estimasi fungsi an makanan dalam analisa diversifikasi pangan untuk menurunkan an beras propinsi...

31
Parallel Session IIIA : Agriculture & Rural Economy 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN MAKANAN DALAM ANALISA DIVERSIFIKASI PANGAN UNTUK MENURUNKAN PERMINTAAN BERAS PROPINSI JAWA BARAT 2005 Atik Fitri Rahmawati Bappenas Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi – FEUI Jossy P. Moeis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Klasifikasi JEL : B21, B23, C31, C51, D12 Kata Kunci 1. Permintaan Makanan 2. Diversifikasi Pangan 3. Permintaan Beras 4. Jawa Barat Tesis ini ditulis mengingat kondisi swasembada beras yang terwujud di Indonesia pada tahun 1984 tidak bisa dipertahankan karena relatif rentan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal seperti iklim, serangan hama. Kebijakan pembangunan di bidang pangan selanjutnya lebih diarahkan pada terwujudnya sistem ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya berorientasi pada beras saja, namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditas strategis lainnya sesuai kondisi daerah. Propinsi Jawa Barat 2005 merupakan propinsi dengan konsumsi beras 17,32 persen konsumsi beras nasional. Tingginya tingkat konsumsi beras tersebut dirasa perlu untuk dicari kelompok makanan pengganti beras. Kelompok kentang/jagung/talas merupakan kelompok makanan yang potensial dikembangkan sebagai makanan pengganti beras. Nilai elastisitas harga dari kelompok ini adalah positif terhadap beras, berarti kelompok ini merupakan barang substitusi dari beras. Kecilnya nilai elastisitas harga disarankan dapat dinaikkan dengan penganekaragaman jenis masakan yang berasal dari kentang/jagung/talas. Penganekaragaman menu dapat ditunjang dengan peningkatan pendidikan baik formal maupun informal untuk dapat mengolah makanan.

Upload: lovetarie

Post on 27-Jul-2015

575 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Parallel Session IIIA : Agriculture & Rural Economy 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok

ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN MAKANAN DALAM ANALISA DIVERSIFIKASI PANGAN

UNTUK MENURUNKAN PERMINTAAN BERAS PROPINSI JAWA BARAT 2005

Atik Fitri Rahmawati

Bappenas Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi – FEUI

Jossy P. Moeis

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstrak

Klasifikasi JEL : B21, B23, C31, C51, D12 Kata Kunci

1. Permintaan Makanan 2. Diversifikasi Pangan

3. Permintaan Beras 4. Jawa Barat

Tesis ini ditulis mengingat kondisi swasembada beras yang terwujud di Indonesia pada

tahun 1984 tidak bisa dipertahankan karena relatif rentan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal seperti iklim, serangan hama. Kebijakan pembangunan di bidang pangan selanjutnya lebih diarahkan pada terwujudnya sistem ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya berorientasi pada beras saja, namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditas strategis lainnya sesuai kondisi daerah. Propinsi Jawa Barat 2005 merupakan propinsi dengan konsumsi beras 17,32 persen konsumsi beras nasional. Tingginya tingkat konsumsi beras tersebut dirasa perlu untuk dicari kelompok makanan pengganti beras.

Kelompok kentang/jagung/talas merupakan kelompok makanan yang potensial dikembangkan sebagai makanan pengganti beras. Nilai elastisitas harga dari kelompok ini adalah positif terhadap beras, berarti kelompok ini merupakan barang substitusi dari beras. Kecilnya nilai elastisitas harga disarankan dapat dinaikkan dengan penganekaragaman jenis masakan yang berasal dari kentang/jagung/talas. Penganekaragaman menu dapat ditunjang dengan peningkatan pendidikan baik formal maupun informal untuk dapat mengolah makanan.

Page 2: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

I. PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan secara nasional sejak tiga

Pelita pertama dititikberatkan pada padi atau beras dengan sasaran utama tercapainya swasembada beras. Kebijakan pangan pada periode tersebut berhasil membawa Indonesia pada tahun 1984 mencapai swasembada beras. Namun, dalam perkembangannya ternyata program swasembada yang berorientasi pada beras tersebut relatif rentan terhadap faktor-faktor eksternal, seperti iklim, serangan hama, gejolak pasar dan faktor internal seperti keterbatasan dalam peningkatan produktivitas. Hal ini terlihat dari impor beras sekitar 2,5 juta ton per tahun yang dilakukan sejak tahun 2001 sampai 2004 (Deptan).

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi pangan tersebut, maka kebijakan pembangunan di bidang pangan selanjutnya lebih diarahkan pada terwujudnya sistem ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak saja di tingkat nasional tetapi sampai ke tingkat rumahtangga. Ketahanan pangan, secara luas, dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu. Kecukupan pangan dalam hal ini tidak saja mencakup segi kuantitas tetapi juga dalam kualitas. Untuk mengatasi krisis pangan, Kementrian Negara Riset dan Teknologi telah menyusun program diversifikasi pangan. Langkah tersebut dilakukan sebagai alternatif untuk mengantisipasi harga beras yang semakin tinggi serta untuk mengurangi impor beras yang telah menghabiskan devisa negara dalam jumlah besar.

Permintaan beras meliputi konsumsi di dalam rumah, di luar rumah yang antara lain di rumah makan, hotel, konsumsi makanan hasil industri pengolahan, dan kebutuhan beras untuk cadangan rumahtangga. Disamping itu produk padi juga dipergunakan untuk benih dan campuran pakan. Dari tabel Input/Output BPS tahun 1999 dapat diperkirakan komposisi penggunaan beras yaitu: sekitar 76% di dalam rumah. Tingginya persentase penggunaan beras di dalam rumah tersebut merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dari penentuan arah kebijakan pemerintah dalam mengatasi tingginya permintaan beras. Kebijakan diharapkan dapat diterapkan di tingkat Nasional ataupun di tingkat Propinsi Jawa Barat pada khususnya.

Diversifikasi pangan diterapkan dengan menggali potensi pangan daerah. Masyarakat Jawa Barat diduga mempunyai kecenderungan pada makanan tertentu yang berpotensi untuk menggantikan beras. Kecenderungan tersebut berbeda dengan daerah lain seperti masyarakat di Maluku yang mengkonsumsi sagu, atau masyarakat di Madura yang mengkonsumsi jagung. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menemukan makanan pengganti beras di Jawa Barat.

Propinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia yaitu sebesar 39.960.869 jiwa (BPS, 2005) dengan karakteristik yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Wilayah Jawa Barat merupakan daerah penyangga Ibukota Indonesia, yang biasa dikenal dengan sebutan Bodetabek. Daerah penyangga yang masuk dalam wilayah Propinsi Jawa Barat adalah Bogor, Depok, dan Bekasi. Sentra bisnis dan ekonomi di Jabodetabek membuat kepadatan penduduk di Bogor, Depok dan Bekasi sangat tinggi. Besarnya jumlah penduduk di Propinsi Jawa Barat merupakan faktor pendorong untuk dilakukan penelitian ini. Dari data Susenas tahun 2005 dapat dihitung konsumsi beras Propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 17,32% dari konsumsi nasional. Dengan mengambil daerah yang berpenduduk terbesar di Indonesia diharapkan dapat memberikan sumbangan yang besar untuk estimasi secara umum di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah menemukan kelompok atau komoditas sebagai pengganti beras, menentukan seberapa efektif untuk dapat dilakukannya diversifikasi dan memberi masukan usaha apa saja yang dapat dilakukan agar dapat tercapai diversifikasi pangan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberi masukan bagi pemerintah daerah Jawa Barat dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan tanpa harus bergantung kepada beras saja, memberikan

2

Page 3: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

alternatif kepada masyarakat untuk bisa mengkonsumsi makanan pengganti beras yang potensial di Jawa Barat, dan sebagai stimulan bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih jauh perihal diversifikasi pangan dengan pengembangan lebih lanjut tentang komoditi yang bisa dikembangkan khususnya di Jawa Barat.

Permintaan beras secara teori dihipotesakan dipengaruhi secara positif oleh pendapatan dan secara negatif oleh harga beras itu sendiri. Selain itu permintaan beras dipengaruhi secara positif oleh harga substitusinya yaitu kelompok kentang/jagung/talas. Pengaruh selanjutnya yang dapat menentukan arah kebijakan dari penurunan permintaan beras adalah faktor sosial demografi rumahtangga yang bisa berpengaruh positif maupun negatif.

Pada bagian kedua akan dijabarkan beberapa teori dan hasil penelitian empiris Kemudian bagian ketiga dijabarkan metodologi penelitian. Bagian keempat hasil penelitian, terakhir bagian kelima kesimpulan II. TINJAUAN PUSTAKA

Permintaan adalah jumlah barang/jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan dapat dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui fungsi permintaan dapat diketahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan variabel-variabel bebas (independent variabel). Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan :

Fungsi permintaan Marshallian terhadap dua barang X dan Y dapat dinyatakan dalam bentuk matematik sebagai berikut :

Dx = f(Px, Py, I) di mana :

Dx = jumlah barang X yang diminta Px = harga barang X Py = harga barang Y I = pendapatan

Dalam Rahardja dan Manurung (1999) disebutkan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi permintaan suatu barang antara lain, yaitu: 1. Harga dari barang atau jasa itu sendiri 2. Tingkat pendapatan per kapita rumah tangga 3. Harga dari barang atau jasa lain yang terkait 4. Selera (cita rasa) 5. Jumlah penduduk

Menurut Deaton dan Muellbauer (1999) bahwa rumahtangga berbeda dalam jumlah anggota rumahtangga, komposisi umur, tingkat pendidikan dan karakteristik yang lain yang menyebabkan perbedaan dalam pengeluaran rumahtangga. Dengan perbedaan karakteristik rumahtangga ini permintaan makanan tidak hanya ditentukan oleh harga dan total pengeluaran, tetapi juga oleh berbagai karakteristik rumahtangga tersebut.

Dalam penelitan Engel terhadap petani, disebutkan bahwa rumahtangga yang mempunyai jumlah anggota rumahtangga yang lebih banyak mempunyai pengeluaran untuk makanan lebih banyak daripada rumahtangga dengan jumlah anggota rumahtangga lebih kecil dengan golongan pendapatan yang sama. Pernyataan tersebut dimodelkan dalam bentuk matematis :

)a(mm hh = . Dimana adalah biaya minimum dari rumahtangga ke-h, dan adalah vektor dari karakteristik rumahtangga ke-h. Komponen dari seperti jumlah balita, jumlah anak-anak usia sekolah, jumlah anggota rumahtangga dewasa, dll. Rumah tangga yang terdiri dari tiga

hm haha

3

Page 4: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

4

anggota rumahtangga dewasa akan berbeda pengeluarannya dengan rumahtangga dengan dua anggota rumahtangga dewasa dan satu anak-anak. Masalah ini diselesaikan dengan menciptakan variable adult equivalent dimana anak-anak hanya dihitung dengan skala kurang dari satu. Pembedaan skala ini pada prinsipnya berdasarkan kebiasaan konsumsi mereka.

Dari persamaan Slutsky dinyatakan bahwa efek total dari perubahan harga terhadap permintaan meliputi efek substitusi dan efek pendapatan. Nilai efek total tergantung dari besarnya efek substitusi dan efek pendapatan. Untuk barang normal bernilai negatif, dan untuk barang inferior bernilai positif.

