estimasi dampak perubahan iklim terhadap sektor …

63
ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR UNGGULAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Marlina Rachmawaty 2010110001 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013 BANDUNG 2017

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

TERHADAP SEKTOR UNGGULAN DAN

PEREKONOMIAN DAERAH

SKRIPSI

Diajukan untuk

memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Marlina Rachmawaty

2010110001

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

Page 2: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

ESTIMATION OF CLIMATE CHANGE IMPACTS

ON LEADING SECTOR AND REGIONAL

ECONOMIC

UNDERGRADUATE THESIS

Submitted to Complete part of the requirements for

Bachelor’s Degree in Economics

By:

Marlina Rachmawaty

2010110001

PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS Accredited by BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

Page 3: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …
Page 4: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …
Page 5: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

v

ABSTRAK

Perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi pertanian dan

dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator perubahan

iklim yaitu suhu dan curah hujan. Perubahan suhu dan pola hujan dapat mengganggu

proses pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan produksi menurun.

Perekonomian Provinsi Riau dan Lampung salah satunya bergantung terhadap sektor

unggulan perkebunannya, yaitu kopi dan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh apa saja yang menjadi penyebab PDRB di Provinsi Riau dan

Provinsi Lampung tetap mengalami kenaikan walaupun ada perubahan iklim.

Penelitian ini menggunakan teori pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penelitian

menggunakan estimasi Panel Least Square (PLS), variabel luas lahan dan pendidikan

berpengaruh positif terhadap perekonomian daerah yang diukur dengan PDRB Riil.

Sedangkan, variabel suhu dan curah hujan berpengaruh negatif terhadap

perekonomian daerah.

Kata kunci : PDRB, Perubahan iklim, Sektor unggulan perkebunan

Page 6: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

vi

ABSTRACT

Climate change may lead to the decreasing production of agriculture and it could

affect the economic growth. Some commonly used of climate change are temperature

and rain intensity. Climate change and rain pattern could disturb the growth process

of plants which would lead to the decreasing of production. The economy of Riau

and Lampung Provinces are dependent on their leading sectors, which are coffee

beans and palm oil. This study aims to determine the cause of consistent increase in

Gross Domestic Regional Bruto province of Riau and Lampung amidst climate

change phenomena. Based on the Panel Least Square (PLS) estimation, variables

such as soil space and education are positively affecting the regional economy which

is measured with Real GDRB, while temperature and rain intensity variables

negatively affects the regional economies.

Keywords: Climate Change, GDRP, PLS, Leading Sector of Plantation

Page 7: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Estimasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Unggulan dan

Perekonomian Daerah”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Katolik Parahyangan

Bandung. Penulis juga menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan

skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan

pengetahuan penulis, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala

usul dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan,

bimbingan, dorongan, kritik, dan saran, serta doa dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Katolik

Parahyangan Bandung, hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini, terutama

kepada :

1. Kedua orang tua Abdullah Suryanto dan Emillia Baharudin terima kasih untuk

doa, perhatian, kasih sayang, nasihat dan semua yang telah diberikan selama

ini.

2. Reynaldi Aprilio Chandra, Evan Abilio Chandra dan Abel Aurelio Chandra

sebagai adik kandung penulis yang telah membantu, menghibur, dan

memberikan doanya selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Hilda Leilani Masniaritta Pohan, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi

terima kasih atas waktu, pikiran, tenaga dan segala bentuk dukungan yang

tulus dan berharga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dr. Miryam B. L. Wijaya selaku ketua jurusan Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan atas segala bantuan, masukan

dan nasihat kepada penulis.

5. Ibu Noknik Karliya Herawati, Dra., M.P. selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyusun rencana

studi.

Page 8: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

viii

6. Seluruh Dosen Progam Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik

Parahyangan Bandung yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang

sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Jason Cornelius sebagai salah satu alasan penulis untuk selalu semangat

mengerjakan skripsi ini. Terima kasih selalu memberikan semangat,

mendoakan, berbagi suka duka, dan membantu dalam hal apapun.

8. Ibu Aida Maria Picauly sebagai ibu kosan yang selalu memberikan dukungan

dan semangat dari awal proses kuliah sampai dengan sekarang.

9. Sahabat tercinta: Chrestella Dharmadi, Habierdy Syarief, Amung, Aji Putra,

Nur Hikmat, Raoul Antonio, Kevin Kusnadi, Zahid Johar Awal, Kezia Kanza,

Kesha Sandiputera, Benny, Sony Rizky, Rizky Sinaga, Alvin Liem, Sugiri,

Vevina, Arini Rahmilia, Riri Sianturi, Shela Selviani A, Y Adita Cintya P, dan

Marcella Benedicta. Terima kasih telah memberikan dukungan dalam hal

apapun, kalian yang terbaik.

10. Keluarga Kosan Tercinta:.Aurellia Deviane, Monica Dian, Fina Prabowo dan

Sarkoji Markoji. Terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

11. Keluarga SB Mania Ekonomi Pembangunan : Rendhy, Dary, Vito, Benny,

Michael, Herman, Jaya, Swenanda, Eric, Widyastuti, Ratih, Adhitya, Alvie,

Artanto, Nicholas, Norbertus, Ridwan, Satrio, Sumaryana, Vhil dan Catra.

12. Keluarga besar Prodi Ekonomi Pembangunan lainnya yang selalu memberi

dukungan, bantuannya, dan kepercayaan untuk bekerja sama selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas

seluruh dukungan serta bantuannya yang sangat berarti bagi penulis.

Skripsi ini adalah kunci untuk membuka pintu menuju babak baru dalam

kehidupan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak termasuk pembaca dan penelitian selanjutnya.

Bandung, Januari 2017

Marlina Rachmawaty

Page 9: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...... v

ABSTRACT……………………………………………………………………….

vi

PRAKATA…………………………………………………………………............vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xii

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………....1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………………... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………......6

2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...7

2.1 Landasan Teoritis………………………………………………………….,..7

2.2 Temuan – temuan Empiris………………………………………………......8

3. METODE DAN OBYEK PENELITIAN……………………………………..17

3.1 Metode Penelitian………………………………………………………….17

3.2 Deskripsi Objek dan Data Penelitian……………………………………....18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….....29

4.1 Hasil Pengolahan Data…………………………………………………......29

4.2 Uji Asumsi Klasik……………………………………………………….....32

4.2.1 Uji Multikoleniaritas……………………………………………...32

4.2.2 Uji Autokorelasi………………………………………………......34

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas…………………………………………...35

4.3 Pembahasan…………………………………………………………...........36

5. PENUTUP…………………………………………………………………….39

Page 10: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

x

5.1 Simpulan…………………………………………………………………...39

5.2 Implikasi Kebijakan…………………………………………………….. ..40

5.3 Saran…………………………………………………………………….....42

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...43

LAMPIRAN…………………………………………………………………….... A-1

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….. ..A-5

Page 11: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. PDRB Provinsi Riau dan Lampung………………….…………………20

Gambar 2. Kondisi Suhu Provinsi Riau dan Lampung……………………………..22

Gambar 3. Kondisi Curah Hujan Provinsi Riau dan Lampung……………………..23

Gambar 4. Luas Lahan Perkebunan Provinsi Riau dan Lampung …………….…....25

Gambar 5. Pendidikan Provinsi Riau dan Lampung………………………………...26

Gambar 6. Angkatan Kerja Provinsi Riau dan Lampung…………………………...27

Page 12: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel - Variabel yang digunakan dalam Penelitian………………….28

Tabel 2. Hasil Estimasi Panel Least Square……………………………………...30

Tabel 3. Hasil Estimasi Multikolinearitas Model Linier…………………………33

Tabel 4. Hasil Estimasi Multikolinearitas Model Double Log……………………..33

Tabel 5. Kriteria Uji Autokorelasi………………………………………………..34

Tabel 6. Hasil Estimasi Autokorelasi…………………………………………….34

Tabel 7. Hasil Estimasi Heteroskedastisitas……………………………………...35

Page 13: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia dan menyebabkan

beberapa perubahan. Perubahan yang terjadi seperti perubahan pola curah hujan,

suhu udara serta peningkatan kejadian cuaca ekstrem berupa hujan dan

kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim. Perubahan

iklim juga dicirikan oleh temperatur bumi yang menghangat dan terjadinya

pergeseran musim. Dampak lanjutan kenaikan temperatur adalah kenaikan

permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub (IPCC, 2001).

Menurut UNFCCC (2005), perubahan iklim disebabkan oleh berbagai faktor

dan memiliki dampak yang memengaruhi kehidupan manusia. Faktor – faktor

yang memengaruh perubahan iklim, seperti: bertambahnya populasi penduduk,

pesatnya pertumbuhan teknologi, pemanasan global, efek rumah kaca, dan

menipisnya lapisan ozon di atmosfer bumi. Fenomena perubahan iklim

mempunyai dampak yang sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan manusia.

Dampak yang terjadi seperti sarana -prasarana (infrastruktur) menjadi rusak,

terjadinya bencana alam dimana-mana, harga pangan yang semakin meningkat

(mahal), dan udara menjadi semakin kotor.

Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), kejadian ekstrem akibat

perubahan iklim dapat menyebabkan banjir atau pada gilirannya dapat

merusakkan sarana - prasarana (infrastruktur) menjadi rusak. Hal yang

dikhawatirkan dari perubahan iklim adalah meningkatnya harga jual pangan.

Meningkatnya harga pangan terjadi karena berkurangnya produksi hasil pangan

akibat beberapa faktor penghambat seperti kekeringan dan gagal panen.

Indonesia merupakan sebuah negara agraris. Perubahan iklim akan

memengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang saling

berkaitan dengan sektor pertanian, ketiga unsur itu adalah : (1) naiknya suhu

udara berdampak pada unsur iklim lain terutama kelembapan udara dan dinamika

atmosfer (El Nino dan La Nina), (2) berubahnya pola curah hujan dan semakin

Page 14: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

2

meningkatnya intensitas curah hujan akan mengganggu proses pertumbuhan

tanaman, (3) serta naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di

kutub utara (Las, 2007). Selain itu perubahan iklim akan berdampak pada

pergeseran musim, yakni dengan semakin singkatnya musim hujan namun

dengan curah hujan yang lebih besar. Untuk daerah tropis seperti Indonesia,

hujan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan produksi

tanaman pertanian. Setiap tanaman memerlukan air dalam siklus

pertumbuhannya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman.

Berubahnya pasokan air bagi tanaman yang disebabkan oleh berubahnya kondisi

curah hujan akan memengaruhi siklus pertumbuhan tanaman (Garrett et al.

2006).

Menurut Kementerian Pertanian, subsektor perkebunan merupakan salah

satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari

luas area maupun produksi. Ada beberapa komoditas perkebunan yang menonjol

di Indonesia salah satunya adalah kelapa sawit dan kopi. Pada tahun 2013 luas

areal perkebunan sawit mencapai 10 juta ha. Dengan komposisi 4,9 juta ha

perkebunan swasta, 0,68 juta ha BUMN dan 4,4 juta ha perkebunan rakyat.

Industri kelapa sawit perannya sangat penting bagi perekonomian Indonesia.

Industri ini menyumbang cukup besar dalam penerimaan negara yang nilainya

sebesar US$ 15.800.000.000 atau sekitar 175 triliun rupiah . Kelapa sawit

merupakan salah satu andalan dalam sektor non migas Indonesia. Kelapa sawit

sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit adalah salah satu tanaman

perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia

(Saragih, 2001).

Kopi juga merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu

menyumbang devisa cukup besar. Pada tahun 2010 luas areal kebun kopi

mencapai 1.210.365 ha dengan produksi 686,92 ton dan volume ekspor 433.595

ton atau setara dengan US$ 814.311.000. Komposisi kepemilikan perkebunan

kopi di Indonesia didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 96% dari

total areal di Indonesia dan 2% sisanya merupakan Perkebunan Besar Negara

(PBN) serta 2% merupakan Perkebunan Besar Swasta (PBS), hal ini

menunjukkan bahwa peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup

signifikan (Ditjenbun, 2013).

Page 15: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

3

Perubahan iklim dan perkebunan kopi memiliki keterkaitan erat.

Meningkatnya suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim juga dikaitkan

dengan meningkatnya kasus penyakit tanaman kopi. Penyakit ini disebut jamur

atau karat daun atau La Rolla. Penyakit daun akan memengaruhi hasil panen kopi

di seluruh dunia. Ethiopia, India, Kosta Rika, dan Kolombia, termasuk negara

penghasil kopi terbesar di dunia, mengalami penurunan produksi kopi akibat

penyakit jamur daun. Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga

di dunia. Menurut Andrea Illy (2016) , CEO perusahaan kopi Italia, pada Forum

Ekonomi Dunia, perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi produksi kopi

dalam jangka menengah dan panjang. Ancaman yang dimaksud berupa suhu

terlalu tinggi, kekeringan, dan hujan yang berlebih di sentral produksi kopi.

Pertumbuhan kopi sangat dipengaruhi kondisi lingkungan hidup. Kerusakan dan

pencemaran lingkungan hidup akan menyebabkan kerentanan produksi kopi.

