15 esai terbaik lomba esai bem usd 2020 esai terbaik.pdfangga indraswara, “pendidikan solidaritas...

116
15 Esai Terbaik Lomba Esai BEM USD 2020

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

118 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 15 Esai Terbaik Lomba Esai BEM USD 2020

  • 1 Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020, 5.

    Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Nama : Reneldus Maryono Paing

    NIM 176114050

    Prodi : Filsafat Keilahian Judul Esai : Perkuliahan Daring: Solusi atau Pelarian?

    Perkuliahan online bukanlah sebuah sistem baru dalam dunia pendidikan, melainkan

    suatu sistem yang telah ada dengan beriringnya perkembangan dunia teknologi. Dunia boleh

    saja berbicara bahwa semua lini kehidupan telah diwarnai dan harus beradaptasi dengan

    teknologi. Akan tetapi, fakta di lapangan berbicara lain. Salah satunya adalah sistem

    pendidikan yang dianjurkan dan diharapkan dengan media digital atau daring masih sangat

    minimalis di Indonesia. Perkuliahan daring tidak hanya memvirtualkan bahan pengajaran,

    tetapi juga soal fasilitas dan penetrasi jaringan internet. Selain itu, kemampuan para dosen

    dalam memberikan materinya dan daya tangkap mahasiswa lewat daring.

    Perkuliahan online atau daring menjadi alternatif yang kian membias di tengah

    merebaknya virus corona. Pandemic ini menuntut semua lembaga, tanpa pengecualian untuk

    menggunakan sarana media digital dalam kegiatan belajarnya semaksimal mungkin. Berbagai

    universitas berlomba-lomba menelisik cara-cara yang efektif dalam mentransmisikan sistem

    pengajarannya. Perkembangan teknologi yang kian canggih mengakomodasi dan

    memobilisasi sistem perkuliahan ini.

    Akan tetapi, ada saja kerentanan dalam penerapan sistem perkuliahan darurat yang

    ada. Penetrasi jaringan internet yang belum merata ke semua daerah. Berdasarkan data Badan

    Pusat Statistik tahun 2019, tingkat penetrasi internet di pedesaan rata-rata 51,91 persen, di

    perkotaan pun rata 78,08 persen.1 Hal ini menunjukkan kualitas jaringan yang rendah dan

    berdampak pada proses perkuliahan yang “lola” (loading lambat). Efektivitas dan mutu

    perkuliahan menjadi rendah dan sukar untuk dipahami dengan cepat.

    Kepemilikan media sosial yang standar dengan penerapan daring. Kepemilikan media

    pembelajaran jarak jauh juga masih sangat kurang. Tentunya media atau sarana menjadi

    penentu. Jika masih sangat kurang, bahkan tidak ada akan tidak tercapainya sistem daring.

  • 2 “Saat Industri Telekomunikasi Memasuki Era Normal Baru”, Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020, 8.

    Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Media bisa menjadi tolok ukur sejauh mana perkuliahan online dinyatakan masih minim atau

    telah maksimal. Selain itu, kegagapan para dosen dan mahasiswa dalam mengakses daring.

    Bisa saja jaringan dan fasilitas lengkap, tetapi kemampuan kedua belah-pihak sangat dan hal

    amat sangat ini berpengaruh dalam penerapan sistem daring. Kegagapan dari keduanya atau

    salah satu dari keduanya akan membuat kecanduan minimalis daring tak terobati.

    Kerentanan-kerentanan ini yang menghadirkan berbagai potretan ketidakpuasaan dan

    ketidakefektivan dari sistem daring darurat selama pandemic Covid-19. Dengan demikian,

    perkuliahan daring di tengah pandemi ini adalah sebuah solusi ataukah pelarian semata?

    Belajar dari (di) Rumah: “Solusi atau Pelarian?”

    Institusi pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi

    gelombang penyebaran virus corona. Institusi pendidikan membuat reaksi cepat karena

    dinilai potensial meningkatkan penyebaran. Sekolah-sekolah dengan basis jumlah murid yang

    cukup banyak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Selain sekolah-

    sekolah, universitas-universitas pun ditutup untuk sementara. Perkuliahan dialihkan ke

    rumah. Semuanya pun berlangsung dari rumah. Proses belajar-mengajar akhirnya tersendat

    mengingat metode distribusi pengetahuan dirasa kurang optimal dan memadai. Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar dari rumah.

    Belajar dari rumah membuat slogan merdeka belajar semakin kelihatan. Apa maksud

    merdeka dalam konteks belajar dari rumah? Dari fenomena dan kesan umum yang terlihat,

    proses belajar justru di luar kendali. Belajar dari rumah untuk konteks pelajar SD-SMA

    adalah liburan. Kita tidak bisa menyangkal bahwa efektivitas kegiatan belajar dengan pantuan

    jarak jauh oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di

    pekan awal. Berada di rumah selama pandemi diharapkan tetap produkif dalam belajar.2

    Akan tetapi, kadang-kadang orang justru merasa bebas-merdeka untuk belajar. Dalam hal ini,

    ia menerapkan prinsip “semau gue.” Belajar dari rumah adalah sebuah tameng yang dipakai

    untuk menahan tuduhan bahwa selama Covid-19 sistem pendidikan vakum.

    Pada jenjang yang lebih tinggi, seperti Perguruan Tinggi (PT), kebijakan belajar dari

    rumah ditopang kuat dengan optimalisasi penggunaan sarana teknologi komunikasi. Dari sini,

  • 4 “Anak-Anak Kelas Bawah Terkendala”, Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020, 5.

    Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    kemudian kita mengenal istilah “belajar online.” Sistem belajar ini diperkuat lagi dengan

    istilah “e-learning.” Mekanismenya pun sepenuhnya diberikan kepada teknologi. Kuliah

    online dengan aplikasi “video-conference,” penilaian dan pengiriman tugas dengan sistem

    online, hingga absensi kehadiran juga dilakukan dengan sistem virtual-online. Dalam sistem

    belajar berbasis online ini mengandaikan bahwa semua peserta didik dan pendidik paham

    tentang teknologi dan fitur-fitur yang dioperasikan.3 Jika tidak, masalah baru muncul karena

    ignorance dalam proses belajar.

    Selama pandemi, pendidikan terasa adanya leap terhitung sejak awal akhir Februari

    2020. Pasca instruksi pemerintah untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, ataupun

    beribadah dari rumah dan lain sebagainya membuat situasi di Indonesia menjadi beda. Hal ini

    juga berdampak dalam proses pendidikan. Bagaimana tidak, hampir 100% aktivitas kerja dan

    sekolah dilakukan dari (di) rumah. Dengan fenomena ini teknologi menjadi penguasa yang

    membius mata masyarakat. Serba-serbi kehidupan diwarnai oleh dunia online. Absensi,

    materi pembelajaran, tugas, kuis, ulangan harian, dan berbagai ujian dilakukan dari (di)

    rumah via berragam aplikasi yang ada dalam jasa daring. Dengan adanya sistem ini seolah

    semua orang telah pandai dengan sistem daring.

    Akan tetapi, fenomena di lapangan mengafirmasi adanya kendala yang tak terelakkan.

    Hal ini disebabkan oleh ‘dosa’ masa lalu proses pendidikan Indonesia, masih menjadi momok

    mematikan bagi proses pembelajaran daring. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua

    mahasiswa berasal dari keluarga kelas menengah ke atas.4 Tidak semua mahasiswa dan

    pengajar di Indonesia menikmati proses ‘milenial’ ini. Tidak semua mereka memiliki gawai

    dan leptop. Ada yang punya tetapi susah untuk mendapatkan akses internet. Bahkan di daerah

    tertentu tidak ditemukan jaringan internet. Ada yang tidak memiliki dua-duanya.

    Selain itu, kapabilitas dan kreativitas para dosen adalah salah satu tuntutan terbesar

    dalam sistem perkuliahan daring atau jarak jauh di satu sisi. Di lain sisi, ketekunan,keseriusan

    mahasiswa menjadi tuntutan lain. Akan tetapi keduanya tidak terlepas dari jaringan atau

    koneksi. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor penentu dalam pelaksaan perkuliahan

    online. Sistem ini sebenarnya sebuah peralihan metode face to face (jarak dekat) ke metode

    screen to screen (jarak jauh). Dasarnya adalah ketersediaan semua informasi yang relevan

    secara real time melalui jaringan dengan menghubungkan orang, benda dan sistem

    dioptimalkan, terorganisir secara mandiri dan penciptaan nilai lintas jaringan yang dapat

    3 Bdk. Elena G. Popkova · Yulia V. Ragulina Aleksei V. Bogoviz (Ed), Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, (Poland: Polish Academy of Sciences, 2019), 98.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    sesuai dengan berbagai kriteria, seperti biaya, ketersediaan dan sumber daya.5 Tentunya

    sistem ini mempunyai visi yang sangat membantu mahasiswa dan pengajar dalam keadaan

    apa pun dan di mana pun tetap bisa melaksanakan perkuliahan.

    Lalu, seberapa efektif model pembelajaran online ini berpengaruh bagi proses belajar

    para peserta didik atau mahasiswa? Dari fenomena yang terlihat, intensitas ketertarikan

    peserta didik dalam mengikuti kuliah online sangat kecil. Bahkan, kebanyakan menciptakan

    kejenuhan dalam proses belajar. Beberapa mahasiswa merasa kehilangan momen perjumpaan

    langsung dengan dosen-dosen favorit. Seperti tak ada yang dipelajari selama semester ini. Ini

    reaksi-reaksi spontan yang disampaikan mahasiswa terkait sistem belajar virtual-online.

    Intensitas ketertarikan pada sistem belajar online tentunya membuat seseorang tidak

    produktif dan memilih absen. Padahal, kehadiran (presence) merupakan salah satu tolok ukur

    dalam membantu proses internalisasi pendidikan dalam kegiatan belajar. Dari sharing banyak

    mahasiswa, kebanyakan telah memilih pulang kampung dan berlibur. Tak ada kuliah. Kuliah

    memberatkan karena memerlukan data dan harus mencari tempat baik agar terkoneksi.

    Kuliah online dengan kata lain menambah beban perkuliahan karena harus membeli data agar

    bisa masuk dalam kelas video-conference dan mendownload-upload tugas perkuliahan.