Elastisitas permintaan dibedakan tiga jenis, yaitu: (i) elastisitas permintaan terhadap harga sendiri, (ii) elastisitas permintaan terhadap pendapatan, dan (iii) elastisitas permintaan terhadap harga barang lain atau elastisitas silang. Elastisitas permintaan terhadap harga sendiri digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat dari perubahan harga. Elastisitas permintaan dipresentasikan dalam bentuk koefisien elastisitas yang didefinisikan sebagai suatu angka penunjuk yang menggambarkan sampai seberapa besar perubahan jumlah barang yang diminta dibandingkan dengan perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas secara absolut berkisar antara nol dan tak terhingga. Elastisitas nol apabila perubahan harga tidak akan mengubah jumlah yang diminta. Elastisitas nol disebut juga tidak elastis sempurna. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tak terhingga apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada. Koefisien elastisitas yang tak terhingga ini disebut elastis sempurna. Elastisitas lainnya yang dianggap sempurna adalah elastisitas dengan nilai sama dengan satu, yang disebut elastisitas uniter, dimana perubahan harga akan selalu sama dengan perubahan permintaan.

Suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas permintaannya berada diantara nol dan satu. Hal ini berarti prosentase perubahan harga lebih besar daripada prosentase perubahan jumlah barang yang diminta. Sedangkan permintaan yang bersifat elastis terjadi apabila permintaan mengalami perubahan dengan prosentase yang melebihi prosentase perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas permintaan yang bersifat elastis adalah lebih besar dari satu.

Dalam Rahardja dan Manurung (1999) disebutkan bahwa Elastisitas pendapatan mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen. Untuk barang-barang normal, kenaikan pendapatan konsumen dapat menyebabkan kenaikan permintaan. Terdapat hubungan yang searah antara perubahan pendapatan dengan perubahan jumlah barang yang diminta, sehingga nilai koefisien elastisitas pendapatan untuk barang-barang normal adalah positif. Pada barang-barang inferior, terjadi pengurangan permintaan apabila pendapatan meningkat, sehingga nilai koefisiennya adalah negatif.

Dalam Rahardja dan Manurung (1999), elastisitas permintaan silang merupakan suatu koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu barang jika terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Barang Substitusi mempunyai elastisitas silang positif. Bila harga barang substitusi naik, maka akan naik pula permintaan barang substitusinya. Sebaliknya bila kedua barang mempunyai hubungan komplemen, nilai elastisitas silangnya adalah negatif.

Page 5: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

II.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Lokasi Waktu Metoda Pembahasan dan Hasil 1. Deaton dan

Muellbauer Inggris 1980

Data 1954 -1974

AIDS Pengeluaran rumahtangga dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu : makanan, pakaian, perumahan, bahan bakar, minuman keras dan tembakau, transportasi dan komunikasi, barang lainnya, dan jasa lainnya. Estimasi dilakukan dengan dan tanpa restriksi homogenitas. Makanan merupakan barang normal

2. Blanciforti dan Green

Amerika Serikat 1983 Data 1948 -1978

AIDS Menggunakan 11 komoditas baik makanan maupun non makanan. Elastisitas Pendapatan komoditas makanan 0,37 Elastisitas Harga Sendiri komoditas makanan -0,32

3. Sudaryanto dan Sayuti

Jawa Tengah 1990 Data PATANAS 1989

AIDS

Pengeluaran untuk bahan pangan dibagi ke dalam 8 kelompok, yaitu beras, palawija, daging telur dan susu, ikan, sayuran dan kacang-kacangan, buah-buahan, minuman, dan makanan lainnya. Variabel bebas yang digunakan : harga, umur istri, pendidikan istri, dummy desa sawah irigasi, dummy desa sayuran. Elastisitas pendapatan terhadap permintaan beras 0,68 Elastisitas harga sendiri komoditas beras -0,52

5

Page 6: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti Lokasi Waktu Metoda Pembahasan dan Hasil 4. Sawit DAS Cimanuk Jawa

Barat 1997 Data 1983 -1984

AIDS Komoditas yang diteliti adalah padi dan palawija. Karakteristik rumahtangga yang dimasukkan dalam estimasi adalah jumlah pekerja wanita dan pria, jumlah tanggungan dalam keluarga, rasio ketergantungan, dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Elastisitas harga sendiri komoditas padi sebesar -0,55

5. Sawit, Purwoto, dan Ariani

Indonesia 1998 Data Susenas 1987-1993

AIDS Sayur-sayuran dan buah-buahan dikelompokkan menjadi 11 kelompok, yaitu kubis, tomat, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, jeruk, mangga, rambutan, pisang dan pepaya. Elastisitas Pendapatan seluruhnya positif Elastisitas harga sendiri seluruhnya negatif.

6. Rahmi Jawa Barat 2001 Data Susenas 1999

AIDS Komoditas makanan dikelompokkan menjadi delapan yaitu padi-padian, ikan dan daging, telur dan susu, sayur dan kacang, buah-buahan, minyak dan lemak, makanan jadi, serta makanan lainnya. Elastisitas pengeluaran untuk padi-padian sebesar 0,429

7. Moeis Indonesia 2003 Data - Susenas 1996 & 1999 - Podes 1996 & 2000

AIDS - LDV

(Instrument Harga)

- IMR

Konsumsi dikelompokkan menjadi 9 kelompok makanan dan 1 kelompok non makanan. Kelompok makanan terdiri dari beras, ketela, jagung/sagu/akar-akaran, kacang-kacangan, tepung terigu dan makanan hasil olahannya, buah dan sayur, ikan, daging/susu/telur, makanan lainnya. Variabel terikat yang digunakan adalah budget share dari masing-masing komoditas, probit dari budget share masing-masing komoditas, unit value dan quantity dari masing-masing komoditas.

6

Page 7: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti Lokasi Waktu Metoda Pembahasan dan Hasil 7. Moeis Indonesia 2003

Data - Susenas 1996 & 1999 - Podes 1996 & 2000

AIDS - LDV (Instrument

Harga) - IMR

Variabel bebas yang dipakai adalah total pengeluaran, adult equivalent, pajak bumi dan bangunan, lama sekolah kepala rumahtangga, lama sekolah istri, rasio jumlah anggota rumahtangga yang bekerja, rasio anggota rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian, formal dan profesional, rasio jeni kelamin dan kelompok umur Dummy variabel yang digunakan sebagai dependent variabel : dummy sebagian besar anggota rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian, formal dan profesional, dummya kepala rumahtangga laki-laki, dummya kepala rumahtangga berstatus kawin, dummy kepala rumahtangga bekerja di sektor pertanian, formal, profesional, dummy rumahtangga tinggal di kota dan dummy akses ke jalan raya. Elastisitas harga sendiri kelompok beras : - Tahun 1996 sebesar -0,30 - Tahun 1999 sebesar -0,20 Substitusi dari kelompok beras adalah ketela dan jagung.

8. Lumbantobing Jambi 2005 Data Susenas 1996, 1999, 2002

AIDS Komoditas makanan dibagi menjadi 10 kelompok, yaitu padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, serta bahan minuman.

7

Page 8: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

8

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti Lokasi Waktu Metoda Pembahasan dan Hasil 8. Lumbantobing Jambi 2005

Data Susenas 1996, 1999, 2002

AIDS Variabel bebas yang digunakan adalah pengeluaran rumahtangga, harga komoditas makanan, jumlah anggota dan pendidikan kepala rumahtangga Masyarakat dikelompokkan ke dalam kelompok pedesaan, perkotaan, pendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Elastisitas pengeluaran untuk komoditas padi-padian berkisar dari -0,028 sampai dengan 0,169 Elastisitas harga sendiri kelompok padi-padian berkisar antara -0,057 sampai dengan 0,129.

9. Sabrina Sumatera Barat 2006 Data Susenas 2002

AIDS Komoditas makanan dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu padi/umbi, ikan/daging/telur/susu, sayur/buah, kacang-kacangan, minyak/lemak, pangan lainnya, makanan/minuman jadi. Variabel bebas yang diteliti adalah pengeluaran total unit value masing-masing kelompok makanan, jumlah anggota rumahtangga, dan dummy pendidikan istri. Elastisitas pengeluaran padi/umbi sebesar 0,49 Elastisitas harga sendiri padi/umbi sebesar 0,25 Padi/umbi adalah barang giffen

Page 9: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Dari beberapa penelitian diatas, terlihat bahwa banyak peneliti yang menggunakan AIDS. Namun tidak semua melakukan perlakuan dalam mengatasi masalah bias simultan, selectiviti bias, serta contemporeneaus correlation. Dalam penelitian Moeis (2003) telah dilakukan perlakuan untuk mengatasi ketiga permasalahan tersebut dengan menggunakan data Indonesia tahun 1996 dan 1999. Dalam penelitian ini akan diterapkan dengan metoda yang sama namun dengan data Jawa Barat tahun 2005. Karena keterbatasan, penelitian ini tidak dilakukan perlakuan untuk mengatasi contemporeneaus correlation, tetapi diselesaikan masalah heteroskedastik.

Analisa permintaan makanan di Jawa Barat tahun 1999 pernah diteliti oleh Rahmi (2001), namun tidak dilakukan perlakuan dalam mengatasi bias simultan, selectivity bias, dan heteroskedastik Demikian juga pemilahan kelompok makanan dalam penelitian tersebut tidak spesifik kepada beras. Selain itu, dalam penelitian Rahmi (2001) juga mempunyai kelemahan seperti disebutkan dalam tesisnya bahwa tingkat pendapatan yang dianalisa hanya untuk makanan saja, harga implisit yang digunakan diperoleh dengan membagi pengeluaran dengan jumlah unit yang dikonsumsi atau yang disebut unit value, serta tidak memasukkan adult equivalent dalam perhitungan permintaan makanan.

Kelemahan dalam penelitian Rahmi (2001) tersebut telah dilakukan dalam penelitian ini. Pendapatan yang dianalisa dalam penelitian ini meliputi pendapatan yang digunakan untuk makanan dan non makanan. Variabel harga yang digunakan tidak lagi berupa unit value yang diperoleh dari pembagian pengeluaran dengan jumlah unit yang dikonsumsi, namun dengan instrumenting harga. Variabel adult equivalent juga dimasukkan dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan Sabrina (2006) seperti telah disebutkan diatas, menghasilkan kelompok padi/umbi merupakan barang giffen, hal ini kemungkinan disebabkan parameter yang dihasilkan masih bias. Penelitian yang menggunakan data Susenas 2002 Propinsi Sumatera Barat tidak dilakukan perlakuan untuk mengatasi bias simultan, dan selectivity bias. Kemungkinan lain, dalam pengelompokan padi/umbi yang dilakukan dalam penelitian Sabrina (2006) terdapat jenis makanan yang sangat inferior sehingga mempengaruhi jenis makanan dalam kelompok tersebut secara keseluruhan. Seperti telah disebutkan diatas, dalam penelitian ini diselesaikan masalah bias simultan, dan selectivity bias. Demikian juga pengelompokan makanan tidak lagi berupa padi/umbi, tetapi khusus beras. Metode yang dipakai dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam Bagian III. III. METODOLOGI PENELITIAN

Daerah yang diteliti adalah Propinsi Jawa Barat dan data yang digunakan untuk mengestimasi permintaan adalah data pengeluaran konsumsi rumahtangga dalam satu minggu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) modul Konsumsi. Sedangkan data karakteristik rumahtangga menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor yang dilakukan BPS pada tahun 2005, serta data fasilitas transportasi dari survei Potensi Desa (Podes) 2006 yang tidak lain adalah data yang ada di kelurahan/desa pada tahun 2005. Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang relatif sangat luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumahtangga, perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan rumahtangganya. Sejak tahun 1992, setiap tahun dalam Susenas tersedia perangkat data yang dapat digunakan untuk memantau taraf kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sektor-sektor tertentu dalam masyarakat, dan menganalisis dampak berbagai program peningkatan kesejahteraan penduduk (BPS, 2005). BPS melakukan survey ini setiap tahun dan menggunakan proportional random sampling pada saat memilih sampel rumahtangga, pada daerah survey yang disebut Blok Sensus.