Untuk kelapa sawit, pergeseran pola musim yang tidak menentu membuat

para petani sulit memprediksi keadaan cuaca, menghambat proses pengangkutan,

hasil buah tidak maksimal dan kualitas buah yang buruk. Menurut Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan, tanaman kelapa sawit bila tidak terkena hujan

dalam tiga bulan berturut-turut akan menyebabkan terhambatnya proses

pembungaan sehingga produksi kelapa sawit menurun. Curah hujan yang merata

dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit, namun yang

terpenting adalah tidak terjadi defisit (kekurangan) air. Bila tanah dalam keadaan

kering, akar tanaman sulit menyerap air dari dalam tanah. Oleh karena itu, musim

kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi kelapa sawit.

Di Indonesia persebaran perkebunan bisa dilihat dari Sumatera hingga

Sulawesi. Dari sejumlah daerah penghasil sawit, Provinsi Riau adalah salah satu

yang terbesar dan Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai

komoditas unggulan daerah. Hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan yang

disebabkan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Walaupun sering

terjadi kebakaran hutan, hal ini tidak menurunkan produksi dan tetap menjadikan

Provinsi Riau menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar (Saragih, 2001). Ada

beberapa alasan Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai

komoditas utama, antara lain: dari segi fisik dan lingkungan daerah Riau

Page 16: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

4

memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit, kondisi tanah yang

memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit, dari segi pemasaran hasil produksi

Daerah Riau mempunyai keuntungan karena letaknya yang strategis dengan

pasar internasional, dan berdasarkan hasil yang telah dicapai menunjukkan

bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani

dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Syahza, 2002).

Provinsi yang berkontribusi paling besar penghasil produksi kopi antara lain,

Provinsi Lampung. Produksi kopi di Provinsi Lampung mencapai 134.700 ton

pada 2013 dan terus meningkat hingga tahun 2014 memberikan kontribusi

terhadap total produksi kopi nasional dibandingkan produksi kopi di provinsi lain

(Ditjen Perkebunan, 2014). Kopi merupakan salah satu produk pertanian

unggulan Provinsi Lampung dengan jangkauan pemasaran mencakup dalam

negeri dan luar negeri. Kopi juga merupakan tanaman tahunan yang menjadi

sumber pendapatan perkebunan sebagian besar masyarakat petani Lampung.

Keunggulan kopi Lampung yang sudah menjadi ciri ialah rasa dan aroma yang

menonjol. Sebagian besar perkebunan kopi di Lampung berada di dataran tinggi

merupakan perkebunan rakyat. Perkebunan kopi di Provinsi Lampung

merupakan contoh bagi perkebunan kopi terbaik karena peningkatan produksi

dan mutu kopi, sehingga kopi merupakan komoditas unggulan di Provinsi

Lampung (Disbun Lampung, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin

dan curah hujan. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia,

namun akibat El Nino hujan banyak turun di Samudera Pasifik, sedangkan di

Australia dan Indonesia mengalami kekeringan (Las, 2007). Menurut BMKG

menyatakan bahwa pada tahun 2015 gejala El Nino terjadi di Indonesia hingga

awal tahun 2016. Gejala El Nina akan berpengaruh terhadap total produksi

perkebunan kelapa sawit dan kopi. Akan tetapi, menurut data Direktorat Jenderal

Perkebunan pada tahun 2014 sebelum terjadi gejala El Nina produksi kopi di

Lampung sebesar 131.515 ton dan pada tahun 2015 setelah terjadi El Nina

produksi kopi tetap mengalami peningkatan 131.854 ton. Begitu juga dengan

produksi kelapa sawit pada tahun 2014 sebelum terjadi El Nina produksi kelapa

Page 17: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

5

sawit sebesar 7.037.636 ton dan pada tahun 2015 setelah terjadi El Nina produksi

kelapa sawit sebesar 7.442.557 ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

peningkatan produksi kelapa sawit dan kopi juga sejajar dengan PDRB Provinsi

Riau dan Lampung. PDRB Riau tahun 2014 sebesar 70.664.664 juta dan pada

tahun 2015 menaglami peningkatan sebesar 82.687.187 juta. PDRB Lampung

pada tahun 2014 sebesar 61.676.700 juta dan pada tahun 2015 sebesar

63.932.022 juta.

Berdasarkan temuan beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat

pengaruh perubahan iklim terhadap hasil produksi pertanian. Sehingga, penelitian

ini memunculkan pertanyaan penelitian, yaitu :

Faktor-faktor apa yang menyebabkan produksi kelapa sawit dan kopi

di Provinsi Riau dan Lampung tetap mengalami peningkatan serta

pengaruhnya terhadap PDRB walaupun terjadi perubahan iklim ?

1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

penyebab PDRB Riau dan Lampung tetap mengalami kenaikan walaupun ada

perubahan iklim yang berdampak negatif terhadap produk – produk pertanian

unggulannya. Perubahan iklim meliputi suhu dan curah hujan. Maka dengan itu,

diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang dampak

perubahan iklim terhadap perekonomian dan menempatkannya secara lebih

proposional.

Page 18: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

6

1.4 Kerangka Pemikiran

Bagan diatas memperlihatkan bagaimana beberapa faktor-faktor yang

dianggap relevan dalam mempengaruhi volume produksi (laba dan luas lahan) hasil

komoditi pertanian terutama hasil komoditi perkebunan yaitu kelapa sawit dan kopi

di Indonesia. Dari bagan diatas terlihat bagaimana perubahan iklim (suhu dan curah

hujan) berpengaruh terhadap volume produksi (laba dan luas lahan) komoditi kelapa

sawit dan kopi, yang notabene berpengaruh terhadap PDB sektor pertanian di

Provinsi Riau dan Provinsi Lampung. Pada akhirnya penelitian ini bertujuan melihat

seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Indonesia.

Perubahan Iklim :

1. Suhu 2. Curah hujan

Volume Produksi

Kelapa Sawit

Volume Produksi Kopi

PDRB sektor pertanian Riau

PDRB sektor pertanian Lampung

Page 19: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting

dalam menilai kinerja suatu perekonomian. Terutama untuk melakukan analisis

tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu

daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan

jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi

menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan

pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan

ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan,

maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut

berkembang dengan baik.

Terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menggerakan sektor-sektor lainnya

sehingga dari sisi produksi akan memerlukan tenaga kerja produksi. Suatu

pandangan umum menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi (growth)

berkorelasi positif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja (employment rate). Tetapi

ada juga dugaan bahwa dengan produktivitas yang tinggi bisa berarti akan lebih

sedikit tenaga kerja yang dapat diserap. Berpijak dari teori pertumbuhan ekonomi

yang dikemukakan oleh Solow tentang fungsi produksi agregat (Dornbusch, Fischer,

dan Startz, 2004) menyatakan bahwa ouput nasional sebagai representasi dari

pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan (Y), fungsi dari modal (K), tenaga kerja

(L) dan kemajuan teknologi yang dicapai (A). Faktor penting yang memengaruhi

pengadaan modal fisik adalah investasi, dalam arti bahwa modal dan tenaga kerja

yang tinggi akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi seperti

ditunjukkan oleh model berikut:

Y = A.F(K,L)

Y akan meningkat ketika input (K atau L, atau keduanya) meningkat. Y juga

akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang

terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu, pertumbuhan perekonomian nasional

dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi—yang

disebut juga sebagai pertumbuhan total faktor produktivitas.

Page 20: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

8

Model Solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam sebagai

salah satu inputnya. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya

dipengaruhi oleh K dan L saja tetapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau

sumberdaya alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model Solow lainnya

adalah dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (human capital).

Dalam literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai teori pertumbuhan

endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa akumulasi

modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik, menentukan pertumbuhan

ekonomi; sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi

dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.

Secara sederhana, dengan demikian, fungsi produksi agregat dapat

dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Y = A.F(K, H, L)

Variabel H adalah sumberdaya manusia yang merupakan akumulasi dari

pendidikan dan pelatihan. Kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut

terhadap output nasional bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan

perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari pada yang tidak

melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui

kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif

merata, maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat.

2.2 Temuan – temuan Empiris

Model – model pertumbuhan Solow dan Lucas seperti juga model –model

lainnya menggunakan asumsi ceteris paribus. Salah satu asumsinya adalah cuaca dan

iklim tetap. Variabilitas dan perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global

(global warming) merupakan salah satu tantangan terpenting pada milenium ketiga.

Iklim adalah suatu kondisi rata – rata cuaca dalam jangka panjang. Iklim di sebuah

lokasi ditentukan melalui pengamatan selama rentang waktu 10 – 30 tahun. Iklim

merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sulit untuk dikendalikan

(Garreth, 2006; Hadad, 2010). Perubahan iklim berdampak terhadap kenaikan

frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, serta

peningkatan suhu dan permukaan air laut. Hasil kajian Intergovernmental Panel on

Page 21: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

9

Climate Change (IPCC, 2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1850, tercatat ada

dua belas tahun terpanas berdasarkan data suhu permukaan global. Kenaikan suhu

total dari tahun 1850 – 1899 sampai dengan 2001 – 2005 mencapai 0,760C.

Permukaan air laut juga meningkat dengan rata – rata 1,80 mm per tahun dalam

kurun waktu tahun 1961 – 2003.

Menurut Richard Wolfson (2002), penyebab perubahan iklim adalah efek

rumah kaca, yaitu proses tertahannya radiasi sinar matahari oleh atmosfer yang

disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK). Gas yang termasuk ke dalam kategori gas

rumah kaca (GRK) adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oxide

(N2O), hydrofluorocarbons (HFCS), perfluorocarbons (PFCS), dan sulphur

hexafluoride (SF6). Penyebab utama menumpuknya GRK di atmosfer adalah

aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, dan penggunaan

lahan. Emisi GRK (lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka

waktu tertentu) di Indonesia berasal dari delapan sektor, yaitu LULUCF (land use,

land use change and forest), pertanian, lahan gambut, transportasi, tenaga listrik,

bahan bakar minyak dan pengolahan, transportasi dan bangunan (UNEP dan

IPIECA, 1991). Emisi GRK di Indonesia menyumbang sekitar 4,5 % dari emisi GRK

global (DNPL, 2010).

Laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs

(UNOCHA) mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang

rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk

terhadap berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan, terutama sektor

pertanian dan dikhawatirkan akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan

produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Iklim di Indonesia dipengaruhi ‘El

Nino-Southern Oscillation’ yang setiap beberapa tahun memicu terjadinya cuaca

ekstrem. El Nino berkaitan dengan berbagai perubahan arus laut di Samudera Pasifik

yang menyebabkan air laut menjadi luar biasa hangat. Kejadian sebaliknya, arus

menjadi amat dingin, yang disebut La Nina. Kedua peristiwa ini secara umum

dikategorikan ke dalam “Osilasi Selatan‟ (Southern Oscillation) yaitu perubahan

tekanan atmosfer di belahan dunia sebelah selatan. Perpaduan seluruh fenomena

inilah yang dinamakan El Nino-Southern Oscillation atau disingkat ENSO (UNDP,

2007).

Page 22: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

10

Kejadian El Nino dan La Nina dinyatakan dengan nilai Southern Oscilation

Index (SOI) dan perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik. Ketika terjadi

El Nino, nilai SOI turun dibawah kisaran normal (negatif) dan curah hujan berada di

bawah normal, sebaliknya pada kejadian La Nina nilai SOI berada di atas kisaran

normal (positif) sehingga mengakibatkan peningkatan curah hujan (Yoshino et al.,

2000). Secara umum jika nilai SOI mencapai -10 atau kurang maka akan terjadi

penurunan curah hujan dibawah normal, sebaliknya jika nilai SOI mencapai 10 atau

lebih maka akan terjadi peningkatan curah hujan diatas normal (Hamada, 2002).

Boer (2011) melaporkan bahwa pada periode tahun 1844 – 2009 masing – masing

telah terjadi 47 kejadian El Nino dan 38 kali kejadian La Nina yang menimbulkan

kekeringan dan banjir. Perubahan iklim juga menimbulkan perubahan terhadap

permukaan air laut. Akibat dari perubahan iklim permukaan air laut di Indonesia

periode 1993 – 2008 mengalami kenaikan berkisar 0,2 sampai 0,6 cm per tahun .

Perubahan iklim diukur berdasarkan perubahan komponen utama iklim, yaitu

suhu atau temperatur, musim (hujan dan kemarau), kelembaban dan angin. Dari

variabel-variabel tersebut variabel yang paling banyak dikemukakan adalah suhu dan

curah hujan. Hasil penelitian IPCC (2007) menunjukkan bahwa kenaikan suhu udara

dunia pada periode 2000 – 2100 diprediksi sebesar 2,1 – 3,9 0C. dan telah terjadi

peningkatan suhu udara global selama 100 tahun terakhir, rata – rata 0,57 0C. Para

ahli memperingatkan bahwa suhu akan naik hingga 5,8 0C di daerah tropis pada akhir

abad ke – 21 (IPCC, 2007).

