esensi judul

11

Click here to load reader

Upload: aprilia-dewi-pramarti

Post on 05-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

metolit

TRANSCRIPT

  • APRILIA DEWI PRAMARTI / I0212019

    KAWASAN INDUSTRI MANUFAKTUR GARMENT DI CILEUNGSI

    Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik

    KOLOM 2: ESENSI JUDUL

    EKSISTENSI

    Munculnya beberapa Negara industri baru yang bergerak dalam industri tekstil dan garmen yang

    telah memberikan tekanan terhadap kemampuan penetrasi ekspor tekstil di Indonesia. mengenai tren

    fashion yang kini berkembang pesat diikuti oleh peningkatan daya beli masyarakat terhadap pakaian.

    Pakaian merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia dalam menunjang penampilan maupun

    sebagai cerminan kepribadian.

    Dahulu, manusia menggunakan pakaian hanya sebatas untuk melindungi atau menutupi bagian

    tubuhnya saja. Kini seiring perkembangan zaman, penggunaan pakaian dapat dilatarbelakangi oleh

    faktor social, budaya, daya beli, psikologi, trend, dan lain sebagaianya. Oleh karena itu, kebutuhan akan

    pakaian menjadi hal yang penting dan akan terus meningkat baik dalam permintaan maupun dalam segi

    kualitas. Hal ini harus diimbangi oleh peningkatan jumlah dan kualitas produsen.

    Dengan berkembangnya pakaian yang kini bukan hanya sekedar kebutuhan melainkan sebagai

    gaya hidup, maka permintaan pasar akan pakaian pun meningkat. Hal ini juga disebabkan adanya

    peningkatan daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh gaya hidup.

    Pemenuhan kebutuhan akan pakaian ini tidak hanya di dalam Indonesia saja, melainkan dari luar

    negeri juga. Indonesia merupakan salah satu Negara pengekspor produk garmen yang paling besar di

    Asia selain Negara China. Oleh karena itu kualitas produk perlu dijaga agar tetap mampu bersaing

    dengan Negara-negara lainnya. Peningkatan jumlah industri garmen juga perlu diimbangi oleh

    peningkatan kualitas.

    Banyaknya Kawasan industri di Indonesia dibangun hanya untuk memenuhi kebutuhan tempat

    produksi. Pembangunan seringkali tidak mempertimbangkan aspek lingkungan social. Mulai dari

    dampak limbah, polusi, penggunaan energy dan lingkungan di sekitarnya. Pada Objek Rancang Bangun

  • ini perancangan kawasan industri garment mengambil prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik sebagai

    pendekatan perancangan bangunan.

    Perkembangan tren fashion yang terus meningkat sehingga kebutuhan akan pakaian terus ada

    Daya beli masyarakat terhadap pakaian jadi terus meningkat

    Pakaian bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan melainkan sudah menjadi gaya hidup

    masyarakat masa kini

    Gaya hidup masyarakat yang terus berkembang dengan adanya unsur globalisasi sehingga banyak

    hal yang dapat memperngaruhi gaya hidup masyarakat masa kini

    Perlunya peningkatan kualitas produksi untuk bersaing dalam bidang ekspor

    Memiliki potensi untuk tersedianya suatu kawasan industri manufaktur garmen

    Sebagai pelopor bangunan industri yang tidak hanya sekedar mementingkan kebutuhan ruang

    dan profit namun juga mementingkan unsur lingkungan di sekitarnya dengan salah satu cara

    yaitu memanfaatkan iklim sebagai sumber energi

    Perlunya Kawasan Industri yang mampu menjadi tempat edukasi bagi masyarakat

    EKSISTENSI

  • PROSPEK

    Keberadaan Objek Rancang Bangunan Industri Garment ini direncanakan memiliki prospek

    jangka panjang yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Keberadaan Industri

    Garmen dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan serta

    mengurangi tingkat pengangguran dengan cara pemberdayaan tenaga kerja dari warga sekitar.

    Dengan perancangan bangunan yang menerapkan unsur-unsur bioklimatik dan

    mempertimbangkan aspek lingkungan, Industri garment ini diharapkan mampu memotivasi para pemilik

    industri lain untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan. Penerapan unsur

    bioklimatik memberikan dampak positif bagi lingkungan. Karena apabila tidak mempertimbangkan

    aspek lingkungan maka kerusakan alam akan timbul di masa yang akan datang dan hal tersebut akan

    menjadi bencana. Baik itu dikarenakan pengolahan limbah yang buruk, polusi udara maupun hal-hal

    lainnya.

    Pada setiap industri pasti menghasilkan sebuah limbah, untuk industri garmen sendiri terdapat

    limbah sisa bahan baku dan limbah air sisa pencucian kain. Untuk limbah sisa bahan baku yang berupa

    potongan-potongan kain dapat diolah kembali menjadi sebuah kerajianan tangan dengan sentuhan

    kreatifitas. Hal tersebut dapat disosialisasikan ke penduduk sekitar untuk mengolah limbah yang

    kemudian dijadikan kerajinan tangan dan menghasilkan uang.

