essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

7
Benih lokal sebagai harapan masa depan pangan Indonesia Negara Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai negara agraris. Negara yang menggantungkan perekomoniannya pada sektor pertanian. Pada masa itu pekerjaan dibidang pertanian dianggap rendah dan tidak ada harganya. Masyarakat lebih menghargai pekerjaan di kantor sebagai guru atau yang lainnya. Karena bekerja di bidang pertanian dianggap hanya untuk orang yang tidak berpendidikan dan orang miskin. Petani pada masa sekarang adalah mereka yang sudah berumur dan biasanya dilator belakangi oleh faktor ekonomi yang kurang mencukupi, sedangkan untuk anak muda lebih cenderung menggemari serta menekuni pekerjaan di bidang lain misalnya industri dan sebagainya. Oleh karena itu pemerintah pada saat pertengahan abad 19-an tepatnya 1960an melakukan pengubahan sektor pertanian menjadi sektor industri. Perubahan ini berdampak sangat besar bagi masyarakat Indonesia sendiri. Mulailah pembukaan lahan-lahan potensial diubah menjadi lahan untuk industri. Aneh memang dengan perkembangan yang sangat pesat ini berdampak pada sektor pertanian Indonesia. Hal ini mengakibatkan pertanian terpuruk karena seiiring dengan pertambahan penduduk dan penyempitan lahan pertanian. Padahal pada tahun 1970-an Indonesia mengalami kejayaan besar karena bisa swasembada beras. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan.

Upload: suci-mayang-sari

Post on 04-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

essay file for world food day 2015 -

TRANSCRIPT

Page 1: essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

Benih lokal sebagai harapan masa depan pangan Indonesia

Negara Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai negara agraris. Negara yang menggantungkan perekomoniannya pada sektor pertanian. Pada masa  itu pekerjaan dibidang pertanian dianggap rendah dan tidak ada harganya. Masyarakat lebih menghargai pekerjaan di kantor sebagai guru atau yang lainnya. Karena bekerja di bidang pertanian dianggap hanya untuk orang yang tidak berpendidikan dan orang miskin. Petani pada masa sekarang adalah mereka yang sudah berumur dan biasanya dilator belakangi oleh faktor ekonomi yang kurang mencukupi, sedangkan untuk anak muda lebih cenderung menggemari serta menekuni pekerjaan di bidang lain misalnya industri dan sebagainya.

Oleh karena itu pemerintah pada saat pertengahan abad 19-an tepatnya 1960an melakukan pengubahan sektor pertanian menjadi sektor industri. Perubahan ini berdampak sangat besar bagi masyarakat Indonesia sendiri. Mulailah pembukaan lahan-lahan potensial diubah menjadi lahan untuk industri. Aneh memang dengan perkembangan yang sangat pesat ini berdampak pada sektor pertanian Indonesia. Hal ini mengakibatkan pertanian terpuruk karena seiiring dengan pertambahan penduduk dan penyempitan lahan pertanian. Padahal pada tahun 1970-an Indonesia mengalami kejayaan besar karena bisa swasembada beras.

Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan.

Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktivitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktivitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Walaupun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor. Karena tidak sebandingnya jumlah penduduk dan lahan yang tersedia untuk pertanian maka tidak akan mungkin Indonesia bahkan negara di dunia mengalami krisis pangan.

Krisis pangan saat ini adalah sebagai bahan perdebatan dunia internasional. Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization) pada Juli 2015, China tercatat sebagai negara penghasil beras terbesar di dunia diikuti India dan Indonesia. Jika melihat hasil pangan di Indonesia sendiri masih devisit, dan banyak mengimpor beras dari negara lain. Misalnya: Thailand, Philipina, Vietnam. Dunia pertanian di dunia sendiri diprediksi akan

Page 2: essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

mengalami penurunan dan mengalami krisis pangan. Hal ini mungkin juga berdampak pada hasil pangan di Indonesia sendiri. Hasil yang sangat mengejutkan bagi bangsa Indonesia sendiri adalah mempunyai banyak lahan yang potensial untuk bertanam tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik dan dikolola dengan baik pula.

