29351865 esai bung hatta

Upload: saiful-ipoel

Post on 04-Apr-2018

249 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Mohammad Hatta atau biasanya disebut dengan Bung Hatta adalah nama

    salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan

    dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan

    hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat.

    Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga beliau disebut

    sebagai salah seorang The Founding Fathers of Indonesia. Berbagai tulisan dan

    kisah perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa

    kecil, remaja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan

    Indonesia.

    Bung Hatta adalah seorang pahlawan nasional, seorang pejuang dan

    negarawan sejati yang terus berpikir demi bangsa dan negara yang dicintainya.

    Beliau adalah salah seorang Proklamator Kemerdekaan RI, dan juga Wakil

    Presiden yang pertama, Menteri Luar Negeri, serta Perdana Menteri Indonesiayang ke -3. Bung Hatta mempunyai riwayat kehidupan dan kisah perjuangan yang

    menarik untuk dibahas. Karena itulah tujuan dari penulisan esai biografi

    Muhammad Hatta ini selain untuk memenuhi tugas juga untuk lebih mengenal

    riwayat kehidupannya beserta tinta emas yang telah ditorehkan beliau, sehingga

    kita sebagai bangsa Indonesia dapat mengenangnya dan mengambil pesan atau

    amanah dari kisah Bung Hatta ini serta dapat meneladaninya dalam kehidupan

    kita.

    1

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    2/24

    Gambar 2.1.1 Bung

    Hatta

    BAB II

    ISI

    2.1 Riwayat Awal Kehidupan

    Mohammad Hatta yang

    mempunyai nama lengkap Dr.

    (H.C.).Drs.H.Mohammad Hatta dan

    populer dengan nama Bung Hatta ini

    lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di

    Bukittinggi, Sumatera Barat,

    Indonesia. Di kota kecil inilah Bung

    Hatta dibesarkan di lingkungan

    keluarga ibunya. Ayahnya, Haji

    Mohammad Djamil, meninggal ketika

    Hatta berusia delapan bulan. Dari

    ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-lakisatu-satunya. Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan

    adalah Muhammad Athar.

    Pada tanggal 18 Nopember 1945, Hatta menikah dengan Rahmi

    Rachim di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Dari pernikahannya ini beliau

    mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabiah, dan

    Halidah Nuriah. Dua orang putrinya telah menikah. Yang pertama dengan

    Dr.Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil

    Baridjambek. Anak perempuannya yang bernama Meutia Farida atau di

    kenal dengan nama Meutia Hatta menjabat sebagai Menteri Negara

    Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan

    Susilo Bambang Yhudoyono. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua

    cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohammad Athar

    Baridjambek.

    2

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sri-Edi_Swasono&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sri-Edi_Swasono&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sri-Edi_Swasono&action=edit&redlink=1
  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    3/24

    Sepanjang hidupnya, Bung Hatta berperilaku senantiasa menampilkan

    sikap yang santun terhadap siapa pun. Baik kawan maupun lawan. Terhadap

    Bung Karno yang pada masa sebelum kemerdekaan melakukan kerja sama

    cukup erat namun kemudian mereka tidak dapat bekerja sama secara politik,

    tetapi sebagai sesama manusia, Bung Hatta masih menghormatinya. Ketika

    Bung Karno sakit, Bung Hatta menengoknya. Demikian pula sebaliknya.

    Kesantunan menjadi sikap dalam hidupnya untuk saling menghargai.

    Bila ada pejabat negara yang paling jujur, semua orang Indonesia akan

    menyebut nama Bung Hatta. Bukan hanya jujur, tetapi ia juga uncorruptable.

    Tak terkorupsikan, demikian menurut Jacob Utama, Pemimpin Umum

    harian Kompas. Kejujuran hatinya membuat dia tidak rela untuk

    menodainya melakukan tindak korupsi.

    Bilamana Bung Hatta melakukan korupsi, barangkali bukan hanya

    sepatu merek Bally yang mampu di beli oleh beliau. Ia bisa menggonta ganti

    sepatu baru setiap harinya bahkan memiliki saham di pabrik sepatu. Namun,

    pada kenyataan ia tidak melakukan semua itu. Ia hanya menyelipkanpotongan iklan sepatu Bally yang tidak terbelinya hingga akhir hayat. Bila

    dilihat pada kondisi sekarang, seharusnya masa lalu juga demikian, tentu hal

    ini merupakan sebuah tragedi.

