estimasi gastropoda "ekologi perairan"
DESCRIPTION
laporan praktikum ekologi perairanTRANSCRIPT
ESTIMASI GASTROPODA
Asterina Wulan Sari
12/335195/PN/13030
Teknologi Hasil Perikanan
INTISARI
Praktikum estimasi populasi gastropoda dilakukan menggunakan metode plotless.
Tujuannya adalah mengetahui korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan dengan
populasi gastropoda. Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 4 April 2013 di
Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Sungai dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan. Untuk
setiap pengamatan dilakukan pengambilan parameter fisik (suhu air, suhu udara, kecepatan
arus,dan debit air), parameter kimia (pH, DO, CO2 bebas, dan alkalinitas) dan parameter
biologi. Dengan mengetahui hasil data dari berbagai parameter tersebut maka dapat
dilakukan suatu perbandingan dengan densitas gastropoda. Stasiun terbaik terdapat pada
stasiun 2 karena densitas gastropodanya tinggi.
Kata kuci : Estimasi, Gastropoda, Makrobentos, Populasi, Sungai
PENDAHULUAN
Daratan memiliki sungai untuk mengalirkan air dari pegunungan ke lautan. Sungai
sendiri memiliki banyak manfaat, tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi tumbuhan dan
hewan. Di dalam sungai biasanya didapatkan makrobentos khususnya gastropoda dalam
jumlah yang berlimpah. Jumlah populasi gastropoda dapat menjadi tolakukur kualitas
perariran. Makrobentos ini dapat juga berupa larva insekta, mullusca, oligochaeta,
crustacea, amphipoda, isopoda, decapoda, dan nematoda.
Estimasi adalah menaksir ciri-ciri tertentu dari populasi atau memperkirakan nilai
populasi (parameter) dengan menggunakan sampel (Aritomang, 2005). Makrobentos
adalah kategori berdasarkan ukuran pada bagian taksonomi yang beragam pada benthos
dalam air dangkal, begitu juga dengan tanaman dan hewan (Steele, 2009). Gastropoda
adalah spesies paling kaya di kelas mollusca, menghuni berbagai avertebrata yang
berhabitat di laut, di air tawar, dan di darat (Felder, 2009). Gastropoda air tawar melimpah
di zona litorial dangkal di danau dan sungai (Sergers et al, 2005). Gastropoda adalah
mollusca yang memiliki cangkang dengan bentuk tabung yang melengkung ke kanan yang
searah dengan jarum jam. Namun, ada pula yang memilin ke kiri, kepala dan kaki menjulur
keluar bila sedang merayap, dan masuk bila ada bahaya mengancam (Kuncoro, 2004)
Adapun tujuan dari dilakukannua praktikum ini adalah mempelajari penerapan
metode tanpa plotless untuk mengestimasi populasi gastropoda. Juga untuk mempelajari
korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda).
METODOLOGI
Praktikum estimasi gastropoda ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 4 April
2013 pukul 14.30 WIB. Sungai yang dipilih sebagai tempat praktikum adalah Sungai
Tambak Bayan Yogyakarta yang dibagi menjadi 4 stasiun. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metode plotless. Karena hanya parameter biologi yang difokuskan
pada praktikum ini, jadi lebih memperhatikan densitas populasi gastropoda.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pH meter, larutan MnSO4,
larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80N Na2S2O3, larutan 1/44N
NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator
Phenophphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO), larutan indikator
Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), larutan 0.01N Kalium Permanganat, 6N
H2SO4, larutan 0.01N asam oksalat, dan larutan 4%formalin. Alat yang dipergunakan
adalah tongkat kecil, bola tenis meja, stopwatch, roll meter, meteran, thermometer, botol
oksigen, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, kertas label,
dan pensil.
Parameter pada praktikum ini mencangkup parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika meliputi kecepatan arus, suhu air, dan suhu udara. Untuk parameter kimia
berupa pH, kadar O2 terlarut, karbondioksida bebas, dan alkalinitas. Pada parameter
biologi ini yang digunakan adalah densitas gastropoda. Mekanismenya adalah dengan
mnentukan stasiun-stasiun yang akan diamati kemudian dilakukan pengambilan cuplikan
dengan secara acak dengan menancapkan tongkat yang telah disiapkan ke dalam perairan.
Selanjutnya adalah mencari gastropodanyang terdekat dari tongkat dan dicatat jaraknya.
Dari seluruh data yang diperoleh maka dapat dihitung kerapatan (densitas) gastropda
dengan rumus : D=𝐷 2
(𝑆−2) dengan 𝐷 =
(𝑆−1)
𝑌, nilai Y diperoleh dari 𝑌𝑖 𝑆
𝑖=1 dan Yi=𝜋(𝑋𝑖)2.