Pada tanggal 31 Desember 2015 Indonesia akan diserang oleh era pasar bebas ASEAN pada tahun 2015. Pasar bebas ASEAN merupakan hasil kesepakatan negara-negara ASEAN yang memutuskan tidak adanya biaya tambahan untuk barang-barang impor masuk ke dalam negeri. Hal tersebut berdampak positif sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat Indonesia, tetapi hal tersebut dapat membawa dampak buruk bagi Indonesia. Indonesia perlu mempersiapkan segala sektor ketahanan dan keamanan, ekonomi, serta sosial budaya. Adanya peleburan negara-negara ASEAN dapat membentuk budaya baru di masyarakat, melemahkan ketahanan Indonesia terutama di wilayah perbatasan, serta dapat mempengaruhi pendapat dalam negeri. 

Terutama akan berdampak pada ketahanan pangan lokal Indonesia,  pengamat ekonomi politik IGJ mengatakan, dengan kurang cermatnya pemerintah dalam menghadapi strategi perekonomian Indonesia saat ini, sangat berdampak negatif terhadap rakyat Indonesia.

Dampaknya bagi Indonesia yaitu meningkatnya ketergantungan akan impor hasil pertanian dan pangan, dominasi perusahaan asing dalam menghasilkan produk pertanian dan pangan, dan hancurnya produk rakyat akibat standarisasi. Selain itu juga berdampak pada meluasnya konflik agraria antara petani dengan perusahaan pertanian dan pangan, serta meningkatnya utang untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan.

Pada hakekatnya, banyak faktor yang menyebabkan kekurangan beras yang terjadi pada Bangsa Indonesia sehingga menyebabkan terjadinya impor beras, bukanlah disebabkan oleh lahan pertanian yang kurang luas maupun petani yang tidak mampu menanam padi. Akan tetapi akar masalah dari kasus ini disebabkan oleh tingkat produktivitas nasional yang sangat rendah. Sementara, kita tahu produktivitas pertanian sangatlah ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Keberhasilan dalam swasembada pangan pada masa lampau telah mampu diraih. Tantangannya sekarang adalah mampukah kita mengulang kembali keberhasilan itu dan terus berusaha mengembangkan produktivitas nasional melalui benih lokal.

Benih merupakan salah satu input produksi utama bagi petani. Adalah tugas seorang petani untuk memelihara dan menjadikan benih sebagai sumber makanan. Martabat seorang petani bergantung dari kemampuannya untuk memelihara dan menghasilkan benih untuk kelangsungan hidup manusia di dunia. Oleh karenanya, kedaulatan petani atas benih merupakan hak azasi yang harus dimiliki oleh petani untuk menegakkan kedaulatan pangan.

Namun faktanya, hingga saat ini benih menjadi salah satu sumber ketergantungan dan menjadikan petani sebagai objek eksploitasi perusahaan agribisnis yang didominasi oleh perusahaan transnasional.

Dupont, Monsanto, Syngenta, Bayer, Limagrain, Dow Aventis dan Charoen Phokphand kini berhasil merajai pasar benih dunia melalui akuisisi produsen-produsen benih skala kecil. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa 67 persen pasar benih dunia hanya dikuasai oleh 10 perusahaan. Invasi benih perusahaan agribisnis transnasional yang masif sejak diberlakukannya

Page 3: essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

revolusi hijau di dekade 70-an telah menghilangkan kedaulatan petani dalam mengakses benih. Lebih dari 10.000 varietas padi lokal hilang sejalan dengan hilangnya kemampuan petani dalam menyilangkan dan menghasilkan varietas padi lokal. Saking tergantungnya terhadap benih hibrida pemerintah bahkan mengimpor  benih hibrida  yang di antaranya terinfeksi oleh virus dan harus segera dimusnahkan.

