dan sekitarnya. Kelemahan lainnya adalah tidak semua kawasan dapat jelas terlihat karena tertutup awan terutama daerah pegunungan yang selalu diselimuti awan.

Kawasan TNKM dan sekitarnya memiliki topografi yang berbukit dan bergunung, khususnya untuk daerah perbatasan dengan negara Malaysia, sehingga cukup sulit untuk melakukan patroli/ground truthing atau monitoring kawasan TNKM dengan berjalan kaki. Sementara kasus pencurian kayu yang dilakukan oleh negara tetangga menggunakan helikopter atau dengan teknologi yang jauh

Page 4: Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional … · 2012-01-05 · Briefing Paper No. 7: Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang Kawasan Taman Nasional

BALAI TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANGKantor (sementara):Jl. Pusat Pemerintahan Komplek Perumahan DPRDTj. Belimbing, Malinau - Kalimantan TimurTelp/Fax : (0553) 20 22 757Telp : (0553) 20 22 758Email : [email protected]

FOREST AND CLIMATE CHANGE PROGRAMME (FORCLIME)Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbHManggala Wanabakti Building, Block VII, 6th FloorJln. Jenderal Gatot SubrotoJakarta 10270, IndonesiaEmail : [email protected]

WWF Indonesia, Kayan Mentarang National Park ProgramJln. Raja Pandhita No. 89 RT. 07Tj. Belimbing, Malinau KotaKalimantan Timur - 77554Telp : 0553 - 215 23Email: [email protected]

long bawan

Ba’kelalan

long layu

apau ping

long banga

data dian

long pujungan

Kayang MentarangNational Park

Landsat Imagery 2000 ALOS Imagery 2007-2009

Overflight 2005

Joint Patrol/Ground Truthing Apauping-Long Banga 2005

a r e a o f i n t e r e s t

Figure 2. Aktivitas Monitoring Partisipatif Tahun 2005

lebih baik. Oleh karena itu kegiatan monitoring partisipatif juga hendaknya melibatkan negara tetangga. Hal ini dapat dilakukan melalui jaringan HoB (Heart of Borneo) yang melibatkan 3 negara (Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam) yang memiliki visi konservasi yang sama, tetapi untuk saat ini masih belum bisa dilaksanakan. Demikian juga dengan fly-over hendaknya bisa dilaksanakan secara rutin dalam memonitoring kawasan TNKM yang merupakan jantungnya dari HoB itu sendiri.

Pelaksanaan kegiatan Pam Swakarsa telah berjalan selama 2 tahun (2008-2010). Banyak keberhasilan yang dicapai. Anggota Pam Swakarsa t idak hanya berperan membantu mengamankan kawasan TNKM akan tetapi juga membantu l e m b a g a a d a t n y a u n t u k mengamankan hutan adat. Di daerah Tubu, beberapa anggota Pam Swakarsa beberapa kali berhasi l mengusir para p e n c u r i g a h a r u y a n g mencoba masuk dan mencuri gaharu ke wilayah adat mereka.

Akan tetapi program ini memiliki banyak kekurangan sehingga perlu diperbaiki kedepan agar tujuan pengamanan kawasan TNKM dapat terpenuhi. Biaya operasional dan peralatan yang diperlukan dalam monitoring kawasan masih belum maksimal. Penyebaran anggota Pam Swakarsa belum proporsional sesuai kebutuhan kawasan TNKM yang luas serta belum memadainya sarana komunikasi yang perlu dalam monitoring kawasan TNKM.

Berdasarkan hasil evaluasi Program Pam Swakarsa yang dilakukan pada Juni 2010 oleh konsultan bersama WWF-TNKM dan bekerjasama dengan Balai TNKM dan anggota Pam Swakarsa diperoleh kesimpulan bahwa program ini perlu dilanjutkan dan disempurnakan. Hal ini merupakan wujud dari kepedulian masyarakat adat terhadap kawasan TNKM yang merupakan stakeholder penting dalam pengelolaan kolaboratif TNKM.

Rencana Tindak Lanjut

Sampai saat ini beberapa kegiatan yang sedang dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan antara lain sebagai berikut :

1. Untuk melihat sejauh mana perubahan tutupan lahan di kawasan TNKM dan sekitarnya serta melihat sejauh mana keberhasilan program monitoring partisipatif dalam pengamanan kawasan TNKM, maka diperlukan analisis lanjutan dari Citra Satelit Alos yang sudah ada menjadi peta tutupan lahan tahun 2009/2010. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan, mengetahui luas perambahan, illegal logging, kebakaran dll beserta sebarannya. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada akhir tahun 2010 dan di dukung sepenuhnya oleh USAH 44.

2. Melakukan Pelatihan dan penyegaran Pam Swakarsa di daerah Krayan Hulu dan Krayan Tengah. Hal ini dipandang perlu karena sejak pembentukan pada tahun 2008 lalu, sampai sekarang belum ada pelatihan tambahan. Pelatihan

ini direncanakan akan dilaksanakan pada November 2010 di Krayan Hulu dan Krayan Selatan.

Seluruh kegiatan ini merupakan target yang akan dicapai untuk menciptakan pengelolaan taman nasional yang efektif dan efisien dan secara kolaboratif yang melibatkan banyak pihak.