esm 06 bab v. upah tenaga kerja
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB V. UPAH TENAGA KERJA
A. Latar Belakang
Pandangan orang tentang tingginya tingkat upah boleh dikatakan tidak
berubah, yaitu asal mencukupi. Sisi lain dari mencukupi adalah kewajaran.
Berikut ini diuraikan beberapa konsep tersebut.
1. Malthus
Salah satu tokoh mazhab klasik ini meninjau upah dalam kaitannya dengan
perubahan penduduk. Upah adalah harga penggunaan tenaga kerja. Oleh karena
itu, tingkat upah yang terjadi adalah karena hasil bekerjanya permintaan dan
penawaran.
Sudut pandang kaum klasik bertitik tolak dari sisi penawaran (supply side
economies). Tingkat upah, sebagai harga penggunaan tenaga kerja, ditentukan
Perbedaan Upah dan Penggunaan Tenaga Kerja
Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah menyelesaikan mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia (pada akhir semester), mahasiswa program studi Sosial Ekonomi Perikanan/ Agrobisnis Perikanan semester VII akan dapat memahami permasalahan dan solusi dalam pengelolaan sumber daya manusia di pasar tenaga kerja serta berbagai dinamika ketenagakerjaan.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Setelah membaca bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan pendapat para ahli mengenai upah wajar, teori upah produktivitas, struktur upah eksternal dan internal, dinamilka pengupahan
57
oleh penawaran tenaga kerja dimana sumber utama penawaran tenaga kerja adalah
penduduk usia kerja.
Bila penduduk bertambah, penawaran tenaga kerja juga bertambah, maka
hal ini menekan tingkat upah. Sebaliknya secara simetris tingkat upah akan
menaik bila penduduk berkurang sehingga penawaran tenaga kerja pun berkurang.
Oleh karena itu, dilihat dari sisi lain, usaha menaikan tingkat upah tidak akan
bermanfaat dalam jangka panjang, sebab bila upah lebih tinggi dari semula,
diperkirakan orang akan menjadi makmur sehingga ada kecendrungan untuk
mempunyai keluarga besar. Perubahan sikap tersebut membawa dampak
menaikkan tingkat upah, karena dalam jangka panjang upah akan turun kembali
ke tingkat semula.
Sebaliknya bila ada usaha untuk menurunkan tingkat upah, maka
kemakmuran akan berkurang. Penurunan kemampuan ekonomis ini akan
menyebabkan orang berhemat. Orang memilih jumlah anak sedikit.
Berkurangnya tingkat penduduk akan mengangkat tingkat upah ke atas menuju ke
tingkatnya semula. Jadi, dalam jangka panjang tingkat upah akan naik turun sesuai
dengan perubahan jumlah penduduk dan akhirnya selalu kembali ke tingkat
semula.
2. John Stuart Mills
Mills adalah seorang tokoh mazhab klasik yang berpendapat bahwa
tingkat upah juga tidak akan beranjak dari tingkatnya semula, namun dengan
alasan berbeda.
Menurutnya, dalam masyarakat tersedia dana upah (wage funds) untuk
pembayaran upah. Pada saat investasi sudah dilaksanakan, jumlah dana tersebut
58
sudah tertentu. Jadi tingkat upah tidak akan berubah jauh dari alokasi tersebut.
Dari dua tokoh klasik ini dapat disimpulkan ada kesan pesimis bahwa tingkat
upah hanya akan berkisar pada tingkat upah yang rendah.
Seberapa tingkat yang rendah tersebut, yaitu berada di tingkat yang dapat
mempertahankan kehidupan. Mempertahankan mempunyai implikasi mengacu
pada apa yang ada atau yang lalu. Bila yang lalu rendah, maka yang akan datang
rendah.
Masa dimana pendapat ini berkembang secara kebetulan bertepatan
dengan terjadinya revolusi industri yang menyerap tenaga kerja secara massal
dengan upah rendah. Disamping karena rendahnya keterampilan mereka, hal ini
juga karena sikap kurang menghargainya pimpinan usaha terhadap peranan tenaga
kerja.