    Hemat penulis, sistem perkuliahan daring di tengah pandemi adalah sebuah solusi dan

    sekaligus pelarian. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika pihak universitas atau

    fakultas telah memberikan input dan praktik skill dalam penetrasi berbagai fasilitas “e-

    learning”. Pemantapan dalam soal fasilitas dan skill para pengajar menjadi salah satu standar

    penting dalam perkuliahan daring. Sementara di lain sisi, dapat dikatakan sebagai pelarian

    jika proses perkuliahan yang terjadi dalam kebingugan, entah karena sarana maupun skill

    minimalis dari para dosen. Hal ini diafirmasi oleh banyaknya keluhan dari mahasiswa.

    Perkuliahan online hanyalah judul belaka. Banyak dosen kebingungan, dalam waktu singkat

    harus mempelajari macam-macam sarana pembelajaran daring.6 Karena tuntutan segera

    melanjutkan proses pembelajaran, metode ralat dan galat (trial and error) terpaksa di

    terapkan. Dan yang terjadi adalah para pengajar hanya dan selalu memberikan tugas online

    setiap kali jam pelajarannya, tanpa mengadakan tatap muka dengan menggunakan berbagai

    aplikasi yang ada.

    Tanggungjawab utama dari para pendidik ialah bahwa mereka tidak hanya sadar akan

    prinsip-prinsip umum pembentukan pengalaman saat ini dengan menciptakan kondisi

    5 Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, (Regensburg, Germany: Zweigniederlassung, 2016), 17. 6 Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    lingkungan tertentu, tetapi mereka juga menerima dalam bentuk konkret hal-hal di sekitarnya

    yang sangat kondusif bagi perolehan pengalaman yang menuntun pada pertumbuhan dan

    pencapaian ilmu yang diperoleh peserta didik.7 Namun situasi sekaramg sangat memberi

    beban pada mahasiswa dan membuat pengalaman perkuliahan menjadi sesuatu yang

    membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak

    berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa terengah-engah mengikuti proses

    pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk. Mereka dituntut bertransformasi jadi

    pembelajar mandiri dalam waktu semalam.8 Ini didasarkan kegagapan para pengajar yang

    tidak mempunyai skill khusus dalam bidang ini atau tidak adanya keseriusan dari pihak

    universitas atau fakultas dalam merespon dan memaksimalkan perkembangan teknologi

    dalam dunia pendidikan. Hal ini nyata ketika dunia pendidikan berhadapan dengan situasi

    pandemi. Ada begitu banyak lembaga pendidikan yang tidak siap untuk melaksanakan sistem

    pembelajarannya secara online. Jika terjadi, maka itu bisa saja ikut-ikutan dan terpaksa.

    Rasanya pendidikan gaya lama masih sangat dominan.

    Akhir Kata

    Perkuliahan daring di tengah pandemi Covid-19 sering dikatakan sebagai kurikulum

    darurat. Kurikulum ini bisa dikatakan sebagai babak baru dalam sistem pendidikan di

    Indonesia. Ketersediaan software (piranti lunak), website, akses internet, listrik, gadget, dan

    komputer menjadi ciri khas implementasi model ini.9 Karakteristik proses pendidikan abad

    ke-21 selalu menemui tantangan dan juga sekaligus mendatangkan peluang baru. Gejala ini

    hadir sebagai konsekuensi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

    Reformasi pendidikan yang berasal dari pengembangan model kurikulum virtual akan

    berdampak pada terciptanya sistem pendidikan gaya baru. Lyn Haas menegaskan bahwa

    pendidikan itu harus bersifat demokratis, yakni; pendidikan untuk semua.10 Hal ini senada

    dengan spirit pasal 31 ayat (1) UUD 1945, “semua warga negara berhak mendapatkan

    pendidikan”, maka semua mahasiswa dan pengajar seharusnya memperoleh perlakuan yang

    sama, memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini,

    kemampuan komunikasi global.

    7 John Dewey . Experience and Education, (India: AAAKAR Books, 2004), 40. 8 Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, 7. 9 Bdk. Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, 31-33. 10 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), 19.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Semoga wabah Covid-19 ini tidak hanya membawa kepanikan di ruang publik, tetapi

    ini menjadi salah satu titik pacu bagi bangsa Indonesia, khususnya pemerintah dan

    kementerian terkait untuk berkonsentrasi penuh mengerahkan seluruh anggaran pendidikan

    tahun ini untuk menciptakan kurikulum virtual; proses belajar mengajar via teknologi daring,

    sambil menyiapkan sarana prasarana pendukung, ketersediaan jejaring internet, manajerial

    demokratis yang berdaya saing, sampai pada keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan.

    Pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia menjadi kewajiban yang mesti

    diprioritaskan, sesuai amanat sila ke-5 Pancasila; keadilan sosial bagi seluruh rakyat

    Indonesia. Indonesia yang adil; sama rasa–satu rasa, proses pendidikan wajib memberi

    kenyamanan bagi seluruh peserta didik dan pendidik se-Indonesia Raya.

    Daftar Pustaka

    Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020.

    Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020.

    Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020.

    Indraswara, Angga., Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.

    G. Elena, Popkova, V. Yulia Aleksei, Ragulina Bogoviz, V (Ed).,

    Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, Poland: Polish Academy of Sciences,

    2019.

    Sendler, Ulrich (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, Regensburg, Germany:

    Zweigniederlassung, 2016.

    Dewey, John., Experience and Education, India: AAAKAR Books, 2004.

    Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004.

    Penilaian Juri:

    1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 48,00

    TOTAL 98,00

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Nama : William Christopher Hariandja

    NIM 176114058

    Prodi : Program Studi Filsafat Keilahian

    Judul Esai : Mahasiswa Sebagai Bagian Dari Masyarakat Dalam Menghadapi Wabah

    Corona Virus Disease-19: Penonton Atau Aktor? Pengantar

    Sejarah menunjukkan bahwa konsekuensi dari penyakit menular tidak ada tandingannya.

    Wabah pes di Eropa abad ke-14 menyebabkan kematian 1/3 populasi. Persis seabad lalu, dunia

    dihebohkan dengan merebaknya epidemi flu Spanyol yang membunuh 20-100 juta penduduk.

    Sementara itu penyakit cacar (smallpox) di sepanjang abad 20 telah membunuh 300-540 juta

    penduduk bumi. Dunia juga sudah dihebohkan dengan penyakit-penyakit menular baru yang

    muncul diabad ke-20 ini, seperti Ebola, Tuberculosis, Severe Acute Respiratory System (SARS),

    dan terakhir Corona Virus Disease-19 ini.

    Masyarakat dunia dihebohkan dengan banyaknya dampak yang ‘dihasilkan’ wabah

    Corona Virus Disease-19 ini. Bukan hanya terbatas pada persoalan medis, dunia dan segenap

    masyarakatnya harus ‘menelan pil pahit’, lantaran wabah Corona Virus Disease-19 ini

    berpengaruh terhadap seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Bagi kita para mahasiswa, wabah

    Corona Virus Disease-19 ini juga berdampak secara langsung terhadap segi-segi kehidupan kita.

    Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Apakah berdiam diri di rumah saja sudah cukup menjadi

    ‘jalan ninja’ kita dalam menyikapi pandemi ini?

    Melihat Sebuah Pandemi dari ‘Kacamata’ Albert Camus

    Wabah penyakit memang sesuatu yang menakutkan. Selain karena wabah itu sendiri

    mematikan, permasalahan lain yang timbul adalah kecemasan berlebih dari orang-orang yang

    menghadapi wabah tersebut. Kalau kata Albert Camus –seorang filsuf eksistensialis dan novelis

    dari Aljazair– wabah dapat menjadi momentum manusia untuk memasuki sebuah ruang kosong

    bernama absurditas, di mana ketidakjelasan masa depan merupakan hakikat hidup manusia.

    Absurditas tidak melulu bernilai negatif. Absurditas bisa jadi hadir sebagai sesuatu yang bernilai

    positif, karena dari rasa cemas itulah manusia dapat mempertanyakan identitas dirinya dan

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    menyadari bahwa dirinya ada bersama yang lain, bukan subjek tunggal yang superior dan bisa

    bertindak semaunya.

    Albert Camus? Siapa dia? Albert Camus merupakan seorang filsuf eksistensialis dan

    novelis yang lahir pada 7 November 1913 di Mondovi, sebuah desa kecil di Aljazair, ketika

    Aljazair masih berada dalam koloni Perancis. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Lucien

    Auguste Camus –seorang tentara– dan Catherine Helene –seorang buruh dan asisten rumah

    tangga– yang merantau dari Bordeaux, Perancis. Ayah Camus meninggal saat ia berumur satu

    tahun karena tertembak saat menjalani tugas militer selama Perang Dunia Pertama. Kecemasan,

    kegamangan, dan ketidakjelasan hidup sudah menjadi makanan sehari-hari Camus, mengingat

    ibunya yang hanyalah janda berpendidikan rendah dan tunarungu harus bertarung hidup di

    tengah kelas pekerja.1

    Cukup beruntung, Camus bisa bersekolah di sebuah sekolah dasar negeri –Ecole

    Communale– dan dalam studi di tingkat dasar inilah, Camus senang bereksplorasi akan dunia

    sejarah dan menaruh kepedulian kepada dunia kelas pekerja yang penuh dengan kemiskinan.

    Walaupun sempat terhambat masalah kesehatannya, Camus mampu menyelesaikan sekolah

    dasar, bahkan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah menengah –Grand Lycee– di

    Kasbah, sebuah distrik dengan konsentrasi penduduk mayoritas Islam yang membawa Camus

    mengenal komunitas di luar dirinya. Di sekolah menengah inilah, Camus mengeksplorasi bakat

    dan minatnya dalam bidang filsafat, sastra, seni, teater, film, bahkan olahraga! Walaupun

    penyakit tuberculosis yang diidapnya amat mengganggu, Camus tidak menyerah pada nasib,

    melainkan terus berupaya melampauinya.2

    Tanpa perlu berlama-lama dengan masa hidup Camus, mari kita mengulik lebih dalam

    sebuah karya sastra tulisan Camus yang saya gunakan untuk melihat fenomena pandemi Corona

    Virus Disease-19 ini. Saya akan mengangkat karya Camus yang berjudul “Sampar” (judul

    aslinya “La Peste”), yang ditulisnya pada tahun 1947. Mengapa novel ini? Pertama, novel ini

    menempati kedudukan istimewa di antara novel-novel lain pada masanya. Novel “Sampar”

    menjadi ujung tombak pemikiran dan pandangan Camus tentang absurditas manusia, yang

    mengajak pembacanya untuk melihat dan mempertanyakan tanggapan manusia terhadap seluruh

    1 Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12. 2 Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960).

    https://www.iep.utm.edu/camus/https://www.iep.utm.edu/camus/

  • 5 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 56.

    Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    keberadaan diri manusia beserta ‘masalah’ yang melingkupinya.3 Selain itu, apabila Anda pernah

    membaca novel “Sampar” secara utuh, maka Anda akan menemukan hampir semua fakta yang

    terjadi dalam komunitas masyarakat dunia saat berada di tengah pandemi Corona Virus Disease-

    19 ini diramalkan jauh-jauh hari oleh Camus dengan amat mirip!

    Novel “Sampar” mengambil sudut pandang waktu dan tempat pada tahun 1947 di Oran,

    sebuah kota di Aljazair, koloni Perancis. Situasi Oran yang damai tiba-tiba terusik oleh sebuah

    wabah penyakit sampar –yang dibawa oleh tikus-tikus secara mendadak– dan lantas membuat

    penduduk Oran menjadi cemas. Melalui penokohan yang kuat, Camus mengajak pembacanya

    untuk melihat berbagai potret manusia yang bereaksi terhadap keadaan malang tersebut. Dr.

    Bernard Rieux yang penuh dedikasi dalam menangani kasus pandemi sampar tersebut, para

    penduduk Oran yang penuh kekhawatiran dan menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban,

    media massa yang memframing kasus sampar di Oran tanpa memberikan sudut pandang

    pemberitaan yang lain dan membuat masyarakat menjadi panik dan gelisah, Raymond Rambert

    yang hanya mementingkan diri sendiri dan hidupnya (mencoba keluar dari Oran yang

    dilockdown karena ingin bertemu dengan kekasihnya) tanpa memperdulikan keselamatan orang

    banyak, Pastor Paneloux –seorang imam Yesuit– yang berpandangan bahwa penyakit adalah

    kutukan dari Allah karena umat-Nya berdosa, serta Cottard yang meraup keuntungan sebanyak-

    banyaknya dari penjualan harga barang-barang yang melambung tinggi.

    Epidemi sampar yang menyerang kota Oran telah menjadi masalah yang melibatkan

    semua penduduk. Bersamaan dengan situasi Oran yang chaos, Dokter Rieux sebagai pengabdi

    masyarakat yang mumpuni merasa kalut dengan situasi sampar tersebut, seperti digambarkan

    Camus bahwa “Sepanjang hari Dokter Rieux menyadari bahwa rasa peningnya bertambah setiap

    kali dia memikirkan sampar. Akhirnya ia mengakui bahwa dia takut. Dua kali dia masuk ke

    kedai kopi yang penuh...”.4 Situasi ini semakin chaos tatkala Dokter Rieux harus menghadapi

    fakta bahwa “... begitu pintu kota tertutup, mereka sadar bahwa semua, termasuk penulis sendiri,

    bisa dikatakan senasib sepenanggungan, dan harus menerima hidup dalam keadaan yang baru”.5

    Dengan setting cerita seperti itu, Camus mengajak pembacanya untuk memikirkan ulang

    langkah yang bisa diambil. Camus menempatkan eksistensi manusia dalam kemampuan

    penduduk Oran untuk mengambil keputusan dan tindakan dalam menghadapi wabah penyakit di

    3 M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, (Jakarta: Gramedia, 1982), 15. 4 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), (Jakarta: Yayasan Obor, 1985), 49.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Oran, sebagai wujud ke-ada-an mereka sebagai manusia. Di tengah kegamangan, kebimbangan,

    dan kecemasan masyarakat, pilihan yang tersedia amat terbatas. Pilihan tersebut bermuara ke dua

    hal: mementingkan diri sendiri atau mementingkan kepentingan seluruh penduduk. Dengan tidak

    menampilkan penilaian moral atas aneka perilaku tokoh-tokoh dalam cerita dan memberi pilihan

    kepada pembaca untuk membaca tujuan dan maksud perilaku para tokoh, Camus mempertegas

    pandangannya bahwa pergulatan manusia tampak dalam memilih suatu pilihan sikap dan

    tindakan tertentu sebagai sebuah wujud ke-ada-an dirinya. Manusia harus siap tatkala harus

    berhadapan dengan pilihan-pilihan sosial yang seringkali tidak memberi ruang bagi masing-

    masing individu untuk memilih sebuah pilihan dan tindakan dengan bebas.

    Absurditas sebagai kontradiksi antara dunia irasional dengan keinginan manusia akan

    kejelasan mendorong manusia terus-menerus mencari keterangan atas kemalangan, bencana dan

    tujuan hidupnya.6 Dalam situasi ambang batas seperti ini, realita menjadi cermin diri, menuntut

    seseorang untuk segera mengambil pilihan, berkomitmen untuk mengambil suatu tindakan, serta

    berjuang mengatasi irasionalitas peristiwa. Absurditas menjadi kesempatan bagi seseorang untuk

    lebih jujur terhadap diri sendiri. Terhadap kegagalan, manusia tidak harus hadir sebagai

    ‘pahlawan kesiangan’.7 Dalam situasi sulit yang penuh dengan kecemasan –di mana situasi serba

    tidak jelas– manusia sesungguhnya mendapat kesempatan untuk membuktikan ke-ada-annya

    melalui aneka macam pilihan dan tindakan yang diambil. Kebebasan menjadi kesempatan

    manusia untuk melampaui situasi yang absurd. Dengan demikian, Camus seolah-olah mau

    mengatakan bahwa: “Kita bukan kaum sado-masokis yang justru menikmati penderitaan tanpa

    mencari jalan keluar. Kita harus melawannya!”.

    Situasi dunia di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini kiranya relevan dengan

    novel “Sampar” karya Albert Camus ini. Totalitas pelayanan Dr. Rieux sekarang dapat kita lihat

    dalam diri para tenaga medis yang sungguh-sungguh memberikan diri untuk menangani para

    penderita Corona Virus Disease 19. Kegelisahan dan ketakteraturan diri penduduk Oran dapat

    kita lihat dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang cenderung menyalahkan pemerintah

    tanpa berbuat banyak untuk membantu meringankan orang-orang yang terkena dampak Corona

    Virus Disease 19. Peran media yang memframing kasus pandemi sampar di Oran dapat kita lihat

    dalam aneka macam pemberitaan tentang Corona Virus Disease 19 –terlebih media sosial– yang

    6 M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, 23. 7 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 62.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    sering diisi oleh berita palsu (hoax) yang menebar teror dan ketakutan, daripada sebuah

    kenyataan dan harapan. Egoisme Rambert dapat kita lihat korelasinya dengan situasi sekarang,

    terutama dalam diri beberapa orang yang hanya mementingkan dirinya tanpa memerdulikan

    keselamatan orang lain (misalnya tetap berkerumun di tengah ruang publik walaupun ada

    larangan untuk tidak berkerumun karena berpotensi ‘ambil bagian’ dalam mata rantai

    penyebaran Corona Virus Disease 19). Pandangan Pastor Paneloux yang melihat penyakit

    sebagai kutukan dari Allah dapat kita lihat dalam diri beberapa pemuka agama yang

    menggunakan momen Corona Virus Disease 19 untuk memolitisir agama tanpa memberikan

    solusi praktis apapun terhadap pencegahan atau penanganan Corona Virus Disease 19. Cottard

    yang meraup keuntungan melimpah dari harga penjualan barang-barang yang melambung tinggi,

    dapat kita lihat dalam sekelompok oknum pedagang yang menggunakan momen Corona Virus

    Disease 19 untuk menimbun barang serta menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, sehingga

    tidak mudah dijangkau orang-orang miskin yang justru lebih rentan terkena Corona Virus

    Disease 19.

    Lantas, dengan sedikit mengulik ke dalam novel “Sampar” dan mencoba membaca situasi

    masyarakat di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini, apa yang dapat kita lakukan sebagai

    mahasiswa? Apakah kita hanya diam saja dan menjadikan forma “Ya sudahlah, terima saja, mau

    bagaimana lagi?” sebagai ‘jalan ninja’ kita, dan itu berarti kita pasrah terhadap seluruh situasi

    tanpa merasa perlu menghadapinya? Melalui pembacaan saya terhadap novel “Sampar” karya

    Albert Camus, setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita ambil dari karya sastra ini, yang

    mempertegas identitas kita sebagai manusia yang ‘menolak kalah’ dengan pandemi ini,

    misalnya:

    • Pertama, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk rendah

    hati dan mengakui sebuah fakta dalam kehidupan, di mana manusia dan

    masyarakatnya tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Menurut Camus, seluruh

    keberadaan manusia adalah sebuah absurditas. Kejahatan dan kebaikan adalah

    sebuah faktisitas murni dalam rangkaian kehidupan manusia, yang seringkali

    menyergap secara tak terduga.

    • Kedua, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk tidak tinggal diam dalam menghadapi absurditas, melainkan harus menentukan

    sikapnya. Absurditas harus dikalahkan dengan pemberontakan (La ravolte),

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    sebagai wujud eksistensi (ke-ada-an) dan kebebasan manusia8. Maka, setelah

    dengan penuh kesadaran diri masing-masing individu menerima bahwa dirinya

    terbatas, hal yang penting dilakukan adalah berupaya keluar dari keterbatasan itu

    dan melampauinya. Dengan cara apa? Dalam novel “Sampar”, hal ini nampak

    dalam keinginan masyarakat untuk bahu-membahu dalam ‘mengambil peran’

    sosial. Masing-masing tokoh dalam novel “Sampar” sudah mencoba mengambil

    peran sosial, entah baik ataupun buruk. Lantas, apa relevansinya untuk situasi

    kita saat ini? Dari pembacaan kita akan novel “Sampar” ini, ada beberapa hal

    yang bisa kita lakukan. Di tengah situasi yang penuh dengan kegamangan,

    kebimbangan, dan kecemasan ini, upaya dasariah yang paling mumpuni untuk

    kita lakukan sebagai mahasiswa dan warga negara adalah memilih untuk menaati

    perintah physcial distancing dari pemerintah demi memutus mata rantai

    penyebaran Corona Virus Disease-19. Pilihan tindakan ini adalah sebuah

    tindakan nyata untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, namun membawa

    kesejahteraan bersama (bonum commune). Physical distancing dapat menjadi

    kesempatan untuk mengembangkan kepekaan sosial dan solidaritas kita terhadap

    orang-orang yang membutuhkan. Apabila situasi memungkinkan, kita sebagai

    mahasiswa –tentu dengan memperhatikan protokol dari pemerintah– dapat ambil

    bagian dalam tindakan karitatif (pelayanan kasih), misalnya dengan menjadi

    sukarelawan medis di beberapa rumah sakit ataupun turut berbagi nasi bungkus

    dan sembako kepada para pekerja harian yang terkena dampak pandemi ini,

    seperti yang dilakukan beberapa teman kita dari berbagai komunitas9

    • Ketiga, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk

    menghadapi masalah eksistensial manusia secara holistik. Seperti yang terdapat

    dalam novel “Sampar” dan juga dunia kita saat ini, ada banyak orang yang tidak

    hanya mengalami kegelisahan secara ekonomi, melainkan secara psikis pula.