Ketergantungan petani terhadap benih hibrida makin diperparah dengan tidak berpihaknya hukum terhadap petani. Dalam hal perbenihan,  petani seringkali dikriminalisasi. Salah satu kasus yang mencuat adalah tuduhan pencurian benih dan sertifikasi liar terhadap petani  yang melanggar UU No 12/1992 tentang sistem budi daya tanaman.

Selain itu, UU No 29/2000 tentang perlindungan varietas tanaman (UU PVT) justru menegasikan petani dan hanya mengakomodir kepentingan pemulia tanaman. Undang-undang tersebut mendikotomikan petani denngan pemulia tanaman, dimana petani dan pemulia tanaman berada dalam dua entitas berbeda.

Hak petani adalah hak untuk menggunakan benih (ketersediaan, keterjangkauan, memilih benih dan mengembangkan benih sendiri), sementara itu hak pemulia adalah hak untuk memperdagangkan benih. Hal ini sangat bertentangan dengan filosofis bertani bagi petani. Meskipun saat ini sebagian besar petani mengkonsumsi benih hibrida dari perusahaan agribisnis. Pada hakikatnya, benih yang dihasilkan tersebut adalah mahakarya dari petani itu sendiri. Petani adalah penghasil, pemulia dan sekaligus pengguna benih. Dengan kata lain, benih adalah karya yang dihasilkan dari oleh dan untuk petani.

Negara terbaik ialah negara yang sudah bisa mandiri dan berdaulat secara pangan. Salah satu cara untuk berdaulat adalah dengan menghasilkan dan mengembangkan benih secara mandiri. Sayangnya Indonesia belum dikatakan berdaulat secara pangan, karena Indonesia belum memiliki manajemen pertanian yang baik. Indonesia masih mengalami masalah peralihan lahan, tingginya harga benih, dan bergantung pada produk import. Kita perlu mendorong agar produksi pangan selalu tercukupi sehingga tidak bergantung pada pasokan atau produksi dari luar

Dahulu benih tidak dikelola langsung oleh petani, sedangkan petani harus membeli benihnya terlebih dahulu. Kemudian petani mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk merevisi Undang-Undang terkait dan MK menyetujui gugatan tersebut. Kini petani sudah memiliki hak untuk membudidayakan benih dan memproduksinya secara mandiri. Namun hal ini justru menganggu stabilitas penjualan benih, karena institusi atau perusahaan besar yang membeli benih langsung dari petani dapat dengan mudah merubah dan manaikkan harga jual benih kepada konsumen. Dari kedua permasalahan tersebut, kami merasa Indonesia belum bisa dikatakan berdaulat dari segi pangan.

Benih sangat penting, karena seluruh pangan berasal dari benih. Ketika kita tidak mandiri dalam memproduksi benih, artinya secara produksi kita masih dikontrol oleh orang lain. Oleh karena itu, kunci dari kedaulatan pangan ialah kemandirian terhadap benih. Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah tentu tidak duduk diam saja. Mereka sudah melakukan banyak upaya, salah satunya membuat regulasi mengenai pengelolaan benih.

Page 4: essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

Implementasi regulasi di Indonesia terkait hal tersebut yaitu kita memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama PT. Sang Hyang Seri (Persero), yang mengurusi produksi benih seperti benih pangan, benih jagung, dan lain-lain. Akan tetapi, benih yang diproduksi oleh PT. Sang Hyang Seri belum memenuhi kebutuhan benih secara nasional. Berdasarkan data yang peroleh, PT. Sang Hyang memberikan produksi benih padi sebesar 35% dari kebutuhan nasional. Sisanya, sebesar 65%, kita masih dipasok oleh perusahaan-perusahaan multinasional? Betul.

Bagaimana cara menghasilkan benih?