Dengan S merupakan jumlah titik sampel yang diambil, D merupakan estimasi kerapatan
gastropoda (densitas), X adalah jarak terdekat gastropoda dengan titik yang ditentukan
secara acak, dan Y mewakili luas area kajian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Parameter Stasiun
I II III IV
Fisik
Suhu udara (°C) - 23 29 26
Suhu air (°C) - 25.6 28.5 29
Kecepatan arus (m/s ) 1.1 0.69 0.58 11.28
Debit (m3/s) 1.914 2.33 0.11 3.19
Kimia
DO (ppm) 6.34 6.4 6.1 4.5
CO2 (ppm) 11.2 7 7.4 7.6
Alkalinitas (ppm) 62 33.2 76 134
pH 7 7 7 7
Biologi
Densitas plankton (idv/L) 377,5 132,5 245 1487,5
Diversitas plankton 0.9142 0.3658 0.4098 0.2040
Densitas Makrobentos
(idv/m2) 44 256 69 56
Diversitas Makrobentos 0 0.7 0.9 0.7
Densitas Gastropoda (idv/m2) 0.06 381 25 36
Cuaca Mendung Hujan Hujan Hujan
Vegetasi Semak bambu
Semak,
pohon
Semak,
pohon
Semak,
pohon
Gastropoda adalah siput, keong, bekicot, dan lintah bulan atau slug (Gastropoda tak
berrcangkang). Gastropoda merupakan kelompok mollusca yang paling besar dan beragam,
dengan lebih dari 75000 spesies anggota. Cangkangnya seringkali cukup kompleks dan
berhiaskan pola. Keseluruhan hewan biasanya dapat menarik diri ke dalam cangakang
untuk melindungi diri (Fried et al, 2005). Umumnya gastropoda yang hidup di perairan air
tawar termasuk dalam familia Thriaridae, Lymnaeidae, Flanorbidae, Viviparidae,
Ampullaridae, dan lainnya. Hewan ini hidup di air yang tergenang maupun air yang
mengalir dan umumnya di air tawar yang bervegetasi rapat. Ada beberapa jenis gastropoda
air tawar yang menyenangi habitat yang teduh dan ternaungi daripada habitat yang terbuka,
hal ini disebabkan siput air tawar mempunyai sifat fototaksis negative (Natadisastra, 2009).
Dari pustaka diatas dapat digaris bawahi bahwa gastropoda menyenangi habitat yang
lembab. Menurut Sadhori (1997). Keadaan iklim Indonesia yang panas dan lembab sangat
sesuai untuk kehidupan bekicot, oleh sebab itu di Indonesia bekicot berkembang biak
dengan cepat.
Organisme akuatik terbiasa dengan kandungan oksigen yang berlimpah, sehingga
organism ini mempunyai toleransi yang sempit dan sangat sensitive terhadap
berkurangnya oksigen terlarut (Soetjipta, 1993). Batas minimum kandungan oksigen
mendukung kehidupan organism akuatik yaitu 4 ppm (Suwondo et al, 2005). Menurut
Barnes (1963), sebagian besar gastropoda yang hidup di laut memakan alga yang terdapat
di bebatuan atau permukaan lainnya. Dari pustaka diatas menunjukkan bahwa batas
kandungan oksigen adalah 4 ppm, dan gastropoda menyukai kondisi dasar sungai yang
berbatu atau permukaan lainnya.
Sungai yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sungai Tambak Bayan.
Kondisi sungai ini cukup rindang dengan dikelilingi bermacam-macam vegetasi meskipun
tidak terlalu rapat. Warna air jernih dan masih asri serta terdapat batu dipinggiran sungai.
Pada dasar sungai terdapat substrat yang berbatu dan berpasir.
Pada stasiun 3, densitas lebih rendah dibandingkan dengan stasiun 2 dan 4 dimana
stasiun tersebut memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi. Sesuai dengan pustaka,
gastropoda menyukai kecepatan arus yang tinggi. Dilihat dari DO, densitas gastropoda
pada stasiun 3 lebih sedikit dibandingkan stasiun 2, karena DO stasiun 3 lebih rendah.
Menurut pustaka, DO pada semua stasiun sudah melebihi batas minimum yaitu 4ppm.