3. Kelompok Neoklasik
Inti usulan yang diajukan adalah bahwa tingkat upah bisa saja tinggi asal
sesuai dengan produk marginalnya. Menurut mahzab ini, tingkat upah cenderung
sama dengan nilai pasar dari produk marginal. Mahzab ini, memberi
kemungkinana bahwa tenaga kerja pada tingkat mikro tidak homogen karena
tingkat upah juga tidak sama untuk semua tenaga kerja. Setiap tingkat kualitas
tenaga kerja terdapat suatu tingkat produk marginal dan satu tingkat upah.
Kualitas tenaga kerja merupakan dasar bagi pencapaian produktivitas.
Kualitas ini tergantung atas modal insani pada diri tenaga kerja seperti pendidikan
latihan, pengalaman kerja dan kesehatan mereka.
Dari pembahasan permintaan tenaga kerja tersirat tentang kesimpulan
tersebut pada titik optimal produsen.
Ekonomi Sumberdaya Manusia
E0
0 TKTK1TK0
U00
U12
E1
STK
DTK
DTK
59
Bila kualitas TK bertambah, maka NPM bergeser ke kanan ke arah NPM1,
sehingga dengan tingkat penggunaan input TK sebanyak TK0 tingkat upah naik
menjadi U1 dari Uo. Tingkat upah yang terjadi di pasar sesungguhnya sudah
barang tentu dipengaruhi oleh mekanisme pasar.
U = NPM
(W=VMP=MRP)
Gambar 14. Kurva titik optimal produsen
Keuntungan yang diperoleh dari kenaikan kualitas bersifat ganda. Pada
satu pihak pengusaha berusaha membayar upah lebih tinggi, yaitu dari U00 ke U1
2
dan bersedia pula mempekerjakan jumlah TK yang lebih banyak, yaitu naik dari
TK0 ke TK1.
Gambar 15. Kurva tingkat upah ditentukan oleh mekanisme pasar4. Kelembagaan
TK0
NPM1
NPM
TK
U1
0
U0
60
Dalam zaman modern sekarang muncul berbagai organisasi masyarakat
yang seringkali dapat meluncurkan tekanan kelompok (group pressurre) untuk
mencapai kepentingannya, misalnya serikat buruh dan ikatan para pengusaha. Adu
kekuatan dalam kaitannya dengan penentuan tingkat upah dapat digambarkan
sebagai berikut.
UMIC
B STK
= AICUb
A
Uc CNPM
O TKc TKa TK
Gambar 16. Kurva tingkat upah menurut kelembagaan
Kita baca NPM dalam gambar tersebut sebagai DTK dan kita baca STK
sebagai AIC (average input cost). Pada posisi pada gambar di atas, titik
ekuilibrium yang terjadi cenderung menuju ke A. Namun, pengusaha mengambil
keputusan tentang berapa banyak TK yang akan dipekerjaan tidak dengan
menyamakan NPM dengan AIC melainkan MIC-nya. Dengan struktur AIC seperti
itu, dimana lerenganya positif jelas bahwa MIC selalu berada di atas AIC.
Tambahan biaya harus lebih besar dari hanya rata-rata yang lalu agar biaya rata-
rata naik.
Lereng yang menaik pada kurun AIC (STK) menunjukkan bahwa tingkat
upah yang lebih tinggi tidak hanya berlaku bagi tambahan tenaga kerja yang di
Ekonomi Sumberdaya Manusia
61
angkat melainkan berlaku juga bagi tenaga kerja yang sudah bekerja di unit usaha
tersebut, oleh karena itu kenaikan biayanya juga semakin besar.
Ditinjau dari segi lain, setiap pengangkatan pasti didahului dengan seleksi.
Pada seleksi awal atau pertama ini diharapkan diangkat orang-orang pilihan.