Dengan berpatok kepada keragaman hayati di masing-masing daerah. Jadi kearifan lokal yang kita dorong. Dahulu dikenal dengan Revolusi Hijau. Setiap daerah harus menanam padi yang sama, padahal setiap daerah memiliki karakteristik berbeda-beda. Jadi harus dilakukan proses diversifikasi pangan. Benih itu akan dikembalikan ke masyarakat lokal. Pasalnya masyarakat lokal sudah secara turun-temurun melakukan pemuliaan benih sehingga mereka memahami cara-cara terbaik menangani masalah pemuliaan benih. Salah satunya ialah masalah kekeringan akibat El Nino, benih lokal tetap lebih bertahan daripada benih yang kita ambil dari luar. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah kering dan untuk menyiasati pemuliaan benih, masyarakat lokalnya menerapkan konsep lumbung. Setiap kali panen, mereka langsung memasukkan hasil panen ke lumbung, kemudian dibagi untuk makanan atau untuk benih. Ketika masyarakat lokal bisa mengatur pangan mereka sendiri, maka kebutuhan selama setahun akan tercukupi.

Pemerintah telah berupaya keras untuk mengatasi masalah kekurangan beras di Indonesia. Tetapi kebijakan yang satu ini saya rasa bukanlah solusi tepat untuk memecahkan masalah di atas. Pemerintah mencoba mendatangkan bibit unggul berkualitas dari luar yang dipercaya mampu mendongkrak produktivitas dalam negeri. Namun, pada kenyataannya para petani harus mengeluarkan biaya produksi yang cukup besar dengan hasil panen yang kurang memuaskan. Di samping biaya mahal, benih impor juga rentan terserang hama penyakit dan lebih boros dalam pemakaian pupuk.

Ketua Presidium Ikatan Produsen Benih Hortikultura (IPBH) Slamet Sulistyono di Jember, Jawa Timur, mengatakan, produksi benih yang dihasilkan industri benih lokal mampu bersaing dengan benih impor maupun produksi perusahaan asing."Benih impor tidak sesuai dengan iklim di Indonesia, bahkan daya adaptasinya rendah," katanya.Dia menyatakan, industri benih lokal sesungguhnya mampu memenuhi seluruh kebutuhan benih hortikultura dalam negeri karena kapasitas produksinya melebihi permintaan. 

Hal ini termasuk kedalam bisnis idealis, kalau benih lokal sudah dikuasai asing, sama saja menyerahkan kedaulatan pangan ke asing. Selain membutuhkan anggaran yang besar untuk mendatangkan benih tersebut, kita juga harus tahu bahwa benih itu memang tidaklah cocok ditanam di Indonesia. Dengan demikian subsidi yang digunakan untuk mendatangkan benih dari luar negeri bisa dialokasikan untuk mengembangkan benih lokal. Dengan benih lokal, Bangsa Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dunia.

Hal tersebut tentu bukanlah keinginan yang berlebihan karena banyak petani yang telah membuktikan keberhasilan panen yang luar biasa dengan menggunakan benih lokal. Memang, dalam konteks agronomi, benih merupakan dasar dimulainya proses budidaya. Dengan memahami dan dilakukannya edukasi penerapan teknologi terhadap benih petani, petani bisa

Page 5: essay benih lokal untuk masa depan ketahanan pangan

mengurangi ketergantungan terhadap perusahaan benih serta turut mempraktekkan kearifan lokal yang telah dipadukan dengan keilmuan yang telah teruji. Soekarno pernah berkata “Barang siapa menguasai benih dia akan menguasai pangan dan barang siapa menguasai pangan, dia akan menguasai dunia”. Dan kini yang diperlukan tinggal dukungan dan kesungguhan pemerintah terhadap produsen-produsen benih lokal dalam upaya mempertahankan kedaulatan perbenihan hortikultura nasional seperti diamanatkan dalam UU no 13 tahun 2010.