9

Page 10: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Penentuan Blok Sensus ini didasarkan pada stratified sampling design. Pada rumahtangga yang terpilih sampel, petugas BPS melakukan wawancara langsung dengan kuesioner yang telah disediakan. Pertanyaan dijawab oleh kepala rumah tangga atau anggota rumahtangga yang berumur 10 tahun ke atas. Ada beberapa pertanyaan yang sifatnya individu dan ada pertanyaan yang hanya untuk anggota rumahtangga yang berumur 10 tahun keatas, dan ada pula yang ditujukan untuk keseluruhan rumahtangga. Walaupun Susenas dilakukan setiap tahun, namun pertanyaan rinci tentang pengeluaran rumahtangga hanya dikumpulkan tiga tahun sekali. Survey ini disebut Susenas-Modul-Konsumsi, dimana unit observasi adalah rumahtangga. Jumlah item pengeluaran rumahtangga dibagi ke dalam lebih dari 200 komoditi makanan dan 100 komoditi bukan makanan. Kepala rumahtangga diwawancarai tentang konsumsi makanan selama seminggu sebelum survey dan tentang komoditi bukan makanan selama satu bulan dan satu tahun sebelum survey. Informasi ini digunakan dalam penghitungan jumlah serta nilai pengeluaran masing-masing komoditi pada rumahtangga yang disurvey. Disamping pengeluaran dan pendapatan, ada beberapa data yang dikumpulkan yang menggambarkan kondisi sosial demografi rumahtangga yang dilihat dari karakteristik individu anggota rumahtangga. Tempat tinggal rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, sumber pendapatan rumahtangga, jumlah balita, umur, jenis kelamin, lama sekolah, jenis pekerjaan, dan karakteristik sosial demografi rumah tangga yang lain. Data karakteristik rumahtangga ini dikumpulkan dalam Susenas-Kor dan ditanyakan kepada seluruh anggota rumahtangga dan dilakukan setiap tahun. Di samping itu, juga akan diteliti data yang berisi infrastruktur dan karakteristik desa yang lain, yang didapat dari Podes, singkatan dari ”Potensi Desa”. Dari Podes tersebut dapat diperoleh data tentang fasilitas standar dan kondisi desa yang tercakup dalam pertanyaan yang dikumpulkan, seperti jumlah sekolah, pasar, sambungan listrik, alat komunikasi, bank, fasilitas publik seperti pemadam kebakaran, transportasi, taman, pembuangan sampah dan data lainnya. Variabel ini dinyatakan dalam fasilitas dummy variabel, yang nilainya sama untuk seluruh rumahtangga yang tinggal di desa/kelurahan yang sama. Dummy variabel ini mencerminkan akses desa ke infrastruktur transportasi darat saat survey. Misalnya, Dtrans bernilai 1 jika desa dapat mempunyai akses menggunakan fasilitas infrastruktur tersebut dan 0 bila tidak. Data Podes tersebut digabungkan dengan data Susenas dengan kode desa yang sama. Karena Susenas dan Podes dikumpulkan oleh BPS, maka kode-kode daerahnya sama. Semua desa yang disurvey dengan Susenas disurvey pula dengan Podes.

Jadi, dalam penelitian ini akan digunakan kedua survey Susenas, yaitu Susenas-Modul dan Susenas-Kor serta survey PODES. Untuk kemudian dianalisa secara cross-section. BPS mengklasifikasi konsumsi makanan di dalam Susenas Kor ke dalam 14 kelompok, yaitu padi-padian, umbi-umbian, ikan/udang/cumi/kering, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, tembakau dan sirih. Namun dalam Susenas-modul Konsumsi penggolongan ini dirinci lebih kecil lagi, hingga lebih dari 200 kelompok. Dalam penelitian ini, dari 200 lebih komoditi makanan di dalam Susenas-Modul, dikelompokkan kedalam 4 kelompok makanan dan 1 kelompok non makanan. Kelompok beras dan produksi makanan dari beras menjadi sorotan utama. Dari penggolongan tersebut akan diteliti faktor yang mempengaruhi permintaan beras, sehingga didapatkan barang substitusi dari beras untuk selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan di Propinsi Jawa Barat, sehingga masyarakat Jawa Barat tidak terlalu tergantung kepada beras. Pengelompokan makanan yang dilakukan dalam penelitian ini seperti halnya dilakukan oleh Moeis (2003) dengan penyederhanaan yang diharapkan dapat mengidentifikasi kelompok makanan yang diduga berfungsi sebagai substitusi dari beras.

Tabel 3.1.Klassifikasi Komoditas (Jenis Makanan)

10

Page 11: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

No Golongan Jenis Makanan 1. Beras dan hasil

produksinya Beras lokal, kualitas unggul, impor, beras ketan, tepung beras

2. Ketela Ketela pohon/singkong, ketela rambat/ubi jalar, gaplek, tepung gaplek(tiwul), tepung tapioka

3. Kentang, jagung, talas Jagung basah dengan kulit, jagung pipilan/beras jagung, maizena, talas/keladi, kentang,

4. Lainnya Tepung terigu dan lainnya, sagu, dan umbi-umbian lainnya, ikan/udang/ cumi/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makan dan minuman jadi, tembakau dan sirih

5. Bukan Makanan Perumahan, barang dan jasa, pakaian, pajak dll. Sumber : Susenas, BPS (Dikelompokkan)

Pengelompokan tersebut memudahkan penelitian dalam melakukan estimasi, dan bisa fokus ke analisis pada kelompok tertentu yaitu beras dan barang yang diduga menjadi substitusinya (ketela dan jagung). Kelebihan lain dalam pengelompokan tersebut adalah mengurangi bias dalam pendekatan linier dari Model LA/AIDS

Model yang akan dikembangkan ini, diarahkan untuk mengatasi tiga hal, yaitu :

simultaneity bias, selectivity bias, dan heteroskedastik. Dalam penelitian Moeis (2003) disebutkan bahwa variabel bebas dan tidak bebas mempunyai hubungan secara simultan. Kondisi ini disebabkan karena unit value sebagai variabel bebas bukanlah harga yang sebenarnya. Unit value diperoleh dari hasil pembagian antara pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan jumlah unitnya. Sedangkan budget share sebagai variabel tidak bebas diperoleh dari hasil pembagian antara pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan pengeluaran total rumahtangga. Variabel bebas dan variabel tidak bebas mengandung unsur pengeluaran rumahtangga. Suatu persamaan yang mengandung bias simultan jika digunakan dalam ordinary least square akan menghasilkan estimator yang bias. Bias simultan ini diatasi dengan istrumen variabel dengan mengoreksi unit value dengan mempertimbangkan pengaruh kualitas barang yang dibeli (Cox dan Wohlgenant, Heien and Wessells, 1990; Domdora, 1991 dalam Moeis, 2003) dan jumlah barang yang dibeli (Rao, 2000 dalam Moeis, 2003). Selectivity Bias disebabkan oleh beberapa rumahtangga tidak mengkonsumsi kelompok makanan tertentu, sehingga pengeluaran terhadap kelompok tersebut bernilai nol. Kondisi ini menyebabkan budget share untuk beberapa rumahtangga juga bernilai nol. Artinya rumahtangga tersebut tidak mengkonsumsi kelompok makanan tertentu kemungkinan disebabkan oleh : (a) rumahtangga sedang ber diet, misalnya rumahtangga yang menderita diabetes melitus tidak mengkonsumsi nasi, (b) rumahtangga memang tidak menyukai atau (c) referensi periode survey konsumsi pangan yang pendek (1 minggu), sehingga dalam 1 minggu tersebut rumahtangga kebetulan tidak mengkonsumsi jenis makanan beras. Dengan mengelompokkan komoditi makanan, masalah ini dapat diminimalkan. Seperti pada pengelompokan diatas, bahwa komoditi makanan yang lebih dari 200 jenis dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Namun bila sudah dilakukan pengelompokan masih terdapat rumahtangga yang dengan budget share bernilai nol, maka perlu diberikan perlakuan khusus. Untuk mengatasi selectivity bias dalam penelitian ini ditambahkan variabel bebas yang dinamakan Invers Mill’s Ratio yang diperoleh dengan melakukan estimasi probit (konsumsi dan tidak konsumsi).

11

Page 12: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Dalam penelitian ini digunakan estimasi OLS untuk mengestimasi sistem persamaan. Persamaan yang baik dikatakan harus memenuhi asumsi homoskedastisitas. Menurut Manurung dan Saragih (2005) bahwa asumsi homoskedastisitas dari disturbance term error adalah selisih atau spread (scedasticity) sama atau equal (homo) atau varians sama (σ ). Adapun penyebab varians antar variabel tidak sama dalam penelitian ini antara lain : pertama, rumahtangga berpendapatan tinggi cenderung menunjukkan rata-rata konsumsi lebih tinggi daripada rata-rata konsumsi rumahtangga pendapatan rendah, kedua akibat pencilan suatu data observasi tertentu atau outliers, yaitu beberapa pengamatan yang mempunyai perbedaan besar dengan pengamatan lainnya. Untuk mengatasi masalah heteroskedastik dalam penelitian ini digunakan koreksi standard error yang diestimasi dengan Robust.

2

LD

Tahapan estimasi dimulai dengan mengkoreksi unit value terhadap quantity premium dan quality effect. Konsumsi rumahtangga mengasumsikan bahwa semua rumahtangga membeli barang pada pasar yang sama dengan harga eceran yang sama untuk jenis barang tertentu. Dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa harga pasar tidak bervariasi dalam satu desa dalam satu periode survey Quantity premium terjadi karena rumahtangga membeli barang dengan jumlah yang berbeda. Rumahtangga miskin mempunyai lebih banyak keterbatasan, maka pembelian pada barang tertentu sangat sedikit jumlahnya, sehingga harga per unitnya lebih mahal. Quality effect terjadi karena rumahtangga membeli barang dengan kualitas yang berbeda, sehingga harga per unitnya juga berbeda.

Penyebab perbedaan harga yang dibeli konsumen akibat perbedaan jumlah dan kualitas yang dibeli diduga disebabkan oleh variabel sosial demografi rumahtangga. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa karakteristik sosial demografi rumahtangga mencerminkan proksi dari preferensi rumahtangga yang tidak bisa diobservasi dari kualitas dan jumlah barang yang dibeli rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok makanan tertentu. Secara empirik didekati dengan karakteristik sosial demografi rumahtangga. Dalam penelitian ini digunakan total pengeluaran rumahtangga (Etotalh), dan karakteristik sosial demografi rumahtangga (Shi),. Mengikuti Cox dan Wohlgenant (1986), Domdom (1991), Deaton (1996), dan Rao (2000), dalam Moeis (2003) digunakan estimasi least square untuk mengestimasi dengan persamaan berikut :

g,S)Etotalln(LDV ghi

I

1igi3hg2g1gvh ∀μ+α+α+α= ∑

=

..................................................(3.1)

Dimana LDVgvh adalah logaritma natural dari unit value deviasi dari daerah tempat tinggal (Desa) ke-v; h = 1,2,....H adalah indeks dari rumahtangga; g = 1,2.....10 adalah indeks dari kelompok komoditi dan i = 1,2 ...I adalah indeks dari variabel sosial demografi, adalah error. Deviasi unit value dihitung sebagai deviasi dari unit value rata-rata dalam desa

atau ),ln(r)ln(VLDV gvgvhgvh

+−= .............................................................................(3.2) dimana Vgvh adalah unit value komoditi kelompok ke-g yang dibayar oleh rumahtangga ke-h pada daerah ke-v, dan adalah unit value rata-rata di seluruh daerah ke-v. Semua rumahtangga yang mempunyai pengeluaran untuk masing-masing kelompok komoditi digunakan dalam estimasi ini.