Terjadinya perubahan iklim menyebabkan musim dan pola hujan mengalami

perubahan dan menyebabkan suhu udara mengalami peningkatan. Dibagian Barat

Indonesia, terutama di Bagian Utara Sumatera dan Kalimantan, intensitas curah

hujan cenderung lebih rendah, tetapi dengan periode yang lebih panjang. Sebaliknya,

di Wilayah Selatan Jawa dan Bali intensitas curah hujan cenderung meningkat tetapi

dengan periode yang lebih singkat (Naylor et al., 2007). Kondisi ENSO baik El Nino

atau La Nina menyebabkan penurunan atau peningkatan curah hujan di sebagian

Indonesia berdampak terhadap makin panjangnya musim kemarau atau pendeknya

musim kemarau (Hendon, 2003; Hamada et al., 2002).

Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan paling rentan terhadap

perubahan iklim. Hal ini terjadi karena tiga sebab utama, yaitu biofisik, genetik dan

Page 23: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

11

manajemen. Tanaman pangan pada umumnya merupakan tanaman semusim yang

relatif sensitif terhadap kelebihan dan kekurangan air. Secara teknis, kerentanan

sangat berhubungan dengan sistem penggunaan lahan dan sifat tanam, pola tanam,

teknologi pengelolaan tanah, air dan tanaman, serta varietas tanaman (Las et al.,

2008). Tiga faktor utama terkait dengan perubahan iklim yang berdampak terhadap

sektor pertanian adalah: (1) perubahan pola hujan, (2) meningkatnya kejadian iklim

ekstrem (banjir dan kekeringan), dan (3) peningkatan suhu udara dan permukaan air

laut (Las, 2007). Studi pertanian yang didasarkan oleh pengalaman di Zimbabwe

telah menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki efek negatif terhadap hasil

pertanian. Contohnya menurut penelitian Nhemachena (2014) menunjukkan bahwa

kenaikan suhu sebesar 20C dan kenaikan suhu rata-rata 4

0C akan menurunkan hasil

panen secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Suriadi (2010) menyatakan bahwa perubahan

iklim secara signifikan cenderung memberikan dampak negatif terhadap produksi

pertanian dan dapat mengurangi volume output. Pilihan – pilihan seperti mitigasi dan

adaptasi memiliki kemampuan untuk mengimbangi penurunan produksi pertanian di

berbagai daerah. Pada sektor pertanian, adaptasi dilakukan dengan cara

menyesuaikan waktu dan pola tanam, serta diversifikasi pertanian. Selain itu upaya

mitigasi juga dapat dilakukan dengan mengefisiensikan pemakaian energi,

menggunakan sumber daya energi terbarukan, mengurangi deforestasi dan

meningkatkan reboisasi (UNEP, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Quiggin (2008) menjelaskan bahwa pertanian

merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang bergantung pada manusia dan

merupakan sektor yang terkena dampak langsung perubahan iklim. Seperti bencana

alam yang terjadi akibat perubahan iklim dapat melumpuhkan kegiatan

perekonomian manusia. Bencana yang merusak bangunan fisik, melumpuhkan

sumber daya manusia dikarenakan tidak mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim serta dapat memengaruhi iklim

investasi. Turunnya hasil panen dan bencana alam merupakan contoh dampak

langsung dari perubahan iklim. Hal tersebut dapat menggangu kondisi ekonomi

manusia (Stern, 2008).

Page 24: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

12

Menurut penelitian Supriadi (2014) dampak ekstrem perubahan iklim

terhadap tanaman kopi adalah penurunan produksi akibat perubahan pola curah hujan

dan peningkatan suhu udara. Periode kemarau pendek yang berlangsung 2 – 4 bulan,

penting untuk merangsang pembungaan. Periode musim hujan yang terjadi sepanjang

tahun sering mengakibatkan panen tidak merata dan produksi menurun. Menurut

Sumirat (2008) kekeringan yang berkepanjangan (diatas tiga bulan berturut-turut)

pada tanaman kopi mengakibatkan daun menguning dan berguguran sehingga

ranting mengering, sedangkan pada tanaman kopi yang mendapatkan air yang cukup

daunnya berwarna hijau cerah dan ranting dipenuhi dengan daun. Selain dapat

menurunkan produksi, kemarau panjang diatas tiga bulan menyebabkan kualitas biji

kopi menurun yaitu meningkatnya jumlah biji kosong.

Menurut penelitian Kanisius (1994) jika tanah kekurangan air (kekeringan)

maka akar tanaman akan sulit menyerap mineral dalam tanah sebab dengan adanya

air unsur – unsur hara dapat larut dan tersedia bagi tanaman. Faktor – faktor

kelembaban juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Faktor –

faktor yang memengaruhi kelembaban antara lain curah hujan, suhu dan lamanya

penyinran matahari. Kelembaban optimum bagi kelapa sawit berkisar 80% - 90%.

Dampak musim hujan ekstrem terhadap kelapa sawit diantaranya terbentuk bunga

betina lebih banyak sehingga berakibat positif terhadap produksi tanaman kelapa

sawit. Namun bila musim curah hujan yang tinggi terjadi pada siang hari maka akan

mengurangi penyinaran matahari yang efektif, sehingga berakibat negatif terhadap

produksi karena fotosintesis terganggu. Curah hujan ekstrem yang terlalu tinggi

(>3000 mm/th, >450 mm/bulan, ataupun >150 mm/10 hari) akan cukup memenuhi

kebutuhan air tanaman kelapa sawit ( Kementerian Pertanian, 2011).

Air hujan merupakan sumber utama dalam pertumbuhan perkebunan kelapa

sawit. Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar

pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa sawit. Defisit air merupakan suatu

kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman.

Defisit air pada tanaman kelapa sawit akan memengaruhi proses kematangan tandan

bunga sehingga akan mengurangi jumlah tandan buah segar yang akan dihasilkan

(Risza, 2009). Pemupukan juga merupakan faktor yang sangat penting untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas produksi yang dihasilkan. Pemupukan dapat

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap pengaruh perubahan iklim yang tidak

Page 25: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

13

menentu. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan

kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan

mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak yang berkualitas (Lesmana

et al., 2011).

Menurut penelitian Hadero (2014), yang meneliti dampak perubahan iklim

terhadap pertumbuhan ekonomi di Ethiopia dengan menggunakan data GDP riil dari

tahun 1980 sampai dengan 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan

suhu memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Disisi lain Ethiopia

memiliki ketergantungan terhadap tanaman tadah hujan (tanaman yang

membutuhkan curah hujan) yang dimana tanaman tadah hujan memberikan

kontribusi sebesar 43% dari GDP, tetapi dikarenakan penurunan curah hujan

mengurangi pertumbuhan ekonomi. Jika perubahan iklim tidak dapat diatasi akan

memengaruhi pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun dalam jangka panjang.

Menurut penelitian Dell (2008), dengan menggunakan variabel suhu dan curah hujan

selama 50 tahun terakhir untuk menguji dampak perubahan iklim terhadap kegiatan

ekonomi di seluruh dunia. Ditemukan tiga hasil utama yaitu : (1) suhu yang lebih

tinggi secara substansial mengurangi pertumbuhan ekonomi di negara – negara

miskin, (2) Suhu yang tinggi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi di negara –

negara miskin tidak hanya tingkat output, (3) suhu yang tinggi akan mengurangi

hasil pertanian, hasil industri dan investasi.

Akibat adanya perubahan iklim produksi kopi Bali mengalami penurunan

antara 40 hingga 50%. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Bali, penurunan produksi

kopi Arabika di Bali mencapai 55%, sementara kopi Robusta mencapai 45%.

Sebelumnya tingkat produksi kopi di Bali mencapai 3.200 ton hingga 13.000 ton per

tahunnya. Menurut Kepala Dinas Perkebunan Bali, Made Sudharta, menyatakan

dampak perubahan iklim telah menyebabkan gugur bunga pada pohon kopi. Dampak

perubahan iklim menyebabkan pembentukan bunga tidak terjadi, bahkan bunga yang

terbentuk tidak mengalami pembuahan sehingga gugur. Akibat penurunan produksi

harga kopi di Bali saat ini mengalami kenaikan yang signifikan. Harga kopi yang

biasanya dijual dengan harga Rp 13.000 – Rp 31.000, kini dengan adanya penurunan

produksi dijual Rp 22.000 – 57.000 per kilogramnya. Menurut laporan Australian

Bureau of Meteorology, pada tahun 1991 – 1992 terjadi El Nino dengan durasi 9

bulan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya bulan kering (curah hujan kurang dari 60

Page 26: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

14

mm per bulan) selama lima bulan berturut-turut di Kebun Jollang, Pati (Jawa

Tengah) pada tahun 1991, yang mengakibatkan produktivitas kopi pada tahun 1992

menurun sebesar 56,35%.

Kekeringan dan genangan merupakan kondisi yang tidak ideal bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya kelapa sawit. Kekeringan

menyebabkan pertumbuhan dan hasil kelapa sawit menurun. Defisit air sebesar 200 –

300 mm/tahun menyebabkan penurunan 21 – 32% tandan buah sawit dan defisit air

sebesar 500 mm per tahun menyebabkan penurunan produksi tandan buah sawit

hingga 60% (Hadi, 2004; Nurhakim, 2014). Menurut Kementerian Pertanian (2011)

melaporkan bahwa dampak kekeringan di Indonesia dan Malaysia telah menurunkan

produksi kelapa sawit sebesar 26,30%.

Jelas bahwa perubahan iklim membawa dampak bagi kehidupan manusia

secara menyeluruh dan juga memberi dampak terhadap perekonomian global.

Selama beberapa tahun terakhir perusahaan – perusahaan besar di dunia, mulai

menyadari bahwa perubahan iklim adalah ancaman nyata dan manusia turut andil di

dalamnya. Berbagai perusahaan sadar bahwa perubahan iklim mengancam rantai

produksi barang dan jasa mereka, serta meningkatkan resiko dan ketidakpastian.

Contohnya, 95% produk dari Levi Strauss & Co terbuat dari kapas yang sangat

sensitif terhadap cuaca panas yang ekstrem dan kelebihan maupun kekurangan air.

Aspen Skiing Co. juga merasakan efek langsung dari perubahan iklim, kurangnya

salju (hilangnya salju akibat pemanasan global) membuat penghasilan bisnis U$D 66

Miliar per tahunnya terancam. Ini dikarenakan penghasilan Aspen Skiing Co.

bergantung kepada para peselancar ski dan penikmat olahraga musim dingin lainnya

untuk bertahan (UNEP, 2010).

Wacana perubahan iklim sebagai bagian dari masalah ekonomi semakin

menguat dengan kehadiran laporan Sir Nicholas Herbert Stern (2007). Laporan Stern

memperkirakan bahwa dalam situasi business as usual (dimana negara maju tidak

menurunkan emisi GRK dan negara yang terkena dampak tidak melakukan upaya

adaptasi) maka kerugian akibat perubahan iklim akan mencapai 14% PDB global

pada pertengahan abad ke-21. PDB global menurut laporan tahun 2009 adalah

sebesar USD 58,9 Triliun. Laporan Stern juga mengajukan hipotesis bahwa jumlah

biaya bagi pencegahan kerusakan dengan menurunkan emisi GRK (upaya mitigasi)

Page 27: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

15

berkisar antara -2% (surplus) hingga 5% dari PDB global, serta jumlah biaya bagi

pengurangan dampak dan penyesuaian terhadap perubahan iklim (upaya adaptasi)

berkisar 0,5% dari PDB negara-negara maju (Stern, 2007).

Asia Tenggara (termasuk Indonesia) diperkirakan akan terkena dampak

perubahan iklim lebih besar dari pada rata – rata global. Biaya rata – rata untuk

mengatasi perubahan iklim, jika dunia tidak berubah (bussines as usual) di

Indonesia, Vietnam, Thailand an Filipina akan kehilangan 6,7% PDB setiap

tahunnya. Dengan kata lain biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi (adaptasi

dan mitigasi) perubahan iklim, jauh lebih rendah dari biaya yang harus dikeluarkan

untuk menanggung kerugian ekonomi akibat perubahan iklim (ADB, 2009).

Berdasarkan penelitian Ariyanto (2010), mengenai dampak perubahan iklim

terhadap produktivitas kacang hijau di lahan kering. Penelitian dilakukan di wilayah

Kabupaten Pati yang difokuskan pada daerah sentra produksi kacang hijau yang

tersebar di lima wilayah kecamatan mulai dari bulan April sampai dengan bulan juli

2010. Metode data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif maupun

kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data iklim (curah hujan),

luas lahan dan produktivitas tanaman kacang hijau. Untuk mengetahui hubungan

antara perubahan iklim (curah hujan sebagai variabel independent) dengan

produktivitas (sebagai variabel dependent) dianalisis denga menggunakan regresi. Y

= f (x) dimana Y = produktivitas (variabel dependen) dan X = curah hujan (variabel

independent).

Berdasarkan analisis regresi pengaruh volume curah hujan bulan Mei

terhadap produktivitas kacang hijau menunjukkan bahwa R Square (R2) sebesar

0,385 artinya 38,5% produksi kacang hijau dipengaruhi oleh volume curah hujan,

sisanya 61,5% oleh faktor lain. Nilai F sebesar 14,407; p 0,001 artinya curah hujan

bulan Mei berpengaruh terhadap produktivitas kacang hijau. Hasil regresi

produktivitas kacang hijau adalah Y = 8,222 + 0,703x dengan tingkat signifikan

sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa volume curah hujan berpengaruh positif

dengan peningkatan produktivitas kacang hijau (Ariyanto, 2010).