    Seorang mantan wakil presiden, orang yang menandatangani

    proklamasi kemerdekaan, orang yang memimpin delegasi perundingan

    dengan Belanda negara yang pernah menjajahnyahingga Belanda mau

    mengakui kedaulatan Indonesia, ternyata tidak mampu hanya untuk sekadar

    membeli sepasang sepatu bermerek terkenal. Bahkan, untuk membayar

    rekening air dan listrik, Bung Hatta yang mengandalkan hidupnya dari uang

    pensiunan seorang wakil presiden ternyata tidak cukup. Apalagi untuk

    membeli keperluan lain, seperti sepatu, yang dianggap oleh dirinya sebagai

    pemenuhan kebutuhan pribadi. Ia masih memikirkan kehidupan keluarga,

    istri dan tiga orang anaknya.

    3

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    4/24

    Sampai akhir hayatnya Bung Hatta dikenal sebagai orang yang tetap

    sederhana. Dengan pengalaman dan pergaulannya yang sangat luas, serta

    memiliki pemahaman yang mendalam di bidang ekonomi, hukum,

    pemerintahan, rasanya tidak akan sulit bagi Bung Hatta untuk berlaku tidak

    sederhana. Ia bisa menjadi orang yang kaya secara materi, dan tidak perlu

    merasakan kesulitan dalam hidupnya. Tetapi, visi keneragarawannya

    mengatakan dia harus menjaga simbol kenegaraan. Bukan untuk dirinya

    sendiri.

    Maka, ia menikmati hidup dari uang pensiun. Dengan jumlah yang

    tidak seberapa, namun mampu melaksanakan gaya hidup yang hemat, uang

    pensiun itu cukup menghidupinya sekeluarga. Bagi Bung Hatta, tentu saja

    sangat mudah menerima tawaran bekerja dari berbagai perusahaan, baik

    lokal maupun internasional. Tetapi, bagaimana dengan citra wakil presiden.

    Bagaimana mungkin seorangmantan wakil presiden menjadi konsultan

    perusahaan A. Apakah hal itu tidak memunculkan bias dalam persaingan

    usaha, mengingat hebatnya pengalaman Bung Hatta? Inilah yang BungHatta hindari. Ia ingin menjaga nama baik. Bukan hanya dirinya sendiri,

    tetapi nama baik bangsa dan negara.

    2.2 Latar Belakang Pendidikan

    Dr. Mohammad Hatta lahir dari keluarga

    ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di

    Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan

    studinya keEuropeesche Lagere School(ELS) di Padang. Saat usia 13

    tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA)

    di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di

    Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta

    melanjutkan studi ke MULO (Meer Ultgebreid Lagere Ondewijs) di kota

    Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah

    Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan

    4

    http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukittinggihttp://id.wikipedia.org/wiki/1913http://id.wikipedia.org/wiki/1916http://id.wikipedia.org/wiki/ELShttp://id.wikipedia.org/wiki/Padanghttp://id.wikipedia.org/wiki/HBShttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/MULOhttp://id.wikipedia.org/wiki/1919http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukittinggihttp://id.wikipedia.org/wiki/1913http://id.wikipedia.org/wiki/1916http://id.wikipedia.org/wiki/ELShttp://id.wikipedia.org/wiki/Padanghttp://id.wikipedia.org/wiki/HBShttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/MULOhttp://id.wikipedia.org/wiki/1919
  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    5/24

    hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi

    ke Rotterdam, Belanda, untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland

    Handels Hoge School (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini

    menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11

    tahun.

    Pada tangal 27 November1956, Bung Hatta memperoleh gelar

    kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari

    Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul

    "Lampau dan Datang".

    2.3 Organisasi dan Kisah Perjuangannya

    2.3.1 Bermula dari kota Padang dan Batavia

    Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada

    pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan

    pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa.

    dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen

    Bond (JSB). Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal

    perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca

    berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia.

    Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat

    kabarUtusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

    Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari

    pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi

    sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan

    luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa

    tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin

    selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.

    Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena

    kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-

    pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola

    5

    http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Erasmus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/27_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1956http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Doctor_Honoris_Causa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Gadjah_Madahttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hattahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Politikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Koranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tjokroaminotohttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Erasmus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/27_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1956http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Doctor_Honoris_Causa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Gadjah_Madahttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hattahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Politikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Koranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tjokroaminotohttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim
  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    6/24

    Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Aku kagum melihat cara Abdul

    Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu

    setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku

    belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik

    perhatian dan membakar semangat, aku Hatta dalam Memoir-nya.

    Itulah Abdul Moeis:pengarang roman Salah Asuhan; aktivis

    partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat

    dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia

    Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

    Pada usia 17tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah

    (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi

    di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai

    aktifmenulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera,

    Namaku Hindania! begitulah judulnya. Berkisah perihal janda

    cantik dan kaya yang terbujukkawin lagi. Setelah ditinggal mati

    suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir

    dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. Tapi

    Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada

    diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku, rutuk Hatta lewat

    Hindania.

    Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan

    beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat,

    perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asalMinangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan

    temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan

    Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling

    kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah

    air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal

    memajukanbahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu

    diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan

    6

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kagumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengaranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Volksraadhttp://id.wikipedia.org/wiki/Majalahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/17http://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hattahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sekolahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggihttp://id.wikipedia.org/wiki/Menulishttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kawinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Brahmanahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hindustanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Miskinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengalamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Diskusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sabtuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kagumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengaranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Volksraadhttp://id.wikipedia.org/wiki/Majalahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/17http://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hattahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sekolahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggihttp://id.wikipedia.org/wiki/Menulishttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kawinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Brahmanahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hindustanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Miskinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengalamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Diskusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sabtuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu
  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    7/24

    itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada

    pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan

    perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada

    soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, Karena

    berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan, kenang Hatta

    lagi dalam Memoir-nya.

    Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin

    kerjasama denganpercetakansurat kabarNeratja. Hubungan itu terus

    berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagaikoresponden. Suatu ketika pada medio tahun1922, terjadi peristiwa

    yang mengemparkan Eropa, Turki yang di pandang

    sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe)

    memukul mundurtentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris.

    Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan

    untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian

    khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah airyang

    mengutip tulisan-tulisan Hatta.

    2.3.2 Masa Studi di Negeri Belanda

    Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar

    pada Handels Hoge School di Rotterdam. Lalu, ia segera mendaftar

    sebagai anggota Indische Vereniging. Saat itu, telah tersedia iklim

    pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische

    Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan

    pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische

    Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi

    Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di

    Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat

    tulisan di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena

    Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi

    penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai

    7

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Percetakanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/1922http://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttp://id.wikipedia.org/wiki/Turkihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tentarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Percetakanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tahunhttp://id.wikipedia.org/wiki/1922http://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttp://id.wikipedia.org/wiki/Turkihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tentarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_air
  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    8/24

    1916. Hindia Poetra bersemboyan Mamoerlah Tanah Hindia!

    Kekallah Anak-Rakjatnya! berisi informasi bagi para pelajar asal

    tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip

    kritik terhadap sikap kolonial Belanda.

    Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak

    lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging

    berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula,

    nama Indische meski masih bermasalah sudah mencerminkan

    kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yangsecara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah

    mereka semua berasal.

    Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging

    pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu

    berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian

    pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh

    Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti

    penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka

    memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi

    Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama

    Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa

    yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang

    anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang

    kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atauNederland Indie.

    Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi

    perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh

    ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925.

    Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu

    dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif.

    8

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    9/24

    Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar

    di bidang politik.

    Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih

    menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan

    itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul "Economische

    Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur Ekonomi Dunia

    dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur

    ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan

    kebijaksanaan non-kooperatif.

    Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih

    menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari

    perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang

    mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga

    akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan

    Indonesia (PPPI), PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional

    yang berada di Eropa.

    PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir

    setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima

    perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang

    memimpin delegasi.

    Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama

    "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi

    Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak

    oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama

    "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu

    telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi

    internasional.

    Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman

    penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial,

    9

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    10/24

    suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15

    Februari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-

    pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen,

    serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di

    Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan

    Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan

    Nehru mulai dirintis sejak saat itu.

    Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk

    memberikan ceramah bagi "Liga Wanita Internasional untukPerdamaian dan Kebebasan" di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L

    'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia dan

    Persoalan Kemerdekaan).

    Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap

    pemerintah Belanda, bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali

    Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara

    selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah

    pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala

    tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan

    pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan

    sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij" (Indonesia Free), dan

    kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku

    dengan judul Indonesia Merdeka.

    Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada

    studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Rajat dan

    kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri

    studinya pada pertengahan tahun 1932.

    2.3.3 Kembali ke Tanah Air

    Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di

    Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir

    10

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    11/24

    tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis

    berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Rajat. `

    Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik

    bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau

    juga aktif di PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan

    Soekarno tahun 1927. Dalam organisasi PNI, Bung Hatta menitik

    beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau melihat bahwa

    melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan.

    Karena PNI dinilai sebagai partai yang radikal dan membahayakan

    bagi kedudukan Belanda, maka banyak tekanan dan upaya untuk

    mengurangi pengaruhnya pada rakyat. Hal ini dilihat dari

    propaganda dan profokasi PNI tehadap penduduk untuk mengusakan

    kemerdekaan. Hingga akhirnya Bunga Karno di tangkap dan demi

    keamanan organisasi ini membubarkan diri. Tak lama setetah PNI

    (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti

    yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki

    sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda.

    Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat

    dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional

    Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini

    didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta

    diangkat sebagai pemimpin. Organisasi ini memperhatikan

    kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan

    menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan

    mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat

    dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan . Organisasi ini

    berkembang dengan pesat, bayangkan pada kongres I di Bandung

    1932 anggotanya baru 2000 orang dan setahun kemudian telah

    memiliki 65 cabang di Indonesia. Organisasi ini mendapat pengikut

    dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam

    pendidikan. Di PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan

    11

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    12/24

    Syahrir yang merupakan teman akrabnya sejak di Belanda. Hal ini

    makin memajukan organisasi ini di dunia pendidikan Indonesia

    waktu itu. Kemajuan, kegiatan dan aksi dari PNI Pendidikan dilihat

    Belanda sebagai ancaman baru tehadap kedudukan mereka sebagai

    penjajah di Indonesia dan mereka pun mengeluarkan beberapa

    ketetapan ditahun 1933 diantaranya: a. Polisi diperintahkan bertindak

    keras terhadap rapat-rapat PNI Pendidikan. b. 27 Juni 1933, pegawai

    negeri dilarang menjadi anggota PNI Pendidikan. c. 1 Agustus 1933,

    diadakan pelarangan rapat-rapat PNI Pendidikan di seluruh

    Indonesia. Akhirnya ditahun 1934 Partai Nasional Indonesia

    Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di bubarkan

    dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap

    membahayakan seperti : Partindo dan PSII. Ide-ide PNI Pendidikan

    yang dituangkan dalam surat kabar ikut di hancurkan dan surat kabar

    yang menerbitkan ikut di bredel. Namun secara keorganisasian,

    Hatta sebagai pemimpin tak mau menyatakan organisasinya telah

    bubar. Ia tetap aktif dan berjuang untuk kemajuan pendidikan

    Indonesia. Soekarno yang aktif di Partindo dibuang ke Flores diikuti

    dengan pengasingan Hatta dan Syahrir. Reaksi Hatta yang keras

    terhadap sikap Soekarno, sehubungan dengan penahanannya oleh

    Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan

    Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat

    Rajat, yang berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933),

    "Tragedi Soekarno" (30 Nopember 1933), dan "Sikap Pemimpin"

    (10 Desember 1933).

    Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende,

    Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada

    Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai

    Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke

    Boven Digoel (Papua). Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari

    kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan.

    12

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    13/24

    Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka,

    dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir

    setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok,

    Hatta menulis buku berjudul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme. Hal

    ini dilakukan oleh Belanda dengan harapan terciptanya ketenangan

    di daerah jajahan.