Gambar 1. Grafik Densitas Gastropoda vs DO
Kandungan CO2 bebas, terendah dimiliki stasiun 2 yaitu sebesar 7 ppm. Penyebab
stasiun 1 memiliki kandungan CO2 bebas tinggi karena didalamnya terdapat densitas
gastropda yang tinggi, sehingga kebutuhan oksigen banyak dan kandungan akan CO2
bebas hasil respirasi juga tinggi. Selain itu juga disebabkan oleh suhu yang tinggi. Menurut
Effendi (2003), peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan
organik sehingga kadar CO2 pun semakin meningkat.
Grafik 2. Densitas Gastropoda vs CO2 bebas
Menurut pustaka, gastropda menyukai perairan yang tenang maupun yang berarus.
Kecepatan arus dan debit ini merupakan parameter fisik yang penting. Kecepatan arus
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4
stasiun
Densitas Gastropoda vs DO
DO
dens.gastro
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4
stasiun
Densitas Gastropoda VS CO2
CO2
dens.gastro
secara berurutan adalah 1.1 m/s, 0.69 m/s, 0.58 m/s, dan 11.28 m/s. pada stasiun 4 ini
memiliki kecepatan arus paling tinggi, hal ini bisa terjadi karena kelandaian pada
permukaan dasar sungai, dan juga dikarenkan waktu itu stasiun 4 sedang hujan sehingga
aliran air sungai bertambah deras.
Gambar 3. Grafik Densitas Gastropda vs Kecepatan Arus
Parameter fisik yang diukur terdapat perbedaan data karena faktor dan struktur
geografis yang berbeda. Untuk parameter kimia, kandungan DO pada semua stasiun sudah
melebihi batas minimum, yaitu 4 ppm. Kandungan CO2 juga tidak melebihi 12 ppm, maka
perairan tidak mengalami tekanan fisiologis, dan untuk pH semua stasiun memiliki pH
netral yaitu 7. Untuk parameter biologi, densitas gastropoda tertinggi terdapat pada stasiun
2. Dari data didapatkan bahwa stasiun yang terbaik terdapat pada stasiun 2, dimana stasiun
tersebut memiliki densitas gastropoda yang tinggi. Dengan adanya densitas gastropoda
yang tinggi, maka habitat perairan tersebut cocok untuk kehidupannya.
Untuk metode pengambilan data, pengambilan data dengan menggunakan metode
plotless sudah tepat. Karena metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui atau menduga suatu komunitas. Menurut Krebs (1989), metode jarak (plotless)
merupakan suatu indeks disperse yang dapat digunakan pada jarak titik acak ke organism
terdekat. Indeks ini bergantung kepada kepadatan populasi, dan mudah untuk
menghitungnya.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4
stasiun
Densitas Gastropoda VS Kecepatan Arus
kec.arus
dens.gastro
KESIMPULAN
Meode plotless pada praktikum ini sudah tepat karena relative mudah dan cepat.
Dari hasil pengamatan, stasiun terbaik terdapat pada stasiun 2 karena densitas
gastropodanya tinggi. Densitas yang tinggi ini disebabkan karena stasiun tersebut memiliki
parameter fisik dan kimia yang cocok untuk habitat gastropoda
SARAN
Dalam menggunakan metode plotless ini, praktikan harus lebih teliti dalam
mengobservasi makrobentos khususnya gastropoda agar didapatkan data yang valid.
Pengukuran parameter dilakaukan dengan lebih cermat lagi, sehingga didapat korelasi yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Irianton. 2005. Aplikasi Statistik Dalam Pengolahan dan Analisis Data
Kesehatan. Media Pressindo. Yogyakarta.
Barnes, R.D. 1963. Invertebrata Zoology. Fith Edition. Saunders College Publishing. USA.
Felder, Darry L.2009.Gulf of Mexico Origin, Waters, and Biota. A&M University Press.
USA.
Fried, George H, dan George J. Hademenous.2005. Schaum’s Outlines of Theory and
Problems of Biology. Erlangga. Jakarta.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher, Inc. New York.
Kuncoro, Eko Budi.2004.Akuarium Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sadhori, Naryo. 1997. Teknik Budaya Bekicot. Balai Pustaka. Jakarta.
Sergers, hendrik,Koen Martens.2005.The Diversity of Aquatic Ecosystems. Springer.
Netherland.
Soetjipta.1993.Dasar-dasar Ekologi Hewan. Depdikbud Dirjen Dikti.DIY.
Steele, John H.2009.Marine Biology.Elsevier Ltd. USA.
Suwondo, E. Febrita, dan F. Sumanti. 2005. Strukutur Komunitas Gastropodalau pada
Hutan Mangrove di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera
Barat.JurnalBiogenesis Vol.2(1):25-29