    Gambar 1. Limbah Industri Garmen Sumber: mono-apparel.com

    Gambar 2. Kerajinan tangan hasilpengolahan limbah Sumber: aghniatailor.wordpress.com

  • Dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar serta mengurangi tingkat pengangguran

    Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan industri

    Mampu memotivasi para pemilik industri lain untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan

    dalam pembangunan

    Mengurangi atau setidaknya tidak menambah beban kemacetan lalu lintas pada Jalan

    Menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai proses produksi yang terjadi pada

    industri garment

    Pembuangan limbah sisa produksi dapat diberikan kepada warga sekitar yang kemudian diolah dan

    dapat dijual kembali

    PROSPEK

  • SUSTAINABILITY/DURABILITY

    Sustainable yang dimaksud disini adalah mengenai berapa lama objek rancang bangun mampu

    bertahan terhadap faktor degradasi/kerusakan. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya

    bangunan ataukomponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah

    manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gema bumi, atau sebab lain

    yang sejenis (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2002). Intensitas kerusakan bangunan

    dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

    a. Kerusakan ringan, yaitu kerusakan terutama pada komponen nonstruktural, seperti penutup atap,

    langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi.

    b. Kerusakan sedang, yaitu kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen

    struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

    c. Kerusakan berat, yaitu kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun

    non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana

    mestinya.

    Dalam masa penggunaannya, bangunan mengalami kemunduran akibat kerusakan yang terjadi

    secara alami, ditambah lagi permasalahan yang berhubungan dengan kualitas rancang bangun yang

    rendah, teknik perbaikan dan pemeliharaan yang kurang baik yang mengurangi fungsional bangunan.

    Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan oleh gaya, baik gaya statis maupun gaya

    dinamis. Bentuk kerusakan ini misalnya berupa retakan, patahan, atau pecahan. Kerusakan fisis

    merupakan pelapukan yang disebabkan oleh faktor iklim (suhu dan kelembaban). Perubahan

    suhu dan kelembaban tersebut kadang-kadang terjadi secara mendadak. Gejala pelapukan yang

    terjadi misalnya berupa retakan-retakan mikro, keausan, pengelupasan lapisan cat, perubahan

    warna asli kayu, pemudaran cat dan sebagainya.

    Kerusakan kimia terutama disebabkan oleh air, baik berupa air kapiler maupun air hujan.

    Disamping itu udara yang terpolusi dan unsur-unsur lemak juga merupakan faktor pemacu yang

    tidak bisa diabaikan. Gejala pelapukan yang secara makroskopis teramati misalnya berupa

    pembusukan.

  • Pelapukan secara biotis yang disebabkan oleh pertumbuhan jasad renik. Pertumbuhan jasad

    renik tersebut tidak hanya mengganggu secara estetis saja tetapi juga mampu menimbulkan

    proses pembusukan ataupun noda dari hasil sekresi zat-zat organik yang dihasilkannya.

    Beberapa jenis jasad renik yang umumnya berperan adalah jamur, bakteri, dan lumut kerak. Di

    samping itu, serangan serangga terutama rayap, merupakan salah satu faktor perusak yang

    sangat membahayakan bahan bangunan dari kayu.

    Kerusakan karena faktor manusia yang bisa berupa kesalahan rancang bangun, goresan benda

    tajam, corat-coret cat (vandalisme), kurangnya perawatan, dan lain-lain.

    Beberapa penyebab kerusakan bangunan adalah:

    1. Variabel klimatik

    Variasi iklim berpengaruh terhadap desain bangunan, serta performa dan umur pakai bangunan

    (Sulaiman 2005). Kondisi iklim lokal berpengaruh pada faktor-faktor seperti topografi, vegetasi

    (pepohonan), bangunan (situasi dan orientasi), dan aktivitas manusia (polusi) yang membentuk iklim

    mikro. Pola perubahan iklim, seperti pemanasan global dan el nino, serta fenomena alam, seperti hujan

    es, longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir, gelombang pasang, tornado, merupakan faktor

    tersendiri yang menjadi pertimbangan dalam mendesain bangunan.

    2. Kilat

    Kilat terjadi karena perbedaan potensial antara dua awan atau antara awan dengan bumi. Kerusakan

    yang ditimbulkan berupa pengeluaran energi panas, kebakaran, keretakan logam, dan beban lebih pada

    instalasi listrik. Perlindungan harus diberikan pada bangunan dan struktur yang beresiko terhadap kilat.

    3. Kerusakan oleh iklim dan pencemaran

    Matahari, angin, dan hujan menyebabkan perubahan bahan bangunan oleh proses mekanik dan kimia.