Sektor pertanian masih menjadi sektor utama untuk perekonomian di Negara

Zimbabwe. Penelitian di Zimbabwe menggunakan metode – metode empiris untuk

Page 28: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

16

memeriksa pengaruh perubahan iklim terhadap perekonomian. Penelitian ini

menggunakan pendekatan Richardian yang mengukur kinerja petani, rumah tangga

dan perusahaan pada skala dan iklim yang berbeda. Penelitian ini menggunakan

pendekatan Ricardian untuk mengukur dampak perubahan iklim terhadap pendapatan

bersih petani di Zimbabwe. Penelitian ini menggunakan data dan analisis Richardian

untuk memperkirakan dampak variabel iklim (suhu dan curah hujan), tanah, dan

pendapatan petani.

( )

Dimana :

R = Pendapatan bersih diasumsikan sebagai refleksi dari nilai dimasa kini untuk

produktivitas bersih di masa depan.

F = Suhu

F2 = Curah Hujan

Z = Variabel tanah

G = Variabel Ekonomi

U = Term Eror

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani tidak dipengaruhi

oleh peningkatan suhu tetapi di pengaruhi oleh curah hujan (Nhemachena, 2009;

Kurukulasuriya & Mendelsohn, 2008).

Page 29: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

17

3. Metode Dan Objek Penelitian

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui penyebab PDRB Riau dan Lampung tetap

mengalami kenaikan walaupun ada pengaruh perubahan iklim yang berdampak

negatif terhadap produk – produk pertanian unggulannya yaitu kelapa sawit dan kopi.

Guna mencapai tujuan tersebut metode yang digunakan adalah Ordinary Least

Square (OLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel yang

merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross

section). Kemudian dalam penelitian ini juga akan menggunakan logaritma natural

atau double log untuk setiap variabel. Double log digunakan untuk mengubah

variabel linier menjadi non linier.

Estimasi data menggunakan Panel Least Square (PLS). Data panel adalah

data yang merupakan penggabungan antara data time series dan cross section.

Menurut Baltagi (2005), data panel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan data time series dan cross section. Keunggulan tersebut diantaranya sebagai

berikut :

Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara,

daerah, dan lain – lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah

heterogen teknik penaksiran data panel yang heterogen secara

eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan

informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, dan lebih efisien.

Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.

Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang

secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series dan cross

section.

Data panel membantu studi untuk menganalisi perilaku yang lebih

kompleks.

Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

Page 30: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

18

Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut maka digunakan penelitian

menggunakan data panel. Metode digunakan karena dapat menganalisis pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen dan dapat mengestimasi nilai

koefisien regresi. Hasil dari regresi dapat diketahui berapa besar koefisien regresi

yang dimiliki setiap variabel independen dalam memengaruhi secara langsung

variabel dependen. Koefisien regresi mencerminkan apakah masing – masing

variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependennya. Untuk penelitian ini model regresi yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Dimana :

Yit = PDRB di daerah i pada tahun t (juta rupiah)

X1it = Suhu rata-rata per tahun di daerah i pada tahun t (oC)

X2it

= Curah hujan rata-rata per tahun di daerah i pada tahun t (mm)

X3it = Luas lahan perkebunan kelapa sawit dan kopi di daerah i pada tahun t (ha)

X4it = Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat SMA di daerah i pada tahun t (%)

X5it = Jumlah Tenaga Kerja di daerah i pada tahun t (jiwa)

β 0 = Konstanta

β 1, β 2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi

uit = Error term

i = daerah penelitian (Provinsi Riau dan Lampung)

t = tahun penelitian ( 2000 – 2015)

3.2 Deskripsi Objek dan Data Penelitian

Unit of analysis dalam penelitian ini merupakan 2 daerah yaitu Provinsi Riau

dan Provinsi Lampung. Provinsi Riau dan Lampung dipilih karena ketersediaan data

dan merupakan daerah dengan hasil perkebunan komoditi unggulan yaitu kopi dan

kelapa sawit. Provinsi Riau dan Lampung merupakan salah satu provinsi dengan

hasil perkebunan kopi dan kelapa sawit terbesar. Provinsi Lampung memiliki tujuh

komoditas unggulan perkebunan yaitu kopi, lada, kakao, karet, tebu, kelapa dan

kelapa sawit. Kopi merupakan salah satu hasil sektor perkebunan unggulan di

Provinsi Lampung. Selama lima tahun terakhir (2009 -2013) sebesar 21,46%

Page 31: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

19

produksi kopi berasal dari Provinsi Lampung. Pada periode tersebut rata – rata

produksi kopi Provinsi Lampung mencapai 142.111 ton. Provinsi Lampung

merupakan salah satu sentra produksi kopi di Indonesia yang memiliki potensi untuk

memajukan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas kopi.

Kabupaten Lampung Barat merupakan sentra produksi kopi di Provinsi Lampung

dengan jumlah produksi kopi 61.215 ton (Dinas Perkebunan, 2013).

Di Indonesia persebaran perkebunan bisa dilihat dari Sumatera hingga

Sulawesi. Dari sejumlah daerah penghasil sawit, Provinsi Riau adalah salah satu

yang terbesar dan Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai

komoditas unggulan daerah. Hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan yang

disebabkan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Walaupun sering

terjadi kebakaran hutan, hal ini tidak menurunkan produksi dan tetap menjadikan

Provinsi Riau menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar (Saragih, 2001). Pada tahun

2014 luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau sebesar 2,3 juta ha dengan

total produksi sebesar 7 juta ton.

Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi PDRB Riau dan Lampung tetap

meningkat walaupun adanya perubahan iklim maka variabel – variabel yang

digunakan adalah variabel – variabel yang dapat memengaruhi PDRB. Pada variabel

perubahan iklim digunakan variabel suhu dan curah hujan. Untuk variabel yang

memengaruhi PDRB selain perubahan iklim adalah variabel luas lahan, pendidikan

dan tenaga kerja. Variabel luas lahan, pendidikan dan tenaga kerja digunakan sebagai

salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berpijak dari teori

pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Solow tentang fungsi produksi

agregat (Dornbusch, Fischer, dan Startz, 2004) menyatakan bahwa output nasional

(sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi) . Fungsi dari kapital (luas lahan),

fungsi dari labor (tenaga kerja) dan fungsi dari human capital (pendidikan). Objek

penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan suatu daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Perekonomian Riau berdasarkan PDRB tanpa migas dalam tiga tahun terakhir (2005

– 2007) mengalami pertumbuhan rata – rata 8,48% per tahun. Sektor pertanian yang

terdiri dari sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan

Page 32: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

20

perikanan merupakan sektor yang mempunyai pangsa terbesar. Pada tahun 2007

pangsa pasar sektor pertanian mencapai 37,25%. Pangsa terbesar dari sub-sektor

pertanian berada pada sub-sektor perkebunan dan kehutanan yaitu masing – masing

sebesar 19,02% dan 11,88%, sedangkan peranan terbesar dari sub-sektor perkebunan

adalah kelapa sawit. Pada tahun 2007 luas perkebunan kelapa sawit di Riau

mencapai 1,61 juta ha atau sekitar 27% dari total luas perkebunan kelapa sawit di

Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan I 2015 meningkat

menjadi 4,91% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar

4,70%. Struktur perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan 1 2015 didominasi

oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 35,13%.

Sektor pertanian mampu menjadi andalan sebagai penghasil devisa bagi provinsi

Lampung melalui kegiatan ekspor. Kontribusi hasil ekspor pertanian tersebut

sebagian berasal dari komoditas perkebunan. Sebagai salah satu sub-sektor penting

dalam sektor pertanian, sub-sektor perkebunan mempunyai kontribusi yang

signifikan terhadap perekonomian provinsi Lampung. Kopi, teh dan rempah –

rempah merupakan salah satu komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor yang

tinggi sebesar 15%. Kopi merupakan tanaman tahunan yang menjadi sumber

pendapatan perkebunan sebagian besar masyarakat petani Lampung. Pembangunan

komoditas kopi tidak hanya sebagai penopang perekonomian daerah tetapi juga

untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan gambar di

bawah (gambar 1), menggambarkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau dan

Lampung menunjukkan trend yang positif setiap tahunnya.

Gambar 1. PDRB Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

0

200000000

400000000

600000000

800000000

Data PDRB Provinsi Lampung dan Riau tahun 2000-2015 (juta)

Riau Lampung

Page 33: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

21

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode

tertentu, bai atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Semakin kecil PDRB di

daerah asal maka kesejahteraan penduduk di daerah tersebut rendah sebaliknya

semakin besar PDRB di daerah asal maka penduduk daerah tersebut sejahtera. Data

yang digunakan untuk penelitian ini adalah PDRB riil suatu daerah yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 – 2015 untuk dua provinsi yaitu

Provinsi Riau dan Provinsi Lampung. Berdasarkan gambar 1, menggambarkan

b. Kondisi Iklim (Suhu dan Curah Hujan)

Menurut laporan kinerja instansi pemerintah Provinsi Riau , Provinsi Riau

merupakan wilayah tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,0oC –

35,4oC dan suhu minimum berkisar antara 19,2

oC – 20,2

oC. Dengan suhu rata – rata

sebesar 27oC. Suhu rata – rata tahunan untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar

antara 24oC

– 29

oC, dengan produksi terbaik antara 25

oC – 27

oC. Provinsi Riau

memiliki rata – rata suhu udara sebesar 27oC, sehingga cocok untuk pertumbuhan

tanaman kelapa sawit. Sinar matahari dapat mendorong pembentukan bunga,

pertumbuhan vegetative dan produksi buah kelapa sawit. Berkurangnya lama sinar

matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan

membentuk bunga. Lamanya penyinaran optimum bagi tanaman kelapa sawit yaitu 5

– 7 jam per hari.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Pulau

Sumatera. Rata – rata suhu minimum di Provinsi Lampung adalah 21,8oC – 23

oC,

sedangkan rata – rata suhu maksimum berkisar antara 30,9oC – 33,8

oC. Syarat

tumbuh tanaman kopi yaitu pada suhu rata – rata 19oC – 32

oC (Djaenudin, 2003).

Berdasarkan syarat tumbuh tanaman kopi, Provinsi Lampung merupakan provinsi

yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman kopi memerlukan sinar

matahari yang teratur. Umumnya tanaman kopi tidak bisa terkena penyinaran

matarhari langsung karena dapat memengaruhi proses fotosintesis jika dalam jumlah

banyak. Disamping itu, sinar matahari memengaruhi terbentuknya kuncup bunga.

Berdasarkan grafik dibawah ini menunjukkan bahwa kondisi suhu di Provinsi Riau

dan Lampung berubah-ubah setiap tahunnya.

Page 34: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

22

Gambar 2. Kondisi Suhu di Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

Secara geografis Provinsi Riau dilewati oleh garis khatulistuwa dan mempunyai dua

musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan curah hujan, Provinsi Riau

dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu wilayah dengan curah hujan sedang dan rendah.

Gambar 3, menunjukkan bahwa kondisi curah hujan selalu berubah-ubah sama dengan

halnya kondisi suhu. Daerah dengan curah hujan sedang (2000 – 4000 mm) mencakup

sebagian besar Provinsi Riau. Dengan kondisi curah hujan sedang (2000 – 4000) di Provinsi

Riau sangat mendukung untuk penanaman kelapa sawit. Curah hujan yang ideal bagi

tanaman kelapa sawit berkisar 2.000 – 3.500 mm per tahun yang merata sepanjang tahun. Di

lokasi dengan curah hujan kurang dari 1.450 mm per tahun dan lebih dari 5.000 mm per

tahun sudah tidak sesuai untuk tanaman kelapa sawit.

Provinsi Lampung merupakan provinsi penghasil komoditas kopi, hal ini disebabkan

oleh topologi wilayahnya yang sesuai dengan kesuburan tanaman kopi. Kondisi curah hujan

di Provinsi Lampung berkisar antara 2500 – 3000 mm per tahun. Curah hujan yang

dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun sekitar 1000 – 2000 mm, optimal 2000 –

3000 mm per tahun. Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh optimum di daerah dengan

curah hujan 2000 – 3000 mm per tahun dan dengan curah hujan kurang dari 60 mm per

bulan.

24

25

26

27

28

29

30

31

2000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015

Data Suhu Provinsi Lampung dan Riau tahun 2000-2015 (°C)

Riau Lampung

Page 35: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

23

Gambar 3. Kondisi Curah Hujan di Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perubahan iklim secara harfiah adalah iklim yang berubah akibat suhu global

rata – rata meningkat. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh

peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang

mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat iklim adalah salah satu unsur utama

dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global

mempunyai dampak yang buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian.

Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan

komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu

udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembapan dan

dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas

kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan naiknya

permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara (Las, 2007). Akibat

perubahan iklim suhu bumi dan curah hujan sangat berfluktuasi dalam jangka waktu

satu tahun, artinya variabilitas suhu dan curah hujan di suatu tempat untuk bulan

yang satu akan sangat berbeda dengan bulan yang lain meskipun berada dalam satu

tahun yang sama. Akan tetapi, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data

suhu dan curah hujan per tahun, karena keterbatasan data yang tersedia. Data

diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2000 – 2015 untuk dua provinsi yaitu

Provinsi Riau dan Lampung.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Data Curah Hujan Provinsi Lampung dan Riau tahun 2000-2015 (mm)

Riau Lampung

Page 36: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

24

c. Luas Lahan Perkebunan

Pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak positif terhadap

perekonomian Riau terutama untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan

pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

daerah. Tumbuhnya perkebunan dan industri kelapa sawit menyebabkan munculnya

sumber – sumber pendapatan yang lebih bervariasi bagi masyarakat. Luas

perkebunan kelapa sawit di Riau pada periode 2004 – 2007 meningkat sebesar

20,41% dari 1,34 juta ha menjadi 1,61 juta ha. Luas perkebunan kelapa sawit pada

periode tersebut terbesar masih dimiliki oleh perkebunan rakyat, kemudian diikuti

oleh perkebunan swasta dan perkebunan negara.

Salah satu yang menjadi komoditas unggulan dalam sub-sektor perkebunan

adalah kopi. Sebagian besar produksi kopi Indonesia merupakan komoditas

perkebunan yang diekspor kepasar dunia. Menurut data statistik International Coffee

Organization (ICO) tahun 2013, Indonesia merupakan negara eksportir kopi ketiga

di dunia. Perkebunan kopi yang umumnya di dominasi oleh perkebunan rakyat.

Menurut BPS (2012), kopi tetap menjadi komoditas unggulan pertanian di Provinsi

Lampung. Luas perkebunan kopi di Provinsi Lampung menempati posisi pertama

dengan luas sebesar 163.123 ribu ha pada tahun 2010. Sebagian besar perkebunan di

Lampung merupakan area penghasil kopi, terutama di daerah Lampung Barat.

Menurut data yang diperoleh, luas lahan tanaman kopi di daerah Lampung Barat

mencapai lebih dari 60.347 ribu ha.

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala

macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat material maupun non material. Berbagai tipe

pemanfaatan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing – masing tipe mempunyai

karakteristik tersendiri. Setiap penggunaan lahan (pertanian dan non pertanian)

memiliki nilai land rent yang berbeda. Jenis penggunaan lahan dengan keuntungan

komparatif tertinggi akan mempunyai kapasitas penggunaan lahan terbesar. Sehingga

penggunaan lahan tertentu akan dialokasikan untuk kegiatan yang memberikan nilai

land rent tertinggi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data luas lahan

perkebunan total yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2000 – 2015 untuk

dua provinsi yaitu Provinsi Riau dan Lampung.

Page 37: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

25

Gambar 4. Luas Lahan Perkebunan Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

d. Pendidikan

Aspek pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan

kualitas manusia. Karena melalui pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh

pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun

keberadaan hidupnya. Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumber daya

manusia untuk pembangunan. Dalam lingkup ekonomi makro atau dengan

perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa,

semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.

Pembangunan sektor pendidikan di Provinsi Riau memiliki peran penting dan

strategis. Rata – rata penduduk Provinsi Riau pernah mengenyam pendidikan formal

sampai kelas 3 SLTP. Rata – rata Angka Partisipasi Kasar (APS) Provinsi Riau pada

tahun 2013 sebesar 98,59% untuk usia 7 – 12 tahun dan 90,1% untuk usia 13 – 15

tahun.

Rata – rata APS Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 99,03% untuk usia 7 –

12 tahun dan 90,99% untuk usia 13 – 15 tahun. Tingkat pendidikan yang ditempuh

petani memengaruhi pengetahuan dan pola pikir petani. Sebaran petani kopi menurut

tingkat pendidikan yang beragam dari tingkat SD sampai jenjang diploma atau

sarjana. Berdasarkan penelitian sebelumnya banyak petani yang sudah menamatkan

pendidikan sampai dengan jenjang SMA di Provinsi Lampung, khususnya di

Lampung Barat.

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

Luas Perkebunan Provinsi Lampung dan Riau 2000-2015 (ha)

Riau Lampung

Page 38: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

26

Pendidikan merupakan hal yang mendasar bagi pembangunan ekonomi suatu

negara karena peningkatan SDM yang berpendidikan akan produktif dibandingkan

dengan negara yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Keterkaitan antara

teori human capital dengan pendidikan adalah bahwa sesorang dapat meningkatkan

penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Tingkat pendidikan yang ditempuh

petani memengaruhi pengetahuan petani. Tingkat pendidikan yang ditempuh juga

berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerima teknologi dan inovasi

dalam usaha tani. Indikator yang digunakan adalah dengan melihat Angka Partisipasi

Sekolah (APS). Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem

pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan

perubahan penduduk terutama usia muda. Data yang digunakan adalah Angka

Partisipasi Sekolah jenjang SMA yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun

2000 – 2015 untuk dua provinsi yaitu Provinsi Riau dan Provinsi Lampung.

Gambar 5. Pendidikan di Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

e. Tenaga Kerja

Terdapat empat faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut

Boediono (1982), yaitu (1) akumulasi modal, termasuk semua investasi yang

berwujud tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusi, (2) pertumbuhan penduduk,

(3) kemajuan teknologi, dan (4) sumber daya institusi (sistem kelembagaan).

Pertumbuhan penduduk berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor

force) yang dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015

Data Pendidikan Provinsi Lampung dan Riau tahun 2000-2015 (%)

Riau Lampung

Page 39: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

27

ekonomi. Provinsi Riau masih menghadapi masalah besarnya angka pengangguran.

Menurut data BPS tahun 2002 angka pengangguran tercatat sebesar 11,3%. Besarnya

tenaga kerja yang bekerja di sektor informal sebesar 53,9% merupakan masalah

tersendiri di Provinsi Riau. Dengan melihat permasalahan yang ada pemerintah

Provinsi Riau membangun sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit.

Selain peranannya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, perkebunan kelapa

sawit juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan output dan penyerapan

tenaga kerja.

Gambar 6. Angkatan Kerja di Provinsi Riau dan Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sektor perkebunan khususnya tanaman kopi merupakan sektor yang tidak

dapat dipisahkan dari masyarakat di Provinsi Lampung. Sebagian besar dari

masyarakat Provinsi Lampung, khususnya Lampung Barat bekerja sebagai petani

kopi. Pada tahun 2011 lebih dari 20% dari total penduduk di Lampung Barat bekerja

sebagai petani kopi. Pilihan hidup sebagai petani perkebunan merupakan pekerjaan

di sektor pertanian yang paling dominan dikerjakan. Sebanyak 61,20% petani atau

28,88% dari total penduduk bekerja sebagai pekebun dimana hampir semuanya

merupakan petani kopi. Sektor perkebunan kopi merupakan salah satu potensi yang

apabila terus diperkuat dapat bermanfaat dalam penyerapan tenaga kerja dan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah khususnya yang berbasis

keunggulan lokal.

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

Data Angkatan Kerja Provinsi Riau dan Lampung tahun 2000-2015 (juta jiwa)

Riau Lampung

Page 40: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

28

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurut BPS penduduk usia kerja adalah penduduk berusia 10 tahun ke atas.

Sedangkan menurut Mulyadi (2006), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja

berusia 15 – 64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat

memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja merupakan faktor penting yang

digunakan dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja

memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni

upah. Tenaga kerja yang memperoleh pekerjaan dan bekerja secara produktif akan

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja meliputi

lapangan pekerjaan yang sudah ditempati dan belum ditempati. Sebagai negara

agraris sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar dalam hal penyerapan

tenaga kerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angkatan tenaga kerja

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2000 – 2015 untuk dua provinsi

yaitu Provinsi Riau dan Lampung.

Berikut tabel variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memberikan informasi secara singkat.

Tabel 1. Variabel – Variabel yang digunakan dalam Penelitian

Indikator

Variabel

Satuan

Sumber

Periode

Perekonomian

Daerah

PDRB

Juta Rupiah

BPS

2000 - 2015

Perubahan Iklim Suhu

Curah

hujan

oC

mm

BPS

2000 - 2015

Ketersediaan

Lahan

Luas Lahan

Perkebunan

ha

BPS

2000 - 2015

Pendidikan

APS

%

BPS

2000 - 2015

Tenaga Kerja

Jumlah Angkatan

Kerja

Juta Jiwa

BPS

2000 - 2015

Page 41: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

29

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengolahan Data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan iklim

terhadap perekonomian Provinsi Riau dan Lampung. Secara spesifik penelitian ini

ingin mengetahui PDRB Riau dan Lampung tetap meningkat walaupun terjadi

perubahan iklim. Perubahan iklim secara empiri merupakan salah satu faktor yang

berdampak negatif terhadap produk-produk unggulan pertanian. Berdasarkan tujuan

tersebut penulis menggunakan model penelitian sebagai berikut :

Dimana :

Yit = PDRB di daerah i pada tahun t (juta rupiah)

X1it = Suhu rata-rata per tahun di daerah i pada tahun t (oC)

X2it

= Curah hujan rata-rata per tahun di daerah i pada tahun t (mm)

X3it = Luas lahan perkebunan kelapa sawit dan kopi di daerah i pada tahun t (ha)

X4it = Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat SMA di daerah i pada tahun t (%)

X5it = Jumlah Tenaga Kerja di daerah i pada tahun t (jiwa)

β 0 = Konstanta

β 1, β 2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi

uit = Error term

i = daerah penelitian (Provinsi Riau dan Lampung)

t = tahun penelitian ( 2000 – 2015)

Kemudian dalam penelitian ini juga menghitung hasil estimasi Panel Least

Square dengan menggunakan double log untuk setiap variabel. Double log

digunakan untuk mengubah model non linier menjadi model linier. Dalam penelitian

ini transformasi dibutuhkan untuk mengestimasi elastisitas antar variabel independen

dengan variabel dependennya. Hal yang perlu diperhatikan dalam model double log,

koefisien β 1 – β5 diintrepretasikan sebagai persen yaitu persentase perubahan

variabel Y sebagai akibat variabel X.

Page 42: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

30

Berikut model estimasi dengan menggunakan logaritma :

Dimana :

logYit = Log PDRB daerah i pada tahun t (juta rupiah)

logX1it = Log suhu rata-rata per tahun daerah i pada tahun t (oC)

logX2it

= Log curah hujan rata-rata per tahun daerah i pada tahun t (mm)

logX3it = Log luas lahan perkebunan kelapa sawit dan kopi di daerah i pada tahun t (ha)

logX4it = Log angka partisipasi sekolah untuk tingkat SMA di daerah i pada tahun t (%)

logX5it = Log jumlah tenaga kerja di daerah i pada tahun t (jiwa)

β 0 = Konstanta

β 1, β 2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi

uit = Error term

i = daerah penelitian (Provinsi Riau dan Lampung)

t = tahun penelitian ( 2000 – 2015)

Berdasarkan model regresi diatas, berikut ini adalah hasil uji regresi dari

model tersebut :

Tabel 2. Hasil Estimasi Panel Least Squares

Variabel

Linier

Double - log

Koefisien

t-Stat

p-Value

Koefisien

t-Stat

p-Value

C

1.08E+09

-3,465971

0,0018

-1.937.507

-3,307902

0,0028

Suhu

1.200.327

0,128521

0,8987

-1.270.030

0,758058

0,4552

Curahhujan

-5.508.409

-0,462762

0,6474

-0,009129

-0,070861

0,9441

Luaslahan

2.626.645

12,11857

0,0000

1.340.236

5,546839

0,0000

Page 43: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

31

Pendidikan

2.613.219

2,009234

0,0050

2.663.598

4,896437

0,0000

Tenagakerja

2.581.001

9,630632

0,0000

2.566.153

4,800205

0,0001

R-squared

0,960683

0,942635

F-statistik

127,0571

85,44769

N

32

32

Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis

Berdasarkan hasil estimasi Panel Least Square biasa, variabel suhu memiliki

pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap PDRB pada taraf signifikansi 5%.

Artinya jika variabel suhu meningkat 1oC, maka PDRB Riau dan Lampung akan

meningkat sebesar 1.200.327 miliar rupiah. Variabel curah hujan memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap PDRB Riau dan Lampung pada taraf

signifikansi 5%. Variabel luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB Riau dan Lampung pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika variabel

luas lahan meningkat sebesar 1 ha, maka PDRB Riau dan Lampung juga ikut

bertambah sebesar 2.626.645 miliar rupiah. Variabel pendidikan memiliki pengaruh

positif dan signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika variabel pendidikan

(angka partisipasi sekolah SMA) meningkat sebesar 1%, maka PDRB Riau dan

Lampung akan meningkat sebesar 2.613.219 miliar rupiah. Variabel tenaga kerja

memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika

variabel tenaga kerja meningkat 1 jiwa maka PDRB Riau dan Lampung akan

meningkat sebesar 2.581.007.

Kemudian hasil estimasi Panel Least Square dengan menggunakan double

log terdapat variabel dengan hasil yang berbeda dengan hasil estimasi Panel Least

Square biasa. Sebagai contoh, variabel suhu dan curah hujan memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap PDRB pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika

variabel suhu dan curah hujan meningkat 1%, maka PDRB Riau dan Lampung

menurun sebesar 19,3%. Variabel luas lahan memiliki pengaruh positif dan

Page 44: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

32

signifikan terhadap PDRB Riau dan Lampung pada taraf signifikansi 5%. Artinya

jika variabel luas lahan bertambah 1%, maka PDRB Riau dan Lampung juga ikut

meningkat sebesar 2,4%. Variabel pendidikan memiliki pengaruh positif dan

signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika pendidikan meningkat 1% maka

PDRB juga akan ikut meningkat sebesar 5,4%. Variabel tenaga kerja memiliki

pengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikansi 5%. Artinya jika tenaga kerja

meningkat 1% maka PDRB juga akan ikut meningkat sebesar 5,3%.

Koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen

perubahan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen

yang dilibatkan dalam persamaan. Hasil estimasi Panel Least Square biasa dengan

hasil estimasi Panel Least Square menggunakan double log berbeda. Koefisien

determinasi atau R2

menggunakan estimasi biasa lebih besar. Koefisien determinasi

atau R2

biasa angka koefisien determinasi yang didapat adalah sebesar 0.960683

yang berarti variabel PDRB diterangkan oleh variabel suhu, curah hujan, luas lahan,

pendidikan dan tenaga kerja sebesar 96%, sedangkan dalam hasil estimasi

menggunakan log memiliki determinasi yang didapat adalah sebesar 0.942635 yang

berarti variabel PDRB diterangkan oleh variabel suhu, curah hujan, luas lahan,

pendidikan dan tenaga kerja sebesar 94%.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji regresi linear berganda, perlu dilakukan uji asumsi

klasik agar metode estimasi tersebut dikatakan best linear unbiased estimator

(BLUE) (Gujarati, 2011). Uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

4.2.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear atau korelasi yang tinggi

antar beberapa atau semua variabel bebas. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

terlihat dari koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika koefisien korelasi antar

masing-masing variabel independen lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas.

Berikut ini adalah hasil koefisien korelasi antar variabel bebas :

Page 45: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

33

Tabel 3. Hasil Estimasi Multikolinearitas Model Linier

Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis

Tabel 4. Hasil Estimasi Multikolinearitas Model Double Log

Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis

Pada hasil uji multikolinearitas terlihat bahwa tidak ada variabel yang

memiliki hubungan atau korelasi yang tinggi yaitu diatas 0,8. Hal tersebut

Suhu

Curahhujan

Luaslahan

Pendidikan

Tenagakerja

Suhu

1.000

0.278

0.001

-0.231

-0.393

Curahhujan

0.278

1.000

0.536

0.334

-0.524

Luaslahan

0.001

0.536

1.000

0.729

-0.780

Pendidikan

-0.231

0.334

0.729

1.000

-0.336

Tenagakerja

-0.393

-0,524

0.780

-0.336

1.000

logsuhu

logcurahhujan

logluaslahan

logpendidikan

logtenagake

rja

Logsuhu

1.000

0.234

0.058

-0.216

-0.398

Logcurahhujan

0.234

1.000

0.454

0.312

-0.326

Logluaslahan

0.058

0.454

1.000

0.734

-0.821

Logpendidikan

-0.216

0.312

0.734

1.000

-0.357

logtenagakerja

-0.398

-0.326

-0.821

-0.357

1.000

Page 46: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

34

mengindikasikan tidak terjadi korelasi antar variabel independen yang digunakan

dalam model penelitian. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada

multikolinearitas.

4.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan salah satu uji asumsi klasik yang dilakukan untuk

melihat apakah terdapat hubungan antar observasi yang dilakukan. Kriteria lolos uji

autokorelasi adalah dengan cara mengetahui nilai Durbin-Watson stat. Jika nilai

Durbin-Watson stat berada diantara du dan 4du, maka dapat dikatakan lolos

autokorelasi (Gujarati, 2003). Penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria uji

autokorelasi dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 5. Kriteria Uji Autokorelasi

Jika Keterangan

0 < d < dL Autokorelasi positif

dL ≤ d ≤ dU Tidak dapat disimpulkan

4 – dL < d < 4 Autokorelasi negatif

4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL Tidak dapat disimpulkan

dU < d < 4 - dU Tidak terdapat Autokorelasi positif

maupun negatif

Berikut hasil pengolahan data untuk melakukan uji autokorelasi :

Tabel 6. Hasil Estimasi Autokorelasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data oleh Penulis

N

Durbin-

Watson

stat

dL (α=5%)

dU (α=5%)

4 - dU

4 - dL

Linier

32

2.165941

1.1092

1.8187

2.1813

2.8908

Double-log

32

1.871505

1.1092

1.8187

2.1813

2.8908

Page 47: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

35

Berdasarkan kriteria uji autokorelasi jika dU < d < 4 - dU tidak terdapat

autokorelasi positif maupun negatif . Model regresi pada penelitian ini, menunjukkan

bahwa tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif karena nilai berada diantara

dU dan 4 – dU. Jika dilihat dari hasil estimasi uji autokorelasi biasa (tabel 6) nilai

Durbin - Watson stat adalah 2.165941, menggunakan tabel Durbin – Watson stat

dengan α= 5%, variabel independent (k) = 5, dan n = 32. Kemudian didapat nila dL

sebesar 1.1092 dan nilai dU, 1.8187. Hasil estimasi berada diantara dU dan 4 – dU

(2.1813) sehingga dapat dikatakan tidak terdapat autokorelasi.

Selain itu, jika dilihat dari hasil estimasi uji autokorelasi dengan double log

(tabel 7) nilai Durbin - Watson stat adalah 1.871505 setelah ditambahkan variabel

AR(1), menggunakan tabel Durbin – Watson stat dengan α= 5%, variabel

independent (k) = 5, dan n = 32. Kemudian didapat nila dL sebesar 1.1092 dan nilai

dU, 1.8187. Hasil estimasi berada diantara dU dan 4 – dU (2.1813) sehingga dapat

dikatakan hasil estimasi dengan menggunakan double log juga tidak terdapat

autokorelasi.

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian

dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen dengan dependennya.

Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari probabilitas obs*R-

squared, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan tidak terjadi

masalah heteroskedatisitas.

Tabel 7. Hasil Estimasi Heteroskedastisitas

Linier

Double-log

F-statistik

9.765329

0.990241

Prob. Chi-Square

0,0652

0,4228

Page 48: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

36

R-squared

0.946681

0,610574

N

32

32

Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis

Berdasarkan hasil estimasi pengujian dengan uji asumsi klasik menggunakan

uji heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas biasa dengan uji heteroskedastisitas

menggunakan double log tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari

hasil uji heteroskedastisitas biasa memiliki probabilitas Chi-Square sebesar 0,0652 >

dari α= 5% (tabel 8), sehingga dapat dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas.

\Sebaliknya juga, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan double log memiliki

probabilitas Chi-Square sebesar 0,4228 > α= 5% (tabel 9) juga tidak memiliki

heteroskedastisitas.

4.3 Pembahasan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel suhu, curah

hujan, luas lahan, pendidikan dan tenaga kerja. Variabel tersebut digunakan untuk

mengetahui penyebab PDRB Riau dan Lampung tetap mengalami peningkatan

walaupun ada perubahan iklim. Hasil estimasi regresi Panel Least Square dan double

log menunjukkan hasil yang sama bahwa dari lima variabel yang diuji, terdapat tiga

variabel yang memengaruhi variabel dependen. Variabel yang memengaruhi yaitu

variabel luas lahan, pendidikan dan tenaga kerja.

Variabel pertama yaitu variabel luas lahan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB. Artinya jika variabel luas lahan meningkat 1 ha, maka

PDRB Riau dan Lampung akan naik 2.626.645 triliun rupiah. Hal ini terjadi karena

semakin luas lahan pertanian maka akan semakin banyak lahan yang digunakan

untuk menanam bibit tanaman. Sehingga hasil produksi juga akan ikut meningkat.

Sektor perkebunan dalam proses produksinya membutuhkan faktor produksi utama

yaitu lahan. Semakin besar luas lahan yang digunakan maka akan semakin tinggi

juga produksi yang dihasilkan. Luas lahan juga merupakan salah satu faktor yang

dapat meningkatkan PDRB Riau dan Lampung walaupun ada perubahan iklim.

Perkebunan kelapa sawit saat ini merupakan salah satu tanaman perkebunan

yang mempunyai peranan penting bagi sub-sektor perkebunan. Pemerintah telah

Page 49: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

37

mencadangkan 24,4 juta ha lahan yang digunakan untuk perluasan perkebunan

kelapa sawit 5 juta ha, revitalisasi perkebunan kelapa sawit 2 juta ha dan rehabilitasi

lahan 9 juta ha. Pengembangan kelapa sawit akan memberikan manfaat antara lain

meningkatkan pendapatan petani, produksi yang dihasilkan menjadi bahan baku

industri pengolahan yang memberikan nilai tambah dan ekspor CPO yang

menghasilkan devisa. Di Indonesia persebaran perkebunan bisa di lihat dari Pulau

Sumatera hingga ke Pulau Sulawesi. Perkebunan di kelola untuk terus dapat

menghasilkan produksi.

Provinsi Riau adalah salah satu provinsi penghasil kelapa sawit terbesar dan

dikenal dengan industri pengolahan CPO. Hampir setiap tahun terjadi kasus

kebakaran hutan yang salah satunya disebabkan oleh pembukaan lahan perkebunan

untuk kelapa sawit. Selain itu di Provinsi Bengkulu terjadi alih fungsi lahan sawah

menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Terjadinya alih fungsi lahan sawah ke

tanaman kelapa sawit disebabkan oleh beberapa hal yaitu pendapatan petani lebih

tinggi dan nilai jual kebun lebih tinggi. Bagi masyarakat di daerah pedesaan, sampai

saat ini usaha perkebunan merupakan alternatif untuk merubah perekonomian.

Dampak perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan pendapatan petani dan

memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah.

Kemudian variabel kedua yaitu variabel pendidikan juga memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap PDRB. Artinya jika variabel pendidikan meningkat

1% maka PDRB Riau dan Lampung akan naik sebesar 4,9%. Teori modal manusia

menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Argumen yang mendukung teori ini adalah manusia yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yang diukur juga dengan waktu lamanya

sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang

pendidikannya lebih rendah. Pendidikan dalam penelitian ini menggunakan Angka

Partisipasi Sekolah (APS) tingkat SMA sebagai tolak ukur. Pendidikan merupakan

bagian dari investasi yang akan dapat memberikan keuntungan. Sebagian besar

penduduk di Indonesia berada di daerah pedesaan dan sebagian besar dari mereka

bermata pencaharian sebagai petani. Pendapatan petani saat ini baik secara nominal

maupun riil relatif masih rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Hal ini

disebabkan sebagian besar petani di Indonesia adalah petani kecil yang tingkat

pendidikannya rendah. Pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya penerapan

teknologi, sehingga produktivitas sumber daya dan pendapatan petani juga rendah.

Page 50: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

38

Faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia adalah dengan sistem

pendidikan dan latihan. Oleh karena itu pemerintah memberikan program

penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pemberdayaan petani yang merupakan

suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani. Penyuluhan pertanian

bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis,

pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan membangun

kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya (Badan SDM Pertanian, 2003).

Hal ini menyatakan bahwa apabila penduduk di suatu daerah memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka akan semakin tinggi pendapatan domestik regional

brutonya. Karena semakin tinggi kualitas sumber daya manusia yang ditunjukkan

dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka perekonomian di daerah

tersebut akan mampu tumbuh dengan baik.

Variabel ketiga yaitu variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB Riau dan Lampung. Artinya jika variabel tenaga kerja

naik sebesar 1% maka PDRB Riau dan Lampung akan naik sebesar 4,8%. Hal ini

dikarenakan tenaga kerja merupakan faktor produksi. Jika tenaga kerja disuatu

daerah dapat menghasilkan barang dan jasa yang optimal maka akan berdampak

terhadap perekonomian daerahnya juga. Variabel suhu dan curah hujan tidak

termasuk variabel yang memiliki pengaruh terhadap PDRB Riau dan Lampung. Hal

ini disebabkan karena perubahan iklim, suhu bumi dan curah hujan sangat

berfluktuasi dalam jangka waktu satu tahun yang artinya variabilitas suhu di suatu

tempat untuk satu akan sangat berbeda dengan bulan yang lain meski berada dalam

tahun yang sama. Oleh karena itu variabel suhu dan curah hujan tidak berpengaruh

terhadap PDRB Riau dan Lampung.

Page 51: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

39

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab PDRB Riau dan

Lampung tetap mengalami kenaikan walaupun ada perubahan iklim yang

berdampak negatif terhadap produk – produk unggulannya. Data yang digunakan

ada enam, yaitu PDRB, suhu, curah hujan, luas lahan, pendidikan dan tenaga

kerja. PDRB digunakan sebagai variabel dependen kemudian suhu, curah hujan,

luas lahan, pendidikan dan tenaga kerja sebagai variabel independen. Variabel

independen digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel

dependennya. Pertama ingin melihat pengaruh perubahan iklim yaitu suhu dan

curah hujan terhadap PDRB Riau dan Lampung. Kedua melihat pengaruh luas

lahan terhadap PDRB Riau dan Lampung. Ketiga melihat pengaruh pendidikan

terhadap PDRB Riau dan Lampung dan yang terakhir ingin melihat pengaruh

tenaga kerja terhadap PDRB Riau dan Lampung. Jenis data yang digunakan ialah

data panel dari tahun 2000 – 2015 untuk Provinsi Riau dan Lampung.