+gvr

Dari parameter yang dihasilkan berdasarkan regresi persamaan (3.1.) dan (3.2.) digunakan

persamaan (3.3) di bawah ini untuk mendapatkan gvh

^V

g,S)Etotalln(LDV ghi

I

1igi3hg2g1

^

gvh ∀μ+α+α+α= ∑=

..............................................(3.3)

12

Page 13: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Setelah penghitungan dengan persamaan (3.3), semua rumahtangga baik yang

mengkonsumsi maupun yang tidak mengkonsumsi mempunyai nilai . Dengan

didapatkannya nilai dapat dilanjutkan penghitungan instrumen variabel harga.

^

gvhLDV^

gvhLDV

(ln g

Selanjutnya dilakukan instrumenting variabel harga. Untuk rumah tangga yang memang ada pengeluaran dalam komoditas tertentu dirumuskan secara singkat sebagai :

gvh

^

gvhgvh VLD)V(ln)Eh −= ; ∀ dimana 0Vgvh ≠ ...........………..........………(3.4) Untuk rumahtangga yang tidak punya pengeluaran pada komoditas tertentu nilai nya

diestimasi dengan persamaan di bawah ini

gvh

^

gvh VLD)r(ln)Ehgv

−= +(ln g ; ∀ dimana 0Vgvh = …………........….........………(3.5) dimana adalah sebuah variabel harga instrumental untuk kelompok ke-g di daerah ke-v dan rumahtangga ke-h. Nilai dari estimasi harga atau dituliskan sebagai berikut :

gvhEh

gvhEh)Ehln(

gvhgvhe=Eh ..........................................................................................................(3.6)

Setelah perlakuan tersebut, dalam penelitian ini didapatkan estimasi harga baik rumahtangga yang mengkonsumsi maupun yang tidak mengkonsumsi kelompok makanan. Dengan Instrumental variabel (Ehgh), yang akan dipakai untuk estimasi fungsi probit dan persamaan budget share.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa rumahtangga memutuskan apa yang dikonsumsi sebelum menentukan berapa banyak yang akan dikonsumsi. Prosedur estimasi two-step diterapkan berdasarkan kondisi ini. Pada langkah pertama diestimasikan persamaan seleksi atau keputusan dan langkah kedua diestimasikan secara regresi dalam persamaan permintaan. Permintaan adalah fungsi dari harga-harga, pendapatan, dan karakteristik sosial demografi. Bila ditulis secara matematis : Dari persamaan , .....................................(3.7) g)S.....S,M,P........P(Q I1G1g ∀∗

Setelah melalui proses penurunan rumus (lihat Moeis, 2003) didapatkan persamaan budget share dengan AIDS sebagai berikut :

[ ] [ ] g,)Pln()Pln()Xln(WK

1kggk2g2g1g ∀ε+β+−β+β= ∑

=

..............................................(3.8)

untuk setiap kelompok makanan, atau bisa ditulis secara lebih singkat bahwa budget share adalah fungsi dari Y, seperti dalam persamaan di bawah ini.

g;)Y(W ghghi

I

1igigh ∀ε+β=∑

=

.……………………...........……….......……....(3.9)

dimana Wgh adalah budget share konsumsi dari rumahtangga ke-h untuk kelompok komoditi ke-g. Yghi adalah variabel bebas ke-i dari rumahtangga ke-h kelompok makanan ke-g. giβ adalah parameter yang dapat dari estimasi dan ghε adalah random error, dimana

. )1,0(Normal~ 2gh σε

Budget share (Wgh) adalah hasil observasi. Ada dua kemungkinan, bahwa rumahtangga mengkonsumsi jenis komoditi tertentu (positif) atau tidak mengkonsumsi (nol), kemudian dibentuk dummy variabel Cwgh, dimana :

g,0Wjika00Wjika1

CWgh

ghgh ∀

⎩⎨⎧

=>

= ..…………………………........….…...(3.10)

CWgh memperlihatkan dependen variabel pada fungsi probit

13

Page 14: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

…………………………………..........….(3.11) g,)Z( ghghj

J

1jgjgh ∀ζ+γ=∑

=

CW

gjDimana Zghj adalah regresor ke-j, rumahtangga ke-h, kelompok makanan ke-g, γ adalah parameter, dan ghζ adalah residual. Dependent variabel CWgh adalah dummy variabel, dimana CWgh=1 jika rumahtangga ke-h mengkonsumsi kelompok komodity ke-g, dan nol untuk yang tidak mengkonsumsi. Persamaan (3.9), (3.10), (3.11) ketiga-tiganya adalah bentuk probit censored demand system. Persamaan (3.9) disebut regresi atau persamaan level, dan persamaan (3.11) disebut persamaan selection. Sistem ini adalah multivariate generalization dari Ameniya’s (1985) dengan Heckman Model, Heckman (1976) sistem censored.

Hein dan Wessells (1990) dalam Moeis (2003), mengajukan modifikasi dari Heckman (1976 dan 1979) dengan two step estimation dari persamaan (3.9), (3.10), (3.11). Metode H-W mengimplikasikan conditional expectation dari Wgh dengan Wgh>0,

)Z/(EY)1C/(EY)1C/W ghghghghghghghghgh(E γ−>ζε+β==ε+β== .................(3.12) ( )( )⎥⎥⎦

σ

σ

⎢⎢⎣

γΦ

γφσ+β==

/Z/Z

Y)1C/W(Egh

ghghghgh g , ∀ ………………............(3.13)

Dimana Φφ /

adalah Inverse Mill’s Ratio (IMR). Didasari hanya pada pengamatan dimana Wgh nya positif. Persamaan (3.13) memperlihatkan bahwa conditional mean dari Wgh tidak sama dengan seperti pada model linear klasik. Ini menunjukkan bahwa estimasi least square yang sederhana dari Wgh pada Yh menghasilkan estimasi bias dari parameter

hY

gβ . Bias ini disebut censoring atau self-selectivity bias. IMR mempunyai fungsi menghilangkan selectivity bias tersebut.

IMR dirumuskan secara matematis :

gh

ghgh Φ

φ=Ω , ………………………………………............(3.14) 0q, ghg >∀

Dimana dan adalah probability density function (PDF) dan Cumulative distribution Function (CDF) dari standar normal. Setelah dapat diestimasi IMR dari semua nilai Wgh, maka dimasukkan ke dalam persamaan utama dari model AIDS

ghφ ghΦ

Permintaan pangan adalah jumlah pangan yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan pangan adalah permintaan pangan yang dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor utama yang mempengaruhi permintaan pangan rumah tangga adalah pendapatan rumahtangga, harga komoditas yang bersangkutan, dan harga komoditas lain yang terkait, serta variabel demografi. Bentuk umum dari model AIDS adalah sebagai berikut :

[ ] [ ] g,)S()Pln(P

XlnW gghg5igi4

I

1ikgk3

K

1k

hg2g1g ∀μ+Ωβ+βΣ+βΣ+⎥⎦

⎤⎢⎣⎡β+β=

== ..................(3.15)

Dimana Wg : Budget share pada kelompok makanan ke-g, g = 1,2,....9 Pk : harga kelompok pangan ke-k k = 1,2….9 X : Pengeluaran pangan P : Indeks Stone Si : Variabel demografi ke-i i = 1,2,…..jml variabel Demografi β : Parameter regressi

ghΩ : Invers Mill’s Ratio (IMR) rumahtangga ke-h dan kelompok makanan ke-g

14

Page 15: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

: Error gμ

ln(

Indeks Stone atau indeks harga didefinisikan :

[ ]∑=

=K

1kkk )Pln(W)P , ..............................................................................................(3.16)

Variabel harga yang digunakan adalah instrumen variabel yang sudah menghilangkan bias simultan. Demikian juga variabel IMR telah diikutkan dalam persamaan untuk menghilangkan selectivity bias. Untuk menghindari singular varian-covarians matrik satu persamaan perlu dieliminasi dalam persamaan estimasi permintaan budget share (3.15), yaitu budget share terhadap non makanan. Selanjutnya, untuk menghilangkan heteroskedastik digunakan Robust. Setelah didapatkan parameter yang tidak bias simultan, tidak mengandung selectivity bias dan tidak mengandung heteroskedastik, maka parameter tersebut digunakan untuk menghitung elastisitas seperti di bawah ini. Hubungan elastisitas, yaitu perubahan permintaan kelompok makanan tertentu dengan pendapatan dan harga harga dirumuskan sebagai berikut (lihat Moeis, 2003) :

Elastisitas Pendapatan : g

g2XQ

W1ge

β+= .......................................................................(3.17)

Elastisitas Harga Sendiri : g2g

gg3 β−PQ

W1e gg

β+−= .......................................................(3.18)

Elastisitas Harga Silang : g

kg2

WW

g

gk3PQ

Wkg

β−

β=e ........................................................(3.19)

Variabel yang digunakan dalam model secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagi berikut. Dependent variabel adalah Budget share pada semua kelompok makanan rumah tangga (Wg). Variabel budget share didapat dari informasi jumlah dan nilai konsumsi di SUSENAS-modul Konsumsi. Budget share rumah tangga-h untuk kelompok makanan-g (Wgh) dihitung dari :

gE

EW

gh

G

g

ih

I

igh

g

∀Σ

Σ=

=

= ,

1

1 .................................................................................................(3.20)

dimana Eih dan Egh adalah nilai pengeluaran rumahtangga ke-h untuk komoditi ke-i dan kelompok makanan ke-g. Ada beberapa rumahtangga yang tidak mengkonsumsi salah satu atau beberapa kelompok makanan. Kondisi ini diatasi dengan mendapatkan nilai pendekatan dari dependent variabel dengan teknik estimasi persamaan budget share untuk menghindari selectivity bias yang dihasilkan dengan adanya nilai konsumsi yang nol tersebut. Dependent variabel lainnya yang diteliti adalah logarithma dari nilai deviasi dari rata-rata per desa (LDVgvh). Variabel ini didapat dari variabel unit value (Vgh). Unit value dari kelompok makanan ke-g yang dibayar oleh rumahtangga ke-h dihitung dengan nilai rata-rata unit value dari komoditi kelompok ke-g , atau secara matematis ditulis :

g,E

EVVg

g

I

1iI

1iih

ihihgh ∀

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

Σ= ∑

=

=

...................................................................................(3.21)

dimana unit value dari komoditi ke-i yang dibayar oleh rumahtangga ke-h (Vih) didefinisikan :

i,QEV

ih

ihih ∀= .......................................................................................................(3.22)

15

Page 16: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

dimana Qih adalah jumlah komoditi ke-i yang dikonsumsi oleh rumahtangga ke h. Untuk kelompok non makanan tidak dapat mengisikan variabel ini, sehingga unit value sama dengan pengeluaran itu sendiri atau Vih = Eih.

