esai - goresan panas di atas kertas
TRANSCRIPT
Bermanfaatkah Goresan Tinta Panas di Atas
Kertas ?
Oleh: Esa Karimatuz Zahara
“Barang siapa mencurangi kami maka bukan dari golongan kami”
(HR. Muslim)
Setelah membaca hadist di atas, apa yang terpikirkan di
benak pembaca sekalian ? sebuah kecurangan apa yang dimaksud
dalam hadist tersebut ? Apakah kita semua pernah melakukan
kecurangan yang dimaksudkan dalam hadist itu ? Dalam keadaan
sadar atau tidak sadar kita semua pasti pernah melakukannya.
Mulai dari hal yang sekecil apapun. Apa pembaca tahu tentang
perbuatan menyontek ? saya yakin pasti tidak ada yang
menggelengkan kepala ketika saya menanyakannya. Ya, pada
zaman sekarang ini siapa yang tidak tahu tentang hal menyontek.
Menyontek adalah perbuatan menjiplak karya orang lain
tanpa atau dengan izin orang tersebut. Perbuatan menyontek
mungkin sudah mendarah daging di kalangan murid-murid zaman
sekarang. Berbagai cara akan mereka lakukan agar kegiatan
mereka tidak diketahui oleh pengawas. “kita menyontek cuma pada
waktu kepepet”, begitu ungkap teman-teman saya ketika kami
sedang membahas hal menyontek. Saya berpikir, kepepet itu
keadaan yang bagaimana ? ada seseorang yang mengatakan
kepepet itu saat ia telah belajar semalaman tetapi ia lupa beberapa
hal yang sudah ia hafal, tetapi ada juga yang mengatakan kepepet
saat ia sama sekali tidak melakukan usaha apapun. Jadi bisa saja
alasan kepepet itu hanya untuk menutupi kemalasan seseorang
agar ia bisa mendapatkan jawaban dari temannya. Benar bukan ?
Bagi beberapa orang orientasi belajar siswa-siswi di sekolah
hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak
kemampuan kognitif daripada afektif dan psikomotor, inilah yang
membuat mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian
atau melakukan praktik menyontek. Sebenarnya apa sih tujuan dari
proses pembelajaran itu ? Mendapat nilai yang tinggi atau
mendapat suatu keahlian ? “Jika hanya mendapat nilai yang tinggi,
saya bisa memberikannya kepada kalian berapapun yang kalian
mau, tetapi bagaimana jika pada suatu hari nanti ada orang yang
meminta pertanggungjawaban kalian atas nilai-nilai yang saya beri
jika kalian sendiri tidak bisa menguasainya?” begitu yang
disampaikan guru bahasa Mandarin saya. Ya memang benar, nilai
bisa kita dapat dengan mudah, tetapi keahlian ? jangan dipikir kita
akan mendapatkannya dengan cara menyontek.
Saya pernah melakukan survei kepada teman-teman saya,
saya mengajukan pertanyaan tentang tujuan menyontek bagi
dirinya sendiri, apakah bermanfaat ? Dari jawaban mereka, saya
menyimpulkan bahwa mereka semua tahu bahwa menyontek
adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan. Tetapi ada beberapa
dari mereka yang menyangkal bahwa menyontek itu bisa juga
memberikan mereka bantuan saat mereka sedang berada dalam
kesulitan. Beberapa dari mereka juga ada yang menentang
perbuatan menyontek. “Ya nggak adil aja, kita yang belajar mati-
matian dengan mereka yang nggak belajar masak bisa dapat nilai
yang hampir sama atau bahkan lebih tinggi mereka yang nggak
belajar”. Jujur, saya sendiri menentang adanya perbuatan
menyontek. Menurut pengalaman saya, beberapa siswa yang
menyontek dapat menduduki posisi terbaik di kelas. dan itu yang
membuat mereka yang tekun menjadi semakin geram karena hal
itu merupakan ketidakadilan. “Aku malah dibilang pelit sama
temanku gara-gara aku nggak memberikan jawabanku saat tryout,
padahal aku sudah menjelaskan kalau tryout itu untuk mengukur
kemampuan kita dulu”. Begitu ungkap Sofi, salah satu teman saya
di SMP. Ya seperti itulah kenyataannya. Seseorang yang ingin
mengamalkan hal baik, pasti ada penentangnya. Memberikan
pengertian kepada teman kita merupakan salah satu hal yang
mudah untuk dilakukan, tetapi sangat sulit bagi teman kita yang
menyontek untuk memahami maksud nasihat itu.
Seperti yang kita ketahui saat ini, fasilitas untuk menyontek
bukan hanya berbagai trik yang turun temurun dilakukan angkatan
senior, melainkan juga dari beberapa pendidik atau pengawas
sendiri. "Ada guru yang masih menjaga idealismenya sehingga anti
terhadap menyontek, namun ada guru yang terjebak dalam
kepentingan sekolah untuk menjaga reputasinya. Jadi, guru
membiarkan anak menyontek sehingga prestasi sekolah terjaga,"
kata Manager Makmal Pendidikan, Domper Dhuafa, Asep Sapa'at,
saat berbincang dengan republika.co.id, Jum'at (23/12).