    Berada dalam tegangan kejelasan dan ketidakjelasan, amat wajar kalau banyak

    8 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 186.

    9 Misalnya, seperti yang dilakukan oleh komunitas The Messenjah di Pringwulung setiap hari Kamis. Saya sendiri berusaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan membagi nasi bungkus kepada para pekerja harian (pemulung, tukang becak, tukang sapu jalanan, dan sebagainya) yang terkena dampak pandemi ini.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    orang merasa stress, terasing, dan sepi. Menghadapi keterasingan yang ‘sepi’,

    kita sebagai kaum milenial dapat melawannya dengan mengubah arah perhatian

    kita untuk tidak melulu fokus pada kabar penularan Corona Virus Disease-19

    yang terus meroket –apalagi banyak berita yang disertai dengan hoax– dan

    menggunakan waktu-waktu senggang yang ada untuk mengembangkan

    kegemaran, sehingga kita dapat menjadi influencer-influencer baru yang dapat

    menyebarkan energi positif kepada orang-orang yang kita jumpai. Selain berguna

    untuk kesehatan jiwa dan raga kita, energi positif yang kita bawa juga berdampak

    terhadap orang-orang yang kita temui. Dengan demikian, Study From Home

    tidak lantas membuat kita mati gaya dan tidak produktif, melainkan menjadi

    kesempatan yang berlimpah ruah untuk mengaktualisasikan diri kita, mengolah

    rasa kebosanan kita secara lebih kreatif dan produktif, serta menjadi ‘kabar baik’

    bagi orang-orang di sekitar kita

    • Keempat, bagian akhir novel “Sampar” yang cukup mengagetkan saya sebagai

    pembacanya, bahwa “barangkali pada suatu hari, guna kemalangan tikus-tikus,

    kemudian menyuruh mereka mati di tempat-tempat terbuka, di suatu kota yang

    bahagia”.10 Kalimat ini saya tangkap sebagai semacam ramalan Camus bahwa

    sebuah pandemi secara ontologis pasti akan berulang kali dalam hidup manusia.

    Lantas, pandemi ini dapat menjadi sebuah momentum yang dapat melatih kita

    sebagai kaum muda untuk memiliki tenggang rasa. Langkah-langkah pembiasaan

    yang ditetapkan pemerintah untuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker

    apabila sedang batuk atau flu, makan makanan yang sehat, serta melakukan

    karantina diri apabila merasakan simtom-simtom Corona Virus Disease-19 ini

    diharapkan dapat menjadi sebuah langkah untuk membiasakan diri dalam

    bertenggang rasa. Dengan kata lain, upaya-upaya ini mendidik kita untuk

    menyadari bahwa kita tidak sendirian saat tinggal di bumi ini.

    10 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 386.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Kesimpulan dan Penutup

    Melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk melihat penderitaan

    sebagai realita kehidupan yang tidak bisa ditolak. Lantas, yang seharusnya berbeda adalah cara

    pandang kita terhadap penderitaan. Terutama sebagai civitas academica, kita sebagai mahasiswa

    harusnya mampu melihat pandemi Corona Virus Disease-19 ini sebagai momen yang

    merecovery cara pandang kita terhadap pergulatan hidup. Pengalaman hidup eksistensial

    seyogyanya membuat kita dapat melihat sesuatu yang baik di balik penderitaan. Dengan

    demikian, cara pandang kita akan kehidupan mencapai sebuah titik baru, di mana dapat kita

    temukan bahwa: di dalam yang baik selalu ada yang buruk, dan di dalam yang buruk selalu ada

    yang baik.

    Sebagai generasi muda, momen wabah Corona Virus Disease-19 ini mengundang kita

    untuk menyatakan jati diri kita. Kita diundang untuk tidak lantas berpangku tangan, berpasrah,

    dan hanya mengeluh dalam menghadapi pandemi ini. Tindakan-tindakan nyata kita yang kreatif,

    kiranya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Tindakan-tindakan inilah yang menjadi

    bukti bahwa kita semua adalah warga dunia yang yang tentu tidak diam atas penderitaan,

    melainkan memilih menggunakan kesempatan besar yang tersedia ini untuk menyatakan jati diri

    kita sebagai warga dunia yang berani untuk bersolider. Semoga demikian dengan kita!

    DAFTAR PUSTAKA:

    Buku:

    • Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional. Jakarta: Gramedia.

    • Camus, Albert. 1985. Sampar (terjemahan Nh. Dini). Jakarta: Yayasan Penerbit Obor

    Sumber Internet:

    • Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12.

    Penilaian Juri:

    1. Kesesuaian 20,00

    https://www.iep.utm.edu/camus/

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,88

    TOTAL 97,88

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Nama : Laura Enting Sufandy

    NIM 171434039

    Prodi : Pendidikan Biologi

    Judul Esai : Blended Learning: Model Pembelajaran Efektif Di Tengah

    Pandemi

    Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak besar

    terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Menteri Pendidikan melalui Surat Edaran

    Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa

    Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), menghendaki agar seluruh peserta didik

    bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal namun tetap mengutamakan

    protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal mungkin. Kondisi

    ini membuat Universitas Sanata Dharma menerapkan kebijakan kuliah daring atau

    kuliah online. Proses perkuliahan yang semula bersifat konvensional (tatap muka di

    kelas) harus bertransformasi menjadi perkuliahan daring (online) yang dapat

    dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu.

    Perubahan sistem pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak

    belum siap sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran secara daring (online).

    Universitas Sanata Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari empat

    bulan. Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan dan

    jenuh karena metode pengajaran dirasa semakin monoton dan tidak efektif. Banyak

    pengajar yang masih gagap dalam melakukan pengajaran menggunakan sistem

    online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara konvensional.

    Selama kuliah daring, kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle

    sebagai sarana pembelajaran online. Keterbatasan pada aplikasi Moodle membuat

    banyak dosen hanya menggunakannya sebagai tempat "meletakkan" bahan ajar dan

    tugas. Beberapa dosen juga tidak memberikan umpan balik atau feedback

    (penjelasan dan klarifikasi) atas materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya,

    dosen justru memberikan tugas yang porsinya lebih besar daripada kegiatan

    pengajaran. Harapan bahwa tugas dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif,

    kreatif, dan mampu belajar secara mandiri nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas

    tersebut justru menambah beban mahasiswa, karena diberikan dalam porsi banyak

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    dan waktu pengerjaan yang singkat serta seringkali bersamaan dengan pengerjaan

    tugas pada mata kuliah lainnya.

    Proses transisi dari sistem perkuliahan konvensional menjadi perkuliahan

    daring menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen pembelajaran lainnya untuk

    sesegera mungkin beradaptasi dan melek teknologi. Universitas perlu menerapkan

    model pembelajaran baru agar perkuliahan tetap berjalan optimal seperti Blended

    Learning. Blended learning merupakan perpaduan antara bentuk pembelajaran

    online dan konvensional (tatap muka). Model ini banyak mengkombinasikan

    metode pembelajaran konvensional (ceramah dan tatap muka) dengan metode

    belajar mandiri (proyek, penugasan, dan lab) dan belajar secara online seperti E-

    learning, ICT (Information and Communication Technology) dan Multimedia.

    Model pembelajaran ini bisa digunakan sebagai alternatif selama masa transisi

    menuju pembelajaran online yang seutuhnya.

    Blended learning dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

    pembelajaran. Dengan blended learning, para pelaku kegiatan pembelajaran di

    perguruan tinggi dapat memanfaatkan aksesibilitas komponen online dengan

    instruksi ruang kelas tradisional dan dapat memperluas kurikulum tanpa menambah

    waktu penyelesaian program. Proses pembelajaran juga lebih berpusat pada

    mahasiswa. Peran dosen yang semula sebagai "pemberi ceramah" akan berubah

    menjadi seorang fasilitator, pendamping, pembimbing, sekaligus partner bagi

    mahasiswa untuk mengembangkan skill dan pengetahuannya.

    Blended learning dengan model Enriched-Virtual sangat cocok diterapkan

    untuk perkuliahan selama masa new normal ini. Dengan model Enriched-virtual,

    pembelajaran yang selama beberapa bulan terakhir dilakukan secara online

    sekarang dapat dipadukan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dapat

    dilakukan secara live event, yaitu pembelajaran secara tatap muka pada tempat dan

    waktu yang sama (classroom) atau pada waktu yang berbeda namun di tempat yang

    sama (virtual classroom). Virtual classroom dapat digunakan untuk

    memaksimalkan perkuliahan secara online dan meminimalisir perkuliahan secara

    tatap muka di kelas. Ini tentu sejalan dengan kerinduan mahasiswa untuk bisa

    menghadiri kuliah secara tatap muka di kampus. Dosen dan mahasiswa bisa

    melakukan pembelajaran online secara tatap muka dengan memanfaatkan aplikasi

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    video conference seperti google meeting dan zoom. Perkuliahan tatap muka di kelas

    dapat dilakukan satu atau dua kali dengan tetap memperhatikan protokol

    keselamatan dan membatasi jumlah mahasiswa dalam satu kelas.

    Blended learning memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melakukan

    pembelajaran secara mandiri sesuai dengan gaya belajar mereka. Kombinasi

    perkuliahan dengan tatap muka dan kuliah online akan memberikan pengalaman

    belajar yang lebih interaktif. Porsi kuliah online yang lebih besar juga dapat

    memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan berbagai bentuk materi pembelajaran

    yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan internet. Proses belajar juga

    akan lebih menyenangkan dan tidak monoton, karena menggunakan metode dan

    media pembelajaran lebih variatif.