Tabel 3.2 Tabel Independent variabel dan kode-kodenya Kode Definisi Kode Definisi

Etotal Pengeluaran rumahtangga (Rp/Bulan) rpr18_34 Ratio perempuan berumur

18-34 tahun

Aduleq

Jumlah Anggota Rumah- tangga (Dengan pembobotan) rpr35_54

Ratio perempuan berumur 35-54 tahun

rlk0_5 Ratio laki-laki berumur 0-5 tahun rpr55_64 Ratio perempuan berumur

55-65 tahun

rlk6_11 Ratio laki-laki berumur 6-11 tahun rpr65pls Ratio perempuan berumur

>64 tahun

rlk12_17 Ratio laki-laki berumur 12-17tahun

sklist Lama Sekolah Istri (Tahun)

rlk18_34 Ratio laki-laki berumur 18-34 tahun

rbekerja Ratio ART yang bekerja

rlk35_54 Ratio laki-laki berumur 35-54 tahun

B. Dummy Independent Variabel

rlk55_64 Ratio laki-laki berumur 55-65 tahun drkrtlak Dummy KRT Laki-laki

rlk65pls Ratio laki-laki berumur >64 tahun dktani Dummy KRT bekerja di

Sektor Pertanian

rpr0_5 Ratio perempuan berumur 0-5 tahun dkprof Dummy KRT tenaga

profesional

rpr6_11 Ratio perempuan berumur 6-11 tahun dkota Dummy Rumahtangga

tinggal di kota

rpr12_17 Ratio perempuan berumur 12-17tahun dtrans Dummy fasilitas transportasi

darat IV. HASIL DAN ANALISA Pada tahun 2005, rumahtangga Jawa Barat daerah perkotaan mengeluarkan 45,87 persen dari seluruh pengeluarannya untuk kebutuhan makanan dan 54,13 persen dari seluruh pengeluarannya untuk kebutuhan non makanan. Sebaliknya, rumahtangga daerah pedesaan di Jawa Barat 2005 mengeluarkan 59,98 persen dari seluruh pengeluarannya untuk kebutuhan makanan, dan 40,02 persen dari seluruh pengeluarannya untuk non makanan. Dari seluruh pengeluaran rumahtangga tersebut yang menarik untuk dikaji adalah pengeluaran untuk makanan. Diantara berbagai jenis makanan yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa Barat adalah beras. Ketergantungan masyarakat Indonesia khususnya terhadap beras masih tinggi, sementara bila produksi beras tidak mencukupi maka yang terjadi adalah impor beras. Dengan impor beras, berarti ketahanan pangan tidak terjamin. Salah satu solusi untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah diversifikasi pangan. Dengan mencari makanan pengganti beras yang sesuai dengan selera masyarakat diharapkan dapat menjadi solusi untuk mewujudkan ketahanan pangan, khususnya di Propinsi Jawa Barat. Dari teori yang dibahas sebelumnya, telah dipilih variabel bebas dalam Tabel 4.1. Pengeluaran total rumahtangga per bulan minimal Rp.84.953 dan maksimal Rp.20.800.000 dengan rata-rata sebesar Rp.1.140.412. Bila dilihat dari pengeluaran rumahtangga di Propinsi Jawa Barat

16

Page 17: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

2005 tersebut terjadi kesenjangan yang begitu besar antar rumahtangga yang mempunyai pengeluaran terkecil dengan rumahtangga yang mempunyai pengeluaran terbesar. Adult equivalent bernilai satu untuk anggota rumahtangga berumur 13 tahun keatas, bernilai setengah untuk anggota rumahtangga berumur 7 sampai dengan 12 tahun, dan bernilai 0,25 untuk anggota rumahtangga berumur kurang dari 7 tahun. Adult equivalent dengan nilai minimal 1 dan terbesar 11,75 dengan rata-rata 3,2345. Nilai 1 ini mempunyai arti bahwa di dalam rumahtangga tersebut hanya terdiri dari satu rumahtangga dewasa (13 tahun ke atas). Sedangkan nilai 11,75 mempunyai banyak kemungkinan jumlah anggota rumahtangga, dan rata-rata satu rumahtangga terdiri dari dua orang dewasa ditambah tiga anak.

17

Page 18: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Tabel 4.1. Deskripsi Statistik dari Variabel Bebas di dalam Model Kode Definisi Nilai

Rata2 Standar Deviasi

Min Maks

Etotal Pengeluaran total rumahtangga (Rp./Bulan)

1.140.412

1,085.787

84.953

20.800.000

aduleq Adult equivalent 3,2345 1,2911 1 11,75 rlk0_5 Rasio ART laki-laki umur 0-5 tahun 0,0508 0,1073 0 0,75 rlk6_11 Rasio ART laki-laki umur 6-11 tahun 0,0564 0,1093 0 0,67 rlk12_17 Rasio ART laki-laki umur 12-17 tahun 0,0514 0,1069 0 1 rlk18_34 Rasio ART laki-laki umur 18-34 tahun 0,1407 0,1782 0 1 rlk35_54 Rasio ART laki-laki umur 35-54 tahun 0,1257 0,1493 0 1 rlk55_64 Rasio ART laki-laki umur 55-64 tahun 0,0335 0,1047 0 1

rlk65pls Rasio ART laki-laki umur 65 tahun keatas 0,0329 0,1186 0 1

rpr0_5 Rasio ART perempuan umur 0-5 tahun 0,0485 0,1053 0 0,67

rpr6_11 Rasio ART perempuan umur 6-11 tahun 0,0551 0,1101 0 0,67

rpr12_17 Rasio ART perempuan umur 12-17 tahun 0,0480 0,1039 0 1

rpr18_34 Rasio ART perempuan umur 18-34 tahun 0,1435 0,1610 0 1

rpr35_54 Rasio ART perempuan umur 35-54 tahun 0,1270 0,1620 0 1

rpr55_64 Rasio ART perempuan umur 55-64 tahun 0,0429 0,1419 0 1

rpr65pls Rasio ART perempuan umur 65 tahun keatas 0,0436 0,1647 0 1

Rtani Ratio ART yang bekerja di sektor Pertanian 0,2269 0,3910 0 1

Rprof Ratio ART yang bekerja sbg tenaga profesional 0,2184 0,3745 0 1

rbekerja Ratio ART yang bekerja 0,4194 0,2481 0 1 Sklist Lama Sekolah Istri (Tahun) 6,1204 4,0195 0 19 Dummy Variabel

drprof Dummy sebagian besar ART bekrja profesional 0,2580 0,4375 0 1

dkrtlak Dummy KRT Laki-laki 0,8849 0,3191 0 1 dkrtkaw Dummy KRT berstatus Kawin 0,8656 0,3411 0 1 dktani Dummy KRT bekerja di pertanian 0,2347 0,4239 0 1 dkprof Dummy KRT Bekerja sbg Profesional 0,1978 0,3983 0 1 dmiskin Dummy Rumahtangga Miskin 0,1419 0,3489 0 1

Dkota Dummy rumahtangga bertempat tinggal di kota 0,4971 0,5000 0 1

Dtrans Dummy fasilitas transportasi darat 0,9977 0,0478 0 1

18

Page 19: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Sumber : Susenas 2005, Podes 2006, BPS (Diolah) Data terdiri dari 6978 rumahtangga sampel rumahtangga

Namun tidak seluruh variabel bebas yang ada di Tabel 4.3. bisa digunakan dalam analisa. Estimasi Ordinary Least Square mensyaratkan tidak adanya kolinieritas yang tinggi untuk dapat menduga parameter. Sehingga ada beberapa variabel yang terpaksa harus di hilangkan. Dalam Manurung dan Saragih (2005) disebutkan bahwa koefisien korelasi antara variabel bebas tidak boleh melebihi 0,8 bila ingin menghasilkan istimasi parameter yang baik.

19

Page 20: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Selain variabel bebas, variabel tidak bebas juga diambil dari pengolahan Susenas 2005 Propinsi Jawa Barat. Deskripsi data dari variabel tidak bebas terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Deskripsi Statistik dari Variabel Tidak Bebas di dalam Model Nama Variabel dan Definisi Rata2 Std.Dev Min Maks % Nol

wberas Budget share dari Beras 0,1134 0,0722 0 0,5170 1,35 wketela Budget share dari Ketela 0,0034 0,0071 0 0,1109 65,76 wkentang Budget share dari Kentang 0,0028 0,0064 0 0,0732 74,52 wlain Budget share dari Makanan

Lain 0,4522 0,1157 0,0351 0,8286 0 cwberas Probit dari budget share beras,

1 Jika wberas > 0, dan 0 jika lainnya 0,9865 0,1153 0 1 1,3471

cwketela Probit dari budget share ketela, 1 Jika wketela > 0, dan 0 jika lainnya 0,3424 0,4745 0 1

65,7638

cwkentang

Probit dari budget share kentang, 1 Jika wkentang > 0,dan 0 jika lainnya 0,2548 0,4358 0 1

74,5199

Vberas Unit Value dari beras 2.774 789 0 10.000 1,3471 Vketela

Unit Value dari ketela 321 563 0 6.000 65,763

8 Vkentang Unit Value dari

kentang/Jagung/Talas 872 1.672 0 10.000 74,519

9 Vlain Unit Value dari Makanan

Lainnya 1.141 669 191 7.170 0 Vnon

Unit Value dari Non Makanan 562.58

2 827.832 26.167 17.600.0

00 0 Sumber : Susenas 2005 Propinsi Jawa Barat, BPS (Diolah)

Data terdiri dari 6978 rumahtangga sampel rumahtangga Dari nilai probit budget share rumahtangga pada masing-masing kelompok makanan

terlihat bahwa pada masing-masing kelompok ada rumahtangga yang tidak mengkonsumsinya. Beras tidak dikonsumsi oleh 1,35 persen rumahtangga, ketela tidak dikonsumsi oleh 65,76 persen rumahtangga, dan kentang/jagung/talas tidak dikonsumsi oleh 74,52 persen rumahtangga di Propinsi Jawa Barat 2005. Gambaran ini semakin menguatkan dugaan bahwa kecenderungan konsumsi beras masyarakat Jawa Barat 2005 masih sangat besar dibandingkan dengan kecenderungan konsumsi ketela serta kentang/jagung/talas.

Untuk mengatasi masalah bias simultan karena variabel unit value dipengaruhi oleh pengeluaran dan budget share juga dipengaruhi oleh pengeluaran, maka digunakan instrument variabel. Variabel tersebut berupa estimasi harga untuk seluruh rumahtangga, baik yang mengkonsumsi maupun yang tidak mengkonsumsi. Preferensi unit value diduga dipengaruhi oleh

20

Page 21: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

karakteristik rumahtangga yang menyebabkan perbedaan unit value yang bisa dibeli rumahtangga. Unit value tersebut dipengaruhi oleh quantity premium dan quality effect.