Makin banyak tenaga kerja yang dipakai, makin sedikit kemungkinan bahwa kita
berhasil mendekati yang ideal. Dalam proses ini terpaksa diangkat orang-orang
yang semakin jauh dari kualitas ideal. Hal inlah yang juga menyebabkan MIC
naik dengan cepat.
Tambahan biaya yang naik dengan cepat tersebut merupakan rem bagi
perluasan penggunaan TK. Tidak seluas TK melainkan hanya TKc. Bila TKc
digunakan , maka ada dua alternatif tingkat upah yang dapat diberlakukan, Ub atau
Uc. Pihak buruh melalui serikat buruh (misalnya SPSI) menghendaki tingkat upah
yang lebih tinggi. Namun, mereka tidak dapat memaksa perusahaan membayar
tingkat upah yang lebih tinggi daripada Uc. Tingkat ini merupakan batas maksimal
sesuai dengan keadaan produktivitas Tk.
Sebaliknya, pihak perusahaan lebih senang bila hanya harus membayar
tingkat upah lebih rendah. Namun, pihak perusahaan tidak dapat menekan tingkat
upah menjadi lebih rendah daripada Uc, karena dibawah tingkat ini pihak buruh
tidak bersedia lagi menawarkan tenaga kerjanya.
Jadi, ada dua kekuatan yang mempunyai preferensi tingkat upah yang
berbeda. Karena upah merupakan bagian dari kesempatan yang terangkum dalam
hubungan kerja, maka pertanyaannya adalah pada tingkat upah yang mana
cenderung sepakat. Tingkat kesepakatan yang terjadi tergantung pada kekuatan
tawar menawar (bargaining power) masing-masing pihak. Bila pihak buruh yang
62
lebih kuat, tingkat upah yang terjadi mendekati Ub. Namun, sebaliknya, bila pihak
perusahaan yang mempunyai kedudukan tawar menawar yang lebih kuat, tingkat
upah cenderung berada pada tingkat mendekati Uc.
B. Teori Upah Produktivitas
Seperti telah dinyatakan dimuka, produktivitas merupakan acuan pokok
bagi pihak perusahaan dalam menentukan upah. Ini berlaku bagi masukan lain,
yaitu modal seperti terlihat pada hubungan berikut ini.
Kita tulis fungsi produksi :
Q = f (m, TK)
Bila kita menambah M dan atau TK, kita akan memperoleh tambahan Q
sesuai dengan produktivitas masing-masing masukan.
Bila M dam TK ditambah senilai dengan satu rupiah masing-masing, maka
:
əQ əQdQ = RP 1,- + RP 1,-
əM əTK
əQ əQ = RP + RP
əM əTK
Bila dQ kita jual, penerimaannya sama dengan
pendapatan marginal (RM) atau marginal revenue (MR) :
əQ əQRM = RP + RP
əM əTKSeperti kita ketahui perusahaan ada pada posisi optimal, bila :
Ekonomi Sumberdaya Manusia
63
RM = BM(MR = MC)
Jadi, biaya marginal sama dengan ruas kanan : əQ əQ
RM = RP + RP
əM əTKBiaya marginal berasal dari tambahan biaya modal dan tambahan biaya
tenaga kerja.
Maka terjadi hubungan berikut :
əQ əQBM = RP + RP
əM əTK
Seperti diketahui BTK tidak lain adalah tingkat upah U (= W) dan
adalah PMTK (= MPL) sehingga U = PM TK (W=MPL) atau bahwa tingkat upah
sama dengan nilai rupiah produk marginal.
Sudut pandang ini, didasarkan atas kepentingan perusahaan yang melihat
upah dari sisi biaya. Dari kacamata tenaga kerja upah dianggap sebagai sumber
penghasilan pokok atau disebut human income.
Sebagai sumber pendapatan, tenaga kerja ingin agar upah mencukupi. Ada
dua hal penting dalam kaitannya dengan pembahasan sekarang ini.