    Pembelajaran juga dapat dilakukan secara Self-Paced Learning, yaitu

    mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang

    tidak terbatas waktu, tempat, dan akses bahan belajar. Materi yang bersifat

    konseptual atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia,

    sedangkan materi yang bersifat prosedural atau membutuhkan praktik di

    laboratorium dapat disajikan dalam bentuk animasi atau simulasi berbasis

    komputer. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktik seperti di laboratorium

    nyata dengan bantuan virtual laboratory. Akan tetapi, media ini masih memiliki

    keterbatasan, yaitu hanya dapat dijadikan sebagai bahan tutorial. Mahasiswa tetap

    membutuhkan praktik langsung di dalam laboratorium untuk membuktikan

    berbagai macam teori dan fenomena yang telah dipelajari. Seluruh bahan ajar

    tersebut dapat dikirimkan secara online dalam bentuk streaming video, streaming

    audio maupun e-book yang dapat diakses melalui Moodle, Youtube atau Google

    Clasroom.

    Dosen dan mahasiswa juga dapat berkolaborasi untuk menciptakan

    komunikasi yang aktif dan bermakna melalui berbagai media komunikasi seperti E-

    mail, chatroom, website, weblog, atau forum diskusi online lainnya. Komunikasi ini

    memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan pendalaman

    materi maupun problem solving bersama-sama. Dengan ini, hasil belajar

    mahasiswa diharapkan dapat terus meningkat.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Hasil belajar dalam blended learning dapat diukur menggunakan kombinasi

    assesment tes (ulangan atau kuis) dan non tes (portofolio, tugas project, pembuatan

    produk, dan lain sebagainya). Assesment yang diberikan sebaiknya dapat

    dikerjakan secara mandiri menggunakan bantuan ICT dan dapat dikirimkan secara

    online. Dengan begitu, mahasiswa akan lebih cepat beradaptasi dengan sistem

    pembelajaran online.

    Blended learning juga memungkinkan pembelajaran dilaksanakan online

    sepenuhnya. Melalui Web Enchanced Course, dosen Dan mahasiswa diharapkan

    bisa memanfaatkan internet dan teknologi untuk meningkatkan kualitas

    pembelajaran di kelas. Dengan internet, mahasiswa dapat melakukan konmunikasi

    dengan dosen, dengan teman, dengan anggota kelompok, bahkan dengan

    narasumber lain. Pembelajaran online juga membutuhkan bahan ajar yang menarik

    dan mudah di pahami. Oleh karena itu, dosen dan mahasiswa harus bisa

    bekerjasama untuk mencari dan menemukan metode dan media belajar yang

    variatif dan inovatif. Dosen dan mahasiswa juga harus bisa menggunakan,

    mengoperasikan, dan mengimplementasikan teknologi dalam proses pembelajaran

    online. Dengan begitu, pembelajaran dengan model blended learning dapat

    dilaksanakan dengan baik dan diharapkan seluruh elemen pembelajaran bisa lebih

    siap untuk melakukan pembelajaran online secara menyeluruh.

    Melalui blended learning ini, akses pendidikan, efisiensi serta kualitas

    pembelajaran dan pengajaran dapat meningkat. Mahasiswa diharapkan dapat

    memanfaatkan media online dan digital untuk mengembangkan kemampuan

    berpikir kritis dan problem solving, serta memiliki skill untuk berkomunikasi dan

    bekerjasama. Mahasiswa dan dosen juga diharapkan dapat cepat beradaptasi serta

    selalu memiliki inisiatif untuk nerkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk

    mengakses dan menganalisis informasi guna mencapai pembelajaran online yang

    sesungguhnya.

    Sumber Pustaka:

    Anonim. 2020. Online Learning, Teaching, and Education Continuity Planning for

    Schools. United Kingdom: International Baccalaureate Organization.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Fadianta, Sanjaya, G. Y., dan Widyandana. 2013. Meningkatkan Pengetahuan

    Mahasiswa dengan Memberikan Fleksibilitas Belajar Mengajar Melalui

    Metode Blended Learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, Vol.

    2, No. 2, Hal. 1-6.

    Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2016. Kebijakan Pendidikan

    Jarak Jauh dan E-learning di Indonesia.

    Prabowo, H. T. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning untuk

    Meningkatkan Aktivitas Belajar Multimedia Siswa Kelas XI Multimedia 1

    SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi.

    Program Studi Pendidikan Teknik Information Universitas Negeri

    Yogyakarta.

    Sari, M. Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21 di Perguruan Tinggi.

    Padang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol.

    Suartama, K. 2014. E-learning Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Pendidikan Ganesha.

    Penilaian Juri:

    1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,35

    TOTAL 97,35

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    1

    Nama : Theobaldus Deni

    NIM 186114041

    Prodi : Filsafat Keilahian

    Judul Esai : Belajar Online: Jangan Asal Belajar

    Pendahuluan

    “Pandemi mengubah tradisi kita”. Kiranya inilah gagasan yang awam, muncul

    berkelindan dalam diskusi publik: mulai dari cuci tangan setiap hari, penggunaan

    masker, hingga perjumpaan antar manusia. Tentu ini berat, karena secara budaya dan

    psikologi kita tidak disiapkan. Dari semua pola kebiasaan sosietas yang berubah,

    sistem pendidikan pun disentuh kultur baru, face to face menuju screen to screen.

    Persoalan yang terjadi adalah, sistem pendidikan berubah namun metodologisnya

    masih sama.

    Nampaknya, pandemi Covid-19 masih dituduh sebagai penyebab perubahan

    sistem. Masih sedikit kalangan yang melihatnya sebagai sebuah paradigma berpikir,

    yang menantang sistem, metodologis, termasuk konten pembelajaran. Sistem

    pembelajaran yang tidak dilandasi oleh orientasi mengakibatkan kebijakan kuliah

    online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak biasa, dan semacamnya. Masih

    sedikit mahasiswa yang melihat proses pembelajaran virtual sebagai bagian dari cara

    sektor pendidikan berkontribusi terhadap persoalan kebangsaan. Menjawabi tantangan

    yang ada, dalam tulisan ini, saya ingin menawarkan gagasan mengenai sistem

    pendidikan virtual yang dilandasi oleh orientasi yang mengarah pada kecemasan

    global, yang dengannya kaum terdidik yang juga adalah saksi mata merebaknya virus

    Corona dapat terlibat dalam usaha pengentasan penyebaran virus, sekaligus implikasi

    yang ditimbulkan olehnya dalam cakupan yang lebih luas.

    Pembelajaran Virtual sebagai Opsi Fundamental

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    2

    Menarik untuk dilihat bahwasannya kendati secara psikologi manusia zaman ini

    tidak disiapkan untuk menghadapi implikasi wabah Corona, namun kelihatannya

    peradaban manusia menunjukkan kesiapan atribut. Dari aspek eksternal, kita

    menjumpai masker, handsanytizer, juga produk makanan dengan asupan vitamin C

    yang cukup telah ada jauh sebelum terjadi pandemi (kendati awalnya hanya

    digunakan oleh sebagaian kalangan). Demikianpun proses relasi virtual, termasuk

    belajar online.

    Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba-tiba saja di jantung

    peradaban, setiap negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan virtual sebagai

    pengganti tatap muka langsung dalam urusan tata kelola kenegaraan. Dalam aspek

    internal, manusia telah dilengkapi oleh sistem kekebalan tubuh sekaligus kemampuan

    beradaptasi sebagai senjata pribadi melawan musuh yang tak terlihat namun bergerak

    dengan skala cepat. Dari dua sisi ini, mari kita melihat ke dalam sektor pendidikan.

    Kita mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di dalam

    sejarah, dengan segala dinamika dan kompleksitasnya. Juga dijumpai bahwa setiap

    generasi pada zamannya, kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri dengan

    sistem yang demikian, dari batu tulis, papirus, kertas hingga yang non-kertas atau

    virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor pendidikan selalu disertai dengan

    kapasitas adaptatif manusia. Karena manusia itu progresif sekaligus dinamis. Yang

    dibutuhkan hanyalah rekonsiliasi atau kerjasama antara pelaku pendidikan dan sarana

    pendidikan.

    Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online.

    Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah

    generasi milenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di

    beberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar

    online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi?

    Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah

    pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap

    negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara

    serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus

    dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifat

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    3

    antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni

    tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis,

    sebuah optio fundamental.

    Kuliah Online

    Berikut ini saya ingin menunjukan implikasi-implikasi dari orientasi belajar online

    sebagai suatu bentuk keprihatinan dan solidaritas sosial kita.

    Solidaritas

    Sejak dikeluarkannya Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam

    masa darurat penyebaran coronavirus disease (Covid- 19), maka semua sistem

    perkuliahan tatap muka diganti dengan sistem belajar dari rumah secara online.

    Kebijakan ini mendorong mahasiswa untuk mengisi waktu dengan mempelajari

    berbagai materi di rumah tanpa sibuk ke kampus.

    Kebijakan ini sejatinya tidak hanya berhenti pada anggapan bahwa ada perubahan

    sistem pembelajaran tatap muka menjadi kuliah online. Model kuliah online di tengah

    pandemi sungguh berbeda karena yang diperhitungkan bukan sistem atau konstruksi

    pendidikan tetapi soal keprihatinan individu terhadap kecemasan bersama.

    Keprihatinan ini merupakan suatu bentuk solidaritas sosial di mana seseorang

    berusaha untuk menyelamatkan yang lain di tengah situasi krisis.

    Mengikuti pemikiran Emmanuel Levinas (1906-1995), penampakan wajah Yang

    Lain menuntut saya untuk bertanggung jawab terhadap kehadiran orang lain.

    Tanggung jawab ini tidak hanya bersifat individual tetapi juga komunal karena

    kehadiran seseorang juga menampilkan orang lain dibelakangnya. Fenomena itulah

    yang kita lakukan di tengah pandemi, bahwa kuliah online bukan hanya sekadar

    perubahan tempat dan sistem kuliah tetapi kita dihentakkan oleh kenyataan akan

    keberadaan orang lain di tengah krisis pandemi sekaligus berusaha

    menyelamatkannya.

    Solidaritas kita di tengah pandemi persisnya demikian; kebijakan dalam institusi

    pendidikan untuk melaksanakan kuliah online selama masa darurat Covid-19

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    4

    merupakan suatu usaha atau jalan di mana kita diingatkan untuk membatasi ruang

    geraknya demi orang lain. Seseorang harus merasa memiliki tanggung jawab dan

    keprihatinan besar terhadap keselamatan orang lain. Oleh karena itu, kuliah online

    adalah jalan menuju solidaritas sosial sebagai belarasa terhadap Yang Lain. Prinsip

    dasar perguruan tinggi harus selalu didahulukan, yaitu misi kemanusiaan.