Dari rumahtangga yang mengkonsumsi tersebut diperoleh variabel yang mempengaruhi unit value yang mampu dibeli rumahtangga terhadap kelompok makanan yang dikonsumsi seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Estimasi OLS Koreksi dari Quantity Premium dan Quality Effect, Jawa Barat 2005

Variabel LDV

Bebas Beras Ketela Kentang/ Jagung Lainnya Non Mkn

Konstanta -0.2664*** -0.7356* -0.6603** -2.0912*** -9.0729*** Ltotal 0.0185*** 0.0472*** 0.0375** 0.1463*** 0.5894*** rlk0_5 -0.0007 -0.0218 0.1715 -0.0022 0.1984*** rlk6_11 -0.0688** -0.0528 0.0953 -0.0551 0.2528*** rlk12_17 -0.0098 -0.0186 0.1411 -0.0977* 0.3434*** rlk18_34 -0.0317 -0.0248 0.0870 -0.0496 0.0468 rlk35_54 -0.0010 -0.0962 -0.0024 -0.0235 0.0534 rlk55_64 drop Drop -0.0817 drop drop rlk65pls -0.0160 0.0161 0.1472 0.0667 0.0907 rpr0_5 -0.0332 -0.1381 0.1252 0.0219 0.1319* rpr6_11 -0.0280 -0.0192 0.1775 -0.0994* 0.3064*** rpr12_17 -0.0064 0.0779 0.1430 -0.0345 0.4053*** rpr18_34 -0.0251 0.1171 0.1467 0.0400 0.2650*** rpr35_54 -0.0316 0.0764 0.0802 -0.0120 0.3413*** rpr55_64 -0.0391 0.0173 drop 0.0565 0.2133*** rpr65pls -0.0412 0.0675 -0.1831* 0.0459 0.0802 Aduleq -0.0019 -0.0027 -0.0037 -0.0073* 0.0257*** Sklist -0.0002 -0.0007 -0.0044 0.0034** -0.0036** Rbekerja 0.0081 -0.0227 0.0408 0.0150 0.0085 Dkrtlak 0.0009 0.0428 0.0086 -0.1373*** 0.1374*** Dktani -0.0004 -0.0032 -0.0809*** 0.0144 0.0746*** Dkprof 0.0060 0.0429** 0.0180 0.0251** 0.0485*** Dmiskin 0.0057 0.0065 -0.0424 -0.0076 -0.0231 Dkota -0.0192*** -0.0166 -0.0004 -0.0910** -0.3498*** Dtrans 0.0352 0.0226 0.0331 0.1999*** 0.6000*** Adjusted R2 0.006 0.0048 0.0243 0.0709 0.4746

Sumber : Susenas Propinsi Jawa Barat, 2005, BPS (Diolah) Keterangan :***, **, * masing-masing signifikan 1, 5, dan 10 persen. Dari hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi unit value yang mampu dibeli oleh rumahtangga masing-masing komoditas diatas diperoleh estimasi harga yang dipengaruhi oleh variabel-variabel pada Tabel 4.3. Selanjutnya, estimasi harga masing-masing komoditas disajikan pada Tabel 4.4.

21

Page 22: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Tabel 4.4. Estimasi Harga menurut Golongan Makanan Jawa Barat, 2005

Estimasi Harga Jum. Sampel Rata2 Std. Dev. Min Max

beras 6978 2.848 729 995 10.366

ketela 6978 1.106 629 201 5.931

kentang 6978 3.567 1.302 502 10.545

lain 6978 1.186 633 227 7.167 Sumber : Susenas Propinsi Jawa Barat, 2005, BPS (Diolah)

Terlihat dalam Tabel 4.4. estimasi harga semua rumahtangga baik rumahtangga yang mengkonsumsi kelompok makanan tertentu ataupun yang tidak mengkonsumsi. Tidak seperti pada Tabel 4.2.. bila rumahtangga tidak mengkonsumsi kelompok makanan tertentu harganya bernilai nol.

Hasil estimasi harga dalam Tabel 4.4. diatas digunakan untuk estimasi probit. Estimasi Probit dengan memberi nilai 1 untuk rumahtangga yang mengkonsumsi masing-masing komoditas, dan bernilai 0 untuk rumahtangga yang tidak mengkonsumsinya. Rumahtangga mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu jenis komoditas diduga dipengaruhi pendapatan, harga, dan variabel sosial demografi lainnya. Hasil regresi tersebut terlihat pada Tabel 4.5.

Konsumsi beras dipengaruhi secara negatif sebesar -0,00016 oleh pendapatan. Bila pendapatan rumahtangga bertambah maka kemungkinan konsumsi beras akan berkurang. Semakin tinggi pendapatan rumahtangga, semakin banyak variasi pengeluaran rumahtangga sehingga mempunyai banyak pilihan konsumsi, sehingga kemungkinan pengeluaran untuk konsumsi beras berkurang. Selain itu, kemungkinan juga disebabkan oleh pengelompokan beras di penelitian itu tidak membedakan beras kualitas rendah dan kualitas tinggi. Tidak menutup kemungkinan rumahtangga dengan pendapatan lebih rendah lebih memilih mengkonsumsi beras walaupun dengan kualitas rendah.

Estimasi harga beras tidak berpengaruh secara signifikan. Ini mengindikasikan masyarakat Jawa Barat cenderung mengkonsumsi beras berapapun harganya. Rumahtangga dengan kondisi ekonomi yang cukup atau berlebih akan memilih beras dengan kualitas bagus, demikian juga rumahtangga dengan kondisi ekonomi terbatas juga tetap bertahan untuk mengkonsumsi beras walaupun dengan kualitas rendah.

Tabel 4.5. Estimasi Probit Perubahan Kemungkinan Konsumsi menurut

22

Page 23: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Golongan Makanan 2005

Variabel Bebas

dProbit Budget Share Komoditi

Beras Ketela Kentang +

Jagung+Talas Koefisien P>Z Koefisien P>Z Koefisien P>Z ltotal -0.00016 0.009 0.01140 0.583 0.14457 0.000 lehberas -0.00011 0.309 -0.11402 0.000 0.00308 0.907 lehketa -0.00007 0.152 -0.06800 0.000 0.02142 0.062 lehkentang -0.00003 0.549 -0.10161 0.000 -0.08305 0.000 lehlain -0.00023 0.000 0.02687 0.066 0.03956 0.003 lehnon 0.00025 0.000 -0.12148 0.000 -0.07907 0.000 rlk0_5 -0.00016 0.636 0.11553 0.181 -0.06402 0.417 rlk6_11 -0.00015 0.631 -0.00573 0.946 -0.11519 0.144 rlk12_17 -0.00035 0.314 -0.00276 0.975 -0.15371 0.061 rlk18_34 -0.00045 0.069 -0.11264 0.111 -0.16884 0.010 rlk35_54 -0.00043 0.083 -0.06226 0.330 -0.16682 0.005 rlk65pls -0.00047 0.065 -0.02996 0.678 -0.12135 0.086 rpr0_5 0.00026 0.519 0.04494 0.605 -0.08600 0.280 rpr6_11 -0.00001 0.973 -0.02018 0.813 -0.17101 0.030 rpr12_17 -0.00005 0.906 -0.03165 0.725 -0.09336 0.257 rpr18_34 -0.00032 0.242 -0.17413 0.033 -0.11597 0.124 rpr35_54 0.00014 0.624 -0.04533 0.625 -0.05006 0.567 rpr55_64 -0.00001 0.964 0.05409 0.571 -0.07890 0.394 rpr65pls -0.00028 0.297 -0.02797 0.750 -0.11850 0.167 aduleq 0.00028 0.000 0.02333 0.000 0.00589 0.290 sklist 0.00004 0.000 -0.00477 0.029 0.01089 0.000 rbekerja -0.00005 0.522 0.00515 0.858 -0.04758 0.075 dkrtlak* 0.00000 0.964 0.02393 0.450 -0.08260 0.008 dktani* 0.00017 0.001 0.09421 0.000 0.01523 0.317 dkprof* -0.00001 0.883 -0.01794 0.274 -0.01469 0.293 dmiskin* 0.00011 0.148 0.03981 0.045 -0.02523 0.175 dkota* -0.00012 0.073 0.00748 0.672 0.07087 0.000 dtrans* 0.00026 0.655 0.09711 0.565 -0.29591 0.025 Log likelihood -239.45 -4141.24 -3712.48 Pseudo R2 0.5194 0.0764 0.0626 LR chi2 517.59 685.49 495.74

Sumber : Susenas Propinsi Jawa Barat 2005, BPS (Diolah) Keterangan : * Data diskret berupa 0 dan 1 (karena Dummy Variabel)

23

Page 24: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

24

Setelah melalui tahapan estimasi probit, tahap selanjutnya adalah pembentukan IMR dengan menggunakan two step estimation dari Heckman dengan sofware Stata SE Versi 8.0. IMR untuk kelompok beras, ketela, kentang/jagung/talas signifikan sampai dengan taraf 10 persen.

Estimasi Variabel demografi yang mempengaruhi budget share setelah melalui proses pembentukan instrumen variabel harga dan probit budget share serta IMR terlihat pada Tabel 4.6. Untuk menghindari hasil estimasi yang tidak sempurna karena pengaruh heteroskedastik maka dilakukan regresi dengan Robust. Setelah variabel IMR masing-masing kelompok makanan ditemukan, dimasukkan ke persamaan utama LA/AIDS. Dalam regresi dengan variabel terikat berupa budget share beras dan ketela dan variabel bebas seperti dalam persamaan (3.15.), terjadi colinearity, sehingga variabel rasio anggota rumahtangga laki-laki berumur 55-64. Sedangkan untuk penghitungan budget share jagung, untuk menghindari colinearity variabel rasio anggota rumahtangga perempuan berumur 55 sampai dengan 64 tahun. Pada persamaan budget share makanan lain yang dihilangkan adalah rasio anggota rumahtangga laki-laki berumur 55 sampai dengan 64 tahun.

Adusted R2 beras sebesar 67,04 persen, artinya 67,04 persen budget share kelompok beras dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan 42,96 persen sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Sebagian besar variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap budget share kelompok makanan beras. Dari 29 variabel bebas dalam model ada 16 variabel berpengaruh signifikan sampai dengan 10 persen.