    Termasuk di sini, pengaruh embun, perubahan temperatur yang ekstrim, pecahnya bahan menjadi cair,

    karbonasi (akibat asam karbonat dari kombinasi air dengan karbondioksida atmosfer), oksidasi

    (kombinasi kimia oksigen atmosfer), hidrasi (kombinasi kimia dan air), dan akibat ikatan-ikatan kimia.

    Embun bisa menimbulkan maslaah kapilaritas dan pori-pori. Air yang terserap ke dalam rongga bahan

    bangunan akan mendesak struktur internal dan mneyebabkan keretakan dan desintegrasi. Kerusakan

    yang teramati pada bangunan adalah permukaan temboknya bisa runtuh dan lepas.

  • 4. Cahaya dan radiasi elektromagnetik

    Sinar matahari terdiri dari 50% sinar tampak, 40% inframerah, dan 10% ultraviolet. Monitoring terhadap

    sinar tampak dan ultraviolet dapat dilakukan pada situasi dimana bahan dan isi bangunan rentan

    terhadap kerusakan.

    5. Penyaringan udara

    Udara yang mengnadung partikel debudan kontaminan dapat memasuki bangunan melalui rongga

    terbuka (pintu dan jendela) ataupun meresap melalui retakan dan cacat bangunan. Di atmosfer

    terdapat gas-gas dan polutan. Konsentrasi polutan tergantung kepada beberapa faktor seperti lokasi,

    atmosfer dan klimatik. Sumber-sumber poluasi adalah sulfur dioksida (SO2), Nitrogen oksida (NOx),

    ozon (O3), karbon dioksida (CO2), Radon (Rn), metana (CH4), cloroflourkarbon (CFCs), hidroflourkarbon

    (HFCs), sulfur heksaflorida (SF6).

    6. Kelembaban berlebihan dan peristiwa kimia

    Kelembaban berlebihan yang disebabkan oleh munculnya air dan penetrasinya, kondensasi, kebocoran,

    proses luapan konstruksi, akan mengakibatkan munculnya kerusakan dan penurunan keterandalan

    bangunan. Kondisi kelembaban yang tinggi dapat meneybabkan degradasi kimia dan biologi. Unsur-

    unsur kimia dan komponen bahan bangunan yang digunakan di dalam dan sekitar bangunan akan

    berinteraksi dengan manusia, proses alami dan lingkungan. Contoh dari proses ini adalah berkaratnya

    logam, serangan garam sulfat, karbonasi beton dimana karbonasi beton akan

    menyebabkanberkurangnya proteksi terhadap daya lekat logam dan cepat berkarat.

    7. Peristiwa fisika dan perubahannya

    Bahan bangunan dipengaruhi oleh peritiwa fisika seperti panas, kelembaban, kristalisasi larutan garam,

    cahaya, bunyi, listrik, dan magnetism. Peristiwa fisika yang mempengaruhi bangunan antara lain

    pergerakan suhu, pergerakan kelembaban yang berakibat pada deteriorasi dan pelapukan bahan, serta

    kristalisasi larutan garam yang bisa menimbulkan efflorescense.

    8. Peristiwa biologi dan perubahannya.

    Interkasi antara bangunan dengan tumbuhan dan hewan berpengaruh terhadap kesehatan bangunan.

    Akar pohon dan vegetasi dapat memasuki pondasi dan merusak strukturnya. Sulur-sulur tumbuhan

    merambat juga bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan, menimbulkan penyumbatan saluran,

  • selokan, dan pipa.Jamur-jamur yang menginfestasi bangunan dapat menimbulkan pelapukan dan

    penurunan niai estetik. Jamur-jamur yang menimbulkan masalah pada bangunan misalnya cendawan

    lapuk (mold), noda (stain), soft rot, white rot, brown rot. Sedangkan tumbuhan tingkat rendah lain

    seperti lumut dan alga dapat tumbuh membentuk koloni di permukaan bangunan. Infestasi burung

    pada bangunan dapat menyumbat atap, menghalangi sistem pembuangan air hujan dengan bahan-

    bahan sarangnya, serta mengotori permukaan dinding dengan kotorannya. Sarang burung juga bisa

    mnejadi tempat berkembangnya kutu, kepinding, dan serangga parasit lain. Tikus, kelelawar dan

    binatang pengerat lain juga bisa menimbulkan bahaya kerusakan pada bangunan dan penyakit bagi

    penghuninya. Serangga seperti kumbang dan rayap memanfaatkan material bangunan dan isinya

    sebagai tempat tinggal dan sumber makanan sehingga bisa menimbulkan kerusakan yang serius pada

    bangunan.