Penelitian ini juga menggunakan dua hasil estimasi yaitu hasil estimasi

linier dan double log. Double log digunakan untuk mengubah model non linier

menjadi model linier. Berdasarkan hasil penelitian linier dan double log ada

empat variabel yang memengaruhi PDRB Riau dan Lampung. Variabel yang

memengaruhi adalah variabel luas lahan, pendidikan, dan tenaga kerja. Variabel

curah hujan dan variabel suhu tidak memiliki pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap PDRB. Data suhu dan curah hujan yang digunakan untuk

mengetahui dampak perubahan iklim ternyata tidak tepat. Untuk melihat dampak

perubahan iklim melalui indikator suhu dan curah hujan ternyata tidak dapat

dilihat menggunakan data rata-rata suhu dan curah hujan dalam satu tahun.

Adanya faktor teknologi adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan

iklim. Teknologi adaptasi dan mitigasi merupakan salah satu upaya pemerintah

dalam mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan produksi pertanian tetap

meningkat. Hal ini juga membuat sektor perkebunan di Provinsi Riau dan

Page 52: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

40

Lampung lebih resisten terhadap perubahan iklim sehingga tetap dapat

mendorong PDRB.

Kemudian variabel luas lahan dan variabel pendidikan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap PDRB. Pendidikan merupakan sarana dalam

menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sehingga pemerintah

memberikan program penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pemberdayaan

petani. Pemerintah memberikan sistem pendidikan non formal bagi keluarga

petani. Apabila penduduk di suatu daerah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

maka akan semakin tinggi pendapatan domestik regional brutonya. Pendidikan di

Provinsi Riau dan Lampung terbilang tinggi, jika dilihat dari Angka Partisipasi

Sekolah (APS). Rata – rata APS Provinsi Riau pada tahun 20013 sebesar 98,59%

untuk usia 7 – 12 tahun dan 90,1% untuk usia 13 – 15 tahun. Kemudian untuk rata

– rata APS Provinsi Lampung pada tahun 2013 sebesar 99,03% untuk usia 7 – 12

tahun dan 90,99% untuk usia 13 – 15 tahun. Sehingga variabel pendidikan

memberikan pengaruh terhadap PDRB Riau dan Lampung.

Variabel luas lahan juga memberikan pengaruh terhadap PDRB Riau dan

Lampung. Hal ini bisa disebabkan karena kelapa sawit dan kopi merupakan

komditas unggulan Provinsi Riau dan Lampung. Semakin luas lahan pertanian

yang digunakan maka akan semakin tinggi juga produksi yang dihasilkan.

Perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap PDRB Riau karena

dapat menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat serta

mendorong pemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Kemudian kopi,

Indonesia merupakan eksportir terbesar ketiga didunia. Provinsi Lampung

merupakan daerah pengahasil kopi, terutama Lampung Barat, sehingga

perkebunan kopi merupakan sektor yang dapat meningkatkan perekonomian

daerah.

5.2 Implikasi Kebijakan

Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi

sektor pertanian. Peran aktif berbagai pihak diperlukan untuk mengantisipasi

dampak perubahan iklim melalui upaya mitigasi dan adaptasi. Diperlukan

kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim terhadap sektor pertanian.

Berdasarkan peran strateginya terhadap ketahanan nasional, kerentanan dan

dampaknya, maka kebijakan dalam menghadapi perubahan iklim adalah:

Page 53: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

41

1. Kegiatan dan aksi adaptasi sebagai upaya penyelamatan dan pengamanan

kelestarian dan kemantapan ketahanan pangan nasional merupakan

prioritas utama dalam strategi mengahadapi perubahan iklim.

2. Kegiatan dan aksi mitigasi merupakan manivestasi dan tanggung jawab

serta kewajiban bersama harus diimplementasikan melalui pengembangan

pertanian berkelanjutan atau pertanian ramah lingkungan.

3. Aksi adaptasi harus diupayakan bersinergi dan sekaligus berperan sebagai

aksi mitigasi, atau sebaliknya dan setiap aksi mitigasi harus dikaitkan

dengan usaha adaptasi dan selalu mengacu kepada pencapaian sasaran

pembangunan pertanian.

4. Pembangunan pertanian melalui sistem agribisnis dan agroindustri agar

dapat meningkatkan produktivitas.

Dalam hal ini juga pendidikan untuk petani sangat penting khususnya

pendidikan mengenai teknologi. Teknologi dalam pertanian dapat berperan dalam

produktivitas pangan, meningkatkan diversifikasi dalam jenis dan kualitas

pangan, meningkatkan nilai tambah, kesempatan kerja, dan menjaga kelestarian

sumber daya alam serta lingkungan hidup. Petni sebagai pelaku utama dalam

usahatani tentunya memerlukan teknologi pertanian untuk meningkatkan usaha

taninya. Teknologi pertanian tersebut meliput teknologi budidaya, teknologi

pemupukan, teknologi pengendalian hama dan penyakit, teknologi panen dan

pasca panen, serta teknologi dalam memasarkan hasil pertaniannya. Untuk itu

diperlukan pendidikan sebagai pendukung teknologi pertanian. Melalui

pendidikan non formal yang berbasis pemberdayaan masyarakat sesuai dengan

kapasitas petani sebagai warga masyarakat yang perlu mendapatkan pendidikan

dan pendampingan dalam berusahatani.

Dukungan dan implikasi kebijakan : a) Kebijakan terkait dengan

pengembangan pertanian secara ekstenfikasi terkait dengan kebijakan

pemanfaatan sumber daya air terkait dengan pemberian ijin pembukaan hutan dan

lahan gambut, lahan terdegradasi dan terlantar, b) Kebijakan dalam aspek

kelembagaan dalam aspek koordinasi dan komunikasi termasuk sistem

perencanaan pusat dan daerah, c) Kebijakan dalam upaya peningkatan kapasitas

adaptasi dan mitigasi nasional dan daerah.

Page 54: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

42

5.3 Saran

Dalam penelitian ini peneliti mengakui masih banyak kekurangan

sehingga masih perlu untuk diperbaiki. Salah satu kekurangan penelitian ini

adalah keterbatasan variabel yang digunakan penulis. Hanya ada enam variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini mungkin akan lebih baik jika

variabel yang digunakan ditambah atau diganti dengan variabel yang lebih

mendukung. Seperti pengaruh perubahan iklim, indikator yang digunakan hanya

suhu dan curah hujan. Data suhu dan curah hujan yang digunakan tidak dapat

dilihat dengan suhu rata-rata dan curah hujan rata-rata. Sehingga untuk penelitiaan

selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data yang cocok untuk mengukur

perubahan iklim yang lebih relevan. Kemudian dalam penelitian ini hanya

menggunakan dua provinsi saja.

Selain perubahan iklim untuk melihat pengaruh perubahan iklim terhadap

perekonomian daerah, penelitian ini hanya menggunakan variabel luas lahan,

pendidikan dan tenaga kerja. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya

menggunakan dua provinsi saja dan variabel yang digunakan juga berbeda. Masih

banyak variabel lain yang dapat memengaruhi perekonomian suatu daerah.

Sehingga akan dapat ditemukan kebijakan yang tepat untuk menghadapi

perubahan iklim. Dengan kebijakan yang tepat tentunya akan mengurangi dampak

yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan meningkatkan perekonomian daerah.

Page 55: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

43

DAFTAR PUSTAKA

Asian Development Bank. (2009). The economics of climate change in Southeast

Asia: A regional review. Jakarta: Asian Development Bank.

Agung, B. S. (2016). Pengaruh perubahan iklim terhadap produksi tanaman pangan

di Provinsi Maluku. Maluku: Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.

Andrea, I. (2016). Perubahan iklim dan kopi, bagaimana keterkaitannya? Diunduh

dari: http://www.lingkunganhidup.co/perubahan-iklim-dan-kopi-terkaitkah/

Batalgi, B. H. (2005). Econometric analysis of panel data. England: John Wiley &

Sons Ltd.

Boer, R., Faqih. A., Ariani. R. (2011). Relationship between Pacific and Indian

Ocean sea surface temperature variability and rice production, harvesting area

and yield in Indonesia. Dipresentasikan pada the 1st International Conference:

Climate Services. New York, 17-19 November.

Badan Pusat Statistik. (2000). Statistik Indonesia: PDRB Provinsi Riau dan

Lampung 2000-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2000). Statistik Indonesia: Luas lahan perkebunan Provinsi

Riau dan Lampung 2000-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2015). Suhu minimum, rata-rata, dan maksimum di stasiun

pengamatan BMKG (oC), 2000-2013. Diunduh dari:

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1347

Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah curah hujan (mm) dan jumlah hari hujan di

stasiun pengamatan BMKG, 2000-2013. Diunduh dari:

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1349

Badan Pusat Statistik. (2015). Angka partisipasi sekolah (APS) menurut Provinsi,

2003-2015. Diunduh dari:

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1347

Badan Pusat Statistik. (2015). Pencari kerja terdaftar, lowongan kerja terdaftar, dan

penempatan/pemenuhan tenaga kerja menurut Provinsi dan jenis kelamin,

2000-2015. Diunduh dari: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/984

Dell, M., Jones, F. B., Olken, A. B. (2008). Climate change and economic growth:

Evidance from the last half century. Cambridge: National Bureau Of

Economic Research.

Dinas Perkebunan Bali. (2011). Akibat perubahan iklim, produksi kopi bali menurun.

Diunduh dari: http://www.lingkunganhidup.co/perubahan-iklim-dan-kopi-

terkaitkah/

Page 56: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

44

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2013). Statistik perkebunan Indonesia komoditas

kopi 2012-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2014). Statistik perkebunan Indonesia komoditas

kelapa sawit 2013-2015. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2014). Statistik perkebunan Indonesia komoditas

kopi 2013-2015. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.

Djaenudin, D., Marwan, H., & Hidayat, A. (2003). Petunjuk teknis untuk komoditas

pertanian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan

Agroklimat.

Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia. (2010). Kurva biaya (cost curve)

pengurangan gas rumah kaca Indonesia. Jakarta: Dewan Nasional Perubahan

Iklim Indonesia.

Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2004). Macroeconomics (9th ed.).

Singapore: McGraw-Hill.

Garrett, K. A., Dendy, S. P., & Travers, S. R. (2006). Climate change effects on plant

disease: genomes to ecosystems. Annual Review of Phytopathology, 44, 489-

509.

Gujarati, D. (2003). Basic econometrics (3rd ed.). Singapore: McGraw-Hill.

Hadad, I. (2010). Perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Jurnal Prisma,

29(2), 25-32.

Hadero, T. (2014). The impact of climate change on economic growth: Time series

evidence from Ethiopia. Ethiopia: Jimma University

Hadi, M. (2004). Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Hamada, J., Yamanaka, M. D., Matsumoto, J., Fukao, S., & Winarso, P. A. (2002).

Spatial and temporal variations of the rainy season over Indonesia and their

link to ENSO. Journal of the Meteorological Society of Japan, 80, 285-310.

Hendon, H. H. (2003). Indonesian rainfall variability: Impacts of ENSO and local

airsea interaction. Journal of Climate, 16, 1775-1790.

Intergovernmental Panel on Climate Change. (2001). Climate change 2001: Impacts,

adaptation, and vulnerability. Contribution of working group II to the third

assessment report of the intergovernmental panel on climate change.

Cambridge: Cambridge University Press.

Intergovernmental Panel on Climate Change. (2007). Climate change 2007: the

physical science basis. Contribution of working group I to the fourth

assessment report of the intergovernmental panel on climate change.

Cambridge: Cambridge University Press.

Page 57: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

45

Joni, A. D. (2014). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani padi

di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Economics Development Analysis

Journal, 3(1), 218 – 222.

Kanisius. (1994). Upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Kementerian Pertanian. (2011). Pedoman umum adaptasi perubahan iklim sektor

pertanian. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kurukulasuriya, P., & Mendelshon, R. (2008). A Ricardian analysis of the impact of

climate change on African cropland. The African Journal of Agriculture and

Resource Economics, 2(1), 1-23.

Las, I. (2007). Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, serta strategi

antisipasi dan teknologi adaptasi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 1(2),

138-140

Las, L., Runtunuwu, E., & Surmaini, E. (2008). Iklim dan tanaman padi: inovasi

teknologi dan ketahanan pangan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Lesmana, D., Ratina, R., & Jumriani. (2011). Hubungan persepsi dan faktor-faktor

sosial ekonomi terhadap keputusan petani mengembangkan pola kemitraan

petani plasma mandiri kelapa sawit di Kelurahan Bantuas, Kecamatan

Palaran. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan, 8(2), 8-17.

Mc Bride, J., Haylock, M. R., & Nicholls, N. (2003). Relationship between the

maritime continent heat source and the el nino-southern oscillation

phenomenon. Journal of Climate, 16, 2905-2914.

Naylor, R. L., Battisti, S. D., Vimont, J. D., Falcon, P. W., & Burke, B. M. (2007).

Assessing risks of climate change variability and climate change for

Indonesia rice agriculture. National Academic of Science, 104(19), 7752-

7757.

Nhemachena, C. (2014). Economic impact of climate change on agriculture and

implications for food security in Zimbabwe. African Journal of Agriculture

Research, 9(11), 1001-1007.