Pertama, tingkat upah perlu mencukupi kebutuhan dan yang kedua
tingginya diinginkan agar sesuai dengan harapan ekonomis. Kebutuhan hidup
seseorang mencakup kebutuhan seluruh anggota rumah tangganya yang intinya
terdiri atas istri dan anak-anaknya. Jelas sangatlah sulit agar dapat dikatakan
benar-benar memenuhi kebutuhan. Kriteria kebutuhan dasar (basic needs) pun
masih sangat relatif dan dengan sendirinya bervariasi. Dalam hal ini, faktor sosial
budaya mempunyai peranan yang besar.
64
Faktor yang menjadi pertimbangan bagi pemasok tenaga kerja lebih
bersifat ekonomis, yaitu bahwa upah harus sepadan dengan pengeluaran investasi
untuk membentuk modal insani untuk meraih sesuatu pekerjaan berupa keahlian,
keterampilan atau pengetahuan tertentu. Bekal tersebut diperoleh melalui
pendidikan, latihan atau pengalaman kerja yang harus dibayar biayanya. Semua
pengeluaran untuk memperoleh bekal tersebur harus dapat ditebus kembali
melalui aliran pendapatan selama menjabat pekerjaan tersebut. Bila akumulasi
aturan pendapatan dengan memperhitungkan tingkat bunga ( dan tingkat inflasi )
yang berlaku melebihi jumlah pengeluaran investasinya, maka orang tersebut akan
merasa untung. Sebaliknya, bila aliran pendapatan berjumlah kurang dari
investasi dia akan merugi. Dalam hal pertama dia akan menerima pekerjaan yang
menjanjikan aliran pendapatan tersebut dan dalam hal kedua dia akan enggan
untuk menerimanya.
Bila upah kita sebut sebagai return (R) dan investasi sebagai biaya (B)
sedangkan tingkat bunga adalah I dan untuk sementara tingkat bunga sudah
dianggap mewakili tingkat inflasi, maka pertimbangan untuk bersedia menerima
atau enggan menerima pekerjaan didasarkan atas hubungan berikut ini :
k RgBo ( 1= i ) t = £
j = 1 ( I + i )g
Hubungan tersebut kita baca sebagai berikut. Nilai sekarang dari investasi
yang lalu (Bo) sama dengan nilai dari aliran pendapatan upah yang akan
diterimanya. Bila ruas kanan sama atau lebih besar daripada ruas kiri orang
tersebut akan bersedia menerima pekerjaan dengan upah R tersebut. Bila lebih
kecil dia akan enggan menerimanya. Di sini digunakan kata enggan karena
Ekonomi Sumberdaya Manusia
65
seringkali dalam hal terakhir ini dia terpaksa menerima meskipun dengan rasa
enggan. Bila kita kaitkan dengan masalah penentuan tingkat upah yang wajar,
maka hubungan tersebut di atas kita baca sebagai upah (R) sedemikian rupa
sehingga pemasok tenaga kerja bersedia menerimanya. Bila R sudah ditemukan,
tingkat upah U dengan mudah dapat dihitung tergantung pada satuan hitungnya,
menurut waktu, produk ataupun borongan.
Produktivitas dilihat dari pemasok tenaga kerja dapat dengan mudah
membagi pendapatan upah R dengan pengeluaran investasi Bo yang kita beri nama
lain rate of return (r).
Rr =
Bo
Ketidaksamaan / kesamaan tersebut di muka dijamin bila r = ≥ i.
Bila “ tingkat upah” atau rate of return lebih besar dari tingkat biaya
bunga, orang tersebut akan menerima pekerjaan yang menjanjikan tingkat upah
tersebut, sekali lagi r dan I dapat kita lihat dalam pengertian inreal terus, yaitu
kita koreksi dengan tingkat inflasi.
C. Struktur Upah Eksternal
Di muka sudah dinyatakan bahwa tingkat upah tidak naik, tetapi sangat
beragam. Berbagai tingkat upah tersebut berkaitan dalam suatu struktur tertentu.