Page 25: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Tabel 4.6. Estimasi Koefisien Budget Share, Kelompok Makanan Jawa Barat 2005 Beras Ketela Kentang +Jagung + Talas Makanan Lainnya Variabel

Bebas Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *)

Konstanta 0.3874 0.035 0.035 0.000 0.039 0.015 0.016 0.013 0.0593 0.0153 0.0147 0.000 4.8054 0.0459 0.0490 0.000

lxstone -0.0434 0.002 0.002 0.000 -0.005 0.001 0.001 0.000 0.0083 0.0041 0.0041 0.043 0.1468 0.0020 0.0024 0.000

lehberas 0.0441 0.003 0.003 0.000 -0.003 0.001 0.001 0.014 0.0016 0.0009 0.0009 0.084 -0.0409 0.0034 0.0036 0.000

lehketela -0.0040 0.001 0.001 0.001 0.005 0.000 0.000 0.000 0.0031 0.0007 0.0008 0.000 0.0047 0.0014 0.0015 0.002

lehkentang 0.0028 0.001 0.001 0.031 0.000 0.000 0.001 0.736 -0.0046 0.0024 0.0024 0.056 -0.0013 0.0016 0.0017 0.419

lehlain 0.0018 0.001 0.001 0.184 0.001 0.000 0.001 0.006 0.0049 0.0012 0.0012 0.000 0.0041 0.0017 0.0018 0.021

lehnon -0.0351 0.002 0.002 0.000 -0.002 0.001 0.001 0.002 -0.0105 0.0024 0.0024 0.000 -0.3366 0.0024 0.0031 0.000

rlk0_5 -0.0103 0.007 0.008 0.200 -0.005 0.002 0.002 0.037 -0.0008 0.0025 0.0023 0.747 -0.0312 0.0099 0.0100 0.002

rlk6_11 0.0129 0.007 0.008 0.105 -0.002 0.002 0.002 0.294 -0.0069 0.0026 0.0027 0.010 -0.0943 0.0098 0.0100 0.000

rlk12_17 0.0041 0.008 0.009 0.627 -0.003 0.002 0.002 0.260 -0.0080 0.0032 0.0035 0.022 -0.1795 0.0101 0.0106 0.000

rlk18_34 -0.0044 0.006 0.007 0.515 -0.003 0.002 0.002 0.210 -0.0072 0.0033 0.0038 0.058 -0.0201 0.0081 0.0085 0.019

rlk35_54 0.0014 0.006 0.006 0.813 -0.004 0.002 0.002 0.032 -0.0045 0.0037 0.0043 0.302 -0.0017 0.0074 0.0074 0.817

rlk55_64 Drop Drop Drop Drop Drop Drop Drop Drop 0.0094 0.0041 0.0041 0.023 Drop Drop Drop Drop

rlk65pls 0.0028 0.006 0.007 0.696 0.000 0.002 0.002 0.908 0.0007 0.0038 0.0050 0.896 -0.0274 0.0084 0.0092 0.003

rpr0_5 -0.0057 0.007 0.008 0.494 -0.005 0.002 0.002 0.018 -0.0038 0.0025 0.0025 0.130 -0.0021 0.0100 0.0102 0.839

rpr6_11 0.0176 0.007 0.008 0.034 -0.001 0.002 0.002 0.573 -0.0109 0.0035 0.0038 0.004 -0.1272 0.0098 0.0102 0.000

rpr12_17 -0.0019 0.008 0.009 0.826 0.000 0.002 0.002 0.904 -0.0029 0.0025 0.0028 0.297 -0.1951 0.0103 0.0106 0.000

rpr18_34 -0.0241 0.007 0.008 0.003 0.000 0.002 0.002 0.949 -0.0028 0.0023 0.0028 0.314 -0.0888 0.0093 0.0098 0.000

rpr35_54 -0.0170 0.008 0.010 0.080 0.001 0.002 0.002 0.729 0.0024 0.0021 0.0021 0.260 -0.1437 0.0107 0.0118 0.000

rpr55_64 -0.0157 0.008 0.010 0.115 -0.002 0.002 0.002 0.324 Drop Drop Drop Drop -0.0970 0.0111 0.0122 0.000

rpr65pls -0.0061 0.008 0.009 0.495 0.003 0.002 0.003 0.198 -0.0031 0.0025 0.0030 0.298 -0.0402 0.0101 0.0115 0.000

25

Page 26: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

26

nya

Tabel 4.6. Estimasi Koefisien Budget Share, Kelompok Makanan Jawa Barat 2005 (Lanjutan) Beras Ketela Kentang +Jagung + Talas Makanan LainVariabel

Bebas Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *) Koefisien SE SE** Prop>t *)

aduleq 0.0119 0.001 0.001 0.000 Drop Drop Drop Drop 0.0003 0.0003 0.0002 0.147 Drop Drop Drop Drop

sklist 0.0000 0.000 0.000 0.973 0.000 0.000 0.000 0.119 0.0008 0.0003 0.0003 0.009 0.0013 0.0002 0.0002 0.000

rbekerja -0.0009 0.002 0.003 0.729 -0.001 0.001 0.001 0.186 -0.0063 0.0017 0.0015 0.000 0.0137 0.0032 0.0036 0.000

dkrtlak -0.0054 0.003 0.003 0.090 Drop Drop Drop Drop -0.0066 0.0024 0.0023 0.004 -0.0602 0.0036 0.0042 0.000

dktani 0.0100 0.001 0.002 0.000 Drop Drop Drop Drop 0.0025 0.0007 0.0007 0.001 -0.0468 0.0019 0.0020 0.000

dkprof -0.0020 0.001 0.001 0.077 Drop Drop Drop Drop -0.0011 0.0006 0.0006 0.051 -0.0147 0.0018 0.0017 0.000

dmiskin 0.0526 0.002 0.002 0.000 0.002 0.001 0.001 0.012 0.0002 0.0011 0.0012 0.843 -0.0826 0.0022 0.0027 0.000

dkota -0.0032 0.002 0.001 0.031 Drop Drop Drop Drop 0.0059 0.0022 0.0022 0.008 0.1343 0.0020 0.0021 0.000

dtrans -0.0331 0.011 0.006 0.000 Drop Drop Drop Drop -0.0165 0.0057 0.0054 0.002 -0.2369 0.0140 0.0103 0.000

IMR -0.0442 0.009 0.008 0.000 -0.003 0.002 0.002 0.085 0.0336 0.0119 0.0124 0.007 NA NA NA NA

Adjust R2 0.6704

0.241 0.2614 0.7717

Sumber : Susenas + Podes Propinsi Jawa Barat 2005 BPS (Diolah) Keterangan : ** Standard Error dengan Robust

*) Probabilitas yang dihahitung dengan Standard Error Robust

Page 27: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Dari estimasi koefisien yang mempengaruhi budget share, dapat dihitung nilai elastisitas, baik elastisitas pendapatan dan elastisitas harga. Dalam Tabel 4.7. diperlihatkan dari hasil regresi kemudian dihitung dengan model LA/AIDS.

Tabel 4.7. Elastisitas Pendapatan dan Harga, Kelompok Makanan Propinsi Jawa Barat 2005

Elastisitas

Pendapatan Beras Ketela Jagung Lainnya Non Makanan

Beras 0.617 -0.568 -0.034 0.025 0.189 ** -0.146

Permintaan Kelompok MakananElastisitas Harga

Ketela -0.338 -0.615 0.435 0.054** 1.010 -0.113

Jagung+Kentang+Talas 3.982 0.245 1.104 -2.668 0.417 -5.064

Makanan Lain 1.325 -0.127 0.009 -0.004** -1.138 -0.883

Sumber : Susenas Propinsi Jawa Barat 2005, Diolah Keterangan ** Tidak Signifikan

Tiga kelompok makanan yaitu beras, kentang/jagung/talas dan makanan lainnya mempunyai elastisitas pendapatan bernilai positif dan signifikan, artinya ketiga kelompok makanan ini termasuk barang normal.

Untuk kelompok makanan beras mempunyai nilai elastisitas pendapatan sebesar 0,617 artinya bila terjadi kenaikan pendapatan sebesar satu persen, maka permintaan beras akan naik sebesar 0,617 persen. Dari angka tersebut terlihat bahwa untuk kelompok makanan beras tidak elastis terhadap perubahan pendapatan. Kenaikan atau penurunan pendapatan rumahtangga tidak dibarengi dengan penurunan atau kenaikan permintaan konsumsi beras yang sama besar. Dari sini terlihat bahwa masyarakat Jawa Barat tahun 2005 masih tinggi ketergantungannya terhadap beras.

Kelompok kentang/jagung/talas mempunyai elastisitas pendapatan sebesar 3,954. Karena besaran elastisitas pendapatan lebih besar dari 1, maka dapat dikatakan bahwa kelompok kentang/jagung/talas adalah elastis terhadap kenaikan atau penurunan pendapatan. Apabila pendapatan naik/turun sebesar 1 persen, maka permintaan makanan kelompok kentang/jagung/talas akan naik/turun sebesar 3,982 persen. Hal ini berarti masyarakat Jawa Barat belum merasa bahwa kentang/jagung/talas adalah kebutuhan yang pokok, sehingga bila terjadi perubahan pendapatan akan merubah permintaan terhadap kentang/jagung/talas lebih besar daripada perubahan pendapatan.

Kelompok makanan lainnya juga mempunyai nilai elastisitas lebih besar dari satu. Nilai elastisitas pendapatan sebesar 1,325 artinya bila terjadi kenaikan/penurunan pendapatan sebesar 1 persen maka terjadi kenaikan/penurunan permintaan makanan lainnya sebesar 1,325 persen. Seperti halnya kelompok kentang/jagung/talas yang belum dianggap sebagai kebutuhan pokok, sehingga bila terjadi perubahan pendapatan sedikit akan menyebabkan perubahan permintaan pada kelompok makanan ini melebihi perubahan pendapatan.

Bila dilihat dari elastisitas harga sendiri, ketiga kelompok makanan beras, kentang/jagung/talas dan makanan lainnya juga memperlihatkan barang normal. Ketiga kelompok makanan ini mempunyai nilai elastisitas harga sendiri negatif. Elastisitas harga sendiri beras bernilai -0,568 berari bila terjadi kenaikan/penurunan harga sebesar satu persen akan terjadi penurunan/kenaikan permintaan beras sebesar 0,568 persen. Tidak elastisnya hubungan antara harga dan permintaan beras mengindikasikan ketergantungan masyarakat Propinsi Jawa Barat terhadap beras masih tinggi.

Berbeda dengan beras, hubungan elastisitas antara harga dan permintaan kentang/jagung/talas bersifat elastis. Besaran elastisitas harga sendiri kelompok ini sebesar -2,668.

27

Page 28: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Bila terjadi kenaikan/penurunan harga sebesar 1 persen, akan terjadi penurunan/kenaikan permintaan kentang/jagung/talas sebesar 2,668 persen. Masyarakat Jawa Barat belum tergantung pada kelompok kentang/jagung/talas ini.

Seperti halnya kelompok kentang/jagung/talas, kelompok makanan lainnya juga mempunyai hubungan elastis antara permintaan dan harga sendiri dari kelompok makanan ini. Nilai elastisitas sebesar 1,138 berarti bila terjadi kenaikan/penurunan harga kelompok makanan lainnya sebesar 1 persen akan terjadi penurunan/kenaikan permintaan kelompok makanan lainnya sebesar 1,138 persen. Interpretasi yang sama diduga menjadi alasan bahwa kelompok makanan lainnya disini belum menjadi makanan pokok masyarakat Jawa Barat 2005.

Berbeda dengan ketiga kelompok diatas yang digolongkan ke dalam barang normal, kelompok makanan ketela mempunyai nilai elastisitas pendapatan negatif, yaitu sebesar -0,338 dan elastisitas harga sendiri positif, yaitu sebesar 0,435. Kelompok ketela di Jawa Barat 2005 tergolong barang sangat inferior atau disebut juga barang giffen. Semakin kecil pendapatan semakin tak berdaya semakin besar permintaan terhadap ketela ini. Argumen yang memperkuat dugaan bahwa ketela adalah barang giffen di Jawa Barat adalah nilai positif dari parameter dummy variabel miskin. Rumahtangga miskin di Jawa Barat 2005 mempunyai kecenderungan mengkonsumsi ketela 0,2 persen lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga tidak miskin.

Elastisitas silang antar kelompok makanan signifikan sampai dengan taraf 10 persen. Elastisitas silang antara permintaan beras yang menunjukkan nilai positif adalah harga kentang/jagung/talas. Nilai positif sebesar 0,025 menunjukkan bahwa kentang/jagung/talas merupakan kelompok makanan yang berfungsi sebagai pengganti beras. Meskipun nilai elastistasnya kecil, namun kelompok kentang/jagung/talas mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi makanan pengganti beras.

Kondisi sebaliknya juga ditunjukkan oleh elastisitas permintaan kentang/jagung/talas terhadap harga beras yang bernilai positif. Apabila terjadi kenaikan harga beras, masyarakat Jawa Barat akan beralih ke kelompok kentang/jagung/talas. Elastisitas permintaan jagung terhadap harga beras sebesar 0,245 memberi arti bahwa bila harga beras naik 1 persen maka permintaan kentang/jagung/talas naik sebesar 0,245 persen.