Seperti yang dikatakan oleh bapak Asep Sapa'at di atas. Ada
beberapa pendidik yang berusaha menjaga nama baik sekolah
dengan memperbolehkan murid-muridnya menyontek. Teman saya
pernah bercerita, ia memiliki guru yang bisa dibilang mendukung
murid-muridnya untuk menyontek. Guru itu selalu berkata saat
ujian berlangsung “kalau mau menyontek silahkan, asal jangan
ribut.” Saya yakin beberapa murid yang menjumpai guru seperti
yang saya sebutkan diatas akan sangat bahagia karena mereka
akan dengan mudah melakukan hal bodoh, yaitu menyontek.
Bagaimana kita dapat menghentikan perbuatan menyontek jika
pendidik yang harusnya mengajarkan hal yang baik saja
mengarahkan para muridnya untuk berbuat yang tidak patut ?
Perlu kita sadari bahwa ujian adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengukur seberapa dalam kemampuan yang kita
miliki. Memang harapannya kita akan mendapat nilai bagus dalam
ujian itu. Tetapi apa kita akan puas jika hasil bagus yang kita dapat
itu merupakan buah pikiran orang lain ? seberapa bagus nilai yang
kita dapat, jika nilai itu bukan hasil kita, pasti kita tidak merasakan
kepuasan tersendiri. Terkadang kita memperlihatkan kepuasan
palsu kepada teman-teman kita, tetapi bagaimana dengan hati
kita ? Hati adalah pusat kendali pikiran kita, baik atau buruknya
cuma hati kita yang tahu. Hati kita akan menganggap menyontek
adalah perbuatan menipu diri sendiri.
“Dari Abu Bakar ash-Shiddiq R.A. bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga
orang yang suka menipu, orang kikir, dan orang yang tidak
bertanggungjawab terhadap apa yang dimilikinya.” Riwayat
Tirmidzi.”
Sungguh, dari itu semua kita tahu bahwa menyontek adalah
perbuatan yang merusak diri kita. Bahkan Nabi kita sendiri
Muhammad SAW tidak mengakui orang-orang yang melakukan
kecurangan bagian dari golongannya. Na’idzubillahi mindzaliq.
Walau terkadang menyontek dapat membuahkan hasil yang bagus,
hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Tetapi menyontek dapat
mematikan rasa percaya kepada diri kita sendiri dan juga kreatifitas
yang kita miliki. Seseorang yang mempunyai kebiasaan menyontek
akan selalu merasa tidak percaya dengan apa yang ia kerjakan.
Dalam menyelesaikan soal ada perasaan tidak yakin sehingga
selalu ingin melihat pekerjaan orang lain dan membandingkannya.
Hal ini akan mengakibatkan dia tidak mau lagi menyelesaikan soal
dan lebih memilih melihat pekerjaan orang lain kemudian
menyalinnya. Lama-kelamaan tidak akan ada ide-ide orisinil yang
keluar dari pikirannya sendiri. Itu mengakibatkan orang tersebut
tidak bisa berkreasi. Padahal kreativitas sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan. Kreativitas seseorang (khususnya siswa) yang
tinggi, bisa membangun jati diri mereka sendiri bahkan
mengharumkan nama bangsa dan negara. Tanpa kreativitas,
membangun negara yang cerdas adalah mustahil. Kemandirian
siswa juga diperlukan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Dengan menyontek kita akan selalu menggantungkan diri kita
kepada orang lain.
Bukankah Tuhan telah memberikan kepada manusianya akal
pikiran untuk dikembangkan dan menghasilkan hal-hal yang
berguna ? Jika perbuatan menyontek dilakukan, tentu saja
kecerdasan otak seseorang tidak akan berkembang. Otak perlu
diasah agar dapat bekerja dengan baik. Menyontek tidak ada
manfaat apa-apa untuk kecerdasan otak. Tanpa menyontek, kita
bisa melatih dan mengasah otak dengan hal-hal yang berguna.
“Menurut Poedjinoegroho (2006), dampak yang timbul dari
praktik menyontek yang secara terus-menerus dilakukan akan
mengakibatkan ketidakjujuran. Jika tidak dihilangkan, niscaya akan
muncul malapetaka, peserta didik akan menanam kebiasaan
berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat
koruptor.”
Jika masalah menyontek masih dianggap sepele oleh semua
orang, tidak ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah,
pengawas, dinas pendidikan, para pakar pendidikan, dan pengambil
kebijakan dalam bidang pendidikan, saya sendiri pesimis dunia
pendidikan akan maju dan mungkin orang-orang yang tidak jujur
akan bekerja di semua sektor kehidupan. Bagaimana jika itu benar-
benar terjadi ? akan jadi apa negara kita di masa akan datang ?