    9. Pergerakan.

    Bergeraknya bangunan berlangsung pada suatu tingkatan molekular yang disebabkan oleh respon

    material ke stimuli seperti embun dan temperatur dan adanya beberapa gaya eksternal yang

    mempengaruhi beban. Salah satu penyebab pergeseran bangunan adalah kondisi tanah, misalnya

    kemiringan tanah, ketidakstabilan tanah, kondisi air tanah (adanya sungai/arus bawah tanah), ataupun

    struktur bawah tanah dan getaran lalu lintas dan mesin. Pergerakan turunnya pondasi bangunan

    karena hilangnya dukungan tapak terhadap pondasi disebut tanah amblas (subsidence). Tanah

    terangkat merupakan meningkatnya volume tanah pada sebagian atau seluruh bangunan dan

    menimbulkan pergeseran tapak karena lapisan bawah mengembang. Tanah longsor pada perbukitan

    juga bisa menimbulkan masalah pada bangunan. Bangunan juga bisa bergeser karena kegagalan

    pondasi yang disebabkan perubahan kondisi tanah karena peristiwa kimia pada pondasi beton.

    10. Kebakaran

    Resiko kebakaran adalah faktor yang harus diperhitungkan secara matang dalam desain dan konstruksi

    bangunan sehingga dalam pembangunannya digunakan bahan-bahan tahan api.

    11. Faktor manusia

    Aktivitas dan perilaku manusia saat mendesain dan membangun konstruksi atau selama bangunan

    dipergunakan oleh penghuninya akan berpengaruh pada keutuhan bangunan. Desain dan spesifikasi

  • bahan yang tidak memenuhi standar, pengerjaan dan pengawasan konstruksi yang buruk, dan

    kurangnya perawatan yang baik akan menyebabkan kemunduran kualitas bangunan.

    Penggunaan material yang ramah lingkungan dan memiliki kualitas yang baik sehingga bangunan

    dapat bertahan lama dan tidak merusak lingkungan

    Penerapan Arsitektur Bioklimatik sebagai respon terhadap iklim agar bangunan mampu bertahan

    dan mampu memberikan kenyamanan bagi penggunannya

    Penggunaan energy pasif sebagai sumber energy bangunan itu sendiri sehingga mampu

    mengurangi penggunaan listrik

    Penggunaan struktur yang mampu menahan beban gempa dan penggunaan system keamanan

    bangunan yang baik

    Objek rancangan bangun ini harus lebih banyak memberikan dampak positif bagi masyarakat

    daripada dampak negatifnya

    Pengolahan limbah air dengan menggunakan system IPAL

    SUSTAINABILITY/DURABILITY

    Penggunaan strategi desain untuk menghindari faktor-faktor degradasi misalnya penggunaan

    sistem struktur, utilitas, dan studi bentuk massa untuk merespon hal-hal yang mungkin menjadi

    faktor degradasi

  • KONSEKUENSI KORELATIF

    Aspek yang dibutuhkan berkaitan dengan eksistensi, prospek dan sustainability pada industri

    garment ini adalah akses pencapaian yang baik dimana lokasi kawasan harus memiliki akses yang mudah

    dengan sarana transportasi seperti jalan tol, stasiun, pelabuhan maupun bandara. Letak lokasi sitepun

    harus berada di area yang memang direncanakan sebagai kawasan industri berdasarkan RTRW kawasan

    tersebut.

    Untuk mempertahankan eksistensi objek rancang bangunan industri garmen perlu adanya

    inovasi-inovasi dalam bidang produksi. Sementara dalam aspek arsitektural untuk dapat bertahan dalam

    menghadapi faktor degradasi maka diperlukan penerapan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik pada

    bangunan serta penggunaan sistem utilitas dan struktur yang tepat.

    Untuk menunjang aspek sustainability diperlukan adanya penggunaan sistem-sistem dan

    teknologi yang mendukung untuk terciptanya sebuah bangunan yang memanfaatkan iklim serta ramah

    lingkungan, Pengolahan limbah sebaik mungkin agar tidak memberikan dampak buruk terhadap

    lingkungan, dan Bangunan harus memanfaatkan iklim dengan penerapan prinsip-prinsip arsitektur

    bioklimatik pada bangunan.

  • Akses pencapaian yang baik

    Bangunan harus memanfaatkan iklim dengan penerapan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik

    pada bangunan

    Pengolahan limbah sebaik mungkin agar tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan

    Penggunaan sistem-sistem dan teknologi yang mendukung untuk terciptanya sebuah bangunan

    yang memanfaatkan iklim serta ramah lingkungan

    Terus menciptakan inovasi pada proses produksi dan terus menjaga kualitas

    Lokasi perlu berdekatan dengan sumber bahan produksi, pusat perbelanjaan, akses jalan seperti jalan tol yang mampu menghubungkan ke daerah

    lain maupun akses langsung menuju stasiun, bandara dan pelabuhan

    KONSEKUENSI

    KORELATIF