Karena penelitian ini ingin melihat permintaan beras, maka yang dikaji lebih jauh adalah elastisitas silang antara permintaan beras dengan harga barang substitusinya yaitu kelompok kentang/jagung/talas. Kecilnya nilai elastisitas harga kentang/jagung/talas terhadap permintaan beras diduga karena kurang menariknya makanan yang berasal dari kentang/jagung/talas.

Tidak mudah memang mengubah pola konsumsi masyarakat yang cenderung ke kelompok beras untuk beralih ke kentang/jagung/talas. Perlu inovasi untuk membuat menu yang menarik dengan rasa khas untuk dikonsumsi. Inovasi tersebut misalnya jagung dibuat sereal, kripik, dan sebagainya.

Inovasi membuat menu makanan sehari hari, tidak terlepas dari peran istri dalam rumahtangga. Istri sebagai pengatur menu rumahtangga bisa berinovasi apabila mempunyai pengetahuan yang cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai parameter dari lama sekolah istri yang mempunyai pengaruh positif 0,0008 terhadap perubahan budget share kelompok kentang/jagung/talas ini.

Semakin tinggi pendidikan istri, semakin tinggi pula pengetahuan dalam mengatur menu makanan rumahtangga. Dengan olahan yang beraneka ragam sehingga menyebabkan naiknya permintaan kelompok kentang/jagung/talas tersebut.

28

Page 29: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Tidak semua rumahtangga Propinsi Jawa Barat 2005 mengkonsumsi kelompok makanan beras, ketela, dan kentang/jagung/talas. Namun semua rumahtangga mengkonsumsi makanan lainnya dan non makanan. Rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok makanan dari beras sebanyak 1,35 persen, kelompok makanan dari ketela sebanyak 65,76 persen, dan kelompok kentang/jagung/talas sebesar 74,52 persen.

Penentuan Budget Share diperoleh dengan menambahkan variabel Invers Mill’s Ratio (IMR) untuk menghilangkan selectivity bias akibat rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok makanan tertentu. IMR signifikan untuk ketiga kelompok, yaitu beras, ketela dan kentang/jagung, namun tidak bisa dihitung nilainya pada kelompok makanan lainnya.

Dari perhitungan budget share dengan menggunakan persamaan LA/AIDS diperoleh nilai elastisitas masing-masing kelompok makanan baik terhadap pendapatan maupun terhadap harga masing-masing kelompok makanan. Elastisitas permintaan beras bila dilihat dari harga-harga kelompok makanan yang lain, yang menunjukkan nilai positif 0,025 dan signifikan adalah kelompok kentang/jagung/talas. Dapat disimpulkan bahwa kelompok kentang/jagung/talas merupakan substitusi dari beras.

Kecilnya nilai elastisitas tersebut diduga kerena selera masyarakat masih cenderung mengkonsumsi beras daripada kentang/jagung/talas. Walaupun kecil, kelompok makanan kentang/jagung/talas ini potensial untuk dikembangkan di Propinsi Jawa Barat.

Selera masyarakat Propinsi Jawa Barat yang masih cenderung konsumsi beras harus disiasati agar tertarik untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari kentang/jagung/talas. Penyajian menu makanan yang bervariasi dapat ditunjang oleh pengetahuan istri sebagai pengolah makanan di rumahtangga agar bisa membangkitkan selera untuk mengkonsumsi kelompok kentang/jagung/talas. Pengetahuan istri tercermin dari lama sekolah istri. Parameter dari variabel lama sekolah istri menunjukkan korelasi positif 0,0008 terhadap kenaikan budget share rumahtangga terhadap konsumsi kelompok makanan kentang/jagung/talas.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa bahan makanan substitusi dari beras adalah kantang/agung/talas. Beberapa langkah dapat direkomendasikan. Pertama, mendorong petani untuk memperbanyak produksi kentang/jagung/talas, sehingga dengan bertambahnya supply kentang/jagung/talas maka harga kentang/jagung/talas akan turun, selanjutnya menurunkan permintaan beras. Mendorong petani bisa dalam bentuk moral maupun material. Dengan moral bisa dilakukan dengan penyuluhan lewat kepala desa, kelompok tani, ataupun pertemuan-pertemuan di RT/RW. Sedangkan dorongan material bisa dalam bentuk subsidi bibit, pupuk, pembasmi hama, membantu pemasaran dsb.

Kedua, peningkatan suply kelompok makanan kentang/jagung/talas bisa juga dalam bentuk bantuan pengolahan makanan pasca panen. Karena kelompok makanan tersebut tidak tahan lama bila tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Dengan pengolahan makanan kelompok kentang/jagung/talas tersebut diharapkan suply terjamin, harga tidak mahal dan selanjutnya dapat meningkatkan konsumsi kelompok kentang/jagung/talas.

Ketiga, dari sisi konsumen perlu juga diberi pengarahan agar tidak terlalu tergantung kepada beras sebagai makanan pokok. Masih ada jagung yang bisa dijadikan alternatif, sehingga permintaan beras bisa lebih elastis terhadap harga beras itu. Penyuluhan ini bisa dalam bentuk formal maupun non formal. Dalam bentuk formal misalnya dalam kurikulum mulai Sekolah Dasar, siswa sudah dikenalkan dengan program diversifikasi pangan tersebut agar kelak bila sudah dewasa bisa mempunyai wawasan yang luas dan mengurangi ketergantungan kepada beras.

29

Page 30: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

Dengan jalur non formal bisa lewat pertemuan di kelurahan, RT/RW, lewat pengajian, radio, televisi, dsb.

Bila dari sisi suply makanan pengganti beras sudah cukup, harga relatif rendah ditambah dengan kesadaran tanpa harus menyandarkan hidup pada beras, maka permintaan beras bisa ditekan. Berkurangnya permintaan beras ini penting artinya bagi perekonomian, sehingga tidak terlalu banyak impor beras.

Untuk mengembangkan variasi makanan dari kentang/jagung/talas, agar masyarakat bisa tertarik untuk mengkonsumsinya. Pengembangan variasi makanan dari bahan dasar kentang/jagung/talas tersebut antara lain lewat peningkatan pengetahuan istri. Dengan pengetahuan istri yang meningkat diharapkan dapat menyajikan menu makanan yang berasal dari kentang/jagung/talas dengan lebih menarik untuk dikonsumsi.

Banyak variasi makanan yang berasal dari kentang/jagung/talas ini agar lebih menarik untuk dikonsumsi. Kentang bisa dibentuk kripik kentang, stick, dsb. Demikian juga jagung bisa dibentuk sereal yang siap saji, pop corn, dsb. Sedangkan talas bisa dibuat kripik, serta lainnya. Makanan tersebut yang sudah biasa ada di masyarakat, tidak menutup kemungkinan ada inovasi baru dalam penyajian makanan tersebut.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini pertama, pendapatan didekati dengan pengeluaran, karena estimasi pendapatan yang ada kurang dapat dipercaya jika digunakan dalam konsumsi. Kedua, dalam penelitian ini hanya dianalisa permintaan beras ditinjau dari dampak perubahan harga beras dan barang yang diduga menjadi substitusi kelompok beras tersebut yang dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu ketela, kentang dan makanan lainnya, dan non makanan. Pengelompokan ini menentukan sekali, sehingga dalam penelitian ini tidak bisa melihat pengaruh permintaan beras dari pengaruh makanan yang lebih detail. Ketiga, harga dari komoditas makanan dihitung dari pengeluaran per kelompok makanan dibagi dengan jumlah satuan yang dikonsumsi yang selanjutnya disebut unit value. Hanya saja dalam penelitian ini sudah dilakukan penyesuaian sehingga dapat diperoleh proxy terhadap harga dengan teknik instrumenting. Keempat, harga dari komoditas non makanan diasumsikan sama dengan pengeluaran untuk barang non makanan itu sendiri, karena banyak ragam dari barang non makanan tersebut sehingga satuan unit value dari masing-masing jenis tidak mungkin disamakan. Keterbatasan yang kelima adalah permintaan beras yang dianalisa hanya permintaan di dalam rumahtangga, sedangkan yang bentuknya makanan jadi yang dijual di warung makan yang berupa nasi atau lainnya, tidak diikutkan. Keenam, dalam penelitian ini tidak diselesaikan masalah contemporeneaus correlation. Ketujuh, dalam penelitian ini tidak dilakukan restriksi dalam memperoleh fungsi permintaan baik simetri, homogenitas, maupun Adding-up.

30

Page 31: Estimasi Fungsi an Makanan Dalam Analisa Diversifikasi Pangan Untuk Menurunkan an Beras Propinsi Jawa Barat 2005

31

DAFTAR PUSTAKA

Amemiya, T. Advanced Econometrics. Oxford, 1986. Binger, B.R. dan Hoffman, E. Microeconomics with Calculus, London, England, 1988 . Blanciforti, L. dan Green, R., “An Almost Ideal Demand System Incororating Habits: An Analysis of

Expenditures on Food and Aggregate Comodity Group”, The Review of Economic and Statistics, 1983, 65(3), hal. 551-515.

BPS, SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional ) Pedoman Pencacah Kor. Jakarta, 2005. Deaton, A.dan Muellbauer, J.. Economics and Consumer Behavior. United States of America,

1999. Deptan, Analisis Permintaan dan produksi Beras di Indonesia, 2001-2004. Jakarta, 2002. Driel, V.D. Nadall, V. dan Zeelenberg, K. “The Demand for Food in the United States dan the

Netherland : A System Approach with the CBS Model”, Journal of Applied Econometrics. 1997, 12(5), hal 509-523.

Hartono, J. Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis, Yogyakarta, 2004. IPB, Kajian Kebijakan Perberasan dan Operasi Pasar Khusus Pasca Penetapan Harga Dasar

Gabah. Bogor, 2001. Lumbantobing, I.P., “Analisis Permintaan dan Pola Konsumsi Pangan di Propinsi Jambi”, Tesis.

Institut Pertanian Bogor, 2005. Manurung, J.J. dan Manurung, A. H, dan Saragih, F.D. Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Jakarta,

2005. Moeis, J.P. “Indonesian Food Demand System : An Analysis of the Impact of the Economic Crisis

on Household Consumption and Nutritional Intake”, Doctor of Philosophy Dessertation. George Washington University, USA, 2003 .

Rahardja, P. Manurung, M., Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.

Rahmi, D. “Analisa Permintaan Makanan dan Dampak Perubahan Harga Terhadap Kesejahteraan Rumahtangga di Jawa Barat (Aplikasi Model Almost Ideal Demand System)”, Tesis. Universitas Indonesia, 2001

Rini, E.S. “Estimasi Fungsi Permintaan”, USU Digital Library, 2002. Sabrina. “Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan Rumah Tangga Sumatera Barat”, Tesis,

Universitas Indonesia, 2006. Sudaryanto, T. dan Sayuti, R.”Analisa Permintaan Bahan Pangan dengan Pendekatan Persamaan

sistem”, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 1990, 38(2). Tjahjaprijadi, C. dan Indarto, W.D. “Analisis Pola Konsumsi Rokok Sigaret Kretek Mesin, Sigaret

Kretek Tangan, dan Sigaret Putih Mesin”, Kajian Ekonomi dan Keuangan. 2003, 7(4).