Nurhakim, Y. I. (2014). Perkebunan kelapa sawit cepat panen. Jakarta: Infra Group

Quiggin, J. (2008). Uncertainty and climate change policy. Economic Analysis and

Policy, 38(2), 203-210.

Richard, W. (2002). Climate change policy: A survey (H. S. Stephen, Ed).

Washington, DC: Island Press.

Risza, S. (2009). Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Page 58: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

46

Saragih, B. (2001). Pembangunan sistem agribisnis di Indonesia dan peranan publik

relasi. Dipresentasikan pada Seminar Peranan Publik Relasi. Bogor, 19

April.

Solow, R. (1956). A contribution to the theory of economic growth. Quarterly

Journal of Economics, 70, 64-94.

Sumirat, U. (2008). Dampak kemarau panjang terhadap perubahan sifat biji kopi

robusta. Pelita Perkebunan, 24(2), 80-94.

Supriadi, H. (2014). Budidaya tanaman kopi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan

iklim. Perspektif Puslitbang Perkebunan, 13(1), 35-32.

Suriadi, A. B. (2010). Perubahan iklim dan ketahanan pangan di Jawa Barat.

Bogor: Penelitian Madya Balai Penelitian Geomatika.

Stern, N. (2007). The economics of climate change: The stern review. Diunduh dari:

http://www.wwf.se/source.php/1169157/Stern%20Report_Exec%20Summa

ry.pdf

Syahza, A. (2002). Potensi pembangunan industri hilir kelapa sawit di daerah Riau.

Jakarta: Lembaga Manajemen FE-UI.

Todaro, M. P. (2000). Pengembangan ekonomi di dunia 3: Kajian migrasi internal di

negara sedang berkembang. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan

UGM.

United Nations Development Programme Indonesia. (2007). Sisi lain perubahan

iklim: Mengapa Indonesia harus beradaptasi untuk melindungi rakyat

miskinnya? Jakarta: UNDP Indonesian Country Office.

United Nations Enivorenment Programme. (2010). Green economy report: A

preview. Diunduh dari

http://www.bappenas.go.id/files/9714/1213/9896/syntesa_dan_memulainya.

pdf?&kid=1435127683

United Nations Enivorenment Programme & International Petroleum Industry

Environmental Conservation Association. (1991). Climate change and

energy efficiency in industry. London: International Petroleum Industry

Environmental Conservation Association.

United Nations Framework Convention on Climate Change. (2005). Report on the

seminar on the development and transfer of technologies for adaptation to

climate change. Diunduh dari

http://unfccc.int/resource/docs/2005/sbsta/eng/08.pdf

Yoshino, M., Yoshino, U., & Suratman, W. (2000). Agriculture production and

climate change in Indonesia. Global Environmental Research, 3, 187-197.

Page 59: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

A-1

LAMPIRAN Hasil Estimasi Panel Least Square Linier

Dependent Variable: PDRB

Method: Panel Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 12:45

Sample: 2000 2015

Periods included: 16

Cross-sections included: 2

Total panel (balanced) observations: 32 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SUHU 1200327. 9339575. 0.128521 0.8987

CURAHHUJAN -5508.409 11903.34 -0.462762 0.6474

LUASLAHAN 262.6645 21.67454 12.11857 0.0000

PENDIDIKAN 2613219. 1300605. 2.009234 0.0550

TENAGAKERJA 258.1007 26.79997 9.630632 0.0000

C -1.08E+09 3.12E+08 -3.465971 0.0018 R-squared 0.960683 Mean dependent var 2.09E+08

Adjusted R-squared 0.953122 S.D. dependent var 1.94E+08

S.E. of regression 41948126 Akaike info criterion 38.10913

Sum squared resid 4.58E+16 Schwarz criterion 38.38395

Log likelihood -603.7460 Hannan-Quinn criter. 38.20022

F-statistic 127.0571 Durbin-Watson stat 1.442822

Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil Estimasi Panel Least Square Double Log

Dependent Variable: LOGPDRB

Method: Panel Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 12:51

Sample: 2000 2015

Periods included: 16

Cross-sections included: 2

Total panel (balanced) observations: 32 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOGSUHU -1.270030 1.675373 -0.758058 0.4552

LOGCURAHHUJAN -0.009129 0.128824 -0.070861 0.9441

LOGLUASLAHAN 1.340236 0.241622 5.546839 0.0000

LOGPENDIDIKAN 2.663598 0.543987 4.896437 0.0000

LOGTENAGAKERJA 2.566153 0.534592 4.800205 0.0001

C -19.37507 5.857207 -3.307902 0.0028 R-squared 0.942635 Mean dependent var 8.129459

Adjusted R-squared 0.931603 S.D. dependent var 0.435388

S.E. of regression 0.113866 Akaike info criterion -1.340227

Sum squared resid 0.337102 Schwarz criterion -1.065402

Log likelihood 27.44364 Hannan-Quinn criter. -1.249130

F-statistic 85.44769 Durbin-Watson stat 1.141541

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 60: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

A-2

Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Linier

Hasil Uji Autokorelasi Double Log

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.002127 Prob. F(1,23) 0.9636

Obs*R-squared 0.002867 Prob. Chi-Square(1) 0.9573

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 13:07

Sample: 2 32

Included observations: 31

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOGSUHU -0.009072 1.010553 -0.008978 0.9929

LOGCURAHHUJAN 0.000156 0.060829 0.002563 0.9980

LOGLUASLAHAN -0.001424 0.166122 -0.008571 0.9932

LOGPENDIDIKAN -0.002399 0.372685 -0.006438 0.9949

LOGTENAGAKERJA -0.004754 0.752219 -0.006320 0.9950

C 0.047991 5.506940 0.008715 0.9931

AR(1) -0.000644 0.057521 -0.011200 0.9912

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.903861 Prob. F(1,25) 0.1799

Obs*R-squared 2.264491 Prob. Chi-Square(1) 0.1324

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 12:58

Sample: 1 32

Included observations: 32

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SUHU -2892462. 9417621. -0.307133 0.7613

CURAHHUJAN 3146.096 11921.75 0.263895 0.7940

LUASLAHAN -9.318649 22.35205 -0.416904 0.6803

PENDIDIKAN 45479.78 1278995. 0.035559 0.9719

TENAGAKERJA -11.88983 27.71935 -0.428936 0.6716

C 1.16E+08 3.18E+08 0.365783 0.7176

RESID(-1) 0.290706 0.210687 1.379805 0.1799 R-squared 0.070765 Mean dependent var -7.05E-08

Adjusted R-squared -0.152251 S.D. dependent var 38416552

S.E. of regression 41237462 Akaike info criterion 38.09823

Sum squared resid 4.25E+16 Schwarz criterion 38.41886

Log likelihood -602.5717 Hannan-Quinn criter. 38.20451

F-statistic 0.317310 Durbin-Watson stat 2.165941

Prob(F-statistic) 0.921792

Page 61: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

A-3

RESID(-1) 0.010728 0.232598 0.046123 0.9636 R-squared 0.000092 Mean dependent var 5.17E-11

Adjusted R-squared -0.304227 S.D. dependent var 0.070637

S.E. of regression 0.080669 Akaike info criterion -1.979281

Sum squared resid 0.149673 Schwarz criterion -1.609220

Log likelihood 38.67885 Hannan-Quinn criter. -1.858650

F-statistic 0.000304 Durbin-Watson stat 1.871505

Prob(F-statistic) 1.000000

Hasil Uji Heteroskedastisitas Linier

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 9.765329 Prob. F(20,11) 0.0002

Obs*R-squared 30.29380 Prob. Chi-Square(20) 0.0652

Scaled explained SS 15.32887 Prob. Chi-Square(20) 0.7573

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 13:00

Sample: 1 32

Included observations: 32 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.27E+17 2.42E+17 0.525890 0.6094

SUHU -1.35E+16 1.38E+16 -0.982494 0.3470

SUHU^2 2.65E+14 2.05E+14 1.292175 0.2228

SUHU*CURAHHUJAN -1.30E+12 7.22E+11 -1.801187 0.0991

SUHU*LUASLAHAN 5.00E+09 1.13E+09 4.406546 0.0011

SUHU*PENDIDIKAN -1.97E+14 8.57E+13 -2.298112 0.0422

SUHU*TENAGAKERJA 2.48E+09 1.11E+09 2.237881 0.0469

CURAHHUJAN 3.82E+13 2.29E+13 1.665632 0.1240

CURAHHUJAN^2 1.11E+09 5.57E+08 1.994766 0.0714

CURAHHUJAN*LUASLAHAN 453474.6 1457564. 0.311118 0.7615

CURAHHUJAN*PENDIDIKAN -1.46E+11 7.75E+10 -1.884045 0.0862

CURAHHUJAN*TENAGAKERJA 163006.9 1816988. 0.089713 0.9301

LUASLAHAN -1.54E+11 3.75E+10 -4.101367 0.0018

LUASLAHAN^2 9279.192 3209.299 2.891346 0.0147

LUASLAHAN*PENDIDIKAN -8.69E+08 3.15E+08 -2.756849 0.0187

LUASLAHAN*TENAGAKERJA 15098.38 5282.311 2.858291 0.0156

PENDIDIKAN 7.19E+15 2.80E+15 2.569782 0.0261

PENDIDIKAN^2 1.95E+13 7.90E+12 2.472141 0.0310

PENDIDIKAN*TENAGAKERJA -9.59E+08 2.99E+08 -3.204147 0.0084

TENAGAKERJA -6.74E+10 3.80E+10 -1.775687 0.1034

TENAGAKERJA^2 6427.917 2518.851 2.551924 0.0269 R-squared 0.946681 Mean dependent var 1.43E+15

Adjusted R-squared 0.849738 S.D. dependent var 1.80E+15

S.E. of regression 6.97E+14 Akaike info criterion 71.43863

Sum squared resid 5.35E+30 Schwarz criterion 72.40052

Log likelihood -1122.018 Hannan-Quinn criter. 71.75747

F-statistic 9.765329 Durbin-Watson stat 1.973937

Prob(F-statistic) 0.000211

Page 62: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

A-4

Hasil Uji Heteroskedastisitas Double Log Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.990241 Prob. F(19,12) 0.5232

Obs*R-squared 19.53837 Prob. Chi-Square(19) 0.4228

Scaled explained SS 10.28872 Prob. Chi-Square(19) 0.9455

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/19/17 Time: 13:08

Sample: 1 32

Included observations: 32

Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -27.35606 59.80487 -0.457422 0.6555

LOGSUHU 21.31772 75.75770 0.281394 0.7832

LOGSUHU^2 -4.984810 16.22098 -0.307306 0.7639

LOGSUHU*LOGCURAHHUJAN -4.443604 5.030282 -0.883371 0.3944

LOGSUHU*LOGLUASLAHAN 6.334284 3.548038 1.785292 0.0995

LOGSUHU*LOGPENDIDIKAN -23.91120 12.84745 -1.861164 0.0874

LOGSUHU*LOGTENAGAKERJA 1.716354 4.967811 0.345495 0.7357

LOGCURAHHUJAN 7.817225 16.78426 0.465747 0.6497

LOGCURAHHUJAN^2 0.174460 0.271860 0.641725 0.5331

LOGCURAHHUJAN*LOGLUASLAHAN 0.280320 0.606207 0.462416 0.6521

LOGCURAHHUJAN*LOGPENDIDIKAN -1.826133 1.084797 -1.683387 0.1181 LOGCURAHHUJAN*LOGTENAGAKERJ

A -0.161014 1.541629 -0.104444 0.9185

LOGLUASLAHAN -13.75596 12.08870 -1.137919 0.2774

LOGLUASLAHAN^2 -0.146284 0.524042 -0.279146 0.7849

LOGLUASLAHAN*LOGPENDIDIKAN 0.972644 2.474330 0.393094 0.7011

LOGLUASLAHAN*LOGTENAGAKERJA 0.580924 1.465169 0.396490 0.6987

LOGPENDIDIKAN 46.91090 39.74814 1.180204 0.2608

LOGPENDIDIKAN^2 -0.804938 2.840499 -0.283379 0.7817

LOGPENDIDIKAN*LOGTENAGAKERJA -1.468729 4.181256 -0.351265 0.7315

LOGTENAGAKERJA^2 -0.228442 0.572111 -0.399296 0.6967 R-squared 0.610574 Mean dependent var 0.010534

Adjusted R-squared -0.006017 S.D. dependent var 0.013519

S.E. of regression 0.013559 Akaike info criterion -5.494318

Sum squared resid 0.002206 Schwarz criterion -4.578233

Log likelihood 107.9091 Hannan-Quinn criter. -5.190662

F-statistic 0.990241 Durbin-Watson stat 1.705880

Prob(F-statistic) 0.523171

Page 63: ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR …

A-5

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Marlina Rachmawaty Tempat, Tanggal Lahir : Tarakan, 4 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Perumahan Bumi Asri blog H.77.A, Bandar Lampung Agama : Islam Pendidikan Formal : 1996-1998 : TK HANG THUA, Tarakan 1998 -2000 : SD PERTAMINA, Tarakan 2000 -2004 : SD IMMANUEL, Bandar Lampung 2004-2007 : SMP IMMANUEL, Bandar Lampung 2007-2010 : SMA IMMANUEL, Bandar Lampung 2010-2016 : Universitas Katolik Parahyangan, Bandung