C.1. Sektoral
Struktur upah sektoral mendasarkan diri pada kenyataan bahwa
kemampuan satu sektor berbeda dengan sektor lain. Sektor pertanian misalnya
66
pada umumnya cenderung menawarkan tingkat upah yang lebih rendah daripada
sektor yang lebih membutuhkan keterampilan atau kemampuan. Bank swasta
apalagi asing cenderung memberikan tingkat upah yang lebih tinggi daripada bank
milik pemerintah yang bergerak di sektor pertanian rakyat.
Perbedaan karena alasan kemampuan ini tidak dapat dihilangkan.
Kemampuan finansial perusahaan ditopang oleh nilai produksi di pasar. Nilai
penjualan produksi di pasar tergantung kekuatan permintaan dan penawaran.
Diforum ini, produktivitas menjadi agak kurang relevan. Perbedaan tersebut
dapat di ilustrasikan dalam gambar berikut.
NPMx
NPMy
A
Ua
Ub B
C
PMA = PMB
TK di sekitar x dan y
O A di X B di Y
Gambar 17. Struktur upah sektoral
Untuk memurnikan peranan sektor, kita asumsikan bahwa A dan B
dipekerjakan dalam skala masuk TK yang dipergunakan oleh kedua perusahaan
tersebut, sehingga tingkat produktivitasnya juga sama, yaitu setinggi C. Namun,
Ekonomi Sumberdaya Manusia
67
produk marginal untuk jenis barang sektor X dihargai lebih tinggi di pasar
daripada untuk jenis barang sektor Y, sehingga perusahaan dimana A bekerja
mampu membayar upah setinggi Ua yang lebih tinggi daripada yang dibayarkan
oleh perusahaan dimana B bekerja yaitu setinggi Ub. Dalam bahasa sehari-hari
sektor X tergolong basah dan sektor Y kering.
C.2. Jenis Jabatan
Upah mungkin juga berbeda karena perbedaan jenis jabatan. Dalam batas-
batas tertentu jenis-jenis jabatan sudah mencerminkan jenjang organisatoris atau
keterampilan. Jenis jabatan merupakan simbul dari berbagai faktor misalnya isi
jabatan, jenis keterampilan menurut isi jabatan, jenjang organisatoris, dan
sebagainya. Jadi, perbedaan upah karena jenis jabatan merupakan perbedaan
formal.
C.3. Geografis
Perbedaan upah lainnya mungkin disebabkan karena letak geografis
pekerjaan. Kota besar cenderung memberikan upah yang lebih tinggi daripada
kota kecil atau pedesaan.
C.4. Keterampilan
Perbedaan upah yang disebabkan oleh perbedaan keterampilan adalah
jenis perbedaan yang paling mudah dipahami. Biasanya jenjang keterampilan
sejalan dengan jenjang berat ringannya pekerjaan.
C.5. Seks
Hanya karena perbedaan seks, seringkali upah golongan wanita lebih
rendah daripada apa yang diterima laki-laki, ceteris paribus.
68
C.6. Ras
Meskipun menurut hukum formal perbedaan upah karena ras tidak boleh
terjadi, namun kenyataannya perbedaan itu ada. Hal ini mungkin karena produk
kebudayaan masa lalu, sehingga terjadi stereo type tenaga menurut ras atau daerah
asal.
C.7. Lain-Lain Faktor
Daftar penyebab perbedaan ini mungkin dapat diperpanjang dengan
memasukkan faktor-faktor lain, seperti masa hubungan kerja. Ikatan kerja yang
lebih panjang cenderung menawarkan upahyang lebih rendah daripada yang
bersifat pendek.
D. Struktur Upah Internal
Dalam sebuah organisasi biasanya terdapat struktur upah yang teratur.
Kriterianya didasarkan atas isi jabatan. Makin berat tanggung jawab pekerjaan
makin tinggi upahnya. Struktur pengupahan semacam ini mengikuti pada struktur
organisasi yang menjadi wadahnya.