    Ekologi

    Solidaritas yang dibangun di tengah pandemi juga tidak hanya sebatas pada

    manusia tetapi juga lingkungan hidup. Saat ini kita masih memiliki utang besar

    terhadap upaya menyelamatkan bumi. Seruan ini juga pernah disampaikan oleh Paus

    Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ (2015), bahwasannya semua orang harus

    bersolider dengan alam dan bertanggung jawab untuk menjaganya demi generasi

    mendatang.

    Kerusakan sumber-sumber alam baik tanah maupun hutan disebabkan oleh

    desakan konsumtif manusia secara berlebihan. Misalnya saja, penebangan hutan di

    Amazon untuk kebutuhan kertas dan yang lainnya. Kita menggunakan semua itu

    dengan resiko besar bahwa bumi akan semakin rusak. Maka tugas kita adalah

    berusaha untuk menemukan inovasi yang memungkinkan agar penggunaan barang-

    barang yang bersumber pada hutan bisa diminimalisasi. Oleh karena itu, kebijakan

    kuliah online nampaknya menjadi inovasi dan jalan untuk berbelarasa terhadap

    keselamatan bumi. Pola pendidikan ke dalam sistem online bisa mengurangi

    penggunaan barang-barang yang selalu bersumber dari eksploitasi alam.

    Kebijakan ini sangat berdampak positif terhadap usaha untuk menghijaukan

    kembali planet bumi. Yang menjadi penopang perubahan selalu datang dari generasi

    muda yaitu mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa menjadi penggerak utama dalam

    usaha ini dan perubahan itu sendiri sepenuhnya bergantung pada mahasiswa sebagai

    generasi yang produktif.

    Pendidkan Meng-global

    Di Indonesia, perbincangan mengenai sistem kuliah online lebih terasa pada masa

    pandemi Covid-19. Kalau kita melihat secara global bahwasannya kuliah online sudah

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    5

    biasa diterapkan dalam pendidikan di Barat. Dosen dan para mahasiswa bisa

    berinteraksi via online. Mahasiswa biasa menggunakan platform digital untuk

    berdiskusi. Singkatnya ruang maya sudah sangat biasa dijelajah. Pendidikan seperti

    ini tentu menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Mahasiswa harus bisa bersaing secara

    global dengan memanfaatkan pola pendidikan online.

    Kebijakan kuliah online memang sudah cukup biasa dilakukan di tingkat

    perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya, dosen yang berhalangan bisa memberi

    materi via online tetapi mahasiswa tetap hadir di kelas. Namun, bedanya adalah

    sebelum pandemi sistem kuliah seperti itu belum diberi perhatian khusus di dalam

    sistem pendidikan kita tetapi sekarang di tengah pandemi ini kuliah online serius

    dijalankan bahkan diberi perhatian penuh. Mahasiswa mengikuti kuliah via online

    dari rumah atau tempat tinggal masing-masing. Mahasiswa tidak perlu hadir di kelas,

    semuanya dilakukan secara online.

    Di tengah pandemi ini, melalui sistem kuliah online nampaknya pendidkan

    Indonesia bisa perlahan mengglobal. Saat ini, mahasiswa memiliki waktu yang cukup

    banyak untuk bisa menelusuri berbagai sumber pengetahuan baik yang berbasis

    internet maupun media cetak yang bisa dijangkau. Selain itu, tentu akan banyak

    kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas yang bisa menunjang perkembangan

    wawasan pribadi. Masa pandemi menjadi berkat bagi mahasiswa yang sungguh-

    sungguh mengembangkan kapasitas intelektualnya.

    Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka

    muncul suatu tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih

    mengeksplor dunia digital. Institusi pendidikan mesti membekali para mahasiswa

    dengan pengetahuan yang memadai untuk menjelajah sistem online yang difasilitas

    oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google Classroom, Gallery Walk, Line

    Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram,

    LMS Belajar dan patform digital lainnya.

    Mahasiswa yang menggunakan berbagai platform digital seperti itu akan

    mewajibkan dirinya untuk secara terus menerus mengeksplorasi dan mengasah

    kemampuan dalam penggunaan media online.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    6

    Ia bisa menjelajah dan memilih sarana digital yang paling baik untuk digunakan.

    Dengan itu, mahasiswa kian jauh dari istilah gaptek (gagap teknologi) dan semakin

    banyak orang yang lebih maju dalam pengembangan teknologi. Mimpi-mimpi negara

    kita untuk memanfaatkan kemajuan industri 4.0. dan persaingan artificial intelligence

    di masa mendatang semakin jelas. Indonesia bisa optimis dalam persaingan dan

    kolaborasi anak bangsa secara online. Akhirnya, kita menuju era Homo digitalis.

    Melalui sistem belajar online ini, cita-cita Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Indonesia, Nadiem Anwar Makarim yang pernah membicarakan soal kebijakan

    Merdeka Belajar bisa semakin melebarkan jalannya. Merdeka Belajar pada perguruan

    tinggi yang bertajuk Kampus Merdeka persisnya terletak di sini, yaitu kemampuan

    mahasiswa untuk meluaskan cakrawala pengetahuan secara mandiri dan

    mengembangkan kreatifitas praktis.

    Pembimbing akademik ataupun para dosen hanya membantu untuk membenahi

    apa yang diperlukan. Selama perkuliahan dilakukan secara online, peluang untuk

    menelusuri, mengeksplorasi secara pribadi sumber-sumber pengetahuan dan

    membekali diri dengan pengetahuan berbasis digital bisa ditingkatkan. Dalam hal ini,

    kemampuan kognisi seseorang benar-benar diuji. Seseorang harus berjuang secara

    mandiri dalam belajar. Peluang ini, harus benar-benar dimanfaatkan karena

    kemampuan mengeksplorasi pengetahuan akan menentukan kualitas akademis

    seorang mahasiswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan.

    Kebiasaan Umum

    Pelaksanaan kuliah online di tengah pandemi terkesan mendadak dan kurang

    produktif. Persiapan pendidikan kita belum matang untuk menjalankan kuliah online.

    Kebiasaan umum masyarakat Indonesia adalah merasa belum terbiasa dengan kuliah

    online. Belum ada pembekalan dan perngenalan kepada masyarakat dan mahasiswa

    sebelum pandemi terjadi. Ini semestinya bukan hanya tugas pemerintah tetapi tugas

    setiap orang terutama kaum akademis yang bisa mengedukasi masyarakat demi

    kemajuan dan kemapanan kemanusiaan kita.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    7

    Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya paham soal kuliah online sehingga

    hambatan dan tantangan sering terjadi. Hambatan bisa datang dari masyarakat dan

    mahasiswa itu sendiri yang tidak disiplin dan tidak menganggap serius pelaksanaan

    kuliah online.

    Ada kebiasaan bahwa, kita harus mengingatkan keluarga atau orang terdekat jika

    ingin melakukan video conference di rumah. Kita harus mencari tempat yang sunyi

    dan harus berkompromi dengan banyak orang di sekitar untuk memberikan suasana

    tenang. Persoalan sederhana seperti itu bisa menggarisbawahi soal pengetahuan,

    pemahaman, dan penerimaan masyarakat tentang kuliah online.

    Persoalan seperti ini jarang sekali terjadi di negara maju, sebab mereka sudah

    mendidik masyarakat dan memperkenalkan teknologi dan penggunaannya. Misalnya;

    untuk negara maju dalam Riset Work From Home ( WFH) selama era new normal,

    tercatat koresponden yang bersedia untuk bekerja remote dalam beberapa waktu untuk

    sepanjang kariernya sekitar 98 persen. Dari 98 persen tersebut, 32 persen koresponden

    yang suka bekerja di rumah karena fleksibel. Ada 26 persen yang suka bekerja di

    mana saja dengan internet dan laptop. Sekitar 21 persen, merasa senang karena hemat

    energi dan tidak perlu berpergian.

    Fasilitas

    Keterbatasan fasilitas internet tidak jarang terjadi di Indonesia. Menurut

    penelitian dari WebsiteToolTester (11/2019), dari total 207 negara, Indonesia berada

    di posisi ke-92 dengan kecepatan rata-rata hanya 6,65 Mbps. Dengan kecepatan

    seperti ini, tentu akan banyak hambatan dalam penggunaan internet untuk seluruh

    wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, banyak wilayah di Indonesia yang tentunya

    belum sejahtera soal pemanfaatan jaringan internet. Apalagi kalau kuliah online

    diikuti dari kampung yang berada jauh dari pusat kota.

    Pengolahan jaringan yang terbatas dan terlambat memengaruhi jalannya kuliah

    online. Hambatan ini akan masih menjadi tugas besar negara Indonesia untuk

    menjamin mutu pendidikan ketika sungguh-sungguh dilakukan secara online. Kalau

    tidak diatasi maka kuliah online tidak akan membawa kita kepada persaingan

    pendidikan global.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    8

    Memang internet menyediakan berbagai sumber pengetahuan tetapi tidak

    semuanya bisa diakses. Mahasiswa mesti membayar untuk bisa mengakses suatu

    artikel, buku, majalah dan lain sebagainya. Ini adalah suatu tantangan yang berat.

    Oleh karena itu, umumnya dalam keadaan ini seseorang terjebak pada menurunnya

    produktifitas akademis dan masalah psikologi tertentu seperti stres akademis.

    Kalau mahasiswa tidak cerdas untuk memaknai proses kuliah online maka bisa

    saja hilangnya kreatifitas. Oleh karena itu, masa ini merupakan suatu tantangan bagi

    seorang mahasiswa untuk benar-benar mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dirinya

    dalam hal kreatifitas dan belajar mandiri.

    Penutup

    Masa pandemi ini mendorong kita untuk beradaptasi pada suatu keadaan yang

    baru atau the new normal. Para mahasiswa dan dosen juga beradaptasi dengan kuliah

    online.

    Kuliah online harus menjadi bagian dari seruan kemanusiaan. Perguruan tinggi

    memiliki prinsip untuk kemanusiaan. Artinya, praktek belarasa dan solidaritas

    kemanusiaan di tengah pandemi bisa dijalankan melalui adanya kuliah online.