    Walau para pemimpin di asingkan namun para pengikut mereka

    tetap konsisten melanjutkan perjuangan partai. PNI Pendidikan tetap

    memberikan kursus-kursus, pelatihan-pelatuhan baik melalui tulisanmaupun dengan kunjungan kerumah-rumah penduduk.

    2.3.4 Masa Pembuangan

    Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di

    Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana,

    Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk

    pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan

    nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan

    dengan menerima bahan makanan in natural, dengan tiada harapan

    akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau

    bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti

    telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah

    dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.

    Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel

    untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya

    hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-

    kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang

    khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian,

    Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran

    kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi,

    sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di

    kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, "Pengantar

    13

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    14/24

    ke Jalan llmu dan Pengetahuan" dan "Alam Pikiran Yunani." (empat

    jilid).

    Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van

    Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan

    Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya

    berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto

    Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta

    dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan

    memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah,tatabuku, politik, dan lain-Iain.

    2.3.5 Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang

    Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke

    Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda

    menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan

    Sjahrir dibawa ke Jakarta.

    Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja

    sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa

    Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan

    menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor

    Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah.

    Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam

    pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri.

    Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai

    senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau

    mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena

    itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan

    tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.

    Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara.

    Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang

    14

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    15/24

    Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan

    banyak kalangan. Ia mengatakan, Indonesia terlepas dari penjajahan

    imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi

    jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya.

    Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam

    ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang

    kembali."

    2.3.6 Proklamasi

    Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha

    Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan

    Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari

    wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa

    dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

    Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di

    rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir

    pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri

    dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti

    Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks

    proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks

    proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang

    menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu

    selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota

    lainnya menanti.

    Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut

    ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta.

    Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.

    Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan

    15

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    16/24

    oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia,

    tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

    Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai

    Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat

    menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto

    mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus

    merupakan satu dwitunggal.

    Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

    Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha

    Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah

    Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali

    perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati

    dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan

    akibat kecurangan pihak Belanda.

    Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung

    Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma

    Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot

    pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja

    India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru

    berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi

    kepada PBB agar Belanda dihukum.

    Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti.

    September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948,

    Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres

    ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat

    Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di

    mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin

    perjuangan bersenjata.

    16

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    17/24

    Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang

    mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk

    menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.

    Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara

    Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi

    Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi

    Wakil Presiden.

    2.3.7 Periode Tahun 1950-1956

    Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif

    memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan

    tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku

    ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing

    gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi

    ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato

    radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya

    aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17

    Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada

    Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta

    mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang

    berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

    Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila

    parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan

    mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk

    mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat

    kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan

    kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi

    oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua

    Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan

    jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha

    mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.

    17

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    18/24

    Alasan Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil

    Presiden RI pada 1 Desember 1956 adalah karena ia merasa tidak

    cocok lagi Bung Karno yang menjadi presiden. Ia menganggap Bung

    Karno sudah mulai meninggalkan demokrasi dan ingin memimpin

    segalanya. Sebagai pejuang demokrasi, ia tidak bisa menerima

    perilaku Bung Karno. Padahal, rakyat telah memilh sistem

    demokrasi yang mensyaratkan persamaan hak dan kewajiban bagi

    semua warga negara dan dihormatinya supremasi hukum.

    Bung Karno mencoba berdiri di atas semua itu dengan alasan

    rakyat perlu dipimpin dalam memahami demokrasi dengan benar.

    Jelas, bagi Bung Hatta ini adalah sebuah contradictio in terminis. Di

    satu sisi ingin mewujudkan demokrasi, sedangkan di sisi lain duduk

    di atas demokrasi. Pembicaraan, teguran, dan peringatan terhadap

    Bung Karno, sahabatnya sejak masa perjuangan kemerdekaan, telah

    dilakukan. Tetapi, Bung Karno todak berubah sikap. Hatta pun tidak

    menyesuaikan sikap dengan Bung Karno. Karena merasa tidak

    mungkin lagi menjalin kerja sama, akhirnya Bung Hatta memilih

    mengundurkan diri dan memberi kesempatan kepada Bung Karno

    untuk membuktikan konsepsinya. Publik kemudian tahu, konsepsi

    Bung Karno ternyata mampu dimanfaatkan dengan baik oleh PKI

    dan Bung Karno jatuh dari kursi presiden secara menyakitkan.

    Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar

    kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu

    hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan

    itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul

    Lampau dan Datang.

    Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil

    Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari

    berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung

    mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik

    18

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    19/24

    perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang

    memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi.

    Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di

    bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul

    Menuju Negara Hukum.

    Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis "Demokrasi Kita" dalam

    majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena

    menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai

    perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan

    negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.

    Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto

    menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda

    Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada

    suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.

    2.4 Riwayat Akhir Kehidupan

    Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr

    Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di

    Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980 di

    kota Jakarta. Hatta memiliki gelar pahlawan yaitu , Proklamator

    Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia. Beliau

    bersama Bung Karno telah berani membubuhkan tanda tangannya pada

    naskah proklamasi yang mengantarkan kita menjadi bangsa merdeka dan

    berdaulat, sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia.

    2.5 Pesan yang dapat diambil

    Sebagai tulisan mengenai sejarah ketokohan Muhammad Hatta di

    organisasi dan partai politik yang pernah beliau geluti di sertai riwayat

    kehidupan dan latar belakang pendidikannya, kita haruslah dapat mengambil

    pelajaran dari hal ini. Karena sejarah tak berarti apa-apa bila kita tak mampu

    19

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    20/24

    mengambil manfaat dan nilai-nilai positif didalamnya. Dari kehidupan Hatta

    kita bisa melihat bahwa : Munculnya seorang tokoh penting dan memiliki

    jiwa patriot yang tangguh dan memikirkan kehidupan orang banyak serta

    memajukan bangsa dan negara bukan hanya muncul dalam satu malam

    atau bukanlah tokoh kambuhan yang muncul begitu saja, dan bukanlah

    sosok yang mengambil kesempatan untuk tampil sebagai pahlawan dan

    sosok pemerhati masyarakat. Tapi tokoh yang dapat kita jadikan contoh dan

    panutan dalam organisasi, partai, dan kehidupan berbangsa dan bernegara

    yang sesunguhnya adalah seorang sosok yang lahir dan tumbuh dalam

    lingkungan masyarakat, ia terlatih untuk mampu memahami keinginan dan

    cita-cita masyarakat, serta bertindak dengan menggunakan ilmu dan iman.

    Seiring dengan meruaknya wacana demokrasi, terutama di era reformasi kita

    bisa melihat bahwa di Indonesia berkembang berbagai partai baru yang

    jumlahnya telah puluhan. Dalam kenyataannya memunculkan nama-nama

    baru sebagai tokoh, elit partai, elit politik yang berpengaruh di berbagai

    partai tersebut. Ada juga tokoh politik yang merupakan wajah-wajah lama

    yang konsisten di partainya atau beralih membentuk partai baru. Apakah

    mereka sudah pantas dikatakan sebagai tokoh, elite politik / elite partai?.

    Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung

    Hatta (yang bukan hanya berjiwa kepemimpinan tetapi juga seorang

    pemimpin yang sangat sederhana dan mengedepankan pendidikan) kita

    harus mampu melihat berapa persen diantara tokoh-tokoh, orang-orang

    penting, elite politik / elite partai di Indonesia sekarang yang telah

    memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen diantara mereka yang

    sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia

    baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain. Dalam

    kenyataannya, kebanyakan kita melihat tokoh politik, elite politik dan tokoh-

    tokoh partai di Indonesia dewasa ini kurang memperhatikan kehidupan dan

    kemajuan masyarakat. Mereka hanya mengambil simpati masyarakat disaat-

    saat mereka membutuhkan suara dan partisipasi penduduk, seperti saat-saat

    akan diadakannnya pemilihan umum (nasional), saat diadakannya pemilihan

    20

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    21/24

    kepala daerah (Pilkada), setelah kegiatan itu berlangsung mereka mulai

    meninggalkan dan melupakan masyarakat. Namun ada beberapa partai dan

    tokoh yang sering terlihat dalam berbagai kegiatan social dan

    memperhatikan masyarakat. Apakah kita masih menganggap bahwa seorang

    penjahat, pemaling (koruptor) yang lolos dari sergapan hukum sebagai tokoh

    panutan kita di organisasi, partai politik, pemerintahan, atau kehidupan

    sehari-hari?. Jadi pantaslah kita belajar dari ketokohan Muhammad Hatta

    dalam kehidupan yang selalu bertindak demi kesejahteraan dan kemajuan

    rakyat Indonesia.