E. Dinamika Pengupahan
Struktur upah bersifat dinamis. Beberapa penyebab dinamiknya adalah
sebagai berikut :
E.1. Produktivitas
Karena produktivitas merupakan sumber yang dapat menambah
pendapatan perusahaan, maka bila produktivitas naik maka upah juga cenderung
naik. Produktivitas berubah karena perbaikan dalam modal tenaga kerja atau
karena perubahan teknologi.
Ekonomi Sumberdaya Manusia
69
E.2. Besarnya Penjualan
Penjualan merupakan sumber pendapatan usaha yang menentukan
kemampuan membayar.
E.3. Laju Inflasi
Bagi sebuah rumah tangga, daya beli merupakan unsur yang penting dari
upah yang diterimanya dan bukan upah nominalnya. Oleh karena itu, laju inflasi
yang digunakan untuk mendeflasikan upah nominal menjadi upah riil sangat
penting.
E.4. Sikap Pengusaha
Kecepatan perubahan tingkat upah tergantung sikap pengusaha dalam
menghadapi hal-hal yang dapat mengakibatkan upah berubah. Sikap pengusaha
dapat dikelompokkan jadi dua, yaitu liberal dan konservatif.
1. Sikap Liberal
Yang dimaksud dengan sikap liberal adalah sikap yang longgar dalam arti
mudah mengizinkan adanya perubahan. Perubahan yang dihadapi biasanya
merupakan kenaikan. Hal-hal yang menyebabkan terbentuknya liberal, antara lain
berikut ini.
(i) Rendahnya proporsi biaya tenaga kerja terhadap biaya total. Kenaikan
yang cukup besar pada upah hanya akan membawa dampak kecil pada
biaya total. Akibatnya juga tidak begitu mendesak untuk segera
menaikkan harga komoditas yang dijual. Oleh karena itu, sikap ini mudah
ditemui di perusahaan yang menggunakan teknik produksi padat modal.
Titik gulung tikar atau titik mati – hidup perusahaan masih belum tersebut,
70
sehingga perusahaan belum segera mengambil sikap keras terhadap
kenaikan upah.
(ii) Elastisitas permintaan komoditi di pasar. Dalam situasi pasar input
dimana elastisitas harganya rendah, maka misalkan pada akhirnya bila
situasi menghendaki bahwa beban kenaikan upah harus digeser ke
konsumen dalam bentuk kenaikan harga maka kenaikan harga ini tidak
akan banyak mempengaruhi kuantitas yang dibeli konsumen. Bahkan
secara teoritis pendapatan usaha justru naik dalam situasi seperti ini.
Dalam hal seperti ini, maka pengusaha sudah tentu tidak ragu-ragu lagi
bila harus menaikan tingkat upah.
2. Sikap konservatif
Sikap konservatif diartikan sebagai sikap hati-hati. Ada beberapa alasan
khusus dalam menghadapi kemungkinan kenaikan tingkat upah, antara lain
sebagai berikut.
(i) Tingginya proporsi biaya tenaga kerja relatif terhdap biaya total.
Kebalikan dari kasus dimuka, maka bila biaya tenaga kerja sangat
dominan dalam struktur biaya perusahaan mengambil sikap sangat hati-
hati dalam menghadapi kenaikan upah. Hal ini disebabkan karena setiap
perubahan sedikit saja pada upah membawa dampak yang besar bagi biaya
total sehingga pengusaha didorong untuk menaikkan harga. Dampak
eksternal inilah yang perlu segera diperhitungkan matang-matang sebelum
meluluskan kenaikan upah.
(ii) Elastisitas permintaan komoditas di pasar .