    Kuliah online mesti dilihat sebagai suatu sumbangan solidaritas kemanusiaan dan

    solidaritas ekologis di tengah pandemi. Kuliah online tidak hanya sekadar

    rekonstruksi bangunan pendidikan tetapi rekoleksi diri terhadap keprihatinan sosial

    demi kesejahteraan manusia.

    Dengan platform digital, kita akhirnya semakin dekat dengan evolusi sebagai

    homo digital. Ruang untuk menjajakan dunia maya atau online semakin berkembang.

    Kita optimis menuju pendidikan yang mengglobal melalui jaringan.

    Kuliah online juga menjadi kritikan bagi pemerintah untuk menata masyarakat

    dan memberikan pendidikan yang jelas agar terbebas dari belenggu keterbelakangan

    pendidikan. Masyarakat dan mahasiswa pertama-tama harus dibekali oleh

    pengetahuan dan pembentukan sumber daya manusia. Kemudian, barulah

    rekonstruksi sistem dan infrastruktur yang selalu menjadi hambatan kita untuk

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    9

    berkembang. Sehingga, kesejahteraan di Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh

    rakyat bukan hanya sebagian orang yang cukup beruntung oleh karena kemajuan

    teknologi.

    Semua implikasi yang saya maksudkan diatas adalah orientasi kuliah online di

    tengah pandemi. Kita semua adalah saksi mata dan generasi inilah yang akan

    bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang

    setelah pandemi ini.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    10

    DAFTAR PUSTAKA

    Levinas, Emanuel. On thinking of the other, transleted from, entre nous: Essais Sur le

    penser-ã-l-autre, by Michael Smith and Barbara Harshav,. (London: The Athlone

    Press, 1998).

    Hand Seãn. The levinas reader,. (USA: Black Well oxford Uk and Cambridge, 1989).

    Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor 4

    Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat

    Penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 1 9)

    Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor I

    Tahun 2020 Tentang Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan

    Peserta Didiik Dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran

    2020/2021.

    https://tirto.id/evs2, diakses pada 12 Juni 2020, pkl. 18.30 pm.

    https://www.mdpi.com/2071-1050/10/2/415, diakses pada 29 Mei 2020, pkl.

    21.10.pm.

    https://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv:04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be0

    6149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f

    5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7e. diakses pada 13 Juni 2020, pkl. 22.11. pm.

    https://tirto.id/evs2https://www.mdpi.com/2071-1050/10/2/415https://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7ehttps://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7ehttps://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7e

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    11

    https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunik

    asi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm

    medium=desktop. diakses pada 2 Juni 2020, pkl. 11.13. am.

    Penilaian Juri:

    1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,34

    TOTAL 97,34

    https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktophttps://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktophttps://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktop

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Nama : Yoga A.Pongtuluran NIM 192314047 Prodi : Ilmu Ekonomi Judul Esai : Penerapan Metode Six Thinking Hats Dalam Menilai Keberlangsungan

    Sistem Perkuliahan Online

    Pendahuluan Terhitung sejak diumumkannya wabah covid-19 sebagai pandemi, dan diberlakukannya

    rotokol kesehatan di berbagai negara yang berimbas pada pengurangan aktifitas kontak fisik

    secara langsung, menyebabkan berbagai Institusi yang ada harus menyesuaikan diri dengan

    keadaan tersebut. Institusi pendidikan adalah salah satu yang harus melakukan penyesuaian

    dengan mengalihkan kegiatan belajar-mengajar ke sistem daring. Di Indonesia sistem

    pembelajaran secara daring saat ini telah diterapkan dalam Institusi pendidikan tinggi. Metode

    perkuliahan secara daring ini adalah cara yang paling efektif dan yang terbaik sejauh ini dalam

    menghadapi situasi wabah covid-19. Namun ada pertanyaan lanjutan yang perlu kita ketahui,

    yaitu apakah metode perkuliahan secara daring harus terus diterapkan setidaknya hingga akhir

    tahun, atau hingga virus corona benar-benar menghilang ?, atau apakah metode perkuliahan

    tatap muka secara langsung harus segera kembali diterapkan menjelang masuknya perkuliahan

    semester ganjil tahun ini dan tentunya dengan penerapan protokol kesehatan ?.

    Permasalahan keberlangsungan sistem perkuliahan online tersebut tentu menimbulkan

    pro dan kontra di kalangan pelajar dan pengajar. Maka dari itu dalam esai ini akan digunakan

    metode Six Thinking Hats yang selanjutnya akan saya sebut sebagai metode ‘enam topi

    berpikir’. Jadi metode enam topi berpikir adalah metode penyelesaian permasalahan dengan

    melihat suatu masalah dari berbagai prespektif yang berbeda, dan prespektif tersebut di

    metaforakan ke dalam berbagai jenis warna topi yang terdiri dari: topi putih yang berfokus

    pada informasi dan fakta, topi merah yang berfokus pada intuisi dan emosi, topi hitam yang

    mempunyai peran mengkritisi dan selalu melihat sisi negatif suatu subjek, topi kuning yang

    berfokus pada nilai positif dan manfaat, topi hijau yang berfokus pada pemikiran kreatif dan

    ide-ide baru, dan topi biru yang berfokus pada penyelarasan pemikiran dari kelima topi tersebut

    dan memberikan kesimpulan dari hasil pemikiran topi-topi tersebut. Metode ini diperkenalkan

    oleh Edward De Bono, dan dikatakan bahwa metode ini jauh lebih baik dalam memberikan

    pemaparan secara komprehensif dibandingkan dengan metode berdiskusi secara argumentatif.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Oleh karena itu saya akan menggunakan metode ini dalam merumuskan pertanyaan

    seputar keberlanjutan sistem perkuliahan online. Pertanyaan-pertanyaan dasar yang akan

    dibahas adalah apakah perkuliahan online harus tetap dilanjutkan pada semester ganjil tahun

    ini ?, bagaimana dampaknya terhadap mutu pendidikan di Indonesia ?, dan apa solusi terbaik

    yang bisa kita ambil ?.

    Pembahasan Untuk urutan penggunaan topi berpikir terdapat beberapa variasi, namun yang akan saya

    gunakan disini adalah variasi orisinal dari Edward De Bono yang secara berurutan dimulai dari:

    topi putih untuk mengumpulkan informasi, topi merah untuk mengungkapkan intuisi, topi

    hitam untuk mengkritisi, topi kuning untuk melihat nilai, topi hijau untuk memikirkan ide

    kreatif, dan topi biru untuk menyimpulkan, serta menentukan langkah-langkah selanjutnya.

    • Perspektif topi putih

    Kondisi perkuliahan online di indonesia saat ini pada semester genap telah selesai

    (memasuki masa jeda semester) di beberapa kampus termasuk di kampus Sanata Dharma,

    hanya beberapa kampus saja yang masih menjalankan kegiatan perkuliahan secara daring.

    Sampai saat ini, di Indonesia masih belum ada penetapan protokol perkuliahan online yang

    tetap dan masing-masing Kampus/Jurusan/Dosen menggunakan metode perkuliahan dan

    aplikasi online yang berbeda, misalnya penggunaan aplikasi Whatsapp, Zoom, Webex,

    Discord, Portal belajar, dan lain-lain.

    Mengenai keberlanjutan perkuliahan secara daring pada semester depan, khususnya di

    Universitas Sanata Dharma masih terus dipertimbangkan, namun untuk Fakultas Ekonomi

    telah ditetapkan bahwa semeter berikutnya akan tetap berupa perkuliahan secara daring.

    Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Nadiem Makarim yang menginstruksikan agar perkuliahan pada semester depan yang akan

    dimulai pada bulan Agustus mendatang harus tetap berupa perkuliahan secara Online

    mengingat keadaan yang belum pasti, lagi Ia mengatakan bahwa kemampuan beradaptasi bagi

    Mahasiswa dirasa cukup baik dalam menghadapi perubahan dibandingkan dengan Siswa

    menengah dan atas.

    • Perspektif topi merah

    Saya pribadi sebagai seorang Mahasiswa merasa bahwa keputusan untuk melanjutkan

    perkuliahan secara daring pada semester depan membuat saya cukup sedih, pasalnya dengan

    keputusan tersebut banyak kegiatan ‘ekskul’ ataupun kepanitiaan yang terganggu atau

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    dibatalkan. Selain itu saya sebagai seorang Mahasiswa merasa cukup kesulitan dalam proses

    mengikuti kegiatan perkuliahan secara online dikarenakan keterbatasan interaksi antar

    Mahasiswa dan Dosen, dan yang lebih penting lagi yaitu akibat dari penerapan perkuliahan

    Online secara daring membuat banyak Mahasiswa merasa stres dikarenakan terputusnya

    hubungan sosial secara langsung dengan Mahasiswa lain dan secara perlahan kehilangan

    kemampuan dalam bersosialisasi, maka dari itu saya lebih mengapresiasi apabila kebijakan

    perkuliahan online pada semester depan tidak diterapkan lagi atau setidaknya harus ada satu

    mata kuliah dengan metode tatap muka secara langsung tentunya dengan penerapan protokol

    kesehatan yang sesuai. namun disatu sisi, dengan diberlakukanya perkuliahan online saya jadi

    mempunyai banyak waktu untuk menyendiri dan mengintrospeksi diri saya, yang mana hal

    tersebut jarang saya lakukan pada waktu-waktu biasa.

    • Perspektif topi hitam

    Keputusan untuk menerapkan perkuliahan online di masa pandemi tidaklah efektif,

    banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul dikarenakan hal tersebut. Ditambah

    lagi adanya kebijakan untuk melanjutkan perkuliahan secara daring di semester depan benar-

    benar merupakan kebijakan yang keliru dan tidak efektif. Faktor pertama yang menjadi

    permasalahan dalam penerapan metode perkuliahan secara online yaitu adanya keterbatasan

    Mahasiswa dari segi biaya dalam mencukupi akomodasi untuk menerapkan perkuliahan online,

    Mahasiswa yang memiliki kemampuan finansial yang dibawah rata-rata pastinya akan sangat

    kesulitan ketika hendak mengikuti kegiatan perkuliahan secara online, selain itu faktor sarana

    prasarana di indonesia yang dinilai kurang memadai seperti jaringan internet yang sangat

    lambat mengakibatkan keterbatasan komunikasi antar Mahasiswa dan Dosen, dan ketiadaan

    alat pendukung seperti laptop atau komputer untuk beberapa Mahasiswa masih menjadi

    kendala terbesar dalam menerapkan sistem ini, akibat dari faktor-faktor tersebut, beberapa

    Mahasiswa pastinya akan mengalami ketertinggalan dalam memahami materi perkuliahan.