    21

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    22/24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Mohammad Hatta yang mempunyai nama lengkap Dr.(H.C.).Drs. H.

    Mohammad Hatta dan di kenal dengan nama Bung Hatta, lahir di Bukittinggi,

    Sumatera Barat, pada tanggal 12 Agustus 1902, dan di beri nama Muhammad

    Athar oleh orang tuanya ketika dilahirkan. Bung Hatta adalah nama salah seorang

    dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan

    Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat

    Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran

    beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga beliau disebut sebagai salah seorang

    The Founding Fathers of Indonesia. Berbagai tulisan dan kisah perjuangan

    Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa kecil, remaja,

    dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

    Sepanjang hidupnya, Bung Hatta senantiasa berperilaku menampilkan

    sikap yang santun terhadap siapa pun. Baik kawan maupun lawan. Bung Hattabukan hanya saja terkenal kejujurannya tetapi ia juga uncorruptable. Kejujuran

    hatinya membuat dia tidak rela untuk melakukan tindak korupsi. Selain itu Bung

    Hatta sangat sederhana sekali dalam kehidupannya dan selalu menjaga nama baik

    bangsa dan negaranya.

    Dr. Mohammad Hatta merupakan pejuang, negarawan, dan juga Wakil

    Presiden Indonesia yang pertama, Perdana Menteri Indonesia ke-3, serta Menteri

    Luar Negeri pada masa pemerintahan Soekarno. Hatta menempuh pendidikannya

    mulai dari kota Padang hingga Belanda. Di masa-masa ia menempuh pendidikan

    itulah, kesadarannya politiknya makin berkembang. Keterlibatan Bung Hatta

    dalam organisasi dan partai politik bukan hanya di luar negeri tetapi juga di dalam

    negeri. Usai studi dari Belanda dan kembali ke Jakarta, beliau turut aktif dalam

    PNI. PNI yang pada saat itu dibubarkan oleh Belanda, kemudian di dirikan

    kembali oleh PNI Pendidikan. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan

    Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpin. Organisasi ini

    22

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    23/24

    memperhatikan kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan

    menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya

    sehingga bisa dijadikan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk

    kemerdekaan.

    Pada tanggal 18 Agustus 1945 usai memproklamasikan kemerdekaan

    bersama Bung Karno, Bung Hatta di angkat menjadi Wakil Presiden Republik

    Indonesia. Selama jadi Wapres beliau tetap aktif memberikan ceramah di lembaga

    pendidikan tinggi, menulis buku dan karangan ilmiah di bidang ekonomi dan

    koperasi, aktif membimbing gerakan koperasi. Tahun 1956, Bung Hatta

    meletakkan jabatannya sebagai Wapres RI karena berselisih dengan Presiden

    Soekarno.

    Mohammad Hatta tidak hanya memperoleh gelar dalam bidang politik saja

    tetapi ia juga memperoleh gelar dalam bidang akademis, antara lain Doctor

    Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta,

    Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar

    dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang

    memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas

    Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato

    pengukuhan Bung Hatta berjudul Menuju Negara Hukum.

    Dari kisah sejarah ketokohan Mohammad Hatta ini kita haruslah mengambil

    manfaat dan nilai-nilai positif di dalamnya. Munculnya seorang tokoh penting dan

    memiliki jiwa patriot yang tangguh dan memikirkan kehidupan orang banyak

    serta memajukan bangsa dan negara bukan hanya muncul dalam satu malam

    atau bukanlah tokoh kambuhan yang muncul begitu saja, dan bukanlah sosok

    yang mengambil kesempatan untuk tampil sebagai pahlawan dan sosok pemerhati

    masyarakat. Tapi tokoh yang dapat kita jadikan contoh dan panutan dalam

    organisasi, partai, dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesunguhnya

    adalah seorang sosok yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat, ia

    terlatih untuk mampu memahami keinginan dan cita-cita masyarakat, serta

    bertindak dengan menggunakan ilmu dan iman.

    23

  • 7/30/2019 29351865 Esai Bung Hatta

    24/24

    24