Ekonomi Sumberdaya Manusia
71
Bila struktur pasar komoditas elastis terhadap perubahan harga, maka
pengusaha juga cenderung hati-hati. Kenaikan upah dapat menaikkan
biaya total yang pada gilirannya mungkin dapat memaksa perusahaan
untuk mengambil pilihan untuk menaikkan harga. Bila hal ini yang
terjadi, maka kenaikan harga akan menurunkan pendapatan karena
besarnya penurunan kuantitas yang dibeli konsumen. Dalam situasi
seperti ini pengusaha akan berada pada posisi terjepit. Pada suatu sisi
harus menghadapi kenaikan harga biaya dan pada sisi lain harus
menghadapi kenyataan turunnya pendapatan. Keadaan terpojok ini
menyebabkan perusahaan segera memasang kuda-kuda dalam menghadapi
masalah tuntutan kenaikan upah.
E.5. Institusional
Peranan serikat pekerja dalam meningkatkan dinamika tingkat upah tidak
segera seperti yang biasa orang gambarkan sebelumnya. Undang-undang
mengharuskan perusahaan besar untuk mengadakan kesepakatan kerja sama
dengan serikat pekerja yang memang diinginkan oleh anggota-anggotanya. Oleh
karena itu, dalam perusahaan –perusahaan di mana sudah ada serikat kerja, tingkat
upahnya diharapkan lebih dinamis mengikuti perkembangan daripada perusahaan
tanpa serikat pekerja. Dalam kelompok kedua ini, tidak ada lembaga yang
memandu pekerja dalam memperjuangkan tingkat upahnya sehingga secara
teoritis mereka akan ketinggalan rekan-rekannya berorganisasi.
Akan tetapi, seorang peneliti bidang ketenagakerjaan, Albert Rees,
menunjukkan bahwa dugaan tersebut tidak selalu terbukti. Justru karena terikat
dalam perjanjian kerja yang biasanya berkisar antara 3-5 tahun, tingkat upah pada
72
perusahaan yang sudah ada serikat pekerjaannya menjadi kurang fleksibel dan
kalah dinamis dengan perusahaan tanpa serikat kerja.
Di sektor pemerintah, pemerintah sebagai “majikan” sangat dominan.
Biasanya sektor ini juga kurang fleksibel sehingga pengupahan di sektor swasta
lebih cepat dapat menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan daripada di
sektor pemerintah.
RINGKASAN
1. Penetapan upah yang wajar berbeda-beda menurut beberapa konsep. Tetapi
secara umum, tingkat upah yang terjadi adalah karena hasil bekerjanya
permintaan dan penawaran dan tingkat upah tidak akan beranjak dari
tingkatnya semula.
2. Dalam menentukan upah, produktivitas merupakan acuan pokok bagi pihak
perusahaan.
3. Berbagai tingkatan upah tenaga kerja berkaitan dengan suatu struktur eksternal
dan internal. Struktur eksternal yang mempengaruhi tingkat upah antara lain
sektoral, jenis jabatan, geografis, keterampilan, seks, ras dan faktor lainnya.
Sedangkan struktur upah internal didasarkan pada struktur organisasi yang
teratur dan kriterianya didasarkan atas isi jabatan.
4. Struktur upah tenaga kerja bersifat dinamis yang antara lain disebabkan oleh
produktivitas, besarnya penjualan, laju inflasi, sikap pengusaha dalam
menghadapi hal-hal yang dapat mengakibatkan upah berubah, dan
institusional.
LATIHAN
Ekonomi Sumberdaya Manusia
73
1. Pengertian tingkat upah yang wajar berbeda-beda menurut beberapa konsep.
Jelaskan konsep tersebut menurut Malthus dan John Stuart Mills.
2. Tingkatan upah tenaga kerja berkaitan dengan struktur eksternal dan internal.
Jelaskan apa saja yang termasuk dalam struktur eksternal dan internal tersebut.
3. Struktur upah tenaga kerja bersifat dinamis yang antara lain dipengaruhi oleh
sikap pengusaha dalam menghadapi hal-hal yang dapat mengakibatkan upah
berubah. Jelaskan mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi S., 2002. Ekonomi Sumberdaya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Divisi Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo, Prof, DR., 2003. Pengembangan Sumberdaya Manusia. PT. Rineka Cipta. Jakarta