    Selain faktor-faktor diatas, ada beberapa alasan pendukung mengapa perkuliahan online

    tidaklah efektif yaitu : faktor yang pertama adalah sistem penilaian yang lemah, seperti yang

    kita tahu metode perkuliahan online diterapkan dengan tanpa pengawasan terhadap para

    mahasiswa, berbeda dengan metode penilaian secara tatap muka dimana Dosen ataupun

    Pengawas melakukan fungsi pengawasan misalnya dalam mengerjakan tugas atau ujian,

    namun dalam penerapan metode perkuliahan secara online, banyak terdapat kecurangan-

    kecurangan yang dilakukan oleh Mahasiswa dikarenakan tidak adanya pengawasan, seperti

    contohnya menyontek saat mengerjakan tugas, kerjasama saat mengerjakan ujian, dll.

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Akibatnya penilaian yang diberikan Dosen tidak seratus persen merepresentasikan kualitas dari

    Mahasiswa tersebut. Faktor kedua mengapa kuliah secara online tidak efektif yaitu tidak

    adanya protokol yang tetap dan penggunaan media daring yang tetap, akibat dari hal tersebut,

    seringkali Mahasiswa dibuat bingung dengan penggunaan media daring dan metode

    perkuliahan online yang berbeda dari setiap Dosen. Dan faktor terakhir mengapa perkuliahan

    online tidak efektif yaitu adanya permasalahan keamanan yang beresiko terhadap penggunaan

    aplikasi pertemuan online, seperti aplikasi Zoom yang baru-baru ini diketahui bahwa telah

    terjadinya kebocoran data para penggunanya dikarenakan tidak adanya sistem enkripsi yang

    menjamin keamanan datanya, sehingga sewaktu-waktu bisa saja terjadi peretasan akun.

    • Perspektif topi kuning

    Sistem perkuliahan secara online dimasa pandemi adalah langkah yang terbaik yang bisa

    diambil untuk saat ini, dan juga perlu terus diterapkan hingga dirasa bahwa memungkinkan

    untuk kembali berkuliah secara normal. Dengan diterapkanya perkuliahan secara online, resiko

    penyebaran covid-19 dapat diminimalisir. Bukan hanya di Indonesia saja yang saat ini

    menerapkan sistem perkuliahan online, namun di berbagai negara di Dunia juga menerapkan

    hal yang sama seperti di Universitas Cambridge yang notabene kurva pertambahan pasien

    covid-19 telah menurun namun masih tetap menerapkan sistem perkuliahan online sampai

    summer 2021. Terlepas dari manfaat terhindar dari penularan covid-19, ada berbagai manfaat

    yang dapat kita peroleh dalam penerapan perkuliahan online. Keuntungan yang pertama dari

    penerapan perkuliahan secara online yaitu tempat dan waktu-nya yang efisien, hanya dengan

    jaringan internet, kita bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar dimanapun itu baik di taman,

    di kamar, di kafe, atau di perpustakaan. Tidak ada lagi batasan-batasan formal yang

    mengharuskan kita untuk hadir dan duduk di kelas, juga waktu yang lebih fleksibel

    memberikan kita kesempatan untuk melakukan aktifitas lain seperti menjalani hobi atau

    sekedar bersih-bersih. Keuntungan yang kedua dari penerapan perkuliahan online yaitu

    menghemat biaya perjalanan, yang mana biasanya kita perlu menghabiskan ongkos

    transportasi untuk berangkat kuliah, dan juga mengeluarkan uang fotokopi, dan uang jajan lain,

    ditambah lagi adanya subsidi kuota internet juga memperingan biaya-biaya yang kita habiskan.

    Keuntungan yang ketiga dari sistem perkuliahan online yaitu mengajarkan kita untuk disiplin

    dan bertanggung jawab, dikarenakan kita menghabiskan banyak waktu tanpa adanya interaksi-

    interaksi yang dapat mempengaruhi pemikiran kita, sehingga kita diberikan kesempatan untuk

    benar-benar memfokuskan diri terhadap perkuliahan. Dan keuntungan yang keempat yaitu kita

    diberikan kesempatan untuk merasakan teknologi, bukan hanya mengajarkan para Mahasiswa

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    untuk menggunakan teknologi, tetapi juga para Dosen dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan

    keadaan yang ada sehingga kedua pihak baik Mahasiswa dan Dosen dapat sama-sama belajar

    dan terus memikirkan ide-ide kreatif mengenai metode perkuliahan online yang terbaik.

    Namun keuntungan yang paling utama dengan penerapan sistem perkuliahan online

    yaitu dapat meminimalisir penyebaran virus covid-19, dan dengan cara tersebut kita sudah

    berpartisipasi dalam memutus rantai penyebaran virus, sehingga akan mempercepat proses

    pemulihan dari segi kesehatan, ekonomi, ataupun pendidikan.

    • Perspektif topi hijau Solusi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seputar

    perkuliahan online tanpa menghilangkan manfaat dari sistem perkuliahan online itu sendiri

    seperti manfaat efisiensi dan keamanan, dapat diatasi dengan dua pilihan berikut yaitu :

    Solusi yang pertama adalah penerapan perkuliahan online sekaligus perkuliahan ofline

    yang menyangkut, praktikum, penelitian, dan mata kuliah tertentu. Dengan memberlakukkan

    sistem perkuliahan online sekaligus ofline tentunya dengan penerapan protokol kesehatan dan

    pembatasan jumlah Mahasiswa per-ruangan, manfaat yang didapatkan dari sistem perkuliahan

    secara online dapat dipertahankan, dan kekurangan-kekurangan dari sistem perkuliahan online

    juga dapat diatasi dengan pemberlakuan kuliah tatap muka untuk praktikum, yang mana tidak

    memungkinkan dilakukan secara online. kemudian ujian secara ofline/tatap muka juga perlu

    diterapkan guna menghindari penyalahgunaan situasi dimana para Mahasiswa bisa saja

    melakukan kecurangan apabila ujian dilakukan secara online, dan setidaknya harus ada satu

    mata kuliah yang harus berupa tatap muka secara langsung supaya menjaga rasa sosial

    Mahasiswa dan juga dapat memudahkan proses pembelajaran tentunya dengan penerapan

    social distancing dan protokol kesehatan lainnya seperti penggunaan masker, sanitizer, dan

    lain-lain.

    Solusi yang kedua yaitu membentuk website perkuliahan online yang dapat menyimpan

    rekaman pembelajaran, memberikan tugas dan berdiskusi dalam satu tempat, dan pemberian

    potongan uang kuliah bagi Mahasiswa-mahasiswa tertentu yang berkekurangan. Konsep

    tersebut mirip seperti aplikasi ‘Quiper’ atau ‘Ruangguru’ namun khusus untuk para

    Mahasiswa. Solusi ini dapat mempertahankan kebermanfaatan dari sistem perkuliahan online

    dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, dan juga mengatasi permasalahan-

    permasalahan perkuliahan online seperti mengatasi permasalahan keamanan data para

    Mahasiswa yang biasanya menggunakan aplikasi/website buatan luar negeri yang belum tentu

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    terjamin keamananya. Selain manfaat tersebut, pembuatan website yang dapat menyimpan

    video pembelajaran, memuat tugas, dan berdiskusi yang terintegrasi juga dapat mengatasi

    permasalahan perbedaan penggunaan media daring yang digunakan para Dosen untuk

    mengajar, dan juga lebih mempermudah Mahasiwa.

    • Perspektif topi biru

    Inti dari kelima perspektif tersebut dapat dirangkum dengan cara sebagai berikut : yaitu

    yang pertama dari perspektif topi putih telah menjelaskan kondisi perkuliahan di masa

    pandemi saat ini yang menggunakan sistem perkuliahan secara online dan akan terus

    dilanjukan sistemnya sesuai dengan arahan dari Menteri Nadiem Makarim sampai dengan

    waktu yang tidak bisa ditentukan. Kemudian dari perspektif topi merah telah dijelaskan keluh

    kesah secara pribadi mengenai sistem perkuliahan online yang sedang diterapkan dan juga telah

    dijelaskan sisi baik-nya yang bersifat subjektif dari penerapan perkuliahan online ini.

    Perspektif topi hitam telah menjelaskan mengenai permasalahan-permasalahan dari penerapan

    sistem perkuliahan online dan alasan yang cukup kuat mengenai ketidakefektifan sistem

    perkuliahan online. Sedangkan dari perspektif topi kuning sudah memberikan pemaparan

    mengenai manfaat dari penerapan perkuliahan secara daring dan keuntungan-keuntungan kecil

    yang dapat diperoleh dari penerapan sistem perkuliahan online. Dan yang terakhir dari

    perspektif topi hijau telah memberikan pemikiran-pemikiran kreatif mengenai solusi terbaik

    yang bisa kita ambil bersama yang dapat meminimalisir sejumlah kekurangan sistem

    perkuliahan online sekaligus mempertahankan keuntungan-keuntungannya.

    Maksud utama dari penggunaan kelima perspektif dalam menilai keberlangsungan

    sistem perkuliahan online saat ini yaitu supaya kita dapat melihat gambaran secara menyeluruh

    dan komperhensif mengenai sistem ini, dan tujuan yang diinginkan yaitu untuk mencari metode

    perkuliahan yang terbaik dan yang sesuai dalam merespon situasi saat ini. Dan dalam peroses

    tersebut telah didapatkan dua ide yaitu yang pertama adalah penerapan perkuliahan online dan

    perkuliahan ofline dalam beberapa keadaan khusus seperti praktek, ujian dsb, dan tentunya

    dengan penerapan protokol kesehatan, dan ide yang kedua yaitu pembuatan website belajar

    untuk Mahasiswa. Dalam website tersebut haruslah mempunyai fitur penyimpanan video,

    tugas, dan berdiskusi (seperti Ruangguru dan Quiper), dan juga pemberian subsidi kuota

    internet bagi Mahasiswa yang kurang mampu.

    Kesimpulan

  • Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19

    Dari penggunaan keenam topi pemikiran di atas telah dijelaskan secara menyeluruh dan

    tersusun mengenai sistem perkuliahan online yang mana telah didapatkan dua solusi sementara.

    Solusi-solusi tersebut adalah solusi awal yang masih belum tentu dan keduan